Bab i Strategi

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu cara dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam pembukaan UUD45 yang merupakan dasar negara. Oleh karena itu berbagai cara telah dilakukan untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Misalnya saja pembaruan kurikulum, pelaksanaan otonomi sekolah, hingga kemajuan dalam metode pembelajaran. Namun masih banyak terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Salah satunya adalah kesulitan belajar yang masih dialami oleh siswa. Matematika merupakan disiplin ilmu yang dibutuhkan oleh berbagai ilmu pengetahuan lainnya, karena matematika adalah suatu cara berpikir yang jelas dan tepat sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika merupakan alat yang efisien untuk membantu ilmu pengetahuan.1 Secara definitif, tidak ada ilmuwan yang mampu mendefinisikan matematika secara lengkap. Karena beberapa definisi atau ungkapan pengertian matematika hanya dikemukakan terutama berfokus pada tinjauan pembuat definisi itu. Misalnya, ada ahli matematika yang sangat tertarik pada perilaku bilangan, ia melihat matematika dari sudut pandang bilangan, sehingga ia mendefinisikan bahwa matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan. Sedangkan di satu sisi yang lain, ada ilmuwan yang melihat matematika dari sudut pandang struktur yang tersusun secara sistematis, maka ia mendefinisikan matematika sebagai cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik, dan masih terdapat bermacam definisi berbeda dari para ahli yang berbeda pula. Sehingga tidak ada definisi tunggal tentang matematika yang telah disepakati.2 Namun demikian, menurut Soedjadi metematika memiliki ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum definisi matematika secara umum.1

Zuhri D, Proses Berpikir Siswa Kelas II SMPN Pekanbaru dalam Menyelesaikan SoalSoalPerbandingan Berbalik Nilai, Tesis Sarjana Pendidikan, (Surabaya: Perpustakaan Pascasarjana UNESA,1998), h.1.t.d. 2 R. Soedjadi, Kiat-Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional,2000), h.7.

Beberapa karakteristik itu adalah: (1) memiliki objek kajian abstrak, (2) bertumpu pada kesepakatan. (3) berpola pikir deduktif (4) memiliki simbol yang kosong dari arti, dan (5) memperhatikan semesta pembicaraan. Sifat matematika yang abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami matematika. Kesulitan yang dihadapi oleh para siswa sering kali terletak dalam bagaimana cara seorang siswa mampu menyerap informasi yang diberikan guru, menyimpan informasi tersebut, hingga pada suatu saat ia harus memanggil kembali informasi tersebut. Proses tersebut sering kali disebut Proses Berpikir oleh para ahli. Misalnya pengertian proses berpikir yang diungkapkan oleh Marpaung. Marpaung menyatakan bahwa proses berpikir adalah proses yang terdiri atas penerimaan informasi (dari luar atau dari dalam diri siswa), pengolahan, penyimpulan, dan pemanggilan kembali informasi itu dari ingatan siswa.3 Proses berpikir inilah yang erat kaitannya dengan Strategi Kognitif seorang siswa. Menurut Gagne : Cognnitive strategies refer to the ways by which learners guide their attending, learning, remembering, and thinking.4

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa strategi kognitif membantu seorang siswa dalam belajar, mengingat dan berpikir. Sedangkan dalam Kamus Psikologi strategi kognitif adalah suatu alat mental deference mechanis (mekanisme pengetahuan diri) yang membantu orang untuk menangani ketegangan. Juga merupakan suatu prosedur yang digunakan pada terapi tingkah laku, untuk mengubah cara berpikir maladaptive (salah sesuai) dan dalam pemecahan masalah.5 Dari beberapa pengertian strategi kognitif seperti yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan pengertian strategi kognitif adalah kemampuan sikap individu yang memungkinkan ia untuk mengontrol proses perhatian, mengingat, belajar, dan berpikir. Menurut Pressley (1986); Pressley, Borkowski, & Schneider (1987) dalam Pressley (1990), pengguna strategi yang baik adalah seseorang yang mempunyai suatu varitas strategi dan menggunakan prosedur-prosedur3 4

Http://www.suchaini.wordpress.com/2008/12/15/teori-berfikir-kreatif-pendidikan/ Mohammad Asikin, Analisis Kesalahan dan Strategi Kognitif Mahasiswa dalam Menyelesaikan Soal pada Teori Grup. Tesis. (Surabaya : PPs IKIP), 1998, h. 2. 5 Katini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi. (Jakarta : Raja Grafindo Persada), 2002

tersebut untuk mengatasi tantangan kognitif. Hal ini diperkuat oleh Pressley (1990) yang didasarkan pada hasil penelitian yang membuktikan bahwa individu yang sukses memiliki strategi kognitif yang lebih baik daripada individu yang kurang sukses. Saat ini siswa sangat beragam, baik dalam akademis maupun psikologis. Sebagian dari mereka memiliki tingkat intelegensi (IQ) yang lebih tinggi dari pada lainnya. Mereka tidak dapat mengikuti KBM dalam kelas yang sama dengan siswa yang memiliki tingkat intelengensi normal. Hal ini dikarenakan mereka cenderung lebih cepat dalam menerima dan memahami informasi yang diberikan dalam hal ini adalah materi pelajaran. Untuk itu, pemerintah mengadakan suatu program khusus, yaitu Program Akselarasi. Program Percepatan Belajar adalah salah satu program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang oleh guru telah diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan, dan oleh psikolog telah diidentifikasi memiliki kemampuan intelektual umum pada taraf cerdas, memiliki kreativitas dan keterikatan terhadap tugas di atas rata-rata, untuk dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar mereka. Siswa yang mengikuti program ini hanya akan menempuh lama belajar di sekolah yang seharusnya 3 tahun menjadi 2 tahun. 6 Dalam beberapa hal siswa yang mengikuti program akselarasi sangat berbeda jauh dengan siswa yang berada di kelas reguler. Sesungguhnya perbedaan itu disebabkan oleh kemampuan belajar siswa tersebut. Dapat dikatakan mereka memiliki perbedaan dalam berpikir yang meliputi strategi kognitif masing-masing siswa. Untuk mengetahuinya, maka dibutuhkan sebuah penelitian tentang strategi kognitif antara siswa yang berbeda kelas tersebut. Pemilihan materi pokok SPLDV (Sistem Persamaan Linear Dua Variabel) dalam bentuk soal cerita dikarenakan masih banyak siswa yang kurang mampu menyelesaikannya dengan baik. Kesulitan itu dapat terletak pada ketidakmampuan siswa memahami apa yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal atau kesalahan dalam melakukan operasi perhitungan (komputasi). Oleh karena itu, peneliti membuat sebuah penelitian yang

6

http://www.sdnleuwimunding3.sch.id/2011/04/pedoman-program-percepatan-belajar.html

berjudul STRATEGI KOGNITIF SISWA PROGRAM AKSELARASI DAN SISWA PROGRAM REGULER DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI POKOK SPLDV.

B. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, terdapat beberapa pertanyaan yang menjadi acuan bagi peneliti. Di antaranya yaitu: 1. Strategi kognitif apa saja yang digunakan siswa program akselarasi dalam menyelesaikan soal cerita pada materi SPLDV? 2. Strategi kognitif apa saja yang digunakan siswa program regular dalam menyelesaikan soal cerita pada materi SPLDV? 3. Apakah ada perbedaan strategi konitif yang digunakan siswa program akselarasi dan siswa program regular dalam menyelesaikan soal cerita pada materi SPLDV?

C. Tujuan Penelitian Dari pertanyaan-pertanyaan di atas, maka dapat ditentukan tujuan penelitian ini dilaksanakan. Antara lain sebagai berikut. 1. Untuk mendeskripsikan dan menganalis strategi kognitif apa saja yang digunakan siswa program akselarasi dalam menyelesaikan soal cerita pada materi SPLDV. 2. Untuk mendeskripsikan dan menganalis strategi kognitif apa saja yang digunakan siswa program regular dalam menyelesaikan soal cerita pada materi SPLDV. 3. Untuk mengetahui perbedaan strategi konitif yang digunakan siswa program akselarasi dan siswa program regular dalam menyelesaikan soal cerita pada materi SPLDV.

D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi semua kalangan yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, antara lain adalah: 1. Bagi Guru Sebagai bahan masukan yang berharga dalam merencanakan upaya memperbaiki pembalajaran di sekolah.

2. Bagi Sekolah Memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. 3. Bagi Peneliti Memperoleh pengalaman empiris dalam bidang penelitian dan penulisan yang bersifat ilmiah serta sebagai bekal yang berharga di masa pengabdian.

E. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan persepsi yang berbeda, peneliti perlu untuk mendefinisikan beberapa hal, antara lain sebagai berikut: 1. Strategi Kognitif Strategi kognitif adalah kemampuan sikap individu yang

memungkinkan ia untuk mengontrol belajar dan proses berpikirnya. Strategi kognitif berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi 4 (empat) jenis, yaitu (1) perhatian, (2) pengkodean, (3) pengingatan, dan (4) pemecahan masalah. a. Strategi Kognitif Perhatian Anak mengendalikan perhatiannya sehingga lebih terfokus pada konsep-konsep maupun aturan-aturan yang relevan dengan tujuan belajarnya. Sisipan pertanyaan di tengah bacaan teks dapat

mengarahkan perhatian siswa terhadap konsep-konsep yang relevan dengan pertanyaan tersebut. b. Strategi Kognitif Pengkodean Anak berusaha menyusun kaitan antara materi yang dipelajari dengan materi yang sudah dipelajari dan menginagt materi dalam kaitan tersebut. c. Strategi Kognitif Pengingatan Anak melakukan kategorisasi dalam menginagt sehingga kadangkadang anak dapat menyebut seluruh kata dalam daftar dengan urutan yang berbeda. Anak kecil melakukan pengingatan ini secara spontan tanpa melakukan kategorisasi . d. Strategi Kognitif Pemecahan Masalah

Anak menerapkan aturan-aturan untuk menyelesaikan masalah dan mengontrol cara berpikirnya sendiri serta menyusun hipotesis yang paling mungkin. 2. Strategi Kognitif Siswa Strategi kognitif siswa strategi kognitif siswa yang digunakan dalam menyelesaikan soal cerita pada materi SPLDV. 3. Program Akselarasi Program Akselarasi adalah salah satu program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang oleh guru telah diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan, dan oleh psikolog telah diidentifikasi memiliki kemampuan intelektual umum pada taraf cerdas, memiliki kreativitas dan keterikatan terhadap tugas di atas rata-rata, untuk dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar mereka. 4. Soal Cerita Soal cerita adalah soal matematika yang disajikan dalam bentuk cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. 5. Materi Pokok SPLDV Apabila terdapat dua persamaan linier dua variabel yang terbentuk ax + by = c dan dx + ey = f maka dikatakan dua persamaan tersebut membentuk sistem persamaan linier dua variabel. penyelesaian system persamaan linier dua variabel tersebut adalah pasangan bilangan (x,y) yang memenuhi kedua persamaan tersebut. a. Cara penyelesaian SPLDV 1) Metode Grafik Himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier dua variable adalah koordinat titik potong dua garis tersebut. Jika garis-garisnya tidak berpotongan disatu titik tertentu maka himpunan penyelesaiannya adalah himpunan kosong. 2) Metode Substitusi Himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier dua variable adalah dengan menghilangkan (mengeliminasi) salah satu variabel dari sistem persamaan tersebut. Jika variabelnya x dan y, untuk menentukan variabel x kita harus mengeliminasi variabel y terlebih dahulu, atau sebaliknya.

3) Metode Eliminasi Himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier dua variable adalah terlebih dahulu kita nyatakan variabel yang satu kedalam variable yang lain dari satu persamaan, kemudian menyubtitusikan (menggantikan) variabel itu dalam persamaan lainnya. 4) Metode Gabungan Eliminasi dan Substitusi Himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier dua variable adalah dengan menggabungkan metode eliminasi dengan metode substitusi.

4. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti melakukan beberapa pembatasan. Adapun pembatasan itu meliputi beberapa aspek, yaitu: 1. Subyek Penelitian Dalam pembatasan subyek penelitian, ada beberapa hal yang dilakukan peneliti, yaitu: 1) Yang diambil menjadi subyek penelitian adalah siswa program akselarasi dan siswa program regular SMA Negeri 1 Sidoarjo, masingmasing tiga orang siswa. 2) Yang memiliki keberanian, dapat berkomunikasi secara lisan serta mampu mengungkapkan pendapat. Dimana dalam hal ini peneliti bekerja sama dengan guru bidang studi untuk mengetahui siswa mana yang mampu mengemukakan pendapat ketika akan diwawancarai. 3) Yang bersedia bekerja sama untuk membantu mencapai tujuan penelitian. 2. Materi Bahan Ajar Adapun materi ajar dalam penelitian ini adalah SPLDV. Dikarenakan materi ini telah diberikan kepada masing-masing siswa di semester pertama mereka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Strategi Kognitif 1. Pengertian Strategi Kognitif Sebelum menguraikan tentang strategi kognitif terlebih dahulu mendefinisikan strategi. Reber mengatakan bahwa strategi dalam prespektif psikologi berarti rencana tindakan yang terdiri dari seperangkat langkah-langkah untuk memecahkan masalah untuk mencapai tujuan7. Sedangkan menurut Lawson mengartikan strategi sebagai prosedur mental yang terbentuk tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah cipta untuk mencapai tujuan. Kemudian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.8 Dari beberapa pengertian seperti yang telah dikemukakan di atas, untuk selanjutnya dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan strategi adalah rencana tindakan yang terdiri dari serangkat langkah-langkah untuk memecahkan masalah untuk mencapai tujuan. Setiap individu memiliki kemampuan yang memungkinkan ia untuk mengontrol belajar dan proses berpikirnya. Para tokoh pendidikan menamakan kemampuan semacam itu dengan sebutan yang berbeda-beda. Gagne menamakan kemampuan tersebut sebagai strategi kognitif. Menurut Gagne : Cognnitive strategies refer to the ways by which learners guide their attending, learning, remembering, and thinking.9 Sedangkan Kirby menyebutnya kemampuan tersebut di atas sebagai komponen control. 10 Weinstein dan Mayer menyebutnya sebagai strategi belajar.11

7

Syah Muhibin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja RosdaKarya, 2001), h. 214. 8 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2001), h. 1093 9 Mohammad Asikin, Analisis Kesalahan dan Strategi Kognitif Mahasiswa dalam Menyelesaikan Soal pada Teori Grup. Tesis. (Surabaya : PPs IKIP), 1998, h. 2. 10 R. Jhon Kirby, Cognitiv Strategies and Education Perfomance, (London : AcademicPress Inc.), 1984, h. 14 11 Weinstein & Mayer1989 h. 23

Dalam Kamus Psikologi strategi kognitif adalah suatu alat mental deference mechanis (mekanisme pengetahuan diri) yang membantu orang untuk menangani ketegangan. Juga merupakan suatu prosedur yang digunakan pada terapi tingkah laku, untuk mengubah cara berpikir maladaptive (salah sesuai) dan dalam pemecahan masalah.12 Dari beberapa pengertian strategi kognitif seperti yang dikemukakan di atas, selanjutnya dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan strategi kognitif adalah kemampuan sikap individu yang memungkinkan ia untuk mengontrol proses perhatian, mengingat, belajar, dan berpikir. Proses perhatian biasanya dipandang sebagai salah satu keadaan internal yang bersifat sementara, yang dinamakan mental set.13 Begitu terbentuk, set itu bertindak sebagai salah satu proses control eksekutif (strategi kognitif). Set (perangkat) perhatian mungkin digerakkan oleh rangsangan dari luar dan dalam waktu yang relatif singkat menyiagakan orang untuk menerima bentuk rangsangan-rangsangan tertentu. Mengingat dengan maksud agar ingat tentang sesuatu belum termasuk sebagai aktifitas belajar. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi jikamengingat itu berhubungan dengan aktivitasaktivitas belajar lainnya.14 Belajar menurut Kingsley adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.15 Sedangkan Gagne (1977) mengatakan belajar terjadi apabila suatu stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi, dan berpikir adalah proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya.16 Menurut Gagne seperti yang dikutip Worell & Stilwell cara berpikir seseorang tergantung pada 1) keterampilan apa yang dipunyainya, 2) keterampilan serta hierarki apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu12 13

Katini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi. (Jakarta : Raja Grafindo Persada), 2002 R.M. Gagne, Essential of Learning for Introduction. (New York : Halt Rinehart & Winston), 1988. 14 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan. (Jakarta : Rineka Cipta), 1997, h. 224. 15 Syaiful Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta), 2002, h. 13. 16 Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 1998), h. 54.

tugas.17 Selanjutnya Gagne berpendapat bahwa di dalam proses belajar terdapat dua fenomena, yaitu 1) keterampilan intelektual yang meningkat sejalan dengan meningkatnya umur serta latihan yang diperoleh individu, dan 2) belajar akan lebih cepat apabila strategi kognitif dapat dipakai dalam pemecahan masalah secara lebih efisien. Belajar menurut Gagne tidak merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah, tetapi akan terjadi dengan adanya kondisi-kondisi tertentu, yaitu kondisi (1) internal, yang antara lain menyangkut kesiapan siswa dan apa yang telah dipelajarinya sebelumnya, serta (2) eksternal, yang merupakan situasi belajar yang penyajian stimuli yang secara sengaja diatur oleh guru dengan tujuan memperlancar proses belajar. Tiap-tiap jenis hasil belajar tersebut di atas memerlukan kondisi-kondisi tertentu yang perlu diatur dan dikontrol. Gagne (1985) membagi hasil belajar menjadi lima kategori kapabilitas, yaitu 1) Informasi verbal, 2) keterampilan intelektual, 3) strategi kognitif, 4) sikap, dan 5) keterampilan motorik. Keterampilan intelektual itu dibagi lagi menjadi beberapa sub kategori. Sub kategori-sub kategori ini diurut menurut kekompleksan operasi mentalnya. Lebih lanjut, sub kategori-sub kategori itu saling berkaitan satu sa,a lain menjadi keterampilan yang lebih kompleks. Dalam keterampilan intelektual itu, Gagne mengurutkan delapan tipe belajar antara lain 1) belajar sinyal (signal learning), 2) belajar S-R (S-R learning), 3) belajar merangkai tingkah laku, 4) belajar asosiasi verbal, 5) belajar diskriminasi, 6) belajar konsep, 7) belajar aturan, 8) belajar memecahkan masalah. Dari uraian di atas, nampak bahwa keterampilan intelektual berurutan dari yang sederhana ke yang kompleks. Dari kedelapan tipe belajar tersebut di atas dan mengacu ke fase kegiatan belajar dan proses yang menghubungkan dari kedelapan tipe belajarnya, Gagne selanjutnya berpendapat bahwa setiap belajar tersebut terjadi di dalam 4 (empat) fase yang berurutan, yaitu (1) fase pemahaman, (2) fase penguasaan, (3) fase ingatan, (4) pengungkapan kembali. Demikianlah Gagne mengungkapkan

17

Sukamto, 1997, h. 30

empat fase belajar di dalam setiap dari delapan tipe belajr yang tersusun secara hirarki. Dari uraian di atas dapat diungkapkan bahwa teori gagne itu terkategoris dan berkaitan satu sama lain. Dalam hal ini hanya membahas salah satu hasil belajar dari kelima kategori kapabelitas di atas, yaitu strategi kognitif.

2. Jenis-Jenis Strategi Kognitif Gagne membedakan strategi kognitif berdasarkan fungsinya menjadi 4 (empat) jenis, yaitu (1) perhatian, (2) pengkodean, (3) pengingatan, dan (4) pemecahan masalah.18 Berikut ini diberikan secara singkat uraian tentang strategi kognitif dari Gagne. a. Strategi Kognitif Perhatian Anak mengendalikan perhatiannya sehingga lebih terfokus pada konsep-konsep maupun aturan-aturan yang relevan dengan tujuan belajarnya. Sisipan pertanyaan di tengah bacaan teks dapat mengarahkan perhatian siswa terhadap konsep-konsep yang relevan dengan pertanyaan tersebut. b. Strategi Kognitif Pengkodean Anak berusaha menyusun kaitan antara materi yang dipelajari dengan materi yang sudah dipelajari dan menginagt materi dalam kaitan tersebut. c. Strategi Kognitif Pengingatan Anak melakukan kategorisasi dalam menginagt sehingga kadangkadang anak dapat menyebut seluruh kata dalam daftar dengan urutan yang berbeda. Anak kecil melakukan pengingatan ini secara spontan tanpa melakukan kategorisasi . d. Strategi Kognitif Pemecahan Masalah Anak menerapkan aturan-aturan untuk menyelesaikan masalah dan mengontrol cara berpikirnya sendiri serta menyusun hipotesis yang paling mungkin.1918

R. M. Gagne, The Condition of Learning and Theory of Instruction. (USA : CBS College Publishing). 1985, h. 140. 19 Ibid, 141.

Telah disebutkan di atas, bahwa dalam penelitian ini strategi kognitif yang digunakan adalah strategi kognitif dari Gagne. Alasannya hanya dipilih strategi kognitif ini adalah sebagai berikut : (i) Keempat strategi tersebut sangat cocok dengan tingkat berpikir Sekolah Dasar, (ii) Sangat sederhana untuk dicermati, (iii) Sangat sistematis, dan (iv) Urutannya saling berkaitan antara strategi kognitif yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan deskripsi bagaimana strategi kognitif siswa di atas, maka klasifikasi strategi kognitif yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada strategi kognitif dari Gagne yaitu perhatian, pengkodean, pengingatan, dan pemecahan masalah. Strategi kognitif siswa dalam menyelesaikan soal-soal SPLDV dapat dikelompokkan sebagai berikut. a. Strategi Kognitif Perhatian Titik tolak dari strategi kognitif perhatian adalah kecenderungan siswa untuk memfokuskan pada konsep-konsep tertentu, mengingat kembali aturan-aturan dalam menyelesaikan soal. Adapun ciri-ciri strategi kognitif perhatian antara lain sebagai berikut: 1) Memfokuskan perhatian pada masalah yang dihadapi. 2) Mengingat dan mengungkapkan aturan-aturan yang digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. b. Strategi Kognitif Pengkodean Titik tolak strategi kognitif pengkodean adalah kecenderungan anak menyusun kaitan baru antar konsep dan sub konsep, anak mengingat materi dalam bentuk kaitan baru tersebut. Adapun ciri-ciri strategi kognitif pengkodean antara lain sebagai berikut. 1) Menyusun keterkaitan antar konsep dan sub konsep. 2) Mengingat materi dalam bentuk kaitan tersebut. c. Strategi Kognitif Pengingatan Titik tolak strategi kognitif pengingatan adalah kecenderungan untuk melihat cara kategorisasi terhadap informasi-informasi,

menyusun materi berdasarkan atribut tertentu, dan mengingat informasi yang telah dipelajari dengan cara berbeda.

Adapun ciri-ciri strategi kognitif pengingatan antara lain sebagai berikut. 1) Mengingat informasi yang telah dipelajari dengan cara berbeda. 2) Membuat pengelompokkan / klasifikasi berdasarkan atribut / ciriciri. d. Strategi Kognitif Pemecahan Masalah Titik tolak strategi kognitif pemecahan masalah adalah

kecenderungan anak menerapkan aturan-aturan, mengontrol cara berpikirnya dan menyusun hipotesis yang paling mungkin. Adapun ciri-ciri strategi kognitif pemecahan masalah antara lain sebagai berikut. 1) Menuliskan pokok permasalahan. 2) Menyusun model bilamana diperlukan. 3) Menerapkan aturan-aturan tertentu untuk menyelesaikan masalah. 20 Dalam penelitian ini, untuk mengidentifikasi strategi kognitif subyek digunakan indikator sebagai berikut. a. Strategi Kognitif Perhatian Strategi kognitif perhatian kecenderungan siswa untuk

memfokuskan pada konsep-konsep tertentu, mengingat kembali aturanaturan. Strategi kognitif subyek dalam menyelesaikan soal-soal pengukuran panjang dikategorikan dalam strategi kognitif perhatian dengan indikator sebagai berikut. 1) Memfokuskan perhatian pada masalah yang dihadapi. Dalam menyelesaikan soal cerita pada materi SPLDV, siswa dapat menuliskan apa yang diketahui soal / tidak ketahui dan yang ditanyakan dari soal. 2) Mengingat dan mengungkapkan aturan-aturan yang digunakan untuk memecahkan masalah (soal) yang dihadapi. Dalam menyelesaikan soal cerita pada materi SPLDV, siswa dapat mengingat pengertian persamaan linear dua variabel dan sistem persamaan linear dua variabel, siswa juga dapat mengingat rumus

20

La Mona, Strategi Kognitif dan Kesalahn Siswa Kelas VI SD dalam Menyelesaikan Soal Pengukuran Panjang. Tesis (Surabaya : PPs UNESA), 2003, h. 19.

dan aturan-aturan yang diperlukan dalam menyelesaikan soal yang dihadapi. b. Strategi Kognitif Pengkodean Startegi kognitif pengkodean siswa dalam menyelesaikan soalsoal pengururan panjang dikategorikan dalam strategi kognitif pengkodean dengan indikator sebagai berikut. 1) Menyusun keterkaitan antar konsep dan sub konsep. Dalam menyelesaikan soal cerita pada materi SPLDV, siswa mampu membuat pemisalan, 2) Mengingat materi dalam bentuk kaitan tersebut. Dalam menyelesaikan soal cerita pada materi SPLDV, siswa dapat mengingat pengertian persamaan linear dua variabel dan system persamaan dua variabel, selain itu siswa juga dapat mengingat rumus-rumus dan aturan-aturan yang diperlukan dalam

menyelesaikan soal yang dihadapi. c. Strategi Kognitif Pengingatan Startegi kognitif pengingatn siswa dalam menyelesaikan soal-soal pengukuran panjang dikategorikan dalam strategi kognitif pengingatan dengan indikator sebagai berikut. 1) Mengingat informasi yang telah dipelajari dengan cara berbeda. Dalam menyelesaikan soal cerita pada materi SPLDV, siswa dapat mencatat hal-hal penting, membuat gambar / grafik dan lain-lain. 2) Membuat pengelompokkan / klasifikasi berdasarkan atribut / ciriciri. Dalam menyelesaikan soal cerita pada materi SPLDV, siswa dapat membuat klasifikasi berdasarkan ciri-cirinya, seperti

pengelompokkan pada variabel yang sama. d. Strategi Kognitif Pemecahan Masalah Strategi kognitif pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal-soal pengukuran panjang dikategorikan dalam strategi kognitif pemecahan masalah dengan indikator sebagai berikut.

1) Menuliskan pokok permasalahan. Dalam menyelesaikan soal cerita pada materi SPLDV, siswa dapat memahami arti semua kata dari soal cerita tersebut, menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal cerita tersebut. 2) Menyusun model bilamana diperlukan. Dalam penyelesaian soal cerita pada materi SPLDV, siswa dapat membuat kalimat matematika / model matematika, menggunakan algoritma penyerderhanaan dengan benar, tanpa memberikan penjelasan secara terperinci, dan juga siswa cenderung ingin segera memperoleh jawaban akhir dengan tidak menguraikan langkahlangkahnya secara rinci. 3) Menerapkan aturan-aturan tertentu untuk menyelesaikan masalah. Dalam menyelesaikan soal cerita pada materi SPLDV, siswa dapat menggunakan langkah-langkah penyelesaian yang tepat seperti membuat pemisalan, menggunakan salah satu metode (grafik, substitusi, eliminasi, atau substitusi-eliminasi), dan operasi-operasi dasar (penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian) Seorang subyek dikatakan cenderung memiliki strategi kognitif tertentu jika subyek tersebut memenuhi ketentuan berikut. a. Strategi kognitif subyek dikatakan strategi kognitif perhatian jika

subyek memenuhi sebagian besar indikator strategi kognitif perhatian. b. Strategi kognitif subyek dikatakan strategi kognitif pengkodean jika subyek memenuhi sebagian besar indikator strategi kognitif

pengkodean. c. Strategi kognitif subyek dikatakan strategi kognitif pengingatan jika subyek memenuhi sebagian besar indikator strategi kognitif

pengingatan. d. Strategi kognitif subyek dikatakan strategi kognitif pemecahan

masalah jika subyek memenuhi sebagian besar indikator strategi kognitif pemecahan masalah. e. Jika subyek tidak memenuhi kriteria tersebut di atas, maka strategi kognitif siswa tidak dapat dikelompokkan.

B. Program Akselarasi Program akselerasi menurut Sutratinah Tirtonegoro adalah cara penanganan anak supernormal dengan memperbolehkan naik kelas secara meloncat atau menyelesaikan program reguler di dalam jangka waktu yang lebih singkat. Depdiknas mendefinisikan program percepatan belajar (akselerasi) adalah sebuah pemberian layanan pendidikan sesuai potensi siswa berbakat, dengan memberi kesempatan mereka untuk menyesuaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih cepat dibandingkan teman-temannya.21 Program percepatan belajar adalah salah satu program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang oleh psikolog telah di identifikasi memiliki kemampuan intelektual umum pada taraf cerdas, memiliki kreatifitas dan keterikatan terhadap tugas di atas rata-rata, untuk dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar mereka.22 Program percepatan juga bisa di artikan sebagai program untuk melayani dan mengakomodasi peserta didik yang cepat dalam belajar atau memiliki kemampuan di atas rata-rata sehingga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melalui masa belajar di sekolah dengan waktu yang relatif singkat.23 Sedangkan menurut Mukhtar program percepatan belajar adalah upaya pembinaan siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa secara eksaltasi (naik kelas secara melompat) atau akselerasi (penyelesaian program reguler dengan jangka waktu yang lebih singkat).24 Dari beberapa pengertian di atas dapat di ambil sebuah benang merah dari program percepatan belajar adalah sebuah upaya pelayanan pendidikan yang di berikan kepada anak yang mempunyai kemampuan diatas rata-rata untuk menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat. Pada dasarnya bentuk pelaksanaan pendidikan bagi anak yang berprestasi atau diatas rata-rata (dalam istilah sutratina, anak supernormal) dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu.21

Depdiknas, Program Penyelenggaran Program Percepatan Belajar SD, SLTP, SMU(Jakarta : 2001), 13 22 Albani Zuhdi, 2002,Program Akselerasi,htt//www.ditplg.or.id/new/index.php?menu:profile&pro:50 23 E.Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung : Remaja Rosda Karya), 187 24 Mukhtar,dkk. Pendidikan Anak Bangsa, Pendidikan Untuk Semua, (Jakarta : Nimas Multima, 2002), 50

1. Acceleration (Percepatan) 2. Segregation (Pengelompokan) 3. Enrichment (Pengayaan) Program acceleration dapat dilaksanakan dengan cara masuk sekolah sebelum waktunya, naik kelas sebelum waktunya, merangkap kelas, meloncat kelas, menyelesaikan bahwa pelajaran dalam waktu yang singkat sesuai dengan kemampuan yang istimewa, menghilangkan bagian yang dianggap kurang penting atau yang sangat mudah karena sudah dapat belajar sendiri, sehingga dengan mempelajari buku dengan cara meloncat- loncat.

Acceleration dapat berjalan praktis apabila sekolah itu mempergunakan sistem maju berkelanjutan dan sistam kredit, ini berarti anak dapat maju terus sesuai dengan kemampuan sendiri (cepat atau lambat). Anak yang tergolong supernormal dapat maju terus tanpa menunggu temannya dan maju lebih cepat, sehingga dalam waktu singkat dapat mencapai jumlah kredit yang telah ditentukan.25 Segregation adalah pengelompokan atau pengasingan, siswa di sendirikan menjadi kelompok khusus, semacam ability grouping atau kelompok kecepatan. 1. Kelas biasa ditambah kelas khusus, anak diatas rata-rata mengikuti secara penuh seluruh kegiatan di sekolahnya setelah itu mendapat pelajaran tambahan dalam kelas khusus. 2. Mengikuti kelas biasa (reguler class) tetapi tidak penuh 100% (hanya sekitar 75 %) ditambah dengan mengikuti kelas khusus (special class), karena jumlah jam pelajaran, maka anak diatas rata-rata masih mempunyai waktu untuk melakukan kegiatan-kegiatan lain yang dibutuhkan untuk pengembangan aspek-aspek kepribadian, karena jumlah belajar yang cukup lama di kelas khusus anak diatas masih memperoleh kesempatan bersaing dengan teman sesama diatas rata-rata. 3. Secara penuh anak diatas rata-rata dimasukkan dengan kelas khusus, ini berarti guru-guru, kurikulum, metode pembelajaran, dan lain- lain komponen pendidikan dilaksanakan secara khusus. Maka dengan ini guru akan lebih mudah melakukan tugasnya karena menghadapi siswa yang

25

Sutratina Tirtonegoro, Anak Supernormal..., 104

sederajat tingkat kecerdasannya. Dan pihak siswa akan merasa ada persaingan dengan teman-teman yang seimbang kemampuannya sehingga dapat mempercepat pelajaran sesuai dengan kondisi mental. 4. Alternatif terakhir dengan mendirikan sekolah khusus untuk anak diatas rata-rata agar mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk

mengembangkan diri, karena dapat bersaiang dengan anak lain yang juga sama-sama seperti dengan segala fasilitas yang diperlukan.26 Enrichment, dalam program ini siswa diberi pelajaran sebagai satu pengayaan. Bentuk pengayaan ini dapat di laksanakan dengan dua cara yaitu: 1. Secara vertikal Pada program ini siswa diberi kesempatan untuk memperdalam materi pelajaran yang di senangi. Hal ini di arahkan pada spesialisasi satu bidang tertentu sesuai minat siswa. 2. Secara Horizontal Siswa diberi kesempatan untuk memperluas pengetahuan tentang materi pelajaran yang di pelajari dengan tambahan pengayaan. Adapun materi yang di tambahkan dapat berupa memperluas kurikulum, memperluas materi pelajaran itu sendiri dan mengadakan kegiatan seperti library skill, penelitian, tugas praktek lapangan dll.27 Menurut Suharsimin Arikunto, bentuk pelaksanaan pengayaan ini dapat di lakukan dengan 2 cara: pertama, kegiatan pengayaan berhubungan dengan topik yang sedang dipelajari. kedua, kegiatan yang tidak berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari.28 Pelaksanaan terhadap ke 3 teori di atas di lakukan secara parsial atau dengan jalan menggabungkan di antara ketiganya (kombinasi), jadi pelaksanaan akselerasi bukan berarti hanya menekankan pada percepatan pembelajaran tetapi tidak menuntut kemungkinan adanya penambahan atau pengayaan. Landasan Hukum penyelenggaraan program percepatan belajar adalah Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional,

26 27

Sutratina Tirtonegoro, Anak Supernormal..., 110-112 ibid, 113-114 28 Suharsimin Arikunto, Pengelolaan kelas dan siswa, sebuah pendekatan Evaluatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, cet kehidupan 4, 1996), 49

kemudian diganti dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, antara lain : Pasal 5 ayat 4 : Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus Pasal 12 ayat 1 : Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: (b) mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya; (f) menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan . Ada 2 (dua) tujuan yang mendasari dikembangkannya program percepatan belajar bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa : a. Tujuan Umum : 1) Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektifnya. 2) Memenuhi hak asasi peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan bagi dirinya sendiri. 3) Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik. 4) Memenuhi kebutuhan aktualisasi diri peserta didik. 5) Menimbang peran peserta didik sebagai aset masyarakat dan kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran. 6) Menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan. b. Tujuan Khusus 1) Memberi penghargaan untuk dapat menyelesaikan program pendidikan secara lebih cepat sesuai dengan potensinya. 2) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran peserta didik. 3) Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal. 4) Memacu mutu siswa untuk peningkatan keceradasan spiritual, intelektual, dan emosionalnya secara berimabang.

Program percepatan belajar dapat diselenggarakan dalam 3 (tiga) bentuk pilihan : a. Kelas Reguler, dimana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama-sama dengan siswa lainnya di kelas reguler (model terpadu/inklusif). Bentuk penyelenggaraan pada kelas reguler dapat dilakukan dengan model sebagai berikut : 1) Kelas reguler dengan kelompok (cluster) Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama siswa lain (normal) di kelas reguler dengan kelompok khusus. 2) Kelas reguler dengan pull out Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama siswa lain (normal) di kelas reguler, namun dalam waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber (ruang khusus) untuk belajar mandiri, belajar kelompok, dan/atau belajar dengan guru pembimbing khusus. b. Kelas Khusus, dimana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas khusus; c. Sekolah Khusus, dimana semua siswa yang belajar di sekolah ini adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. SMA Negeri 1 Sidoarjo memilih melaksanakan program percepatan belajar dalam bentuk kelas khusus, siswa dipilih setelah lulus dari test baik psikotest (test IQ) maupun dari test akademis (yang dinyatakan dalam hasil ujian nasional). Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan program belajar bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa lebih cepat dibandingkan dengan siswa reguler. Pada satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD), dari 6 (enam) tahun dapat dipercepat menjadi 5 (lima) tahun. Sedangkan pada satuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) masing-masing dari 3 (tiga) tahun dapat dipercepat menjadi 2 (dua) tahun. Siswa yang diterima sebagai peserta program percepatan belajar adalah siswa yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Persyaratan Akademis, yang diperoleh dari skor rata-rata nilai Rapor, Nilai Ujian Nasional, serta Tes Kemampuan Akademis dengan nilai sekurangkurangnya 8,00. b. Persyaratan Psikologis, yang diperoleh dari hasil pemeriksaan psikologis meliputi tes kemampuan intelektual umum, tes kreativitas, dan keterikatan pada tugas. Peserta yang lulus tes psikologi adalah mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dengan kategori jenius (IQ > 140) atau mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dengan kategori cerdas (IQ > 125) yang ditunjang oleh kreativitas dan keterikatan terhadap tugas dalam kategori di atas rata-rata. c. Informasi Data Subyektif, yaitu nominasi yang diperoleh dari diri sendiri (self nomination), teman sebaya (peer nomination), orangtua (parent nomination), dan guru (teacher nomination) sebagai hasil dari pengamatan dari sejumlah ciri-ciri keberbakatan. d. Kesehatan fisik, yang ditunjukkan dengan surat keterangan sehat dari dokter. e. Kesediaan Calon Siswa dan Persetujuan Orangtua. Sedangkan kurikulum yang digunakan untuk program percepatan belajar adalah : a. Kurikulum nasional dan muatan lokal yang dimodifikasi dengan penekanan pada materi esensial dan dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan spiritual, logika, etika, dan estetika, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir holistik, kreatif, sistemik, dan konvergen, untuk memenuhi tuntunan masa kini dan masa mendatang. b. Kurikulum nasional dan muatan lokal yang dikembangkan secara berdiferensiasi untuk memenuhi pendidikan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dengan cara memberikan pengalaman belajar yang berbeda dalam arti kedalaman, keluasan, percepatan, maupun jenisnya. c. Pengembangan kurikulum berdiferensiasi untuk program percepatan belajar dapat dilakukan dengan melakukan modifikasi kurikulum nasional dan muatan lokal dengan cara sebagai berikut :

1) Modifikasi alokasi waktu, yang disesuaikan dengan kecepatan belajar bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa; 2) Modifikasi isi/materi, dipilih yang esensial; 3) Modifikasi sarana-prasarana, yang disesuaikan dengan karakteristik siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa yakni senang menemukan sendiri pengetahuan baru; 4) Modifikasi lingkungan belajar yang memungkinkan siswa memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dapat memenuhi kehausan akan pengetahuan; 5) Modifikasi pengelolaan kelas, yang memungkinkan siswa dapat bekerja di kelas, baik secara mandiri, berpasangan, maupun berkelompok. d. Struktur program (jumlah jam setiap mata pelajaran) sama dengan kelas reguler, hanya perbedaannya terletak pada waktu penyelesaian kurikulum tersebut lebih dipercepat dari pada kelas reguler. Untuk itu sekolah dapat menyusun kalender pendidikan khusus untuk program percepatan belajar. Guru yang mengajar pada program percepatan belajar pada dasarnya sama dengan guru yang mengajar pada program reguler, hanya saja dipilih yang memiliki kemampuan, sikap, dan keterampilan terbaik diantara guru yang ada (the best of the best). Berikut ini adalah beberapa persyaratan bagi guru anak berbakat : a. memiliki pengetahuan tentang sifat dan kebutuhan anak berbakat. b. memiliki keterampilan dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. c. memiliki pengetahuan tentang kebutuhan afektif dan kognitif anak berbakat. d. memiliki kemampuan untuk mengembangkan pemecahan masalah secara kreatif. e. memiliki kemampuan untuk mengembangkan bahan ajar untuk anak berbakat. f. memiliki kemampuan untuk menggunakan strategi mengajar perorangan. g. memiliki kemampuan untuk menunjukkan teknik mengajar yang sesuai. h. memiliki kemampuan untuk membimbing dan memberi konseling kepada anak berbakat dan orangtuanya. i. Memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian.

Sekolah penyelenggara program percepatan belajar adalah sekolah yang memiliki kelengkapan fasilitas belajar berupa prasarana dan sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa yang memiliki keberbakatan intelektual tinggi. Beberapa sarana belajar yang diharapkan tersedia diantaranya kelengkapan sumber belajar (seperti buku paket, buku pelengkap, buku referensi, buku bacaan, majalah, modul, lembar kerja, kaset video, VCD, CD-ROM), media pembelajaran (seperti radio, casette recorder, TV, OHP, Wireless, Slide Projector, LD/LCD/VCD/DVD Player, Komputer), serta adanya sarana Information Technology (IT) : seperti jaringan internet, dan lain-lain. Evaluasi yang dilakukan untuk siswa pada program percepatan belajar pada dasarnya sama dengan yang dilakukan pada program reguler, yaitu untuk mengukur ketercapaian materi (daya serap) yang sejalan dengan prinsip belajar tuntas. Laporan hasil belajar (rapor) siswa program percepatan belajar mempunyai format yang sama dengan rapor siswa program reguler. Namun, pembagian dan tanggal diberikannya rapor sesuai dengan kalender pendidikan program percepatan belajar yang telah disusun secara khusus. Sampai dengan tahun pelajaran 2002/2003 Dirjen Dikdasmen telah menetapkan 56 sekolah di 17 propinsi di Indonesia, sebagai penyelenggara uji coba program percepatan belajar. Selanjutnya searah dengan kebijakan pemerintah tentang desentralisasi pendidikan dan ditindaklanjuti dengan Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar, maka mulai tahun 2003/2004 Dinas Pendidikan Propinsi telah menetapkan sekolah

penyelenggara ujicoba program percepatan belajar yang baru. Sumber data dan informasi mengenai keberadaan sekolah yang dimaksud di Dinas Pendidikan Propinsi. Agar kualitas pelaksanaan program percepatan belajar pada sekolah yang telah ditetapkan sebagai ujicoba dapat dicapai dengan baik, maka upaya pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah adalah memfasilitasi kegiatan yang diperlukan meliputi : a. Penyusunan Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar di Sekolah; b. Pendidikan dan pelatihan program percepatan belajar bagi pembina, kepala sekolah, pengurus yayaysan, guru mata pelajaran pokok;

c. Seminar dan simposium tentang layanan pendidikan bagi anak berbakat yang melibatkan psikolog, dewan pendidikan, komite sekolah, dan masyarakat; d. Pengadaan buku kepustakaan bagi anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa; e. Melakukan studi dampak pelaksanaan program percepatan belajar bagi siswa berbakat; f. Supervisi terhadap sekolah penyelenggara program percepatan belajar; g. Lomba karya nyata, seni (suara, drama, baca puisi, lukis, tari, music), ilmu pengetahuan dan teknologi, karya ilmiah bagi siswa berbakat; h. Mengembangkan jejaring kerja dengan institusi dalam dan luar negeri yang relevan dalam upaya pemberian layanan program keberbakatan bagi peserta didik; i. Melayani konsultasi manajemen penyelenggaraan program keberbakatan kepada sekolah dan masyarakat; j. Melaksanakan Studi banding dengan sekolah-sekolah penyelenggara program keberbakatan di dalam dan di luar negeri; k. Monitoring dan evaluasi terhadap implementasi program percepatan belajar di Sekolah.

C. Soal Cerita Masalah-masalah yang berhubungan dengan matematika sering kita jumpai pada situasi sehari-hari. Permasalahan matematika yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-soal berbentuk cerita. Untuk dapat menyelesaikan masalah matematika berbentuk soal cerita tidak semudah menyelesaikan masalah matematika yang sudah berbentuk simbol-simbol matematika yang sudah dikenal siswa. Soedjadi menyatakan bahwa bentuk soal dalam matematika pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu soal bentuk hitungan dan soal bentuk cerita. Soal bentuk hitungan adalah soal yang sudah berbentuk simbol-simbol matematika. Sedangkan soal cerita adalah suatu soal matematika yang dapat diolah sehingga menunjukkan suatu penalaran.29

29

R. Soedjadi, Kiat-Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, op.cit, h.189.

Soedjadi juga menambahkan bahwa untuk menyelesaikan soal matematika ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: 1. Membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna dari tiap kalimat. 2. Memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal, apa yang diminta atau ditanya dalam soal, dan operasi pengerjaan apa yang diperlukan. 3. Membuat model matematika dari soal. 4. Menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika, sehingga mendapatkan jawaban dari model tersebut. 5. Mengembalikan jawaban soal kepada jawaban asal.30 Musser menyajikan langkah-langkah dalam menyelesaikan soal cerita ke dalam bagan sebagai berikut:31

Situasi Nyata Abstraksi Soal

Situasi Model

Model Matematika

Operasi Pemecahan

Jawaban Soal

Tafsir Jawaban Model

GAMBAR 2 : ALUR MENYELESAIKAN SOAL CERITA Adapun penjelasan alur di atas bahwa soal cerita yang disajikan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, soal tersebut harus dipahami terlebih dahulu, apa yang diketahui serta apa yang ditanyakan. Setelah mengetahui apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, soal tersebut diubah ke dalam model30 31

Ibid, h.189-190. Gary L. Musser dan William F. Burger, Mathematics for Elementary Teacher, (USA: PranticeHall.inc, 1994), h.5.

matematika. Salah satu bentuk model matematika adalah kalimat matematika. Kemudian soal yang telah diubah ke dalam kalimat matematika dicari cara penyelesaiannya berdasarkan aturan-aturan yang terdapat pada matematika untuk mengetahui jawabannya. Jawaban yang telah dihasilkan tersebut ditafsirkan ke dalam situasi nyata. Kegiatan penafsiran ini merupakan kegiatan mengembalikan makna variabel yang terdapat dalam kalimat matematika tersebut. langkah akhir ini dilakukan dengan membuat kalimat yang jelas dan ditandai dengan adanya kata jadi di awal kalimat. Hal inilah yang merupakan jawaban dari permasalahan situasi nyata dalam soal cerita. Pendapat yang lain dikemukakan oleh Polya. Ia menyatakan bahwa dalam memecahkan permasalahan matematika harus dilalui empat langkah heuristik, yakni: 1. Understanding the problem ( Memahami masalah ) Dalam tahap ini perlu diidentifikasi antara lain apa yang perlu diketahui, apa yang ditanyakan dan apa kondisi yang harus dipenuhi dalam memecahkan masalah itu. 2. Devising a plan ( Menyusun rencana pemecahan ) Dalam tahap ini perlu dianalisis antara lain hubungan antara yang diketahui dengan yang ditanyakan. Kemudian mungkin memecahkan masalah itu atas bagian-bagian jika hubungan yang dimaksud tidak dapat ditemukan secepatnya. Penyusunan rencana pemecahan akan berjalan dengan baik jika siswa terbiasa dengan masalah itu atau pernah melihat masalah yang mirip dengan masalah yang dihadapi. 3. Carrying out the plan ( Melaksanakan rencana pemecahan ) Dalam melaksanakan rencana pemecahan masalah perlu diperhatikan urutan yang sistematis. 4. Looking back ( Memeriksa kembali proses pemecahan ) Dalam tahap ini perlu dilakukan pemeriksaan terhadap setiap langkah dan hasil yang diperoleh dengan memeriksa kebenaran setiap pernyataan yang digunakan.32 Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam menyelesaikan soal cerita memerlukan daya nalar yang tinggi, sehingga32

Zuhri D, Proses Berpikir Siswa Kelas II SMPN Pekanbaru dalam Menyelesaikan Soal-Soal Perbandingan Berbalik Nilai, op.cit, h.27.

membutuhkan suatu prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh untuk memperoleh suatu penyelesaian. Dan dari beberapa pendapat ahli di atas, maka siswa dalam menyelesaiakan soal cerita dalam penelitian ini harus menempuh langkah-langkah sebagai berikut: 1. Merumuskan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal. 2. Menyusun rencana pemecahan yakni dengan merubah soal bentuk cerita ke dalam model matematika, dalam tahap ini perlu dianalisis hubungan antara yang diketahui dan yang ditanyakan. 3. Melaksanakan rencana pemecahan berdasarkan aturan-aturan yang terdapat pada matematika sehingga diperoleh hasil akhirnya.4.

Memeriksa kembali serta mengembalikan jawaban soal pada jawaban asal sesuai yang diminta pada soal dan biasanya ditandai dengan kata jadi pada awal kalimat.

D. Ringkasan Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Persamaan Linier Dua Variabel a. Pengertian PLDV Persamaan yang dinyatakan dalam bentuk ax + by = c dengan a , b 0; a , b , c R ; dan x , y adalah variabel. Untuk mencari nilai x dan y yang memenuhi persamaan ini biasanya menggunakan tabel. b. Penyelesaian PLDV Perhatikan persamaan x + y = 5. Persamaan x + y = 5 masih merupakan kalimat terbuka, artinya belum mempunyai nilai kebenaran. Jika nilai x kita ganti bilangan 1 maka nilai y yang memenuhi adalah 4. Karena bilangan (1 , 4) memenuhi bilangan tersebut, maka persamaan x + y = 5 menjadi kalimat yang benar. Dalam hal ini (1 , 4) merupakan salah satu penyelesaian dari persamaaan dari x + y = 5. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) b. Pengertian SPLDV Apabila terdapat dua persamaan linier dua variabel yang terbentuk ax + by = c dan dx + ey = f , maka dikatakan dua persamaan tersebut membentuk sistem persamaan linier dua variabel. Penyelesaian sistem persamaan linier

dua variabel tersebut adalah pasangan bilangan (x , y) yang memenuhi kedua persamaan tersebut. c. Cara penyelesaian SPLDV 5) Metode Grafik Himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier dua variabel adalah koordinat titik potong dua garis tersebut. Jika garis-garisnya tidak berpotongan di satu titik tertentu, maka himpunan penyelesaiannya adalah himpunan kosong. 6) Metode Substitusi Himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier dua variable adalah dengan menghilangkan (mengeliminasi) salah satu variabel dari sistem persamaan tersebut. Jika variabelnya x dan y, untuk menentukan variabel x kita harus mengeliminasi variabel y terlebih dahulu, atau sebaliknya. 7) Metode Eliminasi Himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier dua variabel adalah terlebih dahulu kita nyatakan variabel yang satu kedalam variabel yang lain dari satu persamaan, kemudian menyubtitusikan (menggantikan) variabel itu dalam persamaan lainnya. 8) Metode Gabungan Eliminasi dan Substitusi Himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier dua variable adalah dengan menggabungkan metode eliminasi dengan metode substitusi. Penerapan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) Ketika seorang siswa dihadapkan sebuah soal cerita yang mengandung SPLDV, maka siswa dapat mengikuti langkah-langkah dalam

menyelesaikan soal cerita tersebut. Langkah-langkah menyelesaikan soal cerita sebagai berikut: a. Mengubah kalimat-kalimat dalam soal cerita menjadi beberapa kalimat matematika, sehingga membentuk sistem persamaan linier dua variabel. b. Menyelesaikan sistem persamaan linier dua variabel. c. Menggunakan penyelesaian yang diperoleh untuk menjawab pertanyaan pada soal cerita.33

33

Nuharini dewi dan Wahyuni tri, matematika konsep dan aplikasinya, (Surabaya: CV.Usaha Makmur, 2008), h. 95-109.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif sedangkan data-data yang diperoleh dideskripsikan untuk menggambarkan strategi kognitif yang digunakan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi SPLDV. Adapun alasan pemilihan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini disebabkan karena penelitian ini juga berpusat pada wawancara mengenai pengalaman, opini, dan pengetahuan subyek terkait dengan cara subyek dalam menyelesaikan soal cerita pada materi SPLDV.

B. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian kualitatif peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus pengumpul data, oleh karena itu kehadiran peneliti di lokasi penelitian mutlak diperlukan. Adapun jadwal kehadiran peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut. Kehadiran keHari / Tanggal Aktivitas

C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah yang melaksanakan program akselarasi (program percepatan belajar), yaitu SMA Negeri 1 Sidoarjo.

Program akselarasi di SMA ini telah lama dilaksanakan dan menghasilkan lulusan yang sangat kompeten. Sarana prasarananya pun sangat memadai untuk mendukung program tersebut. Selain itu, untuk program regular, sekolah ini juga sangat memperhatikan fasilitas yang dibutuhkan demi meningkatkan kemampuan siswa. Atas pertimbangan dari fakta tersebut, peneliti memilih sekolah ini untuk melaksanakan penelitian.

D. Sumber Data Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil tes dan hasil wawancara, Oleh karena itu peneliti terlebih dahulu menyusun soal tes dan pedoman wawancara. Soal-soal yang digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini, adalah soal-soal cerita yang dikembangkan oleh peneliti. Sebelum membuat soal tes, peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi tes. Kisi-kisi tes digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan tes. Dalam penyusunan soal tes, peneliti memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Kurikulum yang berlaku. 2. Buku paket matematika yang terkait dengan materi SPLDV. Sedangkan untuk mendapatkan data kualitatif, dilakukan wawancara kepada masing-masing subyek dengan didukung oleh pedoman wawancara. Pedoman wawancara disiapkan untuk menjamin agar semua data yang diinginkan dapat terjaring. Untuk pemilihan subyek penelitian, dipilih subyek yang akan dites dan diwawancara berdasarkan hal-hal berikut : 1. Yang diambil menjadi subyek penelitian adalah siswa program akselarasi dan siswa program regular SMA Negeri 1 Sidoarjo, masing-masing tiga orang siswa. 2. Yang memiliki keberanian, dapat berkomunikasi secara lisan serta mampu mengungkapkan pendapat. Dimana dalam hal ini peneliti bekerja sama dengan guru bidang studi untuk mengetahui siswa mana yang mampu mengemukakan pendapat ketika akan diwawancarai. 3. Yang bersedia bekerja sama untuk membantu mencapai tujuan penelitian.

E. Prosedur Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan bersifat kualitatif dengan menggunakan metode wawancara baku terbuka, artinya bahwa urutan materi yang ditanyakan dan cara penyajian sama untuk setiap responden, sehingga keluwesan pertanyaan untuk wawancara mendalam terbatas, tergantung pada situasi dan kecakapan pewawancara. Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini memberi kebebasan kepada peneliti untuk menelusuri dan memeriksa strategi kognitif siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi SPLDV dengan catatan peneliti tidak mempengaruhi strategi kognitif subyek.. Untuk memperoleh data yang diinginkan dengan metode wawancara baku terbuka, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Memberikan kepada setiap subyek soal satu persatu dari 4 soal yang harus dikerjakan. 2. Memberikan kesempatan kepada setiap subyek untuk membaca dan memahami soal. 3. Memberikan kesempatan kepada setiap subyek untuk menjelaskan hasil pekerjaannya. 4. Peneliti melakukan penelusuran dan pemeriksaan tentang strategi kognitif subyek dalam menyelesaikan soal. Untuk mencegah kecemasan dan keraguan siswa yang diwawancarai, maka sebelum dilakukan wawancara peneliti menjelaskan bahwa hasil wawancara ini tidak mempengaruhi penilaian guru terhadap siswa tersebut, serta diharapkan siswa dapat memberikan keterangan yang sesungguhnya dan apa adanya sesuai dengan yang dipikirkan. Pelaksanaan wawancara tidak menggunakan bahasa baku, melainkan bahasa komunikatif agar pelaksanaan wawancara tidak terasa kaku dan suasana menjadi harmonis. Pada saat melakukan wawancara, peneliti merekam hasil wawancara tersebut dengan menggunakan mini recorder setelah terlebih dahulu meminta persetujuan siswa. Hasil wawancara digunakan untuk mengetahui strategi kognitif siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Dari klasifikasi siswa yang dijadikan subyek penelitian, tidak dicantumkan nama dari siswa tersebut, melainkan diberikan kode bagi siswa tersebut.

F. Analisa Data Data dalam penelitian ini adalah hasil pekerjaan tertulis dan penjelasanpenjelasan siswa dalam wawancara. Data yang diperoleh dianalisis selama dan sesudah pengumpulan data. Adapun proses kegiatan analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap Reduksi Data Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mengacu kepada proses menajamkan, menggolongkan, membuang yang tidak perlu, dan

mengorganisasikan data mentah yang diperoleh dari lapangan. Semua data dipilih sesuai dengan kebutuhan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data yang diperoleh dari wawancara dituangkan secara tertulis dengan cara sebagai berikut: Mentranskip semua penjelasan yang dituturkan subyek selama wawancara. Memutar hasil rekaman berulang kali agar dapat ditulis dengan tepat apa yang telah dijelaskan oleh subyek. Untuk mengurangi kesalahan penulisan transkip, peneliti memeriksa ulang kebenaran hasil transkip tersebut dengan mendengarkan kembali penjelasan-penjelasan saat wawancara. 2. Menyajikan Data Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang terorganisasi dan terkategori sehingga memungkinkan untuk menafsirkan, memberikan makna dan pengertian, serta menarik kesimpulan. 3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi Berdasarkan penyajian data tersebut, selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan tentang strategi kognitif subyek dalam menyelesaikan soal-soal cerita pada materi SPLDV. Penarikan kesimpulan strategi kognitif subyek dari 4 soal yang diberikan menggunakan kriteria sebagai berikut: Seorang subyek dikatakan cenderung memiliki strategi kognitif tertentu jika subyek tersebut memenuhi ketentuan berikut. a. Strategi kognitif subyek dikatakan strategi kognitif perhatian jika

subyek memenuhi sebagian besar indikator strategi kognitif perhatian.

b. Strategi kognitif subyek dikatakan strategi kognitif pengkodean jika subyek memenuhi sebagian besar indikator strategi kognitif

pengkodean. c. Strategi kognitif subyek dikatakan strategi kognitif pengingatan jika subyek memenuhi sebagian besar indikator strategi kognitif

pengingatan. d. Strategi kognitif subyek dikatakan strategi kognitif pemecahan

masalah jika subyek memenuhi sebagian besar indikator strategi kognitif pemecahan masalah. e. Jika subyek tidak memenuhi kriteria tersebut di atas, maka strategi kognitif siswa tidak dapat dikelompokkan.

G. Pengecekan Keabsahan Penelitian Untuk memeriksa keabsahan data kualitatif maka digunakan triangulasi. triangulasi tersebut meliputi:34 1. Triangulasi dengan Sumber Triangulasi dengan sumber dilakukan dengan cara membandingkan hasil wawancara startegi kognitif subyek terhadap satu soal dengan hasil wawancara startegi kognitif terhadap soal tes yang lain. Untuk satu soal tes, dilakukan wawancara minimal satu kali sehingga dapat diketahui startegi kognitif subyek. Wawancara dengan pertanyaan yang sama diuji lagi untuk butir tes yang lain sehingga diperoleh startegi kognitif dari subyek yang sama. Kemudian dari hasil wawancara dapat diamati kecenderungan startegi kognitif subyek. 2. Triangulasi dengan Metode Triangulasi dengan metode dilakukan dengan cara membandingkan hasil triangulasi pada point 1 di atas dengan hasil analisis terhadap tes tertulis. Kesimpulan kecenderungan startegi kognitif pada poin 1 dibandingkan dengan kesimpulan kecenderungan startegi kognitif subyek melalui hasil tes tertulis. Jika kesimpulan kecenderungan startegi kognitif subyek dalam menyelesaikan soal cerita berdasarkan hasil wawancara34

Suparni, Proses Berpkir Siswa dalam Menyelesaikan Soal Operasi Hitung Pecahan Bentuk Aljabar, op.cit, h.50-51.t.d

berbeda

dengan

kecenderungan

startegi

kognitif

subyek

dalam

menyelesaikan soal cerita berdasarkan hasil tes, maka akan dilakukan wawancara ulang. Jika dari hasil wawancara kedua diperoleh kesimpulan bahwa strategi kognitif subyek sama dengan strategi kognitif subyek berdasarkan hasil wawancara satu, maka disimpulkan bahwa strategi kognitif subyek dalam menyelesaikan soal cerita sesuai dengan hasil kesimpulan berdasarkan wawancara tersebut. Tetapi jika berdasarkan hasil wawancara kedua diperoleh kesimpulan bahwa strategi kognitif subyek sama dengan strategi kognitif subyek berdasarkan hasil tes, maka disimpulkan bahwa strategi kognitif subyek dalam menyelesaikan soal cerita sesuai dengan hasil kesimpulan berdasarkan tes.

H. Tahap-Tahap Penelitian Penelitian ini diawali dengan penyusunan soal tes. Draf soal yang telah tersusun diuji kevalidannya oleh beberapa ahli matematika. Apabila masukan atau komentar dari para validator menyatakan harus diperbaiki, maka peneliti merevisi penyusunan soal tes hingga tersusun draf soal baru. Selanjutnya draf soal ini diujicobakan kepada siswa. Hasil uji coba tersebut tidak diuji secara statistik, dengan pertimbangan bahwa uji coba itu menitikberatkan pada pemahaman siswa terhadap soal yang diberikan. Dengan demikian kata atau kalimat yang bermakna ganda atau ditafsirkan berbeda-beda oleh siswa akan diganti sehingga diperoleh soal yang layak digunakan. Adapun tahap-tahap di atas dapat peneliti gambarkan sebagai berikut:

Penyusunan draf soal test

Draf 1Draf Ii

Validasi ahli ke-i, i 1

Valid

tidakRevisi

Draf II

Soal Layak Digunakan

Uji Coba

GAMBAR III : TAHAP PENYUSUNAN DRAF SOAL Setelah diperoleh soal yang layak digunakan, peneliti mengujikan soal tes kepada siswa dari program akselarasi dan siswa dari program reguler. Melalui kriteria yang telah ditentukan, akhirnya diambil 3 subyek dari masing-masing kelas untuk diwawancara. Setelah diperoleh data wawancara, peneliti mereduksi data dengan mentranskip semua penjelasan yang dituturkan oleh masing-masing subyek, kemudian peneliti menyajikan hasil transkip dalam data tertulis untuk ditarik kesimpulan berdasarkan indikator strategi kognitif yang telah dibuat oleh peneliti. Untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh, peneliti melakukan triangulasi. Triangulasi yang dilakukan oleh peneliti meliputi triangulasi dengan sumber dan triangulasi dengan metode. Apabila terdapat perbedaan antara hasil pekerjaan tulis dengan hasil wawancara, maka peneliti melakukan

wawancara ulang kepada subyek yang bersangkutan. Akhir dari penelitian ini adalah pelaporan mengenai strategi kognitif tiap subyek dan tiap kelas. Tahapan-tahapan di atas, dapat peneliti gambarkan sebagai berikut:

Penyusunan Soal Tes

Pengujian Tes

Siswa Program Akselarasi

Siswa Program Reguler

S1

S2

S3

S4

S5

S6

Ada langkah (ada proses)

Ada langkah (ada proses)

Wawancara

Tidak Triangulasi Cocok Pelaporan

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V ANALISIS

BAB VI PENUTUP

STRATEGI KOGNITIF SISWA PROGRAM AKSELARASI DAN SISWA PROGRAM REGULER DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI POKOK SPLDV

SKRIPSI