28
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era digital seperti saat ini, hampir semua orang telah merasakan hidup di dua dunia. Tentunya dengan bantuan internet dan media sosial, masing-masing individu memiliki kehidupan di dunia nyata dan dunia maya. Kehidupan di dua dunia ini telah berlangsung sejak munculnya media sosial. Berbagai macam media sosial menjadi habitat bagi netizen untuk berinteraksi dan berkembang di ranah digital. Berdasarkan data dari statista.com, hingga saat ini pengguna internet di dunia telah mencapai kurang lebih 3,17 milyar manusia. Jika dibandingkan dengan jumlah pengguna internet pada tahun 2014 yang berjumlah 2,94 milyar, bisa dikatakan bahwa jumlah pengguna internet dunia terus mengalami perkembangan yang signifikan. Persentase jumlah pengguna internet dunia saat ini telah mencapai 40% dari penduduk dunia. Angka ini juga diperkirakan akan terus bertambah di masa yang mendatang. Hal ini juga dipengaruhi oleh pertambahan jumlah penduduk dunia dan adanya berbagai media sosial yang menjadi daya tarik tersendiri di internet. Ragam media sosial di dunia pun tidak bisa dibilang sedikit. Setidaknya ada ratusan media sosial yang tersebar di seluruh penjuru internet. Namun tidak semua media sosial mendapatkan perhatian yang sebanding. Ada beberapa media sosial yang lebih unggul dibandingkan dengan lainnya. Menurut situs www.ebizmba.com, ada 15 media sosial dan aplikasi yang menempati peringkat paling tinggi di dunia dilihat dari jumlah pengguna serta frekuensi aktivitas penggunanya. Beberapa diantaranya adalah Tumblr, Instagram, Facebook, dan Twitter.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/99558/potongan/S1-2016... · Semua teori di atas menyebutkan bahwa motivasi merupakan sebuah pemicu ... (keluarga,

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era digital seperti saat ini, hampir semua orang telah merasakan hidup di

dua dunia. Tentunya dengan bantuan internet dan media sosial, masing-masing

individu memiliki kehidupan di dunia nyata dan dunia maya. Kehidupan di dua

dunia ini telah berlangsung sejak munculnya media sosial. Berbagai macam media

sosial menjadi habitat bagi netizen untuk berinteraksi dan berkembang di ranah

digital.

Berdasarkan data dari statista.com, hingga saat ini pengguna internet di dunia

telah mencapai kurang lebih 3,17 milyar manusia. Jika dibandingkan dengan

jumlah pengguna internet pada tahun 2014 yang berjumlah 2,94 milyar, bisa

dikatakan bahwa jumlah pengguna internet dunia terus mengalami perkembangan

yang signifikan. Persentase jumlah pengguna internet dunia saat ini telah

mencapai 40% dari penduduk dunia. Angka ini juga diperkirakan akan terus

bertambah di masa yang mendatang. Hal ini juga dipengaruhi oleh pertambahan

jumlah penduduk dunia dan adanya berbagai media sosial yang menjadi daya tarik

tersendiri di internet.

Ragam media sosial di dunia pun tidak bisa dibilang sedikit. Setidaknya ada

ratusan media sosial yang tersebar di seluruh penjuru internet. Namun tidak

semua media sosial mendapatkan perhatian yang sebanding. Ada beberapa media

sosial yang lebih unggul dibandingkan dengan lainnya. Menurut situs

www.ebizmba.com, ada 15 media sosial dan aplikasi yang menempati peringkat

paling tinggi di dunia dilihat dari jumlah pengguna serta frekuensi aktivitas

penggunanya. Beberapa diantaranya adalah Tumblr, Instagram, Facebook, dan

Twitter.

2

Gambar 1.1

Ragam media sosial

Salah satu media sosial yang sedang populer di tahun 2016 ini adalah

Instagram. Menawarkan fasilitas untuk membuat galeri foto pribadi, Instagram

dengan cepat meraih banyak pengguna. Instagram sebagai media sosial

merupakan sebuah pembaruan di tengah media sosial lain yang berbasis micro

blogging. Instagram memungkinkan penggunanya untuk mengunggah foto dan

video ke akun mereka. Selain itu Instagram juga memiliki fitur hashtag atau tagar

yang memudahkan penggunanya mencari foto orang lain yang memiliki kaitan

dengan tagar yang dipilih. Dalam hal ini, Instagram menjadi lebih unggul dari

media sosial lain karena menyajikan konten berbasis visual yang menarik.

Beberapa tahun terakhir, mulai muncul sosok-sosok yang tidak pernah

dijumpai di media massa sebelumnya namun dikenal oleh banyak orang. Mereka

adalah orang-orang yang mendapatkan popularitasnya dengan bantuan internet.

Individu semacam ini dikategorikan sebagai micro celebrity atau selebriti mikro.

Dikatakan selebriti mikro karena mereka hanya bergerak di media sosial, dan

cenderung memiliki fans yang lebih ceruk. Selebriti mikro ini juga memiliki

3

namanya masing-masing tergantung dengan popularitas media sosial tempat

mereka berkembang.

Di Instagram, selebriti mikro yang banyak muncul ini lebih dikenal dengan

sebutan selebgram. Akun-akun selebgram biasanya memiliki konten yang cukup

seragam dan sesuai dengan karakter dan keunikan mereka masing-masing. Ada

akun yang mengepost konten dengan warna-warna cerah, ada akun yang lebih

sering memperlihatkan hasil karya pemiliknya, akun-akun yang banyak

menampilkan fashion items, akun yang berisi foto makanan dan minuman, dan

masih banyak jenis akun lainnya.

Salah satu hal yang paling mencolok untuk membedakan akun selebgram

dengan akun biasa adalah endorsement post. Akun selebgram sering membuat

post yang menampilkan produk-produk sebagai bentuk iklan produk tersebut

karena selebram memiliki popularitas yang tinggi sehingga bisa mempengaruhi

followersnya. Konsep endorsement ini bukan merupakan rahasia di dunia

Instagram. Banyak orang mengetahui bahwa para selebgram ini mendapatkan

barang-barang tersebut dengan gratis, bahkan banyak dari mereka yang juga

mendapat bayaran dari melakukan post tersebut. Salah satu selebgram juga pernah

menyebutkan bahwa dia memasang tarif 5 juta rupiah untuk setiap post yang

berbentuk endorsement ini.

Melihat aktivitas selebgram menjadi menarik bagi para pemilik akun biasa.

Kehidupan para selebgram memotivasi mereka untuk bisa "hidup enak" seperti

para selebgram. Satu-satunya cara menjadi selebgram adalah dengan

meningkatkan popularitas dari akun yang mereka miliki. Peneliti melihat ada

banyak akun yang mulai meniru pola berinstagram para selebgram ini dengan

harapan bisa menjadi populer seperti para selebgram. Menjadi populer di

instagram seakan merupakan sesuatu yang diperlukan dan dibutuhkan di era

digital ini. Semakin banyak orang yang menggunakan hashtag-hashtag tertentu

untuk membuat post mereka lebih mudah dicari.

Melihat fenomena seperti ini, peneliti merasa tertarik untuk membuktikan

benar atau tidak bahwa motivasi menjadi populer ini memiliki korelasi yang

cukup signifikan dengan perilaku seseorang dalam berinstagram. Peneliti melihat

4

adanya kemungkinan bahwa apa yang ditampilkan seseorang di media sosial

merupakan citra yang dia bangun untuk mencapai suatu tujuan. Selama ini sudah

ada banyak penelitian yang memiliki fokus pada konten instagram dan

dampaknya terhadap pembelian produk, namun peneliti belum menemukan

penelitian yang melihat korelasi antara motivasi dengan perilaku yang berada di

ranah media sosial.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat

ditetapkan rumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimana korelasi motivasi pencarian popularitas dan perilaku berinstagram?

C. Tujuan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi

pencarian popularitas terhadap keputusan seseorang dalam membuat post,

caption, serta hashtag di Instagram.

D. Manfaat

Penelitian ini berguna sebagai:

a. Praktisi, menjadi referensi untuk melihat pengaruh motivasi seseorang

terhadap perilakunya di media sosial.

b. Akademisi, bermanfaat sebagai landasan untuk melakukan penelitian

lebih lanjut di bidang komunikasi pemasaran dan perilaku bermedia.

E. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah para pengguna instagram yang aktif dan

memiliki keinginan untuk menjadi populer di Indonesia. Ranah instagram ini

dipilih karena ada banyak bukti yang mengindikatorkan bahwa media sosial ini

adalah tempat yang potensial untuk sebuah akun tumbuh menjadi populer. Bukti-

bukti yang dimaksud adalah dengan banyaknya tips-tips yang dibuat untuk

membantu orang mendapatkan popularitas, terutama di instagram.

5

Salah satu buktinya adalah dari konten Youtube yang diunggah oleh Chua

Sihui dengan judul "HOW TO BE INSTAGRAM FAMOUS". Video ini berhasil

mendapatkan lebih dari 1juta penonton. Konten Youtube tersebut hanyalah salah

satu dari sekian banyak tips menjadi populer di instagram yang tersebar di internet

dan berbagai media lain.

Banyak beredarnya tips-tips ini menjadi bukti bahwa banyak netizen

memiliki minat dan motivasi untuk menjadi populer. Selain karena alasan

finansial, menjadi populer merupakan sesuatu yang dianggap menyenangkan.

Menjadi populer berarti seseorang mendapatkan perhatian yang lebih dari orang

lain. Fenomena ini paling terlihat di media sosial Instagram, terutama dengan

adanya fitur hashtag yang mempermudah mereka memancing likes. Bahkan ada

beberapa pengguna Instagram menggunakan hashtag yang tidak ada hubungannya

dengan konten foto.

F. Kerangka Teori

1. Motivasi

Deci dan Ryan (2000:54) menjelaskan bahwa kata motivasi merupakan serapan

dari bahasa latin, yaitu "movere" yang berarti berpindah. Berpindah dalam kata

motivasi memiliki makna berubah. Motivasi merupakan proses psikologi yang

mengarahkan, meminta arahan, dan menetapkan tindakan sukarela sehingga

mengarah pada suatu tujuan. Artinya, motivasi merupakan sesuatu yang ada pada

manusia yang memicu dia untuk berpindah. Bukan berpindah secara geografis,

namun bergerak disini lebih memiliki makna sebagai 'berubah'. Maksudnya,

motivasi merupakan pemicu untuk membuat sebuah perubahan.

Pernyataan tersebut didukung oleh teori dari Chaudhary dan Sharma (2012)

yang menyebutkan bahwa motivasi berasal dari kata motif yang berarti kebutuhan

dan keinginan yang mengarahkan seseorang untuk memulai proses mencapai

sebuah tujuan. Menurut Sardiman (2007: 73), motif dapat diartikan sebagai daya

upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat

dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam atau di dalam subjek untuk

melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.

6

Semua teori di atas menyebutkan bahwa motivasi merupakan sebuah pemicu

untuk seseorang melakukan sesuatu. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa

motivasi memiliki hubungan yang erat dengan adanya kebutuhan maupun

keinginan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, namun

kemunculannya dipicu oleh sebuah tujuan yang telah disetujui oleh alam sadar

maupun alam bawah sadar individu tersebut. Motivasi merupakan konsep untuk

suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh persepsi dan tingkah laku seseorang untuk

mengubah situasi yang tidak memuaskan atau tidak menyenangkan menjadi

situasi yang dirasa menyenangkan.

Deci dan Ryan (2000:55) menyebutkan bahwa motivasi terbagi menjadi dua

jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik

merupakan motivasi yang muncul pada diri manusia karena adanya kesukaan atau

kecintaan individu terhadap tujuannya. Hal ini menjadikan kegiatan yang

dilakukan oleh manusia dengan dasar motivasi intrinsik merupakan kegiatan yang

sukarela dan tidak mengharapkan adanya timbal balik atau balasan.

Sementara motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang muncul karena

adanya hasil dari sebuah kegiatan. Hasil yang dimaksud adalah imbalan atas hal

yang dikerjakan oleh individu tersebut dan merupakan sesuatu yang

menguntungan, terutama di bidang finansial. Misalnya jaminan untuk

mendapatkan hadiah atau jaminan untuk mendapatkan uang.

Dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan sesuatu yang kompleks. Motivasi

dapat memicu terjadinya perubahan energi yang ada pada diri manusia, yang

kemudian berdampak dan berkaitan dengan persoalan kejiwaan, perasaan dan juga

emosi untuk kemudian melakukan sebuah tindakan. Semua hal tersebut hanya

didorong oleh munculnya tujuan, kebutuhan, atau keinginan. Dari berbagai teori

motivasi yang sudah disebutkan sebelumnya, ada teori yang bertitik tolak pada

dorongan dan pencapaian kepuasan, ada pula yang bertitik tolak pada kebutuhan.

Maslow, sebagai tokoh motivasi dalam Hamzah B. Uno (2009:6)

mengemukakan bahwa pada orang telah memuaskan satu tingkat kebutuhan

tertentu, mereka ingin bergeser ke tingkat yang lebih tinggi. Lima tingkat

kebutuhan itu sebagai berikut:

7

a. Kebutuhan fisiologi

Merupakan kebutuhan yang harus dipuaskan karena kebutuhan ini

merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Seperti kebutuhan untuk makan,

memiliki tempat tinggal, mengenakan pakaian, mendapatkan udara untuk

bernafas, istirahat, dan sebagainya.

b. Kebutuhan akan rasa aman

Sesuai dengan namanya, kebutuhan ini berfokus pada keinginan untuk

mendapatkan perasaan bahwa dirinya selalu aman. Kebutuhan ini meliputi

kebutuhan akan keselamatan, terbebas dari rasa takut, dan tidak mengalami

kecemasan.

c. Kebutuhan akan cinta kasih atau kebutuhan sosial

Yaitu kebutuhan untuk mendapatkan kasih sayang, kebutuhan untuk

mendapatkan rasa diterima dalam masyarakat, lingkaran, atau golongan

(keluarga, sekolah, kelompok).

d. Kebutuhan akan penghargaan

Kebutuhan akan penghargaan meliputi kebutuhan seseorang untuk

merasakan kepercayaan diri tanpa takut dicela orang lain, dan juga kebutuhan

seseorang untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain.

e. Kebutuhan aktualisasi diri

Kebutuhan unttuk mewujudkan diri sendiri, seperti mengekspresikan

pikiran, serta mengembangkan bakat yang ada dalam dirinya dan melakukan

usaha untuk mencapai hasil.

Lima kebutuhan tersebut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya

motivasi dalam diri seorang manusia. Dalam artikel yang ditulis oleh Whitbourne

(2011), dia menyatakan bahwa ada beberapa teori motivasi yang dapat

menjelaskan bagaimana sebuah motivasi terbentuk. Beberapa teori tersebut

adalah:

a. Instinct Theory

Teori ini menjelaskan bahwa individu melakukan sesuatu karena ada

motivasi yang terbentuk dari insting. Manusia sebagai individu memiliki

8

kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi yang munculnya dari dalam dirinya.

Kebutuhan-kebutuhan ini adalah kebutuhan biologis yang sudah menjadi

bawaan dalam diri manusia. Teori ini kurang lebih sama seperti teori

kebutuhan fisiologis oleh Maslow yang telah disebutkan sebelumnya.

b. Drive Reduction Theory

Teori ini menyebutkan bahwa setiap manusia memiliki sangat banyak

keinginan. Motivasi muncul sebagai dorongan bagi seseorang untuk

mengurangi keinginan-keinginan tersebut ketika keinginan tesebut sudah

tercapai. Dengan kata lain, motivasi muncul untuk meredam gejolak keinginan

manusia yang sangat tinggi. Keinginan ini bisa merupakan keinginan

sederhana maupun rumit. Contohnya adalah ketika seseorang bekerja lembur

selama berhari-hari, dia akan memiliki keinginan dan kebutuhan yang sangat

tinggi untuk beristirahat. Dari situ, muncul motivasi untuk berhenti sejenak

dari segala kegiatan yang melelahkan.

c. Arousal Theory

Berbeda dengan drive reduction theory yang menyebutkan bahwa motivasi

muncul untuk meredam keinginan serta kebutuhan. Teori ini justru

menyebutkan kebalikannya. Dalam arousal theory, disebutkan bahwa manusia

merupakan organisme yang memiliki perasaan dan bisa mengalami kebosanan

jika dihadapkan pada situasi yang sama secara terus-menerus. Karena adanya

kebosanan tersebut, maka muncul motivasi untuk keluar dari kebosanan

tersebut. Dengan kata lain, teori ini menyebutkan bahwa motivasi muncul

untuk meningkatkan kadar hormon endorfin ketika kita melakukan suatu hal.

Jadi teori ini menjelaskan bahwa motivasi muncul karena seseorang ingin

menantang dirinya untuk melakukan sesuatu yang berbeda.

d. Incentive Theory

Incentive theory merupakan teori yang menjelaskan bahwa motivasi muncul

karena ada persuasi dari pihak luar. Motivasi muncul dalam diri seseorang

untuk memenuhi 'kebutuhan semu'. Disebut kebutuhan semu karena kebutuhan

ini dihasilkan dari pikirannya sendiri sebagai dampak dari adanya bujukan

pihak luar. Padahal kebutuhan ini hanyalah sebuah keinginan dan bukan

9

merupakan kebutuhan yang sesungguhnya. Motivasi semacam ini sangat sering

ditemukan dalam kehidupan, dan biasanya merupakan dampak dan efek

paparan iklan. Teori ini sangat sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh

Beckmann & Heckhausen (2008) yaitu "You expect that by having this "thing,"

you will be better off than you are without it."

Kemunculan motivasi semacam ini yang kemudian dimanfaatkan oleh

pengiklan dengan cara menyampaikan pesan persuasif yang 'menghipnotis'

orang-orang untuk merasakan kebutuhan untuk memiliki produk yang

ditawarkan. Pesan persuasif ini akan menimbulkan keinginan yang impulsif

dari pihak konsumen. Seakan mereka tidak akan bisa bertahan jika tidak

memiliki produk tersebut. Produk yang paling banyak memanfaatkan teori ini

adalah produk kecantikan seperti sabun muka, make up, body lotion, dan

sebagainya.

e. Cognitive Theory

Teori kognitif atau cognitive theory menyebutkan bahwa motivasi muncul

karena adanya ekspektasi hasil dari apa yang dilakukan oleh seseorang. Teori

ini menjelaskan bahwa seseorang akan melakukan sebuah tindakan yang dia

pikir akan menghasilkan sesuatu yang dia inginkan. Cognitive theory memiliki

kaitan yang erat dengan teori sebelumnya yang telah disebutkan sebelumnya

yaitu teori oleh Deci dan Ryan yang menjelaskan bahwa motivasi terbagi

menjadi 2 bagian yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Kedua jenis motivasi ini muncul karena keduanya mengharapkan sebuah

hasil dari adanya usaha. Perbedaannya hanyalah terletak pada faktor yang

mempengaruhi munculnya motivasi tersebut. motivasi intrinsik muncul dari

dalam diri sendiri dan hasil yang diharapkan merupakan kepuasan untuk diri

sendiri, misalnya seseorang mempelajari suatu bahasa tertentu karena dia

termotivasi untuk mendapat kepuasan karena berhasil menguasai suatu bahasa.

Sementara motivasi ekstrinsik muncul untuk mendorong seseorang

mendapatkan hasil untuk dirinya namun berasal dari orang lain. Misalnya

mendapatkan imbalan uang, pengakuan orang lain, atau bisa juga untuk

mendapatkan popolaritas.

10

f. Self-Determination Theory

Teori ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan teori sebelumnya. Namun

teori ini melihat bahwa motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik memiliki

potensi untuk bergabung menjadi satu motivasi. Maksudnya, seseorang bisa

memiliki motivasi yang memicunya untuk melakukan suatu hal dengan

manfaat untuk kepuasan diri sendiri dan juga untuk mendapat hasil dari pihak

luar.

Contoh dari teori motivasi adalah motivasi seorang seniman yang populer.

Seniman tersebut membuat karya seni karena berkesenian merupakan passion

dan dia bisa mendapatkan kepuasan dari membuat karya seni. Namun di saat

yang sama, ketika dia mempublikasikan karyanya, dia akan mendapatkan

pengakuan dari orang lain. Setelah itu jika dia menjual karyanya maka dia juga

akan mendapatkan keuntungan secara finansial. Dari contoh itu, bisa dilihat

bahwa teori ini menggabungkan kedua jenis motivasi sebelumnya sehingga

bisa muncul secara bersamaan. Sayangnya teori ini tidak dapat berlaku untuk

semua orang, karena tidak semua orang memiliki situasi yang sama yang

memungkinkan mereka mendapatkan hasil yang berupa kepuasan diri dan hasil

finansial atau popularitas.

Dari semua teori yang telah dijelaskan diatas, dapat ditarik benang merah

bahwa motivasi dapat muncul karena adanya dorongan dari luar maupun dalam

diri seseorang. Motivasi selalu muncul dari diri sendiri, namun faktor yang

mempengaruhi munculnya motivasi tersebut tidak selalu muncul dari dalam diri

seorang individu, melainkan ada kemungkinan bahwa hal yang memunculkan

motivasi tersebut bisa berasal dari lingkungan luar individu tersebut.

Motivasi dapat menggugah seseorang untuk membuat perubahan dalam

hidupnya. Namun motivasi yang dimiliki oleh seseorang belum tentu dapat

berefek pada pilihan perilaku mereka. Contoh yang cukup mudah dipahami adalah

motivasi diet. Banyak orang yang memiliki motivasi untuk memiliki badan yang

ideal, namun pada kenyataannya tidak banyak orang yang berhasil mewujudkan

hal tersebut. Jadi, kekuatan motivasi tentunya sangat berpengaruh pada hasil yang

11

akan didapatkan. Semakin tinggi motivasinya, maka semakin tinggi pula potensi

orang ini melakukan tindakan sebagai perwujudan dari motivasinya.

2. Aktivitas bermedia sosial dan instagram

Perkembangan media sosial tidaklah lepas dari perkembangan media baru.

Munculnya berbagai media sosial di internet dimulai dengan adanya kebutuhan

manusia untuk terus berkomunikasi menggunakan media maya yang kemudian

dikembangkan oleh para ahli dengan kreativitas mereka masing-masing untuk

menciptakan media sosial yang sesuai dengan kebutuhan manusia serta mudah

diakses dan digunakan. Menurut Everett M. Rogers (dalam Abrar, 2003:17-18)

perkembangan media komunikasi dibagi menjadi empat era. Era komunikasi

tulisan, era komunikasi cetak, era telekomunikasi, dan era komunikasi interaktif.

Menurut Denis McQuail (2011) ciri utama media baru adalah adanya saling

keterhubungan, aksesnya terhadap khalayak individu sebagai penerima maupun

pengirim pesan, interaktivitasnya, kegunaan yang beragam sebagai karakter yang

terbuka, dan sifatnya yang ada di mana-mana.

Kedua teori di atas menekankan hal utama dari media baru, yaitu media baru

sebagai media yang berkembang pada era komunikasi interaktif. Hal ini

menunjukkan bahwa keutamaan media baru terletak pada interaktivitasnya.

Berbeda dengan media massa, di media baru semua orang bisa berinteraksi

dengan mudah. Komunikasi tidak lagi bersifat satu arah sehingga bisa terjadi

komunikasi secara timbal balik dan komunikasi terasa lebih personal. Hal inilah

yang dirasakan oleh banyak orang dengan adanya media sosial.

Media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari banyak orang.

Setelah mengalami bertahun-tahun perkembangan secara terus menerus, media

sosial kini memiliki peran yang cukup krusial dalam kehidup manusia. Media

sosial memainkan peran yang sangat penting di berbagai bidang seperti

komunikasi, sosial, ekonomi, dan banyak bidang lainnya (Yan, 2014). Berbagai

macam media sosial telah mempengaruhi kehidupan manusia dengan berbagai

cara pula. Hal ini terjadi karena netizen menggunakan media sosial untuk

memperkuat kehidupan sosial mereka dengan kolega, teman, maupun keluarga.

12

Adanya kebutuhan seperti inilah yang mendukung media sosial untuk terus

berkembang.

Menurut data dari id.techinasia.com, pertumbuhan pengguna media sosial

terlihat paling signifikan ketika semakin banyak orang menggunakan smartphone.

Pada akhir tahun 2015, tercatat ada 2,2 milyar manusia yang menjadi pengguna

aktif media sosial. Pengguna terbanyak dimenangkan oleh media sosial Facebook

dengan 1,4 juta pengguna aktif. Disebutkan juga bahwa 34% penduduk di negara

besar memiliki akun media sosial dengan mayoritas penggunanya adalah wanita

dengan rentang usia 18-29, dan memiliki pendidikan yang cenderung lebih tinggi.

Ada banyak ragam media sosial yang mereka gunakan ketika mengakses internet,

salah satunya adalah Instagram.

Hingga akhir tahun 2015 lalu, jumlah pengguna instagram telah mencapai 300

milyar pengguna. Instagram merupakan salah satu media sosial yang tergolong

masih muda dan berhasil. Sekitar 2 bulan setelah peluncuran Instagram, pengguna

yang terdaftar sudah mencapai sekitar 1 juta akun. Di tahun berikutnya,

Instagram telah mencapai 30 juta pengguna. Pada tahun 2014, disebutkan bahwa

penguna aktif Instagram telah mencapai sekitar 300 juta akun per bulannya. Pihak

Instagram juga menyatakan bahwa 90% dari pengguna aktif instagram merupakan

individu yang berusia dibawah 35 tahun, 55% penggunanya merupakan golongan

usia 18-29 tahun, dan 68% penggunanya adalah wanita. Dengan 70 juta foto dan

video yang dipost setiap harinya, bisa dikatakan bahwa Instagram merupakan

salah satu media sosial yang cukup berhasil menarik minat netizen.

Frekuensi dalam mengepost foto di instagram juga menjadi salah satu hal yang

juga menarik untuk diperhatikan. Dengan data sebelumnya yang menunjukkan

bahwa hingga saat ini ada setidaknya 300 juta pengguna aktif instagram setiap

bulannya, dan ada 70 juta foto dan video yang masuk ke Instagram setiap harinya,

berarti rata-rata pengguna mengepost sekitar 7 foto dalam 1 hari. Namun rata-rata

ini tidak berarti setiap akun mengepost 7 foto atau video setiap harinya, banyak

akun yang mengepost kurang dari 7, dan banyak juga yang mengepost lebih dari

7. Maka dari itu, frekuensi menjadi salah satu faktor yang penting dalam

menentukan perilaku berinstagram seseorang.

13

Ada banyak jenis foto yang dipost oleh netizen ke instagram. Menurut Hu,

Manikonda, dan Kambhapati (2014) konten instagram terbagi menjadi 8 kategori

yaitu friends, food, gadgets, captioned photos, pet, activity, selfie dan fashion.

Semua kategori yang sudah disebutkan dapat dikelompokkan lagi menjadi 4

kategori yang lebih umum yaitu foto manusia (meliputi selfie, groufie, dan

teman), foto objek (meliputi peliharaan, makanan, gadget, dan fashion), foto

aktivitas (meliputi kegiatan indoor dan outdoor), dan foto grafis (meliputi quotes

dan meme).

Instagram menawarkan fitur untuk mengedit foto secara instan dengan adanya

built in filter dari instagram. Hal ini menjadi salah satu daya tarik bagi netizen

untuk menggunakan instagram karena penggunaan filter merupakan sebuah

pengalaman baru di media sosial bagi seseorang. Seiring berkembangnya internet,

filter bawaan instagram ini jarang menjadi pilihan utama bagi penggunanya. Hal

ini dikarenakan sudah ada banyak aplikasi lain yang memiliki spesialisasi di

bidang edit foto.

Ketika foto sudah ditata dan diedit sedemikian rupa, pengguna instagram

kemudian akan menentukan caption untuk mendampingi foto tersebut. Caption

digunakan untuk memperjelas apa yang ditunjukkan oleh foto. Menurut

Vanderbeek (2012), pemilihan caption instagram sangat penting karena dapat

memberikan makna pada foto. Selain itu, caption yang bagus akan bisa

mengangkat suasana foto serta menjelaskan suatu fokus pada foto yang sebaiknya

menjadi perhatian seseorang.

Pembuatan caption foto atau video tidak lepas jauh dari pembuatan tagar atau

hashtag. Fasilitas tagar merupakan salah satu hal yang menjadi fitur Instagram.

Dengan menggunakan tagar, seseorang bisa memasukkan fotonya pada kategori

tertentu. Hal ini juga akan mempermudah pengguna instagram lain untuk mencari

foto dengan tagar yang berkaitan. Tagar bisa diaplikasikan pada caption dan pada

komentar. Beberapa orang memilih meletakkan tagar pada caption, beberapa

memilih membuat tagar pada komen, dan beberapa lainnya memilih

menggunakan 2 cara tersebut.

14

Saat seseorang mengupload konten ke Instagram, dia juga bisa mengetag akun

lain untuk disertakan dalam fotonya. Dengan melakukan hal tersebut, akun lain

akan mendapatkan notifikasi bahwa ada orang lain yang mengunggah sebuah

konten dan memiliki hubungan dengannya. Tagging tidak hanya berlaku pada

akun lain saja. Instagram juga memiliki fitur geo tagging untuk mempermudah

seseorang menandai lokasi foto tersebut diambil. Selain itu, seseorang juga bisa

mengaitkan akun instagram mereka dengan akun mereka di media sosial lain

sehingga ketika mereka melakukan post di instagram, konten tersebut akan

langsung masuk di media sosial lain yang dikaitkan.

Beberapa hal yang sudah disebutkan diatas merupakan hal-hal yang bisa

diperhatikan dari perilaku bermedia sosial seseorang, khususnya di media sosial

instagram. Aktivitas instagram seseorang bisa dipengaruhi oleh banyak hal, dan

tentunya tidak semua pengguna memiliki bentuk aktivitas yang sama karena

perilaku berinstagram merupakan pilihan masing-masing individu.

3. Popularitas, selebritas, dan media sosial

Kata popularitas atau popularity diambil dari bahasa latin popularis yang

berarti umum atau banyak disukai. Beberapa sumber menyebutkan bahwa

popularitas berarti disukai oleh orang banyak, diperhatikan, dan dihargai. Namun

tidak ada definisi yang pasti dari popularitas itu sendiri. Popularitas tidak selalu

terjadi pada manusia. Banyak hal lain yang bisa meraih popularitas seperti

makanan, tempat, dan pakaian, dan sebagainya.

Manusia telah mengenal popularitas sejak tahap awal kehidupannya.

Popularitas muncul secara natural dalam lingkungan seseorang. Hal ini sesuai

dengan istilah primus inter pares, sebuah istilah kuno yang berarti orang pertama

dari sejenisnya. Artinya, seseorang yang populer muncul di dalam lingkungan

yang memiliki derajat yang sama, namun satu orang menunjukkan kelebihannya

sehingga dia menjadi berbeda dengan lainnya dan mendapat perhatian.

Pada era ini, popularitas tidak cukup ada di lingkungan pergaulan seseorang

saja. Setiap orang pasti mengenal sosok-sosok populer yang berada jauh dari

lingkungan rata-rata manusia. Sosok populer yang jauh dari jangkauan mayoritas

15

masyarakat ini adalah para selebriti. Banyak orang mengasosiasikan popularitas

dengan selebritas. Memang benar, karena selebritas diambil dari bahasa inggris

yaitu "celebrity" yang merupakan kata serapan dari bahasa Yunani 'celebes'

dengan arti 'keadaan menjadi populer'.

Popularitas yang dimiliki para selebriti ini memiliki dampak yang cukup besar

terhadap perkembangan trend masyarakat. Semua hal yang digunakan atau

dilakukan selebriti menjadi sorotan media massa sehingga audiens media massa

ingin ikut menggunakan atau melakukannya. Kebanyakan kehidupan selebriti

yang ditampakkan di media massa adalah kehidupan yang mewah dan glamor.

Mobil mewah, rumah mewah, pakaian serba bermerek, hal-hal tersebut menjadi

"ciri khas" selebriti. Bukti lain yang menunjukkan bahwa popularitas selebriti

memiliki kekuatan adalah dengan produk hiburannya. Contohnya semakin

terkenal seorang selebriti, maka semakin tinggi pula kemungkinan film yang

dibintanginya menjadi film yang laku keras.

Melihat kehidupan glamor yang ditampakkan oleh selebriti seperti ini,

kemudian mengundang rasa ingin bagi banyak orang. Tentunya karena pada

dasarnya manusia selalu menginginkan lebih dari apa yang dia miliki. Kehidupan

mewah yang dimiliki selebriti serta pergaulan mereka yang luas menjadi menarik

bagi banyak orang, sehingga mulai muncul keinginan-keinginan seseorang untuk

menjadi selebriti.

Seiring dengan berkembangnya teknologi, popularitas tidak lagi hanya ditemui

di dunia nyata, namun juga ditemui di dunia maya. Popularitas di dunia maya

mulai terlihat ketika banyak netizen mulai menghuni media sosial. Ada beberapa

individu yang tampak menonjol dibanding lainnya. Masih sama dengan konsep

populer di dunia nyata, seseorang bisa memiliki popularitas yang baik ataupun

buruk di dunia maya.

Ada orang-orang yang mendapatkan popularitas di dunia maya secara tidak

sengaja dan aja juga orang-orang yang sengaja mencitrakan dirinya sedemikian

rupa di media sosial sehingga dia bisa mendapat perhatian dari netizen. Individu-

individu dengan popularitas yang tinggi di media sosial ini disebut dengan

microcelebrity.

16

Marwick dan boyd (2011: 140) mendeskripsikan selebriti mikro sebagai

sebuah pemikiran serta seperangkat praktis dengan audiens diposisikan sebagai

fan base. Popularitasnya dipelihara dengan manajemen fans, dan citra diri

dikonstruksi sedemikian rupa sebagai konsumsi orang lain. Dengan begitu, dapat

disimpulkan bahwa munculnya selebriti mikro ini merupakan hasil dari usaha dan

rencana yang konsisten untuk membuat produk yang diminati dan disenangi

sehingga dia dapat memenangkan perhatian netizen.

Secara keseluruhan, cara kerja popularitas di dunia maya sebenarnya tidak

memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Namun, popularitas di dunia maya

dan dunia nyata akan selalu mempengaruhi satu sama lain. Seseorang yang

populer di dunia nyata biasanya akan populer juga di dunia maya, dan sebaliknya.

Pada dasarnya popularitas merupakan sesuatu yang terbangun dalam

lingkungan hidup masyarakat. Banyak orang melihat popularitas sebagai sesuatu

yang menggiurkan dan menyenangkan. Popularitas dinilai sebagai sesuatu yang

positif. Dengan menjadi populer, banyak orang mengira dirinya akan disukai oleh

banyak orang. Padahal pada kenyataannya, popularitas tidak sama dengan disukai.

Popularitas sesungguhnya adalah mengenai tingkat kemenarikan seseorang. Bisa

menarik dalam arti positif maupun negatif. Namun tentunya popularitas yang

diinginkan seseorang adalah popularitas yang baik dan bisa menguntungkan

dirinya sendiri serta orang lain.

Gambar 1.2

Model popularitas

17

Gambar model popularitas diatas dapat menjelaskan bahwa popularitas yang

baik dapat dicapai. Semakin banyak seseorang membuat orang lain bahagia, dia

bisa mendapatkan lebih banyak perhatian sehingga dikenal oleh orang lain sebagai

orang yang baik. Semakin banyak individu yang dia bantu, semakin menarik pula

seseorang di mata orang lain. Pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa popularitas

itu bisa direncanakan dan bisa dicapai jika seseorang mengusahakannya.

4. Uses and gratification theory pada media sosial

Teori uses and gratification merupakan teori lanjutan dari teori kebutuhan dan

motivasi (Maslow, 1970). Pada teori kebutuhan, Abraham Maslow menjelaskan

bahwa kebutuhan manusia dibagi menjadi 5 kategori. Semua kategori yang

tersusun dalam piramida kebutuhan tersebut merupakan hal-hal yang ingin

dipenuhi oleh manusia dalam hidupnya sesuai dengan urutan prioritasnya. Ketika

salah satu kebutuhan manusia telah tercapai, maka seseorang akan melakukan

usaha untuk memenuhi kebutuhan berikutnya.

Dalam teori uses and gratification, disebutkan bahwa individu secara aktif

memilih media yang ingin mereka akses serta gunakan dalam upaya memenuhi

kebutuhannya. Teori ini memiliki anggapan bahwa manusia sebagai individu

memiliki kesadaran penuh atas pemilihan media yang mereka gunakan. Setiap

individu memiliki penilaian terhadap media tertentu yang membuat mereka

memilih media tertentu untuk diakses dan digunakan (West & Turner, 2010: 397).

Gambar 1.3

Model teori uses and gratification

Walaupun teori ini banyak digunakan untuk mempelajari penggunaan media

massa, namun teori ini juga dapat diaplikasikan di ranah digital, khususnya media

18

sosial. Salah satu penelitian terdahulu pernah menggunakan teori ini untuk

meneliti motivasi seseorang menggunakan media sosial Facebook dan Instant

Messenger. Penelitian ini dilakukan oleh Quan-Hasase & Young pada tahun 2010.

Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa teori uses & gratification dapat

dikembangkan sesuai dengan perkembangan media, dan tidak hanya bisa

digunakan untuk penelitian di bidan media massa saja.

Menurut Katz, Gurevitch & Haas (1973) dalam West & Turner (2010),

kebutuhan manusia dalam menggunakan media dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu

cognitive, affective, personal integrative, social integrative & tension release.

Penggunaan media sosial masuk dalam kategori social integrative. Artinya

seseorang menggunakan sebuah media sosial untuk kepentingan kehidupan

sosialnya seperti menjalin koneksi dengan teman, keluarga, dan sebagainya.

G. Kerangka Konsep

Penelitian ini ingin melihat korelasi antara motivasi seseorang untuk menjadi

populer dengan perilakunya di media sosial instagram. Peneliti mendapati banyak

orang mengakui bahwa mereka ingin post instagramnya diperhatikan orang lain.

Fenomena seperti ini sangat menarik untuk ditinjau lebih jauh untuk melihat

kekuaan motivasi dalam mempengaruhi perilaku di dunia maya. Dengan begitu,

konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah motivasi untuk populer dan

perilaku berinstagram.

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan realita, peneliti

menggunakan teori motivasi dari Deci & Ryan yang mengategorikan motivasi

menjadi 2, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Sebenarnya peneliti

bisa menggunakan teori self determination yang meliputi keduanya, namun

karena peneliti ingin meneliti motivasi pencarian popularitas, maka peneliti

memilih menggunakan teori motivasi dengan dorongan ekstrinsik. Untuk melihat

perilaku berinstagram objek penelitian, peneliti melihat ada beberapa dimensi

yang dapat ditinjau yaitu dimensi konten, frekuensi posting, editing, directing,

tagging, reposting, dan connectivity.

19

Mengacu pada kerangka teori yang sudah dijabarkan sebelumnya, berikut

adalah skema dari kerangka konsep penelitian ini untuk menjelaskan alur

penelitian yang akan dilakukan:

Gambar 1.4

Kerangka konsep

Bagan diatas menunjukkan ada dua variabel dalam penelitian ini. Variabel

pertama adalah motivasi sebagai variabel independen (X), dan variabel kedia

adalah Aktivitas berinstagram sebagai variabel dependen (Y). Untuk lebih

memahami alur kerangka konsep diatas akan dijelaskan dalam operasional

konsep.

I. Definisi Operasional

Variabel adalah sesuatu yang memiliki variasi nilai sebagai operasional dari

konsep untuk diteliti secara empiris (Singarimbun, 1995:42). Peneliti memilih

beberapa dimensi dari konsep yang memiliki variasi nilai. Berikut adalah definisi

operasional yang dapat membantu peneliti memperjelas data yang dan dapat

menjelaskan konsep yang digunakan oleh peneliti.

1. Variabel Motivasi Pencarian Popularitas

Variabel motivasi yang di maksud pada penelitian ini adalah motivasi

mendapatkan popularitas. Artinya, motivasi merupakan dorongan yang

muncul dalam diri seseorang dan mempengaruhi perilakunya dalam

GRATIFICATION SOUGHT

Motivasi pencarian popularitas(X)

Dorongan ekstrinsik (popularitas)

MEDIA USES

Perilaku berinstagram (Y) Konten Frekuensi Editing Directing Tagging Connectivity

20

upaya mendapatkan penghargaan dan pengakuan dari banyak orang.

Motivasi pencarian popularitas muncul pada diri seseorang karena orang

tersebut menginginkan reward dari orang lain berupa perhatian dan juga

material. Dimensi yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah:

a. Dorongan Ekstrinsik: Motivasi seseorang berhubungan dengan

reward yang berasal dari orang lain.

2. Variabel Perilaku Berinstagram

Variabel ini adalah variabel yang digunakan untuk melihat perilaku

seseorang dalam bermedia sosial Instagram dan pola aktivitas di

Instagram. Perilaku berinstagram merupakan aktivitas-aktivitas yang

dilakukan seseorang dalam menggunakan Instagram misalnya membuat

post, menggunakan fasilitas tagging, frekuensi melakukan post,

menggunakan filter, dan sebagainya. Perilaku berinstagram tersebut

dapat dilihat dan diukur menggunakan beberapa dimensi. Dimensi yang

akan digunakan untuk mengukur variabel aktivitas berinstagram adalah

sebagai berikut:

a. Konten: Meliputi konten foto, caption dan hashtag

b. Frekuensi: Seberapa sering responden mengupload foto atau video

ke instagram

c. Editing: Responden melakukan proses edit foto sebelum

diunggah ke instagram

d. Directing: Responden merancang foto mulai dari penataan objek

hingga sudut pandang kamera

e. Tagging: Post foto atau video ditautkan ke akun lain

f. Connectivity: Mengaitkan akun instagram dengan akun media sosial

lainnya.

21

H. Operasional Konsep

Tabel 1.1

Operasional konsep

Konsep Variabel Dimensi Indikator Skala

Gratification

Sought

Motivasi

pencarian

popularitas

Dorongan

Ekstrinsik

(Popularitas)

Perasaan senang ketika mendapatkan like Interval

Perasaan senang ketika mendapatkan komentar Interval

Perasaan senang ketika mendapatkan followers Interval

Harapan untuk mendapatkan like Interval

Harapan untuk mendapatkan komentar Interval

Harapan untuk mendapatkan followers Interval

Keinginan mendapatkan endorsement Interval

Media Uses Perilaku

berinstagram

Konten Mengepost foto diri (selfie) Rating

Mengepost foto diri (non-selfie) Rating

Mengepost foto bersama teman Rating

Mengepost foto produk Rating

Mengepost foto makanan Rating

Mengepost foto fashion Rating

Mengepost foto objek tidak berkategori Rating

22

Mengepost foto tempat/pemandangan Rating

Mengepost foto aktivitas indoor Rating

Mengepost foto aktivitas outdoor Rating

Mengepost quote Rating

Mengepost meme Rating

Memikirkan caption dengan baik-baik Interval

Memilih caption yang sesuai dengan foto Interval

Memilih hashtag yang sesuai dengan foto Interval

Memilih hashtag yang populer Interval

Frekuensi Frekuensi membuat post di instagram Interval

Editing Penggunaan filter (built-in) Interval

Penggunaan filter (out source) Interval

Directing Pemilihan angle foto Interval

Penataan objek foto Interval

Pencahayaan foto Interval

Tagging Men-tag akun lain Interval

Menggunakan geo tagging Interval

Connectivity Mengkoneksikan post instagram ke media sosial lain Interval

23

J. Hipotesis

Dari kerangka konsep yang sudah dijabarkan diatas, maka hipotesis penelitian

ini adalah:

Ho: Motivasi pencarian popularitas tidak memiliki hubungan korelasional

dengan dan perilaku berinstagram seseorang.

Ha: Motivasi pencarian popularitas memiliki hubungan korelasional dengan dan

perilaku berinstagram seseorang.

K. Metodologi Penelitian

1. Metode penelitian

Penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang

menggunakan metode survei. Metode survei tidak mementingkan kedalaman

data, namun dapat merekam data sebanyak-banyaknya dari populasi yang luas

(Masyhuri dan Zainudin, 2008:13). Penelitian dengan metode survei adalah

penelitian yang mengambil sampel dari sebuah populasi dengan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun, 1989).

Metode survei cocok digunakan dalam penelitian ini karena dengan metode ini,

peneliti dapat mengumpulkan dan memperoleh data langsung dari lapangan.

Jenis survei yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

eksplanatif karena jenis ini digunakan untuk melihat hubungan sebab-akibat

anatara variabel X dan Y. Penelitian jenis ini dipilih karena dinilai cocok untuk

menjelaskan hubungan antara motivasi populer dengan perilaku berinstagram.

2. Populasi dan sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto, 2006:

108). Menurut Sugiyono (2006:72) populasi merupakan wilayah

generalisasi, terdiri dari subjek atau objek yang memiliki kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

24

ditarik kesimpulan. Jadi, populasi merupakan keseluruhan objek dan subjek

yang menjadi fokus penelitian.

Dalam penelitian ini, populasi yang dimaksud adalah seluruh pengguna

instagram di Indonesia. Belum ada data yang menyebutkan jumlah

pengguna instagram di indonesia hingga tahun 2016, namun data paling

dekat yang diambil dari We Are Social menunjukkan bahwa pengguna

instagram indonesia di tahun 2015 adalah sebanyak 17.850.000 orang. Maka

diambil kesimpulan bahwa populasi dalam penelitian ini berjumlah

17.850.000 orang.

b. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak

diteliti (Djaryanto & Subagyo, 2000:95). Berarti sample merupakan

sebagian dari populasi yang diambil oleh peneliti untuk diteliti dan

digunakan untuk menggeneralisasi seluruh populasi. Jumlah sampel dalam

penelitian ini dihitung dengan rumus Slovin yang memiliki toleransi

kelonggaran variatif yaitu 10%, 5%, dan 1%.

Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan:

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Persentase kelonggaran untuk mengantisipasi kesalahan

pengambilan sampel yang bisa ditolerir, yaitu sebanyak 5% karena

survei ini akan dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara

online.

Dari rumus diatas, didapatkan jumlah sampel sebanyak 399,7 orang.

Supaya genap, jumlah ini dibulatkan menjadi 400 orang.

25

3. Teknik pengambilan sampel

Dalam penelitian ini, jenis sampling yang digunakan adalah purposive

sampling. Teknik ini adalah teknik pemilihan sampel yang didasarkan atas ciri-

ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Kasiram: 2008,

pada Widyanintyas, 2013:30). Dalam penelitian ini, sampel yang dipilih adalah

orang-orang yang menggunakan instagram secara aktif dan pernah mengupload

foto atau video di akunnya.

4. Data dan teknik pengumpulan data

Data primer dan sekunder akan digunakan dalam penelitian ini. Data primer

merupakan data yang didapat dari hasil kuesioner. Kuesioner adalah teknik

pengumpulan data dengan mengirimkan suatu daftar pertanyaan pada

responden untuk diisi (Sukandarrumidi, 2004:78). Sedangkan data sekunder

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang didapatkan dari berbagai

sumber informasi seperti buku-buku literasi, internet, dan berbagai sumber lain

yang dinilai sesuai dengan penelitian ini.

5. Uji validitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah alat atau intrumen

penelitian yang digunakan benar-benar valid untuk mengukur variabel

penelitian. Konsep validitas sangat penting karena terkandung makna tingkat

kesesuaian hasil penelitian atau cerminan keadaan yang sesungguhnya dalam

hasil penelitian yang dilakukan (Idrus, 2009:124). Peneliti akan menguji

validitas dengan menggunakan Pearson Correlation Test pada software SPSS.

6. Uji reliabilitas

Di samping validitas data, instrumen dalam penelitian juga harus

mempunyai reliabilitas sehingga dapat dipercaya. Instrumen tersebut harus

dapat digunakan berulang kali oleh siapa pun, namun selalu menunjukkan hasil

yang konsisten atau sama. Untuk mengetahui apakah sebuah instrumen

penelitian dapat dipercaya atau tidak, harus dilakukan ujian berkali-kali pada

26

instrumen tersebut untuk memastikan bahwa instrumen tersebut bisa dipercaya.

Jika hasil uji menunjukkan ketepatan, maka instrumen tersebut dapat dikatakan

reliabel. Pengujian instrumen ini akan dilakukan berdasarkan nilai Cronbach

Alpha

.

7. Teknik analisis data

a. Analisis korelasi

Suryabrata (1994:24) menyebutkan bahwa analisis korelasional

digunakan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor

berkatitan dengan varias-variasi pada faktor lain berdasarkan pada koefisien

korelasi. Analisis korelasi dalam penelitian dilakukan untuk mengetahui

hubungan antar variabel.

Koefisien korelasi adalah pengukuran asosiasi antara dua variabel.

Besarnya koefisien berkisar antara +1 sampai -1. Koefisien korelasi

menunjukkan kekuatan hubungan linear dan arah hubungan dua variabel

acak. Untuk memudah menginterpretasi, Sarwono (2006:87) memberikan

kriteria sebagai berikut:

0 : Tidak ada korelasi

>0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah

>0,25 – 0,5 : Korelasi cukup

>0,5 – 0,75 : Korelasi kuat

> 0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat

1 : Korelasi sempurna

b. Analisis regresi

Penelitian ini juga akan menggunakan analisis regresi sederhana. Yaitu

analisis untuk mengetahui hubungan linier antara variabel independen (X)

dan dependen (Y). Kedua variabel dapat dikatanan memiliki hubungan yang

linier jika memiliki nilai Sig. Linearity < 0,05. Untuk mendapatkan hasil

tersebut, peneliti akan melakukan analisis data dengan SPSS.

27

c. Analisis deskriptif (statistika)

Dedy Kuswanto (2012:27) menjelaskan bahwa statistika deskriptid hanya

memberikan informasi mengenai data yang didapatkan dan tidak menarik

kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang lebih besar. Analisis

deskriptif yang digunakan untuk penelitian ini akan memanfaatkan analisis

mean dan cross tabulation.

28