31
1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul “Strategi Petani dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarganya” merupakan judul yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini. Secara teoritis pemilihan judul penelitian harus memenuhi tiga syarat yaitu aktualitas, orisinalitas, dan keterkaitan dengan ilmu yang sedang dipelajari oleh peneliti. Sedangkan alasan praktis berkaitan dengan kemudahan serta kesulitan dalam proses penelitian ini (Kesempatan, Uang, Waktu, Alat, dan Tenaga). Adapun alasan-alasan pemilihan judul penelitian ini antara lain: 1. Aktualitas Aspek aktualitas merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Penelitian tentang kesejahteraan, terutama kesejahteraan keluarga petani, cukup aktual mengingat sampai pada saat ini kondisi petani di Indonesia masih jauh dari apa yang disebut kesejahteraan. Pangan sebagai kebutuhan yang mendasar bagi manusia, ataupun masyarakat Indonesia pada umumnya. Menjadi suatu ironi, apabila petani sebagai pemasok pangan sebagian besar kebutuhan pangan masyarakat kesejahteraannya kurang diperhatikan atau dapat dikatakan bahwa kehidupan petani masih jauh dari kata kesejahteraan. Oleh karena itu upaya bertahan hidup (memenuhi kebutuhan keluarga) melalui strategi yang dilakukan merupakan kajian yang penting dalam rangka peningkatan kesejahteraan keluarga petani.

BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67293/potongan/S1-2013... · 3 3. Keterkaitan dengan Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan

  • Upload
    vothuan

  • View
    236

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

“Strategi Petani dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarganya”

merupakan judul yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini. Secara teoritis

pemilihan judul penelitian harus memenuhi tiga syarat yaitu aktualitas,

orisinalitas, dan keterkaitan dengan ilmu yang sedang dipelajari oleh peneliti.

Sedangkan alasan praktis berkaitan dengan kemudahan serta kesulitan dalam

proses penelitian ini (Kesempatan, Uang, Waktu, Alat, dan Tenaga).

Adapun alasan-alasan pemilihan judul penelitian ini antara lain:

1. Aktualitas

Aspek aktualitas merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian.

Penelitian tentang kesejahteraan, terutama kesejahteraan keluarga petani,

cukup aktual mengingat sampai pada saat ini kondisi petani di Indonesia

masih jauh dari apa yang disebut kesejahteraan. Pangan sebagai kebutuhan

yang mendasar bagi manusia, ataupun masyarakat Indonesia pada

umumnya. Menjadi suatu ironi, apabila petani sebagai pemasok pangan

sebagian besar kebutuhan pangan masyarakat kesejahteraannya kurang

diperhatikan atau dapat dikatakan bahwa kehidupan petani masih jauh dari

kata kesejahteraan. Oleh karena itu upaya bertahan hidup (memenuhi

kebutuhan keluarga) melalui strategi yang dilakukan merupakan kajian

yang penting dalam rangka peningkatan kesejahteraan keluarga petani.

2

2. Orisinalitas

Suatu penelitian juga harus memenuhi aspek orisinalitas. Suatu penelitian

dapat dikatakan sebagai penelitian yang orisinil jika masalah yang

dikemukakan belum pernah dipecahkan sebelumnya atau oleh peneliti

terdahulu, atau jika pernah ada penelitian sejenis, maka secara tegas

dinyatakan perbedaannya. Penelitian tentang petani padi pernah dilakukan

oleh beberapa peneliti. Adapun beberapa penelitian sebelumnya antara

lain, penelitian yang berjudul “Gapoktan sebagai Institusi Mediasi dalam

Pemberdayaan Petani” oleh Ardini Nuruliyah tahun 2008, penelitian

tersebut merupakan penelitian kualitatif yang cenderung menekankan pada

peran gabungan kelompok tani sebagai institusi mediasi dalam

pemberdayaan petani. Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh MM.

Kriscahyaningsih, jurusan Ilmu Sosiatri, tahun 2005, namun penelitian

tersebut lebih menekankan pada pemanfaatan potensi yang dimiliki oleh

petani pertanian organik di kecamatan Sawangan, kabupaten Magelang.

Serta penelitian dari Kirana Prama Dewi, jurusan Sosiologi, tahun 2007,

dengan judul “Respon Masyarakat, Strategi Petani dan Implikasi Tekanan

Pembangunan Rumah Elite”, yang menekankan pada perilaku masyarakat

petani dan pola hubungan interaksinya dengan masyarakat perumahan.

Sedangkan penelitian ini lebih terfokus pada strategi bertahan dari petani

padi di desa Sumberagung, kecamatan Moyudan dalam memenuhi

kebutuhan kelurganya (mewujudkan kesejahteraan keluarga).

3

3. Keterkaitan dengan Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan

Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan merupakan jurusan yang mengkaji

atau mempelajari tentang kelainan-kelainan atau masalah-masalah sosial

(social problem) yang ada di masyarakat dan berusaha untuk

memperbaikinya dimana konsentrasinya mengenai pembangunan

masyarakat (community development), kebijakan sosial (social policy), dan

CSR (Corporate Social Responsibility). Dalam Ilmu Sosiatri,

pembangunan masyarakat adalah suatu usaha atau upaya menciptakan

hubungan yang seimbang antara sumber-sumber daya hidup (resources)

yang terdapat di dalam masyarakat dengan kebutuhan masyarakat (needs)

di daerah itu sedemikian rupa sehingga tercapai kesejahteraan fisik,

mental, dan sosial bagi setiap masyarakat baik secara perseorangan

maupun secara keseluruhan. Tidak tercapainya kesejahteraan yang

menjadi tuntutan universal bagi manusia, dapat mengakibatkan munculnya

suatu masalah sosial. Masalah sosial muncul karena adanya benturan

antara tuntutan akan perubahan (needs for social change) dengan

hambatan perubahan (resistance to change).

Penelitian ini mencurahkan pada obyek kajian pembangunan masyarakat,

yakni adanya tekad usaha (effort) pada usaha masyarakat di wilayah desa

Sumberagung, kecamatan Moyudan, kabupaten Sleman dalam

meningkatkan kesejahteraan hidupnya dengan menggeluti usaha dalam

pertanian padi. Hal ini mendorong petani padi dalam menyesuaikan diri

4

dengan lingkungannya guna mengatasi masalah yang mereka hadapi agar

tetap dapat bertahan hidup.

Dalam menentukan judul penelitian, alasan praktis juga sangat penting

untuk dijadikan bahan pertimbangan sebagai penunjang kelancaran proses

penelitian. Alasan praktis penunjang penelitian dikenal dengan analisis

KUWAT, yaitu kesempatan, uang, waktu, alat, dan tenaga. Dengan

mempertimbangkan tersedianya kesempatan, kecukupan dana, tersedianya

waktu, alat, dan tenaga yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitian

ini diperkirakan masih dapat dijangkau oleh peneliti. Selain hal itu, dengan

didukung oleh penelitian tentang keberadaan petani padi ataupun

penelitian serupa yang sudah ada dan ada referensi buku bacaandiharapkan

mampu mencukupi bahan atau data yang diperlukan dalam penelitian ini.

5

B. Latar Belakang Masalah

Pembangunan pada dasarnya memiliki tujuan untuk meningkatkan taraf

hidup rakyat atau masyarakat, dan pembangunan tersebut pada akhirnya bertujuan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan merupakan

fenomena yang muncul dan populer terutama di kalangan negara-negara dunia

ketiga mulai sejak pertengahan abad ke-XX. Pembangunan tersebut menjadi

pilihan negara-negara dunia ketiga untuk menyelesaikan masalah-masalah yang

timbul akibat perang dunia ke-2, seperti kemiskinan, buta huruf, dan

pengangguran. Hal serupa juga dilakukan atau terjadi di negara Indonesia,

Indonesia melakukan pembangunan di berbagai bidang untuk menyelesaikan

masalah-masalah yang ada di negara tersebut.

Pembangunan nasional di Indonesia pada hakekatnya adalah

pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Jadi

dalam hal ini pemerintah Indonesia membuat berbagai kebijakan program

pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Secara logika untuk menciptakan sebuah kesejahteraan di dalam masyarakat,

kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat harus terpenuhi. Terutama kebutuhan yang

bersifat vital bagi masyarakat, seperti kebutuhan sandang, pangan, dan papan

(kebutuhan dasar masyarakat). Salah satu kebutuhan yang bersifat vital yaitu

kebutuhan pangan, harus terpenuhi terlebih dahulu untuk mencapai peningkatan

kesejahteraan masyarakat, disamping juga dengan diikuti terpenuhinya kebutuhan

dasar yang lain.

6

Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang dapat memenuhi

kebutuhan pangan dari masyarakatnya dengan hasil pertanian yang dimilikinya.

Dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat dari hasil pertanian, dapat

dikatakan bahwa petani mempunyai peran yang sangat strategis untuk pemenuhan

kebutuhan pangan masyarakat, karena petani merupakan pemasok utama sebagian

besar kebutuhan pangan dari masyarakat di Indonesia. Bisa dikatakan juga bahwa

petani memiliki peran dalam pembangunan nasional di Indonesia, karena mereka

dapat memberikan pasokan untuk sebagian besar kebutuhan pangan masyarakat.

Sebagai pemasok sebagian besar kebutuhan pangan masyarakat, petani

seharusnya mempunyai nilai tawar yang tinggi dan kesejahteraan mereka

diperhatikan oleh pemerintah. Namun pada kenyataannya nasib petani di

Indonesia masih jauh dari kata sejahtera. Berbagai kebijakan yang dilakukan oleh

pemerintah belum dapat memperbaiki kesejahteraan petani di Indonesia.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, pemerintah berusaha mereduksi arti

kata pembangunan hanya sekedar pada pembangunan ekonomi atau pada

peningkatan perekonomian. Oleh karena itu usaha pembangunan dari pemerintah

dilakukan dengan penerapan paradigma pembangunan yang berorientasi pada

pertumbuhan yang mengukur tingkat keberhasilan pembangunan hanya dengan

perhitungan matematis. Paradigma pembangunan didukung oleh sistem politik

pembangunan Orde Baru yang sentralistis, top down, dan blue print approach.

Dan implikasi praktis dari kebijakan pembangunan seperti ini adalah munculnya

program-program pembangunan yang mengutamakan generalisasi dan

keseragaman. Pemerintah kurang memperhatikan heterogenitas masyarakat

7

Indonesia. Semua program pembangunan ditentukan oleh pemerintah, corak dan

bentuknya sama untuk semua wilayah yang ada di Indonesia tanpa

mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomis, dan geografis, maupun tipologi

budaya di setiap daerah. Pemaksaan penerapan program pembangunan yang

seragam kemudian melahirkan kesenjangan antara program pembangunan desa

dengan kondisi, masalah, dan kebutuhan nyata dalam masyarakat. Program

pembangunan pada akhirnya tidak sampai menyentuh permasalahan masyarakat

yang berada pada tingkat bawah.

Dalam logika model pembangunan sentralistis, top down, dan blue print

approach ini masyarakat ditempatkan sebagai obyek pembangunan yang perlu

dibantu. Pendekatan ini berkaitan dengan konsep pembangunan sosial yang

diinterpretasikan sebagai usaha terencana untuk memberikan pelayanan dan

fasilitas yang lebih baik kepada masyarakat. Keputusan-keputusan tentang

pelayanan dan fasilitas sosial yang diberikan, siapa yang memberi, kapan, dimana,

serta bagaimana diberikan, sepenuhnya merupakan kebijakan birokrasi

pemerintah.1

1 Moeljarto, T. , Politik Pembangunan: Sebuah Analisis Konsep, Arah dan Strategi, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1995, hal. 42

Implikasi penerapan model pembangunan yang bersifat sentralistis,

top down, dan blue print approach adalah ketika ada suatu program

pembangunan, maka masyarakat tidak merasa memiliki program tersebut, sebab

memang dari awal partisipasi dari masyarakat sudah dibatasi. Dalam kondisi

seperti ini kreativitas dan inisiatif masyarakat menjadi terbelenggu.

8

Sebagai bagian dari program pembangunan, pembangunan pertanian era

Orde Baru juga mengalami hal yang sama. Penerapan pendekatan pembangunan

yang bersifat sentralistis, top down, dan blue print approach telah mematikan

kreativitas dan inisiatif masyarakat petani Indonesia. Di era Orde Baru organisasi

petani menjadi terpasung. Partisipasi petani memalui organisasi massa berada

dalam kontrol birokrasi. Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) hanyalah

suatu organisasi massa petani “boneka” pemerintah. HKTI pada hakekatnya

bukanlah suatu organisasi murni petani karena sebagian besar anggota pengurus

organisasi itu berasal dari pejabat Departemen Pertanian, mantan pejabat

Departemen Pertanian, dan mereka-mereka yang tidak pernah hidup sebagai

petani. Akibatnya dalam beberapa hal HKTI nampak jelas sebagai suatu

organisasi milik pemerintah daripada organisasi milik petani.2

Kesejahteraan dari para petani selama ini masih sulit untuk mengalami

peningkatan, hal ini disebabkan antara lain karena kenaikan harga pupuk dan

pestisida yang tidak sebanding dengan kenaikan harga gabah. Harga gabah yang

murah menyebabkan petani sulit untuk memperoleh keuntungan yang besar dalam

usaha pertaniannya, bahkan petani seringkali merugi dalam panennya. Harga

gabah atau beras selalu murah karena ditekan harganya agar tetap murah oleh

pemerintah. Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah berorientasi pada

pertumbuhan ekonomi. Maka dari itu pemerintah menekan harga beras tetap

murah untuk memacu pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan nasional.

2 Soetrisno, dalam Noer Fauzi, Petani dan Penguasa: Dinamika Perjalanan Politik Agraria Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999, hal. 205

9

Pemerintah menekan harga beras agar tetap murah dengan tujuan kebutuhan dari

masyarakat dapat terpenuhi, termasuk kebutuhan masyarakat yang bergerak di

sektor industri dapat tercukupi, terutama kebutuhan pangan. Dengan terpenuhinya

kebutuhan dari masyarakat, tentu saja dampaknya dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, dan terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang bergerak

di sektor industri akan menyebabkan mereka dapat bertahan dalam industri

mereka dan pada akhirnya memacu pertumbuhan ekonomi. Namun dalam upaya

memacu pertumbuhan ekonomi ini ada pihak yang dikorbankan, yakni petani.

Petani menjadi korban untuk meraih atau memacu pertumbuhan ekonomi, petani

sering mengalami kerugian karena harga beras yang murah. Pengeluaran yang

dilakukan oleh petani dalam produksi pertanian tidak sebanding dengan hasil yang

diperoleh saat panen. Seringkali pengeluaran yang dilakukan lebih besar daripada

hasil yang didapatkan, atau jika memperoleh keuntungan jumlahnya sedikit.

Wilayah Sleman bagian barat yang terkenal sebagai wilayah atau kawasan

lumbung padi, petani di wilayah tersebut juga mengalami hal yang sama dengan

yang sudah disebutkan diatas. Seperti yang dimuat dalam harian Radar Jogja pada

hari Kamis, tanggal 10 Mei 2012. Disebutkan bahwa berbagai permasalahan yang

menghimpit petani di wilayah Sleman bagian barat belum juga ada solusinya.

Mulai dari serangan hama hingga masalah irigasi. Ditambah lagi akses jalan yang

buruk dan banyak lubang yang makin menghambat perkembangan komoditas

pertanian. Kepala Desa Sumberagung, Kecamatan Moyudan, Dwini Santana

mengatakan rusaknya sarana irigasi mengakibatkan sekitar 300 hektar lahan

pertanian kekurangan air. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan padi tidak

10

optimal. Belum lagi serangan tikus (usai tanam) dan wereng (jelang panen)

mengakibatkan kualitas dan kuantitas padi menurun. Persoalan ini kerap

disampaikan dalam musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) di tingkat

desa hingga kabupaten, tetapi belum kunjung ada solusinya. Pemerintah Desa

berharap Pemerintah Pusat mengucurkan dana stimulan untuk mengambangkan

produk pertanian mengingat beban petani sudah sangat berat karena beban modal

dan juga adanya pajak lahan pertanian. Selain itu pemerintah desa juga

mengharapkan adanya bantuan pengerasan jalan usaha tani sepanjang 10

kilometer untuk menunjang pengangkutan hasil produksi pertanian. Kepala Dinas

Pertanian Provinsi DIY Nanang Suwandi mengatakan bahwa petani merupakan

profesi yang strategis namun jauh dari kesejahteraan. Menjadi ironis ketika

kawasan lumbung padi gagal panen karena tikus, dan wereng, serta saluran irigasi

yang rusak. Menurut Nanang, peningkatan produksi pertanian harus diiringi

kebijakan pendukung. Guna menekan biaya produksi sekaligus memasarkan hasil

panen dengan harga profit, hal tersebut menjadi “PR” bagi pemerintah agar ada

profit bagi petani demi mewujudkan ketahanan pangan.3

Berdasarkan hasil observasi terhadap 28 transaksi gabah di provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta selama Januari 2013, jumlah observasi didominasi

oleh Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 60,71 persen, diikuti oleh gabah

kualitas rendah sebanyak 39,29 persen. Sedangkan observasi Gabah Kering Giling

(GKG) bulan ini tidak dijumpai. Dibandingkan Desember 2012, rata-rata harga

3 http://www.radarjogja.co.id/component/content/article/2-utama/24909-ratusan-hektar-sawah-krisis-air.html

11

gabah kualitas GKP pada Januari 2013 mengalami kenaikan 6,98 persen menjadi

Rp 4.432,94 per kg di tingkat petani dan naik 6,81 persen menjadi Rp 4.470,59

per kg di tingkat penggilingan. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas rendah

naik sebesar 3,32 persen menjadi Rp 3.845,45 per kg di tingkat petani dan harga

di tingkat penggilingan naik 3,53 persen menjadi Rp 3.895,45 per kg. Harga

gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp 4.950,00 per kg pada kualitas GKP

dengan varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Bambanglipuro (Bantul). Sedangkan

harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp 3.500,00 per kg dengan kualitas

rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Kretek (Bantul).4

Persoalan yang dihadapi petani dari tahun ke tahun tetap sama seperti

harga jual gabah yang rendah, mahalnya harga pupuk di pasaran, serta kebijakan-

kebijakan pemerintah yang kurang efektif untuk memperbaiki nasib petani juga

kebijakan pemerintah untuk menyediakan pangan murah bagi sektor industri.

Sebagai penghasil bahan makanan atau pangan sebagian besar penduduk di

Indonesia selayaknya petani memiliki posisi tawar yang tinggi, namun yang

terjadi sebaliknya, bahkan mereka tidak bisa menentukan sendiri harga jual hasil

produksi mereka yakni gabah atau padi. Harga jual gabah ditentukan oleh

pemerintah atau pedagang. Harga gabah juga dapat turun jika masa panen

dari data tersebut

dapat diketahui bahwa penghasilan petani jumlahnya kecil, meskipun ada

peningkatan pendapatan dari tahun ke tahun, tetapi peningkatan tersebut dibarengi

dengan peningkatan biaya produksi termasuk biaya pengelolaan lahan dan biaya

perawatan tanaman padi.

4 Sumber : http://yogyakarta.bps.go.id/brs/273-berita-resmi-statistik-1-februari-2013.html

12

bersamaan dengan daerah sekitar. Memang sudah ada peraturan perundangan

yang mengatur tentang impor beras yang pada awalnya sempat melegakan bagi

para petani yakni Peraturan Menteri Perdagangan tentang Ketentuan Impor dan

Ekspor Beras, namun dibalik diberlakukannya peraturan tersebut masih marak

terjadi penyelundupan impor beras ke Indonesia yang pada akhirnya memukul

harga jual gabah petani sehingga harga jual gabah kembali murah.

Dari beberapa data yang sudah disebutkan diatas, dapat diketahui bahwa

para petani selama ini dapat dikatakan belum bisa memperbaiki nasibnya, yakni

dalam hal peningkatan kesejahteraan mereka. Di sisi lain kebijakan-kebijakan

yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang pertanian juga belum mampu

menyentuh upaya perbaikan kesejahteraan petani. Dari permasalahan tersebut para

petani di Desa Sumberagung mempunyai strategi tersendiri atas inisiatif mereka

sendiri untuk bertahan dan berusaha mencukupi kebutuhan keluarganya

(meningkatkan kesejahteraannya). Dalam penelitian ini penulis tertarik untuk

mengkaji adanya usaha-usaha atau strategi yang dilakukan oleh petani sendiri

yang berguna untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan menggali potensi

yang dimiliki oleh masyarakat petani di Desa Sumberagung.

13

C. Rumusan Masalah

Masalah menjadi titik tolak atau menjadi sumber dilakukannya suatu

penelitian jenis apapun. Pada dasarnya penelitian kualitatif tidak dimulai dari

sesuatu yang kosong, tetapi dilakukannya berdasarkan atas persepsi seorang

peneliti terhadap adanya suatu masalah.

Perumusan masalah dapat dalam bentuk pertanyaan (question) dan dapat

pula dalam bentuk pernyataan (statement). Titik tekan perumusan masalah adalah

pada apa yang menjadi masalah penelitian itu sendiri. Berdasarkan uraian yang

sudah tertuang dalam latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian

ini adalah: bagaimana strategi yang dilakukan oleh petani padi dalam

meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka?

14

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Diperlukan penentuan tujuan penelitian terlebih dahulu, agar penelitian

yang akan dilakukan mempunyai arah yang jelas, dan juga jelas batas-batas

penelitian yang dirumuskan dalam proses penelitian.

Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah:

1. Dapat mengetahui strategi yang dilakukan oleh petani padi dalam

meningkatkan kesejahteraan keluarganya.

2. Dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berwenang sebagai

input terhadap perumusan kebijakan pembangunan, khususnya

pembangunan di bidang pertanian.

3. Bagi jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan diharapkan

penelitian ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan dan referensi bila

dilakukan penelitian yang akan datang.

15

E. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Strategi

Definisi strategi yang paling sederhana adalah cara organisasi untuk

mencapai tujuan tertentu (Reksohadiprojo dikutip Sjhihabuddin, 1999).

Sedangkan definisi lain yang dikutip oleh Rangkuti (1998 : 3-4) adalah sebagai

berikut: Chandler mengemukakan strategi sebagai alat untuk mencapai tujuan

perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut,

serta prioritas alokasi sumber daya. Sedangkan Agryris dan Mintzberg,

mendefinisikan strategi sebagai respon (secara terus menerus maupun adaptif)

terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal

yang dapat mempengaruhi organisasi. Berbeda dengan Porter yang

mendefinisikan strategi sebagai alat yang sangat penting untuk mencapai

keunggulan bersaing.

Sedangkan Bryson secara sederhana mendefinisikan strategi sebagai a

plan to archieve the mission and meet the mandates (suatu rencana untuk meraih

misi dan melaksanakan mandat).5

5 John Bryson, Strategic Planning for Public and Profit Organization: A Guide Strengthening and Sustaining Organizational Achievement (San Fransisco, 1995) hal. 131

Strategi merupakan suatu pola tujuan,

kebijakan, pola kegiatan, keputusan, maupun pengalokasian sumber daya yang

menentukan apa organisasi itu, apa yang dikerjakannya, dan mengapa melakukan

itu. Dengan demikian strategi merupakan pengembangan dari misi organisasi

16

yang menghubungkan organisasi itu dengan lingkungannya, sehingga strategi

merupakan outline respon organisasi terhadap tantangan mendasar yang dihadapi.

Strategi mempunyai peran yang penting dalam organisasi karena

merupakan alternatif metode yang dapat dilakukan serta akan berfungsi sebagai

penunjuk untuk menentukan prioritas kerja. Selain itu dapat juga berfungsi

sebagai rumusan jalan keluar yang harus dilakukan dan sebagai alur pikir kita

dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Strategi sering dikatakan sebagai arah

umum yang akan ditempuh suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Strategi

merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya sesuai dengan visi dan misi organisasi tersebut.6

Konsep strategi menurut Strickland (Winardi, 2003 : 107), strategi

merupakan bauran yang terdiri dari: pertama, tindakan-tindakan yang dilakukan

secara sadar yang ditujukan ke arah sasaran-sasaran tertentu. Kedua, tindakan-

tindakan yang diperlukan guna menghadapi perkembangan-perkembangan yang

tidak diantisipasi dan karena tekanan-tekanan kompetitif yang dilancarkan. Dari

pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa strategi mempunyai sifat

proaktif dan reaktif (adaptif). Dari beberapa konsep strategi yang sudah

disebutkan diatas, petani padi di desa Sumberagung juga mempunyai strategi

untuk mencapai tujuan-tujuan mereka. Mereka memiliki cara atau alat dengan

mengelola sumber daya yang mereka miliki untuk mewujudkan tujuan mereka,

yang salah satunya adalah peningkatan kesejahteraan.

6 Sari, Eko Novita, Strategi Koperasi Tani Muttaqin dalam Memenuhi Kebutuhan Pupuk bagi Anggotanya, Skripsi Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, 2011

17

- Strategi Survival

Strategi bertahan hidup atau strategi survival merupakan bagian dari teori

Aksi. Strategi survival adalah suatu keberadaan berkesinambungan dengan

batasan waktu yang relatif bagi individu atau kelompok, obyek, dan tujuan, dan

terus dilakukan langkah-langkah tertentu dalam mempertahankan keberadaannya

tersebut. Secara sosiologis konsep strategi survival dapat diartikan sebagai usaha-

usaha menuju kemampuan secara berkesinambungan.7

2. Konsep Petani

Strategi survival disini

digunakan oleh petani untuk menghadapi berbagai permasalahan mereka. Maka

dari itu petani padi di desa Sumberagung memilih beberapa strategi survival agar

tetap dapat mempertahankan keberadaannya.

Arti dari pertanian adalah kegiatan kemanusiaan mengusahakan tanah

dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hasil hewan, tanpa

mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah tersebut untuk mendatangkan

hasil selanjutnya.8

7 Indah Kusumawati, Nur, Industri Kecil Batik Tulis di Tengah Merebaknya Batik Pabrikan, Skripsi Jurusan Ilmu Sosiatri, 2009

8 Prof. IR Anwas Adiwilaga, Ilmu Usaha Tani, Penerbit Alumni, Bandung, 1975, hal. 2

Dalam artian ini, orang yang melakukan usaha baik itu dengan

tanaman ataupun ternak itu adalah dengan tujuan tertentu untuk dapat

menyelenggarakan hidupnya sepanjang masa, turun-temurun, setidaknya bukan

untuk satu dua tahun saja. Tahun berikutnya ia sekeluarga harus

menyelenggarakan hidup, anak harus dibesarkan, dan sebagainya. Mungkin

kebutuhannya akan semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan itu

18

setidaknya petani harus mampu memperoleh dari usahanya itu penghasilan yang

tidak kurang dari yang diterima pada tahun-tahun sebelumnya. Tanah yang

dikerjakan tersebut dipergunakan dalam kegiatan usaha untuk mendatangkan hasil

yang diharapkan. Secara tegas, kemampuan tanah tersebut tidak dapat berkurang

dengan kata lain kemampuan tanah tersebut harus tetap.9

Terdapat beberapa istilah petani secara antropologis dalam Bahasa Inggris

yang semuanya seolah-olah bermakna petani namun masing-masing memiliki

perbedaan yang jelas. Istilah-istilah tersebut antara lain: peasant, tribe, farmer/

agricultural entrepreneur. Peasant bermakna kaum tani pedesaan, yaitu orang

yang bercocok tanam dan beternak di daerah pedesaan, tidak di dalam ruang-

ruang tertutup (green house). Peasant tidak melakukan usaha dalam arti ekonomi,

ia mengelola sebuah rumah tangga, bukan sebuah perusahaan bisnis. Farmer atau

pengusaha pertanian (agricultural entrepreneur) merupakan sebuah perusahaan

yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi yang dibeli di pasar untuk

memperoleh laba dengan menjual hasil produksinya secara menguntungkan di

pasar hasil bumi. Tribe (petani primitif) petani yang bagian terbesar dari hasil

produksi dimaksudkan untuk digunakan oleh penghasilan-penghasilannya sendiri

atau untuk menunaikankewajiban-kewajiban kekerabatan, dan bukan untuk

dipertukarkan dengan tujuan memperoleh keuntungan.

10

9 Prasetya N, Yuli, Marginalisasi Petani dalam Alih Fungsi Lahan Pertanian, Skripsi Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, UGM, 2011, hal. 18

10 Nurhadi, Mengembangkan Jaminan Sosial Mengentaskan Kemiskinan, Media Wacana, Yogyakarta, 2007, hal. 80

19

Di Indonesia kebanyakan petani merupakan petani kecil yang sebagian

besar hasil pertaniannya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga atau

subsisten, sehingga lebih sesuai disebut dengan “peasant”. Mereka

mengedepankan semboyan “safety first” atau dahulukan selamat.11 Kemiskinan

identik dengan petani kecil, ciri-ciri petani kecil antara lain: memiliki lahan

kurang dari 0,5 ha, berpendidikan rendah, bermodal lemah, dan kurang responsif

terhadap inovasi baru.12 Persoalan lain petani di Indonesia harus mengusahakan

usaha tani di lingkungan tropika yang penuh resiko misalnya, banyak hama, tidak

menentunya curah hujan, para petani harus lebih berhati-hati dalam menerima

inovasi karena kegagalan berarti penderitaan bagi seluruh keluarga. Hal tersebut

menjadikan petani dalam posisi yang dilematis dimana untuk dapat survive petani

harus berani mengambil resiko dalam berinovasi, namun jika inovasi ini gagal

mereka harus siap menanggung sendiri akibatnya.13

11 Warsana, SP, Strategi Melakukan Penyuluhan Pertanian untuk Petani “Kecil”, 2008, dalam: http://www.google.com/url?q=http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/202/pdf/Strategi%2520Melakukan%2520Penyuluhan%2520Pertanian%2520untuk%2520Petani%2520%2522kecil%2522.pdf&sa=U&ei=65dIUZztKYrUrQeoroHoCQ&ved=0CBoQFjAA&usg=AFQjCNHYaZ4auGQCWtwU41nDelB-Qe47wg

12 Karwan A Salikin, Sistem Pertanian Berkelanjutan, Kanisius, Yogyakarta, 2003, hal. 93

13 Loekman Sutrisno, Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Sebuah Tinjauan Sosiologis, Kanisius, Yogyakarta, 2002, hal. 5

20

3. Konsep Kesejahteraan

Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diketahui dengan kemampuannya

untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Semakin mampu seseorang memenuhi

beragam kebutuhan hidupnya dapat dikatakan semakin tinggi pula

kesejahteraannya. Kita dapat memberi gambaran secara umum tentang sejahtera

tersebut. Tetapi kita masih mengalami kesulitan menilai apakah seseorang

tergolong sejahtera atau tidak karena penilaian tentang tingkat kesejahteraan

seseorang sangat relatif. Menurut Aisyah Dahlan dalam Suharto (2002),

kesejahteraan diartikan sebagai berikut14

Sejahtera ialah bila keluarga itu dapat dipenuhi semua kebutuhan-kebutuhannya, baik itu kebutuhan jasmani maupun rohani secara seimbang. Kebutuhan jasmani antara lain: makan, pakaian, perumahan, dan kesehatan. Kebutuhan rohani

:

Pengertian kesejahteraan dengan kebahagiaan walaupun secara maknawi sulit dibedakan. Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera” yang dipakai untuk suatu yang kongkret, riil, materiil, dan intelyk, sedangkan ‘kebahagiaan’ berasal dari kata bahagia yang dipakai dalam suatu yang abstrak bersifat immateriil atau inenlyk, rohaniah, jelasnya kalau sejahtera adalah untuk material jasmaniah (ulterlyk) sedangkan bahagia immaterial.

(Aisyah Dahlan, 1974 : 8)

Dari maksud istilah diatas maka sejahtera merupakan suatu keadaan yang baik

menyangkut kebahagiaan dan ketentraman hidup keluarga berupa kesehatan,

ketentraman, kedamaian, harapan masa depan, dan sebagainya. Senada dengan

pendapat tersebut pengertian kesejahteraan yang dikemukakan oleh Sutari Imam

Bernadib dalam Suharto (2002) adalah:

14 Murtika Sari, Rati, Agroforestri sebagai Alternatif Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, Skripsi Jurusan Ilmu Sosiatri UGM, 2009, hal. 35

21

antara lain: kebutuhan akan rasa harga diri, dihormati, rasa aman, disayangi, rasa puas, tenang, tanggung jawab, dan sebagainya.

(Sutari Imam Bernadib, 1981 : 3)

Kesejahteraan masyarakat dapat terwujud apabila ada upaya untuk

memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Keseimbangan antara kebutuhan

jasmani dan rohani atau keselarasan antara keduanyalah yang dinamakan

kesejahteraan. Pencapaian kebutuhan jasmani dapat diukur mempergunakan tolok

ukur kebendaan, dimana masing-masing individu mempunyai ukuran yang

berbeda sesuai dengan kemampuannya. Ada yang secara materi dapat mencapai

tingkat sangat tinggi jika diukur berdasarkan kebutuhan fisik minimum, namun

ada pula yang berada di bawah garis ukuran minimum. Kemampuan ini menurut

David C McLelland tergantung kepada tinggi rendahnya motivasi seseorang untuk

“melakukan sesuatu dengan baik atau melakukan sesuatu dengan lebih baik”

daripada yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan kata lain hal ini dapat disebut

sebagai n Ach (Need of Achievement), kebutuhan untuk meraih hasil atau prestasi

yang dicapai oleh seseorang (Myron Weyner, 1981 : 2). Abraham Maslow

mengatakan apabila kebutuhan manusia yang terdiri dari lima tingkatan yaitu

kebutuhan fisik, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan untuk

prestasi, serta kebutuhan untuk mempertinggi kapasitas kerja dipenuhi dengan

baik, maka tingkat kesejahteraan akan terwujud (A. Maslow, 1980 : 25).15

15 Lebih lanjut baca Tesis Sri Sumekti, Janda sebagai Kepala Keluarga dalam Mewujudkan Kesejahteraan Keluarga (Studi tetang Integrasi Wanita di Kalangan Masyarakat Kota)...Fakultas Pasca Sarjana, UGM, 1991, hal. 35-37

22

Mohammad Hatta dan Edi Swasono (2005) menyatakan bahwa

kesejahteraan sosial di Indonesia berdasarkan pada paham “demokrasi ekonomi”

yang bertumpu pada kemakmuran masyarakat, bukan pada kemakmuran

seseorang. Dimana dalam konteks demokrasi ekonomi, kesejahteraan sosial

berdasar pada “hak sosial rakyat”, yaitu tiap-tiap warga negara berhak akan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dari titik tolak ini,

jelas bahwa penghidupan yang layak tidak terpisah dari pekerjaan, jelas pula

dengan rumusan tentang “hak sosial rakyat” ini bahwa kehidupan yang layak

tidaklah bersifat filantropis tetapi adalah hasil dari pemberdayaan (empowerment)

rakyat agar mampu bekerja dan memperoleh pekerjaan.

Menurut Segal dan Brzuzy (1998 : 8) kesejahteraan sosial diartikan

sebagai berikut:

“Kesejahteraan sosial adalah kondisi sejahtera dari suatu masyarakat.

Kesejahteraan sosial meliputi kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan, dan

kualitas hidup rakyat.”

Friedlander (1968 : 13) merumuskan konteks kesejahteraan sosial sebagai

berikut:

Kesejahteraan sosial adalah sistem terorganisir dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial yang dimaksudkan untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan, dan hubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan seluruh kemampuannya dan untuk meningkatkan kesejahteraannya sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakatnya.

23

Sedangkan kesejahteraan sosial sebagai “ilmu”, Irawan Suhartono (1993 :

4) menegaskan bahwa:

...orang-orang yang mempunyai berbagai macam kebutuhan pelayanan-pelayanan tersebut diatas, khususnya yang tidak dapat memenuhinya berdasarkan kriteria pasar, maka mereka menjadi sasaran atau perhatian kesejahteraan sosial.

Definisi kesejahteraan sosial sendiri dapat diklasifikasikan ke dalam tiga

kelompok, yaitu kesejahteraan sosial sebagai kondisi, kesejahteraan sosial sebagai

kegiatan atau pelayanan, dan kesejahteraan sosial sebagai “ilmu”. Untuk

mengerangkai penelitian ini, peneliti hanya akan menjelaskan kesejahteraan

sebagai kondisi. Kesejahteraan sosial sebagai sebuah kondisi memang memiliki

definisi yang berbeda-beda. Yang pertama kesejahteraan sosial berdasarkan

Pemerintah dan DPR RI adalah sebagai berikut:

Kesejahteraan sosial ialah suatu tatanan kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia dengan Pancasila (Pemerintah dan DPR RI, 1983 : 64).

Kesejahteraan sosial juga dikemukakan oleh Suparlan sebagai berikut:

Kesejahteraan sosial, keadaan sejahtera pada umumnya, yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah, dan sosial dan bukan hanya perbaikan dan pemberantasan keburukan sosial tertentu saja: jadi merupakan suatu keadaan dan kegiatan (Suparlan, et al, 1983 :58).

Sedangkan Midgley (1995 : 14) menjelaskan kesejahteraan sosial sebagai:

...suatu keadaan sejahtera secara sosial tersusun dari tiga unsur sebagai berikut. Itu adalah pertama, setinggi apa masalah-masalah sosial dikendalikan, kedua, seluas apa kebutuhan-kebutuhan dipenuhi, dan terakhir, setinggi apa kesempatan-kesempatan untuk maju tersedia. Tiga unsur ini berlaku bagi

24

individu-individu, keluarga-keluarga, komunitas dan bahkan seluruh masyarakat.16

Kesejahteraan mempunyai arti: aman sentosa, makmur atau selamat (terlepas dari

segala macam gangguan, kesukaran dan sebagainya).

Sumarno Nugroho dalam Sistem Intervensi Sosial, menjelaskan bahwa:

17

Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti, pertama adalah

istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia dimana

orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai. Kedua,

dalam keadaan ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda.

Sejahtera memiliki arti khusus resmi dan teknikal seperti dalam istilah fungsi

kesejahteraan sosial. Ketiga, dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial

menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini

adalah istilah yang digunakan ide negara sejahtera. Keempat, di Amerika Serikat,

sejahtera menunjuk ke uang yang dibayarkan oleh pemerintah kepada orang yang

membutuhkan bantuan finansial, tetapi tidak dapat bekerja, atau yang keadaannya

Pada umumnya tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat melalui

indikator kemiskinan, dimana apabila sebagian besar masyarakat tidak memenuhi

indikator kemiskinan maka dapat diartikan bahwa masyarakat tersebut tidak

dikategorikan sebagai masyarakat miskin alias sejahtera.

16 Drs. Mohammad Suud, M.A, “3Orientasi Kesejahteraan Sosial”, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006, hal 4-11

17 Fauzik Lendriyono,”Beberapa Pemikiran Tentang Pembangunan Kesejahteraan Sosial”UMM Press, Malang, 2007, hal 116

25

pendapatan yang diterima untuk memenuhi kebutuhan dasar tidak berkecukupan.

Jumlah yang dibayarkan biasanya jauh di bawah garis kemiskinan, dan juga

memiliki kondisi khusus, seperti bukti sedang mencari pekerjaan atau kondisi lain,

seperti ketidakmampuan atau kewajiban menjaga anak, yang mencegahnya untuk

dapat bekerja. Di beberapa kasus penerima dana bahkan diharuskan bekerja, dan

dikenal sebagai workfare.18 Di Indonesia istilah kesejahteraan pada umumnya

diartikan sebagai terpenuhinya kebutuhan material dan kebutuhan non material

dimana manusia aman dan bahagia karena kebutuhan gizi, kesehatan, pendidikan,

tempat tinggal, dan pendapatan dapat terpenuhi, serta manakala manusia

memperoleh perlindungan dari resiko-resiko utama yang mengancam

kehidupannya.19

Menurut Pasal I, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun

2009 Tentang Kesejahteraan Sosial

20

Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini

menunjukkan bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan

dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari

:

Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual,

dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,

sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

18 Michael Todaro, 1999. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga, hal. 46

19 Suharto Edi, PhD, 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT. Refika Aditama

20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009

26

negara.Akibatnya masih ada warga negara yang mengalami hambatan

pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak

dan bermartabat.21

4. Teori Aksi

Permasalahan yang sering muncul dalam kehidupan petani padi antara lain

yakni rendahnya pendapatan dan kebijakan dari pemerintah yang selama ini

belum berhasil merubah kehidupan para petani padi. Secara tidak langsung hal-hal

tersebut terkait dengan kesejahteraan para petani padi, dimana tingkat

kesejahteraannya ini dapat diketahui dengan kemampuan yang dimiliki untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dalam penelitian ini, paradigma yang dianggap sesuai dengan fokus

penelitian dan akan digunakan sebagai landasan untuk mengkaji fenomena yang

diperoleh di lapangan yaitu Paradigma Definisi Sosial. Weber sebagai pengemuka

exemplar paradigma ini mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan

sosial antar hubungan sosial. Kedua hubungan tersebut yang menjadi pokok

persoalan sosiologi. Inti tesisnya adalah “tindakan yang penuh arti” dari individu.

Yang dimaksudkan tindakan sosial itu adalah tindakan individu yang mempunyai

makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain.

Secara definitif Weber merumuskan sosiologi sebagai ilmu yang berusaha untuk

menafsirkan dan memahami (interpretative understanding) tindakan sosial serta

21 Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009

27

antar hubungan sosial untuk sampai pada penjelasan kausal atau menurut

terminologi Weber sendiri disebut dengan verstehen.

Dalam Paradigma Definisi Sosial terdapat tiga teori yang termasuk di

dalamnya, antara lain:

1. Teori Aksi

2. Teori Interaksionisme Simbolik

3. Teori Fenomenologi

Penelitian ini akan menggunakan teori aksi (action) yang menekankan

bahwa individu menentukan sendiri barang sesuatu yang bermakna bagi dirinya

sendiri. Jadi sebagai subyek, manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai

tujuan yang bermakna bagi dirinya, sehingga teori ini relevan untuk menjelaskan

strategi petani padi.

Terdapat beberapa asumsi fundamental Teori Aksi yang dikemukakan oleh

Hinkle dengan merujuk karya Mac Iver, Znaniecki dan Parsons sebagai berikut22

1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek

dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek.

:

2. Sebagai subyek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai

tujuan-tujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan.

22 Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: CV. Rajawali. 2003. Hal. 46

28

3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode

serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan

tersebut.

4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tak

dapat diubah dengan sendirinya.

5. Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang

akan, sedang dan yang telah dilakukannya.

6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan

timbul pada saat pengambilan keputusan.

7. Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik

penemuan yang bersifat subyektif seperti metode verstehen, imajinasi,

sympathetic reconstruction atau seakan-akan mengalami sendiri

(vicarious experience).

Sedangkan teori aksi menurut Parsons adalah unit-unit dasar tindakan

sosial yang mempunyai karakteristik sebagai berikut23

1. Adanya individu selaku aktor.

:

2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu.

3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai

tujuannya.

23 Ibid. hal. 48

29

4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat

membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut

berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan

oleh individu.

5. Aktor berada di bawah kendali nilai-nilai, norma-norma dan berbagai

ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan

tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan.

Parsons mengungkapkan bahwa kemampuan aktor untuk memilih adalah

kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat

dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka mencapai tujuannya atau yang

biasa disebut dengan voluntarism. Aktor menurur konsep voluntarisme adalah

pelaku aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari

alternatif tindakan.

Setiap manusia pasti menginginkan suatu kehidupan yang sejahtera baik

dalam aspek ekonomi maupun sosial dengan terpenuhi kebutuhan hidupnya.

Demikian pula dengan warga desa Sumberagung yang sebagian besar bekerja

sebagai petani padi agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi. Indonesia merupakan

negara agraris yang dapat memenuhi kebutuhan pangan dari masyarakatnya

dengan hasil pertanian yang dimilikinya. Dalam pemenuhan kebutuhan pangan ini

petani padi mempunyai peran yang sangat penting, karena mereka merupakan

pemasok sebagian besar kebutuhan pangan masyarakat. Pembangunan di

Indonesia dilakukan bertujuan untuk meningkatkan atau menciptakan

30

kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai peningkatan kesejahteraan tersebut,

kebutuhan-kebutuhan dari mesyarakat harus terpenuhi. Salah satu kebutuhan yang

harus terpenuhi adalah kebutuhan pangan. Jadi dalam hal ini dapat dikatakan

bahwa petani juga mempunyai peran dalam proses pembangunan yang bertujuan

untuk meningkatkan kesejahteraan.

Terlepas dari potensi dan peranannya petani padi juga memiliki berbagai

macam permasalahan. Hal tersebut dialami pula oleh para petani padi di desa

Sumberagung, kecamatan Moyudan, kabupaten Sleman, dimana persoalan

tersebut antara lain para petani memiliki nilai tawar yang rendah, misalnya

mereka tidak bisa menentukan sendiri harga jual barang produksi mereka yakni

beras atau gabah. Selanjutnya juga dalam hal perumusan kebijakan pembangunan,

petani hanya bisa menerima kebijakan yang terkait dengan pertanian yang selama

ini belum bisa mengangkat, memperbaiki kesejahteraan mereka, karena sebagian

besar dari petani masih jauh dari kata sejahtera, terutama para petani yang hanya

memiliki lahan yang terbatas, atau malah tidak memiliki lahan. Dalam

mempertahankan pekerjaan mereka diperlukan berbagai tindakan, tindakan

tersebut bertujuan untuk dapat mempertahankan kelangsungan usaha pertanian

dan juga meningkatkan pendapatan mereka.

Sejalan dengan Teori Aksi diatas petani padi sebagai subyek (aktor)

bertindak melakukan berbagai strategi untuk mempertahankan keberadaannya

dalam menghadapi berbagai permasalahan mereka. Tindakan untuk melakukan

strategi-strategi ini merupakan pola yang wajar dari sebuah kerangka berpikir

untuk mencapai tujuan hidup mereka, yaitu melangsungkan usaha pertanian dan

31

juga meningkatkan pendapatan mereka. Dalam mempertahankan hidupnya, petani

memilih dan menentukan sendiri apa yang akan dilakukan berdasarkan penafsiran

yang terjadi dalam realitas. Selain itu petani juga memiliki alat, teknik, dan

metode tersendiri yang digunakan sebagai tindakan atau strategi agar tetap eksis.

Dalam memilih dan menentukan strategi ntuk mempertahankan kelangsungan

usahanya, para petani merupakan pelaku yang aktif dan kreatif. Berbagai

permasalahan yang dihadapi oleh petani menginisiasi petani untuk melakukan

suatu tindakan yang kreatif agar terus mempertahankan keberadaannya. Tindakan

yang kreatif tersebut diperlukan suatu kemampuan yang tepat dari petani dalam

memilih cara atau strategi untuk mencapai tujuannya. Teori Aksi akan digunakan

di dalam penelitian ini agar dapat mengetahui dan mempelajari serta menganalisis

tindakan atau strategi yang digunakan para petani dalam menghadapi berbagai

permasalahan mereka.