51
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan salah satu peristiwa demokrasi bagi masyarakat sebagai penduduk untuk memilih calon pemimpin daerahnya. Kegiatan ini menyedot perhatian penduduk dalam jangka waktu yang cukup panjang, dimulai dengan pengusungan pasangan calon sampai pasca pemilihan. Koverasi berita pemilihan kepala daerah pun beradaptasi dengan teknologi komunikasi baru, hingga dapat dilihat tidak hanya media cetak dan penyiaran seperti radio dan televisi saja yang memasukkan konten Pilkada dalam slot waktu dan space artikelnya, tetapi juga media baru melalui masivitas konten dengan beragam bentuk, baik teks, visual, maupun audiovisual. Media baru bahkan memampukan aktor sebagai produsen pesan tidak hanya dari big media , tetapi dari individual sebagai pemilik akun dalam media baru. Pada pertengahan tahun 2012, sejak dimulainya agenda pemilihan kepala daerah di ibukota khususnya, dunia media baru mulai riuh dengan kicauan pengguna mikroblog Twitter dengan nuansa yang serupa, yakni Pilkada DKI Jakarta 2012. Sejak masa pencalonan gubernur, linimassa makin hiruk pikuk dengan pemikiran beragam pemilik akun Twitter yang mendominasi konten, termasuk bentuk interaktivitas antar pemilik akunnya. Dalam konteks kampanye Pilkada DKI Jakarta 2012, terlihat sejumlah akun dengan intensitas tweetposting yang tinggi dan masing- masing membawa pasangan calon yang mereka usung sendiri hingga mampu mempengaruhi twituniverse untuk ikut serta memberi komentar dan berdialog melalui konten serta menjadi percakapan umum dalam twituniverse dalam jangka waktu yang panjang bahkan keluar dari platform, menjadi tak hanya sekadar Twitter, tetapi meluas ke dalam bentuk media arus utama seperti media penyiaran dan media cetak. Perluasan koverasi media dalam konteks Pilkada pada media baru menunjukkan tingginyainteraktivitas penggunaselamaproses pemilihan. Partisipasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

  • Upload
    buitram

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan salah satu peristiwa

demokrasi bagi masyarakat sebagai penduduk untuk memilih calon pemimpin

daerahnya. Kegiatan ini menyedot perhatian penduduk dalam jangka waktu yang

cukup panjang, dimulai dengan pengusungan pasangan calon sampai pasca

pemilihan. Koverasi berita pemilihan kepala daerah pun beradaptasi dengan teknologi

komunikasi baru, hingga dapat dilihat tidak hanya media cetak dan penyiaran seperti

radio dan televisi saja yang memasukkan konten Pilkada dalam slot waktu dan space

artikelnya, tetapi juga media baru melalui masivitas konten dengan beragam bentuk,

baik teks, visual, maupun audiovisual. Media baru bahkan memampukan aktor

sebagai produsen pesan tidak hanya dari big media, tetapi dari individual sebagai

pemilik akun dalam media baru.

Pada pertengahan tahun 2012, sejak dim ulainya agenda pemilihan kepala

daerah di ibukota khususnya, dunia media baru m ulai riuh dengan kicauan pengguna

mikroblog Twitter dengan nuansa yang serupa, yakni Pilkada DKI Ja karta 2012.

Sejak masa pencalonan gubernur, linimassa makin hiruk pikuk dengan pemikiran

beragam pemilik akun Twitter yang mendominasi konten, termasuk bentuk

interaktivitas antar pemilik akunnya. Dalam konteks kampanye Pilkada DKI Jakarta

2012, terlihat sejum lah akun dengan intensitas tweetposting yang tinggi dan masing-

masing membawa pasangan calon yang mereka usung sendiri hingga mampu

mempengaruhi twituniverse untuk ikut serta memberi komentar dan berdialog melalui

konten serta menjadi percakapan umum dalam twituniverse dalam jangka waktu yang

panjang bahkan keluar dari platform, menjadi tak hanya sekadar Twitter, tetapi

meluas ke dalam bentuk media arus utama seperti media penyiaran dan media cetak.

Perluasan koverasi media dalam konteks Pilkada pada m edia baru

menunjukkan tingginyainteraktivitas penggunaselamaproses pemilihan. Partisipasi

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

14

aktif dalam media baru yang disebut sebagai user-generated content makin

memposisikan aktor sebagai elemen yang berkontribusi dalam konteks sosial tertentu.

Dalam proses kampanye misalnya, terdapat peluang munculnya aktor yang memiliki

kuasa atas suatu masyarakat atau publik melalui jabatan, status, ataupun label yang

disandangnya sebagai aktor atau penggerak, peran sentral maupun peran dominan

dalam proses berlangsungnya kegiatan tersebut. Dalam dunia nyata, aktor atau

komunikator dominan dalam konteks pemilihan memiliki latar belakang yang sangat

beragam, bahkan pada media baru,identitas dalam realitas virtual menjadi hal yang

dapat dikaburkan melalui bentuk pseudonym bahkan keragaman identitas yang

digunakan oleh satu orang dalam satu waktu.

Aktor bersifatunknown ini merupakan salah satu hal yang menarik perhatian

dalam media baru, terutama jika mereka memegang peranan sentral dalam wacana di

media baru. Label aktor dominan atau yang disebut selebriti kemudian muncul dalam

dunia jejaring sosial online, atau yang secara spesifik disebut sebagai selebriti mikro.

Label selebriti mikro memiliki dom inasi atas wacana kontekstual dalam media baru

dan memberi kontribusi dalam mengarahkan perhatian publik. Konteks kampanye

Pilkada menjadi area dalam melihat kecenderungan publik memilih calon gubernur

yang akan memimpin masayarakatnya dimana ia tinggal. Melalui media baru dengan

interaktivitas tinggi dan respon langsung, diharapkan membuka sekat dalam

mendiskusikan kampanye Pilkada, dalam hal ini DKI, meski begitu, kekuasaan

komunikator sentral dalam bentuk selebriti mikro ini menjadi batasan tersendiri bagi

tiap orang untuk dapat menyuarakan visinya dengan jelas.

Secara kontekstual, kampanye Pilkada DKI Jakarta sendiri memiliki dampak

yang besar, terutama lokasinya yang merupakan ibukota negara Republik Indonesia

dengan pengaruh yang besar bagi seluruh wilayah yang berelasi dengannya. Sensasi

yang dimunculkan melalui kampanye P ilkada DKI Jakarta 2012 juga beragam mulai

dari calon independen, keberagaman latar belakang pengunsung calon, serta

munculnya isu rasisme dalam negara multikultur ini.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

15

Dengan relasi antara konteks, karakteristik dan teknologi media baru, serta

aktor dalam bentuk selebriti mikro, menjadi konsep penting dalam masa kampanye

era teknologi saat ini. Selebriti menjadi aktor yang memegang kendali atas sarana

lingkungan teknologi tempatnya bernaung serta kendali atas audiens yang menjadi

twituniversenya, atau yang dalam relasi selebriti dan audiens sebut sebagai fans atau

pengagum selebriti yang mendedikasikan waktunya untuk mengikuti informasi dan

instruksi yang disampaikan oleh selebriti atau keep updated.

Label media baru sendiri memberi harapan bagi dekonstruksi nilai dan

karakteristik media lama. Ketika media lama dianggap tidak memberi ruang gerak

bagi calon aktor yang tidak memiliki modal yang kuat, harapan muncul ketika hadir

media baru dengan sifat entry barrier yang lebih longgar. Jejaring yang mudah

dibangun dengan interaktivitas yang kuat membawa ekspektasi yang tinggi dalam

terbentuknya masyarakat informasi dan ruang publik. Pada dasarnya terdapat tiga

perspektif dalam melihat teknologi digital, yakni utopian,dystopian, dan syntopian1.

Dalam perspektif utopian, teknologi digital dipandang sebagai pilihan bagi

perkembangan sosial, kesejahteraan masyarakat dan menekankan euforia media baru.

Di sisi lain, dalam kacamata dystopian, teknologi dianggap sebagai sumber

permasalahan baik sosial maupun ekonomi. Pandangan syntopian merupakan

perpektif yang lebih seimbang di antara keduanya.

Merujuk pada pandangan dystopian, media baru dapat dianalisis melalui

pemikiran kritis Marxis dengan adanya unsur hegemoni dan kontrol kekuasaan.

Media dan hegemoninya dipandang mempengaruhi dan membentuk gagasan orang

tentang mereka sendiri dan pandangan dunianya2. Dalam hal ini, media baru yang

diharapkan mampu menjadi alternatif bagi ruang publik, memiliki kecenderungan

sekaligus menjadi arena bagi praktik cyberpower dan politik virtual yang berarti

bahwa individual atau komunitas yang eksis adalah hanya mereka yang memiliki

1 Jan Van Dijk. 2006. The Network Society. London :Sage. Hal. 2.

2 Arthur Asa Berger. 1991. Media Analysis Technique. Revised Edition.Volume 10 the sage commtext

series. USA: Sage. Hal. 50

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

16

kontrol atas informasi dan teknologi3. Permasalahan dominasi dalam media baru ini

dapat dilihat dari praktik selebriti mikro di microblog Twitter.

Selebriti sendiri merupakan objek yang menarik untuk dianalisis, terutama

dari tiga bagiannya yakni kepribadian, jangkauan dan konten4. Tiga hal yang dimiliki

selebriti tersebut mempengaruhi eksistensi selebriti dalam masyarakat. Kepribadian

selebriti menjadi daya tarik tersendiri bagi penggemarnya, termasuk pengelolaan

konten untuk dapat menjangkau audiensnya. Selain memiliki kultur tersendiri,

selebriti diposisikan sebagai representasi masyarakat dalam fenomena sosial

masyarakat modern, sehingga dengan m eneliti selebriti, diharapkan mampu melihat

masyarakatnya sekaligus. Sosok idola dalam selebriti menjadi referensi bagi

masyarakat sebagai ‗penggemar‘ dari selebriti tersebut. Problematika dalam selebriti

mikro sebagai saluran komunikasi baru semakin kom pleks dengan sifat

interaktivitasnya, akses langsung pada audiens masif, serta konteks terkini yang

penuh persaingan dalam meraih pengaruh atas kekuasaan pembentukan opini dan

tindakan masyarakat.

Selebriti m ikro yang akan diteliti dalam melihat penguasaan adalah akun yang

sangat aktif dalam linimassa terutama dalam konteks Pilkada DKI Jakarta 2012,

yakni akun Twitter Ade Ayu S atau @TrioMacan2000 dengan status pseudonym yang

memilikifollower 133,616 dan Rudi Valinka atau @kurawayang menyatakan dalam

bio-nya sebagai akun asli dengan follower 9,218 (up-dated 14 September 2012 08:20

WIB). Dalam catatan di media, kedua akun ini cukup kontroversial dengan sejumlah

kicauannya, terutama dalam opininya mengenai calon Gubernur dalam Putaran II

Pilkada DKI Jakarta 2012. Senin 23/7/2012, akun @TrioMacan2000 mendapatkan

serangan dari akun @kurawa yang diawali dari tweet posting @TrioMacan2000

sebelum Pilkada DKI Jakarta putaran I menyerang Foke kemudian berbalik

3 Aelan Arumpac. 2006. A Research Paper on Cyberculture and Virtual Politics. Asian Youth Culture

Camp "Doing Cultural Spaces in Asia" Session 8 “Globalization of Communication and Culture”.

University of Philippines, Philippine Asia Culture Forum. Hal. 7. 4 Shane Tilton. 2011. Nanocelebrity: How to Combine Expertise with Voice. SxSW Future15 “Post

Post-Modern Celebrity” Session. Hal. 1

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

17

menyerang Jokowi. Keduanya terlibat twitwar, perang terbuka dalam Twitter5. Tweet

@TrioMacan2000 dan @kurawa mendapat banyak respon baik positif maupun

negatif, meski begitu akun ini tidak berhenti menyuarakan opininya dalam

membentuk persepsi follower-nya.

Akun @TrioMacan2000 dan @kurawa dengan labelnya sebagai selebriti

mikro memiliki potensi untuk menjadi trendsetter dalam pemilihan calon gubernur

dalam konteks pilkada DKI Jakarta 2012 dengan pasangan calon yang diusung oleh

masing-masing pihak. Hal ini merujuk pada kekuasaan selebriti dengan posisi sentral

yang mempu mengarahkan opini publik, paling tidak dalam lingkup khusus

jejaringnya.

Bentuk penguasaan atas jejaring dalam akun ini dapat dikaji melalui konsep

penguasaan dalam media baru yang salah satunya dijelaskan melalui konsep

technopower yang memposisikan kekuasaan sebagai strategi utama kekuasaan di

jantung media baru6. Selain itu, Arumpac juga menawarkan konsep cyberpower;

kekuasaan di dunia maya yang membuat manusia semakin terindividualisasi7

.

Kekuasaan melalui teknologi dapat dikendalikan oleh satu pihak atas pihak lain yang

sama-sama menggunakan media baru. Dalam konteks masyarakat demokratis,

kekuasaan bersifat persuasif dan manipulatif8

. Dari paparan tersebut muncul

permasalahan tentang penguasaan dalam media baru. Meski media baru, diposisikan

sebagai ruang publik baru, tetapi tetap ada kecenderungan kontrol dari satu pihak

tertentu.

Penelitian ini akan membedah konten media baru dengan metode kualitatif.

Konten media baru akan dianalisis berdasar tweet-posting yang akan disampaikan

oleh dua akun selebriti dalam linimassa-nya yang dibatasi dalam konteks Pilkada

5http://news.lintas.me/article/salingsilang.com/membongkar -motif-akun-triomacan2000--oleh-

kurawa&utm_source=LATEST&utm_medium=LATEST_6&utm_campaign=LATEST 6 Theo Rohle 2005. Power, Reason, Closure : Critical Perspectives on New Media Theory. New Media &

Society Vol 7 (3). London: Sage Publications. Hal. 211. 7 Arumpac. Op. Cit. Hal. 7

8 Coulthard, Carmen Rosa Caldas- dan Malcolm Coulthard (ed). 2003. Texts and Practices: Readings in

Critical Discourse Analysis. USA: Taylor & Francis e-library. Hal. 85

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

18

DKI Jakarta 2012. Dalam Twitter tidak ada administrator website, sehingga filter atau

gatekeeper atas informasi yang disampaikan ada pada aktor dan feedback yang

terlihat dari interaktivita s yang terbangun dari relasi selebriti mikro dan follower-nya.

Dengan membedah penguasaan yang tersaji dalam konten media baru,

diharapkan mampu melihat bagaimana media sosial online digunakan dalam konteks

politik oleh selebriti mikro sebagai aktor. Analisis wacana atas konten selebriti mikro

ini juga diharapkan mampu berkontribusi bagi teori media baru yang bernada

dystopian dan melihat bagaimana konsep Foucault terkait teks dan kekuasaan

digunakan untuk menganalisis konten media baru.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan dijawab

dalam penelitian ini adalah :

―Bagaimana penguasaan oleh selebriti mikro melalui akun Twitter

@TrioMacan2000 dan @kurawa dalam Pilkada DKI Jakarta 2012?‖

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana penguasaan yang dilakukan

oleh selebriti mikro melalui akun Twitter @TrioMacan2000 dan @kurawa dalam

Pilkada DKI Jakarta 2012.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan gambaran penguasaan selebriti mikro dalam microblog bagi

pengguna media baru.

2. Mengajak khalayak untuk berpikir kritis tentang konten media yang

dikonstruksi oleh aktor.

3. Menjadi bahan bacaan dan kajian yang ingin mendalamistudi analisis wacana

kritis khususnya wacana Foucaultian.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

19

E. Kerangka Pemikiran

1. Selebriti dan Media Baru

Selebriti, berikut praktik dan labelnya, menarik untuk dikaji, termasuk

sejarahnya, analisis produksi,dan siapa yang mengonsumsi selebriti serta beragam

relasi diantaranya. Selebriti sendirilekat sebagai komoditas;properti komersial yang

harus dikelola dengan strategi untuk mendapatkan keuntungan. Konten selebriti

bahkan menjadi dasar bagi media di abad 21 dan dalam beragam bentuk

menunjukkan kapasitasnya dalam menarik perhatian dan mengarahkan konsumsi9.

Meski demikian, selebriti memiliki fungsi sosial dan diposisikan sebagai representasi,

wacana, dan industri serta formasi kultural, sehingga selebriti menyediakan tubuh

teks kaya semiotik dan wacana.

Terdapat tiga pandangan dalam melihat selebriti, pertama, oleh kolumnis dan

intelektual publik yang menyatakan bahwa selebriti modern merupakan gejala

perubahan kultural yang membebaskan, singkat, serta sensasional. Kedua, oleh

konsumen, selebriti dideskripsikan sebagai kualitas alami yang hanya dimiliki oleh

individual luar biasa dan ditemukan oleh pencari bakat. Ketiga, dalam literatur

akademik, berfokus pada selebriti sebagai produk sejum lah proses ekonom i dan

kultural10

.Tiga pandangan tersebut juga mengalami perkembangan sampai saat ini,

terlebih dengan kemunculan beragam bentu k definisi serta proses labelling selebriti

yang disandang seseorang dalam fenomena sosial.

Dalam sejarahnya, label pahlawan lebih dahulu disematkan sebelum selebriti

sebagai sosok yang dipuja masyarakat. Carlyle11

menyatakan enam tipe klasik

pahlawan, yakni sebagai teolog, nabi, penulis, pendeta, man of letters, dan raja.

9

Turner, Graeme. 2010. Approaching Celebrity Studies . Diakses dari

http://dx.doi.org/10.1080/19392390903519024, Hal. 11-14.

10

Graeme Turner.2004. Understanding Celebrity . Great Britain: Athenaeum Press. Hal. 4 11

Dalam James Monaco. 1978. Preface to Celebrity : The M edia as Image Makers. Doubleday. Hal. 4.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

20

Seluruh tipe tersebut memiliki kualitas yang menempatkan mereka terpisah dengan

orang awam. Mereka telah melakukan sesuatu, bertindak dalam dunia, baik tertulis,

pemikiran, pemahaman, maupun kepemimpinan. Selebriti, di sisi lain, tidak perlu

melakukan salah satunya karena fungsinya tidak untuk bertindak, namun terancang.

Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan sejarah selebriti berkaitan erat

dengan perkembangan teknologi media, meski tidak secara spesifik bergantung

dengannya.

Seperti yang dinyatakan Andy Warhol bahwa di masa depan, tiap orang akan

populer mendunia untuk waktu lima belas menit. Kalimat tersebut menunjukkan

bahwa selebriti memiliki kultur modern dan teknologi terkini dengan adanya selebriti

―sementara‖12

. Akhir tahun 1970an, James Monaco menyebut selebriti dengan

kategori tersebutdengan istilah quasars. Sementara Chris Rojek di tahun 2001

menyebutnya celetoids atau celeactors.

Label selebriti pun tidak hanya dari film, selebriti masa kini juga hadir di

televisi, melalui event olahraga, di internet, dan juga konteks politik13

. Janet

(2003:175) juga menyatakan meski sistem bintang film Hollywood sudah sejak tahun

1920an dan 1930an, pada dekade terkini selebriti juga berasal dari ikon olahraga, dan

kelompok rock yang dibentuk secara sadar, hal ini menunjukkan bahwa struktur

popularitas menjadi pervasif14

.

Proses penyematan label selebriti juga memiliki interpretasi yang beragam.

Breese mengungkapkan bahwa selebriti tidak ditemukan, tetapi dibuat oleh industri

hiburan dan media massa, terkhusus oleh eksekutifdalam dunia hiburan dan editor

12

Riley, Sam G. 2010. Temporary Celebrity: Media ‘Fodder’ and Diversion . The Evolving Media's

Impact on Rhetoric and Society: Proceedings of the 2010 International Colloquium on

Communication. Hal. 1. 13

Breese, Elizabeth Butler. 2010. Reports from “Backstage” in Entertainment News . Springer

Science+Business Media, LLC 2010. Hal. 397. 14

Browne, Janet. 2003. Charles Darwin as a Celebrity . Science in Context 16, no. 1: 175-194. Accessed

February 21, 2013 2:52:46 AM EST. Citable Link http://nrs.harvard.edu/urn-

3:HUL.InstRepos:3345923. Hal. 175

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

21

majalah sebagai co-conspirator15

. Serupa dengan yang dinyatakan Alexander bahwa

agen pers bekerja sebagai pelindung dari sakralitas label selebriti dengan pemberitaan

dan beragam kegiatan selebrasi16

. Selebriti dikelola melalui pengakuan adanya

perbedaan kekuasaan antara penggemar dan praktisi selebriti dan pengelolaan basis

penggemar yang dilakukan menunjukkan kedekatan, afiliasi, dan respon publik.

Dengan posisi sentral dalam jejaring yang dimiliki selebriti, mereka menjadi alat

politik yang paling penting untuk meraih perhatian historis secara personal dan

terbatas secara cepat dan mudah17

. Dapat dikatakan bahwa selebriti memiliki kontrol

atas teritori, paling tidak dalam lingkup penggemarnya.

Dalam relasi selebriti dan media baru, gejala selebrifikasi makin masifmelalui

web-based media yang memungkinkan respon langsung, baik dalam bentuk kuantitas

follower maupun jumlah pengguna yang klik „likes‟. Dalam hal ini, media baru tidak

hanya menyediakan outlet baru dalam eksploitasi selebriti, tetapi juga memperumit

dinamika antara praktisi selebriti, audiens, dan orang-orang yang ada dalam rentang

antara keduanya18

. Mikroblog Twitter menunjukkan transformasi selebriti dari

kualitas personal menuju popularitas yang bersirkulasi melalui media sosial modern.

Dengan standar dan konvensi yang dim ilikinya, seperti mention, hashtags dan

retweet, Twitter mampu mengubah bentuk interaksi dengan memfasilitasi respon

cepat atas konten yang disampaikan dalam bentuk tweet19

. Komunikasi melalui

internet memberikan immediacy, aksesibilitas, dan keberlanjutan pada ekspresi emosi.

Internet menciptakan mode baru komunikasi manusia, memungkinkan partisipan

15

Breese. Op. Cit. Hal. 340. 16

Alexander, Jeffrey C. 2010. Cultural sociology alexander The Celebrity -Icon. Cultural Sociology 2010

Volume 4(3): 323–336. Hal. 329 17

Monaco. Op. Cit. Hal. 4. 18

Alice E Marwick. dan Danah Boyd. 2011. To See and To Be Seen: Celebrity Practice on Twitter. Sage.

Convergence . 2011. Convergence: The International Journal of Research into New Media

Technologies 17(2) 139–158 (pdf). Hal. 156. 19

Edgar Meij, Wouter Weerkamp, dan Maarten de Rijke. 2012. Adding Semantics to Microblog Posts .

ISLA, University of Amsterdam. Amsterdam. Hal. 2.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

22

untuk ambil bagian dalam komunikasi massa dua arah20

. Pengguna di web tidak lagi

merupakan audiens pasif, te tapi partisipan aktif yang mengontrol konten informasi.

Mereka membentuk kualitas data dan meresponnya

Dalam komunitas virtual yang terbentuk di ruang online, pengguna memiliki

kesempatan untuk bebas mengekspresikan diri dan melakukan penyingkapan diri21

.

Dengan internet, penggemar pun dapat membangun komunitas dengan cepat

dibandingkan sebelumnya, setiap orang dapat terlibat dalam penciptaan, distribusi,

dan promosi konten dalam tiap kapasitas.

YouTube menjadi sensasi di tahun 2006, jurnalis dan analis menyatakan bahwa

media tersebut dapat mendemokratisasikan selebriti dan memungkinkan para penari,

penyanyi, komedian berbakat menjadi terkenal tanpa menggunakan mesin Big Media,

seperti yang terjadi pada Justin Bieber. Henry Jenkins menyebutnya kultur

partisipatoris; gaya baru konsumerisme yang masuk dalam lingkungan. Konsumen

media ingin menjadi produsen media, sementara produsen media ingin mengelola

dominasi tradisionalnya atas konten media22

. Kemudahan teknologi kom unikasi pada

pemanfaatannya mempermudah diseminasi informasi, termasuk konten dan

popularitas.

Selebriti menggunakan blog sebagai sarana publisitas dan iklan. Kontennya

informatif dan promosional. Visual dan video digunakan untuk memperluas konten

promosi. Sejumlah selebriti menggunakan blognya dengan kemampuannya untuk

menciptakan berita dengan memberikan sudut pandangnya dalam beragam isu

20

L Sade-Beck. 2004. Internet ethnography: Online and offline . International Journal of Qualitative

Methods, 3(2). Article 4. Retrieved [INSERT DATE]

fromhttp://www.ualberta.ca/~iiqm/backissues/3_2/ pdf/s adebeck.pdf. Hal. 1-4. 21

Baym, Nancy. 2008. Online Community and Fandom . Larm Oslo. Hal. 1. 22

Alice E Marwick. et al. 2010. Youth, Privacy and Reputation. The Berkman Center for Internet &

Society at Harvard University. Hal. 226-230.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

23

kontemporer23

. Blog selebriti memiliki jumlah pengikut penggemar yang banyak dan

berkomunikasi dengan frekuensi yang tinggi serta bicara tentang status dan

popularitas orang terkenal.

Gagasan tentang selebriti terutama dipengaruhi oleh acara talkshow .

Hollywood bahkan menyematkan mitos selebriti dan faktor X yang dimilikinya

(talenta dan kharisma). Teknologi media sosial online seperti Twitter, Myspace, Blog,

YouTube, hingga kini memampukan seseorang yang populer dan non populer untuk

meningkatkan kuantitas media personal, melalui manipulasi dan distribusi konten

secara luas, termasuk meraih audiens baik nyata maupun imajinasi24

. Selebriti dalam

jejaring sosial online, menggunakan profil dan foto sebagai basis mengevaluasi

karakter seseorang karena informasi yang diunggah dalam profil menjadi domain

publik dan bukan lagi menjadi sesuatu yang diperoleh oleh pemilik orisinil.

Dalam Twitter, relasi selebriti dan penggemar secara kuantitatif ditunjukkan

melalui jumlah follower. McNamara25

menyebut adanya pengelolaan citra melalui

akuisisi teman, foto, status dan beragam undangan kegiatan, dan kesemuanya berkait

dengan pengaruh dalam jejaring yang dapat meningkatkan popularita s dan posisi

sosial selebriti mikro tersebut. Jejaring juga digunakan sebagai filter dan membuat

selebriti mikro makin hati-hati dengan cara mereka mempresentasikan dirinya.

2. Media Baru dan Kuasa

Terdapat beragam kesimpangsiuran dalam memaknai kekuasaan . Sejumlah

penulis merujuk pada kemampuan mendapatkan sesuatu meskipun terdapat resistensi,

kemampuan untuk memenangkan pertarungan politik, atau kapasitas untuk

23

Singh, Vrat dan Manisha Solanki. 2011. A Celebrity Blogs Revisited A Content Analysis Applying

Social Media Framework. July- September 2011. Media Minamansa. Diakses dari

http://www.mediamimansa.com/16A%20-%20Vol.5,%20No.%201%20English%20-

%20PART%20_B.pdf. 20 Feb 2011. Hal. 2-7. 24

Marwick et al. Op. Cit. Hal. 229. 25

Kim McNamara. 2009. Publicizing Private Lives: Celebrities, Image Control and the Reconfiguration

of Public Space ,Social and Cultural Geography, 10 (February). Hal. 27-29.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

24

outmaneuver oposisinya26

. Sedangkan pemaknaan lain menekankan sisi positif

kekuasaan, kemampuan memobilisasi sumber daya untuk menyelesaikan sejumlah

persoalan, serta kekuasaan sebagai kemampuan untuk mengontrol tindakan.

Kekuasaan dan praktik kekuasaan oleh aktor mencerminkan hubungan kelas

sosial. Kekuasaan didefinisikan sebagai makna umum untuk peraihan tujuan,

mewujud pada kapasitas untuk mengelola dan mengontrol orang, material dan

wilayah27

. Dalam situasi tertentu, praktik kekuasaan terkaitberagam media yang

memobilisasi kebutuhan relasi dan instrumentalitas untuk penghargaan objektif yang

dipilih.

Istilah kekuasaan banyak digunakan dan diselewengkan dalam tingkatan

global pada beragam kapasitas dan dampak. Istilahnya berasal dari bahasa latin

potere – to be able – kapasitas untuk meraih sejumlah titik. Namun, kekuasaan secara

umum melibatkan kontrol atas orang lain28

. Kekuasaan merupakan kekuasaan satu

agen (atau kelompok) atas yang lain, kekuasaan untuk menjamin kepatuhan yang lain

terhadap keinginan seseorang.

Kata kekuasaan dapat digunakan dalam dua cara yang agak berbeda.

Kekuasaan yang pertama adalah kesan menang-kalah dari ―power over”, sedangkan

yang kedua adalah ―power to”29

. Dalam ―power over” secara khusus melibatkan

relasi eksploitasi, dom inasi atau paksaan dan dirujuk sebagai kekuasaan distributive,

karena menunjukkan distribusi (kesenjangan) dari beragam properti kehidupan

(respek, kekayaan, teritori, otoritas). Sedangkan ―power to” melibatkan kapasitas

sistemik atau organisasional (kapasitas produktif dari kapitalisme, kapasitas

administratif dari negara patrimonial, jangkauan logistik dari kekuatan perjuangan)

26

Martin Kilduff and David Krackhardt. 2008. Interpersonal Networks in Organizations: Cogition,

Personality, Dynamics, and Culture . UK: Cambridge University Press. Hal. 85. 27

John A Hall dan Ralph Schroeder (Ed). 2005. An Anatomy of Power: The Social Theory of Michael

Mann. Cambridge : Cambridge University Press. Hal. 74. 28

Kim Dovey. 1999. Framing Places: Mediating Power in Built Form . NY: Taylor & Francis. Hal. 9-10 29

Hall dan Schroeder. Op. Cit. Hal. 102.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

25

dan dirujuk sebagai kekuasaan kolektif, karena mengikutsertakan kapasitas

kolektivitas untuk mengubah atau mengontrol lingkungan socio-spatial. Kedua tipe

kekuasaan ini tidak ekslusif satu sama lain, kontrasnya, kebanyakan jejaring

kekuasaan memiliki keduanya.

Dalam kerangka praktik kekuasaan dalam media, diposisikan sebagai sumber

potensial bagi pihak yang ingin menguatkan dom inasi melalui pesan yang terkandung

di dalamnya. Media massa, menurut Sallach30

memiliki potensi untuk manipulasi

pemikiran publik dari pemahaman orisinil, seperti dalam cara iklan komersial.

Pengaruh media massa didukung jejaring kontak interpersonal di antara pemimpin

opini.

Media memiliki kuasa atas konstruksi kebenaran yang menjadi bagian dari

kekuasaan. Terlebih dalam tiap masyarakat memiliki sistem kebenaran, politik

kebenaran, wacana yang berfungsi sebagai kebenaran yang berarti mekanisme dan

contoh untuk membedakan pernyataan benar salah, teknik serta prosedur

mencocokkan nilai dalam kebenaran, status yang dilabeli sebagai kebenaran31

. Hal ini

berarti tidak ada praktik kekuasaan tanpa wacana dan basis asosiasi kebenaran yang

beroperasi melaluinya. Kekuasaan tidak dapat dipraktikkan kecuali melalui produksi

kebenaran. Dan tidak ada jalan keluar dari kekuasaan ke dalam kebebasan pada

sistem kuasa yang paralel dengan masyarakat32

. Kita hanya akan memijak dari satu ke

yang lainnya. Logika tersebut membantu memahami pijakan dari media lama ke

media baru, berikut kekuasaan yang ada pada keduanya.

Sejalan dengan pemikiran tersebut, di Inggris dan Amerika, perjuangan atas

makna terletak dalam media massa, melalui industri budaya, iklan, dan produksi

30

David L Sallach. 1974. Class Domination and Ideological Hegemony . The Sociological Quarterly, Vol.

15, No. 1 (Winter, 1974), pp. 38-50. Wiley on behalf of the Midwest Sociological Society. Diakses dari

http://www.jstor.org/stable/4105619. Diakses pada 29/11/2012 01:15 . Hal. 43 31

Taylor, Charles. 1984. Foucault on Freedom and Truth. Political Theory, Vol. 12. No.2 (May, 1984)

pp. 152-183. Hal. 175. 32

Ibid. Hal. 152.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

26

media baru 33

. Interpretasi dominan dicetak dalam produk media yang dijual pada

publik dalam bentuk berita, hiburan, dan kultur. Kekuasaan dalam media berkait

dengan dimana kekuasaan ditempatkan, bagaimana didistribusikan dan dipraktikkan.

Media juga memiliki kuasa atas kemampuannya menunjukkan kredibilitas

informasi dalam persetujuan dengan mitos dan ideologi populer diantara elit

dominan34

. Dalam media, terlebih media baru, jejaring merupakan konsep

fundamental yang menjadi wilayah praktik kekuasaan. Jejaring merupakan

containersumber kekuasaan35

. Relasi kuasa menunjukkan bentuk kekuasaan atas dan

untuk sesuatu.

Media baru didefinisikan sebagai bentuk yang mengkombinasikan tiga C;

yakni computing and information technology, communication networks, digitised

media and information content dan mengalami proses convergence36

. Teknologi yang

dimiliki media baru memudahkan pertukaran informasi yang disampaikan dalam

jejaring komunikasi dalam bentuk konten digital. Perubahan teknologi sendiri

menunjukkan hubungan antara teknologi dan masyarakat yang tidak pernah hanya

satu arah. Teknologi dikembangkan sebagai respon pada agenda aktor sosial yang

berkuasa. Mereka membentuk sendiri tradisi dan mengubah teknologi pada

kepentingannya sendiri37

. Bahkan dalam lingkungan komunikasi terkini, teknologi

komunikasi interaktif memungkinkan pengguna untuk memonitor satu sama lain38

.

Internet memberi kesempatan pada identitas untuk mempublikasikan

pesannya dan bicara pada audiens potensial yang luas, potensi bagi mobilisasi politik,

33

Stephen M. E Marmura. 2008. Hegemony in the Digital Age: The Arab/Israeli Conflict Online . USA:

Lexington Books. Hal. 6. 34

Ibid. Hal. 14. 35

Hall dan Schroeder. Op. Cit. Hal. 5. 36

Terry Flew. 2004. New Media: An Introduction (2nd Edition). UK: Oxford University Press. Hal. 2. 37

Paul DiMaggio, Eszter Hargittai, W. Russell Neuman and John P. Robinson . 2001. Social Implications

of the Internet. Annual Review of Sociology, Vol. 27 (2001), pp. 307-336. URL:

http://www.jstor.org/stable/2678624 .Accessed: 29/11/2012 01:29 . Hal. 327. 38

Papacharissi, Zizi (Ed). 2011. A Networked Self: Identity, Community, and Culture on Social Ne twork

Sites. Edited by Zizi Papacharissi. New York: Routledge. Hal. 235.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

27

fasilitasi komunikasi, pembangunan asosiasi, serta strategi aktivis39

. Internet telah

menjadi daya tarik luas sebagai forum media dan sarana jejaring sosial. Partai politik,

gerakan sosial, blogger berita, amal, organisasi keagamaan, dan kelompok berbasis

masyarakat menggunakan medium komunikasi tersebut dalam akses informasi.

Dalam sudut pandang politik, internet menjadi ruang publik terbarukan atau

arena elektronik. Meski begitu media baru perlu dilihat dalam sudut pandang utopian

dan distopian. Pihak yang skeptis mempredikasikan kepentingan ruang komersial

yang tidak responsif didominasi oleh pemain korporat tipikal – tetapi dengan

peningkatan kapasitas untuk menginvasi privasi masyarakat individual40

.

Internet sebagai bentuk media baru memiliki kemampuan dan hambatan

dalam konteks informasi; internet memberikan beragam sumber informasi dengan

mendukung sumber lokal terkait informasi dengan sumber dari beragam lokalitas, dan

untuk mengkomparasikan sudut pandang yang bertentangan, sedangkan hambatannya

ialah, ketiadaan filter dan gatekeeper sehingga memerlukan kapabilitas pengguna

dalam jumlah yang progresif untuk dapat memberikan nilai dan validitas atas

informasi online41

. Keragaman sumber ini menjadi peluang yang sangat baik bagi

kebutuhan informasi, namun validitas informasi memberikan audiens satu upaya

ekstra dalam memahami informasi dengan memberikan tugas tambahan sebagai

upaya konfirmasi atas informasi.

Kultur ini memainkan peran sentral dalam membangun realitas virtual sebagai

hasil konstruksi aktor yang berelasi dengan sistem. Dalam konteks teknologi

komunikasi dan informasi, cyberculture memiliki keterkaitan dengan konsepsi baru

tentang relasi antara politik, teknologi, dan seni sebagai cerminan perubahan dalam

industri kultural yang mengelilingi teknologi komunikasi dan informasi dalam

39

Marmura. Op. Cit. Hal. 1. 40

DiMaggio. Op. Cit. Hal. 319. 41

Flew. Op. Cit. Hal. 8.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

28

masyarakat terkini42

. Dengan sifat interaktivitas, jejaring, dan konten digital serta

beragam sifat la in yang menyertai media baru, menjadikan relasi dalam ruang online

mengalami transformasi dan sifatnya semakin bebas secara teknis dan aplikasi

meskipun masih terdapat barrier dalam akses.

Interaktivitas tingkat tinggi dalam media baru menjadikannya medium yang

dinamis. Media interaktif memberi derajat pilihan bagi pengguna dalam sistem

informasi, baik dalam pilihan akses pada sumber informasi dan kontrol atas hasil

dengan menggunakan sistem itu dan membuat sejumlah pilihan43

. Kultur digital

mengubah penggunaan media dalam keseharian. Kultur media cetak bertransformas i

ke dalam kultur audiovisual dan media komputer elektronik. Pengguna media akan

semakin aktif dengan media baru dengan kemunculan interaktivitasnya. Terlebih

pengguna aktif tidak lagi memerlukan intermediasi editor dan retailer dalam jejaring,

menjadikannya lebih interaktif dan otonom44

. Pilihan, kontrol, dan otonomi yang

disebutkan dalam kerangka media baru di atas menunjukkan hadirnya elemen

kekuasaan yang diberikan pada aktor untuk melakukan interaksi dengan pengguna

lain dalam media baru.

Dinamika relasi kuasa di seputaran internet dapat dideskripsikan sebagai

upaya perjuangan antara pemberdayaan individu dan dominasi elit. Individual yang

eksis dalam ruang cyber dengan menggunakan alat bergantung pada infrastruktur

teknologi yang dikontrol oleh elit, te tapi infrastruktur teknologis tersebut eksis untuk

memberikan alat bagi penggunaan individual untuk pemberdayaan45

. Dari pernyataan

tersebut dapat dilihat isu kontrol dari elit yang berarti bahwa kekuasaan masih

dipegang pihak tertentu, meski dalam konteks media baru. Pembagian kekuasaan

sendiri merupakan satu dari aspek sosial yang penting dalam rencana dan penggunaan

42

Hall dan Schroeder. Op. Cit. Hal. 519. 43

Flew. Op. Cit. Hal. 13. 44

Dijk. Op. Cit. Hal. 191. 45

Theo Rohle. 2005. Power, Reason, Closure : C ritical Perspectives on New Media Theory. New Media

& Society Vol 7 (3). London: Sage Publications. Hal. 211.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

29

jaringan komunikasi. Sifat media komunikasi secara teknis maupun politis sama

sekali tidak netral. Struktur jejaring memungkinkan untuk sentralisasi maupun

desentralisasi. Pusatnya, node dan terminalnya dapat terhubung dengan sejumlah

cara. Di masa depan, posisi sentral atau periperi terkait orang di dalam jejaring

komunikasi, atau pengasingan mereka dari jejaring, yang secara luas menentukan

posisi mereka dalam masyarakat46

. Relasi individu dengan kepemilikan informasi dan

akses pada infrastruktur disertai kemampuan menggunakan, memproses, memilih,

dan mendistribusikannya menentukan kekuasaan seseorang.

Media baru menyebabkan berkurangnya privasi dan meningkatnya kontrol

total dari atas. Hal ini berarti penggunaan masif dari media baru akan membentuk

penguasaan semakin kuat. Kendali infrastruktur yang dipegang oleh elit memang

menjadi batasan bagi individu untuk mengakses media baru dan menjadikan konten

sebagai salah satu sarana ekspresi eksistensi individu. Meski begitu, dominasi atas

konten perlu ditelusur lebih lanjut untuk melihat kecenderungan kontrol atas konten.

Konten yang tersebar dengan digitalisasi memungkinkan peningkatan

produksi, penyebaran, dan konsumsi informasi dan sinyal komunikasi terjadi dalam

kecepatan tinggi47

. Produksi konten dan distribusi global instan menjadi mudah

dijangkau bagi sejumlah besar orang. Hal ini juga menekankan bahwa internet

memiliki kapabilitas partisipatoris yang lebih besar dibandingkan media lain, upaya

berulang untuk mengontrol konten dan menyetir aliran data.

3. Konten Selebriti M ikro dan Kuasa

Dalam media baru, pengguna dapat memposisikan dirinya sebagai selebriti

dalam tingkat mikro jika memiliki sejumlah follower yang secara aktif berinteraksi

dalam bentuk komunikasi termediasi di internet. Dalam relasinya dengan lingkup

sosial, label selebriti dilihat sebagai representasi masyarakat dalam mengkritisi

46

Dijk. Op. Cit. Hal. 95. 47

Dijk. Op. Cit. Hal. 193.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

30

masyarakat modern. Melalui kepribadian, jangkauan dan konten, selebriti dibangun

untuk mempersuasi audiens dan meningkatkan status sosial.

Selebriti mikro secara kuantitatif dibatasi dengan audiens yang dimiliki,

minimal 6,000 akun pengguna dan membentuk konten dalam ceruk tema tertentu48

.

Selebriti mikro menyampaikan informasi dan menjelaskan topik khusus pada audiens.

Jumlah ‗pengikut‘ yang menjadi batasan jangkauan yang dimiliki selebriti m ikro

menjadi penting untuk melihat kemampuannya dalam membangun percakapan

bermakna dalam topik tertentu pada kom unitas dan jejaring yang lebih sempit dan

intim.

Konten menjadi konsep kunci komoditas yang mampu ditawarkan kreator

kepada publik sebagai audiens maupun konsumen media. Kreator konten pada media

baru sangat beragam, mulai dari individu dari kaum sipil, kelompok, organisasi,

korporat, sampai lembaga negara yang terinstitusionalisasi. Hal ini memberikan corak

bagi konteks konten itu sendiri. Konteks politik pun tak luput dari upaya selebriti

mikro untuk membangun wacana dalam mikroblog.

Pada konteks politik, media baru diposisikan sebagai sistem dan selebriti

mikro sebagai aktor. Hal itu menyebabkan demokrasi berada dalam posisi yang

mencemaskan49

. Dilihat dari sudut pandang keterikatan warga negara, analisis kultur

media secara umum, dengan penekanan pada konsumsi dan hiburan, memperlihatkan

adanya bentuk pelemahan jenis kultur publik untuk demokrasi yang sehat. Secara

spesifik, jurnalisme modern sering disalahkan dengan mengancam demokrasi dalam

koverasi politik, melalui berkembangnya komersialisasi, sensasionalisme, trivialisasi,

fiksasi kepribadian, dan sebagainya.

48

Tilton, Shane. 2011. Nanocelebrity: How to Combine Expertise with Voice. SxSW Future15 “Post

Post-Modern Celebrity” Session. Hal. 2. 49

John Corner dan Dick Pels (ed). 2003. Media and The Restyling of Politics: Consumerism, Celebrity,

and Cynicism . London: Sage. Hal. 151.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

31

Teks diperlukan untuk mengidentifikasi dan mempertanyakan relasi kuasa

yang mempengaruhi dan dipengaruhi dalam teks pada interaksi dalam media baru50

.

Terutama dalam beberapa tahun terak5.hir, media sosial dikatakan memiliki dampak

pada wacana publik dan komunikasi dalam masyarakat. Secara khusus, media sosial

mengalami peningkatan penggunaan dalam konteks politik. Twitter sendiri

merupakan platform ideal bagi pengguna untuk menyebarkan tidak hanya informasi

secara umum tetapi opini politik secara publik melalui jejaring, institusi politik

(politisi, parpol, yayasan politik, dan sebagainya.)

Media sosial menjadi basis informasi untuk mengukur opini publik dalam

kebijakan dan posisi politik termasuk juga untuk membangun dukungan komunitas

untuk berjalannya kandidat untuk kantor publik51

. Sejalan dengan perkembangan

media sosial, secara khusus Twitter dan Facebook, makin banyak digunakan dalam

konteks politik – baik oleh warga dan institusi politik. Dari perspektif institusi politik,

penting untuk secara aktif berpartisipasi dalam komunikasi politik berbasis media

sosial, terutama dalam masa kampanye pemilihan, termasuk juga dalam konteks

negara berkembang seperti Indonesia.

Sosok akun pseudonym @TrioMacan20000 populer dengan kicauannya yang

menuai kontroversi. Banyak akun Twitter yang tertarik mengikuti sepak terjang akun

ini di linimassa. Terpantau sejak Senin 3/9/2012 malam, akun tersebut kembali

menjadi perbincangan di linimassa, bukan tentang kontroversi kicauannya, tetapi

tagar #3macan2ribu sebagai objek pertanyaan pengguna Twitter52

. Akun

@ndorokakung menyebut tagar ini sebagai konspirasi para pelawak linimassa. Salah

50

Stefan Stieglitz dan Linh Dang Xuan. 2010. Social media and political communication: a social media

analytics framework. Springer-Verlag. Hal. 51

Zeng, Daniel, Hsinchun Chen, Lusch, R., Shu-Hsing Li, Social Media Analytics and

Intelligence , Intelligent Systems, IEEE , vol.25, no.6, pp.13,16, Nov.-Dec. 2010.

URL: http://ieeexplore.ieee.org/stamp/stamp.jsp?tp=&arnumber=5678581&isnumber=5678575 Hal.

14-15. 52

http://news.lintas.me/article/salingsilang.com/membongkar -motif-akun-triomacan2000--oleh

kurawa&utm_source=LATEST&utm_medium=LATEST_6&utm_campaign=LATEST

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

32

satu hal yang dapat digarisbawahi dari peristiwa tersebut adalah fokus pa da konten

yang menjadi daya tarik sekaligus poin pembeda antara akun satu dengan lainnya

hingga menjadikannya pusat dari perbincangan.

Kuasa dan sentralitas dalam jejaring merupakan fokus dalam melihat

penggunaan mikroblog oleh selebriti mikro. Individual yang memiliki posisi sentral

tentu saja menikmati posisi kebebasan atas yang di bawahnya pada batasan tertentu.

Sejumlah kajian menyatakan bahwa sentralitas membatasi dengan kekuasaan, baik

dalam organisasi maupun jejaring informal.Di tahun 1948, Bavelas telah menguji

hipotesis posisi sentral memberikan pengaruh53

. Kajian dalam kelompok kecil

menunjukkan bahwa sentralitas berdampak pada jangkauan luas isu dari

kepemimpinan sampai kepuasan personal dalam anggota kelompok. Sentralitas dalam

jejaring mengoperasikan sesuatu seperti kesenjangan dalam stratifikasi sosial.

Melalui konten, citra dikembangkan oleh media tentang dunia dandigunakan

untuk mengkonstruksi makna tentang isu sosial dan politik. Sistem membuat

keseluruhan prosesnya berjalan normal dan alami bahwa seni konstruksi sosial tidak

terlihat54

. Citra tidak hanya merupakan reproduksi, te tapi juga memiliki makna lain,

yakni gambaran mental dari sesuatu yang tidak nyata atau ada.

Selain citra, wacana juga memiliki kontribusi dalam kontruksi, secara khusus

peran aktif dalam mengkonstruksikan dunia sosial55

. Bagi Foucault, wacana

beroperasi dalam empat cara dasar, yakni wacana menciptakan dunia, wacana

mengembangkan pengetahuan dan kebenaran, wacana bicara tentang orang yang

53

Alain Degenne dan Michel Forse. 1999. Introducing Social Networks. Great Britain: Redwood Books.

Hal. 132. 54

William A Gamson, David Croteau, William Hoynes dan Theodore Sasson. 1992. Media Images and

the Social Construction of Reality . Annual Review of Sociology, Vol. 18 (1992), pp. 373-393. URL:

http://www.jstor.org/stable/2083459 .Accessed: 29/11/2012 00:59. Hal. 374. 55

Marianne Jorgensen dan Louise J. Phillips. 2002. Discourse Analysis as Theory and Method . Great

Britain: Sage. Hal. 7.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

33

membicarakannya, serta wacana dan kekuasaan 56

. Secara khusus, konsep wacana

yang ditawarkan oleh Foucault fokus pada kekuasaan yang dikenali sebagai inti dari

seluruh wacana dan satu alasan seseorang berpartisipasi dalam wacana57

. Penelitian

Foucault berfokus pada cara wacana dikelola dan lebih spesifik pada siapa yang

berpartisipasi dan berkontribusi dan siapa yang dieliminasi.

Wacana yang diproduksi oleh selebriti mikro bersirkulasi dalam jejaring

sosial. Jejaring sosial terdiri yang dari orang yang berinteraksi satu sama lain dalam

basis reguler bersifat signifikan secara politis karena merupakan sarana utama untuk

mengkomunikasikan informasi, meningkatkan dan menguatkan emosi umum, dan

karena orang membuat pilihan tentang tindakan politik berlatarbelakang kelompok,

bukan individual58

. Jejaringmikroblog menjadi sarana untuk meraih dan

mempengaruhi pengguna. Termasuk juga memprediksi apakah pesan akan

memproduksi respon pengguna dan membuka kesempatan memaksimalkan viralitas,

jangkauan, serta efektivitas pesan dan kampanye iklan59

. Karena jejaring mengalami

peningkatan penggunaan sebagai saluran untuk meraih dan pemasaran pada

penggunanya, konten mengembangkan tujuan untuk memaksimalkan dampak

terhadap pesan. Tidak seperti produksi berita konvensional, jejaring dalam Twitter

memberi kesempatan untuk mengamati bagaimana pesan yang diproduksi oleh

pengguna, terkhusus selebriti mikro, meraih dan mempengaruhi pengguna.

4. Analisis Teks Media Baru dan Konten Kuasa

56

Whisnant, Clayton. 2010. Foucault & Discourse . A Handout for HIS 389 .

http://webs.wofford.edu/whisnantcj/his389/foucault_discourse.pd f. Hal. 6. 57

Bernd Carsten Stahl. 2004. Whose Discourse? A Comparison of the Foucauldian and Habermasian

Concept of Discourse in Critical IS Research. De Montfort University. Proceedings of The Tenth

Americas Conference on Information Systems, New York, August 2004. Hal. 2. 58

David Johns. 2009. A New Conservation Politics: Power, Organization Building, and Effectiveness .

Malaysia: Wiley-Blackwell. Hal. 65. 59

Yoav Artzi. 2012. Predicting Responses to Microblog Posts. Computer Science & Engineering. USA:

University of Washington Seattle, WA . Hal. 1.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

34

Internet sebagai medium unik yang mampu mengintegrasikan mode

komunikasi dan ragam konten merupakan situs penelitian penting untuk

menganalisisdifusi teknologi dan dampak media. Penelitian terkini pada internet

cenderung fokus dalam lima wilayah, yakni digital divide, komunitas dan kapital

sosial, partisipasi politik, organisasi dan institusi ekonomi, serta partisipasi kultural

dan keragaman kultural60

. Internet dengan jejaring elektroniknya menghubungkan

orang dan informasi melalui perangkat digital dan memberi ruang komunikasi

interpersonal.

Internet sebagai media baru memiliki beragam keunikan karakteristik fitur dan

teks yang mampu digali lebih mendalam. Beragam pemanfaatan dan konteks mulai

dari informal sampai formal, skala mikro sampai makro, pada tataran aktor dan

sistem, memberikan daya tarik sebagai objek penelitian. Label selebriti yang

terbentuk dalam media baru menjadi salah satu objek penelitian yang menarik dalam

melihat bagaimana praktik selebriti mikro termasuk relasinya dengan pengagumnya

dalam dunia online. Dalam bagian ini, perlu ditelusur lebih jauh kajian sebelumnya

terkait selebriti, media baru, serta penelitian terkini terkait praktik selebriti melalui

internet.

Penelitian dengan fokus pada selebriti sendiri cukup banyak ragamnya, salah

satunya yang diteliti oleh Ali Ahmed et al (2012) yang menunjukkan pengaruh yang

dibawa oleh selebriti melalui iklan61

. Penelitiannya menekankan bahwa label selebriti

merupakan pribadi yang dikenal publik karena kredibilitasnya atau daya tariknya.

Pengiklan menggunakan selebriti dalam iklannya untuk meningkatkan keyakinan

komersialnya serta efektivitas terkait pengaruhnya pada pembelian. Sedangkan James

Monaco (1978) mengkaji selebriti dari sudut pandang dunia industri perfilman dan

60

DiMaggio. Op. Cit. Hal. 307. 61

Ali Ahmed, Farhan Azmat Mir, dan Omer Farooq. 2012. Effect of Celebrity Endorsement on

Customers Buying Behavior: A Perpective From Pakistan . Interdisciplinary Journal of Contemporary

Research In Business. September 2012 Vol. 4 No. 5. Ijcrb.webs.com .

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

35

bagaimana selebriti dipandang sebagai tokoh sentral dari film62

. Kedua kajian

tersebut menegaskan signifikansi selebriti dari dulu hingga kini.

Seiring perkembangan platform jejaring sosial, analisis pengguna online

menjadi topik yang populer dengan perkembangannya pada wilayah penelitian yang

berbeda. Melalui penelitian Falkowski (2009), partisipasi aktif pengguna media baru

memainkan peran kunci dalam menentukan keuntungan individual dalam jejaring63

.

Karena jejaring sosial merepresentasikan dan dikategorisasikan oleh sifat seperangkat

aktor dan properti relasi diantaranya, termasuk latar be lakang yang dimiliki oleh

pengguna.

Dalam jejaring, terdapat konsep sentral yang di dalamnya juga terdapat

hubungan biner dan bernilai. Dalam Twitter, hubungan biner ditandai dengan

konvensi follow, sedangkan konvensi retweet termasuk dalam hubungan bernilai64

.

Relasi follow dan RT dapat dengan mudah dikuantifikasikan tetapi dalam dunia sosial

sangat sulit untuk menentukan dan mengkuantifikasikan kualitas hubungan

interpersonal. Meski dapat dianalisis menggunakan frekuensi kom unikasi yang dapat

mencerminkan konten emosional, dan jumlah pengaruh dalam hubungan.

Jejaring sosial dapat dianalisis untuk mengukur kekuasaan, pengaruh, atau

karakteristik individual lain berdasar pada pola koneksi65

. Hal ini dapat dilihat dari

tingkat kepentingan individual dalam jejaring melalui kekuasaan yang dimilikinya

untuk mengatur stream dan mengelola kesamaan pemahaman dalam jejaring.

Dalam tataran pengguna media baru, Qi Gao et al (2012) melakukan kajian

komparatif dari perilaku pengguna mikroblog yang menggunakan Sina Weibo dan

62

Monaco. Op. Cit.Hal. 4 63

Tanja Falkowski. 2009. Community Analysis in Dynamic Social Netw orks . Dissertation. Magdeburg.

Hal. 5. 64

Maksim Tsvetovat dan Alexander Kouznetsov. 2011. Social Network Analysis for Startups . United

States of America: O’Reilly Media. Hal. 2. 65

Ibid. Hal. 45.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

36

Twitter66

. Penelitian tersebut menegaskan layanan mikroblog seperti Twitter memberi

kesempatan pada pengguna untuk mengelola dirinya dalam jejaring follower-

followee. Dengan menganalisis kegiatan microblogging individual, memungkinkan

untuk mempelajari karakteristik, preferensi dan fokus pada pengguna.

Jika penelitian sebelumnya menekankan pada aktor, penelitian Qiming Diao

et al (2010) mengkaji topik dalam mikroblog, dan hasilnya menyatakan bahwa

mikroblog seperti Twitter mencerminkan reaksi publik umum pada peristiwa utama67

.

Topik yang berkembang dari mikroblog menunjukkan suatu peristiwa yang

berdampak pada mayoritas perhatian online. Penelitian Danah Boyd et al (2010)

memiliki fokus yang serupa,tepatnya pada konvensi retweeting sebagai cara

partisipan mengada dalam percakapan.

Konvensi lain adalah penggunaan @user syntax untuk merujuk pada orang

lain dan mengarahkan pesan kepadanya; Honeycutt dan Herring mengkaji praktik

konversasional ini. Seperangkat partisipan juga menggunakan hashtags (#) untuk

menandai tweet dalam basis topik sehingga yang lain dapat mengikuti percakapan

merujuk pada topik khusus. Dalam penelitian Ruth Page (2012), hashtags merupakan

sumber kuat dalam sistem untuk promosi visibilitas dar i update Twitter68

. Hasilnya

menunjukkan self-branding dan selebriti mikro beroperasi dalam kontinum yang

mencerminkan dan mendorong hirarki sosial dan ekonomi yang eksis dalam konteks

offline. Kultur partisipatoris dalam Twitter tidak didistribusikan merata, dan wacana

praktisi selebriti dan korporasi menunjukkan personalisasi sintetis.

66

Qi Gao, Fabian Abel, Geert-Jan Houben, Yong Yu. 2012. A Comparative Study of Users'

Microblogging Behavior on Sina Weibo and Twitter. http://qigao.me/papers/2012-wis-microblog-

comp-umap.pdf. Hal. 2. 67

Qiming Diao, Jing Jiang, Feida Zhu, Ee-Peng Lim. 2010. Finding Bursty Topics from Microblogs . Livin g

Analytics Research Centre. School of Information Systems. Singapore Management University. Hal. 2 68

Ruth Page. 2012. The Linguistics of Self-Branding and Micro-Celebrity in Twitter: The Role of

Hashtags.Hal. 2

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

37

Penelitian dengan objek mikroblog Twitter dengan konteks peristiwa krisis

juga pernah dilakukan oleh Sarah Vieweg et al (2010) di Amerika Serikat69

.

Penelitian Vieweg semakin menunjukkan sifat pervasif TIK dan mikroblog menjadi

sarana komunikasi dengan sifat ubiquity, kecepatan komunikasi, termasuk juga

aksesibilitas lintas platform.

Sampai sejauh ini analisis wacana berkaitan dengan berita pada media hanya

berfokus pada konten yang diungkapkan oleh aktor kebijakan70

. Kekuasaan tersebut

diposisikan dalam genggaman aktor kebijakan. Sedangkan dalam media baru, siapa

saja memiliki kekuasaan dan pilihan atas dominasi merupakan pilihan bebas.

Mikroblog sebagai salah satu bentuk media sosial dalam internet, dalam

pemanfaatan topik politik, diteliti oleh Goldbeck et. al.71

yang berfokus pada kongres

Amerika dan menganalisis konten lebih dari 6000 tweet dari anggota kongres. Dari

penelitian itu ditemukan bahwa anggota kongres lebih yakin Twitter sebagai

kendaraan untuk promosi diri karena mereka menggunakan Twitter secara umum

untuk membagi informasi, dan dalam lingkup khusus menghubungkannya dengan

artikel berita tentangnya dan untuk blog post personal.

Serupa dengan penelitian Goldbeck, studi Ammann (2010) berfokus pada

penggunaan Twitter oleh kandidat senat Amerika dan konten tweet selama musim

pemilihan pertengahan tahun 201072

. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penggunaan Twitter oleh kandidat merupakan bagian dari kampanye politik. Dalam

kajian adopsi Twitter dan penggunaannya oleh anggota kongres Amerika, Lassen dan

69

Sarah Vieweg , Amanda L. Hughes, Kate Starbird dan Leysia Palen. 2010. Microblogging During Tw o

Natural Hazards Events: What Twitter May Contribute to Situational Awareness . April 10–15, 2010,

Atlanta, GA, USA 70

Tracey Skillington. 1997. Politics and the Struggle to Define: A Discourse Analysis of the Framing

Strategies of Competing Actors in a 'New' Participatory. The British Journal of Sociology, Vol. 48, No. 3

(Sep., 1997), pp. 493-513. Published by: Wiley-Blackwell on behalf of The London School of

Economics and Political Science Stable. Hal. 498. 71

Dalam Stieglitz. Op. Cit. Hal. 3. 72

SL Ammann. 2010. A Political Campaign Message In 140 Characters Or Less: The Use Of Twitter By

U.S. Senate Candidates In 2010.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

38

Brown (2011) menemukan karakteristik anggota yang sering menggunakan Twitter,

yakni mereka yang berasal dari partai minoritas, dalam kondisi keperluan penggunaan

oleh pemimpin partai, termasuk dalam kategori kaum muda, atau mereka yang

melayani dalam senat73

. Hong dan Nadler (2011) memperkirakan dampak

penggunaan Twitter oleh politisi Amerika dalam perubahan opini publik dari politisi

tersebut sepanjang waktu dan menemukan fakta bahwa penggunaan Twitter oleh

politisi tidak memiliki dampak positif maupun negatif dalam opini publik74

.

Larsson dan Moe (2011) mengkaji tentang Twitter selama tahun 2010 dalam

pemilihan umum di Swedia dan menyatakan bahwa Twitter menjadi saluran untuk

diseminasi konten politik dan tidak untuk dialog politik75

. Yardi dan Boyd (2010)

menyatakan bahwa, dalam konteks politik, pengguna Twitter lebih suka berinteraksi

dengan orang lain yang berbagi pandangan yang sama seperti apa yang mereka

lakukan dalam frasa retweet, tetapi mereka juga secara aktif terlibat dengan mereka

yang juga tidak setuju76

.

Twitter sebagai mikroblog pada dasarnya memiliki karakteristik public-

contributed content, sehingga tidak hanya orang yang benar-benar terbiasa

melakukan posting dalam media sosial online saja yang bisa melakukannya, tetapi

juga dilakukan oleh aktivis dan beragam elemen publik lainnya. Media sosial yang

mudah dijangkau ini dijadikannya sebagai salah satu alat untuk melanggengkan

kekuasaan dan dominasinya. Interaksi yang terjadi dalam relasi ‗pengikut‘ dan

selebriti mikro, berbentuk quote tweet, bentuk chirpstory, retweet, agreement ini

73

DS Lassen dan Brown AR. 2011. Twitter: The electoral connection? Soc Sci Comp Rev 29(4):419–436 74

S Hong dan Nadler D. 2011. Does the Early Bird Move the Polls? The use of the social media tool

‘Twitter’ by U.S. politicians and its impact on public opinion. Proceedings of the

InternationalConference on Digital Government Research 75

A Larsson dan Moe H. 2011. Who tweets? Tracking microblogging use in the 2010 Swedish election

campaign. ECIS 2011 Proceedings Paper. Hal. 251. 76

S Yardi dan D Boyd. 2010. Dynamic Debates: An A nalysis Of Group Polariz ation Over Time On

Twitter. Bull Sci Technol Soc 20. Hal. 8.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

39

terbangun untuk melanggengkan kekuasaan. Tetap ada ciri khas ruang publik dalam

media baru, namun dominasi konten tidak dapat serta merta hilang.

F. Kerangka Konsep

1.Internet dan Mikroblog

Pada awalnya, infrastruktur internet hadir sejak tahun 1960an untuk

kepentingan militer melalui ARPANET77

. Pada perkembangannya kemudian

konteksnya tidak terbatas secara militer, begitu juga ragam perkembangan internet

yang mengalami evolusi di Amerika dan memunculkan bentuk lain seperti website,

interface dan user-friendly dengan protokol transfer file yang sudah umum saat ini.

Kehadiran media baru dalam interaksi interpersonal memberi implikasi tersendiri

pada bentuk dan pola komunikasi sesuai karakteristik platform media baru yang

digunakan.

Implikasi yang dibawa pada komunikasi sosial oleh teknologi menjadikan

relasi interpersonal yang termediasi bukan merupakan hal yang langka. Relasi yang

termediasi oleh komputer dan jaringan ini disebutkan sebagai masyarakat berjaringan

oleh Castell78

. Penemuan teknologi mendorong sistem manajemen informasi dan

komunikasi yang menciptakan dampak besar pada kehidupan manusia. Adaptasi dari

penggunaan teknologi dalam kehidupan manusia ini perlu dipahami adanya konsep

cyberculture yang dipahami sebagai flux yang luas, dalam, dan konstan79

. Jejaring

cyberculture menghubungkan tubuh, ekonomi, teknologi, subjek, dan ideologi serta

sistem nilai.Informasi sendiri merupakan elemen yang sangat penting dalam dinamika

dunia media baru. Bahkan dalam dunia postmodern, teknologi itu prominent dan

informasi itu penting. Postmodernisme menerima realitas dunia pasca industri yang

bergerak menuju dunia berbasis informasi.

77

Arumpac. Op. Cit. Hal. 1. 78

Manuel Castells dan Gustavo Cardoso. 2005. The Network Society: From Knowledge to Policy. USA:

Center For Transatlantic Relations. Hal. 16. 79

Arumpac. Op. Cit. Hal. 3-4.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

40

Di permulaan abad 21 pada dekade kedua, kajian dunia virtual diposisikan

pada persilangan yang sangat menarik. Tidak hanya jumlah dunia virtual yang

meluas; genre dunia virtual terus berlanjut untuk meluas80

. Dunia virtual hadir dan

memainkan peran signifikan dalam sosialitas manusia secara mendunia. Sejumlah

orang akan menghabiskan waktu dalam dunia virtual sebagai sarana untuk melarikan

sejumlah aspek dari kehidupan dunia aktual; yang lain akan menghabiskan waktu

dalam dunia virtual yang menginteraksikannya dengan dunia aktual. Tetapi

kebanyakan orang melakukan keduanya.

Implikasi yang dibawa dengan penggunaan internet sebagai wilayah baru

dengan uncertainty yang tinggi juga menimbulkan kekaburan batasan antara ruang

privat dan ruang publik. Kekaburan ini menimbulkan kerancuan pada sisi konten

yang disampaikan melalui media baru, seperti email, foto, dan video kepada

pengguna lain yang diberikan akses pada laman pribadi di jejaring sosial81

. Interaksi

antar pengguna dalam jejaring menciptakan dan memperluas ikatan sosial. Bentuk

lain jejaring sosial yang dikategorikan sebagai media yang lebih ‗serius‘ adalah blog.

Blog hadir pada pertengahan tahun 2000an dengan adopsi percakapan sosial dari

banyak-ke-banyak dan memulai adanya diskusi untuk topik-topik baru82

.

Pemanfaatan jejaring sosial hingga kinisalah satunya digunakan untuk

diseminasi informasi politik. Pada konteks pemilihan untuk kandidat politik di

Amerika tahun 2004, pemilihan di pertengahan tahun 2006, dan pada kampanye

presidensial tahun 2008, blog kandidat menjadi hal yang umum83

. Senator Hillary

Clinton menyewa blogger politik untuk membangun kampanye citra secara

online.Begitu juga dengan tim kom umikasi Obama yang juga melibatkan Facebook,

MySpace, YouTube, Twitter dan mybarackobama.com.

80

Astrid Ensslin dan Eben Muse. 2011. Creating Second Lives : Community, Identity and Spatiality as

Constructions of The Virtual. UK: Taylor and Francis. Hal. 212. 81

Papacharissi. Op. Cit. Hal. 210. 82

Leila Green. 2010. The Internet: An Introduction to New Media. UK : MPG Books Group. Hal. 72. 83

Papacharissi. Op. Cit. Hal. 209.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

41

Jejaring sosial menarik karena pengguna merasa lebih seperti berbicara

daripada menulis. Oralitas merupakan basis pengalaman manusia yang bersifat

partisipatoris, interaktif, komunal, dan fokus pada kekinian84

. Salah satu bentuk

jejaring sosial atau mikroblog yang banyak digunakan adalah Twitter. Twitter telah

dirujuk sebagai marketplace yang berkembang untuk ‗new gurus‟, tempat dimana

pembaca dapat menemukan dan berbagi informasi dan bahkan sebagai alat untuk

pemberdayaan masyarakat untuk mengelola protes skala besar dan merepresentasikan

perubahan sosial85

. Twitter kemudian dapat dilihat, sepanjang situs jejaring sosial dan

sarana komunikasi online, sebagai bagian dari lanskap baru realitas media.

Twitter serupa dengan SMS (layanan pesan singkat) untuk perangkat 2G dan

telah ada sejak 200686

. Tujuan Twitter adalah untuk menulis dalam momen tindakan

keseharian, perilaku, pengalaman atau detail berbasis harian yang membentuk

koneksi antara individual yang secara fisik jauh satu sama lain. Terkadang publikasi

momen mikro juga digunakan untuk memberikan informasi sampai ke menit tentang

berita yang chaos dan terkini.

Melalui Twitter, dapat diamati interaktivitas antar pengguna sangat tingg i,

karena ruang yang disediakan dalam Twitter memang ditujukan bagi pertukaran

pesan antar pengguna dengan sejumlah istilah atau kode khusus yang dipertukarkan

dalam Twitter, seperti ReTweet, Hashtags, dan lain sebagainya87

. Komunitas dalam

Twitter tidak dinyatakan dengan tegas, namun jaringan yang terbentuk dengan

statusfollower pada akun selebriti tertentu membuka interaksi dengan kesamaan tema.

Pada konteks politik, Twitter juga digunakan untuk kegiatan kampanye

bottom-up. Pendukung diberi kebebasan untuk menggunakan media baru untuk

84

Carla Mooney. 2009. Online Social Netw orking. USA: Lucent Books. Baym, Nancy K.. 2012. Fans Or

Friends? : Seeing Social Media Audiences As Musicians Do. Participations: Journal of Sudience and

Reception Studies. Volume 9, Issue 2 November 2012. Microsoft Research, New England USA. Hal. 22. 85

Papacharissi. Op. Cit. Hal. 236. 86

Green. Op. Cit. Hal. 95. 87

Tee Morris.2010. All a Twitter: A Personal and Professional G uide to Social Networking with Twitter .

USA: Pearson Education. Hal. 7.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

42

mengelola kegiatan politik mereka sendiri88

. Aktivis yang telah menggunakan

internet sebagai teknologi untuk mengelola dan berkomunikasi dalam jejaring digital,

menggunakan internet untuk memulai penyiaran dan pengelolaan pesa n kepada

audiens global.

Dengan media baru, kampanye politik dapat mengakumulasi data dari

beragam sumber yang dapat digunakan untuk ekstrapolasi informasi politik tanpa

secara langsung berhubungan dengan responden89

. Hal ini semakin menandaskan

salah satu peran penting media baru dalam politik dengan membuka pasar informasi

politik.

Pada akhirnya, dapat dibaca relasi antara teknologi dan manusia membawa

implikasi pada keseharian, terutama aspek komunikasi yang akan diperdalam pada

penelitian ini. Teknolog i media baru mengembangkan jenis identitas baru individu,

yang muncul dalam jejaring, sedangkan dalam konteks politik, identitas online

tersebut membawa pengaruh pada relasi kuasa antaraindividu yang saling berinteraksi

dalam ruang maya dengan karakteristik cyberculture.

2. Selebriti Mikro

Lebih dari satu dekade, studi tentang selebriti menjadi wilayah yang

berkembang dan bertumbuh dengan subur dan bersaing dengan perluasan kultur

selebriti itu sendiri. Studi selebriti berasal dari beragam latar belakang te rmasuk

psikologi sosial, kajian media, sosiologi dan cultural studies, dan analisis selebriti

memberi jalan bagi pengelolaan makna dan signifikansi dalam kultur kontemporer.

Kajian selebriti sangat berguna sebagai titik luncuran bagi investigasi individualitas,

tubuh dan imaji tubuh, cara imaji media bekerja pada publik, selebrasi kepribadian

88

Richard Kahn dan Douglas Kellner. 2004. New Media and Internet Activism: from the battle of

seattle to blogging. New Media and Society 6 (1).Sage.Vol6(1):87–95 DOI:

10.1177/1461444804039908. London. Hal. 87. 89

Philip N. Howard. 2005. Deep Democracy, Thin Citizenship : The Impact of Digital Media in Political

Campaign Strategy . Annals of The American Academy of Political and Social Science. Vol. 597.

Cultural Production in a Digital Age (Jan, 2005). Pp. 153. 170. Sage. Hal. 154.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

43

oleh kelompok audiens dan subkultur, persimpangan psikologis terkait kemasyuran

atau reputasi, narsisisme dan diri, kajian tentang aib, ekonomi politik budaya dan

sejumlah besar isu dan fokus yang saling berpotongan90

. Selebriti eksis di publik dan

dalam wacana publik mereka ditandai sebagai pemberi stimulan konsumerisme,

antusiasme, debat publik dan tindakan di antara orang populer.

Dalam sejarahnya, selebriti mendahului industri budaya yang

menguntungkan darinya. Selebriti merupakan bentuk singkat dari celebrated

individual. Selebriti menjadi pusat berbagai bentuk populer produksi kultural yang

dihubungkan dengan kehidupan keseharian modern; musik, televisi, film, jurnalisme,

internet, iklan, dan lainnya91

. Selebriti merupakan hiburan m anusia, yang oleh proses

hidupnya menyediakan hiburan bagi audiens 92

. Narasi yang memiliki nilai hiburan

dapat menciptakan popularitas. Selebriti menjadi dampak dari humanpseudo-event,

karakter publik yang diciptakan untuk tujuan publisitas dan keuntungan93

. Budaya

selebriti menunjukkan komodifikasi yang berguna bagi objek penjualan.

Sebagai ‗figur publik‘, selebriti itu unik dalam cara didukung oleh publik.

Dalam fandom pada konteks selebriti konvensional, selebriti menjadi pusat dari

pengagum yang terhubung dengan nilai dan gagasan94

. Sistem bintang diakreditasi

dengan jumlah besar kekuasaan dalam periode yang mengindikasikan besarnya trend

dalam kehidupan pengikut atau pengagumnya. Popularitas selebriti adalah hasil dari

citra yang secara konstan hadir dalam domain publik.

90

Su Holmes dan Sean Redmond (ed). 2006. Framing Celebrity: New Directions in Celebrity Culture.

London: Routledge. Hal. 116. 91

Sara Babcox First. 2009. The Mechanics Of Renown; Or, The Rise Of A C elebrity Culture In Early

America. Dissertasion. University of Michigan. Hal. 19. 92

Neal Gabler. 2001. Toward a New Definition of Celebrity . The Norman Lear Centertainment. Hal. 5. 93

Ibid. Hal. 2. 94

Stephanie Spear. 2008. The Scene Through A Screen Fandom , Online Community, And M usic

Subculture. Santa Barbara: University of California. Hal. 324.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

44

Selama abad 20, hal yang terkait dengan selebriti dikelola secara sadar dan

merupakan fenomena yang diproduksi berkait dengan industrialisasi budaya95

. Dalam

gagasan selebriti merunut interaksinya, selebriti menyambut audiens ke dalam

hubungan imajiner. Audiens mengidentifikasikan dengan kepribadian yang

terkonstruksi. Selebriti yang ideal mengkonstruksikan kepribadian memiliki konten

substantif.

Dalam relasinya dengan media baru, terdapat perkembangan konsep selebriti

yang mengadaptasi dari karakteristik media baru seperti internet yang memungkinkan

adanya interaksi individu dalam dunia online, yakni konsep micro-celebrity yang

melibatkan penggunaan video, blog dan situs jejaring sosial dalam meraih status

selebriti. Awalnya, blog interaktif melalui komentar personal dan politik dalam situs

diskusi di pertengahan tahun 1990an96

. Twitter, merupakan salah satu bentuk media

yang memberi kesempatan bagi pengguna untuk dapat mengelola fans atau mencari

informasi terkini dari teman sebagai pengguna lain dalam kegiatan kesehariannya.

Selebriti mikro dipahami sebagai gaya baru online performance yang

melibatkan tindakan peningkatan popularitas melalui teknologi web seperti video,

blog, dan situs jejaring sosial97

. Sehingga batasannya jelas dalam mengidentifikasi

seorang ‗selebriti‘ yang lahir melalui media baru tentu saja bukan lebih dahulu

populer melalui bentuk media massa. Terdapat dua tipe selebriti mikro, yang diraih

dan yang dianggap (achieved and ascribed)98

. Selebriti mikro yang diraih secara

sadar merupakan label selebriti berdasar pada seperangkat pilihan individu untuk

meningkatkan visibilitas, status, popularitas seperti menjadi model online atau host

video show; sedangkan selebriti mikro yang dianggap m erupakan posisi selebriti yang

95

P. Eric Louw. 2005. The Media and Political Process . London: Sage. Hal. 172. 96

Thomas L McPhail. 2010. Global Communication: Theories, Stakeholders, and Trends. USA:Wiley-

Blackwell. Hal. 141. 97

Theresa M Senft. 2008. Camgirls: Celebrity & Community In The Age of Social Networks . New York:

Peter Lang. Hal. 25. 98

Marwick. Op. Cit. Hal. 58.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

45

ditetapkan melalui produksi media selebriti tentangnya, seperti paparazzi atau blog

post gossip.

Pembeda selebriti dengan selebriti mikro ada pada jangkauan pengaruhnya.

Selebriti secara umum dapat memberi arahan pada audiens yang lebih luas

dibandingkan selebriti mikro dalam suatu jejaring. Dalam kajian selebriti, relasi

antara internet dan selebriti membawa pembedaan konsep antara selebriti dan micro-

celebrity pada konteks situs jejaring sosial dan status. Selebriti secara konseptual

merujuk pada seseorang yang dikenal oleh banyak orang yang menyukainya dan tidak

dikenalnya99

. Micro-celebrity dengan selebriti profesional juga memiliki perbedaan

dalam mimpinya untuk meraih sukses dalam hal finansial. Dalam micro-celebrity,

orang hanya akan terkenal dengan pemikirannya100

. Gagasan yang dibawa oleh

micro-celebrity tidak hanya dinyatakan melalui teks dalam blog, tetapi juga melalui

pilihan gambar yang diunggah serta video dengan beragam konten yang ingin

disampaikannya. Micro-celebrity merupakan tindakan, dan terhubung dengan media

sosial dan selebrifikasi budaya modern. Seorang micro-celebrity menggunakannya

untuk meraih status dan mendemonstrasikan kerja keras, jejaring, dan nilai

kewirausahaan oleh scene teknologi.

Selebriti dalam jejaring sosial ditandai dengan jumlah kontak dan visibilitas

yang meningkat101

. Dengan tingkat visibilitas yang tinggi, selebriti menjadi subjek

pada opini publik atau jejaring yang menjadi lebih tertarik masuk dalam

kehidupannya dalam dunia online. Melalui konstruksi citra dan kredibilitasnya,

pengguna mampu memfungsikan sebagai opinion leader dalam ceruk jejaringnya.

Teknologi media sosial menghubungkan antar pengguna dengan menciptakan dan

berbagi konten.Pada Twitter, selebriti dipraktikkan melalui penampilan dan performa

akses di balik layar. Praktisi selebriti menunjukkan apa yang muncul dari informasi

99

Ibid. Hal. 218. 100

Marwick dan Boyd. Op. Cit. Hal. 139. 101

Pugh. Op. Cit. Hal. 15

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

46

personal untuk menciptakan kesan kedekatan antara partisipan dan follower, fans

yang diakui secara publik, dan menggunakan bahasa dan referensi kultural yang

menciptakan afiliasi dengan follower102

.

Micro-celebrity merupakan hasil dari beragam perubahan dan pergeseran

dalam teknologi, media hiburan, dan kondisi kultural atas pemujaan selebriti yang

dikonstruksikan sebagai promosi atas diri sendiri. Selebriti diposisikan dalam kultur

masyarakat sebagai model perilaku yang bersifat pervasif dan identitasnya lekat

dengan wacana publik103

. Berbekal tingkat akses yang tinggi terhadap internet,

terutama situs jejaring sosial dan microblog, Indonesia memiliki fenomena menarik

dalam contoh micro-celebrity. Kolektivitas yang tinggi dengan kultur komunal

berbagi informasi yang terkadang cenderung ‗pamer‟ menjadi corak tersendiri dalam

mengamati status yang di-update pengguna Indonesia.

Selebriti mikro memiliki kekuasaan merek dan kekuasaan informasi (Powell,

2009:65). Bentuk kekuasaan tersebut menjadikan sosok selebriti diposisikan pada

titik sentral jejaring dalam jejaring media baru. Twitter sebagai salah satu bentuk

perkembangan media baru berperan dalam media arus utama dan produksi selebriti

melalui koverasi tiap hari, menyatakan bahwa kita makin menyadari terkait batasan

antara dunia media terkait jurnalisme profesional, orang dalam media dan selebriti,

dan dunia umum pengguna, blogger, masyarakat, dan konsumen104

.

Micro-celebrity menjadi salah satu bentuk demotic turn yang meningkatkan

visibilitas ‗orang awam‘ yang mengubah dirinya menjadi konten media melalui kultur

selebriti, terkhusus melalui media online105

. Dalam perkembangannya , media

mengkonstruksikan identitas kultural termasuk konten pesan yang melekat dalam

102

Marwick dan Boyd. Op. Cit. Hal. 139. 103

Marwick. Op. Cit. Hal. 226. 104

James Bennet. 2011. Television Personalities : Stardom and The Small Screen . UK: Routledge. Hal.

168. 105

Turner. Op. Cit. Hal. 2.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

47

selebriti atas nama penyiaran. Pengelolaan rekognisi publik oleh selebriti mikro dapat

dilakukan melalui proses konstruksi identitas. Dengan adanya media online dan

fenomena micro-celebrity ini setiap orang memiliki akses yang relatif lebih mudah

untuk menjadi selebriti.

Pada konteks penelitian ini, relasi selebriti mikro dan fans dalam mikroblog

Twitter dipetakan dengan akun selebriti sebagai akun yang banyak dirujuk dengan

banyak pengikut serta interaktivitas yang tinggi, sedangkan follower diibaratkan

sebagai fans. Tema besar dalam akun @TrioMacan2000 dan @kurawa ini adalah isu

politik. Kebanyakan bertemakan permasalahan nasional pada isu khusus korupsi serta

election process, seperti Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Pada beberapa isu juga

ada yang ditaruh dalam level extended link.

Selebriti menjadi dominasi dalam media dalam kajian dalam kultur

kontemporer. Dalam relasinya dengan kekuasaan, sistem kekuasaan selebriti secara

progresif diterjemahkan dari industri hiburan populer menjadi lahan yang lebih

‗serius‘, seperti bisnis, politik, seni, dan ilmu sains106

.

Konsep selebriti yang diambil dari kultur selebriti konvensional digabungkan

dengan konsep selebriti dari media baru kemudian diposisikan dalam konteks politik

cukup membuat tantangan tersendiri. Namun dalam mendefinisikan selebriti mikro

yang diteliti dalam penelitian ini mendasarkan pemahaman pada seseorang yang

meraih popularitas melalui media baru dengan keunggulan pada konten politik yang

disampaikan melalui internet, khususnya dalam hal ini adalah mikroblog Twitter.

Konten yang disampaikan pun meraih perhatian publik dalam tingkatan yang cukup

besar dan ditunjukkan melalui interaksi keduanya pada komentar atas suatu tweet

post. Besarnya perhatian yang diberikan oleh follower terhadap akun selebriti mikro

juga menandakan kekuatan konten akun selebriti tersebut dalam menarik minat

follower.

106

Corner dan Pels. Op. Cit. Hal. 8.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

48

3. Kuasa dan Wacana

Dengan keragaman konsep kuasa dan analisis wacana yang ada dalam kajian

ilmu, konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini berfokus pada sudut pandang

Foucault. Menurut Foucault, konsep kekuasaan memiliki kesalahpahaman paralel.

Kekuasaan bukan merupakan entitas atau institusi yang kaku, tetapi menjelma dalam

tindakan sosial historis107

. Kekuasaan bersifat produktif dengan memproduksi

realitas, menentukan apa yang masuk akal untuk diyakini dan dilakukan. Bagi

Foucault, kekuasaan mengontrol tindakan dan dimanfaatkan atas subjek bebas.

Fenomena media baru yang dilabeli kebebasan, masih menyisakan kekuasaan

postm odern yang tidak lagi top-down, tersentralisasi, nyata, dan stabil tetapibottom-

up, menyebar, berkelanjutan, tidak terlihat, bekerja dalam tindakan mikro, dan secara

konstan bergerak untuk kolonisasi domain baru108

. Karakteristik kekuasaan

postm odern ini semakin meyakinkan praktik kekua saan di media baru dengan

ketiadaan struktur dan hirarki yang mengatur alur komunikasi.

Kekuasaan ada dimana-mana, bukan karena mencakup segalanya, tetapi

karena kekuasaan datang darimana saja109

. Foucault tidak berpikir bahwa kekuasaan

adalah sesuatu yang dimiliki atau dipegang oleh seseorang, tetapi ada dimana-mana

dan aliran ever-changing110

. Cara dimana aliran ini bergerak bergantung pada

bagaimana kelom pok, institusi dan wacana yang berbeda melakukan negosiasi,

berelasi dan berkompetisi satu sama lain. Foucault juga menyatakan bahwa kuasa dan

relasi kuasa bersifat mobile dan tidak ega liter111

. Sifat tersebut berarti bahwa

107

Hubert L Dreyfus. 1996. Being and Power: Heidegger and Foucault. International Journal of

Philosophical Studies 4(1):1 – 16. The Departments of Philosophy : University of California, Berkeley.

Hal. 2. 108

Ibid. Hal. 5. 109

Alan Milchman dan Alan Rosenberg (ed ). 2003. Foucault and Heidegger : Critical Encounters .

USA:University of Minnesota Press. Hal. 44. 110

Geoff Danaher, Tony Schirato, dan Jen Webb. 2000. Understanding Foucault.Australia:

Allen&Unwin. Hal. 80. 111

Hubert L Dreyfus dan Paul Rabinow. 1982. Michel Foucault : Beyond Structuralism and

Hermeneutics (2nd

Ed.). USA: The University of Chicago Press. Hal. 185.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

49

kekuasaan bukan merupakan komoditas, posisi, hadiah, atau plot dan membentuk

relasi asimetris. Kekuasaan menyebar pada operasi teknologi setiap hari, lokalisasi

secara spasial dan temporal.

Dalam Discipline and Punish, Foucault menjelaskan cara kekuasaan

postm odern sebagai sesuatu yang baru. Tidak seperti kekuasaan monarki, yang

praktiknya dari atas ke bawah, tersentralisasi, sebentar -sebentar, visible, berlebihan,

dan stabil; kekuasaan postmodern bersifat bottom up, menyebar, berkelanjutan, tak

visible, beroperasi dalam praktik mikro, dan secara konstan pada kolonisasi wilayah

baru. Foucault menekankan pada poin lokal dan regional dari tujuan kekuasaan

sebagai fokus analisis, daripada konsentrasi pada bentuk pusat dan bentuk hasil112

.

Kekuasaan harus dianalisis pada sesuatu yang menyebar, atau paling tidak sesuatu

yang hanya berfungsi dalam bentuk rantai.

Kekuasaan digunakan dan dipraktikkan melalui organisasi seperti jaringan.

Individu merupakan kendaraan kekuasaan, bukan titik aplikasi113

. Dengan kata lain,

dalam analisis kuasa, Foucault berfokus pada bagaimana kuasa membangun relasi

dan memproduksi dampak yang nyata sebagai aliran kekuasaan. Hal ini berkait

dengan pernyataan Foucault bahwa masyarakat tanpa relasi kuasa hanya ada dalam

abstraksi dan kekuasaan sendiri bukan merupakan entitas yang tetap atau institusi,

tetapi menjelma dalam praktik sosial historis114

. Sehingga fokus tentang konsep kuasa

sendiri tidak dapat lepas dari relasi kuasa, karena kuasa tidak lebih atau kurang dari

keanekaragaman relasi kuasa yang ada dalam tubuh sosial115

. Kuasa terdiri dari

perpindahan relasi kuasa, seperti perjuangan, konfrontasi, kontradiksi, kesenjangan,

transformasi, dan integrasi dari relasi kekuatan.

112

Alec McHoul dan Wendy Grace. 1993. A Foucault Primer: Discourse, Powerand the Subject.

Melbourne: Melbourne University Press. Hal. 88. 113

Ibid. Hal. 89. 114

Milchan dan Rosenberg. Op. Cit. Hal. 32-33. 115

McHoul dan Grace. Op. Cit. Hal. 84.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

50

Foucault juga mengaitkan kekuasaan dengan pengetahuan116

. Hal ini

dikarenakan pengetahuan tidak hanya mengasumsikan otoritas kebenaran, tetapi

memiliki kekuasaan untuk membuatnya menjadi kebenaran. Pengetahua n, saat

sesekali digunakan untuk mengatur perilaku orang lain, menyebabkan hambatan,

aturan, dan pendisiplinan praktik.

Foucault menyatakan bahwa pengetahuan dan kebenaran diproduksi oleh

ilmu manusia, yang pada satu tingkat, terikat pada kekuasaan karena cara dimana hal

itu digunakan untuk mengatur dan menormalisasi individual117

. Dengan kata lain,

pengetahuan melakukan otorisasi dan mengesahkan praktik kekuasaan118

. Dalam

konsep power/knowledge milik Foucault, terdapat konsep kunci di dalamnya, yakni

teknologi119

.

Terkait power/knowledge, Foucault menyatakan bahwakekuasaan dan

pengetahuan tidak bersifat eksternal satu sama lain. Kekuasaan teknologi tidak

berasal dari aplikasi yang sebelumnya dibangun oleh pengetahuan ilmiah. Teknologi

disipliner tidak sesederhana sebagai instrumen yang netral, tetapi rumit dengan kaitan

pada praktik dominasi120

(Foucault, 1977:277 dalam Milchman dan Rosenberg,

2003:62). Bentuk kekuasaan yang dipraktikkan melalui pengetahuan utamanya tidak

bersifat represif, tetapi bersifat produktif. Produktivitas merupakan fitur yang

membedakan dari teknologi modern atas tubuh dibandingkan dengan kekuasaan yang

ada sebelumnya. Teknologi modern tidak mengontrol tubuh dengan mengalahkannya,

tetapi dengan merepresentasikannya sebagai yang lebih berguna dan pasif.

116

Dalam Stuart Hall (ed). 1997. Representation: Cultural Representations and Signifying Practices.

Milton Keynes: The Open University Press. Hal. 49.

117

Danaher, Schirato, dan Webb. Op. Cit. Hal. 26. 118

Ibid. Hal. 4. 119

Milchman dan Rosenberg. Op. Cit. Hal. 61. 120

Ibid. Hal. 62.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

51

Dalam tiap masyarakat, terdapat relasi kuasa yang beragam yang menyebar

ke seluruh bagian, mengkarakterisasi dan menyusun tubuh sosial, dan relasi kuasa

tersebut tidak dapat dengan sendirinya terbangun, tidak terkonsolidasi dan

terimplementasi tanpa produksi, akumulasi, sirkulasi dan memfungsikan wacana.

Tidak ada praktik kekuasaan yang mungkin tanpa ekonom i tertantu tentang wacana

kebenaran yang beroperasi melalui dan pada basis asosiasi ini. Kita terjajah pada

produksi wacana melalui kekuasaan dan kita tidak dapat mempraktikkan kekuasaan

kecuali melalui produksi kebenaran121

.

Masih dalam kerangka kekuasaan, terdapat bentuk kekuasaan yang

tersembunyi, yang berarti disini adalah kekuasaan yang ada di balik wacana. Gagasan

tersebut merupakan order sosial wacana yang dikumpulkan bersama sebagai dampak

tersembunyi dari kekuasaan122

. Sehingga, dapat dipahami bahwa di satu sisi

kekuasaan dilakukan dan masuk dalam wacana, di sisi lain, terdapat relasi kuasa di

balik wacana. Sehingga setiap menganalisis suatu wacana, bingkai kekuasaan selalu

hadir, baik menjadi pergulatan maupun menjadi sarana kontro l.

Konsep kekuasaan dalam media dapat dipetakan melalui beragam definisi.

Levy membedakan antara empat sumber potensial kekuasaan – mobilitas nomadic,

kontrol atas teritori, kepemilikan komoditas, dan mastery atas pengetahuan – dan

saran seperangkat hal in teraksi dan negosiasi123

. Gramsci dan Foucault melihat politik

sebagai penggunaan kekuasaan tidak hanya tentang pemerintah, pemilihan, atau

bahkan polisi dan militer. Bahkan politik terjadi dalam keseharian seseorang.

Sejumlah tindakan kekuasaan terjadi dalam level mikro124

. Lebih dari itu, baik

Foucault dan Gramsci melihat bahwa kekuasaan dilakukan dalam cara satu arah yang

121

McHoul dan Grace. Op. Cit. Hal.59. 122

Norman Fairclough. 1989. Language and Power. USA: Longman. Hal. 55. 123

Henry Jenkins. 2006. Fans, Bloggers and G amers : Exploring Participatory Culture . NY : New York

University Press. Hal. 144. 124

Peter Ives. 2004. Language and Hegemony in Gramsci. London: Pluto Press. Hal. 141.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

52

sederhana, dengan satu atau sekelom pok orang memegang kekuasaan dan

menggunakannya terhadap orang lain yang secara total tidak memiliki kekuasaan.

Berkait dengan kuasa dan teknologi terkini dalam konteks politik, terdapat

sejumlah pandangan dari paham dystopian, seperti Edmund Husserl, Martin

Heidegger, David Thoreau, Hannah Arendt, Benjamin Barber. Mereka

mengungkapkan bahwa inti dari teknologi adalah cara untuk mengungkapkan atau

menjadi suatu cara berpikir mengenai alam sebagai suatu cadangan tetap, sebagai

suatu sumber untuk dipulihkan, ditata, dan dikontrol125

. Terjadi pelemahan hubungan

politik karena pemusnahan ruang-ruang publik yang muncul secara bersama dalam

rezim totalitarian (rezim komunikasi modern). Komunikasi politik bermedia dilihat

dengan kecurigaan, sebab komunikasi politik di ruang cyber adalah sesuatu yang

abstrak, tak berbentuk dan anonim, sehingga mudah terjadi penyimpa ngan.

Media komunikasi sendiri menurut para kritikus sosial memiliki kepentingan

mengontrol ruang dan waktu sehingga cenderung memiliki spirit ekspansi126

. Bahkan

dalam perkembangan lebih lanjut media menjadi alat yang jitu untuk mengontrol

manusia dan masyarakat. Meski begitu, Foucault menyatakan diri bukan hanya

material mentah yang bekerja oleh wacana, institusi dan relasi kuasa. Individual

mungkin merupakan dampak dari relasi kuasa, namun bukan merupakan objek yang

tak berdaya, dibentuk dan digerakkan ole h kekuasaan, tetapi individual yang tersusun

sebagai subjek oleh praktik pemerintah dari kekuasaan dan normalisasi, dan

individual dapat memilih untuk merespon atau mempertahankan praktiknya127

.

Pembentukan opini politik didom inasi oleh elit-elit dan pembentukan selera

konsumsi ditentukan oleh para kapitalis. Kalau kecenderunan seperti ini berlangsung

terus-menerus maka kemajuan teknologi komunikasi tidak memperluas ruang publik

yang bebas tetapi justru mendistorsinya sehingga dapat menjadi ancaman terhadap

125

Anthony G Wilhelm. 2003. D emokrasi di Era Digital: TantanganKehidupanPolitik di Ruang Cyber

(terj.). Yogyakarta: Pustakapelajar. Hal. Viii. 126

John Tomlison. 1991. Cultural Imperialism: A Critical Introduction. Great Britain: Continuum. 127

Danaher, Schirato, dan Webb. Op. Cit. Hal. 128.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

53

proses demokrasi128

. Dari pemetaan pengguna yang bias kelas menengah dengan

tingkat pendidikan tertentu, dapat dijelaskan bahwa opini publik yang muncul di

ruang publik cyber ini dapat dikatakan bukan representasi dari kepentingan seluruh

lapisan sosial129

.

Media, dalam konteks ini adalah media baru, juga menjadi agen untuk

memposisikan manusia (melalui wacana). Wacana media tidak serta merta

dipertentangkan, tetapi karena wacana semacam itu melayani untuk memberi

legitimasi (atau delegitimasi). Makna kemudian hanya hegemonik dalam sense

temporal karena, dari momen konsepsinya, berada di bawah tantangan. Meskipun

begitu, selalu saja ada sejumlah intelektual yang mencoba mengontrol (dan

menstabilisasi) makna130

. Wacana merupakan sarana hegemonic yang kuat secara

potensial untuk kontrol sosial, karena formasi diskursif memiliki kekuasaan untuk

menolak dari diskusi pertanyaan atau isu tertentu.

Kuasa atau relasi kuasa yang ada dalam media dengan memberikan suatu

wacana bagi konsumen medianya, dapat dianalisis melalui discourse analysis.

Analisis wacana sangat krusial terkait kebutuhan pemahaman lingkungan makna.

Kebutuhan ini didasarkan pada kondisi apabila terjadi kegagalan dalam lingkungan

makna menciptakan potensi dimanipulasi oleh mereka yang me ncerminkan proses

komunikatif dan mengurangi kapasitas manusia untuk terkait dalam masyarakat

demokratis131

. Menjadi masyarakat aktif dan komunikator memerlukan seseorang

yang sadar yang memungkinkan dalam sifat dan karakter asli dari makna yang kita

gunakan.

Dalam wilayah media baru, kekuasaan atas makna bukan saja menjadi

konspirasi kaum elit, melainkan juga merupakan hasil dari buruh hegemonis yang

128

Wilhelm. Op. Cit. Hal. Xii. 129

Ibid. Hal. Xiii. 130

Eric Louw. 2001. The Media and Cultural Production . UK: Anthenaum Press. Hal. 24. 131

Ibid. Hal. 2.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

54

mampu, dalam era kontemporer, terlibat dalam koordinasi kepentingan jutaan

orang132

. Wacana, terlebih dalam kon teks politik, perlu dianalisis sampai ke tendensi

ideologi produsen konten. Meski ideologi seringkali dinyatakan tidak memberikan

impresi kepemilikan makna pasti yang tunggal, namun ideologi sering memiliki

sejumlah makna, meski tidak berakhir pada variabe l dalam makna, dan maknanya

harus cenderung untuk mengklasifikasikan dalam sejumlah keluarga utama133

. Maka

dari itu penelusuran atas wacana dapat digunakan untuk merunut ideologi yang

berpengaruh pada pembuat konten dan tercermin dari pesan yang disampaikan nya

kepada khalayak.

Pada dasarnya, konsep kuasa yang telah dijelaskan di atas dalam penelitian ini

digunakan sebagai pisau analisis atas fenomena selebriti mikro dalam konteks politik.

Wacana konteks politik dan selebriti mikro sebagai produsen teks merup akan

universe penelitian dalam melihat praktik kuasa. Terkhusus dalam penelitian ini akan

masuk ke dalam logika konten media baru yang diproduksi oleh selebriti mikro

merepresentasikan wacana dengan isu politik.

G. Metodologi Penelitian

Metodologi merupakan pisau analisis bagi peneliti dan dijadikan protokol

bagi metode penelitian. Dalam kasus penelitian internet, selebriti mikro dan kuasa ini,

penelitian dikategorikan dalam kajian kualitatif. Fokus dalam penelitian ini adalah

teks yang diproduksi oleh selebriti mikro, yakni pemilik akun dalam mikroblog

Twitter.

Dalam membedah selebriti mikro, pemilik akun jejaring sosial online

disejajarkan dengan produsen media yang memproduksi konten dalam basis harian.

Media baru sebagai wilayah penelitian baru, memunculkan problem metodologis

yakni pada proses pencatatan dan pendokumentasian konten yang bersifat dinamis.

132

Ibid. Hal. 8. 133

Fairclough. Op. Cit. Hal.93.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

55

Situsallmytweet.com yang menyediakan jasa penyimpanan konten akun yang

melebihi kapasitas ratusan per harinya dan chirpstory.com sebagai website yang

memiliki kapasitas untuk merangkai cerita dari tweet dapat digunakan sebagai

alternatif layanan dokumentasi. Meski begitu, timbul problem lain dalam hal sifat

pseudonym akun @TrioMacan2000 yang dapat menjadi hambatan dalam

menjangkau pemilik akun dalam konteks telaah konten dari sisi produsen. Dengan

begitu, peneliti mengoptimalkan sarana komunikasi media baru untuk menggali

informasi dari produsen konten.

Namun, dipertegas kembali bahwa fokus penelitian ini ada pada teks dan

secara khusus pada wacana yang dibuat oleh pemilik akun mikroblog. Bertolak dari

wacana yang dapat diberikan oleh media baru, penelitian ini menggunakan metode

analisis wacana. Analisis wacana mengombinasikan tradisi analisis tekstual dengan

konteks masyarakat yang lebih luas.

1. Jenis atau Format Penelitian yang Digunakan

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Dalam konteks ontologis pada kualitatif, realitas yang ada merupakan hasil

konstruksi oleh individual yang terlibat dalam situasi riset. Dalam penelitian kualitatif

terdapat nilai di dalamnya yang melaporkan nilai dan bias 134

. Dalam konteks

penelitian ini, akan berfokus pada teks yang ada pada media baru.

Metode penelitian dalam penelitian ini adalah analisis wacana. Metode ini

menjadi pisau analisis paling tepat karena dalam isu kuasa oleh selebriti m ikro

@TrioMacan2000 dan @kurawa ini menekankan teks yang dihasilkan oleh kedua

selebriti tersebut. Analisis teks dengan perspektif kritis akan lebih tepat dianalisis

melalui analisis wacana. Peneliti akan menggunakan analisis wa cana Foucaultian

dalam memetakan konstruksi wacana yang berkaitan dengan isu Pilkada DKI Jakarta

2012.

134

John. W Creswell. 1994. Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches. London: Sage.

Hal. 6.

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

56

Dalam kerangka analisis wacana, kajian reproduksi kuasa dan dominasi

melalui wacana merupakan objektif utama. Elemen yang digunakan dalam proses

reproduksi ini merupakan struktur dan strategi akses; siapa yang mengontrol

persiapan, partisipan, tujuan, bahasa, genre, pidato, topik, skema, retorika antara fitur

teks, communicative event135

. Hal ini penting terkait pengaruh yang mungkin

ditimbulkan pada pikiran penerima. Akses wacana juga menjadi jalan yang efektif

dalam melakukan kekuasaan dan dominasi.

Menurut Foucault, penggunaan bahasa dan kata dikelola dalam formasi

diskursif – konvensi dan aturan yang membatasi pengetahuan dan makna sesuatu.

Wacana, merupakan arena dimana relasi sosial, praktik, dan perilaku dikonstruksikan

dan dikelola136

.

2. Objek Penelitian

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, terdapat dua akun yang dikategorikan

sebagai selebriti mikro yang konsepnya telah dijelaskan di bagian sebelumnya, yakni

akun @TrioMacam2000 dan @kurawa. Teknologi memiliki andil dalam penempatan

dua akun tersebut dalam status sosial sebagai selebriti m ikro dengan jumlah follower

yang tidak sedikit. Terdapat satu momen sosial politik yang mempertemukan

keduanya head-to-head, dan yang menjadi titik pijak dipilihnya kedua akun tersebut

sebagai objek penelitian, yakni Kam panye Pilkada DKI Jakarta 2012.

Interaksi yang berlangsung antara kedua akun dengan usungan pasangan calon

masing-masing melalui ―tweet-war”meramaikan linimassa, terutama pada saat

kampanye. Hingga terdengar isu terkait akun bayaran yang sebelum nya tidak a sing

dalam dunia Twitter. Meski demikian, penelitian atas kedua akun ini bukan untuk

melihat kebenaran atas isu akun bayaran tersebut, melainkan lebih kepada wacana

yang dikonstruksikan oleh kedua akun tersebut dalam konteks politik. Terutama

135

Coulthard dan Coulthard. Op. Cit. Hal.102. 136

Stephen W Littlejohn dan Karen A Foss (ed). 2009. Encyclopedia of Communication Theory (2) .

USA: Sage. Hal. 220.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

57

terkait dengan isu kuasa yang dilakukan melalui media baru terhadap pemikiran

orang lain, yang dalam hal ini konteks pengguna media baru, terkhusus pemilik akun

Twitter yang menjadi pengikut dari kedua akun tersebut.

Penelitian ini akan menganalisis chirpstory, yakni konten twitter yang

dikelola secara kronologis untuk memudahkan pembacaan, milik akun

@TrioMacan2000 dan @kurawa terkait kampanye Pilkada DKI Jakarta 2012 pada

mikroblog Twitter. Untuk rentang waktunya, dimulai pada masa pendaftaran

pasangan calon, 13 Maret 2012 sampai pasca pemilihan, yakni 20 September 2012.

Tweet posting tentang Pilkada DKI Jakarta 2012 sudah mulai tertelan isu lain pada

bulan November 2012. Pada masa kampanye Pilkada DKI Jakarta 2012 tersebut

tercatat sebanyak 22 chirpstory akun @TrioMacan2000 dan 8 chirpstory akun

@kurawa dalam konteks Pilkada DKI 2012.

3. Teknik Analisis Data

Analisis wacana sebagai sarana untuk mengungkap isi media memiliki

relevansi dengan rumusan masalah serta tujuan yang ingin diraih dari penelitian ini.

Tahapan analisis wacana yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah elaborasi

analisis wacana Foucaultian yang diadopsi dari Julian Henriques137

dan Eriyanto138

.

Julian Henriques memberikan langkah-langkah gagasan wacana Foucaultian yang

daya jangkauannya mampu menjawab bagaimana produksi wacana serta panduan

untuk melihat mekanisme operasi kuasa dan pengetahuan dalam wacana. Dalam

pandangan Foucault, wacana dikontrol, dipilih, dan dikelola. Sehingga dengan

menggunakan perspektif Foucault, dapat membedah konsep kua sa dalam kampanye

Pilkada DKI Jakarta 2012 yang dipraktikkan oleh akun @TrioMacan2000 dan akun

137

Dalam Gavin Kendall dan Gary Wickham. 2003. Using Foucault’s Methods. Reprinted. Great

Britain: Sage. Hal. 41. 138

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS. Hal. 65.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

58

@kurawa. Berikut merupakan langkah-langkah analisis wacana menurut

Henriques139

:

1. Pengenalan wacana sebagai corpus statements yang pengelolaannya regular

dan sistematis

2. Identifikasi aturan produksi pernyataan

3. Identifikasi aturan yang membatasi yang dikatakan

4. Identifikasi aturan yang menciptakan ruang diantara pernyataan baru

5. Identifikasi aturan yang menjamin praktik bersifat material dan diskursif di

waktu yang sama

Di sisi lain, analisis wacana dengan perspektif Foucaultian yang disarikan oleh

Eriyanto140

dari Sara Mills (2001) bukan sekadar mengenai pernyataan, tetapi juga

struktur dan tata aturan dari wacana. Poin-poin tersebut kemudian dirangkum dalam

terma produksi wacana yang di dalamnya juga memuat struktur diskursif yang dapat

membantu tahapan analisis berikutnya, yakni melihat kecenderungan wacana

dominan dan terpinggirkan. Dalam praktiknya, akan dielaborasikan tahapan analisis

dari kedua sumber utama tersebut. Berikut merupakan bagan teknik analisis data yang

akan diterapkan dalam melakukan analisis wacana Foucaultian:

139

Dalam Kendall dan Wickham. Op. Cit. Hal.41. 140

Eriyanto. Op. Cit. Hal 65-86.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

59

Bagan 1

Desain Analisis Wacana Foucaultian

a. Dimensi pertama : struktur diskursif

Foucault menyatakan bahwa bagaimana kita menginterpretasikan objek dan

peristiwa dan menyusunnya dalam sistem makna bergantung pada struktur

diskursif141

. Struktur diskursif membentuk dan membatasi persepsi dan tafsir atas

objek dan peristiwa sebagai hal yang nyata sehingga memiliki dampak pada

pemikiran dan perilaku.

Struktur wacana digunakan tidak untuk menyingkap kebenaran atau sumber

pernyataan tetapi untuk mengetahui mekanisme pendukung eksistensi wacana

tersebut142

. Terdapat sejumlah poin dalam struktur diskursif, yakni episteme,

statement, discourse, dan archive. Sejumlah poin tersebut merupakan cara dimana

wacana tertentu bersirkulasi dan menjaga eksistensi dampak yang dihasilkan oleh

wacana143

.

141

Sara Mills. 2001. Discourse. UK: Taylor & Francis e-Library. Hal. 51. 142

Ibid. Hal. 49. 143

Ibid. Hal. 56.

Archive

Dimensi pertama

Struktur Diskursif Statement

Episteme

Dimensi kedua

Wacana

Dominasi

Wacana

Terpinggirkan

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

60

i. Episteme

Episteme dipahami sebagai lahan pemikiran, dalam kasus tertentu

sejumlah pernyataan – dan bukan yang lainnya – akan dihitung sebagai

pengetahuan144

. Episteme terdiri dari jumlah total struktur diskursif yang hadir

tentang sebagai hasil interaksi jangkauan wacana yang bersirkulasi dan terotorisasi

pada waktu tertentu. Episteme terkonstruksi dari seperangkat pernyataan

dikelompokkan ke dalam wacana yang berbeda atau kerangka kerja diskursif.

ii. Statements

Pernyataan merupakan bangunan utama wacana. Dreyfus dan Rabinow

menyatakan bahwa pernyataan bukan merupakan ujaran atau juga rencana, bukan

juga entitas psikologis atau logis, bukan juga bentuk peristiw a maupun ideal 145

.

Pernyataan bukan merupakan ujaran, dalam kesan bahwa satu kalimat dapat berfungsi

sebagai sejumlah pernyataan berbeda, bergantung pada konteks diskursif mana hal

tersebut akan muncul.

Dreyfus dan Rabinow menjelaskan bahwa sejumlah ujaran secara

faktual menyusun satu pernyataan tunggal. Pernyataan baginya ujaran yang memiliki

kekuatan institusional dan divalidasi oleh sejumlah bentuk otoritas – ujaran tersebut

bagi mereka diklasifikasikan sebagai ‗ in the true‟146

. Ujaran dan teks tersebut yang

membuat sejumlah bentuk pernyataan kebenaran (dan berapa banyak yang tidak) dan

yang diterima sebagai pengetahuan dapat diklasifikasikan sebagai pernyataan.

Analisis archaeological Foucault fokus dengan sistem pendukung yang mengatur

produksi dan urutan pernyataan, serta sistem eksklusi ujaran lain yang tidak termasuk

dalam posisi ‗in the true‟147

.

iii. Archive

144

Ibid. Hal. 56. 145

Dreyfus dan Rabinow. Op. Cit. Hal. 45. 146

Michel Foucault. 1978. The History of Sexuality: An Introduction, V ol. I, Penguin, Harmondsworth

(first published 1972). Hal. 224. 147

Mills. Op. Cit. Hal. 61.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

61

Struktur diskursif lain keunikan Foucault adalah archive. Foucault

mendeskripsikan archive dalam sejumlah istilah, yakni 1) batasan dan bentuk

expressibility ; 2) batasan bentuk conservation ; 3) batasan dan bentuk memori; dan 4)

batasan dan bentuk reactivation 148

. Archive dapat dilihat sebagai seperangkat

mekanisme diskursif yang membatasi apa yang dikatakan, dalam bentuk apa dan apa

yang dihitung sebagai yang bernilai untuk diketahui dan diingat. Merupakan kesan

batasan yang perlu ditentukan dalam sejumlah detail, karena krusial pada pemakanan

konstitusi struktur diskursif149

. Dalam aplikasinya, chirpstory konteks Pilkada DKI

Jakarta 2012 sebagai objek utama dalam penelitian ini akan diklasifikasikan dalam

sejumlah tema dan dianalisis dengan tiga poin tersebut sekaligus.

b. Dimensi kedua: wacana dominan dan terpinggirkan

Bagi Foucault, wacana menyebabkan penyempitan wilayah konsep seseorang,

untuk mengeliminasi jangkauan luas fenomena yang ditentukan sebagai hal nyata

atau bernilai, dan kemudian membangun seperangkat praktik diskursif150

. Pernyataan

tersebut menggarisbawahi kecenderungan dominasi wacana yang hadir dalam

sosiokultural.

Terdapat dua macam konsekuensi dari wacana dominan151

. Pertama, wacana

dominan memberikan arahan bagaimana suatu objek harus dibaca dan dipahami,

sehingga terbentuk batasan sejauh mana objek tersebut harus didefinisikan dan akan

membentuk pola diskursif. Kedua, struktur diskursif atas suatu objek tidaklah berarti

kebenaran. Kuasa untuk memilih dan mendukung wacana menjadikan wacana

tertentu menjadi dominan, sedangkan wacana lain akan terpinggirkan (marginalized)

atau terpendam (submerged)152

.

148

Foucault.1978. Op. Cit. Hal. 14-15. 149

Mills. Op. Cit. Hal. 63. 150

Ibid. Hal. 51. 151

Eriyanto. Op. Cit. Hal. 77. 152

Aditjondro, 1994. Dalam Eriyanto Op. Cit. Hal. 77.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

62

Proses terpinggirkannya wacana membawa beberapa implikasi. Pertama,

khalayak tidak diberi kesempatan untuk mendapatkan informasi yang beragam dari

berbagai sudut mengenai suatu peristiwa. Kedua, bisa jadi peminggiran wacana

menunjukkan praktik ideologi. Sehingga seringkali seseorang ata u suatu kelom pok

menjadi termarjinal lewat penciptaan wacana tertentu153

.

Dalam pemikiran Foucault tentang wacana, terdapat konsep wacana yang

terpinggirkan atau exclusions within discourse . Hal itu ditegaskan dalam tulisan

Foucault berjudul ―The Order of Discourse‖ (1981). Dalam ―The Order Of

Discourse‖, Foucault mendeskripsikan proses eksklusi yang beroperasi pada wacana

untuk membatasi apa yang dikatakan dan apa yang dihitung sebagai pengetahuan.

Prosedur pertama dari penolakan disebut prohibiton atau taboo154

.

Eksklusi tahap kedua ada pada yang disebut pusat di seputaran wacana terkait

mereka yang dianggap sadar maupun tidak rasional. Hal ini digambarkan dengan

kredibilitas dan otoritas produsen pesan yang menjadi penentu nilai pesan dan

perhatian audiens akan pesan155

. Misalnya saja, pesan yang disampaikan oleh dokter

maupun tokoh agama yang memiliki otoritas dalam bidangnya akan lebih dipercaya

oleh lingkungannya.

Eksklusi tahap ketiga memetakan apa yang dianggap sebagai pernyataan yang

menjadi bagian dari kerangka kerja diskursif. Pada tahap ini, pernyataan akan dibagi

antara pengetahuan yang diterima sebagai kebenaran dan yang salah156

.

Penelitian ini dirancang melalui tahap pengumpulan data, analisis, dan

deskripsi fakta-fakta yang ada untuk kemudian dianalisis. Sumber data dalam hal ini

data primer, merupakan serial tweet akun @TrioMacan2000 dan @kurawa pada

mikroblog Twitter pada konteks P ilkada DKI 2012. Tweet akan dipilah berdasar tema

dan juga dikategorikan pada tweet yang sudah berbentuk chirpstory, atau kumpulan

serial tweet dengan satu judul utama. Jumlah chirpstory yang dimiliki kedua akun

153

Riggins, 1997:10-11 dalam Eriyanto. Op Cit. Hal. 84. 154

Mills. Op. Cit. Hal. 63-64. 155

Ibid. Hal. 65. 156

Ibid. Hal. 66.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/.../potongan/S2-2013-323987-chapter1.pdf · dari calon independen, ... Permasalahan dominasi dalam media baru ini ... terutama

63

tersebut sebanyak 30 buah. Penelitian ini akan memetakan penguasaan dalam media

baru melalui selebriti mikro dan menganalisis bagaimana interaksi yang muncul dar i

aktor, baik dari sisi selebriti mikro maupun penerima pesan, dalam hal ini follower

yang aktif merespon tweet selebriti mikro tentang konteks pilkada DKI 2012.

Data sekunder akan didapat dengan melakukan studi literasi ke sejumlah

sumber terkait objek penelitian, di antaranya teks yang muncul dalam media lainnya

atau berita di media massa yang juga memiliki topik bahasan terkait

@TrioMacan2000 dan @kurawa mengenai konteks politik ini sebagai data

pendukung yang konkret dan spesifik mengenai fenomena yang diteliti untuk

mempertajam analisis.

4.Limitasi Penelitian

Analisis atas objek penelitian yang dibedah melalui analisis wacana memiliki

sejumlah batasan penelitian. Salah satunya adalah tidak tereksplorasinya seluruh

detail pemaknaan karena perbedaan perspektif. Begitu juga perbedaan interpretasi

antara peneliti dan pembaca yang didasari keragaman sudut pandang, konsep dan

teori yang digunakan. Sehingga dalam penelitian ini akan difokuskan pada konsep

internet, selebriti mikro, dan kuasa. Selain itu juga terdapat batasan konteks, yakni

terpusat pada Pilkada DKI Jakarta 2012.

Penggunaan metode analisis wacana Foucaultian sendiri memiliki tantangan

tersendiri dalam menyusun tahap analisis teks dikarenakan Foucault sendiri tidak

memberikan langkah penelitian secara rigid dan detail. Meski terdapat sejumlah

kesulitan dalam meneliti objek yang cukup baru, yakni konten mikroblog dengan

kuantitas konten yang tidak sedikit, namun penggunaan sejumlah perangkat lunak

dapat membantu proses pendokumentasian. Produsen pesan yang tidak secara resmi

terinstitusi ini juga memberikan kesulitan bagi peneliti untuk menggali data level

produksi pada produsen pesan dan sulit membaca situasi saat teks pesan diproduksi

dikarenakan penelitian dilakukan setelah teks dipublikasikan ke media sosial, bahkan

melalui jeda beberapa bulan setelah produksi pesan.