Upload
nguyenkhue
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Globalisasi memberikan masalah atau dampak negatif dalam arti persaingan
yang menjadi sangat ketat apabila sumber daya manusia dan dunia usaha bisnis tidak
siap untuk menghadapi tantangan yang akan terjadi. Namun, hal tersebut juga dapat
berdampak positif misalnya dengan adanya pasar bebas yang membuat pertukaran
barang dan jasa antar negara semakin mudah dan murah. Saat ini, Indonesia
merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, yaitu 252 juta
penduduk dengan ekonomi terbesar kesepuluh berdasarkan paritas daya beli dan
merupakan anggota G-20 (World Bank, 2017). Diperkuat dengan Produk Domestik
Bruto (PDB) nasional terus meningkat, dari $857 pada tahun 2000 menjadi $3.603
pada 2016 (World Bank, 2017).
Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan pola konsumsi seiring dengan
meningkatnya pilihan barang dan jasa yang dapat ditawarkan pasar. Perubahan pola
konsumsi masyarakat pada era sekarang adalah salah satunya disebabkan oleh adanya
perubahan pola belanja yang semakin meningkat. Pertumbuhan konsumsi rumah
tangga Indonesia pada kuartal II tahun 2017 mencapai 4,95 persen naik 0,05 persen
dibandingkan kuartal I tahun 2017 yang sebesar 4,9 persen (Brodjonegoro, 2017).
Perubahan pola konsumsi dan kenaikan daya beli juga turut mengubah pola
PENGARUH FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISOR BEHAVIOR TERHADAP KONFLIKPEKERJAAN-KELUARGA DENGAN DUKUNGANORGANISASIONAL PERSEPSIAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi pada Karyawan WanitaPT Bank NegaraIndonesia (Persero) Tbk Wilayah Yogyakarta) DEBY KURNIA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
kehidupan keluarga di Indonesia. Adanya perubahan pola konsumsi dan kenaikan
daya beli membuat peran pencari nafkah dalam keluarga tidak hanya menjadi
kewajiban suami tetapi, juga menjadi kewajiban istri. Selain itu, adanya perubahan
nilai-nilai di dalam masyarakat, keterbukaan ekonomi dan politik menyebabkan
perubahan tuntutan peran wanita baik di tempat kerja maupun di keluarga. Menurut
Lero (2003, dalam Mc Elwain et al., 2005) pola keluarga tradisional pencari nafkah
yang semula hanya merupakan tanggung jawab suami dan mengurus rumah tangga
serta anak merupakan tanggung jawab istri, sekarang sudah mulai ditinggalkan.
Menurut Hammer et al. (2009) terkait dengan isu peran karyawan dan
keluarga serta hubungan antara domain pekerjaan dan keluarga telah terjadi
perubahan ekstensif selama 30 sampai 40 tahun terakhir. Lebih lanjut, bukti
perubahan ini mencakup peningkatan presentase keluarga yang didukung oleh
pendapatan ganda, peningkatan jumlah pekerja dengan tanggung jawab ganda,
peningkatan jumlah orang tua tunggal dan intergasi gender yang lebih besar ke dalam
sebuah perusahaan (Koseek & Lambert, 2005; Neal & Hammer, 2007 dalam Hammer
et al., 2009). Sejak tahun 1970, partisipasi wanita dalam angkatan kerja telah
meningkat rata-rata 15 persen di Asia Timur dan Amerika Latin. Angkatan kerja
wanita di Indonesia mengalami pertumbuhan dan lebih dari 50 persen angkatan kerja
di Indonesia saat ini terdiri dari wanita (World Bank, 2013). Pertumbuhan angkatan
kerja ini lebih besar daripada yang terjadi pada laki-laki, sehingga memperkecil
kesenjangan gender dalam pekerjaan yang menyebabkan kesenjangan upah antara
PENGARUH FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISOR BEHAVIOR TERHADAP KONFLIKPEKERJAAN-KELUARGA DENGAN DUKUNGANORGANISASIONAL PERSEPSIAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi pada Karyawan WanitaPT Bank NegaraIndonesia (Persero) Tbk Wilayah Yogyakarta) DEBY KURNIA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
wanita dan laki-laki juga semakin kecil (World Bank, 2015). Hukum ketenagakerjaan
di Indonesia mewajibkan semua karyawan mendapatkan kesempatan bekerja yang
sama dan tidak ada diskriminasi pada lingkungan kerja agar dapat mendukung
kesejahteraan karyawan dan keluarga mereka (World Bank, 2015).
Menurut Etika (2010) peningkatan angkatan kerja wanita di Indonesia terjadi
juga karena keinginan aktualisasi diri wanita yang telah mengenyam pendidikan.
Terlebih bagi negara berkembang dengan adanya tuntutan kebutuhan finansial di
keluarga sering menjadi alasan wanita untuk bekerja. Maka dari itu, tidaklah heran
banyak wanita di Indonesia yang sekarang memilih untuk bekerja sekaligus menjadi
ibu rumah tangga. Dengan bertambahnya jumlah wanita yang bekerja, maka
perusahaan harus menyikapi dengan bijak, karena pada dasarnya kebutuhan wanita
dan laki-laki adalah berbeda.
Tidak dapat dipungkiri walaupun wanita memilih untuk bekerja, tetapi mereka
tetap memiliki tanggung jawab pada keluarga. Wanita yang bekerja dituntut untuk
menyeimbangkan peran mereka dalam pekerjaan dan keluarga. Seperti halnya laki-
laki, wanita dituntut untuk bekerja dengan baik. Namun, di lingkungan keluarga,
wanita juga dituntut untuk mampu menjalankan perannya sebagai seorang ibu dan
istri (Etika, 2010). Wanita yang berperan aktif dalam keduanya menyebabkan
individu memiliki peran ganda, yaitu peran dalam pekerjaan (sebagai pekerja) dan
juga peran dalam keluarga (sebagai istri atau ibu). Menurut Rani dan Muzhumathi
(2012) menyeimbangkan pekerjaan dan tanggung jawab keluarga sekaligus mengasuh
PENGARUH FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISOR BEHAVIOR TERHADAP KONFLIKPEKERJAAN-KELUARGA DENGAN DUKUNGANORGANISASIONAL PERSEPSIAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi pada Karyawan WanitaPT Bank NegaraIndonesia (Persero) Tbk Wilayah Yogyakarta) DEBY KURNIA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
anak dapat menjadi berat, sehingga hal tersebut berpotensi memicu tingkat konflik
pekerjaan-keluarga. Hal ini menyebabkan keseimbangan antara pekerjaan dan
keluarga menjadi isu yang penting di kalangan masyarakat Indonesia. Jika salah satu
peran menghambat, hal tersebut akan memberikan efek negatif satu dengan lainnya.
Lebih lanjut, konflik pekerjaan dan keluarga cenderung dialami oleh pasangan yang
bekerja (Aryee et al., 1999), sudah menikah dan mempunyai anak.
Konflik pekerjaan dan keluarga adalah konflik yang terjadi karena tekanan
peran dari domain pekerjaan dan keluarga tidak dapat terpenuhi secara seimbang.
Partisipasi dalam salah satu peran mempersulit partisipasi peran dalam domain
lainnya (Greenhause & Beutell, 1985). Mathis dan Brown (2008, dalam Ramadhan,
2016) mengatakan bahwa konflik pekerjaan dan keluarga terjadi ketika individu
berusaha untuk memenuhi semua tanggung jawab peran yang diemban, baik sebagai
karyawan pada pekerjaan dan sebagai bagian dari keluarga. Menurut Foley et al.
(2005, dalam Boles et al., 2001) konflik pekerjaan dan keluarga dikelompokkan
menjadi dua jenis, yaitu konflik yang terjadi karena pekerjaan mengganggu keluarga
(work to family conflict) atau dalam bahasa Indonesia disebut konflik pekerjaan-
keluarga (KPK) dan konflik yang terjadi karena keluarga mengganggu pekerjaan
(family to work conflict) atau dalam bahasa Indonesia disebut konflik keluarga-
pekerjaan (KKP). Adapun Greenhaus dan Beutel (1985) telah mengklasifikasikan
konflik pekerjaan dan keluarga ke dalam tiga tipe, yaitu time based conflict, strain
based conflict dan behavior based conflict. Time based conflict terjadi ketika waktu
PENGARUH FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISOR BEHAVIOR TERHADAP KONFLIKPEKERJAAN-KELUARGA DENGAN DUKUNGANORGANISASIONAL PERSEPSIAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi pada Karyawan WanitaPT Bank NegaraIndonesia (Persero) Tbk Wilayah Yogyakarta) DEBY KURNIA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
yang digunakan di satu peran menghalangi waktu untuk menjalankan peran lainnya.
Strain based conflict terjadi ketika tekanan dari satu peran memengaruhi kinerja
peran lainnya dan behavior based conflict terjadi ketika individu dituntut
memerankan atau berperilaku berbeda pada domain pekerjaan dan keluarga. Hal
tersebut jika tidak dapat dilakukan dengan seimbang akan menyebabkan timbulnya
konflik. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk menerapkan kebijakan yang
dapat mengurangi dampak negatif KPK, antara lain waktu kerja yang lebih fleksibel,
jadwal kerja alternatif, kebijakan ijin keluarga dan lain-lain (Fiksenbaum, 2013).
Pada awalnya banyak penelitian yang melakukan pengujian pada konflik
pekerjaan dan keluarga terjadi di negara-negara Barat. Hofstede et al. (2010, dalam
Kismono, 2011) mengklasifikasikan negara Barat sebagai negara yang individualis
berdasarkan pada kualifikasi nilainya. Artinya konsep konflik pekerjaan dan keluarga
pada negara yang individualis memiliki konsep yang berbeda dan bersifat independen
saat bersaing untuk sumberdaya yang sama. Berbeda dengan Asia yang cenderung
kolektivis, artinya konsep konflik pekerjaan dan keluarga merupakan sesuatu yang
interdependen dan saling terkait.
Adanya KPK yang berdampak negatif pada individu dan perusahaan
menyebabkan perusahaan berusaha untuk mengurangi tingkat konflik di kalangan
karyawan. Dukungan sosial yang diterima di tempat kerja dapat mengurangi dampak
negatif dari KPK (Rathi & Barath, 2013). Penelitian mengenai dampak perilaku
supervisor mendukung keluarga (family supportive supervisor behavior) dan
PENGARUH FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISOR BEHAVIOR TERHADAP KONFLIKPEKERJAAN-KELUARGA DENGAN DUKUNGANORGANISASIONAL PERSEPSIAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi pada Karyawan WanitaPT Bank NegaraIndonesia (Persero) Tbk Wilayah Yogyakarta) DEBY KURNIA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
peraturan kesimbangan kerja (work life balance policies) terhadap karyawan
didominasi oleh penelitian di konteks negara Barat. Menurut Buts et al. (2013, dalam
Afrianty, 2015) penelitian sejenis yang dilakukan di konteks selain negara Barat
masih terbatas. Maka dari itu, penelitian di konteks selain negara Barat dirasa penting
untuk menjawab kesenjangan keilmuan, karena setiap negara memiliki aspek sosial
dan kultural yang berbeda.
Pada organisasi yang cukup besar, dapat menjadikan komunikasi semakin
rumit dan memungkinkan adanya jarak antara supervisor dan bawahan semakin jauh,
sehingga konflik diantara mereka terkadang tidak mampu dihindarkan. Namun
sebenarnya, dukungan supervisor merupakan salah satu sumber dukungan sosial dari
pekerjaan dan juga disebut sebagai bentuk dukungan organisasi informal (Hammer et
al., 2007). Dalam kebanyakan studi, fokus utama adalah pada perilaku supervisor
misalnya perilaku supervisor yang kasar (Tepper, 2000), kualitas hubungan dengan
supervisor (Kailasapathy, Kraimer, & Metz, 2014; Lapierre, Hackett, & Tagger,
2006; Mayor, Fletcher, Davis, & Germano, 2008) dan dukungan supervisor (Hsu,
Chen, Wang, & Lin, 2010) semuanya terkait dengan supervisor sebagai anteseden
konflik pekerjaan dan keluarga karyawan. Karena tuntutan kerja keluarga yang
meningkat, supervisor perlu secara efektif menunjukkan perilaku supervisor yang
mendukung keluarga (Hammer et al., 2009). Secara konseptual, perilaku supervisor
yang mendukung keluarga (family supportive supervisor behavior) didefinisikan
sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh supervisor yang mendukung keluarga dan
PENGARUH FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISOR BEHAVIOR TERHADAP KONFLIKPEKERJAAN-KELUARGA DENGAN DUKUNGANORGANISASIONAL PERSEPSIAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi pada Karyawan WanitaPT Bank NegaraIndonesia (Persero) Tbk Wilayah Yogyakarta) DEBY KURNIA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
terdiri dari empat dimensi, yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, role-
modelling behavior dan creative work-family management (Hammer et al., 2009).
Beberapa penelitian telah menafsirkan family supportive supervisor behavior (FSSB)
sebagai perilaku peran tambahan (extra-role behavior) dimana hal tersebut menjadi
ekspektasi baru dari mendukung keluarga yang dapat melebihi deskripsi pekerjaan
formal seorang supervisor (Straub, 2012; Toegel et al., 2013 dalam Su-Ying, 2017).
Teori identitas peran (role identity theory) adalah perspektif utama yang digunakan
untuk menjelaskan motivasi individu yang terlibat dalam perilaku peran tambahan
(extra-role behavior) (Finkelstein & Penner, 2004; Kamdar et al., 2006 dalam Su-
Ying, 2017). Menurut teori tersebut, salah satu identitas peran yang menonjol
mewakili aspek penting dari diri dan membantu individu menentukan dirinya sendiri.
Individu bertindak dengan cara yang sesuai dan apa yang penting bagi mereka.
Faktor selain perilaku supervisor mendukung keluarga yang dibutuhkan
karyawan adalah dukungan organisasional. Dukungan organisasional persepsian
(DOP) mengacu pada persepsi karyawan mengenai sejauh mana organisasi
menghargai kontribusi dan kepedulian mereka terhadap kesejahteraan karyawan.
DOP telah ditemukan memiliki konsekuensi penting bagi kinerja dan kesejahteraan
karyawan. Sebagian besar tempat kerja yang menawarkan dukungan yang berkaitan
dengan jam kerja, penjadwalan, dan fleksibilitas mendasarkannya pada kebebasan
pengawas informal yang secara langsung memengaruhi beban kerja karyawan dan
stresor terkait pekerjaan (Beehr et al., 2003). Dukungan organisasional yang diyakini
PENGARUH FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISOR BEHAVIOR TERHADAP KONFLIKPEKERJAAN-KELUARGA DENGAN DUKUNGANORGANISASIONAL PERSEPSIAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi pada Karyawan WanitaPT Bank NegaraIndonesia (Persero) Tbk Wilayah Yogyakarta) DEBY KURNIA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
oleh karyawan akan bergantung pada beberapa proses penilaian individu yang
digunakan untuk menunjukkan komitmen yang dilakukan oleh pihak lain. Dalam
hukum timbal balik dinyatakan bahwa individu yang diperlakukan baik oleh pihak
lain, akan merasa bahwa dirinya memiliki kewajiban untuk membalasnya dengan
perlakuan baik pula (Kailasapathy et al., 2017).
DOP ditemukan berhubungan negatif dengan KPK dan KKP (Kailasapathy et
al., 2017). Ditambahkan juga DOP memoderasi hubungan antara peran yang
berlebihan dan KPK. Saat DOP tinggi, maka pengaruh positif antara keduanya akan
menjadi kuat. Dalam melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengukur
pengaruh FSSB terhadap KPK yang dimoderasi dengan DOP, peneliti memilih
industri jasa sebagai objek penelitian. Menurut Cranwell-Ward (1987, dalam Boles et
al., 2001) industri jasa dianggap yang paling rentan terhadap konflik. Salah satu
industri jasa yang dimaksud adalah sektor perbankan (Rani & Muzhumathi, 2012).
Adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sejak tahun 2015
menyebabkan seluruh industri khususnya sektor perbankan harus selalu siap
menghadapi tren perkembangan pasar. Selain itu, MEA pada sektor perbankan juga
akan dimulai tahun 2020 mendatang (Kompas.com). Di era yang kini dikenal dengan
VUCA (Volatile, Uncertainty, Complexity dan Ambiguity) perusahaan menghadapi
persaingan yang semakin kompetitif dengan adanya disrupsi digital (Laporan
Tahunan BNI, 2017). Perbankan Indonesia harus senantiasa meningkatkan efisiensi
agar tidak sulit bersaing dengan bank asing di kawasan Asia Tenggara. Munculnya
PENGARUH FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISOR BEHAVIOR TERHADAP KONFLIKPEKERJAAN-KELUARGA DENGAN DUKUNGANORGANISASIONAL PERSEPSIAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi pada Karyawan WanitaPT Bank NegaraIndonesia (Persero) Tbk Wilayah Yogyakarta) DEBY KURNIA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
teknologi baru, terutama makin luasnya penggunaan computer dan internet telah
mengubah pola kerja karyawan perbankan. Perubahan tersebut tentunya
memengaruhi domain sosial, ekonomi dan psikologis dari karyawan (Rani dan
Muzhumathi, 2012). Perkembangan bank yang meningkat dari tahun ke tahun
menyebabkan persaingan yang ketat dalam mencapai tujuan usaha misalnya
mendapatkan nasabah yang jumlah dan kualitasnya terbatas. Bank Indonesia
melaporkan sampai tahun 2017 terdapat 120 bank umum di Indonesia.
Keberhasilan sebuah bank untuk terus mencapai target tidak hanya
bergantung pada supervisor dan manajemen bank, tetapi juga pada tingkat
keterlibatan karyawan terhadap aktivitas dan pencapaian tujuan perusahaan.
Diperlukan keterlibatan karyawan yang lebih besar dalam memberikan image positif
bagi nasabah dan adanya dukungan supervisor serta organisasi secara simultan juga
dapat mendukung membangun keberhasilan perusahaan. Rani dan Muzhumathi
(2012) menyatakan bahwa bankir sangat rentan mengalami konflik pekerjaan-
keluarga, karena tuntutan pekerjaan dan harus selalu peka terhadap perubahan dan
kemajuan teknologi. Lebih lanjut dikatakan bahwa bankir dapat memiliki tingkat
stres tinggi yang mengakibatkan konflik, karena beban bekerja yang melampaui
kemampuan, ambiguitas peran, konflik peran dan tanggung jawab kepada orang lain.
Ditambah lagi adanya kebijakan pemerintah yang menaikan target penyaluran Kredit
Usaha Rakyat (KUR) yang awalnya 106,6 triliun pada tahun 2017, kini menjadi 120
triliun pada tahun 2018. Hal tersebut menyebabkan manajemen perbankan
PENGARUH FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISOR BEHAVIOR TERHADAP KONFLIKPEKERJAAN-KELUARGA DENGAN DUKUNGANORGANISASIONAL PERSEPSIAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi pada Karyawan WanitaPT Bank NegaraIndonesia (Persero) Tbk Wilayah Yogyakarta) DEBY KURNIA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
mendorong karyawan untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Tingginya target
yang ditetapkan bagi karyawan dan rutinitas yang menuntut karyawan bekerja dari
pagi sampai malam akan meningkatkan potensi konflik tersendiri bagi setiap
karyawan wanita di sektor perbankan.
Penelitian ini dilaksanakan pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
Wilayah Yogyakarta. BNI menarik untuk diteliti, karena merupakan salah satu bank
nasional terbesar di Indonesia yang turut serta memperbaiki ekonomi rakyat dan
berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional serta konsisten menghasilkan
laba yang terus meningkat setiap tahun. Pada tahun 2014, laba bersih BNI untuk
pertama kalinya mencapai angka dua digit, yaitu Rp 10,8 triliun. Hal tersebut
merupakan salah satu hasil program transformasi yang dilakukan BNI sejak tahun
2008. Laba BNI pun terus meningkat di tahun 2017, yaitu mencapai Rp 13,6 triliun
atau tumbuh 20,1% dengan fundamental lebih baik dibandingkan tahun 2016 sebesar
Rp 11,4 triliun. Pada tahun yang sama, BNI berhasil menorehkan berbagai macam
prestasi, antara lain BNI memiliki jumlah rekening simpanan sebesar 22 juta rekening
dengan total simpanan Rp 232,0 miliar, merupakan Top 50 of The Biggest Market
Capitalization Public Listed Companies dalam acara The 9th
IICD Corporate
Governance Conference and Award yang diselenggarakan oleh IICG dengan SWA
dan Most Trusted Company berdasarkan Corporate Governance Perception Index
(CGPI) yang diselenggarakan oleh Indonesia Institute For Corporate Directorship
(IICD). Pencapaian tersebut tentu berkat adanya kinerja yang maksimal dan
PENGARUH FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISOR BEHAVIOR TERHADAP KONFLIKPEKERJAAN-KELUARGA DENGAN DUKUNGANORGANISASIONAL PERSEPSIAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi pada Karyawan WanitaPT Bank NegaraIndonesia (Persero) Tbk Wilayah Yogyakarta) DEBY KURNIA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
dukungan kerja yang baik dari kantor-kantor wilayah yang ada di Indonesia, salah
satunya BNI di Wilayah Yogyakarta. Selain itu, komposisi jumlah karyawan wanita
yang lebih banyak daripada pria, yaitu sebesar 672 karyawan wanita dan 575
karyawan pria juga semakin menguatkan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
Wilayah Yogyakarta untuk dijadikan objek penelitian.
Wilayah operasional di Yogyakarta sendiri mencakup 15 kantor cabang, 58
kantor cabang pembantu, 40 kantor kas, 7 layanan gerak dan 1.055 unit ATM yang
tersebar di Banyumas, Kedu, Solo Raya dan Yogyakarta. Arah kebijakan BNI untuk
periode 2017-2019 adalah fokus menjadi lembaga keuangan dengan kinerja unggul
dengan pertumbuhan agresif yang didukung dengan tingkat layanan yang semakin
baik dan optimalisasi outlet. Indikator kebijakan tersebut adalah ukuran aset,
produktivitas karyawan, sinergi antar unit dan anak perusahaan serta layanan yang
unggul. Agar mencapai target-target tersebut, tentunya tak lepas dari peran supervisor
dalam perusahaan. Peran supervisor di BNI sangat penting untuk dapat menciptakan
lingkungan pekerjaan yang baik dan nyaman bagi karyawan dalam melaksanakan
pekerjaannya, sehingga mereka dapat fokus pada target, memaknai pekerjaannya dan
memiliki kinerja yang baik. Dengan berbagai alasan yang telah dikemukakan, PT
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Wilayah Yogyakarta menjadi subjek yang
representatif pada penelitian ini.
PENGARUH FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISOR BEHAVIOR TERHADAP KONFLIKPEKERJAAN-KELUARGA DENGAN DUKUNGANORGANISASIONAL PERSEPSIAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi pada Karyawan WanitaPT Bank NegaraIndonesia (Persero) Tbk Wilayah Yogyakarta) DEBY KURNIA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
1.2. Rumusan Masalah
Adanya berbagai macam tuntutan dan target yang ada pada pekerjaan seorang
bankir akan menyebabkan konflik tersendiri bagi karyawan terutama karyawan
wanita yang sudah menikah. Pada pembahasan mengenai konsep pekerjaan dan
keluarga, wanita lebih rentan untuk mengalami konflik tersebut dibandingkan dengan
laki-laki (Frone et al., 1992). Gender role theory menunjukkan ketika peran keluarga
yang lebih besar, wanita lebih fokus pada aktivitas non-kerja dan bereaksi lebih kuat
terhadap konflik di tempat kerja yang menggangu tanggung jawab keluarga
(Cloninger et al., 2015). Pada penelitian Foley et al. (2004, dalam Ramadhan, 2016)
menyatakan bahwa wanita yang bekerja dan memiliki anak akan lebih rentan
mengalami konflik pekerjaan dan keluarga. Adapun penelitian dari Boles et al. (2003)
menyebutkan bahwa wanita yang belum memiliki atau sudah memiliki anak akan
lebih memiliki perasaan yang tertekan dalam menjalankan perannya sebagai ibu atau
istri sekaligus sebagai karyawan. Apalagi ditambah dengan tidak adanya dukungan
sosial dari supervisor dan organisasi akan menyebabkan hasil yang negatif seperti
menurunnya performa bekerja karyawan. Beutell (2010, dalam Rathi & Barath, 2013)
mengatakan bahwa dukungan sosial dapat membantu mengurangi tuntutan pekerjaan
yang berat.
Sektor perbankan merupakan salah satu bagian dari industri jasa yang rentan
terhadap konflik pekerjaan dan keluarga (Rani & Muzhumathi, 2012). Adanya
persaingan yang ketat antar bank menciptakan konflik tersendiri bagi karyawan,
PENGARUH FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISOR BEHAVIOR TERHADAP KONFLIKPEKERJAAN-KELUARGA DENGAN DUKUNGANORGANISASIONAL PERSEPSIAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi pada Karyawan WanitaPT Bank NegaraIndonesia (Persero) Tbk Wilayah Yogyakarta) DEBY KURNIA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
karena mereka harus mampu mencapai target perusahaan ditengah keadaan nasabah
dengan jumlah dan kualitasnya terbatas. Karyawan bank atau dapat disebut bankir
menurut Rani dan Muzhumathi (2012) sangat rentan mengalami KPK, karena
tuntutan pekerjaan akan peran yang berbeda dan harus selalu peka terhadap
perubahan dan kemajuan teknologi. Situasi yang ada saat ini, menuntut PT Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk ikut turut serta memperbaiki ekonomi rakyat dan
berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional sekaligus menetapkan target
agar selalu konsisten menghasilkan laba yang terus meningkat setiap tahun agar
mampu bertahan ditengah ketatnya perkembangan zaman.
Tinjuan literatur menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berkaitan dengan
faktor lain yang signifikan (seperti supervisor, pasangan, rekan kerja) dapat
menyebabkan konflik pekerjaan dan keluarga (Eby et al., 2005 dalam Michelle,
2013). Faktor yang berkaitan dengan pekerjaan seperti FSSB berdampak lebih besar
atau terkait pada KPK (Breaugh dan Frye, 2008; Hammer et al., 2009 dalam
Kailasapathy et al, 2017), tetapi tidak terkait pada KKP (Hammer et al., 2009). Selain
FSSB, terdapat pula DOP yang menentukan KPK. Ketika karyawan memiliki tingkat
DOP yang tinggi, maka karyawan dapat merasakan pekerjaan dengan lebih baik
seperti perasaan postitif, stres berkurang, dan mengingkatkan kepuasan kerja
(Rhoades dan Eisenberger, 2002). Jika DOP rendah, maka akan memperlemah
pengaruh negatif FSSB terhadap KPK sedangkan ketika DOP tinggi maka karyawan
mendapat keuntungan dukungan dari supervior mendukung keluarga dan organisasi
PENGARUH FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISOR BEHAVIOR TERHADAP KONFLIKPEKERJAAN-KELUARGA DENGAN DUKUNGANORGANISASIONAL PERSEPSIAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi pada Karyawan WanitaPT Bank NegaraIndonesia (Persero) Tbk Wilayah Yogyakarta) DEBY KURNIA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
sekaligus (Kailasapathy et al., 2017) sehingga akan memperkuat pengaruh negatif
FSSB terhadap KPK. Penelitian mengindikasikan bahwa organisasi dan supervisor
yang mendukung karyawan akan membantu menyeimbangkan kehidupan pekerjaan
dan keluarga (Carlson dan Perrewe, 1999; Selvarajan et al., 2013; Premeaux et al.,
2007 dalam Demirtas et al., 2017).
FSSB yang didasarkan pada teori dukungan sosial (Bagger & Li, 2014 dalam
Kailasapathy et al., 2017) merupakan persepsi bawahan mengenai perilaku supervisor
yang mendukung keluarga (Hammer et al., 2009). Selain itu, penelitian ini juga
menguji apakah DOP mampu menjadi variabel moderator yang memperkuat
pengaruh FSSB terhadap KPK. DOP merupakan keyakinan karyawan mengenai
penghargaan dan perhatian organisasi terhadap kontribusi dan kesejahteraan
karyawan (Eisenberger et al., 1986). Pada penelitian yang dilakukan Kailasapathy et
al. (2017) menemukan hasil yang berbeda bahwa DOP tidak mampu memoderasi
pengaruh FSSB terhadap DOP. Mengatasi kesenjangan penelitian tersebut, penelitian
ini berusaha untuk memeriksa lebih lanjut pengaruh FSSB terhadap KPK dengan
DOP sebagai variabel pemoderasi.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian yang diangkat adalah:
“Pengaruh Family Supportive Supervisor Behavior terhadap Konflik Pekerjaan-
Keluarga dengan Dukungan Organisasional Persepsian sebagai Variabel Pemoderasi,
Studi pada Karyawan Wanita PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Wilayah
Yogyakarta”.
PENGARUH FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISOR BEHAVIOR TERHADAP KONFLIKPEKERJAAN-KELUARGA DENGAN DUKUNGANORGANISASIONAL PERSEPSIAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi pada Karyawan WanitaPT Bank NegaraIndonesia (Persero) Tbk Wilayah Yogyakarta) DEBY KURNIA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
1.3. Pertanyaan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut dapat diformulasikan pertanyaan penelitian
yang akan diteliti yaitu:
1. Apakah FSSB berpengaruh negatif terhadap KPK karyawan wanita?
2. Apakah DOP memoderasi pengaruh negatif FSSB terhadap KPK karyawan
wanita?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini, yaitu:
1. Menguji dan menganalisis pengaruh negatif FSSB terhadap KPK karyawan
wanita.
2. Menguji dan menganalisis DOP yang memoderasi pengaruh negatif FSSB
terhadap KPK karyawan wanita.
1.5. Manfaat Penelitian
Dengan meneliti pengaruh FSSB terhadap KPK dengan DOP sebagai variabel
pemoderasi, maka terdapat beberapa manfaat yang diberikan oleh penelitian ini,
yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya dan
sekaligus menambah wawasan dan gagasan baru terkait pemahaman teori
FSSB, KPK dan DOP.
PENGARUH FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISOR BEHAVIOR TERHADAP KONFLIKPEKERJAAN-KELUARGA DENGAN DUKUNGANORGANISASIONAL PERSEPSIAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi pada Karyawan WanitaPT Bank NegaraIndonesia (Persero) Tbk Wilayah Yogyakarta) DEBY KURNIA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi organisasi,
khususnya sektor perbankan. Terutama untuk menjadi pertimbangan dalam
pengambilan keputusan organisasional dalam mengukur seberapa besar
pengaruh FSSB dalam memengaruhi KPK karyawan wanita pada khususnya
serta menjadi masukkan bagi perusahaan sebagai bahan evaluasi.
1.6. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terbagi dalam lima bab sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan
Bagian pendahuluan menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab II. Tinjauan Pustaka
Bagian tinjauan pustaka menjelaskan teori yang digunakan dalam
menjelaskan variabel FSSB, KPK dan DOP, hubungan antar variabel dan rumusan
hipotesis, serta model penelitian.
Bab III. Metode Penelitian
Bagian metode penelitian menjelaskan tentang desain penelitian, populasi dan
sampel penelitian, metode pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran
variabel, pengujian instrumen penelitian dan prosedur pengujian hipotesis serta
gambaran umum PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
PENGARUH FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISOR BEHAVIOR TERHADAP KONFLIKPEKERJAAN-KELUARGA DENGAN DUKUNGANORGANISASIONAL PERSEPSIAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi pada Karyawan WanitaPT Bank NegaraIndonesia (Persero) Tbk Wilayah Yogyakarta) DEBY KURNIA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
Bab IV. Analisis Data dan Pembahasan
Bagian analisis data dan pembahasan menjelaskan hasil pengumpulan data,
profil responden, hasil uji instrumen penelitian, pengujian hipotesis dan pembahasan.
Bab V. Penutup
Bagian penutup menjelaskan kesimpulan dari penelitian, implikasi dari hasil
penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran yang relevan untuk PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk Wilayah Yogyakarta dan penelitian selanjutnya.
PENGARUH FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISOR BEHAVIOR TERHADAP KONFLIKPEKERJAAN-KELUARGA DENGAN DUKUNGANORGANISASIONAL PERSEPSIAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi pada Karyawan WanitaPT Bank NegaraIndonesia (Persero) Tbk Wilayah Yogyakarta) DEBY KURNIA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/