18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung; merupakan suatu keluhan atau tanda, bukan penyakit. Perdarahan yang terjadi di hidung adalah akibat kelainan setempat atau penyakitumum. Penting sekali mencari asal perdarahan dan menghentikannya, di samping perlu jugamenemukan dan mengobati sebabnya. Epistaksis sering ditemukan sehari-hari dan mungkinhampir 90% dapat berhenti dengan sendirinya (spontan) atau dengan tindakan sederhana yangdilakukan oleh pasien sendiri dengan jalan menekan hidungnya. Pertolongan pertama jika terjadi epitaksis adalah dengan memencet hidung bagian depan selama tiga menit. Selama pemencetan sebaiknya bernapas melalui mulut. Perdarahan ringan biasanya akan berhenti dengan cara ini. Lakukan hal yang sama jika terjadi perdarahan berulang, jika tidak berhenti sebaiknya kunjungi dokter untuk bantuan. Untuk pendarahan hidung yang kronis yang disebabkan keringnya mukosa hidung, biasanya dicegah dengan menyemprotkan salin pada hidung hingga tiga kali sehari. Jika disebabkan tekanan, dapat digunakan kompres es untuk mengecilkan pembuluh darah (vasokonstriksi). Jika masih tidak berhasil, dapat digunakan tampon hidung. Tampon hidung dapat menghentikan pendarahan.

BAB I new

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kmb

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangEpistaksis adalah keluarnya darah dari hidung; merupakan suatu keluhan atau tanda,bukan penyakit. Perdarahan yang terjadi di hidung adalah akibat kelainan setempat atau penyakitumum. Penting sekali mencari asal perdarahan dan menghentikannya, di samping perlu jugamenemukan dan mengobati sebabnya. Epistaksis sering ditemukan sehari-hari dan mungkinhampir 90% dapat berhenti dengan sendirinya (spontan) atau dengan tindakan sederhana yangdilakukan oleh pasien sendiri dengan jalan menekan hidungnya.Pertolongan pertama jika terjadi epitaksis adalah dengan memencet hidung bagian depan selama tiga menit. Selama pemencetan sebaiknya bernapas melalui mulut. Perdarahan ringan biasanya akan berhenti dengan cara ini. Lakukan hal yang sama jika terjadi perdarahan berulang, jika tidak berhenti sebaiknya kunjungi dokter untuk bantuan.Untuk pendarahan hidung yang kronis yang disebabkan keringnya mukosa hidung, biasanya dicegah dengan menyemprotkan salin pada hidung hingga tiga kali sehari. Jika disebabkan tekanan, dapat digunakan kompres es untuk mengecilkan pembuluh darah (vasokonstriksi). Jika masih tidak berhasil, dapat digunakan tampon hidung. Tampon hidung dapat menghentikan pendarahan.1.2 Rumusan Masalah1. Apa pengertian dari epitaksis ?2. Apa saja tujuan dari pemasangan tampon hidung ?

3. Apa saja indikasi dari pemasangan tampon hidung ?

4. Bagaimana prodesur kerja dari pemasangan tampon hidung ?

5. Apa saja hal-hal yang dapat terjadi akibat dari pemasangan tampon hidung ?

1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui pengertian dari epitaksis2. Untuk mengetahui tujuan dari pemasangan tampon hidung

3. Untuk mengetahuiindikasi dari pemasangan tampon hidung

4. Untuk mengetahui prosedur kerja dari pemasangan tampon hidung

5. Untuk mengetahui hal-hal yang dapat terjadi akibat dari pemasangan tampon hidungBAB II

PEMBAHASAN2.1 Definisi Epitaksis

Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung yang penyebabnya bisa lokal atau sistemik. Perdarahan bisa ringan sampai serius dan bila tidak segera ditolong dapat berakibat fatal. Sumber perdarahan biasanya berasal dari bagian depan atau bagian belakang hidung. Epistaksis adalah satu keadaan pendarahan dari hidung yang keluar melalui lubang hidung akibat sebab kelainan lokal pada rongga hidung ataupun karena kelainan yang terjadi di tempat lain dari tubuh. Mimisan terjadi pada hidung karena hidung punya banyak pembuluh darah, terutama di balik lapisan tipis cupingnya. Mimisan sendiri bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu penyakit, itu artinya mimisan bisa terjadi karena bermacam sebab dari yang ringan sampai yang berat. Pada umumnya ini terjadi pada anak-anak karena pembuluh darahnya masih tipis dan sensitif, selain karena pilek. Gangguan mimisan umumnya berkurang sesuai dengan pertambahan usia. Semakin tambah usia, pembuluh darah dan selaput lendir di hidungnya sudah semakin kuat, hingga tak mudah berdarah. Epistaksis bukan suatu penyakit melainkan gejala suatu kelainan.1. Epistaksis ringan biasanya berasal dari bagian anterior hidung, umumnya mudah diatasi dan dapat berhenti sendiri.

2. Epistaksis berat berasal dari bagian posterior hidung yang dapat menimbulkan syok dan anemia serta dapat menyebabkan terjadinya iskemia serebri, insufisiensi koroner dan infark miokard yang kalau tidak cepat ditolong dapat berakhir dengan kematian. Pemberian infuse dan transfuse darah serta pemasangan tampon atau tindakan lainnya harus cepat dilakukan. Disamping itu epistaksis juga dapat merupakan tanda adanya pertumbuhan suatu tumor baik ganas maupun jinak. Ini juga memerlukan penatalaksanaan yang rinci dan terarah untuk menegakkan diagnosis dan menentukan modalitas pengobatan yang terbaik.2.2 Klasifikasi

Sumber perdarahan berasal dari bagian anterior atau posterior rongga hidung.

a) Epistaksis Anterior (Mimisan Depan)Jika yang luka adalah pembuluh darah pada rongga hidung bagian depan, maka disebut mimisan depan (epistaksis anterior). Lebih dari 90% mimisan merupakan mimisan jenis ini. Mimisan depan lebih sering mengenai anak-anak, karena pada usia ini selaput lendir dan pembuluh darah hidung belum terlalu kuat.Mimisan depan biasanya ditandai dengan keluarnya darah lewat lubang hidung, baik melalui satu maupun kedua lubang hidung. Jarang sekali perdarahan keluar lewat belakang menuju ke tenggorokan, kecuali jika korban dalam posisi telentang atau tengadah.Pada pemeriksaan hidung, dapat dijumpai lokasi sumber pedarahan. Biasanya di sekat hidung, tetapi kadang-kadang juga di dinding samping rongga hidung.Mimisan depan dapat terjadi akibat :1. Mengorek-ngorek hidung2. Terlalu lama menghirup udara kering, misalnya pada ketinggian atau ruangan berAC3. Terlalu lama terpapar sinar matahari4. Pilek atau sinusitis5. Membuang ingus terlalu kuatBiasanya relatif tidak berbahaya. Perdarahan yang timbul ringan dan dapat berhenti sendiri dalam 3 - 5 menit, walaupun kadang-kadang perlu tindakan seperti memencet dan mengompres hidung dengan air dingin.

Beberapa langkah untuk mengatasi mimisan depan:1. Penderita duduk di kursi atau berdiri, kepala ditundukkan sedikit ke depan.2. Pada posisi duduk atau berdiri, hidung yang berdarah lebih tinggi dari jantung. Tindakan ini bermanfaat untuk mengurangi laju perdarahan. Kepala ditundukkan ke depan agar darah mengalir lewat lubang hidung, tidak jatuh ke tenggorokan, yang jika masuk ke lambung menimbulkan mual dan muntah, dan jika masuk ke paru-paru dapat menimbulkan gagal napas dan kematian.3. Tekan seluruh cuping hidung, tepat di atas lubang hidung dan dibawah tulang hidung. Pertahankan tindakan ini selama 10 menit. Usahakan jangan berhenti menekan sampai masa 10 menit terlewati. Penderita diminta untuk bernapas lewat mulut.4. Beri kompres dingin di daerah sekitar hidung. Kompres dingin membantu mengerutkan pembuluh darah, sehingga perdarahan berkurang.5. Setelah mimisan berhenti, tidak boleh mengorek-ngorek hidung dan menghembuskan napas lewat hidung terlalu kuat sediktinya dalam 3 jam.6. Jika penanganan pertama di atas tidak berhasil, korban sebaiknya dibawa ke rumah sakit, karena mungkin dibutuhkan pemasangan tampon (kasa yang digulung) ke dalam rongga hidung atau tindakan kauterisasi. Selama dalam perjalanan, penderita sebaiknya tetap duduk dengan posisi tunduk sedikit kedepan.b) Epistaksis Posterior (Mimisan Belakang)Mimisan belakang (epistaksis posterior) terjadi akibat perlukaan pada pembuluh darah rongga hidung bagian belakang. Mimisan belakang jarang terjadi, tapi relatif lebih berbahaya. Mimisan belakang kebanyakan mengenai orang dewasa, walaupun tidak menutup kemungkinan juga mengenai anak-anak.Perdarahan pada mimisan belakang biasanya lebih hebat sebab yang mengalami perlukaan adalah pembuluh darah yang cukup besar. Karena terletak di belakang, darah cenderung jatuh ke tenggorokan kemudian tertelan masuk ke lambung, sehingga menimbulkan mual dan muntah berisi darah. Pada beberapa kasus, darah sama sekali tidak ada yang keluar melalui lubang hidung.Beberapa penyebab mimisan belakang :1. Hipertensi2. Demam berdarah3. Tumor ganas hidung atau nasofaring4. Penyakit darah seperti leukemia, hemofilia, thalasemia dll.5. Kekurangan vitamin C dan K.6. Perdarahan pada mimisan belakang lebih sulit diatasi. Oleh karena itu, penderita harus segera dibawa ke puskesmas atau RS.Biasanya petugas medis melakukan pemasangan tampon belakang. Caranya, kateter dimasukkan lewat lubang hidung tembus rongga belakang mulut (faring), kemudian ditarik keluar melalui mulut. Pada ujung yang keluar melalui mulut ini dipasang kasa dan balon. Ujung kateter satunya yang ada di lubang hidung ditarik, maka kasa dan balon ikut tertarik dan menyumbat rongga hidung bagian belakang.

Dengan demikian diharapkan perdarahan berhenti. Jika tindakan ini gagal, petugas medis mungkin akan melakukan kauterisasi. Langkah lain yang mungkin dipertimbangkan adalah operasi untuk mencari pembuluh darah yang menyebabkan perdarahan, kemudian mengikatnya. Tindakan ini dinamakan ligasi.2.4 Tujuan Pemasangan Tampon Hidunga. Untuk menghentikan atau memperlambat epistaksis anterior atau posterior. b. Untuk mengatasi pendarahan pada hidung dengan memeberikan tekanan c. Untuk melindungi daerah kauterisasi dari kekeringan atau traumad. Untuk penyembuhan mukosa hidung 2.5 Indikasi Pemasangan Tampon Hidung

a. Epitaksis anterior dan posteriorb. Mengatasi pendarahan yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lokalc. Epistaksis akibat frakturnasi atau septumnasitelangiektasi hemoragik herediter (kelainan bentuk pembuluh darah)d. Perdarahan berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri ethmoidalis posterior, sering terjadi pada pasien usia lanjut yang menderita hipertensi, arteriosclerosis, atau penyakit kardiovaskuler dan perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti spontan.2.6 Prosedur Kerja

2.6.1 Persiapan Alat

a. Tampon Anterior

1. Larutan kokain 4% 10 ml,2. Lidokain 1% dengan epineprin 10 ml, 3. Tabung suntik 5ml dengan jarum berdiameter 254. Kapas lidi5. Batang mengandung peraknitrat pada ujungnya untuk koagulasi6. Peralatan elektrokauter portabel7. Spekulum hidung8. Lampu kepala atau cermin refleksi dengan sumber cahaya memadai9. Peralatan penghisap dengan ujung penghisap hidung10. Kapas pembalut mengandung minyak11. Gumpalan kapas12. Forseps tampon hidungb. Tampon Posterior

1. Semua peralatan untuk tampon hidung anterior ditambah :a) Balon kateter penghambat (dirancang khusu untuk tampon di tempat perdarahan)

b) Kapas absorben 4x5 cm dengan tiga ikatan benang sutra berukuran 0 terikat ditengah (pilihan untuk kateterisasi balon)

c) Gunting

d) Kateter karet merah no 12 atau 14

e) Klem kelly2.6.2 Persiapan Pasien1. Pasien di beritahu prosedur dan tujuan tindakan yang akan di lakukan2. Pasien dalam posisi duduk di kursi THT atau berbaring dengan sandaran pungggung pada posisi tegak3. Pasien di posisikan semi fowler4. Kepala pasien harus ditunjang5. Kepala pasien di tunjang sambil pasien menekan hidungnya selama 3-5 menit2.6.3 Langkah-Langkaha. Tampon Hidung Anterior

1. Sediakan dan persiapkan semua peralatan yang diperlukan, sehingga mudah digunakan2. Atur posisi pasien seperti yang telah disebutkan dan pastikan bahwa pasien merasa nyamaan tetapi ditunjang dengan baik dan tidak bergerak3. Pastikan bahwa alat penghisap dan penerangan memadai telah tersedia4. Ketika operator mengatur perlengkapan, asisten dapat menekan hidung pasien untuk menghentikan perdarahan dari septum5. Buka lubang hidung pasien menggunakan spekulum dan keluarkan semua darah dengan alat penghisap. Periksa perdarahan dari septum anterior. Kemudian, periksa konka dan orofarig untuk menentukan perdarahan berasal dari posterior6. Jika ditemukan pembuluh darah anterior, misalnya pembuluh darah di daerah Kiesselbalch maka perdarahan dapat diatasi dengan salah satu dari 3 cara, yaitu:

a. Vasokonstriksi lokal, gumpalan kapas jenuh mengandung kokain 4% diletakkan pada setiap lubang hidung dan biarkan asisten atau pasien menekan lubang hidung secukupnya selama 5 menit. Kokain akan memasuki mukosa hidung dan menyebabkan vasokonstriksi, sehingga bersamaan dengan penekanan, sering berhasil mengatasi penekanan.

b. Batang mengandung perak nitrat, setelah tempat perdarahan diketahui, lakukan kauterisasi pembuluh darah dengan aplikator perak nitrat. Sangat penting untuk menentukan lokasi kauterisasi dengan tepat di atas tempat perdarahan. Kauterisasi berlebihan pada daerah yang luas dari setum hidung dan menyebabkan nekrosis dengn perforasi.

c. Elektrokauter, suatu perdarahan pembuluh darah anterior tunggal dapat dikauterisasi dengan peralatan elektrokauter. Diperlukan perhatian yang sama sepertihalnya kauterisasi kimia.

7. Perdarahan yang terjadi dibelakan saluran hidung anterior dan tdak dapat diatasi dengan tindakan lokal, memerlukan tampon hidung anterior. Dengan foreps hidung, masukkan kasa mengandung minyak berturut-turut secara padat dan berlapis, mulai dibagian hidung paling posterior yang dapat dicapai hingga di bagian anterior. Masukkan pula sejumlah kecl kasa padat pada saat bersamaan untuk memastikan bahwa lubang hidung anterior telah tersumbat sempurna.8. Setelah seluruh saluran hidung anterior tersumbat, periksa orofaring untuk melihat apakah perdarahan masih berlangsung kearah posterior; jika masih, pemasangan tampon posterior merupakan indikasi (tampon anterior harus dikeluarkan sebelum melakukan hal ini). Tampon anterior harus dipasang kembali setelah tampon posterior terpasang seluruhnya.

b. Tampon Hidung Posterior1. Perdarahan posterior yang berat biasanya baru dapat diatasi setelah dipasang tampon posterior atau tampon Belloque. Tampon ini dibuat dari kasa dan berukuran 3x2x2 cm dan mempunyai 3 buah benang, 2 buah pada satu sisi dan sebuah lagi pada sisi lain. Tampon ini harus memenuhi koana. Cara memasangnya adalah sebagai berikut:2. Dimasukkan kateter terlebih dahulu ke lubang hidung, gunanya untuk menarik tampon Belloque ke koana.3. Ujung kateter yang tampak di orofaring ditarik keluar rongga mulut dengan pinset dan diikat pada 2 benang yang terdapat pada 1 sisi tampon, kateter kemudian ditarik meluar melalui rongga hidung, tampon akan tertarik ke dalam rongga mulut dan dengan ujung jari telunjuk tampon didorong masuk ke koana.4. Selanjutnya dipasang tampon anterior dan kedua benang yang keluar dari lubang hidung diikatkan / difiksasi sehingga tampon Belloque tadi akan terfiksasi dengan baik di koana. Benang yang satu lagi akan tetap berada di rongga mulut dan difiksasi pada pipi dengan plaster, guna benang ini adalah untuk menarik tampon keluar melalui rongga mulut setelah 2-3 hari. Pasien dengan Belloque tampon harus dirawat.Sebagai pengganti tampon Belloque dapat dipakai kateter Foley dengan balon. Balonnya diletakkan di nasofaring dan dikembangkan dengan air.5. Pada setiap pemasangan tampon, harus selalu diberi antibiotik untuk mencegah terjadinya otitis media dan sinusitis. Jika pasien gelisah obat penenang atau terapi suportif dapat diberikan. Obat hemotatik juga dapat diberikan meskipun manfaatnya masih diragukan.2.7 Hal- Hal yang Dapat Terjadi Akibat Pemasangan Tampon Hidung

1. Pemasangan tampon dapat menimbulkan sinusitis, otitis media, bahkan septikemia. Oleh karena itu pada setiap pemasangan tampon harus selalu diberikan antibiotik dan setelah 2-3 hari harus dicabut meski akan dipasang tampon baru bila masih berdarah.2. Sebagai akibat mengalirnya darah secara retrograd melalui tuba Eustachius, dapat terjadi hemotimpanum dan air mata yang berdarah.3. Pada waktu pemasangan tampon Bellocq dapat terjadi laserasi palatum mole dan sudut bibir karena benang terlalu kencang dilekatkan.2.8 Hal Hal yang perlu diperhatikanPerlu diperhatikan bahwa saat melakukan pemasangan tampon, penempatannya harus tepat, dan tetap waspada terhadap potensi komplikasi, antara lain: trauma, infeksi, dehidrasi, dan tentu saja berubahnya ventilasi akibat obstruksi aliran udara lewat hidung, sehingga penderita akan menghirup udara melalui mulut yang akan berpengaruh terhadap mekanisme fisiologis pernapasan paru.BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ada bermacam-macam cara mengatasi epistaksis tergantung dari asal perdarahan dan berat ringannya perdarahan telah dikemukakan. Namun dalam penatalaksanaannya, pertu pula dicari faktor penyebab sistemik jika dicurigai keberadaannya melalui berbagai pemeriksaan termasuk konsultasi ke ahli penyakit dalam. Pasien/orang tua pasien biasanya dalam keadaan panik sehingga terapi suportif juga penting untuk dilaksanakan.

3.2 SaranKami harap teman - teman dapat mengerti dan mengaplikasikan materi tentang tampon hidung ini dalam praktek tatanan nyata.DAFTAR PUSTAKAfile:///D:/ASUHAN%20KEPERAWATAN%20EPISTAKSIS%201.%20%C2%A0%20%C2%A0%20%C2%A0PENGERTIAN%20EPISTAKSIS%20Epistaksis%20adalah%E2%80%A6.htm diakses pada tanggal 10 Desember 2014 pukul 21.35 WIB