56
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani memiliki peran penting dalam rangka membentuk manusia seutuhnya, karena tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik saja melainkan juga perkembangan psikis siswa. Rusli Lutan (2000 :2 ) menjelaskan bahwa: Tujuan ideal program pendidikan jasmani itu bersifat menyeluruh, sebab mencakup bukan hanya aspek fisik tapi juga aspek lainnya yang mencakup aspek intelektual, emosional, sosial dan moral dengan maksud kelak anak muda itu menjadi seseorang yang percaya diri, berdisiplin, sehat, bugar dan hidup bahagia. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang diajarkan disekolah memiliki peranan yang sangat penting yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih dan dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai-nilai ( sikap, mental, emosional, sportivitas, spiritual dan sosial ), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.Pendidikan itu sendiri sekarang sudah tidak bisa dilepaskan dari perkembangan teknologi itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani memiliki peran penting dalam rangka membentuk

manusia seutuhnya, karena tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa pendidikan

jasmani. Pendidikan jasmani tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik saja

melainkan juga perkembangan psikis siswa.

Rusli Lutan (2000 :2 ) menjelaskan bahwa:

Tujuan ideal program pendidikan jasmani itu bersifat menyeluruh, sebab

mencakup bukan hanya aspek fisik tapi juga aspek lainnya yang mencakup

aspek intelektual, emosional, sosial dan moral dengan maksud kelak anak

muda itu menjadi seseorang yang percaya diri, berdisiplin, sehat, bugar dan

hidup bahagia.

Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung

seumur hidup, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang diajarkan

disekolah memiliki peranan yang sangat penting yaitu memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar

melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih dan dilakukan

secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina

pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus

membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik,

perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan, penalaran,

penghayatan nilai-nilai ( sikap, mental, emosional, sportivitas, spiritual dan sosial

), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang

pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang

seimbang.Pendidikan itu sendiri sekarang sudah tidak bisa dilepaskan dari

perkembangan teknologi itu sendiri.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

2

Perkembangan teknologi yang kontinu dalam dunia pendidikan tidak hanya

mengharuskan lulusan sekolah-sekolah diberbagai jenjang menghasilkan anak

didik yang lebih cerdas, melainkan memiliki pengetahuan yang luas serta

memiliki keterampilan yang lebih yang bahkan siap digunakan di lapangan

pekerjaan. Kenyataan ini membawa konsekuensi bahwa sekolah-sekolah secara

terus-menerus perlu melakukan peningkatan kualitas lulusan agar memiliki

kompetensi seperti yang diinginkan.

Penggunaan Sarana prasarana tidak dapat dipungkiri menjadi salah satu

sarana media penunjang para peserta didik dalam lebih memahami materi

pelajaran yang diajarkan. Terkadang alat pembelajaran yang sudah ada kurang

mampu menjadi solusi bagi para pengajar. Dalam aktivitas pembelajaran, media

dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan

pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara dosen dengan mahasiswa

(Heinich, dkk,1996). Dengan kata lain, media pembelajaran berperan sebagai

perantara dalam pembelajaran yang dilakukan oleh antara pengajar dengan

mahasiswa peserta didik dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu (1)

Media yang tidak diproyeksikan, (2) Media yang diproyeksikan (projected

media), (3) Media audio, (4) Media video dan film, (5) Komputer, dan (6)

Multimedia berbasis komputer.

Suksesnya pembelajaran di sekolah didukung oleh adanya pendayagunaan

semua sarana prasarana dan media pembelajaran pendidikan yang ada di sekolah

secara efektif dan efisien. Sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut perlu

didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran di sekolah.

Pengelolaan itu dimaksudkan agar dalam menggunakan sarana dan prasarana di

sekolah bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Pengelolaan sarana prasarana dan

media pembelajaran merupakan kegiatan yang amat penting di sekolah, karena

keberadaannya akan sangat mendukung terhadap suksesnya proses pembelajaran

di sekolah. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan komponen penting dalam

pendidikan dan menjadi satu dari delapan Standar Nasional Pendidikan. Begitu

pentingnya sarana prasarana pendidikan sehingga setiap institusi berlomba-lomba

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

3

untuk memenuhi standar sarana dan prasarana pendidikan demi meningkatkan

kualitas proses pembelajaran.

Kelengkapan sarana prasarana pendidikan merupakan salah satu daya tarik

bagi calon peserta didik. Tetapi sayangnya, sarana dan prasarana pendidikan di

sekolah tidak dikelola dengan pengetahuan yang cukup sehingga sering terjadi

ketidaktepatan dalam pengelolaan. Satu sisi harapan yang dibebankan pada dunia

pendidikan sangat banyak, tetapi di sisi lain dunia pendidikan mempunyai banyak

masalah yang menghambat dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di

sekolah. Ketidaktepatan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan

menyangkut cara pengadaan, penanggung jawab dan pengelola, pemeliharaan dan

perawatan, serta penghapusan bisa menimpa sekolah negeri maupun swasta.

Bahkan banyak pengelola yang kurang memahami standar dari sarana dan

prasarana yang dibutuhkan. Beberapa kasus pengelola hanya mampu membeli

tetapi tidak mampu merawat. Kasus lain juga membuktikan banyak sarana yang

dibeli, padahal bukan menjadi skala prioritas utama suatu lembaga pendidikan.

Seperti sering kita dengar di media massa kasus-kasus penyalahgunaan anggaran,

anggaran-anggaran yang tidak sesuai dan salah sasaran, dan semacamnya. Kasus-

kasus ini kebanyakan terjadi di kota-kota besar, tidak tertutup kemungkinan di

kota solo hanya saja belum termediakan. Tidak jarang pula beberapa Sarana

prasarana pembelajaran yang sudah disiapkan tidak terpakai secara maksimal

karena sumber daya pengajar yang kurang menguasai materi. Dari permasalahan

yang telah dikemukakan diatas maka perlu dilakukan Penelitian survey dengan

Judul ―Survey Ketersediaan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Sarana Prasarana

Pembelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Se Kota Solo Ditinjau dari

Status Sekolah‖.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

4

B. Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan masalah

dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Bagaimanakah Ketersediaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata

Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di

Sekolah Menengah Pertama Swasta?

b. Bagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata

Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di

Sekolah Menengah Pertama Swasta?

c. Bagaimanakah kemanfaatan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata

Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di

Sekolah Menengah Pertama Swasta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk Memaparkan Data dilapangan akan ketersediaan Sarana prasarana

Pembelajaran Dan Media Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga

Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di Sekolah Menengah

Pertama Swasta.

2. Untuk Memaparkan Data dilapangan akan Penggunaan Sarana prasarana

Pembelajaran Dan Media Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga

Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di Sekolah Menengah

Pertama Swasta?

3. Untuk Memaparkan Data dilapangan akan kemanfaatan Sarana prasarana

Pembelajaran Dan Media Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga

Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di Sekolah Menengah

Pertama Swasta?

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

5

D. Manfaat Penelitian

Penelitian survey ini dilakukan oleh peneliti setelah melakukan

pengamatan, serta studi pendahuluan.Adapun beberapa manfaat yang dapat

diperoleh dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian survey ini dilakukan untuk dapat memaparkan data

dilapangan dan menambah informasi akan Ketersediaan dan Penggunaan Sarana

Prasarana Pembelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Se Kota Solo

Ditinjau dari Status Sekolah yang berguna bagi pihak-pihak terkait.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi peneliti

Penerapan teori dan praktek yang didapat selama menempuh kuliah. Dan

sebagai syarat kelulusan menempuh program magister olahraga

b) Bagi pihak terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah pusat,

pemerintah daerah dan masyarakat untuk mengetahui dana yang mereka keluarkan

dari segi ketermanfaatannya dan dapat digunakan sebagi laporan pertimbangan

dalam pembuatan kebijakan nantinya.

c) Bagi Program Studi Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas Maret

Sebagai bahan pustaka dan tambahan referensi tentang penelitian survey

khususnya terkait dengan Ketersediaan dan Penggunaan Sarana Prasarana

Pembelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Se Kota Solo Ditinjau dari

Status Sekolah.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Belajar menurut Slameto (1995:2) adalah ―suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya‖. Nana Sudjana (2000:28) berpendapat bahwa ―belajar adalah

suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk

seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah laku,

keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya

penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu‖.

Manusia sepanjang hidupnya akan terus belajar tentang hal-hal yang ada

di sekitarnya. Melalui pengalaman yang didapatnya, manusia mulai belajar

melihat, mengamati dan memahami sesuatu sehingga menjadi lebih bermanfaat

dalam kehidupannya.

b. Prinsip-prinsip belajar.

Menurut Sutikno (2009: 8) ada 8 prinsip belajar yang perlu diketahui,

sebagai berikut :

1) Belajar perlu memiliki pengalaman dasar. Pada dasarnya seseorang

akan mudah belajar sesuatu jika sebelumnya memiliki pengalaman

yang akan mempermudah dalam memperoleh pengalaman baru.

2) Belajar harus bertujuan yang jelas dan terarah, Adanya tujuan-tujuan

akan dapat memabantu dalam menuntun guna tercapainya tujuan.

3) Belajar memerlukan situasi yang problematis.Situasi yang

problematis ini akan membantu membangkitkan motivasi belajar.

Siswa akan termotivasi untuk memecahkan problem tersebut.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

7

Semakin sukar problem yang dihadapi, semakin keras usaha berpikir

untuk memecahkannya.

4) Belajar harus memiliki tekat dan kemauan yang keras dan tidak

mudah putus asa. Banyak orang yang gagal dalam belajar karena

tidak memiliki tekat dan kemauan yang kuat untuk belajar. Bagi

mereka.belajar hanya sekedar datang, duduk dan diam. Tidak

menutup kemungkinan, orang tersebut setelah belajar tidak memiliki

pengetahuan apapun dari hasil belajarnya. Putus asa juga akan

mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.Mudah putus asa akan

menyebabkan gairah belajar menajdi berkurang karena menganggap

sesuatu yang dipelajarinya seperti tidak sesuai atau benar-benar tidak

sanggup dipelajari sehingga muncul penyataan ―untuk apa saya

belajar?‖.

5) Belajar memerlukan bimbingan , arahan serta dorongan. Ini akan

memeprmudah dalam hal penerimaan serta pemahaman akan suatu

materi. Seseorang yang mengalami kelemahan dalam belajar akan

banyak mendatangkan hasil yang membangun jika diberi bimbingan,

arahan serta dorongan yang baik.

6) Belajar memerlukan latihan. Memperbanyak latihan dapat membantu

menguasai segala sesuatu yang dipelajari, mengurangi kelupaan dan

memperkuat daya ingat.

7) Belajar memerlukan metode yang tepat. Metode belajar yang tepat

memungkinkan siswa belajar lebih efektif dan efisien.Metode yang

dipakai dalam belajar dapat disesuaikan dengan materi pelajaran

yang kita pelajari dan juga sesuai dengan siswa (orang yang belajar) ,

yaitu metode yang membuat mereka cepat paham.

8) Belajar membutuhkan waktu dan tempat yang tepat. Karena faktor

waktu dan tempat ini merupakan faktor ytang sangat memperngaruhi

keberhasilan siswa dalam belajar, faktor ini perlu mendapat perhatian

lebih khusus.

c. Pengertian Pembelajaran

Menurut Wina Sanjaya (2011:6) bahwa ―pembelajaran merupakan

sebuah sistem yang terdiri atas siswa, guru, serta orang-orang yang mendukung

terhadap keberhasilan proses pembelajaran‖. Menurut Depdiknas (2003) dalam

UU No. 20 Tahun 2003 tentang siskdiknas pasal 1 ayat 20, ―pembelajaran adalah

proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar‖. (Waluyo, 2013:18). Sedangkan menurut Menurut Dini

Rosdiani (2013:73), ―pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar‖.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

8

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa proses

pembelajaran bukan sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa, melainkan

suatu proses kegiatan, yakni terjadi interaksi antara guru dengan siswa serta antara

siswa dengan siswa.Pada sebuah sistem, unsur yang membentuk sistem itu saling

memiliki keterkaitan untuk mencapai sebuah tujuan. Dibutuhkan adanya beberapa

pendekatan sistem dalam pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Merencanakan arah dan tujuan pembelajaran dengan jelas.

2) Guru berpikir secara sistematis (runtut) sehingga langkah-langkah

pembelajaran yang jelas dan pasti memungkinkan hasil pembelajaran

yang maksimal.

3) Merancang pembelajaran dengan mengoptimalkan potesi dan sumber

daya yang ada agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara

optimal.

4) Memberikan umpan balik sebagai tolok ukur dalam mengetahui

tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum.

―Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil

berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, serta

rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan

tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada‖.

(Wina Sanjaya, 2011: 9)

Untuk menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar dan

pembelajaran merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan

yang diharapkan. Pergaulan yang sifatnya mendidik itu terjadi melalui interaksi

aktif antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Kegiatan

belajar dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan itu akan ada perubahan

perilakunya, sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk

memfasilitasi proses belajar, kedua peranan itu tidak akan terlepas dari situasi

saling mempengaruhi dalam pola hubungan antara dua subyek, meskipun disini

guru lebih berperan sebagai pengelola.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

9

Istilah pembelajaran sama dengan instruction atau pengajaran. Menurut

Purwadarminta 1976 yang dikutip H.J.Gino Suwarni, Suripto, Maryanto dan

Sutijan (1998:30) bahwa, ―pengajaran mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar

atau mengajarkan‖. Hal ini juga dikemukakan Wina Sanjaya (2006: 74) bahwa,

―mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari guru kepada

siswa‖.

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan

lingkunganya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.

Interaksi adalah saling mempengaruhi yang bermula adanya saling hubungan

antar komponen yang satu dengan yang lainnya. Interaksi dalam pembelajaran

adalah kegiatan timbal balik dan saling mempengaruhi antara guru dengan peserta

didik.

Pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk

memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar, maka kegiatan pembelajaran

berkaitan erat jenis hakikat dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut. Kegiatan

belajar merupakan masalah yang sangat kompleks dan melibatkan keseluruhan

aspek psiko-fisik, bukan saja aspek kejiwaan, tetapi juga aspek neuro-fisiologis.

Pada tahap baru mengenal substansi yang dipelajari, baik yang menyangkut

pembelajaran kognitif, afektif, maupun psikomotor bagi siswa materi

pembelajaran itu menjadi sesuatu yang pada mulanya. Namun setelah guru

berusaha untuk memusatkanya dan menangkap perhatian siswa pada peristiwa

pembelajaran maka sesuatu yang asing itu menjadi berangsur-angsur berkurang.

Oleh krena itu, guru harus mengupayakan semaksimal mungkin penataan

lingkungan belajar dan perencaan materi agar terjadi proses pembelajaran didalam

maupun diluar kelas.

Dengan demikian proses belajar bisa terjadi di kelas, lingkungan

sekolah, dan dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam bentuk interaksi social

kultural melalui media massa. Dalam konteks pendidikan non formal justru

sebaliknya proses pembelajaran sebagian besar terjadi dalam lingkungan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

10

masyarakat, termasuk dunia kerja, media massa dan lain sebagainya. Hanya

Sebagian kecil saja pembelajaran terjadi dikelas dan lingkungan.

Kegiatan mengajar selalu terkait langsung dengan tujuan yang jelas. Ini

berarti, proses mengajar itu tidak begitu bermakna jika tujuannya tidak jelas. Jika

tujuan tidak jelas maka isi pengajaran berikut metode mengajar juga tidak

mengandung apa-apa. Oleh karena itu, seorang guru harus menyadari benar-benar

keterkaitan antara tujuan, pengalaman belajar, metode, dan bahkan cara mengukur

perubahan atau kemajuan yang dicapai. Untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dalam proses belajar mengajar, maka seorang guru harus mampu

menerapkan cara mengajar cocok untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang yang memiliki

pengetahuan dan ketrampilan yang lebih dari pada yang diajar, untuk memberikan

suatu pengertian, kecakapan, ketangkasan, kegitan mengajar meliputi

pengetahuan, menularkan sikap kecakapan atau ketrampilan yang diatur sesuai

dengan lingkungan dan menghubungkannya dengan subyek yang sedang belajar.

Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, ini sesuai dengan yang

dikemukakan Nana Sudjana (2005:19) yaitu:

Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka kemampuan

guru atau kompetensi guru yang banyak hubungannya dengan usaha

meningkatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan kedalam empat

kemampuan yakni:

1) Merencanakan program belajar mengajar.

2) Melaksnakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar.

3) Menilai kemajuan proses belajar mengajar.

4) Menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi

atau mata pelajaran yang dipegangnya.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

11

Dalam kegiatan pembelajaran guru bertugas merencanakan program

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai kemajuan pembelajaran dan

menguasai materi atau bahan yang diajarkannya. Jika seorang guru memiliki

kemampuan yang baik sesuai dengan bidang studi yang diajarkan, maka akan

diperoleh hasil belajar yang optimal. Hasil belajar dapat dicapai dengan baik, jika

seorang guru mampu melaksanakan tugas diantaranya mengelola proses

pengajaran berupa aktivitas merencanakan dan mengorganisasikan semua aspek

kegiatan. Husdarta dan Yudah M.Saputra (2000: 4) bahwa:

Tugas utama guru adalah untuk menciptakan iklim atau atmosfir supaya

proses belajar terjadi dikelas dilapangan,ciri utamanya terjadinya proses belajar

adalah siswa dapat secara aktif ikut terlibat didalam proses pembelajaran. Para

guru harus selalu berupaya agar para siswa dimotivasi untuk lebih berperan.walau

demikian guru tetap berfungsi sebagai pengelola proses belajar dan pembelajaran.

Untuk itu seorang guru harus memiliki beberapa kemampuan dalam

menyampaikan tugas ajar,agar tujuan pengajran dapat tercapai. Hal yang

terpenting dan harus diperhatikan dalam mengajar yaitu, guru harus mampu

menerapkan metode mengajar yang tepat dan mampu membelajarkan siswa

manjadi aktif melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.

d. Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Belajar suatu ketrampilan adalah sangat kompleks. Belajar membawa

suatu perubahan pada individu yang belajar. Menurut Nasution yang dikutip

H.J.Gino dkk (1998: 51) bahwa, ―perubahan akibat belajar tidak hanya mengenai

jumlah pengetauhan, melainkan juga dalam kecakupan, kebiasaan, sikap,

pengertian, penyesuaian diri, minat, penghargaan, pendeknya mengenai segala

aspek organisme atau pribadi seseorang‖.

Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa untuk

mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses

pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

12

Wina Sanjaya (2006: 30) bahwa sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam

pengelolaan kegiatan pembelajaran diantaranya:

1) Berpusat pada siswa

2) Belajar dengan melakukan

3) Mengembangkan kemampuan sosial

4) Mengembangkan keingintauhan,imajinasi dan fitrah

5) Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah

6) Mengembangkan kreatifitas siswa

7) Mengembangkan kemampuan ilmu danteknologi

8) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik

9) Belajar sepanjang hayat

Prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sangat penting untuk diperhatikan

oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran

yang didasarkan pada prinsip-prinsip belajar yang benar, maka akan diperoleh

hasil belajar yang optimal. Lembaga yang melaksanakan perencanaan

pembelajaran tersebut dikenal dengan istilah sekolah.

2. Sekolah

a. Pengertian Sekolah

Sekolah sebagai suatu lembaga yang memang dirancang khusus untuk

pengajaran para murid (siswa) di bawah pengawasan para guru. Sekolah yang

pada dasarnya sebagai sarana untuk melaksanakan pendidikan memang

diharapkan bisa menjadikan masyarakat yang lebih maju, oleh sebab itu sekolah

sebagai pusat dari pendidikan harus bisa melaksanakan fungsinya dengan optimal

dan perannya bisa menyiapkan para generasi muda sebelum mereka terjun di

dalam proses pembangunan masyarakat. Melalui sumber daya sekolah, seluruh

lapisan masyarakat bisa melatih dirinya untuk menjadi warga masyarakat

sekaligus warga sosial yang terus meningkatkan sikap baru, ilmu pengetahuan dan

keterampilannya dalam mencapai taraf hidup yang jauh lebih baik. Di sekolah

pulalah nilai kehidupan masyarakat dan pribadi, peluang pengembangan diri serta

peningkatan produktivitas bisa di gali dan kemudian dikembangkan.

Menurut ahli Sekolah adalah sistem interaksi sosial suatu organisasi

keseluruhan terdiri atas interaksi pribadi terkait bersama dalam suatu hubungan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

13

organic (Wayne dalam buku Soebagio Atmodiwiro, 2000:37). Sedangkan

berdasarkan undang-undang no 2 tahun 1989 sekolah adalah satuan pendidikan

yang berjenjang dan berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar

mengajar. Jadi, sekolah sebagai suatu sistem sosial dibatasi oleh sekumpulan

elemen kegiatan yang berinteraksi dan membentuk suatu kesatuan sosial sekolah

yang demikian bersifat aktif kreatif artinya sekolah dapat menghasilkan sesuatu

yang bermanfaat bagi masyarakat dalam hal ini adalah orang-orang yang terdidik.

Dari definisi tersebut bahwa sekolah adalah suatu lembaga atau

organisasi yang diberi wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan

pembelajaran. Sebagai suatu organisasi sekolah memiliki persyaratan tertentu.

Sekolah adalah suatu lembaga atau tempat untuk belajar seperti membaca,

menulis dan belajar untuk berperilaku yang baik. Sekolah juga merupakan bagian

integral dari suatu masyarakat yang berhadapan dengan kondisi nyata yang

terdapat dalam masyarakat pada masa sekarang. Sekolah juga merupakan

lingkungan kedua tempat anak-anak berlatih dan menumbuhkan kepribadiannya.

(Zanti Arbi dalam Made Pidarta, 1997:171).

Pada tanggal 16 mei 2005 diterbitkan peraturan pemerintah (PP) nomor

19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Dengan PP 19/2005 itu,

semua sekolah di Indonesia diarahkan dapat menyelenggarakan pendidikan yang

memenuhi standar nasional. pendidikan standar wajib dilakukan oleh sekolah,

delapan standar tersebut setahap demi setahap harus bisa dipenuhi oleh sekolah.

Secara berkala sekolah pun diukur pelaksanaan delapan standar itu melalui

akreditasi sekolah. Berdasarkan dari beberapa teori di atas maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa sekolah adalah bagian integral dari suatu masyarakat yang

berhadapan dengan kondisi nyata yang terdapat dalam mayarakat pada masa

sekarang dan sekolah juga merupakan alat untuk mencapai pendidikan yang

bermutu dan memenuhi standar nasional pendidikan.

b. Tanggung Jawab Sekolah

Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan

peserta didik dan peningkatan mutu pendidikan di sekolah dengan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

14

mendayagunakan komponen-komponen sekolah secara maksimal dalam

kehidupan bermasyarakat yang bersifat nyata di sekitarnya. (Daryanto :1997:544)

c. Fungsi Sekolah

Di bidang sosial dan pendidikan sekolah memiliki fungsi, yaitu membina

dan mengembangkan sikap mental peserta didik dan menyelenggarakan

pendidikan yang bermutu dengan melaksanakan pengelolaan komponen-

komponen sekolah, melaksanakan administrasi sekolah dan melaksanakan

supervisi. Simanjuntak dalam Soebagio Atmodiwirio (2000:65) menyatakan

Secara garis besar fungsi sekolah adalah :

1. Mendidik calon warga negara yang dewasa

2. Mempersiapkan calon warga masyarakat

3. Mengembangkan cita-cita profesi atau kerja

4. Mempersiapkan calon pembentuk keluarga yang baru

5. Pengembangan pribadi (realisasi pribadi)

Dari teori diatas, dijelaskan bahwa banyaknya fungsi dan manfaat

sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan yang dipercaya oleh

masyarakat sebagai alat untuk membentuk kepribadian diri individu dalam

mayarakat, mendidik warga negara menjadi lebih baik dan nantinya diharapkan

dapat berguna bagi bangsa dan negara.

d. Tenaga Pendidik

Tenaga pendidik merupakan unsur terpenting di dalam keseluruhan

sistem pendidikan. Karena itu peranan dan kedudukan guru demi meningkatkan

mutu dan kualitas anak didik harus diperhitungkan dengan sungguh-sungguh.

a. Berprestasi

Guru Berprestasi adalah guru yang memiliki kinerja melampaui standar

yang telah ditetapkan oleh satuan pendidikan dan mampu menghasilkan karya

inofatif yang diakui baik pada tingkat daerah, nasional dan/atau internasional.

b. Berkompetensi

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

15

Kompetensi guru tersebut meliputi kompetensi intelektual, kompetensi

fisik, kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi spiritual.

e. Komponen Pembelajaran.

Komponen-komponen dalam belajar dan mengajar menurut Nana

Sudjana (2000: 30) adalah sebagai berikut:

1) Tujuan proses pengajaran

2) Materi atau bahan pelajaran

3) Metode dan alat yang digunakan dalam proses pengajaran

4) Penilaian dalam proses pengajaran

Tujuan pembelajaran merupakan hal yang paling penting dalam proses

pengajaran sebagai indikator keberhasilan pembelajaran. Bahan pelajaran

diharapkan dapat melengkapi dan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.

Metode dan alat berfungsi sebagai jembatan atau media pelajaran terhadap tujuan

yang ingin dicapai, sehingga harus efektif dan efisien. Sedangkan penilaian

berperan untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan pengajaran.

Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2011:9) bahwa komponen sistem

pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Siswa sebagai subjek dalam pembelajaran dijadikan pusat dari

segala kegiatan. Artinya perencanaan dan desain pembelajaran

disesuaikan dengan kondisi siswa yang bersangkutan, baik sesuai

dengan kemampuan dasar, minat dan bakat, motivasi belajar, dan

gaya belajar siswa itu sendiri.

2) Tujuan adalah komponen terpenting dalam pembelajaran setelah

komponen siswa sebagai subjek belajar. tujuan merupakan

persoalan tentang visi dan misi suatu lembaga pendidikan.

3) Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar yang dirancang agar

siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong siswa aktif

belajar baik secara fisik maupun nonfisik.

4) Sumber belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang

memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar

meliputi: lingkungan fisik seperti tempat belajar, bahan dan alat

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

16

yang dapat digunakan, personal seperti guru, petugas

perpustakaan dan ahli media, siapa saja yang berpengaruh baik

langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan dalam

pengalaman belajar.

5) Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh

kemampuan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan.

Tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang

instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan

siswa mencapai tujuan pembelajaran.

e. Fasilitas Sekolah

Fasilitas Sekolah merupakan sarana dan prasarana yang dapat

menunjang kelancaran proses belajar baik di sekolah. Dengan adanya fasilitas

belajar yang memadai maka kelancaran dalam belajar akan dapat terwujud.

a. Bidang Pendidikan

Fasilitas sekolah dibidang pendidikan diantaranya yaitu : perpustakaan

dan laboratorium.

b. Bidang Olahraga

Fasilitas sekolah dibidang olahraga diantaranya yaitu : lapangan basket,

lapangan bola.

f. Status Sekolah

Sekolah menurut status terbagi atas dua kategori, yaitu :

a. Sekolah negeri adalah sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah,

mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan

perguruan tinggi.

b. Sekolah swasta adalah sekolah yang diselenggarakan oleh non-

pemerintah atau swasta. Penyelenggara sekolah swasta berupa badan maupun

yayasan pendidikan.

g. Tingkat sekolah

Berdasarkan PP no 66 tahun 2010 pasal 60, Penyelenggaraan pendidikan

formal meliputi:

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

17

a. pendidikan anak usia dini;

b. pendidikan dasar;

c. pendidikan menengah; dan

d. pendidikan tinggi.

Lebih lanjut mengenai hal tersebut diatas diterangkan pengertian

mengenai tingkatan-tingkatan sekolah sebagai berikut:

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan

formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang diselenggarakan pada

satuan pendidikan berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk

lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan

pendidikan yang berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah

Tsanawiyah, atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan menengah adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan

formal yang merupakan lanjutan pendidikan dasar, berbentuk Sekolah Menengah

Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah

Kejuruan atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan

formal setelah pendidikan menengah yang dapat berupa program pendidikan

diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor, yang diselenggarakan oleh

perguruan tinggi.

3. SMP (Sekloah Menegah Pertama)

Sekolah Menengah Pertama, yang selanjutnya disingkat SMP, adalah

salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan

umum pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

18

lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara

SD atau MI. (PP no 66 tahun 2010 pasal 1 ayat 10)

Sekolah Menengah Pertama ( SMP) merupakan jenjang pendidikan

dasar formal di Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar (SD)

atau yang sederajat. Sekolah Menengah Pertama dilaksanakan dalam kurun waktu

3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Siswa kelas 9 diwajibkan mengikuti

Ujian Nasional yang mempengaruhi kelulusan atau tidaknya siswa. Lulusan

sekolah menengah pertama dapat melanjutkan ke tingkat pendidikan lebih tinggi,

yaitu pendidikan sekolah menengah atas (SMA) atau sekolah menengah kejuruan

(SMK) atau yang sederajat. Pelajar sekolah menengah pertama umumnya berusia

13-15 tahun.

Sekolah Menengah Pertama ( SMP) termasuk wajib belajar bagi setiap

warga negara berusia 7-15 tahun di Indonesia. Wajib belajar 9 tahun meliputi

pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah

menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.

Sekolah Menengah Pertama ( SMP) diselenggarakan oleh pemerintah

maupun swasta. Pengelolaan sekolah menengah pertama negeri di Indonesia yang

sebelumnya berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional, kini menjadi

tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota sejak diberlakukannya

otonomi daerah pada tahun 2001. Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional

hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan.

Secara struktural, sekolah menengah pertama negeri merupakan unit pelaksana

teknis dinas pendidikan kabupaten/kota.

a. Karakteristik anak SMP

Pada masa sekolah menengah pertama (SMP) peserta didiknya berkisar

antara usia 12-15 tahun. Pada masa inilah seseorang dikatakan sedang memasuki

usia remaja. Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia

yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Masa remaja

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

19

ini sering dianggap sebagai masa peralihan, dimana saat-saat ketika anak tidak

mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya

ia belum dapat dikatakan orang dewasa. Menurut Anna Freud (dalam Yusuf. S,

2004) masa remaja juga dikenal dengan masa strom and stress dimana terjadi

pergolakan emosi yang diiringi pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan

psikis yang bervariasi. Pada masa ini remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan

dan sebagai akibatnya akan muncul kekecewaan dan penderitaan, meningkatnya

konflik dan pertentangan, impian dan khayalan, pacaran dan percintaan,

keterasingan dari kehidupan dewasa dan norma kebudayaan (Gunarsa, 1986).

Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-

anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya.

Fase-fase masa remaja (pubertas) menurut Monks dkk (2004) yaitu antara umur

12 – 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18

tahun termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja

akhir.

Karakteristik anak remaja bisa dilihat dalam beberapa aspek, yaitu dari

Pertumbuhan fisik, perkembangan seksual, cara berfikir kausalitas, emosi yang

meluap-luap, perkembangan sosial, perkembangan moral dan perkembangan

kepribadian.

1. Pertumbuhan fisik: Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami

perubahan lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa

dewasa. Pada fase ini remaja memerlukan asupan gizi yang lebih, agar

pertumbuhan bisa berjalan secara optimal. Perkembangan fisik remaja jelas

terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, serta otot-otot

tubuh berkembang pesat.

2. Perkembangan seksual: Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam

perkembangan seksual pada remaja. Tanda-tanda perkembangan seksual

pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi spermanya mulai

berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

20

mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya

sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama.

Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki

pada lehernya menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya

pecah; didaerah wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh

bulu-bulu atau rambut; kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya

pucat dan pori-porinya meluas. Pada anak perempuan, diwajahnya mulai

tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon dalam tubuhnya

meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari

membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit.

Payudara membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar

kemaluan. Suara menjadi lebih penuh dan merdu. Pada saat seorang anak

memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada

remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia

mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak

tiba-tiba memiliki kemampuan untuk bereproduksi.

3. Cara berfikir kausalitas: Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat.

Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua,

guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak

akan terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa

diberikan penjelasan yang logis. Misalnya, remaja makan didepan pintu,

kemudian orang tua melarangnya sambil berkata ―pantang‖. Sebagai remaja

mereka akan menanyakan mengapa hal itu tidak boleh dilakukan dan jika

orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan maka dia akan

tetap melakukannya. Apabila guru/pendidik dan oarang tua tidak memahami

cara berfikir remaja, akibatnya akan menimbulkan kenakalan remaja berupa

perkelahian antar pelajar.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

21

4. Emosi yang meluap–luap: Emosi pada remaja masih labil, karena erat

hubungannya dengan keadaan hormon. Mereka belum bisa mengontrol

emosi dengan baik. Dalam satu waktu mereka akan kelihatan sangat senang

sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa menjadi sedih atau marah.

Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung

perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka

daripada pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu mereka hanya

menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.

5. Perkembangan sosial: Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk

mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai

dengan aturan atau norma yang berlaku. Ketrampilan sosial dan kemampuan

penyesuaian diri menjadi semakin penting manakala anak sudah menginjak

masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah

memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman

dan lingkungan sosial akan sangat menentukan.

6. Perkembangan moral: adanya perkembangan moral karena para remaja

mulai mengetahui dunia luar yang sebenarnya dan kemudian

membandingkannya dengan apa yang mereka percayai dulu. Dari sinilah

para remaja ini menemui kejanggalan adanya perbedaan dan ingin mencari

kebenarannya. Ia melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan

beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan

seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu

lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.

7. perkembangan kepribadian: secara umum penampilan sering diindentikkan

dengan manifestasi dari kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak.

Karena apa yang tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang

sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

22

bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata,

sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung

dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua memberikan penanaman nilai-

nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan

pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.

Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/jati diri. Individu

ingin mendapat pengakuan tentang apa yang dapat ia hasilkan bagi orang lain.

Apabila individu berhasil dalam masa ini maka akan diperoleh suatu kondisi yang

disebut identity reputation (memperoleh identitas). Apabila mengalami kegagalan,

akan mengalami Identity Diffusion (kekaburan identitas). Maka dari itu dalam

proses pelaksanaan perencanaan proses pembelajaran sangat perlu diperhatikan

tentang metode dan cara yang akan ditempuh, dan disesuaikan dengan

karakteristik anak pada masa itu. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20

dinyatakan bahwa yang dimaksud Perencanaan proses pembelajaran tersebut

meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang

kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar,

dan penilaian hasil belajar.

b. Silabus Pembelajaran Olahraga SMP

Silabus pada dasarnya merupakan rencana pembelajaran jangka panjang

pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran tertentu yang mencakup standar

kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.

Silabus sebagai suatu rencana pembelajaran diperlukan sebab proses pembelajaran

di sekolah dilaksanakan dalam jangka waktu yang sudah ditentukan. Selain itu,

proses pembelajaran sendiri pada hakikatnya merupakan suatu proses yang ditata

dan diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu agar dalam

pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang diharapkan dan kompetensi dasar

dapat tercapai secara efektif.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

23

Silabus juga merupakan hasil atau produk pengembangan disain

pembelajaran, seperti Pola Dasar Kegiatan Belajar Mengajar (PDKBM) dan

Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP). Dalam silabus tersebut memuat

komponen-komponen minimal dari kurikulum satuan pendidikan. Untuk

mengadakan pengkajian terhadap kurikulum yang sedang dilaksanakan pada suatu

satuan pendidikan, bisa dilakukan melalui penelaahan silabus yang telah

dikembangkan dan diberlakukan. Dari pengkajian terhadap silabus bisa

memberikan berbagai informasi, di antaranya dapat dilihat apakah kurikulum

sebagai suatu teori telah diterjemahkan dengan baik. Melalui silabus dapat

ditelaah standar kompetensi dan kompetensi yang akan dicapai, materi yang akan

dikembangkan, proses yang diharapkan terjadi, serta bagaimana cara mengukur

keberhasilan belajar. Dari silabus juga akan tampak apakah hubungan antara satu

komponen dengan komponen lainnya harmonis atau tidak. Karena itu kedudukan

silabus dalam telaah kurikulum tingkat satuan pendidikan sangatlah penting..

Silabus pada dasarnya merupakan program yang bersifat makro yang harus

dijabarkan lagi ke dalam program-program pembelajaran yang lebih rinci, yaitu

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Silabus merupakan program yang

dilaksanakan untuk jangka waktu yang cukup panjang (satu semester), 8 menjadi

acuan dalam mengembangkan RPP yang merupakan program untuk jangka waktu

yang lebih singkat. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau

kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,

kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan

penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi

pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian.

Dalam silabus tingkat SMP telah diatur beberapa materi olahraga yang

harus diberikan oleh guru penjas khususnya kepada anak didiknya mulai dari

kelas 7,8, dan 9. Cabang tersebut antara lain:

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

24

1) Permainan Bola besar, meliputi

2) Permainan Bola kecil, yang meliputi

3) Atletik, yang meliputi

4) Olah raga bela diri, yang meliputi

5) Kebugaran jasmani

6) Uji diri/ senam lantai

7) Senam irama tanpa alat dandengan alat

8) Aquatic/ renang

9) Pendidikan luar kelas

10) dasar-dasar penyelamatan di lingkungan sekolah

11) budaya hidup sehat

4. Sarana prasarana pembelajaran

a. Pengertian Sarana prasarana Pembelajaran

Sarana prasarana merupakan alat-alat yang digunakan oleh pendidik

dalam menyampaikan materi pembelajaran.Sarana prasarana ini lebih sering

disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan mempraktekan sesuatu

dalam proses pendidikan pengajaran. Menurut Samsudin (2008: 57) menyatakan

bahwa, ―untuk melaksanakan proses aktivitas jasmani tersebut sudah barang tentu

menuntut adanya kelengkapan media dan Sarana prasarana pembelajaran. Karena

tanpa adanya dukungan media dan Sarana prasarana tersebut, maka proses

pembelajaran pendidikan jasmani akan sia-sia belaka‖.

Jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Dengan

perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak

mungkin suatu objek sehingga mempermudah persepsi.

Manfaat Sarana prasarana pembelajaran menurut Soekidjo (2003) secara

terperinci antara lain sebagai berikut:

1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan

2) Mencapai sasaran yang lebih banyak

3) Membatu mengatasi hambatan bahasa

4) Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan

kesehatan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

25

5) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.

6) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang

diterima kepada orang lain

7) Mempermudah peyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para

pendidik pelaku pendidikan.

8) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan

Seperti diuraikan diatas bahwa pengetahuan yang ada pada seseorang

diterima melalui indera.

b. Syarat Sarana prasarana Pembelajaran Yang Baik

Menurut Soekidjo (2003) suatu alat pembelajaran dikatakan baik,

apabila mempunyai tujuan pendidikan untuk mengubah pengetahuan,/pengertian,

pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan tingkah

laku/kebiasaan yang baru. Selain itu Sarana prasarana harus efisien dalam

penggunaanya, dalam waktu yang singkat dapat mencakup isi yang luas dan

tempat yang diperlukan tidak terlalu luas. Penempatan Sarana prasarana perlu

diperhatikan ketepatannya agar dapat diamati dengan baik oleh siswa.

Efektif artinya memberikan hasil guna yang tinggi ditinjau dari segi

pesannya dan kepentingan siswa yang sedang belajar sedangkan yang dimaksud

dengan komunikatif ialah bahwa media tersebut mudah untuk dimengerti

maksudnya,sehingga membuat siswa mejadi lebih mudah dalam menerima

pembelajaran yang diberikan oleh guru.

c. Penerapan Sarana prasarana Pembelajaran

Penerapan Sarana prasarana pembelajaran merupakan cara kerja yang

mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan

membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Penerapan Sarana prasarana pembelajaran dapat diartikan sebagai titik

tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada

pandangan suatu proses yang sifatnya masih sangat umum yang mewadahi,

menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan

teoritis tertentu.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

26

Menurut Sagala (2010:68) bahwa ―penerapan Sarana prasarana

merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan

instruksional untuk suatu satuan intruksional tertentu‖. Menurut Benny A. Pribadi

(2009:58) bahwa, ―penerapan Sarana prasarana pembelajaran diartikan sebagai

desain sistem pembelajaran yaitu sebagai suatu keseluruhan proses yang

dilakukan untuk menganalisis kebutuhan dan tujuan pembelajaran serta

pengembangan sistem penyampaian materi pelajaran untuk mencapai tujuan

tertentu‖. Sedangkan menurut Asep Jihad & Abdul Haris (2013:24) bahwa

―penerapan Sarana prasarana pembelajaran sebagai proses penyajian isi

pembelajaran kepada siswa untuk mencapai kompetensi tertentu dengan suatu

metode atau beberapa metode pilihan‖.

Penerapan Sarana prasarana pembelajaran merupakan salah satu bagian

integral yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Berhasil tidaknya

tujuan pembelajaran dapat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang

ditetapkan oleh guru. Oleh karena itu, seorang guru harus cermat dan tepat dalam

menetapkan penekatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dilihat dari pendekatannya terdapat dua jenis pendekatan yaitu (1) pendekatan

pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa dan (2) pendekatan

pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan dapat ditarik kesimpulan

bahwa penerapan Sarana prasarana pembelajaran merupakan cara kerja yang

mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan

membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

d. Media

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

27

Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu

yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang

berlangsung antara dosen dengan mahasiswa (Heinich, dkk,1996). Dengan kata

lain, media pembelajaran berperan sebagai perantara dalam pembelajaran yang

dilakukan oleh antara dosen dengan mahasiswa. Heinich, Molenda, & Russel

mengemukakan klasifikasi media yang dapat digunakan dalam kegiatan

pembelajaran yaitu (1) Media yang tidak diproyeksikan, (2) Media yang

diproyeksikan (projected media), (3) Media audio, (4) Media video dan film, (5)

Komputer, dan (6) Multimedia berbasis komputer.

Teknogi pembelajaran adalah bidang garapan dan keahlian yang dapat

diaplikasikan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan aktivitas

pembelajaran.Implementasi teknologi pembelajaran mempunyai makna adanya

penggunaan teknologi baik berupa produk maupun pemikiran konsep untuk

meningkatkan efektifitas dan efisiensi aktivitas pembelajaran.

Media yang tidak diproyeksikan terdiri dari beberapa jenis yaitu : benda

nyata (realia), replika dan model, kit multimedia, simulator, bahan cetakan

(printed materials), foto, gambar, chart, poster dan grafik. Berdasarkan bentuknya,

jenis media ini dapat diklasifikasikan ke dalam media dua dimensi dan media tiga

dimensi.Bahan cetakan seperti gambar, chart, poster, foto dan grafik tergolong

sebagai media dua dimensi.Sedangkan realia, replika, model, dan simulator dapat

digolongkan sebagai media tiga dimensi.

Setiap jenis media mempunyai karakteristik yang spesifik jika digunakan

dalam aktivitas pembelajaran.Media dua dimensi dapat berbentuk gambar yang

merepresentasikan suatu objek dan prosedur yang dapat dipelajari untuk

menguasai suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu.Sementara itu, media tiga

dimensi yang dapat berbentuk media murah dan sederhana sampai jenis media

yang mahal dan canggih, memberi kemungkinan bagi mahasiswa untuk

memperoleh pengalaman belajar yang bersifat langsung yang berkaitan dengan

pengetahuan dan keterampilan yang sedang dipelajari.Simulator dan bahan serta

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

28

perlengkapan yang terdapat di laboratorium tergolong ke dalam jenis media tiga

dimensi.Dengan menggunakan jenis media ini mahasiswa mempelajari

pengetahuan dan prosedur tertentu yang perlu dipelajari dalam suatu mata kuliah.

Media yang diproyeksikan adalah jenis media yang penggunaanya

diproyeksikan ke layar.Jenis media yang tegolong kedalam media yang

diproyeksikan adalah overhead transparansi, film slide, dan gambar proyeksi

komputer (Computer Image Projection).

Pada umumnya jenis media ini digunakan untuk membantu dalam

presentasi materi pembelajaran. Penggunaan media overhead transparansi dan

film slide mampu menayangkan teks dan gambar untuk memperjelas konsep yang

diajarkan. Jenis media ini mampu menayangkan hampir semua jenis pengetahuan

dan konsep melalui kombinasi tayangan teks dan gambar. Media overhead

transparansi dan film slide dapat digunakan dalam proses belajar mengajar baik

untuk kelompok sedang maupun besar.

Perkembangan teknologi proyektor saat ini telah memungkinkan

pengajar atau presenter mempresentasikan output komputer, baik berupa teks,

gambar, maupun kombinasi keduanya. Jika digunakan dalam proses pembelajaran

maka hal ini diharapkan dapat menambah kualitas pemahaman mahasiswa

terhadap materi perkuliahan yang diajarkan. Media dan teknologi gambar

proyeksi komputer masih jarang digunakan karena harga proyektor LCD yang

masih sangat mahal.

Media audio adalah bahan suara (audio) yang direkam dalam format

fisik tertentu.Secara fisik jenis media yang tergolong sebagai media audio adalah

kaset audio dan disk audio. Jenis media ini pada dasarnya dapat digunakan dalam

proses pembelajaran yang berkaitan dengan bunyi, suara, serta bahasa. Dalam

jurusan seni dan bahasa, media audio dapat memberikan kontribusi yang positif

jika diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh, laboratorium

bahasa dan ruang akustik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jurusan

bahasa dan jurusan etnomusikologi di PT seni.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

29

Media video dan film adalah gambar bergerak yang direkam dalam

format kaset video, Video Cassette Disc (VCD), dan Digital Versatile Disc

(DVD).Jenis media ini dapat digunakan untuk mengajarkan hampir semua jenis

topik perkuliahan. Namun demikian dalam penggunaannya kita perlu mengetahui

karakteristik yang spesifik dari media ini yaitu kemampuannya dalam

Menayangkan objek bergerak (moving objects) dan proses yang spesifik. Pada

jurusan Biologi, misalnya, medium video dapat digunakan untuk memperlihatkan

bagaimana suatu objek atau spesies tumbuh dan berkembang seiring dengan

berjalannya waktu.Medium video dapat dapat digunakan untuk memperjelas

pemahaman mahasiswa dalam pengajaran konsep gerak dan momentum jika

diintegrasikan dalam topik spesifik dalam mata kuliah fisika.

Komputer merupakan jenis media yang secara virtual dapat

menyediakan respon yang segera terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh

mahasiswa.Lebih dari itu, komputer memiliki kemampuan menyimpan dan

memanipulasi informasi sesuai dengan kebutuhan.Perkembangan teknologi yang

pesat saat ini telah memungkinkan komputer memuat dan menayangkan beragam

bentuk media di dalamnya. Dalam hal ini Heinich, Molenda, & Russel (1996:

228) mengemukakan bahwa :

“…It has ability to control and integrate a wide variety of media – still

pictures, graphics and moving images, as well as printed information. The

computer can also record, analyze, and react to student responses that are typed

on a keyboard or selected with a mouse”.

Saat ini teknologi komputer tidak lagi hanya digunakan sebagai sarana

komputasi dan pengolahan kata (word processor) tetapi juga sebagai sarana

belajar multi media yang memungkinkan mahasiswa membuat desain dan

rekayasa suatu konsep dan ilmu pengetahuan.Sajian multimedia berbasis

komputer dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran komputer

sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik, dan suara dalam

sebuah tampilan yang terintegrasi.Dengan tampilan yang dapat

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

30

mengkombinasikan berbagai unsur penyampaian informasi dan pesan, komputer

dapat dirancang dan digunakan sebagai media teknologi yang efektif untuk

mempelajari dan mengajarkan materi perkuliahan yang relevan misalnya

rancangan grafis dan animasi.

Multimedia berbasis komputer dapat pula dimanfaatkan sebagai sarana

dalam melakukan simulasi untuk melatih keterampilan dan kompetensi

tertentu.Misalnya, penggunaan simulator kokpit pesawat terbang yang

memungkinkan mahasiswa dalam akademi penerbangan dapat berlatih tanpa

menghadapi risiko jatuh. Contoh lain dari penggunaan multimedia berbasis

komputer adalah tampilan multimedia dalam bentuk animasi yang memungkinkan

mahasiswa pada jurusan eksakta – biologi, kimia, dan fisika - melakukan

percobaan tanpa harus berada di laboratorium.

Perkembangan teknologi komputer saat ini telah membentuk suatu

jaringan (network) yang dapat memberi kemungkinan bagi siswa untuk

berinteraksi dengan sumber belajar secara luas.Jaringan komputer berupa internet

dan web telah membuka akses bagi setiap orang untuk memperoleh informasi dan

ilmu pengetahuan terkini dalam bidang akademik tertentu.Diskusi dan interaksi

keilmuan dapat terselenggara melalui tersedianya fasilitas internet dan web di

kampus.

e. Manajemen Pemanfaatan Sarana Prasarana dan Media

Pembelajaran.

Pemanfaatan sarana prasarana dan media dan teknologi pembelajaran di

Sekolah selain dapat memberi kontribusi terhadap pengetahuan dan keterampilan

mahasiswa juga dapat membantu tenaga pengajar di Sekolah untuk

mempermudah proses belajar, memperjelas materi pembelajaran dengan beragam

contoh yang konkret, memfasilitasi interaksi dengan siswa, memberi kesempatan

praktek kepada siswa, dan memberi kesempatan evaluasi beragam bentuk media

dan teknologi pembelajaran (Pannen, dkk, 2003).

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

31

Agar pemanfaatan sarana prasarana dan media pembelajaran dapat

memberi kontribusi yang positip terhadap hasil belajar mahasiswa, maka

pengguna media harus mempertimbangkan beberapa faktor pemilihan media.

Smith dan Ragan (1993: 345) mengemukakan faktor-faktor pemilihan media

dalam pembelajaran adalah:

―(1) the learning task along along with the instructional conditions that

facilitate the learning of the task, (2) the characteristics of the learners, (3)

the learning context andother practical matters that influence the

appropriteness of the medium, and (4) The attributes of the potential media

(what each potential media can and cannot do)”.

Sarana prasarana dan Media pembelajaran telah banyak dimanfaatkan di

dunia pendidikan dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Pentingnya

pemanfaatan sarana prasarana dan media pembelajaran dalam meningkatkan mutu

proses pembelajaran yang pada akhirnya berdampak terhadap kualitas kompetensi

anak didik.

Manajemen sarana prasarana pendidikan dapat didefinisikan sebagai

proses kerja sama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara

efektif dan efisien. Definisi ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang

ada di sekolah perlu didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses

pembelajaran di sekolah. Pengelolaan itu dimaksudkan agar dalam menggunakan

sarana dan prasarana di sekolah bisa berjalan dengan efektif dan efisien.

Pengelolaan sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang sangat penting di

sekolah, karena keberadaannya akan sangat mendukung terhadap suksesnya

proses pembelajaran di sekolah (Sulistyorini:115-116).

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan

menjaga sarana prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara

optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini

meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan

inventarisasi, dan penghapusan serta penataan. Manajemen sarana prasarana yang

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

32

baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapih, dan indah

sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid

untuk berada di sekolah (E. Mulyasa;50).

Secara umum, tujuan manajemen perlengkapan sekolah adalah

memberikan layanan secara professional di bidang sarana dan prasarana

pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan

efisien. Secara rinci tujuannya adalah sebagai berikut (Ibrahim Bafadal;5) :

1) Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan

melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan

seksama. Dengan perkataan ini, melalui manajemen perlengkapan

pendidikan diharapkan semua perlengkapan yang didapatkan oleh

sekolah adalah sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas

tinggi, sesuai dengan kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang

efisen.

2) Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah secara

tepat dan efisien.

3) Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah,

sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap

diperlukan oleh semua personel sekolah.

5. Model-Model Evaluasi

Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi di mana suatu tujuan

telah dapat dicapai (M. Sukardi: 2008:1) Definisi tersebut menerangkan secara

langsung hubungan evaluasi dengan tujuan suatu kegiatan yang mengukur derajat, di

mana suatu tjuan dapat dicapai. Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari

bahasa inggris ―evaluation‖ yang berarti penilaian atau penaksiran. Sedangkan

menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk

mengikuti keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya

dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan (Chabib

Toha:2003:1). Evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktifitas secara spontan dan

insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana,

sistematik dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas. Kegiatan evaluasi

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

33

memerlukan penggunaan informasi yang diperoleh melalui pengukuran maupun

dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan membuat keputusan pendidikan.

Evaluasi pendidikan mencakup dua sasaran pokok yaitu evaluasi makro

(program) dan evaluasi mikro (kelas). Secara umum, evaluasi terbagi dalam tiga

tahap sesuai proses belajar mengajar yakni dimulai dari evaluasi input, evaluasi

prosess dan evaluasi output (Suharsimi Arikunto; 1993; 4) Setiap jenis evaluasi

memiliki fungsi yang berbeda satu dengan yang lain. Evaluasi input mencakup fungsi

kesiapan penempatan dan seleksi. Evaluasi proses mencakup formatif, diagnostic dan

monitoring, sedangkan evaluasi output mencakup sumatif. Evaluasi program adalah

proses untuk mendeskripsikan dan menilai suatu program dengan menggunakan

kriteria tertentu dengan tujuan untuk membantu merumuskan keputusan atau

kebijakan yang lebih baik. Pertimbangannya adalah untuk memudahkan evaluator

dalam mendeskripsikan dan menilai komponen-komponen yang dinilai, apakah sesuai

dengan ketentuan atau tidak. Menurut S. Arikunto evaluasi program juga berarti

upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan

cara mengetahui efektifitas masing-masing komponennya. Ada empat kemungkinan

kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam pelaksanaan sebuah

program, yaitu:

a. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut

tidak ada manfaatnya atau tidak dapat terlaksana sebagaimana

diharapkan.

b. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai

dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi hanya sedikit).

c. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program sudah berjalan

sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.

d. Menyebarluaskan program, karena program berhasil dengan baik

maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain

(Suharsimi Arikunto dan Cepi Syafruddin Abdul Jabar; 2004:8)

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

34

Model evaluasi merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau

pakar evaluasi. Biasanya model evaluasi ini dibuat berdasarkan kepentingan

seseorang, lembaga atau instansi yang ingin mengetahui apakah program yang telah

dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Terdapat beberapa model

evaluasi yang umum di masyarakat, antara lain:

1. Model Evaluasi CIPP

2. Model Evaluasi UCLA

3. Model Evaluasi Brinkerhoff

4. Model Evaluasi Stake atau model Countenance

5. Model Evaluasi Metfessel dan Michael

Dalam melakukan evaluasi, perlu dipertimbangkan model evaluasi yang

akan dibuat. Berikut uraian dari kelima model evaluasi di bawah ini :

a. Model Evaluasi CIPP

Evaluasi, dari awal kemunculannya sampai dengan saat ini terus

mengalami perkembangan. Evaluasi merupakan istilah baru dalam kajian

keilmuan yang telah berkembang menjadi disiplin ilmu sendiri. Walaupun

demikian, bidang kajian evaluasi ternyata telah banyak memberikan manfaat dan

kontribusinya didalam memberikan informasi maupun data, khususnya mengenai

pelaksanan suatu program tertentu yang pada gilirannya akan menghasilkan

rekomendasi dan digunakan oleh pelaksana program tersebut untuk menentukan

keputusan, apakah program tersebut dihentikan, dilanjutkan, atau ditingkatkan

lebih baik lagi. Dan saat ini, evaluasi telah berkembang menjadi tren baru sebagai

disiplin ilmu baru dan sering digunakan oleh hampir semua bidang dalam suatu

program tertentu seperti,evaluasi program training pada sebuah perusahaan,

evaluasi program pembelajaran dalam pendidikan, maupun evalausi kinerja para

pegawai negeri sipil pada sebuah instansi tertentu.

Dalam implementasinya ternyata evaluasi dapat berbeda satu sama lain,

hal ini tergantung dari maksud dan tujuan dari evaluasi tersebut dilaksanakan.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

35

Seperti evaluasi program pembelajaran tidak akan sama dengan evaluasi kinerja

pegawai. Evaluasi program pembelajaran dilakukan dengan dituan untuk melihat

sejauh mana hasil belajar telah tercapai dengan optimal sesuai dengan target dan

tujuan pembelajaran itu sediri. Sedangkan evaluasi kinerja pegawai dilakukan

dengan tujuan untuk melihat kualitas, loyalitas, atau motivasi kerja pegawai,

sehingga akan menentukan hasil produksi. Dengan adanya perbedaan tersebut

lahirlah beberapa model evaluasi yang dapat menjadi pertimbangan evaluator

dalam melakukan evaluasi. Dari beberapa model evaluasi yang ada, penulis hanya

akan membahas model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) yang

dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam.

Model evaluasi CIPP dalam pelaksanaannya lebih banyak digunakan

oleh para evaluator, hal ini dikarenakan model evaluasi ini lebih komprehensif

jika dibandingkan dengan model evaluasi lainnya. Model evaluasi ini

dikembangkan oleh Daniel Stuffleabem, dkk (1967) di Ohio State University.

Model evaluasi ini pada awalnya digunakan untuk mengevaluasi ESEA (the

Elementary and Secondary Education Act). CIPP merupakan singkatan dari,

context evaluation : evaluasi terhadap konteks, input evaluation : evaluasi

terhadap masukan, process evaluation : evaluasi terhadap proses, dan product

evaluation : evaluasi terhadap hasil. Keempat singkatan dari CIPP tersebut itulah

yang menjadi komponen evaluasi.

Model CIPP berorientasi pada suatu keputusan. Tujuannya adalah untuk

membantu administrator (kepala sekolah dan guru) didalam membuat keputusan.

Menurut Stufflebeam, (1993 : 118) dalam Eko Putro Widoyoko mengungkapkan

bahwa, ― the CIPP approach is based on the view that the most important purpose

of evaluation is not to prove but improve.‖ Konsep tersebut ditawarkan oleh

Stufflebeam dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan

membuktikan, tetapi untuk memperbaiki.Berikut ini akan di bahas komponen atau

dimensi model CIPP yang meliputi, context, input, process, product.

1) Context Evaluation (Evaluasi Konteks)

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

36

Stufflebeam (1983 : 128) dalam Hamid Hasan menyebutkan, tujuan

evaluasi konteks yang utama adalah untuk mengetahui kekutan dan kelemahan

yang dimilki evaluan. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan ini, evaluator

akan dapat memberikan arah perbaikan yang diperlukan. Suharsimi Arikunto dan

Cepi Safrudin menjelaskan bahwa, evaluasi konteks adalah upaya untuk

menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi,

populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek.

2) Input Evaluation (Evaluasi Masukan)

Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi input, atau evaluasi

masukan. Menurut Eko Putro Widoyoko, evaluasi masukan membantu mengatur

keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternative apa yang diambil,

apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja

untuk mencapainya. Komponen evaluasi masukan meliputi : 1) Sumber daya

manusia, 2) Sarana dan peralatan pendukung, 3) Dana atau anggaran, dan 4)

Berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan.

Menurut Stufflebeam sebagaimana yang dikutip Suharsimi Arikunto,

mengungkapkan bahwa pertanyaan yang berkenaan dengan masukan mengarah

pada pemecahan masalah yang mendorong diselenggarakannya program yang

bersangkutan.

3) Process Evaluation (Evaluasi Proses)

Worthen & Sanders (1981 : 137) dalam Eko Putro Widoyoko

menjelaskan bahwa, evaluasi proses menekankan pada tiga tujuan : ― 1) do detect

or predict in procedural design or its implementation during implementation

stage, 2) to provide information for programmed decision, and 3) to maintain a

record of the procedure as it occurs “. Evaluasi proses digunakan untuk

menditeksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi

selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan

sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses meliputi

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

37

koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik

pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai

sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki.

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi proses dalam model CIPP

menunjuk pada ―apa‖ (what) kegiatan yang dilakukan dalam program, ―siapa‖

(who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab program, ―kapan‖ (when)

kegiatan akan selesai. Dalam model CIPP, evaluasi proses diarahkan pada

seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan didalam program sudah terlaksana

sesuai dengan rencana.

4) Product Evaluation (Evaluasi Produk/Hasil)

Sax (1980 : 598) dalam Eko Putro Widoyoko memberikan pengertian

evaluasi produk/hasil adalah ― to allow to project director (or techer) to make

decision of program ―. Dari evaluasi proses diharapkan dapat membantu pimpinan

proyek atau guru untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan,

akhir, maupun modifikasi program. Sementara menurut Farida Yusuf Tayibnapis

(2000 : 14) dalam Eko Putro Widoyoko menerangkan, evaluasi produk untuk

membantu membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah

dicapai maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan.

b. Model Evaluasi UCLA

Menurut Alkin (1969) evaluasi adalah suatu proses meyakinkan

keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan, dan menganalisa

informasi sehingga dapat melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat

keputusan dalam memilih beberapa alternatif. Ia mengemukakan lima macam

evaluasi yakni :

a. Sistem assessment, yaitu memberikan informasi tentang keadaan atau

posisi sistem.

b. Program planning, membantu pemilihan program tertentu yang mungkin

akan berhasil memenuhi kebutuhan progam.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

38

c. Program implementation, yang menyiapkan informasi apakah rogram

sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang

direncanakan.

d. Program improvement, yang memberikan informasi tentang bagaimana

program berfungsi, bagaimana program bekerja, atau berjalan? Apakah

menuju pencapaian tujuan, adakah hal-hal atau masalah-masalah baru

yang muncul tak terduga.

e. Program certification, yang memberi informasi tentang nilai atau guna

program.

c. Model Evaluasi Brinkerhoff

Brinkerhoff & Cs. (1983) mengemukakan tiga golongan evaluasi yang

disusun berdasarkan penggabungan elemen-elemen yang sama, seperti evaluator-

evaluator lain, namun dalam komposisi dan versi mereka sendiri sebagai berikut :

a. Fixed vs Emergent Evaluation Design. Dapatkah masalah evaluasi dan kriteria

akhirnya dipertemukan. Apabila demikian, apakah itu suatu keharusan? Belum

lengkap penjelasannya

b. Formative vs Summative Evaluation. Apakah evaluasi akan dipakai untuk

perbaikan atau untuk melaporkan kegunaan atau manfaat suatu program? Atau

keduanya

c. Experimental and Quasi Experimental Design vs Natural/ Unobtrusive Inquiry.

Apakah evaluasi akan melibatkan intervensi ke dalam kegiatan program/mencoba

memanipulasi kondisi, orang diperlakukan, variabe1 dipengaruhi dan sebagainya,

atau hanya diamati, atau keduanya

d. Model Evaluasi Stake atau Model Countenance

Menurut model ‗Countenance‘, penilaian harus mengandung langkah-

langkah berikut; menerangkan program; melaporkan keterangan tersebut kepada

pihak yang berkepentingan; mendapatkan dan menganalisis ‗judgment;

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

39

melaporkan kembali hasil analisis kepada pelanggan. Seterusnya, model responsif

mencadangkan perhatian yang terus menerus oleh penilai dan semua pihak yang

terlibat dengan penilaian. Stake telah menentukan 12 langkah interaksi antara

penilai dan pelanggan dalam proses penilaian.

Model evaluasi Stake, merupakan analisis proses evaluasi yang

membawa dampak yang cukup besar dalam bidang ini, meletakkan dasar yang

sederhana namun merupakan konsep yang cukup kuat untuk perkembangan yang

lebih jauh dalam bidang evaluasi. Stake menekankan pada dua jenis operasi yaitu

deskripsi (descriptions) dan pertimbangan (judgments) serta membedakan tiga

fase dalam evaluasi program yaitu :

Persiapan atau pendahuluan (antecedents)

Proses/transaksi (transaction-processes)

Keluaran atau hasil (outcomes, output)

Descriptions matrix menunjukkan Intents (goal=tujuan) dan

observations (effect=akibat) atau yang sebenarnya terjadi. Judgment berhubungan

dengan standar (tolak ukur = kriteria)/dan judgment (pertimbangan). Stake

menegaskan bahwa ketika kita menimbang-nimbang di dalam menilai suatu

program pendidikan, kita tentu melakukan pembandingan relatif (antara satu

program dengan standard).

Model ini menekankan kepada evaluator agar membuat

keputusan/penilaian tentang program yang sedang dievaluasi secara benar, akurat

dan lengkap. Stake menunjukkan bahwa description disatu pihak berbeda dengan

pertimbangan (judgment) atau menilai. Di dalam model ini data tentang

Antecendent (input), Transaction (process) dan Outcomes (Product) data tidak

hanya dibandingkan untuk menentukan kesenjangan antara yang diperoleh dengan

yang diharapkan, tetapi juga dibandingkan dengan standar yang mutlak agar

diketahui dengan jelas kemanfaatan kegiatan di dalam suatu program.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

40

e. Model Evaluasi Metfessel dan Michael

Metfessel dan Michael (1967), dapat digunakan oleh guru dan evaluator

program. Dalam strategi model Metfessel dan Michael terdapat delapan langkah

yaitu:

a. Keterlibatan masyarakat (envalvement of the community) yakni :

orangtua, ahli-ahli pendidikan dan peserta didik

b. Pengembangan tujuan dan memilih tujuan menurut skala prioritas.

c. Menterjemahkan tujuan menjadi bentuk tingkah laku dan

mengembangkan pengajaran.

d. Mengembangkan metode untuk mengukur dan mengevaluasi pencapaian

tujuan.

e. Menyusun dan mengadministrasi ukuran untuk mengevaluasi pencapaian

tujuan

f. Menganalisis hasil pengukuran

g. Menginterpretasi dan mengevaluasi data

h. Menyusun rekomendasi untuk mengembangkan pengajaran

Dari teori tersebut dalam penelitian ini model evaluasi yang paling cocok

digunakan ialah model evaluasi Stake.

6. Model Evaluasi Stake

Model ini dikembangkan oleh Stake. Menurut ulasan tambahan yang

diberikan oleh Fernandes pada tahun 1984, model Stake ini menekankan pada

adanya pelaksanaan dua hal pokok, yaitu: (1) deskripsi (description) dan (2)

pertimbangan (judgments); serta membedakan adanya tiga tahap dalam evaluasi

program, yaitu: (1) anteseden (antecedents/context), (2) transaksi

(transaction/process), dan (3) keluaran (output – outcomes). Oleh Stake, model

evaluasi yang diajukan dalam bentuk diagram (matriks), yang menggambarkan

deskripsi dan tahapan dalam evaluasi program sebagai berikut:

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

41

Rational intens Observation Standart Judgement

Antecedents

Transaction

Outcomes

Description Matrix Judgement Matrix

Tiga hal yang dituliskan di antara dua matriks, menunjukkan objek atau

sasaran dari evaluasi. Dalam setiap program yang dievaluasi, evaluator harus

mampu mengidentifikasikan tiga hal, yaitu:

1. Antecedents, yang diartikan sebagai input/masukan. Contohnya: latar belakang

guru dan peserta didik, ketersediaan sumber daya.

2. Transaction, yang diartikan sebagai proses. Contohnya: interaksi antara guru

dengan peserta didik.

3. Outcomes, yang diartikan sebagai hasil. Contohnya: hasil belajar peserta didik.

Selanjutnya, kedua matriks yang digambarkan sebagai deskripsi (description) dan

pertimbangan (judgement), yang menunjukkan langkah-langkah yang terjadi

selama proses evaluasi.

Matriks pertama, yaitu matriks deskripsi, berkaitan atau menyangkut dua

hal yang menunjukkan posisi sesuatu (yang menjadi sasaran evaluasi), yaitu:

1. maksud/tujuan yang diharapkan oleh program (intens) dan

2. yang sesungguhnya terjadi atau apa yang benar-benar terjadi

(observation).

Selanjutnya, evaluator mengikuti matriks yang ke dua, yaitu matriks

pertimbangan, yang menunjukkan langkah pertimbangan (judgement), yang

dalam langkah tersebut mengacu pada standar acuan (standard). Menurut Stake,

ketika evaluator sedang mempertimbangkan program, mereka harus melakukan

dua perbandingan, yaitu:

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

42

1. membandingkan kondisi hasil evaluasi program tertentu dengan yang terjadi

pada program yang lain, dengan objek sasaran yang sama

2. membandingkan kondisi hasil pelaksanaan program dengan standar yang

diperuntukkan bagi program yang bersangkutan, didasarkan pada tujuan yang

akan dicapai.

Evaluasi terhadap ketersediaan Sarana prasarana dan media

pembelajaran serta kemanfaatannya dalam mata pelajaran olahraga, maka maka

tahapan dalam evaluasinya sebagai berikut:

1. Matriks Deskripsi

a. Kategori pertama dari matriks deskripsi adalah intens.

Intens diartikan sebagai sesuatu yang direncanakan pengembang program.

Dalam konteks ketersediaan Sarana prasarana dan media pembelajaran serta

kemanfaatannya dalam mata pelajaran olahraga yang dimaksud program adalah

silabus dan Rencana Program Pengajaran (RPP) yang dikembangkan guru. Guru

sebagai pengembang program merencanakan keadaan/persyaratan yang

diinginkannya untuk suatu kegiatan kelas tertentu. Misalnya yang berhubungan

dengan jumlah, kemampuan, dari peserta didik. Kategori ini terdiri atas

antecedents (input/masukan), transaction (proses), dan outcomes (hasil).

b. Kategori ke dua dari matriks deskripsi adalah observation.

Observation berhubungan dengan apa yang sesungguhnya terjadi sebagai

implementasi yang diinginkan pada kategori yang pertama. Kategori ini juga

sebagaimana yang pertama terdiri atas antecedents (input/masukan), transaction

(proses), dan outcomes (hasil). Evaluator harus melakukan observasi

(pengumpulan data) mengenai antecedents (input/masukan), transaction (proses),

dan outcomes (hasil) yang ada di suatu satuan pendidikan.

2. Matriks Pertimbangan

a. Kategori pertama dari matriks pertimbangan adalah standard.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

43

Standard adalah kriteria mengenai antecedents (input/masukan),

transaction (proses), dan outcomes (hasil) yang harus dipenuhi oleh suatu

kurikulum atau program yang dijadikan evaluan. Standar dapat dikembangkan

dari karakteristik yang dimiliki kurikulum, tetapi dapat juga dari yang lain

(mutually adaptive)

.

b. Kategori ke dua dari matriks pertimbangan adalah judgement.

Judgement adalah kategori pertimbangan. Kategori ini menghendaki

evaluator melakukan pertimbangan dari apa yang telah dilakukan dari kategori

yang pertama dan ke dua pada Matriks Deskripsi sampai kategori pertama pada

Matriks Pertimbangan. Suatu evaluasi harus sampai kepada pemberian

pertimbangan terhadap antecedents (input/masukan), transaction (proses), dan

outcomes (hasil).

B. Kerangka Pemikiran

Dalam studi tentang evaluasi, banyak sekali dijumpai model-model

evaluasi dengan format atau sistematika yang berbeda, diantaranya:

1. Model Evaluasi CIPP

2. Model Evaluasi UCLA

3. Model Evaluasi Brinkerhoff

4. Model Evaluasi Stake atau model Countenance

5. Model Evaluasi Metfessel dan Michael

Dalam melakukan evaluasi, perlu dipertimbangkan model evaluasi yang akan

dibuat. Dalam penelitian ini yang dirasa cocok adalah model evaluasi STAKE atau

model Countenance. langkah-langkah yang harus dilakukan evaluator dalam

model evaluasi ini ialah Evaluator harus bertemu terlebih dahulu untuk membuat

kerangka acuan yang berhubungan dengan antecedents (input/masukan),

transaction (proses), dan outcomes (hasil). Hal tersebut dilakukan tidak hanya

untuk memperjelas tujuan evaluasi, tetapi juga untuk melihat apakah model

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

44

evaluasi Countenance Stake‘s konsisten terhadap transaction (proses) yang

berkaitan dengan antecedents (input/masukan) dan outcomes (hasil).

Kemudian, evaluator mengumpulkan data mengenai apa yang diinginkan

pengembang program, baik yang berhubungan dengan kondisi awal, proses, dan

hasil. Data dapat dikumpulkan melalui studi dokumen atau dapat pula melalui

wawancara. Setelah itu, evaluator mengadakan analisis congruence (kesesuaian)

antara apa yang dikemukakan dalam tujuan (intens) dengan apa yang

sesungguhnya terjadi dalam pelaksanaannya (observation). Perlu diperhatikan

apakah yang telah direncanakan dalam tujuan sesuai dengan pelaksanaanya di

lapangan atau terjadi penyimpangan-penyimpangan.

Tugas evaluator berikutnya adalah memberikan pertimbangan (judgement)

mengenai program yang sedang dikaji, yang berhubungan dengan kondisi awal,

proses, dan hasil, dengan mengacu pada suatu standar (standard). tahapan dalam

evaluasinya adalah sebagai berikut:

1. Matriks deskripsi kategori intens (maksud/tujuan)

a. Komponen antecedents (masukkan)

Mengevaluasi sarana prasarana dan media pembelajaran yang ada,

dimana pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar harus didukung oleh

sarana prasarana dan media yang memadai.

b. Komponen transaction (proses)

Mengevaluasi penggunaan sarana dan prasarana guru olahraga

dengan peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar baik di kelas

maupun dilapangan. 7

c. Komponen outcomes (hasil)

Mengevaluasi pemanfaatan sarana dan prasarana dan media

pembelajaran yang ada pada pelajaran olahraga terhadap peserta

didik

2. Matriks deskripsi kategori observation (hasil pengamatan)

a. Komponen antecedents (masukkan)

Melakukan pengamatan terhadap keadaan sarana prasarana dan

media pembelajaran yang ada.

b. Komponen transaction (proses)

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

45

Melakukan pengamatan terhadap penggunaan sarana dan prasarana

guru olahraga dengan peserta didik dalam kegiatan belajar-

mengajar baik di kelas maupun dilapangan.

c. Komponen outcomes (hasil)

Melihat pemanfaatan sarana dan prasarana dan media pembelajaran

yang ada pada pelajaran olahraga terhadap peserta didik.

3. Matriks pertimbangan kategori standard (acuan)

a. Komponen antecedents (masukkan)

Mengacu pada sarana prasarana dan media pembelajaran, Sarana

Prasarana berupa: ruang belajar, ruang praktik, lapangan, ,alat-alat

ukuran standart untuk tiap cabang olahraga. media pembelajaran:

buku penunjang, OHP/ LCD, komputer, dan internet.

b. Komponen transaction (proses)

Standar acuan untuk proses pemanfaatan sarana dan prasarana dan

media pembelajaran olahraga adalah setiap sarana prasarana dapat

dipakai seluruhnya untuk pembelajaran yang maksimal.

c. Komponen outcomes (hasil)

Standar acuan untuk hasil pemanfaatan sarana dan prasarana dan

media pembelajaran adalah setiap sarana prasarana dapat

digunakan secara maksimal terhadap anak didik.

4. Matriks pertimbangan kategori judgement

a. Komponen antecedents (masukkan)

Pertimbangan terhadap sarana dan prasarana yang ada,

memadai/tidak memadai untuk mendukung pelaksanaan kegiatan

belajar-mengajar.

b. Komponen transaction (proses)

Pertimbangan terhadap penggunaan sarana prasarana dan media

pembelajaran oleh guru olahraga terhadap peserta didik dalam

kegiatan belajar-mengajar baik di kelas maupun dilapangan.

c. Komponen outcomes (hasil)

Pertimbangan terhadap pemanfaatan sarana dan prasarana dan

media pembelajaran yang ada pada pelajaran olahraga terhadap

peserta didik dengan mengacu pada tujuan manajemen

perlengkapan sekolah.

Secara garis besar matriks yang tersusun dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

46

Intens Observation Standart Judgement

Mengevaluasi

sarana

prasarana dan

media

pembelajaran

yang ada.

Melakukan

pengamatan

terhadap

keadaan sarana

prasarana dan

media

pembelajaran

yang ada.

Antecedents

Mengacu pada

sarana

prasarana dan

media

pembelajaran

yang memadai

Pertimbangan

terhadap sarana

prasarana dan

media

pembelajaran

yang ada,

memadai/tidak

memadai.

Mengevaluasi

penggunaan

sarana

prasarana dan

media

pembelajaran

oleh guru

olahraga

terhadap

peserta didik

dalam kegiatan

belajar-

mengajar baik

di kelas

maupun

dilapangan.

Melakukan

pengamatan

terhadap

penggunaan

sarana prasarana

dan media

pembelajaran

oleh guru

olahraga

terhadap peserta

didik dalam

kegiatan belajar-

mengajar baik di

kelas maupun

dilapangan.

Transaction

Standar acuan

untuk proses

pemanfaatan

sarana dan

prasarana dan

media

pembelajaran

olahraga

adalah sesuai

dengan tujuan

manajemen

perlengkapan

sekolah.

Pertimbangan

terhadap

penggunaan

sarana prasarana

dan media

pembelajaran

oleh guru

olahraga

terhadap peserta

didik dalam

kegiatan

belajar-

mengajar baik

di kelas maupun

dilapangan.

Mengevaluasi

pemanfaatan

sarana dan

prasarana dan

media

pembelajaran

yang ada pada

pelajaran

olahraga

terhadap

peserta didik

Melihat

pemanfaatan

sarana dan

prasarana dan

media

pembelajaran

yang ada pada

pelajaran

olahraga

terhadap peserta

didik.

Outcomes

Standar acuan

untuk proses

pemanfaatan

sarana dan

prasarana dan

media

pembelajaran

olahraga

adalah sesuai

dengan tujuan

manajemen

perlengkapan

sekolah.

Pertimbangan

terhadap

pemanfaatan

sarana dan

prasarana dan

media

pembelajaran

yang ada pada

pelajaran

olahraga

terhadap peserta

didik

Description Matrix Judgement Matrix

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama dikota Solo

sesuai dengan dari status sekolah(swasta dan negeri). Berikut daftar nama sekolah

dan kategori sekolah dilaksanakan penelitian.

Tabel 3.1. Daftar nama sekolah dan kategori sekolah

KATEGORI SEKOLAH No NAMA SEKOLAH

SEKOLAH NEGERI

1 SMPN 19 Surakarta

2 SMPN 8 Surakarta

3 SMPN 4 Surakarta

4 SMPN 2 Surakarta

5 SMPN 6 Surakarta

SEKOLAH SWASTA

6 SMP Pelita nusantara kasih Surakarta

7 SMP AL IRSYAD Surakarta

8 SMP Bintang laut Surakarta

9 SMP Kristen 5 Surakarta

10 SMP Regina Pacis Surakarta

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2016.

Tabel 3.2. Rincian Jadwal Penelitian

Kegiatan Sekolah Pelaksanaan

Penyebaran

Kuesioner

SEKOLAH NEGERI Bulan Maret

SEKOLAH SWASTA

Pengambilan Hasil

Kuesioner SEKOLAH NEGERI

Bulan April SEKOLAH SWASTA

Pengolahan Data Bulan mei

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

48

B. Metode Penelitian

Metode adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya

terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan

data. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam

pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang

dihadapi. Arif Furchan dalam (Andi Prastowo 2011:18) menjelaskan penggunaan

metode dalam suatu penelitian adalah untuk memecahkan suatu masalah yang

sedang diteliti dengan menggunakan cara-cara ilmiah agar menghasilkan kebenaran

yang objektif.

Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif menggunakan metode

diskriptif dengan teknik survey. Model evaluasi yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu model evaluasi STAKE. Model evaluasi STAKE terdiri dari 2 matrik

yaitu deskripsi dan judgement matrix. Dalam setiap program yang dievaluasi,

evaluator harus mampu mengidentifikasikan tiga hal, yaitu:

1. Antecedents, yang diartikan sebagai input/masukan.

2. Transaction, yang diartikan sebagai proses.

3. Outcomes, yang diartikan sebagai hasil.

Selanjutnya, kedua matriks yang digambarkan sebagai deskripsi (description) dan

pertimbangan (judgement), yang menunjukkan langkah-langkah yang terjadi

selama proses evaluasi.

Kedua komponen tersebut digunakan, karena hasil penelitian ini pada

dasarnya merupakan catatan tentang ketersediaan dan kemanfaatan penggunaan

Sarana prasarana pembelajaran dan media pembelajaran dalam mata pelajaran

olahraga, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif survey. Moh.Nazir

dalam (Andi Prastowo, 2011:202) juga mejelaskan metode deskriptif

merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada

masa sekarang. Sedangkan metode survey merupakan metode penyelidikan

berkaitan dengan pengumpulan data tentang perulangan, kejadian peristiwa,

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

49

atau masalah dalam berbagai situasi dan lingkungan. Tujuan penggunaan metode

deskriptif survey ini adalah untuk memperoleh informasi dan gambaran atau

deskripsi yang seutuhnya mengenai ketersediaan dan kemanfaatan penggunaan

Sarana prasarana pembelajaran dan media pembelajaran dalam mata pelajaran

olahraga. Langkah-langkah dalam metode survey ini meliputi, pengumpulan data,

penyusunan data, menganalisa dan menginterpretasi data sehingga diperoleh suatu

kesimpulan yang berdasarkan pada data-data yang telah diperoleh.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sesuai dengan judul pada penelitian ini maka Populasi penelitian yang

sesuai adalah guru olahraga dari masing-masing Sekolah Menengah Pertama di

kota Solo sesuai dengan dari status sekolah (negeri dan swasta).

2. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Quota Sampling.

Teknik ini dilakukan dengan atas dasar jumlah atau jatah yang telah ditentukan.

Karena banyaknya SMP di masing-masing kecamatan dikota solo, maka

direncanakan tiap status sekolah diambil maksimal 5 nama sekolah yang

masing—masing sekolah bertempat dikecamatan yang berbeda.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Sarana olah raga adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari segala

bentuk dan jenis peralatan serta perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan

olah raga. Prasarana olah raga adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari

tempat olah raga dalam bentuk bangunan di atasnya dan batas fisik yang statusnya

jelas dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk pelaksanaan program

kegiatan olah raga. Sarana prasarana olah raga adalah semua sarana prasarana

olah raga yang meliputi semua lapangan dan bangunan olah raga beserta

perkengkapannya untuk melaksanakan program kegiatan olah raga.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

50

Sarana prasarana oloahraga dalam penelitian ini adalah segala sumber

daya pendukung yang terdiri dari segala bentuk jenis bangunan/tanpa bangunan

yang digunakan untuk perlengkapan olah raga yang digunakan selama proses

pembelajaran berlangsung.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk dapat memperoleh data, maka diperlukan suatu cara untuk

mengumpulkan data, atau yang dikenal dengan Instrumen penelitian. Menurut

(Sugiyono, 2011:148), ―Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan

untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.Secara spesifik

fenomena ini disebut variabel penelitian.‖Jumlah instrumen yang digunakan

tergantung pada jumlah variabel yang ditelilti.Instrumen penelitian digunakan

untuk melakukan pengukuran yang bertujuan untuk menghasilkan data kuantitatif

yang tepat dan akuran, maka setiap instrumen harus memiliki skala yang jelas.

Untuk mendapatkan data penelitian, maka akan digunakan alat

pengumpul data berupa kuesioner. Kuesioner adalah instrumen yang digunakan

untuk kepentingan memperoleh data menyangkut Ketersediaan dan Penggunaan

Sarana Prasarana Pembelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama.

Studi/analisis dokumen dilakukan melalui analisis/pemeriksaan isi dari Rencana

Pelaksanaaan Pembelajaran selama tiga tahun. Untuk kepentingan analisis

dokumen, disiapkan instrumen yang berisi seperangkat kuisioner untuk

mengungkapkan ketersediaan dan kemanfaatan penggunaan Sarana prasarana

pembelajaran dan media pembelajaran dalam mata pelajaran olahraga. Ada 4

matriks dalam metode STAKE, yaitu:

1. Matriks deskripsi kategori intens (maksud/tujuan)

a. Komponen antecedents (masukkan)

Mengevaluasi sarana prasarana dan media pembelajaran yang ada,

dimana pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar harus didukung oleh

sarana prasarana dan media yang memadai.

b. Komponen transaction (proses)

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

51

Mengevaluasi penggunaan sarana dan prasarana guru olahraga

dengan peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar baik di kelas

maupun dilapangan. 7

c. Komponen outcomes (hasil)

Mengevaluasi pemanfaatan sarana dan prasarana dan media

pembelajaran yang ada pada pelajaran olahraga terhadap peserta

didik

2. Matriks deskripsi kategori observation (hasil pengamatan)

a. Komponen antecedents (masukkan)

Melakukan pengamatan terhadap keadaan sarana prasarana dan

media pembelajaran yang ada.

b. Komponen transaction (proses)

Melakukan pengamatan terhadap penggunaan sarana dan prasarana

guru olahraga dengan peserta didik dalam kegiatan belajar-

mengajar baik di kelas maupun dilapangan.

c. Komponen outcomes (hasil)

Melihat pemanfaatan sarana dan prasarana dan media pembelajaran

yang ada pada pelajaran olahraga terhadap peserta didik.

3. Matriks pertimbangan kategori standard (acuan)

a. Komponen antecedents (masukkan)

Mengacu pada sarana prasarana dan media pembelajaran, Sarana

Prasarana berupa: ruang belajar, ruang praktik, lapangan, ,alat-alat

ukuran standart untuk tiap cabang olahraga. media pembelajaran:

buku penunjang, OHP/ LCD, komputer, dan internet.

b. Komponen transaction (proses)

Standar acuan untuk proses pemanfaatan sarana dan prasarana dan

media pembelajaran olahraga adalah setiap sarana prasarana dapat

dipakai seluruhnya untuk pembelajaran yang maksimal.

c. Komponen outcomes (hasil)

Standar acuan untuk hasil pemanfaatan sarana dan prasarana dan

media pembelajaran adalah setiap sarana prasarana dapat

digunakan secara maksimal terhadap anak didik.

4. Matriks pertimbangan kategori judgement

a. Komponen antecedents (masukkan)

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

52

Pertimbangan terhadap sarana dan prasarana yang ada,

memadai/tidak memadai untuk mendukung pelaksanaan kegiatan

belajar-mengajar.

b. Komponen transaction (proses)

Pertimbangan terhadap penggunaan sarana prasarana dan media

pembelajaran oleh guru olahraga terhadap peserta didik dalam

kegiatan belajar-mengajar baik di kelas maupun dilapangan.

c. Komponen outcomes (hasil)

Pertimbangan terhadap pemanfaatan sarana dan prasarana dan

media pembelajaran yang ada pada pelajaran olahraga terhadap

peserta didik dengan mengacu pada tujuan manajemen

perlengkapan sekolah.

Namun dalam penelitian ini hanya ada 2 matriks yang akan diukur,

sesuai dengan rumusan masalah yaitu Matriks deskripsi kategori intens

(maksud/tujuan) dan Matriks pertimbangan kategori judgement

1. Instrumen Penilaian Matriks deskripsi kategori intens (maksud/tujuan)

(Instrument A)

Instrumen ini untuk mengukur ketersediaan serta kemanfaatan

Sarana prasarana pembelajaran dan media pembelajaran dalam mata

pelajaran olahraga dilihat dari Penilaian Matriks deskripsi kategori intens

yang terdiri dari:

a. Komponen antecedents (masukkan)

Mengevaluasi sarana prasarana dan media pembelajaran yang ada,

dimana pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar harus didukung oleh

sarana prasarana dan media yang memadai.

b. Komponen transaction (proses)

Mengevaluasi penggunaan sarana dan prasarana guru olahraga

dengan peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar baik di kelas

maupun dilapangan.

c. Komponen outcomes (hasil)

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

53

Mengevaluasi pemanfaatan sarana dan prasarana dan media

pembelajaran yang ada pada pelajaran olahraga terhadap peserta

didik

Untuk kepentingan validasi instrumen, dilakukan pegujian validasi

konstruk, dengan menerapkan analisis butir terhadap indikator maupun

kawasan evaluasi yang telah ditentukan.

2. Instrumen Penilaian Matriks deskripsi kategori observation (hasil

pengamatan) (Instrument B)

Instrumen ini untuk mengukur ketersediaan serta kemanfaatan

Sarana prasarana pembelajaran dan media pembelajaran dalam mata

pelajaran olahraga dilihat dari Penilaian Matriks deskripsi kategori

observation yang terdiri dari:

a. Komponen antecedents (masukkan)

Melakukan pengamatan terhadap keadaan sarana prasarana dan

media pembelajaran yang ada.

b. Komponen transaction (proses)

Melakukan pengamatan terhadap penggunaan sarana dan prasarana

guru olahraga dengan peserta didik dalam kegiatan belajar-

mengajar baik di kelas maupun dilapangan.

c. Komponen outcomes (hasil)

Melihat pemanfaatan sarana dan prasarana dan media pembelajaran

yang ada pada pelajaran olahraga terhadap peserta didik.

Instrument ini diisi oleh observer. Untuk mengisi instrument ini

akan digunakan pencocokan melalui document pembelajaran(RPP) yang

sudah dibuat oleh guru olahraga selama satu periode 2014/2015.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

54

Untuk kepentingan validasi instrumen, dilakukan pegujian validasi

konstruk, dengan menerapkan analisis butir terhadap indikator maupun

kawasan evaluasi yang telah ditentukan.

F. Uji Coba Instrumen

1. Uji Validitas

Metode analisis data yang digunakan untuk menguji validitas tiap

butir instrumen menggunakan Korelasi Product Moment Pearson (Suharsimi

Arikunto, 2000:72). Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor

masing-masing butir dengan skor total menggunakan rumus Product Moment

Pearson sebagai berikut:

N (XY)–(X)(Y)

rxy =

{N. X2 – (X)

2} {N. Y

2 – (Y)

2}

(Suharsimi Arikunto, 2002)

Dimana

rxy : Koefisien korelasi antara X danY.

X : Nilai masing-masing item.

Y : Nilai total.

XY : Jumlah perkalian antara X dan Y.

X2

: Jumlah kuadrat X.

Y2 : Jumlah kuadrat Y.

N : Jumlah subyek dari hasil penghitungan rhitung dikonsultasikan

dengan r tabel pada taraf signifikansi 5 %. Jika r hitung> r table maka

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

55

butir tersebut valid. Sebaliknya jika r hitung< r tabel, maka butir tes

tidak valid.

Selanjutnya item yang dipakai adalah item-item yang valid, item yang

tidak valid dibuang/tidak dipakai.

2. Uji Reliabilitas

Metode analisis data yang digunakan untuk menguji reliabilitas, dalam

penelitian dilakukan dengan formula belah dua. Pengujian reliabilitas

instrumen dengan panjang sama digunakan formula belah dua dari Spearman

Brown dengan rumus sebagai berikut:

N.Y1Y2 - Y1. Y2

ry1y2 =

{N. Y12 – (Y1)

2} {N. Y2

2 – (Y2)

2}

(Saifuddin Azwar, 2000:69)

Keterangan :

N : Jumlah sampel

ry1y2 : Korelasi antara Y1dan Y2

Y1 : Belahan ganjil

Y : Belahan genap

Hasil penghitungan koefisien korelasi tersebut kemudian dimasukkan

kedalam formula reliabilitas dari Spearman Brown sebagai berikut:

2 (y1y2)

r‘ =

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahBagaimanakah Penggunaan Sarana prasarana Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Olahraga Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Di ... Sebagai

56

1 + (y1y2)

Keterangan :

r‘ : Koefisien reliabilitas

ry1y2 : Koefisien korelasi antara Y1dan Y 2

Perhitungan reliabilitas dalam penelitian ini digunakan aplikasi SPSS

20.0 demi keakuratan pehitungan data.

G. Teknik Analisis Data

Data dianalisis secara kuantitatif dengan bantuan analisis statistik

deskriptif. Untuk kepentingan tersebut, masing-masing data yang diperoleh dari

analisis dokumen rencana program pembelajaran, lembar observasi alat dan media

pembelajaran. Hasil penghitungan frekuensi dan prosentase yang diperoleh dari

kedua alat pengumpul data yang digunakan, akan disajikan dalam bentuk tabel

dan kemudian dilanjutkan dengan interpretasi dalam uraian deskriptif untuk

masing-masing butir instrumen pada tiap-tiap indikator.