Upload
esti-parwati
View
24
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sebuah praktikum, praktikan diwajibkan mengenal dan memahami cara kerja
dan fungsi dari alat-alat yang ada di laboratorium. Selain untuk menghindari kecelakaan
dan bahaya, dengan memahami cara kerja dan fungsi dari masing-masing alat, praktikan
dapat melaksanakan praktikum dengan sempurna.(Walton. 1998).
Pengenalan alat-alat ini meliputi macam-macam alat, mengetahui nama-namanya,
memahami bentuk, fungsi, serta cara kerja alat-alat tersebut. Setiap alat dirancang atau
dibuat dengan bahan-bahan yang berbeda satu sama lain dan mempunyai fungsi yang
sangat spesifik. Kebanyakan peralatan untuk percobaan-percobaan didalam laboratorium
terbuat dari gelas. Meskipun peralatan-peralatan tersebut telah siap dipakai, tetapi di dalam
pemasangan alat untuk suatu percobaan kadang kala diperlukan sambungan-sambungan
dengan gelas atau membuat peralatan khusus sesuai dengan kebutuhan. (Imamkhasani,
2000).
Dalam suatu laboratorium, ada banyak jenis alat – alat yang digunakan, salah satu jenis
alat yang sering digunakan dalam laboratorium mikrobiologi adalah alat sterilisasi. Dalam
laboratorium, sterilisasi media dilakukan dengan menggunakan autoklaf yang
menggunakan tekanan yang disebabkan uap air, sehingga suhu dapat mencapai 1210C.
Sterilisasi dapat terlaksana bila mencapai tekanan 15 psi dan suhu 1210C selama 15 menit.
Media biakan yang telah disterilkan harus diberi penutup agar tidak dicemari oleh
mikroorganisme yang terdapat disekelilingnya (Lay,W.B,1994).
Pemanasan basah bertekanan tinggi (autoklaf) dapat digunakan untuk mensterilkan
larutan komponen media, bahan dan alat-alat yang tahan terhadap pemanasan tinggi.
Sterilisasi ini lebih baik dibandingkan sterilisasi dengan pemanasan kering karena dengan
autoklaf tidak hanya mematikan mikroorganisme tapi juga mematikan sporanya. Waktu
sterilisasi sangat bervariasi, tergantung dari ukuran obyek yang disterilkan. Lamanya
waktu sterilisasi bahan cair (air, media) tergantung pada volume cairan yang disterilkan.
Sterilisasi alat gelas dan metal dapat dilakukan dengan pemanasan kering (oven) (Novilia,
2008).
Sterilisasi peralatan dapat digunakan dengan api dan bahan kimia seperti methanol, dan
sejenisnya. Sterilisisasi juga dapat dilakukan dengan alat sterilisasi seperti autoklaf.
Autoklaf merupakan alat yang dikhususkan utukmensterilkan alat, media dan bahan dari
mikroba yang ada, sistem kerja autoklaf adalah memecah membran sel yang ada dalam
mikroba dengan uap panas bertekanan 10-30 lbs/inchi dan temperature 134oC
(maksimum). Berdasarkan penggunaannya, autoklaf terbagi menjadi 2, yaitu autoklaf
kalsik dan autoklaf modern (lihat hasil percobaan). Cara pengoperasian autoklaf modern
yaitu dengan sistem digital, sehingga waktu, suhu dan tekanan dapat diatur dengan mudah
untuk sterilisasi alat. autoklaf modern bekerja lebih baik dibandingkan dengan autoklaf
klasik yang cara pengoperasiannya masih manual, sehingga sterilisasi alat sebelum
digunakan menggunakan autoklaf modern, dan sterilisasi alat setelah digunakan
menggunakan autoklaf klasik (Winarno, 1999).
Selain alat sterilisasi ada juga jenis alat yang dikhususkan untuk pengerjaan mikroba,
seperti Laminar Air Flow atau Biological Safety Cabinet dan enkas. Laminar air flow
ditujukan untuk pengerjaan bakteri, sedangkan enkas digunakan untuk perkembangbiakan
jamur dan kapang. Kedua alat ini telah dilengkapi dengan sinar UV (apabila dihidupkan)
untuk menghambat pertumbuhan mikroba (Hadiutomo, 1990).
BSC telah menjadi bagian standar dari peralatan di banyak laboratorium karena medan
memperluas penelitian biologi. Ada tiga kategori BSC, Kelas I, II, dan III. Kabinet Kelas
II, yang biasanya digunakan untuk pekerjaan laboratorium umum, memiliki aliran
udara steril turun dari langit-langit kabinet diinstal dengan partikulat efisiensi tinggi
menangkap (HEPA) filter. Aliran ditarik melalui dua kisi-kisi (atau slot), yang masing-
masing diatur dekat doorsill dan dinding belakang yang lebih rendah dari kabinet (Huang
and Chun, 2009).
B. Tujuan
BAB III
PEMBAHASAN
N
ONama
Jenis Alat
FungsiElektrik Glass Non
Glass
1. Mikroskop cahaya V
Untuk mengamati objek
yang sangat kecil
(mikroskopis) yang tidak
dapat dilihat dengan mata
telanjang
2. Autoklaf V
Alat pemanas tutup yang
digunakan untuk
mensterilisasi suatu benda
menggunakan uap
bersuhu dan bertekanan
tinggi
3. Inkubator V
Untuk menginkubasi atau
memeram mikroba pada
suhu yang terkontrol.
4. Stirrer / Hot plate V
Untuk menghomogenkan
suatu larutan dengan
pengadukan.
5. Colony counter V
Untuk mempermudah
perhitungan koloni yang
tumbuh setelah diinkubasi
di dalam cawan karena
adanya kaca pembesar.
6. Biological safety cabinet
(BSC)
V
Untuk bekerja secara
aseptis pada suatu
ruangan.
7. Mikropipet V
Untuk memindahkan
cairan yang bervolume
cukup kecil.
8. Sartorius Membran Filter V
Untuk sterilisasi secara
mekanik dengan
penyaringan
9. Cawan Petri V
Untuk menumbuhkan,
memelihara serta
membiakkan (kultivasi)
mikroorganisme
10. Pipet Ukur V
Untuk memindahkan atau
mengambil larutan
dengan volume yang
diketahui.
11. Pipet Tetes V Merupakan alat ukur
volume yang bias
memindahkan suatu
volume dari satu wadah
ke wadah yang lain
12. Tabung Reaksi V Untuk uji-uji biokimiawi
dan untuk menumbuhkan
mikroba.
13. Labu Erlenmeyer V
Untuk menaruh dan
mencampurkan bahan
kimia dan mentetrasikan.
Hadiutomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Lay, W. B. (1994). Analisis Mikrobiologi di Laboratorium. Jakarta :
Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 32, 71-73.
Novilia, 2008. Artikel Ilmiah Penelitian Mikroba. Gramedia. Indonesia.
Winarno, 1999. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Industri Pangan.
Pustaka Harapan. Jakarta.
Imamkhasani. 2000. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. UI Press; Jakarta.
Walton. 1998. Kamus Istilah Kimia Analitik Indonesia. Pusat Pembinaan. BSC telah menjadi bagian standar dari peralatan
di banyak laboratorium karena medan memperluas
penelitian biologi. Ada tiga kategori
BSCs, yang ditunjuk Kelas I, II, dan III
(Clark, 1983a). Kelas II kabinet, yang biasanya
digunakan untuk pekerjaan laboratorium umum, memiliki aliran
udara steril turun dari langit-langit kabinet diinstal
dengan partikulat efisiensi tinggi menangkap
(HEPA) filter. Aliran ditarik melalui dua kisi-kisi
(atau slot), yang masing-masing diatur dekat
doorsill dan dinding belakang yang lebih rendah dari kabinet.
Beberapa BSCs memiliki lubang udara koleksi terpisah dari
depan dan belakang kisi-kisi, seperti lubang di seluruh
bekerja permukaan. Aliran ditarik melalui
kisi-kisi melewati saluran ke sistem penggemar dan filter
mana bagian dari aliran diresirkulasi melalui
wilayah kerja, dan sisanya dari aliran habis dalam
atmosfer melalui filter. Kelas II BSCs
yang ditunjuk B1 Type, jika 70% dari arus total
diresirkulasi dan ditunjuk Tipe B2 saat tidak ada aliran
diresirkulasi (NSF Joint Committee on Biosafety
Cabinetry, 2004). Kelas II Type B2 BSC adalah
subyek penelitian ini.