Upload
dinhthuy
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan manusia yang sangat tinggi sehingga
tuntutan akan pelayanan kesehatan diharapkan juga tinggi. Wujud pemerintah
dalam mendukung peningkatan angka kesehatan adalah dengan menggulirkan
Tujuh Langkah Reformasi Pembangunan Kesehatan. Langkah tersebut
diimplementasikan dalam bentuk revitalisasi pelayanan kesehatan yaitu mengatur
ketersediaan, distribusi, penyimpanan dan mutu sumberdaya manusia kemudian
mengupayakan ketersediaan, distribusi, keamanan, mutu, efektifitas,
keterjangkauan obat, vaksin dan alat kesehatan serta adanya jaminan kesehatan
dan yang paling penting adalah keberpihakan kepada daerah tertinggal perbatasan
dan kepulauan (DTPK) dan daerah bermasalah kesehatan (DBK) juga reformasi
birokrasi serta penyedia layanan kesehatan berskala internasional. Langkah
pemerintah tersebut menjadi pendorong keinginan masyarakat untuk
mendapatkan layanan kesehatan yang lebih mudah dan terjangkau disekitar
tempat tinggalnya dan diharapkan angka harapan hidup masyarakat semakin
tinggi dimasa mendatang.
Sebuah data dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengatakan
bahwa kesehatan adalah salah satu komponen primer selain pendidikan dan
pendapatan. Tercantum dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
2
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Oleh karena itu kualitas kesehatan yang baik meliputi semua aspek
terkait dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berakhir kepada
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sebagai penunjang kebutuhan kesehatan masyarakat yang tinggi maka
diperlukan sebuah lembaga kesehatan yang yang dapat melakukan pelayanan
kesehatan dasar bagi masyarakat di wilayah masing-masing. Salah satu contoh
lembaga kesehatan yang umum ialah rumah sakit, sebuah lembaga layanan
kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan harapan hidup dan meningkatkan
derajat hidup kesehatan masyarakat. Menurut Azwar (1996) yang menjelaskan
bahwa pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang
dapat memuaskan setiap pemakai jasa layanan yang sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan
kode etik profesi yang telah ditetapkan.
Pendirian dan pengembangan lembaga pelayanan kesehatan masyarakat
khususnya rumah sakit rupanya sejalan dengan penetapan sasaran pembangunan
milenium oleh Perserikatan Bangsa Bangsa. Indonesia berperan serta dengan
slogan “Indonesia Sehat 2015”. Langkah strategis yang paling dicermati dalam
mencapai sasaran adalah angka kematian bayi dan ibu pada saat persalinan.
Selain itu, melalui berbagai program, peraturan dan perundang-undangan,
pemerintah telah membuka kesempatan pintu pengembangan bisnis rumah sakit
di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa prospek bisnis rumah sakit di Indonesia
dalam jangka waktu panjang sangatlah baik, sejalan dengan tujuan jangka
3
panjang pembangunan bidang kesehatan untuk tercapainya tujuan utama
pemerintah. Tujuan tersebut dituangkan dalam langkah-langkah: peningkatan
kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan,
perbaikan mutu lingkungan hidup, status gizi masyarakat yang meningkat,
pengurangan angka jumlah yang sakit (morbiditas) dan kematian (mortalitas),
pengembangan keluarga sehat sejahtera, tersosialisasi dengan baik norma keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera.
Dalam paparan presentasi Menteri Kesehatan tanggal 17-20 Maret 2013
dalam judul Pembangunan Kesehatan Di Indonesia 2012-2014, topik masalah
yang menarik diperhatikan yakni penyebaran jumlah dokter umum yang tidak
merata dalam bertugas di seluruh propinsi Indonesia. Idealnya setiap seorang
dokter umum melayani 2.500 orang. Sedangkan fakta dilapangan menunjukan
bahwa daerah DKI Jakarta, Sulawesi Utara, Daerah Istimewa Yogyakarta,
Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Bali saja yang telah mencapai target tersebut
sedangkan propinsi sisanya tidak mencapai target atau intinya beberapa propinsi
masih kekurangan dokter umum.
Hasil rekapitulasi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (2009)
menyatakan bahwa pada tahun 2008, jumlah rumah sakit di Indonesia
berkembang mencapai 1.320 rumah sakit, atau bertambah sebanyak 86 rumah
sakit dari posisi tahun 2003. Dari total 1.320 rumah sakit ini, 657 diantaranya
adalah milik swasta dengan rata-rata pertumbuhan jumlah rumah sakit per tahun
sekitar 1,14%. Sisanya merupakan rumah sakit yang dibangun oleh pemerintah
(Kemenkes, Pemprov/Pemkab/Pemkot, TNI/Polri, dan BUMN). Namun hal itu
4
masih dinyatakan kurang apabila melihat rasio angka pembangunan rumah sakit
dan tenaga medis tidak sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk di setiap
propinsi.
Pada tahun 1992, pemerintah memberikan kesempatan kepada pihak
swasta untuk berpartisipasi dalam penyediaan jasa rumah sakit. Jasa pelayanan
rumah sakit sebelumnya hanya diperbolehkan dilakukan oleh pemerintah dan
badan sosial berbentuk yayasan, namun kini peluang untuk menjadi badan usaha
perseroan telah dibuka bahkan membuka kesempatan bagi penanam modal asing
untuk berpartisipasi membuka jasa pelayanan rumah sakit.
Namun usaha pemerintah dalam mendorong berdirinya lembaga pelayanan
kesehatan masyarakat belum maksimal, kenyataannya dilapangan ialah angka
harapan hidup bagi bayi masih kecil. Data yang ada dilapangan menunjukkan
peran lembaga kesehatan masih belum merata terutama di propinsi yang jauh dari
Indonesia.
Salah satu perhatian serius yang sedang dipikirkan oleh pemerintah adalah
cara menurunkan angka kematian ibu dan anak, sebabnya angka kematian ibu dan
anak terus melonjak dalam lima tahun terakhir. Faktanya pada tahun 2012 dari
228 per 100.000 kelahiran hidup maka pada tahun 2013 meningkat menjadi 359
per 100.000 kelahiran hidup.
Sesuai dengan pernyataan diatas, menurut Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti,
M.Sc., Ph.D selaku Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
saat konferensi Neuropsychologi di Grha Shaba Pramana UGM, Rabu 29
November 2014 menyatakan bahwa kejadian ibu yang meninggal saat melahirkan
5
kebanyakan disebabkan oleh tiga faktor utama (sumber:
http://www.ugm.ac.id/id/berita/9419-
ali.ghufron:.tugas.berat.menkes.nila.moeloek.menurunkan.angka.kematian.ibu.dan
.anak diakses pada 12 April 2015). Faktor yang pertama adalah keterlambatan
keputusan untuk menentukan tempat kelahiran calon bayi. Faktor yang kedua
adalah hambatan akses jalur transportasi dan keterlambatan penanganan tenaga
bidan dan dokter. Di samping itu, faktor yang ketiga adalah minimnya kantong
darah di rumah sakit saat ibu mengalami pendarahan saat melahirkan. Sehingga
penanganan saat pendarahan tidak maksimal dan dapat mengancam jiwa ibu dan
bayi.
Tabel 1.1 Perbandingan Angka Kematian Bayi Tahun 2012
Lima besar Propinsi dengan Jumlah
Kematian Bayi Terendah
Lima besar Propinsi dengan Jumlah
Kematian Bayi Tertinggi
Propinsi
Jumlah Kematian
bayi (per 100.000
kelahiran hidup)
Propinsi
Jumlah Kematian
bayi (per 100.000
kelahiran hidup)
Riau 28
Papua 115
DI Yogyakarta 30
Papua Barat 109
DKI Jakarta 31
Maluku Utara 85
Kalimantan Timur 31
Sulawesi Tengah 85
Bangka Belitung 32
Gorontalo 78 Sumber : Profil Data Kesehatan Indonesia, Kemenkes 2013
Salah satu bukti dari ketidakmerataan angka harapan hidup bayi dapat
terlihat dari tampilan data Kementerian Kesehatan untuk angka kematian bayi
tahun 2012. Masalah pembangunan fasilitas dan penyediaan tenaga kesehatan
masih menjadi kendala di wilayah Indonesia bagian timur dilihat dari data diatas
bahwa posisi 5 besar dengan jumlah kematian bayi terbesar masih berada di
propinsi Indonesia bagian timur. Diharapkan kerjasama Kementerian Kesehatan
6
dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia dapat menghasilkan perbaikan fasilitas kesehatan di Indonesia
bagian timur dibandingkan dengan wilayah Indonesia bagian barat yang dapat
mengendalikan angka kematian bayi.
Pada bulan Oktober tahun 2014, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten,
Sigit Wardojo menyebutkan bahwa angka kematian ibu dan anak di provinsi
Banten berada pada kondisi yang cukup memprihatinkan dengan menduduki
peringkat kelima nasional (http://www.indopos.co.id/2014/12/provinsi-banten-
urutan-kelima-angka-kematian-ibu-dan-bayi.html diakses pada 12 April 2015).
Hal ini disebabkan karena adanya kesenjangan antara fasilitas rumah sakit
dibeberapa daerah contohnya fasilitas rumah sakit di Pandeglang hanya 1 unit
sedangkan di wilayah Tangerang ada 30 unit rumah sakit. Kemudian faktor
pendirian Puskesmas yang masih kurang, dari kebutuhan 390 unit saat ini masih
berdiri sekitar 233 unit Puskemas untuk melayani 11.000.000 jiwa masayarakat
Banten.
Dari data Dinas Kesehatan kota Tangerang Selatan tahun 2014
(http://dinkes-tangsel.blogspot.com/p/rumah-sakit_8535.html diakses pada 12
April 2015), bahwa saat ini tercatat ada 93 rumah sakit swasta, 11 rumah sakit
pemerintah dan 2 rumah sakit TNI yang bertugas melayani 11.452.491 jiwa
sesuai dengan sensus penduduk 2013. Data menunjukan bahwa potensi untuk
pengembangan bisnis rumah sakit di Kota Tangerang Selatan cukup baik dan
memiliki masa depan yang baik karena minimnya jumlah rumah sakit yang
didirikan untuk menampung kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat.
7
Tabel 1.2 Data Penduduk Propinsi Banten Tahun 2010-2013
Sumber : Data Badan Pusat Statistik Tahun 2013
Dari tabel diatas menunjukan bahwa kepadatan penduduk wilayah
Tangerang Selatan merupakan nomor dua di Provinsi Banten, sehingga jika
dilihat secara rasio populasi pria dan wanita akan memiliki peluang pernikahan
yang menjanjikan dan diprediksi menghasilkan kelahiran bayi yang cukup tinggi.
Sehingga kebutuhan kesehatan bagi bayi dan anak di wilayah Tangerang Selatan
kedepannya akan menjadi prioritas dan memberikan peluang bertumbuh dan
berkembang lebih pesat bagi rumah sakit khususnya rumah sakit bersalin.
Dalam perjalanannya bisnis rumah sakit bersalin tumbuh dengan pesat di
wilayah Banten khususnya daerah Tangerang Selatan. Menurut Dinas Kesehatan
Tangerang Selatan saat ini jumlah rumah sakit yang tercatat mencapai 18 rumah
sakit dan termasuk didalamnya ada rumah sakit bersalin. Terbukti dari sumber
data Dinas Kesehatan tahun 2014.
Kabupaten/Kota
Persentase Penduduk
Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk per
km2
2011 2012 2013 Laki-laki Perempuan Jumlah 2011 2012 2013
Pandeglang 10.65 10.50 10.33 604.603 578.403 1.183.006 427 430 431
Lebak 11.17 11.02 10.90 640.002 607.904 1.247.906 359 362 364
Tangerang 26.9 27.12 27.57 1.617.090 1.540.690 3.157.780 2926 3015 3121
Serang 13.03 12.88 12.67 736.297 714.597 1.450.894 827 835 836
Kota Tangerang 16.99 17.06 17.05 997.398 954.998 1.952.396 12147 12464 12684
Kota Cilegon 3.5 3.49 3.48 203.502 194.802 398.304 2198 2236 2270
Kota Serang 5.44 5.44 5.40 317.501 301.301 618.802 2244 2294 2320
Kota Tangerang Selatan
12.32 12.49 12.60 727.802 715.601 1.443.403 9212 9547 9806
Provinsi Banten 100 100 100 5.844.195 5.608.296 11.452.491 1139 1164 1185
8
Rumah Sakit Bersalin Prima Medika merupakan organisasi berbadan
hukum perseroan yang dikelola oleh beberapa investor yang bertujuan mendirikan
pusat pelayanan kesehatan yang dapat dinikmati oleh masyarakat umum.
Dalam pelaksanaannya, peneliti menemukan beberapa hal yang menjadi
topik masalah menarik didalam Rumah Sakit Bersalin Prima Medika dalam
menjalankan kelangsungan bisnisnya sebagai berikut :
1. Menentukan strategi yang terbaik dalam mempertahankan keunggulan
perusahaan
2. Menentukan strategi jangka panjang dalam hal persaingan bisnis
Melihat permasalahan yang dihadapi, maka teori dan konsep strategis
dalam mengendalikan organisasi menjadikan manajemen strategis sebagai hal
yang penting.
Konsep manajemen strategis tidak hanya mempunyai nilai yang sangat berharga
bagi organisasi yang berorientasi pada profit, namun juga pada organisasi publik
terutama dalam menentukan bagaimana suatu organisasi menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam hal ini,
dibutuhkan peningkatan kemampuan untuk bertindak dan mengambil kebijakan
sesuai manajemen startejik agar mampu memberikan pelayanan kepada
masyarakat semaksimal mungkin.
Dengan demikian pendekatan manjemen strategis yang tepat akan sangat
membantu kemampuan bagi Rumah Sakit Bersalin Prima Medika dalam
mengakomodir keinginan pemangku kepentingannya dengan tetap
mengedepankan strategi bersaingnya.
9
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian yang akan dibahas
yaitu mengenai analisis keunggulan bersaing Rumah Sakit Bersalin Prima Medika
dengan kinerja dari rumah sakit di kota Tangerang Selatan lainnya, ditinjau dari
strategi perusahaan dalam rangka meningkatkan pendapatan perusahaan,
memenuhi kepuasan konsumen dan meningkatkan kinerja operasional Rumah
Sakit Bersalin Prima Medika. Pada umumnya permasalahan yang sering dijumpai
berkaitan dengan pelayanan rumah sakit menurut Griffith dalam Aditama (2006)
adalah prosedur administrasi kepada pasien, fasilitas rumah sakit, pendekatan
tenaga medis dan non medis kepada pasien, waktu menunggu pasien, hasil
tindakan kepada pasien serta kualitas pelayanan rumah sakit yang sepadan.
Sehingga diharapkan Rumah Sakit Bersalin Prima Medika dapat menjaga
eksistensinya untuk berkembang dan memenangkan persaingan.
Dengan adanya tantangan seperti itu, diharapkan Rumah Sakit Bersalin
Prima Medika dapat bersaing dalam industri rumah sakit khususnya rumah sakit
bersalin. Penulis melihat adanya kerentanan dalam pengelolaan manajemen
rumah sakit, karena didalamnya masih ada kelemahan yang belum disadari oleh
manajemen rumah sakit.
Dari hasil paparan diatas, maka penulis merumuskan masalah yang akan
dibahas dalam menjawab permasalahan yang ada didalam Rumah Sakit Bersalin
Prima Medika sebagai berikut :
“Bagaimana strategi dalam mencapai keunggulan bersaing bagi Rumah Sakit
Bersalin Prima Medika ?”
10
1.3 Pertanyaan Penelitian
Penulis melihat dengan potensi pasar yang ada saat ini dan disertai tujuan
pengembangan Rumah Sakit Bersalin Prima Medika, maka pertanyaan pokok
penelitian adalah:
“Bagaimana Rumah Sakit Bersalin Prima Medika membangun keunggulan dalam
bersaing untuk memenangkan persaingan bisnis?”
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan untuk mengetahui dan
menganalisa hal-hal sebagai berikut :
“Mengetahui keunggulan bersaing yang dimiliki oleh Rumah Sakit Bersalin
Prima Medika”
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat baik
bagi setiap perusahaan khususnya perbankan dan bagi akademisi, adapun
manfaat-manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut.
1. Bagi analis internal manajemen rumah sakit, untuk membantu
manajemen dalam menentukan strategi bersaing Rumah Sakit Bersalin
Prima Medika.
2. Bagi peneliti, hasil penelitian ini menambah bukti empiris mengenai
keunggulan bersaing dengan teori Porter dan Value Disciplines Model
3. Bagi akademis, diharapkan akan menambah wawasan dan sebagai
referensi dalam penelitian-penelitian yang sejenis di masa yang akan
datang.
11
1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Ruang lingkup dan batasan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data internal Rumah Sakit Bersalin Prima Medika sejak 2011 hingga
2014
2. Proses bisnis dalam pelayanan di Rumah Sakit Bersalin Prima Medika
1.7 Sistematika Penelitian
1.7.1 Pendahuluan
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan
judul penelitian ini, yakni mengenai kondisi internal dan eksternal Rumah Sakit
Bersalin Prima Medika yang mempengaruhi strategi bisnis. Pada bab ini penulis
menjelaskan mengenai perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
1.7.2 Landasan Teori
Pada bab ini, penulis akan membahas mengenai kerangka teoritis dan
pengertian yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi dalam
penilitian. Landasan teori yang dipilih adalah tentang strategi perusahaan
khususnya bidang kesehatan dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan rumah sakit.
1.7.3 Metoda Penelitian
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan tentang metoda penelitian yang
digunakan. Penelitian yang digunakan adalah penelitian studi eksplorasi di Rumah
Sakit Bersalin Prima Medika dengan menggunakan analisis internal. Penelitian ini
dilakukan di Rumah Sakit Bersalin Prima Medika, Tangerang Selatan dan sebagai
12
informan ialah karyawan dan pasien Rumah Sakit Bersalin Prima Medika,
Tangerang Selatan.
1.7.4 Analisis dan Pembahasan
Pada bab ini, penulis akan memaparkan mengenai inti pembahasan yang
dimulai dari profil Rumah Sakit Bersalin Prima Medika, sejarah dan
perkembangan perusahaan, struktur organisasi, hingga menentukan sumber daya
yang dimiliki.
1.7.5 Kesimpulan dan Saran
Pada bab terakhir ini penulis akan menulis kesimpulan yang isinya
rangkuman semua pembahasan dan tujuan penelitian pada bab pertama,
sedangkan saran dalam penulisan ini berdasarkan dari ide-ide baru serta inovasi
yang berguna bagi perusahaan.