13
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Umum Sebagai salah satu Negara tujuan wisata dunia, Indonesia memiliki berbagai potensi wisata yang bisa dikembangkan menjadi daya tarik wisata. Hal itu menjadi tidak mengherankan mengingat wilayah Indonesia yang membentang dari Sabang sampai Merauke memiliki keanekaragaman budaya dan kekayaan alam yang melimpah. Oleh karena itu sudah sewajarnya banyak wisatawan yang tertarik untuk berkunjung ke Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari ratarata jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia yang mencapai 4 juta wisatawan setiap tahunnya. 1 Berdasarkan data statistik menunjukkan bahwa wisata konvensi memberikan peran serta kontribusi yang cukup berarti di bidang pariwisata. Hal itu dibuktikan dengan perolehan data dari Statistical Report on Visitor Arivals to Indonesia tahun 2004-2005. Pada data ini disebutkan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara untuk melakukan meeting, incentive, convention, exhibiton (MICE) bisa mencapai angka 41,23%, 56,49% untuk wisata liburan, serta 2.28% lain-lain. 1.1.2. Kegiatan MICE di Indonesia sebagai Industri Baru Pariwisata Pada dasaranya kegiatan komunikasi itu sangat penting di era global. Sebuah komunikasi yang baik tentunya akan menghasilkan sesuatu yang baik pula. Kegiatan berkomunikasi bisa terjadi diantara 2 orang atau bahkan sekumpulan orang. Banyak sekali cara-cara berkomunikasi maupun berinteraksi. Untuk kegiatan yang melibatkan sekumpulan orang banyak, tentunya membutuhkan fasilitas yang memadai. Kegiatan berkomunikasi maupun berinteraksi yang melibatkan banyak peserta di antaranya kongres, lokakarya, konferensi, ataupun konvensi. 1 http://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata_di_Indonesia mengutip Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2006 diunduh tanggal 25 november 2012 Pusat Konvensi dan Ekshibisi di Kawasan Sriwedari Surakarta Penekanan pada Desain Ekologis HANDINI K P Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahanetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78367/potongan/S1-2014-289776-introduction.pdf · Gambar 1.2. Kota Tujuan MICE di Indonesia

  • Upload
    vuthu

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahanetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78367/potongan/S1-2014-289776-introduction.pdf · Gambar 1.2. Kota Tujuan MICE di Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

1.1.1. Latar Belakang Umum

Sebagai salah satu Negara tujuan wisata dunia, Indonesia memiliki

berbagai potensi wisata yang bisa dikembangkan menjadi daya tarik wisata. Hal

itu menjadi tidak mengherankan mengingat wilayah Indonesia yang membentang

dari Sabang sampai Merauke memiliki keanekaragaman budaya dan kekayaan

alam yang melimpah. Oleh karena itu sudah sewajarnya banyak wisatawan yang

tertarik untuk berkunjung ke Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari rata–rata jumlah

kunjungan wisatawan ke Indonesia yang mencapai 4 juta wisatawan setiap

tahunnya.1 Berdasarkan data statistik menunjukkan bahwa wisata konvensi

memberikan peran serta kontribusi yang cukup berarti di bidang pariwisata. Hal

itu dibuktikan dengan perolehan data dari Statistical Report on Visitor Arivals to

Indonesia tahun 2004-2005. Pada data ini disebutkan bahwa kunjungan wisatawan

mancanegara untuk melakukan meeting, incentive, convention, exhibiton (MICE)

bisa mencapai angka 41,23%, 56,49% untuk wisata liburan, serta 2.28% lain-lain.

1.1.2. Kegiatan MICE di Indonesia sebagai Industri Baru Pariwisata

Pada dasaranya kegiatan komunikasi itu sangat penting di era global.

Sebuah komunikasi yang baik tentunya akan menghasilkan sesuatu yang baik

pula. Kegiatan berkomunikasi bisa terjadi diantara 2 orang atau bahkan

sekumpulan orang. Banyak sekali cara-cara berkomunikasi maupun berinteraksi.

Untuk kegiatan yang melibatkan sekumpulan orang banyak, tentunya

membutuhkan fasilitas yang memadai. Kegiatan berkomunikasi maupun

berinteraksi yang melibatkan banyak peserta di antaranya kongres, lokakarya,

konferensi, ataupun konvensi.

1 http://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata_di_Indonesia mengutip Departemen Kebudayaan dan

Pariwisata, 2006 diunduh tanggal 25 november 2012

Pusat Konvensi dan Ekshibisi di Kawasan Sriwedari Surakarta Penekanan pada Desain EkologisHANDINI K PUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahanetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78367/potongan/S1-2014-289776-introduction.pdf · Gambar 1.2. Kota Tujuan MICE di Indonesia

2

Gambar 1.1. Tren Pasar ke Depan

Sumber: Kemenparekraf, 2009

Indonesia mempunyai trend Pasar Pariwisata untuk ke masa yang akan

datang, dan dapat dilihat dari sumber di atas bahwa kegiatan MICE menjadi

kegiatan nomer 2 yang menjadi prioritas pariwisata Indonesia. Sebagai upaya

dalam meningkatkan jumlah wisatawan ke Indonesia, Kementrian Kebudayaan

dan Pariwisata Indonesia melanjutkan program “Tahun Kunjungan Indonesia”

pada tahun 2009, program ini difokuskan ke “pertemuan, insentif, konvensi, dan

pertunjukan serta wisata laut”. Kemudia pada tahun 2010, pemerintah Indonesia

mencanangkan kembali progran tersebut dengan ditambah program baru bertajuk

“Tahun Kunjung Museum 2010. Pada tahun 2011, pemerintah Indonesia

menetapkan Wonderful Indonesia sebagai manajemen merek baru pariwisata

Indonesia, sementara untuk tema pariwisata dipilih “eco, culture, and MICE”.2

Selain itu, berdasarkan data dari International Congress and Convention

Association (ICCSA) pada tahun 2009, Indonesia juga menempati urutan ke 11

negara yang sering mengadakan pertemuan di kawasan Asia Pasifik dan Timur

Tengah.

2 http://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata_di_Indonesia diunduh tanggal 25 november 2012

Pusat Konvensi dan Ekshibisi di Kawasan Sriwedari Surakarta Penekanan pada Desain EkologisHANDINI K PUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahanetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78367/potongan/S1-2014-289776-introduction.pdf · Gambar 1.2. Kota Tujuan MICE di Indonesia

3

Tabel 1.1. Negara MICE di Asia Pasifik

Sumber: ICCA Statistic Report, 2009

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menyebutkan bahwa terdapat 10

kota di Indonesia yang terdaftar menjadi destinasi kegiatan MICE, kota-kota besar

tersebut ialah Jakarta, Bali, Yogyakarta, Surabaya, Surakarta, Medan, Padang-

Bukittinggi, Batam, Makassar, dan Manado.

Gambar 1.2. Kota Tujuan MICE di Indonesia

Sumber: Kemenparekraf, 2009

1.1.3. Potensi Surakarta sebagai kota MICE

Di kota Surakarta atau Solo sendiri sering diadakan beberapa event

Pusat Konvensi dan Ekshibisi di Kawasan Sriwedari Surakarta Penekanan pada Desain EkologisHANDINI K PUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahanetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78367/potongan/S1-2014-289776-introduction.pdf · Gambar 1.2. Kota Tujuan MICE di Indonesia

4

kebudayaan serta konferensi ataupun konvensi dalam skala nasional maupun

internasional. Sebut saja Solo International Ethnic Music (SIEM), Solo

International Performing Art (SIPA), Federation of Asian Culture (FAC), Solo

City Jazz, Solo Keroncong Festival, Solo Batik Carnival, World Heritage City

Conference & Expo (WHCCE) , Bengawan Solo Fair, dan masih banyak event

nasional maupun internasional yang lain. Beberapa event international ini pun

tentunya akan menghadirkan beberapa delegasi dari luar.

Selain itu pada tahun 2008, Kota Solo menggantikan posisi kota Bandung

di daftar 10 destinasi MICE milik Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. Hal ini

didasarkan pada pemerintah Kota Surakarta yang lebih berkomitmen memajukan

industri MICE, salah satunya dengan penyelenggaraan konferensi internasional.

Dari sektor perekonomian dan bisnis pun, Solo sedang mengalami

perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari bermunculannya

beberapa area bisnis seperti Mall, Waterworld, Hotel, Apartemen, hingga

Kondotel. Pernyataan ini juga didukung dengan data dari beberapa sumber. Dalam

5 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Solo rata-rata mencapai 5.6%,3 serta

pertumbuhan investasi rata-rata 18% .4 Selain itu tingkat pertumbuhan para

investor di Solo juga cukup berpotensi yaitu sekitar 10-20 kali per orang per

tahunnya.5

Selain beberapa potensi yang disebutkan diatas, permasalahan lain yang

timbul yaitu kurang adanya fasilitas yang mendukung kegiatan konvensi dan

ekshibisi di kota ini. Hanya terdapat area milik pihak swasta yang seringkali

memfasilitasi kegiatan ini. Alasan-alasan inilah yang mendasari perlunya

dibangun sebuah pusat konvensi dan ekshibisi di kota Solo.

1.1.4. Hilangnya Identitas Sosio-kultural Sriwedari

Sriwedari merupakan kawasan yang pernah berjaya di eranya. Periode

keemasan itu terekam dalam memori kolektif warga kota Bengawan, dan Kebon

Rojo adalah nama akrabnya. Sayang, kini Sriwedari mulai kehilangan identitas

3 Ferina,M. Solo Convention and Exhibition Center,Jur.Arsitektur Undip: 2009 halaman 1

Bappeda, Tk. II. 2007 4 Ibid 3 mengutip BKPMD, 2007

5 Ibid 3 mengutip PHRI, APINDO, Solo, 2007

Pusat Konvensi dan Ekshibisi di Kawasan Sriwedari Surakarta Penekanan pada Desain EkologisHANDINI K PUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahanetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78367/potongan/S1-2014-289776-introduction.pdf · Gambar 1.2. Kota Tujuan MICE di Indonesia

5

sosiokultural. Aktivitas sosial lebih kentara dan privatisasi tak bisa ditolak

kedatangannya. Bahkan, Sriwedari kini telah dijadikan pemukiman penduduk

secara ilegal.

Dari sejarah itulah, meniti kerinduan Kebon Raja Sriwedari menjadi

pijakan untuk melestarikan kebudayaan, sekaligus peduli pada lokasi peninggalan

bersejarah ini, yang kondisinya saat ini sangat memprihatinkan, Taman Sriwedari

kini sudah kehilangan fungsinya sebagai rumah maupun tempat bermain untuk

masyarakat Solo yang nyaman. Seperti yang dikatakan walikota surakarta, Ir. Joko

Widodo, "Untuk menghidupkan kembali Taman Sriwedari perlu penataan dan

dikembalikan seperti aslinya, sebagai taman dan pusat budaya".

Oleh karena itu, industri pariwisata MICE yang sedang berkembang saat

ini mempunyai potensi khusus untuk mengembalikan dan menghidupkan kembali

kawasan ini. Dengan adanya wisata MICE, Sriwedari dapat menjadi tempat

bermain tidak hanya untuk masyarakat kota Solo saja, namun juga wisatawan

yang berasal dari luar kota Solo. Selain itu, identitas sosio-kultural yang ada di

Sriwedari pun dapat diperkenalkan ke khalayak luar.

1.1.5. Isu Pemanasan Global di Dunia dan Indonesia sebagai Alasan Pendekatan

Desain Ekologis6

Pemanasan global dalam satu dekade terakhir ini terus menjadi isu yang

diperbincangkan di berbagai penjuru dunia. Hal ini berkaitan erat dengan resiko

dampak dari pemanasan global yang memiliki pengaruh sangat negatif bagi

kehidupan umat manusia di seluruh dunia. Terlebih stadium dari pemanasan

global saat ini terus meningkat pesat dn seolah tak terkendali. Sementara itu,

berbagai upaya penanggulangan dari permasalahan pemanasan global ini masih

jauh dari maksimal.

Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IIPC), selama

lebih dari empat puluh tahun terakhir ini, gas rumah kaca (greenhouse gas/ GHG)

yang dihasilkan dari kegiatan manusia, tercatat meningkat sampai 70%. Gas

rumah kaca inilah yang memerangkap gelombang panas dari dataran bumi.,

sehingga mengakibatkan terjadinya peningkatan pemanasan global di seluruh

6 Majalah Techno Konstruksi edisi 43 November 2011 halaman 7

Pusat Konvensi dan Ekshibisi di Kawasan Sriwedari Surakarta Penekanan pada Desain EkologisHANDINI K PUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahanetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78367/potongan/S1-2014-289776-introduction.pdf · Gambar 1.2. Kota Tujuan MICE di Indonesia

6

dunia. IIPC sendiri bahkan telah prediksi, bahwa selama tahun 1990 hingga tahun

2100 nanti, suhu di permukaan bumi akam meningkat mulai dari 1,1 derajat

celcius hingga 6,4 derajat celcius. Situasi yang sungguh sangat memprihatinkan

dan mengancam eksistensi kehidupan dari berbagai makhluk hidup lainnya di

permukaan bumi ini.

Dalam menyikapi problematika serius pemanasan global tersebut, telah

banyak upaya yang dilakukan oleh segenap masayarakat di seantero jagad ini,

guna mengurangi, atau meminimalisir dampak negatif dari pemnasan global

tersebut. Bahkan, beberapa negara telah meresponnya dengan mulai menetapkan

berbagai kebijakan dan peraturan terkait antisipasi pemanasan global ini.

Salah satu upaya yang diterapkan oleh banyak negara di dalam merespon

kendala pemanasan global ini, adalah dengan mewujudkan konsep green building,

atau bangunan ramah lingkungan. Green building merupakan suatu konsep untuk

mengakrabi lingkungan melalui pendekatan efisiensi pemakaian energi dari

sebuah bangunan gedung.

Green building ini bahkan menjadi sebuah gerakan massal di seluruh

dunia yang berkelanjutan, yang terus mengupayakan terciptanya pembangunan

properti hijau, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pemakaian produk

bahan bangunannya, yang ramah lingkungan, efisien dalam pemakaian energi dan

sumber daya, serta berbiaya rendah.

Dengan konsep green building , maka diharapkan akan tercipta suatu

bangunan yang efisien dalam menggunakan energi. Kemudian dengan green

building ini pula, pemilihan material yang dapat diperbaharui, didaur ulang dan

digunakan kembali, diharapkan hanya meninggalkan jejak yang sesedikit mungkin

pada lingkungan. Semua konsep keberpihakan terhadap lingkungan tersebut juga

mempertimbangkan efektifitas biaya dan kemudahan pemeliharaan, sehingga

memberikan keuntungan pula bagi para stake holder pembangunan suatu green

building itu sendiri.

Green building di indonesia

Aplikasi green building di indonesia memang dapat dikatakan agak

tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lainnya di benua asia. Karena baru

era 2010-an ke atas inilah, konsep green building ini mulai marak digencarkan.

Pusat Konvensi dan Ekshibisi di Kawasan Sriwedari Surakarta Penekanan pada Desain EkologisHANDINI K PUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahanetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78367/potongan/S1-2014-289776-introduction.pdf · Gambar 1.2. Kota Tujuan MICE di Indonesia

7

Meskipun sebenarnya sejak era awal 2000-an konsep green building ini sudah

mulai diperkenalkan di tanah air. 7

Green building dapat tercipta dengan aplikasi desain yang ekologis dimana

material-material alam, integrasi antara ruang luar dan dalam, adanya ruang-ruang

transisi, ruang terbuka hijau, penggunaan sistem hemat energi, serta perilaku

pengguna atau pemakai di Indonesia mempengaruhi keberhasilan dan

keberlangsungan bangunan ini.

1.2. Rumusan Permasalahan

1.2.1. Permasalahan Umum

Bagaimana merencanakan dan merancang bangunan Pusat Konvensi dan

Ekshibisi di kawasan Sriwedari, Surakarta, yang mewadahi tuntutan berbagai

kegiatan konvensi maupun ekshibisi dalam lingkup regional, nasional, maupun

Internasional.

1.2.2. Permasalahan Khusus

Bagaimana merancang bangunan Pusat Konvensi dan Ekshibisi dengan

penekanan pada desain yang ekologis.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mendapatkan landasan konseptual perencanaan dan perancangan Pusat

Konvensi dan Ekshibisi di Kawasan Sriwedari, Surakarta, yang mewadahi

berbagai kegiatan konvensi maupun ekshibisi dalam lingkup regional, nasional,

maupun Internasional.

1.3.2. Tujuan Khusus

Mendapatkan konsep perancangan Pusat Konvensi dan Ekshibisi di

Kawasan Sriwedari, Surakarta, dengan penekanan pada desain ekologis.

1.4. Sasaran

1.4.1. Sasaran Umum

Menyusun dan merumuskan konsep perencanaan dan perancangan

7 majalah tecno konstruksi edisi 43 november 2011 halaman 8

Pusat Konvensi dan Ekshibisi di Kawasan Sriwedari Surakarta Penekanan pada Desain EkologisHANDINI K PUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahanetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78367/potongan/S1-2014-289776-introduction.pdf · Gambar 1.2. Kota Tujuan MICE di Indonesia

8

bangunan Pusat Konvensi dan Ekshibisi di Surakarta melalui:

a. Identifikasi potensi wisata konvensi di kota Surakarta

b. Identifikasi karakteristik pengguna

c. Identifikasi karakteristik kegiatan

d. Identifikasi kawasan Sriwedari yang menjadi tapak dan site

e. Identifikasi fungsi ruang dan bangunan

f. Identifikasi kebutuhan ruang dari jenis, jumlah, besaran ruang yang

dibutuhkan pada sebuah pusat konvensi serta ekshibisi

1.4.2. Sasaran Khusus

Menyusun dan merumuskan konsep perancangan bangunan Pusat

Konvensi dan Ekshibisi dengan di Surakarta melalui:

1) memahami prinsip desain ekologis

2) menerapkan desain ekologis ke dalam bentuk serta sistem bangunan

maupun lingkungan tapak

3) memahami preseden bangunan konvensi atau ekshibisi dengan fungsi

yang dekat atau sejenis

1.5. Lingkup Pembahasan

Penyusunan konsep perencanaan dan perancangan Pusat Konvensi dan

Ekshibisi di Kawasan Sriwedari, Surakarta, dengan penekanan pada desain

ekologis, meliputi seluruh elemen bangunan yang terdiri atas aspek:

1.5.1. Arsitektural

a. Eksterior

1) Kondisi Tapak

2) Bentuk bangunan yang terdiri atas gubahan serta susunan massa

3) Struktur dan konstruksi bangunan serta penggunaan material

4) Karakter bangunan dan ruang

5) Sirkulasi dari luar tapak ke dalam tapak

b. Interior

1) Fungsi bangunan

2) Program Ruang

3) Bentuk ruang

Pusat Konvensi dan Ekshibisi di Kawasan Sriwedari Surakarta Penekanan pada Desain EkologisHANDINI K PUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahanetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78367/potongan/S1-2014-289776-introduction.pdf · Gambar 1.2. Kota Tujuan MICE di Indonesia

9

4) Sirkulasi dari dalam tapak ke dalam bangunan

5) Suasana di dalam bangunan

1.5.2. Non Arsitektural

a. Karakteristik pengguna baik individu maupun kelompok

b. Karakteristik kegiatan atau aktivitas yang diwadahi

1.6. Metode Pembahasan

a. Mengidentifikasi permasalahan yang ada sehingga didapatkan pokok

permasalahan yang jelas dan spesifik

b. Mendapatkan data

1) Studi literatur

Memperoleh data-data empirik dan teoritik serta persyaratan dan standar

dalam perencanaan dan perancangan pusat konvensi dan ekshibisi serta

karakteristik dan persyaratan bangunan yang menggunakan desain ekologis. Studi

literatur diperoleh dari data-data milik Instansi yang berkaitan, referensi pustaka,

maupun internet.

2) Studi Kasus

Mempelajari dan membandingkan beberapa preseden bangunan pusat

konvensi dan ekshibisi yang sudah ada serta bangunan yang menggunakan desain

yang ekologis, untuk melihat dan memahami persyaratan dan fungsi dalam

perancangan bangunan pusat konvensi dan ekshibisi serta bangunan dengan

desain ekologis.

3) Observasi Lapangan

Mengumpulkan data melalui survey dan observasi langsung ke lapangan,

yaitu dengan mengumpulkan data melalui tinjauan langsung ke kawasan

Sriwedari untuk memperoleh data fisik mengenai lokasi atau site.

c. Menganalisis data

Mengolah dan menganalisis data-data yang diperoleh dari berbagai sumber

dengan menggunakan pendekatan desain ekologis, antara lain dari berbagai studi

literatur atau pustaka, data-data dari instansi terkait, ataupun internet.

d. Merumuskan konsep

Menyusun dan merumuskan pendekatan konsep perencanaan dan

Pusat Konvensi dan Ekshibisi di Kawasan Sriwedari Surakarta Penekanan pada Desain EkologisHANDINI K PUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahanetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78367/potongan/S1-2014-289776-introduction.pdf · Gambar 1.2. Kota Tujuan MICE di Indonesia

10

perancangan bangunan pusat konvensi dan ekshibisi dengan pendekatan pada

desain bangunan ekologis yang berdasarkan aturan dan standar yang ada sehingga

didapatkan konsep perencanaan dan perancangan.

1.7. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Berisi mengenai latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan, sasaran,

lingkup pembahasan, metode pembahasan, keaslian penulisan serta kerangka

berfikir dari isi dan tema pembahasan.

BAB II Tinjauan Pustaka dan Lapangan

Berisi mengenai tinjauan teoritis dan faktual sebagai penjelasan prinsip-

prinsip utama dalam persyaratan standar sebuah bangunan pusat konvensi dan

ekshibisi, penjelasan tentang desain ekologis, studi kasus, serta analisis tinjauan

keadaan lapangan.

BAB III Analisis dan Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan

Pengolahan data serta informasi yang diperoleh dari pencarian data yang

nantinya akan dianalisis dan diuraikan berdasarkan berbagai tinjauan yang telah

dilakukan dengan berlandaskan prinsip desain ekologis.

BAB IV Konsep Perencanaan dan Perancangan

Berisi mengenai perumusan tentang perencanaan dan perancangan desain

pusat konvensi dan ekshibisi dengan pendekatan pada desain bangunan ekologis.

1.8. Keaslian Penulisan

Tabel 1.2. Keaslian Penulisan

Penulis Judul Pendekatan Tahun

penulisan

Abstraksi

Dionisius Budi

Yuwono

Pusat

Konvensi Dan

Ekshibisi Di

Yogyakarta

pengoptimalan

fleksibiltas

ruang konvensi

dan ekshibisi

2004 Kota yogyakarta

merupakan kota yang

berpotensi sebagai kota

wisata dimana nantinya

akan dapat meningkatkan

pertumbuhan

perekonomian di kota

Pusat Konvensi dan Ekshibisi di Kawasan Sriwedari Surakarta Penekanan pada Desain EkologisHANDINI K PUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahanetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78367/potongan/S1-2014-289776-introduction.pdf · Gambar 1.2. Kota Tujuan MICE di Indonesia

11

yogyakarta. Pertumbuhan

kota ini sebagai daerah

tujuan wisata dari tahun

ke tahun, membuat kota

Yogyakarta semakin

sering digunakan dalam

penyelenggaraan

kegiatan konvensi, baik

skala nasional maupun

internasional. Untuk

mewadahi kegiatan ini,

diiperlukan tempat yang

benar-benar dirancang

untuk kegiatan tersebut

yang mempunyai

fleksibilitas ruang yang

maksimal.

Setiady Convention

And

Exhibition

Center

Studi

Fleksibilitas

Ruang

Konvensi Dan

Ekshibisi

2007 Bangunan convention

and exhibition center ini

diaharapkan mampu

mewadahi kegiatan baik

yang berskala nasional

sampai yang berskala

internasional. Akan

tetapi, kegiatan yang

akan diwadahi

digolongkan pada sektor-

sektor tertentu seperti

sektor pendidikan,

kebudayaan, agraris,

serta pariwisata yang

disesuaikan dengan

potensi yang ada di

yogyakarta sebagaimana

bangunan ini berada.

Selain itu, dengan

keberadaan bangunan ini

diharapkan mampu

mendorong pertumbuhan

dan perkembangan kota

Yogyakarta pada

Pusat Konvensi dan Ekshibisi di Kawasan Sriwedari Surakarta Penekanan pada Desain EkologisHANDINI K PUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahanetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78367/potongan/S1-2014-289776-introduction.pdf · Gambar 1.2. Kota Tujuan MICE di Indonesia

12

khususnya dan propinsi

Daerah Istimewa

Yogyakarta pada

umumnya.

Sumber: Skripsi Perpustakaan JUTAP UGM

Dilihat dari tabel di atas, terdapat beberapa laporan yang ditemukan

mengangkat dan membahas mengenai gedung yang berkaitan dengan kegiatan

konvensi maupun ekshibisi. Namun walaupun demikian, yang membedakan

penulisan laporan ini ialah terletak pada penekanannya, yaitu Gedung Pusat

Konvensi dan Ekshibisi yang menerapkan desain ekologis.

Pusat Konvensi dan Ekshibisi di Kawasan Sriwedari Surakarta Penekanan pada Desain EkologisHANDINI K PUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahanetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78367/potongan/S1-2014-289776-introduction.pdf · Gambar 1.2. Kota Tujuan MICE di Indonesia

13

1.9. Kerangka Pemikiran

Diagram 1.1. Kerangka Pemikiran

Sumber: Pemikiran Penulis

Pusat Konvensi dan Ekshibisi di Kawasan Sriwedari Surakarta Penekanan pada Desain EkologisHANDINI K PUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/