17
Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tasawuf merupakan suatu disiplin ilmu yang lebih menekankan kepada kehidupan akhirat, yakni aspek spiritual Islam dibandingkan dengan kehidupan di dunia. Beberapa tokoh sufi memberikan definisi tasawuf dengan pengertian yang berbeda-beda. Salah satu diantaranya adalah definisi tasawuf menurut Al Junaid al- Bagdadi (w. 289 H), seorang tokoh sufi modern, mengatakan bahwa tasawuf ialah membersihkan hati dari sifat yang menyamai binatang dan melepaskan akhlak yang fitri, menekan sifat basyariah (kemanusiaan), menjauhi hawa nafsu, memberikan tempat bagi sifat-sifat kerohanian, berpegang pada ilmu kebenaran, mengamalkan sesuatu yang lebih utama atas dasar keabadiannya, memberi nasihat kepada umat, benar-benar menepati janji terhadap Allah Swt., dan mengikuti syariat Rasulullah Saw. 1 Sebelumnya, pada masa Nabi Muhammad Saw. dan masa khulafaur rasyidin, tidak pernah dikenal istilah “sufi”. Melainkan, lebih dikenal dengan panggilan “sahabat”. Panggilan ini merupakan istilah yang paling berharga pada saat itu. Kemudian pada masa berikutnya, yaitu pada masa sahabat, orang-orang Muslim yang tidak bertemu dengan beliau dikenal dengan sebutan tabi’in, dan seterusnya disebut tabi’it tabi’in. Kemudian munculnya istilah tasawuf baru dimulai pada pertengahan abad ke-3 Hijriyah, oleh Abu Hasyim al-Kufy (w.250 H) dengan meletakan “al-sufi” di belakang namanya. 2 Karya-karya ilmiah pada umumnya mendefinisikan tasawuf atau sufisme sebagai “mistisisme Islam”. 3 Oleh para Orientalis, secara khusus diberikan nama 1 Permadi, Pengantar Ilmu Tasawuf, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, hal. 28. 2 Amin Syukur, M.A, Menggugat Tasawuf: Sufisme dan Tanggung Jawab Sosial abad 21, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999, hal. 7. 3 Titus Burckhardt, Mengenal Ajaran Kaum Sufi, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1976, hal. 24. Refelksi Jalaluddin..., Chiriyah, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlib.ui.ac.id/file?file=digital/127266-RB07C175r-Refleksi Jalaluddin... · Beberapa tokoh sufi memberikan definisi tasawuf ... membatasi

  • Upload
    ngoque

  • View
    216

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlib.ui.ac.id/file?file=digital/127266-RB07C175r-Refleksi Jalaluddin... · Beberapa tokoh sufi memberikan definisi tasawuf ... membatasi

Universitas Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tasawuf merupakan suatu disiplin ilmu yang lebih menekankan kepada

kehidupan akhirat, yakni aspek spiritual Islam dibandingkan dengan kehidupan di

dunia. Beberapa tokoh sufi memberikan definisi tasawuf dengan pengertian yang

berbeda-beda. Salah satu diantaranya adalah definisi tasawuf menurut Al Junaid al-

Bagdadi (w. 289 H), seorang tokoh sufi modern, mengatakan bahwa tasawuf ialah

membersihkan hati dari sifat yang menyamai binatang dan melepaskan akhlak yang

fitri, menekan sifat basyariah (kemanusiaan), menjauhi hawa nafsu, memberikan

tempat bagi sifat-sifat kerohanian, berpegang pada ilmu kebenaran, mengamalkan

sesuatu yang lebih utama atas dasar keabadiannya, memberi nasihat kepada umat,

benar-benar menepati janji terhadap Allah Swt., dan mengikuti syariat Rasulullah

Saw.1

Sebelumnya, pada masa Nabi Muhammad Saw. dan masa khulafaur rasyidin,

tidak pernah dikenal istilah “sufi”. Melainkan, lebih dikenal dengan panggilan

“sahabat”. Panggilan ini merupakan istilah yang paling berharga pada saat itu.

Kemudian pada masa berikutnya, yaitu pada masa sahabat, orang-orang Muslim yang

tidak bertemu dengan beliau dikenal dengan sebutan tabi’in, dan seterusnya disebut

tabi’it tabi’in. Kemudian munculnya istilah tasawuf baru dimulai pada pertengahan

abad ke-3 Hijriyah, oleh Abu Hasyim al-Kufy (w.250 H) dengan meletakan “al-sufi”

di belakang namanya.2

Karya-karya ilmiah pada umumnya mendefinisikan tasawuf atau sufisme

sebagai “mistisisme Islam”.3 Oleh para Orientalis, secara khusus diberikan nama

1 Permadi, Pengantar Ilmu Tasawuf, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, hal. 28.

2 Amin Syukur, M.A, Menggugat Tasawuf: Sufisme dan Tanggung Jawab Sosial abad 21, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1999, hal. 7. 3 Titus Burckhardt, Mengenal Ajaran Kaum Sufi, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1976, hal. 24.

Refelksi Jalaluddin..., Chiriyah, FIB UI, 2009

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlib.ui.ac.id/file?file=digital/127266-RB07C175r-Refleksi Jalaluddin... · Beberapa tokoh sufi memberikan definisi tasawuf ... membatasi

Universitas Indonesia

2

“sufisme”.4 Intisari dalam mistisisme

5, termasuk dalam tasawuf, adalah kesadaran

akan adanya komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Tuhan, dengan

mengasingkan diri dan berkontemplasi.6 Dalam Tarikat Naqsyabandiyah, diajarkan

tentang arti penting dari ruh tersebut. Ruh adalah jism yang halus, tidak terkurung

dalam jism kasar (tubuh) dan tidak pula terlepas keluar. Barangsiapa yang mengenal

ruhnya, berarti akan dapat mengenal Allah Swt.7

Untuk memperoleh kepuasan mistisnya tersebut, seorang pengikut dalam suatu

tarikat membutuhkan bimbingan dari seorang guru yang dikenal dengan sebutan

“syekh” atau “mursyid”. Biasanya seorang syekh memiliki wakil yang dikenal

dengan istilah “khalifah”. Di samping khalifah, syekh juga memiliki sejumlah

pengikut yang disebut dengan istilah “murid”.8 Kewajiban seorang murid adalah

menaati peraturan yang diberlakukan oleh syekh yang memimpin tarikat tersebut. Di

sisi lain, tugas seorang syekh dalam suatu tarikat adalah membimbing dan memberi

arahan kepada seluruh muridnya agar mereka mengenal dan mengetahui jalan

spiritual menuju cinta ilahi. Jalan spiritual inilah yang kemudian dalam ilmu tasawuf

disebut dengan “tarikat”.

Tarikat adalah “jalan” yang ditempuh para sufi, dan digambarkan sebagai jalan

yang berpangkal dari syariat, sebab jalan utama disebut syar’, sedangkan anak jalan

disebut tarīq.9 Akan tetapi, tarīq atau jalan itu lebih sempit dan lebih sulit dijalani

4 Noer Iskandar al-Barsany, Tasawuf, Tarikat, dan Para Sufi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001,

hal.1. 5 Mistisme atau mystism berasal dari kata Yunani “myen” yang artinya “menutup mata”, yang juga

menjadi asal kata mystery, kemudian terbentuklah kata mysticism. Tujuan akhir seorang mistis tidak

akan pernah dicapai melalui cara-cara akademis atau cara-cara biasa, karena dasar dari mysticism

adalah cinta pada Yang Maha Absolut, Kebenaran dan Realitas Tunggal atau Tuhan atau yang biasa

dikenal sebagai usaha untuk menyingkap “the mysteries of the Kingdom of Heaven (rahasia-rahasia

Kerajaan Langit). Definisi ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Abu Nasr Attusi al-Sarraj (w.

378 H/988 M), bahwa para Sufi adalah mereka yang mengutamakan Tuhan di atas segalanya,

sebagaimana Tuhan mengutamakan mereka. lihat Alwi Shihab, Membedah Islam di Barat: Menepis

Tudingan Meluruskan Kesalahpahaman, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004, hal. 205. 6 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 2002, hal. 68.

7 Mansur Laily, Ajaran dan Teladan Para Sufi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, hal. 227.

8 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997, hal. 271.

9 Annemarie Schimmel, Dimensi Mistis dalam Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000, hal. 123.

Refelksi Jalaluddin..., Chiriyah, FIB UI, 2009

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlib.ui.ac.id/file?file=digital/127266-RB07C175r-Refleksi Jalaluddin... · Beberapa tokoh sufi memberikan definisi tasawuf ... membatasi

Universitas Indonesia

3

serta membawa santri-disebut salik, atau pengembara-dalam suluk10

atau

pengembaraannya melalui berbagai persinggahan (maqām), sampai mungkin cepat

atau lambat akhirnya ia mencapai tujuannya, yaitu tauhid sempurna: pengakuan

berdasarkan pengalaman bahwa Tuhan adalah satu.11

Abu Bakar Aceh dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Tarikat,

menyatakan bahwa dalam ilmu tasawuf diterangkan mengenai arti tarikat ialah jalan

atau petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang

dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. dan dilakukan oleh sahabat-sahabat nabi,

tabiin dan tabiin-tabiin turun temurun sampai kepada guru-guru atau ulama-ulama,

sambung menyambung dan rantai berantai sampai pada masa kita ini.12

Ada banyak metode atau cara peribadatan yang dilakukan seorang sufi dalam

mendekatkan diri kepada Allah Swt., di antaranya yaitu dengan cara zikir dan doa,

itikaf, dan sebagainya. Tarikat Naqsyabandiyah memiliki jenis zikir yang bermacam-

macam. Beberapa di antaranya adalah zikir zahr, zikir khafi, dan juga terdapat zikir

khātam khawajagan yang dipraktikkan di zawiyah13 Tarikat Naqsyabandiyah

Haqqani setiap seminggu sekali. Manusia yang diberkahi dengan pengetahuan batin

memandang zikir, “senantiasa dan terus menerus mengingat” Allah Swt., sebagai

metode paling efektif untuk membersihkan hati dan mencapai kehadiran ilahi. Objek

segenap ibadah ialah mengingat Allah Swt., dan hanya terus menerus mengingat

Allah Swt. (zikir) sajalah yang bisa melahirkan cinta kepada Allah Swt. serta

mengosongkan hati dari kecintaan dan keterikatan pada dunia fana’ ini.14

Para sufi terkemuka memandang zikir atau mengingat Allah Swt. sangat penting

untuk membersihkan hati. Hal ini didasarkan pada ketentuan yang terdapat dalam

Quran Surat al-Ahzab ayat 41-42, yang berbunyi:

10

Hakekat Suluk adalah mengosongkan diri dari sifat-sifat mazmumah/buruk (dari maksiat lahir dan

dari maksiat batin) dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji/mahmudah (dengan taat lahir

batin kepada adab-adab syariat yang berlaku). Ke arah menuju itu, kaum sufi menempuh bermacam-

macam tarikat atau cara yang membawa mereka yang akhirnya sampai kepada kehadirat Tuhan.

Lihat Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, hal. 25. 11

Schimmel, op. cit., hal. 123. 12

Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarikat, Solo: Ramadani, 1995, hal. 67. 13

Zawiyah merupakan sebuah tempat atau padepokan yang digunakan untuk melakukan praktik zikir. 14

Mir Valiuddin, Zikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf, Bandung: Pustaka Hidayah, 1996, hal. 84.

Refelksi Jalaluddin..., Chiriyah, FIB UI, 2009

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlib.ui.ac.id/file?file=digital/127266-RB07C175r-Refleksi Jalaluddin... · Beberapa tokoh sufi memberikan definisi tasawuf ... membatasi

Universitas Indonesia

4

�κš‰ r' ¯≈tƒ tÏ% ©!$# (#θãΖtΒ# u (#ρâ�è0øŒ $# ©! $# # [�ø.ÏŒ # Z��ÏVx. ∩⊆⊇∪ çνθßsÎm7 y™ uρ Zοt� õ3ç/ ¸ξ‹ Ϲr& uρ ∩⊆⊄∪

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Berzikirlah dan ingatlah nama Allah dan

zikir sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang”.

QS 33 : 41-42

Mengenai metode zikir yang diterapkan oleh masing-masing tarikat, berbeda-

beda sesuai dengan yang diajarkan oleh syekh tarikat tersebut. Seperti halnya

Maulana Jalaluddin Rumi, tarikat yang diilhaminya adalah Mevlevi (baca: Mewlewi)

atau disebut juga dengan nama Tarikat Maulawiyah, di Barat lebih dikenal sebagai

para darwis yang berputar (Whirling Dervishes).15

Dalam tarikatnya, Rumi

menerapkan praktik zikirnya melalui tarian mistis yang kemudian muncul istilah

“Sema”.

Sema dalam pengertian lain adalah semacam konser spiritual yang terdiri dari

beberapa adab16

yang harus dijalani. Adapun konser spiritual yang dimaksud adalah

konser musik kerohanian yang disertai dengan pembacaan sajak dan tari-tarian.

Tarian ini melambangkan gerakan berputar jiwa, yang terjadi karena kecintaan sang

sufi dan perhatiannya yang penuh kepada Tuhan.17 Penggunaan musik dalam tasawuf

dan hubungannya dengan tahapan-tahapan perjalanan kerohanian dalam ilmu suluk

menghantarkan dekat kepada Tuhan. Dalam hal ini, tari Sema diselenggarakan

dengan tujuan membawa pendengar ke dalam keadaan rohani yang disebut

tawajjud18

, yaitu kekhusyukan yang kudus. Tawajjud dilakukan sebagai upaya

15

Schimmel, op. cit., hal 393. 16

Adab merupakan kata Arab untuk etiket. Dalam etiket ada ajaran tentang perilaku yang benar untuk

beragam keadaan: apa yang mesti dilakukan, bagaimana cara bertindak dan kapan tidak perlu

bertindak. Daftar adab, yang disampaikan secara lisan atau tertulis dirumuskan, diajarkan, dan

diawasi oleh para guru agar interaksi sosial—fondasi interaksi sosial ini adalah saling membantu—

di dalam kelompok terjaga, dan tujuannya untuk mengembangkan karakter tunduk. lihat Sviri, Cita

Rasa Mistis, hal. 208. 17

Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, Jakarta: Erlangga, 2006, hal. 259. 18

Tawajjud atau ekstase dalam tarikat adalah suatu keadaan di luar kesadaran diri (seperti halnya

keadaan seseorang yang sedang khusyuk bersemadi). Dalam hal ini, istilah ekstase memiliki

padanan kata dengan istilah wajd. Kata tawajud, yaitu bentuk keenam daripada kata kerja wajada

“menemukan”, berarti berusaha mencapai keadaan ekstase dengan sarana luar”. Dengan kata lain

adalah usaha untuk bebas dari diri sendiri itu dilakukan dengan cara menyanyi dan menari. Lihat

Schimmel, Dimensi Mistis dalam Islam, hal. 227.

Refelksi Jalaluddin..., Chiriyah, FIB UI, 2009

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlib.ui.ac.id/file?file=digital/127266-RB07C175r-Refleksi Jalaluddin... · Beberapa tokoh sufi memberikan definisi tasawuf ... membatasi

Universitas Indonesia

5

pembebasan diri, dan sarana pembebasan itu adalah nyanyian dan tari-tarian. Tarikat-

tarikat, seperti Maulawiyah, Chistiyah, Alawiyah, Sanusiyah, dan lain-lain

menempatkan Sema sebagai sarana peningkatan rasa dan penghayatan keagamaan.19

Dengan demikian, Maulana Jalauddin Rumi mempunyai pengaruh besar

dalam bidang sastra sufi, hingga di bidang tasawuf seni. Dalam hal ini, dipercayai

bahwa penggunaan musik dalam tasawuf merupakan salah satu cara untuk

mendekatkan diri kepada Allah Swt. Berkaitan dengan hal di atas, aliran sufi di Timur

seperti Naqsyabandiyah, mengambil teknik-teknik hatha-yoga20

tertentu dan akhirnya

menjadi demikian berbeda dalam bentuk tarian mereka.21

Oleh sebab itulah, penulis

sangat tertarik untuk mengkaji tarian mistis Sema lebih dalam lagi.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas penulis dalam skripsi ini adalah:

• Atas dasar apa Tarikat Naqsyabandiyah Haqqani menerapkan praktik zikir

dengan diiringi musik dan tarian mistis yang disebut dengan istilah Sema?

• Apakah dalam tarian mistis Sema terdapat rukun-rukun tertentu yang harus

dilakukan dan rahasia apa yang terdapat di dalamnya?

19

Sudirman Tebba, Tasawuf Positif, Jakarta: Prenada Media, 2003, hal. 161 et Seq. 20

Istilah “Hatha” terdiri dari dua kata, yaitu: ‘Ha’ yang artinya Matahari dan ‘Tha’ artinya Rembulan.

Dalam Yoga dikatakan bahwa bagian kanan tubuh bersifat positif, jantan, panas (Matahari).

Sedangkan bagian kiri tubuh merupakan sikap negatif, feminim, dingin (Rembulan). Perkataan Yoga

sendiri berarti: tafakur atau semadi; yakni penyatuan pikiran, mendekatkan kepada Dzat Yang Maha

Kuasa, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dalam istilah Pancasila, dasar Negara kita. Hatha Yoga adalah

sebuah latihan untuk lebih mengenal diri kita sendiri seutuhnya, untuk mengharmonisasikan unsur

materi dengan unsur nonmateri dalam diri kita (manusia), yang merupakan karunia dari Tuhan Yang

Maha Esa. Lihat B. Sidartanto Buanadjaya, Pelajaran Praktis Hatha Yoga Kundalini Sakti:

Membina Badan dan Batin Sehat Kuat Sentosa, Solo: Aneka CV, 1993, hal. 9 & 12; lihat juga Shri

Yogendraji, Yoga for Students, India: K.V. Gopalakrishnan at Associated Advertisers & Printers,

1988. 21

Burckhardt, op. cit. hal. 143.

Refelksi Jalaluddin..., Chiriyah, FIB UI, 2009

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlib.ui.ac.id/file?file=digital/127266-RB07C175r-Refleksi Jalaluddin... · Beberapa tokoh sufi memberikan definisi tasawuf ... membatasi

Universitas Indonesia

6

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

• Untuk memberikan penjelasan mengenai sejauh mana alasan Tarikat

Naqsyabandiyah Haqqani menerapkan Sema dalam zikirnya dan atas dasar

apa tarikat ini menerapkan Sema dalam zikirnya.

• Untuk menjelaskan tentang rukun-rukun yang harus dilakukan ketika

melaksanakan tari mistis Sema dan mengetahui apakah dalam tari mistis Sema

terdapat rahasia yang tersirat di dalamnya.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Sepengetahuan penulis, pembahasan mengenai tasawuf sudah banyak yang

meneliti. Akan tetapi, pembahasan mengenai seni mistis Sema secara khusus masih

jarang ditemukan, maka dari itu diperlukan pembahasan yang lebih rinci lagi dan

ditinjau dari berbagai aspek yang saling berkaitan. Dengan demikian, dalam

penulisan skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup pembahasan pada “Refleksi

Jalaluddin Rumi terhadap Tari Mistis Sema pada Tarikat Naqsyabandiyah Haqqani”.

Bukan hanya itu, dalam skripsi ini penulis juga membahas mengenai sejarah

munculnya tari mistis Sema pada masa Jalaluddin Rumi hingga sejarah masuknya tari

mistis Sema ke Indonesia yang saat ini diterapkan oleh Tarikat Naqsyabandiyah

Haqqani di Indonesia.

Refelksi Jalaluddin..., Chiriyah, FIB UI, 2009

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlib.ui.ac.id/file?file=digital/127266-RB07C175r-Refleksi Jalaluddin... · Beberapa tokoh sufi memberikan definisi tasawuf ... membatasi

Universitas Indonesia

7

1.5 Metodologi Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metodologi participant

observer, yakni sumber data primer diperoleh penulis dari hasil studi lapangan

dengan mengunjungi Yayasan Haqqani Sufi Indonesia atau nama lainnya adalah

“Rumi Café”, di sana penulis melakukan teknik wawancara dengan Presiden Haqqani

Sufi Institute of Indonesia yang bernama Arief Hamdani. Di samping itu, penulis juga

mengikuti zikir khātam khawajagan yang diadakan di zawiyah Tarikat

Naqsyabandiyah Haqqani setiap hari Senin malam sebanyak lima kali. Selain dari

studi lapangan, penulis memperoleh data sekunder dari pustaka, yaitu dengan mencari

serta membaca buku-buku dan skripsi yang berkaitan dengan tarikat dan juga yang

berkaitan dengan Jalaluddin Rumi dan tari mistis Sema. Sumber pustaka tersebut

didapat dari Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia,

Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, Perpustakaan Islam Iman Jama’,

Perpustakaan Nasional, dan dari sumber lainnya. Selain dari pustaka, penulis juga

mencari sumber-sumber lain seperti dari internet dan media audio visual lainnya yang

berbentuk kepingan VCD yang berisi tentang praktik tari Sema, sehingga dapat

menambah pengetahuan dan pengalaman penulis.

Setelah semua data berhasil diperoleh, penulis melakukan kritik sumber

dengan cara eksternal terhadap data tersebut. Tujuannya agar dapat diketahui apakah

sumber data tersebut dapat dipercaya atau tidak, sehingga dapat menghasilkan fakta

yang objektif. Setelah itu, penulis melakukan langkah berikutnya yaitu interpretasi

data. Dalam hal ini, penulis akan menganalisis sumber data dan terakhir baru

dilakukan pengolahan dan penulisan data secara deskriptif analitis.

Refelksi Jalaluddin..., Chiriyah, FIB UI, 2009

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlib.ui.ac.id/file?file=digital/127266-RB07C175r-Refleksi Jalaluddin... · Beberapa tokoh sufi memberikan definisi tasawuf ... membatasi

Universitas Indonesia

8

1.6 Landasan Teori

Untuk memudahkan penulis dalam menganalisis pembahasan masalah dalam

skripsi ini, penulis menggunakan teori tentang seni Islam yang dikemukakan oleh

Yusuf Qardhawi dan teori tentang hubungan tasawuf dan seni yang dikemukakan

oleh Sudirman Tebba. Hubungan tasawuf dan seni ini sama seperti halnya ketika

masa Wali Songo yang menggunakan seni dalam dakwahnya. Metode dakwah di

bidang seni ini juga dilakukan oleh sebagian para pengikut tarikat. Salah satu metode

dakwah di bidang seni yang dilakukan oleh sebagian pengikut tarikat adalah dengan

menerapkan tari Sema dalam zikirnya. Metode ini awalnya dilakukan oleh Tarikat

Maulawiyah di Turki dan saat ini di Indonesia dakwah melalui Sema dalam zikirnya

juga dilakukan oleh Tarikat Naqsyabandiyah Haqqani Indonesia.

1.6.1 Makna Tarikat Ditinjau dari Berbagai Aspek

Seperti halnya dalam pengertian tasawuf, tarikat itu sendiri juga

memiliki banyak pengertian yang berbeda-beda antara satu dengan yang

lainnya. Hal tersebut terjadi berdasarkan tinjauan masing-masing kalangan.

Jalan Tritunggal kepada Tuhan (tarikat) dijelaskan dalam suatu hadis

Rasulullah Saw., “syariat adalah perkataanku (aqwali), tarikat adalah

perbuatanku (amali), dan hakikat adalah keadaan batinku (ahwali).22

Louis

Ma’luf menyatakan arti tarikat dari segi bahasa, tarikat berasal dari bahasa

Arab “tarīqah” yang berarti jalan, keadaan, aliran dalam garis sesuatu. Jamil

Shaliba berpendapat mengenai arti tarikat secara harfiah berarti jalan yang

terang, lurus yang memungkinkan sampai pada tujuan dengan selamat.23

Harun Nasution berpendapat bahwa tarikat berasal dari kata tarīqah

(jalan), yaitu jalan yang harus ditempuh oleh seorang calon sufi dalam tujuan

22

Schimmel, op. cit., hal. 123. 23

Nata, op. cit., hal. 269.

Refelksi Jalaluddin..., Chiriyah, FIB UI, 2009

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlib.ui.ac.id/file?file=digital/127266-RB07C175r-Refleksi Jalaluddin... · Beberapa tokoh sufi memberikan definisi tasawuf ... membatasi

Universitas Indonesia

9

berada sedekat mungkin dengan Tuhan. Tarīqah baru kemudian menjadi

sebuah organisasi (tarikat) dan setiap tarikat memiliki syekh, upacara ritual,

dan bentuk zikir tersendiri.24

Menurut Abu Bakar Aceh, tarikat artinya adalah “jalan”, petunjuk

dalam melakukan sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan

dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. dan dikerjakan oleh sahabat, tabi’in,

turun temurun sampai kepada guru-guru, sambung menyambung dan rantai

berantai”. Apabila segala perintah wajib dan peraturan-peraturan yang

terdapat dalam ajaran Islam dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka

ia akan mengenal Tuhannya. Dengan demikian, ia akan mengetahui untuk

siapa ibadahnya tersebut ditujukan. Dalam ilmu tasawuf penjelasan ini di

sebut demikian, hampir sama dengan yang telah diungkapkan di atas bahwa:

syariat itu merupakan peraturan, tarikat itu merupakan pelaksanaan, hakikat

itu merupakan keadaan, dan makrifat itu adalah tujuan yang terakhir. Jadi,

syariat dan tarikat itu tidak lain daripada mewujudkan pelaksaan dari ibadah

dan amal, sedangkan hakikat itu memperlihatkan ihwal dan rahasia

tujuannya.25

Pentingnya menjaga kesatuan syariat dan tarikat karena dituntut oleh

kenyataan bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini, termasuk manusia,

pokok dari semua tarikat itu ada lima macam, di antaranya adalah:

mempelajari ilmu pengetahuan yang bersangkut paut dengan pelaksanaan

semua perintah, kedua mendampingi guru-guru dan teman setarikat untuk

melihat bagaimana cara melakukannya sesuatu ibadah, ketiga meninggalkan

segala rukhsah (kesempatan) dan takwil26

untuk menjaga dan memelihara

kesempurnaan amal, keempat menjaga dan mempergunakan waktu serta

mengisinya dengan segala wirid dan doa guna mempertebalkan khusyuk dan

24

Nasution, op. cit., hal. 88. 25

Aceh, op. cit., hal. 68 et Seq. 26

Takwil atau ta’wil adalah penafsiran. Ta’wil berarti “mengembalikan sesuatu ke tempat semula”,

menemukan, dan menjelaskan. Takwil bermanfaat jika tidak bertentangan dengan ajaran pokok

Islam atau tidak melemahkan iman orang-orang mukmin. Lihat Khazanah Istilah Sufi: Kunci

Memasuki Dunia Tasawuf, hal. 294.

Refelksi Jalaluddin..., Chiriyah, FIB UI, 2009

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlib.ui.ac.id/file?file=digital/127266-RB07C175r-Refleksi Jalaluddin... · Beberapa tokoh sufi memberikan definisi tasawuf ... membatasi

Universitas Indonesia

10

hudhūr27

(kehadiran bersama Allah Swt.), dan kelima mengekang diri, jangan

sampai keluar melakukan hawa nafsu dan supaya diri itu terjaga dari

kesalahan.28

Mengenai hubungan antara syariat dan tarikat, Mustafa Zahri dalam

bukunya yang berjudul Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, berpendapat bahwa

dalam ilmu tasawuf menerangkan syariat itu hanyalah peraturan-peraturan

belaka. Adapun peraturan-peraturan yang dimaksud adalah seperti shalat,

zakat, puasa. Oleh karena itu, “tarikat-lah” yang merupakan perbuatan untuk

melaksanakan syariat tersebut. Apabila tarikat dan syariat itu sudah berhasil

dikuasai, maka lahirlah hakikat yang tidak lain adalah perbaikan dari keadaan.

Tujuan dari itu semua adalah marifat yaitu mengenal Tuhan, sehingga muncul

rasa cinta yang begitu dalam. Mengenai hal ini, Nabi Muhammad Saw.

bersabda, “Syariat itu perkataanku, Tarikat adalah perbuatanku, dan Hakikat

merupakan kelakuanku”.29

Berdasarkan pengertian tarikat dari berbagai tokoh terkemuka di atas,

penulis mengambil kesimpulan bahwa tarikat ialah jalan spiritual yang

ditempuh manusia yang terikat di dalamnya, sebagai pentunjuk untuk

melakukan ibadah serta amalan-amalan lainnya sesuai dengan yang terdapat

dalam Quran dan Hadis. Hal tersebut dilakukan dengan bertujuan untuk

mencapai cinta ilahi. Dengan cara demikian, manusia yang bersangkutan di

samping untuk memperoleh kepuasan batiniah, juga memperoleh kepuasan

lahiriah. Tentunya hal tersebut tidak dilakukan sendiri, melainkan dengan

bimbingan dari seorang syekh yang fungsinya untuk mengarahkan amalan

tersebut agar tidak keluar dari syariat Islam.

27

Hudhūr adalah kehadiran hati bersama Allah ketika kosong dari segala sesuatu selain-Nya. Sang

hamba tidak pernah bisa hadir bersama Allah, kecuali dengan salah satu dari Nama-nama Indah (al-

asmā al-husnā)-Nya. Hudhūr wa ghaybah ialah kehadiran dan kegaiban. Ini adalah kehadiran

bersama Allah dan kegaiban dari diri sendiri. Jika Allah ada, engkau tiada. Jika engkau ada, Allah

tiada. Lihat Khazanah Istilah Sufi: Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, hal. 100 et Seq. 28

Aceh, op. cit., hal. 70. 29

Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya: Bina Ilmu, hal. 57.

Refelksi Jalaluddin..., Chiriyah, FIB UI, 2009

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlib.ui.ac.id/file?file=digital/127266-RB07C175r-Refleksi Jalaluddin... · Beberapa tokoh sufi memberikan definisi tasawuf ... membatasi

Universitas Indonesia

11

Antara tarikat dan tasawuf memiliki hubungan yang sangat dekat,

bahkan merupakan satu kesatuan. Al-Ghazali mengemukakan bahwa tasawuf

“kunci segala ilmu dan sumber aqidah diniyah”,30 sebab tasawuf merupakan

suatu kajian ilmu yang tujuannya untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada

Allah Swt. dengan cara melaksanakan segala perbuatan yang baik dan

meninggalkan sesuatu yang buruk (amar ma’ruf nahi munkar) dengan niat

karena Allah Swt. semata. Untuk itu, diperlukan jalan (petunjuk) yang disebut

tarikat. Singkatnya, tarikat merupakan cabang dari tasawuf yang melembaga

dengan jenis yang berbeda-beda. Selain tarikat, dalam ilmu tasawuf juga

terdapat syariat, hakikat, dan marifat. Dalam praktiknya, Abu Bakar Aceh

memberikan uraian mengenai tata cara pelaksanaan tarikat, di antaranya

adalah sebagai berikut:

1. Zikir, yaitu hanya mengingat Allah di dalam hati. Zikir ini berguna sebagai

alat pengontrol bagi hati, ucapan, dan perbuatan agar tidak menyimpang dari

garis yang sudah ditetapkan oleh Allah Swt.

2. Ratib, yaitu mengucap lafal lā ilāha illa Allāh dengan gaya, gerak, dan irama

tertentu.

3. Musik, yaitu dalam membacakan wirid-wirid dan syair-syair tertentu diiringi

dengan irama dari bunyi-bunyian yang berasal dari alat musik seperti rebana.

4. Menari, yaitu gerak yang dilakukan mengiringi wirid-wirid dan bacaan-

bacaan tertentu ketika sedang berzikir yang tujuannya untuk menciptakan

kekhidmatan.

5. Bernafas, yaitu dengan mengatur keluarnya udara dengan cara perlahan-lahan

pada waktu melakukan zikir tertentu.31

Dari uraian yang telah disebutkan di atas, sama seperti halnya yang

telah dipraktikkan dalam zikir khātam khawajagan yang dilaksanakan secara

30

Ibid, hal. 148. 31

Nata, op. cit , hal. 276.

Refelksi Jalaluddin..., Chiriyah, FIB UI, 2009

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlib.ui.ac.id/file?file=digital/127266-RB07C175r-Refleksi Jalaluddin... · Beberapa tokoh sufi memberikan definisi tasawuf ... membatasi

Universitas Indonesia

12

rutin di padepokan atau zawiyah-zawiyah Tarikat Naqsyabandiyah Haqqani.

Seperti halnya yang dikatakan oleh al-Ghazali bahwa “jalan” untuk

memperoleh pengetahuan spiritual ialah melalui dua tahapan: pertama dengan

cara membaikkan hati dari segala sifat tercela yang mencemarinya, dan

memutuskan sama sekali segala keterkaitan dengan dunia; dan kedua, dengan

melakukan uzlah (mengasingkan diri) di sebuah zawiyah, agar dapat

melakukan zikir yang berkepanjangan, sedemikian rupa, sehingga akan

terpancarlah kilauan-kilauan kebenaran di dalam hati atau biasa dikenal

sebagai “makrifat”.32

Ungkapan al-Ghazali ini sama seperti yang telah

disinggung dalam uraian di atas.

1.6.2 Seni dalam Tasawuf

Hubungan seni dan tasawuf menurut Sudirman Tebba, memiliki

hubungan dengan tahapan-tahapan perjalanan kerohanian dalam ilmu suluk.

Tahapan ini berjenjang secara vertikal dapat diringkas menjadi tiga peringkat

atau tahapan. Pertama, tahapan penciutan (qabd), yaitu aspek-aspek tertentu

dari jiwa, seperti hawa nafsu, diciutkan misalnya dengan zuhud atau

kesalihan. Kedua, tahapan perluasan, aspek utama jiwa diperluas

kesadarannya sehingga seseorang mampu menerobos batas penglihatan

normal dan mencapai kesadaran semesta (kesadaran kosmik). Ketiga, tahapan

persatuan dengan Kebenaran, yang berarti mencapai tingkatan fanā’ dan

baqā’. Menurut pendapat Tebba, dalam tasawuf, musik diperlukan karena

tasawuf merupakan jalan kerohanian dan setiap jalan kerohanian memerlukan

sarana yang sesuai dengan naluri dan fitrah manusia, seperti musik.33

Oleh

karena itulah dalam tasawuf terdapat tarian mistis Sema yang diiringi dengan

musik dan lantunan lagu (shalawat dalam bahasa Turki). Tebba

32

Al-Ghazali, Keajaiban-Keajaiban Hati, terj. Muhammad al-Bāqir, Bandung: Kharisma, 2004,

hal. 11. 33

Tebba, op. cit., hal. 162.

Refelksi Jalaluddin..., Chiriyah, FIB UI, 2009

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlib.ui.ac.id/file?file=digital/127266-RB07C175r-Refleksi Jalaluddin... · Beberapa tokoh sufi memberikan definisi tasawuf ... membatasi

Universitas Indonesia

13

menyimpulkan bahwa posisi Sema pada tiga tahapan di atas, terdapat pada

tahapan kedua dan ketiga. Tahapan pertama merupakan syariah, jadi tidak

perlu diiringi dengan musik dan Sema. Mengenai musik dalam tasawuf ini,

Yusuf Qardhawi juga mengungkapkan bahwa para sufi menganggap dengan

mendengarkan nyanyian dan musik termasuk taqarrub dan ibadah kepada

Allah Swt., atau minimal sebagai alat bantu untuk taqarrub dan ibadah itu.34

1.6.3 Sema

Mengenai Sema, Schimmel berpendapat bahwa Samā’ (Sema)

merupakan tangga menuju langit dan dapat membuka pintu gerbang surga.

Dalam Samā’, dapat juga dilihat gerakan bumi dan benda-benda angkasa

mengitari kutubnya, tarian samawi yang menguasai semua ciptaan, sejak dari

malaikat hingga mineral. Selanjutnya, Samā’ disimbolkan sebagai lambang

kematian dan kebangkitan dalam cinta, suatu proses kembali yang senantiasa

baru ke mata air kehidupan. Dimulai dengan lagu pujian untuk memuliakan

Nabi Saw., kemudian ditujukan kepada sahabat terdekat Rumi yang bernama

Syamsi dari Tabriz, dan diakhiri dengan doa serta seruan mendalam “Huu!”

(Dia), pengakuan bahwa Dialah yang Hidup, yang dari-Nya segalanya datang

dan kepada-Nya pulalah segalanya kembali.35

Melalui Sema ini, Rumi mengajak para pengikutnya dan semua

ciptaan Tuhan lainnya untuk menari dan berputar karena Cinta. Syair Rumi

yang sifatnya mengajak kepada seluruh ciptaan Tuhan untuk menari dan

berputar, ditulis kembali oleh Schimmel, sebagai berikut:

34

Yusuf Qardhawi, Islam Bicara Seni, Solo: Era Intermedia, 2002, hal. 109. 35

Annemarie Schimmel, Akulah Angin Engkaulah Api: Hidup dan Karya Jalaluddin Rumi, terj.

Alwiyah Abdurrahman dan Ilyas Hasan, Bandung: Mizan, 2008, hal. 280.

Refelksi Jalaluddin..., Chiriyah, FIB UI, 2009

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlib.ui.ac.id/file?file=digital/127266-RB07C175r-Refleksi Jalaluddin... · Beberapa tokoh sufi memberikan definisi tasawuf ... membatasi

Universitas Indonesia

14

Duhai, mari! Duhai mari! Dikaulah jiwa

dari jiwanya yang berputar!

Duhai mari! Dikaulah cypress yang tinggi

di taman-berbunga tarian berputar

Duhai mari! Karena tidak pernah

dan tidak akan pernah ada yang seperti dikau!

Mari, yang sepertimu tak pernah melihat

mata merindu dari tarian berputar!

Duhai mari! Mata Air Matahari

tersembunyi di bawah baying-bayangmu!

Milikmu seribu bintang Venus

di lelangit-melingkarnya tarian berputar

Tarian berputar melantunkan pujianmu

dan bersyukur dengan seratus lidah yang fasih:

Akan kucoba mengatakan satu, dua hal

yang menerjemahkan bahasa tarian berputar.

Sebab bila engkau mulai menari

kau tinggalkan kedua dunia ini

Sebab di luar kedua dunia ini ada

alam semesta tarian berputar, yang tak berujung.

Atapnya tinggi,

yaitu di alam ketujuh,

Jauh di luar atap ini berdiri

tangga, tangga tarian berputar.

Apa pun yang ada di sana, itu hanya Dia,

kakimu melangkah ke sana dalam tarian:

Ketahuilah, tarian berputar itu milikmu,

dan dikaupun miliknya.

Bisa apa aku kalau Cinta datang

mencengkeram leherku?

Kugapai ia, kudekatkan ke dadaku

dan kuseret dalam tarian berputar!

Ketika butir-butir debu

penuh cahaya mentari,

Mereka pun mulai menari, menari

dan tak mengeluh dalam tarian berputar itu!36

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Schimmel tersebut di atas, dapat

disimpulkan bahwa tarian mistis Sema diterapkan Rumi sebagai bentuk

realisasi dari rasa cinta Rumi terhadap Sang Pencipta Alam, yaitu Tuhan.

Melalui tarian mistis ini, Rumi menyebarkan cinta kepada seluruh makhluk

ciptaan Tuhan tanpa membedakan antara satu dengan yang lainnya. Dengan

36

Ibid, hal. 281.

Refelksi Jalaluddin..., Chiriyah, FIB UI, 2009

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlib.ui.ac.id/file?file=digital/127266-RB07C175r-Refleksi Jalaluddin... · Beberapa tokoh sufi memberikan definisi tasawuf ... membatasi

Universitas Indonesia

15

demikian, Rumi mengajarkan arti cinta terhadap semua makhluk Tuhan,

termasuk cintanya untuk “kekasih” spiritualnya, Syamsuddin dari kota Tabriz.

1.7 Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mencari data melalui observasi lapangan

dengan cara mengunjungi dan beberapa kali ikut serta dalam praktik zikir yang

diselenggarakan di zawiyah Tarikat Naqsyabandiyah Haqqani. Selain melalui studi

lapangan, penulis juga memperoleh data dari beberapa sumber, seperti karya ilmiah,

media elektronik, dan terutama dari buku-buku yang berhubungan dengan tarikat dan

buku-buku yang berhubungan dengan Jalaluddin Rumi beserta tari Sema. Langkah-

langkah yang ditempuh penulis dalam menunjang penulisan skripsi ini adalah dengan

melakukan tinjauan pustaka dan studi lapangan yang dilakukan penulis.

Literatur lain yang pembahasannya berhubungan dengan Rumi beberapa di

antaranya yaitu karya William C. Chittick dalam bukunya yang berjudul Jalan Cinta

Sang Sufi: Ajaran-ajaran Spiritual Jalaluddin Rumi, yang merupakan terjemahan dari

buku Rumi yang berjudul The Sufi Path of Rumi: The Spiritual Teaching of Rumi,

diterbitkan oleh Qalam, tahun 2000, memaparkan tentang ajaran-ajaran sufi Islam

mengenai Tuhan serta konsep cinta tasawuf yang diterapkan oleh Jalaluddin Rumi.

Dalam buku tersebut, Chittick membiarkan Rumi berbicara sendiri sesuai dengan apa

yang telah diungkapkan Rumi dalam puisinya. Hal ini dilakukan karena

dikhawatirkan ada kesalahfahaman, apabila Chittick mengungkapkannya dengan

kata-katanya sendiri.

Abul Hasan An-Nadwi dalam bukunya yang berjudul Jalaluddin Rumi Sufi

Penyair Besar, diterbitkan oleh Pustaka Firdaus, tahun 1993, memaparkan tentang

riwayat hidup Jalaluddin Rumi dan juga mencantumkan beberapa kumpulan sajak

buah karya Rumi. Selain buku-buku tersebut di atas, penulis juga menggunakan buku

rujukan lainnya yang berjudul Dimensi Mistik dalam Islam, karya Annemarie

Schimmel, yang diterbitkan oleh Pustaka Firdaus, tahun 2000, menjelaskan tentang

Refelksi Jalaluddin..., Chiriyah, FIB UI, 2009

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlib.ui.ac.id/file?file=digital/127266-RB07C175r-Refleksi Jalaluddin... · Beberapa tokoh sufi memberikan definisi tasawuf ... membatasi

Universitas Indonesia

16

konsep dasar ilmu tasawuf serta tarikat. Di samping itu, dipaparkan juga mengenai

jalan spiritual Jalaluddin Rumi serta tari Sema yang dipraktikkan oleh Rumi pada

masanya. Di samping itu, Schimmel juga menulis sebuah buku yang berjudul Akulah

Angin Engkaulah Api: Hidup dan Karya Jalaluddin Rumi, sebuah karya yang

diterbitkan oleh Mizan, tahun 2008, berisi tentang perjalanan spiritual Rumi beserta

karya-karyanya. Dalam buku ini, Schimmel memaparkan serta menceritakan kembali

mengenai kehidupan Rumi dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh

pembaca.

Referensi lain yang dipakai dalam penulisan ini juga diperoleh dari buku yang

berjudul Tasawuf di Mata Kaum Sufi, buah karya William Chittick, diterbitkan oleh

Mizan, tahun 2002, dalam buku tersebut juga menguraikan tentang watak spiritual

dan mistikal yang ada pada musik dan tarian sufi. Mulyadhi Kartanegara, dalam buku

yang berjudul Mengenal dan Memahami Tarikat-Tarikat Muktabarah di Indonesia,

yang disusun oleh Sri Mulyati, et al., sebuah buku terbitan Prenada Media, tahun

2005, memaparkan tentang sejarah konsep dasar amalan tiap tarikat tertera dalam

buku ini, termasuk memaparkan tentang sejarah tari Sema serta adab-adab Sema yang

terdapat di dalamnya.

Mengenai buku tentang Tarikat Naqsyabandiyah Haqqani, penulis

memperolehnya dari Yayasan Haqqani Sufi Institute of Indonesia, yang diterbitkan

oleh Yayasan Haqqani Sufi Institute of Indonesia. Dalam buku tersebut dijelaskan

tentang sejarah dan silsilah rantai emas Tarikat Naqsyabandiyah Haqqani yang garis

keguruannya dimulai dari Nabi Muhammad Saw. sampai kepada Syekh Nazim Adil

al-Haqqani. Selain buku-buku yang telah disebutkan di atas, juga masih banyak lagi

sumber-sumber lainnya yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini.

Refelksi Jalaluddin..., Chiriyah, FIB UI, 2009

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlib.ui.ac.id/file?file=digital/127266-RB07C175r-Refleksi Jalaluddin... · Beberapa tokoh sufi memberikan definisi tasawuf ... membatasi

Universitas Indonesia

17

1.8 Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun dengan pembagian yang terdiri dari empat bab yaitu,

pendahuluan, isi, kesimpulan, dan penutup. Bab I yaitu bab pendahuluan, yang terdiri

dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup

penulisan, metode penulisan, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan makalah

ini.

Bab II memaparkan mengenai sejarah berdirinya Tarikat Naqsyabandiyah

Haqqani, silsilah Tarikat Naqsyabandiyah Haqqani, sejarah masuknya Tarikat

Naqsyabandiyah Haqqani ke Indonesia, pejalanan spiritual mursyid Tarikat

Naqsyabandiyah Haqqani, serta penjelasan singkat mengenai zikir Tarikat

Naqsyabandiyah. Dalam bab ini, penulis juga memaparkan tentang pengertian tarikat

dari pendapat beberapa tokoh.

Bab III memaparkan tentang latar belakang kehidupan Jalaluddin Rumi

serta sedikit menyinggung tentang karyanya. Inti dari bab ini, penulis menjelaskan

mengenai sejarah asal-usul lahirnya tari mistis Sema pada masa Jalauddin Rumi,

sejarah masuknya Sema ke Indonesia, praktik tari mistis Sema pada Tarikat

Naqsyabandiyah Haqqani, adab-adab yang terdapat dalam tari mistis Sema, serta

menjelaskan tentang zikir khātam khawajagan yang di dalamnya terdapat praktik tari

mistis Sema. Selain itu juga terdapat penjelasan mengenai adab-adab dalam

melakukan tari mistis Sema serta menjelaskan makna yang terkandung di dalamnya.

Bab IV merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya.

.

Refelksi Jalaluddin..., Chiriyah, FIB UI, 2009