Upload
truonghanh
View
222
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dari tahun ke tahun kasus minuman oplosan makin sering terjadi.
Campuran yang digunakan sebagai minuman oplosan bermacam-macam, salah
satu diantaranya yaitu metanol. Menurut World Health Organization (WHO),
tercatat sebanyak 320 ribu orang meninggal dunia akibat metanol pada tahun
2011.1 Metanol sering digunakan sebagai campuran minuman oplosan karena
harga metanol yang relatif lebih murah.1
Metanol merupakan produk denaturasi alkohol (etanol) sehingga metanol
berbahaya jika diminum.2
Metanol sangat mudah diabsorbsi oleh tubuh secara
ingesti, inhalasi, atau kontak langsung. Metanol mudah menguap sehingga
berbahaya jika tidak disimpan dengan baik. Metanol sangat sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan penambah bensin, bahan pemanas
ruangan, pelarut industri, campuran pada larutan fotokopi, serta
sebagai bahan makanan untuk bakteri yang memproduksi protein.1,2
Meningkatnya keracunan metanol ini disebabkan oleh peningkatan
konsumsi dari minuman beralkohol yang diproduksi secara informal. Wabah
keracunan metanol terjadi pada beberapa tahun terakhir ini di Kamboja, Republik
Ceko, Ekuador, Estonia, India, Indonesia, Kenya, Libya, Nikaragua, Norwegia,
Pakistan, Turki, dan Uganda dengan jumlah korban sebanyak 20-800 korban yang
30%-nya berakibat cukup fatal.1
2
Keracunan metanol dapat menimbulkan gangguan kesadaran, gangguan
saluran cerna bahkan kebutaan.1–3
Metanol sendiri sebenarnya tidak berbahaya,
tetapi produk dari metabolisme metanol dalam tubuh yang mengakibatkan
gangguan pada tubuh manusia. Hasil metabolisme dari metanol dalam tubuh
adalah asam format, zat ini sangat bersifat toksik bagi tubuh.2
Penanganan keracunan metanol biasanya dilakukan dengan pemberian
antidotum (fomepizole atau etanol), pemberian asam folat, koreksi asidosis, dan
hemodialisis untuk meningkatkan eliminasi metanol.2
Baru-baru ini ditemukan
efek ranitidine yang dapat menurunkan kadar asam format dalam darah, yang
dapat menolong penderita intoksikasi metanol akut. Ranitidine memiliki
kemampuan untuk menginhibisi enzim alkohol dehidrogenase yang akhirnya
mengurangi efek dari toksisitas metanol.4
Efek kronis paparan metanol pada fungsi kognitif telah dibuktikan melalui
penelitian sebelumnya. Pada penelitian terbaru ditemukan bahwa metabolit dari
metanol merusak salah satu bagian dari sistem limbik yaitu hipokampus.
Kerusakan yang ditemukan berupa sklerosis dari hipokampus seperti pada
penyakit Alzheimer. Ditemukan juga metabolit metanol yaitu asam lemak
ditemukan meningkat dalam urin, plasma, dan cairan serebrospinal pasien
penyakit Alzheimer.5
Efek akut dari keracunan metanol terhadap hipokampus
belum banyak diteliti.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dilakukan penelitian
untuk menilai kerusakan hipokampus dengan paparan metanol akut dan efek
ranitidine pada tikus wistar.
3
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh pemberian ranitidine terhadap histopatologi
hipokampus tikus wistar dengan intoksikasi metanol akut?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian ranitidine terhadap
histopatologi hipokampus tikus wistar dengan intoksikasi metanol akut.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Menghitung rerata skor tingkat nekrosis hipokampus pada tikus wistar
kelompok kontrol negatif.
2. Menghitung rerata skor tingkat nekrosis hipokampus pada tikus wistar
kelompok kontrol positif yaitu pemberian metanol dosis letal.
3. Menghitung rerata skor tingkat nekrosis hipokampus pada tikus wistar
kelompok perlakuan, yaitu pemberian metanol dosis letal dan ranitidine.
4. Membandingan rerata skor nekrosis dari kelompok kontrol negatif,
kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi peneliti :
Meningkatkan pemahaman tentang efek dari pemberian metanol dan
ranitidine terhadap kerusakan hipokampus tikus wistar.
2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan :
4
Memperluas dan memperdalam bidang kajian ilmu kedokteran khususnya
toksikologi tentang metanol.
3. Manfaat bagi masyarakat :
Dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang pengaruh ranitidine pada
keracunan metanol.
1.5. Keaslian Penelitian
Tabel 1. Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas Metode Penelitian Hasil
Meifeng Yang, et al. 2014.
Alzheimer’s Disease and
Metanol Toxicity
(Part 1): Chronic Metanol
Feeding Led to
Memory Impairments and Tau
Hyperphosphorylation in
Mice. State Key Laboratory of
Brain and Cognitive Sciences,
Institute of Biophysics,
Chinese Academy of Sciences,
Beijing, P.R. China6
True Experimental
Post Test Only Control
Group Design
Pemberian metanol secara
kronis mengakibatkan
gejala mirip dengan
Alzheimer’s Disease.
Terdapat gambaran
fosforilasi dan gangguan
memori pada hewan coba.
Rubinstein David, Escott
Edward, Kelly J P. 1995.
Metanol Intoxication with
Putaminal and White Matter
Case Series CT-Scan menunjukan
adanya lesi pada putamen
dan substansia alba pada
kasus intosikasi metanol
5
Necrosis:
MR and CT Findings.
Department of Radiology,
University of Colorado Health
Sciences, Denver.7
El-Bakary AA, El-Dakrory
SA, Attalla SM, Hasanein
NA, and Malek HA.
Ranitidine as an
AlcoholDehydrogenase
Inhibitor in Acute Metanol
Toxicity inRats. Human &
Experimental Toxicology.
2010;4
True Experimental
Post Test Only Control
Group Design
Ranitidine menghambat
metabolisme metanol yang
dibuktikan dengan
penurunan kadar asam
format dalam darah tikus.
Penelitian penulis berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan
terletak pada segi sampel, variabel bebas, dan variabel tergantung. Belum ada
penelitian tentang pengaruh pemberian metanol dan ranitidine terhadap
hipokampus secara histopatologis. Penelitian penulis akan dilakukan secara
eksperimental dengan hewan coba tikus wistar yang diberikan metanol dan
ranitidine, kemudian peneliti akan mengawasi pengaruhnya terhadap derajat
nekrosis hipokampus tikus wistar.