Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau yang
membentang dari Sabang sampai Merauke, dengan jutaan penduduk. Tentunya,
dari ribuan pulau tersebut muncul keanekaragaman. Baik dari suku, bangsa, bahasa,
budaya, adat, maupun tradisi. Negara Indonesi memiliki semboyan “Bhineka
Tunggal Ika” yang artinya berbeda – beda tetapi satu jua. Sesuai dengan kondisi
Negara Indonesia yang memiliki keanekaragaman. Dalam konteks ini, perbedaan
bukanlah menjadi suatu penghalang atau pertentangan bagi bangsa, justru dengan
perbedaan – perbedaan inilah yang mampu menjadikan satu kesatuan dan
mempererat jiwa nasionalisme sehingga melekat sebagai identitas bangsa.
Negara Indonesia yang memiliki beranekaragam budaya dan tradisi yang
di setiap masing – masing daerah berbeda – beda. Bahkan terkadang, satu daerah
tidak hanya memiliki satu budaya dan tradisi saja. Sehingga tidak heran jika
Indonesia terkenal dengan keanekaragamannya akan budaya dan tradisi. Dengan
adanya budaya dan tradisi inilah mampu menjadikan identitas dari suatu daerah.
Sehingga lebih mudah memperkenalkan kepada bangsa lain. Dengan demikian,
sangat ditekankan kepada seluruh penduduk Indonesia untuk tetap melestarikan
budaya dan tradisi Indonesia, terutama pada daerah masing – masing. Sangatlah
penting menjaga dan mempertahankan budaya dan tradisi seiring berkembangnya
zaman yang dengan mudah dapat melalaikan bangsanya sendiri untuk melunturkan
2
budaya secara perlahan. Sehingga budaya dan trdisi yang lahir dari nenek moyang
dan sudah dilakukan secara turun temurun menjadi punah.
Kebudayaan lahir dari masyarakat sendiri yang pada hakikatnya mampu
menjadi identitas sosial bagi masyarakat. Kebudayaan bisa juga diartikan sebagai
kebiasaan – kebiasaan individu yang dimiliki oleh sebagian besar warga masyarakat
dan menjadi kebiasaan sosial (Pujileksono, 2006: 25). Dimana dengan adanya
budaya dan tradisi mampu menanamkan nilai sosial pada masyarakat, yang
nantinya akan mebangun karaketristik dan menjadi ciri khas suatu daerah, sehingga
membentuk identitas sosial. Suatu kelompok masyarakat dapat dikatakan memiliki
kebudayaan, jika terdapat pola pikir dan pola tindak/perilaku yang dimiliki secara
bersama – sama yang diperoleh melalui proses belajar (Pujileksono, 2006:25).
Ragam budaya di Indonesia menjadi identitas yang melekat. Ada beberapa
budaya Indonesia yang sudah menjadi identitas, seperti batik, wayang dal lain
sebagainya. Beberapa budaya tersebut sudah dikenal hingga ke penjuru dunia.
Banyak sekali festival – festival dan pameran – pameran yang mengenalkan budaya
tersebut sehingga menjadi identitas Indonesia. Budaya – budaya tersebut bisa
disebut sebagai budaya nasional. Selain budaya nasional, Indonesia juga memiliki
budaya lokal, yaitu suatu kebiasaan daerah tertentu yang juga diwariskan secara
turun – temurun dari zaman nenek moyang hingga sekarang, namun pada ruang
lingkup daerah tersebut. Pada budaya lokal tentu memiliki nilai – nilai lokal hasil
dari budi daya masyarakat yang terbentuk secara alami dari waktu ke waktu. Bentuk
dari budaya lokal bisa berupa tradisi, kesenian, maupun hukum adat.
Sosiologi dengan tradisi memiliki hubungan yang sangat erat. Dimana
masyarakat tidak bisa dilepaskan dengan tradisi dan tradisi juga tidak bisa
3
dilepaskan dari masyarakat atau manusia, serta interaksi antar individu dan juga
kelompok sosial. Sosiologi banyak mengkaji tentang interaksi manusia yang pada
akhirnya akan melahirkan suatu kebudayaan atau tradisi. Pulau Jawa merupakan
pulau yang memiliki jumlah penduduk yang paling padat. Dengan demikian, Pulau
Jawa memiliki berbagai macam tradisi di setiap daerahnya. Sebagai bangsa
Indonesia yang cinta tanah air, tentu wajib melestarikan tradisi dan budayanya yang
sudah ada sejak zaman nenek moyang. Setiap daerah tersebut memiliki identias atau
ciri khas tersendiri.
Identitas tersebut bisa berupa sebuah tradisi, makanan khas, ataupun
sebuah pariwisata. Jadi setiap daerah tidak hanya memiliki satu ikon saja, namun
bisa memiliki beberapa identitas yang kini mungkin sudah dikenal banyak orang
yang akhirnya menjadi sebuah identitas. Tentu saja identitas tersebut dapat melekat
pada diri masyarakat sehingga menjadi sebuah identitas sosial. Dimana identitas
sosial sendiri merupakan karakteristik yang dimiliki individu pada kelompok sosial
yang nantinya akan membentuk sebuah ciri khas sosial.
Kabupaten Gresik merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang
memiliki beberapa identitas, seperti tradisi dan juga makanan khas. pada dasarnya
Kabupaten Gresik terkenal sebagai Kota Pudak. Pudak merupakan makanan khas
dari Kabupaten Gresik yang terbut dari tepung beras yang dicampur dengan
beberapa adonan lain. Namun, selain terkenl dengan jajanan yang bernama Pudak,
Kabupaten Gresik juga memiliki identitas lain yang juga sudah dikenal banyak
orang, bahkan oleh beberapa Pejabat. Identitas lain tersebut yaitu tradisi Lelang
Bandeng. Selama ini pasar bandeng sudah disebarkan melalui media dan duta
wisata. Dan mulai intensif dalam promosian pasar bandeng di dunia. Bagi yang
4
bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan ini, jangan perna berhenti hingga
terkenal sampai keluar negeri. Di Jawa Timur, Gresik termasuk wilayahnya yang
kurang subur untuk bercocok tanam. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan
dalam pertambakan dan pasar bandeng Gresik ini yang cocok sebagai solusi (
Priantoko: 2013 dalam Suaragresik.com ).
Kabupaten Gresik merupakan kota yang mayoritas penduduknya petani
tambak ikan. Mulai dari tambak ikan Mujaer, Bandeng, Udang, Nila, dan jenis ikan
tambak lainnya. Dengan demikian, kondisi ini dijadikan peluang dalam
melestarikan tradisi yang bernilai positif. Yaitu Tradisi Lelang Bandeng, yang
digelar setiap tahunnya. Kabupaten Gresik berada di daerah pesisir pantai utara
yang memanjang di kecamatan Kebomas, Gresik, Manyar, UjungPangka, Sidayu,
Panceng,dan berbatasan dengan Lamongan dan sebagaian wilayah berdekatan
dengan Mojokerto, Surabaya dan Sidoarjo. Letak daerah Gresik yang berada di
pesisir pantai utara ini begitu menguntungkan, karena letaknya yang cocok untuk
budidaya tambak ( Priantoko: 2013 dalam Suaragresik.com ).
Tidak heran banyak orang yang turut hadir menikmati kemeriahan pasar
bandeng. Tidak hanya masyarakat Gresik saja yang ikut serta memeriahkan tapi
juga dari berbagai kota yang berdekatan dengan kota Gresik terutama Sidoarjo,
Lamongan, dan Mojokerto serta daerah yang lainnya. Karena banyaknya orang
yang simpatik, tempat pelaksanaan pasar bandeng ini diperpanjang dari Jl.
Samanhudi, Jl. Gubenur Suryo, Jl. Santri dan Jl. Basuki Rachmat. Awalnya sebelum
diperpanjang hanya dimulai dari Jl. Gubenur Suryo memanjang ke alun- alun kota.
Maka tidak heran jika ingin merasakan pasar bandeng gresik harus rela berdesakan
5
dengan pengunjung yang lainnya. Namun itu tidak akan dapat mengundurkan niat
masyarakat ( Priantoko: 2013 dalam Suaragresik.com ).
Pasar bandeng Gresik ini merupakan tradisi turun temurun dan merupakan
warisan yang dipelopori oleh Walisongo yang sampai sekarang masih dilakukan
dan dilestarikan oleh masyarakat setempat. Tradisi pasar bandeng kota Gresik ini
pertama kalinya dilakukan oleh Sunan Giri yang bertujuan untuk menggangkat
perekonomian rakyat setempat dengan melihat wilayah kota Gresik yang bagus
untuk pertambakan. Pada zaman dahulu masyarakat masih belum terbantu
perekonomiannya, masih kekurangan makanan, belum mengenal adanya hal – hal
seperti perdagangan, mungkin ada sebagaian namun masih belum stabil. Oleh
karena itu Kira –kira pada abad ke 15 Sunan Giri membantu perekonomian
masyarakat setempat dengan cara mengolah dan memasarkan hasil bumi. Dengan
itu kehidupan masyarakat Gresik menjadi mengenal tentang perekonomian yang
menguntungkan banyak pihak. Dengan adanya hal itu juga masyarakat jadi lebih
bersemangat dan tekun dalam pekerjaannya ( Priantoko: 2013 dalam
Suaragresik.com ).
Tradisi pasar bandeng di kota Gresik merupakan tradisi yang dilakukan
untuk menyambut hari raya idul fitri. Dimana dilakukan pada dua malam terakhir
sebelum malam takbiran dengan tujuan untuk menyambut malam takbiran atau
untuk memeriahkan hari kemenangan agama islam (hari raya idul fitri). Pasar
bandeng dilakukan sebagai wujud rasa syukur atas keberhasilan mereka dalam
menjalankan ibadah puasa, sekaligus menunjukkan kepawaian dalam bidang
pertambakan ikan bandeng dan juga untuk mengingat adat dan melestarikan budaya
agar tidak punah. Jika tradisi ini tidak dilakukan, masyarakat merasa kurang
6
lengkap dan tidak mampu mewujudkan rasa syukur. Karena memang ini sudah
menjadi kebiasaan rutin menjelang lebaran. Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti
ingin menggali lebih dalam bagaimana Tradisi Lelang Bandeng sebagai identitas
sosial dari masyarakat Kabupaten Gresik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang didapat
yaitu, Bagaimana tradisi lelang bandeng sebagai identitas sosial masyarakat
Kabupaten Gresik?
Beberapa aspek yang akan dikaji dari penelitian ini adalah pemahaman,
keterlibatan masyarakat tentang tradisi lelang bandeng, dan sosialisasi kepada
generasi muda untuk melestarikan trdisi lelang bandeng.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali lebih dalam lelang
bandeng sebagai identitas sosial masyarakat Kabupaten Gresik. Serta mengkaji
beberapa aspek, yaitu pemahaman, keterlibatan masyarakat tentang tradisi lelang
bandeng, dan sosialisasi kepada generasi muda untuk melestarikan trdisi lelang
bandeng.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat dari penelitian ini
adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan,
khususnya ilmu sosiologi terutama mengkaji tentang konsep identitas sosial.
7
b. Sebagai bahan masukan dan referensi bagi para peneliti lain yang akan
melakukan kajian sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah; sebagai bahan masukan bagi Pemerintah, Dinas, dan
Instansi terkait, khususnya pada Pemerintah di Kabupaten Gresik yang
berada pada lingkup penelitian agar dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan kebijakan menyangkut program – program
mengenai tradisi lelang bandeng di Kabupaten Gresik.
b. Bagi Masyarakat; dapat menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat
akan pentingnya melestarikan tradisi lelang bandeng dan penanaman
identitas sosial di Kabupaten Gresik.
1.5 Definisi Konsep
Agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran pada penelitian ini, maka
perlu adanya penjelasan tentang konsep yang digunakan, adalah sebagai berikut:
1. Identitas Sosial
Menurut Burke & Skets (1998), identitas sosial merupakan kategorisasi
diri dalam hal kelompok, dan lebih berfokus pada makna yang terkait dalam
menjadi anggota kategori sosial. Dengan penekanan yang ebih besar pada
identifikasi kelompok, berfokus pada hasil kognitif seperti ethnosentrisme, atau
kohesivitas kelompok. Sedangkan menurut Tajfel (dalam Taylor, Peplau &
Sears, 2009) menyatakan bahwa identitas sosial adalah bagian dari konsep diri
individu yang berasal dari keanggotaannya dalam satu kelompok sosial (atau
kelompok – kelompok sosial) dan nilai serta signifikasi emosional yang ada
8
dilekatkn dalam keanggotaan itu (Sanjaya: 2015 dalam
www.landasanteori.com).
2. Tradisi
Tradisi merupakan segala sesuatu kebiasan yang disalurkan atau
diwariskan dari masa lalu hingga masa kini atau sekarang. Namun, tradisi dalam
arti sempit ialah warisan – warisan sosial khusus yang memenuhi syarat saja
yaitu, tetap bertahan hidup di masa kini, yang masih kuat ikatannya dengan
kehidupan masa kini ( Sam: 2017). Sedangkan arti dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), tradisi merupakan adat kebiasaan turun – temurun (dari nenek
moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat, arti lain penilaian atau
anggapan bahwa cara – cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan
benar ( KBBI Online).
3. Lelang
Lelang merupakan proses membeli dan menjual barang atau jasa dengan
cara menawarkan kepada penawar, menawarkan tawaran harga lebih tinggi, dan
kemudian menjual barang kepada penawar harga tertinggi. Dalam teori
ekonomi, lelang mengacu pada beberapa mekanisme atau peraturan
perdagangan dari pasar modal ( Wikipedia: 2017). Pengertian lelang yang lain
adalah pada penjualan barang di muka umum, dengan penawaran harga secara
lisan atau dengan penawaran harga secara tertulis, yang didahului dengan
pengumuman lelang berdasarlan Perundang – Undangan yang berlaku. Menutut
Prof. Polderman, lelang adalah alat untuk mengadakan perjanjian atau
persetujuan yang menguntungkan bagi penjual dengan cara menghimpun pra
peminat ( Sanjaya: 2015 dalam Landasanteori.com ).
9
4. Bandeng
Bandeng merupakan jenis ikan yang cepat berenang karena memiliki
badan yang memanjang. Kepala bandeng tidak bersisik, mulut kecil terletak di
ujung rahang tanpa gigi, dan lubang hidung terletak di depan mata. Bandeng
adalah ikan asli air laut yang dikenal sebagai petualang ulung, walaupun dapat
hidup di tambak air payau maupun dipelihara di air tawar ( Zainudhin: 2016
dalam Agrotani.com ).
1.2 Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2009) mendefinisikan metode
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Pendekatan ini diarahkan pada latar dari individu tersebut secara holistik (utuh).
Sehingga pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, sebab peneliti nantinya akn mengahsilkan data deskriptif berupa kata
– kata tertulis atau lisan dari narasumber atau informan.
Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (dalam Moleong,
2009) pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang
dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Pengamatan kuantitatif
melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu
dalam pengamatan, pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu
itu. Untuk itu pengamat mulai mencatat atau menghitung dari satu, dua, tiga, dan
seterusnya. Di pihak lain kualitas menunjuk segi alamiah yang dipertentangkan
dengan kuantum atau jumlah tersebut. Atas dasar pertimbangan itulah maka
10
kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak
mengadakan perhitungan.
Moleong (2009) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif dapat
dimanfaatkan untuk beberapa keperluan. salah satunya yaitu untuk memahami
isu-isu rinci tentang situasi dan kenyataan yang dihadapi seseorang.
Jenis penelitian ini adalah Etnografi, dimana pada jenis penelitian ini
mempelajari masyarakat, kelompok etnis dan formasi etnis lainnya, etnogenesis,
komposisi, perpindahan tempat tinggal. Karakteristik kesejahteraan sosial, juga
budaya material dan spiritual. Etnografi sering diterapkan untuk mengumpulkan
data empiris tentang masyarakat dan budaya manusia. Etnografi biasanya
dilakukan pada kelompok masyarakat yang relatif homogen dibandingkan degan
masyarakat industri. Secara mendasar, etnografi merupakan upaya untuk
memperhatikan tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita
pahami (Spradley, dalam Eko:2011). Pengumpulan data biasanya dilakukan
melalui pengamatan prtisipan, wawancara, kuisioner, dan lain lain. Peneliti
menggambarkan dan menginterpretasikan pola nilai, perilaku, kepercayaan, dan
bahasa yang dipelajari dan dianut oleh suatu kelompok budaya (Eko dkk, 2011:
16).
Menurut Moleong (2009), etnografi memfokuskan diri pada budaya dari
sekelompok orang. Peneliti etnografi meneliti secara umum dan meluas tentang
budaya umum seperti Etnis Cina, Orang Indonesia, Suku Batak, Suku Jawa dan
sering hal itu dinamakan etnografi makro. Sebaliknya etnografi dapt
memfokuskan dirinya pada budaya yang kecil dan sempit seperti budaya orang
pemulung, budaya artis dan hal demikian dinamakan etnografi mikro. Peneliti
11
etnografi berjuang untuk memperoleh perspektif emik tentang budaya yang
sedang ditelitinya. Kemudian berupaya untuk mencapai apa yang dinamakan
‘tacit knowledge’.
Menurut Jerome Kerk dan Marc L. Miler, ada 4 tahapan dalam
melakukan penelitian etnografi:
a. Memilih masyarakat sebagai objek penelitian.
b. Melakukan investigasi untuk menemukan (Discovery) dan mengumpulkan
(Getting) data.
c. Menyusun data secara sistematis.
d. Melakukan penjelasan untuk pamit kelapangan (Ngarasati: 2015 dalam
unnes.ac.id)
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sidomukti Kecamatan Kebomas
Kabupten Gresik. Alasannya karena berdasarkan catatan sejarah, mulanya pasar
bandeng hadir untuk memenuhi kebutuhan para santri Sunan Giri di pondok
pesantren Giri Kedaton, yang saat ini dikenal dengan Desa Sidomukti
Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik (Firmansyah: 2015 dalam
www.inigresik.com)
3. Subjek Penelitian
Pengambilan subjek penelitian dilakukan dengan purposive sampling,
yang ditetapkan berdasarkan dengan tujuan penelitian yang dipilih secara
sengaja oleh peneliti melalui beberapa pertimbangan. Teknik ini digunakan
apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan
12
penelitiannya (Husaini dkk, 2008: 45). Untuk itu, peneliti menentukan beberapa
informan atau subjek dalam penelitian ini, yang terdiri dari:
a. Tokoh masyarakat Desa Sidomukti Kecamatan Kebomas Kabupaten
Gresik.
b. Masyarakat yang tinggal di Desa Sidomukti Kecamatan Kebomas
Kabupaten Gresik minimal selama 10 tahun.
c. Masyarakat yang setiap tahun mengikuti tradisi lelang bandeng.
4. Teknik Pengumpulan Data
Diperlukan serangkaian data yang mendukung untuk dapat membuat
sebuah simpulan. Tentu saja aktivitas ini membutuhkan sebuah proses
pengumpulan data dari subjek yang tepat. Dengan demikian, ada beberapa
teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu antara lain:
a. Observasi
Metode observasi/pengamatan digunakan untuk mengamati
kondisi sosial terkait masyarakat Desa Sidomukti Kecamatan Kebomas
Kabupaten Gresik mengenai tradisi lelang bandeng yang sudah menjadi
kebiasaan rutin setiap tahun. Adapun observasi atau pengamatan yang
dilakukan adalah secara partisipatif ( yang mana informan berperan
aktif/terlibat secara jelas, tahu dan mengerti adanya kegiatan dan tujuan
observasi ) serta melalui kehadiran peneliti dalam situasi sosial subyek, dan
berinteraksi seperlunya. Sehingga lebih memungkinkan bagi peneliti untuk
menggali data yang mendalam.
Yaitu dengan melakukan pengamatan yang dijadikan lokasi
penelitian guna mendapatkan data yang diperlukan. Atau dengan kata lain
13
observasi adalah pengamatan dan penelitian secara fenomenal. Penggunaan
metode observasi, menurut Black dan Champion yang dikutip oleh
Suprayogo (2001:167), antara lain:
“Pertama,untuk mengamati fenomena sosial keagamaan sebagai
peristiwa actual yang memungkinkan peneliti memandang fenomena
tersebut sebagai proses; kedua, untuk menyajikan kembali gambaran dari
fenomenna sosial keagamaan dalam laporan penelitian dan penyajian; dan
ketiga, untuk melakukan eksplorasi atas setting sosial di mana fenomena
itu terjadi.”
b. Wawancara
Metode wawancara digunakan adalah untuk memperoleh data
secara mendalam mengenai sikap, tingkahlaku, dan interaksi sosial atas
dasar pandangan dan pengalaman kepada masyarakat Desa Sisomukti
Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik mengenai tradisi lelang bandeng.
Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka
(facetoface) dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Suprayogo,2001:172). Pengumpulan data dengan cara
mewawancarai informan yang diteliti.
Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara baku
terbuka. Jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan
seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya, dan cara
penyajiannya pun sama untuk setiap responden (Suprayogo,2001:174).
14
Mereka mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengatahui
pula apa maksud wawancara tersebut (Suprayogo, 2001:175).
c. Dokumentasi
Merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan kepada
subyek penelitian. Dokumen dapat berupa catatan pribadi, buku, notulen
rapat, gambar, foto, bagan, dan lain sebagainya. Adapun metode
dokumentasi peneliti gunakan untuk mengumpulkan data-data mengenai
gambaran umum institusi, sejarah berdirinya, bangunan fisik, kegiatan.
5. Teknik Analisa Data
Menurut Miles dan Huberman juga Yin yang dikutip oleh Suprayogo
(2001:192), tahap penelitian kualitatif secara umum dimulai sejak pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan atauverifikasi.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan multi sumber bukti,
membangun rangkaian bukti dan klarifikasi dengan informan tentang draf
kasar dari laporan penelitian.
b. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar,
yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data berlangsung secara
terus-menerus selama penelitian berlangsung. Dalam proses reduksi data ini,
peneliti dapat melakukan pilihan-pilihan terhadap data yang hendak dikode,
mana yang hendak dibuang, mana yang merupakan ringkasan, cerita-cerita
apa yang sedang berkembang.
15
c. Penyajan data
Adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Biasanya penyajian data tersebut berupa teksnaratif/peneliti
menyajikan datanya secara panjang lebar.
d. Menarik simpulan/verifikasi
Kesimpulan pada penelitian kualitatif sebaiknya ditangani dengan
sifat yang longgar, tetap terbuka. Maksudnya kita dapat mulai menarik
simpulan sembari kita melakukan penelitian.
Adapun model analisis yang diterapkan dalam penelitian ini
menggunakan analisis data kualitatif modelalir, Milles dan Huberman
(1984), menggambarkan bahwa analisis data kualitatif model alir akan
melalui tiga alur, meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan
simpulan.
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan
tertulis dilapangan. Penyajian data dilakukan dalam rangka pemahaman
terhadap informasi yang terkumpul yang member kemungkinan adanya
penarikan simpulan.
Penarikan simpulan dilakukan secara bertahap melalui simpulan-
simpulan sementara untuk menuju simpulan akhir yang memiliki
kepercayaan yang tinggi. Oleh karena itu analisis data dilakukan secara
terus-menerus selama penelitian di lapangan berlangsung. Dengan demikian
16
analisis penelitian dilakukan semenjak awal pengambilan data di lapangan
sampai khasanah data mencukupi untuk proses penarikan simpulan.
Dalam penelitian ini peneliti sendiri juga memiliki posisi sebagai
instrumen, sehingga dapat dimungkinkan terjadi penelitian yang tidak
obyektif. Untuk mengupayakan derajat kepercayaan tersebut, maka peneliti
mendasarkan pada prinsip obyektivitas, yang dinilai dari validitas dan
reliabilitasnya. Untuk membuktikan validitas, data yang diperoleh perlu diuji
kredibilitasnya. Reliabilitas diperoleh dari konsistensi temuan penelitian yang
diperoleh dari para subyek/informan.
6. Validitas Data
Dalam penelitian ini, pengujian terhadap validitas dilakukan dengan
metode triangulasi, dalam bukunya Suprayogo ada empat macam teknik
triangulasi (2001:187) dalam penelitian kualitatif, adapun dalam penelitian ini
peneliti menggunakan teknik triangulasi sebagai berikut:
a. Trianggulasi data atau trianggulasi sumber data
Adalah salah satu metode yang digunakan dalam uji validitas dalam
penelitian kualitatif yang mana dalam pengumpulan data, peneliti
menggunakan multi sumber data (Suprayogo, 2001:187).
b. Trianggulasi metode
Yaitu salah satu metode yang digunakan dalam uji validitas dalam
penelitian kualitatif dengan cara peneliti menggunakan berbagai metode
pengumpulan data untuk menggali data sejenis (Suprayogo, 2001:187).
Misalnya menggunakan metode observasi dan wawancara untuk
mendapatkan sebuah data.
17