27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar. Wilayah tersebut telah banyak dimanfaatkan dan memberikan sumbangan yang berarti, baik bagi peningkatan taraf hidup masyarakat maupun sebagai penghasil devisa negara yang sangat penting. Aktifitas perkonomian yang dilakukan di kawasan pesisir diantaranya adalah kegiatan perikanan (tangkap dan budidaya), industri dan pariwisata. Selain dimanfaatkan untuk kegiatan perekonomian, wilayah pesisir juga digunakan sebagai tempat membuang limbah dari berbagai aktifitas manusia, baik dari darat maupun di kawasan pesisir itu sendiri. Kegiatan ini memberikan dampak yang tidak diharapkan dari kondisi biofisik pesisir yang dikenal sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Salah satu jenis perairan yang akan terkena dampak adalah perairan estuaria. Estuaria merupakan suatu habitat yang bersifat unik karena merupakan tempat pertemuan antara perairan laut dan perairan darat. Namun wilayah pesisir juga kerap mendapat tekanan ekologis berupa pencemar yang bersumber dari aktifitas manusia. Melimpahnya bahan pencemar tersebut di wilayah pesisir merupakan ancaman yang serius terhadap kelestarian perikanan laut. Menurut Dahuri (1996) akumulasi limbah yang terjadi di wilayah pesisir, terutamadiakibatkan

BAB I Lengkap

  • Upload
    yana

  • View
    64

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I Lengkap

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki

potensi sumberdaya yang sangat besar. Wilayah tersebut telah banyak

dimanfaatkan dan memberikan sumbangan yang berarti, baik bagi

peningkatan taraf hidup masyarakat maupun sebagai penghasil devisa

negara yang sangat penting.

Aktifitas perkonomian yang dilakukan di kawasan pesisir

diantaranya adalah kegiatan perikanan (tangkap dan budidaya), industri

dan pariwisata. Selain dimanfaatkan untuk kegiatan perekonomian,

wilayah pesisir juga digunakan sebagai tempat membuang limbah dari

berbagai aktifitas manusia, baik dari darat maupun di kawasan pesisir itu

sendiri. Kegiatan ini memberikan dampak yang tidak diharapkan dari

kondisi biofisik pesisir yang dikenal sangat peka terhadap perubahan

lingkungan. Salah satu jenis perairan yang akan terkena dampak adalah

perairan estuaria.

Estuaria merupakan suatu habitat yang bersifat unik karena

merupakan tempat pertemuan antara perairan laut dan perairan darat.

Namun wilayah pesisir juga kerap mendapat tekanan ekologis berupa

pencemar yang bersumber dari aktifitas manusia. Melimpahnya bahan

pencemar tersebut di wilayah pesisir merupakan ancaman yang serius

terhadap kelestarian perikanan laut. Menurut Dahuri (1996) akumulasi

limbah yang terjadi di wilayah pesisir, terutamadiakibatkan oleh

tingginya kepadatan populasi penduduk dan aktifitas industri.

Kondisi seperti ini disinyalir juga terjadi di perairan muara Sungai

Kampar. Muara Sungai Kampar merupakan gabungan dari beberapa

aliran sungai besar dan anak sungai yang terdapat di Provinsi Riau. Aliran

air yang masuk ke muara Sungai Kampar mengindikasikan banyak

mengandung bahan pencemar. Hal ini terjadi karena di sepanjang sungai

yang mengalir ke muara Sungai Kampar terdapat banyak pabrik-pabrik

Page 2: BAB I Lengkap

atau kegiatan industri yang beroperasi dan membuang limbahnya ke

sungai. Pabrik yang paling besar masuk ke aliran adalah jenis pabrik

kertas yaitu PT. RAPP (Riau Andalan Pulp andPaper).

Masuknya bahan pencemar ke dalam perairan muara sungai ini

akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada berbagai organ tubuh,

bahkan bukan tidak mungkin dapat mengakibatkan kematian serta

mengakibatkan spesies tertentu yang rentan terhadap bahan pencemar

menjadi hilang/punah sehingga spesies ikan yang dijumpai menjadi

berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Dahuri dan Arumsyah (1994)

bahwa masuknya bahan pencemar ke dalam perairan dapat

mempengaruhi kualitas perairan. Apabila bahan yang masuk ke perairan

melebihi kapasitas asimilasinya, maka daya dukung lingkungan akan

menurun. Sehingga menurun pula nilai perairan dan peruntukan lainnya.

Bahan pencemar yang masuk ke muara sungai dan estuari akan

tersebar dan akan mengalami proses pengendapan, sehingga terjadi

penyebaran zat pencemar. Besar kecilnya nilai kisaran dari parameter

terukur tergantung dari volume air pengencer, toksisitas/intensitas

bahan pencemar, iklim, kedalaman, arus, topografi dan geografi,

sehingga terjadi perubahan sifat fisik, kimia dan biologi dan ketiganya

akan saling berinteraksi. Apabila salah satu factor terganggu atau

mengalami perubahan akan berdampak pada ekologi perairan.

Penyebaran bahan pencemar terutama logam berat dalam perairan

dengan proses pengendapan akan mempengaruhi siklus hidup dari

hewan perairan terutama ikan.

Dengan terjadinya proses pengendapan bahan pencemar di dasar

perairan akan memberikan dampak terakumulasinya bahan pencemar

dalam tubuh organisme melalui rantai makanan. Ikan baung salah satu

jenis ikan yang hidup di dasar perairan Sungai Kampar dan banyak

dikonsumsi oleh masyarakat setempat,padahal ikan baung baik secara

langsung maupun tidak langsung, terkena dampak dari bahan pencemar

yang berada di dasar perairan atau dengan kata lain akan terkontaminasi

Page 3: BAB I Lengkap

bahan pencemar. Mengingat ikan baung banyak hidup di dasarperairan

Sungai Kampar yang sudah tercemar, namun masih belum ada informasi

mengenai hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian terhadap

kandungan bahan pencemar terutama logam pada ikan baung.

B. Tujuan

Ada pun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahuai pengertian sampah, pengelolaan sampah dan kawasan

pesisir.

2. Untuk mengetahui bagaimana pembagian sampah padat

3. Untuk mengetahui bagaimana konsep pengelolaan sampah

4. Untuk mengetahui bagaimana pengolahan Sampah secara umum dan

pengolahan sampah di kawasan pesisir.

5. Unuk mengetahui pengolahan sampah dan dampaknya bagi masyarakat dan lingkungan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sampah, Pengelolaan Sampah dan Kawasan Pesisir

Kata sampah sudah merupakan hal yang lumrah, mendengar kata

sampah sudah terbesit dalam pikiran kita bahwa sampah itu merupakan

sesuatu yang sudah tidak digunakan lagi dan ingin dibuang. Namun

menurut WHO, defenisi sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan,

tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal

dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Seperti yang telah diketahui secara umum,bahwa sampah dapat

membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan manusia. Bila

sampah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa ada

pengelolaan yang baik, maka akan menimbulkan berbagai dampak

kesehatan yang serius.

Page 4: BAB I Lengkap

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan , pengangkutan ,

pemrosesas, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah.

Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari

kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya

terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah

juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam . Pengelolaan

sampah bisa melibatkan zat padat , cair , gas , atau radioaktif dengan

metoda dan keahl ian khusus untuk masing masing jenis zat.

Definisi kawasan pesisir dari pendekatan ekologis adalah daerah

pertemuan darat dan laut, dengan batas ke arah darat meliputi bagian

daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat

pengaruh sifat laut seperti angin laut, pasang surut dan intrusi air laut;

sedangkan batas ke arah laut mencakup bagian perairan pantai sampai

batas terluar dari paparan benua yang masih dipengaruhi oleh proses

alamiah yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar

serta proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya

penggundulan hutan, pencemaran industri/domestik, limbah tambak, atau

penangkapan ikan. Jika dilihat dari pendekatan administrasi, kawasan

pesisir adalah kawasan yang secara administrasi pemerintahan

mempunyai batas terluar sebelah hulu dari kecamatan atau kabupaten

atau kota dan ke arah laut sejauh 12 mil dari garis pantai untuk propinsi

atau sepertiganya untuk kabupaten atau kota.

Praktek pengelolaan sampah berbeda beda antara Negara maju dan

negara berkembang , berbeda juga antara daerah perkotaan dengan

daerah pedesaan , berbeda juga antara daerah perumahan dengan

daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak berbahaya dari pemukiman

dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab

pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan

industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.

Page 5: BAB I Lengkap

B. Pembagian Sampah Padat

Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti

berikut:

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya,

Organik, misalnya, sisa makanan.

Anorganik, misalnya, logam, pecah-belah, abu dan lain-lain.

2. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar

Mudah tertbakar, misalnya: Kertas pelastik, daun kering, kayu.

Tidak mudah terbakar, misalnya kaleng, besi, gelas dan lain-

lain.

3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk

Mudah membusuk misalnya, makanan, potongan daging, dan

sebagainya.

Sulit membusuk, misalnya, plastic, kaleng, karet dan

sebagainya.

4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah

Garbage, terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk dan dapat

terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses

pembusukan sering kali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis

Page 6: BAB I Lengkap

ini dapat ditemukan di tempat pemukiman, rumah makan,

rumah sakit, pasar dan sebagainya.

Rubbish, terbagi menjadi dua

- Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organic, misalnya

kertas, kayu, karet, daun kering dan sebagainya.

Ashes, semua sisa pembakaran dari industry

Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktifitas

mesin atau manusia.

Dead animal, bangkai binatan besar(anjing, kucing dan

sebagainya yang mati akibat kecelakaan).

House hold refuse, atau sampah campuran (misalnya garbage,

ashes, rubbish) yang berasal dari perumahan.

Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan.

Demolision waste, berasal dari sisa pembangunan gedung.

Kontructions waste, berasal dari sisa-sisa pembangunan

gedung seperti tanah, batu dan kayu.

Sampah industry, berasal dari pertanian, perkebunan dan

industry.

Page 7: BAB I Lengkap

Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang

biasanya berupa zat organic pada pintu masuk pusat pengolahan

limbah cair.

Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan

khusus seperti kaleng dan zat radioaktif.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Sampah:

1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk bergabtung pada aktivitas dan kepadatan

penduduk. Smakin padat penduduk, sampah semakin menumpuk

Karena tempat atau ruang untuk menampung sampah kurang.

Semakin meningkat aktivitas penduduk,sampah yang dihasilkan

semakin banyak, misalnya pada aktivitas pembangunan,

perdagangan, industri, dan sebaginya.

2. Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai.

Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat

jika dibandingkan dengan truk.

3. Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai

kembali.

Metode ini dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai

ekonomi bagi golongan tertentu. Frekuensi pengambilan

dipengaruhi oleh keadaan , jika harganya tinggi, sampah yang

tertinggal sedikit.

4. Factor geografis.

Page 8: BAB I Lengkap

Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, lembah

pantai, atau di daratan rendah.

5. Faktor waktu.

Bergabtung pada factor harian, mingguan, bulanan, atau tahuna.

Jumlah sampah per hari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah

sampah pada siang hari lebih banyak dari pada jumlah di pagi hari,

sedangkan sampah di daerah pedesaan tidak begitu bergabtung

pada factor waktu.

6. Faktor social ekonomi dan budaya

Contoh, adat-istiadat dan taraf hidup dan mental masyarakat.

7. Pada musim hujan, sampah mungkin akan tersangkut pada

selokan,pintu, air, atau pennyaringan air limbah.

8. Kebiasaan masyarakat

Contohnya jika seseorang suka mengkonsumsi satu jenis makanan

atau tanaman, sampah makanan itu akan meningkat.

9. Kemajuan teknologi.

Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat.

Contoh, plastik, kardus, rongsokan, AC, TV dan sebagainya.

10. Jenis sampah.

Makin maju tingakt kebudayaan suatu masyarakat, semakin

kimpeks pula jenis sampahnya.

Sumber Sampah

Page 9: BAB I Lengkap

Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa

sumber berikut:

1. Pemukiman penduduk

Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau

beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu daerah. Jenis

sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa

proses pengolahan makanan

2. Tempat umu dan tempat perdagangan

Tempat umum adlah tempat yang memungkinkan banyak orang

berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat

perdagangan. Jenis sampah yang diahasilkan dapat berupa sisa-sisa

makanan, sampah kering, abu, sampah khusus dan terkadang

sampah berbahaya.

3. Saran layanan masyarakat milik pemerintah

Saran layanan yang dimaksud antara lain tempat hiburan dan

umum, jalanan umum, tempat parker, tempat layanan kesehatan,

pantai tempat berlibur, dan saran apemerintahan yang lain. Tempat

tersebut biasanya menghasilkan sampah khususu dan sampah

kering.

4. Industry berat dan ringan

Dalam pengertian ini termasuk industry makanan dan minumana,

industry kayu, industry kimia, industry logam, tempat pengolahahn

air botol dan air minum, dan kegitan industry lainnya. Sampah yang

dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, samapah kering,

dan sampah berbahaya lainnya.

Page 10: BAB I Lengkap

5. Pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian

seperti kebun, ladang, ataupun sawah yang mengasilkan sampah

berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah

pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

C. Konsep pengelolaan sampah

Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang berbeda dalam penggunaannya,

antara negara-negara atau daerah. Beberapa yang paling umum, banyak-konsep yang digunakan adalah:

Diagram dari hirarki limbah.

Hirarki Sampah - hirarki limbah merujuk kepada " 3 M " mengurangi sampah,

menggunakan kembali sampah dan daur ulang, yang mengklasifikasikan strategi

pengelolaan sampah sesuai dengan keinginan dari segi minimalisasi sampah.

Hirarki limbah yang tetap menjadi dasar dari sebagian besar strategi

minimalisasi sampah. Tujuan limbah hirarki adalah untuk mengambil

keuntungan maksimum dari produk-produk praktis dan untuk

menghasilkan jumlah minimum limbah.

Perpanjangan tanggungjawab penghasil sampah / Extended Producer

Responsibility (EPR).(EPR) adalah suatu strategi yang dirancang untuk

mempromosikan integrasi semua biaya yang berkaitan dengan produk-

produk mereka di seluruh siklus hidup (termasuk akhir-of-pembuangan

biaya hidup) ke dalam pasar harga produk. Tanggung jawab produser

diperpanjang dimaksudkan untuk menentukan akuntabilitas atas

seluruh Lifecycle produk dan kemasan diperkenalkan ke pasar. Ini

berarti perusahaan yang manufaktur, impor dan / atau menjual produk

diminta untuk bertanggung jawab atas produk mereka berguna setelah

kehidupan serta selama manufaktur.

Page 11: BAB I Lengkap

prinsip pengotor membayar - prinsip pengotor membayar adalah

prinsip di mana pihak pencemar membayar dampak akibatnya ke

lingkungan. Sehubungan dengan pengelolaan limbah, ini umumnya

merujuk kepada penghasil sampah untuk membayar sesuai dari

pembuangan.

D. Pengolahan Sampah

Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan tujuan untuk mengubah sampah

menjadi material yang memiliki nilai ekonomis sehingga mempunyai nilai faedah yang lebih tinggi agar

menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup. Secara umum, ada beberapa metode dan

tahapan di dalam poengolahan sampah diantaranya:

1. Metode Penghindaran dan Pengurangan

Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah terbentuk ,

atau dikenal juga dengan "pengurangan sampah". Metode pencegahan termasuk penggunaan kembali

barang bekas pakai , memperbaiki barang yang rusak , mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau

bisa digunakan kembali (seperti tas belanja katun menggantikan tas plastik ), mengajak konsumen

untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai (contohnya kertas tissue) ,dan mendesain produk

yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama (contoh, pengurangan bobot

kaleng minuman).

2. Tahap Pengumpulan dan Penyimpanan

Metode pengumpulan sampah bervariasi dan berbeda-beda antar negara dan kawasan. Jasa

pengumpulan sampah rumah tangga biasanya disediakan oleh pemerintah daerah atau perusahaan

swasta. Pada beberapa negara berkembang, jasa pengumpulan sampah yang resmi tidak tersedia.

Sampah yang berada di lokasi sumber ( kantor, rumah tangga, hotel dan sebagainya) di tempatkan

dalam tempat penyimpanan sementara (tempat sampah). Sampah basah dan sampah kering sebaiknya

dikumpulkan di tempat yang terpisah untuk memudahkan pemusnahan.

Adapun tempat penyimapan sementara yang digunakan harus memenuhi syarat berikut ini :

1. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor.

2. Memiliki tutp dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan.

Page 12: BAB I Lengkap

3. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang

Dari tempat penyimpana ini, sampah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam dipo (rumah

sampah) dipo ini berbentuk bak besar yang digunakan untuk menampung sampah rumah tangga. dan

bagi pengumpulan samph yang menggunakan jasa pengumpulan resmi biasanya dikumpulkan dalam

konteiner sampah dan diangkut secara berkala.

3. Tahap Pengangkutan

Dari tempat pengumpulan sampah, sampah diagkut ke tempat pembuangan akhir atau pemusnahan

sampah denga menggunakan truk pengangkut sampahyang disediakan oleh dinas kebersihan kota.

Truk sampah pemuatan depan yang biasa ada di Amerika utara.

4. Penimbunan Darat

Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah,

metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg

ditinggalkan , lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah situs penimbunan darat

yg di desain dan di kelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan

murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan

menyebabkan berbagai masalah lingkungan , diantaranya angin berbau sampah , menarik

berkumpulnya hama , dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas

methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya. (di bandung kandungan gas methan ini

meledak dan melongsorkan gunung sampah).

Penimbunan darat sampah

Karakter desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya adalah metode

pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik.Sampah biasanya

dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya , dan ditutup untuk tidak menarik hama

(biasanya tikus). Banyak penimbunan samapah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang

terpasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari

tempat penimbunan dan dibakar di menara pemabakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas

untuk membangkitkan listrik.

Kendaraan pemadat sampah penimbunan darat.

5. Pemusnahan samapah

Page 13: BAB I Lengkap

Pemusnahan sampah terbagi atas beberapa cara yaitu:

1. Pembakaran

Pabrik pembakaran di Vienna (Spittelau incineration plant).

Pembakaran adalah metode yang melibatkan pembakaran zat sampah. Pengkremasian

dan pengelolaan sampah lain yg melibatkan temperatur tinggi baisa disebut "Perlakuan panas".

kremasi merubah sampah menjadi panas, gas, uap dan abu.

Pengkremasian dilakukan oleh perorangan atau oleh industri dalam skala besar. Hal ini

bsia dilakukan untuk sampah padat , cair maupun gas. Pengkremasian dikenal sebagai cara yang

praktis untuk membuang beberapa jenis sampah berbahaya, contohnya sampah medis (sampah

biologis). Pengkremasian adalah metode yang kontroversial karena menghasilkan polusi udara.

Pengkremasian biasa dilakukan dinegara seperti jepang dimana tanah begitu

terbatas ,karena fasilitas ini tidak membutuhkan lahan seluas penimbunan darat.Sampah menjadi

energi (Waste-to-energy=WtE) atau energi dari sampah (energy-from-waste = EfW) adalah

terminologi untuk menjelaskan samapah yang dibakar dalam tungku dan boiler guna

menghasilkan panas/uap/listrik.Pembakaran pada alat kremasi tidaklah selalu sempurna , ada

keluhan adanya polusi mikro dari emisi gas yang keluar cerobongnya. Perhatian lebih diarahkan

pada zat dioxin yang kemungkinan dihasilkan di dalam pembakaran dan mencemari lingkungan

sekitar pembakaran. Dilain pihak , pengkremasian seperti ini dianggap positif karena

menghasilkan listrik , contoh di Indonesia adalah rencana PLTSa Gede Bage di sekitar kota

Bandung.

Manfaat system ini adalah volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya, tidak

memerlukan ruang yang luas, panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap, dan

pengolahan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang dapat diataur sesuai

dengan kebutuhan.

Kerugian yang ditimbulakan akibat penerapan metode ini adalah membutuhkan biaya

yang cukup besar, lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan penduduk.

2. Metode Daur-ulang

Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan

kembali disebut sebagai daur ulang.Ada beberapa cara daur ulang , pertama adalah mengambil

bahan sampahnya untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar utnuk

membangkitkan listik. Metode metode baru dari daur ulang terus ditemukan dan akan dijelaskan

dibawah.

Pengolahan kemabali secara fisik

Page 14: BAB I Lengkap

Baja di buang , dipilih dan digunakan kembali.

Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang , yaitu mengumpulkan dan

menggunakan kembali sampah yang dibuang , contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan

kembali untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah

dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah

tercampur.

Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum , kaleng baja

makanan/minuman, Botol HDPE dan PET , botol kaca , kertas karton, koran, majalah, dan kardus.

Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang.Daur ulang dari produk

yang komplek seperti komputer atau mobil lebih susah, karena harus bagian bagiannya harus

diurai dan dikelompokan menurut jenis bahannya.

3. Pengolahan biologis

Pengkomposan.

Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas , bisa diolah

dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah

pengkomposan.Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana yang

bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.

Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin

Program (program tong hijau) di Toronto, Kanada, dimana sampah organik rumah tangga , seperti

sampah dapur dan potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan.

4. Pemulihan energi

Komponen pencernaan Anaerobik di pabrik

Lübeck mechanical biological treatment di Jerman, 2007

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara

menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menajdi bahan bakar

tipe lain. Daur-ulang melalui cara "perlakuan panas" bervariasi mulai dari menggunakannya sebakai bahan

bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan

uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah dua bentuk perlakukan panas yang

berhubungan , dimana sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini

biasanya dilakukan di wadah tertutup pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah

menjadi produk berzat padat , gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi

Page 15: BAB I Lengkap

atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti

karbon aktif. Gasifikasi dan Gasifikasi busur plasma yang canggih digunakan untuk mengkonversi material

organik langsung menjadi Gas sintetis (campuran antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas ini

kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap.

Dan bagaimana pengolahan sampah di kawasan pesisir iu sendiri, perlu diketahui bahwa

pengolahan sampah di kawasan pesisr tidak jauh beda dengan pengolahan sampah di daerah lainnya karena

jenis sampah yang dihailkan pun tidak jauh beda karena sampah yang dihasilkan di kawasan pesisir ini

sebagian besar bersal dari aktivitas rumah tangga.

Pada dasarnya,ada 3 hal yang mempengaruhi timbulanya sampah di kawasan pesisir diantaranya :

1. Kesadaran masyarakat yang tinggal dan melakukan aktivitas di lingkungan

pesisir, sering menganggap wilayah pantai sebagai tempat pembuangan

sampah yang gratis, relatif murah dan mudah (praktis). Hal ini selain

disebabkan tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir, rendahnya

pendidikan, tingkat kesehatan yang tidak memadai, juga kurangnya

informasi tentang kebersihan lingkungan, telah menyebabkan perairan

pesisir menjadi “keranjang sampah” dari berbagai macam kegiatan manusia

baik yang berasal dari dalam wilayah pesisir maupun di luarnya (lahan atas

dan laut lepas). Akibatnya pembuangan sampah sembarangan telah

mengurangi nilai keindahan dan kenyamanan “kemolekan” lingkungan

pantai.

2. Sebagai outlet dari daratan, sampah pesisir tidak bisa dilepaskan dari lahan

atas (up land). Aktivitas manusia di wilayah daratan (land based activity),

seperti membuang sampah di barangka dan selokan secara langsung

menyebabkan terjadinya banjir, dan pada gilirannya sampah tersebut

bermuara ke wilayah pesisir.

3. Sebagai kota pantai, sampah-sampah pesisir juga tidak dapat dilepaskan

dengan pola sirkulasi arus air sehingga mempengaruhi keberadaan sampah.

Untuk itu juga perlu ada kerjasama antar Pemerintah Daerah, seperti

peraturan daerah bersama terhadap model penanganan sampah pesisir.

Page 16: BAB I Lengkap

Pengelolaan sampah pesisir perlu dielaborasi lebih jauh dengan

mempertimbangkan beberapa aspek yaitu:

1. Aspek Teknis

2. Aspek Kelembagaan

3. Aspek Manajemen dan Keuangan

Dengan 3 aspek ini, dapat dilakukan suatu rencana tindak

(action plan) yang meliputi:

1) Melakukan pengenalan karekteristik sampah pesisir dan

metoda penanganannya

2) Merencanakan dan menerapkan pengelolaan persampahan

secara terpadu(pengumpulan, pengangkutan, dan

pembuangan akhir)

3) Memisahkan peran pengaturan dan pengawasan dari

lembaga yang ada dengan fungsi operator pemberi

layanan, agar lebih tegas dalam melaksanakan reward &

punishment dalam pelayanan,

4) Menggalakkan program Reduce, Reuse dan Recycle (3 R)

agar dapat tercapai program zero waste pada masa

mendatang,

5) Melakukan pembaharuan struktur tarif dengan menerapkan

prinsip pemulihan biaya (full cost recovery) melalui

kemungkinan penerapan tarif progresif, dan mengkaji

kemungkinan penerapan struktur tarif yang berbeda bagi

setiap tipe pelanggan

Page 17: BAB I Lengkap

6) Mengembangkan teknologi pengelolaan sampah yang lebih

bersahabat dengan lingkungan dan memberikan nilai

tambah ekonomi bagi bahan buangan.

E. Pengolahan Sampah dan Dampaknya Bagi Masyarakat dan Lingkungan

Manfaat pengelolaan sampah

1. Penghematan sumber daya alam

2. Penghematan energi

3. Penghematan lahan TPA

4. Lingkungan asri (bersih, sehat, nyaman)

Bencana sampah yang tidak dikelola dengan

baik

1. Longsor tumpukan sampah:

2. Sumber penyakit

3. Pencemaran lingkunga

Pengaruh Pengolahan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan

Pengolahan sampah akan membawa pengaruh bagi masyarakat dan lingkungan itu sendiri.

Pengaruh tersebut ada yang bersifat positif dan ada yang negatif. Pengaruh positif yaitu:

4. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan dataran rendah.

5. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.

6. Sampah dapat diberikan makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan

lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak.

7. Pengolahan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembangniaknya serangga atau

binatang pengerak lainnya.

8. Menurunkan insiden kasusu penyakit menular yang erat hibungannya dengan sampah.

9. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat.

10. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan suatu negara.

Pengaruh Negatif Pengolahan sampah yang kurang baik tidak hanya berpengaruh buruk terhadap

kesehatan lingkungan namun akan berdampak pula bagi kehidupan social ekonomi dan budaya masyarakat

seperti berikut:

Page 18: BAB I Lengkap

1. Pengaruh terhadap kesehatan

a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat

perkembangbiakan vector penyakit seperti lalat atau tikus.

b. Insiden penyakit demam berdarah akan meningkat karena vector penyakit hidup dan

berkembang biak dalam sampah kaleng ataupun ban bekas yang berisi air hujan.

c. Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarang.

d. Gangguan psikosomatis, misalnya sesak napas, insomnia, stres dan lain-lain.

2. Pengaruh terhadap lingkungan.

a. Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata.

b. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang

menimbulkan bau busuk.

c. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran yang lebih

luas.

d. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran air terganggu

dan saluran air menjadi dangkal.

e. Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat menyebabkan banjir dan dan

menyebabkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal.

3. Terhadap ekonomi dan budaya masyarakat

a. Pengolahan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan social budaya masyarakat

setempat.

b. Keadaan lingkungan yang kurang baik akan menurunkan minat orang lain untuk dating

berkunjung ke daerah tersebut.

c. Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar.

d. Menurunkan mutu sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun dan tidak memiliki nilai

ekonomis.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan pembahasan tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Menurut WHO, defenisi sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak

dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari

kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Page 19: BAB I Lengkap

2. Pembagian sampah padat:

1). Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya,

Organik, misalnya, sisa makanan.

Anorganik, misalnya, logam, pecah-belah, abu dan lain-lain.

2). Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar

Mudah tertbakar, misalnya: Kertas pelastik, daun kering, kayu.

Tidak mudah terbakar, misalnya kaleng, besi, gelas dan lain-

lain.

3). Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk

Mudah membusuk misalnya, makanan, potongan daging, dan

sebagainya.

Sulit membusuk, misalnya, plastic, kaleng, karet dan

sebagainya.

4). Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah

3. Konsep pengelolaan sampah:

1). Hirarki Sampah - hirarki limbah merujuk kepada " 3 M " mengurangi sampah,

menggunakan kembali sampah dan daur ulang,

Page 20: BAB I Lengkap

2). Perpanjangan tanggungjawab penghasil sampah / Extended

Producer Responsibility (EPR).(EPR)

3). Prinsip pengotor membayar

4. Tahap metode pengolahan sampah:

1). Metode Penghindaran dan Pengurangan

2). Tahap pengumpulan dan penyimpanan

3). Tahap pengangkutan

4). Tahap penimbunan darat

5). Tahap pemusnahan sampah

5. Dampak pengolahan sampah

Pengolahan sampah akan membawa pengaruh bagi masyarakat dan lingkungan itu

sendiri. Pengaruh tersebut ada yang bersifat positif dan ada yang negatif. Pengolahan

sampah dengan baik dan terarah maka akan berdampak baik pula bagi lngkungan dan

masyarakat. Namun sebaliknya,pengolahan sampah yang kurang baik tidak hanya

berpengaruh buruk terhadap kesehatan lingkungan namun akan berdampak pula bagi

kehidupan social ekonomi dan budaya masyaraka.

B. Saran

Diharapkan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan lagi

masalah persampahan khususnya di kawasan pesisir, karena selama ini

masalah sampah masih menjadi masalah yang cukup serius, karena selama

ini masyarakat pesisir masih menganggap remeh tentang sampah, misalnya

menjadikan laut sebagai tempat pembuangan sampah, oleh karena itu

pemerintah harus dapat memberikan solusi tentang masalah tersebut

misalnya menyipkan tempat-tempat sampah dikawasan psisir dan

memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang persampahan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 21: BAB I Lengkap

Chandra, Budiman Dr, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2007.

Suyoto ,Bagong, Fenomena Gerakan Mengolah Sampah,PT.Prima Infosarana Media,Jakarta,2008.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah diakses tanggal 9 November 2009.

http://www.esp.or.id/handwashing/media/sampah.pdf

teknologi pengelolaan sampah diakses tanggal 9November 2009

http://majarimagazine.com/2007/12/teknologi-pengolahan-sampah/

usaha pengelolaan sampah masyarakat diakses tanggal 10 November 2009

http://www.idepfoundation.org/indonesia/idep_wastegroup.htmlssss diakses tanggal 11 November 2009