12
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan aktivitas terbesar yang dapat mencerminkan mutu pelayanan rumah sakit (Kusumapraja, 2002). Tenaga keperawatan di institusi kesehatan jumlahnya paling banyak dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya. Jumlah perawat di Propinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebanyak 23.001 orang, dokter (6.200 orang), Bidan (12.449 orang), Kefarmasian (2.310 orang), Kesmas (2.644 orang), Tenaga Gizi (1.401 orang), Keterapian Fisik (583 orang) dan Keteknisan Medis (2.957 orang) (Kemenkes RI, 2011). Pelayanan kesehatan pasien di rumah sakit sebagian besar ditangani oleh perawat, sehingga pelaksanaan tugas perawat di rumah sakit perlu mendapatkan perhatian yang besar dari pihak manajemen. Pelaksanaan asuhan keperawatan oleh perawat harus mendukung pelaksanaan program patient safety di rumah sakit. Patient safety (keselamatan pasien) merupakan isu global dan nasional bagi rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari pelayanan pasien dan komponen kritis dari manajemen mutu (World Health Organization, 2007). Patient safety (keselamatan pasien) Hubungan Budaya Kerja..., Aditya Budi Susana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/5725/2/Aditya Budi Susana BAB I.pdfPatient safety merupakan assessment resiko, identifikasi yang berhubungan dengan resiko pasien,

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/5725/2/Aditya Budi Susana BAB I.pdfPatient safety merupakan assessment resiko, identifikasi yang berhubungan dengan resiko pasien,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari

upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan

keperawatan di rumah sakit merupakan aktivitas terbesar yang dapat

mencerminkan mutu pelayanan rumah sakit (Kusumapraja, 2002). Tenaga

keperawatan di institusi kesehatan jumlahnya paling banyak dibandingkan

dengan tenaga kesehatan lainnya. Jumlah perawat di Propinsi Jawa Tengah

tahun 2011 sebanyak 23.001 orang, dokter (6.200 orang), Bidan (12.449

orang), Kefarmasian (2.310 orang), Kesmas (2.644 orang), Tenaga Gizi

(1.401 orang), Keterapian Fisik (583 orang) dan Keteknisan Medis (2.957

orang) (Kemenkes RI, 2011).

Pelayanan kesehatan pasien di rumah sakit sebagian besar ditangani

oleh perawat, sehingga pelaksanaan tugas perawat di rumah sakit perlu

mendapatkan perhatian yang besar dari pihak manajemen. Pelaksanaan

asuhan keperawatan oleh perawat harus mendukung pelaksanaan program

patient safety di rumah sakit.

Patient safety (keselamatan pasien) merupakan isu global dan nasional

bagi rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip

dasar dari pelayanan pasien dan komponen kritis dari manajemen mutu

(World Health Organization, 2007). Patient safety (keselamatan pasien)

Hubungan Budaya Kerja..., Aditya Budi Susana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/5725/2/Aditya Budi Susana BAB I.pdfPatient safety merupakan assessment resiko, identifikasi yang berhubungan dengan resiko pasien,

2

adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.

Patient safety merupakan assessment resiko, identifikasi yang berhubungan

dengan resiko pasien, pelaporan dan analisa insiden. Kemampuan belajar dari

insiden dan tindak lanjut serta implementasi solusi untuk meminimalkan

timbulnya resiko (Permenkes RI No 1691, 2011).

Sasaran keselamatan pasien diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan

Pasien Rumah Sakit, BAB IV Pasal 8. Bahwa dalam pelaksanaannya,

keselamatan pasien di rumah sakit mengacu pada enam sasaran (Six Goals

Patient Safety) yaitu: 1). Ketepatan identifikasi pasien, 2). Meningkatkan

komunikasi efektif, 3). Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai,

4). Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi, 5).

Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan 6). Pengurangan

pasien resiko jatuh.

Keamanan pelayanan di rumah sakit salah satunya dimulai dari

ketepatan identifikasi pasien. Kesalahan identifikasi pasien diawal pelayanan

akan berdampak pada kesalahan pelayanan pada tahap selanjutnya (World

Health Organization, 2007) Lembaga Nasional Keselamatan Pasien Inggris

melaporkan 236 kejadian near miss berhubungan dengan kehilangan gelang

identitas dan informasi yang salah pada gelang identitas selama November

2003 sampai Juli 2005 (Prahasto, 2004). Kesalahan identifikasi juga

ditemukan pada lebih dari 100 analisa akar masalah pada Januari 2000 sampai

maret 2003 oleh United States Departement of Veterans Affairs (VA) National

Hubungan Budaya Kerja..., Aditya Budi Susana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/5725/2/Aditya Budi Susana BAB I.pdfPatient safety merupakan assessment resiko, identifikasi yang berhubungan dengan resiko pasien,

3

Center for Patient Safety (Al-Qahtani dan Missahel, 2003). Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Joint Commission International di Amerika Serikat

menemukan adanya kesalahan dalam mengidentifikasi pasien mencapai 13%

dari kasus bedah dan 67% kesalahan identifikasi pasien dalam memberikan

tranfusi darah, dari 67% kesalahan tranfusi darah 11 orang diantaranya

meninggal (Meeting The International Patient safety Goals, 2010). NSQHS

Australia mencatat adanya 10 kejadian akibat kesalahan pasien atau anggota

badan yang salah yang berdampak kematian atau kehilangan fungsi secara

permanen selama tahun 2009-2010 dan diperkirakan bisa naik jika kasus-

kasus kesalahan identifikasi pada lingkup non bedah (patologi dan radiologi)

masuk kedalam data yang dilaporkan (Australian Commission on Safety and

Quality in Health Care, 2012).

Data kesalahan dalam identifikasi pasien di Indonesia tidak tercatat.

Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2013) di RSUD Dr. Saiful Anwar

tercatat sebanyak 76 insiden yang terdiri dari kejadian tidak diharapkan/KTD

(8%), kejadian nyaris cedera/KNC (1%) serta kejadian tidak cedera/KTC

(91%). Jumlah kesalahan identifikasi pasien pada bulan Februari sampai

dengan Juni 2013 terdapat sebanyak 89 kali dengan rata-rata 18 kali per bulan.

Penelitian Elizabeth (2009) di Rumah Sakit “A” di Bandung menyimpulkan

bahwa kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional

identifikasi pasien resiko jatuh dengan menggunakan skala jatuh morse di

Rumah Sakit “A” di Bandung adalah 66,48 % dengan kriteria baik, 8,11%

dengan kriteria cukup dan 25,41% dengan kriteria kurang.

Hubungan Budaya Kerja..., Aditya Budi Susana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/5725/2/Aditya Budi Susana BAB I.pdfPatient safety merupakan assessment resiko, identifikasi yang berhubungan dengan resiko pasien,

4

Studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Islam bulan

September tahun 2014, menemukan adanya kesalahan identifikasi pasien yang

dilakukan perawat. Nama pasien yang sama sering dijumpai, sehingga perawat

keliru dalam mengidentifikasi pasien. Dari 30 pasien, 3 orang (10%)

diantaranya tertulis nama yang sama. Pasien juga ada yang tidak diberi gelang.

Kesalahan identifikasi pasien perlu diatasi dengan segera agar tidak

menimbulkan kejadian yang tidak diharapkan. Fenomena budaya kerja

perawat diindikasikan dengan beberapa hal seperti kedisiplinan dan inisiatif

perawat. Fenomena yang terkait dengan kedisiplinan perawat antara lain

adanya ungkapan perawat senior dan yunior yang terkait dengan lamanya

masa kerja di IGD sehingga berdampak pada hubungan dengan rekan kerja

menjadi kurang kondusif dan sering meninggalkan tempat tugas tanpa izin.

Sedangkan fenomena yang berkaitan dengan inisiatif perawat adalah kurang

tanggapnya perawat terhadap keluhan pasien atau saling berselisih dalam

memberikan asuhan keperawatan dengan menyuruh perawat yunior terlebih

dahulu baru perawat yang senior.

B. Rumusan Masalah

Ketepatan identifikasi pasien merupakan bagian penting dalam

mewujudkan program keselamatan pasien. Kasus identifikasi pasien yang

tidak tepat masih terjadi di rumah sakit yang dapat menyebabkan kejadian

yang tidak diharapkan pada pasien. Ketidaktepatan identifikasi pasien yang

masih terjadi tersebut tidak dapat dilepaskan dari kebiasaan perawat dalam

bekerja yang kurang teliti.

Hubungan Budaya Kerja..., Aditya Budi Susana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/5725/2/Aditya Budi Susana BAB I.pdfPatient safety merupakan assessment resiko, identifikasi yang berhubungan dengan resiko pasien,

5

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut “Adakah hubungan budaya kerja

perawat dengan ketepatan identifikasi pasien di Rumah Sakit Islam

Purwokerto?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan budaya kerja perawat dengan

ketepatan identifikasi pasien di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui budaya kerja perawat di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

b. Mengetahui ketepatan identifikasi pasien di Rumah Sakit Islam

Purwokerto.

c. Mengetahui hubungan budaya kerja perawat dengan ketepatan

identifikasi pasien di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit Islam Purwokerto

Sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen dalam mengevaluasi

pelaksanaan tugas perawat dalam mendukung program keselamatan pasien

di rumah sakit, khususnya dalam ketepatan identifikasi pasien.

Hubungan Budaya Kerja..., Aditya Budi Susana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/5725/2/Aditya Budi Susana BAB I.pdfPatient safety merupakan assessment resiko, identifikasi yang berhubungan dengan resiko pasien,

6

2. Bagi Perawat

Sebagai bahan masukan bagi perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan yang menjamin keselamatan pasien.

3. Bagi peneliti

Sebagai sarana belajar dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan

melakukan praktek penelitian ilmiah.

E. Keaslian Penelitian

1. Bella (2008) berjudul ”Tinjauan Pelaksanaan Sistem Identifikasi

Numerical di Rumah Sakit Tk. IV Slamet Riyadi Surakarta”. Jenis

penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Metode

pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Subyek

penelitian ini adalah petugas pendaftaran pasien rawat jalan, gawat darurat

dan rawat inap obyek penelitian adalah sistem identifikasi rumah sakit.

Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan sistem

identifikasi pasien di Rumah Sakit Tk. IV Slamet Riyadi Surakarta

menggunakan sistem identifikasi secara numerical, baik untuk pasien

rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat. Sedangkan dalam pelaksanaan

masih ditemukan adanya pemberian nomor rekam medis ganda sehingga

menyulitkan petugas dalam identifikasi pasien. Pendaftaran pasien rawat

inap bagi bayi baru lahir tidak meggunakan nomor yang sama dengan

ibunya sehingga tidak sesuai dengan SOP yang telah dibuat melainkan

sudah diberikan nomor rekam medis baru. Simpulan penelitian tentang

pelaksanaan identifikasi sudah menggunakan sistem identifikasi secara

Hubungan Budaya Kerja..., Aditya Budi Susana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/5725/2/Aditya Budi Susana BAB I.pdfPatient safety merupakan assessment resiko, identifikasi yang berhubungan dengan resiko pasien,

7

numerical, sedangkan dalam pelaksanaannya masih ditemukan nomor

rekam medis ganda dan identifikasi bayi baru lahir tidak sesuai dengan

SOP serta pelayanan bagi pasien lama dan tanpa identitas tidak tercantum

dalam SOP.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Bella (2008) terletak

pada tema penelitian yaitu sistem identifikasi pasien. Perbedaan penelitian

ini dengan penelitian Bella (2008) terletak pada jenis penelitian yang

digunakan, metode analisis dan lokasi penelitian. Jenis penelitian ini

adalah korelasional, dengan menggunakan uji Rank Spearman dan lokasi

penelitian di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

2. Rini (2011) berjudul ”Analisis Faktor Budaya Organisasi yang

Berhubungan dengan Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Ruang Rawat

Inap RSUD. Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo”. Survey analitik

secara cross sectional dengan menggunakan uji chi square pada 120

perawat pelaksana menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara

status pernikahan, komunikasi, pelatihan, reward, pengambilan keputusan

dan manajemen dengan perilaku caring perawat (p=0,000-0,042; α=0,05).

Variabel yang paling dominan berhubungan dengan perilaku caring

perawat adalah pelatihan, sehingga pelatihan perlu ditingkatkan di RSAS

Kota Gorontalo terutama bagi perawat yunior.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Rini (2011) terletak

pada pendekatan yang digunakan metode analisis dan sampel penelitian.

Pendekatan penelitian sama-sama cross sectional, sampel penelitian juga

Hubungan Budaya Kerja..., Aditya Budi Susana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/5725/2/Aditya Budi Susana BAB I.pdfPatient safety merupakan assessment resiko, identifikasi yang berhubungan dengan resiko pasien,

8

sama yaitu perawat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Rini (2011)

terletak pada variabel yang diteliti dan lokasi penelitian. Variabel

penelitian ini adalah budaya kerja sebagai variabel bebas dan ketepatan

identifikasi pasien sebagai variabel terikatnya sedangkan lokasi penelitian

di Rumah Sakit Islam Purwokerto. Metode analisis menggunakan uji Rank

Spearman.

3. Elizabeth dan Herlina (2012) berjudul “Kepatuhan Perawat Melaksanakan

Standar Prosedur Operasional: Pencegahan Pasien Resiko Jatuh di Gedung

Yosef 3 Dago dan Surya Kencana Rumah Sakit Borromeus”. Metode

yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif yaitu dengan mengobservasi

pelaksanaan pencegahan pasien resiko jatuh. Jumlah responden yang

diamati 50 perawat yaitu perawat Yosef 3 Dago dan Surya Kencana. Hasil

penelitian yang patuh melaksanakan pencegahan pasien resiko jatuh yaitu

tentang penilaian MFS hasil 98 %, pemasangan gelang patuh 68%,

pemasangan label segitiga 68%, penulisan di whiteboard 58%,

merendahkan tempat tidur 62%, pemasangan pagar pengaman tempat tidur

96%. Dapat disimpulkan bahwa kepatuhan perawat melaksanakan

pencegahan pasien resiko jatuh di ruang Yosef 3 Surya Kencana dan

Yosef 3 Dago dengan hasil rata-rata 75% patuh melaksanakan, 25% tidak

patuh melaksanakan.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Elizabeth dan Herlina

(2012) terletak pada sampel penelitian yaitu perawat. Perbedaan penelitian

ini dengan penelitian Elizabeth dan Herlina (2012 terletak pada variabel

Hubungan Budaya Kerja..., Aditya Budi Susana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/5725/2/Aditya Budi Susana BAB I.pdfPatient safety merupakan assessment resiko, identifikasi yang berhubungan dengan resiko pasien,

9

yang diteliti, jenis penelitian, lokasi penelitian. Variabel penelitian ini

adalah budaya kerja sebagai variabel bebas dan ketepatan identifikasi

pasien sebagai variabel terikatnya, jenis penelitian adalah korelasional,

metode analisis menggunakan uji Rank Spearman sedangkan lokasi

penelitian di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

4. Dina (2012) berjudul ’’Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja Perawat di

Rumah Sakit Bhayangkara Medan”. Penelitian ini menggunakan desain

deskripsi korelasional. Jumlah sampel penelitian 61 perawat pelaksana

dengan teknik total sampel. Analisa statistik yang digunakan uji Rank

Spearman. Hasil analisas univariat didapat budaya organisasi kurang baik

54,1% dan kepuasan kerja tidak puas 60,7%. Hasil analisa uji Rank

Spearman diperoleh nilai signifikasi (p) = 0,037 yang menjelaskan bahwa

Ho ditolak. Kesimpulan penelitian budaya organisasi berhubungan dengan

kepuasan kerja perawat di rumah sakit.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Dina (2012) terletak

pada jenis penelitian yaitu korelasional dan sampel penelitian yaitu

perawat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Dina (2012) terletak

pada variabel yang diteliti dan lokasi penelitian. Variabel penelitian ini

adalah budaya kerja perawat sebagai variabel bebas dan ketepatan

identifikasi pasien sebagai variabel terikatnya, metode analisis

menggunakan uji Rank Spearman sedangkan lokasi penelitian di Rumah

Sakit Islam Purwokerto.

Hubungan Budaya Kerja..., Aditya Budi Susana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/5725/2/Aditya Budi Susana BAB I.pdfPatient safety merupakan assessment resiko, identifikasi yang berhubungan dengan resiko pasien,

10

5. Dewi (2013) berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Sistem Identifikasi Pasien di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit”. Penelitian ini merupakan studi kasus

dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan

focus group discussion (FGD), wawancara, pengamatan serta studi

dokumen. Identifikasi prioritas alternatif solusi menggunakan

brainstorming dengan mempertimbangkan urgency, severity/seriousness,

growth (USG). Secara struktur sistem identifikasi pasien cukup lengkap.

Pengetahuan perawat tentang sistem identifikasi pasien cukup baik. Sikap

perawat dan petugas lain terhadap pelaksanaan prosedur identifikasi pasien

adalah positif namun tidak selalu melakukan prosedur verifikasi sesuai

ketentuan terutama untuk tindakan yang menurut perawat tidak beresiko

terutama pada saat shift sore dan malam. Keterbukaan untuk melaporkan

insiden pada petugas masih belum optimal. Kendala dan hambatan

terutama dirasakan masih sulit merubah kebiasaan untuk selalu melakukan

verifikasi, terkadang pasien mengeluh jika terlalu sering ditanya

identitasnya, tidak dirasakan adanya kendala ketersediaan gelang identitas,

kadang-kadang terjadi salah cetak nama pada stiker identitas. Penyebab

utama belum optimalnya pelaksanaan sistem identifikasi pasien

berhubungan dengan sistem supervisi terhadap pelaksanaan prosedur

identifikasi yang belum optimal serta budaya safety yang masih perlu terus

ditingkatkan.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Dewi (2013), terletak

pada tema penelitian yaitu sistem identifikasi pasien. Perbedaan penelitian

ini dengan penelitian Dewi (2013) terletak pada variabel yang diteliti, jenis

Hubungan Budaya Kerja..., Aditya Budi Susana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/5725/2/Aditya Budi Susana BAB I.pdfPatient safety merupakan assessment resiko, identifikasi yang berhubungan dengan resiko pasien,

11

penelitian, metode analisis dan lokasi penelitian. Variabel penelitian ini

adalah budaya kerja perawat sebagai variabel bebas dan ketepatan

identifikasi pasien sebagai variabel terikatnya, jenis penelitian

korelasional, metode analisis menggunakan uji Rank Spearman sedangkan

lokasi penelitian di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

6. Kolomboy (2009) berjudul “Hubungan Budaya Kerja dan Iklim Organisasi

dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Anutapura Palu”. Penelitian ini merupakan penelitian

diskriptif korelasi menggunakan metode cross sectional. Jumlah sampel

156 orang. Analisa data menggunakan uji univariat (proporsi), bivariat

(Chi Square) dan dilanjutkan uji multivariat (Regresi logistik ganda). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa budaya kerja perawat dalam kategori baik

52,6%, iklim organisasi dalam kategori baik 50,6% dan kepuasan kerja

perawat pelaksana dalam ketegori puas 53,8%. Ada hubungan yang

bermakna antara budaya kerja (p-value 0,002) dan iklim organisasi (p-

value 0,000) dengan kepuasan kerja. Variabel yang paling berhubungan

dengan kepuasan kerja perawat pelaksana adalah iklim organisasi dengan

nilai OR terbesar yaitu 5,966 artinya iklim organisasi yang baik

mempunyai peluang 5,966 kali untuk memberikan kepuasan kerja perawat

pelaksana setelah dikendalikan oleh budaya kerja.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Kolomboy (2009),

terletak pada variabel budaya kerja. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian Kolomboy (2009) terletak pada variabel yang diteliti, jenis

penelitian, metode analisis dan lokasi penelitian. Variabel penelitian ini

Hubungan Budaya Kerja..., Aditya Budi Susana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/5725/2/Aditya Budi Susana BAB I.pdfPatient safety merupakan assessment resiko, identifikasi yang berhubungan dengan resiko pasien,

12

adalah ketepatan identifikasi pasien sebagai variabel terikatnya. Adapun

untuk penelitian Kolomboy (2009), variabel bebasnya iklim organisasi

dan kepuasan kerja sebagai variabel terikat. Jenis penelitian korelasional,

metode analisis menggunakan uji Rank Spearman sedangkan lokasi

penelitian di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

Hubungan Budaya Kerja..., Aditya Budi Susana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015