Upload
duongkiet
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2010 - 2015 merupakan
tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
2005-2025 yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2010. RPJMD 2010
- 2015 ini selanjutnya menjadi pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam
menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) dan Desa
dalam menyusun rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJM Desa) masing-
masing dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan daerah. Untuk pelaksanaan lebih
lanjut, RPJMD akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang
akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (RAPBD).
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) mengungkap hal sebagai berikut :
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran dari
visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP
Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah,
strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat
Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan
rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif.
RPJMD 2010 - 2015 disusun memuat strategi, kebijakan umum, dan kerangka
ekonomi makro yang merupakan penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Aksi serta
prioritas pembangunan daerah dari Bupati – Wakil Bupati, H.A KHOLIQ ARIF dan Hj. MAYA
ROSIDA dengan visi: “WONOSOBO YANG SEMAKIN MAJU DAN SEJAHTERA” .
Dengan demikian, RPJMD 2010 - 2015 adalah pedoman bagi Pemerintah Kabupaten
Wonosobo, Pemerintahan Desa, masyarakat, dan dunia usaha dalam melaksanakan
pembangunan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional dan tujuan
bernegara yang tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2010 - 2015, disusun berdasarkan Visi dan Misi
Bupati Wonosobo, sekaligus berfungsi sebagai dokumen perencanaan yang
mengakomodasi berbagai aspirasi masyarakat yang ada dalam lingkup wilayah Kabupaten
2
Wonosobo, serta menjawab tiga pertanyaan dasar yaitu kemana Kabupaten Wonosobo
akan diarahkan pengembangannya dan apa yang hendak dicapai dalam lima tahun
mendatang, bagaimana mencapainya dan menetapkan sasaran-sasaran pembangunan
dalam menentukan tujuan yang akan dicapai.
B. Dasar Hukum Penyusunan
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah
Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah ;
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3,Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4169);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4287);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421 ;
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia; Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438).;
9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana PembangunanJangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4700);
3
10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian
Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4663);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 03 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Kepada Daerah Kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Kepada
Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737):
16. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817) ;
18. Peraturan PresidenNomor 1 Tahun 2007 Tentang Penetapan, Pengesahan,
Dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;
19. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008tentangTahapan,Tatacara
Penyusunan Pengendalian, dan evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);
4
21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 06 Tahun 2010 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 - 2029 (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6);
22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Tengah (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 Nomor 133);
23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2008 – 2013;
24. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 1 Tahun 1996 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo (Lembaran Daerah
Kabupaten Wonosobo Tahun 1997 Nomor 6 Seri D Nomor 4);
25. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintahan Daerah Kabupaten Wonosobo (Lembaran Daerah Kabupaten
Wonosobo Tahun 2008 Nomor 7,Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Wonosobo Nomor 7); Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun
2005 – 2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2010 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 6).
C. Hubungan Antar Dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Wonosobo
Tahun 2011 – 2015 pada dasarnya merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program
Bupati – Wakil Bupati, yang penyusunannya berpedoman pada RPJPD Kabupaten
Wonosobo tahun 2005 - 2025 dengan memperhatikan RPJM Nasional tahun 2010 – 2014,
RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 – 2013. RPJMD Kabupaten Wonosobo tahun
2010 – 2015, merupakan tahapan II dari RPJP Kabupaten Wonosobo tahun 2005 - 2025
dimana merupakan tahap dinamisasi kegiatan pembangunan disemua bidang dalam
pembangunan daerah yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan kualitas
output yang berupa pelayanan publik dan produksi Daerah. Untuk itu aparatur
pemerintahan dan serta sistem prosedur serta sarana prasarana penunjang yang
dibutuhkan dalam dinamisasi pembangunan Daerah harus sudah tertata dengan baik.
Selain itu, juga memperhatikan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Wonosobo dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Rencana Tata Ruang Nasional.
Oleh karena itu, RPJMD Kabupaten Wonosobo tahun 2010 – 2015 menjadi pedoman bagi
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Wonosobo
dalam penyusunan RENSTRA SKPD tahun 2011 – 2015 dan pedoman bagi Desa se-
5
Kabupaten Wonosobo dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJM Desa) Tahun 2010 – 2015.
D. Sistematika Penulisan
Sistmatika penulisan RPJMD Kabupaten Wonosobo tahun 2010 – 2015 dijabarkan
sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Menguraikan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, landasan hukum
penyusunan RPJMD, hubungan RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya dan
sistematika penulisan RPJMD.
Bab II Gambaran Umum dan Kondisi Daerah
Bagian ini sangat penting untuk menjelaskan dan menyajikan secara logis dasar-
dasar analisis, gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan
demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Bagian ini
dijabarkan berdasarkan hasil analisis dan kajian gambaran umum kondisi daerah
pada tahap perumusan capaian hasil pembangunan daerah 2006 – 2010.
Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan serta Kerangka Pendanaan
Bab ini menyajikan gambaran hasil pengolahan data dan analisis terhadap
pengelolaan keuangan daerah sebagaimana telah dilakukan pada tahap
perumusan ke dalam sub-bab, sebagai berikut kinerja Keuangan Masa Lalu yaitu
Pelaksanaan APBD dan Neraca Daerah, Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa
Lalu yaitu Proporsi Penggunaan Anggaran dan Analisis Pembiayaan, Kerangka
Pendanaan yaitu Analisis pengeluaran periodik wajib dan mengikat serta prioritas
utama, Proyeksi Data Masa Lalu dan Penghitungan Kerangka Pendanaan
Bab IV Analisis isu – Isu Strategis
Analisis isu-isu strategis merupakan salah satu bagian terpenting dokumen RPJMD
karena menjadi dasar utama visi dan misi pembangunan jangka menengah. Oleh
karena itu, penyajian analisis ini harus dapat menjelaskan butir-butir penting isu –
isu strategis yang akan menentukan kinerja pembangunan dalam 5 (lima) tahun
mendatang. Penyajian isu-isu strategis meliputi permasalahan pembangunan
daerah dan isu strategis yang meliputi Permasalahan Pembangunan dan Isu
Strategis
Bab V Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
Menggambarkan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah kabupaten
Wonosobo tahun 2010 – 2015.
6
Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan
Dalam bagian ini diuraikan strategi yang dipilih dalam mencapai tujuan dan
sasaran serta arah kebijakan dari setiap strategi terpilih. Merupakan kebijakan
dalam mengimplementasi program Bupati dan Wakil Bupati yang merupakan
payung pada perumusan program dan kegiatan pembangunan di dalam
mewujudkan visi dan misi. Berisi tentang strategi pembangunan dan arah
kebijakan pembangunan dalam tahun 2010 – 2015.
Bab VII Kebijakan Umum dan Program Prioritas Pembangunan Daerah
Dalam bagian ini diuraikan hubungan antara kebijakan umum yang berisi arah
kebijakan pembangunan berdasarkan sasaran yang dipilih dengan target capaian
indikator kinerja, dan program prioritas pembangunan daerah beserta kegiatan
pokok yang menjadi prioritas pembangunan daerah.
Bab VIII Penetapan Indikator Kinerja Daerah
Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang
ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala
daerah pada akhir periode masa jabatan. Hal ini ditunjukan dari akumulasi
pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau
indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang
diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai.
Bab IX Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan
Dalam bagian ini dinyatakan bahwa RPJMD menjadi pedoman penyusunan RKPD
dan RAPBD tahun pertama dibawah kepemimpinan Kepala daerah dan wakil
kepala daerah terpilih hasil pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) pada
periode berikutnya. Hal ini penting untuk menjaga kesinambungan pembangunan
dan mengisi kekosongan RKPD setelah RPJMD berakhir. Pedoman transisi
dimaksud antara lain bertujuan menyelesaikan masalah – masalah pembangunan
yang belum seluruhnya tertangani sampai dengan akhir periode RPJMD dan
masalah-masalah pembangunan yang akan dihadapi dalam tahun pertama masa
pemerintahan baru.
E. Maksud dan Tujuan
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2010 –
2015 dimaksudkan untuk menjabarkan visi, misi, dan program Kepala Daerah menjadi
dokumen RPJMD digunakan sebagai arah, dasar, acuan, dan pedoman bagi
penyelenggaraan pembangunan daerah, yang akan dilaksanakan oleh segenap pemangku
7
kepentingan, baik dari unsur pemerintah maupun non pemerintah selama kurun waktu
lima tahun dan untuk menjamin agar kegiatan pembangunan daerah yang berkeadilan dan
demokratis, dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan berjalan efektif, efisien,
dan bersasaran. Sedangkan tujuan penyusunan RPJMD Kabupaten Wonosobo 2011 – 2015,
antara lain :
1. Meningkatkan koordinasi antar pelaku pembangunan;
2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar Wilayah, antar
sektor, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat,
Provinsi, Kabupaten dan Desa;
3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
dan pengawasan;
4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat,
5. Memberikan pedoman bagi penyusunan RKPD yang memuat strategi dan arah
kebijakan, program kegiatan serta prakiraan maju pendanaan, ; dan
6. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan.
8
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
A. Geografi dan Demografi
1. Geografi
Wilayah Kabupaten Wonosobo terletak pada 70.43’.13” dan 70.04’.40” garis
Lintang Selatan (LS) serta 1090.43’.19” dan 1100.04’.40” garis Bujur Timur (BT), dengan
luas 98.468 ha (984,68 km2) atau 3,03 % luas Jawa Tengah. Komposisi tata guna lahan
terdiri atas tanah sawah mencakup 18.696,68 ha (18,99 %), tanah kering seluas
55.140,80 ha (55,99.%), hutan negara 18.909,72 ha (19.20.%), perkebunan
negara/swasta 2.764,51 ha (2,80.%) dan lainnya seluas 2.968,07 ha (3,01.%).
Dilihat dari aspek topografi, Kabupaten Wonosobo bisa dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu, daerah dengan ketinggian 250–500 m dpl seluas 33,33% dari seluruh
wilayah. Daerah dengan ketinggian 500–1.000 m dpl seluas 50,00% dari seluruh areal
dan daerah dengan ketinggian > 1.000 m dpl seluas 16,67% dari seluruh wilayah,
sehingga menjadikan ciri dataran tinggi sebagai wajah Kabupaten.
Kabupaten Wonosobo sebagai daerah yang terletak di sekitar gunung api muda
menyebabkan tanah di Wonosobo termasuk subur. Hal ini sangat mendukung
pengembangan pertanian, sebagai mata pencaharian utama masyarakat Wonosobo.
Namun demikian karena topografinya dengan lembah yang masih curam. menyebabkan
sering timbul bencana alam seperti tanah longsor.
Posisi spasial berada di tengah-tengah Pulau Jawa dan berada di antara Jalur
Pantai Utara dan Jalur Pantai Selatan. Selain itu menjadi bagian terpenting dari jaringan
Jalan Nasional ruas jalan Buntu-Pringsurat yang memberi akses dari dan menuju dua
jalur strategis nasional tersebut.
Secara administratif Wonosobo berbatasan langsung dengan enam kabupaten,
yaitu:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kendal dan
Kabupaten Batang;
b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang;
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen;
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen.
Wonosobo beriklim tropis dengan dua musim yaitu kemarau dan penghujan.
Suhu udara rata-rata 24 – 30o C di siang hari, turun menjadi 20 o C pada malam hari.
Pada bulan Juli – Agustus turun menjadi 12 – 15 o C pada malam hari dan 15 – 20 o C di
9
siang hari. Rata-rata hari hujan adalah 196 hari, dengan curah hujan rata-rata 3.400
mm, tertinggi di Kecamatan Garung (4.802 mm) dan terendah di Kecamatan
Watumalang (1.554 mm).
Berdasarkan kajian Tata Ruang Kabupaten Wonosobo sistem perdesaan yang
dikembangkan sebagai kawasan Agropolitan adalah Kawasan Rojonoto, yang meliputi
Kecamatan Kaliwiro, Sukoharjo, Leksono, dan Selomerto. Pada Kawasan Agropolitan
Rojonoto terdapat kota tani utama yaitu Kota Tani Sawangan serta 4 Kota Tani lainnya
yaitu Kota Tani Sukoharjo, Kota Tani Tlogo, Kota Tani Selomerto dan Kota Tani Kaliwiro.
Sistem Pusat Pelayanan terdiri dari :
PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) yang mencakup wilayah Kecamatan Wonosobo
PKLp (Pusat Kegiatan Lokal promosi) yang mencakup wilayah Kecamatan Kertek
dan Selomerto
PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) yang mencakup wilayah Kecamatan
Mojotengah, Kejajar dan Sapuran
PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) yang mencakup wilayah Kecamatan Kepil,
Kaliwiro, Wadaslintang, Leksono, Kalikajar, Garung, Watumalang, Sukoharjo dan
Kalibawang.
Berdasarkan pola ruang wilayah dibagi menjadi 2 (dua) besar yaitu Kawasan
Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya. Kawasan lindung adalah kawasan yang
berfungsi melindungi kelestarian lingkungan Hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan. Mengingat posisi geografis Kabupaten Wonosobo yang berada
di wilayah atas maka Kawasan lindung ini hampir meliputi seluruh wilayah. Kawasan ini
terdiri dari :
a. Kawasan Hutan Lindung
b. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya.
c. Kawasan perlindungan setempat.
d. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
e. Kawasan rawan bencana alam, dan
f. Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah.
Sedangkan Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber
daya manusia dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya ini meliputi:
a. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Kawasan Budidaya hutan produksi terdapat di Kecamatan Kaliwiro, Leksono,
Watumalang, Sukoharjo, Sapuran, Kalibawang, Wadaslintang dan Kepil.
b. Kawasan Peruntukan Pertanian yang terdiri dari :
10
1). Kawasan pertanian lahan basah dikembangkan di semua kecamatan kecuali
Kecamatan Kejajar
2). Kawasan pertanian lahan kering dikembangkan pada daerah yang tidak
terjangkau jaringan irigasi, bukan hutan lindung atau kemiringan lereng kurang
dari 40 % dan terdapat pada semua kecamatan pada lahan yang sesuai.
c. Kawasan Peruntukan Perkebunan terdapat pada semua wilayah kecamatan sesuai
dengan komoditas yang berkembang di kabupaten Wonosobo.
d. Kawasan Peruntukan Perikanan diprioritaskan dikembangkan disemua kecamatan
didaerah yang tersedia pasokan air yang cukup.
e. Kawasan Peruntukan Peternakan, yang terdiri dari :
1). Kawasan peternakan ternak besar diprioritaskan dikembangkan di kecamatan
Wadaslintang, Kepil, Leksono, Kalikajar, Sapuran, Kaliwiro, Kalibawang,
Sukoharjo, Kertek, Selomerto, Watumalang, Wonosobo dan Mojotengah.
2). Kawasan Peternakan unggas di Kecamatan Kejajar, Kalikajar, Garung,
Mojotengah, Watumalang, Wadaslintang, Kalibawang, Kaliwiro, Leksono,
Sukoharjo, Wonosobo, Kepil, Sapuran, Kertek dan Selomerto.
f. Kawasan Peruntukan Pertambangan dikembangkan pada kawasan yang potensial
bahan tambang namun bukan pada Kawasan Lindung, yang dikelola secara
berkelanjutan dengan mengedepankan aspek lingkungan dalam ekploitasinya.
g. Kawasan Peruntukan Pemukiman sebagaimana dikembangkan di daerah yang datar,
bukan lahan irigasi teknis, bukan kawasan lindung, aksesibilitas baik dan tersedia air
bersih.
h. Kawasan Peruntukan Industri, untuk industri menengah dan besar dikembangkan di
sepanjang jalur regional Temanggung-Wonosobo-Banjarnegara yang mencakup
wilayah Kertek, Wonosobo dan Selomerto serta Jalur Kertek-Sapuran-Kepil dengan
lokasi di Kecamatan Sapuran. Sedangkan sentra-sentra industri kecil dan Industri
Rumah tangga dikembangkan di seluruh wilayah Kecamatan.
i. Kawasan peruntukan pariwisata diarahkan pada kawasan sebagai berikut :
1). Kawasan Wisata Alam,
2). Kawasan Wisata Budaya, sejarah dan ilmu pengetahuan,
3). Kawasan Wisata Religius terdapat di Kecamatan Kaliwiro,Selomerto dan Kejajar,
4). Kawasan Wisata Buatan terdapat di Kecamatan Kejajar, Wonosobo dan
Wadaslintang,
5). Kawasan Wisata Tradisi terdapat di Kecamatan Kejajar, Selomerto, Kertek,
Garung, Kalikajar, Wonosobo,
6). Kawasan Wisata sejarah di Kecamatan Wonosobo,
11
7). Kawasan wisata minat khusus terdapat di Kecamatan Selomerto dan Kejajar.
2. Demografi
Sampai dengan akhir bulan Mei 2010, penduduk Kabupaten Wonosobo
berjumlah 888.813 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 451.363 jiwa dan perempuan 437.450
jiwa. Jika jumlah penduduk tersebut dirinci menurut sebaran wilayah, dan struktur usia
dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel II.1 Jumlah Penduduk dirinci per Wilayah Kecamatan Kondisi Bulan Mei 2010
No Kecamatan Jenis Kelamin (jiwa) Jumlah Prosentase
Laki-laki Perempuan
1. Wonosobo 45.859 45.114 90.973 10,23
2. Kertek 44.848 43.652 88.500 9,96
3. Selomerto 28.658 28.369 57.027 6,42
4. Leksono 23.414 23.015 46.429 5,22
5. Garung 28.123 26.591 54.714 6,16
6. Kejajar 23.316 22.084 45.400 5,11
7. Mojotengah 31.594 29.799 61.393 6,91
8. Watumalang 29.035 28.161 57.196 6,43
9. Sapuran 30.845 30.052 60.897 6,85
10. Kepil 33.906 33.444 67.350 7,57
11. Kalikajar 35.873 34.422 70.295 7,90
12. Kaliwiro 29.492 28.796 58.288 6,56
13. Wadaslintang 33.715 32.626 66.341 7,46
14. Sukoharjo 18.379 17.604 35.983 4,05
15. Kalibawang 14.306 13.721 28.027 3,15
JUMLAH 451.363 437.450 888.813 100 Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Menurut data dalam tabel di atas jumlah penduduk terbanyak berada di
Kecamatan Wonosobo yang mencapai 10,23 % dan tersedikit di Kecamatan Kalibawang
yang mencapai 3,15 %. Hal ini sejalan dengan luas wilayah Kecamatan Kalibawang yang
lebih sempit dibandingkan dengan Kecamatan Wonosobo.
12
Tabel II.2 Jumlah Penduduk dirinci menurut Struktur Usia Kondisi Bulan Mei 2010
No Kelompok Umur
(th)
Jenis Kelamin (jiwa) Jumlah Prosentase
Laki-laki Perempuan
1. 0 – 4 31.088 29.540 60.627 6,82
2. 5 – 9 39.760 37.747 77.507 8,72
3. 10 – 14 40.460 38.305 78.765 8,86
4. 15 – 19 40.688 39.553 80.241 9,03
5. 20 – 24 39.941 39.469 79.410 8,93
6. 25 – 29 41.834 41.245 83.079 9,35
7. 30 – 34 37.946 38.084 76.030 8,55
8. 35 – 39 34.875 34.744 69.619 7,83
9. 40 – 44 32.461 32.673 65.134 7,32
10. 45 – 49 28.089 27.157 55.246 6,21
11. 50 – 54 22.939 21.825 44.764 5,03
12. 55 – 59 18.741 16.315 35.057 3,94
13. 60 – 64 12.181 12.538 24.719 2,78
14. 65 – 69 11.797 10.820 22.617 2,54
15. 70 – 74 8.151 7.754 15.905 1,78
16. 74 + 10.413 9.681 20.093 2,26
JUMLAH 451.363 437.450 888.813 100 Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Menurut tabel 2 diatas, bahwa prosentase terbesar penduduk berada pada
kelompok umur antara 25 – 29 tahun yang mencapai 9,35 % dari seluruh penduduk
dan terkecil berada pada kelompok umur 70 – 74 tahun yang mencapai 1,78 %.
B. Kesejahteraan Masyarakat
1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Kinerja kesejahteraan dan pemerataan ekonomi Kabupaten Wonosobo selama periode
tahun 2005-2009 dapat dilihat dari indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi, PDRB
perkapita, dan angka kriminalitas yang tertangani.
Perkembangan kinerja pembangunan pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi
adalah sebagai berikut :
a. Pertumbuhan Ekonomi / PDRB
Salah satu tolok ukur untuk mengukur pembangunan ekonomi regional adalah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perkembangan Nilai PDRB dari tahun 2005 –
2009 dapat dilihat dari tabel berikut ini :
13
Tabel II.3 Perkembangan Nilai PDRB atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan
Tahun 2005 – 2009 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Harga Berlaku Harga Konstan
Nilai Perkembangan Nilai Perkembangan
2005 2.309.638,86 169,67 1.570.347,68 115,36
2006 2.630.737,89 193,22 1.621.132,33 119,10
2007 2.962.993,79 217,67 1.679.149,17 123,36
2008 3.332.061,77 244,78 1.741.148,31 127,91
2009 3.584.212,92 263,31 1.811.092,67 133,05
Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo
Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata perkembangan PDRB
Kabupaten Wonosobo selama 5 tahun atas dasar harga berlaku sebesar Rp
2.963.929.045.684 atau 217,73%. Sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp
1.684.574.032.083 atau 123,75%. Kondisi semacam itu menunjukkan bahwa selama 5
tahun penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan terjadi peningkatan di
bidang ekonomi.
Tabel II.4 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wonosobo (%) Tahun 2005 – 2009
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Pertumbuhan 3,19 3,24 3,58 3,69 4,02
Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo
Data dalam tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Wonosobo dalam kurun waktu 2005 s/d 2009 mencapai 3,54%. Kondisi
tersebut juga tidak lepas dari kebijakan ekonomi ekonomi regional dan nasional.
Tabel II.5 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Wonosobo (%) Tahun 2005 – 2009
No. Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009
1 Pertanian 3,41 3,34 3,31 3,36 3,85
2 Pertambangan dan Penggalian 4,33 4,68 3,60 1,67 0,11
3 Industri Pengolahan 1,89 2,77 2,70 2,55 2,41
4 Listrik, Gas, dan Air bersih 3,97 0,32 2,59 3,07 3,34
5 Bangunan 3,38 3,06 4,34 4,39 6,01
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3,62 4,03 4,56 4,09 4,62
7 Angkutan dan Komunikasi 2,39 2,75 5,89 5,88 5,6
8 Bank, Persewaan, dan Jasa perusahaan 3,41 2,68 3,98 4,17 4,39
9 Jasa-jasa 3,22 3,14 2,89 3,81 4,16
PDRB 3,19 3,24 3,58 3,69 4,02
Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo
14
Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa laju pertumbuhan PDRB tertinggi
disumbang oleh Sektor Bangunan yang rata-rata setiap tahunnya mencapai 4,23%.
Sedangkan laju pertumbuhan terendah PDRB terletak pada sektor Industri
pengolahan yang rata-rata setiap tahun mencapai 2,46%.
Tabel II.6 Peranan Masing-Masing Sektor Dalam PDRB (%) Tahun 2005 – 2009
No. Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009
1 Pertanian 45,04 45,61 46,88 47,33 47,42
2 Pertambangan dan Penggalian 0,69 0,68 0,66 0,63 0,60
3 Industri Pengolahan 12,17 11,72 11,27 10,86 10,55
4 Listrik, Gas, dan Air bersih 1,08 1,01 0,96 0,94 0,92
5 Bangunan 4,06 4,01 4,01 4,04 4,09
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 12,54 12,49 12,29 12,33 12,28
7 Angkutan dan Komunikasi 6,67 6,63 6,46 6,43 6,46
8 Bank, Persewaan, dan Jasa perusahaan 6,16 6,18 6,01 6,02 6,06
9 Jasa-jasa 11,58 11,66 11,47 11,43 11,63
Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo
Menurut data dalam tabel diatas, bahwa kontribusi terbesar PDRB Kabupaten
Wonosobo disumbang oleh sektor Pertanian yang setiap tahun rata-rata mencapai
46,45%. Sedangkan kontribusi terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian
yang setiap tahun rata-rata mencapai 0,65%. Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor
pertanian masih menjadi sektor dominan di Kabupaten Wonosobo.
Tabel II.7 Produk Domestik Regional Bruto Perkapita Kabupaten Wonosobo Tahun 2005 – 2009
Tahun PDRB Perkapita (Rp)
Harga Konstan Harga Berlaku
2005 2.037.774,41 1.997.121,61
2006 2.099.787,23 3.406.711,37
2007 2.164.192,27 3.818.891,36
2008 2.229.811,50 4.267.223,88
2009 2.300.951,42 4.553.659,76
Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo
Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa PDRB Perkapita berdasarkan harga
konstan rata-rata selama 5 tahun yaitu Rp 2.166.503,37. Sedangkan berdasarkan
harga berlaku rata-rata selama 5 tahun adalah Rp 3.608.721,60.
15
b. Inflasi
Tabel II.8 Laju Inflasi Kabupaten Wonosobo Tahun 2005 – 2009
Tahun Kumulatif Inflasi (%)
2005 16,77
2006 7,37
2007 9,89
2008 10,3
2009 3,01
Rata-rata 9,47
Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo
Data dalam tabel diatas menunjukkan bahwa kumulatif inflasi tertinggi terjadi pada
tahun 2005 yang mencapai 16,77%. Hal ini disebabkan oleh adanya kenaikan harga
BBM sedangkan kumulatif inflasi terendah terjadi pada tahun 2009 yang mencapai
3,01%. Untuk rata-rata kumulatif inflasi selama periode 2005 s/d 2009 mencapai
9,47%. Kondisi tersebut memberi arti bahwa selama 5 tahun terakhir terjadi kenaikan
indeks harga konsumen sekitar 10%.
2. Kesejahteraan Sosial
Indek Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator kinerja
pembangunan dengan dimensi yang lebih luas yaitu dimensi kesehatan, pendidikan dan
ekonomi. Hal ini disebabkan karena pada semua tingkatan pembangunan beberapa
kapasitas dasar diperlukan bagi pembangunan manusia yaitu Sehat dan berumur
panjang, berpengetahuan dan memiliki akses kepada sumber daya ekonomi.
Pada tahun 2009 IPM Kabupaten Wonosbo telah mencapai 70,40, angka tersebut
masih dibawah angka rata-rata Provinsi Jawa Tengah sebesar 72,10. Tabel berikut
menggambarkan perkembangan indikator IPM tahun 2006 – 2009.
Tabel II.9 Perkembangan Indikator IPM tahun 2006 – 2009
Komponen Satuan Tahun
2006 2007 2008 2009
Angka Harapan Hidup Tahun 69,00 69,20 69,49 69,74
Angka melek Huruf % 88,90 88,91 88,91 89,27
Paritas Daya Beli Rupiah 621.000 624.600 626.770 629.260
Rata-rata lama sekolah Tahun 6,00 6,11 6,11 6,27
Indeks Pembangunan Manusia 68,80 69,22 69,55 70,08
Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo
16
Dalam konteks pencapaian IPM sesuai target 72 pada tahun 2010, memang
harus disadari ada beberapa point titik lemah yaitu belum optimalnya penganggaran
pada beberapa prioritas pembangunan yang bisa meningkatkan IPM. Ke depan,
merumuskan konsensus dan mengawalnya pada tahap implementasi merupakan
agenda bersama bagi eksekutif dan legislatif agar sumber daya APBD yang terbatas bisa
efektif dalam mencapai sasaran visi dan misi RPJMD pada periode lima tahun
berikutnya.
Kinerja Pembangunan pada fokus kesejahteraan sosial meliputi indikator di
bidang pendidikan (Angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, Angka Partisipasi Kasar,
Angka Partisipasi Murni , kesehatan (Angka Harapan Hidup, Angka Kematian Bayi, Angka
Kematian Ibu, Prevalensi Gizi Kurang), Kemiskinan, Kepemilikan Tanah, tenaga kerja dan
keamanan dan ketertiban umum. Capaian Kinerja pembangunan focus kesejahteraan
sosial Kabupaten Wonosbo periode 2006-2010 pada masing-masing bidang sebagai
berikut :
a. Pendidikan
Pembangunan pendidikan menempati peran sangat strategis dalam
keseluruhan upaya membangun kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana
dicita-citakan oleh para pendiri bangsa dan dirumuskan dalam Pasal 31 ayat (1) UUD
1945 yang menegaskan bahwa setiap warga negara berhak atas pendidikan. Selain
itu, berbagai kesepakatan internasional khususnya millennium development goals
(MDGs), yang menetapkan bahwa sebelum tahun 2015 semua anak baik laki-laki
maupun perempuan menyelesaikan pendidikan dasar, dan Deklarasi UNESCO
tentang Education for All (EFA) telah pula menjadi dasar pelaksanaan pembangunan
pendidikan di Indonesia.
Pembangunan pendidikan telah berhasil meningkatkan taraf pendidikan
masyarakat Indonesia yang ditandai dengan meningkatnya rata-rata lama sekolah
dari 5,70 tahun pada tahun 2005 menjadi sebesar 6,18 tahun pada tahun 2009,
meningkatnya angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas dari 85,60 persen
pada tahun 2005 menjadi 89,15 persen pada tahun 2009, serta meningkatnya angka
partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni (APM) pada semua jenjang
pendidikan.
Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/sederajat pada tahun 2005 sebesar
95,15 persen meningkat menjadi 97,26 persen pada tahun 2009, dan APK
SMP/MTs/sederajat pada tahun 2005 adalah sebesar 65,12 persen meningkat
menjadi 68,98 persen pada tahun 2009. Sementara itu, APK
SMA/SMK/MA/sederajat pada tahun 2005 sebesar 25,00 persen meningkat menjadi
17
29,13 persen pada tahun 2009. Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/sederajat
pada tahun 2005 adalah sebesar 49,15 persen meningkat menjadi 52,00 persen
pada tahun 2009. Sementara itu, APK SMA/SMK/MA/sederajat pada tahun 2005
sebesar 17,12 persen meningkat menjadi 20,38 persen pada tahun 2009.
Angka putus sekolah SD dan SLTP, dari 0,36 persen pada tahun 2005 turun
menjadi 0,18 persen pada tahun 2009 untuk tingkat SD, dan untuk tingkat SLTP dari
1,29 persen turun menjadi 0,18 persen pada tahun 2009 sedangkan tingkat SLTA
dari 2,80 persen menjadi 0,42 persen pada tahun 2009.
Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan dalam upaya
meningkatkan akses pelayanan pendidikan baik pada tingkatan Pendidikan Usia
Dini, Pendidikan Dasar 9 tahun maupun tingkat Pendidikan Menengah yang diikuti
oleh upaya meningkatkan kualitas layanan pendidikan disemua jenjang pendidikan.
Dalam rangka mendukung peningkatan kualitas pendidikan, kualifikasi guru
ditingkatkan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen. Dalam kurun waktu 2006 sampai dengan 2009, terdapat
peningkatan persentase guru yang telah memenuhi kualifikasi akademik D4/S1
menjadi sebesar 14,66 persen untuk SD/MI, 76,15 persen untuk SMP/MTs, 88,47
persen untuk SMA/SMK.
Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan tata kelola pendidikan dilakukan
berbagai perbaikan manajemen pendidikan yang ditujukan untuk memantapkan
manajemen pelayanan pendidikan dan memberdayakan sekolah melalui penerapan
manajemen berbasis sekolah (MBS) yang ditujukan untuk meningkatkan
kemandirian, kemitraan, keterbukaan, akuntabilitas, dan peran serta masyarakat.
Untuk meningkatkan standar dan kualitas tata kelola pendidikan, telah dilakukan
penjaminan mutu pekerjaan manajerial dan administratif sesuai dengan
Permendiknas Nomor 15 Tahun 2007 Tentang Sistem Perencanaan Tahunan dan
Permendiknas Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Koordinasi dan Pengendalian Program.
b . Kesehatan
Pencapaian status kesehatan dan gizi masyarakat merupakan kinerja sistem
kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan daerah serta berbagai
komponen masyarakat. Kinerja pembangunan kesehatan dicapai melalui
pendekatan enam sub-sistem dalam sistem kesehatan nasional (SKN), yaitu sub-
sistem: (1) upaya kesehatan; (2) pembiayaan kesehatan; (3) sumberdaya manusia
kesehatan; (4) sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan; (5) manajemen dan
informasi kesehatan; dan (6) pemberdayaan masyarakat. Keenam sub sistem
18
tersebut saling terkait dengan berbagai sistem lain di luar SKN antara lain sistem
pendidikan, sistem ekonomi, dan sistem budaya.
Status kesehatan dan gizi masyarakat diukur dari umur harapan hidup
(UHH), angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), dan prevalensi
kekurangan gizi pada balita terus menunjukkan perbaikan selama kurun waktu 2006
– 2009.
Tabel II.10 Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat Tahun 2006 - 2009
No. Indikator Satuan 2006 2007 2008 2009
1 Angka Harapan Hidup Tahun 68,9 69,2 69.5 70,44
2 Angka Kematian Ibu per seratus ribu kelahiran hidup
71,68 174,68 123,39 115,75
3 Angka Kematian Bayi per mil kelahiran
hidup 14,34 21,51 15,35 15,84
4 Prevalensi Gizi Kurang % 11,33 10,26 14,03 10,02
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo
Derajat kesehatan Ibu dan anak terus mengalami perbaikan, hal ini dapat
dilihat dari menurunnya Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB). Penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adanya
peningkatan kualitas pelayanan ibu hamil melalui peningkatan sarana kesehatan
dasar maupun rujukan dan kemampuan tenaga kesehatan, meningkatnya
kesadaran ibu untuk menggunakan tenaga kesehatan dalam proses persalinan. Hal
ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel II.11 Data Pertolongan Persalinan Tenaga kesehatan Tahun 2006 - 2009
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo
Status Gizi masyarakat juga mengalami peningkatan selama 2006 – 2009.
Hal ini disebabkan karena disamping adanya peningkatan ekonomi keluarga juga
karena adanya peningkatan keluarga sadar gizi, adanya surveylens gizi buruk melalui
posyandu dan pemberian makanan tambahan bagi balita. Capaian indikator
program gizi masyarakat seperti tabel berikut :
No. Indikator Cakupan Tahun
Satuan 2006 2007 2008 2009
1
Persalinan ditolong tenaga kesehatan Orang 11.143 11.727 12.437 12.734
2 Prosentase % 67,96 69,42 79,92 86,4,42
19
Tabel II.12 Data Cakupan Program Gizi Masyarakat Tahun 2006 - 2009
No. Indikator Satuan 2006 2007 2008 2009
1 Berat bayi lahir rendah Anak 264 208 246 238
2 Prosentase dari total kelahiran % 1,99 1,65 1,68 1,69%
3 Berat bayi lahir normal Anak 13.244 12.332 14.352 13.771
4 Prosentase dari total kelahiran % 98,01 98,35 98,32 98,30
5 Prevalensi Status Gizi Balita:
a. Gizi Buruk % 1,79 1,21 1,40 0.73
b. Gizi Kurang % 11,33 10,26 14,03 10.02
c. Gizi Baik % 84,60 86,75 79,36 84,28
d. Gizi Lebih % 2,28 1,78 4,81 3,96
6 Prevalensi kurang energi kronik (KEK) pada ibu hamil
% 3,51 3,51 3,25 2,67
7 Rata-rata konsumsi energi K.kal 2050 1892 1884 1905
8 Rata-rata konsumsi protein Gr 49,9 39,6 39,6 40,1
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo
Upaya perbaikan layanan kesehatan kepada masyarakat terus dilakukan oleh
pemerintah Kabupaten Wonosobo termasuk juga upaya perbaikan manajemen
kesehatan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan
dan pertanggungjawaban pembangunan kesehatan terus dikembangkan. Upaya
untuk menyusun perumusan kebijakan kesehatan yang berbasis bukti, survailans
secara menyeluruh juga terus ditingkatkan. Sementara itu, pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan juga terus dikembangkan melalui upaya kesehatan
berbasis masyarakat (UKBM) dengan pelibatan lintas sektor.
c. Kepemilikan tanah
Berdasarkan sumber dari Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosbo tahun
2010, Masih rendahnya kepemilikan sertifikat tanah sebagai bukti sah atas
kepemilikan tanah merupakan permasalahan pertanahan yang mendasar di
Kabupaten Wonosobo yang bisa menjadi permasalahan serius. Sampai dengan
tahun 2009 dari 620.641 bidang tanah sudah 126.660 bidang atau 20,41 % tanah
bersertifikat dan meningkat 2,5 % dalam kurun waktu 5 tahun. Dari tahun ke tahun
terjadi peningkatan jumlah tanah yang telah bersertifikat yang berarti bahwa
kesadaran masyarakat mulai terketuk akan arti penting sertifikat sebagai alat bukti
sah kepemilikan atas tanah.
d. Kesempatan Kerja
Salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk dilakukan
melalui perluasan kesempatan kerja. Selama tahun 2006-2010 jumlah angkatan
kerja yang ditempatkan dapat dilihat pada tabel berikut :
20
Tabel II.13 Data Penempatan Tenaga Kerja Kabupaten Wonosobo Tahun 2006 - 2009
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo
Perluasan kesempatan kerja dilakukan melalui penyiapan tenaga kerja siap
pakai, peningkatan pelayanan transmigrasi, pengembangan sistem informasi pasar
kerja melalui bursa kerja on line (BKO) sehingga informasi lowongan pekerjaan lebih
mudah dan cepat, pelatihan manajemen kewirausahaan dan keterampilan
penerapan teknologi tepat guna (TTG). Padat Karya Infrastruktur sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat penganggur dan setengah menganggur dalam
pembuatan atau rehabilitasi sarana dan prasarana ekonomi daerah setempat juga
dilakukan untuk meningkatkan kesempatan kerja yang bersifat sementara.
Upaya perlindungan tenaga kerja juga dilakukan melalui penetapan Upah
Minimum Kegional (UMK) yang disesuaikan dengan Kebutuhan Hidup Layak
meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja. Perkembangan Upah Minimum
Kabupaten Kabupaten Wonosobo, dapat dilihat pada tabel sebagi berikut :
Gambar II.1 Grafik Rata-Rata UMK Kabupaten Wonosobo tahun 2006-2010
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo
Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
AKL AKAD AKAN AKL AKAD AKAN AKL AKAD AKAN AKL AKAD AKAN
183 502 2.557 95 1.451 1.751 22 979 1.217 327 1.399 935
3.242 3.297 2.218 2.661
21
Gambar. II.2
Perbandingan UMK dengan KHL di kabupaten Wonosobo
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo
e. Angka Kriminalitas
Upaya penanggulangan gangguan keamanan, ketertiban dan tindak
kriminalitas menunjukkan peningkatan walaupun masih banyak ditemukan
gangguan keamanan dan hambatan. Upaya pemberantasan yang relatif intensif
dengan penggelaran Operasi Kepolisian Kewilayahan maupun Operasi Kepolisian
terpadu dengan Instansi terkait menunjukkan hasil yang signifikan. Langkah
Pemerintah tersebut akan terus dilakukan secara konsisten dan seyogyanya
didukung penuh oleh seluruh lapisan masyarakat agar kondisi aman dan tertib
dapat semakin diwujudkan.
Turunnya kepatuhan dan disiplin masyarakat terhadap hukum serta berbagai
tindak kejahatan yang semakin berani berakibat pudarnya rasa persatuan dan
kesatuan masyarakat. Kepatuhan dan disiplin masyarakat terhadap hukum
merupakan prasyarat sekaligus tantangan dalam menciptakan kondisi keamanan
dan ketertiban masyarakat yang kondusif. Perbedaan pemahaman terhadap
keanekaragaman budaya, kondisi sosial, kesenjangan kesejahteraan, tingkat
pengangguran, tingkat kemiskinan, serta kepadatan penduduk juga merupakan
faktor korelatif kriminogen yang apabila tidak dibina dan dikelola secara baik dapat
mendorong munculnya kejahatan dan konflik horizontal. Faktor korelatif
kriminogen ini hanya dapat diredam oleh sikap, perilaku dan tindakan masyarakat
yang patuh dan disiplin terhadap hukum. Perkembangan jumlah kasus kriminalitas di
Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel berikut ini :
22
Tabel II. 14 Jumlah Kasus Kriminalitas Tahun 2006 – 2009
NO URAIAN 2006 2007 2008 2009
1 Pembunuhan 2 2 1 1
2 Aniaya Berat - - - 1
3 Pencurian dg pemberatan 29 67 66 59
4 Pencurian dg kekerasan 11 6 8 5
5 Curanmor 20 21 31 43
6 Kebakaran / pembakaran 29 31 23 30
7 Uang Palsu 3 6 1 -
8 Narkotika 3 1 1 4
9 Perkosaan 2 1 1 1
10 Kenakalan Remaja - - - -
11 Pencurian biasa/ringan 9 24 38 50
12 Aniaya ringan / biasa 13 39 17 16
13 Penipuan 2 8 31 17
14 Penggelapan 3 18 20 30
15 Perjudian 17 6 17 12
16 Pengrusakan 2 3 1 2
17 Pengroyokan 3 6 7 9
18 Pemerasan 1 2 1 4
19 Perbuatan cabul / zinah 4 4 3 12
20 Pencurian kayu 6 5 1 3
21 UU Darurat (petasan, bw sajam) - - - 1
22 Buang bayi 1 - - -
23 Pemalsuan / Palsu Surat 1 1 2 -
24 Penyuapan - 1 - -
25 Penghinaan - 2 - 1
26 Pencemaran - 1 - -
27 Perambahan Tanah Hutan - 1 - -
28 Melarikan Perempuan - 1 1 2
29 K D R T - 1 7 12
30 TKI Illegal 1 - 1 -
31 Korupsi 1 - 1 1
32 Subsidi Pupuk - - - 1
33 Traficking - - - 1
34 Perbuatan tdk menyenangkan - - - 2
35 UU Lingkungan Hidup - - - 1
36 BBM / Minyak Tanah bersubsidi - - - 1
JUMLAH TINDAK KRIMINAL 163 258 280 322
JUMLAH PENDUDUK
773.967
778.711
784.226
789.848
ANGKA KRIMINALITAS
2,11 3,31
3,57
4,08
Sumber : Polres Kabupaten Wonosobo
Kasus kriminalitas yang terjadi didominasi oleh kasus pencurian baik
pencurian dengan pemberatan, pencurian biasa/ringan dan pencurian kendaraan
bermotor. Kasus pencurian cenderung meningkat dari tahun ke tahun, tahun 2006
kasus pencurian sebanyak 60 kasus meningkat menjadi 107 kasus pada tahun 2009
23
atau meningkat 78,3% . Sedangkan jumlah tindak kriminal secara keseluruhan
mengalami peningkatan sebesar 97,54%, yaitu dari tahun 2006 sebesar 163 kasus
menjadi 322 kasus pada tahun 2009, sehingga terjadi peningkatan angka
kriminalitas sebesar 1,97.
3. Seni Budaya dan Olahraga
Kinerja Pembangunan dibidang seni dan budaya meliputi indikator jumlah grup
kesenian dan gedung olahraga. Upaya mengembangkan kesenian tradisional diharapkan
akan mampu memberikan dampak kesejahteraan bagi para pelaku seni. Dalam
pelaksanaan pengembangan nilai budaya kegiatan seremonial seperti peringatan HUT
Kabupaten Wonosobo setiap tanggal 24 Juli dan Peringatan HUT RI setiap tanggal 17
Agustus terus dilaksanakan tidak ketinggalan. Pentas Seni dan Budaya yang
diselenggarakan di Taman Mini Indonesia Indah yang menampilkan bakat dan potensi
seniman-seniman lokal dalam memperkenalkan dan mempromosikan budaya
Kabupaten Wonosobo pun terus digalakkan. Kesemuanya itu dilakukan dalam upaya
mengembangkan dan melestarikan seni budaya daerah. Pembinaan terhadap seni
budaya daerah dilakukan melalui pembinaan terhadap grup kesenian dan
penyelenggaraan event-event baik yang bersifat Lokal maupun internasional. Dibawah
ini tersaji data jumlah event yang diselenggarakan di Kabupaten Wonosobo :
Tabel II.15 Jumlah Event Seni Budaya Tahun 2005-2009
Fasilitas Pementasan Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
Lokal 18 18 21 21 25
Regional 1 1 3 3 10
Nasional 9 7 1 1 2
Internasional 0 0 0 0 0
Jumlah 28 25 25 25 37
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Wonosobo
Sedangkan jumlah grup kesenian di Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut :
24
Tabel II.16 Daftar Kelompok Kesenian di Kabupaten Wonosobo
Tahun 2006-2009
No. Jenis Kesenian Tahun
2006 2007 2008 2009
1 Angguk 25 29 29 25
2 Kuda Kepang 448 455 455 463
3 Daeng 12 15 15 12
4 Rodat 54 64 64 54
5 Bangilun 16 16 16 16
6 Kubrosiswo 17 17 17 17
7 Cepetan 3 3 3 3
8 Dayakan 20 22 22 20
9 Monyetan 1 1 1 1
10 Gambus 26 30 30 26
11 Cekok Mondol 4 4 4 4
12 Barongsay 6 16 16 6
13 Liongsay 6 9 9 6
14 Andu 2 2 2 2
15 Reog 3 5 5 3
16 Wulang Bunu 16 16 16 16
17 Campur Bawur 5 5 5 5
18 Sanggar Tari 4 8 8 4
19 Rebana 427 438 438 127
20 Band 46 50 50 100
21 Karawitan Campursari 50 56 56 60
22 Rosidah 23 23 23 0
23 Jamjanen 22 22 22 0
24 Genjringan 12 12 12 6
25 Ayun - Ayun 44 44 44 0
26 Kulintang 4 4 4 0
27 Keroncong 9 9 9 0
28 Solo Organ 5 5 5 0
29 Terbang Jawa 43 43 43 0
30 Bundengan 1 1 1 2
31 Calung 1 1 1 0
32 Dangdut/Orkes Melayu 30 30 30 0
33 Thek – Thek 5 7 7 5
34 Terbang Arab 30 30 30 30
35 Lainnya 6 6 6 12
Jumlah 1426 1506 1506 1025
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Wonosobo
C. Pelayanan Umum
Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan,
baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggungjawab
Pemerintah Kabupaten dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
Kinerja pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan gambaran dan hasil
dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap kondisi pelayanan
25
umum yang mencakup kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, seni
budaya dan olahraga. Kinerja pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan
gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap
kondisi pelayanan umum yang mencakup layanan urusan wajib. Hasil evaluasi pelaksanaan
pembangunan pada aspek pelayanan umum selama periode 2005-2009 adalah sebagai
berikut :
1. Layanan urusan wajib
a. Pendidikan
Angka Partisipasi sekolah (APS) merupakan ukuran daya serap sistem
pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan
adanya perubahan penduduk terutama usia muda. Ukuran yang banyak digunakan
di sektor pendidikan seperti pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan
perubahan jumlah murid yang mampu ditampung di setiap jenjang sekolah.
Sehingga, naiknya persentase jumlah murid tidak dapat diartikan sebagai semakin
meningkatnya partisipasi sekolah. Kenaikan tersebut dapat pula dipengaruhi oleh
semakin besarnya jumlah penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan
ditambahnya infrastruktur sekolah serta peningkatan akses masuk sekolah sehingga
partisipasi sekolah seharusnya tidak berubah atau malah semakin rendah.
Capaian APS Kabupaten Wonosobo tahun 2009 pada pendidikan dasar
mencapai 71,91%, pada jenjang pendidikan menengah mencapai 32,61%. Rasio
ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah pada pendidikan dasar
sebesar 1 : 222,5. Pada jenjang pendidikan menengah mencapai 1 : 3,93. Rasio ini
mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan
dasar.
Rasio guru dengan murid pada tahun 2009 untuk tingkat SD/MI mencapai 1 :
18, untuk tingkat SMP/MTS 1 : 14 sedangkan untuk tingkat SMA/SMA/MA 1 : 14.
Rasio murid dengan kelas untuk jenjang pendidikan SD/MI pada tahun 2009
mencapai 1 : 26, jenjang SMP/MTS mencapai 1 : 33 sedangkan jenjang
SMA/SMK/MA mencapai 1 : 33.
Upaya peningkatan daya tampung sekolah diarahkan pada pendidikan
kejuruan/SMK dalam usaha mewujudkan rasio SMA dan SMK menjadi 33 : 67 (target
nasional). Untuk Kabupaten Wonosobo rasio SMA dan SMK baru mencapai 50 : 50.
26
b. Kesehatan
Keberhasilan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terlihat dari
keberhasilan meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan. Dari
tahun 2006 – 2010 dalam hal penyediaan prasarana dan sarana kesehatan, sudah
dibangun/direhab 87 PKD, 9 Puskesmas, 14 Puskesmas Pembantu, dan membangun
3 Puskesmas Rawat Inap, sehingga pada setiap desa/kelurahan sudah tersedia
prasarana kesehatan dasar (PKD) berikut dengan tenaga kesehatannya.
Tabel II.17
Fasilitas Kesehatan dirinci per Kecamatan
di Kabupaten Wonosobo Tahun 2009
No Kecamatan
Fasilitas Kesehatan
Rumah
Sakit
Umum
Rumah
Sakit
Khusus
Rumah
Bersalin
Balai
Pengoba
tan/RB
Balai
Pengobat
an
Laboratori
um Apotik
Puskes
mas /
Pustu
Pos-
Yandu
Pus-
Ling
1 Wonosobo 2 1 1 2 4 15 2/3 121 4
2 Kertek 1 1 3 2/4 102 2
3 Selomerto 2 1/5 88 2
4 Leksono 2/2 86 2
5 Kalikajar 1 2/4 104 1
6 Sapuran 1 1 1 1/2 76 2
7 Kepil 2/5 124 3
8 Kalibawang 1/2 55 1
9 Garung 2 1/3 73 2
10 Mojotengah 1 1/1 92 1
11 Kejajar 1 1 1 2/1 78 3
12 Watumalang 1 1/3 70 1
13 Kaliwiro 1 1 1 1 1/3 93 2
14 Wadaslintang 1 2/6 65 3
15 Sukoharjo 2/4 73 2
JUMLAH 2 1 2 4 5 7 28 24/48 1.300 31
Sumber data Dinas Kesehatan Kab. Wonosobo
Capaian pelayanan kesehatan tercermin pada upaya untuk menyediakan
pelayanan kesehatan di tingkat kabupaten maupun desa. Pada tahun 2009, rasio
Posyandu persatuan balita sudah mencapai 1: 39, Rasio Puskesmas, Poliklinik Pustu
per satuan penduduk sudah mencapai 1 : 9.079 , Rasio Rumah Sakit per satuan
penduduk mencapai , Rasio Dokter per satuan penduduk mencapai 1 : 10.393 dan
cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani mencapai 100 %, cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
mencapai 86,41 %, Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
mencapai 87,17%, Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan mencapai 100%,
Angka kesembuhan penderita penyakit TBC BTA (+) mencapai 93 %, Cakupan
penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD mencapai 100 %, Cakupan
27
pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin mencapai 0,66 % dan
Cakupan kunjungan bayi mencapai 98,24 %.
c. Pekerjaan Umum
Urusan pekerjaan umum dilaksanakan dalam dua koridor kebijakan
pemerintah daerah yaitu peningkatan penanggulangan kemiskinan dan peningkatan
kualitas dan efektifitas pembangunan infrastruktur yang juga diharapkan dapat
mendorong kebijakan pemerintah daerah dalam pengurangan ketimpangan antar
wilayah.
Secara garis besar, pembangunan infrastruktur dalam upaya pelaksanaan
urusan pekerjaan umum dijabarkan dalam berbagai program untuk kemudian
dilaksanakan dalam paket-paket pekerjaan pengadaan saran dan prasarana
infrastruktur. Program Pembangunan/Rehabilitasi Jalan dan Jembatan, Program
Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan
lainnya dan Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan merupakan tiga besar
program priotas pemerintah daerah dalam upaya penyediaan sarana dan prasarana
yang memadai bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Penyelenggaraan fungsi pembangunan infrastruktur fasilitas umum, adalah
fungsi yang mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya melalui
peningkatan kualitas dan efektivitas pembangunan infrastruktur, yang mencakup
urusan pekerjaan umum dan urusan perumahan dan permukiman. Dalam konteks
Urusan Pekerjaan Umum, Pemerintah Daerah memiliki tanggungjawab penanganan
jalan sepanjang 810 km dan jembatan mencapai 2.622 m, irigasi mencapai 718
Daerah Irigasi (DI) terdiri dari irigasi teknis mencapai 9.030 Ha, irigasi ½ teknis
mencapai 710 Ha dan irigasi sederhana mencapai 11.310 Ha. Selama kurun waktu
2006 – 2010 sudah dilakukan pembangunan / rehabilitasi jalan, jembatan dan irigasi.
Dalam tahun 2006 panjang jalan dalam kondisi baik mencapai 386,752km atau
47,75% dan tahun 2009 mencapai 408,55 km atau 50,43 %. Jembatan dalam kondisi
baik tahun 2009 mencapai 1,85 km / 230 (buah) atau 76,16 %. Sedangkan dalam hal
penyediaan sarana dan prasarana umum tempat pemakaman umum, rasio per 1000
penduduknya tahun 2006 mencapai 10 dan tahun 2009 mencapai Untuk tempat
pembuangan sampah (TPS), rasio per 1.000 penduduknya tahun 2006 mencapai 2
dan tahun 2009 mencapai 3.
28
d. Perumahan
Sebagai upaya aksi pelaksanaan urusan perumahan segaris dalam tujuan
yang hendak dicapai dalam RPJMD yaitu meningkatkan kualitas dan efektivitas
penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman, telah pula
dilaksanakan pembangunan fisik terhadap sarana dan prasarana dasar. Selama
kurun waktu tahun 2006 sampai dengan 2009 tidak kurang 12 kegiatan
pengembangan perumahan, 230 kegiatan lingkungan sehat perumahan juga
dilaksanakan 21 kegiatan pembangunan fasilitas penunjang areal pemakaman, 1
kegiatan rehabilitasi rumah korban terorisme dan pengadaan fasilitas pemadam
kebakaran berupa 2 mobil pemadam kebakaran yang diharapkan dapat
meningkatkan kapasitas penanggulangan pemadam kebakaran.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat juga terlihat dari tercukupinya
kebutuhan perumahan. Oleh karena itu, pengelolaan Urusan Perumahan dan
Permukiman, terus diupayakan dapat meningkatkan kualitas dan efektivitas
penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman,
meningkatkan fasilitasi dan pemberdayaan masyarakat termasuk PNS yang belum
memiliki rumah dalam pembangunan dan perbaikan rumah, meningkatkan
pengawasan dan pembinaan teknis keamanan dan keselamatan bangunan
perumahan dan gedung lainnya.
Untuk luas wilayah permukiman kumuh tahun 2009 seluas 242,81 Ha atau 3
%. Tahun 2009 jumlah yang layak huni sebanyak 200.709 rumah atau 91,51 % dan
yang tidak layak huni 18.621 rumah atau 8,49 %. Tahun 2009 yang mengakses air
bersih sebanyak 219.330 rumah tangga (KK) atau 98,23 %. Untuk sanitasi, pada
tahun 2006 rumah tangga (KK) yang sudah bersanitasi sebanyak 128.581 rumah
tangga (KK) atau 57,6 % sedangkan yang belum bersanitasi sebanyak 94.650 rumah
tangga (KK) atau 42,4 %, tahun 2009 yang bersanitasi mencapai 128.615 rumah
tangga (KK) atau 57,6 %.
e. Penataan Ruang
Wonosobo yang memiliki luas wilayah 98.468 ha terbagi atas beberapa
wilayah yang bersifat pedesaan maupun perkotaan. Perkembangan wilayah beserta
komunitasnya antara satu wilayah dengan wilayah yang lain cenderung tidak sama.
Hal ini tidak saja karena perbedaan kondisi geografis maupun kultur masyarakat
namun juga dipengaruhi kebijakan pembangunan dan pengelolaan tata ruang.
Degradasi lingkungan bisa menjadi penyebab munculnya ketimpangan
29
wilayah, sedangkan ketimpangan pertumbuhan antar wilayah sering menjadi
penyebab lambatnya pertumbuhan tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh
karenanya selama kurun 2006 – 2010 sudah dilakukan berbagai upaya pengurangan
ketimpangan wilayah, dengan mengoptimalkan pengelolaan urusan Penataan Ruang
dan urusan Pertanahan. Dalam konteks Urusan Penataan Ruang, Pemerintah Daerah
terus berupaya meningkatkan akselarasi pembangunan di wilayah-wilayah strategis
dan wilayah-wilayah tertinggal, meningkatkan keseimbangan pertumbuhan antar
kawasan pedesaan dan perkotaan, menyerasikan pemanfaatan dan pengendalian
ruang dalam suatu sistem wilayah pembangunan yang berkelanjutan, dan
meningkatkan keterkaitan kegiatan ekonomi antar wilayah perkotaan dan pedesaan
dalam suatu sistem pengembangan ekonomi yang saling menguntungkan.
Wonosobo dengan luas wilayah 98.468 Ha, memiliki luas ruang terbuka hijau dalam
tahun 2006 seluas 28,5 Ha atau 28,9 % dan tahun 2009 seluas 25,78 Ha atau 26,2 %..
Kegiatan perencanaan tata ruang yang telah dilaksanakan adalah Revisi RIK
Wonosobo, Penyusunan Masterplan Kawasan Alun-Alun dan DED Alun-Alun Kota
Wonosobo, Penyusunan RTRW Kabupaten Wonosobo, Masterplan GOR,
Perencanaan Lingkungan Pendopo, Penyusunan RDTRK Kec. Watumalang, RDTRK
Kec. Kalibawang, Pembangunan dan Pengembangan Infrastruktur Data Spasial,
Penyusunan RDTRK Kec. Wadaslintang dan RDTRK Kec. Kertek.
f. Perhubungan
Kinerja pembangunan pada pelayanan pada urusan perhubungan di
Kabupaten Wonosbo selama periode 2005-2009 dilihat dari jumlah arus
penumpang angkutan umum selama 5 tahun yang mengalami penurunan dari
11.742.718 penumpang tahun 2005 menjadi 5.702.073 penumpang pada tahun
2009. Penurunan jumlah penumpang lebih disebabkan adanya pergeseran
penggunaan moda angkutan umum ke angkutan pribadi. Persentase jumlah
angkutan darat dibanding jumlah penumpang angkutan darat mengalami
peningkatan dari tahun 2005 sebesar 9,30% menjadi 11,01% pada tahun 2009,
jumlah terminal dan sub terminal tidak mengalami perubahan atau tetap sebanyak
7 unit. Tantangan kedepan adalah bagaimana menyediakan pelayanan angkutan
masal yang murah, nyaman, aman dan tepat waktu agar kemacetan yang
disebabkan oleh banyaknya angkutan pribadi tidak terjadi.
Akselerasi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Wonosobo sangat didukung
dengan pembangunan di sektor perhubungan. Perhubungan yang lancar dan
nyaman memicu distribusi produk barang dan jasa dari satu wilayah ke wilayah yang
30
lain. Distribusi barang dan jasa yang lancar akan menekan biaya produksi dan pada
muaranya akan menekan harga pasar. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana
dan prasarana perhubungan dimaksudkan untuk meningkatkan ketertiban lalu
lintas dan kenyamanan pengguna jalan, sehingga diharapkan dapat meminimalisasi
resiko yang diakibatkan dalam berlalu lintas. Data Sarana prasarana
pendukkungkeselatan dan kenyamanan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel II.18
Sarana Prasarana Pendukung Keselamatan dan Kenyamanan transportasi
No. Fasilitas Jumlah
2006 2007 2008 2009
1 Jalur Penyelamat 1 1 1 1
2 Rest Area 0 0 0 0
3 Shelter/ Halte 2 2 4 4
4 Lampu Pengatur Lalu Lintas 2 2 6 17
5 Rambu-Rambu 72 72 158 458
6 Marka Jalan (m2) - - - 6.287
Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi
Dalam penyelenggaraan urusan perhubungan, Pemerintah Kabupaten
Wonosobo memberikan pelayanan ijin trayek dan pengujian kendaraan bermotor
bagi angkutan umum dan angkutan barang. Kegiatan pengujian kendaraan
bermotor bertujuan agar tingkat kelaikan kendaraan dapat dipertanggungjawabkan,
sehingga kecelakaan lalu lintas akibat dari penggunaan kendaraan dapat ditekan.
Untuk mendukung kegiatan tersebut dilaksanakan kegiatan perbaikan dan
modifikasi peralatan pengujian kendaraan guna lebih mengoptimalkan kegiatan
pelayanan pengujian kendaraan bermotor.
Tabel II.19
Tabel Jumlah dan Alokasi Kendaraan Angkutan Pedesaan
No. Trayek Jarak (km)
Jml Armada
2006 2007 2008 2009
1 Wonosobo- Kertek 8 81 81 81 81
2 Wonosobo- Sawangan 12 63 63 63 63
3 Wonosobo- Leksono 9 39 39 39 39
4 Wonosobo- Garung 8 74 74 74 74
5 Wonosobo- Mojotengah 8 26 26 26 26
6 Wonosobo- Limbangan 8 19 19 19 19
7 Wonosobo- Gondang 8 20 20 20 20
8 Wonosobo- Andongsili- Keseneng 10 12 12 12 12
9 Wonosobo- Wonolelo 8 14 14 17 17
10 Wonosobo- Pacarmulyo- Gondang 9 13 13 13 13
11 Wonosobo- Madukoro- Keseneng 8 8 8 8 8
12 Wonosobo- Jetis- Wonokasihan 8 6 6 6 6
Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi
31
Tabel II.20 Alokasi Kendaraan Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP)
dan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) No.
Trayek
Jarak (km)
Jml Armada
2006 2007 2008 2009
1 Wonosobo- Jakarta 490 10 10 10 9
2 Wonosobo- Bandung 340 0 0 0 0
3 Wonosobo- Purwokerto 120 28 28 28 28
4 Wonosobo- Magelang 66 80 80 80 80
5 Wonosobo- Purworejo 54 99 99 99 99
6 Wonosobo- Kebumen 101 36 36 36 36
7 Wonosobo- Semarang 119 9 9 9 9
Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi
Peningkatan ketersediaan sarana pendukung transportasi berupa rambu-
rambu lalu-lintas sejumlah 72 unit pada tahun 2006 menjadi 458 unit pada tahun
2009 dan pengadaan marka jalan sepanjang 6287 m2 pada tahun 2009.
g. Lingkungan Hidup
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan yang berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan, urusan lingkungan hidup di Wonosobo menjadi
masalah prioritas. Hal ini berdasarkan realitas adanya kecenderungan terjadi
penurunan kualitas lingkungan hidup. Masalah lingkungan hidup memerlukan
perhatian serius karena sifatnya yang khusus dan melibatkan banyak sektor. Adanya
keterkaitan ini membuat urusan lingkungan hidup harus dilihat secara menyeluruh
dari berbagai sudut pandang yang berbeda serta dalam penanganannya tidak bisa
dilakukan secara sektoral.
Keberhasilan pengelolaan sampah di Wonosobo juga didukung adanya
keikutsertaan pihak ketiga (Yayasan Danamon Peduli) dalam pengelolaan sampah.
Wonosobo merupakan salah satu daerah (Wonosobo merupakan peringkat ke
empat terbaik dari 30 daerah di Indonesia) yang menjalin kerjasama dengan Yayasan
Danamon Peduli, membangun fasilitas sampah pasar tradisional yang bertujuan
untuk mengkonversi sampah pasar tradisional menjadi kompos berkualitas tinggi
untuk didistribusikan kepada para petani. Program ini secara sistematis
meningkatkan kondisi kesehatan dan kebersihan serta memberikan manfaat sosial
ekonomi bagi komunitas pasar tradisional dan petani.
Program Kompos Sampah Pasar ‘NOTHING WASTED’ ini juga telah mendapat
apresiasi dari dunia internasional, tahun lalu, program ini terpilih menjadi juara 2
dari BBC World Challenge 2009 yang terpilih dari 900 program pengembangan
32
masyarakat di seluruh dunia, dan juga menjadi pemenang Metro TV/MDGs Award
2009 untuk pengentasan kemiskinan
h. Pertanahan
Untuk Urusan Pertanahan, Pemerintah Daerah terus mendorong dilakukan
perubahan sistem pengelolaan tanah agar efisien, efektif serta terlaksananya
penegakan hukum terhadap hak atas tanah masyarakat dengan menerapkan prinsip-
prinsip keadilan, transparansi dan demokrasi. Masih rendahnya kepemilikan
sertifikat tanah sebagai bukti sah atas kepemilikan tanah merupakan permasalahan
pertanahan yang mendasar di Kabupaten Wonosobo yang bisa menjadi
permasalahan serius. Sampai dengan tahun 2009 dari 620.641 bidang tanah sudah
126.660 bidang atau 20,41 % tanah bersertifikat dan meningkat 2,5 % dalam kurun
waktu 5 tahun. Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan jumlah tanah yang telah
bersertifikat yang berarti bahwa kesadaran masyarakat mulai terketuk akan arti
penting sertifikat sebagai alat bukti sah kempemilikan atas tanah.
Sedangkan untuk pemenuhan sarana kesehatan berupa pengadaan tanah
untuk puskesmas yang bertujuan untuk menunjang pelayanan kesehatan
masyarakat demikian juga penyediaan tanah yang akan digunakan untuk
pembangunan GOR yang bertujuan untuk menyediakan sarana olah raga bagi
masyarakat Wonosobo. Disisi lain pemerintah juga menyediakan sarana untuk
pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo berupa pengadaan tanah untuk
menunjang kelancaran lalu lintas yang menguhubungkan objek pariwisata maupun
penunjang pengembangan sektor pariwisata itu sendiri. Seperti pengadaan tanah
untuk Tuk Bimo Lukar yang ditujukan untuk pengembangan obyek wisata Tuk Bimo
Lukar dimana menurut sejarahnya merupakan sumber mata air Sungai Serayu yang
kondisinya pada saat ini debit airnya sudah sangat minim apalagi bila musim
kemarau tiba. Sebagai antisipasinya ada beberapa lahan yang harus dibebaskan
untuk penyelamatan sumber mata air yang selanjutnya untuk reboisasi di sekitar
lahan tersebut mengingat kesadaran masyarakat sekitar akan pentingnya
penyelamatan wilayah Dieng sudah relatif kurang.
Dalam rangka peningkatan sarana perekonomian maka pemerintah daerah
memfasilitasi melalui pengadaan tanah yang ditujukan untuk pembangunan pasar,
baik pasar sayur maupun pasar buah yang nantinya dapat menampung dan
memasarkan komoditi buah dan sayur dikarenakan Wonosobo merupakan salah
satu sentra penghasil sayur dan buah terbesar di Jawa Tengah.
33
Untuk pelaksanaan program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan
dan pemanfaatan tanah dari tahun 2006 s/d Tahun 2009 juga diperuntukkan bagi
pelaksanaan kegiatan program daerah (PRODA) berupa pensertifikatan hak milik
masyarakat ekonomi kurang mampu sebanyak 800 bidang yang seluruh
pembiayaannya ditanggung pemerintah daerah .
Selain itu untuk tertib administrasi dan kejelasan status tanah baik tanah
milik pemerintah daerah termasuk di dalamnya tanah-tanah hasil penyerahan eks
instansi vertikal/ departemen sebagai akibat dari penyerahan otonomi daerah
maupun eks tanah bengkok dari desa yang berubah statusnya menjadi kelurahan,
telah dilaksanakan kegiatan pensertifikatan 108 bidang eks tanah bengkok dan 38
bidang eks tanah instansi vertikal/departemen. Untuk tahun 2010 sebagian besar
kegiatan telah selesai dilaksanakan yaitu berupa pengadaan tanah untuk Tuk Bimo
Lukar serta pengadaan tanah untuk SMK Kalikajar tinggal penyelasaian administrasi,
sedangkan kegiatan lainnya baru dalam tahap proses pelaksanaan.
i. Kependudukan dan Catatan Sipil
Penanganan tertib administrasi kependudukan dan catatan sipil berupa KTP,
KK, akte kelahiran dan dokumen lainnya sudah cukup optimal. Adapun kelemahan
yang masih sering terjadi antara lain kesadaran penduduk untuk melaporkan setiap
peristiwa penting kependudukan dan catatan sipil masih rendah, padahal hal ini
berpengaruh besar bagi kesempurnaan administrasi kependudukan.
Pada tahun 2007 program penataan administrasi kependudukan difokuskan
pada kegiatan pembangunan dan pengoperasian SIAK secara terpadu, yang
merupakan program pembangunan di bidang sistem administrasi kependudukan
dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi serta
penerapan sistem komputerisasi yang semakin maju. Pada awalnya spesifikasi SIAK
yang dikeluarkan oleh Depdagri bersifat online yang menghubungkan setiap
Kabupaten/Kota dengan Depdagri. Pada sistem online ini, data kependudukan setiap
daerah diverifikasi secara nasional dan real time.
Penerapan sistem online tersebut banyak mengalami kendala. Pada akhirnya
kebijakan SIAK itu mengalami beberapa perubahan fundamental. Kebijakan offline
yang hanya menghubungkan semua data kependudukan dalam satu daerah
(Kabupaten/Kota) mulai ditoleran. Depdagri pun pada akhirnya memberikan
bantuan sarana komputer sebagai salah satu upaya untuk merespon keterbatasan
daerah dalam mempersiapkan sarana dan pra sarana pendukung SIAK.
34
Pembangunan jaringan hingga ke titik lokasi unit pelayanan telah dirintis
antara lain dengan memanfaatkan jaringan yang sudah ada di Kabupaten Wonosobo
dengan melakukan beberapa penyempurnaan. Dengan alokasi dana yang tersedia
pada tahun 2007, pembangunan jaringan hanya cukup dilaksanakan di 6 kecamatan.
Walaupun program SIAK ini belum dapat dioperasionalisasikan secara
serentak di 15 kecamatan , akan tetapi program SIAK ini sudah mulai diujicoba untuk
dioperasikan pada pembuatan KK gratis dan KTP masal. Keduanya telah
menggunakan spesifikasi model SIAK Depdagri, atau lebih dikenal dengan sebutan
KK/KTP Nasional. KK/KTP Nasional ini pada hakekatnya adalah pelaksanaan amanat
Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2002 yang menyebutkan perlunya penerapan
suatu standar nasional di bidang administrasi kependudukan.
Kegiatan pembuatan KK gratis dan KTP masal dilaksanakan oleh Kantor
Kependudukan dan Catatan Sipil bekerja sama dengan pihak ketiga (CV DELTRON
COMPUTER, Boyolali) dalam hal pencetakannya, sedangkan dalam hal pendaftaran
dan pendistribusiannya bekerja sama dengan pemerintahan kecamatan,
kelurahan/desa.
Kegiatan penyediaan KK gratis ini diawali dengan penyusunan database
kependudukan, dimana setiap kepala keluarga wajib mengisi dokumen F1-01 dengan
data pribadi yang lengkap. Kegiatan ini berhasil menyusun data kependudukan
sebanyak ± 212.163 KK. Karena keterbatasan dana yang dimiliki, maka untuk tahun
2007 hanya mampu mencetak 100.000 lembar KK. Sedangkan sisanya akan dicetak
pada tahun anggaran 2008. Untuk kegiatan penyediaan KTP masal berhasil
menyerap ± 143.849 pemohon.
Kesiapan yang diperlukan untuk melaksanakan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK) terdiri dari pengadaan sarana perangkat keras seperti
komputer, kemudian SDM, kabel jaringan, revisi peraturan daerah Kabupaten
Wonosobo tentang SIAK, serta perangkat pendukung lainnya seperti blanko, format
dan buku register. Untuk keperluan tersebut pemerintah daerah sudah mulai
merintis mempersiapkan pada tahun 2005.
Untuk rasio kepemilikan Kartu Keluarga dengan jumlah Kepala Keluarga
sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar 96,19% (target RPJMD sebesar 95%).
Jumlah Kepala Keluarga adalah 326.527 orang dan jumlah Kepala Keluarga yang
memiliki kartu keluarga adalah 314.094 orang. Untuk rasio kepemilikan KTP dengan
jumlah penduduk wajib KTP yang memiliki KTP adalah sebesar 98,8% (target RPJMD
sebesar 85%). Jumlah Penduduk wajib KTP adalah 661.494 orang dan jumlah
35
penduduk wajib KTP yang memiliki KTP sebanyak 653.581 orang.
Untuk kepemilikan akte kelahiran belum mencapai target yang diinginkan
yaitu sebesar 60%. Sampai dengan tahun 2010 rasio kepemilikan akte kelahiran
dengan jumlah penduduk adalah 53,44%. Jumlah penduduk adalah 888.813 orang
dan penduduk yang memiliki akte kelahiran sebanyak 475.023 orang.
j. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Dalam pembangunan pemberdayaan perempuan, permasalahan mendasar
yang terjadi selama ini adalah rendahnya partisipasi perempuan dalam
pembangunan, disamping masih adanya berbagai bentuk praktek diskriminasi
terhadap perempuan. Permasalahan mendasar lainnya adalah masih terdapat
kesenjangan partisipasi politik kaum perempuan, hal ini tercermin pada tahun 2006
dari 45 anggota DPRD Kabupaten Wonosobo hanya 4 orang (8,89%) yang berjenis
kelamin perempuan. Pada tahun 2007 meningkat dari 45 anggota DPRD tercatat 5
orang (11,11 %), sementara hasil Pemilu Legislatif tahun 2009 menurun dari 45
anggota DPRD hanya 3 orang wakil rakyat perempuan (6,67 %). Sementara untuk
Jabatan Ketua Partai Politik di Kabupaten Wonosobo sampai dengan tahun 2009
kedudukan perempuan belum nampak.
Rendahnya keterwakilan perempuan di parlemen disebabkan berbagai
faktor, diantaranya masih adanya pandangan gender yang mensubordinasi
perempuan, anggapan bahwa perempuan irrasional dan emosional yang
menyebabkan perempuan dianggap tidak layak memimpin, akibatnya muncul sikap
yang menempatkan perempuan pada posisi tidak penting serta diragukan kapasitas
dan kompetensinya, kesenjangan ini mencerminkan masih terbatasnya akses
sebagian besar perempuan dalam kegiatan publik yang lebih luas.
Secara umum, keberhasilan pelaksanaan urusan pemberdayaan perempuan
dan perlindungan anak selama tahun 2006 s.d. 2010 adalah adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya komitmen daerah, dukungan dan peran stakeholders melalui
pelaksanaan dan penerapan strategi pengarusutamaan gender dalam
pembangunan daerah.
2. Meningkatnya partisipasi, akses, kontrol dan peran serta manfaat perempuan
dalam jabatan publik dan politik yang ditandai dengan peningkatan pejabat dan
anggota legislatif perempuan.
3. Meningkatnya upaya-upaya yang dilakukan untuk kesejahteraan dan
perlindungan terhadap perempuan dan anak.
36
4. Meningkatnya kesadaran dan responsivitas masyarakat dan aparat terhadap
kekerasan berbasis gender.
Tabel II.21 Data Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan Tahun 2006-2009
No. Jumlah Kasus Tahun
2006 2007 2008 2009
1 Kekerasan terhadap perempuan 15 75 100 95
2 Kekerasan yang difasilitasi penyelesaiannya 15 74 100 95
3 Kekerasan yang sudah selesai ditangani 15 74 100 74
4 Kekerasan yang masih dalam proses penyelesaian 0 0 0 21
5 Kekerasan yang belum tertangani 0 0 0 0
Sumber : Bagian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Setda
Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa jumlah kekerasan terhadap
perempuan cenderung menurun. Walaupun demikian, masih ada beberapa kasus
yang belum selesai tertangani karena beberapa kendala.
Tabel II.22 Data Kasus Kekerasan Terhadap Anak
di Kabupaten Wonosobo Tahun 2008-2009
No. Jumlah Kasus Tahun
2006 2007 2008 2009
1 Kekerasan terhadap anak 12 12 18 23
2 Kekerasan yang difasilitasi penyelesaiannya 12 12 18 0
3 Kekerasan yang sudah selesai ditangani 12 12 18 20
4 Kekerasan yang masih dalam proses penyelesaian 0 0 0 1
5 Kekerasan yang belum tertangani 0 0 0 2
Sumber : Bagian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Setda
Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa jumlah kekerasan terhadap anak
cenderung meningkat. Peningkatan yang terjadi bukan bermakna peningkatan
jumlah kasus semata setiap tahunnya, akan tetapi juga menunjukkan
peningkatan responsivitas pemerintah Kabupaten Wonosobo terhadap kasus
kekerasan terhadap perempuan dan anak serta peningkatan kesadaran dan
keberanian masyarakat utamanya perempuan dan anak untuk melaporkan
kekerasan yang menimpa mereka. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari
peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan sosialisasi tentang kekerasan dalam
rumah tangga dan juga berkat kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti
UPIPA GOW Wonosobo, Kepolisian dan Kejaksaan.
Tolok ukur keberhasilan pengintegrasian strategi pengarusutamaan
37
gender (PUG) dalam pembangunan dapat dilihat dari capaian Indek
Pembangunan Gender (IPG) dan Indek Pemberdayaan Gender (GEM).
Gambar II.3 Grafik Pencapaian GDI dan GEM Kabupaten Wonosobo
Tahun 2006 – 2008
Sumber : Bagian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Setda
Merujuk pada data tiga tahun terakhir tahun 2006 s/d 2008
menunjukkan adanya tren peningkatan dalam pencapaian GDI maupun GEM di
Kabupaten Wonosobo. Namun jika dibandingkan dengan capaian GDI dan GEM
Provinsi Jawa Tengah capaian tersebut masih tergolong rendah, dimana pada
tahun 2008 capaian GDI Provinsi Jawa Tengah sebesar 64.66 dan GEM Provinsi
Jawa Tengah sebesar 59.76.
Sementara apabila disandingkan dengan capaian Human Develepmen
Indek (HDI) Kabupaten Wonosobo masih terlihat adanya kesenjangan yang ada
sebagaimana tabel berikut :
Gambar II.4 Grafik Pencapaian IPM dan GDI Kabupaten Wonosobo
Tahun 2006 - 2008
Sumber : BPS Kabupaten 2008.
k. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan selama 5 tahun (2006-
2010) untuk menunjang keberhasilan pembinaan keluarga kecil dan sejahtera,
alokasi dana yang signifikan pada program pelayanan kontrasepsi dengan kegiatan
pengadaan alat dan obat kontrasepsi pil KB, pengelolaan data keluarga berencana
serta pelayanan KB medis operasi bagi keluarga miskin yang bertujuan
mempermudah akses serta penggunaan metode kontrasepsi yang aman, efisien,
38
efektif khususnya bagi masyarakat kurang mampu. Pengelolaan data keluarga
berencana yang dilaksanakan pada tahun 2008 di 265 desa/kelurahan membentuk
sistem informasi manajemen yang dikelola secara efektif dan efisien sebagai satu
pusat pangkalan data dan informasi bagi pengembangan program. Kesadaran akan
pentingnya kontrasepsi di Indonesia masih perlu ditingkatkan guna mencegah
terjadinya ledakan penduduk di Indonesia pada masa yang akan datang. Saat ini,
ledakan penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di
seluruh dunia, di samping isu tentang global warming, keterpurukan ekonomi,
masalah pangan serta kesehatan penduduk.
Demi tercapainya suatu masyarakat yang sejahtera melalui upaya
perencanaan dan pengendalian jumlah kelahiran, dilaksanakan program keluarga
berencana dengan kegiatan penerangan KB, pelatihan, peningkatan partisipasi pria
dalam KB dan KR, pelaksanaan pengumpulan data berbasis RT yang meliputi 15
kecamatan dan 267 desa, operasional untuk PPKBD dan sub PPKDB untuk
memaksimalkan informasi dan akses serta pemerataan pelayanan KB. Pelayanan KIE
KRR (Komunikasi Informasi Edukasi Kesehatan Reproduksi Remaja) mencapai hasil
terbinanya kelompok sebaya yang diharapkan mampu menyebarluaskan
pengetahuan yang diterimanya kepada teman-teman lingkungannya.
Peningkatan dukungan dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
keluarga berencana yang ditunjukkan dengan meningkatnya kepesertaan KB aktif
sebagai salah satu faktor terkendalinya laju pertumbuhan penduduk, dengan data
sebagai berikut :
Tabel II.23 Perkembangan Jumlah Peserta KB
No. Tahun Pasangan
Usia Subur
Peserta Aktif Peserta KB Baru
Jumlah % Realisasi PPM PB Capaian
(%)
1 2006 155.373 121.923 77,97 11.931 14.794 80,65
2 2007 157.202 119.605 96,26 15.418 15.430 99,92
3 2008 159.810 127.371 79,70 22.739 21.546 105,64
4 2009 162.066 130.025 80,23 25.586 21.518 118,91
Sumber : BKBKS Kabupaten Wonosobo
Sementara ini animo masyarakat untuk menggunakan alat atau obat
kontrasepsi yang permanen (MOP dan MOW) masih sangat rendah, disamping itu
masih kurangnya sarana dan prasarana pendukung serta jumlah pelayanan gratis
terbatas dan hanya diprioritaskan bagi kelompok masyarakat yang rentan atau
miskin untuk mendapatkan pelayanan KB tersebut, disamping itu peran pria dalam
39
penggunaan alat atau obat kontrasepsi masih rendah dan masih didominasi
perempuan dalam penggunaan kontrasepsi dimana prosentasenya mencapai
97,62% (persen). Perkembangan penduduk laki-laki yang mengikuti KB di Kabupaten
Wonosobo tahun 2005 s/d 2010 sebagaimana pada Tabel berikut:
Tabel II.24
Jumlah Penduduk Laki-laki yang mengikuti Program KB
Tahun 2006 - 2009
Tahun
Peserta KB
Aktif Baru
Total PA PA Pria % Total PB PB Pria %
2006 119.377 2.565 2,15 15.373 219 1,42
2007 119.605 2.458 2,06 15.418 112 0,73
2008 127.371 2.769 2,17 22.739 546 2,40
2009 130.025 2.921 2,25 25.586 1.354 5,29
Sumber Data Badan Keluarga Berencana Kab.Wonosobo
l. Sosial
Selama tahun 2006-2007 terdapat 8 indikator penyandang masalah
kesejahteraan sosial yang kemudian seiring dengan adanya dinamika kehidupan
masyarakat, masalah kesejahteraan sosial pun ikut berkembang dan cenderung
semakin kompleks. Saat ini identifikasi masalah kesejahteraan sosial telah
memunculkan 27 penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Selama
periode 2006-2009, angka penyandang masalah kesejahteraan sosial masyarakat
(PMKS) di Kabupaten Wonosobo telah berkurang. Jumlah PMKS yang tercatat pada
tahun 2007 yaitu sebesar 111.224 orang, yang kemudian pada tahun 2009 telah
mengalami penurunan menjadi sebesar 72.396 orang (35%). Dari total PMKS yang
ada, pada tahun 2006 jumlah anak terlantar di Kabupaten Wonosobo tercatat
sekitar 52.725, yang terdiri dari 830 balita terlantar dan 51.895 anak usia 5-21
tahun. Jumlah ini mengalami penurunan pada tahun 2009 mencapai 7,16% sehingga
jumlah anak terlantar di Kabupaten Wonosobo tercatat sekitar 48.950 jiwa, yang
terdiri dari 174 balita terlantar dan 48.776 anak usia 5-21 tahun. Sedangkan jumlah
lanjut usia terlantar pada tahun 2006 tercatat sebanyak 8.809 jiwa yang kemudian
pada tahun 2009 telah turun mencapai 49% sehingga keberadaan lanjut usia
terlantar menjadi 4.506 jiwa.
Selanjutnya, penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
khususnya kepada fakir miskin apabila tidak dilakukan secara tepat akan berakibat
pada kesenjangan sosial yang semakin meluas, dan berdampak pada melemahnya
ketahanan sosial masyarakat, serta dapat mendorong terjadinya konflik sosial,
40
terutama bagi kelompok masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan
perbatasan. Berdasarkan data Dinas Sosial Kabupaten Wonosobo, pada tahun 2006
jumlah fakir miskin di Kabupaten Wonosobo berjumlah sekitar 98.347 jiwa yang
juga telah mengalami penurunan sebesar 25,4% sehingga pada tahun 2009 menjadi
berjumlah sekitar 73.335 jiwa.
Akses (kemudahan) dalam mendapatkan pelayanan dibidang layanan sosial
dasar dari pemerintah meliputi, ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Beberapa
program kegiatan dalam urusan sosial mempunyai orientasi untuk mengentaskan,
membantu, mengembangkan ekonomi masyarakat yang membutuhkan, atau secara
tidak langsung/jangka panjang memberikan pengaruh yang positif dalam perbaikan
ekonomi bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial dan harapannya untuk
menuju pertumbuhan ekonomi yang tinggi menuju pembangunan manusia yang
cepat dan merata. Program kegiatan tersebut antara lain pemberian bantuan
stimulan untuk merangsang pengembangan usaha seperti pemberian Usaha
Ekonomi Produktif, pemberian bantuan dan pendampingan pada KUB (kelompok
usaha bersama), pelatihan keterampilan kewirausahaan yang akhirnya dapat
menunjang perekonomian masyarakat, pemberian alat bantu bagi penderita cacat
sehingga mereka bisa mengoptimalkan fungsi sosialnya. Disamping itu bantuan
pangan atau penyediaan bahan pokok pangan berupa penyaluran raskin bagi
masyarakat miskin secara merata dan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi
keluarga miskin secara terus-menerus telah dilakukan dengan harga terjangkau
sehingga masyarakat miskin tidak perlu merealokasikan pengeluarannya. Kegiatan
monitoring harga maupun ketersediaan kebutuhan pokok pun telah digalakkan
setiap tahunnya, utamanya adalah menjelang lebaran sehingga harga maupun
ketersediaan bahan makanan pokok dapat terkontrol dan dapat mencukupi
kebutuhan masyarakat.
Selain itu pemenuhan hak sosial dasar terhadap PMKS adalah kesehatan,
dalam arti pembangunan urusan sosial juga menjadi salah satu agen yang
mempunyai peran/mengambil kedudukan dalam mengkampanyekan hidup sehat.
Peran Pemerintah Kabupaten Wonosobo tersebut berbentuk kegiatan/program
kerja praktis mengarah langsung kepada keterlantaran, kecacatan, dan dalam
ketidakmampuan secara sosial atau sehat mengajarkan mereka kepada
keberfungsiannya secara optimal dalam segala bidang kehidupan, sehingga sehat
yang dimiliki oleh titik sasaran tersebut mampu memberikan sumbangsih optimal
bagi hidupnya, keluarga, masyarakat ataupun untuk bangsa. Program kegiatan
41
tersebut antara lain: permakanan bagi lanjut usia maupun anak panti sehingga
terpenuhi gizinya.
Secara tidak langsung jaminan sosial kepada PMKS yang menjadi salah satu
sasaran pembangunan urusan sosial dari Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo
mempunyai peranan dalam pemenuhan salah satu hak sosial dasar yaitu
pendidikan. Pendidikan dalam bentuk pelatihan/pemberdayaan bagi PMKS lebih
ditujukan untuk memberikan bekal keterampilan hidup agar mampu mencukupi
kebutuhan dasarnya secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan ini merupakan upaya
pemerintah dalam meningkatkan aksesibilitas penyandang masalah kesejahteraan
sosial terhadap layanan sosial dasar.
Peningkatan urusan sosial untuk menumbuh kembangkan kepedulian
masyarakat dalam penanggulangan masalah sosial, dilaksanakan dengan program
pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial yang dilaksanakan selama tahun
2006-2009. Program ini dilaksanakan dengan kegiatan pembinaan dan rehabilitasi
penyandang masalah sosial yang dimulai dari tahun 2006 dengan jumlah
keseluruhan penyandang masalah sosial yang dapat dibina sebanyak 225 orang
terjadi peningkatan pada tahun 2009 sebanyak 1.955 orang dengan rata-rata
peningkatan sebesar 8,68%.
Tabel II.25 Jumlah PMKS Kabupaten Wonosobo
Indikator Tahun
2006 2007 2008 2009
Jumlah PMKS (jenis) 27 27 27 26
Jumlah PMKS Yang Tertangani (jenis) 22 23 25 25
Persentase Jumlah PMKS yang tertangani terhadap jumlah PMKS
85,2% 88,9% 92,6% 96,2%
Jumlah PMKS Yang Menerima Bantuan Sosial
225 230 250 1.955
Sumber : Dinas Sosial Kab. Wonosobo
Untuk melihat perkembangan jumlah fasilitas sosial yang ada di Kabupaten
Wonosobo yang dapat juga berarti menunjukkan kepedulian masyarakat terhadap
PMKS, dalam perkembangannya selama periode tahun 2006-2009 memperlihatkan
peningkatan hal ini dapat dilihat pada tahun 2006 dengan jumlah keseluruhan
fasilitas sosial masyarakat sebanyak 12 buah jika dibandingkan dengan tahun 2009
meningkat menjadi sebanyak 14 buah, dilihat dari jenisnya, panti asuhan mengalami
peningkatan sebesar 18,2%.
42
m. Ketenagakerjaan
Tantangan terbesar yang dihadapi dalam ketenagakerjaan adalah masalah
pengangguran. Sebelum terjadinya krisis, pengangguran sudah menjadi masalah,
kini ditambah dengan adanya krisis global, Indonesia makin dihadapkan pada
masalah yang lebih besar. Sebagai dampak krisis, banyak negara yang mengalami
perlambatan ekonomi. Konsekuensinya daya beli menurun, permintaan produk
barang dan jasa turun yang berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) yang
meningkatkan pengangguran. Kondisi tersebut ikut mendorong tingginya angka
kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat.
Berbagai program Kabupaten Wonosobo melalui Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dilakukan dalam upaya peningkatan kesempatan kerja, antara lain
melalui transmigrasi, penempatan tenaga kerja lokal (AKL), penempatan tenaga
kerja antar daerah (AKAD), dan penempatan kerja antar negara (AKAN), di mana
prioritas kegiatan diarahkan pada masyarakat buruh tani dan petani subsisten yang
perlu mendapatkan mata pencaharian yang layak, dengan data sebagai berikut :
Tabel II.26 Data Penempatan Tenaga Kerja Kabupaten Wonosobo
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo
Implementasi program ini terwujud pada beberapa kegiatan yaitu penyiapan
tenaga kerja siap pakai, peningkatan pelayanan transmigrasi, pengembangan sistem
informasi pasar kerja melalui bursa kerja on line (BKO) sehingga informasi lowongan
pekerjaan lebih mudah dan cepat, pelatihan manajemen kewirausahaan dan
keterampilan penerapan teknologi tepat guna (TTG). Kegiatan Pelatihan penerapan
TTG ini merupakan salah satu upaya peningkatan taraf hidup masyarakat dengan
memanfaatkan potensi lokal. Padat Karya Infrastruktur sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat penganggur dan setengah menganggur dalam
pembuatan atau rehabilitasi sarana dan prasarana ekonomi daerah setempat.
Berikut adalah data pelatihan WUB, TTG dan padat karya dari tahun 2006 -
bulan Mei 2010 melalui dana APBD Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut :
Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
AKL AKAD AKAN AKL AKAD AKAN AKL AKAD AKAN AKL AKAD AKAN
183 502 2.557 95 1.451 1.751 22 979 1.217 327 1.399 935
3.242 3.297 2.218 2.661
43
Tabel II.27 Jumlah Peserta Pelatihan WUB, TTG dan Padat Karya
No. Tahun Jenis Kegiatan Jumlah Peserta
1 2009 Wira Usaha Baru Pelatihan Pengolahan Hasil pertanian 2 paket Penerapan Teknologi Tepat Guna Pembuatan bioetanol Padat karya infrastruktur
40 orang
20 orang 92 orang
2 2010 Wira Usaha Baru Pelatihan Pengolahan Hasil pertanian 1 paket
20 orang
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo
Dari kegiatan tersebut diharapkan dapat tercipta kesempatan berusaha yang
dapat memperbaiki taraf hidup tenaga kerja dan keluarganya yang berdampak pada
penanggulangan kemiskinan serta kelancaran pembangunan daerah. Melalui
pemberlakuan Undang-Undang Ketenagakerjaan No 13 tahun 2003 yang dapat
dipatuhi oleh pekerja dan pengusaha, akan menciptakan kondisi iklim kerja yang
kondusif dan perhatian terhadap kesehatan dan keselamatan kerja sebagai hak
dasar pekerja akan lebih terjamin. Implementasi program ini dalam beberapa
kegiatan yaitu penyelesaian perselisihan hubungan industrial, pemutusan hubungan
kerja, peningkatan pengawasan, perlindungan dan penegakan hukum tehadap
keselamatan dan kesehatan kerja, peningkatan kegiatan dewan pengupahan
kabupaten, penyelesaian kasus TKI bermasalah, penyelesaian klaim JHT Jamsostek,
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja, dan peningkatan lembaga ketenagakerjaan
LKS bipartit, tripartit, dan serikat pekerja sehingga diharapkan adanya hubungan
harmonis antara pemerintah, perusahaan dan serikat pekerja yang akan
mendukung terciptanya iklim usaha kondusif, pada akhirnya mampu menarik
investor masuk ke Wonosobo.
Berikut adalah kondisi hubungan industrial Kabupaten Wonosobo tahun
2006-2009 :
Tabel II.28 Data Hubungan Industrial Kabupaten Wonosobo
No. Jenis Data Tahun
2006 2007 2008 2009
1 Jenis kasus PHI 11 10 3 4
2 Jumlah kasus PHK 11 10 3 4
3 Jumlah Serikat Buruh/pekerja 16 16 17 17
4 Jumlah peraturan perusahaan 47 47 47 47
5 Jumlah kesepakatan kerja bersama 10 10 10 10
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo
44
Salah satu capaian dalam urusan ketenagakerjaan adalah serapan tenaga
kerja formal Kabupaten Wonosobo yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi adalah sebagai berikut :
Tabel II.29 Data Serapan Tenaga Kerja Formal Yang Terdaftar
No Jenis Data 2006 (org) 2007 (org) 2008 (org) 2009 (org)
1 Pencari kerja terdaftar (AK I) 6.257 7.118 10.136 3.310
2 Lowongan pasar kerja melalui Disnakertrans
6.841 11.224 12.632 2.641
3 Penempatan melalui Disnakertrans (AKL, AKAD, AKAN)
3.242 3.297 2.218 2.661
4 Pencari kerja terdaftar yang terserap (%)
51,81 % 46,13 % 21,8 % 80,3 %
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo
Pada tahun 2006 - 2009, kesempatan kerja dan berusaha semakin terbuka,
hal ini dapat dilihat dari peningkatan prosentase pencari kerja yang terserap
sehingga dapat memicu perkembangan perekonomian. Keterbukaan kesempatan
bekerja dan berusaha tersebut terkait dengan upaya pengentasan kemiskinan. Oleh
karena itu, alokasi anggaran pembangunan ketenagakerjaan ditargetkan minimal 25
% untuk penanggulangan kemiskinan.
Dari jumlah angkatan kerja terserap tersebut, penyerapan tenaga kerja
Kabupaten Wonosobo berdasarkan kualifikasi usaha adalah sebagai berikut :
Tabel II.30 Data Serapan Tenaga Kerja Berdasarkan Kualifikasi Usaha
No. Jenis Data Tahun
2006 2007 2008 2009
1. Usaha Kecil 5.051 6.179 6.189 6.189
2. Usaha Menengah 1.779 2.171 2.171 2.175
3. Usaha Besar 3.893 4.921 4.920 4.920
Jumlah 10.723 13.271 13.280 13.280
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo
n. Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Dalam rangka memberikan pelayanan dan kemudahan dalam berusaha
untuk menggiatkan usaha masyarakat Pemerintah Daerah telah memberikan
perijinan gratis kepada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten Wonosobo meliputi perijinan Ijin Mendirikan Bangunan
(IMB), Ijin Tempat Usaha (HO), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar
45
Perusahaan (TDP) dan Tanda Daftar Industri (TDI) yang dilaksanakan oleh Kantor
Perijinan dan Pelayanan Terpadu.
Tabel II.31 Data Pemberian Izin Gratis kepada UMKM
No. Izin Jumlah
1 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 6.347 SK
2 Izin Tempat Usaha (HO) 6.588 SK
3 Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) 6.936 SK
4 Tanda Daftar perusahaan (TDP) 6.936 SK
5 Tanda Daftar Industri (TDI)/ Izin Usaha Industri (IUI)
112 SK
Sumber : Kantor Perijinan dan Pelayanan Terpadu Kab. Wonosobo
Sampai dengan tahun 2009 jumlah koperasi di Kabupaten Wonosobo
sebanyak 334 buah meningkat 38,81 % bila dibandingkan dengan tahun 2006
sejumlah 237 buah. Jenis koperasi yang meningkat adalah koperasi perternakan dan
koperasi perempuan. Kenaikan tersebut menunjukkan semakin meningkatnya
kesadaran masyarakat akan arti pentingnya koperasi. Dari segi kuantitas, koperasi di
kabupaten Wonosobo cukup menggembirakan. Akan tetapi dari segi kualitas baik
produk/layanan maupun manajemennya masih perlu perbaikan. Permodalan yang
menjadi kendala hampir semua unit usaha juga tak luput dari perhatian pemerintah
daerah. Bantuan permodalan diberikan dalam bentuk modal bergulir yang diberikan
kepada kelompok penerima. Dengan bantuan modal tersebut diharapkan akan
meningkatkan kapasitas produksi dan layanan koperasi dan UMKM. Bantuan
permodalan tidak hanya diberikan kepada unit usaha produksi tetapi juga diberikan
kepada lembaga keuangan mikro (LKM). Sebagaimana diketahui ketersediaan
jaminan masih menjadi hambatan UMKM untuk mengakses sumber utama
pendanaan yaitu bank. keberadaan LKM sangat membantu usaha mikro yang
memberikan alternatif layanan keuangan.
Tabel II.32 Data Jumlah Koperasi
NO URAIAN Tahun
2006 2007 2008 2009
1 Koperasi aktif 237 215 228 283
2 Koperasi tidak aktif 0 104 102 46
Jumlah Koperasi 237 319 330 329 Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Wonosobo
o. Penanaman Modal
Selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 telah direalisasikan kegiatan
antara lain Feasibility study panas bumi, Feasibility Study perusahaan rami,
46
penyusunan Profil investasi Kabupaten Wonosobo. Selain itu juga melaksanakan
kegiatan merger BPR-BKK dan bintek BPR-BKK / BKK. Dari kegiatan program ini
dihasilkan adanya informasi potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah
sehingga memudahkan investor untuk melakukan investasi. Terlaksananya
Merger/penggabungan 9 BPR BKK menjadi PD BPR BKK Wonosobo; Terlaksananya
Bintek yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perbankan bagi
para karyawan dan pengelola PD BPR BKK/PD BKK; Meningkatnya kesehatan,
kinerja pengelola bank dan permodalan semakin kuat; Meningkatkan efektifitas
pengendalian/pengawasan internal, efisiensi biaya serta meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat.
Langkah strategis yang diambil pemerintah dalam hal meningkatkan iklim
investasi dengan penyederhanakan prosedur perizinan, walaupun urusan
penanaman modal tidak identik dengan pelayanan perizinan, tetapi dalam
menangani penanaman modal pelayanan perizinan menjadi salah satu kebijakan
yang sangat krusial. Perlu upaya untuk mengkaji, merumuskan, dan menyusun
pedoman tata cara dan pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu. Berkaitan
dengan hal tersebut, pemerintah Kabupaten Wonosobo telah melakukan kebijakan
kemudahan pelayanan perizinan dengan system One Stop Service dimana pelayanan
dilakukan dalam satu pintu. Kondisi yang diharapkan para investor agar mereka
tidak membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak jelas untuk mengurus
izin usaha. Jenis perizinan untuk mendukung investasi yang dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Wonosobo sesuai dengan Peraturan Bupati Wonosobo
Nomor 22 tahun 2007 tentang Jenis-jenis Pelayanan Umum/Perizinan.
Pada tahun 2006 sampai dengan 2009 Kantor pelayanan dan perijinan
Terpadu telah menerbitkan Surat keterangan jenis perizinan berupa Izin Prinsip 648
buah, Izin gangguan (HO) 2088 buah, Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 1026 buah
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) 2124 buah, Izin Usaha Industri danTanda
Daftar Industri 270 buah, Tanda Daftar Perusahaan 2.444 buah, Tanda Daftar
Gudang 31 buah, Izin Pemasangan Reklame 1.552 buah, Izin Usaha Jasa Kontruksi
389 buah.
Nilai rata-rata per tahun Insvestasi swasta berdasarkan pengajuan perizinan
usaha kecil sebesar 54 milyar, usaha menengah 29 milyar dan usaha besar 48,5
milyar. Sebagimana terlihat pada grafik nilai investasi bersifat fluktuatif bahkan
cenderung mengalami penurunan. Guna meningkatkan nilai investasi swasta, maka
berbagai hambatan dalam bidang investasi perlu dibenahi, terutama dalam hal
47
penyederhanaan prosedur perizinan, kepastian hukum dan jaminan keamanan
berinvestasi.
p. Pariwisata dan Kebudayaan
Perkembangan kinerja Pariwisata Kabupaten Wonosobo pada tahun 2009
menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 15.898 orang
atau mengalami peningkatan sebesar 69,4% dibandingkan tahun 2006. Demikian
juga dengan kunjungan wisatawan domestik yang berkunjung, wisatawan domestik
pun mengalami peningkatan dimana pada tahun 2009 sebanyak 243.205 orang
yang mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2006 sebesar 50,9%. Diharapkan
jumlah ini akan terus bertambah seiring meningkatnya kondisi keamanan dan
ekonomi dalam negeri pada tahun-tahun mendatang.
Tabel II.33 Jumlah Pengunjung Obyek Wisata di Kabupaten Wonosobo
No Obyek Wisata Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1 Dataran Tinggi Dieng 90.087 55.499 119.594 122.042 108.817
2 Lembah Dieng 25.485 21.315 34.102 31.456 44.477
3 Kalianget 27.253 32.607 40.875 51.344 60.789
4 Telaga Menjer 3.309 2.302 4.636 4.460 6.173
5 Waduk Wadaslintang 8.607 6.328 10.289 6.345 13.699
6 Pemandian Mangli 25.350 27.469 30.209 31.700 27.354
7 Surodilogo - - - - -
Jumlah 179.821 145.520 239.705 247.347 261.309
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Wonosobo
Sarana dan prasarana pariwisata yang lancar merupakan salah satu indikator
perkembangan pariwisata. Sarana dan prasarana diartikan sebagai proses tanpa
hambatan dari pengadaan dan peningkatan hotel, restoran, tempat hiburan dan
sebagainya serta prasarana jalan dan transportasi yang lancar dan terjangkau bagi
wisatawan. Salah satu penunjang sarana kepariwisataan adalah hotel. Keberadaan
Hotel Non Bintang (melati) di Kabupaten Wonosobo mempunyai peran yang sangat
signifikan dalam menyediakan sarana akomodasi untuk menunjang kepariwisataan
dan memberikan kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten
Wonosobo. Jumlah hotel melati di Wonosobo, berdasarkan data yang diterbitkan
oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo pada tahun 2006
berjumlah 21 Hotel melati dan pada tahun 2009 telah berkembang menjadi
berjumlah 26 Hotel melati, baik Melati I, Melati II maupun Melati III. Sedangkan
Hotel Bintang 1 sampai dengan 4 pada tahun 2006 berjumlah 2 Hotel Bintang,
jumlah tersebut bertambah sehingga sampai dengan tahun 2009 menjadi 3 buah
*)
48
Hotel Bintang. Pertumbuhan Hotel Non Bintang (Melati) di Kabupaten Wonosobo
semakin memberikan dampak positif bagi tersedianya sarana akomodasi bagi para
wisatawan yang mengujungi Kabupaten Wonosobo, namun di pihak lain,
pengelolaan hotel melati belum dilakukan secara optimal khususnya bidang
manajemen, sumber daya manusia (SDM), pemasaran, bangunan fisik hotel, dan
pelayanan. Dalam meningkatkan peran hotel melati agar dapat memberikan
pelayanan yang profesional dibutuhkan pembinaan yang lebih fokus, intens dan
berkesinambungan dan sesuai dengan kebutuhan dari para pemilik (owner hotel).
Tabel II.34 Perkembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata di Kabupaten Wonosobo
No. Indikator Tahun
2006 2007 2008 2009
1 Jumlah Hotel (unit) 23 29 29 29
2 Jumlah Restoran / Rumah Makan (unit) 23 47 47 53
3 Jumlah Pengusaha Kerajinan / makanan khas
(unit) 6 13 13 15
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Wonosobo
Dari sisi pelaku usaha sebagai penunjang dalam sarana pariwisata juga
memperlihatkan grafik meningkat. Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, pada tahun 2006 terdapat sejumlah 470 pelaku
usaha baik pelaku usaha hotel, pengusaha kerajinan, usaha makanan khas,
pengusaha salon, pengusaha biro maupun kesenian tradisional. Yang kemudian
pada tahun 2010, jumlah itu bertambah menjadi sebanyak 1.630 atau meningkat
sebanyak 71%. Industri pariwisata merupakan suatu komoditi prospektif yang
dipandang mempunyai peranan penting dalam pembangunan daerah, sehingga
tidak mengherankan apabila Pemerintah Kabupaten Wonosobo menaruh perhatian
khusus kepada industri pariwisata. Hal ini lebih diperkuat dengan adanya kenyataan
bahwa Kabupaten Wonosobo memiliki potensi alam dan kebudayaan yang cukup
besar yang dapat dijadikan modal bagi pengembangan industri pariwisata. Salah
satu tujuan pengembangan kepariwisataan di Wonosobo adalah untuk
meningkatkan pendapatan asli daerah khususnya dan masyarakat pada umumnya,
perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong kegiatan-kegiatan
industri-industri penunjang dan industri-industri sampingan lainnya.
Dalam pelaksanaan pengembangan nilai budaya kegiatan seremonial seperti
peringatan HUT Kabupaten Wonosobo setiap tanggal 24 Juli dan Peringatan HUT RI
*)
*)
49
setiap tanggal 17 Agustus terus dilaksanakan. Tidak ketinggalan, pentas seni dan
budaya yang diselenggarakan di Taman Mini Indonesia Indah yang menampilkan
bakat dan potensi seniman-seniman lokal dalam memperkenalkan dan
mempromosikan budaya Kabupaten Wonosobo. Tidak hanya menampilkan
kesenian, Pemerintah Kabupaten Wonosobo juga menyajikan kuliner khas
Wonosobo dalam acara tersebut.
Selain itu, kesenian wayang kulit yang dianggap sebagai ikon budaya daerah
khususnya di wilayah Jawa Tengah juga sering ditampilkan dalam event-event
budaya dan hiburan masyarakat. Kesenian wayang merupakan suatu bentuk budaya
yang kompleks karena menampilkan berbagai macam jenis kesenian dalam satu
pertunjukkan. Misalnya : seni pahat dan ukir kulit dalam bentuk wayang, seni musik
karawitan sebagai pengiring, disamping keahlian dalang dalam memainkan wayang
dan keelokan suara para pesinden. Dengan melihat keadaan tersebut, Pemerintah
Kabupaten Wonosobo memberikan bantuan kepada dalang dan pelaku seni wayang
untuk dapat tampil di RRI Purwokerto setiap tahun, tujuannya adalah sebagai salah
satu cara untuk memfasilitasi seniman dalam berkreasi dan mengembangkan
kemampuannya.
Untuk memberikan wawasan kebudayaan dan pembinaan Pemerintah
Kabupaten Wonosobo melalui Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga
menyelenggarakan kegiatan pekan seni pelajar daerah. Selain membuka wacana
budaya sejak dini juga untuk melihat potensi dan bibit kesenian dari kalangan
pelajar. Bentuk kegiatan ini berupa perlombaan di bidang seni musik dan seni tari.
Pada Tahun 2006 melalui Dinas Pariwisata dan Bagian Kesejahteraan Rakyat
Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo, Pemerintah Kabupaten Wonosobo
menyelenggarakan berbagai kegiatan sebagai apresiasi pada budaya dan tradisi
sekaligus upaya untuk membina dan melestarikan kelompok seniman lokal. Bentuk
kegiatannya berupa penyelenggaraan atraksi budaya yang melibatkan 10 kelompok
kesenian dari seluruh wilayah Kabupaten Wonosobo, lomba foto spontan
bertempat di alun-alun Wonosobo. Pelaksanaan kegiatan pentas kesenian daerah 5
kelompok kuda kepang dan lengger di obyek wisata Menjer, Kalianget, Mangli,
Wadaslintang dan Selokromo. Penyelenggaraan pameran budaya dan kesenian
tradisional dan tosan aji. Pelaksanaan kegiatan pentas seni, kesenian tradisional
Wonosobo di Yogyakarta, Solo, Semarang dan Wonosobo dengan penampilan 5
kelompok kesenian tradisional. Sedangkan untuk mewujudkan komitmen
pemerintah dalam mengembangkan budaya daerah Pemerintah Kabupaten
50
Wonosobo memberikan bantuan operasional dan peralatan kepada kelompok
pegiat kesenian diseluruh wilayah Kabupaten Wonosobo.
q. Pemuda dan Olahraga
Dalam hal pengelolaan Urusan Kepemudaan dan Keolahragaan, diupayakan
bisa meningkatkan kualitas dan partisipasi pemuda diberbagai bidang
pembangunan. Untuk ini Pemerintah Daerah akan selalu menyiapkan pemuda
sebagai generasi penerus perjuangan bangsa dan pembangunan negara yang
memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan dan kepeloporan. Oleh karenanya,
Pemerintah Daerah akan terus bekerja melakukan pengembangan dan keserasian
kebijakan, peningkatan peran serta, penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan
hidup, serta pencegahan penyalahgunaan narkoba dan teknologi informasi. Fasilitasi
terhadap kegiatan kepemudaan terus dikembangkan, pada tahun 2006 terdapat 20
Organisasi Pemuda, dan pada tahun 2009 berkembang menjadi 25 organisasi atau
setiap tahun rata-rata tumbuh 2 organisasi atau 8 %. Bersamaan dengan
perkembangan organisasi kepemudaan, maka jumlah kegiatan kepemudaan juga
tumbuh, yaitu tahun 2006 mencapai 7 kegiatan dan tahun 2009 mencapai 10
kegiatan, atau setiap tahun rata-rata tumbuh 1 kegiatan atau 10 %.
Sedangkan dalam bidang olah raga, Pemerintah Daerah terus berupaya
meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat serta prestasi olah raga
melalui pengembangan sarana dan prasarana olah raga. Tahun 2006 tercatat jumlah
klub olah raga sebanyak 3.586 klub dan tahun 2009 sebanyak 3.775 klub, sehingga
rata-rata setiap tahun terdapat 63 klub atau meningkat 1, 75 %. Untuk jumlah
organisasi olah raga, sampai dengan tahun 2009 terdapat 24 organisasi. Untuk
jumlah gedung olah raga, tahun 2006 terdapat 5 unit dan tahun 2009 terdapat 8
unit, sehingga setiap tahun rata-rata bertambah 1 unit atau 30 %. Bersamaan
dengan hal itu, maka jumlah kegiatan keolahragaan juga meningkat, tahun 2006
terdapat 15 kali kegiatan dan tahun 2009 terdapat 20 kali kegiatan, sehingga rata-
rata pertahun terdapat 2 kali kegiatan.
r. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Penataan Menjaga ketertiban dan keamanan adalah fungsi lain dari
Pemerintah yang harus dilakukan, untuk ini RPJMD 2006 – 2010 mengagendakan
perwujudan Wonosobo yang Aman, Sehat, Rapi dan Indah (ASRI), yang salah
satunya diupayakan melalui urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri.
Upaya mewujudkan Wonosobo yang ASRI, telah membuahkan hasil yang
51
menggembirakan di Seluruh Wilayah Wonosobo. Berbagai kegiatan dalam kerangka
ketertiban dan keamanan, yang didukung dengan rasio personil Satpol PP per
10.000 penduduk tahun 2006 mencapai 75,21 dan tahun 2009 mencapai 80,6.
Rasio jumlah LINMAS per 10.000 penduduk mencapai 5 % dalam tahun 2009. Hal ini
telah meningkatkan kemampuan mendeteksi dini berbagai potensi gangguan
kamtibmas, dan juga semakin menguatkan ketahanan masyarakat terhadap
gangguan kamtibmas. Oleh karena itu, dalam kurun waktu tahun 2006 sampai
tahun 2009 tidak ada kejadian tawur massa antar kelompok, antar desa/dusun dan
antar pelajar. Aksi masa terhadap kebijakan daerah atau demo / protes terhadap
Perda, Perbub bisa ditekan dari 0 aksi tahun 2006 menjadi 0 aksi tahun 2009 atau
setiap tahun rata-rata terdapat 0 aksi. Selanjutnya masyarakat merasa semakin
aman, nyaman, tentram, “adem-ayem” dalam menjalankan aktivitas kesehariannya.
Untuk itu, KPPOD pada Tahun 2007 menempatkan Wonosobo sebagai Daerah
terbaik No. 8 Nasional dan No. 1 Jawa Tengah dalam hal Tata Kelola Keamanan dan
Penyelesaian Konflik. Sedangkan dalam rangka stabilitas politik dalam negeri,
dilakukan berbagai pembinaan politik daerah, dalam tahun 2006 terdapat 12
kegiatan dan tahun 2009 terdapat 12 kegiatan atau setiap tahun rata-rata terdapat
12 kegiatan. Demikian halnya dengan pembinaan LSM, Ormas dan OKP, tahun 2006
mencapai 12 kegiatan dan tahun 2009 mencapai 12 kegiatan atau setiap tahun rata-
rata terdapat 12 kegiatan. Oleh karena itu, jumlah LSM Aktif dalam tahun 2006
mencapai 47 LSM dan tahun 2009 mencapai 66 LSM.
s. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat
Daerah, Kepegawaian dan Persandian.
Kemajuan yang berarti dari fungsi pelayanan umum juga terlihat dalam
upaya mewujudkan Wonosobo yang adil dan demokratis. Agenda ke-lima
pembangunan daerah 2006 – 2010 itu, salah satunya dilaksanakan oleh Urusan
Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat
Daerah, Kepegawaian, Dan Persandian. Urusan tersebut diupayakan secara optimal
guna meningkatkan kualitas kehidupan politik dan hukum, sehingga mampu
mengakselerasi proses transformasi politik yang mengubah tatanan politik otoriter
ke tatanan politik demokratis. Dalam rangka peningkatan peran lembaga
penyelenggaran pemerintahan daerah dan lembaga kemasyarakatan, maka
pembangunan kelembagaan demokrasi dan penguatan mekanisme checks and
balances, antar lembaga penyelenggara pemerintahan daerah terus dilakukan. Oleh
karenanya, selama periode 2006 s/d 2009 tidak pernah terjadi konflik antar
52
lembaga penyelenggara pemerintahan daerah, antar lembaga kemasyarakatan
maupun antara lembaga penyelenggara pemerintahan daerah dan lembaga
kemasyarakatan. Hal itu bisa menjadi tanda bahwa masing-masing telah
menjalankan peran dan fungsi secara proporsional.
Pola hubungan yang harmonis dan didukung oleh sistem politik yang
kondusif, jalanya roda pemerintahan daerah menjadi mantap dan stabil. Oleh
karenaya, keuangan daerah dapat dikelola secara baik sesuai dengan prinsip
anggaran berbasis kinerja. Hal itu, tidak lepas dari keberadaan Perda No 13 tahun
2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Setiap tahun APBD dapat ditetapkan
tepat waktu. Dana perimbangan yang terserap dibanding dana perimbangan yang
direncanakan tahun 2006 mencapai 101% dan tahun 2010 mencapai 44,38%
(semester pertama) atau setiap tahun rata-rata mencapai 101,8%. Proporsi belanja
pelayanan dasar terhadap APBD dalam tahun 2006 mencapai 60,61% dan tahun
2010 mencapai 60,13% atau rata-rata setiap tahun mencapai 60,37%. Untuk
proporsi belanja urusan pendidikan dan kesehatan terhadap APBD tahun 2006
mencapai 50,84% dan tahun 2010 mencapai 47,60% atau rata-rata setiap tahun
mencapai 49,22%. Proporsi belanja pelayanan publik terhadap DAU tahun 2006
mencapai 65,63% dan tahun 2010 mencapai 67,37% atau rata-rata setiap tahun
mencapai 74,12%. Proporsi belanja pelayanan publik terhadap APBD tahun 2006
mencapai 51,19% dan tahun 2010 mencapai 41,39% atau rata-rata setiap tahun
mencapai 49,11%. Proporsi belanja langsung terhadap APBD terus dioptimalkan,
tahun 2006 mencapai 41,76% dan tahun 2010 mencapai 29,76% atau rata-rata per
tahun mencapai 39,06%. Proporsi alokasi anggaran SKPD terhadap APBD, tahun
2006 mencapai 1,23% dan tahun 2010 mencapai 1,23% atau rata-rata setiap tahun
mencapai 1,23%. Proporsi belanja modal tehadap total belanja SKPD diupayakan
terus meningkat, tahun 2006 mencapai 25,35% dan tahun 2010 mencapai 50,26%
atau rata-rata setiap tahun mencapai 15,31%. Proporsi belanja pemeliharaan
terhadap total belanja barang jasa SKPD, tahun 2006 mencapai .22,37% dan tahun
2010 mencapai 20,13%. Proporsi belanja pemeliharaan terhadap total belanja
SKPD, tahun 2006 mencapai 8,99% dan tahun 2010 mencapai 20,91% atau rata-rata
setiap tahun mencapai 14,95%. Efisiensi belanja terus dilakukan, sehingga rasio
belanja terhadap anggaran belanja tahun 2006 mencapai 6,32% dan tahun 2010
mencapai 5,06% atau rata-rata setiap tahun mencapai 7,38%.
Meskipun proporsi terhadap pendapatan daerah sangat kecil, tetapi secara
bertahap pendapatan asli daerah (PAD) dapat ditingkatkan. Rasio realisasi PAD
53
terhadap potensi PAD tahun 2006 mencapai 119,92% dan tahun 2010 (semester
pertama) mencapai 32,03% atau rata-rata per tahunnya mencapai 114,85%. Untuk
realisasi PAD tahun 2006 mencapai Rp.30.618.484,033 atau 119,92% APBD dan
tahun 2010 teralisasi Rp 19.392.426.390 atau 32,03% APBD (semester pertama),
sehingga rata-rata kenaikan dan proporsi terhadap APBD pertahun mencapai Rp
1.273.023.466 atau 20 %. Salah satu upaya yang sudah, sedang dan terus dilakukan
dalam meningkatkan PAD adalah dengan meningkatkan pengelolaan BUMD, seperti
penyehatan kinerja keuangan. Kontribusi BUMD terhadap PAD lambat laun terus
meningkat, yaitu tahun 2006 sebesar Rp 1.211.070.900 dan tahun 2010 sebesar Rp
3.771.352.000 sehingga rata-rata peningkatan setiap tahunnya mencapai
Rp.2.229.555.780 atau 5,06 %. SiLPA, tahun 2006 mencapai Rp.29.162.894.000 atau
6,32 % belanja dan tahun 2010 mencapai Rp.36.447.509.994 atau 5,06 % belanja,
sehingga rata-rata SiLPA per tahun mencapai Rp 45.833.666.687 atau 7,39 %
belanja. Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, setiap tahun
SKPD menyusun laporan keuangan SKPD yang terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Neraca dan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK). Demikian
halnya dengan laporan keuangan dan kinerja tahunan disampaikan secara tepat
waktu. Tindak lanjut temuan aparat pengawasan fungsional terus dioptimalkan,
tahun 2006 proporsi temuan BPK yang ditindaklanjuti mencapai 67 % dan tahun
2010 mencapai 24 % atau rata-rata setiap tahun mencapai 38 %. Oleh karena itu,
opini BPK terhadap laporan keuangan daerah dapat dipertahankan pada posisi
Wajar Dengan Pengecualian (WDP).
Pengelolaan barang milik daerah menunjukkan hasil yang semakin tertib,
pada setiap SKPD sudah memiliki inventarisasi barang atau asset SKPD. Rasio bidang
tanah yang digunakan SKPD terhadap seluruh bidang tanah yang dikuasai SKPD,
tahun 2006 mencapai 96,97 % dan tahun 2010 mencapai 99,24 %, atau rata-rata
setiap tahun mencapai 98,10 %. Sedangkan penggunaan asset oleh SKPD yang
terukur dari proporsi jumlah asset yang digunakan SKPD terhadap jumlah asset yang
dikuasai SKPD, tahun 2006 mencapai 88,21 % dan tahun 2010 mencapai 97,28%
atau rata-rata setiap tahun mencapai 92,75%.
Untuk mewujudkan sistem hukum daerah yang adil, konsekuen dan tidak
diskriminatif termasuk tidak bias gender, maka dilakukan penataan peraturan
perundang-undangan. Selama Tahun 2006 s/d 2009, Pemerintah Daerah telah
mengajukan Rancangan Peraturan Daerah (Perda) sebanyak .76 buah, dan
ditetapkan menjadi Perda sebanyak 76 buah atau setiap tahun rata-rata DPRD
54
membahas Raperda yang diajukan Pemerintah Daerah mencapai 19 %.
Pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna DPRD yang mencapai 141 kali,
dilakukan secara musyawarah mufakat, sehingga tidak pernah diambil keputusan
melalui voting. Hal ini, tentu menjadi pertanda bahwa pola hubungan antar anggota
DPRD, antar alat kelengkapan, antar fraksi maupun hubungan DPRD dengan
Pemerintah Daerah berjalan sinergis dan harmonis. Untuk itu, Keputusan DPRD
yang diserahkan kepada Pemerintah Daerah mencapai 73 Keputusan, oleh
Pemerintah Daerah sudah ditindak lanjuti semua, atau tingkat tindak lanjutnya
mencapai 100 % . Dari seluruh peraturan daerah yang ditetapkan, tidak satupun
yang dibatalkan oleh Pemerintah, baik karena bertentangan dengan peraturan
perundangan yang lebih tinggi maupun dengan kepentingan umum. Hal tersebut
karena dalam proses penyusunannya selalu dilakukan melalui konsultasi publik, baik
yang dilakukan oleh DPRD maupun oleh Pemerintah Daerah. Disamping itu juga
konsultasi dengan Pemerintah dan Pemerintah Provinsi, sehingga peraturan daerah
yang ditetapkan bisa memenuhi asas pembentukan peraturan perundang-undangan
dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004.
Penyelenggaraan otonomi daerah semakin efektif, yang antara lain terukur
dari keberhasilan Pemerintah Daerah membangun Sistem Informasi Manajemen
(SIM), yaitu SIMPUS (puskesmas), SIMRS (rumah sakit), SIMKD (keuangan daerah),
SIMPEG (kepegawaian daerah). Selain itu, keberhasilan meningkatkan kualitas
pelayanan, yaitu dengan mendelegasikan sebagian kewenangan kepada Camat,
melalui Peraturan Bupati Wonosobo No.16 Tahun 2009 tentang Tugas dan
Wewenang Camat, mendelegasikan penandatangan perizinan kepada Kepala
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT). Dari 71 jenis perizinan yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten / Kota, kepada KPPT sudah dikelola sebanyak 22 jenis perizinan.
Sedangkan rata-rata waktu untuk memperoleh perizinan mencapai 6 hari. Semakin
baiknya penyelenggaraan otonomi daerah, terlihat juga dari semakin baiknya
partisipasi masyarakat. Hal itu tidak lepas dari upaya pemerintah dalam
menyediakan fasilitas atau prasarana partisipasi. Bukti lain dari semakin efektifnya
penyelenggaraan otonomi daerah adalah penghargaan Pemerintah yang
mengkategorikan Kabupaten Wonosobo, kedalam 3 (tiga) peringkat teratas se-
Indonesia bersama 44 kabupaten lain, dengan skor 3,5, atau Sangat Tinggi terhadap
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah tahun 2007.
55
Salah satu bagian penting dari proses transformasi dalam mewujudkan
keadilan adalah terbangunnya tatanan pemerintahan yang makin bersih dan makin
berwibawa (good governance and clean government). Dalam lima tahun terakhir,
Wonosobo berhasil bangkit dari sebuah kondisi, yang tata kelola pemerintahannya
dianggap buruk, karena praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang meluas,
menjadi sebuah daerah dengan tata kelola pemerintahan yang lebih baik, lebih
bersih dan lebih berwibawa, dan bebas dari berbagai kepentingan pribadi,
kelompok, dan golongan. Dalam bidang pengawasan, aparat pengawas fungsional
terus meningkatkan fungsinya, sehingga selama 2006 – 2009 mampu melakukan
pemeriksaan terhadap 1.802 obrik atau rata-rata setiap tahun 360 obrik. Penegakan
hukum termasuk pemberantasan korupsi, penindakan terhadap pelaku tindak
pidana korupsi telah dilakukan tanpa pandang bulu. Laporan Transparency
International Indonesia dan USAID bertajuk Membedah Fenomena Korupsi “Analisa
Mendalam Fenomena Korupso di 10 Daerah di Indonesia”, menyatakan bahwa
indeks persepsi korupsi (IPK) atau Corruption Perception Index (CPI) Wonosobo
telah menunjukkan banyak perbaikan.
t. Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian kesediaan pangan
yang cukup. Dalam pencapaian kondisi ketahanan pangan, ada tiga subsistem/aspek
yang sangat berpengaruh, yaitu produksi/ketersediaan, distribusi dan konsumsi.
Ketiga subsistem ini, harus dikembangkan secara serentak, karena satu sama lain
saling terkait. (a) aspek ketersediaan, yang diartikan bahwa pangan tersedia cukup
untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik jumlah maupun mutunya,
serta aman; (b) aspek distribusi, di mana pasokan pangan dapat mengakses seluruh
wilayah sehingga harga stabil dan terjangkau oleh rumah tangga; (c) aspek
konsumsi, yaitu setiap rumah tangga dapat mengakses pangan yang cukup dan
mampu mengelola pangan yang memenuhi kaidah gizi, kesehatan serta
referensinya. Ketahanan pangan di tingkat rumah tangga sangat bergantung kepada
faktor ketersediaan, distribusi dan akses serta langkah-langkah penanganan dan
pencegahan masalah pangan.
56
Tabel II.35 Ketersediaan dan Kebutuhan Bahan Pangan Pangan Kabupaten Wonosobo
S
u
m
b
e
r
:
K
a
n
t
o
r
Sumber : Ketahanan Pangan, 2009
Distribusi raskin dilaksanakan melalui 265 titik di 15 kecamatan. Beras yang
didistribusikan dari tahun 2006-2009 adalah 39.902.800 kg. Dalam tiga tahun
terakhir ini jumlah RTS penerima raskin cenderung mengalami penurunan. Tahun
2008 RTS raskin 85.760 dengan 8.576.000 kg dan tahun 2010 berdasarkan surat
Gubernur Jawa Tengah nomor 511/22417/2009 tanggal 17 Desember 2009 RTS
Raskin 81.839 dengan jumlah mencapai 12.766.884 kg. Upaya ini diharapkan dapat
mempermudah masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan akan karbohidrat
yang bersumber dari beras. Karena ketahanan pangan tidak hanya mencakup
pengertian ketersediaan pangan yang cukup, tetapi juga kemampuan untuk
mengakses pangan dan tidak terjadi ketergantungan pangan pada pihak manapun.
Dalam hal inilah, petani memiliki kedudukan strategis dalam ketahanan pangan.
Petani harus memiliki kemampuan untuk memproduksi pangan sekaligus juga
memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka.
Kesejahteraan petani akan menentukan prospek ketahanan pangan. Kesejahteraan
tersebut ditentukan oleh berbagai faktor dan keterbatasan, salah satunya adalah
luas tanah yang sempit dan tekanan tehadap lahannya untuk dikonversi.
No. Komoditas Tahun
2006 2007 2008 2009
1 Beras
Kebutuhan (Kw) 71.797 72.059 72.831 72.831
Ketersediaan (Kw) 76.981 79.211 102.253 110.752
2 Jagung
Kebutuhan (Kw) 12.764 12.810 12.948 12.915
Ketersediaan (Kw) 72.380 87.003 104.126 94.264
3 Ubi Kayu
Kebutuhan (Kw) 43.525 43.684 44.152 44.152
Ketersediaan (Kw) 128.569 114.029 114.679 102.115
4 Ubi Jalar
Kebutuhan (Kw) 4.948 4.965 5.019 5.019
Ketersediaan (Kw) 8.181 10.583 12.412 9.806
5
Kacang
Tanah
Kebutuhan (Kw) 2.598 2.607 2.635 2.635
Ketersediaan (Kw) 600 16 404 212
6 Kedelai
Kebutuhan (Kw) 8.195 2.607 8.313 8.313
Ketersediaan (Kw) 8.181 357 20 29
57
Dari Tahun 2006-2009, produksi komoditas tanaman pangan sudah
mencapai peningkatan menjadi 12,9%. Begitu juga halnya hortikultura yang
ditargetkan menjadi 127%, namun kenyataannya sudah mencapai 153%. Tidak
dapat dipungkiri pencapaian target ini merupakan suatu capaian yang patut
mendapat apresiasi karena tidak mungkin hal itu dapat dicapai tanpa adanya kerja
keras dari berbagai pihak terkait.
Tabel II.36 Produksi komoditas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan
Komoditas 2006 2007 2008 2009
Padi Sawah (Ton) 149.205 134.289 159.932 159.973
Jagung (Ton) 88.034 98.001 130.166 136.686
Ketela Pohon (Ton) 161.954 156.475 134.915 147.122
Ubi jalar (Ton) 9.168 11.636 14.104 13.962
Palawija ( Ton) 261.870 268.527 281.658 299.738
Sayur-sayuran (Kw) 1.872.761 1.771.931 1.855.239 2.100.948
Buah-buahan (Kw ) 525.387 963.936 899.961 1.238.064
susu (liter) 95.975 107.909 145.419 142.969
telur (kg) 1.186.900 1.103.500 1.647.100 1.303.900
daging (kg) 4.873.400 4.348.000 4.652.200 4.227.100
ikan (Kg) 3.396.177 3.462.810 3.494.079 4.666.576
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Dinas Peternakan dan Perikanan;2009
u. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Upaya dalam meningkatkan pelayanan masyarakat adalah melalui
peningkatan kualitas dan efektivitas pembangunan pedesaan, yang
diimplementasikan melalui Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Dalam
kurun waktu 2006 – 2010 sudah dilakukan fasilitasi pengisian jabatan kepala desa
sebanyak 243 jabatan, pengisian jabatan perangkat desa lainnya sebanyak 508
jabatan. Dari 137 orang Sekretaris Desa dan 13 Sekdes pada Eks Desa yang berubah
menjadi Kelurahan yang memenuhi syarat diangkat menjadi PNS secara
keseluruhan telah diangkat menjadi PNS. Kemudian bekerja sama dengan FNS
(Frederick Neuman Staftung) dilakukan diklat peningkatan kapasitas pemerintahan
desa kepada Kepala Desa, Sekretaris Desa dan BPD. Untuk Meningkatkan kinerja
kepada Kepala Desa diberikan tambahan penghasilan sebesar Rp 900.000/bulan,
Sekretaris Desa Non PNS Rp 600.000/bulan dan Perangkat Desa lainnya Rp
450.000/bulan.
58
Pembinaan kepada lembaga kemasyarakatan desa terus ditingkatkan, dalam
tahun 2006 jumlah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) aktif tercatat 265
LPM atau 100 %, dengan rata-rata jumlah kelompok binaan LPM mencapai 66 %.
Pada tahun 2009 LPM aktifnya tercatat 265 LPM atau 100 % dengan rata-rata
jumlah kelompok binaan LPM mencapai 91 %. Oleh karena itu, rata-rata setiap
tahunnya terdapat LPM aktif sebanyak 265 LPM atau 100 % dengan rata-rata
jumlah kelompok binaanya mencapai 79,25 %. Untuk jumlah PKK aktif dalam tahun
2006, tercatat 124 PKK atau 43 %, dengan rata-rata jumlah kelompok binaan PKK
mencapai 40%, dan tahun 2009 PKK atifnya tercatat 285 PKK atau 100 %, dengan
rata-rata jumlah kelompok binaan PKK mencapai 51 %. Oleh karena itu, setiap tahun
rata-rata terdapat PKK aktif sebanyak 265 PKK dan rata-rata jumlah kelompok
binaannya mencapai 56,8 %. Untuk POSYANDU aktif pada tahun 2006 mencapai
1.254 posyandu atau 95,57 % dan tahun 2009 tercatat 1.312 posyandu atau 99,08
%, atau rata-rata dengan rincian Posyandu Pratama sebanyak 188, Posyandu Madya
sebanyak 511, Posyandu Purnama sebanyak 483, dan Posyandu Mandiri sebanyak
130.
v. Statistik
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan statistik selama periode 2005-
2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel II.37 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Statistik
No Indikator Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1. Buku ”kabupaten dalam angka” ada ada ada ada ada
2. Buku ”PDRB kabupaten” ada ada ada ada ada
Sumber : BPS Kabupaten Wonosbo, 2010
Dari tabel urusan statistik diatas menggambarkan bahwa dokumen-
dokumen yang tersedia dari tahun ke tahun tetap ada. Namun demikian, diperlukan
tambahan kelengkapan data dan informasi terutama untuk data-data yang bersifat
khusus dan olahan.
w. Kearsipan
Upaya untuk melakukan reformasi birokrasi secara terencana, komprehensif,
dan bertahap terus dimantapkan pelaksanaannya. Langkah yang telah dan terus
dilakukan mencakup perbaikan sistem dan budaya kerja, pengukuran kinerja,
59
penerapan disiplin, penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan, serta perbaikan
sistem remunerasi yang memadai. Termasuk di dalamnya transparansi dan
akuntabilitas dalam proses pemerintahan. Selain itu, penerapan pengeloolaan
kearsipan secara dan peningkatan kualitas SDM kearsipan sebagaimana tuntutan
urusan terus dilakukan. Pada tahun 2006, jumlah SKPD yang telah menerapkan
kearsipan secara baku mencapai 11 % dan tahun 2010 sudah mencapai 38 %. Dalam
hal pembinaan petugas pengelolaan kearsipan pada tahun 2006 terdapat 35
kegiatan dan tahun 2010 terdapat 123 kegiatan. Semua itu merupakan esensi dari
penerapan tata pemerintahan yang baik (good governance).
x. Komunikasi dan Informatika
Sejalan dengan perkembangan Teknologi Informasi, maka peningkatan akses
informasi dilakukan juga dengan pemasangan Web Site, www.wonosobokab.go.id
dan www.e-wonosobo.com (kerjasama Pemkab Wonosobo dengan swasta). Dalam
hal penyediaan jaringan komunikasi, Keberadaan Wartel/Warnet pada tahun 2006
terdapat 20 Unit dan tahun 2009 terdapat 42 Unit , atau rata-rata setiap tahun
terdapat kenaikan 5 unit.
Kegiatam pertemuan Forum Jurnalis Kaupaten Wonosobo diselenggarakan
rutin setiap tahun bertujuan untuk menjalin silaturahmi dan memperkuat jaringan
dangan wartawan dan sebagai ajang untuk saling bertukar informasi, koordinasi
dalam pemberitaan dan sebagi bentuk control media kepada pemerintah.
Penyelenggaraan Halo Wonosobo dalah salah satu bentuk komunikasi interaktif
pemerintah dengan masyarakat yang memeanfatkan Fasilitas teknologi informasi
modern. Dialog antara pemerintah dan warganya yang dilaksanakan dua kali dalam
satu bulan dan disiarkan secara langsung enam stasiun radio lokal di wilayah
Kabupaten Wonosobo. Melalui kegiatan ini masyarakat dapat menyampaikan
aspirasi melalui dialog dan diskusi dengan pemerintah, ormas, tokoh masyarakat
dan pemuka agama.
y. Perpustakaan
Kabupaten Wonosobo tidak pernah absen dari prestasi di bidang
perpustakaan. Tahun 2009 Perpustakaan Bergema Desa Patak Banteng Kecamatan
Kejajar mendapat Juara II Lomba Perpustakaan Desa/Kelurahan Tingkat Provinsi
Jawa Tengah. Selain itu inovasi di bidang perpustakaan terutama yang dilakukan
Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui leading sector urusan perpustakaan
60
yaitu Kantor Perpustakaan Kabupaten Wonosobo terbukti terus berkembang
dengan pesat dan menjadi barometer kemajuan perpustakaan di Provinsi Jawa
Tengah bahkan juga di tingkat nasional. Pada lingkup Provinsi Jawa Tengah,
perpustakaan sekolah Kabupaten Wonosobo menoreh prestasi pada tahun 2009
melalui SMP Negeri I Kertek yang menjuarai Lomba Perpustakaan Sekolah tingkat
SMP dan SMA 1 Wonosobo sebagai juara tingkat SMA. Untuk Tahun 2010, program
urusan perpustakaan yang telah berjalan terhitung sampai dengan bulan Mei 2010
adalah tiga kegiatan telah mencapai 100% yaitu program penguatan rumah belajar,
pengadaan alat peraga pendidikan, dan permainan edukatif anak dan story telling.
sedangkan program yang lain belum memasuki time schedule.
Jumlah perpustakaan di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini:
Tabel II.38
Jumlah Perpustakaan di Kabupaten Wonosobo
No Jenis / Tipe 2006 2007 2008 2009
1 Perpustakaan Kabupaten 1 1 1 1
2 Perpustakaan Kelurahan/Instansi 11 11 11 14
3 Perpustakaan Desa 47 49 49 58
4 Perpustakaan Sekolah 151 183 183 192
5 Perpustakaan Rumah Ibadah 11 11 11 17
6 Perpustakaan Pribadi 1 1 1 1
7 Rumah Belajar 0 5 10 13
JUMLAH 222 261 266 296
Sumber : Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Wonosobo
2. Layanan urusan Pilihan
a. Pertanian
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo tidak lepas dari pertumbuhan
sektor pertanian secara umum yang cukup besar (47,33%) terhadap total PDRB
Wonosobo. Besarnya prosentase ini menunjukkan sektor pertanian masih menjadi
sumber pencaharian masyarakat Wonosobo. Penting sekali untuk meningkatkan
perhatian terhadap permasalahan di bidang pertanian. Karena disadari atau tidak,
masyarakat Wonosobo sebagian besar masih berkecimpung dalam bidang
pertanian.
61
Tabel II.39 Produktifitas Tanaman Pangan (2006-2009)
No. Komoditas Produktifitas ( Tahun )
2006 2007 2008 2009
1 Padi Sawah ( Ton/Ha) 4,74 4,69 5,32 5,49
2 Palawija ( Ton/Ha) 8,36 8,90 8,66 9,96
3 Sayur-sayuran ( Kw/Ha) 94,72 104,71 117,33 159,00
4 Buah-buahan (Kw/Pohon) 0,22 0,59 0,45 0,47
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Produktifitas tanaman pangan dan hortikultura mengalami peningkatan
pada hampir semua komoditas. Kenaikan paling tinggi adalah pada komoditas
sayur-sayuran yaitu 67,8 % dibandingkan dengan produktifitas tanaman sayur-
sayuran tahun 2006. Padi sawah juga mengalami kenaikan 15,82 % dibanding tahun
2006. Kenaikan produktifitas ini menunjukkan intensifikasi pertanian berjalan
dengan baik. Hal ini merupakan hasil dari kerja keras semua pihak dalam
pembangunan pertanian. Kita berharap tren positif ini akan terus berlanjut pada
tahun-tahun mendatang karena tantangan ke depan akan lebih berat dan komplek.
Tabel II.40 Produktifitas Tanaman Perkebunan (2006-2009)
No Komoditas Produktifitas (ton/ha)
2006 2007 2008 2009
1 Aren 0,4 0,37 0,44 0,44
2 Cengkeh 0,04 0,04 0,05 0,05
3 Kakao 0,12 0,11 0,11 0,11
4 Kelapa 0,44 0,5 0,61 0,63
5 Gula Kelapa 0,94 0,99 1,13 1,15
6 Kopi Arabika 0,1 0,1 0,11 0,11
7 Kopi Robusta 0,16 0,17 0,19 0,21
8 Lada 0,14 0,17 0,21 0,21
9 Nilam 0,54 0,8 1,23 1,2
10 Vanili 0,1 0,12 0,15 0,19
11 Tembakau 0,49 0,45 0,42 0,41
Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Wonosobo
Produktifitas Tanaman Perkebunan hampir semua mengalami peningkatan
kecuali pada tanaman kakao, nilam dan tembakau. Untuk tanaman tembakau
mengalami penurunan produktifitas dikarenakan faktor cuaca dan lingkungan yang
semakin mengalami degradasi sehingga terjadi penurunan produktifitas. Selain itu
dengan semakin turunnya harga tembakau dari tahun ke tahun membuat petani
tembakau beralih tanam pada komoditas pertanian sehingga produksi tembakau
juga semakin menurun. Sedangkan dari tahun 2006-2009, kenaikan produktifitas
tertinggi dialami oleh tanaman nilam yaitu sebesar 122,2% . Harga jual produk nilam
62
yang berupa minyak nilam semakin mengalami peningkatan sehingga mempunyai
nilai jual yang cukup tinggi dan menguntungkan bagi petani penanam.
Pengembangan pengolahan produksi minyak nilam perlu dikembangkan ke depan
sebagai bagian dari produk unggulan yang potensi untuk berkembang.
Sedangkan pada bidang peternakan, Kabupaten Wonosobo mulai tahun
2007 mendapat permasalahan yaitu merebaknya penyakit flu burung yang
disebabkan oleh Virus Avian Influenza type A sub type H5N1. Virus H5N1 ini
disamping menyerang ternak unggas juga bisa menular kepada manusia. Jumlah
kematian unggas akibat virus AI di Kabupaten Wonosobo selama tahun 2007
adalah 1053 ekor Jumlah tersebut sempat menurun menjadi 563 ekor pada tahun
2008. Namun tahun berikutnya jumlahnya melonjak menjadi 1631 ekor.
penyebaran tersebut perlu dicermati dan diwaspadai lebih mendalam karena awal
2010 sudah ada 4.707 ekor unggas yang mati karena tertular AI .
Pemeriksaan kesehatan hewan merupakan salah satu kegiatan yang
mendapat perhatian luas masyarakat peternakan di Wonosobo. Kegiatan ini
biasanya dikemas dalam bentuk pesta pathok yang didalamnya terdapat kegiatan
pengobatan ternak massal dan sosialisasi serta tanya jawab masalah kesehatan
hewan. Masyarakat sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini, terbukti
banyaknya permintaan kegiatan ini dan peserta pesta pathok yang dilaksanakan.
Tahun 2008 pengobatan ternak dilaksanakan pada 1.497 ekor ternak (16 desa),
tahun 2009 meningkat menjadi 2.753 ekor (8 desa).
Sub Sektor peternakan tidak luput dari perhatian Pemerintah Kabupaten
Wonosobo. Upaya meningkatkan produksi peternakan dilaksanakan dengan
program peningkatan produksi hasil peternakan. Program ini diharapkan mampu
meningkatkan produksi dan produktifitas ternak di Wonosobo sehingga menjadi
daerah yang ketercukupan akan kebutuhan daging, telur dan susu yang memiliki
aspek jaminan keamanan pangan ASUH.
63
Tabel Tabel II.41 Populasi Ternak di Kabupaten Wonosobo (2006-2009)
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan
IB pada sapi potong pada tahun 2007 mencapai 4227 inseminasi yang
menghasilkan kelahiran 2830 ekor. Namun pada tahun 2009 tingkat efisiensi IB
mengalami peningkatan kelahiran yaitu 3.053 ekor. IB pada kambing/domba juga
mulai diperkenalkan kepada masyarakat agar produksi kambing/domba juga
meningkat.
Pada bidang perikanan peran pihak swasta dalam mengembangkan
perikanan di Kabupaten Wonosobo mempunyai andil yang cukup besar. Hal ini
dapat dilihat dengan berpartisipasinya PT Aqua Farm yang memanfaatkan Waduk
Wadaslintang sebagai tempat pengembangan perikanan dengan sistem karamba
jaring apung.
Dengan adanya kegiatan yang melibatkan peran aktif masyarakat tersebut,
berpengaruh kepada luas lahan perikanan yang mengalami peningkatan dari tahun
2006-2009 khususnya luas kolam air tenang dari 170,37 ha (2006) menjadi 259,5 ha
(2009) atau mengalami kenaikan 52 %, karamba dari 94 unit (2006) mengalami
kenaikan 80 % menjadi 170 unit (2009), Usaha Perbenihan Rakyat dari 5,82 ha
(2006) mengalami kenakan 25,36 % menjadi 7,3 ha (2009). Keadaan ini berbanding
lurus dengan volume produksi perikanan dan benih ikan.
No Kategori Jumlah (ekor) rata-rata naik (turun) %
2006 2007 2008 2009
A. Ternak Besar
1 Sapi Potong 33.426 33.720 29.026 29.731 -11,05
2 Sapi Perah 205 177 210 274 33,88
3 Kerbau 4.041 3.943 3.687 3.830 -5,23
4 Kuda 570 578 462 464 -18,57
B Ternak Kecil
1 Domba 139.715 138.638 84.473 84.549 -39,48
2 Kambing 130.820 132.625 136.616 134.496 2,81
3 Babi 1.035 2.968 925 1.056 2,03
C Unggas
1 Ayam Buras 715.251 661.217 638.876 649.838 -9,15
2 Ayam Ras Petelur 23.025 22.904 6.924 6.752 -70,68
3 Ayam Ras Pedaging 381.618 318.762 186.519 188.915 -50,50
4 Puyuh 181.000 187.617 162.307 166.334 -8,10
D Aneka Ternak
1 Itik 87.903 81.160 38.812 39.665 -54,88
2 Kelinci 18.878 20.925 26.167 30.657 62,40
3 Entog 37.736 57.552 58.128 45.706 21,12
64
Tabel II.42 Data Produksi Hasil Perikanan
No Kategori Jumlah
Rata-rata kenaikan 2006 2007 2008 2009
1 Ikan Konsumsi (kg)
3.396.177 3.462.810 3.494.079 4.666.576 423.466 12,46%
2 Benih Ikan (ekor)
27.053.660 27.055.000 26.417.800 43.023.000 5.323.113 19,67%
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan
Dalam empat tahun terakhir, pembangunan perikanan budidaya telah
menunjukkan peningkatan yang signifikan, dengan meningkatnya volume produksi
perikanan budidaya. Dalam kurun waktu 2006-2009, volume produksi perikanan
budidaya mengalami peningkatan dari 3.396.177 kg (2006) menjadi 4.666.576 kg
(2009) atau mengalami kenaikan rata-rata tiap tahun sebesar 12,46%. Konsumsi
ikan juga mengalami kenaikan dari 11,34 (2006) menjadi 11,99 (2009) atau
mengalami peningkatan sebesar 5,73 %. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
Wonosobo semakin giat dan bersemangat membudidayakan ikan guna memenuhi
permintaan pasar dan juga dalam rangka meningkatkan pendapatan ekonomi
keluarga.
b. Kehutanan
Sumber daya hutan di Kabupaten Wonosobo terdiri dari kawasan hutan
negara seluas + 20.300 Ha serta hutan rakyat seluas ± 19.481.581 Ha. Kawasan
hutan negara di wilayah Wonosobo secara administratif dikelola oleh KPH Kedu
Selatan dan KPH Kedu Utara. Secara ekologis, Wonosobo beserta wilayah hutannya
memiliki posisi yang sangat strategis bagi pulau jawa, terutama bagi Jawa Tengah
Bagian Selatan, mengingat Wonosobo merupakan tempat hulu 3 DAS besar yaitu:
Serayu, Luk Ulo dan Bogowonto yang mengaliri setidaknya 6 wilayah kabupaten
(Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen dan Purworejo).
Penanaman pohon keras secara terus menerus dilaksanakan dengan
melibatkan seluruh sektor yang terkait untuk menekan laju kerusakan lahan.
Gerakan Wonosobo menanam sebagai ikon kegiatan gemar menanam yang
dilaksanakan hampir setiap tahun, secara langsung memberikan gairah dan
semangat kepada seluruh masyarakat Wonosobo untuk ikut menanam pohon.
Gerakan ini juga selaras dengan misi konservasi dan pemulihan lingkungan. Dalam
konteks yang lebih luas, aktifitas ini mendukung pengarusutamaan pemulihan
Dieng, yang secara tidak langsung juga memberi kontribusi penyadaran masyarakat
(raising awareness) akan pentingnya konservasi.
65
Penanaman pohon pada gerakan Wonosobo menanam dari tahun ke tahun
meningkat dan pada tahun 2008 dengan diikuti adanya gerakan wanita menanam
dan gerakan pramuka menanam jumlah tanaman keras yang ditanam mencapai
1.175.695 batang. Seiring dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
menanam pohon, luas hutan rakyat di Wonosobo juga mengalami peningkatan dari
tahun 2005 seluas 18.374 Ha menjadi 19.481,58 pada tahun 2009.
c. Energi dan Sumber Daya Mineral
Terkait dengan upaya penuntasan kebutuhan listrik masyarakat dusun telah
dilakukan kegiatan Pengadaan Jaringan Listrik Perdesaan Kabupaten Wonosobo.
Dengan semakin meluasnya jangkauan pelayanan energi listrik bagi masyarakat,
dampak yang diperoleh dari pelaksanaan program dan kegiatan ini adalah
meningkatnya anggota masyarakat yang bisa menikmati listrik. Hal ini ditunjukkan
dengan bertambahnya jumlah pelanggan listrik di Kabupaten Wonosobo dari
100.839 di tahun 2006 menjadi 111.494 di tahun 2009. Demikian pula pada rasio
elektrifikasi (pemakaian listrik) penduduk Kabupaten Wonosobo, berdasarkan
jumlah rumah di Wonosobo tahun 2009 dan (210.951 unit rumah), Rasio
elektrifikasi meningkat dari semula 51,33% pada tahun 2007 (data lkpj tahun 2007)
menjadi 52,85%.
Untuk mencukupi kebutuhan energi masyarakat, di wilayah Kabupaten
Wonosobo pada Tahun 2009 terdapat fasilitas SPBU yang berjumlah 8 unit yang
tersebar pada enam kecamatan. Selain itu pada tahun 2009 telah dibangun 1 unit
SPBE yang terletak di Desa Selokromo Kecamatan Leksono untuk memenuhi
kebutuhan energi gas untuk keperluan rumah tangga dan industri di wilayah
Kabupaten Wonosobo dan sekitarnya. Keberdaan SPBE ini juga untuk mendukung
program konversi minyak tanah ke gas (LPG 3 kg) yang dicanangkan pemerintah,
dimana untuk kuota yang dialokasikan di Kabupaten Wonosobo sejumlah 7779
tabung per hari.
Mikro hidro merupakan energi alternatif yang sangat ramah lingkungan dan
merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable), Sebagai gambaran
bahwa dari energi hidro yang dihasilkan oleh mikrohidro yang telah di bangun di
Kabupaten Wonosobo (Mikrohidro Wangan Aji) dapat dihasilkan daya terpasang 2 x
70 KVA, jika dihitung dalam sehari dengan tingkat efisiensi sebesar 80% maka
diperoleh daya sebesar 2.688 KWh atau setara dengan penggunaan bahan bakar
minyak sebanyak 251.734 liter per hari. Listrik yang dihasilkan oleh mikrohidro ini
66
berarti dapat mengurangi emisi gas rumah kaca CO2 sebesar 2,62 ton/hari, SO2
sebesar 2,59 kuintal per hari dan NOx sebesar 1,88 kuintal perhari. Berdasar data
dari PT. PLN (Persero) UPJ Wonosobo bahwa tingkat konsumsi listri per KK per bulan
di Kabupaten Wonosobo sebesar 71 KVA per bulan. Mikrohidro Wangan Aji dapat
menghasilkan 80.640 KVA perbulan berarti dapat untuk memenuhi kebutuhan listrik
sekitar 1.136 KK.
d. Perdagangan
Pengembangan Infrastruktur Perdagangan bertujuan memberikan fasilitasi
masyarakat dalam berusaha melalui penyediaan pasar yang lebih baik. Kegiatan
yang dilakukan antara lain adalah penyempurnaan pasar induk dan penyediaan
sarana pendukung seperti penyediaan MCK pasar, perbaikan saluran air pasar,
pembuatan taman pasar induk Wonosobo, penyempurnaan pasar induk Wonosobo,
perbaikan los pasar, pembangunan pasar kayu dan unggas di pasar Kretek, rehap
lantai pasar dan atap pasar hewan Wonolelo, pembangunan los dan kios pasar
Randusari, pembangunan pasar hewan Lancar Wadaslintang serta pengadaan
papan informasi dan penomoran kios dan los pasar. Diharapkan dari program ini
bisa mengembangkan pasar-pasar tradisional dan membuat masyarakat lebih
nyaman dan lebih mudah dalam bertransaksi.
Tabel II.43 Jumlah dan Daya Tampung Pasar Daerah Kabupaten Wonosobo
Tahun 2005 s/d 2009
No. Indikator Satuan Perkembangan Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1 Pasar Daerah Buah 19 19 19 19 19
2 Kios Buah/Orang 1.024 1.024 1.024 1.024 1.024
3 Los Buah/Orang 6.473 6.475 648 648 648
4 PKL Buah/Orang 1.211 1.215 122 1.225 1.424
5 Luar Pasar m2 85.295 85.295 85.295 85.295 85.624
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Wonosobo
Perolehan devisa dari ekspor non migas pada tahun 2009 sebesar
$.18,814,048,12 dengan produk andalan kayu olahan, teh hitam, nata de coco dan
jelly nata de coco dan negara tujuan Jepang, AS, Malaysia, Korea, Rusia, Inggris,
Canada, Jerman dan Taiwan.
67
Tabel II.44 Nilai Ekspor 2005-2009
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan
e. Perindustrian
Selama lima tahun terakhir pertumbuhan industri di Kabupaten Wonosobo
meningkat 40% dari tahun 2005 sejumlah 9.899 industri menjadi 13.876 industri di
tahun 2009 yang meliputi industri informal, industri skala kecil dan industri skala
menengah/besar. Pertumbuhan tersebut telah melebihi target dari RPJMD
kabupaten yang mentargetkan peningkatan pertumbuhan industri dan kerajinan
sebesar 12,67 %.
Tabel II.45 Perkembangan Unit Usaha Dan Wira Usaha
No Unit usaha Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1 Industri Makanan dan Minuman 6.891 6.885 7.831 8.567 9.503
2 Industri Sandang dan Kulit 98 274 279 283 285
3 Industri Kimia dan Bahan Bangunan
1.172 229 229 236 245
4 Industri Kerajinan 2.127 2.838 2.843 3.045 3.354
5 Industri Logam dan Elektronika 823 436 445 465 481
Jumlah 11.111 10.662 11.627 12.596 13.868
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Tabel II.46
Kapasitas Produksi Industri Rumah Tangga di Kabupaten Wonosobo
No.
Jenis Produksi
Sat. Kapasitas Produksi
2005 2006 2007 2008 2009
1 Industri Pangan
Ton/Liter 78.026,60 67.145,76 94.004,06 123.427,36
140.707,19
2 Sandang dan Kulit
Kodi/Stel 8.483,90 27.064,51 35.183,86 41.675,28 45.842,81
3 Kerajinan Umum
m3/set/kodi 30.912,70 85.795,64 111.534,33 133.395,06
144.066,66
4 Kimia dan Industri
buah/m3 13.805,80 3.682,38 5.155,33 7.887,66 8.913,06
5 Logam kodi/buah/u
nit 16.425,20 35.507,37 56.811,79 81.992,61
100.030,98
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Wonosobo
No. Jenis Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1 Nilai Ekspor (US.$) 10.318.842 12.912.584 13,903,359,62 14,850,544,5 18,814,048,12
2 Nilai Impor (US.$) - 27,429,71 149,20 - 18,796,105,12
68
f. Transmigrasi
Selama tahun 2006-2010, Pemerintah Kabupaten Wonosobo telah berhasil
melaksanakan program transmigrasi dengan daerah tujuan Sumatra, Kalimantan dan
Sulawesi.
Tabel II.47 Daftar Jumlah Transmigran dan Lokasi Transmigrasi
No Tahun Daerah Tujuan Jumlah
1. 2006 UPT Tapin Bini Lamandau Kalteng 10 KK, 30 jiwa
UPT Bukit Anda Kabupaten Bangka Selatan, Bangka Belitung 20 KK, 74 jiwa
2. 2007 Seiradak, Kabupaten Pontianak 20 KK
3.
2008 Kabupaten Sluma Sungai Pete 25 KK, 94 jiwa
Bengkulu Utara 25 KK, 69 jiwa
UPTD Talang Dono Provinsi Bengkulu 5 KK, 15 jiwa
UPTD Teluk Anggun Provinsi Bengkulu Utara 20 KK, 54 jiwa
4. 2009 UPT Teluk Anggung Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu
20 KK
UPT Mahalona Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan
5 KK
UPT Libuk Talang Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu 10 KK
5. 2010 *) UPT Bandung Marga Kecamatan Bermani Ulu Raya, Kabupaten Rejang Lebang, Bengkulu
25 KK, 80 jiwa
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Keterangan : *) data sampai bulan Mei 2010
69
BAB III
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
SERTA KERANGKA PENDANAAN
Keuangan daerah Kabupaten Wonosobo dikelola sesuai dengan ketentuan dalam UU
No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 tahun 2006 jo. Permendagri No. 59
tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, serta peraturan perundang-
undangan lain yang terkait.
Pengelolaan keuangan daerah meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, asas
umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD,
pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah,
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, kerugian daerah, pengelolaan keuangan BUMD,
pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, serta sistem informasi keuangan
daerah.
Asas umum pengelolaan keuangan daerah yang telah menjadi komitmen pemerintah
daerah Kabupaten onosobo adalah bahwa : “keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Pengelolaan
keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem terintegrasi, diwujudkan dalam APBD yang
setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah.” APBD merupakan instrumen yang
menjamin terciptanya disiplin dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan
pendapatan maupun belanja daerah. Agar APBD dapat disusun dan dilaksanakan dengan baik
dan benar, maka landasan administratif dalam pengelolaan anggaran daerah yang mengatur
antara lain prosedur dan teknis penganggaran harus diikuti secara tertib dan taat azas.
Beberapa prinsip disiplin anggaran dalam penyusunan anggaran daerah, antara lain adalah:
1. pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secararasional yang
dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan
merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja;
2. penganggaran pengeluaran harus didukung oleh kepastian penerimaan daerah dalam
jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau
tidak mencukupi anggarannya dalam APBD/Perubahan APBD;
3. semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan
harus dimasukkan dalam APBD dan dibukukan dalam rekening Kas Umum Daerah.
70
Aspek penting dalam penyusunan anggaran adalah penyelarasan kebijakan (policy),
perencanaan (planning) dengan penganggaran (budget) antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah agar tidak tumpang tindih.
A. Kinerja Keuangan Masa Lalu
1. Pengelolaan Keuangan Daerah
Keuangan daerah Kabupaten Wonosobo dikelola sesuai dengan ketentuan
dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 tahun 2006
jo. Permendagri No. 59 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
serta peraturan perundang-undangan lain yang terkait.
Pengelolaan keuangan daerah meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan
daerah, asas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, pelaksanaan
APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntansi
keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, kerugian daerah,
pengelolaan keuangan BUMD, pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan
daerah, serta sistem informasi keuangan daerah.
Asas umum pengelolaan keuangan daerah yang telah menjadi komitmen
pemerintah daerah Kabupaten Wonosobo adalah bahwa : “keuangan daerah dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis,
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan,
dan manfaat untuk masyarakat. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam
suatu sistem terintegrasi, diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan
Peraturan Daerah”. APBD merupakan instrumen yang menjamin terciptanya disiplin
dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan pendapatan maupun
belanja daerah.Agar APBD dapat disusun dan dilaksanakan dengan baik dan benar, maka
landasan administratif dalam pengelolaan anggaran daerah yang mengatur antara lain
prosedur dan teknis penganggaran harus diikuti secara tertib dan taat azas.
Beberapa prinsip disiplin anggaran dalam penyusunan anggaran daerah, antara
lain adalah:
1. pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secararasional
yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang
dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja;
71
2. penganggaran pengeluaran harus didukung oleh kepastian penerimaan daerah dalam
jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia
atau tidak mencukupi anggarannya dalam APBD/Perubahan APBD;
3. semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang
bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD dan dibukukan dalam rekening Kas
Umum Daerah.
Aspek penting dalam penyusunan anggaran adalah penyelarasan kebijakan
(policy), perencanaan (planning) dengan penganggaran (budget) antara pemerintah
pusat dengan pemerintah daerah agar tidak tumpang tindih. Penyusunan APBD pada
dasarnya bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan ekonomi makro dan sumber daya
yang tersedia, mengalokasikan sumber daya secara tepat sesuai kebijakan pemerintah
dan mempersiapkan kondisi bagi pelaksanaan pengelolaan anggaran secara baik.
Perubahan APBD dimungkinkan jika terjadi perkembangan yang tidak sesuai dengan
asumsi kebijakan umum APBD, terdapat keadaan yang menyebabkan harus dilakukan
pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja, serta
terjadi keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya dan harus
digunakan untuk pembiayaan anggaran tahun berjalan. Dalam rangka pengelolaan
keuangan daerah yang akuntabel dan transparan, pemerintah daerah wajib
menyampaikan pertanggungjawaban, berupa : 1) Laporan Realisasi Anggaran, 2) Neraca,
3) Laporan Arus Kas, dan 4) Catatan atas Laporan Keuangan yang disusun sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan dan diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
2. Pendapatan Daerah.
Pendapatan Daerah tahun anggaran 2006 - 2010 mengalami peningkatan.
Proporsi pendapatan terhadap APBD Kabupaten Wonosobo menunjukkan
kecenderungan meningkat sebagaimana dalam tabel dibawah ini :
72
Tabel III.1 ANGGARAN PENDAPATAN KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN ANGGARAN 2006 -2010
NO URAIAN PENDAPATAN
ANGGARAN PENDAPATAN T.A. : Jumlah Rata-2 2006-2010
(000.000)
Prosentase rata-2 thd Total
Rata-2 Pendapa
tan
(Dalam Jutaan Rupiah)
2006 2007 2008 2009 2010
1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 25.534 31.979
36.903
51.681
63.597
41.939 7,05
a. Pajak Daerah 4.053 4.684
5.200 5.200
5.450
4.917 0,83
b. Retribusi Daerah 16.731 14.025
23.076
29.979
42.874
25.337 4,26
c. Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 1.211
1.128
1.602 3.487
3.771
2.240 0,38
d. Lain-lain PAD yg sah 3.539 12.142
7.025
13.015
11.502
9.445 1,59
2 DANA PERIMBANGAN 422.549 452.043
509.259
537.483
540.507
492.368 82,74
a. Bagi Hasil Pajak / Bukan P. 16.936 16.977
24.312
38.721
42.804
27.950 4,70
b. Dana Alokasi Umum 359.723 389.518
427.667
431.743
442.370
410.204 68,93
c. Dana Alokasi Khusus 45.890 45.548
57.280
67.019
55.333
54.214 9,11
3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YG. SAH 21.310 43.939
48.626
73.890
116.040
60.761 10,21
a. Pendapatan Hibah - - - -
6.500
1.300 0,22
b. Bg. Hasil Pajak Prov.& Pem. 12.076 15.138
15.323
18.823
19.150
16.102 2,71
c. Dn Penyesuaian & Otsus - 10.000
11.163
43.378
69.616
26.831 4,51
d. Bankeu dr Prov/Pemda lain 9.234 18.801
22.140
11.689
20.774
16.528 2,78
JUMLAH PENDAPATAN 469.393 527.961
594.788
663.054
720.144
595.068
Sumber: Perda Perubahan APBD Kabupaten Wonosobo TA. 2006-20010
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Wonosobo dalam tahun anggaran 2006-
2010 memberikan kontribusi terhadap APBD rata-rata sebesar 7,05 %. Penerimaan
daerah dari pendapatan asli daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah,
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah.
Retribusi daerah merupakan penyumbang terbesar terhadap perimaan pendapatan asli
daerah dan memberikan kontribusi terhadap APBD rata-rata sebesar 4,26 %.
Penerimaan daerah dari dana perimbangan untuk Kabupaten Wonosobo dalam
tahun anggaran 2006-2010 adalah merupakan pemberi kontribusi terbesar terhadap
APBD rata-rata sebesar 82,74 %. Dana perimbangan terdiri dari bagi hasil pajak / bukan
pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana Alokasi Umum
73
merupakan penyumbang terbesar terhadap perimaan Dana Perimbangan dan
memberikan kontribusi terhadap APBD rata-rata sebesar 68,93 %.
Lain-lain Pendapatan Yang Sah terdiri dari pendapatan hibah, bagi hasil pajak
provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dana penyesuaian dan otonomi khusus dan
bantuan keuangan dari provinsi / pemerintah daerah lain. Selama tahun anggaran 2006-
2010 Lain-lain Pendapatan Yang Sah memberikan kontribusi terhadap APBD rata-rata
sebesar 10,21 %.
3. Belanja Daerah
Struktur belanja dalam APBD Kabupaten Wonosobo terdiri dari Belanja Tidak
Langsung dan Belanja Langsung. Proporsi Belanja selama kurun tahun anggaran 2006-
2010 dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel III.2 ANGGARAN BELANJA KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN ANGGARAN 2006 -2010
NO. URAIAN BELANJA
ANGGARAN BELANJA TAHUN ANGGARAN Jumlah %
(Dalam Jutaan Rupiah) Rata-2 Rata-rata
2006 2007 2008 2009 2010
2006-2010
Thd. Total
(000.000) Rata-2
Bel.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 BELANJA TIDAK LANGSUNG
268.632
320.003
395.804
430.240 506.285
384.193 61,38
a. Belanja Pegawai
222.133
264.339
322.672
419.697
318.131 50,82 50,86
b. Belanja Hibah
20.963
13.952
10.016
38.396
19.019 3,04 3,03
c. Belanja Bantuan Sosial 408
3.212
1.658
868
1.664 0,27 0,27
d. Belanja Bantuan Keuangan
22.128
34.500
59.458
44.958
42.846 6,84 6,85
e. Belanja Bunga -
-
1.366
273 0,04 273 0,04
f. Belanja Tidak Terduga 3.000
4.000
2.000
1.000
2.260 0,36 0,36
2 BELANJA LANGSUNG
192.603
245.346
265.576
289.510
215.740
241.755 38,62
Belanja Langsung Eks BAU
50.607
56.256
55.442
50.836
60.721 54.772 8,75
* RSU 16.901
13.331
14.892
23.680
17.251 2,76 2,76
* SKPD Non RSU 33.706
42.925
40.550
37.041
37.522 5,99 6,00
Belanja Langsung BOP/BM
141.996
189.090
210.134
238.674
155.019
186.983 29,87
* Spesifik Grant 55.124
74.349
90.583
101.683
89.480 14,30 14,26
* APBD Murni 86.872
114.741
119.551
53.336
97.502 15,58 15,59
JUMLAH BELANJA
461.235
565.349
661.380
719.750
722.025
625.948
Sumber: Perda Perubahan APBD Kabupaten Wonosobo TA. 2006-20010
74
Proporsi belanja terhadap total belanja daerah Kabupaten Wonosobo selama
tahun anggaran 2006 -2010, untuk belanja tidak langsung rata-rata sebesar 61,38 % dan
belanja langsung rata-rata sebesar 38, 62 %. Belanja tidak langsung, merupakan belanja
yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan untuk tahun anggaran 2006-2010 rata-rata dialokasikan sebesar 61,38 % dari
total belanja, meliputi:
a. Belanja pegawai terdiri dari belanja gaji dan tunjangan, tambahan penghasilan
pegawai, penerimaan lainnya pimpinan dan Anggota DPRD serta Kepala Daerah /
Wakil Kepala Daerah dan biaya pemungutan pajak daerah selama tahun anggaran
2006-2010 rata-rata dialokasikan sebesar 50,86 % dari total belanja.
b. Belanja bunga digunakan untuk pembayaran bunga atas pinjaman Daerah, untuk
tahun anggaran 2006-2009 tidak mengalokasikan belanja bunga sedangkan untuk
tahun anggaran 2010 mengalokasikan belanja bunga karena pada tahun anggaran
2009 melakukan pinjaman daerah.
c. Subsidi, digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada
perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat
terjangkau oleh masyarakat banyak, untuk tahun anggaran 2006-2010 tidak
mengalokasikan belanja subsidi.
d. Belanja hibah, yaitu pemberian hibah untuk dalam bentuk uang, barang dan/atau
jasa kepada pemerintah, kelompok masyarakat / perorangan yang secara spesifik
telah ditetapkan peruntukkannya, untuk kurun tahun anggaran 2006-2010 rata-rata
dialokasikan sebesar 3,03 % dari total belanja.
e. Bantuan Sosial, yaitu bantuan sosial organisasi kemasyarakatan untuk kurun tahun
anggaran 2006-2010 rata-rata dialokasikan sebesar 0,27 % dari total belanja.
f. Belanja Bagi Hasil, meliputi belanja bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah
kepada Kabupaten/Kota, untuk tahun anggaran 2006-2010 tidak mengalokasikan
belanja bagi hasil.
g. Bantuan Keuangan, belanja bantuan keuangan di Kabupaten Wonosobo dialokasikan
untuk Alokasi Dana Desa, Tunjangan Penghasilan Perangkat Desa dan Kopensasi
perangkat Desa yang berakhir masa jabatannya, dan bantuan keuangan untuk partai
politik, selama tahun anggaran 2006-2010 rata-rata dialokasikan sebesar 6,85 % dari
total belanja.
h. Belanja tak terduga, untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan
berulang seperti penanggulangan bencana alam, dan bencana sosial yang tidak
diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan
75
daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup, selama tahun anggaran 2006-
2010 rata-rata dialokasikan sebesar 0,36 % dari total belanja.
Belanja Langsung, merupakan belanja yang dianggarkan terkait langsung dengan
program dan kegiatan, selama tahun anggaran 2006-2010 rata-rata dialokasikan sebesar
38,62 % dari total belanja, meliputi :
a. Belanja Pegawai, Belanja Pegawai, untuk pengeluaran honorarium PNS, honorarium
non PNS dan uang lembur yang terkait dengan program kegiatan.
b. Belanja Barang dan Jasa, Belanja Barang dan Jasa, untuk pengeluaran bahan habis
pakai, bahan material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor,
cetak dan penggandaan, sewa alat berat, sewa perlengkapan, sewa perlengkapan dan
alat kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja,
pakaian khusus, perjalanan dinas, bea siswa pendidikan PNS, kursus, pelatihan,
sosialisasi dan bimbingan teknis, perjalanan pindah tugas, pemeliharaan bangunan
(gedung, jalan, jembatan, alat-alat berat) dan lain sebagainya.
c. Belanja Modal, untuk pengeluaran pengadaan tanah, alat-alat berat, alat-alat
angkutan di darat bermotor, alat-alat angkutan darat tidak bermotor, alat-alat
angkutan di air bermotor, alat-alat angkutan di air tidak bermotor, alat-alat bengkel,
alat-alat pengolahan pertanian dan peternakan, peralatan kantor, perlengkapan
kantor, komputer dan lain-lain.
Aplikasi Belanja langsung dikabupaten Wonosobo sudah dialokasikan
berdasarkan alokasi Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa serta Belanja Modal
sebagaimana tersebut di atas, akan tetapi untuk lebih memudahkan analisa kebutuhan
belanja khususnya belanja langsung di Kabupaten Wonosobo diklasifikasikan menjadi
Belanja Langsung Eks Belanja Administrasi Umum dan Belanja Eks Belanja Operasi
Pemeliharaan (BOP) serta Belanja Modal (BM).
Selama tahun anggaran 2006-2010 Belanja Langsung Eks Belanja Administrasi
Umum rata-rata dialokasikan sebesar 8,75 % dari total belanja. Sedangkan untuk Eks
Belanja Operasi dan Pemeliharaan (BOP) serta Belanja Modal (BM) tahun anggaran
2006-2010 rata-rata dialokasikan sebesar 29,87 % dari total belanja
4. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah, adalah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup
defisit atau untuk memanfaatkan surplus, elama kurun tahun anggaran 2006-2010
dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
76
Tabel III.3 DATA SURPLUS/ DEFISIT APBD TAHUN ANGGARAN 2006-2010
NO. URAIAN
TAHUN ANGGARAN :
(Dalam Jutaan Rupiah)
2006 2007 2008 2009 2010
SURPLUS / DEFISIT 8.156 (37.412) ( 6.591 ) (56.695) (1.879 )
Sumber: Perda Perubahan APBD Kabupaten Wonosobo TA. 2006-2010
Tabel III.4
PEMBIAYAAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN ANGGARAN 2006 -2010
NO. URAIAN PEMBIAYAAN
PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN :
(Dalam Jutaan Rupiah)
2006 2007 2008 2009 2010
1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN 29.303
55.850
68.231
68.059
40.470
a. Silpa tahun lalu 29.165
52.964
66.181
44.410
36.448
b. Pencairan dana cadangan - -
-
-
2.301
c. Penerimaan Dana Talangan - -
-
-
1.500
d. Penerimaan Pinjaman - -
-
23.000
-
e. Penerimaan Piutang 138
2.886
2.050
350
130
f. Divestasi saham Bank Jateng - -
-
299
91
2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN 37.459
18.438
1.640
11.364
38.591
a. Pembentukan Dana Cadangan - 387
-
299
-
b. Penyertaan Modal 2.561
7.905
1.640
11.065
14.091
c. Pembayaran Hutang JT 34.553
10.146
-
-
23.000
d. Pengeluaran Dana Talangan - -
-
-
1.500
e. Silpa Tahun berjalan 345
-
-
-
-
PEMBIAYAAN NETTO (8.156)
37.412
66.591
56.695
1.879
Sumber: Perda Perubahan APBD Kabupaten Wonosobo TA. 2006-2010
Pembiayaan Daerah terdiri dari :
a. Penerimaan Pembiayaan, mencakup :
- Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA)
- Pencairan dana cadangan
77
- Penerimaan Dana Talangan
- Penerimaan pinjaman daerah
- Penerimaan piutang daerah
- Divestasi saham
b. Pengeluaran Pembiayaan,
- Pembentukan dana cadangan
- Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah
- Pembayaran Pokok Utang
- Pengeluaran Dana Talangan
- Silpa tahun anggaran berjalan.
B. Analisa Kemampuan Keuangan Daerah.
Evaluasi selama 5 (lima) tahun anggaran yang telah berjalan sebagaimana
digambarkan tersebut di atas disampaikan untuk menganalisa potensi kemapuan keuangan
daerah kurun waktu 5 (lima) tahun yang akan datang, dengan menggunakan asumsi-asumsi
dapat diprediksikan sebagaimana tersebut dalam tabel di bawah ini :
Tabel III.5 PROYEKSI APBD TAHUN ANGGARAN 2010 - 2015
NO URAIAN PREDIKSI
APBD 2011 PREDIKSI
APBD 2012 PREDIKSI
APBD 2013 PREDIKSI
APBD 2014 PREDIKSI
APBD 2015 JUMLAH
RATA-RATA
I. PENDAPATAN
1. PENDAPATAN ASLI DAERAH
60.314.879.680 61.763.937.274 71.999.216.019 73.439.200.339 74.907.984.346 68.485.043.532
- Pajak Daerah 6.150.500.000 6.273.510.000 15.398.980.200 15.706.959.804 16.021.099.000 11.910.209.801
- Retribusi Daerah 9.750.633.500 9.945.646.170 10.144.559.093 10.347.450.275 10.554.399.281 10.148.537.664
- Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan
5.656.852.000 5.769.989.040 5.885.388.821 6.003.096.597 6.123.158.529 5.887.696.997
- Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yg sah
38.756.894.180 39.774.792.064 40.570.287.905 41.381.693.663 42.209.327.536 40.538.599.070
% PAD TERHADAP APBD 6,97 7,00 7,92 7,92 7,92 7,54
2. DANA PERIMBANGAN 590.120.642.787 601.923.055.643 613.961.516.756 626.240.747.091 638.765.562.033 614.202.304.862
- Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak
41.784.329.787 42.620.016.383 43.472.416.710 44.341.865.045 45.228.702.345 43.489.466.054
- Dana Alokasi Umum 486.041.113.000 495.761.935.260 505.677.173.965 515.790.717.445 526.106.531.793 505.875.494.293
- Dana Alokasi Khusus 62.295.200.000 63.541.104.000 64.811.926.080 66.108.164.602 67.430.327.894 64.837.344.515
% D.PERIMB. THD APBD 68,19 68,18 67,50 67,50 67,50 67,78
3. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
214.959.990.551 219.187.790.362 223.571.546.169 228.042.977.093 232.603.836.634 223.673.228.162
- Pendapatan Hibah 7.500.000.000 7.650.000.000 7.803.000.000 7.959.060.000 8.118.241.200 7.806.060.240
- Bagi Hasil Pajak Provinsi & Pemda Lainnya
18.970.263.551 19.349.668.822 19.736.662.198 20.131.395.442 20.534.023.351 19.744.402.673
- Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
117.431.107.000 119.708.329.140 122.102.495.723 124.544.545.637 127.035.436.550 122.164.382.810
- Bantuan Keuangan dari Prov / Pemda lainnya
71.058.620.000 72.479.792.400 73.929.388.248 75.407.976.013 76.916.135.533 73.958.382.439
% LAIN-LAIN PYS Thd. APBD
24,84 24,83 24,58 24,58 24,58 24,68
JUMLAH PENDAPATAN DAERAH …………
865.395.513.018 882.874.783.278 909.532.278.944 927.722.924.523 946.277.383.013 906.360.576.555
78
II. B E L A N J A
1 BELANJA TIDAK LANGSUNG
527.539.350.543 543.132.877.554 553.568.770.105 564.203.900.257 575.042.278.750 552.697.435.442
a. Belanja Pegawai 457.016.361.575 466.148.688.807 475.463.662.583 484.964.935.834 494.656.234.551 475.649.976.670
b. Belanja Hibah 21.712.488.968 27.616.638.747 28.179.366.522 28.753.868.603 29.340.406.462 27.120.553.861
c. Belanja Bantuan Sosial
2.352.500.000 2.399.550.000 2.447.541.000 2.496.491.820 2.546.421.656 2.448.500.895
d. Belanja Bantuan Keuangan
45.458.000.000 45.468.000.000 45.478.200.000 45.488.604.000 45.499.216.080 45.478.404.016
e. Belanja Bunga - - - - - -
f. Belanja Tidak Terduga
1.000.000.000 1.500.000.000 2.000.000.000 2.500.000.000 3.000.000.000 2.000.000.000
% BTL TERHADAP BELANJA
59,02 59,33 59,40 59,46 59,52 59,35
2 BELANJA LANGSUNG 366.229.596.425 372.244.520.135 378.379.742.319 384.637.668.947 391.020.754.107 378.502.456.387
a. Belanja Langsung Eks BAU
64.980.910.930 64.980.910.930 64.980.910.930 64.980.910.930 64.980.910.930 64.980.910.930
-RSUD 27.920.000.000 27.920.000.000 27.920.000.000 27.920.000.000 27.920.000.000 27.920.000.000
-SKPD Se-Kab.Wonosobo
37.060.910.930 37.060.910.930 37.060.910.930 37.060.910.930 37.060.910.930 37.060.910.930
b. Belanja Langsung BOP/BM
301.248.685.495 307.263.609.205 313.398.831.389 319.656.758.017 326.039.843.177 313.521.545.457
-Spesific Grant 202.852.738.345 206.909.793.112 211.047.988.974 215.268.948.754 219.574.327.729 211.130.759.383
* DAK 62.295.200.000 63.541.104.000 64.811.926.080 66.108.164.602 67.430.327.894 64.837.344.515
* Bant. Provinsi 62.296.425.000 63.542.353.500 64.813.200.570 66.109.464.581 67.431.653.873 64.838.619.505
* DBHCHT (Cukai Tembakau
5.016.022.345 5.116.342.792 5.218.669.648 5.323.043.041 5.429.503.902 5.220.716.345
* DPPIP 3.868.000.000 3.945.360.000 4.024.267.200 4.104.752.544 4.186.847.595 4.025.845.468
* BEC 1.000.000.000 1.020.000.000 1.040.400.000 1.061.208.000 1.082.432.160 1.040.808.032
* DPID 22.770.000.000 23.225.400.000 23.689.908.000 24.163.706.160 24.646.980.283 23.699.198.889
* BOS 45.607.091.000 46.519.232.820 47.449.617.476 48.398.609.826 49.366.582.022 47.468.226.629
-APBD Murni 98.395.947.150 100.353.816.093 102.350.842.415 104.387.809.263 106.465.515.448 102.390.786.074
* Pendamping DAK 6.229.520.000 6.354.110.400 6.481.192.608 6.610.816.460 6.743.032.789 6.483.734.452
* Pendamping BEC 200.000.000 200.000.000 200.000.000 200.000.000 200.000.000 200.000.000
* Penunjang DAK 1.245.904.000 1.270.822.080 1.296.238.522 1.322.163.292 1.348.606.558 1.296.746.890
* Penunjang Bant. Provinsi
1.421.172.400 1.449.595.848 1.478.587.765 1.508.159.520 1.538.322.711 1.479.167.649
* Penunjang DPPIP 77.360.000 78.907.200 80.485.344 82.095.051 83.736.952 80.516.909
* Penunjang DPID 455.400.000 464.508.000 473.798.160 483.274.123 492.939.606 473.983.978
* Penunjang PIP APBN
70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000 70.000.000
*Penunjang PNPN (Kota+Desa)
232.500.000 232.500.000 232.500.000 232.500.000 232.500.000 232.500.000
* Kegiatan BOP/BM Seluruh SKPD
88.464.090.750 90.233.372.565 92.038.040.016 93.878.800.817 95.756.376.833 92.074.136.196
% BL TERHADAP BELANJA
40,98 40,67 40,60 40,54 40,48 40,65
JUMLAH BELANJA DAERAH ……………..…
893.768.946.968 915.377.397.689 931.948.512.424 948.841.569.204 966.063.032.857 931.199.891.828
D E F I S I T / S U R P L U S …………………….
(28.373.433.950) (32.502.614.410) (22.416.233.480) (21.118.644.681) (19.785.649.844) (24.839.315.273)
III. P E M B I A Y A A N
A. P E N E R I M A A N 38.123.433.950 40.502.614.410 30.416.233.480 29.118.644.681 22.785.649.844 32.189.315.273
1. SILPA TAHUN LALU 36.493.433.950 38.872.614.410 28.786.233.480 27.488.644.681 21.155.649.844 30.559.315.273
2. PENCAIRAN DANA CADANGAN
- - - - - -
3. PENERIMAAN DANA TALANGAN KET. PANGAN
1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000
4. PENERIMAAN PIUTANG
130.000.000 130.000.000 130.000.000 130.000.000 130.000.000 130.000.000
5. DIVESTASI SAHAM BANK JATENG
- - - - - -
B. P E N G E L U A R A N 9.750.000.000 8.000.000.000 8.000.000.000 8.000.000.000 3.000.000.000 7.350.000.000
1. PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
- 5.000.000.000 5.000.000.000 5.000.000.000 - 3.000.000.000
2. PENYERTAAN MODAL 8.250.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000 2.850.000.000
- PDAM 8.250.000.000 - - - - 1.650.000.000
- Bank Jateng - 1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000 1.200.000.000
79
3. PEMBAYARAN HUTANG JATUH TEMPO
- - - - - -
4 DANA TALANGAN KET. PANGAN
1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000
5 PENYERTAAN MODAL BAK JATENG
- - - - - -
PEMBIAYAAN NETTO ……………………...…
28.373.433.950 32.502.614.410 22.416.233.480 21.118.644.681 19.785.649.844 24.839.315.273
KEKURANGAN DANA - (0) (0) (0) (0) (0)
Sumber: DPPKAD Kabupaten Wonosobo
1. Pendapatan Daerah
Proyeksi Pendapatan Asli Daerah dalam tahun anggaran 2011 – 2015
diasumsikan terjadi peningkatan rata-rata sebesar 5,74 % dan memberikan kontribusi
terhadap APBD rata-rata sebesar 7,54 % . Penerimaan daerah dari dana perimbangan
untuk Kabupaten Wonosobo dalam tahun anggaran 2010 - 2015 diasumsikan terjadi
peningkatan rata-rata sebesar 2,00 % dan masih merupakan pemberi kontribusi
terbesar terhadap APBD rata-rata sebesar 67,78 %.
Lain-lain Pendapatan Yang Sah dalam tahun anggaran 2010 - 2015 diasumsikan
terjadi peningkatan rata-rata sebesar 1,99 % dan masih memberikan kontribusi
terhadap APBD rata-rata sebesar 24,68 %.
2. Belanja Daerah
Proporsi belanja terhadap total belanja daerah Kabupaten Wonosobo selama
tahun anggaran 2011 -2015, untuk belanja tidak langsung diasumsikan rata-rata sebesar
59,35 % dan belanja langsung rata-rata sebesar 40,65 %. Proporsi terbesar belanja tidak
langsung adalah belanja gaji pegawai terhadap total belanja diasumsikan rata-rata
sebesar 51,08 % , belanja bantuan keuangan yang terdiri dari Alokasi Dana Desa,
Tunjangan Tambahan Penghasilan Perangkat Desa, bantuan partai politik, serta stimulan
pembangunan pedesaan terhadap total belanja diasumsikan rata-rata sebesar 4,88 %,
dan belanja hibah terhadap total belanja diasumsikan rata – rata sebesar 2,91 % Belanja
langsung selama tahun anggaran 2011 -2015 yang terdiri dari :
a. Belanja Langsung Eks Belanja Administrasi Umum (BAU)
Proporsi belanja langsung eks BAU terhadap total belanja diasumsikan rata-rata
sebesar 6,98 %.
b. Belanja Operasi Pemeliharaan (BOP) dan Belanja Modal (BM) terhadap total belanja
diasumsikan rata-rata dengan proporsi sebesar 33,67 %, meliputi :
1. Proporsi Belanja Langsung BOP/BM yang bersumber dana spesifik grant
terhadap total belanja diasumsikan rata-rata sebesar 22,67 %
80
2. Proporsi Belanja Langsung BOP/BM yang bersumber dana APBD Murni (Belanja
untuk Pendamping, Penunjang serta Kegiatan untuk semua SKPD) terhadap total
belanja diasumsikan rata-rata sebesar 10,99 %
Catatan : Proporsi untuk mengalokasikan anggaran untuk mendanai program dan kegiatan untuk semua SKPD diluar program kegiatan yang bersumber dana sepsifik grant (DAK, DPPIP, DPDF&PPD, Bantuan Provinsi dan lain-lain) selama tahun anggaran 2010 - 2015 adalah terhadap total belanja diasumsikan rata-rata sebesar 8,67 %.
3. Pembiayaan Daerah
a. Penerimaan Pembiayaan, khususnya dari Penerimaan Sisa lebih perhitungan
anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA) selama tahun anggaran 2010 - 2015
diasumsikan tiap tahunya terjadi penurunan hal ini menunjukkan bahwa tingkat
perencanaan dalam mengalokasikan anggaran semakin baik dan realistis.
b. Pengeluaran Pembiayaan, untuk tahun anggaran 2010 - 2015 diasumsikan perlu
megalokasikan dana cadangan untuk Pemilu Kada Tahun 2015.
81
BAB IV
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
A. Permasalahan Pembangunan
Permasalahan pembangunan yang disajikan adalah permasalahan pada
penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yang relevan yang berdasarkan analisis
yang merujuk pada identifikasi permasalahan pembangunan daerah dalam perumusan
rancangan awal RPJMD. Paparan tantangan dan permasalahan ini merupakan temuan dari
analisis data primer yang dilakukan melalui proses Focus Group Discussion (FGD) dan data
sekunder dari dokumen-dokumen APBD, BPS dan dokumen lain yang terkait dengan
berbagai tantangan dan permasalahan di Kabupaten Wonosobo. Tantangan dan
permasalahan tersebut dapat diklasifikasikan dalam beberapa bidang. Yaitu:
1. Bidang Ekonomi
a. Pertumbuhan ekonomi yang belum menggembirakan dimana pada tahun 2009 hanya
mencapai angka 4,02%, masih dibawah angka pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah
yang sebesar 4,7%, dan nasional sebesar 4,5%. Hal ini disamping sangat terkait
dengan kebijakan ekonomi nasional dan regional, juga terkait dengan persoalan
keterbatasan kemampuan ekonomi, terutama menyangkut faktor-faktor produksi
sebagian besar masyarakat. Oleh karena itu, kedepan perlu dilakukan berbagai upaya
percepatan pertumbuhan ekonomi yang mengikutsertakan sebanyak mungkin
masyarakat.
b. Masih lambannya pengentasan kemiskinan sehingga penduduk yang hidup dibawah
garis kemiskinan (Pra KS dan KS I) masih cukup tinggi yaitu sejumlah 51,64 % pada
tahun 2009, hal ini tentu menimbulkan kesenjangan ekonomi antar warga
masyarakat. Untuk mempercepat pengentasan kemiskinan dan mengurangi
kesenjangan, pertumbuhan ekonomi yang ada harus dapat memberikan kesempatan
kerja seluas-luasnya dan lebih merata ke sektor-sektor pembangunan, yang banyak
menyediakan lapangan kerja. Pertumbuhan ekonomi melalui investasi, diharapkan
dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Usaha mikro, kecil, dan
menengah, diharapkan juga dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat agar dapat
meningkatkan produktivitas dan daya saing daerah yang lebih baik. Harapan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dapat dicapai jika para pekerja tersebut
dilengkapi dengan keahlian, kompetensi, kemampuan untuk bekerja (employable)
dan disiapkan untuk menghadapi persaingan global dalam pasar kerja. Pendidikan
saja tidak cukup, karena banyak para pekerja masih belum siap untuk memasuki
pasar kerja.
82
c. Meskipun biaya untuk penyediaan infrastruktur (Jalan, Air Bersih, Listrik dan Irigasi)
sudah disediakan cukup banyak, tetapi masih ditemukan kesenjangan infrastruktur.
Untuk itu pembangunan infrastruktur harus tetap menjadi prioritas pembangunan.
Percepatan pertumbuhan ekonomi jelas membutuhkan tambahan kuantitas dan
perbaikan kualitas infrastruktur. Revilitalisasi pertanian tidak mungkin berhasil tanpa
infrastruktur yang memadai, mengingat biaya pemasaran makin dominan dalam
struktur biaya akhir suatu komoditas pertanian. Keluarga miskin tidak akan mampu
ikut dalam gelombang pertumbuhan ekonomi jika terisolasi akibat ketiadaan
infrastruktur. Masalah lingkungan hidup seperti polusi air, udara dan tanah, atau
banjir di lingkungan perkotaan memiliki keterkaitan yang kuat dengan ketiadaan
infrastruktur yang memadai.
2. Sosial Budaya dan Lingkungan
a. Belum meratanya akses pendidikan yang berkualitas baik sarana prasrana maupun
layanan pendidikan itu sendiri. Pemanfatan dana BOS yang belum optimal juga
menghambat efektifitas peningkatan kualitas pendidikan. Hal tersebut berimplikasi
pada tantangan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, serta
pembebasan biaya pendidikan khususnya pendidikan dasar. Selain itu mutu,
relevansi dan daya saing pendidikan yang masih relatif rendah, akan menghambat
pembangunan kualitas sumber daya manusia yang berdaya saing dan komptensi
tinggi.
b. Peningkatan akses terhadap layanan kesehatan bagi masyarakat, memang sudah
cukup banyak, akan tetapi kesenjangan atas derajad kesehatan masyarakat masih
terasa. Terbatasnya aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas,
baik sarana mupun kualitas SDM. Disamping itu, dengan melihat pengalaman
pemberian jaminan kesehatan masyarakat dengan birokrasi yang begitu rumit,
kedepan perlu dilakukan pemberian jaminan asuransi kesehatan kepada semua
warga masyarakat Wonosobo, dan tidak hanya kepada mereka yang memiliki kartu
Jaminan Kesehatan Masyarakat. Dengan penduduk yang sehat baik secara jasmani
maupun rohani, maka mereka akan mampu melakukan proses produksi secara
optimal, sehingga akan berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi lokal.
c. Daya dukung lingkungan yang semakin rendah akibat dari degradasi yang tidak
terkendali sebagai damapak dari proses pergerakan sektor ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi perlu terus utnuk ditingkatkan, tetapi dengan tidak merusak lingkungan
hidupkarena kerusakan lingkungan hidup akan menyebabkan pertumbuhan
ekonomi tidak berkelanjutan. Pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam yang
83
tidak tepat akan mengakibatkan sumber daya menyusut lebih cepat dan dengan
mudah mengembalikan krisis pangan dan energi seperti yang terjadi tahun 2007-
2008 yang lalu. Kerusakan lingkungan hidup mengakibatkan biaya hidup meningkat
yang pada gilirannya menurunkan kualitas hidup. Kerusakan lingkungan hidup juga
diduga menjadi salah satu penyebab utama munculnya epidemik dan penyakit
saluran pernapasan. Dimensi lingkungan hidup pun makin luas berkaitan dengan
perubahan iklim yang mempunyai keterkaitan kuat dengan kerusakan lingkungan
hidup dan pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Ancaman perubahan iklim ini
bukan hanya meningkatkan kemungkinan terjadinya goncangan yang tidak terduga
seperti bencana alam, tetapi juga dapat mengancam produktivitas dari sumber daya
alam. Jika hal ini terjadi, krisis pangan pun dapat kembali terjadi setiap saat.
3. Bidang Politik, dan Pemerintahan
a. Masih kurang profesionalnya birokrasi dalam proses penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan masyarakat. Untuk itu peningkatan kualitas birokrasi harus menjadi
prioritas pembangunan daerah, sehingga perlu untuk mengagendakan reformasi
birokrasi. Keberhasilan reformasi birokrasi merupakan kunci utama yang membawa
Indonesia dalam kancah persaingan di pasar global dan efektifitas penyelenggaraan
pemerintahan.
b. Proses demokratisasi yang masih berjalan lambat, sehingga sejak 1998 hingga saat
ini masih dalam kondisi transisi demokrasi yang apabila tidak dilakukan perubahan
dapat berubah menjadi sistem yang mobokrasi. Untuk itu, demokrasi yang telah
diputuskan sebagai dasar hidup berbangsa pelaksanaannya harus terus dibenahi.
Konsolidasi demokrasi harus terus diperkuat, karena sebagian besar masih
demokrasi prosedural. Masih banyak esensi demokrasi yang substansial yang belum
mampu dijalankan sepenuhnya.
c. Belum mantapnya implementasi prinsip-prinsip dalam desentralisasi dan otonomi
daerah. Desentralisasi sejak hampir 10 tahun lalu telah berhasil dijalankan. Akan
tetapi proses transformasi sistem pemerintahan ini belum berjalan sempurna.
Pemantapan proses desentralisasi melalui penguatan sinergi pusat-daerah-desa dan
antar desa merupakan agenda penting dalam rangka memperoleh manfaat yang
optimal dari integrasi dengan ekonomi global. Dalam kaitan itu, salah satu langkah
strategis yang harus dilakukan adalah peningkatan kapasitas pemerintah daerah dan
pemerintah desa.
84
B. Isu Strategis
1. Pelayanan Umum
a. Perencanaan Pembangunan
Perencanaan pembangunan diarahkan kepada pembangunan secara komperehensif
baik secara fisik maupun non fisik, sehingga terwujud keseimbangan pembangunan
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Efektifitas perencanaan
pembangunan sangat bergantung pada good will dan partisipasi dari seluruh
stakeholder. Selain itu pelaksanaan kerjasama dengan daerah lain dan pihak ketiga
dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan menjadi faktor
pendukung dalam efektifitas pelaksanaan pembangunan. Hal lain yang mendukung
dalam efektifitas perencanaan pembangunan yaitu pelaksanaan sistem informasi
dan keterpaduan dalam pengelolaan data perencanaan pembangunan menjadi salah
satu isu strategis.
b. Pemerintahan Umum
Perubahan tatanan penyelenggaraan pemerintahan dengan prinsip-prinsip good
governance mensyaratkan budaya organisasi yang memiliki kemampuan adaptasi
dan penyesuaian terhadap berbagai perubahan paradigma maupun regulasi.
Pemerintah daerah sebagai regulator, harus mampu menciptakan iklim sosial yang
aman, nyaman dan tertib serta iklim ekonomi yang kondusif. Dalam fungsi sebagai
fasilitator, pemerintah daerah di masa depan harus mampu menyusun kerangka
regulasi yang dapat mewadahi tumbuh berkembangnya budaya partisipasi baik oleh
pemerintah, swasta dan masyarakat itu sendiri. Sejalan dengan tuntutan
penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik juga dihadapkan pada
permasalahan mengenai SDM aparatur yang besar secara kuantitas namun rendah
dalam kualitas serta jauh dari tingkat kesejahteraan. Oleh sebab itu tantangan
strategis di masa depan adalah bagaimana pembangunan aparatur pemerintah
mampu menghasilkan ketersediaan SDM aparatur yang secara kuantitas sesuai
dengan kebutuhan organisasi dan secara kualitas memiliki kompetensi dan
moralitas. Tantangan pemerintahan juga dihadapkan pada tuntutan pelayanan
prima yang cepat, tanggap dan murah. Oleh juga diperlukan perubahan mekanisme
kerja dari manual menuju otomatisasi (office otomation) antara lain pemanfaatan
teknologi sistem informasi, e-procurement, e-goverment dan lain sebagainya.
Dengan adanya Reformasi birokrasi dan penataan pemerintahan diharapkan lebih
menjamin pelaksanaan pelayanan publik dan kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan yang berjalan secara efektif dan efisien, menuju good governance.
c. Kepegawaian
85
Yang perlu diperhatikan dalam pembangunan di sektor kepegawaian adalah
penyempurnaan pengelolaan PNS yang meliputi sistem pembinaan, rekrutmen,
pendidikan, pelatihan, penempatan, promosi, dan mutasi PNS, serta peningkatan
kesejahteraan PNS. Pelaksanaan reformasi birokrasi menjadi hal yang krusial untuk
dilaksanakan dalam rangka perbaikan penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan masyarakat, sehingga profesionalisme birokrasi dapat terwujud.
d. Statistik
Penyediaan data statistik yang valid dan up to date menjadi kebutuhan utama bagi
proses perumusan kebijakan pemerintah daerah. Pengelolaan data statistik yang
berkualitas diharapkan dapat menyajikan data-data yang valid, mutahir serta dapat
dipertanggungjawabkan. Pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan data
dapat mengefektifkan dan mengefisienkan pengelolaan data.
e. Kearsipan
Pengelolaan arsip secara baik yang dapat menunjung kegiatan administrasi agar
lebih lancar seringkali diabaikan dengan berbagai macam alasan. Berbagai kendala
seperti kurangnya tenaga arsiparis maupun terbatasnya sarana dan prasarana selalu
menjadi alasan buruknya pengelolaan arsip di hampir sebagian besar instansi
pemerintah. Kondisi semacam itu diperparah dengan image yang selalu
menempatkan bidang kearsipan sebagai “bidang pinggiran” diantara aktivitas-
aktivitas kerja lainnya.
f. Komunikasi dan Informatika
Teknologi informasi dan komunikasi yang saat ini berkembang sangat pesat
menuntut kesiapan pengguna dalam hal ini Pemerintah Daerah dalam memberikan
layanan informasi yang mutakhir. Terbatasnya kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia dalam pengelolaan teknologi informasi menjadikan kurang efektifnya
pemanfaatan sarana dan prasarana teknologi informatika. Selain itu perlunya
peningkatan kerja sama informasi dengan berbagai media massa baik cetak maupun
elektronik dalam menyampaikan program dan kebijakan pemerintah sehingga dapat
terwujud komunikasi dua arah antara pemerintah dengan masyarakat secara intens
untuk mendukung pembangunan daerah.
2. Ketertiban dan Ketentraman
Kesatuan Bangsa, Politik Dalam Negeri dan perlindungan masyarakat
Pentingnya peningkatan stabilitas kondisi politik dan keamanan daerah untuk
mendukung penyelenggaraan pemerintahan serta kehidupan berbangsa dan bernegara,
dengan meningkatkan peran serta masyarakat kepedulian kemanan dan ketertiban
86
lingkungan. Selain itu perlunya kesiapan pemerintah daerah dalam penanggulangan dan
pencegahan bencana dalam rangka perlindungan secara menyeluruh terhadap
masyarakat. Peningkatan ketentraman dan ketertiban dengan integrasi dan integritas
penerapan dan penegakan hukum oleh seluruh lembaga dan aparat hukum kepada
masyarakat tanpa pandang bulu. Efektifitas pelaksanaan peraturan daerah yang masih
rendah ditandai dengan banyaknya peraturan daerah yang belum dapat diaplikasikan
secara optimal sehingga menghambat proses penyelenggaraan pemerintahan.
3. Ekonomi
a. Perhubungan
Penyediaan dan pengelolaan infrastruktur (sarana, prasarana dan fasilitas)
perhubungan perlu dilaksanakan secara terpadu dengan bekerjasama dengan
instansi kepolisian, agar kondisi berlalulintas kendaraan di jalan raya dapat benar-
benar menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pengguna jalan. Pembangunan
jaringan prasarana dan penyediaan sarana transportasi antar-moda sesuai dengan
Sistem Transportasi Nasional dan Cetak Biru Transportasi Multimoda dan penurunan
tingkat kecelakaan transportasi. Selain itu perlu adanya peningkatan pelayanan dan
uji kelayakan angkutan penumpang dan barang dan peningkatan database
pelayanan jasa angkutan sebagai sarana kontrol dan pengendalian.
b. Tenaga Kerja
Belum meratanya peluang serta rendahnya aksesibilitas kesempatan kerja pada
berbagai sektor unggulan yang sesuai dengan sebagian besar kondisi kompetensi
SDM tenaga kerja, serta adanya peningkatan pengangguran yang disebabkan oleh
terjadinya pemutusan hubungan kerja dari perusahaan yang kolaps. Untuk itu perlu
untuk mensinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan dan iklim usaha dalam rangka
penciptaan lapangan kerja serta pelatihan dan pendidikan bagi tenaga kerja siap
mandiri dan siap bekerja sesuai dengan ketrampilan serta penyediaan akses
informasi pekerjaan bagi tenaga kerja usia produktif.
c. Koperasi dan Usaha Mikro,Kecil dan Menengah
Isu stregis pada sektor Koperasi dan Usaha Mikro,Kecil dan Menengah yaitu pada
pengembangan Koperasi dan Usaha Mikro,Kecil dan Menengah dengan menfasilitasi
kemudahan akses permodalan untuk pengembangan usaha untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah. Selain itu penumbuhan ekonomi kreatif masyarakat
dan sektor ekonomi kreatif dan tradisional melalui pelatihan, pendidikan tenaga
tenaga trampil mandiri, penyediaan fasilitas konsultasi, bimbingan dan penyediaan
87
kemudahan akses pendanaan bagi usaha kecil dan menengah yang bertujuan
menciptakan usaha kerja mandiri.
d. Penanaman Modal
Isu strategis penanaman modal adalah peningkatan investasi melalui perbaikan
kepastian hukum, penyederhanaan prosedur, perbaikan sistem informasi, reformasi
regulasi secara bertahap sehingga terjadi harmonisasi peraturan yang
jelaskonsistensi dalam implementasinya. Isu yang lain adalah penerapan Sistem
Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) pada Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT), pembatalan perda bermasalah dan
pengurangan biaya untuk memulai usaha dan pengembangan dan penetapan Sistem
Perdagangan yang menjamin kelancaran arus barang dan mengurangi biaya
transaksi/ekonomi biaya tinggi serta pengembangan dan penetapan Sistem
Informasi Penanaman Modal dan Usaha.
e. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Pemberdayaan masyarakat desa diarahkan kepada pengembangan kearifan lokal
(local wisdom) bagi pertumbuhan dan pemberdayaan masyarakat dengan
memperhatikan sumber daya alam, sumber daya manusia dan potensi yang ada.
Selain itu peran penyelenggara pemerintahan desa sangat berpengaruh terhadap
pembangunan pedesaan, sehingga peningkatan kualitas sumber daya manusia
penyelenggara pemerintahan desa perlu ada perbaikan dan peningkatan untuk
mendukung dan mendorong pengembangan pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan pedesaan. Dengan rendahnya kualitas SDM perangkat desa akan
menghambat proses pembangunan pedesaan. Dengan lemahnya peran pemerintah
desa dalam subyek pembangunan, maka perlu ada peningkatan kapasitas
kelembagaan pemerintahan desa. Selain itu, dengan adanya dana PNMP dan ADD
yang didistribusikan di desa, diharapkan mampu meningkatkan keberdayaan
masyarakat desa dalam proses pembangunan serta pencapaian tujuan
kesejahteraan masyarakat.
f. Pertanian
Dalam bidang pertanian, isu strategis yang berkembangnya adalah membangun
ekonomi kerakyatan dengan melanjutkan dan mengembangkan agropolitan untuk
meningkatan pertumbuhan PDB sektor pertanian dan Indeks Nilai Tukar Petani
melalui peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi pertanian untuk
mewujudkan kemandirian pangan, peningkatan daya saing produk pertanian,
peningkatan pendapatan petani, serta kelestarian lingkungan dan sumber daya
alam, pembangunan dan pemeliharaan sarana transportasi dan angkutan,
88
pengairan, jaringan listrik, serta teknologi komunikasi dan sistem informasi yang
melayani daerah-daerah sentra produksi pertanian demi peningkatan kuantitas dan
kualitas produksi serta kemampuan pemasarannya. Peningkatan upaya penelitian
dan pengembangan bidang pertanian yang mampu menciptakan benih unggul dan
hasil penelitian lainnya menuju kualitas dan produktivitas hasil pertanian yang tinggi.
Dorongan untuk investasi pangan, pertanian, dan industri perdesaan berbasis
produk lokal oleh pelaku usaha dan pemerintah, penyediaan pembiayaan yang
terjangkau, serta sistem subsidi yang menjamin ketersediaan benih varietas unggul
yang teruji, pupuk, teknologi dan sarana pasca panen yang sesuai secara tepat
waktu, tepat jumlah, dan terjangkau. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
pengambilan langkah-langkah kongkrit terkait adaptasi dan antisipasi sistem pangan
dan pertanian terhadap perubahan iklim
g. Kehutanan
Pemanfaatan sumber daya kehutanan harus dikelola secara arif dan bijak, sehingga
keseimbangan lingkungan dapat terjaga. Pengembangan potensi kehutanan perlu
dikembangkan sebagai sektor unggulan daerah yang mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, tetapi dengan cara pengelolaan yang benar agar sumber
daya hutan dapat terjaga dan lestari dengan tidak merusak lingkungan dan
ekosistem hutan.
h. Energi dan Sumberdaya Mineral
Pemenuhan Kebutuhan Energi untuk Mendukung Pertumbuhan daerah dan
pemanfaatan energi alternatif sangat mendukung dakam proses pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi daerah. Untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat
perlu untuk meningkatan pemanfaatan energi terbarukan termasuk energi alternatif
geothermal, microhydro, pemanfaatan potensi tenaga surya dan bio-energy.
Kestabilan pasokan energi menjadi krusial dalam mendukung kebutuhan hidup
masyarakat dalam menjalankan aktifitas keseharian sehingga perlu untuk menjaga
kestabilan tersebut dengan pemenuhan sarana pelayanan penyediaan energi.
i. Perdagangan
Penguatan struktur perekonomian desa dan kota berbasis potensi lokal menjadi isu
strategi dalam pembangunan dalam bidang ekonomi. Penguataan sistem
perdagangan berbasis potensi dan sumber daya alam sekitar serta perlindungan
produsen pertanian hasil bumi berperan penting dalam meningkatkan ketahan
ekonomi daerah. Peningkatan keunggulan komparatif menjadi keunggulan
kompetitif yang mencakup pengelolaan sumber daya alam menuju ketahanan
89
pangan, dan antisipasi perubahan iklim perlu dilakukan guna stabilisasi ekonomi
daerah.
j. Perindustrian
Pengembangan sektor industri dengan mempermudah pelayanan perijinan untuk
mendukung pengembangan industri masyarakat. Pengembangan industri dengan
pemanfaatan potensi lokal diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
lokal sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Pembangunan
infrastruktur yang memiliki daya dukung dan daya gerak terhadap pertumbuhan
ekonomi dapat mendorong pengembangan industri di daerah.
k. Transmigrasi
Isu strategis dalam pelaksanaan transmigrasi adalah belum optimalnya kerjasama
antar wilayah, antar pelaku dan antar sektor pendukung urusan transmigrasi. Belum
sebanding sosialisasi kepada calon transmigran yang bersedia ditempatkan. Belum
optimal penyediaan lokasi penempatan. Isu ini sangat tergantung dengan kesiapan
daerah penempatan dalam menyiapkan lokasi yang benar-benar memenuhi criteria
2C – 4L (Clear and Clean – Layak Huni, Layak Usaha, Layak Berkembang, Layak
Lingkungan).
4. Lingkungan Hidup
Pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup, untuk
mempertahankan Kabupaten Wonosobo sebagai daerah konservasi alam.
a. Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana
Peningkatan kualitas dan pencegahan degradasi lingkungan hidup kota, konservasi
dan pemanfaatan lingkungan hidup mendukung pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan yang keberlanjutan, disertai penguasaan dan pengelolaan risiko
bencana untuk mengantisipasi perubahan iklim, peningkatan hasil rehabilitasi lahan
dan penekanan laju deforestasi, penurunan beban pencemaran lingkungan melalui
pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air limbah, penurunan tingkat
polusi, penghentian kerusakan lingkungan di Daerah Aliran Sungai yang rawan
bencana. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Bencana, Sistem Peringatan Dini
Cuaca, dan Sistem Peringatan Dini Iklim. Peningkatan kemampuan penanggulangan
bencana melalui penguatan kapasitas aparatur pemerintah dan masyarakat dalam
usaha mitigasi risiko serta penanganan bencana, dan pembentukan tim gerak cepat.
b. Pertanahan dan Tata Ruang
Terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman yang tidak
terkendali akan semakin menurunkan ketahanan pangan baik daerah maupun
90
nasional. Selain itu masih banyaknya pemanfatan ruang yang tidak sesuai dengan
peruntukannya karena kurangnya pemahaman, ketaatan, serta kedisiplinan
masyarakat . Konsolidasi kebijakan penanganan dan pemanfaatan tanah untuk
kepentingan umum secara menyeluruh dan pengelolaan tata ruang secara terpadu
perlu dilakukan untuk mengantisipasi dampak yang kontra produktif dalam
pembangunan. Pengembangan infrastruktur kewilayahan dan tata ruang, terutama
yang dapat menjadi sarana penghubung antar wilayah dan mendukung
pertumbuhan ekonomi perlu dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam pemenuhan aspek kesejahteraan.
5. Perumahan dan Fasilitas Umum
a. Pekerjaan Umum
Kualitas dan kuantitas infrastruktur yang belum memadai menjadi isu strategis
dalam pembangunan. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana infrastruktur
daerah diharapkan dapat mendukung roda perekonomian daerah. Pemenuhan
infrastruktur yang berkualitas merupakan strategi kedepan yang harus terus dapat
diwujudkan baik melalui strategi perencanaan maupun melalui strategi penerapan
teknologi inovatif dalam pelaksanaan konstruksinya. Penerapan strategi
perencanaan dan teknologi tepat guna dalam penanganan infrastruktur di
Kabupaten Wonosobo dimasa yang akan datang adalah suatu keharusan mengingat
tantangan yang akan dihadapi kedepan adalah sumber daya yang semakin mahal
dan menipis namun kebutuhan yang akan terus berkembang
b. Perumahan Rakyat
Penataan lingkungan perumahan masyarakat sangat mendukung terciptanya
kualitas lingkungan yang sehat sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Masih adanya kawasan perumahan yang kumuh perlu segera ditanagani
untuk mewujudkan lingkungan perumahan rakyat yang bersih dan sehat. Selain itu
pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat akan perumahan yang sehat menjadi
bagian penting pembangunan daerah, sebagai salah satu wujud peran pemerintah
dalam mensejahterakan rakyatnya.
6. Kesehatan
a. Kesehatan
Menitikberatkan kepada pembangunan bidang kesehatan dengan pendekatan
preventif, dan tidak hanya kuratif, melalui peningkatan kesehatan masyarakat dan
lingkungan diantaranya dengan perluasan penyediaan air bersih, pengurangan
91
wilayah kumuh sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan angka harapan
hidup, dan pencapaian keseluruhan sasaran Millennium Development Goals.
Pelaksanaan upaya kesehatan preventif terpadu yang meliputi penurunan tingkat
kematian ibu saat melahirkan, penurunan tingkat kematian bayi dan pemberian
imunisasi dasar kepada 90% bayi. Wabah penyakit menular harus ditekan dan
ditanggulangi secara tuntas. Ketersediaan dan peningkatan kualitas layanan
kesehatan merupakan hal pokok yang harus dilakukan pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara merata sehingga
mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masyarakat yang
murah, mudah dan berkualitas. Permasalahan manajerial dalam sinkronisasi
perencanaan kebijakan, program, data dan informasi kesehatan, pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan serta hukum kesehatan serta
masih terbatasnya koordinasi dan integrasi Lintas Sektor, sehingga pelayanan dalam
bidang kesehatan belum maksimal. Penerapan jaminan kesehatan bagi masyarakat
miskin juga harus dilaksanakan secara adil dan merata sehingga menjangkau seluruh
masyarakat miskin. Selain itu penyediaan akses sumber air bersih yang dan akses
sanitasi dasar berkualitas yang menjangkau seluruh masyarakat.
b. Keluarga Berencana
Pengendalian pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan peningkatan
kesejahteraan keluarga harus dilaksanakan dengan peningkatan kualitas dan
jangkauan layanan KB, peningkatan pemakai (akseptor) KB, sosialisasi keluarga
sejahtera serta pembentukan pendampingan keluarga sejahtera mandiri. Peran
penyuluh lapangan KB perlu ditingkatkan dengan mendorong kesadaran masyarakat
akan pentingnya keluarga berencana dan membangun pemahaman yang positif
akan arti pentingnya KB dalam mewujudkan kesejahteraan keluarga.
7. Pendidikan
Pada aspek pemerataan dan perluasan aksesibilitas, yang menjadi isu utama adalah
penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Rintisan Wajib Belajar 12
Tahun. Kedua isu tersebut akan berimplikasi pada tantangan penyediaan sarana dan
prasarana pendidikan yang memadai, serta pembebasan biaya pendidikan khususnya
pendidikan dasar. Adapun dalam rangka peningkatan mutu, relevansi dan daya saing
pendidikan, yang menjadi isu utama adalah pengembangan dan pengelolaan sekolah
serta peningkatan kualifikasi pendidikan guru menjadi S1. Peningkatan kualifikasi guru
menjadi prasyarat bagi proses sertifikasi guru dan peningkatan mutu penyelenggaraan
pendidikan. Untuk aspek tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik, difokuskan
92
pada upaya implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Pendidikan Berbasis
Masyarakat (PBM), standarisasi pelayanan pendidikan, serta pengelolaan data dan
informasi pendidikan. Penerapan MBS dan PBM merupakan media untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan dan pengawasan proses pendidikan.
Adapun standarisasi pelayanan pendidikan merupakan syarat bagi terlaksananya
peningkatan kualitas layanan pendidikan. Sedangkan penyediaan data dan informasi
pendidikan yang akuntabel dan bersifat kekinian menjadi kebutuhan dasar bagi proses
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan pendidikan. Peningkatan kualitas
pendidikan melalui pembangunan sumber daya manusia yang unggul dengan
meningkatan akses pendidikan yang berkualitas, terjangkau, relevan, dan efisien untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat, kemandirian, keluhuran budi pekerti, dan karakter
bangsa yang kuat. Peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan dasar, APM
pendidikan setingkat SMP dan Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan setingkat
SMA/K menjadi indikator penting dalam pembangunan kualitas SDM masyarakat.
Pemantapan implementasi BOS, Fasilitasi penyediaan buku di tingkat pendidikan dasar
dan menengah dan penyediaan sambungan internet pendidikan ke sekolah tingkat
menengah dan terus diperluas ke tingkat sekolah dasar sehingga pendidikan dapat
dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pemberdayaan peran Kepala Sekolah sebagai
manager sistem pendidikan yang unggul, revitalisasi peran Pengawas Sekolah sebagai
entitas quality assurance, mendorong aktivasi peran Komite Sekolah untuk menjamin
keterlibatan pemangku kepentingan dalam proses pembelajaran.
8. Pariwisata dan Budaya
Pengembangan dan perlindungan aneka ragam budaya, karya seni dan ilmu untuk
memperkaya nilai intelektual dan artistik bagi pertumbuhan jati diri dan adaptasi yang
disertai pengembangan inovasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang dilandasi oleh
keunggulan Wonosobo sebagai daerah agraris dan pariwisata. Penetapan dan
pembentukan pengelolaan terpadu untuk pengelolaan cagar budaya perlu dilakukan
untuk menjaga kelestarian cagar budaya daerah dan nasional. Penyediaan sarana yang
memadai bagi pengembangan, pendalaman dan pagelaran seni budaya serta
kepariwisataan untuk menjaga eksistensi pariwisata daerah dan budaya. Dengan potensi
keindahan alam yang menawan dan , pengembangan pariwisata sangat potensial untuk
dikembangkan sehingga dapat menunjang pertumbuhan ekonomi daerah.
93
9. Perlindungan sosial
a. Kependudukan dan Catatan Sipil
Penetapan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan pengembangan Sistem Informasi
dan Administrasi Kependudukan (SIAK) menjadi isu penting dalam pengelolaan
kependudukan. Pengelolaan kependudukan harus dilakukan secara simultan dan
berkelanjutan karena kondisi data kependudukan yang sangat dinamis sebagai dasar
pemerintah dalam merumuskan kebijakan daerah. Pemberian layanan administrasi
kependudukan juga harus berorientasi pada pelayanan prima dan tertib admistrasi
kependudukan sehingga data kependudukan dapat terjaga validitasnya.
b. Pemberdayaan Perempuan
Penerapan pengarusutamaan (mainstreaming) Gender termasuk perlindungan bagi
perempuan dan anak terhadap berbagai tindak kekerasan merupakan kewajiban
pemerintah dalam memberikan perlindungan yang adil bagi seluruh masyarakat.
Pemberdayaan perempuan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara juga
wajib dilaksanakan secara adil dan proposional dengan memperhatikan hak-hak
perempuan.
c. Keluarga Sejahtera
Penurunan tingkat kemiskinan absolut dan perbaikan distribusi pendapatan dengan
pelindungan sosial yang berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat dan
perluasan kesempatan ekonomi masyarakat yang berpendapatan rendah
d. Sosial
Isu penanggulangan masalah sosial adalah bagaimana memberikan jaminan
perlindungan sosial bagi penduduk miskin sehingga mereka dapat terlepas dari
belenggu kemiskinan serta ekses lain yang ditimbulkannya seperti munculnya
kelompok penyandang masalah sosial. Peningkatan kerjasama antara lintas
sektor/instansi terkait sehingga terciptanya sinergis dan keterpaduan dalam
pelayanan penyandang masalah kesejahteraan social, serta pembinaan dan
pelatihan keterampilan bagi Penyandang Masalah Sosial (PMKS) perlu dilaksanakan
untuk mengatasi masalah-masalah sosial. Selain itu, juga dilaksanakan Integrasi
program perlindungan sosial berbasis keluarga yang mencakup program Bantuan
Langsung Tunai (BLT) baik yang bersifat insidensial atau kepada kelompok marginal,
program keluarga harapan, bantuan pangan, jaminan sosial bidang kesehatan,
beasiswa bagi anak keluarga berpendapatan rendah, Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), dan Parenting Education . Revitalisasi Tim Penanggulangan Kemiskinan
Daerah (TPKD) dengan menggunakan unified database untuk penetapan sasaran
program dan penerapan sistem monitoring dan evaluasi yang akurat sebagai dasar
94
keputusan dan alokasi anggaran dan Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran
dengan cara pelatihan perubahan mindset dan bantuan serta pendampingan bagi
masyarakat yang membutuhkan.
95
BAB V
VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
A. Visi
Dalam rangka mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik (Good
Governance) dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk 5 (lima)
tahun kedepan, maka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah
didasarkan pada asas-asas umum, yaitu :
Asas Kepastian Hukum, yaitu mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan,
kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan pemerintahan.
Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, yaitu mengutamakan keteraturan, keserasian, dan
keseimbangan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Asas Kepentingan Umum, yaitu mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang
aspiratif, akomodatif, dan selektif.
Asas Keterbukaan, yaitu membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, bersikap jujur, dan tidak diskriminatif dalam penyelenggaraan
pemerintahan dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi,
golongan, dan rahasia negara.
Asas Proporsionalitas, yaitu mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban
penyelenggara pemerintahan.
Asas Profesionalitas, yaitu mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik
profesional dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Asas Akuntabilitas, yaitu setiap penyelenggaraan pemerintahan daerah harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Sejalan dengan penerapan asas-asas umum pemerintahan tersebut dan agar
pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah dapat terarah dan berkelanjutan,
maka diperlukan adanya Visi Daerah baik untuk jangka panjang maupun jangka menengah.
Visi Daerah jangka menengah yang tertuang dalam dalam RPJMD Tahun 2010 - 2015 adalah
”WONOSOBO YANG LEBIH MAJU DAN SEJAHTERA”
LEBIH MAJU memiliki pengertian : Meningkatkan kemajuan pembangunan daerah
dibidang sosial, ekonomi, politik dan hukum menuju kemandirian daerah. Kemajuan
dibidang sosial diukur dengan kualitas sumberdaya manusia yang tercermin dari sumber
daya manusia yang memiliki karakter dan kepribadian bangsa, ahklak mulia, berkualitas,
berpendidikan yang tinggi, dengan derajad kesehatan yang baik dan produktivitas yang
96
tinggi. Kemajuan dibidang ekonomi diukur dari kemakmuran yang tercermin dari tingkat
pendapatan yang tinggi dan distribusi yang merata. Kemajuan dibidang politik dan hukum
diukur dari semakin mantapnya lembaga politik dan hukum yang tercermin dari
berfungsinya lembaga politik dan kemasyarakatan sesuai konstitusi, meningkatnya peran
aktif masyarakat dalam segala aspek kehidupan.
LEBIH SEJAHTERA memiliki pengertian : Pembangunan daerah bukan hanya untuk
kemajuan dan kemandirian, tetapi juga untuk kesejahteraan, yaitu suatu kondisi yang
semakin baik dan damai dalam arti, dalam arti semakin adil dan tidak ada kekerasan dalam
bentuk apapun.
B. Misi
Keberhasilan penyelenggaraan pembangunan yang telah menuai beragam hasil
pada periode 2005-2010, tentu harus terus dipelihara dan ditumbuh-kembangkan. Capaian
dan prestasi pembangunan tersebut, pada hakekatnya adalah salah satu modal dasar yang
harus dilanjutkan untuk meraih capaian dan prestasi pembangunan yang lebih baik lagi,
pada periode lima tahun yang akan datang, 2010 - 2015.
Pada periode 2010 - 2015, masyarakat Wonosobo harus terus berupaya keras untuk
mencapai perbaikan di bidang kesejahteraan rakyat, membangun keadilan, penerapan tata
kelola pemerintahan yang baik, peningkatan kualitas demokrasi, serta menjaga kesatuan
dan keamanan.
Misi Pembangunan 2010 - 2015 merupakan bagian awal dari proses menuju cita-
cita tersebut dan pada dasarnya merupakan rumusan dari usaha-usaha yang diperlukan
untuk mencapai visi Wonosobo 2015, yaitu terwujudnya Wonosobo yang semakin Maju
dan Sejahtera, namun tidak dapat terlepas dari kondisi dan tantangan lingkungan global,
nasional dan regional pada kurun waktu 2010 - 2015 yang mempengaruhinya. Misi
pemerintah dalam periode 2010 - 2015 diarahkan untuk mewujudkan Wonosobo yang
lebih maju dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, politik dan hukum menuju kemandirian
daerah serta meningkatkan kualitas kondisi yang sudah baik dan damai dalam arti
menghilangkan segala bentuk kekerasan dan mewujudkan keadilan sebagai cermin
demokrasi substansial. Usaha-usaha Perwujudan Visi Wonosobo 2015 akan dijabarkan
dalam misi tahun 2010 - 2015 sebagai berikut :
1. Melanjutkan praktik pemerintahan partisipatif dan demokratis menuju masyarakat yang
lebih sejahtera.
2. Meningkatkan kemajuan pembangunan menuju kemandirian daerah
3. Meningkatkan pelayanan sosial dasar untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
97
4. Meningkatkan perekonomian daerah yang berbasis pada potensi unggulan daerah.
5. Meningkatkan dimensi keadilan dan meniadakan kekerasan dalam semua bidang.
C. Tujuan dan Sasaran
Tujuan pembangunan daerah Kabupaten Wonosobo tahun 2010 – 2015 yang
dikelompokkan menurut misi adalah sebagai berikut :
Misi : Melanjutkan praktik pemerintahan partisipatif dan demokratis menuju masyarakat
yang lebih sejahtera, dengan tujuan dan sasaran :
1. Mengefektifkan penyelenggaraan Otonomi Daerah, dengan sasaran :
a. Meningkatnya kualitas peraturan perundang-undangan daerah
b. Optimalisasi Sistem Pengawasan dan Evaluasi Kinerja
c. Meningkatnya kinerja DPRD
2. Memantapkan penyelenggaraan pemerintahan umum, dengan sasaran :
a. Optimalisasi pelaksanaan kerjasama daerah dengan pihak ketiga
b. Meningkatnya kualitas pelayanan umum
c. Optimalisasi ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat
d. Optimalisasi koordinasi perlindungan dan Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM)
e. Optimalisasi pengelolaan perbatasan daerah
3. Memantapkan pengelolaan administrasi keuangan daerah, dengan sasaran :
a. Meningkatnya Efektivitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah
b. Meningkatnya pendapatan asli daerah
c. Meningkatkan kualitas pengelolaan aset daerah
d. Optimalisasi pengembangan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
e. Optimalisasi pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
f. Optimalisasi pelaksanaan, penatausahaan, akuntansi dan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD dan APB Desa.
4. Mewujudkan OPD yang efektif dan efisien, dengan sasaran :
a. Terbentuknya OPD yang tepat fungsi dan ukuran
b. Tersedianya Sistem, Prosedur dan mekanisme kerja OPD inter antar OPD dalam
kerangka Kabupaten satu atap
5. Peningkatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, dengan sasaran :
a. Peningkatan kualitas dan otentisitas penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah (SAKIP)
b. Peningkatan akuntablitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
98
6. Mewujudkan SDM Aparatur yang profesional, netral, dan sejahtera, dengan sasaran :
a. Terselenggaranya pengembangan kapasitas PNS
b. Meningkatnya kinerja Aparatur
7. Mewujudkan sistem perencanaan yang berkualitas, dengan sasaran :
a. Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan
8. Mewujudkan Pemerintahan desa yang baik, dengan sasaran :
a. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pemerintahan desa
9. Mewujudkan Kelembagaan Masyarakat desa yang berdaya dan mandiri, dengan sasaran
:
a. Berfungsinya Lembaga kemasyarakatan desa sesuai kedudukan, tugas dan
wewenangnya
b. Berkembangnya BUMDesa
10. Meningkatkan keberdayaan masyarakat, dengan sasaran :
a. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan desa
b. Meningkatnya keberdayaan masyarakat miskin
11. Peningkatan kualitas data statistik , dengan sasaran :
a. Tersedianya data statistik sesuai dengan kebutuhan perencanaan pembangunan dan
mudah diakse oleh pihak-pihak yang membutuhkan
12. Mewujudkan Tata Kelola Kearsipan yang baik, dengan sasaran :
a. Meningkatnya kualitas sistem kearsipan
13. Meningkatkan penyelenggaraan Komunikasi dan Informatika di daerah, dengan sasaran:
a. Tersedianya media informasi publik
b. Teraksesnya informasi oleh masyarakat
c. Meningkatnya kualitas kerjasama Pemerintah Kabupaten di bidang komunikasi dan
informasi
14. Meningkatkan Pemanfaatan TIK dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
kepada masyarakat, dengan sasaran :
a. Terselenggaranya pemerintahan berbasis TIK
15. Meningkatkan kualitas tata kelola pertanahan, dengan sasaran :
a. Meningkatnya kualitas tata kelola pertanahan
16. Meningkatkan kualitas administrasi kependudukan dan Catatan sipil, dengan sasaran :
a. Adanya kesesuaian kebijakan penyelenggaraan administrasi kependudukan dan
catatan sipil
b. Adanya kesesuaian kebijakan penyelenggaraan administrasi kependudukan dan
catatan sipil
99
Misi : Meningkatkan kemajuan pembangunan menuju kemandirian daerah, dengan
tujuan dan sasaran :
1. Mewujudkan jaringan infrastruktur yang berkualitas untuk mendukung perekonomian
daerah, dengan sasaran :
a. Terbangunnya Kemitraan Staregis Bidang Infrastruktur
b. Meningkatnya kualitas dan kuantitas jalan kabupaten
c. Meningkatnya kualitas dan kuantitas jembatan kabupaten
d. Meningkatnya kapasitas pelayanan infrastruktur jalan desa
e. Meningkatnya layanan irigasi teknis
f. Meningkatnya kualitas cakupan layanan jalan lingkungan
g. Meningkatnya kualitas drainase/gorong-gorong lingkungan permukiman
h. Meningkatnya kualitas layanan dan pengelolaan air bersih
i. Meningkatnya kualitas layanan dan pengelolaan sanitasi
j. Meningkatnya tata kelola permakaman
k. Meningkatnya kualitas prasarana publik
l. Meningkatnya kualitas pengelolaan dan pengendalian persampahan
m. Meningkatnya partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan persampahan
2. Meningkatkan kualitas pemukiman masyarakat, dengan sasaran :
a. meningkatnya akses penduduk terhadap Kepemilikan rumah
b. terfasilitasinya masyarakat diperkotaan dan perdesaan untuk memiliki rumah layak
huni
c. meningkatnya partisipasi swasta dalam penyediaan perumahan
d. menurunnya luas permukiman kumuh
e. meningkatnya luasan ruang terbuka hijau di lingkungan permukiman
f. Meningkatknya pelayanan penanggulangan kebakaran
3. Mewujudkan pemanfaatan ruang sesuai arahan/fungsi, dengan sasaran :.
a. Terwujudnya perencanaan ruang sesuai arahan.
b. adanya pemanfaatan dan pengendalian ruang sesuai peruntukan
4. Meningkatkan Layanan Angkutan dan kelalulintasan, dengan sasaran :
a. Meningkatnya Layanan Angkutan Umum
b. Meningkatnya Layanan Perijinan Trayek
c. Meningkatnya Jalur Trayek
d. Meningkatnya Jumlah Kendaraan Laik Jalan
e. Meningkatnya Kelancaran Lalu Lintas
f. Meningkatnya Pengelolaan Perparkiran
g. Meningkatnya Keamanan dan Kenyamanan Berlalu Lintas
100
h. Meningkatnya Sarana dan Prasarana Perhubungan
5. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup, dengan sasaran :
a. Meningkatnya kualitas dan kuantitas air
b. meningkatnya kualitas udara ambien
c. meningkatnya kualitas lahan
d. Berkurangnya resiko pencemaran B3 dan limbah B3
e. pengendalian dan pengawasan lingkungan hidup
f. meningkatnya peran serta dunia usaha dalam mewujudkan pembangunan
berkelanjutan
6. Mewujudkan Adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim, dengan sasaran :
a. Adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim
7. Mengoptimalkan upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya mineral yang
memperhatikan aspek sosial dan lingkungan hidup, dengan sasaran :
a. Meningkatnya hasil pengelolaan sumberdaya mineral yang memperhatikan aspek
lingkungan
b. Meningkatnya kualitas pengendalian dan Pengawasan Pengelolaan Sumberdaya
Mineral
8. Meningkatkan upaya mitigasi bencana geologi, dengan sasaran :
a. Tersedianya sistem mitigasi bencana geologi
9. Pemenuhan kebutuhan energi , dengan sasaran :
a. Meningkatnya penggunaan energi alternatif
b. Terpenuhinya kebutuhan energi listrik
c. Terpenuhinya kebutuhan energi Migas
10. Mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan air tanah, dengan sasaran :
a. Tersedianya data dan informasi air tanah
b. Optimalnya pengelolaan air tanah
Misi : Meningkatkan pelayanan sosial dasar masyarakat, dengan tujuan dan sasaran :
1. Meningkatkan akses layanan pendidikan yang bermutu, berkesetaraan serta relevan
dengan kebutuhan masyarakat, dengan sasaran :
a. Meningkatnya pemerataan akses, mutu dan tata kelola pada jenjang Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD).
b. Meningkatnya pemerataan, mutu, relevansi dan daya saing serta perluasan akses
pendidikan dasar
c. Meningkatnya pemerataan akses, mutu, relevansi dan tata kelola serta daya saing
publik pada jenjang pendidikan menengah.
101
d. Meningkatnya pemerataan, akses, mutu , relevansi, daya saing layanan pendidikan
non formal
e. Meningkatnya mutu pendidik dan tenaga kependidikan
f. Meningkatnya tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik dalam
penyelenggaraan pendidikan
2. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dengan sasaran :
a. Meningkatnya kualitas dan aksesibilitas pelayanan kesehatan
b. Meningkatnya status gizi masyarakat
c. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit
d. Meningkatnya kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat
e. Terpenuhinya tenaga kesehatan strategis di desa
f. Terpenuhinya obat dan perbekalan kesehatan
g. Terwujudnya lingkungan sehat
3. Mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan pembentukan Keluarga Kecil
Berkualitas, dengan sasaran :
a. Menurunnya laju pertumbuhan penduduk
b. Meningkatnya cakupan kepesertaan KB
c. Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap kesehatan reproduksi remaja (KRR)
dan poencegahan HIV/AIDS
4. Meningkatkan derajat keluarga kecil berkualitas (KKB), dengan sasaran :
a. Meningkatnya ketahanan dan pemberdayaan keluarga
b. Meningkatnya Kualitas Pembinaan kepada Keluarga
5. Meningkatkan Perlindungan, Pemberdayaan dan kesejahteraan social, dengan sasaran :
a. Meningkatnya Pemberdayaan dan kesejahteraan sosial bagi Penyandang masalah
kesejahteraan Sosial
b. Meningkatnya perlindungan dan jaminan sosial
c. Meningkatnya pelayanan dan rehabilitasi sosial
6. Meningkatkan kualitas tenaga kerja, perluasan kesempatan kerja dan perlindungan
tenaga kerja, dengan sasaran :
a. Meningkatnya kesempatan kerja
b. Meningkatnya kualitas dan produktifitas tenaga kerja
c. Meningkatnya perlindungan tenaga kerja
7. Meningkatkan peran serta kepemudaan dalam pembangunan, dengan sasaran :
a. Meningkatnya peran aktif pemuda dalam Pembangunan
8. Meningkatkan Budaya dan Prestasi Olah Raga, dengan sasaran :
a. Meningkatnya prestasi olah raga
102
b. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana olah raga
9. Mewujudkan ketahanan pangan daerah, dengan sasaran :
a. Meningkatnya ketersediaan bahan pangan utama
b. Meningkatnya konsumsi protein hewani dan nabati
c. Meratanya distribusi bahan pangan utama
10. Meningkatkan minat baca masyarakat, dengan sasaran :
a. Meningkatnya minat baca masyarakat
Misi : Meningkatkan perekonomian daerah yang berbasis pada potensi unggulan daerah,
dengan tujuan dan sasaran :
1. Meningkatkan Daya Saing Koperasi dan UMKM, dengan sasaran :
a. Meningkatnya akses pembiayaan bagi Koperasi dan UMKM
b. Terwujudnya iklim usaha yang kondusif bagi perkembangan koperasi dan UMKM
c. Meningkatnya kualitas kelembagaan koperasi dan UMKM
d. Bertambahnya unit UMKM baru
e. Meningkatnya jumlah koperasi
2. Meningkatkan investasi daerah, dengan sasaran :
a. Meningkatnya investasi daerah
3. Meningkatkan kualitas perlindungan pengembangan dan pemanfaatan warisan budaya,
dengan sasaran :
a. Meningkatnya internalisasi nilai-nilai budaya
b. Meningkatnya kreatifitas dan produktifitas pelaku budaya
c. Terwujudnya penetapan dan pengelolaan terpadu benda cagar budaya
4. Mengembangkan industri pariwisata , dengan sasaran :
a. Meningkatnya kontribusi pariwisata pada perekonomian daerah
5. Meningkatkan Produksi dan produktifitas Komoditas Pertanian dan perkebunan, dengan
sasaran :
a. Meningkatnya produksi dan produktivitas komoditas pangan hortikultura
b. Meningkatnya produksi dan produktifitas komoditas perkebunan Rakyat
6. Meningkatkan Produksi dan produktifitas Komoditas peternakan, dengan sasaran :
a. Meningkatnya populasi ternak, kuantitas dan kualitas produk Ternak
7. Meningkatkan Produksi Perikanan sebagai sektor unggulan, dengan sasaran :
a. Meningkatnya produksi ikan
8. Meningkatkan kualitas pengelolaan sumberdaya alam dan Sumber Daya Kehutanan,
dengan sasaran :
a. Berkurangnya lahan kritis
103
b. Menertibkan Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu
9. Terwujudnya sistem perdagangan yang efektif dan efisien, dengan sasaran :
a. Meningkatnya ketersediaan bahan pokok dan kelancaran distribusi
b. Meningkatnya kegiatan perdagangan di pedesaan
c. Meningkatnya ekspor antar daerah
d. Meningkatnya ekspor ke LN
e. Meningkatnya kemampuan pelaku ekspor
f. Meningkatnya Kualitas dan kuantitas Usaha Dagang Kecil Menengah (UDKM)
10. Peningkatan Daya Saing Industri Kecil Menengah (IKM), dengan sasaran :
a. Meningkatnya Kapasitas Kelembagaan Industri Kecil Menengah (IKM)
b. Berkembangnya Industri Kecil Menengah (IKM) berbasis sumberdaya lokal
c. Meningkatnya Pemanfaatan Teknologi Produksi yang efisien dan ramah lingkungan
11. Penguatan struktur Permodalan Industri Kecil Menengah (IKM), dengan sasaran :
a. Meningkatnya akses permodalan Industri Kecil pada lembaga keuangan
b. Tersedianya skema kredit yang meringankan Industri Kecil
12. Penataan Struktur Industri, dengan sasaran :
a. Berkembangnya klaster IKM
b. Meningkatnya pemanfaatan informasi dan sarpras pendukung
c. Tumbuh dan berkembangnya IKM baru
MMiissii :: Meningkatkan dimensi keadilan dan meniadakan kekerasan dalam semua bidang,
dengan tujuan dan sasaran :
11.. MMeewwuujjuuddkkaann kkeesseettaarraaaann ggeennddeerr,, kkeesseejjaahhtteerraaaann ddaann ppeerrlliinndduunnggaann bbaaggii ppeerreemmppuuaann ddaann
aannaakk,, ddeennggaann ssaassaarraann ::
aa.. MMeenniinnggkkaattnnyyaa kkeesseettaarraaaann ggeennddeerr,, ppeerrlliinndduunnggaann ddaann kkeesseejjaahhtteerraaaann aannaakk ddaallaamm
ppeemmbbaanngguunnaann
2. Memantapkan ketahanan ideologi bangsa dan wawasan kebangsaan, dengan sasaran :
a. Mencegah ancaman terhadap ideologi negara
3. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban daerah, dengan sasaran :
a. Terjaganya ketentraman dan ketertiban
b. Meningkatnya kerukunan hidup masyarakat
c. Meningkatnya kapasitas organisasi keagamaan dan kemasyarakatan
4. Mewujudkan kehidupan politik yang kondusif dan demokratis, dengan sasaran :
a. Berjalannya proses pemilihan umum secara aman dan demokratis
b. Berkembangnya kelembagaan demokrasi
5. Memberikan perlindungan kepada masyarakat, dengan sasaran :
a. Berkurangnya resiko bencana
104
BAB VI
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2010 – 2015 dilaksanakan mulai masa transisi dari
akhir RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2005 – 2010. Oleh karena itu strategi dalam
pelaksanaan RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2010 – 2015 dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan,
yaitu:
- Tahap Perencanaan dilaksanakan pada tahun 2010 – 2012 dengan melakukan konsolidasi
seluruh potensi yang dimiliki daerah baik potensi sumberdaya alam maupun sumberdaya
manusia (birokrasi, dunia usaha, dan masyarakat) serta mengintegrasikan pokok-pokok
kebijakan tahap awal RPJMD dengan perencanaan pembangunan daerah sebelumnya.
- Tahap Pelaksanaan dilakukan secara berkelanjutan pada tahun 2012, 2013, dan 2014 dalam
rangka percepatan pelaksanaan prioritas pembangunan daerah dengan mengarahkan
seluruh potensi yang dimiliki daerah untuk tercapainya target kinerja pada setiap prioritas
pembangunan daerah.
- Tahap Evaluasi, yaitu merupakan tahun terakhir pelaksanaan RPJMD pada tahun 2015
dengan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan prioritas pembangunan
daerah dan melakukan langkah-langkah pemantapan pada target kinerja yang belum
tercapai. Melalui tahapan ini diharapkan visi Kabupaten Wonosono telah tercapai.
Guna mendukung strategi tersebut, maka dalam rangka pencapaian kinerja, maka
diterapkan sistem manajemen pembangunan daerah yang bersifat lebih terbuka dan akuntabel,
melalui:
1. Meningkatkan kerjasama (networking) guna mewujudkan pembangunan daerah.
2. Mengembangkan kemitraan antara pemerintah dengan swasta guna meningkatkan
investasi.
3. Membangun birokrasi yang efisien dan berorientasi pada kinerja.
4. Menetapkan target kinerja pada setiap tahun dan menuangkan dalam bentuk Penetapan
Kinerja (performance agreement).
Sedangkan strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah yang diarahkan untuk lima
(5) tahun kedepan sesuai dengan misi pembangunan lima tahun adalah sebagai berikut :
Misi : Melanjutkan praktik pemerintahan partisipatif dan demokratis menuju masyarakat
yang lebih sejahtera, dengan strategi dan arah kebijakan :
1. Peningkatan kuantitas dan kualitas penyusunan peraturan daerah
2. Peningkatan sistem pengawasan dan evaluasi kinerja
3. Fasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD
105
4. Efektivitas pengelolaan dana tugas pembantuan
5. Peningkatan Kerjasama Daerah
6. Peningkatan kualitas pelayanan umum
7. Pemeliharaan ketentraman dan ketertiban umum
8. Peningkatan koordinasi perlindungan dan penegakan HAM
9. Peningkatan pengelolaan perbatasan daerah
10. Peningkatan tertib administrasi keuangan daerah
11. Efektifitas pengelolaan keuangan daerah
12. Peningkatan managemen pengelolaan keuangan daerah
13. Optimalisasi pengelolaan pajak dan retribusi daerah
14. Optimalisasi pengelolaan investasi dan aset daerah
15. Pengembangan Badan Usaha Milik Daerah dan Lembaga Keuangan Mikro
16. Pengembangan pengolaan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
17. Peningkatan Akuntabilitas pengelolaan APBD
18. Peningkatan Akuntabilitas pengelolaan APBDes
19. Restrukturisasi dan penataan OPD sesuai dengan beban kerja, kebutuhan daerah dan
peraturan yang berlaku
20. Penyusunan kebijakan ketatalaksanaan melalui tiga aspek: substansi, kelembagaan, dan
operasional
21. Optimalisasi pendayagunaan sarana dan prasarana kerja
22. Pemberdayaan aparatur melalui peningkatan kapasitas, formasi, alokasi dan promosi yang
obyektif, serta peningkatan kesejahteraan
23. Pendayagunaan kelompok jabatan fungsional untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik
24. Peningkatan pelayanan publik melalui pemusatan kabupaten satu atap dan distribusi
informasi dan sistem (pemberdayaan masyarakat)
25. Evaluasi kinerja pelayanan publik dengan menerapkan Permenpan
26. Meningkatkan akuntabilitas kinerja birokrasi/Pemda melalui penerapan/penyelenggaraan
secara otentik yang terangkai dalam siklus tahunan dan lima tahunan
27. Pengembangan kapasitas pegawai
28. Peningkatan kedisiplinan dan pengembangan aparatur
29. Peningkatan kesejahteraan Aparatur
30. Mewujudkan proses perencanaan partisipatif yang sinergis dan lebih berkualitas
31. Menjalin jejaring yang lebih efektif dengan semua pihak dalam mendorong percepatan
pembangunan
32. Penataan dan Penegakan hukum pertanahan serta pengurangan potensi sengketa
106
33. Peningkatan sistim administrasi kependudukan dan catatan sipil serta peningkatan kualitas
SDM aparat
34. Penyusunan kebijakan penyelenggaraan administrasi kependudukan dan catatan sipil
35. Menguatkan kapasitas tata kelola pemerintahan desa
36. Meningkatkan Keberdayaan lembaga masyarakat perdesaan
37. Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan
38. Meningkatkan kualitas keberdayaan masyarakat dalam pembangunan
39. Penanggulangan Kemiskinan
4400.. MMeenniinnggkkaattkkaann kkoooorrddiinnaassii ddaann ssiinnkkrroonniissaassii ddaallaamm ppeennggeelloollaaaann ddaann ppeennyyeeddiiaaaann ddaattaa ssttaattiissttiikk
ddaann mmeenniinnggkkaattkkaann SSDDMM ppeennggeelloollaa ddaattaa ssttaattiissttiikk
41. Peningkatan kualitas sistem kearsipan
42. Perluasan akses layanan informasi publik
43. Melaksanakan Kerjasama Informasi dan media Massa
44. Penataan pemanfaatan IT Kabupaten Wonosobo
45. Perluasan pemanfaatan Teknologi Informasi dalam penyelenggaraan pemerintah dan
pelayanan publik
Misi : Meningkatkan kemajuan pembangunan menuju kemandirian daerah , dengan strategi
dan arah kebijakan :
1. Mendorong Forum Kemitraan Multipihak
2. Peningkatan kualitas dan kuantitas pembangunan Jalan
3. Meningkatkan kapasitas jembatan sesuai dengan kelas jalan
4. Penanganan jalan lingkungan desa dan jalan poros desa
5. Pembangunan jaringan irigasi prioritas penunjang produktivitas pertanian
6. Optimalisasi kelembagaan kelompok pengelola air dan pengembangan sistem jaringan
irigasi partisipatif
7. Pemisahan drainase jalan umum dan drainase lingkungan permukiman
8. perluasan akses layanan air bersih untuk seluruh lapisan penduduk
9. peningkatan akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana sanitasi
10. penyediaan areal pemakaman yang sesuai daya layan penduduk
11. Pemerataan pembangunan infrastruktur strategis yang menunjang investasi
12. Peningkatan prasarana publik
13. Peningkatan kapasitas pengelolaan persampahan
14. Meningkatkan Penyediaan perumahan penduduk oleh pemerintah daerah, pengembang
swasta dan swadaya masyarakat
15. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman
107
16. Peningkatan Pelayanan penanggulangan kebakaran
17. Penyusunan rencana makro dan rencana rinci tata ruang
18. Pemenuhan Sarana dan Prasarana Transportasi yang Efektif dan Efisien
19. Pengendalian dan pengawasan tingkat pencemaran
20. meningkatkan peran serta dunia usaha dengan pemberian jasa lingkungan dan pembuatan
produk yang bersih
21. menurunkan tingkat resiko dampak perubahan iklim dengan adaptasi dan mitigasi
22. Peningkatan manfaat, nilai tambah serta peluang usaha pengelolaan sumberdaya mineral
yang memperhatikan aspek sosial dan lingkungan hidup
23. Pembentukan kelembagaan mitigasi bencana geologi dan penyusunan standar operasional
prosedur (SOP) mitigasi bencana geologi
24. Pengelolaan dan Pengendalian Pemanfaatan Air Tanah
Misi : Meningkatkan pelayanan sosial dasar masyarakat, dengan strategi dan arah kebijakan :
1. Meningkatkan kualitas penyelenggaran pendidikan, pemerataan, pengembangan
kurikulum, penataan sistem, pembiayaan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam
jenjang PAUD
2. Meningkatkan kualitas penyelenggaran pendidikan, pemerataan, pengembangan
kurikulum, penataan sistem, pembiayaan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam
jenjang SD/MI
3. Meningkatkan kualitas penyelenggaran pendidikan, pemerataan, pengembangan
kurikulum, relevansi, daya saing, penataan sistem, pembiayaan dan peningkatan peran
serta masyarakat dalam jenjang Pendidikan Menengah
4. Meningkatkan kualitas penyelenggaran pendidikan, pemerataan, pengembangan
kurikulum, relevansi, daya saing, penataan sistem, pembiayaan dan peningkatan peran
serta masyarakat dalam pendidikan Non Formal
5. Meningkatkan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan melalui peningkatan kualitas
kependidikan
6. Meningkatkan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik dalam penyelenggaraan
pendidikan.
7. Mengembangkan kurikulum berbasis wawasan kebangsaan, pendidikan anti korupsi,
renponsif gender serta meningkatkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai keagamaan
8. Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
9. Peningkatan kemandirian masyarakat dalam peningkatan status gizi
10. Mengembangkan survelans penyakit dan masalah kesehatan berbasis masyarakat
11. Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat
108
12. Menjamin ketersediaan, pemerataan dan meningkatkan kualitas tenaga kesehatan
13. Peningkatan kualitas pelayanan kefarmasian di sarana pelayanan kesehatan
14. Peningkatan kualitas lingkungan hidup.
15. Meningkatkan kualitas pelayanan Keluarga Berencana untuk masyarakat dan mendorong
masyarakat untuk mengendalikan kelahiran
16. Meningkatkan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) melalui berbagai program yang
responsif terhadap kebutuhan remaja.
17. Mewujudkan ketahanan dan pemberdayaan keluarga melalui pengembangan model
operasional Bina Keluarga Balita, Bina Lingkungan Keluarga, Bina Keluarga Remaja dan Bina
Keluarga Lansia
18. Penguatan pelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas melalui peningkatkan peran serta
masyarakat, pengelola kader dan pengembangan jejaring kerja/kemitranan serta dan
pengembangan informasi program KB-KS
1199.. Meningkatkan kualitas hidup, kemandirian dan pemenuhan hak dasar PMKS
2200.. PPeenniinnggkkaattaann ddaann ppeerrlluuaassaann llaappaannggaann ppeekkeerrjjaaaann ddii bbeerrbbaaggaaii sseeccttoorr
2211.. PPeenniinnggkkaattaann kkoommppeetteennssii ddaann pprroodduukkttiivviittaass tteennaaggaa kkeerrjjaa sseessuuaaii ddeennggaann kkeebbuuttuuhhaann ppaassaarr
kkeerrjjaa
2222.. PPeenneeggaakkkkaann hhuukkuumm ddaann ppeerrlliinndduunnggaann tteennaaggaa kkeerrjjaa,, PPeenniinnggkkaattaann kkeesseejjaahhtteerraaaann tteennaaggaa
kkeerrjjaa ddaann MMeemmaannttaappkkaann hhuubbuunnggaann iinndduussttrriiaall yyaanngg hhaarrmmoonniiss..
23. Mengembangkan penyediaan layanan pembinaan generasi muda
24. Mengembangkan layanan pembinaan keolahragaan
25. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal.
26. Peningkatan diversifikasi pengolahan pangan berbasis sumberdaya lokal
27. Meningkatkan layanan baca bagi masyarakat melalui bahan bacaan
Misi : Meningkatkan perekonomian daerah, dengan strategi dan arah kebijakan :
1. Mendorong adanya regulasi yang mampu mendukung aksesibilitas koperasi dan UMKM
pada lembaga keuangan (sejenis KUR/KKPE dsb)
2. Mendorong mengembangkan praktik berkoperasi yang sesuai prinsip dan asas koperasi
serta meningkatkan peran koperasi dalam memfasilitasi peningkatan kesejahteraan
anggotanya
3. Mendorong pengembangan produk dan pemasaran bagi koperasi dan UMKM;
mengembangkan produk koperasi dan UMKM yang berkualitas, inovatif dan kreatif untuk
bersaing di pasar domestik dan mancanegara.
4. Peningkatan investasi / penanaman modal di daerah
5. Peningkatan kualitas perlindungan pengembangan dan pemanfaatan warisan budaya
109
6. Pengembangan industri pariwisata yang berdaya saing
7. Peningkatan Produksi dan produktifitas Komoditas Pertanian dan perkebunan
8. Peningkatan Produksi dan produktifitas Komoditas peternakan
9. Peningkatan Produksi dan produktifitas Komoditas perikanan
10. Peningkatan daya dukung dan fungsi DAS dalam rangka menjamin ketersediaan air
11. Peningkatan Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan
12. Peningkatan efektifitas dan efisiensi perdagangan
13. Peningkatan Daya Saing Industri Kecil Menengah (IKM)
14. Penguatan peran lembaga keuangan (bank/non bank untuk memperkuat struktur
keuangan/ permodalan IKM
15. Mewujudkan efisiensi industri unggulan melalui pengembangan klaster industri penghela
dan kluster pendukung lainnya serta penguatan kelembagaan kluster IKM
Misi : Meningkatkan dimensi keadilan dan meniadakan kekerasan dalam semua bidang,
dengan strategi dan arah kebijakan :
1. Peningkatan kapasitas kelembagaan PUG dan pemberdayaan perempuan melalui
penerapan strategi PUG,termasuk mengintegrasikan perspektif gender ke dalam siklus
perencanaan dan penganggaran
2. Menjamin perlindungan hak perempuan dan anak
3. Pemantapan ketahanan ideologi bangsa dan wawasan kebangsaan
4. Peningkatan ketertiban dan keamanan
5. Peningkatan kapasitas organisasi keagamaan dan kemasyarakatan
6. Penurunan penyakit masyarakat
7. Peningkatan kehidupan politik yang demokratis
8. Perlindungan kepada masyarakat
110
BAB VII
KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH
Kebijakan umum pembangunan daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2010 - 2015
dirumuskan untuk dapat digunakan sebagai fokus dari upaya pelaksanaan misi dalam rangka
mencapai visi pembangunan daerah dan menentukan program-program yang akan
dilaksanakan selama lima tahun.
Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Wonosobo 2010 - 2015, perlu dirumuskan dan
dijabarkan lebih operasional ke dalam sejumlah program prioritas sehingga lebih mudah
diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya. Prioritas Pembangunan Daerah ini
bertujuan untuk menghadapi tantangan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh
Kabupaten Wonosobo di masa mendatang. Sebagian besar sumber daya dan kebijakan akan
diprioritaskan untuk menjamin implementasi dari prioritas pembangunan daerah yaitu:
1. Penanggulangan kemiskinan.
Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Peningkatan Keberdayaan Masyarakat, melalui Optimalisasi pelaksanaan program
pemerintah Bantuan Sosial Terpadu, PNPM Mandiri, Kredit Usaha Rakyat.
b. Pemberdayaan Fakir Miskin, dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Lainnya, melalui Revitalisasi Tim Penanggulangan Kemiskinan Daerah.
c. Peningkatan perluasan dan pengembangan Kesempatan Kerja, melalui pengembangan
kelembagaan produktivitas dan pelatihan kewirausahaan.
d. Perlindungan dan jaminan sosial, melalui Penyediaan sistem jaminan sosial bagi
masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
e. Pengembangan usaha masyarakat, melalui Peningkatan pemerataan distribusi
kepemilikan modal material kepada seluruh masyarakat dan Peningkatan kemampuan
usaha mikro, kecil dan menengah untuk mengelola produk-produk potensial daerah baik
dalam bidang permodalan, produksi maupun pemasaran.
f. Kerjasama Pembangunan, melalui Penguatan kerjasama antara Wonosobo – Perguruan
Tinggi – Pelaku Usaha / BIG Partnership dalam pengembangan produk-produk potensial
daerah (pertanian, usaha mikro kecil dan menengah, serta pariwisata).
2. Pendidikan.
Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Pendidikan Menengah, melalui peningkatan
akses terhadap pendidikan dasar dan menengah yang berkualitas dengan biaya yang
terjangkau dan fasilitasi rintisan pelaksanaan program wajib belajar 12 tahun.
111
b. Pendidikan berkelanjutan, melalui Penerapan metodologi pendidikan yang tidak lagi
berupa pengajaran demi kelulusan ujian (teaching to the test), namun pendidikan
menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan
terhadap budaya-bahasa Indonesia.
c. Manajemen Pelayanan Pendidikan, melalui Pemberdayaan peran kepala sekolah sebagai
manajer sistem pendidikan yang unggul, revitalisasi peran pengawas sekolah sebagai
entitas quality assurance, mendorong aktivasi peran Komite Sekolah untuk menjamin
keterlibatan pemangku kepentingan dalam proses pembelajaran, dan Dewan
Pendidikan, serta Penataan ulang kurikulum sekolah yang menjadi urusan daerah
sehingga dapat mendorong penciptaan hasil didik yang mampu menjawab kebutuhan
SDM untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah dengan memasukkan pendidikan
kewirausahaan (diantaranya dengan mengembangkan model link and match).
d. Peningkatan Mutu pendidik dan Tenaga Kependidikan, melalui Peningkatan kualitas dan
kesejahteraan guru, pengelolaan dan layanan sekolah.
3. Kesehatan.
Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan masyarakat, melalui Pelaksanaan
Program Kesehatan Preventif Terpadu yang meliputi pemberian imunisasi dasar kepada
balita; Penyediaan akses sumber air bersih dan akses terhadap sanitasi dasar
berkualitas; Penurunan tingkat kematian ibu saat melahirkan, serta tingkat kematian
bayi; menjamin ketercukupan kebutuhan Obat ; Ketersediaan dan peningkatan kualitas
layanan rumah sakit, puskesmas dan PKD; dan Penerapan Asuransi Kesehatan Daerah
tidak hanya untuk keluarga miskin tetapi kepada seluruh keluarga.
b. Program Keluarga Berencana, melalui Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB
melalui klinik pemerintah dan swasta;
4. Infrastruktur
Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Peningkatan prasarana public, melalui Konsolidasi kebijakan penanganan dan
pemanfaatan tanah untuk kepentingan umum secara menyeluruh di bawah satu atap
dan pengelolaan tata ruang secara terpadu;
b. Pembangunan dan Rehabilitasi Jalan, melalui peningkatan kuantitas dan kualitas
pembangunan jalan antar Kecamatan dan antar Desa.
c. Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan, melalui Pembangunan jaringan
prasarana dan penyediaan sarana transportasi antarmoda dan antar wilayah yang
112
terintegrasi sesuai dengan Sistem Transportasi Nasional dan Cetak Biru Transportasi
Multimoda dan penurunan tingkat kecelakaan transportasi.
d. pengembangan perumahan rakyat, melalui pembangunan rumah sederhana sehat
bersubsidi berikut fasilitas pendukung kawasan permukiman yang dapat menampung
keluarga yang kurang mampu.
e. Pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam, melalui pembangunan
prasarana pengendalian bencana pada kawasan-kawasan rawan bencana.
f. Pengembangan Komunikasi ,Informasi dan media massa, melalui maksimalisasi
tersedianya akses komunikasi data dan suara bagi masyarakat.
g. Peningkatan Pelayanan Angkutan dan perhubungan, melalui perbaikan sistem dan
jaringan transportasi didalam kota Wonosobo, Kertek, Sapuran, Garung, Kaliwiro dan
transportasi pedesaaan.
5. Pertanian dan Ketahanan Pangan.
Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat, melalui revitalisasi
pertanian, perikanan dan kehutanan, dengan penataan regulasi untuk menjamin
kepastian hukum atas lahan pertanian, pengembangan areal pertanian baru, penertiban
serta optimalisasi penggunaan lahan terlantar.
b. Pembangunan / rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, melalui pembangunan
dan pemeliharaan sarana pengairan, yang melayani sentra-sentra produksi pertanian
demi peningkatan kuantitas dan kualitas produksi pertanian.
c. Peningkatan produktifitas pertanian, melalui peningkatan upaya penelitian dan
pengembangan bidang pertanian yang mampu menciptakan benih unggul dan hasil
peneilitian lainnya menuju kualitas dan produktivitas hasil pertanian yang tinggi;
mendorong untuk investasi pangan, pertanian, dan industri perdesaan berbasis produk
lokal oleh pelaku usaha dan pemerintah, penyediaan pembiayaan yang terjangkau, serta
sistem subsidi yang menjamin ketersediaan benih varietas unggul yang teruji, pupuk,
teknologi dan sarana pasca panen yang sesuai secara tepat waktu, tepat jumlah, dan
terjangkau;
d. Peningkatan pemantapan penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan
melalui peningkatan kualitas gizi dan keanekaragaman pangan, melalui peningkatan
pola pangan harapan;
e. Pengendalian dampak perubahan iklim, melalui pengambilan langkah-langkah kongkrit
terkait adaptasi dan antisipasi sistem pangan dan pertanian terhadap perubahan iklim.
113
6. Konsolidasi dan Reformasi birokrasi untuk perbaikan tata kelola pemerintahan;
Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Penataan Kelembagaan, melalui restrukturisasi, konsolidasi struktural dan peningkatan
kapasitas SKPD yang menangani urusan pemerintahan daerah.
b. Peningkatan penyelenggaraan pemerintahan desa, melalui peningkatan efisiensi dan
efektivitas penggunaan anggaran dan alokasi dana desa, penyempurnaan pelaksanaan
pemilihan kepala desa, peningkatan kapasitas pemerintahan desa; serta penetapan dan
penerapan sistem Indikator Kinerja Utama Pelayanan Publik yang selaras antara
pemerintah kabupaten dan pemerintah desa.
c. Pembinaan dan pengembangan aparatur, melalui penyempurnaan pengelolaan PNS
yang meliputi sistem rekruitmen, pendidikan, penempatan, promosi, dan mutasi serta
kesejahteraan PNS .
d. Penataan Peraturan Perundang-undangan, melalui percepatan evaluasi, harmonisasi
dan sinkronisasi peraturan daerah.
e. Penegakan peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan, melalui peningkatan
integrasi dan integritas penerapan dan penegakan peeraturan daerah oleh seluruh
lembaga dan aparat hukum.
f. Penataan Administrasi Kependudukan, melalui penetapan Nomor Induk Kependudukan
(NIK) dan pengembangan Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan (SIAK)
dengan aplikasi pertama pada kartu tanda penduduk.
7. Iklim investasi dan usaha;
Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Penataan perundang-undangan, melalui reformasi regulasi secara bertahap sehingga
terjadi harmonisasi peraturan perundang-undangan yang tidak menimbulkan
ketidakjelasan dan inkonsistensi dalam implementasinya; serta Sinkronisasi kebijakan
ketenagakerjaan dan iklim usaha dalam rangka memperluas penciptaan lapangan kerja,
b. Peningkatan promosi dan kerjasama ekonomi dan investasi, melalui penerapan sistem
pelayanan informasi dan perizinan investasi secara elektronik (SPSIE) pada Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP), dan pengurangan biaya untuk memulai usaha.
8. Energi dan sumber daya mineral;
Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Pengembangan Ketenagalistrikan dan energy, melalui percepatan penyediaan jaringan
listrik pada kawasan-kawasan yang belum berlistrik.
114
b. Pengembangan Energi Alternatif Tepat Guna, melalui peningkatan pengembangan
energi terbarukan termasuk energi alternatif tenaga surya dan microhydro,
c. Pengembangan Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Mineral yang
memperhatikan aspek sosial dan lingkungan hidup, melalui konversi kegiatan
pertambangan kepada kegiatan yang nilai ekonominya tinggi dan tidak merusak
lingkungan; serta rehabilitasi lahan pasca pertambangan.
9. Lingkungan hidup dan Penanggulangan bencana;
Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Pengendalian dampak perubahan iklim, melalui peningkatan hasil rehabilitasi lahan
kritis, dan penekanan laju deforestasi secara sungguh-sungguh,
b. pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, melalui penurunan beban
pencemaran lingkungan, melalui pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air
limbah dan emisi di kegiatan industri dan jasa, penurunan tingkat polusi, Penghentian
kerusakan lingkungan di Daerah Aliran Sungai yang rawan bencana;
c. Pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam, melalui Penjaminan
berjalannya fungsi Sistem Peringatan Dini Bencana dan Sistem Peringatan Dini Cuaca
dan Sistem Peringatan Dini Iklim; serta peningkatan kemampuan penanggulangan
bencana melalui: penguatan kapasitas aparatur pemerintah dan masyarakat dalam
usaha mitigasi risiko serta penanganan bencana, pembentukan tim gerak cepat (unit
khusus penanganan bencana) dengan dukungan peralatan dan alat transportasi yang
memadai dengan basis di lokasi strategis yang dapat menjangkau seluruh wilayah
Kabupaten.
10. Kawasan tertinggal, terbelakang, perbatasan dan kumuh
Program aksi yang akan dilakukan :
a. Penataan Perundang-undangan, melalui pelaksanaan kebijakan khusus dalam bidang
infrastruktur dan pendukung kesejahteraan lainnya yang dapat mendorong
pertumbuhan di daerah tertinggal, terbelakang, perbatasan dan kumuh.
b. Kerjasama daerah melalui pembentukan kerja sama dengan daerah lain dan pihak ketiga
dalam rangka percepatan pertumbuhan di daerah tertinggal, terbelakang, perbatasan
dan kumuh.
11. Kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.
Program aksi yang akan dilakukan :
115
a. Pengelolaan Kekayaan Budaya, melalui penetapan dan pembentukan pengelolaan
terpadu untuk pengelolaan cagar budaya, museum dan perpustakaan, serta pelestarian
budaya.
b. Pengembangan Nilai seni dan Budaya, melalui penyediaan sarana yang memadai bagi
pengembangan, pendalaman dan pagelaran seni budaya; serta Peningkatan perhatian
dan kesertaan pemerintah dalam program-program seni budaya yang diinisiasi oleh
masyarakat dan mendorong berkembangnya apresiasi terhadap kemajemukan budaya.
c. Program pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna, melalui peningkatan
keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif yang mencakup pengelolaan
sumber daya menuju ketahanan energi, pangan, dan antisipasi perubahan iklim; dan
pengembangan penguasaan teknologi dan kreativitas pemuda.
Selengkapnya kebijakan umum dan program pembangunan daerah Kabupaten
Wonosobo Tahun 2010 - 2015 tersaji dalam tabel sebagai berikut :
116
175
BAB VIII
PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran
keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah pada akhir
periode masa jabatan. Hal ini ditunjukan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program
pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun
sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai.
Adapun penetapan indikator kinerja daerah Kabupaten Wonosobo disajikan dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel VIII.1 Tabel Penetapan Indikator Kinerja Daerah
Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Wonosobo
No URUSAN PEMERINTAHAN/
INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
Kondisi awal
Target Capaian Setiap Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8
URUSAN PENDIDIKAN
1 Angka Melek Huruf 99,69 99,72 99,89 100 100 100
2 Rata-rata Lama Sekolah 6,36 6,58 6,72 6,87 6,99 7,12
3 APK PAUD 24 26 35 40 45 50
4 Rasio pendidik dengan peserta didik PAUD
1:16 1:16 1:16 1:16 1:16 1:16
5 APM-SD/MI/Paket A 84,02 87 90 92,5 93,5 95
6 APK SD/MI/Paket A 96,46 99 100 100 100 105
7 APM SMP/MTs/Paket B 59,78 65 70 75 80 85
8 APK SMP/MTs/Paket B 79,13 83 88 91 94 100
9 Angka Putus Sekolah SD/MI 0,14 0,13 0,1 0,08 0,07 0,06
10 Angka Putus Sekolah SMP/MTs
1,03 1 0,98 0,96 0,94 0,92
11 % kelulusan SD/MI 99,6 99,64 99,7 99,75 99,8 99,9
12 Prosenatase kelulusan SMP/MTs minimal
87,24 99,5 99,6 99,7 99,8 99,9
13 Angka melanjutkan ke jenjang SMP/MTs
95 61,01 63 65 68 70
14 Angka melanjutkan ke jenjang SMA/SMK/MA
66 68 70 74 78 80
15 Rasio Pendidik dengan peserta didik SD/MI
1:18 1:18 1:19 1:19 1:20 1:20
16 Rasio Pendidik dengan peserta didik SMP/MTs
1:14 1:14 1:15 1:15 1:16 1:16
17 Rasio murid dengan kelas SD/MI
1:26 1:27 1:28 1:29 1:30 1:31
176
No URUSAN PEMERINTAHAN/
INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
Kondisi awal
Target Capaian Setiap Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8
18 Rasio murid dengan kelas SMP/MTs
1:33 1:34 1:34 1:35 1:35 1:36
19 Rasio murid dengan buku 2:01 1:01 1:01 1:01 1:01 1:01
20 APK SMA/SMK/MA 33,09 35 40 45 52,5 60
21 APM SMA/SMK/MA 23,98 26 29 32 35 38
22 Rasio siswa SMK : SMA 44:56 51:49 57:43 60:40 67:33 70:30
23 Angka Putus Sekolah SMA/SMK/MA
1,32 1,1 1,09 0,8 0,7 0,6
24 % kelulusan SMA/SMK/MA 93,02 94 94,5 95 95,5 96
25 Rasio Pendidik dengan peserta didik SMA/SMK/MA
1:14 1:14 1:15 1:15 1:16 1:16
26 Rasio murid dengan kelas SMA/SMK/MA
1:33 1:34 1:34 1:35 1:35 1:36
27 % penambahan APK berdasarkan layanan usia wajar dikdas yang belum/tidak sekolah
3 3,2 4 4,5 5 5,5
28 % layanan pendidikan kesetaraan bagi usia dewasa yang belum bersekolah
48 50 53 56 60 65
29 % Angka melek huruf usia 15-45 tahun
98,87 99,69 100 100 100 100
30 % Pendidik berkualifikasi S.1/D.4 mencapai :
a. pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
5,69 50 55 60 65 70
b. pada Satuan Pendidikan SD/MI
16,48 60 70 80 90 100
c. pada Satuan Pendidikan SMP/MTs.
71,66 90 95 100 100 100
d. Pada Satuan Pendidikan SMA/MA dan SMK
96 98 100 100 100 100
e. Pada Pendidikan Kesetaraan A, B dan C
10 15 20 25 27 30
31 % lembaga PAUD memiliki tata kelola dan citra yang baik
50 50 60 65 70 75
32 % SD/MI menerapkan MBS 100 100 100 100 100 100
33 % SMP/MTs menerapkan MBS
100 100 100 100 100 100
34 % SMA/SMK/MA melaksanakan program MBS dengan baik.
100 100 100 100 100 100
35 Jumlah Penerapan Sistem Manajemen Mutu (SSM) SMA/SMK ISO 9001-2008
2 4 5 5 6 7
URUSAN KESEHATAN
1 Angka usia harapan hidup 69,8 70,1 70,29 70,49 70,73 70,94
2 Angka Harapan Hidup saat Melahirkan
70,01 70,06 70,26 70,45 70,66 70,87
177
No URUSAN PEMERINTAHAN/
INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
Kondisi awal
Target Capaian Setiap Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8
3 Angka kematian ibu per 100000 kelahiran hidup
115 114 111 108 105 102
4 Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup
15,23 14,63 13,42 12,21 11 9,8
5 % cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
95 100 100 100 100 100
6 % cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
91,94 92 94 96 98 100
7 % ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal (cakupan kunjungan kehamilan ke empat (K4))
91,02 92,5 94,5 95,5 96,5 97
8 % Cakupan KB aktif 81,41 86,45 87,69 88,12 88,69 89,53
9 % cakupan kunjungan neonatal
99,17 99,5 99,7 99,9 100 100
10 % cakupan pelayanan kesehatan bayi
86,65 87 88 89 90 92
11 % cakupan pelayanan kesehatan anak balita
80,05 84,06 84,8 85,86 86,72 87,25
12 % cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani
95 96 97 100 100 100
13 % PKD aktif 25 30 50 75 90 100
14 % cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
100 100 100 100 100 100
15 % Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
100 100 100 100 100 100
16 % Cakupan palayanan gawat darurat level 1 di sarana kesehatan rujukan
100 100 100 100 100 100
17 % balita gizi kurang 7,7 10.1 9.1 9.3 9 8.7
18 prevalensi GAKY 25,49 25 22.5 20 17.5 20
19 % anemia pada ibu hamil dan remaja putri
49,17 40 35 30 25 20
20 % bayi (0-6 bulan) yang mendapatkan ASI saja
54,69 60 65 70 75 80
21 % bayi dan balita 6-59 bulan serta ibu nifas mendapat kapsul vitamin A
95,8 100 100 100 100 100
22 % prevalensi anak balita yang pendek (stunting)
31,3 45 41.5 35.5 32 30
23 % kasus baru TB Paru (BTA positif) yang ditemukan
37,5 45 50 55 60 70
24 % kasus baru TB Paru (BTA positif) yang disembuhkan
81,5 85 85 85 85 85
25 % penderita kusta yang selesai berobat (RFT rate)
75 90 90 90 90 90
178
No URUSAN PEMERINTAHAN/
INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
Kondisi awal
Target Capaian Setiap Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8
26 kasus malaria (Annual Paracite Indeks-API) per 1.000 penduduk
0,16 1.75 1.5 1.25 1 1
27 % penderita malaria yang diobati
100 100 100 100 100 100
28 angka kesakitan DBD per 100.000 penduduk
69 54 53 52 51 50
29 angka kematian DBD 0,16 <1 <1 <1 <1 <1
30 % suspek flu burung yang ditemukan dan ditangani sesuai standart
100 100 100 100 100 100
31 % kasus zoonosa (rabies,antraks, pes, leptospirosis) yang ditangani sesuai standart
100 100 100 100 100 100
32 % ODHA yang mendapatkan anti Retroviral Treatment
70 75 80 85 90 90
33 % darah donor diskrining terhadap HIV-AIDS
100 100 100 100 100 100
34 % desa/kelurahan UCI 93,2 100 100 100 100 100
35 Cakupan desa/kelurahan KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi<24 jam
100 100 100 100 100 100
36 % diare balita yang ditangani sesuai standart
100 100 100 100 100 100
37 angka kematian diare 0,015 0 0 0 0 0
38 Non Polio Acute Flaccid Rate per 100.000 penduduk < 15 tahun
6 ≥2 ≥2 ≥2 ≥2 ≥2
39 % penderita pneumonia yang diobati sesuai standart
100 100 100 100 100 100
40 % kasus filariasis yang ditangani
100 100 100 100 100 100
41 % kasus Infeksi Melular Seksual (IMS) yang ditangani
100 100 100 100 100 100
42 % puskesmas melaksanakan surveilans dan pengendalian faktor resiko penyakit tidak menular
100 100 100 100 100 100
43 rumah tangga sehat 47 50 55 60 70 80
44 % desa siaga aktif 15,7 20 25 30 40 50
45 Jumlah pondok pesantren yang memiliki / melaksanakan poskestren
6 6 10 15 20 25
46 % posyandu mandiri 9,9 20 30 40 50 60
47 % desa yang memiliki tenaga kesehatan bidan dan perawat/ paramedis lainnya
60 70 80 90 100 100
48 Tingkat kecukupan obat, alat kesehatan, serum, reagensia untuk pelayanan kesehatan
92 94 95 100 100 100
49 Tingkat kecukupan vaksin untuk pelayanan imunisasi
100 100 100 100 100 100
179
No URUSAN PEMERINTAHAN/
INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
Kondisi awal
Target Capaian Setiap Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8
50 Tingkat kecukupan sarana prasarana pengelolaan dan pelayanan kefarmasian sesuai standart
10 50 60 75 90 100
51 % instalasi farmasi dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang melaksanakan manajemen kefarmasian sesuai standart
10 30 50 60 70 80
52 % sarana pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standart
10 10 20 30 40 50
54 % penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas
98,63 98,75 99 99,25 99,5 100
55 % kualitas air minum yang memenuhi syarat
89,25 90 90 95 95 100
56 % penduduk yang memiliki jamban sehat
62,62 70 73 75 77 80
57 jumlah desa yang melaksanakan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
17 18 20 20 20 25
58 % rumah memenuhi syarat kesehatan
61,23 70 73 75 77 80
59 % tempat umum memenuhi syarat kesehatan
47,05 70 72 74 76 77
URUSAN WAJIB PEKERJAAN UMUM
1 Panjang jalan kondisi baik antara ibukota kabupaten - kecamatan (Km)
153,73 163,47 174,16 184,25 193,96 199,76
2 Rasio Panjang Jalan lebar >6 m dan < 6 m untuk jalan antar ibukota kabupaten - kecamatan
8,13 9,20 10,52 14,20 16,63 19,88
3 Panjang jalan kondisi baik antar ibukota kecamatan (km)
125,00 135,52 164,96 194,58 196,79 193,33
4 Panjang jalan kondisi baik wilayah perbatasan
44,16 86,03 101,98 118,33 116,75 117,10
5 Rasio Panjang Jalan Aspal dan Non Aspal untuk jalan wilayah perbatasan
49,70 80,05 86,61 93,65 95,79 98,45
6 % Jumlah jembatan kondisi baik
69,4 70,59 72,24 73,88 75,53 77,18
7 jumlah panjang jalan desa kondisi baik (km)
40,54 43,43 50,14 57,53 65,65 74,59
8 panjang jalan beton dan paving lingkungan desa (km)
5,9 6,1 6,71 7,39 8,12 8,94
9 % Kondisi Daerah irigasi Prioritas kondisi baik
100 100 100 100 100 100
10 % Daerah Irigasi dalam kondisi baik
52 60 70 75 80 90
180
No URUSAN PEMERINTAHAN/
INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
Kondisi awal
Target Capaian Setiap Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8
11 Rasio Panjang Saluran Irigasi dengan luas daerah irigasi yang terlayani
0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
12 panjang penanganan jalan lingkungan permukiman (km)
10 10 11 12 13 15
13 panjang penanganan drainase lingkungan permukiman kondisi baik
10 10 11 12 13 15
14 % rumah tangga yang dapat akses air bersih per penduduk total
91 93 95 97 100 100
15 % jumlah sambungan rumah pelanggan PDAM
80 80 80,4 80,8 81,2 81,6
16 % rumah tangga bersanitasi 40 40 50 60 70 80
17 Tersedianya gedung pemerintahan satu atap terpadu (unit)
0 0 0 1 1 1
18 % gedung pemerintahan yang representatif
40 40 50 60 70 80
19 Tersedianya gedung olah raga terpadu
0 1 1 1 1 1
20 % Berkurangnya volume timbunan sampah
2 2 3 4 7 10
21 Jumlah sarana pengelolaan sampah organik dan anorganik
11 11 12 13 13 13
22 jumlah sarana prasarana persampahan
10 10 10 10 10 10
23 % sampah terpilah pada pusat pusat timbulan
5 5 15 35 55 75
24 % Jumlah masyarakat/dunia usaha yang mengelola sampah mandiri
40 50 60 70 80 90
URUSAN WAJIB PERUMAHAN
1 rasio jumlah rumah per jumlah kepala keluarga (KK)
0,979 0,983 0,985 0,986 0,988 0,99
2 rasio rumah layak huni per jumlah total rumah
0,9 0,91 0,92 0,93 0,94 0,95
3 jumlah kompleks perumahan yang dibangun pengembang
14 15 15 16 16 17
4 % luasan permukiman kumuh*
2,8 2,75 2,25 2 1 0
5 % taman lingkungan/ruang terbuka hijau dari luasan pemukiman
39 39 39 39 39 39
6 Jumlah sarana pelayanan penanganan bencana kebakaran
2 2 2 2 2 2
URUSAN TATA RUANG
1 Ketersediaan dokumen dan regulasi tata ruang
belum ada ada ada ada ada
2 % ketaatan pada RTRW 0 10 20 30 40 50
181
No URUSAN PEMERINTAHAN/
INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
Kondisi awal
Target Capaian Setiap Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8
URUSAN PERENCANAAN
1 Tersedianya Peraturan Daerah tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Kabupaten
belum belum ada ada ada ada
2 Tersedianya dokumen perencanaan pembangunan daerah :
a. RPJMD ada ada ada
b. RKPD ada ada ada ada ada ada
3 Tersedianya dokumen evaluasi pembangunan :
a. Tahunan belum ada ada ada ada ada
b. Lima Tahunan belum ada ada
4 Tersedianya data profil daerah
ada ada ada ada ada ada
URUSAN WAJIB PERHUBUNGAN
1 Rasio Jumlah Angkutan dengan Penumpang
185,3 184,7 183,59 182,48 180,95 179,32
2 % Standar Fasilitas Angkutan Umum
100 100 100 100 100 100
3 Jumlah pengurusan perijinan trayek
644 662 682 702 715 726
4 jumlah jalur trayek 28 28 30 32 34 36
5 Jumlah Uji Kendaraan angkutan umum
2.318 2.365 2.412 2.460 2.510 2.560
6 % Kendaraan Laik Jalan 73 75 78 80 81 82
7 Alat Uji yang memenuhi standar
3 4 5 6 7 7
8 Jumlah Titik Kemacetan yang diurai/diatasi
2 2 2 2 1 0
9 % Kawasan parkir yang teratur
60 65 75 80 85 90
10 % Peningkatan Retribusi Pendapatan Parkir
10 10 10 10 10 10
URUSAN LINGKUNGAN HIDUP
1 Kualitas / kelas air 1 1 1 1 1 1
2 % kelestarian sumber air 20 20 40 60 80 100
3 % peningkatan debit sumber air
20 20 40 60 80 100
4 peningkatan peran serta masyarakat dalam menjaga kuantitas air
100 150 300 450 600 750
5 % meningkatnya kualitas udara ambien di sekitar pabrik
10 10 20 30 40 50
6 % meningkatnya kualitas udara ambien di sekitar pemukiman
10 10 20 30 40 50
7 % meningkatnya kualitas udara ambien di daerah transportasi
10 10 20 30 40 50
182
No URUSAN PEMERINTAHAN/
INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
Kondisi awal
Target Capaian Setiap Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8
8 % Luasan lahan terdegradasi (secara fisik dan kimia)
50 50 40 30 20 10
9 % menurunnya kasus kebakaran hutan
50 50 40 30 20 10
10 Rasio Amdal / UKL-UPL / SPPL terhadap jumlah perusahaan
30 30 40 60 80 100
11 Rasio kesesuaian regulasi bidang lingkungan hidup
20 20 40 60 80 100
12 % kasus lingkungan hidup yang tertangani
20 20 40 60 80 100
13 Nilai Adipura 75 75 75,5 76 76,5 77
14 Jumlah CSR yang diberikan untuk mendukung penyelamatan lingkungan
2 2 3 4 5 6
15 % peningkatan penyerapan karbondioksida (CO2)
20 20 30 40 50 60
16 Jumlah pembangkit tenaga listrik non emisi
0 0 0 3 3 3
URUSAN PERTANAHAN
1 % Luas lahan yang bersertifikat
50 55 60 65 70 75
2 % Luas Lahan milik Pemerintah yang bersertifikat
65 70 80 90 100 100
3 % Luas Lahan Milik Masyarakat yang bersertifikat
60 70 80 90 100 100
URUSAN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL
1 % kepemilikan KTP berbasis NIK
99,71 99,89 99,95 99,95 100 100
2 % kepemilikan KK 99,80 99,85 99,90 100 100 100
3 % kepemilikan Akta kelahiran 56,48 70 75 85 95 100
4 % Anak Lahir yang membuat Akta Kelahiran
78,24 84,25 87,5 89,5 95 100
5 % penduduk meninggal yg membuat Akta Kematian
0,07 0,08 0,1 0,15 0,18 0,2
6 lama pengurusan dokumen kependudukan (KTP,KK,Akte kelahiran)
6 hari 2 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari
7 % penduduk yang teregistrasi 99 100 100 100 100 100
URUSAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
11 IInnddeekk PPeemmbbaanngguunnaann GGeennddeerr ((
IIPPGG )) 55,2 55,5 56,7 57,8 59 60,5
22 IInnddeekk PPeemmbbeerrddaayyaaaann GGeennddeerr
(( IIDDGG )) 48,8 48,9 49 49,3 49,7 50,5
33 %% JJuummllaahh kkaassuuss kkeekkeerraassaann
tteerrhhaaddaapp ppeerreemmppuuaann ddaann
aannaakk yyaanngg ddiittaannggaannii
80 84 88 92 95 99
183
No URUSAN PEMERINTAHAN/
INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
Kondisi awal
Target Capaian Setiap Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8
44 RReevviittaalliissaassii kkeelleemmbbaaggaaaann PPUUGG
ppaaddaa 6600%% SSaattuuaann KKeerrjjaa
PPeerraannggkkaatt DDaaeerraahh ddii
KKaabbuuppaatteenn WWoonnoossoobboo ssaammppaaii
ttaahhuunn 22001155
6 10 20 30 40 50
URUSAN KELUARGA BERENCANA
1 Angka Penurunan TFR (Total Fertility Rate)
2,35 2,27 2,2 2,13 2,06 2
2 Angka Penurunan laju Pertumbuhan Penduduk
1,015 1,01 1 1 0,99 0,99
3 Cakupan unmetneed 8,14 7,02 6,72 6,22 5,92 5,62
4 % KB Aktif (Contraceptive Prevalence Rate - CPR)
81,41 86,45 87,69 88,12 88,69 89,53
5 % drop out KB 9,65 8,48 8,08 7,68 7,28 6,88
6 Jumlah Pasangan Usia Subur yang menjadi Peserta KB Baru
25.896
26.620 27.140 28.672 29.217 29.774
7 Jumlah kasus HIV/AIDS 51 45 43 40 30 25
8 Jumlah Kelompok Bina Keluarga Balita
575 620 665 701 746 795
9 Cakupan PUS peserta KB anggota UPPKS yang ber-KB mandiri
47,36 48,13
48,76
48,05
48,68
49,08
10 % Keluarga Pra KS dan KS - I 47,57 46,66 44,66 42,66 40,66 38,66
11 Rasio Penyuluh KB/Petugas Lapangan KB dengan desa/kelurahan
1 : 4,27 1 : 4 1 : 3,5 1 : 3 1 : 2,5 1 : 2
URUSAN SOSIAL
1 % PMKS yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar
30 32 35 38 40 42
2 % PMKS mandiri 20 22 25 30 35 40
3 % PMKS terlayani jaminan social
40 42 45 48 50 52
4 % Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) yang ditangani
80 85 86 88 90 95
5 Jumlah korban bencana yang medapat pendampingan
500 500 550 600 650 700
6 Jumlah panti sosial 14 15 16 17 17 17
7 % Meningkatnya rehabilitasi berbasis masyarakat (RBM)
80 82 85 89 92 95
URUSAN KETENAGAKERJAAN
1 Rasio daya serap tenaga kerja 22,02 23,61 26,31 29,01 31,71 34,41
2 % Tingkat partisipasi angkatan kerja
40 41 42 43 44 45
3 % Tingkat pengangguran terbuka
3,99 3,56 3,34 3,15 3,05 2,98
4 Jumlah tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis masyarakat
971 128 160 192 224 256
184
No URUSAN PEMERINTAHAN/
INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
Kondisi awal
Target Capaian Setiap Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8
5 Jumlah tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis Kompetensi
48 64 96 128 175 215
6 Jumlah tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis kewirausahaan
82 90 100 100 100 100
7 Jumlah Pekerja/buruh yang menjadi peserta program Jamsostek
4390 2900 3000 3500 3900 4100
8 Jumlah pencari kerja yang terdaftar yang ditempatkan (melalui program AKL, AKAD)
3074 3250 3700 3800 3900 4000
URUSAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
1 % usaha Mikro yang meningkat menjadi usaha kecil
3 3 6 9 12 15
2 % usaha kecil yang meningkat menjadi usaha menengah
2 2 4 6 8 10
3 % usaha mikro/kecil yang gulung tikar
1 1 0,9 0,8 0,7 0,6
4 Jumlah Koperasi aktif 312 312 312 317 322 327
5 Jumlah Aset Koperasi (milyar) 560 560 570 580 590 600
6 Jumlah Aset UMKM (milyar) 29,5 29,5 29,55 29,6 29,65 29,7
URUSAN PENANAMAN MODAL
1 Jumlah Investasi 2 2 2 3 3 3
2 Nilai Investasi (milyar) 135,8 139,6 140,6 141,6 145,6 150,6
URUSAN PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN
1 Jumlah karya budaya yang memperoleh perlindungan HAKI
10 15 15 15 15 15
2 Jumlah sarana seni budaya 0 0 1 1 1 1
3 Jumlah museum yang memenuhi standar pelayanan dan pengelolaan
0 0 1 1 1 1
4 Jumlah Cagar budaya yang dilindungi dan dipelihara
15 15 15 15 15 15
5 Lama tinggal Wisatawan mancanegara dan Nusantara
1,5 2 2,2 2,4 2,6 2,9
6 Jumlah penerimaan obyek-obyek wisata (juta)
60 150 200 250 300 350
7 Jumlah Wisman 16.882 30.206 39.267 51.047 66.361 86.270
8 Jumlah Wisnu 239.456 394.311 512.604 666.385 866.301 1.126.191
9 Jumlah Tenaga Kerja yang diserap di industri pariwisata
125 138 151 166 183 201
URUSAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
1 Jumlah kegiatan produktif kepemudaan
7 7 8 10 11 12
2 Jumlah organisasi kepemudaan
142 142 142 142 142 142
185
No URUSAN PEMERINTAHAN/
INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
Kondisi awal
Target Capaian Setiap Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8
3 % Cabang olah raga yang berprestasi
35 38 40 43 45 50
4 Jumlah sarana /prasarana olah raga standar nasional
2 2 2 3 3 3
5 Jumlah klub/ kelompok olah raga
1374 1380 1390 1412 1436 1450
URUSAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI
1 Tidak adanya gerakan yang mengancam keutuhan NKRI
0 0 0 0 0 0
2 Jumlah Pembinaan LSM,ORMAS dan OKP
3 3 3 3 5 5
3 Kegiatan pembinaan politik daerah
2 1 1 2 3 3
4 Angka kriminalitas 4,03 4,01 3,82 3,64 3,46 3,25
5 % keamanan dan kelancaran pilkades
100 100 100 100 100 100
6 % keamanan dan kelancaran pilgub
0 0 0 100 0 0
7 % keamanan dan kelancaran pileg
0 0 0 0 100 0
8 % keamanan dan kelancaran pilpres
0 0 0 0 100 0
9 % keamanan dan kelancaran pemilukada
100 0 0 0 0 100
10 % partisipasi masyarakat dalam penggunaan hak pilih pada setiap proses pemilihan umum
72,56 0 0 75 75 75
URUSAN OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN
1 Indeks Pembangunan Manusia
71,4 71,60 72,28 72,55 73,15 73,34
2 Daya Beli Masyarakat 629.260 645.135 648.843 653.655 657.953 662.343
3 Pertumbuhan PDRB 4,02 4,26 4,38 4,63 4,94 5,22
4 % penduduk di atas garis kemiskinan
25,91 24 22,5 20,75 19,25 18
5 Jumlah paket kebijakan / regulasi sesuai dengan urusan pemerintahan daerah
14 14 14 14 14 14
6 Tersedianya Kebijakan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
1 1 1 1 1 1
7 % jumlah perda hasil inisiatif DPRD
0 10 20 20 30 35
8 %penyelesaian pelanggaran K3
90 95 98 99 100 100
9 % penegasan batas kabupaten
80 80 100 100 100 100
10 Opini Hasil Pemeriksaan BPK wdp wdp wdp wdp wtp wtp
11 % Rasio temuan pemeriksaan BPK yang ditindaklanjuti
86 91 95 97 99 100
186
No URUSAN PEMERINTAHAN/
INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
Kondisi awal
Target Capaian Setiap Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8
12 Tersedianya pengadaan barang dan jasa melalui e-procurement
belum Ada ada ada ada ada
13 % kenaikan pendapatan Asli Daerah
17 18 18 20 20 25
14 % SKPD yang melaporkan inventaris barang tepat waktu.
90 100 100 100 100 100
15 Jumlah BUMD yang berkinerja baik
5 5 5 5 5 5
16 Tersedianya kebijakan pembentukan BULD
belum belum ada ada ada ada
17 %Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan dan kinerja berdasarkan PP No 58 Tahun 2005
100 100 100 100 100 100
18 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah berdasarkan kebutuhan dan Beban Kerja
100 100 100 100 100 100
19 % OPD yang telah menyusun SOP
20 30 50 70 100 100
20 Jumlah OPD yang telah menerapkan e-administration
0 0 5 10 15 22
21 % pejabat yang memenuhi syarat jabatan
100 100 100 100 100 100
22 %SKPD yg menyusun IKUSKPD dan renstra SKPD
100 100 100 100 100 100
23 %SKPD yang menyusun Renja SKPD dan IKU SKPD tahunan
100 100 100 100 100 100
24 % Ketepatan waktu penyampaian laparan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
100 100 100 100 100 100
25 %struktur jabatan struktural yang terisi
90 95 97 100 100 100
26 %struktur jabatan fungsional yang terisi
80 80 85 90 95 100
27 %Jumlah pejabat struktural yang memenuhi persyaratan kepangkatan
85 90 95 100 100 100
28 %Jumlah pejabat fungsional yang memenuhi persyaratan kepangkatan
100 100 100 100 100 100
29 %pelanggaran disiplin ringan 0 0 0 0 0 0
30 %pelanggaran disiplin sedang 0 0 0 0 0 0
31 %pelanggaran disiplin berat
0,07 0 0 0 0 0
187
No URUSAN PEMERINTAHAN/
INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
Kondisi awal
Target Capaian Setiap Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8
URUSAN KETAHANAN PANGAN
1 Jumlah desa mandiri pangan 9 11 13 15 17 19
2 % Ketersediaan bahan pangan utama
100 100 100 100 100 100
3 Jumlah lumbung pangan 9 11 13 15 17 19
4 Tingkat skor PPH (pola harapan pangan)
94 94 96 98 90 92
5 Tingkat konsumsi protein hewani (gr/kap/th)
11.956 15.982 16.061 16.225 16.344 16.542
6 Tingkat konsumsi protein nabati (gr/kap/th)
3.497 4.509,02 4.502,27 4.503,46 4.499,27 4.501,77
URUSAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
1 % Jumlah BPD yang melakukan rapat pembahasan LKPJ
80 90 95 100 100 100
2 % Kades yang telah mengikuti pelatihan peningkatan kapasitas
60 70 80 90 100 100
3 % Sekretaris Desa yang telah mengikuti pelatihan peningkatan kapasitas
60 60 70 80 90 100
4 % Perangkat desa lainnya yang telah mengikuti pelatihan peningkatan kapasitas
20 30 40 50 60 70
5 % desa yang menyusun profil desa
45 50 60 100 100 100
6 % jumlah desa yang melaksanakan tertib adminitrasi keuangan dan aset desa
25 30 40 60 80 95
7 Jumlah desa yang menetapkan APBDes tepat waktu
100 desa 100 desa 150 desa 236 desa 236 desa 236 desa
8 Jumlah desa yang menetapkan laporan keterangan pertanggungjawaban APBDes tepat waktu
100 desa 100 desa 150 desa 236 desa 236 desa 236 desa
9 % swadaya masyarakat dalam kegiatan pembangunan desa
25 25 30 35 40 50
URUSAN STATISTIK
1 Tersedianya data statistik daerah
ada ada ada ada ada ada
2 % validitas data
60 75 90 100 100 100
URUSAN KEARSIPAN
1 Jumlah SKPD yg melaksanakan akuisisi arsip
4 5 5 5 5 5
188
No URUSAN PEMERINTAHAN/
INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
Kondisi awal
Target Capaian Setiap Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8
2 Jumlah tenaga kearsipan yang memiliki sertifikat kearsipan
3 3 5 10 11 13
URUSAN PERPUSTAKAAN
1 Jumlah bahan pustaka 128.000 128.000 186.000 244.000 302.000 360.000
2 Jumlah perpustakaan :
a. Perpustakaan Keliling 1 1 1 2 2 3
b. Perpustakaan Daerah 1 1 1 1 1 1
c. Perpustakaan Sekolah 305 307 400 400 600 756
3 jangkauan perpustakaan keliling (desa)
70 85 115 145 175 205
4 Jumlah pengunjung perpustakaan
523.092 525.000 525.000 525.000 550.000 550.000
5 Jumlah peminjam buku perpustakaan
182.957
185.000 190.000 195.000 195.000 195.000
URUSAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
1 Tersedianya media informasi publik yang diterbitkan oleh Pemerintah
ada ada ada ada ada ada
2 Tersedianya media informasi publik yang diterbitkan oleh Pemerintah
ada ada ada ada ada ada
3 Terciptanya layanan data basis dan lalu lintas data secara on-line
belum belum ada ada ada ada
4 Jumlah pengunjung website pemerintah
789.456 878.851 950.000 1.100.000 1.300.000 1.500.000
5 % paket informasi yang terpublikasikan secara langsung maupun melalui media
100 100 100 100 100 100
6 Adanya Sistem Informasi Manajemen yang terintegrasi
belum belum belum ada ada ada
7 Jumlah SKPD yang memiliki Sistem Informasi Manajemen
5 6 10 12 14 16
8 % Ter-Update-nya atribut data spasial
100 100 100 100 100 100
9 Jumlah Koneksi WAN ke seluruh Kecamatan
belum belum belum belum ada ada
10 Terciptanya simpul-simpul koneksi WAN di tingkat desa
belum belum belum belum belum ada
11 % Terpasangnya VOIP di setiap SKPD
2,5 10 20 30 40 50
URUSAN PERTANIAN
1 Nilai Tukar Petani
111,09 114,82 118,57 122,68 126,42 130,27
189
No URUSAN PEMERINTAHAN/
INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
Kondisi awal
Target Capaian Setiap Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8
2 Produksi Tanaman pangan (ton)
- Padi 120.686 166.477 184.218 174.640 194.100 184.450
- Jagung 60.507 138.488 141.043 151.110 154.320 166.892
- Ketela Pohon 79.619 172.533 197.213 209.250 214.510 221.200
- Ubijalar 10.325 17.441 18.878 20.274 22.165 24.102
3 Produktifitas tanaman pangan (ton/ha)
- Padi 5,5 5,65 5,7 5,9 6 6,2
- Jagung 3,67 4,6 4,8 5 5,2 5,4
- Ketela Pohon 20,6 25,5 26,5 27 27,5 28
- Ubijalar 17,5 21,4 22,5 23,25 24,6 26
4 Produksi Hortikultura (ton)
- kentang 44.466 45.361 45.814 46.272 46.735 47.202
- kubis 58.851 65.377 66.031 66.691 67.358 68.032
- bawang daun 23.227 25.508 25.763 26.021 26.281 26.544
- bawang putih 1.165 1.179 1.191 1.203 1.215 1.227
- cabe 2..567 5.806 5.864 5.923 5.982 6.042
- wortel 4.778 4.826 4.874 4.923 4.972 5.022
- manggis 291 294 297 300 303 306
- salak 40.302 40.705 41.112 41.523 41.939 42.358
- pepaya/carica 11.093 11.204 11.316 11.429 11.544 11.659
- duku 7.146 7.218 7.290 7.363 7.436 7.511
- anthorium 8.577 8.663 8.749 8.837 8.925 9.014
- krisan 10.857 10.963 11.073 11.183 11.295 11.408
- Kapulogo 56.529 57.095 57.666 58.242 58.825 59.413
5 Produktifitas Hortikultura (ton/ha)
- kentang 14,91 15,05 15,21 15,36 15,51 15,67
- kubis 17,79 17,97 18,15 18,33 18,52 18,7
- bawang daun 20,2 12,32 12,45 12,57 12,7 12,82
- bawang putih 5,36 5,41 5,46 5,52 5,57 5,63
- cabe 7,16 7,23 7,3 7,38 7,45 7,52
- wortel 14,89 15,03 15,18 15,34 15,49 15,65
- manggis 1,77 1,79 1,8 1,82 1,84 1,86
- salak 1,92 1,94 1,96 1,98 2 2,02
- pepaya/carica 1,79 1,81 1,82 1,84 1,86 1,88
- duku 3,12 3,15 3,18 3,22 3,25 3,28
- anthorium 3 3 3 3 3 3
- krisan 2 2 2 2 2 2
6 Produksi Tanaman perkebunan (ton) :
kopi 533 550 570 590 625 650
Tembakau 621,08 500 750 750 750 750
Kakao 82 85 90 95 115 130
Kelapa 3000 3.050 3.100 3.150 3.200 3.250
190
No URUSAN PEMERINTAHAN/
INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
Kondisi awal
Target Capaian Setiap Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8
Panili 5,5 6,5 7,5 8,5 9,5 10,5
Cengkeh 13 14 15 16 17 18
Aren 40 45 50 55 60 65
Gula kelapa 530 580 630 680 730 780
Lada 12 13 14 15 16 16
Nilam 4 10 10 10 10 10
7 Produktifitas tanaman perkebunan(ton/ha) :
kopi 0,23 0,23 0,22 0,22 0,23 0,41
Tembakau 0,21 0,5 0,75 0,75 0,75 0,75
Kakao 0,17 0,16 0,15 0,14 0,16 0,17
Kelapa 0,62 0,62 0,63 0,63 0,64 0,64
Panili 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 0,2
Cengkeh 0,06 0,07 0,07 0,08 0,08 0,09
Aren 0,69 0,78 0,87 0,95 1,04 1,13
gula kelapa 1,39 1,73 1,88 2,03 2,09 2,2
Lada 0,25 0,27 0,29 0,31 0,33 0,33
Nilam 0,27 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67
8 Populasi (Ekor) :
a. Sapi 30.703 31.228 32.669 33.941 35.203 36.096
b. Kambing 135.573 137.620 139.905 140.426 142.002 142.742
c. Domba 86.098 87.463 90.334 92.120 93.115 92.224
e. Kerbau 4.093 3.881 3.903 3.936 4.085 4.110
f. Ayam Buras 663.338 657.498 662.093 666.229 670.391 624.578
g. Ayam Petelur 19.514 22.088 24.098 26.767 28.989 29.930
i. Sapi Perah 359 676 853 1.077 1.358 1.579
j. Kelinci 21.696 31.096 32.228 32.770 33.320 33.880
k. Entog 45.443 46.225 46.382 46.496 46.578 46.637
i. Puyuh 182.579 191.304 192.304 192.526 192.574 192.585
9 Produk ternak (ton)
a. susu 556,32 556,32 570,11 719,35 967,64 1.145,22
b.telor 2532,01 2.609,00 2.705,00 2.809,00 2.890,00 2.950,00
c. Daging 5371,3 5.402,97 5.732,07 5.780,32 6.233,21 6.575,60
URUSAN PERIKANAN
1 Jumlah Produksi perikanan budidaya (ton)
4323 4.965 5.295 5.625 5.820 6.050
URUSAN KEHUTANAN
1 Luas lahan kritis (Ha) 36140,93 35.140,93 34.140,93 33.140,93 32.140,93 31.140,93
2 % bahaya kebakaran hutan 1 1 0 0 0 0
3 Jumlah IPHHK berizin 110 116 122 128 134 137
URUSAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
1 jumlah Ijin usaha pemanfaatan dan pengelolaan energi alternatif yang diterbitkan
3 3 3 3 3 4
191
No URUSAN PEMERINTAHAN/
INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
Kondisi awal
Target Capaian Setiap Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8
`2 Jumlah usaha pemanfaatan dan pengelolaan energi alternatif berijin yang sudah beroperasi
0 0 0 3 3 3
3 % dusun berlistrik 100 100 100 100 100 100
4 % rumah tangga yang menggunakan listrik (elektrifikasi)
83,8 83,8 90 95 100 100
5 Rasio penyediaan daya listrik terhadap kebutuhan
109% 109% 109% 109% 109% 109%
6 Jumlah SPBU 8 8 8 8 8 8
7 Jumlah SPBE 1 1 1 1 1 1
URUSAN PERDAGANGAN
1 jumlah laporan/kejadian kelangkaan bahan pokok
0 0 0 0 0 0
2 jumlah sarana perdagangan 90 91 92 93 94 95
3 jumlah pelaku perdagangan 13.750
14.025
14.306
14.592
14.883
15.181
4 jumlah pelaku perdagangan yang memiliki SIUP
6.918
7.056
7.197
7.341
7.488
7.638
5 % volume komoditas untuk keperluan ekspor
16 17 18 19 20 21
6 Nilai ekspor (juta) 211.644,74 253.973,68 296.302,64 332.636,58 380.960,53 423.289,45
7 jumlah negara tujuan 9 10 12 13 15 16
8 Jumlah komoditas 6 7 8 9 10 12
9 Jumlah pelaku ekspor 7 8 8 8 9 10
10 Jumlah Usaha dagang kecil 5283 5374 5642 6036 6639 7502
11 Jumlah usaha dagang menengah
964 993 1022 1062 1125 1203
12 Jumlah UDKM yang dibina dan berkembang
75 80 85 90 95 100
URUSAN PERINDUSTRIAN
1 % kandungan bahan baku lokal pada produk IKM
75 77 79 81 83 85
2 % IKM yang memanfaatkan Tenaga Kerja local
85 88 91 94 96 99
3 % IKM yang memperoleh sertifikasi Good Manufacturing Product (GMP)
1 1 2 2 3 3
4 Nilai kredit yang diakses (juta) 5000 5.500 6.000 6.500 7.000 7.500
5 Jumlah usaha industri baru 150 183 185 188 190 243
6 Jenis Usaha industri Baru 5 5 5 5 5 5
7 Penetapan industri inti/prioritas
2 3 4 5 6 7
192
BAB IX
PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Wonosobo
Tahun 2010-2015 merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati untuk masa 5
(lima) tahun mendatang. RPJMD ini selanjutnya menjadi pedoman dan dasar bagi penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Strategis (Renstra) SKPD, dan Rencana Kerja
(Renja) SKPD. Sehubungan masa berakhirnya jabatan Bupati pada tahun 2015 pada akhir
semester I, maka untuk mengisi kekosongan dokumen perencanaan pada masa transisi disusun
Program Indikatif untuk 1 (satu) tahun kedepan setelah periode RPJMD ini berakhir.
Penyusunan Program Indikatif dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Bupati dan dalam
penyusunannya berdasarkan pada RPJMD ini dan bersifat melanjutkan target kinerjanya.
Selanjutnya Program Indikatif dimaksud akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan
musyawarah perencanaan pembangunan guna menyusun RKPD Kabupaten Wonosobo Tahun
2015, sambil menunggu penetapan RPJMD periode berikutnya.
Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan RPJMD Tahun 2010 - 2015, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah berkewajiban untuk melakukan pemantauan dan evaluasi
terhadap penjabaran RPJMD Tahun 2010 - 2015 dalam Renstra SKPD. Pada setiap akhir tahun
anggaran dilakukan evaluasi terhadap capaian target kinerja yang telah ditetapkan sebagai
sarana untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan program prioritas yang telah ditetapkan
dalam RPJMD dan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan tahun berikutnya. Evaluasi
dimaksud dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Apabila dalam
periode pelaksanaan RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2011 – 2015 terdapat hal-hal diluar
kendali (force majeur) Pemerintah Daerah, maka kebijakan umum dan program pembangunan
daerah yang telah ditetapkan dalam RPJMD ini dapat ditinjau kembali dan hasilnya
dikonsultasikan ke DPRD, untuk mendapatkan pertimbangan lebih lanjut dalam proses
pelaksanaannya.
RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2010 – 2015 yang telah disusun ini hendaknya
dapat dilaksanakan oleh segenap pemangku kepentingan, terutama unsur pemerintah maupun
unsur non pemerintah, secara konsisten, jujur, transparan, partisipatif, dan penuh tanggung
jawab dan komitmen. Guna mewujudkan efektifitas pelaksanaan RPJMD Kabupaten Wonosobo
Tahun 2010 – 2015 dan dalam rangka pencapaian target kinerja, perlu ditetapkan kaidah-
kaidah pelaksanaan sebagai berikut, yaitu :
1. SKPD, serta masyarakat termasuk dunia usaha, berkewajiban untuk melaksanakan program-
program dalam RPJMD dengan sebaik-baiknya;
193
2. SKPD berkewajiban untuk menyusun rencana strategis yang memuat visi, misi, tujuan,
strategi, kebijakan, program, dan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing
SKPD dan menjadi pedoman dalam menyusun Renja SKPD setiap tahun;
3. SKPD berkewajiban menjamin konsistensi antara RPJMD dengan Renstra SKPD;
4. Kepala Bappeda melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap kebijakan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan jangka menengah daerah, dan melaporkan hasil pengendalian
dan evaluasi kebijakan dan pelaksanaan perencanaan pembangunan jangka menegah
daerahkepada Bupati;
5. Kepala SKPD melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap kebijakan penyusunan Rencana
Strategis (Renstra) SKPD dan pelaksanaan Renstra SKPD, serta melaporkan hasil
pengendalian dan evaluasi kebijakan penyusunan dan pelaksanaan Renstra SKPD jepada
Bupati melalui Bappeda.
BUPATI WONOSOBO
H.A. KHOLIQ ARIF