27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak di negara sedang berkembang. ISPA ini menyebabkan 4 dari 15 juta perkiraan kematian pada anak usia dibawah lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak 2/3 kematian tersebut adalah bayi (WHO, 2003). Depkes RI (2000) menyatakan bahwa World Health Organization (WHO) memperkirakan di negara berkembang angka kematian balita karena ISPA diatas 40/1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Di indonesia ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab kematian bayi dan balita. Dari data Depkes RI (2003), ISPA menempati urutan pertama dari 10 penyebab dari 10 penyebab penyakit utama di Rumah Sakit Indonesia yaitu sebanyak 8,5%. Penyakit ini juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan. Tercatat sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di Puskesmas 1

BAB I.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangInfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak di negara sedang berkembang. ISPA ini menyebabkan 4 dari 15 juta perkiraan kematian pada anak usia dibawah lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak 2/3 kematian tersebut adalah bayi (WHO, 2003).Depkes RI (2000) menyatakan bahwa World Health Organization (WHO) memperkirakan di negara berkembang angka kematian balita karena ISPA diatas 40/1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita.Di indonesia ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab kematian bayi dan balita. Dari data Depkes RI (2003), ISPA menempati urutan pertama dari 10 penyebab dari 10 penyebab penyakit utama di Rumah Sakit Indonesia yaitu sebanyak 8,5%. Penyakit ini juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan. Tercatat sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan serta rawat inap Rumah Sakit disebabkan oleh ISPA (Susanto, 2009).Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kejadian ISPA yang meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian akibat ISPA, antara lain jenis kelamin laki-laki, umur di bawah 2 bulan, tidak mendapat ASI memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi tidak memadai, defisiensi vitamin A, tingkat sosial ekonomi rendah, gizi kurang, berat badan lahir rendah, tingkat pengetahuan ibu rendah, tingkat jangkauan pelayanaan kesehatan rendah, menderita penyakit kronis dan aspek kepercayaan setempat dalam praktek pencarian pengobatan yang salah (Syair, 2009).Memiliki anak yang sehat, kuat dan cerdas adalah dambaan setiap orangtua. Kunci untuk mendapatkan anak yang sehat adalah pemberian ASI selama 2 tahun, termasuk pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan. ASI merupakan makanan bayi yang tidak dapat digantikan oleh apapun, bahkan oleh susu formula yang paling hebat dan mahal sekalipun, karena kandungan gizinya yang tinggi. Meskipun ASI sudah terbukti memiliki banyak manfaat bagi anak dan keluarga, namun pemberian ASI masih kurang diperhatikan (Roesli Utami, 2000).Depkes RI (2009) dalam Agus salim (2011) menyatakan bahwa menurut WHO beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA adalah malnutrisi, pemberian ASI kurang cukup, imunisasi tidak lengkap, defisiensi vitamin A, BBLR, umur muda, kepadatan hunian, udara dingin, jumlah kuman yang yang banyak ditenggorokan, terpapar polusi udara oleh asap rokok, gas beracun dan lain-lain.Menurut hasil penelitian Agus salim (2011), menyatakan bahwa dengan pengetahuan yang baik maka ibu akan dapat menjaga dan meningjkatkan kesehatan balitanya khususnya dalam pencegahan penyakit ISPA.Menurut Notoatmodjo (2003), menyatakan pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (Intermadiete Impact) dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh kepada meningkatknya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (Outcome) pendidikan kesehatan.

B.Tujuan Umum dan Khusus1.Tujuan UmumSetelah mengikuti PKL diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi, merencanakan, memprioritaskan, mengimplementasikan, mengevaluasi dan memonitoring managemen pelayanan Kebidanan komunitas dengan teknik penggerakan dan pemberdayaan masyarakat serta pendekatan edukatif pada individu, keluarga, kelompok khusus ataupun pada komunitas tertentu dalam rangka mewujudkan tercapainya tingkat pemahaman ibu tentang ISPA.2.Tujuan Khususa) Memberikan promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan kepada ibu tentang penyakit ISPAb) Agar ibu lebih memahami tentang penyakit ISPAc) Agar ibu mau menjaga kesehatan anaknyad) Melakukan evaluasi pelayanan manajemen Kebidanan komunitase) Menyusun laporan pertanggung jawaban kegiatan pelayanan Kebidanan komunitas.

C. Sasaran Tempat dan WaktuSasaran: Keluarga Tn. PTempat: Rumah Tn. P (RT 10 desa Sungai Gelam, kec. Sungai Gelam).Waktu: Jumat, 13 Februari 2015Pukul: 13.45WIB

D. Metode dengan Manajemen Kebidanan Komunitas dengan Pendekatan Siklus Pemecahan MasalahDiagram1.1Siklus Pemecahan MasalahPengkajianMemberikan Pertanyaan-pertanyaan mengenai penyakit ISPA Kepada Ny. B Dan melakukan pengkajian mengenai penyakit ISPA pada bayi dan balita.

EvaluasiIbu mengetahui tentang pengertian ISPAIbu mengetahui faktor penyebab dari ISPA.Ibu mengetahui tanda dan gejala dari ISPA.Ibu mengetahui klasifikasi dari ISPA.Ibu mengetahui cara pencegahan terhadap ISPA.Ibu mengetahui penatalaksanaan terhadap ISPA

Analisa MasalahNy.B Kurang mengetahui tentang penyakit ISPA yang sering menyerang bayi dan balita

PerencanaanLakukan Penyuluhan kepada Ny. B Tentang ISPA

PelaksanaanMelakukan penyuluhan kepada Ny. B Pada Tanggal 13 Februari 2015 Tentang ISPA , yang meliputi :Pengertian ISPAFaktor penyebab dari ISPA.Tanda dan gejala dari ISPA.Klasifikasi dari ISPA.Cara pencegahan terhadap ISPA.Penatalaksanaan terhadap ISPAPenatalaksanaan terhadap ISPA

Sumber : Rosmalawati, Ni Wayan Dwi dan Asiati. 2013. Asuhan Keperawatan pada Lingkup Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.

E.Langkah Kerja1. Melakukan pengkajian kepada Ny. B dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai ISPA pada bayi dan balita 2. Menganalisa masalah3. Melakukan perencanaan penyuluhan tentang ISPA kepada Ny. B4. Melakukan pelaksanaan penyuluhan kepada Ny. B tentang ISPA pada bayi dan balita yang meliputi pengertian ISPA, faKtor penyebab ISPA, tanda dan gejala dari ISPA, klasifikasi dari ISPA, cara pencegahan terhadap ISPA, dan penatalaksanaan terhadap ISPA.5. Melakukan evaluasi kepada ibu dengan menanyakan kembali mengenai hal-hal yang telah dijelaskan.

BAB IIGAMBARAN UMUM TEMPAT TINGGAL

A. DATA UMUMa. Geografi1. Batas-batas rumah Utara: Berbatasan dengan pasar Selasa Selatan: Berbatasan dengan jalan raya Timur: Berbatasan dengan pasar Selasa Barat: Berbatasan dengan rumah Tn. R2. Luas rumah: 6 m x 4 mb. DemografiJumlah Keluarga: 5 orang (100%) Laki-laki: 2 orang (40 %) Perempuan: 3 orang (60 %)c. Komposisi Keluarga menurut golongan umur dan jenis kelaminTabel 2.1 Komposisi KeluargaNONAMAL/PUMUR

1.Tn. PL37 Tahun

2.Ny. BP29 Tahun

3.An. JenP4,5 Tahun

4.An. JuaL3 Tahun

5.An. JelP4 Bulan

d. Data Sosial EkonomiJumlah rata-rata penghasilan keluarga perbulan: Rp 500.000 Rp 1.000.000,-Mata pencaharian kepala keluarga: Swasta Sarana transportasi keluarga: MotorSarana komunikasi dan informasi: HP, TV,Radioe. Pendidikan kepala keluarga: SMAf. Tingkat pendidikan anggota keluarga Suami: SMA Istri: SMA Anak I: Belum Sekolah Anak II: Belum Sekolah Anak III: Belum Sekolahg. Pemeluk agama dan kepercayaan: Kristen

4 DATA KESEHATAN KELUARGAa. Status Gizi Keluarga1. Status Gizi Tn. P: Baik2. Status Gizi Ny. B: Baik3. Status Gizi An. Jen: Baik4. Status Gizi An. Jua: Baik5. Status Gizi An. Jel: Baik

BAB IIIASUHAN/MANAJEMEN KEBIDANAN KOMUNITAS

RT/RW: 10/02Nama Surveyor: Eni SutarmiDesa/Kelurahan: Sungai GelamTanggal: 02 Februari 2015Kecamatan: Sungai GelamKab/Kota: Muaro Jambi

I. PENGKAJIANA. STRUKTUR DAN SIFAT KELUARGA1. STRUKTUR KELUARGAa. Nama: Tn. Pb. Umur: 37 tahunc. Agama: Kristend. Suku /Bangsa: Batak/Indonesiae. Pendidikan: SMAf. Pekerjaan: Swastag. Daftar Anggota Keluarga:Tabel 3.1Daftar Anggota KeluargaNoNamaHubungan KeluargaL/PUmurPendidikanAgamaPekerjaan

1.Tn. PSuamiL37 ThnSMAKristenSwasta

2.Ny. BIstriP29 ThnSMAKristenIRT

3.An. JenAnakP4,5 ThnBelum SekolahKristen-

4.An. JuaAnakL3 ThnBelum SekolahKristen-

5.An. JelAnakP4 BlnBelum SekolahKristen-

h. Genogram

Ny.BTn.PTn.PTn.PDiagram 3.1 GenogramKeterangan: : Laki-laki

An.JelAn.JuaTn.PTn.PAn.Jen: Perempuan

i. Tipe Keluarga: IntiB. SIFAT KELUARGA1. Anggota keluarga yang berpengaruh: Ayah2. Kebiasaan hidup sehari-hariTabel 3.2 Kebiasaan Hidup Sehari-hariPola Kebiasaan Keluarga

A. Kebiasaan Makan

Tn. P : Makan 3x/hr, porsi 1 piring penuh dengan menu (nasi, sayur, dan lauk). Dan tidak ada pantangan makanan.Ny. B : Makan 4x/hr, porsi 1 piring, dengan menu (nasi, sayur, dan lauk). Ibu lebih sering makan karena ia sedang menyusui. Dan tidak ada pantangan makanan.An. Jen : Makan 3x/hr, porsi 1 piring tidak penuh, menu (nasi, sayur, dan lauk). Dan tidak ada pantangan makanan.An. Jua : Makan 2x/hr, porsi 1 piring tidak penuh, menu (Nasi, sayur dan lauk). Dan ia tidak suka mengkonsumsi ikan.An. Jel : Hanya diberikan ASI saja tanpa makanan tambahan apapun.

Ny. B jika mengkonsumsi daging dimasak hingga matang, sayur dimasak hingga layu.

B. Kebiasaan Minum

Tn. P : Biasanya minum air putih dan minum kopi di pagi hari.Ny. B : Hanya mengkonsumsi air putih saja, tetapi kadang-kadang minum teh.An. Jen : Mengkonsumsi air putih dan susu di pagi hari.An. Jua : Mengkonsumsi air putih dan susu di pagi hari.An. Jel : Hanya diberikan ASI saja

C. Kebiasaan IstirahatTidur Siang, Tidur MalamKualitasAyah tidak pernah tidur siang karena harus bekerja, malam dapat istirahat cukup.Ibu tidur siang jika bayi nya tidur, malam dapat istirahat.Anak tidur siang, malam juga istirahat cukup.

D. Sarana Hiburan Keluarga,Frekuensi LiburanTelevisi

Jarang

E. Hygiene Keluarga

Tn. P dan Ny. B mandi 2x/hr, gosok gigi 2x/hr dan mandi di WC yang ada di luar rumah.

An. Jen dan An. Jua mandi 2x/hr, gosok gigi 2x/hr

An. Jel mandi 2x/hr

F. Kebiasaan Keluarga yang merugikan Merokok

C. FAKTOR EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA1. Penghasilan utama dalam satu bulan : Ayah : tidak tetap tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keperluan belanja keluarga menjadi tanggung jawab ibu dan istri.2. Hubungan keluarga dengan masyarakat sekitar baik3. Tidak ada kebiasaan dalam keluarga yang berkaitan dengan budaya.

D. FAKTOR RUMAH DAN LINGKUNGAN1. RumahRumah masih ngontrak, luas tanah 1.25 m2 , luas rumah 6m x 4m, terdiri dari 1 kamar tidur, ruang keluarga, dapur merangkap dengan ruang makan, pengaturan perabotan tidak tertata dengan rapi, perkarangan tidak dimanfaatkan, jenis rumah semi permanen, atap dari seng lantainya semen. Kebersihan rumah kurang, ventilasi kurang, pencahayaan cukup, penerangan pada malam hari menggunakan listrik dan tidak ada cerobong asap.2. Pembuangan sampahSampah dibuang ditempat yang terbuka, jika sudah terkumpul kemudian dibakar.3. Sumber air minumMenggunakan air PDAM, keadaan air jernih namun sedikit berpasir. Sebelum digunakan air terlebih dahulu disaring4. Tempat pembuangan tinjaKeluarga mempunyai jamban pribadi, namun kondisi jamban tidak terpelihara dengan baik.5. Fasilitas keluargaBidan, jarak dari rumah tidak terlalu jauh 600 m.Gambar 3.1 Denah Rumah Tn. P Keterangan: : Bengkel : R. Tamu&Ruang TV : Kamar tidur : Dapur dan R.makan : Jemuran : WC : Jalan Raya : Rumah Tn.R : Pintu : Pasar

II. ANALISA DATAMasalah kesehatan yang dialami oleh keluarga Tn.P disebabkan oleh faktor ketidakmampuan keluarga mengenai dampak dari rumah yang kotor/ kurang sehat . Faktor ini dapat berpengaruh terhadap status kesehatan keluarga itu. Hal ini bisa dilihat pada anaknya yang menderita ISPA.Dalam hal ini bidan perlu memberikan perawatan dan penyuluhan tentang ISPA dan rumah sehat.III. PERUMUSAN MASALAHDari hasil analisa data timbul masalah pada keluarga yang disebabkan ketidaktahuan keluarga dalam masalah kesehatan adalah sebagai berikut :1. Kesehatan Rumah2. ISPAIV. PRIORITAS MASALAHUntuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh keluarga Tn. P maka perlu dilakukan prioritas masalah kesehatan, mana masalah kesehatan yang lebih mengancam kehidupan, dan kesehatan keluarga, itulah yang menjadi prioritas utama.Agar dapat melakukan prioritas keluarga secara tepat, maka diperlukan bobotan masalah dengan kriteria sebagai berikut:1. Kesehatan RumahTabel 3.3 Prioritas MasalahNoKriteriaPerhitunganSkorPembenaran

1Sifat Masalah2/3 x 12/3Ancaman Kesehatan

2Kemungkinan masalah untuk dirubah x 21Adanya kemungkinan keberhasilan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat

3Potensi pencegahan2/2 x 11Terjadinya penyakit dapat dicegah melalui kebersihan lingkungan

4Penonjolan Masalah2/2 x 11Keluarga perlu membenahi lingkungan agar rapi dan bersih

5Total Skor3 2/3

2. ISPANoKriteriaPerhitunganSkorPembenaran

1Sifat Masalah3/3 x 11Tidak /kurang sehat

2Kemungkinan masalah untuk dirubah2/2 x 22Keluarga mempunyai sumber daya dan dana untuk mengubah masalah

3Potensi pencegahan2/3 x 12/3Masalah dapat dicegah dengan meninggalkan kebiasaan yang memperberat ISPA

4Penonjolan Masalah1/2 x 11/2Masalah dirasakan oleh keluarga tetapi tidak perlu segera ditangani

5Total Skor4 1/6

V. RENCANA ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA TN.PTabel 3.4 Rencana Asuhan KebidananNOWAKTUMASALAHTUJUANIMPLEMENTASIEVALUASI

1.13 Februari 201513.30 WIBAn. Jen menderita ISPASetelah berdialog selama 30 menit dengan keluarga, diharapkan keluarga dapat menjelaskan cara-cara pencegahan penyakit ISPA

Keluarga dapat mengatasi anaknya yang menderita ISPA1.Memberikan penyuluhan kesehatan tentang:a. Pengertian ISPAb. Faktor yang menyebabkan ISPAc. Tanda dan gejala ISPAd. Klasifikasi ISPAe. Cara pencegahan ISPAf. Penatalaksanaan ISPA

2.Mengajarkan pada ibu tentang cara mengatasi anak yang menderita ISPA

3.Menganjurkan ibu dan keluarga untuk membawa anaknya ke tenaga kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan segera2.3

1.Keluarga dapat menjelaskan kembali 3 pokok bahasan

2.Keluarga mengerti dengan cara mengatasi anak yang menderita ISPA

3.Keluarga bersedia membawa anaknya ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan penanganan segera

Pada kunjungan kedua, keluarga memberitahu bahwa anaknya sudah dibawa ke tenaga kesehatan dan anak sudah tidak sakit lagi

BAB IVPENUTUP

A. KesimpulanDari hasil pengkajian yang dilakukan pada keluarga Tn.P pada tanggal 2 Februari 2015 maka didapatkan masalah kesehatan yang dialami keluarga tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan keluarga dalam mengenali masalah kesehatan.Berdasarkan dari masalah yang ditemukan tersebut, maka dilakukan kegiatan penyuluhan tentang penyakit ISPA.Setelah dilakukan penyuluhan keluarga Tn.P sekarang lebih mengerti tentang bahayanya penyakit ISPA terutama pada bayi dan balita.

B. Saran1. Bagi KeluargaSebaiknya, setelah mengetahui tentang penyakit ISPA, keluarga Tn. P segera membenahi lingkungannya agar tetap rapi dan bersih, sehingga penyakit ISPA dapat dicegah dan meninggalkan kebiasaan yang dapat memperberat penyakit ISPA.2. Bagi MahasiswaSebaiknya penyuluh lebih meningkatkan pengetahuan tentang penyakit ISPA agar kedepannya dapat memberikan penyuluhan yang lebih baik lagi.

3. Bagi InstitusiDiharapkan hasil laporan ini dapat dijadikan masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa tentang penyakit ISPA pada bayi dan balita dan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2001. Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA. Jakarta: Direktorat Jenderal PPM & PLP.

______. 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita. Jakarta: Direktorat Jenderal PPM & PLP.

______. 2003. Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan. Jakarta : Direktorat Jenderal PPM & PLP.

______. 2009. Peningkatan Kualitas Anak. Jakarta : Direktorat Jenderal PP2PI.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rosmalawati, Ni Wayan Dwi dan Asiati. 2013. Asuhan Keperawatan pada Lingkup Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.

Salim, Agus. 2011. Hubungan Pengetahuan, Status Imunisasi, dan Keberadaan Perokok dalam Rumah dengan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita. Aceh Besar: Jurnal Ilmiah Stikes UBudiyah Indonesia.

Susanto, C.E. 2009. Pneumonia Pembunuh Utama Balita Indonesia. Jakarta: Media Indonesia.

Syair, Abdul. 2009. Faktor Resiko Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita. Jakarta :EGC

Utami, Roesli. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.

WHO. 2003. Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang, Pedoman Untuk Dokter dan Petugas Kesehatan Senior. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.2