Upload
vanngoc
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepolisian Daerah Jawa Barat ( POLDA JABAR ) merupakan sebuah
badan polri yang bertanggung jawab atas seluruh wilayah Jawa Barat, yang
berkedudukan di Bandung. Sedangkan Ditlantas Polda Jabar bertanggung jawab
terhadap persoalan lalu lintas yang meliputi penjagaan, pengaturan, pengaturan
dan patroli dalam wilayah Polda Jabar. Maka dari itu fokus dari penanganan lalu
lintas Ditlantas adalah pada keselamatan jalan. Karena keselamatan jalan menjadi
perhatian dunia melalui WHO dan UNESCAP yang berdasarkan resolusi PBB
tahun 2005 telah menetapkan Global Road Safety.
Ditlantas Polda Jabar telah mencanangkan kebijakan dalam usaha
pencegahan bertambahnya kecelakaan lalu lintas. Diantaranya adalah program
Safety Riding yang merupakan kegiatan untuk keselamatan berkendara baik roda
dua maupun roda empat. Kegiatan ini mencakup pada kegiatan pendidikan dan
pelatihan keterampilan mengemudi, serta kiat- kiat aman berkendara. Lebih dari
900 sepeda motor terjadi kecelakaan setiap hari di seluruh dunia. Sepeda motor
merupakan penyumbang terbesar kecelakaan di jalan raya pada tahun 2004. Dari
17.732 kecelakaan di seluruh Indonesia, 14.223 di antaranya melibatkan sepeda
motor (80,21%) dan menurut survey bahwa 50% kecelakaan sepeda motor
disebabkan oleh faktor manusia itu sendiri. Sungguh angka yang fantastis dan
mencengangkan sekaligus juga memprihatinkan. Jadi, dengan kata lain bahwa
2
perilaku si pengendara sepeda motor lah yang harus dibenahi dan dibina untuk
mengurangi terjadinya resiko kecelakaan.
Ada 3 (tiga) hal/faktor yang dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan di
jalan raya yaitu: Faktor manusia (si pengendara), siapa (Dia) yang berkendara,
kelengkapan apa yang dia miliki untuk berkendara, bagaimana perilaku dia
berkendara, kapan dan dimana dia berkendara. Faktor kendaraan, apa Jenis
kendaraan dia, bagaimana kondisi kendaraan dia, kapan dia melakukan
pemeliharaan kendaraan. Faktor lingkungan, bagaimana kondisi/situasi jalan raya
pada saat dia berkendara, bagaimana rambu-rambu lalu lintas.
Klub-klub/komunitas sepeda motor sudah banyak bermunculan di
Indonesia. Pendapat bahwa perlunya kita bergabung dalam sebuah klub motor
tidak sepenuhnya jelek melainkan ada baiknya juga. Selain bisa membangun tali
silaturahmi juga dapat menambah wawasan dalam berorganisasi dan
menumbuhkan jiwa sosial. Tidak perlu memilih klub motor sejenis maupun klub
motor berbagai merek, yang penting adalah klub yang baik dan bisa membina
menjadi bikers yang baik dan tertib saat berkendara. Klub motor yang baik salah
satunya adalah klub yang peduli akan keselamatan dan keamanan berkendara.
Klub motor sering melakukan acara khusus untuk melatih dan memberi
pencerahan tentang keselamatan dan keamanan berkendara kepada anggota
barunya. Bahkan untuk menggelar acara tersebut dilibatkan juga beberapa vendor
sebagai sponsor, yang artinya semua sepakat akan pentingnya keselamatan
berkendara (Safety Riding). Safety riding lebih difokuskan kepada pengendara
roda dua ( pengguna sepeda motor) karena pada faktanya penyebab kecelakaan,
3
kemacetan dan pelanggaran lalu lintas banyak dilakukan oleh para pengendara
sepeda motor dibandingkan dengan para pengemudi mobil.
Ditlantas Polda Jabar bekerjasama dengan perusahaan kendaraan bermotor
dalam mensosialisasikan program safety riding, salah satunya adalah PT.Daya
Adira Mustika dengan menggalakan keselamatan berkendara dengan melakukan
pembinaan dan pelatihan keterampilan berkendara untuk anggota klub sepeda
motor atau pengguna kendaraan motor lainnya. Hal ini dilakukan agar tercipta
kehidupan berlalu lintas yang tertib dan terhindar dari kecelakaan di jalan yang
melibatkan sepeda motor. Pembinaan klub motor ini dilaksanakan di Bumi
Perkemahan Kiara Payung.
Polda Jabar bersama IMI menggandeng PT. Daya Adira Mustika sebagai
main dealer sepeda motor Honda Jawa Barat untuk mengkampanyekan dan
memberi pengetahuan tentang safety riding. Pada sesi safety riding, para anggota
klub melakukan simulasi menikung tajam (zig zag) dengan bantuan cone dengan
jarak antar cone-nya sejauh 4,5 meter, setelah itu peserta melalui titian sempit
sebagai simulasi ketika melewati kemacetan tanpa menurunkan kaki dengan
kecepatan sepeda motor rendah.
Kampanye public relations (PR campaign) dalam arti sempit bertujuan
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran (target audience)
untuk merebut perhatian serta menumbuhkan persepsi atau opini yang positif
terhadap suatu kegiatan dari suatu lembaga atau organisasi (corporate activities)
agar tercipta suatu kepercayaan dan citra yang baik dari masyarakat melalui
penyampaian pesan secara intensif dengan proses komunikasi dan jangka waktu
4
tertentu yang berkelanjutan. Kampanye public relations dalam arti luas,
memberikan penerangan terus-menerus serta pengertian dan motivasi masyarakat
terhadap suatu kegiatan atau program tertentu melalui proses dan teknik
komunikasi yang berkesinambungan dan terencana untuk mencapai publisitas dan
citra yang positif.
Merujuk dari pengertian kampanye public relations baik pengertian secara
sempit atau luas dapat disimpulkan bahwa safety riding yang dilaksanakan oleh
ditlantas Polda Jabar dapat dikategorikan sebagai kampanye public relations,
karena pada hakikatnya safety riding merupakan sebuah “ program “ seperti
pengertian dari kampanye public relations dan sebuah program itu perlu untuk di
publikasikan agar khalayak ramai atau masyarakat mengetahui tentang program
safety riding yang dilaksanakan oleh Ditlantas Polda Jabar, untuk
mempublikasikan program safety riding tersebut adalah dengan
mengkampanyekan program tersebut. Dengan kampanye public relations program
safety riding akan lebih mudah diterima oleh khalayak sasaran dan lebih efektif
karena strategi kampanye public relations menggunakan teknik komunikasi yang
dibuat oleh praktisi public relations yang sudah mempunyai skill dalam
mensukseskan sebuah rencana dari instansi atau lembaganya yang dapat
membangun citra yang positif bagi instansinya.
Ditlantas Polda Jabar gelar konvoi kendaraan tertib lalu lintas dengan
menempelkan stiker “Budayakan keselamatan berkendara jadikan keselamatan
sebagai kebutuhan” pada setiap kendaraan bermotor yang mengikuti konvoi
5
tersebut sebagai salah satu bentuk public relations campaign sosialisasi safety
riding.
Transportasi umum atau transportasi publik adalah seluruh alat
transportasi di mana penumpang tidak bepergian menggunakan kendaraannya
sendiri. Transportasi umum termasuk kereta, bis juga termasuk pelayanan
maskapai penerbangan, feri, taksi, dan lain-lain. Namun faktanya transportasi
publik di Indonesia sangat karut-marut dan sulit untuk menjelaskan segi positif
dari transportasi publik tersebut. Dalam beberapa pekan terakhir saja, sejumlah
peristiwa buruk transportasi banyak muncul di media masa. Pemerkosaan
penumpang angkot di Jakarta, kecelakaan kapal Sri Murah Rejeki di Bali, disusul
tenggelamnya kapal Dewi Putri Tunggal di Sumenep, hingga terbakarnya KM
Marina Nusantara di Banjarmasin serta dihentikannya secara resmi rencana
pembangunan monorel Jakarta oleh sang Gubernur.
Kemacetan, kesemrawutan, ketidakamanan dan ketidaknyamanan yang
dirasakan oleh pengguna transportasi publik merupakan problem-problem klasik
transportasi publik di Indonesia. Hal inilah yang membuat orang-orang lebih
memilih sepeda motor sebagai alat transportasi karena dianggap paling praktis dan
ekonomis, baik untuk pribadi maupun keluarga. Selain memiliki kemampuan
untuk melalui jalan yang relatif kecil juga seakan menjadi kendaraan yang bebas
macet dan efektif dengan pemakaian BBM yang ekonomis serta murah dalam
biaya perawatan. Selain itu, kenaikan ongkos angkutan umum seperti, bus, taksi,
mikrolet yang menyebabkan masyarakat di Indonesia ini lebih memilih
menggunakan kendaraan pribadi, khususnya sepeda motor.
6
Sepeda motor menjadi transportasi yang banyak dipilih oleh masyarakat
karena kemudahan dalam memperoleh kendaraan tersebut tetapi semua itu tidak
disertai dengan kesadaran akan berkendara dengan baik dan aman. Belum lagi,
sepeda motor sebagai bagian yang tak terpisahkan dari hiruk pikuk kendaraan
yang hilir mudik di jalan raya ternyata memiliki andil yang sangat besar terhadap
terjadinya kemacetan dan bahkan kecelakaan. Banyak pengendara sepeda motor
yang tak memperdulikan kenyamanan dan memperhitungkan keselamatan diri
sendiri maupun orang lain di sekitarnya, seperti para pejalan kaki maupun
pengemudi kendaraan lainnya. Mereka mengendarai sepeda motor dengan
sekencag-kencangnya, ugal–ugalan atau sangat lambat dan lain-lain yang
membahayakan dirinya juga orang lain di sekitarnya. Demikian pula ketika lampu
hijau menyala, mereka seakan tak peduli dengan kendaraan bermotor lainnya,
langsung tancap gas dan tak sedikit pula yang zig zag. Benar-benar pemandangan
yang mengerikan dan seakan-akan mereka tidak peduli akan terjadinya kecelakaan
hingga mengakibatkan nyawa melayang.
1.2 Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut :
“ Bagaimana Sosialisasi program safety riding sebagai Public Relations
Campaign Polda Jabar ? ”
7
1.3 Pertanyaan Penelitian.
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penulis mengidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk-bentuk kegiatan Public Relations Campaign dalam
sosialisasi program safety riding di Ditlantas Polda Jabar melalui media
internal ?
2. Bagaimana teknik-teknik Public Relations Campaign dalam sosialisasi
program Safety Riding di Ditlantas Polda Jabar?
3. Bagaimana evaluasi keberhasilan Public Relations Campaign dalam
sosialisasi program Safety Riding di Ditlantas Polda Jabar ?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban bagi
pokok- pokok permasalahan yang ada dalam penelitian, adapun tujuannya adalah:
1. Untuk mengetahui bentuk atau cara kampanye public relations dalam
sosialisasi program safety riding di Ditlantas Polda Jabar melalui media
internal.
2. Untuk mengetahui teknik kampanye public relations dalam sosialisasi
program safety riding di Ditlantas Polda Jabar.
3. Untuk mengetahui bentuk atau cara evaluasi program setelah dilakukannya
kampanye public relations dalam sosialisasi program safety riding di
Ditlantas Polda Jabar.
8
1.5 Kegunaan Penelitian
1.5.1 Kegunaan teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan bisa menjadi suatu kontribusi
pemikiran bagi keilmuan komunikasi khususnya dalam bidang humas
mengenai public relations yang dilakukan dalam melaksanakan program-
programnya. Selain itu penelitian ini diharapakan dapat memperkaya
khasanah penelitian komunikasi dan sumber bacaan, khususnya penelitian
tentang humas atau public relations.
1.5.2 Kegunaan praktis.
Diharapkan penelitian ini berguna untuk instansi terkait (Polda Jabar)
agar semakin giat dalam menjalankan program safety riding setidaknya dapat
mencegah angka kecelekaan yang setiap tahunnya meningkat menjadi
menurun, dan juga agar berkurangnya pelanggaran lalu lintas yang dilakukan
oleh pengendara roda dua.
1.6 Tinjauan Pustaka
1.6.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Winda Chahayani, 2010 melakukan penelitian dengan judul
strategi humas dikti dalam mensosialisasikan program beasiswa
pendidikan misi untuk pemerataan akses pendidikan. Teori yang
digunakan teori komunikasi, teori humas, teori humas pemerintahan,
teori strategi humas. Metode yang digunakan metode kualitatif dan
menggunakan key informan (empat narasumber). Hasil penelitiannya
9
adalah mengadakan seminar ke beberapa sekolah menengah atas dan
mengadakan talk show di beberapa televisi swasta.
Saripah, 2009 melakukan penelitian dengan judul Strategi Public
Relations Dalam Mensosialisasikan Program Penghematan Energi
Listrik. Teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini yaitu teori
S-O-R ( Stimulus – Organism – Response) yang dikemukakan oleh
skinner sebagai Grand Theory, dan ditunjang oleh Social Learning
Theory. Metode yang digunakan metode deskriptif analisis melalui
pendekatan kualitatif teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi pustaka. Hasil
penelitian ini diperoleh suatu kesimpulan bahwa strategi manajemen
yang dilakukan oleh humas PT PLN ( persero) itu terdiri dari empat
unsur POAC dalam mensosialisasikan program penghematan energi
listrik. Strategi Operasional PLN melakukan pendekatan kepada
masyarakat dengan mengadakan acara-acara khusus yang
diselenggarakan pihak PLN , membuka klinik konsultasi di setiap kantor
PLN. Strategi Publisitas pihak PLN tidak hanya melalui tatap muka
melainkan bisa dengan menggunakan media.
Adapun penelitian terdahulu ini dimaksudkan untuk melihat perbedaan
antara skripsi terdahulu dan skripsi peneliti. Judul skripsi yang peneliti angkat
adalah Public Relations Campaign Ditlantas Polda Jabar Dalam Sosialisasi
Program Safety Riding . Perbedaan skripsi peneliti dengan penelitan terdahulu
adalah terletak pada metode dan teori yang saya gunakan, metode yang saya
10
gunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah metode studi kasus. Metode
studi kasus merupakan uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai
aspek individu, suatu kelompok, suatu organisasi, suatu program/ situasi sosial.
Dan teori yang saya gunakan adalah teori public relations campaign.
1.6.2 Landasan Teoritis
1) Konsep Public Relations Campaign
Kampanye public relations (PR campaign) dalam arti sempit bertujuan
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran (target audience)
untuk merebut perhatian serta menumbuhkan persepsi atau opini yang positif
terhadap suatu kegiatan dari suatu lembaga atau organisasi (corporate
activities) agar tercipta suatu kepercayaan dan citra yang baik dari masyarakat
melalui penyampaian pesan secara intensif dengan proses komunikasi dan
jangka waktu tertentu yang berkelanjutan.
Dalam arti umum atau luas, kampanye public relations tersebut
memberikan penerangan terus-menerus serta pengertian dan motivasi
masyarakat terhadap suatu kegiatan atau program tertentu melalui proses dan
teknik komunikasi yang berkesinambungan dan terencana untuk mencapai
publisitas dan citra yang positif.
Kampanye yang dikenal adalah kegiatan kampanye yang biasanya
memuncak dalam event tertentu untuk menarik perhatian, dukungan,
pemahaman, dan meningkatkan kesadaran, sekaligus mempengaruhi
masyarakat tentang suatu isu, tema, dan topik tertentu, seperti sebagai berikut:
a. Kampanye KB nasional
11
b. Kampanye gerakan disiplin nasional (GDN)
c. Kampanye gerakn gemar menabung nasional
d. Kampanye kadarkum(kesadaran hukum)
1.1.Proses dan Bentuk kampanye
Proses kampanye melalui sebuah proses, antara lain merupakan
penyebaran informasi, pengetahuan, gagasan, atau ide untuk membangun atau
menciptakan kasadaran atau pengertian melalui teknik komunikasi. Sedangkan
bentuk dan komunikasi dalam melakukan kampanye sebagai berikut:
a. Komunikasi intrapersonal.
b. Komunikasi antarpesona (face to face).
c. Komunikasi kelompok (group communication).
d. Komunikasi massa ( mass communication).
e. Komunikasi media massa dan media nirmassa.
1.2.Metode Kampanye Public Relations.
Metode kampanye public relations dilakukan secara berencana,
memotivasi, psikilogis, dan dilakukan berulang-ulang serta kontinyu
(repetition and continue). Sebaliknya jika kampanye tersebut dilakukan dengan
cara insidentil atau hanya dilakukan sekali, tertentu dan terbatas maka hal ini
jelas tidak bermanfaat atau kurang berhasil untuk menggolkan suatu tema,
materi dan tujuan kampanye.
1.3.Teknik Berkampanye.
Untuk berhasilnya suatu persuasi dalam berkampanye melalui berbagai
teknik agar dalam penyampaian pesan (message) kepada audiensnya cukup
12
efektif, antara lain beberapa teknik kampanye yang lazim dipergunakan dalam
kegiatan public relations atau periklanan yaitu sebagai berikut:
a. Partisipasi
Partisipasi yaitu teknik mengikutsertakan (partisipasi) atau peran
serta komunikasi atau audiens yang memancing minat atau perhatian yang
sama kedalam suatu kegiatan kampanye dengan tujuan untuk
menumbuhkan saling pengertian, menghargai, kerjasama, toleransi.
b. Asosiasi
Yaitu menyajikan isi kampanye yang berkaitan dengan suatu
peristiwa atau objek yang tengah ramai atau sedang “in“ dibicarakan agar
dapat memancing perhatian masyarakat. Misalnya “three in one” maka
orang akan ingat akan pembatasan penumpang mobil pribadi yang
melewati jam tertentu dikawasan jalan protocol di Jakarta.
c. Teknik integrative
Teknik ini bagaimana untuk menyatukan diri (komunikator)
kepada khalayak secara komunikatif dengan mengucapkan kata-kata kita,
kami, anda sekalian atau untuk anda, dan sebagainya, yang artinya
mengandung makna bahwa yang disampaikan pihak komunikator bukan
untuk kepentingan dirinya atau perusahaanya, atau bukan untuk
mengambil keuntungan sepihak, tetapi mengambil manfaat secara
bersama, demi untuk kepentingan bersama.
13
d. Teknik ganjaran
Teknik ganjaran yang dimaksud untuk mempengaruhi komunikan
dengan suatu ganjaran (pay off) atau menjanjikan sesuatu dengan “iming-
iming hadiah” dan lain sebagainya dengan dua kemungkinan :
1. Bisa berupa benefit (manfaat, kegunaan,)
2. Bisa berupa ancaman, kekhwatiran, dan suatu yang menakutkan.
e. Teknik penataan patung es
Hal ini merupakan suatu upaya dalam menyampaikan pesan suatu
kampanye sedemikian rupa sehingga enak dilihat, dibaca, dirasakan dan
sebagainya. Teknik penataan patung es merupakan to ice atau menolak
balok es yang dibentuk sedemikian rupa dan dibuat menjadi menarik
misalnya menggambarkan sepasang pengantin, atau bentuk-bentuk lainya
dibantu dengan pencahayaan yang berwarna-warni sehingga menarik
perhatian.
f. Memperoleh empati
Suatu teknik kampanye dalam menempatkan diri dalam posisi
komunikan, ikut merasakan dan peduli situasi atau kondisi pihak
komunikan. Biasanya dalam public relations dikenal dengan social
responsibility and humanity relations.
g. Teknik koersi atau paksaan
Dalam komunikasi melakukan kampanye lebih menekankan suatu
“paksaan” yang dapat menimbulkan suatu rasa ketakutam atau
14
kekhawatiran bagi pihak bagi komunikan bagi yang tidak mau tunduk
melalui suatu ancaman tertentu.
1.4. Materi Dan Isi Program Kampanye
1.4.1. Materi dan isi kampanye tersbut biasanya menyakut tema, topik dan isu
apa yang ingin diangkat kepermukaan agar mendapat tanggapan dan
respon.
1. Tujuan dari kampanye.
2. Program atau perencanaan acara dalam kampanye.
3. Sasaran dari kampanye yang hedak dicapai.
1.4.2. Komponen-komponen setiap langkah penggunaan program kampanye
tersebut dibentuk secara berangkat mulai dari:
1. Analisis situasi dan audit komunikasi.
2. Merumuskan tujuan dan target waktunya.
3. Menentukan publiknya.
4. Menentukan media.
5. Menetapkan anggaran.
6. Memprogram kegiatan kampanye.
7. Analisis hasil dari program tersebut dan aplikasinya, berhasil
atau tidaknya berdasarkan planning your work and working
your plan.
15
2). Teori Harold D. Lasswel
Model teori komunikasi dari Harold D. Lasswell ini dianggap sebagai teori
yang paling awal oleh para pakar komunikasi, berkembang sekitar tahun 1948.
Teori ini juga dikenal dengan sebutan formula Lasswell yaitu yang berbunyi,
Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect.
Komponen-komponen komunikasi tersebut di atas berkorelasi secara
fungsional dan kalau dijabarkan unsur-unsur utamanya sebagai berikut:
Who Says ( siapa yang mengatakan) : Komunikator
Says What ( mengatakan apa) : Pesan
In Which Channel ( melalui saluran apa) : media
To Whom ( kepada siapa) : komunikan
With What Effect ( dengan efek apa) : efek dan dampak
1.7 Langkah – Langkah Penelitian
1.7.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan
Agustus di Polda Jawa Barat yang beralamat Jl. Soekarno Hatta No. 748
Bandung, dengan alasan secara akademis yaitu menarik untuk diteliti dan
tersedianya data-data yang dibutuhkan oleh peneliti. Adapun alasan secara
praktis yaitu lokasi penelitian yang mudah dijangkau oleh kendaraan dan
juga biaya transportasi yang terjangkau pula.
1.7.2. Metode Penelitian
Metode adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap
berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Sebab
data yang diperoleh dalam suatu penelitian merupakan gambaran dari obyek
16
penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan dengan maksud untuk menjelaskan
dan mengungkap fakta di lapangan tentang program safety riding. Sejalan
dengan tujuan dan rumusan masalah penelitian, metode yang peneliti gunakan
dalam penelitian ini adalah metode studi deskriptif. Metode studi deskriptif
adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-
fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia.
Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan,
kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan
menginterpretasikan sesuatu, misalnyakondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang
berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau
tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.
1.7.3. Jenis Data
Data berupa daftar pertanyaan yang terstruktur sesuai dengan perumusan
masalah dan tujuan penelitian sebagai panduan dalam pelaksanaan teknik
pengumpulan data melalui wawancara. Data–data tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Data mengenai bentuk atau cara kampanye public relations dalam
sosialisasi program safety riding.
2. Data mengenai teknik-teknik kampanye public relations dalam sosialisasi
program safety riding.
3. Data mengenai evaluasi program setelah dilakukannya kampanye public
relations dalam sosialisasi program safety riding.
17
1.7.4. Sumber Data
1.7.4.1. Data Primer
Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh
langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Sedangkan menurut Lofland
bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh
dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti
menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang
kampanye public relations Ditlantas Polda Jabar dalam sosialisasi program
safety riding yaitu dengan cara melakukan wawancara dengan Imam
Pramukarso sebagai Komisaris Besar polisi dan para polisi lalu lintas
dalam pelaksanaan program tersebut. Data tersebut sebagai berikut:
1. Data program safety riding berupa data kecelakaan yang terjadi
diprovinsi Jawa Barat setiap tahunnya.
2. Data tentang hasil yang di capai oleh polda Jabar dalam program safety
riding setelah bekerja sama dengan instansi-instansi terkait seperti, honda
dan juga sekolah-sekolah.
3. Data tentang manfaat program safety riding yang dilakukan oleh
Ditlantas Polda Jabar.
4. Data hasil wawancara dengan para polisi ditlantas dan pelaksana
kampanye public relations.
5. Data hasil wawancara dengan orang-orang diluar instansi atau
komunikan ( sasaran kampanye) yaitu para pengendara roda dua.
18
1.7.4.2. Data sekunder
Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan
berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku
harian, notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari
berbagai instansi pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa majalah,
buletin, publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan-
badan resmi seperti kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil
survey, studi histories, dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder
ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah
dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan orang- orang yang terkait
di Ditlantas Polda Jabar. Data tersebut sebagai berikut:
1. Data mengenai instansi terkait yaitu Polda Jabar, meliputi sejarah, visi
misi, dan struktur organisasi Polda Jabar.
2. Data yang bersumber dari buletin yang telah beredar di Polda Jabar.
3. Data yang bersumber dari dokumen-dokumen resmi yang dimiliki oleh
Polda Jabar.
4. Data yang bersumber dari pamphlet atau leaflets yang telah disebarkan
oleh Polda Jabar.
1.7.5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam
penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data
agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang
sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.
19
1. Observasi Langsung
Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata
tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam kegiatan
sehari-hari, kita selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu. Observasi
ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang
bagaimana PR Campaign Ditlantas Polda Jabar dalam program safety riding.
Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, perilaku,
perkembangan, dan sebagainya tentang perkembangan program safety riding di
Ditlantas Polda jabar, sewaktu kejadian tersebut berlaku sehingga tidak
menggantungkan data dari ingatan seseorang. Observasi lansung juga dapat
memperoleh data dari subjek baik yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal
atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya dengan si
penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan
wawancara)
Tujuan penulis menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara jelas
dan kongkret tentang program safety riding di Ditlantas Polda Jabar. Dalam
penelitian ini, peneliti akan mengadakan wawancara dengan orang-orang yang
terkait di Ditlantas Polda Jabar.
20
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah proses pengumpulan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen atau setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo,
pengumuman, instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga
masyarakat, buku, catatan, arsip, surat kabar, surat-surat, dan lain-lain.
Dari uraian di atas maka metode dokumentasi adalah pengumpulan data
dengan meneliti catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan
obyek penelitian. Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara
jelas dan konkret tentang PR Campaign Ditlantas Polda Jabar dalam program
safety riding.
1.7.6. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Dari rumusan di atas dapatlah kita tarik garis besar bahwa analisis data
bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak
sekali dan terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, dokumen
berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya.
Peneliti melakukan pendekatan analisis kualitatif. Menurut Nasution,
analisis data dalam lapangan harus segera dituangkan dalam bentuk tulisan dan
dianalisis. Salah satu cara yang dapat dianjurkan ialah dengan mengikuti langkah-
langkah berikut:
1. Mereduksi data
21
Data yang diperoleh dalam lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau
laporan yang perinci. Laporan ini akan terus bertambah. Bila tidak segera
dianalisis sejak awal, akan menambah kesulitan. Laporan-laporan itu perlu
direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema atau polanya. Jadi laporan lapangan sebagai bahan “mentah”
disingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis sehingga lebih mudah
dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang
hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data bila
diperlukan.
2. Men-display data
Agar dapat melihat gambaran keseluruhannya atau bagian tertentu dari
penelitian itu, harus diusahakan membuat berbagai macam matriks, grafik,
networks dan charts. Dengan demikian, peneliti dapat menguasai data dan tidak
tenggelam dalam tumpukkan detail.
3. Mengambil kesimpulan dan verifikasi.
Sejak awalnya, peneliti berusaha mencari makna dari data yang
dikumpulkannya. Untuk itu, ia mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal
yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya. Jadi, dari data yang diperolehnya
sejak awal ia mencoba mengambil kesimpulan. Kesimpulan itu mula-mula masih
tentatif, kabur, diragukan. Akan tetapi, dengan bertambahnya data, kesimpulan itu
lebih grounded. Selama penelitian berlangsung, kesimpulan senantiasa harus
diverifikasi. Verifikasi dapat disingkat dengan mencari data baru, dapat pula lebih
mendalam bila penelitian dilakukan oleh satu tim untuk mencapai intersbjective
22
consensus, yakni persetujuan bersama agar lebih menjamin validitas atau
confirmability.
4. Menganalisis
Menganalisis data sewaktu pengupulan data antara lain akan menghasilkan
lembar rangkuman dan pembuatan kode pada tingkat rendah, menengah (kode
pola) dan tingkat tinggi (memo).
5. Membuat lembar rangkuman
Untuk memperoleh inti data, peneliti dapat bertanya, siapa, peristiwa atau
situasi apa, tema atau masalah apa yangdihadapinya dalam lapangan, hipotesis
apa, tema atau masalah apa yang dihadapinya dalam lapangan, hipotesis apa yang
timbul dalam pikirannya. Pada kunjungan berikutnya, informasi apa yang harus
ditemukannya dan hal apa yang harus diberinya perhatian khusus.
6. Menggunakan matriks dan analisis data.
Matriks dapat memberi bantuan yang sangat berguna dalam mengolah dan
menganalisis data yang banyak, yag terdiri dari membentuk matriks, memasukkan
data ke dalam matriks, menganalasis data matriks. Adapun langkah-langkah yang
lebih rinci akan dilakukan peneliti diantranya:
a. Mengumpulkan data hasil penelitian.
b. Mengklasifikasikan data primer dan data sekunder.
c. Langkah selanjutnya, data tersebut dianalisis secara kualitatif dan ditafsirkan.
d. Mengecek atau cross check kembali semua data-data yang telah di dapatkan
melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Ditakutkan ada data
yang masih kurang. Sehingga mendapatkan data yang lebih akurat dan objektif.
23
e. Mengambil suatu kesimpulan dengan melakukan interpretasi sesuai dengan
maksud yang terkandung dalam penelitian tersebut.
1.7.7. Teknik Penentuan Informan
Informan dalam penelitian ini adalah para polisi lalu lintas Polda Jabar
dan juga humas Polda Jabar. Penentuan informan ini dilakukan secara purposive
sampling.
Penentuan informan dilakukan secara purposivesampling. Purposive
sampling dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik sampling
yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan
tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk
tujuan tertentu. Hanya mereka yang ahli yang patut memberikan
pertimbangan untuk pengambilan sampel yang mereka butuhkan (Alma,
2007:63).