12
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menelaah mengenai perkembangan kota, berarti melihatnya pula dari lahan yang ditempati oleh masyarakat. Jumlah penduduk terus meningkat sedangkan lahan dengan peruntukan permukiman tidak bertambah. Keadaan ini menaikan tingkat persaingan diantara masyarakat untuk dapat memperoleh lahan dan tempat tinggal yang layak. Kenaikan kepadatan penduduk seakan menjadi suatu kepastian. Provinsi DKI Jakarta menempati peringkat pertama dengan kepadatan tertinggi pada Tahun 2014 sebesar 15.173 jiwa/km. Jumlah kepadatannya pun meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi pula pada provinsi lainnya sebagaimana dapat kita perhatikan pada tabel di bawah ini: Tabel 1.1 Sepuluh Peringkat Kepadatan Penduduk Tertinggi di Indonesia No. Provinsi Kepadatan Penduduk Jiwa/Km 2007 2008 2009 2010 2013 2014 1 DKI Jakarta 12245 12355 12459 14518 15015 15173 2 Jawa Barat 1092 1108 1124 1222 1282 1301 3 Banten 1045 1065 1085 1106 1185 1211 4 D.I. Yogyakarta 1096 1107 1118 1107 1147 1161 5 Jawa Tengah 987 995 1002 989 1014 1022 6 Jawa Timur 790 794 798 786 803 808 7 Bali 639 645 652 676 702 710 8 Nusa Tenggara Barat 218 221 225 243 254 257 9 Kep. Riau 172 180 187 206 227 234 10 Lampung 193 196 199 220 229 232 Sumber: BPS Indonesia, 2015 Yogyakarta menduduki peringkat kepadatan penduduk keempat seindonesia. Kepadatan penduduk ini dipicu oleh brandnya sebagai kota

BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107070/potongan/S1-2016... · tahun 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk indonesia sebesar 1,97%,

  • Upload
    lamliem

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107070/potongan/S1-2016... · tahun 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk indonesia sebesar 1,97%,

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Menelaah mengenai perkembangan kota, berarti melihatnya pula dari lahan

yang ditempati oleh masyarakat. Jumlah penduduk terus meningkat sedangkan

lahan dengan peruntukan permukiman tidak bertambah. Keadaan ini menaikan

tingkat persaingan diantara masyarakat untuk dapat memperoleh lahan dan tempat

tinggal yang layak. Kenaikan kepadatan penduduk seakan menjadi suatu

kepastian. Provinsi DKI Jakarta menempati peringkat pertama dengan kepadatan

tertinggi pada Tahun 2014 sebesar 15.173 jiwa/km. Jumlah kepadatannya pun

meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi pula pada provinsi lainnya

sebagaimana dapat kita perhatikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1 Sepuluh Peringkat Kepadatan Penduduk Tertinggi di Indonesia

No. Provinsi Kepadatan Penduduk Jiwa/Km

2007 2008 2009 2010 2013 2014

1 DKI Jakarta 12245 12355 12459 14518 15015 15173

2 Jawa Barat 1092 1108 1124 1222 1282 1301

3 Banten 1045 1065 1085 1106 1185 1211

4 D.I.

Yogyakarta

1096 1107 1118 1107 1147 1161

5 Jawa

Tengah

987 995 1002 989 1014 1022

6 Jawa Timur 790 794 798 786 803 808

7 Bali 639 645 652 676 702 710

8 Nusa

Tenggara

Barat

218 221 225 243 254 257

9 Kep. Riau 172 180 187 206 227 234

10 Lampung 193 196 199 220 229 232

Sumber: BPS Indonesia, 2015

Yogyakarta menduduki peringkat kepadatan penduduk keempat

seindonesia. Kepadatan penduduk ini dipicu oleh brandnya sebagai kota

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107070/potongan/S1-2016... · tahun 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk indonesia sebesar 1,97%,

pariwisata dan kota pelajar, banyak masyarakat yang kemudian memilih menetap

di Yogyakarta setelah meyelesaikan pendidikan. Disisi lain, indonesia disebut-

sebut sebagai negara yang mampu menekan laju pertumbuhan penduduknya. Pada

tahun 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk indonesia sebesar 1,97%, turun

pada tahun 1990-2000 menjadi hanya 1,49% saja. Namun demikian, menurut

Kuswartojo (2005) laju pertumbuhan ini dinilai masih tergolong besar. Pada tahun

1980 penduduk indonesia berjumlah 147 juta jiwa, tahun 1990 menjadi 179 juta

jiwa dan pada tahun 2000 menjadi 206 jiwa.

Berikut di bawah ini tabel persentase penduduk daerah perkotaan 10

tertinggi di indonesia. Data tersebut memberi gambaran bahwa ada sebuah

tantangan besar yakni permintaan pasar akan pemenuhan tempat tinggal di

perkotaan. Hal ini mendorong pemerintah maupun swasta untuk dapat

menyediakan tempat tinggal layak huni bagi kepentingan semua golongan yang

menjadi satu di perkotaan.

Tabel 1.2 Persentase Penduduk Daerah Perkotaan

Provinsi Tahun

2010 2015

DKI Jakarta 100.0 100.0

Kepulauan Riau 82.8 83.0

Jawa Barat 65.7 72.9

DI Yogyakarta 66.4 70.5

Banten 67.0 67.7

Kalimantan Timur 63.2 66.0

Bali 60.2 65.5

Sumatera Utara 49.2 52.6

Kepulauan Bangka

Belitung

49.2 52.5

Jawa Timur 47.6 51.1

Sumber: BPS Indonesia, 2015

Pemerintah dituntut untuk memberikan solusi terkait pengadaan hunian

penduduk melalui pembuatan kebijakan. Rumah susun sederhana sewa

selanjutnya disebut Rusunawa adalah salah satu upaya pemerintah untuk

mengatasi krisis hunian tempat tinggal tersebut. Dalam Kuswartojo (2005)

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107070/potongan/S1-2016... · tahun 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk indonesia sebesar 1,97%,

disebutkan bahwa selama 25 tahun, sejak Pelita II pada tahun 1974 hingga Pelita

ke VI tahun 1999 telah berjalan program pemerintah dalam hal perumahan secara

konsisten. Program tersebut secara mendasar mencakup: pembangunan

perumahan rakyat, perbaikan kampung, pemugaran perumahan dan lingkungan

desa serta permukiman transmigrasi. Lebih khusus lagi program pembangunan

perumahan untuk masyarakat yang tinggal di kota juga dikerjakan oleh

pemerintah. Dalam Sastra dan Marlina (2006) program pembangunan perumahan

kota diantaranya adalah: program pengadaan perumahan baru, program perbaikan

kampung, program peremajaan kota, program rumah sewa dan program

rehabilitas permukiman. Respon masyarakat terhadap kebijakan yang diberikan

pemerintah pun berbeda-beda. Diantara masyarakat ada yang menganggap

kebijakan-kebijakan ini sebagai bentuk pemaksaan dan tidak sesuai dengan

karakteristik sosial masyarakat, namun banyak pula yang memberikan apresiasi

terhadap solusi yang ditawarkan pemerintah ini.

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki 25 Rumah susun dengan

28 Twin Blok yang digolongkan sebagai Rumah Susun Sederhana Sewa

(RUSUNAWA). Rusunawa diperoleh dengan cara mengajukan permohonan

pembangunan kepada Pemerintah pusat untuk lahan-lahan yang telah ditinjau dan

diperuntukkan oleh daerah. Setelah proses pembangunan diselesaikan dengan

koordinasi antara pemerintah dan masyarakat yang dituju, selanjutnya tahap

penghunian dimulai. Tahap penghunian mencangkup proses penghunian,

pengelolaan dan aset. Berdasarkan peruntukannya, rusunawa di D.I Yogyakarta

diperuntukan kepada 3 golongan utama. Golongan tersebut ialah bagi masyarakat

berpenghasilan rendah, Rusunawa untuk TNI/Polri dan Rusunawa mahasiswa.

Rusunawa Gemawang terletak di pinggir kota Yogyakarta, tepatnya di

Kabupaten Sleman. Tujuan awal dari pembangunan Rusunawa Gemawang ialah

menyelesaikan permasalahan lingkungan kumuh yang ada di kawasan tersebut.

Selain itu, rusunawa ini juga bertujuan untuk menyediakan hunian murah bagi

masyarakat yang tidak memiliki rumah dan memiliki kemampuan ekonomi

menengah kebawah. Rusunawa Grha Bina Harapan terletak di Kecamatan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107070/potongan/S1-2016... · tahun 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk indonesia sebesar 1,97%,

Danurejan Kelurahan Tegalpanggung. Secara administratif, pada awal

pembangunannya rusunawa grha bina harapan merupakan wilayah dari

Kecamatan Pakualaman yaitu Kelurahan Purwokinanti. Berbeda dengan

pembangunan Rusunawa Gemawang yang tidak menggusur perumahan warga,

pembangunan Rusunawa Grha Bina Harapan dilakukan dengan menggusur atau

memindah-hunikan rumah warga sebanyak 10 KK. Sehingga dalam proses

pembangunan dan penghuniannya memiliki kebijakan atau pengalaman sosial

yang berbeda.

Beberapa rusunawa yang dipusatkan di dalam Kota Yogyakarta,

sedangkan lainnya tersebar di kabupaten yang ada di D.I. Yogyakarta seperti yang

dapat dilihat pada tabel pembangunan Rusunawa Yogyakarta di bawah ini:

Tabel 1.3 Data Rumah Susun Sewa di Kabupaten/Kota D.I. Yogyakarta

No Nama Rusunawa Kabupaten/Kota Kecamatan Desa

1 Gemawang 1 Sleman Mlati Sinduadi

2 Gemawang 2 Sleman Mlati Sinduadi

3 Mranggen Sleman Mlati Sinduadi

4 Dabag 1,2 Sleman Depok Condongcatur

5 Dabag 3 Sleman Depok Condongcatur

6 Dabag 4 Sleman Depok Condongcatur

7 Panggungharjo Bantul Sewon Panggungharjo

8 Cokrodirjan Kota yogyakarta Danurejan Suryatmajan

9 Tegalpanggung Kota yogyakarta Danurejan Tegalpanggung

10 Jogoyudan Kota yogyakarta Jetis Gowongan

11 Jogoyudan Kota yogyakarta Jetis Gowongan

12 UII Sleman Ngemplak Umbulmartani

13 UII Sleman Ngemplak Umbulmartani

14 UGM Sleman Depok Caturtunggal

15 UGM Sleman Depok Caturtunggal

16 UGM Sleman Depok Caturtunggal

17 UMY Bantul Kasihan Tamantirto

18 UST Kota yogyakarta Umbulharjo Tahunan

19 UAD Kota yogyakarta Umbulharjo Giwangan

20 UNY Kulonprogo Pengasih Pengasih

Bersambung...

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107070/potongan/S1-2016... · tahun 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk indonesia sebesar 1,97%,

Lanjutan Tabel 3

No Nama Rusunawa Kabupaten/Kota Kecamatan Desa

21 Universitas Sanata

dharma

Sleman Maguwoharjo Plangan

22 Lanud Adisucipto Bantul Banguntapan Banguntapan

23 Tambak Bantul Kasihan Ngestiharjo

24 Stikes Sleman Gamping Ambarketawang

25 Jongke Sleman Mlati Sinduadi

Sumber: http://rusunawa.slemankab.go.id/daftar-rusunawa-di-yogyakarta.html

diakses tanggal 24 Agustus 2013

Rusunawa Gemawang dan Grha Bina Harapan termasuk dalam rusunawa

yang mencapai batas penghunian tahap pertama. Batas penghunian tahap pertama

adalah selama 6 tahun. Penghuni awal yang menempati kedua rusunawa tersebut

mencapai batas penghunian pada pertengahan tahun 2016. Pada tahap ini,

diperlukan penelitian terkait proses penghunian yang telah berlangsung

sebelumnya. Sehingga penulis menjadikan kedua Rusunawa tersebut sebagai

wilayah penelitian. Data yang diperoleh berasal dari pengalaman penghuni

maupun pengelola. Hasil dari pengamatan tersebut dapat menjadi bahan evaluasi

untuk perbaikan kebijakan rusunawa di masa yang akan datang.

Penelitian ini menggunakan metode induktif kualitatif yang

menitikberatkan pada eksplorasi informasi yang ada di lapangan untuk kemudian

dikumpulkan menjadi tema-tema agar dapat disimpulkan dalam bentuk konsep

maupun teori. Penggunaan metode ini sangat mendukung tujuan penelitian yang

ingin mendeskripsikan serta mengungkapkan proses penghunian di kedua

Rusunawa. data dikumpulkan dari sampel kecil dengan cara observasi dan

wawancara mendalam untuk kemudian dianalisis menggunakan metode analisis

induktif.

1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

1.2.1 Rumusan permasalahan

Sejak awal tahun 80-an, rusunawa mulai menjadi perhatian utama

pemerintah, karena dianggap sebagai solusi yang menjanjikan untuk mengatasi

masalah perumahan terutama di kota besar. Dalam Kuswartojo (2005) Rumah

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107070/potongan/S1-2016... · tahun 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk indonesia sebesar 1,97%,

susun pertama yang diuji coba pembangunannya untuk menyelesaikan

permasalahan permukiman kumuh ialah rusunawa di Kebon Kacang Jakarta.

Meskipun program rusunawa telah sejak tahun 80-an dijadikan

pemerintah sebagai solusi bagi masyarakat yang belum memiliki rumah, dalam

realisasinya ada banyak kendala dan ketidakcocokan antara tujuan pembangunan

dan penghunian. Konsep yang digunakan pemerintah dalam program Rusunawa

masih sangat jauh dari apa yang bisa diterima oleh karakter masyarakat.

Rusunawa kebon kacang Jakarta dapat menjadi salah satu contoh kegagalan nya.

“rumah susun yang dibangun berdasarkan semboyan ‘membangun tanpa

menggusur’ pada awal tahun 80an akhirnya menggusur juga, karena

penghuni permukiman kumuh merasa tidak cocok untuk tinggal di rumah

susun. Hubungan kekerabatan dan aktivitas ekonomi informalnya tidak

tepat bahkan tidak dapat ditempatkan di rumah susun” (Kuswartojo,

2005)

Dengan melihat proses penghunian yang terjadi disimpulkan bahwa

masalah berasal dari kesalahan yang terjadi di awal pembangunan rusunawa.

Pemerintah sebagai pengelola kurang mempertimbangkan perilaku masyarakat

yang menjadi sasaran utama pembangunan. Tidak dapat dipungkiri bahwa

masyarakat dulunya beraktivitas penuh di perkampungan kumuh sehingga sudah

memiliki pola hidup sosial maupun aktivitas ekonominya sendiri. Maka ketika

proses penghunian dimulai, terdapat ketidak cocokan masyarakat sebagai

pengguna dan lingkungan terbangun yang telah ada. Contoh lain Rusunawa yang

dinilai gagal ialah, Rusunawa yang ada di cirebon. Hasil evaluasi sistem

pengelolaan pada bangunan rumah susun sederhana sewa Dukuh Semar di Kota

Cirebon oleh Mulya (2006) menyebutkan beberapa kekurangan dari proses

penghunian rumah susun diantara kekurangan tersebut ialah: Pertama, sebagian

penghuni tidak tertib menjalankan kewajibannya dalam hal pembayaran sewa

rusunawa. Kedua, penghuni kurang memiliki kesadaran untuk bergotong royong

jika terjadi kerusakan pada prasarana rumah susun. Ketiga, kurangnya kesadaran

penghuni terhadap kebersihan dan ketertiban dalam membuang sampah maupun

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107070/potongan/S1-2016... · tahun 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk indonesia sebesar 1,97%,

menjemur pakaian. Keempat, terjadinya penurunan tingkat hunian yang cukup

tajam.

Secara keilmuan, fenomena ini dapat dipahami dengan mempelajari studi

perilaku dan lingkungan (studi Arsitektur, Lingkungan dan Perilaku), bahwa

Karakter manusia berperan penting dalam menentukan sistem aktivitas dan sistem

seting (wadah). Sehingga perencana tetap harus mempertimbangkan masyarakat

pengguna pada saat perancangan. Perencana/perancang diharapkan mampu

menyamakan standar yang mereka gunakan dalam merancang dengan preferensi

pengguna. Persis seperti yang dikatakan Laurens (2004) yaitu:

“Apa yang dibayangkan dalam imajinasi arsitek pada proses

perangcangan mungkin akan menghasilkan akibat yang berbeda pada

saat atau setelah proses penghunian.”

Dengan mengetahui proses penghunian yang ada di Rusunawa diharapkan

akan ditemukan langkah-langkah positif bagi pengelola sebagai pemerintah untuk

menjalankan pengelolaan Rusunawa dengan lebih baik. Proses penghunian

tersebut dapat dilihat dari unsur aturan pengelolaan yang diimplementasikan,

pelaku yang terlibat, aktivitas dan adaptasi sosial, serta strategi penggunaan ruang

yang terjadi.

I.2.2 Pertanyaan penelitian

1. Bagaimana proses penghunian masyarakat di Rusunawa Gemawang dan

Rusunawa Grha Bina Harapan?

2. Perbedaan apa yang terdapat pada proses penghunian di kedua Rusunawa

tersebut?

I.3 Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi proses penghunian Rusunawa di Rusunawa Gemawang

dan Rusunawa Grha Bina Harapan

2. Memperoleh proses penghunian yang ideal berdasarkan pengalaman kedua

Rusunawa tersebut.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107070/potongan/S1-2016... · tahun 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk indonesia sebesar 1,97%,

I.4 Manfaat Penelitian Penelitian proses penghunian di Rumah Susun Sewa memiliki manfaat

sebagai berikut :

1. Mahasiswa

Penelitian ini memberi wawasan dan pengetahuan mengenai prosedur dan

strategi yang dilakukan oleh masyarakat ketika menghuni sebuah Rumah

susun. Serta memberikan satu sumber rujukan kepada mahasiswa

mengenai penelitian dibidang permukiman/perumahan khususnya Rumah

Susun.

2. Universitas

Menambah referensi penelitian yang dapat digunakan sebagai bahan

rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Terutama bagi peneliti yang

mempelajari salah satu aplikasi perumahan dan permukiman khususnya

Rumah Susun

3. Pengembangan ilmu pengetahuan

Memberi masukan dan rekomendasi kepada pemerintah daerah Kabupaten

Sleman dan Kota Yogyakarta secara khusus. Sebagai acuan pertimbangan

dalam merumuskan kebijakan rumah susun selanjutnya.

I.5 Batasan Penelitian atau Ruang Lingkup Penelitian

1.5.1 Ruang lingkup substansial

Peneitian ini berfokus pada identifikasi tiga elemen sosial yaitu man,

activity dan space serta aturan pengelolaan yang diimplementasikan oleh

pengelola untuk menjabarkan bagaimana proses penghunian yang terjadi di kedua

Rusunawa. man dalam hal ini merupakan pelaku atau pihak yang terlibat dalam

proses penghunian, activity merupakan aktivitas/kegiatan adaptasi sosial yang

dilakukan selama proses penghunian dan space ialah tempat para pelaku

melakukan aktivitas dan strategi penggunaan ruang pada proses penghuniannya.

Aturan pengelolaan dan tata tertib yang dianalisis ialah segala kebijaksanaan

maupun peraturan yang diimplementasikan oleh pengelola dalam proses

penghunian Rusunawa.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107070/potongan/S1-2016... · tahun 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk indonesia sebesar 1,97%,

1.5.2 Ruang lingkup spasial

Dalam penelitian ini ruang lingkup spasial yang digunakan ada dua,

pertama Rusunawa Gemawang (melingkupi Rusunawa Gemawang 1 dan 2) dan

yang kedua ialah Rusunawa Grha Bina Harapan yang juga dikenal sebagai

Rusunawa Juminahan/Rusunawa Tegalpanggung. Keduanya terletak di dalam

administrasi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

1.5.3 Ruang lingkup temporal

Penelitian dilakukan pada awal tahun 2015 hingga pertengahan 2016.

I.6 Keaslian Penelitian Berikut di bawah ini adalah ringkasan tinjauan mengenai keaslian

penelitian Proses Penghunian Rusunawa di Rusunawa Gemawang dan Rusunawa

Grha Bina Harapan:

Tabel 1.4 Keaslian Penelitian Proses Penghunian

Judul Penelitian Fokus Metode Lokasi

Tesis, Efektivitas pembangunan

Rusunawa Grha Bina Harapan di

Kecamatan Danurejan Kota

Yogyakarta : Arga Rina apriliani,

S.I.P. (2015)

Efektivitas

implementasi kebijakan

pembangunan

Deduktif

kualitatif

Kampung Juminahan

Yogyakarta dan Rumah

Susun Grha Bina Harapan

Tesis, Proses penghunian Rumah

Susun Sederhana di Kota Semarang.

Lokasi : Rumah susun Pekunden,

Plamongansari dan Kaligawe : Tantri

Swasining (2010)

Proses penghunian

Deskriptif

kualitatif dan

kuantitatif

Rumah susun Pekunden,

Plamongansari dan

Kaligawe

Skripsi, Faktor Penyebab Rendahnya

Minat Warga Kampung Juminahan

untuk Menghunbi Rumah Susun Grha

Bina Harapan Tegalpanggung

Yogyakarta: Atqon Adi Sasmito

(2014)

Penyebab Rendahnya

Minat Warga

Deduktif-

Kuantitatif

Kampung Juminahan

Yogyakarta dan Rumah

Susun Grha Bina Harapan

Tesis, Efektivitas Pembangunan

Rumah Susun Sewa (rusunawa)

Dalam Penanganan Lingkungan

Permukiman Kumuh, Studi Kasus

rusunawa Gemawang, rusunawa

Joyudan dan rusunawa Cokrodirjan :

Meta Grizanda Meizy Rosadi (2010)

Efektivitas

pembangunan

RUSUNAWA dalam

Penanganan

Lingkungan

Permukiman Kumuh

kuantitatif dan

kaulitatif

deskriptif

Rusunawa Gemawang,

Joyudan dan Cokrodirjan

Sumber: Koleksi referensi perpustakaan, 2015

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107070/potongan/S1-2016... · tahun 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk indonesia sebesar 1,97%,

Berdasarkan tinjauan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian

mengenai proses penghunian rusunawa dengan lokus rusunawa Gemawang dan

rusunawa Grha Bina Harapan yang bertujuan untuk menemukan hal-hal yang

terjadi pada proses penghunian Rusunawa, berbeda dengan penelitian-penelitian

yang telah ada sebelumnya sejauh pengetahuan penulis.

I.7 Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 1.1: Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Sumber: Analisis Penulis 2015

Rumah susun sederhana sewa

(rusunawa)

Rusunawa Gemawang

Terletak di Pinggir Kota

Jogja (Kabupaten Sleman)

Rusunawa Juminahan

Terletak di Kota Jogja

Dianggap berhasil

Analisis Komparasi proses penghunian :

- Bagaimana Kebijakan yang diimplementasikan pada proses penghunian

Rusunawa

- Bagaimana Pelaku (Unsur yang terlibat) pada proses penghunian Rusunawa

- Bagaimana Aktivitas atau Kegiatan adaptasi pada proses penghunian Rusunawa

- Bagaimana penggunaan ruang dalam proses penghunian Rusunawa

Proses Penghunian

Rusunawa

Kebutuhan Tempat Tinggal

meningkat

Keterbatasan lahan di

Perkotaan dan Pinggiran

Kota

Menggali permasalahan dari

proses penghunian

Dianggap tidak

berhasil

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107070/potongan/S1-2016... · tahun 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk indonesia sebesar 1,97%,

I.8 Sistematika Penulisan Untuk pelaporan hasil penelitian, maka penelitian ini menggunakan

sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab 1 Pendahuluan

Bab pendahuluan bertujuan untuk memberikan uraian secara garis besar

mengenai isi penelitian. Pada bab ini penuklis menjabarkan latar belakang

mengapa melakukan penelitian, perumusan masalah hingga menyusun tujuan-

tujuan yang ingin dicapai dan manfaat yang akan diperoleh jika mengadakan

peneliian. Selain itu, bab pendahuluan juga berisi batasan penelitian, keaslian

penelitian, kerangka pikir dan sistematika penulisan laporan penelitian

Bab II Landasan Teori

Bab Landasan Teori pada penelitian yang menggunakan metode induktif

kualitatif berisi tentang kisi-kisi teori yang menjadi landasan berpijak bagi

peneliti. Teori-teori yang dikumpulkan tidak dijadikan sebagai kerangka teori

yang menghasilkan hipotesis, namun digunakan sebagai pijakan peneliti untuk

menganalisis unit-unit informasi yang diperoleh di lapangan. Pada penelitian ini,

landasan teori yang digunakan diperoleh dari jurnal ilmiah, bahan penelitian

skripsi dan tesis yang telah ada, buku-buku dan sumber lainnya. Landasan teori

juga disusun berdasarkan fokus yang diambil.

Bab III Metode Penelitian

Bab metode penelitian merupakan penjelasan dari penulis mengenai

alasannya menggunakan metode kualitatif dalam penelitian ini. Kemudian bab ini

juga dilengkapi dengan pembahasan unit amatan dan unit analisis, alat dan

instrumen penelitian. Teknik dan langkah pengumpuan data, teknik analisis data,

bagaimana melakukan pengujian data, serta bagaimanakah tahapan-tahapan

penelitian yang telah dilakukan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107070/potongan/S1-2016... · tahun 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk indonesia sebesar 1,97%,

Bab IV Deskripsi Lokasi Penelitian

Pada penelitian induktif kualitatif, peneliti diharapkan menemukan

kekhasan dari lokus yang akan di teliti. Maka penting sekali dalam laporan ini

untuk menyertakan bab tersendiri terkait deskripsi umum lokasi penelitian. Selain

itu, bab deskripsi lokasi penelitian ini dibutuhkan agar pembaca memahami

kondisi umum wilayah yang dijadikan sebagai lokus penelitian.

Bab V Temuan dan Pembahasan

Bab temuan dan pembahasan merupakan bab yang berisi hasil temuan

yang diperoleh selama melakukan penelitian. Kemudian, peneliti memberikan

pembahasan dengan maksud memperjelas atau memperkuat temuan yang

diperoleh. Pembahasan dilakukan dengan menyandingkan antara temuan dan

landasan teori yang penulis miliki atau dengan penelitian-penelitian yang telah

ada sebelumnya. Penyusunan bab ini dengan baik akan mempermudah pembaca

maupun penulis untuk menyimpulkan apa saja yang diperoleh dari penelitian.

Bab VI Kesimpulan dan Rekomendasi

Bab ini berisi kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan dan

rekomendasi bagi pihak yang berkepentingan. Bab rekomendasi menjadi penting

untuk dibuat karena mencerminkan bahwa penelitian ini bermanfaat.