73
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola merupakan olahraga yang sudah ada pada jaman dulu, olahraga ini sangat populer dan sangat digemari oleh berbagai kalangan manusia dimuka bumi ini, mulai dari kalangan anak-anak sampai kalangan orang dewasa. Menurut Sudjarwo, iwan, at. al, (2016:1) berpendapat bahwa “Sepakbola ialah olahraga beregu yang di dasari atas teknik, pengolahan bola, dan pengertian setiap pemain terhadap permainan”. Oleh karena itu pemain sepakbola harus memliki fatktor-faktor itu semua untuk menunjang performa pemain dalam bermain sepakbola. Ada beberapa komponen kebugaran jasmani meliputi berbagai sistem tubuh, mulai sistem otot (muskuler), sistem saraf (nervorum). Sistem tulang (skelet), sistem pernapasan (respirasi), sistem jantung (cardio) dan sistem ginjal (ekresi), serta semua sistem ini harus kerjasama secara holistik. Sejalan dengan sistem di atas ada beberapa komponen-komponen kondisi fisik yang mendukung pencapaian gerak dalam permainan sepakbola meliputi : kekuatan (strength), daya tahan (endurance), daya ledak otot (muscular power), kecepatan (speed), kelentukan (flexibility), keseimbangan (balnce), kordinasi (coordination), kelincahan (agility), ketepatan (acuracy), reaksi (reaction). Sebagai pemain sepakbola para pemain harus memiliki semua komponen kondisi fisik tersebut, karena semua komponen kondisi fisik sangat menunjang terhadap performa terbaik seorang pemain sepakbola.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sepakbola merupakan olahraga yang sudah ada pada jaman dulu, olahraga

ini sangat populer dan sangat digemari oleh berbagai kalangan manusia dimuka

bumi ini, mulai dari kalangan anak-anak sampai kalangan orang dewasa.

Menurut Sudjarwo, iwan, at. al, (2016:1) berpendapat bahwa “Sepakbola

ialah olahraga beregu yang di dasari atas teknik, pengolahan bola, dan pengertian

setiap pemain terhadap permainan”. Oleh karena itu pemain sepakbola harus

memliki fatktor-faktor itu semua untuk menunjang performa pemain dalam

bermain sepakbola.

Ada beberapa komponen kebugaran jasmani meliputi berbagai sistem

tubuh, mulai sistem otot (muskuler), sistem saraf (nervorum). Sistem tulang

(skelet), sistem pernapasan (respirasi), sistem jantung (cardio) dan sistem ginjal

(ekresi), serta semua sistem ini harus kerjasama secara holistik. Sejalan dengan

sistem di atas ada beberapa komponen-komponen kondisi fisik yang mendukung

pencapaian gerak dalam permainan sepakbola meliputi : kekuatan (strength), daya

tahan (endurance), daya ledak otot (muscular power), kecepatan (speed),

kelentukan (flexibility), keseimbangan (balnce), kordinasi (coordination),

kelincahan (agility), ketepatan (acuracy), reaksi (reaction). Sebagai pemain

sepakbola para pemain harus memiliki semua komponen kondisi fisik tersebut,

karena semua komponen kondisi fisik sangat menunjang terhadap performa

terbaik seorang pemain sepakbola.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Dari beberapa komponen kondisi fisik tersebut yang mendukung dalam

permainan sepakbola, komponen yang paling vital harus dikuasai oleh seorang

pemain sepakbola salah satunya adalah kelincahan, karena untuk melakukan

serangan dengan melewati lawan atau bertahan agar tidak mudah dilewati lawan

dalam bermain sepak bola, pemain harus memiliki kelincahan yang baik.

Mengenai kelincahan, menurut Harsono (2018:50) berpendapat bahwa

kelincahan adalah “Kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan

cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan

kesadaran akan posisi tubuhnya”. Seseorang dikatakan memiliki kelincahan yang

baik maka orang tersebut harus memiliki kemampuan mengubah arah dan posisi

tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan

keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya. Oleh karena itu, kelincahan

yang sudah dimiliki pemain sepakbola harus selalu ditingkatkan dan

dipertahankan.

Bentuk-bentuk latihan untuk meningkatkan kelincahan banyak ragamnya

seperti lari bolak-balik, lari belak-belok, halang rintang, bumerang dan bentuk-

bentuk latihan lainnya yang mengharuskan orang tersebut melakukan gerakan

mengubah arah dengan cepat dan tepat tanpa kehilangan keseimbangan dan

kesadaran akan posisi tubuh. Adapun bentuk-bentuk latihan kelincahan menurut

Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst,

boomerang run, lari rintangan (obstacle run), dot drill, three corner drill, down-

the-line drill”. Oleh karena itu bentuk latihan untuk meningkatkan kelincahan

banyak ragamnya, seorang pelatih harus bisa memilih dan menentukan bentuk

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

latihan yang sesuai dengan karakteristik permainan cabang olahraganya, dalam

upaya meningkatkan kelincahan atlet binaannya.

Dari beberapa bentuk latihan kelincahan tersebut masih banyak latihan-

latihan lainnya untuk meningkatkan kelincahan khususnya pada permainan

sepakbola, salah satunya adalah mirror drill. Menurut Canadian Universities

Football Coaches Association Toronto, Ontario, Canada (2005) berpendapat

bahwa “Mirror drills are an ‘open’ agility drills - meaning that a coach or player

signals the agility movements to the players in the drill”, yang maksudnya

“Latihan cermin adalah latihan kelincahan 'terbuka' - yang berarti bahwa pelatih

atau pemain memberi sinyal gerakan kelincahan kepada pemain dalam latihan”.

Selain meningkatkan kelincahan latihan ini juga memungkinkan atlet memiliki

pergerakan kaki yang baik, reaksi, keseimbangan dan kontrol tubuh yang baik.

Tujuan mirror drill adalah supaya dapat bergerak seefisien mungkin ke segala

arah untuk melewati lawan atau menghadang lawan.

Variasi latihan merupakan latihan yang metode-metode dan materi atau isi

latihannya tidak selalu sama di setiap pertemuannya tetapi tetap untuk satu tujuan

pengembangan yaitu fisik, teknik, taktik dan mental, yang tujuannya agar pada

saat latihan tidak jenuh atau bosan dan malah tertarik pada latihan yang dibuat

karena bervariasinya latihan tersebut. Variasi latihan menurut Harsono (2015 : 11)

“untuk mencegah kebosanan berlatih, pelatih harus kreatif dan pandai menerapkan

variasi-variasi dalam latihan, misalnya bentuk permainan dengan bola, berenang,

berlatih di pegunungan, lari lintas alam, dsb”.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Sejalan dari paparan yang telah dikemukakan tersebut, peneliti tertarik

ingin mengujicoba mirror drill untuk meningkatkan kelincahan pemain sepakbola

Unsil United. Maka peneliti ingin mengetahui keefektifan mirror drill untuk

meningkatkan kelincahan dalam permainan sepakbola.

Dalam penelitian ini peneliti memilih pemain sepakbola Unsil United

karena pemain sepakbola Unsil United sudah menguasai teknik dan taktik

bermain sepakbola. Namun demikian dalam pertandingan-pertandingan para

pemain sepakbola tida cukup hanya memiliki dan menguasai teknik dan taktik

permainan saja, tetapi kondisi fisik sebagai pendukung teknik dan taktik harus

dimiliki.

Berdasarkan pengamatan peneliti dan wawancara secara non-formal

kepada pelatih sepakbola Unsil United. Kelincahan para pemain sepakbola Unsil

United masih kurang. Selama pertandingan berlangsung masih kurang

kemampuan tubuh untuk mengubah arah secara cepat dan kehilangan

keseimbangannya. Yang mengakibatkan pemain susah untuk melewati lawan dan

mudah untuk dilewati lawan. Oleh karena itu peneliti ingin meningkatkan

komponen kondisi fisik yaitu kelincahan para pemain sepakbola Unsil United.

Hasil penelitian ini peneliti laporkan dalam bentuk karya ilmiah dengan

judul “Pengaruh Mirror Drill Terhadap Kelincahan (Eksperimen Pada Pemain

Sepakbola Unsil United Tahun 2019)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka peneliti

mencoba merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

1. Apakah mirror drill berpengaruh terhadap peningkatan kelincahan pada

pemain sepakbola Unsil United tahun 2019?

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran terhadap istilah-istilah

yang digunakan dalam penelitian ini, berikut ini penulis jelaskan maksud istilah-

istilah tersebut.

1. Pengaruh, menurut menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001 : 849)

adalah “Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut

membentuk watak kepercayaan atau perbuatan seseorang”. Yang dimaksud

pengaruh dalam penelitian ini adalah peningkatan kelincahan pemain

sepakbola Unsil United, yang timbul sebagai akibat mirror drill.

2. Latihan, menurut Harsono 1988, (Harsono 2015 : 50) “Training adalah proses

yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-

ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau

pekerjaannya”. Yang dimaksud latihan dalam penelitian ini adalah latihan

untuk meningkatkan kelincahan pemain sepakbola Unsil United.

3. Variasi latihan adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dengan

berbagai macam jenis latihan untuk menghilangkan kejenuhan yang

dikarenakan volume latihan yang banyak. Variasi latihan yang dimaksud

adalah variasi mirror drill.

4. Mirror drill menurut Canadian Universities Football Coaches Association

Toronto, Ontario, Canada (2005) “Mirror drills are an ‘open’ agility drills -

meaning that a coach or player signals the agility movements to the players

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

in the drill”, yang maksudnya “Latihan cermin adalah latihan kelincahan

'terbuka' - yang berarti bahwa pelatih atau pemain memberi sinyal gerakan

kelincahan kepada pemain dalam latihan”.

5. Kelincahan menurut Harsono (2018:50) “Kelincahan adalah kemampuan

untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu

sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi

tubuhnya”. Kelincahan yang dimaksud adalah kelincahan dalam permainan

sepakbola.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan oleh peneliti, maka

penelitian ini bermaksud sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh mirror drill terhadap peningkatan kelincahan

pada pemain sepakbola Unsil United tahun 2019.

E. Manfaat Penelitian

Setiap melakukan kegiatan tentunya diharapkan bermanfaat untuk diri

pribadi sendiri maupun orang lain. Begitu pula dalam melakukan penelitian ini,

peneliti berharap hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang terkait

dalam meningkatkan prestasi khususnya dalam cabang olahraga sepakbola, baik

secara teoretis maupun secara praktis.

Secara teoretis hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan dan

informasi yang bermanfaat bagi peningkatan kelincahan dan memperkarya

khasanah ilmu keolahragaan serta dapat mendukung dan mempertahankan teori

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

yang ada, khususnya pada komponen kondisi fisik yaitu kelincahan dalam

permainan sepakbola.

Secara praktis hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai

petunjuk bagi para pembina, pelatih, guru pendidikan jasmani dalam usaha

memilih bentuk latihan kelincahan yang ada sehingga dapat dipertanggung

jawabkan dalam penanganan prestasi suatu cabang olahraga untuk meningkatkan

komponen konsisi fisik yaitu kelincahan

.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Kajian Teori

1. Pengertian Latihan

Latihan sangat berperan dalam menentukan pencapaian prestasi seseorang.

Bahkan yang berbakat sekalipun tanpa adanya latihan yang teratur dan terarah

prestasi optimal yang diharapkan akan sulit diraih. Sebaliknya seseorang yang

kurang berbakat dalam cabang olahraga tertentu dengan melakukan latihan yang

teratur dan terarah tidak mustahil akan meraih prestasi yang maksimal.

Mengenai pengertian latihan menurut Harsono 1988, (2015 : 50) “Proses

yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang

dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau

pekerjaannya”.menurut Noer, dkk, (Kusnadi, Nanang dan Rd. Herdi Hartadji,

2014:2-3) “Latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja

yang dilakukan dengan berulang-ulang secara kontinyu dengan kian hari kian

menambah jumlah beban latihan untuk mencapai tujuan”.

Latihan yang sistematis adalah program latihan direncanakan secara

matang, dilaksanakan sesuai jadwal menurut pola yang telah ditetapkan, dan

dievaluasi sesuai dengan alat yang benar. Penyajian materi harus dilakukan dari

materi yang paling mudah ke arah materi yang paling sukar, dari materi yang

sederhana mengarah kepada materi yang paling kompleks. Latihan harus

dilakukan secara berulang-ulang, maksudnya latihan harus dilakukan minimal tiga

kali dalam seminggu. Dengan pengulangan ini diharapkan gerakan yang pada saat

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

latihan dirasakan sukar dilakukan. Penambahan beban latihan harus dilakukan

secara periodik, sesuai dengan prinsip-prinsip latihan, dan tidak harus dilakukan

pada setiap kali latihan, namun menambah beban harus segera dilakukan ketika

atlet merasakan bahwa latihan yang dirasakan terasa ringan.

Dari paparan tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa latihan adalah

kegiatan yang dilakukan dalam suatu proses latihan, pelaksanaannya harus

sistematis, dilakukan secara berulang-ulang dan beban kegiatannya kian hari kian

bertambah. Agar latihan mencapai hasil prestasi yang maksimal, maka program

latihan yang disusun hendaknya mempertimbangkan kemampuan dasar individu,

dengan menerapkan prinsip-prinsip latihan.

2. Tujuan Latihan

Setiap program latihan yang disusun seorang pelatih bertujuan untuk

membantu meningkatkan keterampilan dan prestasi atlet semaksimal mungkin.

Tujuan latihan menurut Harsono, (2015 : 39) menjelaskan bahwa ”Membantu

atlet dalam meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin”.

Oleh karena itu, prestasi maksimal didapat dari suatu latihan yang disusun,

diprogram dan dilaksanakan dengan baik dan benar pada saat melakukan latihan.

Untuk mencapai prestasi yang maksimal dalam latihan, menurut Harsono,

(2015:39) “Ada empat aspek yang perlu dilatih untuk mencapai prestasi yang

semaksimal mungkin yaitu : (a) fisik, (b) teknik, (c) taktik, (d) mental”. Sehingga

dapat dipastikan bahwa untuk mencapai prestasi yang maksimal harus diberikan

latihan empat aspek tersebut, yaitu fisik, teknik, taktik dan mental. Keempat

macam aspek latihan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh sehingga harus

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

ditingkatkan secara bersama-sama untuk menunjang prestasi maksimal atlet.

Dalam setiap kali melakukan latihan, baik atlet maupun pelatih harus

memperhatikan prinsip-prinsip latihan. Dengan mempertimbangkan prinsip

tersebut diharapkan latihan yang dilakukan dapat meningkat dengan cepat, dan

tidak berakibat buruk baik pada fisik, teknik, taktik maupun mental.

a) Latihan Fisik (physical training)

Latihan ditujukan untuk perkembangan fisik secara menyeluruh, karena

olahraga sangat membutuhkan kondisi fisik yang prima. Tujuan latihan fisik

menurut Harsono, (2015:40) “Untuk meningkatkan potensi faaliah dan

mengembangkan kemampuan biomotorik ke tingkat yang setinggi-tingginya agar

prestasi yang paling tinggi juga bisa dicapai”. Menurut Badriah, (Kusnadi,

Nanang dan Rd. Herdi Hartadji, 2014:3) “Latihan fisik adalah suatu kegiatan fisik

menurut dan aturan tertentu yang dilakukan secara sistematis dalam waktu yang

relatif lama serta bebannya meningkat secara progresif”.

Dapat disimpulkan latihan fisik merupakan suatu kegiatan fisik yang

dilakukan secara sistematis dalam waktu yang relatif lama serta bebannya

meningkat secara progresif yang bertujuan untuk meningkatkan potensi faaliah

dan mengembangkan kemampuan biomotorik agar prestasi yang maksilmal bisa

tercapai.

b) Latihan Teknik (technical training)

Latihan untuk mempermahir teknik-teknik gerakan yang diperlukan pada

saat bertanding, baik teknik yang telah ada maupun mempelajari teknik-teknik

yang baru. Latihan teknik menurut Harsono, (2015:41) “Latihan untuk

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

mempermahir teknik-teknik gerakan yang diperlukan agar atlet terampil

melakukan cabang olahraga yang digelutinya. Menurut Badriah, (Kusnadi,

Nanang dan Rd. Herdi Hartadji, 2014:4) “Teknik merupakan gambaran

kemampuan atau keterampilan melakukan gerakan-gerakan suatu cabang olahraga

dari mulai gerakan dasar sampai gerakan yang kompleks dan sulit, termasuk gerak

tipu yang menjadi ciri cabang olahraga tersebut.

Dapat disimpulkan latihan teknik merupakan gambaran keterampilan

gerakan-gerakan suatu cabang olahraga dari mulai gerakan dasar sampai gerakan

yang kompleks dan sulit. Latihan teknik bertujuan untuk mempermahir teknik-

teknik gerakan yang diperlukan agar atlet terampil melakukan latihan gerakan

cabang olahraga yang digelutinya.

c) Latihan Taktik (tactical training)

Latihan untuk menumbuh kembangkan interprestasi atau daya tafsir

pemain. Teknik-teknik gerakan dengan baik haruslah dituangkan dan diorganisir

dalam pola-pola permainan, bentu-bentuk dan formasi-formasi permainan serta

strategi dan teknik pertahanan dan penyerangan sehingga berkembang menjadi

satu kesatuan gerak yang sempurna. Menurut Noer, dkk, (Kusnadi, Nanang dan

Rd. Herdi Hartadji, 2014:5) “Taktik dalam olahraga dapat diartikan sebagai suatu

siasat yang digunakan untuk memperoleh kemenangan secara sportif dengan

menggunakan kemampuan teknik individu, fisik, dan mental”. Tujuan latihan

taktik menurut Harsono, (2015:46) “Untuk menumbuhkan perkembangan

interpretive atau daya tafsir pada atlet.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Dapat disimpulkan latihan taktik merupakan strategi yang digunakan

dalam suatu pertandingan dengan menggunakan kemampuan teknik, fisik dan

mental individu. Latihan taktik bertujuan untuk menumbuhkan perkembangan

daya tafsir atlet.

d) Latihan Mental (psycological training)

Latihan untuk mempertinggi efisiensi mental pemain, terutama bila siswa

berada dalam posisi dan situasi stress yang kompleks. Tanpa memiliki mental

yang bagus dapat dipastikan akan sulit mengatasi kondisi tersebut. Menurut

Harsono, (2015:49) “Adalah latihan-latihan yang menekankan pada

perkembangan kedewasaan (maturitas) atlet serta perkembangan emosional dan

imfulsif; misalnya semangat bertanding, sikap pantang menyerah, keseimbangan

emosi, meskipun dalam keadaan stress, sportivitas, percaya diri, kejujuran dan

sebagainya”. Menurut Komarudin, (2013:5) latihan keterampilan mental adalah

“Suatu program latihan yang disusun dan dirancang secara sistematis agar atlet

dapat menguasai dan mempraktikkan keterampilan-keterampilan mental yang

berguna untuk meningkatkan performa dalam olahraga”.

Dapat disimpulkan bahwa latihan mental merupakan latihan yang

menekankan pada kedewasaan atlet serta perkembangan dan infulsif dengan

latihan yang disusun dan dirancang secara sistematis agar atlet dapat menguasai

dan mempraktikkan keterampilan-keterampilan mental yang berguna untuk

meningkatkan performa dalam olahraga. Latihan mental bertujuan untuk

bersemangat saat bertanding, sikap pantang menyerah, keseimbangan emosi,

meskipun dalam keadaan stress, sportivitas, percaya diri, kejujuran dan sebaginya.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

3. Prinsip Latihan

Prestasi yang maksimal dalam olahraga dapat dicapai apabila didukung

oleh beberapa faktor, antara lain faktor fisik, teknik, taktik, dan mental. Faktor-

faktor tersebut dapat ditingkatkan melalui proses latihan. Dalam hal ini atlet

maupun pelatih harus menerapkan prinsip-prinsip latihan, supaya tidak ada

kesalahan dalam pencapaian prestasi atlet yang dibinanya. Kekurangan dalam

penggunaan prinsip latihan, mengakibatkan tidak tercapainya prestasi yang

optimal.

Prinsip-prinsip latihan yang akan dijelaskan di sini hanya prinsip-prinsip

latihan yang sesuai dengan prinsip yang diterapkan dalam penelitian ini. Prinsip

tersebut adalah prinsip beban berlebih, prinsip individualisasi, prinsip intensitas

latihan dan pulih asal.

a) Prinsip Beban Lebih (over load)

Prinsip beban berlebih pada dasarnya menekankan beban kerja yang

dijalani harus melebihi kemampuan yang dimiliki seseorang, karena itu latihan

harus mencapai ambang rangsang. Hal itu bertujuan supaya system fisiologis

dapat menyesuaikan dengan tuntutan fungsi yang dibutuhkan untuk meningkatkan

kemampuan. Menurut Harsono, (2015:51) prinsip overload ini adalah “Prinsip

latihan yang paling mendasar akan tetapi paling penting, oleh karena tanpa

penerapan prinsip ini dalam latihan, tidak mungkin prestasi atlet akan meningkat.

Prinsip ini bisa berlaku dalam melatih aspek fisik, teknik, taktik dan mental”.

Menurut Tangkudung, (Kusnadi, Nanang dan Rd. Herdi Hartadji, 2014:7)

mengemukakan bahwa ”Hanya melalui proses overload/pembebanan yang selalu

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

meningkat secara bertahap yang akan menghasilkan overkempensi dalam

kemampuan biologis, dan keadaan itu merupakan prasyarat untuk peningkatan

prestasi”. Beban bertambah dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya

dengan meningkatkan intensitas (indikator denyut nadi), frekuensi, repetisi, dan

tingkat kesulitan gerakan (teknik). Untuk memperoleh hasil yang diinginkan,

maka dosis latihan harus di atas ambang rangsang kepekaan atlet. Jika dalam

penerapan suatu beban latihan harus “cukup berat” tapi atlet masih mampu

melaksanakannya.

Penerapan prinsip ini dicontohkan dengan sistem tangga (the step type

approach) yang dapat dilihat pada halaman berikutnya.

Gambar 2.1 prinsip over load dengan sistem tangga

Sumber Bompa 1994 (Harsono, 2015:54)

Keterangan gambar :

a) Setiap garis vertikal menunjukkan perubahan (penambahan) beban latihan

dan garis horizontal adalah tahap adaptasi (penyesuaian) terhadap beban yang

baru.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

b) Pada tahap 4, 8 dan 12 beban diturunkan, maksudnya untuk memberikan

kesempatan kepada organisme tubuh melakukan regenerasi (agar atlet dapat

mengumpulkan tenaga untuk persiapan beban latihan yang lebih berat

ditahap-tahap berikutnya).

Dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan latihan secara periodik dan

sistematis, secara faali tubuh atlet akan mampu beradaptasi menerima beban

latihan yang diberikan sehingga beban latihan akan dapat ditingkatkan

semaksimal mungkin dengan beban latihan yang lebih berat, serta mampu

menghadapi tekanan-tekanan yang ditimbulkan oleh latihan berat tersebut. Dalam

hal ini seorang atlet dapat menerima beban secara fisik maupun psikis. Penerapan

beban latihan dapat diberikan dengan berbagai cara seperti dengan meningkatkan

frekuensi latihan, lama latihan, jumlah latihan, macam latihan, ulangan dalam satu

bentuk latihan.

Peningkatan beban latihan kepada sampel setelah mereka berlatih kurang

lebih tiga sampai empat pertemuan dengan indikator atlet sudah dalam ambang

rangsang untuk menambah beban latihan, dengan cara menambah repetisi latihan.

b) Prinsip Individualisasi

Salah satu faktor yang yang turut menentukan pencapaian prestasi yang

maksimal adalah faktor atlet (individu) itu sendiri. Di dalam latihan, pelatih harus

selalu memberikan latihan yang didasarkan atas dasar kemampuan individu,

karena setiap individu terdiri atas jiwa dan raga sehingga berbeda-beda dalam segi

fisik, mental, watak dan tingkat kemampuan. Perbedaan-perbedaan itu perlu

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

diperhatikan oleh pelatih agar pemberian dosis dan metode latihan dapat serasi

untuk mencapai olahraga yang maksimal.

Menurut Harsono (2015:64) menjelaskan bahwa “Prinsip individualisasi

yang merupakan salah satu syarat penting dalam latihan kontemporer, harus

diterapkan kepada setiap atlet, sekalipun mereka mempunyai tingkat prestasi yang

sama. Seluruh konsep latihan harus disusun sesuai dengan kekhasan individu agar

tujuan latihan sejauh mungkin dapat tercapai”.

Setiap orang/atlet mempunyai karakteristik yang berbeda, baik secara fisik

maupun secara fisikis dan sangat dipengaruhi oleh aspek genetik. Pelatih harus

mempertimbangkan faktor usia kronologis dan usia biologis (kematangan fisik)

atlet, pengalaman dalam olahraga, tingkat keterampilan (skill), kapasitas usaha

dan prestasi, status kesehatan, kapasitas beban latihan (training load) dan

pemulihan, tipe antropometrik dan system syaraf, dan perbedaan seksual

(terutama pada saat pubertas. Menurut Harsono, (2015:64) “Menjelaskan faktor-

faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, kedewasaan, latar belakang

pendidikan, lamanya berlatih, tingkat kebugaran jasmani, ciri-ciri psikologis,

semua harus dipertimbangkan dalam mendesain program latihan bagi atlet”.

Prinsip individual yang diterapkan dalam penelitian ini dengan

memperhatikan faktor-faktor seperti keterampilan individu, umur, jenis kelamin,

lamanya berlatih, tingkat kebugaran jasmani dan sebagainya. Karena itu program

latihan dirancang dan dilaksanakan secara individual dan secara kelompok yang

homogen, agar prestasi yang maksimal dapat tercapai dalam suatu latihan.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

c) Prinsip Intensitas Latihan

Perubahan fisiologi dan psikologi yang positif hanyalah mungkin apabila

atlet berlatih melalui suatu program latihan yang intensif, yaitu latihan yang

secara progresif menambah program kerja, jumlah ulangan gerakan (repetisi),

serta kadar intensitas dari repetisi tersebut. Menurut Harsono, (2015:68)

berpendapat bahwa “Intensitas latihan juga mengacu kepada jumlah kerja yang

dilakukan dalam suatu unit tertentu. Makin banyak kerja yang dilakukan dalam

suatu unit waktu tertentu, makin tinggi intensitas latihannya”. Jika banyak kerja

yang dilakukan dalam suatu unit tertentu pada saat latihan kelincahan, maka

semakin tinggi intensitas latihannya. Berat ringan intensitas suatu latihan dapat

diukur dengan tipe atau sifat latihan tersebut. Untuk latihan-latihan yang

mengandung unsur kecepatan, intensitas melakukan gerakan diukur dalam satuan-

satuan jarak per detik atau per menit. Karena latihan beban dalam penelitian ini

untuk meningkatkan kelincahan, maka saat latihan pemain harus melakukan

gerakan tersebut dengan lincah.

Peningkatan intensitas latihan dalam penelitian ini dilakukan apabila

kualitas kelincahan sudah bagus dan atlet sudah mampu melakukan gerakan

latihan kelincahan dengan waktu yang diberikan, maka intensitas latihannya harus

dinaikan, agar kualitas kelincahan semakin meningkat.

d) Pulih Asal

Badriah, Dewi Laelatul (2010) yang sudah dikutif Kusnadi, Nanang dan

Herdi Hartadji (2014:23) mengatakan bahwa “Pulih asal secara biofisiologis

bertujuan untuk membentuk cadangan dan meresintesis sampah metabolisme

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

(asam laktat dari darah dan otot) menjadi sumber energi baru untuk aktifitas fisik

lainnya”. Karena setiap latihan fisik membutuhkan pasokan energi melebihi

kebutuhan normal fisiologis tubuh bahkan sampai menguras cadangan energi otot

sangat memerlukan waktu untuk pulih asal baik secara bio-fisiologis maupun

mental.

Menurut Kusnadi, Nanang dan Herdi Hartadji (2014:23) mengatakan

bahwa:

Bentuk kegitan selama pulih asal dapat dilakukan dengan cara istirahat

aktif maupun pasif. Istirahat aktif misalnya dengan cara melakukan

peregangan dinamis, jalan dan jogging yang ditunjukan untuk memulihkan

cadangan ATP – PC utamanya digunakan untuk olahraga yang dominan

anaerobik, sedangkan istirahat pasif dilakukan dengan cara tidur dengan

sikap anatomis atau telentang yang ditujukan untuk memulihkan cadangan

glikogen otot utamanya digunakan untuk olahraga yang dominan aerobik.

Bernafas yang baik dilakukan dengan cara bernafas lambat tapi dalam dan

barnafas cepat tetapi dalam, yang sudah dikemukakan oleh Badriah, Dewi

Laelatul (2010) yang sudah dikutif oleh Kusnadi, Nanang dan Herdi Hartadji

(2014:23) :

Waktu istirahat lakukanlah cara bernafas lambat tetapi dalam dan bernafas

cepat tetapi dalam, cara bernafas yang demikian bisa mengakibatkan

pengembangan rangka dada dan elstisitas paru-paru, sehingga karbon

dioksida akan keluar saat ekspirasi dengan dalam, keuntungan lain dari

bernafas demikian otot-otot pernafasan tidak akan mengalami kelelahan

yang berarti.

Penerapan prinsip pulih asal dalam penelitian ini yaitu pada saat recoveri

dengan istirahat aktif dengan cara mengatur nafas dengan lambat tetapi dalam

ataupun cepat tetapi dalam agar tidak mengalami kelelahan yang berarti dan

kembali dalam keadaan siap untuk menerima bebab latihan selanjutnya.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Berdasarkan pendapat Badriah, Dewi Laelatul dan Kusnadi, Nanang serta

Herdi Hartadji bahwa dalam latihan olahraga apapun juga untuk meningkatkan

kemampuannya maka semua yang melakukan latihan termasuk pemain Unsil

United harus menerapkan prinsip-prinsip latihan yang tepat.

4. Variasi Latihan

Untuk mencegah kebosanan pada saat latihan, pelatih harus kreatif dan

pandai mencari dan menerapkan variasi-variasi dalam latihan dengan cara

mengganti atau menambah bentuk latihan atau suasana latihan. Hal ini sejalan

dengan yang dikemukakan oleh Tangkudung (Kusnadi, Nanang dan Herdi

Hartadji 2014:18) bahwa “Seorang pelatih harus kreatif dalam menyajikan

program latihannya, pelatih harus pandai mencari dan menerapkan variasi latihan,

misalnya dengan menggunakan alat bantu lain yang berbeda dan lain sebagainya”.

Misalnya latihan untuk meningkatkan kelincahan yang dilakukan peneliti

dalam hal ini melalui mirror drill. Variasi dalam mirror drill ini harus relevan

dengan tujuan latihan yang dilakukan untuk meningkatkan komponen kondisi

fisik yaitu kelincahan.Variasi latihan harus benar-benar dikemas secara baik oleh

pelatih agar pemain tetap bersemangat dalam menjalankan program latihannya

sehingga tidak terjadi kejenuhan/kebosanan (boredom) atau basi (staleness).

Jelas sekali bahwa seorang pelatih bukan hanya dituntut menguasai

tentang ilmu kepelatihan saja sebagai sarana penunjang utama dalam melatih,

tetapi juga harus bisa menguasai keilmuan psikologis dan kreatif dalam

membuat/menyajikan variasi dalam latihan sehingga atlet yang dibinanya tidak

mengalami kejenuhan.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Dengan demikian diharapkan faktor kebosanan pada saat latihan dapat

dihindari dan tujuan latihan untuk meningkatkan kelincahan bisa tercapai. Variasi-

variasi latihan yang dikreasi dan diterapkan secara cerdik akan dapat menjaga

terpeliharanya fisik maupun mental atlet.

5. Konsep Kelincahan

Menurut Bompa (Harsono, 2018 : 49) kelincahan adalah “Produk dari

kombinasi yang kompleks dari kecepatan, koordinasi, kelentukan, dan power

sebagaimana didemonstrasikan di olahraga senam, gulat, sepakbola, voli, tinju,

loncat indah, tenis, bulutangkis, dan figure skating”. Sejalan dengan paparan

tersebut, menurut Harsono (2018:50) “Kelincahan adalah kemampuan untuk

mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang

bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya”.

Dengan memiliki kelincahan ada banyak manfaat yang bisa dipetik diantaranya

memudahkan kita mengkoordinasikan gerakan-gerakan berganda secara simultan

seperti melakukan pukulan, tendangan dan menggiring bola sambil mengubah

arah secara bersamaan. Kemudian juga memudahkan kita untuk menguasai

teknik-teknik tinggi dalam suatu cabang olahraga khususnya olahraga sepakbola.

Karena seperti yang kita ketahui biasanya teknik-teknik tingkat atas dalam suatu

cabang olahraga menggunakan atau menggabungkan beberapa gerakan sulit

sehingga jika memiliki kelincahan kita dapat lebih mudah menguasainya. Selain

itu gerakan-gerakan kita menjadi lebih efektif, efisien dan ekonomis sehingga

energy tidak terbuang percuma. Dan terakhir dapat memudahkan orientasi kita

terhadap lawan dan lingkungan.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Dapat disimpulkan bahwa kelincahan merupakan kemampuan bergerak

kesegala arah. Orang yang memiliki kelincahan yang tinggi memungkinkan orang

itu dapat bergerak ke segala arah dengan mudah dan dapat menguasai teknik-

teknik dengan cepat. Oleh karena itu, kelincahan yang sudah dimiliki pemain

sepak bola harus selalu ditingkatkan dan dipertahankan. Mengingat pentingnya

kelincahan dalam cabang olahraga sepakbola, maka kelincahan perlu ditingkatkan

melalui latihan yang sistematis.

Layaknya komponen kebugaran jasmani yang lain seperti daya tahan otot,

kekuatan, kelentukan dan lain sebagainya, agar dapat bergerak lincah seseorang

juga memerlukan latihan. Dalam melakukan latihan kelincahan ini biasanya

disesuaikan dengan tujuan latihan. Ada yang bertujuan untuk melatih kelincahan

secara umum seperti yang diperlukan pada cabang olahraga pada umumnya serta

dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, ada juga yang tujuannya untuk melatih

kelincahan secara khusus untuk cabang olahraga tertentu seperti sepakbola,

akrobatik, softball dan kelincahan lainya. Sedangkan tujuan latihan daalam

penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kelincahan pemain sepakbola Unsil

United tahun 2019.

Bentuk-bentuk latihan untuk mengembangkan kelincahan mengharuskan

orang untuk bergerak dengan cepat dan mengubah arah dengan tangkas. Selain

dari itu, atlet juga tidak boleh kehilangan keseimbangan, dan kesadar akan posisi

tubuhnya.

Menurut Harsono (2018:51-53) bentuk-bentuk latihan kelincahan sebagai

berikut : “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag. Squat thrust, boomerang run,

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

lari rintangan (obstacle run), dot drill, three corner drill, down-the-line drill”.

Dari contoh bentuk-bentuk latihan untuk kelincahan tersebut, memiliki

karakteristik adanya unsur kecepatan, koordinasi, kelentukan, power, mengubahan

arah, dilakukan dengan sadar dan lain-lainnya harus diutamakan dalam bentuk-

bentuk latihan untuk meningkatkan kelincahan tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa kelincahan merupakan adanya mengubah arah

pada saat bergerak dengan cepat dan tepat dan dilakukan dengan sadar tanpa

kenhilangan keseimbangan. Layaknya komponen kebugaran jasmani yang lain

kelincahan seseorang juga memerlukan latihan, latihan kelincahan dalam

penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kelincahan pemain sepakbola. Dari sekian

banyak bentuk latihan untuk meningkatian kelincahan pelatih atau pemain harus

bisa menentukan bentuk latihan yang akan dijadikan materi untuk meningkatikan

kelincahannya.

6. Konsep Mirror Drill

Sesuai dengan konsep kelincahan yang sudah dijelaskan, maka sebuah

bentuk latihan kelincahan harus mempunyai karakteristik separti mengubah arah

dengan cepat dan tepat pada saat bergerak dan adanya unsur kecepatan,

koordinasi, kelentukan, keseimbangan dan power. Bentuk-bentuk latihan

kelincahan banyak ragamnya, seorang pelatih atau pemain harus bisa memilih

bentuk latihan yang cocok untuk digunakan sebagai latihan untuk meningkatkan

kelincahan suatu cabang olahraga.

Dari sekian banyak bentuk latihan untuk meningkatkan kelincahan, ada

yang paling efektif bahkan sudah populer dan banyak dilakukan oleh para atlet

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

maupun para pelatih yang bergelut dalam kepelatihan olahraga, dalam penelitian

ini bentuk latihan yang diambil untuk meningkatkan kelincahan pemain sepakbola

Unsil United yaitu mirror drill. Menurut Canadian Universities Football Coaches

Association Toronto, Ontario, Canada (2005) berpendapat bahwa “Mirror drills

are an ‘open’ agility drills - meaning that a coach or player signals the agility

movements to the players in the drill”, yang maksudnya “Latihan cermin adalah

latihan kelincahan 'terbuka' - yang berarti bahwa pelatih atau pemain memberi

sinyal gerakan kelincahan kepada pemain dalam latihan”. Dari penjelasan

tersebut, mirror drill merupakan latihan kelincahan yang mempunyai karakteristik

seperti mengubah arah dengan cepat dan tepat, adanya unsur kecepatan,

koordinasi, kelentukan, dan power. Hal tersebut merupakan syarat dalam suatu

bentuk latihan untuk meningkatkan kelincahan.

Adapun pelaksanaan mirror drill menurut Smith, Chip (2007) “This is a

partner drill. The lineman’s partner will line up facing him. The lineman will

mimic the same movement that his partner makes, staying in front of him”, yang

artinya “Ini adalah latihan pasangan. pengikut akan berbaris menghadap

pemimpinnya. Pengikut akan meniru gerakan yang sama yang dibuat oleh

pasangannya yang ada di depan”.

Sejalan dengan paparan dalam pelaksanaan mirror drill, peneliti dapat

mengemukakan bahwa untuk pelaksanaan mirror drill yaitu dua orang atau lebih

berdiri saling berhadapan, kemudian satu orang tersebut harus menjadi pemimpin

dan orang yang satunya lagi harus menjadi pengikut atau cerminnya. Oleh karena

itu jika orang yang sebagai pemimpin bergerak ke arah samping kanan atau

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

samping kiri maka orang yang berperan sebagai pengikut atau cerminnya harus

bisa mengikuti gerakan yang dilakukan orang yang menjadi pemimpin. Tugas

seorang yang menjadi pemimpin harus bisa membuat pengikutnya atau cerminnya

tidak bisa mengikuti gerakannya, dan tugas pengikut atau cerminnya harus bisa

mengikuti gerakan yang dilakukan orang yang menjadi pemimpin. Setelah selasai,

diikuti dengan pembalikan peran antara pemimpin dan pengikut atau cerminnya.

Jarak antara kedua cone 5-10 m.

Gambar 2.2 mirror drill

Sumber www.spotplan.net

Dari paparan tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa mirror drill

adalah suatu macam bentuk latihan untuk meningkatkan kelincahan yang

dilakukan dengan bergerak di area cone yang sudah disediakan dengan mengikuti

pergerakan teman atau intruksi pelatih. Bentuk latihan ini sesuai dengan gerakan-

gerarakan yang ada pada saat bermain sepakbola. Seperti gerakan untuk melewati

lawan pada saat menggiring bola, dan pada saat membayangi lawan agar tidak

bisa dilewati lawan. Adapun kelebihan dan kekurangan dari bentuk latihan mirror

drill sebagai berikut:

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

a. Kelebihan

1) Selain meningkatkan kelincahan latihan mirror drill juga dapat

meningkatkan keseimbangan, kordinasi kaki, respon, konsentrasi.

2) Memudahkan atlet untuk mengaplikasikan gerakan kelincahan karena

adanya teman sebagai lawan dan gerakan yang dilakukan pada bentuk

latihan mirror drill.

3) Gerakan pada mirror drill sangat cocok untuk olahraga yang

mengharuskan melewati lawan dan bertahan agar tidak dilewati lawan.

4) Gerakan pada mirror drill akan membiasakan atlet berhadapan dengan

lawan.

5) Adanya unsur kompetisi yang harus saling mengalahkan.

6) Latihan tidak mudah jenuh karena dilakukan dengan teman.

b. Kekurangan

1) Pada saat melakukan gerakan mirror drill kecepatan antara pemimpin

dan pengikut akan berbeda.

2) Masih sedikitnya variasi gerakan pada mirror drill.

7. Bentuk Variasi Mirror Drill

Variasi latihan dibuat agar pada saat latihan para pemain tidak merasa

bosan dengan bentuk latihan yang diberikan. Sebagai pelatih yang cerdas pelatih

harus bisa membuat program atau bentuk latihan yang beragam. Begitu juga

bentuk variasi dalam penelitian ini. Beberapa bentuk variasi mirror drill sebagai

berikut:

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

a. Dua orang yang akan melakukan yaitu 1A dengan 1B. Dimana 1B harus

mengikuti gerakan yang dilakukan 1A.

Gambar 2.3 mirror drill

Sumber www.spotplan.net

Keterangan :

1A = Orang/pemimpin

1B = Cermin/bayangan

b. 4 orang yang akan melakukan yaitu 1A dan 2A dengan 1B dan 2B. Dimana

1B harus mengikuti gerakan yang dilakukan oleh 1A, dan 2B harus mengikuti

gerakan yang dilakukan 2A.

Gambar 2.4 mirror drill

Sumber www.spotplan.net

1 B

1 A

2 B

2 A

1 B

1 A

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Keterangan :

1A dan 2A = Orang/pemimpin 1B dan 2B = Cermin/bayangan

c. 4 orang yang akan melakukan yaitu 1A dan 2A dengan 1B dan 2B. Dimana

1B harus mengikuti gerakan yang dilakukan oleh 2A, dan 2B harus mengikuti

gerakan yang dilakukan 1A.

Gambar 2.5 mirror drill

Sumber www.spotplan.net

Keterangan :

1A dan 2B = Orang/pemimpin 1B dan 2B = Cermin/bayangan

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini dilakukan oleh Rudi Supriadi alumni Program Studi

Pendidikan Jasmani FKIP Universitas Siliwangi. Rudi Supriadi meneliti tentang

pengaruh latihan shadow dengan three corner drill terhadap peningkatan agilitas

pada siswa SMPN 1 Mangunreja Kabupaten Tasikmalaya tahun ajaran 2004/2005.

Jenis penelitian yang peneliti lakukan ini sama dengan penelitian tersebut,

yaitu penelitian eksperimen. Namun tujuannya berbeda, tujuan yang peneliti

lakukan adalah mengungkap pengaruh mirror drill untuk meningkatkan

2 B

b

1 A

2 A

1 B

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

kelincahan pada pemain sepakbola Unsil United tahun 2019. Dengan demikian

penelitian yang peneliti lakukan ini relevan dengan penelitian Rudi Supriadi.

C. Anggapan Dasar

Kelincahan merupakan komponen kondisi fisik yang sangat penting dalam

permainan sepakbola. Komponen kondisi fisik ini harus dimiliki oleh pemainan

sepakbola untuk melewati lawan dan menghadang lawan agar tidak bisa dilewati.

Mengingat pentingnya kelincahan dalam permainan sepakbola, maka kelincahan

perlu ditingkatkan melalui latihan yang tertuang dalam program latihan. Untuk

meningkatkan kelincahan dalam permainan sepakbola, bentuk latihan yang

diberikan peneliti yaitu mirror drill. Mirror drill ini merupakan latihan untuk

meningkatkan kelincahan, pada pelaksanaannya latihan ini mempunyai

karakteristik mengubah arah dengan cepat dan tepat, adanya unsur kecepatan,

koordinasi, kelentukan, dan power. Karakteristik tersebut terdapat pada bentuk

latihan untuk meningkatkan kelincahan.

D. Hipotesis

Menurut Arikunto, Suharsimi (2013:110) “Hipotesis dapat diartikan

sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,

sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hypo adalah di bawah, thesa adalah

sebuah kebenaran”.

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti merumuskan

atau mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Mirror drill berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kelincahan

pada pemain sepakbola Unsil United tahun 2019.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2016:3) metode penelitian adalah “Cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Untuk membuktikan

hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini. Metode yang Peneliti lakukan

yaitu metode eksperimen dengan mengujicobakan berupa mirror drill terhadap

peningkatan kelincahan. Hasil percobaan latihan tersebut diharapkan dapat

menentukan kedudukan perhubungan antara variabel bebas dengan variabel

terikat yang peneliti teliti.

Oleh karena itu, karakter penelitian yang penulis lakukan ini sesuai dengan

pendapat Arikunto, Suharsimi (2013:9) “Penelitian ekperimen adalah suatu cara

untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kasual) antara dua faktor yang

sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeleminasi atau mengurangi atau

menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu”. Hal ini yang akan menegaskan

bagaimanakah kedudukan perhubungan kausal antara variabel-variabel yang

diselidiki.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian menurut Sugiyono (2016:60) “Adalah segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulanya”.

Arikunto, Suharsimi (2014:162) menjelaskan bahwa “Variabel yang

mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independent

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

variabel (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas variabel

tergantung, variabel terikat atau idevendent variabel (Y)” dalam penelitian ini

1. Variabel bebas (X) : Mirror drill.

2. Variabel terikat (Y) : Kelincahan pemain sepakbola.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Arikunto, Suharsimi (2013:173) menjelaskan mengenai populasi sebagai

berikut “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Berdasarkan kutipan di

atas, populasi merupakan data penelitian yang di ambil dari suatu objek. Populasi

bukan hanya orang, tetapi objek benda-benda alam yang lain dan meliputi seluruh

sifat yang dimiliki subjek atau objek tertentu.

Populasi dalam penelitian ini adalah pemain sepakbola Unsil United tahun

2019 sebanyak 30 orang. Langkah selanjutnya adalah menentukan sampel yang

akan dipergunakan dalam penelitian ini.

2. Sampel

Sampel menurut Arikunto, Suharsimi (2013:174) menjelaskan “Sebagaian

atau wakil populasi yang diteliti”. Selanjutnya sample yang diambil merupakan

bagian dari populasi tersebut.

Pada pelaksanaanya, peneliti mengunakan teknik sampling jenuh yaitu

menentukan semua populasi untuk dijadikan sample penelitian, dengan kriteria

sample harus dengan keadaan sehat jasmani serta rohaninya. Sampel yang

mengikuti penelitian sebanyak 30 orang menggunakan sampel jenuh atau total

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

sampel, dengan 15 orang sebagai kelompok kontrol dan 15 orang sebagai

kelompok eksperimen.

D. Disain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini penulis gambarkan

pada diagram dibawah ini, menurut Sugiyono (2016:108) mengatakan “Terdapat

beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan dalam penelitian

eksperimen, yaitu: pre-Experimental Design, True Experimental Design, dan

Quasi Experimental Design”.

Desain penelitian ini menggunakan model Quasi Experimental Design,

bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari True Experimental

Design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi

tidak dapat berpungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang

mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. dengan desain model kedua yaitu

Nonequivalent Control Group Design, desain ini hampir sama dengan pretest-

postest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen

maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random yang dapat divisualisasikan

pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.1 desain penelitian

Sumber (sugiono 2016:116)

Keterangan :

O1 dan O3 = nilai pretest (sebelum diberikan program latihan)

O1 X O2

O3 O4

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

O2 = nilai posttest (setelah diberi program latihan)

O4 = nilai postteset ( tidak diberi program latihan)

X = treatment yang diberikan “mirror drill terhadap peningkatan kelincahan”.

E. Langkah-langkah Penelitian

1. Menentukan populasi

2. Memilih dan menetapkan sampel

3. Mengadakan tes awal

4. Melaksanakan proses latihan

5. Melakukan tes akhir

6. Memeriksa data yang telah diperoleh

7. Mengolah data

8. Melakukan pengujian hipotesis

9. Mengambil kesimpulan

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut :

1. Studi lapangan (field research) yaitu pengumpulan data dengan cara terjun

langsung ke lapangan melaksanakan uji coba atau eksperimen pelaksanaan

mirror drill terhadap kelincahan pada pemain sepakbola Unsil United tahun

2019.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

2. Teknik tes. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai

peningkatan kelincahan pemain sepakbola Unsil United. Tes yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Illinois Agility Run Test (101 evaluation test).

G. Instrumen Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, data yang diperlukan

dalam penelitian ini adalah pemain sepakbola Unsil United tahun 2019. Untuk

memperoleh data tersebut diperlukan suatu instrumen penelitian dan alat ukur

yang tepat supaya data yang diperoleh betul-betul objektif. Hal ini sejalan dengan

pendapat Nurhasan dan Abdul Narlan (2017:3) bahwa “Dengan alat ukur kita

akan memperoleh data dari suatu obyek tertentu, sehingga kita dapat

mengungkapkan tentang keadaan obyek tersebut secara obyektif”.

Instrumen tes yang digunakan untuk kelincahan yaitu Illinois Agility Run

Test. Menurut Brian Mackenzie (2005) “Tujuan dari Illinois Agility Run Test

adalah untuk memantau perkembangan kecepatan dan kelincahan atlet”.

Alat dan perlengkapan tes adalah : 1) 8 cone, 2) stop watch, 3) tempat

yang datar, 4) meteran, 5) alat-alat tulis, 6) assistant.

Cara melakukan tes ini adalah mengharuskan atlet untuk menjalankan rute

garis merah pada gambar dibawah ini secepat mungkin.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Gambar 3.2 Illinois Agility Run Test

Sumber Brian Mackenzie (2005)

H. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menguji diterima atau ditolaknya

hipotesis, dalam pengelolaan data penulis menggunakan statistika dari buku yang

ditulis oleh Narlan, Abdul (2017) dibawah ini dengan menggunakan rumus-rumus

statistika sebagai berikut.

1. Membuat distribusi frekuensi.

Menghitung skor rata-rata (mean) dari masing-masing tes, rumus yang

digunakan

n

xX

X = Nilai rata-rata yang dicari

= Sigma atau jumlah

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

n = jumlah sampel

2. Menghitung Standar deviasi atau simpangan baku dengan rumus sebagai

berikut.

1

2

n

xxS

S = simpangan baku yang dicari

n = jumlah sampel

= sigma atau jumlah

X = nilai rata-rata

3. Menghitung varians dari masing-masing tes, rumus yang digunakan adalah

sebagai berikut.

1

2

2

n

xxS

Arti tanda-tanda tersebut adalah :

2S = Nilai varians yang dicari

n = jumlah sampel

= sigma atau jumlah

4. Menguji normalitas data dari setiap tes melalui penghitungan statistik uji

Lilliefors, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Skor perolehan dikalikan dengan angka baku dengan rumus :

S

XXZ

b. Menghitung peluang untuk tiap angka baku dengan rumus :

F(Zi) = P (Z Zi)

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

c. Menghitung proporsi Zi, atau [S(Zi)] dengan rumus :

d. Menghitung selisih mutlak : │ F(Zi) - S(Zi) │

e. Ambil harga yang paling besar dari harga mutlak tersebut sebagai

lilliefors hitung (Lo).

f. Bandingkan Lo dengan Ltabel jika Lo lebih kecil atau sama dengan Ltabel,

maka data berdistribusi normal dan tolak dalam hal lainnya.

5. Menguji homogenitas data dari setiap kelompok melalui penghitungan

statistik F dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

terkecilVariansi

terbesarVariansi F

Kriteria pengujian dengan menggunakan distribusi F dengan taraf nyata

05,0 dan derajat kebebasan 1-n dk . Apabila angka hitungF lebih kecil atau

sama dengan tabelF distribusi 2121 V,VF1 F , maka data-data dari kelompok

tes itu homogen. 2121 V,VF didapat dari daftar distribusi F dengan peluang

21 , sedangkan derajat kebebasan V1 dan V2 masing-masing sesuai dengan dk

pembilang dan dk penyebut = n.

6. Menguji diterima atau ditolaknya hipotesis melalui pendekatan uji perbedaan

dua rata-rata uji dua pihak (uji t). Apabila data tersebut berdistribusi normal

dan homogen maka rumus yang digunakan adalah :

21

21

n

1

n

1

XX t

S

dengan 2nn

1)(n1)(n

21

2

22

2

11

SSS

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Arti tanda-tanda dalam rumus tersebut sebagai berikut

t = Nilai signifikansi yang dicari.

1X = Skor rata-rata dari tes awal atau variabel I.

2X = Skor rata-rata dari tes akhir atau variabel II

n = jumlah sampel

2

1S = Varians sampel tes awal atau variabel I.

2

2S = Varians dari sampel tes akhir atau variabel II

Kriteria pengujian adalah terima hipotesis (Ho) jika t (1 - ½ α) < t < t (1 -

½ α) didapat dari distribusi t dengan derajat kebebasan (dk) = n1 - n2 – 2 Tarap

nyata (α) = 0,05 dan peluang (1 - ½ α) atau tingkat kepercayaan 95%. Untuk harga

t lainnya hipotesis ditolak.

I. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama satu bulan lebih, yaitu dari bulan pebruari

2019, dengan jumlah pertemuan sebanyak 18 kali pertemuan termasuk tes awal

dan tes akhir. Pelaksanaan latihan dilakukan tiga kali dalam satu minggu. Dimulai

pukul 15.30 WIB sampai selesai. Latihan dilaksanakan di lapangan Universitas

Siliwangi. Untuk kelancaran pelaksanaan latihan, penulis membuat dan menyusun

program latihan sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data

Berikut ini peneliti kemukakan data hasil tes awal dan tes akhir kedua

kelompok dengan illinois agility run test sebelum dan sesudah pemain mengikuti

kegiatan latihan dengan mirror drill.

Tabel 4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian (dalam detik)

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

No Nama Tes

Awal

Tes

Akhir No Nama

Tes

Awal

Tes

Akhir

1 Sultan 17,88 16,68 1 Zulfikri 18,21 18,08

2 Dede Roman 18,12 16,86 2 Supriatna 18,35 18,12

3 Firman 18,19 17,02 3 Kris 17,56 17,36

4 Alfin 19,32 18,28 4 Aditia 17,86 17,49

5 Kalam 17,46 16,31 5 Amay 17,87 17,54

6 Dani 17,54 16,36 6 Alo 19,16 18,85

7 Teguh 18,32 17,11 7 Robi G 17,20 16,89

8 Lukman 18,37 17,22 8 Danur 17,44 17,30

9 Dede Ali 19,22 18,23 9 Rangga 18,62 18,43

10 Jammie 17,56 16,45 10 Robi s 18,78 18,54

11 Ale 17,84 16,52 11 Gatot 17,93 17,86

12 Yuda 19,12 17,94 12 Abdurahman 18,14 17,93

13 Dian Zola 18,42 17,31 13 Ridwan 19,04 18,78

14 Mukhlis 18,53 17,53 14 Ganda 18,43 18,15

15 Feri 18,71 17,77 15 Rifki 18,57 18,26

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan pendekatan statistik,

didapatkan nilai rata-rata (mean), standar deviasi (simpangan baku), dan varians

kedua kelompok latihan, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Standar Deviasi dan Varians

Kelompok Latihan Rata-rata Standar Deviasi Varians

Kelas Eksperimen

1. Tes Awal 18,31 0,60 0,3600

2. Tes Akhir 17,17 0,66 0,4356

Kelas Kontrol

1. Tes Awal 18,21 0,57 0,3249

2. Tes Akhir 17,97 0,57 0,3249

Setelah diketahui nilai rata-rata, standar deviasi, dan varians dari setiap

sampel, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian persyaratan

analisis.

2. Pengujian Persyaratan Analisis

a. Pengujian Normalitas Data

Setelah diketahui nilai rata-rata, standar deviasi, dan varians dari setiap

sampel, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian normalitas data

menggunakan uji Lelliefors. Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh hal

seperti dalam Tabel 4.3 dibawah ini.

Tabel 4.3 Hasil Normalitas Data

Kelompok Latihan Lo L table0,05 (dk=n) Kesimpulan

Kelas Eksperimen

1. Tes Awal 0,0986 0,220 Normal

2. Tes Akhir 0,1065 0,220 Normal

Kelas Kontrol

3. Tes Awal 0,2023 0,220 Normal

4. Tes Akhir 0,1034 0,220 Normal

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Tabel 4.3 menunjukan bahwa nilai uji Lelliefors pada taraf nyata ( ) =

0,05 baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol dalam tes Illinois agility run

menunjukan Lo lebih kecil dari L table. Hal ini berarti bahwa data dari kedua

kelompok sampel tersebut berdistribusi normal.

b. Pengujian Homogenitas Data

Agar hipotesis yang diajukan dapat diuji dengan rumus statistik uji-t, maka

data tersebut harus homogen. Pengujian homogenitas data dilakukan

menggunakan rumus homogenitas (uji F). Untuk lebih jelasnya, hasil pengujian

homogentitas data dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Homogenitas Data

Kelompok Latihan Nilai Fhitung Nilai Ftabel pada

( = 0,05) (14,14) Kesimpulan

Kelas Eksperimen

1. Tes Awal 1,21 2,48 Homogen

2. Tes Akhir

Kelas Kontrol

3. Tes Awal 1,00 2,48 Homogen

4. Tes Akhir

Berdasarkan tabel diatas, ternyata nilai-nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel.

Hal ini berati bahwa data tes awal dan tes akhir dari kelompok sampel tersebut

berasal dari distribusi yang homogen. Oleh kerena itu, untuk keperluan pengujian

hipotesis selanjutnya dapat menggunakan uji t.

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis bertujuan untuk membuktikan apakah hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Sehubungan dengan data

dalam penelitian ini berdistribusi normal dan homogen, maka rumus statistika

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

yang digunakan adalah statistika parametric. Dengan demikian, untuk keperluan

pengujian hipotesis penelitian ditempuh analisis statistik dengan menggunakan uji

kesamaan dua rata-rata uji dua pihak. Adapun langkah-langkah pengujian

hipotesis penelitian ini penulis jelaskan dalam uraian berikut ini.

a. Analisis Data Hasil Kelas Eksperimen

Untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan, maka digunakan

uji perbedaan dua rata-rata yaitu uji dua. Hasil pengujian sebagai berikut.

Tabel 4.5 Analisis Data Hasil Latihan Kelas Eksperimen

Variabel Tes Nilai thitung Nilai ttabel dengan

( = 0,975) dan dk = 28 Kesimpulan

1. Tes Awal

2. Tes Akhir 4,96 2,05 Signifikan

Berdasarkan tabel diatas, ternyata thitung adalah sebesar 4,96 lebih besar

dari ttabel yang hanya sebesar 2,05 dan berada diluar daerah penerimaan hipotesis

nol. Dengan demikian, hipotesis penelitian yang penulis ajukan diterima dan

terbukti bahwa, latihan mirror drill berpengaruh secara berarti terhadap

kelincahan pemain sepakbola Unsil United tahun 2019.

b. Analisis Data Hasil Kelas Kontrol

Untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan, maka digunakan

uji perbedaan dua rata-rata yaitu uji dua pihak. Untuk lebih jelas tentang hasil

pengujiannya maka dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 4.6 Analisis Data Hasil Latihan Kelas Kontrol

Variabel Tes Nilai thitung Nilai ttabel dengan

( = 0,975) dan dk = 28 Kesimpulan

1. Tes Awal 1,14 2,05 Tidak

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

2. Tes Akhir Signifikan

Berdasarkan tabel diatas, ternyata thitung adalah sebesar 1,14 lebih kecil dari

ttabel yang sebesar 2,05 dan berada didalam daerah penerimaan hipotesis nol.

Dengan demikian, hipotesis penelitian yang penulis ajuka ditolak dan terbukti

bahwa, latihan biasa tanpa mirror drill tidak berpengaruh secara berarti terhadap

kelincahan pemain sepakbola Unsil United tahun 2019.

4. Uji Perbedaan Peningkatan Hasil Latihan Antara Kelas Eksperimen

Dengan Kelas Kontrol

Dibawah ini penulis sajikan tabel perbedaan peningkatan latihan antara

kelas eksperimen dengan kelas kontrol, dengan maksud untuk mengetahui

perbedaan peningkatan hasil latihan di atas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel 4.7 dibawah ini.

Tabel 4.7 Uji Perbedaan Peningkatan Hasil Latihan Antara Kelas

Eksperimen Dengan Kelas Kontrol

Variabel Tes Nilai

thitung

Nilai ttabel dengan

( = 0,975) dan dk =

28

Kesimpulan

1. Kelompok A

Kelompok B 9,89 2,05 Signifikan

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

X = 1,13 X = 0,24

S = 0,33 S = 0,08

S2= 0,1089 S

2= 0,0064

n1 = 15 N2 = 15

Uji normalitas tes awal = normal Uji normalitas tes awal = normal

Uji normalitas tes akhir = normal Uji normalitas tes akhir = normal

Uji homogenitas = homogen Uji homogenitas = homogen

Uji t = signifikan Uji t = tidak signifikan

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Berdasarkan tabel diatas, ternyata thitung adalah sebesar 9,89 lebih besar dari

ttabel yang sebesar 2,05 dan berada diluar daerah penerimaan hipotesis nol. Dengan

demikian hipotesis peneliti di terima dan terdapat perbedaan pengaruh latihan

yang berarti antara latihan mirror dril dengan latihan biasa tanpa mirror drill

terhadap kelincahan. Dan terbukti kelas eksperimen lebih baik dibandingkan

dengan kelas kontrol.

A. Pembahasan

Dalam bagian ini penulis akan membahas hasil pengujian hipotesis yang

dilakukan dengan menggunakan pendekatan statistik. Pengujian hipotesis tersebut

dilakukan untuk menjawab permasalahan penelitian atau hipotesis yang penulis

ajukan. Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Mirror drill berpengaruh terhadap peningkatan kelincahan pada pemain

sepakbola Unsil United tahun 2019. Berdasarkan analisis data peningkatan

hasil kelas eksperimen, hipotesis pertama yang penulis ajukan bahwa t hitung =

4,96 lebih besar dari t tabel=2,05 berada di luar daerah penerimaan hipotesis

nol, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis kerja diterima. dengan

demikian, mirror drill mempunyai pengaruh yang berarti terhadap

peningkatan kelincahan dapat diterima dan terbukti.

2. Latihan biasa tanpa mirror drill tidak berpengaruh terhadap peningkatan

kelincahan pada pemain sepakbola Unsil United tahun 2019. Berdasarkan

analisis data peningkatan hasil kelas kontrol, hipotesis kedua yang penulis

ajukan bahwa t hitung = 1,14 lebih kecil dari t tabel=2,05 berada di dalam daerah

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

penerimaan hipotesis nol, sehingga hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis

kerja ditolak. dengan demikian, latihan biasa tanpa mirror drill tidak

mempunyai pengaruh yang berarti terhadap peningkatan kelincahan dapat

diterima dan terbukti.

3. Latihan mirror drill lebih berpengaruh secara berarti dari pada latihan biasa

tanpa mirror drill terhadap peningkatan kelincahan pada pemain sepakbola

Unsil United tahun 2019. Berdasarkan hasil pengujian perbedaan peningkatan

hasil latihan, hipotesis ketiga penulis ajukan dari hasil rata-rata antara kelas

eksperimen = 1,13 dan kelas kontrol = 0,24 dengan hasil t hitung = 9,89 lebih

besar dari t tabel=2,05. Dengan demikian mirror drill berpengaruh secara

berarti dari pada latihan biasa tanpa mirror drill terhadap peningkatan

kelincahan. Hal ini disebabkan dari perhitungan statistik yang menunjukan

bahwa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol dan mirror drill

lebih berpengaruh atau lebih signifikan dari pada latihan biasa tanpa mirror

drill. Hal ini disebabkan dari proses latihan yang sistematis, gerakan latihan

dan dari hasil latihannya, dikarnakan latihan kelas eksperimen diberi lathan

mirror drill sedangkan kelas kontrol hanya latihan biasa tanpa menggunakan

mirror drill.

Menurut penelitian yang dilakukan Rudi Supriadi meneliti tentang

“Pengaruh latihan shadow dengan three corner drill terhadap peningkatan

kelincahan diterima. Dengan demikian , latihan mirror drill mempunyai

pengaruh yang berarti terhadap peningkatan kelincahan dapat diterima dan

terbukti”. Hipotesis penelitian diterima ini disebabkan oleh adanya

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

peningkatan kelincahan yang dihasilkan dari mirror drill yang telah di uji oleh

perhitungan statistik dan terbukti bahwa latihan mirror drill meningkatkan

kelincahan.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisi data serta pengujian hipotesis,

peneliti menyimpulkan bahwa :

1. Mirror drill berpengaruh secara berarti terhadap kelincahan pemain

sepakbola Unsil United tahun 2019.

B. Saran

Berdasarkan penelitian ini, maka peneliti menyarankan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Kepada guru pendidikan jasmani, pembina olehraga maupun pelatih

sepakbola, disarankan agar variasi mirror drill digunakan dalam rangka

peningkatan kelincahan pemain sepakbola. Dalam hal ini latihan tersebut

bertujuan untuk melatih kelincahan.

2. Bagi para peneliti yang berminat pada masalah yang serupa, disarankan

mengadakan penlitian lebih lanjut dengan ruang lingkup yang lebih luas, baik

dalam jumlah sampel, jenis kelamin agar diperoleh hasil penelitian yang lebih

akurat dan empirik, sehingga mendukung terhadap penelitian ini.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.(2013) Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bompa, Tudor O And G Gregory Haff. (2009) Theory And Metodology Of

Training.

Canadian Universities Football Coaches Association Toronto, Ontario, Canada.

(2005) CIS Football Training Manual Canadian Interuniversity Sport.

Canada : By Football Canada.

Harsono. (2018) Latihan Kondisi Fisik. Bandung: PT Remaja Rosdakatya.

Kusnadi, Nanang Dan Herdi Hartadji. (2014) Ilmu Kepelatihan Dasar.

Tasikmalaya: Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan Dan

Rekreasi, Universitas Siliwangi.

Kusnadi, Nanang Dan Herdi Hartadji. (2015) Ilmu Kepelatihan lanjutan.

Tasikmalaya: Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan Dan

Rekreasi, Universitas Siliwangi.

Mackenzie, Brian. (2005) 101 Performance Evaluation Test. London.

Narlan, Abdul. (2017) Hand Out Statistika. Tasikmalaya: Program Studi

Pendidikan Jasmani, Kesehatan Dan Rekreasi, Universitas Siliwangi.

Nurhasan dan Abdul Narlan. (2017) Tes Dan Pengukuran Pendidikan Olahraga.

Tasikmalaya: Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan Dan

Rekreasi, Universitas Siliwangi.

Smith, Chip. (2007) Footbal Taining Like Teh Fros. Amerika.

Sudjarwo, Iwan et.al, (2016) Permainan Sepakbola. Tasikmalaya: Program Studi

Pendidikan Jasmani, Kesehatan, Dan Rekreasi, Universitas Siliwangi.

Sugiyono. (2017) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

LAMPIRAN 1

PROGRAM LATIHAN KELINCAHAN VARIASI MIRROR DRILL

Pertemuan Hari/Tanggal Materi Keterangan

1 Rabu/6-02-2019 Tes awal Illinois

Agility Run Test

Menentukan

kemampuan awal

sampel sebelum

diberikan latihan

variasi mirror drill

2 Senin/11-02-2019 Pemanasan

Rondo

Mirror Drill

Long Pasing

Shuting

Pendinginan

3 repetisi untuk

semua variasi mirror

drill, istirahat tiap

repetisi 30 detik.

3 Selasa/12-02-

2019

Pemanasan

Rondo

Mirror Drill

Mini Game

Shuting

Pendinginan

3 repetisi untuk

semua variasi mirror

dril, istirahat tiap

repetisi 30 detik.

4 Kamis/14-02-

2019

Pemanasan

Rondo

Mirror Drill

Game

Pendinginan

3 repetisi untuk

semua variasi mirror

dril, istirahat tiap

repetisi 30 detik.

5 Selasa/19-02-

2019

Pemanasan

Rondo

Mirror Drill

Long Pasing

3 repetisi untuk

semua variasi mirror

drill, istirahat tiap

repetisi 30 detik.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Shuting

Pendinginan

6 Rabu/20-02-2019 Pemanasan

Rondo

Mirror Drill

Long Pasing

Shuting

Pendinginan

4 repetisi untuk

semua variasi mirror

dril, istirahat tiap

repetisi 30 detik.

7 Kamis/21-02-

2019

Pemanasan

Rondo

Mirror Drill

Game

Pendinginan

4 repetisi untuk

semua variasi mirror

drill, istirahat tiap

repetisi 30 detik.

8 Senin/25-02-2019 Pemanasan

Rondo

Mirror Drill

Shuting

Pendinginan

4 repetisi untuk

semua variasi mirror

drill, istirahat tiap

repetisi 30 detik.

9 Selasa/26-02-

2019

Pemanasan

Rondo

Mirror Drill

Mini Game

Shuting

Pendinginan

4 repetisi untuk

semua variasi mirror

drill, istirahat tiap

repetisi 30 detik.

10 Rabu/27-02-2019 Pemanasan

Rondo

Mirror Drill

Long Pasing

Shuting

5 repetisi untuk

semua variasi mirror

drill, istirahat tiap

repetisi 30 detik.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Pendinginan

11 Senin/04-03-2019 Pemanasan

Rondo

Mirror Drill

Mini Game

Shuting

Pendinginan

5 repetisi untuk

semua variasi mirror

drill, istirahat tiap

repetisi 30 detik.

12 Selasa/05-03-

2019

Pemanasan

Rondo

Mirror Drill

Long Pasing

Shuting

Pendinginan

5 repetisi untuk

semua variasi mirror

dril, istirahat tiap

repetisi 30 detik.

13 Kamis/07-03-

2019

Pemanasan

Rondo

Mirror Drill

Game

Pendinginan

5 repetisi untuk

semua variasi mirror

drill, istirahat tiap

repetisi 30 detik.

14 Senin/11-03-2019 Pemanasan

Rondo

Mirror Drill

Long Pasing

Shuting

Pendinginan

4 repetisi untuk

semua variasi mirror

drill, istirahat tiap

repetisi 30 detik.

15 Selasa/12-03-

2019

Pemanasan

Rondo

Mirror Drill

Mini Game

Shuting

4 repetisi untuk

semua variasi mirror

drill, istirahat tiap

repetisi 30 detik.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Pendinginan

16 Rabu/13-03-2019 Pemanasan

Rondo

Mirror Drill

Mini Game

Shuting

Pendinginan

4 repetisi untuk

semua variasi mirror

drill, istirahat tiap

repetisi 30 detik.

17 Senin/18-03-2019 Pemanasan

Rondo

Mirror Drill

Mini Game

Shuting

Pendinginan

5 repetisi untuk

semua variasi mirror

drill, istirahat tiap

repetisi 30 detik.

18 Kamis/21-03-

2019

Tes Akhir Illinois

Agility Run Test

Menentukan

kemampuan akhir

sampel setelah

diberikan latihan

variasi mirror drill

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

LAMPIRAN 2

DATA HASIL TES AWAL, TES AKHIR, DAN PENINGKATAN HASIL

TES ILLINOIS AGILITY RUN TEST (DALAM DETIK)

Kelas Eksperimen

No Nama Sampel Tes Awal Tes Akhir Peningkatan

1 Sultan 17,88 16,68 1,20

2 Dede Roman 18,12 16,86 1,26

3 Firman 18,19 17,02 1,17

4 Alfin 19,32 18,28 1,04

5 Kalam 17,46 16,31 1,15

6 Dani 17,54 16,36 1,18

7 Teguh 18,32 17,11 1,21

8 Lukman 18,37 17,22 1,15

9 Dede Ali 19,22 18,23 0,99

10 Jammie 17,56 16,45 1,11

11 Ale 17,84 16,52 1,32

12 Yuda 19,12 17,94 1,18

13 Dian Zola 18,42 17,31 1,11

14 Mukhlis 18,53 17,53 1,00

15 Feri 18,71 17,77 0,94

Kelas Kontrol

No Nama Sampel Tes Awal Tes Akhir Peningkatan

1 Zulfikri 18,21 18,08 0,13

2 Supriatna 18,35 18,12 0,23

3 Kris 17,56 17,36 0,20

4 Aditia 17,86 17,49 0,37

5 Amay 17,87 17,54 0,33

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

6 Alo 19,16 18,85 0,31

7 Robi G 17,20 16,89 0,31

8 Danur 17,44 17,30 0,14

9 Rangga 18,62 18,43 0,19

10 Robi s 18,78 18,54 0,24

11 Gatot 17,93 17,86 0,07

12 Abdurahman 18,14 17,93 0,21

13 Ridwan 19,04 18,78 0,26

14 Ganda 18,43 18,15 0,28

15 Rifki 18,57 18,26 0,31

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

LAMPIRAN 3

PENGHITUNGAN SKOR RATA-RATA, STANDAR DEVIASI, VARIANS

DAN LILLIEFORS TES AWAL KELAS EKSPERIEN ILLINOIS AGILITY

RUN TEST.

Skor ( xx ) ( xx )2 Z O - Z F (Zi) S (Zi) F (Zi)- S (Zi)

17,46

17,54

17,56

17,84

17,88

18,12

18,19

18,32

18,37

18,42

18,53

18,71

19,12

19,22

19,32

-0,85

-0,77

-0,75

-0,47

-0,43

-0,19

-0,12

0,01

0,06

0,11

0,22

0,40

0,81

0,91

1,01

0,7225

0,5929

0,5625

0,2209

0,1849

0,0361

0,0144

0,0001

0,0036

0,0121

0,0484

0,1600

0,6561

0,8281

1,0201

-1,42

-1,28

-1,25

-0,78

-0,72

-0,32

-0,20

0,02

0,10

0,18

0,37

0,67

1,35

1,52

1,68

0,4222

0,3997

0,3944

0,2823

0,2642

0,1255

0,0783

0,0080

0,0398

0,0714

0,1443

0,2486

0,4115

0,4357

0,4535

0,0778

0,1003

0,1056

0,2177

0,2358

0,3745

0,4217

0,5080

0,5398

0,5714

0,6443

0,7486

0,9115

0,9357

0,9535

0,07

0,13

0,27

0,33

0,40

0,47

0,47

0,53

0,60

0,67

0,73

0,80

0,87

0,93

1,00

0,0078

0,0397

0,0944

0,0523

0,0942

0,0255

0,0483

0,0220

0,0602

0,0986

0,0857

0,0514

0,0415

0,0057

0,0465

274,60 5,0627

n

xX

15

60,274

31,18

1

2

n

xxS

115

0627,5

36,0

60,0 3600,02 S

Lo = 0,0986

Lt 0,95 (15) = 0,220 } Normal

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

LAMPIRAN 4

PENGHITUNGAN SKOR RATA-RATA, STANDAR DEVIASI, VARIANS

DAN LILLIEFORS TES AKHIR KELAS EKSPERIEN ILLINOIS AGILITY

RUN TEST.

Skor ( xx ) ( xx )2 Z O - Z F (Zi) S (Zi) F (Zi)- S (Zi)

16,31

16,36

16,45

16,52

16,68

16,86

17,02

17,11

17,22

17,31

17,53

17,77

17,94

18,23

18,28

-0,86

-0,81

-0,72

-0,65

-0,49

-0,31

-0,15

-0,06

0,05

0,14

0,36

0,60

0,77

1,06

1,11

0,7396

0,6561

0,5184

0,4225

0,2401

0,0961

0,0225

0,0036

0,0025

0,0196

0,1296

0,3600

0,5929

1,1236

1,2321

-1,30

-1,23

-1,09

-0,98

-0,74

-0,47

-0,23

-0,09

0,07

0,21

0,54

0,91

1,17

1,61

1,68

0,4032

0,3907

0,3621

0,3365

0,2704

0,1808

0,0910

0,0359

0,0279

0,0832

0,2054

0,3186

0,3790

0,4463

0,4535

0,0968

0,1093

0,1379

0,1635

0,2296

0,3192

0,4090

0,4641

0,5279

0,5832

0,7054

0,8186

0,8790

0,9463

0,9535

0,07

0,13

0,27

0,33

0,40

0,47

0,47

0,53

0,60

0,67

0,73

0,80

0,87

0,93

1,00

0,0268

0,0207

0,0621

0,1065

0,1004

0,0808

0,0610

0,0659

0,0721

0,0868

0,0246

0,0186

0,0090

0,0163

0,0465

257,59 6,1592

n

xX

15

59,257

17,17

1

2

n

xxS

115

1592,6

44,0

66,0 4356,02 S

Lo = 0,1065

Lt 0,95 (15) = 0,220 } Normal

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

LAMPIRAN 5

UJI HOMOGENITAS DATA DAN UJI HIPOTESIS KELAS

EKSPERIMEN

UJI HOMOGENITAS

terkecilVariansi

terbesarVariansi F

0,3600

0,4356

1,21

F0,95 (14:14) = 2,48

UJI HIPOTESIS

2nn

1)(n1)(n

21

2

22

2

11

SSS

21515

)3600,0(1)(15)4356,0(1)(15

28

0400,50984,6

28

1384,11

40,0

63,0

21

21

n

1

n

1

XX t

S

15

1

15

163,0

17,1731,18

)37,0(63,0

14,1

23,0

14,1

4,96

Kesimpulan : t hitung = 4,96

t 0,975 (28) = 2,05

} Homogen

} Signifikan

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

LAMPIRAN 6

PENGHITUNGAN SKOR RATA-RATA, STANDAR DEVIASI, VARIANS

DAN LILLIEFORS TES AWAL KELAS KONTROL ILLINOIS AGILITY

RUN TEST.

Skor ( xx ) ( xx )2 Z O - Z F (Zi) S (Zi) F (Zi)- S (Zi)

17,20

17,44

17,56

17,86

17,87

17,93

18,14

18,21

18,35

18,43

18,57

18,62

18,78

19,04

19,16

-1,01

-0,77

-0,65

-0,35

-0,34

-0,28

-0,07

0,00

0,14

0,22

0,36

0,41

0,57

0,83

0,95

1,0201

0,5929

0,4225

0,1225

0,1156

0,0784

0,0049

0,0000

0,0196

0,0484

0,1296

0,1681

0,3249

0,6889

0,9025

-3,06

-2,33

-1,97

-1,06

-1,03

-0,85

-0,21

0,00

0,42

0,67

1,09

1,24

1,73

2,52

2,88

0,4389

0,4901

0,4756

0,3554

0,3485

0,3023

0,0832

0,0000

0,1628

0,2486

0,3621

0,3925

0,4582

0,4941

0,4980

0,0611

0,0099

0,0244

0,1446

0,1515

0,1977

0,4168

0,5000

0,6628

0,7486

0,8621

0,8925

0,9582

0,9941

0,9980

0,07

0,13

0,27

0,33

0,40

0,47

0,47

0,53

0,60

0,67

0,73

0,80

0,87

0,93

1,00

0,0089

0,1201

0,1756

0,1254

0,1785

0,2023

0,0532

0,0300

0,0628

0,0786

0,1321

0,0925

0,0882

0,0641

0,0020

273,16 4,6389

n

xX

15

16,273

21,18

1

2

n

xxS

115

6389,4

33,0

57,0 3249,02 S

Lo = 0,2023

Lt 0,95 (15) = 0,220 } Normal

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

LAMPIRAN 7

PENGHITUNGAN SKOR RATA-RATA, STANDAR DEVIASI, VARIANS

DAN LILLIEFORS TES AKHIR KELAS KONTROL ILLINOIS AGILITY

RUN TEST.

Skor ( xx ) ( xx )2 Z O - Z F (Zi) S (Zi) F (Zi)- S (Zi)

16,89

17,30

17,36

17,49

17,54

17,86

17,93

18,08

18,12

18,15

18,26

18,43

18,54

18,78

18,85

-1,08

-0,67

-0,61

-0,48

-0,43

-0,11

-0,04

0,11

0,15

0,18

0,29

0,46

0,57

0,81

0,88

1,1664

0,4489

0,3721

0,2304

0,1849

0,0121

0,0016

0,0121

0,0225

0,0324

0,0841

0,2116

0,3249

0,6561

0,7744

-1,89

-1,18

-1,07

-0,84

-0,75

-0,19

-0,07

0,19

0,26

0,32

0,51

0,81

1,00

1,42

1,54

0,4706

0,3810

0,3577

0,2996

0,2734

0,0754

0,0279

0,0754

0,1026

0,1255

0,1950

0,2910

0,3413

0,4222

0,4382

0,0294

0,1190

0,1423

0,2004

0,2266

0,4246

0,4721

0,5754

0,6026

0,6255

0,6950

0,7910

0,8413

0,9222

0,9382

0,07

0,13

0,27

0,33

0,40

0,47

0,47

0,53

0,60

0,67

0,73

0,80

0,87

0,93

1,00

0,0406

0,0110

0,0577

0,0696

0,1034

0,0246

0,0021

0,0454

0,0026

0,0445

0,0350

0,0090

0,0287

0,0078

0,0618

269,58 4,5345

n

xX

15

58,269

97,17

1

2

n

xxS

115

5345,4

32,0

57,0 3249,02 S

Lo = 0,1034

Lt 0,95 (15) = 0,220 } Normal

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

LAMPIRAN 8

UJI HOMOGENITAS DATA DAN UJI HIPOTESIS KELAS KONTROL

UJI HOMOGENITAS

terkecilVariansi

terbesarVariansi F

0,3249

0,3249

1,00

F0,95 (14:14) = 2,48

UJI HIPOTESIS

2nn

1)(n1)(n

21

2

22

2

11

SSS

21515

)3249,0(1)(15)3249,0(1)(15

28

5486,45486,4

28

0972,9

32,0

57,0

21

21

n

1

n

1

XX t

S

15

1

15

157,0

97,1721,18

)37,0(57,0

24,0

21,0

24,0

1,14

Kesimpulan : t hitung = 1,14

t 0,975 (28) = 2,05

} Homogen

} Tidak Signifikan

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

LAMPIRAN 9

UJI PERBEDAAN HASIL LATIHAN

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

X = 1,13 X = 0,24

S = 0,33 S = 0,08

S2 = 0,1089 S

2 = 0,0064

n1 = 15 n2 = 15

2nn

1)(n1)(n

21

2

22

2

11

SSS

21515

)0064,0(1)(15)1089,0(1)(15

28

0896,05246,1

28

6142,1

06,0

24,0

21

21

n

1

n

1

XX t

S

15

1

15

124,0

24,013,1

)37,0(24,0

89,0

09,0

89,0

9,89

Kesimpulan : t hitung = 9,89

t 0,975 (28) = 2,05

} Signifikan

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Lampiran 10. Daftar Tabel Statistik

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang
Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang
Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang
Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang
Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Lampiran 11. SK Bimbingan

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Lampiran 12. Surat Izin Observasi

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Lampiran 13. Surat Balasan

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Lampiran 14

Foto-Foto Penelitian

Populasi Dan Sampel Penelitian

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Tes Awal Illinois Agillity Run Test

Page 71: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Latihan Kelincahan (Variasi Mirror Driil)

Page 72: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Tes Akhir Illinois Agillity Run Test

Page 73: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepositori.unsil.ac.id/403/4/bab I - V.pdf · Harsono, (2018 : 51-53) “Lari bolak-balik (shuttle run), lari zig-zag, squat thurst, boomerang

Daftar Riwayat Hidup

Penulis bernama Agy rasyad nugraha lahir di

Tasikmalaya pada tanggal 27 Januari 1997 dari pasangan

Bapak Ujang Nana dan Ibu Nanih Fadilah. Penulis beragama

Islam status penulis saat ini belum menikah. Penulis bertempat

tinggal di Kp. Rancabakir Rt. 01 Rw. 02 Kec. Parungponteng

Tasikmalaya Jawa Barat. Penulis mengawali pendidikan di Sekolah Dasar

Negeri Cibungur pada tahun 2009 Kemudian Melanjutkan pendidikan di MTs

Darul Falah Cibungur lulus pada tahun 2012 Pada tahun 2015 penulis

menyelesaikan pendidikan di SMKN 2 Kota Tasikmalaya.

Sejak tahun 2015, penulis mengikuti perkuliahan pada Program Studi

Pendidikan Jasmani Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Siliwangi Tasikmalaya. Selama menuntut ilmu di universitas siliwangi, penulis

pernah membawa UKM sepakbola universitas siliwangi menjuarai turnamen

sepakbola, salah satunya yaitu jura pertama piala menpora tingkat nasional pada

tahun 2018.