16
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan, maka teladan yang paling baik adalah kepemimpinan Rasulullah SAW.Sebab, dalam kurun waktu yang singkat (sekitar 23 tahun) beliau berhasil dengan gemilang merekontruksi akhlak masyarakat Mekkah dari akhlak jahiliyyah menjadi masyarakat yang berakhlak mulia. Sehingga terbentuklah pribadi yang kuat, tangguh, mandiri dan bermartabat. Beliau adalah pemimpin paripurna.Tutur katanya diikuti, perilakunya menjadi suri tauladan terbaik pada masa itu dan sampai sekarang. Era globalisasi sekarang ini, berbagai ragam budaya dengan sangat mudahnya dapat merusak dan mempengaruhi pola kehidupan masyarakat dalam berbagai segi dan tingkatannya, terutama pada kalangan anak-anak yang masih sangat rentan terhadap benturan berbagai budaya, karakter, ekonomi, dan pendidian. Maka, sangat diperlukan adanya figur yang akan di jadikan teladan bagi mereka dengan harapan mampu memberikan bimbingan yang memadai sejalan dengan ajaran Ilahi. Oleh karena itu dibutuhan kurikulum pendidikan yang berorientasi pada pembentukan akhlak atau karakter. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan merupakan upaya sektor dari orang tua atau lembaga pendidikan untuk mengenalkan anak (peserta) didik kepada Allah, Tuhan yang telah menciptakannya, agar dia bisa menggunakan seluruh potensi yang telah 1 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Utama, 2003, h. 3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2088/2/BAB I.pdf · Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan, maka teladan yang paling baik adalah kepemimpinan

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2088/2/BAB I.pdf · Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan, maka teladan yang paling baik adalah kepemimpinan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan, maka teladan yang

paling baik adalah kepemimpinan Rasulullah SAW.Sebab, dalam kurun waktu

yang singkat (sekitar 23 tahun) beliau berhasil dengan gemilang

merekontruksi akhlak masyarakat Mekkah dari akhlak jahiliyyah menjadi

masyarakat yang berakhlak mulia. Sehingga terbentuklah pribadi yang kuat,

tangguh, mandiri dan bermartabat. Beliau adalah pemimpin paripurna.Tutur

katanya diikuti, perilakunya menjadi suri tauladan terbaik pada masa itu dan

sampai sekarang.

Era globalisasi sekarang ini, berbagai ragam budaya dengan sangat

mudahnya dapat merusak dan mempengaruhi pola kehidupan masyarakat

dalam berbagai segi dan tingkatannya, terutama pada kalangan anak-anak

yang masih sangat rentan terhadap benturan berbagai budaya, karakter,

ekonomi, dan pendidian. Maka, sangat diperlukan adanya figur yang akan di

jadikan teladan bagi mereka dengan harapan mampu memberikan bimbingan

yang memadai sejalan dengan ajaran Ilahi. Oleh karena itu dibutuhan

kurikulum pendidikan yang berorientasi pada pembentukan akhlak atau

karakter.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Pendidikan merupakan upaya sektor dari orang tua atau lembaga

pendidikan untuk mengenalkan anak (peserta) didik kepada Allah, Tuhan yang

telah menciptakannya, agar dia bisa menggunakan seluruh potensi yang telah

1Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung:

Citra Utama, 2003, h. 3.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2088/2/BAB I.pdf · Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan, maka teladan yang paling baik adalah kepemimpinan

2

Allah anugerahkan, beribadah kepadanya dalam rangka mensyukuri nikmat-

Nya, dan untuk berbuat baik kepada sesama dengan selalu mengutamakan

kemuliaan akhlak. Dengan definisi seperti itu, diharapkan sejak awal

memasuki dunia pendidikan terjadi proses menyadarkan dalam diri anak atau

peserta didik, bahwa pendidikan yang dilaluinya adalah dalam rangka

beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama mahluk Allah.

Islam sangat mementingkan pendidikan anak dimulai sedini mungkin,

bahkan sebelum kelahiran (dalam kandungan). Pendidikan memegang peranan

yang sangat penting dalam menentukan pembentukan karakter, hitam putihnya

manusia, dan akhlak juga menjadi standar kualitas manusia. Baik buruknya

akhlak merupakan salah satu indikator berhasil atau tidaknya pendidikan.

Karena dengan pendidikan diharapkan dapat menciptakan manusia yang tidak

hanya cerdas saja (kognitif), tetapi juga dapat berperilaku baik (berakhlak

mulia). Hal ini dimaksudkan agar anak menjadi sehat, tangkas, cerdas dan

tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan, sehingga menjadi generasi

penerus yang memiliki akhlak baik. Oleh karena itu, memberikan pendidikan

tentang dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik, agama, bahasa, sosial

emosional, konsep diri, seni dan etika yang didasarkan nilai-nilai akhlak,

Jadi, membicarakan pendidikan harus sampai juga ke ranah yang lebih

abstrak, yaitu keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia. Karena pendidikan

tidak boleh dilepaskan dari pokok kehidupan manusia, yaitu iman dan takwa.

Bukan sekedar mengisi otak dengan ilmu pengetahuan dan teknologi saja.

Otak memang perlu gizi dan nutrisi berupa ilmu, pengetahuan, dan teknologi.

Kalau kebutuhan itu terpenuhi pada siri seseorang, maka dia bisa disebut

orang pandai (cerdas).2 Menjadi manusia yang tidak hanya mengasah

kecerdasan otak kiri saja, tetapi juga dapat menempatkan dirinya pada posisi

yang benar, dalam artian bahwa tidak hanya mengandalkan pemikirannya saja,

tetapi juga respect terhadap lingkungan dan kehidupan sehari-harinya.

2 Amka Abdul Aziz, Hati Pusat Pendidikan Karakter, Klaten: Cempaka Putih, 2012,

h. 45.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2088/2/BAB I.pdf · Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan, maka teladan yang paling baik adalah kepemimpinan

3

Kualitas moral sangat penting untuk dijaga dan dipertahankan dalam

kehidupan manusia, terutama dalam pendidikan.

Fenomena yang terjadi dalam masyarakat, ada orang tua

mempercayakan anaknya pada seorang pembantu dalam pengawasan

pendidikan. Orang tua terlalu sibuk dengan kerjanya, sehingga melihat

kenyataan yang ada dalam kehidupan sekarang, banyak kasus-kasus yang

menunjukkan bahwa moral bangsa kita ini telah menurun. Beberapa tindakan

negatif yang sudah menjadi hal yang biasa, seperti berani kepada guru,

bahkan sampai memukul hingga membunuhnya, kekerasan dalam rumah

tangga dan masih banyak lainnya terjadi di masyarakat kita.

Dari salah satu contoh kemerosotan moral tersebut ada kaitannya

dengan pendidikan kita dalam upaya untuk pembentukan karakter bagi

generasi sekarang, terutama pembentukan akhlak yang baik berangkat dari

sebuah pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan upaya yang harus

melibatkan semua pihak baik rumah tangga dan keluarga, sekolah dan

lingkungan sekolah dan masyarakat luas. Oleh karena itu, perlu menyambung

kembali hubungan dan educational networks (jejaring kerja pendidikan) yang

mulai terputus tersebut. Pembentukan dan pendidikan karakter tersebut, tidak

akan berhasil selama antar lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan

dan keharmonisan.3

Pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran

pengetahuan, tetapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika,

estetika, budi pekerti yang luhur dan lain sebagainya. Selain itu, tidak kalah

pentingnya pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat juga sangat

mempengaruhi terhadap karakter dan watak seseorang.Lingkungan

masyarakat yang luas sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman

nilai-nlai etika, estetika untuk pembentukan karakter. Menurut Qurais Shihab

(1996: 321), situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya,

mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan. Jika

3Amka Abdul Aziz, Ibid.,169.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2088/2/BAB I.pdf · Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan, maka teladan yang paling baik adalah kepemimpinan

4

sistem nilai dan pandangan mereka terbatas pada kini dan disini maka upaya

dan ambisinya terbatas pada hal yang sama.

Apabila kita cermati bersama, bahwa desain pendidikan yang mengacu

pada pembebasan, penyadaran dan kreatifitas sesungguhnya sejak masa

kemerdekaan sudah digagas oleh para pendidik kita seperti; Ki Hajar

Dewantara, K.H. Ahmad Dahlan, Hj. Rohana Kudus, Dewi Sartika, Mukti Ali

dan lain sebagainya. Ki Hajar Dewantara, misalnya, mengajarkan praktik

pendidikan yang mengusung kompetensi/ kodrat alam anak didik, bukan

dengan perintah paksaan, tetapi dengan “tuntunan” bukan “ tontonan”. Sangat

jelas cara mendidik seperti ini dikenal dengan pendidikan among yang lebih

menyentuh langsung pada tataran etika dan perilaku yang tidak terlepas

dengan karakter atau watak seseorang. K.H. Ahmad Dahlan berusaha

mengadaptasi pendidikan modern Barat sejauh untuk kemajuan umat Islam.

Sedangkan Mukti Alimendesain integrasi kurikulum dengan penambahan

berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan.Namun dunia pendidikan kita

yang masih saja berkutat dengan problem internalnya, seperti penyakit

dikotomi, profesionalitas pendidinya, sistem pendidikan yang masih lemah,

perilaku pendidiknya dan lain sebagainya.4

Kementerian Pendidikan Nasional dalam panduan pelaksanaan

pendidikan karakter memberikan acuan bahwa pendidikan karakter harus

didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.

2. Mengidentifiasi karakter secara komprehensif supaya mencakup

pemikiran, perasaan, dan perilaku.

3. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk

membangun karakter.

4. Menciptakan komunitas sekolah yang mempunyai kepedulian.

5. Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk menunjukkan

perilaku yang baik.

4 Amka Abdul Aziz, Ibid.,171.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2088/2/BAB I.pdf · Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan, maka teladan yang paling baik adalah kepemimpinan

5

6. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang

yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan

membantu untuk sukses.

7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri bagi para peserta didik.

8. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi

tanggung jawab untuk pendidikan karakter.

9. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam

membangun inisiatif pendidikan karakter.

10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam

usaha membangun karater.

11. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru

karakter dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.5

Dengan menyadari bahwa karakter adalah sesuatu yang sangat sulit

diubah, maka tidak ada pilihan lain bagi orang tua kecuali membentuk

karakter anak sejak usia dini. Jangan sampai orang tua kedahuluan oleh lain,

lingkungan misalnya. Orang tua akan menjadi pihak pertama yang kecewa jika

karakter yang dibentuk oleh orang lain itu ternyata adalah karakter yang

buruk. Sementara, mengubahnya setelah karakter terbentuk merupakan sebuah

pekerjaan yang tidak ringan. Butuh terapi panjang, konsistensi, biaya, waktu,

pikiran, serta energi yang sangat banyak.6

Runtuhnya kerajaan Romawi di Barat pada abad ke lima masehi

mengakibatkan merosotnya keadaan hidup pada umumnya yang tergambar

pada era berkuasanya suku-suku Jermanic dan Barbar di dalam imperium

tersebut. Namun pada waktu keadaan Barat seperti ini di Timur sebaliknya,

yaitu menjadi momentumkebangkitan Islam pada abad keenam Masehi.

Dengan Islam manusia memperoleh kembali kehormatan dan bebas dari

kebiadaban zaman jahiliyah, melangkah ke masa depan yang penuh

kepercayaan yang memberi harapan bagi kemanusiaan suatu peradaban yang

cemerlang.

5 Samani, Karakter Pendidikan, Surabaya: Arkola, 1997, h. 11.

6Abdullah Munir, Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak dari

Rumah,Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani, 2010, h. 10.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2088/2/BAB I.pdf · Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan, maka teladan yang paling baik adalah kepemimpinan

6

Selama lima abad (tahun 700 M- 1200 M) islam menguasai dalam

segi kekuatan, sistem, kekuasaan, dan meningkatnya tingkat hidup, sastra,

kajian ilmuyah, sains, kedokteran dan filsafat. Kalangan ilmuwan Barat

sekarang masih tetap mengakui pengaruh orang-orang Islam terhadap

peradaban Barat. Masih tetap mengakui pengaruh ahli-ahli seperti Jabir bin

Hayyan, Al-Khawarizmi, Al-Kindi, Ibn Sina, Al-Ghazali, Ibn Rusyd, Ibn Al-

Nafis, Umar Khayyan, Ibn „Arabi dan lain-lain yang memenuhi lembaran

kitab-kitab ilmiah.7

Islam mengenal lembaga pendidikan pertama semenjak detik-detik

awal turunnya wahyu kepada Rasulullah. Rumah Arqam bin Abi al-Arqam

merupakan lembaga pendidikan pertama. Guru agung yang pertama yaitu

Nabi SAW. mengumpulkan sekumpulan kecil pengikut-pengikutnya yang

percaya kepadanya secara diam-diam. Di rumah inilah beliau mengajarkan

ayat-ayat Al-Qur‟an yang diturunkan melalui malaikat Jibril, dan membentuk

karakter dan idiologinya sesuai dengan ajaran-ajaran Islam yang mulia.

Masjid, sebagai lembaga pendidikan kedua dalam Islam, yang

merupakan lembaga pendidikan pokok pada zaman Nabi SAW.dan juga pada

zaman Khulafaur al-Rasyidin. Ketika ilmu-ilmu asing memasuki masyarakat

Islam, ia juga memasuki masjid dan harus dipelajari bersama-sama dengan

ilmu agama. Lembaga pendidikan ketiga dalam Islam hanya muncul setelah

kerajaan Ustmaniyyah sudah lama memerintah, dimana masjid dijadikan

tempat untuk belajar.Tetapi ini menghendaki adanya pelajaran diberikan

sebelum mereka memasuki masjid, terutama bagi kanak-kanak. Inilah

permulaan munculnya kuttab (jam‟a katatib) sebagai lembaga ketiga dalam

pendidikan Islam, yang merupakan keharusan dalam kehidupan bermasyarakat

yang telah melalui perjalanan jauh ke arah peradaban dan tamaddun.

Sejalan dengan fungsi dan perannya, maka masjid merupakan alat

pendidikan yang dinilai paling potensial. Rasulullah dan para sahabatnya,

menjadikan masjid sebagai:

7 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 2008,

h. 4

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2088/2/BAB I.pdf · Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan, maka teladan yang paling baik adalah kepemimpinan

7

1. Tempat pengajaran dan pendidikan Islam

2. Tempat pengadilan (kehakiman).

3. Tempat markas tentara dan perawatan prajurit yang terluka.

4. Tempat kegiatan politik (Nabi pernah membenarkan pawai pasukan

tentara di lapangan di tangah-tangah masjid.

5. Tempat aktivitas kesenian, yakni tempat sahabat membacakan sajak/

deklamasi dalam membela Nabi terhadap musuh-musuhnya.

6. Tempat kegiatan sosial, yani tempat bermalam bagi para musyafir.

7. Tempat administrasi pemerintahan (semasa Abu Bakar Shidiq sebagai

khalifah).

8. Tempat penyelenggaraan sidang-sidang dua badan penasihat Khalifah.

9. Tempat musyawarah segala sesuatu mengenai masyarakat Islam

10. Tempat pengumuman dan pernyataan untuk masyarakat.8

Fungsi dan peran masjid di zaman awal-awal perkembangan Islam

ternyata begitu dominan dalam mendidik Islam dan menopang perkembangan

Islam dalam berbagai aspeknya. Semasa itu masjid difungsikan sebagai pusat

pembentukan karakter para sahabat dan peradaban Islam. Tercakup

didalamnya kegiatan dalam bidang keagamaan, pendidikan, sosial masyarakat,

kesehatan, seni, hukum, maupun bidang politik. Semua bidang kegiatan ini

sama sekali tidak dilepaskan dari nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri.

Dasar pendidikan Islam merupakan bagian dari upaya untuk

menanamkan nilai-nilai ajaran Islam dalam diri penganutnya. Sejalan dengan

itu maka rujukan yang dijadikan landasan pemikiran pendidikan Islam itu

identikdengan sumber utama ajaran Islam itu sendiri, yaitu Al-Qur‟an dan

Hadist. Selanjutnya dasar tersebut dikembangkan melalui pemahaman para

ulama dalam bentuk qiyas syar‟i, ijma yang diakui, ijtihad dan tafsir yang

benar, yang terkemas dalam pemikiran yang menyeluruh dan terpadu.

Kemasan yang dimaksud mencakup pemikiran tentang jagat raya, manusia,

masyarakat dan bangsa, pengetahuan kemanusiaan dan akhlak dengan

8 Jalaludin, Ibid., h. 209.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2088/2/BAB I.pdf · Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan, maka teladan yang paling baik adalah kepemimpinan

8

merujuk kepada dua sumber asal (Al-Qur‟an dan Hadist) sebagai sumber

utama.9

Dikemukakan oleh H.M. Arifin, bahwa tujuan pendidikan Islam

mengandung tiga dimensi nilai, yaitu: Nilai dimensi pertama adalah

mendorong manusia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia ini sebagai

bekal kehidupan di akherat. Sedangkan nilai dimensi kedua adalah menuntut

manusia agar tidak terbelenggu oleh rantai kekayaan duniawi atau materi,

yang berpotensi bagi terkikisnya nilai-nilai aqidah. Sementara nilai dimensi

ketiga adalah merupakan perpaduan keserasian dan keseimbangan antara

keduanya (dunia dan akherat).10 Keterpaduan ini akan berfungsi sebagai daya

tangkal terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari berbagai gejolak dalam

berbagai bidang kehidupan manusia, baik yang bersifat spiritual, sosial-

kultural, ekonomi, idiologi, maupun kepribadian. Dengan demikian, segala

bentuk aktivitas kehidupan dunia dapat bernilai akhirat, selama didalamnya

terdapat muatan pengabdian kepada Allah.

Hal yang paling ditunggu oleh umat dalam penantian panjangnya

dalam masalah kepemimpinan adalah lahirnya pemimpin yang menjadi uswah

(teladan) dalam kehidupan mereka. Pemimpin yang tidak hanya cerdas secara

inteletual, pandai beretorika. Masyarakat sudah terlalu jenuh dengan sederetan

pemimpin dan calon pemimpin yang hanya pintar mengumbar janji. Namun

yang ditunggu oleh masyarakat adalah pemimpin teladan yaitu pemimpin yang

mampu menyandingkan antara kata dan perbuatan seperti yang telah

dicontohkan oleh Rasulullah saw, para sahabat dan para pemimpin pengikut

setia beliau.

Allah Berfirman :

9 Jalaludin, Pendidikan Islam-Pendekatan Sistem dan Proses,Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2016, h. 141. 10

Jalaludin, ibid., h. 143

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2088/2/BAB I.pdf · Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan, maka teladan yang paling baik adalah kepemimpinan

9

Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi

orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang

dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya

dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat

bagi kaum yang beriman. (QS. Yusuf: 111).11

Melihat problematika diatas, Penulis tertarik untuk meneliti secara

mendalam STUDY PEMIKIRAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN

KARAKTER DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM

MUHAMMAD AL FATIH KARYA ALI MUHAMMAD ASH SHALABI

ALIH BAHASA OLEH ACHMAD ZAENI DACHLAN. Namun tidak

melupakan keteladanan kehidupan yang utama pada diri Rasulullah SAW

beserta para sahabat, tabi‟in, salafus sholeh dengan harapan bisa diterapkan

dalam kehidupan individual dan sosial, dalam kehidupan keluarga dan

masyarakat.

B. Alasan Pemilihan Judul

Keteladanan merupakan perilaku pimpinan yang mencontohkan hal-

hal yang baik dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, maupun

kredibilitasnya dan integritas pribadinya sebagai pimpinan yang berusaha

mewujudkan visi dan lingkungan yang cukup baik sehingga memungkinkan

tercapainya potensi bawaan yang baik, sedangkan yang kurang baik akan

menghambatnya.

11

Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, Jakarta: PT Khazanah Mimbar,

2011, h. 248.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2088/2/BAB I.pdf · Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan, maka teladan yang paling baik adalah kepemimpinan

10

Maka sebagai penulis pertimbangan mengangkat judul STUDY

PEMIKIRAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DAN

RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM MUHAMMAD AL

FATIH KARYA ALI MUHAMMAD ASH SHALABI ALIH BAHASA

OLEH ACHMAD ZAENI DACHLAN adalah :

1. Dalam diri Muhammad Al Fatih memiliki sifat karakter pantang

menyerah, pemberani, cerdas, adil, berilmu dan lain-lain.

2. Muhammad Al Fatih penuh dengan sarat inspirasi yang layak diteladani

dan dicontoh oleh generasi Islam sekarang.

C. Telaah Pustaka

Kajian pustaka sangat berguna bagi pembahasan skripsi ini.Untuk

mengkaji skripsi ini, peneliti melakukan kajian pustaka terhadap peneliti-

peneliti sebelumnya. Diantaranya adalah sebagai berikut :

Penelitian Neneng Siti Fatimah Nurul Aini, Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta 2012, yang berjudul “ Pendidikan Karakter dalam

pemikiran Azyumardi Azra “. Hasil penelititannya menyebutkan bahwa (1)

pendidikan karakter menurut Azyumardi Azra adalah proses suatu bangsa

dalam mempersiapkan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan

untuk memenuhi tujuan hidup secara efetif dan efisien berdasarkan sumber-

sumber islam, dan (2) implikasi pendidikan karakter Azyumardi Azra

menyebutkan bahwa dalam Pendidikan Agama Islam adalah kecerdasan

sosial.

Penelitian Bayu Cahyo Rahtomo, Universitas Islam Nergeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta, 2014 yang berjudul “Nilai Pendidikan Karakter dalam

Novel Amelia Karya Tere Liye dan Relevansinya bagi Anak Usia Madrasah

Ibtidaiyah (MI)”. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan adanya

beberapa nilai pendidikan karakter antara lain nilai religius, jujur, toleransi,

disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, cinta tanah

air, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial,

dan tanggung jawab. Sedangkan relevansi nilai pendidikan karakternya

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2088/2/BAB I.pdf · Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan, maka teladan yang paling baik adalah kepemimpinan

11

cocokdigunakan guru sebagai bahan referensi tambahan yang relevan dalam

menunjang pengajaran dan penanaman nilai pendidikan karakater untuk anak

usia Madrasah Ibtidaiyah.

Penelitian oleh Agus Firmansyah, Universitas Islam Nergeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta, 2011 yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Islami Dalam Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy”,

Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan dan menganalisis pesan-pesan agama

yang ada dalam sebuah karya sastra novel Bumi Cinta yaitu nilai-nilai

pendidikan karakter islami dan relevansinya terhadap pendidikan nasional.

Hasil penelitian menunjukkan : 1) ada pesan pendidikan karakter islami dalam

novel Bumi Cinta yaitu pertama, karakter kepada Allah yang meliputi cinta

kepada Allah, berdoa, taubat,tawakkal, syukur, dan shalat. 2) karakter

terhadap diri sendiri yang meliputi tanggungjawab, disiplin, jujur, hormat,

santun, percaya diri, kreatif, kerjakeras dan pantang menyerah. 3) Karakter

terhadap sesama masyarakat yang meliputi kasih sayang, peduli, menjenguk

orang sakit, dan kerjasama. 4) karakter terhadap lingkungan yang meliputi

memakmurkan masjid dan mengajarkan ilmu agama kepada anak-anak. Ada

relevansi yang sangat erat antara nilai-nilai pendidikan karakter islami dengan

pendidikan nasional. Keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu menciptakan

insan kamil yang cerdas, berakhlak mulia dan mempunyai kepribadian yang

mandiri.

Berdasarkan telaah dari peneliti, pada skripsi ini penulis memfokusan

pada nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam kepemimpinan

Muhammad Al Fatih, yang kemudian diimplementasikan dengan pendidikan

islam di Indonesia. Penulis mencari data-data kemudian dikaji secara

mendalam yang bertujuan untuk mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan

karakter dalam kepemimpinan Muhammad Al Fatih terhadap Pendidikan

Agama Islam.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2088/2/BAB I.pdf · Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan, maka teladan yang paling baik adalah kepemimpinan

12

D. Fokus Penelitian

1. Mengeksplorasi Pemikiran Nilai – nilai Pendidikan Karakter Muhammad

Al Fatih.

2. Mengelaborasi RelevansinyaTerhadap Pendidikan Islam dalam buku

Muhammad Al Fatih.

E. Penegasan Istilah

Untuk mempermudah pemahaman terhadap judul skripsi di atas, maka

penulis menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang terkandung dalam judul

tersebut, di antaranya sebagai berikut :

1. Nilai

Nilai dapat diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik,

bermanfaat dan paling benar menurut keyainan seseorang atau sekelompok

orang. Nilai kualitas suatu yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan,

dihargai, berguna dan membuat seseorang menjadi bermartabat.12

2. Pendidikan

Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai

terutama yang meliputi kualitas kecerdasan, nilai ilmiah, nilai moral dan

nilai agama yang semuanya terangkum dalam tujuan pendidikan yakni

membina kepribadian ideal.13

3. Karakter

Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.14 Individu yang

berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap

mempertanggung jawabkan dari keputusan tersebut. Diharapkan oleh

peneliti adalah sesuatu hal yang terdapat dalam proses pembelajaran, yang

akhirnya melahirkan sebuah kepribadian yang melekat.

12

Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012,

h. 56. 13

Jalaluddin dan Abdullah, Filsafat Pendidikan… h. 114.. 14

Agus Zaenal Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah,

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012, h. 20.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2088/2/BAB I.pdf · Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan, maka teladan yang paling baik adalah kepemimpinan

13

4. Pendidikan islam

Pendidikan islam merupakan bagian dari upaya untuk menanamkan

nilai-nilai ajaran islam dalam diri penganutnya, yang dapat memadukan

antara kepentingan duniawi dan ukhrawi, mengenal sang Pencipta dan cara

beribadah kepadanya-Nya. Sejalan dengan itu sumber utama ajaran islam

adalah Al-Quran dan Hadist, qiyas syar‟i, ijma yang diakui, ijtihad dan

tafsir yang benar.15

F. Tujuan Penelitian

1. Memperluas dan menemukan bagaimana pemikiran nilai-nilai pendidikan

karakter Muhammad Al Fatih.

2. Untuk mengetahui bagaimana relevansinya terhadap pendidikan islam.

G. Manfaat Penelitian

1. Dapat memberi sumbangan informasi nilai pendidikan karakter dalam

buku Muhammad Al Fatih tentang usaha seorang pemimpin dalam

memberikan semangat keteladanan.

2. Memberikan masukan dalam peningkatan kualitas pendidikan saat ini

sebagai upaya pertumbuhan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

H. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis Skripsi ini adalah jenis penelitian kualitatif dan bersifat

Library Research, yakni jenis penelitian yang dilakukan di ruang

perpustakaan untuk menghimpun dan menganalisa data yang bersumber

dari perpustakaan baik berupa buku-buku, majalah, dokumen, jurnal, dan

materi perpustakaan lainnya, yang dapat dijadikan sumber rujukan untuk

penelitian. Bila telah diperoleh kepustakaan yang relevan, maka segera

untuk disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam penelitian.

15

Jalaludin, Pendidikan Islam-Pendidikan Sistem dan Proses, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2016, h. 141-143.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2088/2/BAB I.pdf · Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan, maka teladan yang paling baik adalah kepemimpinan

14

Adapun pendekatan yang dipakai adalah pendekatan historis

(sejarah) yang fokus fenomena, peristiwa atau perkembangan yang terjadi

pada masa lampau, yang bertujuan untuk mendiskripsikan dan dan

merekontruksi fenomena masa lampau secara objetif, sistematis dan

rasional dengan mengumpulkan bukti-bukti secara factual untuk

mendapatkan simpulan yang kuat, meningkatkan pemahaman, dan

memperkaya wawasan. Pendekatan historis ini memfokuskan pada

biografi yang berhubungan dengan catatan kehidupan Muhammad Al

Fatih sebagai subjek penelitian.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah dari

berbagai sumber yang relevan dengan pembahasan skripsi. Adapun

sumber data terdiri dari dua macam, yaitu:

a. Data Primer, merupakan sumber utama dari penelitian ini, yaitu Buku

yang berjudul Muhammad Al Fatih karya Ali Muhammad Ash

Shalabi.

b. Data Sekunder, yaitu berbagai literatur yang relevan dengan objek

penelitian, yaitu buku Muhammad Al Fatih penakluk konstantinopel

karya syaikh Ramzi Al-Munyami, buku ilmu pendidikan Islam karya

Prof. H.M. Arifin, buku sejarah pendidikan Islam karya Prof. DR. H.

Ramayulis, buku pendidikan Islam karya Prof. Dr. H. Jalaluddin,

artikel di surat kabar, majalah, tabloid, website, multiply, dan lain-lain.

3. Metode Pengumpulan Data

Untuk mempermudah pengumpulan data dalam penelitian ini,

maka penulis menggunakan metode pengumpulan data, yaitu metode

dokumentasi dan desriptif. Dokumentasi digunakan dalam rangka untuk

mengumpulkan data yang terkait dengan penelitian ini, dengan cara

mengumpulkan data sebanyak-banyaknya baik berupa buku-buku, artikel,

surat kabar, tabloid, majalah, website, multiply, dan lain-lain yang

berhubungan dengan objek penelitian. Sedangan metode deskriptif yaitu

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2088/2/BAB I.pdf · Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan, maka teladan yang paling baik adalah kepemimpinan

15

suatu yang diupayakan untuk mengamati permasalahan secara sistematis

akurat mengenai fakta sifat objek tertentu.

4. Metode Analisis Data

Sistem analisis data adalah proses mencari dan menyususn secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori.

Menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.16

Penulis menggunakan metode analisis data sebagai berikut:

a. Koherensi intern yang berguna untuk memahami pemikiran tokoh.

Selain itu perlu ditetapkan pemikirannya dan topik yang paling

mendasar.

b. Historigraaf (penulisan sejarah) yaitu proses penyusunan fakta-fakta

sejarah dari berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentu

penulisan sejarah.17

c. Conclusion (kesimpulan)

Dengan adanya tahap kesimpulan dan verifikasi dapat

digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan sejak

awal. Atau tidak menjawab tetapi menjadi penemuan baru yang tidak

sesuai dengan rumusan masalah yang telah ada sejak awal.

I. Sistematika Penyusunan Skripsi

Sistematika penyusunan skripsi ini terbagi kedalam tiga bagian, yaitu:

1. Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman surat pernyataan, halaman

surat persetujuan skripsi, halaman pengesahan, halaman motto, halaman

persembahan, halaman abstrak, halaman kata pengantar, halaman daftar

isi, halaman daftar tabel dan halaman daftar lampiran.

16

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidian : Pendekatan ….h. 244. 17

Zainal Arifin , Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, Bandung: Remaja

ROsdakarya, 2014, h. 41.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.unwahas.ac.id/2088/2/BAB I.pdf · Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan, maka teladan yang paling baik adalah kepemimpinan

16

2. Bagian kedua merupakan isi dari skripsi yang terdiri dari lima bab, yaitu:

Bab I merupakan pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan

masalah, tujuan, telaah pustaka, dan metode penelitian. Bab II merupakan

pembahasan pertama, pada bab ini akan dibahas landasan teori pendidikan

karakter yang berisikan konstruksi, tujuan, dan dasar-dasar pendidikan

karakter. Pada bab III yang merupakan pembahasan kedua, akan dijelaskan

metode dalam menanamkan nilai-nilai karakter, dan nilai-nilai karakter

dalam buku Muhammad Al Fatih. Pada bab IV adalah hasil penelitian

serta pembahasan alasan muncul diperlukannya pendidikan karakter,

analisis nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad Al Fatih

dan relevansinya dalam pendidikan agama islam. Pada bab V yaitu

penutup, berisi tentang kesimpulan, saran dan kata penutup.

3. Bagian akhir pada skripsi ini akan terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-

lampiran yang terkait dengan penelitian serta riwayat hidup penulis.