Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu jenis industri baru yang mampu
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam menyediakan lapakan
kerja, peningkatan hasil, dan standart hidup serta menstimulasi sektor-
sektorproduktifitas lainya.1Pemerintah daerah memang mempunyai peranan
penting dalam pembangunan pariwisata bahwa pengembangan pariwisata
tersebut merupakan pengembangan yang berencana secara menyeluruh,
sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat.
Dalam era globalisasi sekarang ini, bidang pariwisata merupakan
salah satu kegiatan yang mempunyai peranan yang strategis dalam
menunjang pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini dirancang selain
sebagai salah satu sumber penghasilan devisa yang cukup andal, juga
merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja dan mendorong
perkembangan investasi. 2
Dalam pengembangan obyek wisata dan daya tarik wisata itu
merupakan penggerak utama sektor kepariwisataan yang membutuhkan
1Chrystianto Perkasa. 2017. Efektivitas Pengelolaan Daya Tarik Wisata Alam
Oleh DinasPariwisata Dalam Usaha Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Kutai
Barat. Vol: 5 Nomor: 4, Hal:1 2Ibid., Hal. 2
2
kerjasama seluruh pemangku kepentingan yang terdiri dari masyarakat dan
pemerintah, kerjasama langsung dari kalangan usaha maupun dari pihak
swasta. Pemerintah merupakan pihak fasilitator yang memiliki peran dan
fungsinya dalam pembuatan dan penentu seluruh kebijakan terkait
pengembangan obyek dan daya tarik wisata. Serta tidak hanya itu,
penyelenggaraan terkait kepariwisataan dalam konsep goverment ke
governance.
Goverment merupakan konsep pemerintahan yang mengutamakan
pemerintah sebagai pelaku utama. Tugas pemerintah tidak hanya soal
pembangunan saja, tetapi juga mengenai pelayanan publik dan membuat
kebijakan serta merealisasikannya. Sedangkan konsep governance berbeda,
yakni sebuah pola dalam penyelenggaraan pemerintah dan didalamnya
terdapat beberapa aktor, tidak hanya pemerintah saja tapi juga masyarakat
dan pihak swasta dalam melakukan berbagai hal misalnya pembangunan dan
mengupayakan fasilitas serta pelayanan umum.
Adanya konsep yang berbeda dari goverment dan governance
tersebut, konsep governance saat ini sudah banyak dipakai karena nyatanya
pembangunan tidak bisa hanya dilakukan oleh satu stakeholder saja.3 Jika
3 Nuh, Mohammad. 2010. Reformasi Aparatur Negara Ditinjau Kembali.
Kumoroto, Wahyu dan Widaningrum, Ambar (Ed), Yogyakarta: Penerbit Gava Media,
Hal 221
3
pola pemerintahan yang dipakai adalah governance maka tidak hanya
pemerintah saja yang berperan dalam segala aspek pembangunan akan tetapi
masyarakat dan pihak swasta juga terlibat. Sehingga koordinasi yang baik
dan komunikasi yang baik sangat diperlukan untuk mewujudkan hal ini.
Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah juga telah diatur mengenai hal ini. Kolaborasi antara para pelaku
seperti masyarakat dan pihak swasta dapat dilakukan sesuai dengan aturan
yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan. Undang-Undang
Pemerintah Daerah telah mengamanatkan bahwa penyelenggaraan
pemerintah harus serta melibatkan masyarakat dan pihak swasta dalam
pembangunan daerah yang terbagi dalam beberapa kegiatan.4
Kemunculan konsep kolaborasi adalah hasil perkembangan dalam
aspek penyelenggaraan pemerintahan yang selama ini telah berlangsung.
Kolaborasi merupakan tindakan yang dianggap tepat ketika dibutuhkan
komunikasi dan peran antar aktor yang saling berhubungan dan membuat
keuntungan. Kolaborasi ini dapat disebut sebagai collaborative governance .
dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa saat ini kolabroasi merupakan
4Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah Pasal 278
4
tindakan yang sangat penting demi kemajuan sebuah daerah dan
masyarakatnya.5
Kolaborasi sangat amat dibutuhkan dalam pembangunan, salah
satunya adalah dalam bidang pariwisata. Peran dari masyarakat dan pihak
swasta sangat dibutuhkan karena saat ini bidang pariwisata juga banyak
dimiliki oleh pihak-pihak swasta maupun perseorangan. Kolaborasi untuk
wisata milik pihak swasta dan perseorangan wajib dilakukan kolaborasi.
Karena dapat memberikan dampak yang positif dan meningkatkan
keuntungan baik bagi pihak swasta, masyarakat, maupun pemerintah.
Keuntungan yang tentu saja meningkatkan ekonomi masyarakat, pendapatan
daerah, serta keuntungan bagi pihak pengelola wisata itu sendiri. Semangat
pengembangan pariwisata ini telah didorong salah satunya yakni dengan
adanya dasar regulasinya yaitu Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan.6
Pesona di wilayah Jawa Timur memang banyak diminati oleh
berbagai wisatawan lokal maupun asing. Pada umumnya para pelancong ini
ingin menikmati keindahan alam seperti gunung, laut, hutan dan masih
banyak lagi tempat tempat wisata yang terdapat di Jawa Timur dan salah
5Junaidi. 2015. Collaborative Governance dalam Upaya Menyelesaikan Krisis
Listrik di Kota Tanjungpinang. Naskah Publikasi Fisip Umrah. Hal 12. 6 Kurniawan, Fandy dalam (Christie, dan Crompton, 2003). 2012. Kemitraan
Pengelolaan Sektor Pariwisata (Studi Pada Tirta Wisata Kabupaten Jombang). Jurnal
Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.1 Hal 47-48
5
satunya di Kabupaten Blitar yang mempunyai potensi wisata baik alam
maupun potensi wisata situs budaya.
Kabupaten Blitar merupakan salah satu bagian dari propinsi Jawa
Timur, dimana potensi-potensi wisata sangat banyak ditemukan. Pemerintah
Kabupaten Blitar perlu memikirkan upaya pengelolaan dan pengembangan
potensi wisata sebagai modal yang sangat berharga untuk dapat meraih
devisa sekaligus mempopulerkan budaya dan kekayaan alam di Indonesia
yang ada. pengelolaan yang minim dari pemerintah daerah Kabupaten Blitar
dalam mengembangkan sektor pariwisata menyebabkan kurang
berkembangnya pendapatan daerah yang dihasilkanya. Fasilitas yang minim
menyebabkan tidak adanya sebuah perhatian yang serius terhadap
pengembangan pariwisata.
Oleh karena itu peningkatan sarana dan prasarana harus terus
ditingkatkan untuk menarik minat wisatawan.Upaya promosi yang dilakukan
agar lebih giat ditingkatkan untuk memperkenalkan pariwisata.Upaya
pemerintah yang dihadapi saat ini harus memberikan kontribusi penuh
terhadap wisata yang diharapkan mampu berdaya saing.Sesuai dengan visi
pemerintah Kabupaten Blitar periode 2016-2021 yaitu “Menuju Kabupaten
Blitar lebih sejahtera, maju dan berdaya saing.”
6
Pada tanggal 17 Agustus 2014 bertepatan dengan HUT
RepublikIndonesia yang ke 69 tahun, Kampung Coklat diresmikan menjadi
destinasi pariwisata di Kabupaten Blitar yang beralamat di Jl. Banteng Blorok
18 DesaKecamatan Kademangan Kabupaten Blitar.Eksistensi Wisata Edukasi
Kampung Coklat sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat
sekitar.Terbukti dengan berkurangnya pengangguran di Desa Plosorejo yang
menjadi karyawan maupun karyawati di Wisata Edukasi Kampung Coklat
serta membuka peluang pekerjaan terhadap masyarakat di samping kanan-kiri
Wisata Edukasi Kampung Coklat.
Salah satu daerah yang saat ini sudah membangun wisata edukasi
dengan memanfaatkan potensi daerahnya yaitu Kabupaten Blitar Dengan
mendirikan wisata edukasi Kampung coklat. Hal tersebut tidak pernah lepas
dari kenyataan bahwa kegiatan pariwisata memang merupakan kegiatan yang
sifatnya multidimensi. Itu artinya dengan adanya kawasan wisata pada suatu
daerah akan melibatkan dan mempengaruhi berjalannya aspek lain seperti
ekonomi, politik, dan sosial.
Aspek yang dipengaruhi oleh berdirinya suatu pariwisata pada suatu
daerahadalah dari sektor ekonomi, selanjutnyaakan berpengaruh pada
kesejahteraan masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar yang akan menerima
pengaruh lebih awal mengingat bahwa kegiatan pariwisata tidak lepas dari
peran pemerintah dan interaksi masyarakat sekitar
7
Pemerintah Kabupaten Blitar melakukan berbagai upaya dengan
meningkatkan pemberdayaan masyarakat, keterlibatan masyarakat sangat
diperlukan dalam pengembangan wisata kampung coklat yang memiliki
potensi obyek wisata.Apalagi wisatawan atau pengunjung di wisata kampung
coklat semakin mengalami peningkatan yang signifikan.
Atas dasar hal tersebut diatas semakin menunjukkan bahwa obyek
wisata Kampung Coklat jika dikembangkan dengan maksimal maka akan
mendatangkan pengunjung yang banyak serta akan meningkatkan pendapatan
daerah. Potensi wisata yang ada di Kabupaten Blitar secara umum sebenarnya
telah menarik wisatawan dari luar kota, namun untuk saat ini yang paling
menonjol adalah Kampung Coklat. Pentingnya pengembangan wisata dapat
menjadi salah satu agenda utama dari pemerintah apabila terdapat kerjasama
dan komunikasi yang jelas antara pemerintah dan pelaku usaha Kampung
Coklat. Jika dilihat dalam dokumen RPJMD Kabupaten Blitar tahun 2016-
2021 yang didalamnya terdapat pernyataan bahwa pengembangan pariwisata
yang baik diperlukan kesiapan dari berbagai elemen wisata, yakni
aksesbilitas, daya tarik wisata, atraksi yang ditawarkan, sarana dan prasarana,
serta amenitas wisata..7
Upaya pemerintah Kabupaten Blitar untuk pengembangan pariwisata
dapat dilakukan di beberapa aspek. Pengembangan pariwisata juga termasuk
dalam upaya pembangunan daerah yang nantinya akan dapat meningkatkan
pendapatan daerah. Hal ini perlu untuk dikaji sehingga pemerintah dapat
dengan tegas melakukan perubahan-perubahan tersebut. hal tersebut juga
harus diimbangi oleh pemilik usaha untuk dapat membuka akses dan pintu
7Dokumen RPJMD Kabupaten Blitar 2016-2021 Bab IV hal 73
8
kerjasama selebar-lebarnya. Tapi dalam praktiknya, pemiliki wisata
Kampung Coklat masih terbatas untuk melakukan kerjasama bukan dalam hal
promosi namun dalam aspek lainnya.8
Kolaborasi yang dilakukan oleh beberapa stakeholders inilah yang
diperlukan oleh setiap pengembangan sebuah produk, sebuah wisata atau
sebuah acara. Karena jika berjalan sendiri-sendiri maka tidak akan mencapai
hasil yang maksimal. Namun, pada kenyataannya, stakeholders yang
berperan tidak semuanya namun cenderung melakukan upaya-upaya
pengembangan tersebut sendiri-sendiri dan tidak ada komunikasi yang baik.
Padahal, kolaborasi tersebut telah dijamin dan diatur oleh undang-undang
terkait pariwisata.
Pemerintah melakukan kolaborasi dengan wisata ini tentu saja dengan
berbagai cara dan strategi. Pemerintah Kabupaten Blitar membantu
mengembangkan wisata Kampung Coklat ini agar terkenal di luar daerah dan
dalam praktiknya pemerintah kabupaten Blitar menggunakan cara prmosi
ketika ada acara-acara pariwisata maupun ketika workshop di luar kota
dengan membawa brosur yang isinya tentang wisata-wisata di Kabupaten
Blitar. Namun, tidak hanya di dalam negeri saja, promosi juga dilakukan ke
luar negeri dengan berbagai media. Dengan adanya bantuan pemerintah
dalam hal seperti ini akan membuat wisata ini semakin dikenal dan semakin
ramai dikunjungi wisatawan asing yang ingin belajar tentang budidaya kakao.
Dari hasil observasi yang dilakukan penulis, ditemukan pula bahwa
8Undang-Undang No. 9 Tahun 2009 Pasal 5
9
pemerintah juga membenahi akses jalan agar mudah dilalui dan diberikan
petunjuk yang cukup jelas untuk sampai ke lokasi wisata..9
Dalam hal pengembangannya,wisata Kampung Coklat juga tidak lupa
melibatkan masyarakat lokal untuk ikut andil. Masyarakat sekitar memenuhi
kebutuhan pengunjung dengan menyediakan parkiran, kemudian warung di
luar wisata yang dapat dikunjungi sewaktu-waktu. Dengan adanya kerjasama
inilah, masyarakat juga terbantukan dari segi ekonominya.
Kemajuan pariwisata memang dipengaruhi oleh komitmen
pemerintah terhadap kemajuan pariwisata. Ketika pemerintah daerah tidak
berkomitmen untuk mengembangkan destinasi wisatanya maka akan sangat
mempengaruhi pengembangan pariwisata dan kesejahteraan masyarakat.10
Dari latar belakang permasalahan yang telah penulis uraikan diatas,
mengenai collaborative governance dalam pengembangan wisata Kampung
Coklat, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Collaborative
Governance dalam pengembangan Wisata Edukasi Kampong Coklat di
Kabupaten Blitar’’
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana collaborative governance dalam pengembangan wisata
edukasi Kampung Coklat di Kabupaten Blitar?
9 Dikutip darihttp://www.blitarkab.go.id/2012/06/11/dinas-pariwisata-pemuda-
dan-olah-raga/diakses pada 24 Oktober 2018 10Antariksa, B. 2015. Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan. Malang: Intrans
Publishing, hal.48
10
2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung collaborative governance
terhadap wisata edukasi Kampung Coklat ?
C. Tujuan Penelitian
Darilatar belakang diatas, memiliki beberapa tujuan penelitian yaitu
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis collaborative governance dalam
pengembangan wisata edukasi Kampung Coklat di Kabupaten Blitar.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor penghambat dan pendukung
collaborative governance terhadap wisata edukasi Kampung Coklat.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan dua manfaat baik secara akademis
maupun secara praktis. Adapun manfaat yang dapat diberikan dari penelitian
ini adalah:
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini di harapkan mampu memberikan penambahan khasanah
keilmuan tentang collaborative governance daerah dalam
pengembangan wisata edukasi Kampung Coklat di Kabupaten Blitar
b. Penelitian ini juga diharapkan bisa jadi literatur bagi peneliti berikutnya
dengan bahasan yang relevan.
2. Manfaat praktis
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan terhadap
pembaca sebagai wawasan dalam usaha ataupun karya seseorang yang
dapat berkembangan seperti halnya kampung coklat di Kabupaten
Blitar.
11
b. Memberikan sumbangsih pemikiran bagaimana wisata Kampung
Coklat tersebut menjadi tempat wisata hingga saat ini.
3. Manfaat akademisi
a. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan di
perguruan tinggi
b. Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya yang tertarik dengan
penelitian ini
E. Definisi Konsep dan Definisi Operasional
1. Definisi Konseptual
Definisi konseptual adalah abstraksi dari sebuah fenomena dan
dirumuskan sesuai karakteristik kejadian. Dalam penelitian ini ada beberapa
konsep yang harus didefinisikan agar dapat dipahami sbagai sebuah
kesatuan dari penelitian ini.11
a. Governance
Menurut Cheena, governance adalah sistem dari nilai, kebijakan
dan sebuah kelembagaan yang dimana didalamnya terdapat bahasan
tentang ekonomi, sosial, dan politik yang dikelola dalam satu sistem
didalam interaksi sebuah masyarakat dan pemerintahan dan pihak swasta.
Saat ini pola pemerintahan telah bergeser dari goverment menjadi
governance karena pola goverment lebih menitikberatkan pada
pemerintahan sebagai aktor utamanya sedangkan governance tidak.
11Efendi, M. S. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Hal.34
12
Governance memiliki pola pada sistem bahwa semua aktor harus saling
membantu dan membagi peran amsing-masing. 12
b. Collaborative Governance
Ansell dan Gash mendefinisikan collaborative governance sebagai
serangkaian pengaturan dimana satu atau lebih lembaga publik yang
melibatkan secara langsung stakeholder non-state di dalam proses
pembuatan kebijakan yang bersifat formal, berorientasi consensus dan
deliberative yang bertujuan untuk membuat atau mengimplementasikan
kebijakan publik atau mengatur program atau aset. 13
Pergeseran tata kelola pemerintahan dari goverment menjadi
governance menekankan perlunya ada kolaborasi untuk menyetarakan
dan menyeimbangkan di beberapa sektor. Para aktor tersebut ialah
pmerintah, masyarakat, dan pihak swasta harus berkolaborasi untuk
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang seimbang dan mewujudkan
pembangunan. Publik menjadi tolak ukur bagi semua aktor dalam
mencapai tujuannya berhasil ataukah tidak. Proses kolaborasi tersebut
harus sesuai dengan bidangnya, sesuai dengan aturan perundang-
undangan, serta harus mengutamakan pembangunan bagi kesejahteraan
rakyat .14
c. Pariwisata
12 Sumarto, H. Sj. ,2004. Inovasi Partisipasi dan Good Governance. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia. 13 Ranggi Ade Febrian, 2016, Collaborative Governance Dalam Pembangunan
Kawasan Perdesaan, Jurnal Vol. II Nomor 1, Hlm. 202. 14Junaidi. 2016. Collaborative Governance dalam Upaya Menyelesaikan Krisis
Listrik di Kota Tanjungpinang. Diambil dari http://jurnal.umrah.ac.id/ pada 25 Februari
2017
13
Pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang
atau lebih menuju tempat lain dluar tempat tinggalnya.15 Pada era ini
pariwisata adalah salah satu bidang yang sangat strategis yang harus
dikelola dengan baik untuk menunjang pembangunan. 16 Selanjutnya
pariwisata merupakan kegiatan yang tujuannya adalah untuk
menyelenggarakan objek wisata dan daya tarik wisata untuk
rakyat..17maka dari itu, pengelolaan wisata haruslah sesuai koridor agar
berkembang dengan pesat dan dapat memajukan sebuah daerah,
membangkitkan ekonomi masyarakat dan sosialnya.
d. Pengembangan Pariwisata
Menurut Yoeti, pariwisata dapat dikatakan berhasil apabila 3 faktpr
penting yakni ada objek wisata, ada fasilitas dan sarana, dan ada fasilitas
untuk kenyamanan masyarakat atau pengunjung. 18 Pariwisata harus
dikembangkan sesuai alurnya dan fungsinya agar masyarakat juga dapat
menikmati. Pengembangan harus memiliki tujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Dengan pengembangan
wisata yang cukup baik diharapkan pula mampu membantu masyarakat
untuk mendapat keuntungan dan peningkatan ekonomi dan sosial.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan indikator-indikator yang dapat
memperjelas dari permasalahan melalui langkah-langkah ataupun variabel
15Suwantoro, Gamal, 2004, Dasar-dasar Pariwisata, Penerbit: Andi Yogyakarta,
Hal. 23. 16Karyono, Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta: Grasindo. 17Maha Rani, Dedi Prasetya. 2014. Pengembangan Potensi Pariwisata Kabupaten
Sumenep, Madura, Jawa Timur (Studi Kasus: Pantai Lombang). Jurnal Politik Muda.
Vol. 3.Hal 412. 18Yoeti, Oka A.. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata, Penerbit Angkasa, Bandung
14
untuk menemukan kunci permasalahan, sehingga nantinya dapat diperoleh
gambaran sebagai berikut:
a. Collaborative governance
(1) Koordinasi antara pihak swasta dan pemerintah
(2) Kerjasama untuk menyatukan visi dan misi bersama
(3) Bantuan Pemerintah kepada pihak swasta untuk kepentingan
wisata Kampung Coklat
b. Faktor penghambat dan pendukung dalam kerjasama pemerintah daerah
terhadap wisata dalam pengembangan wisata edukasi kampung coklat
di kabupaten Blitar:
(1) Faktor Penghambat
a) Adanya masalah anggaran yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Kabupaten Blitar untuk pengembangan pariwisata.
b) Belum adanya forum komunikasi berkelanjutan.
(2) Faktor Pendukung
a) Kuatnya komitmen dari Pemerintah Kabupaten Blitar untuk
meningkatkan pengembangan pariwisata.
b) Daya tangkap positif masyakarat sekitar terhadap
pengembangan pariwisata Kampung Coklat.
F. Metode penelitian.
Metode penelitian merupakan pengetahuan berbagai metode atau cara
yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh data objektif dan untuk
menganalisis data. Metode digunakan dalam penelitian ini ialah metode
kualitatif. Metode kualitatif menurut Lexy J. Moleong adalah berdasarkan
pondasi penelitian, paradigma penelitian, perumusan masalah, tahap-tahap
15
penelitian, teknik penelitian, kriteria dan teknik pemeriksaan data dan
penafsiran19. Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya
mengenai suatu hal menuruut pandangan manusia yang diteliti.
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif. Penelitian ini ini di
rancang untuk memperoleh suatu informasi tentang status suatu gejala saat
penelitian yang di rancang untuk memperoleh suatu informasi tentang
status suatu gejala saat penelitian di lakukan, dalam penelitian ini berupaya
untuk menggambarkan, menjabarkan, menjelaskan dan menganalisis
tentang collaborative gaverment dalam pengembangan wisata kampung
coklat di Kabupaten Blitar.
2. Sumber data
Sumber data merupakan kumpulan data yang peneliti dapatkan dari
sejumlah informasi terpercaya untuk mendapatkan informasi atau data data
yang di butuhkan dalam sebuah penelitian. Kemudian sumber data dapat
digolongkan menurut asal sumbernya dapat di bagi dua yaitu:
3. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh sebagai hasil
pengumpulan sendiri untuk kemudian di siarkan langsung dengan
demikian, data primer merupakan data yang diperoleh dengan melakukan
penelitian secara langsung di lapangan. Data ini nantinya akan di peroleh
dari hasil observasi maupun wawancara dengan narasumber terkait.
4. Data sekunder
19 Sudarto. 1995. Metodologi Penelitian dan Filsafat, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.Hal 63
16
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen,
publikasi atau literature berupa buku, data sekunder juga bisa dipisah yaitu
sebagai sumber data pribadi dan sumber data masyarakat. Dimana data
sumber pribadi mencangkup banyak sekali macam bahan, beberapa di
antaranya dipakai secara berkala oleh peneliti.
5. Teknik pengumpulan data.
a. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data melalui pengamatan dan pengindraan. Dan
dilakukan secara sistematis dan metode ini lebih obyektif bila di
bandingkan dengan metode survey, karena hal tersebut terkesan untuk
melihat kondisi di suatu tempat dan tanpa melihat fenomena dan proses
interaksi di suatu tempat.Observasi adalah mengumpulkan data atau
keterangan yang harus dengan melakukan usaha-usaha pengamatan
secara langsung ke tempat yang akan diselidiki. 20 Istilah observasi
diarahkan pada kegiatan memerhatikan secara akurat, mencatat.
Observasi akandilakukan sesuai dengan lokasi penelitian yang telah
ditentukan fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan
antar aspek dalam fenomena tersebut. 21 Teknik pengumpulan data
dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang
20 Arikunto, S. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
RinekaCipta, Hal.124 21Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.Hal160
17
diamati tidak terlalu22. Berkenaan dengan penelitian ini, maka observasi
sangat cocok digunakan dalam pengumpulan data karena data yang
akan dicari mengenai efektifitas kerjasama pemerintah dalam
mengoptimalkan wisata edukasi kampung coklat di blitar.
b. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan sesorang untuk bertukar
informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat di
konstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Menurut Kartono,
wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah
tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau
lebih berhadap-hadapan secara fisik. Ada dua tipe wawancara dalam
tataran yang luas yaitu terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara
terstruktur digunakan karena informasi yang diperlukan penelitian
sudah pasti, sedangkan wawancara tidak tersetruktur bersifat lebih
luwes dan terbuka.
c. Dokumentasi
Dokumen yang terdapat tulisan ataupun dokumen untuk
memperbanyak data hasil wawancara. Adapun tehnologi seperti camera
dll. Yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian di locus
penelitian. Dokumentasi adalah informasi yang berasal dari catatan
penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari perorangan.23.
Dokumentasi bertujuan untuk mendapatkan data berupa gambar, video
22Sugiyono. 2003.Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta, Hal.166 23 Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi PraktisPembuatan
Proposal dan Lapangan Penellitian. Malang: UMM Press, hal 144
18
ataupun dalam bentuk tulisan yang didapat dari subjek penelitian
ataupun lokasi penelitian yang telah ditentukan. Dokumentasi sangatlah
penting dan tidak dapat terpisahkan dalam penelitian kualitatif. Teknik
dokumentasi ini memudahkan peneliti dalam mendapatkan data tentang
“aktor-aktor penanggung jawab.
6. Fokus penelitian
Fokus kajian penelitian ini yakni mengenai collaborative
governance dalam pengembangan wisata edukasi kampung coklat di
Kabupaten Blitar. Selain itu, penelitian ini juga akan menjelaskan mengenai
faktor penghambat dari kerjasama tersebut. Palaksanaan kerjasama sendiri
akan dijelaskan mengenai peran dua stakeholderyang terlibat baik itu Dinas
Pariwisata dan Wisata Kampung coklat.
7. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini di lakukan di Jl. Banteng Blorok no.18,Desa
Plosorejo, Rt. 01/06, Kademangan, Blitar.dari hal ini penelitian dapat
memperoleh hasil yang lebih obyektif serta akurat terkait penelitian
tersebut.
8. Teknik Analisa Data
Analisa data merupakan proses pencarian dan penyusunan secara
sistematis, data yang diperoleh dari hasil wawncara, catatan lapangan dan
bahan – bahan lainya. Sehingga mudah untuk di pahami. Penggunaan
metode tersebut bahwa penelitian ini berusaha untuk menggambarkan
tentang collaborative governance dalam pengembangan wisata kampung
coklat di Kabupaten Blitar.
19
a. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses penyederhanaan dan dalam
kategori untuk data. Proses ini juga merupakan lahkah penemuan tema
dan pembentukan konsep
b. Penyajian data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang
member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Dengan mencermati penyajian data ini, peneliti agar mudah
untuk memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.
c. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan ini untuk mengkontruksikan dan
menafsirkan data dengan metode – metode tertentu untuk
menggambarkan secara mendalam dan uth mengenai masalah yang akan
di teliti, dan Penarikan simpulan juga merupakan hasil penelitian yang
menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisi data.24
Setelah peneliti menarik kesimpulan dari hasil penelitian, peneliti
memahani dan mempelajari kembali data-data hasil penelitian, meminta
pertimbangan kepada berbagai pihak mengenai data-data yang diperoleh
dilapangan. Isi kesimpulan akan menyatakan kredibilitas dari asumsi awal
yang ditentukan oleh peneliti terhadap collaborative governance dalam
pengembangan wisata edukasi kampung coklat di Kabupaten Blitar.
24Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.hal 121
20
Gambar 3. Komponen Analisis Data Model Interaktif
Sumber :Miles dan Huberman (Miles, Huberman, dan Saldana, 2014:14)
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan