Upload
ellya-rismayan-sari
View
248
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
parkinson
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Parkinson pertama kali diperkenalkan secara tertulis dalam “an essay on the
shaking palsy” oleh James Parkinson pada tahun 1817 di London. James Parkinson
menggunakan istilah paralisis agitans atau shaking palsy. Mula-mula digambarkan oleh
James Parkinson berupa gerakan tremolous diluar kemauan dengan menurunnya kekuatan
motorik dalam keadaan tidak beraktivitas dan bahkan disokong oleh kecenderungan badan
membungkuk dan beralih dari kecepatan berjalan kepada kecepatan berlari. Sedangkan
perasaan dan intelek tidak terganggu. Sebenarnya penyakit ini sudah ada ribuan tahun yang
lalu seperti dalam ayurveda, system praktek dan pengobatan di India pada awal 5000 tahun
sebelum masehi dan dalam teks Kedokteran China yang pertama (Neijing) 2500 tahun yang
lalu.
Penyakit Parkinson merupakan gangguan neurodegeneratif kedua terbanyak, setelah
penyakit Alzheimer. Dikarakterisasi secara klinis oleh parkinsonisme (resting tremor,
bradikinesia, rigiditas, dan ketakstabilan postural) dan secara patologis dengan kehilangan
neuron pada substantia nigra, dan dimana saja yang berhubungan dengan adanya deposit
protein ubiquinated pada sitoplasma neuron (Lewy bodies) dan inklusi pada proteinaseus
seperti benang dalam neurit (Lewy neurites). Kejadian penyakit Parkinson sekitar 0,5-1%
pada orang usia 65-69 tahun, meningkat 1-3% pada orang usia 80 tahun atau lebih. Diagnosa
secara klinis, meskipun gangguan lain dengan gejala menyolok dan tanda parkinsonisme,
seperti postencephalitis, drug-induced, dan parkinsonisme arteriosklerotik, dapat rancu
dengan penyakit Parkinson sampai diagnosa dipastikan dengan otopsi.
1.2 Tujuan
Melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik Senior ( KKS ) di Rumah Sakit Umum Daerah
( RSUD ) Solok.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit yang ditandai oleh tremor saat istirahat,
rigiditas, bradikinesia dan hilangnya refleks postural, dan secara patologi berupa degenerasi
neuron berpigmen neuromielanin yang mempengaruhi neurotransmisi dopaminergik. Selain
itu juga terkait dengan gejala neurologis kompleks lainnya yang mencerminkan masalah di
area otak selain system dopaminergik
Gambar 1. Pasien penderita Parkinson
1.2 Epidemiologi
Kejadian penyakit Parkinson sekitar 0,5-1% pada orang usia 65-69 tahun, meningkat 1-
3% pada orang usia 80 tahun atau lebih. Parkinson lebih banyak menyerang pria daripada
wanita. Kejadian meningkat dengan meningkatnya usia (angka harapan hidup). Onsetnya
terjadi pada sekitar usia 60 tahun.
2.4 Etiologi
2
Berbagai kondisi bisa menyebabkan Parkinsonism :
a) Encephalitis virus, peradangan otak langka yang diikuti infeksi seperti flu
b) Gangguan struktur otak, seperti tumor otak dan stroke
c) Luka kepala, terutama luka berulang yang terjadi ketika bertinju (membuat seseorang
pusing kena tinju).
d) Obat-obatan, seperti antipsikotis dan antihipertensi methyldopa dan reserpine. Obat-
obatan tertentu dan racun-racun mengganggu atau menghambat aksi dopamine dan
neurotransmitter lain. Misal, obat-obatan antipsychotic, digunakan untuk mengobati
paranoia dan schizoprenia, menghambat aksi dopamine.
2.5 Patofisiologi
Penurunan dopamin dalam korpus striatum mengacaukan keseimbangan antara
dopamin (penghambat) dan asetilkolin (perangsang). Inilah yang menjadi dasar dari
kebanyakan gejala penyakit parkinson. Sampai saat ini belum diungkapkan dengan baik
bagaimana berkurangnya dopamin di striatum yang menyebabkan gejala parkinson (tremor,
rigiditas, dan akinesia) Suatu teori mengemukakan bahwa, munculnya tremor diduga oleh
karena dopamin yang disekresikan dalam nukleus kaudatus dan putamen berfungsi sebagai
penghambat yang merusak neuron dopamingik di substansia nigra sehingga menyebabkan
kaudatus dan putamen menjadi sangat aktif dan kemungkinan menghasilkan signal
perangsang secara terus menerus ke sistem pengaturan motorik kortikospinal
2.6 Klasifikasi
Klasifikasi parkinsonism terdiri dari :
1. Primer atau idiopatik
a. Penyebab tidak diketahui
b. Ada peran toksin yang berasal dari lingkungan
c. Ada peran genetik, bersifat sporadik
2. Sekunder atau akuisita
a. Timbul setelah terpajan suatu penyakit atau zat
b. Infeksi dan pasca infeksi otak (ensefalitis)
c. Terpapar
3
2.7 Gejala Klinis
A. Gejala utama dari Parkinson adalah:
Tremor (tremor terutama pada saat beristirahat)
Tremor disebabkan karena kontraksi yang berganti ganti secara teratur (empat sampai
enam siklus perdetik) dari otot otot antagonis. Tremor makin bertambah jika pasien
lelah dan mengalami ketegangan emosi. Tremor terjadi pada jejari tangan, sendi sendi
metakarpo-falangisi, kepala mengangguk-angguk atau menggeleng-geleng.
Rigiditas (kekakuan).
Rigiditas selalu ada pada pasien Parkinson yaitu dengan meningkatnya tonus otot,
baik otot fleksor maupun ekstensor berkontraksi dengan kuat yang menunujukan
gangguan kelompok kelompok otot inhibitor yang bersesuaian. Regiditas nampak
pada wajah sehingga wajah seperti topeng karena terbatasnya mimik, kedip mata
menjadi jarang, sikap tubuh menjadi agak membungkuk, lengan dan tungkai berada
pada keadaan fleksi ringan, jalan dengan langkah kecil kecil.
Bradikinesia dan Akinesia..
Bradikinesia di tandai dengan kelambatan yang abnormal pada gerakan-gerakan yang
di sengaja, sedangkan akinesia di tandai berkurangnya gerakan spontan :
1) Kerusakan postural, sikap tubuh, gangguan gaya berjalan
2) Kerusakan otonom seperti adanya inkontinensi urine, konstipasi, hipotensi
orthostatic, berkeringat, kulit berminyak.
3) Gangguan penglihatan, penglihatan pasien menjadi kabur karena tidak mampu
mempertahankan kontraksi otot-otot mata.
4) Rasa lelah berlebihan dan otot terasa nyeri karena rigiditas.
5) Gangguan fungsi pernapasan seperti hipoventilasi dan berkurangnya fungsi
pembersihan saluran napas
6) Perubahan perilaku dan mental, kemungkinan terjadinya demensia dan
kerusakan memori, depresi, menarik diri.
Postural Instability
Postural reflex terganggu yaitu hilangnya reflex ketidakseimbangan tubuh, gangguan
ini menyebabkan pasien sering terjatuh, dapat dideteksi dengan menarik dari
4
nbelakang pada bahu pasien dalam keadaan berdiri (pull test). Pada pemeriksaan
reflex tersebut pasien akan jatuh atau mundur kebelakang dengan langkah cepat dan
pendek
Gambar 5. Perubahan sikap tubuh pasien parkinson
B. Gejala tambahan
Gejala non motorik antara lain hipotensi ortostatik, disfungsi dalam sekresi keringat,
disfungsi proses miksi dan disfungsi ereksi.
Dimensia adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan
deficit kognitif. Mudah takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berfikir dan respon
terhadap pertanyaan masih lambat (bradifrenia).
2.8 Diagnosa
1) Kriteria diagnosa klinis Hughes
Possible (mungkin)
Terdapat salah satu dari gejala utama : resting tremor, rigiditas, bradikinesia,
kegagalan refleks postural
Probable (kemungkinan besar)
Kombinasi dua gejala utama (termasuk kegagalan refleks postural) atau satu dari tiga
gejala pertama yang tidak simetris (dua dari empat tanda motorik)
Definite (pasti)
5
Kombinasi 3 dari 4 gejala atau dua gejala dengan satu gejala lain yang tidak simetris
(tiga tanda kardinal) dan responsif terhadap pengobatan levodopa.
2) Skala Hoehn dan yahr
Tabel 1. skala hoehn dan Yahr
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Terapi non farmakologis
Dukungan dan edukasi merupakan hal sangat kritis saat seorang pasien
didiagnosia sebagai penderita penyakit Parkinson. Pasien harus mengerti bahwa penyakit
Parkinson merupakan penyakit kronik progresif, dengan tingkat progresifitas yang
berbeda-beda pada setiap orang, dan telah banyak pendekatan yang dilakukan untuk
memperingan gejala. Pasien harus diberikan nasehat mengenai latihan, termasuk
stretching, strengthening, fitness kardiovaskular, dan latihan keseimbangan, walaupun
hanya dalam waktu singkat
6
Algoritma Penatalaksanaan Penyakit Parkinson
YA TIDAK
YA TIDAK
7
Gangguan
Fungsional
Terapi
Simptomatis
Terapi
Neuroprotektif
- Anti oksidan
-Agonis dopamin/ Pramipeksol
Tremor
Dominan
-antikolinergik
-pramipeksol Usia <60 thn Usia >60 tahun
-agonis dopamin/pramipeksol
-agonis dopamin + levodopa dosis rendah
-optional dosis levodopa
Pertahankan dosis
rendah
Respons terhadap pengobatan
Levodopa
DiskinesiaWearing offTidak responsBaik
-kurang dosis Levodopa
-tingkatkan dosis agonis
dopamin
-ganti dengan agonis
dopamin
-tindakan pembedahan
-COMT-1
-Agonis
Dopamin+Levodopa
kombinasi+Levodopa
-Antikolinergik
-Tingkatan Dosis
-Diagnosis Lain
Jenis Obat-Obatan Penyakit Parkinson
Jenis Contoh Dosis Awal Dosis
Pemeliharaan
Efek Samping
Dopaminergik Lini Pertama
Karbidova +
Levodova
Immediate
release
25 mg C, 100
mg L
½ tab tid 1-2 tab tid Awal : Anoreksia,
nausea, vomitus,
hipotensi, pusing
Terapi lama :
fluktuasi motorik,
diskinesia, konfusi
Karbidova +
Levodopa +
Entakapon
12,5 mg C
50 mg L
200 mg E
1 tab tid - Sama seperti preparat
immediate release,
ditambah diare
25 mg C
100 mg L
200 mg E
1 tab tid -
37,5 mg C
150 mg L
200 mg E
1 tab tid -
Agonis
Dopamin
Nonergot Pramipeksol 0,125 mg
tid
0,5-1,5 mg tid Nausea, vomitus,
hipotensi, edema mata
kaki, mengantuk,
perilaku kompulsif,
konfusi, halusinasi
Ropinirole 0,25 mg
tid
3-8 mg tid Sama dengan
pramipeksol
Ergot Pergolid 0,05 mg 1 mg tid Sama dengan non
8
tid ergot +
retroperitoneal,
pulmonal dan fibrosis
jantung
Dopaminergik Lini Kedua
Antikolinergik Triheksifenidil 1 mg tid 2 mg tid Gangguan memori,
konfusi, konstipasi,
pandangan kabur,
retensi urine,
xerostomia, dan
glaukoma
Benztropin 0,5 mg tid 1 mg Sama dengan
Triheksifenidil
Inhibisi MAO-
B selektif
Selegiline 5 mg 5 mg tid Insomnia, nausea,
anoreksia, halusinasi,
efek sinergis dengan
SSRIs dan meperidine
Antagonis
NMDA
Amantadine 100 mg tid 100 mg tid Pusing, insomnia,
halusinasi, konfusi,
ketegangan,
livedoretikularis
2.10 Diagnosa Banding
1) Progresif supranuclear palsy
2) Multiple system atrophy
3) Corticobasal degeneration
4) Hutington disease
5) Primary pallidal Atrophy
6) Diffuse lewy body disease
7) Parkinson sekunder
9
2.11 Komplikasi
1) Gangguan motorik
2) Kerusakan berjalan, keseimbangan dan postur
3) Gangguan autonom
4) Demensia
5) Depresi
2.12 Prognosa
Penyakit parkinson bukan penyakit yang fatal, tetapi berkembang secara progresif sesuai
dengan waktu serta tidak dapat diprediksi. Dengan terapi yang adekuat, pasien dapat cukup
lama hidup produktif setelah didiagnosis. Angka harapan hidup penderita penyakit parkinson
umumnya lebih rendah dibandingkan dengan orang sehat. Pada tahap akhir, penyakit
parkinson menyebabkan komplikasi seperti tersedak, pneumonia dan terjatuh yang dapat
menyebabkan kematian.
10
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 50 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : swasta
Agama : Islam
Alamat : Cupak
B. Anamnesa
Keluhan Utama :
Tn. A datang dengan kontrol berobat
Riwayat Penyakit Sekarang :
Gemetaran pada kedua tangan sudah mulai berkurang
Saat berjalan dan menaiki tangga merasa kedua lututnya gemetaran.
langkah kaki ketika berjalan menjadi kecil dan merasa kaku sehingga sulit
mengenakan alas kaki
Pada saat berdiri cendrung akan terjatuh dan tampak sedikit membungkuk.
Mengeluh nyeri pada kedua lutut
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah di diagnosa dengan stroke iskemik lebih kurang 3 tahun yang lalu
pasien juga ada riwayat hipertensi dan mengkonsumsi obat rutin
pasien tidak pernah menderita diabetes mellitus
tidak ada riwayat trauma kepala
Riwayat Penyakit keluarga :
Kakak pasien pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya
11
Riwayat hipertensi didalam keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita DM
Riwayat Pribadi dan sosial :
Pasien adalah seorang pekerja swasta dengan 1 istri dan 3 orang anak, tidak
merokok dan tidak mengkonsumsi kopi semenjak sakit. Pasien menggunakan air
PDAM dirumahnya.
Pemeriksaan Fisik
- Umum
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : compos mentis kooperatif
Tekanan darah : 170/110 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernapasan : 22x/menit
Suhu : 36,70C
BB : 70 kg
TB : 170 cm
Kelenjar getah bening
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Aksila : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Inguinal : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thorak
Paru
Inspeksi : simetris kiri = kanan , statis dinamis
Palpasi : fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor
12
Auskultasi : vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada RIC 5
Perkusi : jantung dalam batas normal
Auskultasi : reguler, gallop (-),bising (-)
Abdomen
Inspeksi : perut tidak terlihat membengkak
Palpasi : tidak teraba massa, nyeri tekan (-)
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus (+) normal
- Status neurologis
GCS : E4 M6 V5 = 15
Tanda rangsangan meningeal
Kaku kuduk : (-)
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-)
Tanda kernig : (-)
Tanda peningkatan tekanan intrakranial
Pupil : isokor, diameter 3 mm / 3 mm
Refleks cahaya : +/+
Muntah proyektil : tidak ada
Pemeriksaan Nervus Cranialis
a. N I : Olfaktorius
Penciuman Kanan Kiri
13
Subjektif Normal Normal
Objektif dengan bahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
b. N II : Optikus
Penglihatan kanan Kiri
Tajam penglihatan Normal Normal
Lapang pandang Normal Normal
Melihat warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
c. N III : Okulomotorius
kanan Kiri
Bola mata Normal Normal
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Gerakan bulbus Bebas kesegala arah Bebas kesegala arah
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Ekso-endotalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil
Bentuk Isokor Isokor
Reflek cahaya + +
Reflex akomodasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflex Konvergen Tidak dilakukan Tidak dilakukan
d. N IV : troklearis
Kanan Kiri
Gerakanmatakebawah Normal Normal
Sikapbulbus Dalambatas normal Dalambatas normal
Diplopia Tidakada Tidakada
14
e. N V: Trigeminus
Kanan Kiri
Motoric
Membukamulut Normal Normal
Menggerakanrahang Normal Normal
Menggigit Normal Normal
Mengunyah Normal Normal
Sensorik
Divisioptalmika
Reflekkornea + +
Sensibilitas Baik Baik
Divisimaksila
Reflek masseter Baik Baik
Sensibilitas Baik Baik
Divisi mandibular
Sensibilitas Baik Baik
f. N. VI : Abdusen
kanan Kiri
Gerakanmata lateral Normal Normal
Sikapbulbus Dalambatas normal Dalambatas normal
Diplopia Tidakada Tidakada
g. N.VII: Fasialis
kanan Kiri
Rautwajah Simetris Simetris
Sekresi air mata Normal Normal
Fissura palpebral Simetris Simetris
Menggerakkan dahi Simetris Simetris
Menutup mata Normal Normal
15
Mencibir/bersiul Normal Normal
Memperlihatkan gigi Normal Normal
Sensasi 2/3 depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Hiperakustik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
h. N.VIII: Vestibularis
Kanan Kiri
Suara berbisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Detik arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rinne test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Swabach test
Memanjang Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Memendek Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nistagmus
Pendular Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Vertical Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Siklikal Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pengaruh posisi kepala Tidak dilakukan Tidak dilakukan
i. N.IX: Glossopharingeus
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek muntah/ Gag reflek Tidak dilakukan Tidak dilakukan
j. N.X: Vagus
kanan Kiri
Arkus faring Simetris Simetris
Uvula Ditengah Ditengah
Menelan Normal Normal
16
Artikulasi Normal Normal
Suara Normal Normal
Nadi Teratur Teratur
k. N. XI: Asssesorius
kanan Kiri
Menoleh ke kanan Normal Normal
Menoleh ke kiri Normal Normal
Mengangkat bahu ke
kanan
Normal Normal
Mengangkat bahu ke kiri Normal Normal
l. N. XII: Hipoglosus
kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Simetris Simetris
Kedudukan lidah
dijulurkan
Simetris Simetris
Tremor - -
Fasikulasi - -
Atrofi Simetris Simetris
1. Pemeriksaan koordinasi
Cara berjalan Tidak lakukan Disatria Tidak lakukan
Romberg test Tidak lakukan Disfagia Tidak lakukan
Ataksia Tidak lakukan Supinasi-pronasi Tidak lakukan
Rebound
phenomen
Tidak lakukan Tes jari hidung Tidak lakukan
Tes tumit lutut Tidak lakukan Tes hidung jari Tidak lakukan
2. Pemeriksaan fungsi Motorik
17
a. Badan Respirasi Tidak
lakukan
Tidak
lakukan
Duduk Tidak
lakukan
Tidak
lakukan
b. Berdiri & berjalan Gerakan
spontan
Tidak
lakukan
Tidak
lakukan
Tremor Tidak
lakukan
Tidak
lakukan
Atetosis Tidak
lakukan
Tidak
lakukan
Mioklonik Tidak
lakukan
Tidak
lakukan
Khorea Tidak
lakukan
Tidak
lakukan
c. Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Normal Normal Normal Lemah
Kekuatan 555 555 555 444
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus
3. Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil Tidak dilakukan
Sensibilitas nyeri Normal
Sensibilitas termis Tidak dilakukan
Sensibilitas Tidak dilakukan
Sensibilitas kortikal Tidak dilakukan
Streognosis Tidak dilakukan
Pengenalan 2 titik Normal
Pengenalan rabaan Normal
18
4. System reflex
1.Fisiologi Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea + + Biseps ++ ++
Berbamgkis Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
Triceps ++ ++
Laring Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
APR ++ +
Maseter Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
KPR ++ +
Dindingperut Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
Bulboca
vernosus
Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
Atas Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
Cremater Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
Tengah Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
Sfingter Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
Bawah Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
2. Patologis
Lengan Tungkai
Hoffman-
Tromner
Tidak
dilakukan
Babinski - -
Chaddoks - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Klonus paha Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
Klonus kaki Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
19
ROM
Fleksi : Terbatas
Ekstensi : Terbatas
Rotasi : Terbatas
3. Fungsi Otonom
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Sekresi keringat : Normal
Fungsi luhur
Kesadaran Tanda dementia
Reaksi bicara Normal Refleks Glabela Tidak dilakukan
Fungsi Intelektual Normal Refleks Snout Tidak dilakukan
Reaksi Emosi Normal Refleks
memegang
Tidak dilakukan
Refleks
Palmomental
Tidak dilakukan
Pemeriksaan Laboratorium: Tidak ada
Rencana pemeriksaan tambahan
Radiologis : CT-scan
Patologi Anatomi
Diagnosa
Diagnosa Klinis : Parkinson disease grade 3
Diagnosa Topik : Substansia Nigra
Diagnosa Etiologis : Neurogeneratif
Diagnosa Sekunder : Hipertensi
20
Differensial diagnose
Hutington disease
Progresif supranuclear palsy
Multiple system atropi
Corticobasal degeneration
Prognosa
Prognosa Quo et Vitam
Prognosa Quo et Sanam
Prognosa Quo et Funciosa
Terapi
Non Farmakologis
Dukungan dan edukasi yang diberikan kepada pasien
Pasien harus diberikan nasehat mengenai latihan, termasuk stretching, strengthening,
fitness kardiovaskular, dan latihan keseimbangan, walaupun hanya dalam waktu singkat.
Farmakologis
Golongan Generik Nama Dagang Sediaan Dosis
Antimuskarini
k
Triheksilfenidil Arkine Kaptabs 2 mg (K) 3 x 2 mg
Dopaminergik Levodopa Levopar Tab 100 mg 3 x 100 mg
Dopaminergik
(anti parkinson
lemah)
Amantadine
(pendamping
Levodopa)
100 – 300
mg 3x 1
21
Dopamin
agonis
Pramipekson Sifrol Tab = 0,125 mg,
0,25 mg, 1 mg
3 x 1 (1,5 –
4,5 mg/hari)
Antagonis Ca
(anti
hipertensi)
Amlodipin Amdixal Tab 5 mg, 10 mg 2 x 5 mg, 2
x 10 mg
22
BAB IV
KESIMPULAN
Seorang pasien laki-laki umur 50 tahun, pekerjaan swasta, datang ke bangsal Neurologi
dengan keluhan gemetar pada kedua tangan dan kaki sejak 2 tahun yang lalu. Setelah
mengkonsumsi obat rutin gemetaran sudah berkurang. Pasien mengeluhkan langkah kaki
ketika berjalan menjadi kecil dan sulit mengenakan alas kaki pada kedua kaki. Pada saat berdiri
pasien cenderung akan terjatuh dan tampak membungkuk. Pasien pernah menderita stroke
iskemik 2 tahun yang lalu. pasien juga ada riwayat hipertensi dan mengkonsumsi obat rutin
pasien tidak pernah menderita diabetes mellitus dan tidak ada riwayat trauma kepala
Berdasarkan pembahasan teori tentang Parkinsonisme yang menyebutkan kumpulan dari
beberapa gejala parkinson yang disertai dengan penyakit penyerta seperti hipertensi, pasca
stroke maka kasus di atas tergolong parkinsonisme karena dalam pemeriksaan fisik terdapat
beberapa gejala Parkinson seperti resting tremor, rigiditas, bradikinesia, postural instability dan
disertai dengan penyakit penyerta yaitu pasca stroke dan riwayat hipertensi.
Pada pasien ini, dalam menegakkan diagnosis selain dengan diagnosis dan pemeriksaan
fisik serta pemeriksaan neurologis, dapat di evaluasi perkembangan penyakitnya dengan skala
Hoehr and Yahr. Menurut skala Hoehr and Yahr, pasien termasuk skala 3.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Arsono. Neurologi klinis.. Jakarta : EGC, 2009
2. Martin JB. Molecular basis of the neurodegenerative disorders. N Engl J Med 1999;340:1970-1980. [Erratum, N Engl J Med 1999;341:1407.]
3. Agoes, Azwar. Penyakit usia tua. Jakarta : EGC, 2010
4. Hoehn MM, Yahr MD. Parkinsonism: onset, progression and mortality. Neurology 1967;17:427-442.
5. Aru, Sudoyo. Penyakit Parkinson. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta :
Interna Publishing. 2010
6. Dewanto, George. Diagnosa dan Tatalaksana penyakit syaraf. EGC : Jakarta. 2009
7. Tanner CM, Goldman SM. Epidemiology of Parkinson's disease. Neurol Clin 1996;14:317-335.
8. Burn DJ, Mark MH, Playford ED, et al. Parkinson's disease in twins studied with 18F-dopa and positron emission tomography. Neurology 1992;42:1894-1900.
9. Funayama M, Hasegawa K, Kowa H, Saito M, Tsuji S, Obata F. A new locus for Parkinson's disease (PARK8) maps to chromosome 12p11.2-q13.1. Ann Neurol 2002;51:296-301
10. Nutt John G, Wooten G. Frederick. Diagnosa dan initial management of Parkinson’s
disease. The new England journal of medicine, 2005
24