Upload
vanshuri
View
93
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia yang merupakan indikator MDG’s
(Millenium Development Goals) yakni mengurangi tingkat kematian anak dan
meningkatkan kesehatan ibu1.
Status kesehatan masyarakat terkait dengan masalah tersebut dapat
digambarkan dalam beberapa indikator sebagai berikut: Angka Kematian Ibu
(AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan
Angka Kematian Balita (AKABA). Beberapa penyebab kematian ibu antara
lain perdarahan, infeksi, eklampsia dan lain-lain. Sedangkan penyebab
kematian bayi diantaranya BBLR, asfiksia, pneumonia, diare, gizi buruk dan
lain-lain. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan sistem kesehatan yang
efektif guna menghadapi masalah kematian ibu dan balita. Untuk itu tenaga
profesional membutuhkan pendidikan dan pelatihan berbagai disiplin ilmu,
salah satunya adalah melalui Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) 2.
Melalui Pengalaman Belajar Lapangan ini, mahasiswa dapat
menetapkan masalah kesehatan Ibu dan Anak dengan menggunakan
konsep H.L. Blum sebagai pendekatan untuk mengidentifikasikan masalah
kesehatan yang terjadi di Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten
Demak. Setelah mengidentifikasi masalah tersebut, maka ditentukan
prioritas dari masalah Kesehatan Ibu dan Anak yang ditemukan di Desa
Sidorejo. Berdasarkan Laporan Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas
Sayung I dan Bidan Desa Sidorejo, ditemukan tiga kematian ibu hamil di
Kecamatan Sayung yang diakibatkan oleh eklampsia, dan dua diantaranya
terjadi di Desa Sidorejo.
Eklampsia ditandai dengan timbulnya kejang pada penderita pre-
eklampsia yang disusul dengan koma. Kejang tersebut bukan diakibatkan
kelainan neurologis (saraf). Pre-eklampsia dan eklampsia hampir secara
eksklusif merupakan penyakit pada kehamilan pertama (nullipara). Faktor
risiko terdapat pada wanita masa subur dengan usia ekstrim, yaitu remaja
belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun 3.
1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi masalah-masalah KIA, menetapkan faktor resiko
terjadinya masalah KIA, serta memberikan alternatif penyelesaian
masalah KIA yang ada dengan metode pemecahan masalah KIA
(problem solving cycle), mengenal karakteristik masyarakat dan
lingkungannya, serta faktor lain yang berkaitan dengan masalah KIA di
Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan karakteristik sosial ekonomi masyarakat di Desa
Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
b. Menggambarkan kondisi kesehatan ibu dan anak di Desa
Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
c. Menggambarkan keadaan masyarakat di Desa Sidorejo,
Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
d. Menggambarkan ketersediaan pelayanan kesehatan di Desa
Sidorejo, Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
e. Menentukan masalah KIA dan menetapkan prioritas masalah KIA
yang telah diidentifikasi di Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung
Kabupaten Demak, Jawa Tengah dengan metode Matrix Multiple
Criteria Utility Assessment (MCUA).
f. Menentukan faktor risiko yang menunjang penyebaran masalah
KIA di Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung Kabupaten Demak,
Jawa Tengah.
g. Memberikan alternatif pemecahan masalah KIA di Desa Sidorejo,
Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah dengan
metode brainstorming dan how-how diagram.
h. Menentukan penilaian dan kelayakan solusi (kekuatan yang
mendukung dan menghambat sehingga alternatif rencana solusi
dapat berjalan atau tidak) dengan metode force field analysis.
Sehingga solusi yang ditawarkan akan tepat dan dapat dikerjakan
sesuai dengan sumber daya yang tersedia di Desa Sidorejo,
Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
2
C. Manfaat
Dari kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL), diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Masyarakat dan Desa Sidorejo
a. Mendapatkan informasi mengenai masalah KIA yang ada di Desa
Sidorejo, Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, Jawa Tengah,
sehingga diharapkan adanya perubahan perilaku masyarakat untuk
hidup sehat.
b. Masyarakat dapat lebih menyadari akan pentingnya pendidikan KIA
dengan tindakan lebih lanjut dari pihak desa dan kader posyandu Desa
Sidorejo untuk memberikan penyuluhan.
c. Pihak pamong dan perangkat Desa Sidorejo dapat mengembangkan
suatu program pengembangan desa terutama dalam bidang KIA.
2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
a. Mengenalkan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
kepada masyarakat di Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten
Demak, Jawa Tengah.
b. Mendapatkan informasi tentang daerah yang mengalami masalah KIA,
sehingga sebagai Fakultas Kesehatan Masyarakat dapat memberikan
suatu kegiatan preventif dan promotif kepada masyarakat tentang
masalah KIA yang terjadi di Desa Sidorejo Kecamatan Sayung,
Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
3. Bagi Mahasiswa
a. Mendapatkan pengalaman serta wawasan secara aktif dan interaktif
dengan masyarakat Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten
Demak, Jawa Tengah mengenai pemecahan masalah KIA dengan
menentukan alternatif pemecahan masalah KIA.
b. Meningkatkan dan melatih kemampuan serta keterampilan dalam
melakukan penelitian dan penulisan laporan Pengalaman Belajar
Lapangan (PBL).
3
c. Mahasiswa mampu melatih soft skill pada saat praktek di lapangan,
yaitu bersosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat yang ada di
Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
d. Mahasiswa mampu melakukan tahap-tahap Community Diagnosis
secara tepat.
4. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Demak
a. Memberikan gambaran informasi KIA di Desa Sidorejo, Kecamatan
Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
b. Membantu dalam mengarahkan pengambilan kebijakan guna
pengembangan KIA di Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten
Demak, Jawa Tengah.
4
BAB II
METODE KEGIATAN PBL
A. Metode Design
Penelitian tentang permasalahan eklampsia merupakan penelitian
deskriptif, dengan pendekatan atau desain studi cross sectional yaitu
rancangan penelitian dimana variable independen dan dependen diambil
dalam periode waktu yang sama. Dimana analisis data bersifat deskriptif
(kuantitatif)1.
Variabel independen yang diambil secara garis besar sesuai dengan
konsep H.L. Blum yaitu faktor genetik, lingkungan, perilaku, dan pelayanan
kesehatan. Sedangkan variabel dependen adalah status kesehatan yang
direpresentasikan dengan kejadian penyakit eklampsia yang ada di Desa
Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.
Selain dengan metode Cross Sectional juga menggunakan metode studi
pustaka, observasi, dan diskusi dalam kelompok. Berdasarkan berbagai
metode tersebut diharapkan dapat saling melengkapi untuk mengidentifikasi
permasalahan eklampsia sesuai dengan konsep H.L. Blum. Metode tersebut
dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab masalah kesehatan serta
memberikan alternatif pemecahan masalah.
B. Tahapan Community Diagnosis
1) Identifikasi Masalah KIA
Mengenali permasalahan kesehatan khususnya KIA yang berada
di masyarakat harus didasarkan pada data, fakta, informasi, baik secara
langsung (dengan data primer) maupun tidak langsung (menggunakan
data sekunder). Metode untuk mengidentifikasi masalah KIA dapat
dilakukan dengan cara menganalisis kesenjangan (gap analysis) antara
target suatu program yang seharusnya dicapai (standar yang telah
ditetapkan) dengan capaian pelaksanaan program itu sendiri melalui
indikator yang ada. Cara untuk mengidentifikasi masalah KIA dapat juga
dengan mengidentifikasi dan menganalisis kecenderungan dari sebuah
data informasi maupun masalah kesehatan khususnya pada ibu hamil,
bayi dan balita yang mungkin menjadi lebih buruk atau lebih parah
5
kondisinya dari waktu ke waktu (trend analysis). Selain itu, masalah
dapat juga diidentifikasi dengan cara membaca, melihat, mendapatkan
sebuah outbreak atau Kejadian Luar Biasa (KLB) suatu penyakit atau
kasus pada suatu masyarakat di wilayah tertentu. Berdasarkan UU No 4
Tahun 1984, KLB merupakan timbulnya atau meningkatkan kejadian
kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Guna meyakinkan bahwa
masalah tersebut sampai sekarang masih menjadi permasalahan
khususnya pada ibu hamil, bayi dan balita, maka perlu dilakukan survei
langsung pada masyarakat dan atau orang kunci. Tujuannya adalah
untuk melakukan konfirmasi mengenai banyaknya, kegawatannya,
distribusinya (orang, tempat, waktu) dari penyakit yang telah terdaftar
pada data sekunder. Masalah KIA yang ada dipilih dan dipastikan
masalah tidak terlalu luas maupun terlalu umum, sehingga akan
memudahkan untuk merumuskannya.
2) Prioritas Masalah KIA
Data yang bersumber dari pelayanan kesehatan diolah serta
dianalisis menjadi sebuah informasi yang berguna terkait masalah KIA
yang ada di wilayah tersebut. Berbagai masalah kesehatan tersebut
telah didaftar dan mungkin akan banyak permasalahan kesehatan.
Diperlukan analisis dalam memilih masalah KIA yang betul-betul
dirasakan masyarakat, sehingga nantinya dapat diambil sebuah tindakan
yang tepat. Demikian halnya, tidak semua permasalahan KIA harus
diselesaikan semua, mengingat terbatasnya sumber daya yang dimiliki.
Dengan demikian diperlukan metode yang cepat dan tepat dalam
memprioritaskan masalah KIA dengan mempertimbangkan aspek-aspek
kegawatan masalah, besarnya masalah, luas distribusi penyakit,
kecepatan penyebaran, menimbulkan dampak politis, menimbulkan
keresahan atau kepanikan masyarakat, sesuai dengan program atau
tidak, serta pertimbangan lain yang mungkin ada.
6
3) Faktor Risiko Terkait Masalah KIA
Walaupun masalah KIA sudah didapatkan, namun faktor risiko
terkait masalah KIA itu sendiri belum diketahui. Faktor-faktor risiko dapat
berdiri sendiri dalam mempengaruhi kejadian suatu masalah KIA atau
faktor tersebut saling terkait sehingga menimbulkan permasalahan
kesehatan atau outcome KIA. Oleh karena itu, diperlukan proses
penelusuran faktor-faktor risiko yang terkait masalah KIA dengan cara
yang sistematis dan berdasar pada teori, data atau fakta serta logic
thinking. Berdasarkan konsep H.L Blum yang dapat dimanfaatkan untuk
membuat kerangka dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang
mempengaruhi terjadinya masalah KIA antara lain dengan diagram pohon
masalah atau how-how diagram, demikian halnya dengan metode analisis
diagram peta pikiran (mind map diagram)
.
4) Identifikasi Faktor Risiko Terkait Masalah KIA
Guna memenuhi keakuratan data serta ketersediaan data terkait
faktor risiko masalah KIA, maka dilakukan survei untuk mengidentifikasi
faktor risiko yang terkait masalah KIA. Kegiatan identifikasi faktor risiko
yang terkait masalah KIA dapat dilakukan dengan pendekatan kuantitatif
dengan menggunakan instrumen survei yang valid dan reliabel berdasar
kerangka faktor risiko masalah KIA. Langkah yang dilakukan terkait
kegiatan survei masalah KIA berguna untuk mengidentifikasi faktor risiko
yang betul – betul ada di masyarakat. Subjek atau objek sebagai
sasaran, dalam hal ini adalah bumil, bayi, dan balita yang sedang
didiagnosis dalam kurun waktu tertentu beserta perilaku, pelayanan
kesehatan, lingkungannya dan genetiknya. Data penderita penyakit yang
sedang didiagnosis dalam masyarakat dapat diperoleh dari data KIA
puskesmas, bidan desa dan data pendukung gambaran lokasi setempat.
7
5) Alternatif Penyelesaian Masalah KIA
Prioritas faktor risiko masalah KIA telah teridentifikasi. Guna
menanggulangi dan mencegah permasalahan kesehatan yang
berlangsung, maka diperlukan alternatif penyelesaian (solusi) masalah
KIA. Dalam mengidentifikasi dan menganalisis alternatif solusi,
sebaiknya mempertimbangkan kondisi nyata yang ada di masyarakat
atau lapangan. Selain itu diperlukan pula keterlibatan dari pihak lain
(puskesmas,desa) yang terkait (sesuai kebijakan yang ada, relevansi
program, ketersediaan sumber daya, kecepatan mengatasi masalah,
kemudahan untuk diterapkan) sehingga diharapkan solusi yang diberikan
telah mengakomodir kebutuhan dari berbagai pihak, sehingga dapat
berjalan dengan baik. Metode yang dapat dipergunakan untuk
mengidentifikasi alternatif solusi adalah dengan cara brainstorming dan
penggunaan how-how diagram. Hal demikian harus didasarkan atas
bukti atau data dan informasi yang kuat. Kemudian dipilih tiga terbesar
atau lebih yang merupakan alternatif solusi terbaik terkait faktor risiko
masalah KIA tersebut. Sedangkan dalam menilai prioritas solusi dan
kelayakan solusi (kekuatan yang mendukung dan menghambat sehingga
alternatif rencana solusi dapat berjalan atau tidak) dapat didekati dengan
metode force field analysis. Sehingga diharapkan solusi yang ditawarkan
akan tepat dan dapat dikerjakan dengan sumber daya yang tersedia2.
C. Lokasi dan Waktu Pengambilan Data
Kegiatan PBL kelompok V Reguler 1 2009 dilaksanakan mulai
tanggal 8 Juni 2011 sampai dengan 17 Juni 2011 yang berlokasi di Desa
Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah.
Desa Sidorejo terbagi menjadi 6 dukuh yang meliputi Karanggawang (RW I),
Kuripan (RW II), Bugangan (RW III), Karangwaru (RW IV), Sampit (RW V)
dan Patar (RW VI).
8
Tabel 2.1 Tahap Pelaksanaan PBL
No Kegiatan
Waktu pelaksanaan
1 a. Upacara pelepasan PBL di halaman FKM UNDIPb. Penerimaan peserta PBL di Kecamatan Sayungc. Pertemuan dan perkenalan dengan bidan desa,dan perangkat
desa di setiap dukuhd. Pengambilan data laporan program KIA dan gizi Desa Sidorejo
tahun 20112 a. Pengambilan data dan profil kesehatan Sayung 1 tahun 2011
b. Pengambilan data demografi Desa Sidorejoc. Sosialisasi kegiatan PBL melalui kegiatan ibu-ibu di desa d. Pengambilan data KIA Desa Sidorejo tahun 2010 ke bidan desae. Merekap data KIA Desa Sidorejo tahun 2010f. Analisis kasus menggunakan trend, gap dan KLB
3 a. Melanjutkan pertemuan dan perkenalan ke perangkat desa Sidorejo
b. Penentuan prioritas masalah c. Konfirmasi masalah KIA ke bidan desa
9
Lanjutan Tabel 2.1 Tahap Pelaksanaan PBL
4 a. Melanjutkan pertemuan dan perkenalan ke perangkat desab. Kunjungan DPLc. Konfirmasi masalah KIA ke bidan desad. Pembuatan mindmap dan diskusi kuesioner
5 a. Pembuatan kuesionerb. Monitoring dari tim Labkesmas FKM UNDIPc. Revisi mindmap dan kuesionerd. Penentuan respondene. Penguasaan teknik wawancara
6 a. Menyelesaikan revisi kuesioner dan mindmapb. Pelaksanaan uji coba kuesioner kepada 4 respondenc. Pengumpulan data
7 a. Pelaksanaan wawancara kepada semua responden b. Entry data hasil kuesionerc. Kunjungan DPL kedua
8 a. Penyebaran kuesioner untuk kader kesehatan setiap dukuhb. Evaluasi data (cross check) dan melanjutkan entry data c. Pengolahan data
9 a. Melanjutkan pengolahan datab. Analisis datac. Kunjungan DPL ketigad. Penentuan faktor utama penyebab eklampsiae. Pamitan dengan lurah dan SPL
10 a. Perpisahan dengan puskesmasb. Kembali ke Semarang
10
D. Pengolahan dan Analisis data
1. Pengolahan Data
a. Editing
Editing merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum
mengolah data dengan memeriksa kembali jawaban dari daftar
pertanyaan yang telah ditanyakan. Sehingga tidak ditemukan
kesalahan atau kekurangan dalam daftar pertanyaan dan jawaban
responden.
b. Coding
Coding merupakan proses pembuatan klasifikasi dan
pemberian kode jawaban berupa angka pada data yang telah
diberikan oleh para responden. Adapun tujuan dari proses ini
adalah untuk mempermudah proses memasukkan data yang telah
diperoleh sebelum diolah ke dalam komputer.
c. Entry data
Entry data dilakukan dengan memasukkan data dari
responden ke dalam komputer untuk selanjutnya diolah dan
dianalisis.
d. Tabulation
Tabulation dilakukan dengan menyusun dan menghitung data
hasil pengkodean untuk disajikan dalam bentuk tabel untuk
mempermudah pengolahan secara deskriptif dan memeriksa
kebenaran data.
2. Analisis data
Setelah mengolah data, proses selanjutnya yang dilakukan ialah
menganalisis data. Analisis data yang dilakukan ialah analisis deskriptif,
dimana ditentukan rasio, proporsi, serta prosentase dengan
menggunakan alat bantu statistik yakni membuat tabel distribusi
frekuensi. Dan juga dilakukan analisis data primer yang diolah dengan
menggunakan program SPSS untuk mendeskripsikan data yang telah
diperoleh. Untuk kemudian selanjutnya memberikan gambaran tentang
hubungan antara lingkungan, perilaku, genetik, dan pelayanan kesehatan
dengan kejadian masalah KIA di Desa Sidorejo.
11
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi PBL
1. Gambaran Umum Desa Sidorejo
a. Keadaan Geografis
Desa Sidorejo merupakan salah satu desa yang ada di
wilayah kecamatan Sayung. Luas wilayahnya 210.040 ha dengan
kondisi wilayah yang terdiri dari pemukiman padat penduduk yang di
kelilingi persawahan dan tambak. Batas Desa Sidorejo adalah
sebagai berikut:
Utara : Wonoagung - Rejosari
Selatan : Tugu - Gemulak
Barat : Banjarsari
Timur : Wonowoso
b. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan
kemasyarakatan di Desa Sidorejo adalah sebagai berikut:
1. Prasarana dan Sarana Transportasi
Tabel 3.1 Prasarana Transportasi Darat
Prasarana Transportasi Baik (km
atau unit)
Rusak (km
atau unit)
1.1 Jalan Desa
panjang jalan aspal
panjang jalan makadam
panjang jalan tanah
0
0
7
0
0
0
1.2 Jalan antara
desa/kecamatan
Panjang jalan aspal
Panjang jalan makadam
Panjang jalan tanah
0
0
5
0
0
0
12
Lanjutan tabel 3.1 Prasarana Transportasi Darat
1.3 Jembatan Desa
Jumlah jembatan beton
Jumlah jembatan besi
Jumlah jembatan kayu
3
0
4
5
0
4
1.4 Jembatan antar desa /
kecamatan
Jumlah jembatan beton
Jumlah jembatan besi
Jumlah jembatan kayu
0
0
0
0
0
0
1.5 Pangkalan Ojek 0 0
1.6 Stasiun kereta api 0 0
1.7 Stasiun Bis/angkutan Desa 0 0
Sumber : Data monografi Desa Sidorejo 2011
Sarana Transportasi darat
Angkutan Pedesaan = tidak ada
Bus umum = tidak ada
Truck umum = tidak ada
Ojek = ada
Delman/bendi/cidomo = tidak ada
Becak = tidak ada
2. Prasarana Komunikasi
Radio = 110 unit
Televisi = 1500 unit
Telepon = -
Wartel = -
Warnet = -
13
c. Keadaan Masyarakat
Keadaan masyarakat Desa Sidorejo adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2. Distribusi Penduduk Desa Sidorejo Menurut Mata
Pencaharian
No. Jenis Kegiatan Jumlah OrangProsentase
(%)
1. Petani 2.700 44,99
2. Buruh Tani 1.500 24,99
3. Buruh/Swasta 1.500 24,99
5. Pedagang 121 2,02
7. Pegawai negeri 11 0,18
8. Pengrajin 7 0,12
9. Montir 11 0,18
10. Nelayan 152 2,53
Jumlah 6.002 100
Sumber : Data Monografi Desa Sidorejo 2011
Berdasarkan tabel 3.2, dapat dilihat bahwa sebesar 44,99%
penduduk Desa Sidorejo memiliki mata pencaharian sebagai petani.
14
Tabel 3.3. Distribusi Frekuensi Kelompok Umur Penduduk Desa
Sidorejo
Kel. Umur Jumlah Prosentase
(%)
0-5 bulan 37 0,65
6-11 bulan 45 0,86
12-59 bulan 362 6,97
5-6 thn 152 2,92
7-12 thn 522 10,05
13-19 thn 829 15,96
20-45 thn 2222 42,80
46-59 thn 684 13,17
> 60 thn 341 6,56
Jumlah 5194 100
Sumber : Data monografi Desa Sidorejo 2010
Berdasarkan tabel 3.3, dapat dilihat bahwa sebesar 42,80%
penduduk Desa Sidorejo berumur 20-45 tahun.
Tabel 3.4. Distribusi Penduduk Desa Sidorejo Menurut
Tingkat Pendidikan
No. Jenjang Pendidikan Banyaknya OrangProsentase
(%)
1 Perguruan Tinggi 52 1,0
2 Tamat SLTA 371 7,14
3 Tamat SMP 524 10,09
4 Tamat SD 2166 41,72
5 Tidak Tamat SD 437 8,41
7 Tidak Sekolah 479 9,22
Jumlah 4029 100
Sumber : Data monografi Desa Sidorejo 2010
15
Berdasarkan tabel 3.4 dapat dilihat bahwa sebesar 41,72%
penduduk Desa Sidorejo berpendidikan tamat SD.
d. Pelayanan Kesehatan di Desa Sidorejo
1) Prasarana Kesehatan
Puskesmas = 1 unit
Poliklinik/Balai Pengobatan = 2 unit
Apotek = 1 unit
Posyandu = 16 unit
Tempat Dokter Praktek = 4 unit
2) Sarana Kesehatan
Dokter Umum = 4 orang
Dokter Gigi = 2 orang
Dokter Spesialis lain = 2 orang
Dukun Terlatih = 7 orang
Bidan Desa = 1 orang
e. Kondisi Kesehatan
1) Jumlah Prasarana Air Bersih
Sumur Pompa = 8 unit
Sumur Gali = 45 unit
Mata Air = 1 unit
Hidran Umum = 1 unit
Perpipaan = 1 unit
2) Cakupan Imunisasi
Imunisasi Polio-3 = 349 orang
Imunisasi DPT-1 = 348 orang
3) Cakupan Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih
Pengguna Sumur Gali = 1.142 KK
Pengguna PAM = 6.209 KK
Pengguna Sumur Pompa = 450 KK
Pengguna Perpipaan = 300 KK
Pengguna Hidran Umum = 300 KK
Pengguna Mata Air = 350 KK
16
B. Hasil dan Pembahasan
1. Identifikasi Masalah KIA
Sebelum mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di Desa
Sidorejo, diperlukan data sekunder untuk mendapatkan gambaran
masalah kesehatan yang ada di Desa Sidorejo. Data sekunder yang
diperoleh yaitu berupa Laporan Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas
Sayung I Demak, Laporan Kesehatan Ibu dan Anak dari Bidan Desa,
Laporan Gizi Anak dari Bidan Desa, data Monografi dan Demografi
Kependudukan dari Balai Desa Sidorejo serta Profil Desa Sidorejo.
Berdasarkan Laporan Puskesmas Sayung I Demak dan Laporan
Bidan Desa Sidorejo periode 1 Januari 2010 sampai 31 Desember 2010,
telah dianalisis beberapa masalah yang ada menggunakan analisis trend
dan jumlah kasus yang terjadi. Berdasarkan analisis trend,dan jumlah
kasus diperoleh beberapa masalah KIA, yaitu :
Tabel 3.5 Masalah KIA Berdasarkan Jumlah Kasus
No Jenis Masalah KIA Prosentase
1
2
3
4
Eklampsia
Hyperemesis
Perdarahan
Bayi di bawah garis merah
(BGM)
66,7 %
50 %
33,3 %
48 %
Sumber : Laporan KIA Puskesmas Sayung I dan Bidan Desa
Sidorejo Tanggal 1 Januari 2010 sampai 31 Desember 2010
Berdasarkan data sekunder yang ada, diperoleh kasus kematian
ibu hamil di Desa Sidorejo pada tahun 2010 sebanyak 3 kasus yang
terdiri dari 2 kasus yang disebabkan oleh eklampsia dan 1 kasus yang
disebabkan oleh perdarahan. Sehingga dapat dianalisis bahwa 66,7%
kematian ibu hamil di Desa Sidorejo disebabkan karena eklampsia
sedangkan sebanyak 33,3% disebabkan karena perdarahan. Sedangkan
masalah yang terjadi pada ibu hamil risiko tinggi adalah hyperemesis
yaitu sebanyak 6 kasus selama tahun 2010 dari 12 kasus risiko tinggi ibu
hamil di Desa Sidorejo. Apabila dianalisis maka sebanyak 50% kasus
17
risiko tinggi ibu hamil disebabkan karena hyperemesis, sedangkan untuk
masalah pada balita yaitu bayi di Bawah Garis Merah (BGM), sebanyak
218 dari 447 balita di Desa Sidorejo berada pada garis merah KMS,
sehingga dapat dianalisis bahwa 48% balita di Desa Sidorejo berada di
bawah garis merah. Berdasarkan data sekunder yang didapat,
selanjutnya dilakukan konfirmasi kembali ke bidan desa. Kemudian
diperoleh 3 masalah besar KIA yaitu Eklampsia, Hyperemesis dan BGM
yang dipersempit dari empat masalah KIA.
Eklampsia menjadi masalah dengan tingkat kegawatan tertinggi
dikarenakan di Desa Sidorejo terjadi dua masalah eklampsia hingga
menyebabkan kematian pada ibu hamil. Sedangkan masalah
hyperemesis dan BGM menjadi masalah dengan tingkat frekuensi tinggi
dikarenakan sebanyak 6 dari 12 kasus resiko tinggi ibu hamil pada tahun
2010 di Desa Sidorejo disebabkan karena Hyperemesis dan sebanyak
218 dari 447 balita mengalami BGM.
2. Prioritas Masalah KIA
Berdasarkan data sekunder dan konfirmasi kepada bidan desa telah
didapatkan tiga masalah KIA yang muncul di masyarakat Desa Sidorejo,
dan diperlukan analisis untuk menentukan prioritas masalah. Dalam
penentuan prioritas masalah digunakan metode Multiple Criteria Utility
Assessment (MCUA), dengan metode ini dapat ditentukan satu masalah
KIA yang menjadi prioritas. Selanjutnya penentuan prioritas masalah
dengan metode MCUA adalah sebagai berikut:
1) Penentuan kriteria
Kriteria dalam hal ini, berguna untuk penilaian masalah-masalah
KIA yang nantinya dapat ditemukan nilai tertinggi atau prioritas
masalah KIA. Kriteria yang digunakan dalam matriks MCUA ini
sebagai berikut:
18
a. Besar atau luas masalah
Kriteria ini mengandung maksud tinggi rendahnya prevalensi
kejadian masalah KIA.
b. Kegawatan
Kegawatan ini mencakup derajat keparahan dari masing-
masing masalah KIA untuk menuju kondisi yang memburuk atau ke
arah kematian.
c. Analisis trend
Kriteria ini mencakup kualitas atau keakuratan dari informasi
atau data-data yang diperoleh serta waktu atau periode dari data-
data tersebut dikumpulkan. Sehingga dengan analisis trend ini
dapat diketahui bahwa penyakit tersebut ditemukan dalam setiap
tahunnya.
Bobot yang diberikan pada setiap kriteria untuk KIA di Desa
Sidorejo merupakan hasil kesepakatan anggota kelompok. Semakin
kriteria dianggap penting, maka bobotnya semakin besar. Adapun bobot
yang telah diberikan pada tiap kriteria berdasarkan kesepakatan
kelompok sebagai berikut :
Besar/luas masalah : 35%
Kegawatan : 40%
Trend : 25%
2) Skor masing-masing kriteria terhadap masing-masing masalah
Nilai dari tiap butir masalah ini akan dikalikan dengan masing-
masing kriteria, sehingga didapatkan nilai tertinggi sebagai prioritas
masalah KIA.
19
Adapun nilai-nilai pada tiap butir masalah ini adalah:
KriteriaNilai tiap butir masalah
kesehatan1. Besar/luas masalah 1 = rendah
2-3 = sedang4 = tinggi
2. Kegawatan 1 = rendah2-3 = sedang4 = tinggi
3. Trend 1 = rendah2-3 = sedang4 = tinggi
Sumber: Diagnosa Komunitas Masalah Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ) dalam
Mendukung Pencapaian Target MDG's 2015
Adapun tabel MCUA prioritas masalah KIA sebagai berikut:
KriteriaBobot
(%)
Masalah KIA
Eklampsia Hyperemesis BGM
Skor SxB Skor SxB Skor SxB
Tingkat Kegawatan 40 4 1,6 2 0.8 3 1,2
Besar masalah 35 4 1,4 2 0,7 3 1,5
Trend 25 1 0,25 2 0,5 1 0,25
JUMLAH 3,25 2,0 2,50
Prioritas I III II
Tabel 3.6 MCUA Prioritas Masalah KIA
20
Berdasarkan tabel MCUA diatas, didapatkan bahwa prioritas
masalah KIA di Desa Sidorejo adalah eklampsia. Berdasarkan
peninjauan kembali pada data sekunder, masyarakat yang berisiko
terkena eklampsia adalah ibu hamil.
3. Faktor Risiko Terkait Masalah KIA
Untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor risiko dari masalah
eklampsia digunakan metode mind map dengan model Fish Bone yang
mengacu pada konsep HL Blum. Langkah-langkah dalam membuat mind
map yaitu dimulai dengan meletakkan masalah eklampsia tersebut di
tengah dengan ukuran yang lebih besar dan selanjutnya ditulis empat
unsur menurut konsep HL Blum yaitu genetik, pelayanan kesehatan,
perilaku dan lingkungan. Faktor risiko yang mengarah ke kejadian
eklampsia dituliskan pada cabang-cabangnya menjadi sebuah kerangka
mind map. Berdasarkan mind map yang telah dibuat (lampiran-9),
diperoleh berbagai faktor risiko yang mengarah pada kejadian eklampsia.
Faktor risiko tersebut adalah perilaku, lingkungan, genetik, dan pelayanan
kesehatan. Faktor perilaku meliputi pengetahuan ibu hamil, praktek dan
sikap. Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan
biologi. Untuk lingkungan sosial misalnya tempat kerja dan lingkungan
sekitar tempat tinggal. Faktor genetik meliputi riwayat penyakit, kehamilan
ganda, dan riwayat eklampsia. Dan faktor pelayanan kesehatan meliputi
pelayanan puskesmas, pelayanan bidan serta pelayanan dokter.
Kemudian faktor risiko tersebut dituangkan dalam bentuk kuesioner guna
mengidentifikasi faktor risiko dengan frekuensi tertinggi yang mengarah
pada kejadian eklampsia. Kuesioner memuat pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan faktor risiko eklampsia sesuai dengan konsep HL
Blum. Sebelum kuesioner ditanyakan ke masyarakat, dilakukan uji
kelayakan instrumen kepada beberapa responden yang telah dipilih
sesuai musyawarah kelompok. Berdasarkan hasil uji kelayakan diperoleh
kuesioner yang akan digunakan untuk memperoleh data. Untuk
memperoleh data tersebut, digunakan populasi sebagai objek penelitian.
Populasi adalah kumpulan atau keseluruhan anggota dari objek
penelitian dan memenuhi kriteria tertentu yang telah ditetapkan dalam
21
penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian yaitu ibu hamil.
Pengambilan responden berupa ibu hamil dikarenakan ibu hamil
merupakan kelompok risiko tinggi terkena kejadian eklampsia. Jumlah
responden yang digunakan dalam pengambilan data adalah seluruh
populasi yaitu total ibu hamil di Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung,
Kabupaten Demak sebanyak 42 ibu hamil.
4. Identifikasi Faktor Risiko Terkait Masalah KIA
Masalah eklampsia pada ibu hamil di Desa Sidorejo, Kecamatan
Sayung I, Kabupaten Demak merupakan prioritas masalah KIA yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berhubungan. Setelah
prioritas masalah ditemukan, tahap selanjutnya adalah pengumpulan data
di lapangan. Pengumpulan data bertujuan untuk mengetahui faktor risiko
masalah KIA yang menjadi prioritas di Desa Sidorejo. Adapun hasil
pengumpulan data di lapangan sebagai berikut:
a. Perilaku
1. Pengetahuan
a. Pengetahuan Penyebab Kematian Ibu
Tingkat pengetahuan masyarakat Desa Sidorejo tentang
penyebab kematian ibu di desa Sidorejo dapat diketahui dari tabel
frekuensi di bawah ini :
Tabel 3.7 Tingkat Pengetahuan Masyarakat Desa Sidorejo
Tentang Penyebab Kematian Ibu
Berdasarkan tabel 3.7, dapat diketahui bahwa sebesar 61,9%
responden tidak mengetahui penyebab kematian ibu di Desa
Sidorejo.
22
Variabel Frekuensi Prosentase
Ya 16 38,1
Tidak 26 61,9
Total 42 100,0
b. Pengetahuan Kematian Ibu Hamil karena Eklampsia
Tingkat pengetahuan masyarakat Desa Sidorejo tentang
penyebab kematian ibu di desa Sidorejo karena eklampsia dapat
diketahui dari tabel frekuensi di bawah ini :
Tabel 3.8 Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Kematian
Ibu Hamil di Desa Sidorejo Karena Eklampsia
Variabel Frekuensi Prosentase
Ya 13 31,0
Tidak 29 69,0
Total 42 100,0
Berdasarkan tabel 3.8, dapat diketahui bahwa sebesar
69% responden tidak mengetahui kematian ibu hamil akibat
eklampsia di Desa Sidorejo.
c. Tentang Gejala Eklampsia
Tingkat pengetahuan masyarakat Desa Sidorejo tentang
gejala eklampsia dapat diketahui dari tabel frekuensi di bawah
ini:
Tabel 3.9 Tingkat Pengetahuan Masyarakat Desa Sidorejo
Tentang Gejala Eklampsia
Berdasarkan tabel 3.9, dapat diketahui bahwa sebesar 69,1%
responden menjawab tidak tahu tentang gejala Eklampsia.
23
Variabel Frekuensi ProsentaseTidak tahu 29 69,1Bengkak 1 2,4Hipertensi 11 26,1ngeluarin busa 1 2,4
Total 42 100,0
d. Pengetahuan Tentang Istilah Gejala Eklampsia seperti
Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) dan Kejang (Ngececeng)
Tabel 3.10 Pengetahuan Tentang Istilah Hipertensi
Variabel Frekuensi ProsentaseYa 24 57,1Tidak 18 42,9
Total 42 100,0
Berdasarkan tabel 3.10 dapat dilihat bahwa sebesar 57,1%
responden mengetahui istilah hipertensi.
2. Praktek
a) Pemeriksaan Kehamilan
Tabel 3.11 Pemeriksaan Kehamilan
Variabel Frekuensi ProsentaseYa 41 97,6Tidak 1 2,4
Total 42 100,0
Berdasarkan tabel 3.11 dapat diketahui bahwa sebesar
97,6% responden melakukan pemeriksaan kehamilan.
b) Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan
Tabel 3.12 Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan
Variabel Frekuensi ProsentaseSesuai standar 38 90,5Tidak sesuai standar 4 9,5
Total 42 100,0
Berdasarkan tabel 3.12 dapat diketahui bahwa sebesar
90,5% responden melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai
standar.
24
c) Tempat Pemeriksaan Kehamilan
Tabel 3.13 Tempat Pemeriksaan Kehamilan
Variabel Frekuensi ProsentasePuskesmas 1 2,4Dokter 4 9,5Bidan 37 88,1
Total 42 100,0
Berdasarkan tabel 3.13 dapat diketahui bahwa sebesar
88,1% responden memeriksakan kehamilan di bidan desa.
d) Keluhan Selama Kehamilan
Tabel 3.14 Keluhan Selama Kehamilan
Variabel Frekuensi ProsentaseMual, Pusing, Muntah, Lemas, Bengkak 26 61,90Darah rendah, Anemia, Pusing, Lemas 3 7,14Kram, Masuk angin, Pegal, Perut kencang, Nafsu makan berkurang 5 11,90Mual, Sesak nafas, Sakit, Batuk darah, Nyeri 3 7,14Tidak mengalami keluhan 5 11,90
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.14 dapat diketahui bahwa
sebesar 61,9% responden menjawab mengalami keluhan
seperti : mual, pusing, muntah, lemas, dan bengkak.
25
e) Tindak Lanjut Setelah Mengalami Keluhan
Tabel 3.15 Tindak Lanjut Setelah Mengalami Keluhan
Variabel Frekuensi ProsentaseBerkunjung ke Nakes
32 76,2
Tidak berkunjung 10 23,8
Total 42 100,0
Berdasarkan tabel 3.15 dapat diketahui bahwa sebesar
76,2% responden berkunjung ke pelayanan kesehatan setelah
mengalami keluhan saat kehamilan.
f) Olahraga Selama Kehamilan
Tabel 3.16 Olahraga Selama Kehamilan
Variabel Frekuensi ProsentaseYa 27 64,3Tidak 15 35,7
Total 42 100,0
Berdasarkan tabel 3.16 dapat diketahui bahwa sebesar
64,3% responden melakukan olahraga selama kehamilan.
g) Jenis Makanan Selama Kehamilan
Tabel 3.17 Jenis Makanan Selama Kehamilan
Variabel Frekuensi ProsentaseBerlemak 1 2,4Makan bergizi 41 97,6
Total 42 100,0
Berdasarkan tabel 3.17 dapat diketahui bahwa sebesar
97,6% responden mengonsumsi makanan bergizi berupa
sayur dan buah.
26
h) Penambahan Garam Berlebih pada Makanan
Tabel 3.18 Penambahan Garam Berlebih pada Makanan
Variabel Frekuensi ProsentaseYa 10 23,8Tidak 32 76,2
Total 42 100,0
Berdasarkan tabel 3.18 dapat diketahui bahwa 76,2%
responden tidak menambahkan garam berlebih pada
makanan.
.
i) Pengolahan Sumber Air Minum
Tabel 3.19 Pengolahan Sumber Air Minum
Variabel Frekuensi ProsentaseDirebus 37 88,1Tidak direbus
5 11,9
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.19 dapat diketahui bahwa sebesar
88,1% responden mengolah air minum dengan cara direbus.
j) Perencanaan Tempat Kelahiran
Tabel 3.20 Perencanaan Tempat Kelahiran
Variabel Frekuensi ProsentaseSudah 32 76,2Belum 10 23,8
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.20 dapat diketahui bahwa 76,2%
responden sudah merencanakan tempat kelahiran.
27
k) Tempat Merencanakan Kelahiran
Tabel 3.21 Tempat Merencanakan Kelahiran
Variabel Frekuensi Prosentase Belum merencanakan 10 23,8Bidan 30 71,4Rumah Sakit 1 2,4Dukun 1 2,4
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.21 dapat diketahui bahwa sebesar
71,4% reponden merencanakan kelahiran di bidan.
l) Keputusan Pemeriksaan Persalinan
Tabel 3.22 Keputusan Pemeriksaan Persalinan
Variabel Frekuensi ProsentaseSuami 21 50Ibu sendiri (responden) 16 38,1Keluarga (nenek, kakek dll)
5 11,9
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.22 dapat diketahui bahwa sebesar
50% responden menjawab suami sebagai pengambil
keputusan tentang pemeriksaan persalinan.
m) Perilaku Merokok
Tabel 3.23 Perilaku Merokok
Variabel Frekuensi Prosentase
Ya 0 0Tidak 42 100
Berdasarkan tabel 3.23 dapat diketahui bahwa ibu hamil di
Desa Sidorejo seluruhnya tidak memiliki perilaku merokok.
n) Aktivitas Keseharian
28
Tabel 3.24 Aktivitas Keseharian
Variabel Fekuensi PersentaseBerkurang 13 31Tidak berkurang
29 69
Total 42 100
Dari tabel 3.24 dapat diketahui bahwa sebesar 69% dari
total reponden tidak mengurangi aktifitas kesehariannya
selama kehamilan.
3. Sikap
a) Sikap Reponden Terhadap Nasihat Tetangga
Tabel 3.25 Sikap Responden Terhadap Nasihat Tetangga
Variabel Frekuensi Prosentase
Menerima 23 54,8Membiarkan saja 19 45,2
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.25 dapat diketahui bahwa sebesar
54,8% responden menerima dan melaksanakan nasihat
tetangga tentang kehamilan.
b. Genetik
1. Riwayat Penyakit Eklampsia
Tabel 3.26 Riwayat Penyakit Eklampsia
Variabel Frekuensi ProsentaseYa 4 9,5Tidak 38 90,5
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.26 dapat dilihat bahwa sebesar 90,5%
responden tidak memiliki riwayat penyakit eklampsia.
2. Riwayat Penyakit Responden
29
Tabel 3.27 Riwayat Penyakit Responden
Variabel Frekuensi Prosentase Tidak ada
38 90,5
Hipertensi 4 9,5
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.27 dapat dilihat bahwa sebanyak
90,5% responden tidak memiliki penyakit berat yang
mengarah ke eklampsia seperti hipertensi, diabetes dan ginjal.
3. Riwayat Kelahiran Ganda
Tabel 3.28 Riwayat Kelahiran Ganda
Variabel Frekuensi ProsentaseYa 14 33,3Tidak 28 66,7
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.28 dapat diketahui bahwa sebesar
66,7% responden tidak memiliki riwayat kelahiran ganda.
4. Riwayat Keturunan Penyakit Eklampsia
Tabel 3.29 Riwayat Keturunan Penyakit Eklampsia
Variabel Frekuensi Prosentase
Tidak tahu 2 4,8Ya 7 16,7Tidak 33 78,6
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.29 dapat diketahui bahwa sebesar
78,6% responden tidak memiliki riwayat keturunan eklampsia.
c. Lingkungan
1. Lingkungan Sosial
30
a) Nasihat dari Tetangga
Tabel 3.30 Nasihat dari Tetangga
Variabel Frekuensi Prosentase
Ya 25 59,5Tidak 17 40,5
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.30 dapat diketahui bahwa sebesar
59,5% responden menerima nasihat tentang kehamilan dari
tetangga.
b) Lama Bekerja Sehari-hari
Tabel 3.31 Lama Bekerja Sehari-hari
Variabel Frekuensi Prosentase IRT, petani, nelayan,wiraswasta
29 69
<= 8 Jam 7 16,7> 8 Jam 6 14,3
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.31 dapat diketahui bahwa
sebesar 69% responden tidak memilih opsi jawaban
karena mereka bekerja sebagai ibu rumah tangga, petani,
nelayan, dan wiraswasta (membuka warung).
c) Keberadaan Jam Istirahat Selama Bekerja
Tabel 3.32 Keberadaan Jam Istirahat Selama Bekerja
Variabel Frekuensi ProsentaseIRT,petani, nelayan 29 69Ya 12 28,6Tidak 1 2,4
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.32 dapat diketahui bahwa
sebesar 69% responden tidak memilih opsi jawaban
31
karena mereka bekerja sebagai ibu rumah tangga, petani,
nelayan, dan wiraswasta (membuka warung).
d) Lama Jam Istirahat
Tabel 3.33 Lama Jam Istirahat
Variabel Frekuensi ProsentaseIRT,petani, nelayan 29 69< 30 Menit 1 2,4
30-60 Menit 11 26,2
Lain-lain 1 2,4
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.33 dapat diketahui bahwa
sebesar 69% responden tidak memilih opsi jawaban
karena mereka bekerja sebagai ibu rumah tangga, petani,
nelayan, dan wiraswasta (membuka warung).
e) Umur Kehamilan Pengambilan Cuti
Tabel 3.34 Umur Kehamilan Pengambilan Cuti
Variabel Frekuensi Prosentase
Tidak bekerja 29 697,5 Bulan 2 4,89 Bulan 3 7,1Lain-lain 8 19,1
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.34 dapat diketahui bahwa
sebesar 69% reponden tidak memilih opsi karena mereka
bekerja sebagai ibu rumah tangga, petani, nelayan, dan
wiraswasta (membuka warung).
f) Lama Cuti Kehamilan
Tabel 3.35 Lama Cuti Kehamilan
32
Variabel Frekuensi Prosentase
Tidak bekerja 29 697,5 Bulan 2 4,89 Bulan 3 7,1Lain-lain 8 19,1
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.35 dapat diketahui bahwa
sebesar 69% responden tidak memilih opsi karena
mereka bekerja sebagai ibu rumah tangga, petani,
nelayan, dan wiraswasta (membuka warung).
2. Lingkungan Boilogi
a) Sumber Air Responden
Tabel 3.36 Sumber Air Responden
Variabel Frekuensi Persentasi
Artetis (sumur bor) 34 81
Sumur 1 2,4Lain-lain 7 16,7
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.36 dapat diketahui bahwa
sebesar 81% sumber air responden berasal dari air
artesis (sumur bor).
d. Pelayanan Kesehatan
1. Kunjungan Nakes
Tabel 3.37 Kunjungan Nakes
33
Variabel Frekuensi ProsentaseYa 6 14,3Tidak 36 85,7
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.37 dapat diketahui bahwa
sebesar 85,7% responden tidak dikunjungi nakes.
2. Kemudahan Mengakses Pelayanan Kesehatan
Tabel 3.38 Kemudahan Mengakses Pelayanan Kesehatan
Variabel Frekuensi Prosentase
Ya 34 81Tidak 8 19
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.38 dapat diketahui bahwa
sebesar 81%. responden berpendapat mudah dalam
mengakses pelayanan kesehatan.
3. Alasan Kesulitan Akses ke Pelayanan Kesehatan
Tabel 3.39 Alasan Kesulitan Akses ke Pelayanan Kesehatan
Variabel Frekuensi Prosentase Tidak kesulitan 34 81Tidak ada transportasi 1 2,4Jalan tidak memadai 6 14,3Daerah terpencil 1 2,4
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.39 dapat diketahui bahwa sebesar
81%ibu hamil di Desa Sidorejo tidak mengalami kesulitan
dalam mengakses pelayanan kesehatan.
4. Kepuasan Terhadap Yankes
Tabel 3.40 Kepuasan Terhadap Yankes
Variabel Frekuensi Prosentase
34
Ya 37 88,1Tidak 5 11,9
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.40 dapat diketahui bahwa sebesar
88,1% responden berpendapat puas terhadap pelayanan
kesehatan.
5. Pemberian Obat oleh Petugas Kesehatan
Tabel 3.41 Pemberian Obat oleh Petugas Kesehatan
Variabel Frekuensi ProsentaseYa 35 83,3Tidak 7 16,7
Total 42 100
Berdasarkan tabel 3.41 dapat diketahui bahwa sebesar
83,3% responden mendapatkan obat dari petugas kesehatan.
6. Konsumsi Obat dari Petugas Kesehatan
Tabel 3.42 Konsumsi Obat dari Petugas Kesehatan
Berdasarkan tabel 3.42 dapat diketahui bahwa sebesar
69% responden mengonsumsi obat dari petugas kesehatan.
Berdasarkan tabel-tabel diatas, diperoleh beberapa faktor risiko
dengan frekuensi tertinggi yaitu :
1. Perilaku
35
Variabel Frekuensi ProsentaseYa 29 69Tidak 13 31
Total 42 100
Pengetahuan tentang gejala
eklampsia, sebanyak 69,1% responden tidak mengetahui gejala
eklampsia.
Pengambilan keputusan tentang
persalinan, sebanyak 50% menjawab suami sebagai pengambil
keputusan tentang persalinan.
Aktivitas keseharian responden
selama kehamilan, sebanyak 69% responden tidak berkurang atau
tetap.
Kunjungan responden ke yankes
ketika ada keluhan kehamilan, sebanyak 23,5% responden tidak
berkunjung.
2. Genetik
Riwayat keturunan eklampsia,
sebanyak 16,7% responden memiliki keturunan penyakit
eklampsia.
Riwayat kelahiran ganda, sebanyak
33,3% responden memiliki riwayat kelahiran ganda (kembar).
3. Pelayanan Kesehatan
Kunjungan oleh petugas kesehatan,
sebanyak 85,7% responden tidak dikunjungi oleh petugas
kesehatan selama kehamilan.
Berdasarkan penjelasan diatas diperoleh beberapa faktor risiko
dengan frekuensi tertinggi yaitu ibu hamil tidak mengetahui gejala
eklampsia sebesar 69,1%, kunjungan oleh nakes sebesar 85,7% serta
aktivitas keseharian yang tidak berkurang sebesar 69%.
36
Berikut adalah tabel MCUA prioritas faktor risiko eklampsia :
Tabel 3.43 MCUA Prioritas Faktor Risiko Eklampsia
No Kriteria
Bobot Prioritas Faktor Risiko Eklampsia
100%
Ibu Hamil Tidak
Mengetahui Gejala
EklampsiaKunjungan oleh Nakes
Aktivitas yang Tidak
Berkurang
Skor S X B Skor S X B Skor S X B
1. Urgensi 40 4 1,6 4 1,6 2 0,8
2. Relevansi 35 4 1,4 3 1,05 1 0,35
3. Skala 25 4 1 4 1 4 1
Total 4 3,65 2,15
Prioritas I II IIISkor :
Rendah = 1
Sedang = 2-3
Tinggi = 4
Berdasarkan penghitungan prioritas faktor risiko eklampsia
dengan menggunakan tabel MCUA, prioritas faktor risiko ibu hamil
tidak mengetahui gejala eklampsia sebesar 3,75.
5. Alternatif Penyelesaian Masalah KIA
Berdasarkan data sekunder Laporan Program Ibu dan Anak Desa
Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak 2010 terdapat 2 kematian
ibu yang disebabkan oleh eklampsia pada bulan Maret dan bulan April tahun
2010. Berdasarkan hasil survei di lapangan, didapatkan indikasi yang
mengarah pada terjadinya eklampsia pada ibu hamil yaitu masih rendahnya
tingkat pengetahuan ibu hamil karena gejala eklampsia, kurangnya kunjungan
37
tenaga kesehatan terutama bidan kepada ibu hamil dan aktivitas ibu hamil
yang tidak berkurang atau tetap.
Dari penghitungan menggunakan tabel MCUA prioritas faktor risiko
masalah eklampsia, diperoleh faktor risiko terbesar yaitu ibu hamil tidak
mengetahui gejala eklampsia.
Berdasarkan kesepakatan kelompok dan hasil diskusi dengan bidan
koordinator puskesmas, diberikan beberapa alternatif penyelesaian masalah
melalui How-How Diagram. Berikut ini adalah How-How Diagram untuk
menemukan alternatif solusi pencegahan terjadinya eklampsia.
Gambar 3. 1 How-How Diagram Alternatif Penyelesaian Masalah
38
Ibu Hamil Tidak Mengetahui Gejala
Eklampsia
3. Penyuluhan CAPENG di
KUA
Penyuluhan kesehatan
4. Rujukan langsung ke rumah
sakit
2. Pemantauan langsung
BUMIL oleh NAKES
Alternatif penyelesaian masalah tersebur antara lain :
a. Penyuluhan kesehatan
Melalui penyuluhan kesehatan, diharapkan masyarakat mendapat
pengetahuan tentang eklampsia dan cara pencegahan gejala eklampsia.
Dalam hal ini ibu hamil sebagai sasaran utama penyuluhan diharapkan
dapat meningkatkan kepeduliannya terhadap perencanaan kehamilan
sampai melahirkan. Oleh karena itu, bidan harus memberdayakan ibu dan
keluarga dengan meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mereka
melalui pendidikan kesehatan agar dapat merawat dan menolong diri
sendiri pada kondisi tertentu4.
Selain penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh pihak bidan
atau puskesmas, penyuluhan dapat dilakukan dengan menggunakan adat
kebiasaan masyarakat Sidorejo seperti Istighosah, Mauludan, acara ibu-
ibu PKK atau saat kegiatan posyandu. Melalui media adat kebiasaan
Desa Sidorejo, penyuluhan bisa lebih masuk ke masyarakat dan tidak
terasa membosankan.
b. Pemantauan Langsung BUMIL oleh NAKES
Kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayi sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor pelayanan kebidanan, antara lain
asuhan kebidanan yang diberikan oleh tenaga bidan melalui pendekatan
manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan merupakan pelayanan
kesehatan utama yang diberikan kepada ibu. Setiap ibu hamil akan
menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap
ibu hamil memerlukan asuhan selama masa kehamilannya5.
Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal yang berkualitas dibutuhkan tenaga kesehatan terampil yang
didukung tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu
tenaga kesehatan tersebut adalah bidan. Bidan merupakan tenaga
kesehatan yang memegang peranan penting dalam pelayanan maternal.
Salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan yang berkualitas, agar kehamilan dapat berlangsung
dengan aman dan diakhiri dengan persalinan yang selamat6.
39
Melalui pemantauan ibu hamil oleh tenaga bidan desa akan lebih
mendekatkan bidan desa dengan masyarakat sekitar, terutama ibu hamil,
sehingga ibu hamil bisa lebih percaya dengan bidan untuk memantau
kesehatannya. Selain itu, pemantauan langsung ibu hamil oleh bidan,
dapat diketahui kondisi perkembangan kesehatan ibu hamil tiap bulannya.
Diperlukan pemeriksaan secara teratur kepada ibu hamil karena semakin
tua usia kehamilannya, semakin sering intensitas pemeriksaan dilakukan.
Dan pada setiap kunjungan antenatal tersebut, ibu hamil perlu
mendapatkan informasi yang penting seperti asuhan maternal7.
c. Penyuluhan Calon Pengantin di KUA
Calon pengantin adalah pasangan calon suami istri yang sudah
terdaftar pada petugas pencatat nikah atau oleh masyarakat setempat
dianggap sebagai calon pengantin. Calon pengantin harus mendapatkan
informasi yang diperlukan dalam rangka membangun keluarga yang
berkualitas, mencakup hakikat atau manfaat perkawinan, penyuluhan pra-
nikah, persiapan fisik, mental, ekonomi dan perilaku serta mendapatkan
informasi perencanaan dan persiapan kehamilan yang sehat dan aman,
pemeliharaan kehamilan dan nifas, ASI, imunisasi TT, hak-hak reproduksi
dan memahami penyakit-penyakit menular seksual (PMS)8.
Calon pengantin memiliki peluang yang besar untuk memberikan
tambahan angka kehamilan, sehingga perlu diberikan pengetahuan
tentang kehamilan yang baik. Dengan adanya penyuluhan terhadap calon
pengantin, diharapkan kelak ketika istri mengandung, dapat menghindari
risiko kehamilan yang sering terjadi pada ibu hamil contohnya Empat
Terlalu. Istilah Empat Terlalu yaitu Terlalu muda untuk menikah, Terlalu
sering hamil, Terlalu banyak melahirkan dan Terlalu tua untuk hamil.
Diharapkan juga dengan penyuluhan calon pengantin ini, calon pasangan
suami-istri bisa merencanakan kehamilan untuk masa depan9.
d. Rujukan Langsung ke Pelayanan Kesehatan
Kurangnya pengetahuan masyarakat terutama ibu hamil tentang
gejala eklampsia seperti tekanan darah tinggi, serta kejang-kejang saat
melahirkan, menyebabkan masyarakat tidak tahu tindakan yang harus
40
dilakukan apabila terjadi eklampsia. Oleh karena itu diperlukan deteksi
dini komplikasi dan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
memadai karena banyak komplikasi kehamilan seperti kejadian eklampsia
yang tidak dapat ditangani di tingkat masyarakat. Hal ini sesuai dengan
salah satu dari 3 program Making Pregnancy Safer (MPS) yaitu pada
target “pertolongan oleh tenaga kesehatan 20% dari seluruh ibu hamil”9.
Untuk mengantisipasi terjadinya risiko kematian akibat
keterlambatan penanganan maka diperlukan peran dari bidan desa untuk
langsung merujuk ibu hamil yang mengalami gejala eklampsia ke
pelayanan kesehatan guna mendapatkan penanganan yang lebih baik.
Sehingga risiko kematian akibat eklampsia yang tidak tertangani dapat
dikurangi. Fokus pelayanan di tingkat rujukan pimer mencakup pelayanan
penanganan komplikasi. Selain itu, perlu diperhatikan ketepatan waktu
karena walaupun gejala eklampsia telah terdeteksi secara dini di tingkat
masyarakat, namun keterlambatan merujuk dan membawa ibu ke fasilitas
rujukan dapat membahayakan jiwa ibu dan bayinya. Hal ini termasuk ke
dalam istilah Tiga Terlambat yaitu Terlambat dalam mengenali tanda
bahaya dan harus mencari pertolongan ke fasilitas kesehatan, Terlambat
dalam mencapai fasilitas kesehatan yang memadai, dan Terlambat dalam
menerima pelayanan kesehatan yang cukup memadai pada setiap
tingkatan10.
41
Tabel 3.44 Uji Kelayakan Solusi (Force Field Analysis) Penyuluhan
Kesehatan
No. Faktor Penghambat Skor Faktor pendukung Skor
1. Tingkat pendidikan
penduduk desa
4 Ketersediaan sumber daya
manusia
4
2. Budaya setempat 2 Dukungan dari perangkat
desa
4
3. Biaya pelaksanaan 2 Keterjangkauan biaya 2
4. Teknis pelaksanaan 2 Kemauan masyarakat
untuk berpartisipasi
3
Jumlah 10 Jumlah 13
Berdasarkan tabel 3.44 dapat dilihat bahwa solusi penyuluhan
kesehatan memiliki faktor penghambat tertinggi yaitu tingkat pendidikan
penduduk, serta faktor pendukung tertinggi yaitu ketersediaan sumber
daya manusia dan dukungan dari perangkat desa.
Tabel 3.45 Uji Kelayakan Solusi (Force Field Analysis) Pemantauan
Langsung Bumil oleh Nakes
No. Faktor Penghambat Skor Faktor pendukung Skor
1. Tingkat pendidikan
penduduk desa
4 Ketersediaan sumber daya
manusia
2
2. Budaya setempat 3 Dukungan dari perangkat
desa
3
3. Biaya pelaksanaan 4 Keterjangkauan biaya 2
4. Teknis pelaksanaan 3 Kemauan masyarakat
untuk berpartisipasi
2
Jumlah 14 Jumlah 9
Berdasarkan tabel 3.45 dapat dilihat bahwa solusi pemantauan
langsung bumil oleh nakes memiliki faktor penghambat tertinggi yaitu
tingkat pendidikan penduduk dan biaya pelaksanaan, serta faktor
pendukung tertinggi yaitu dukungan dari perangkat desa.
42
Tabel 3.46 Uji Kelayakan Solusi (Force Field Analysis) Penyuluhan Calon
Pengantin di KUA
No. Faktor Penghambat Skor Faktor pendukung Skor
1. Tingkat pendidikan
penduduk desa
4 Ketersediaan sumber daya
manusia
3
2. Budaya setempat 3 Dukungan dari perangkat
desa
2
3. Biaya pelaksanaan 4 Keterjangkauan biaya 2
4. Teknis pelaksanaan 4 Kemauan masyarakat
untuk berpartisipasi
1
Jumlah 15 Jumlah 8
Berdasarkan tabel 3.46 dapat dilihat bahwa solusi penyuluhan
calon pengantin di KUA memiliki faktor penghambat terendah yaitu
budaya setempat, serta faktor pendukung terendah yaitu kemauan
masyarakat untuk berpartisipasi.
Tabel 3.47 Uji Kelayakan Solusi (Force Field Analysis) Rujukan Langsung ke
Rumah Sakit
No. Faktor Penghambat Skor Faktor pendukung Skor
1. Tingkat pendidikan
penduduk desa
3 Ketersediaan sumber daya
manusia
4
2. Budaya setempat 3 Dukungan dari perangkat
desa
3
3. Biaya pelaksanaan 4 Keterjangkauan biaya 1
4. Teknis pelaksanaan 4 Kemauan masyarakat
untuk berpartisipasi
2
Jumlah 14 Jumlah 10
Berdasarkan tabel 3.47 dapat dilihat bahwa solusi rujukan langsung ke
rumah sakit memiliki faktor penghambat tertinggi yaitu biaya pelaksanaan
dan teknis pelaksanaan, serta faktor pendukung tertinggi yaitu ketersediaan
sumber daya manusia.
43
Dari berbagai alternatif solusi yang telah diuji kelayakan dengan metode
Force Field Analysis digunakan tabel MCUA untuk menentukan solusi
penyelesaian masalah KIA di Desa Sidorejo
Tabel 3.48 MCUA Alternatif Pemecahan Masalah
NoKriteria /
intervensi
Bobot (%)
Alternatif Pemecahan Masalah
1 2 3 4S SxB S SxB S SxB S SxB
1.Kecepatan mengatasi masalah
15
2 0.30 3 0.45 2 0.30 4 0.60
2.Bisa Dilakukan
404 1.6 3 1.2 3 1.2 3 1.2
3. Murah 154 0.6 2 0.30 1 0.15 2 0.3
4.Ketersediaan sumber daya
304 1.2 2 0.60 2 0.60 4 1.2
Jumlah 3,70 2.55 2,25 3.30
Prioritas I III IV II
Alternatif pemecahan masalah :
1. Penyuluhan kesehatan
2. Pemantauan ibu hamil oleh bidan
3. Penyuluhan camon pengantin di KUA
4. Rujukan langsung ke rumah sakit
Skor :
1 : rendah
2-3 : sedang
4 : tinggi
Berdasarkan uji kelayakan dengan metode Force Field Analysis,
diperoleh hasil bahwa alternatif yang dapat diimplementasikan untuk
penyelesaian masalah KIA yang ada di Desa Sidorejo adalah penyuluhan
kesehatan.
44
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan tahapan Community Diagnosis dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Berdasarkan data sekunder yaitu profil Desa Sidorejo mayoritas
masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan rata – rata
berpendidikan tamat SD.
2. Pelayanan kesehatan di Desa Sidorejo terdiri dari 1 Puskesmas
Pembantu, 1 Bidan Desa, 16 unit Posyandu serta dibantu dengan 18
Kader Kesehatan.
3. Berdasarkan data sekunder berupa Data Kesehatan Ibu Hamil dan Anak
Puskesmas Sayung I, Data kesehatan Ibu dan Anak dari Bidan Desa
serta konfirmasi melalui key person diperoleh data masalah KIA yang
sering terjadi di Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak
sebagai berikut:
a. Eklampsia
b. Hyperemesis
c. BGM
4. Dengan metode MCUA didapatkan bahwa eklampsia adalah masalah
KIA yang menjadi prioritas masalah di Desa Sidorejo
5. Berdasarkan analisa data primer diperoleh faktor risiko terjadinya
eklampsia di Desa Sidorejo adalah ibu hamil tidak mengetahui gejala
eklampsia.
6. Alternatif Pemecahan Masalah
Alternatif pemecahan masalah eklampsia pada ibu hamil di Desa
Sidorejo, Kecamatan Sayung yaitu:
a. Penyuluhan Kesehatan
b. Pemantauan langsung bumil oleh nakes
c. Penyuluhan calon pengantin di KUA
d. Rujukan langsung ke pelayanan kesehatan
Dari keempat alternatif solusi tersebut yang dapat
diimplementasikan sesuai dengan potensi yang ada di Desa Sidorejo
45
adalah penyuluhan kesehatan oleh pihak puskesmas maupun dari kader
kesehatan. Selain penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh pihak bidan
atau puskesmas, penyuluhan dapat dilakukan dengan menggunakan adat
kebiasaan yang ada di masyarakat Desa Sidorejo seperti Istighosah,
Mauludan, acara ibu-ibu PKK atau saat kegiatan posyandu. Melalui media
adat kebiasaan Desa Sidorejo, penyuluhan bisa lebih dimengerti ke
masyarakat dan tidak terasa membosankan.
B. Saran
Untuk menanggulangi masalah kesehatan di Desa Sidorejo
Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, disarankan :
1. Mengadakan penyuluhan tentang kesahatan ibu, anak dan eklampsia
khususnya untuk ibu hamil dan masyarakat Desa Sidorejo pada
umumnya secara berkelanjutan, interaktif, dengan memanfaatkan
kegiatan warga Desa Sidorejo seperti PKK ibu rumah tangga,
pertemuan rutin RT/RW, Mauludan dan Istighosah.
2. Penyuluhan kesehatan sebaiknya berorientasi pada masyarakat.
3. Sebaiknya dilakukan peninjauan secara rutin terhadap kader
kesehatan dan masyarakat Desa Sidorejo setelah diadakan penyuluhan
kesehatan dengan tujuan terjadi perubahan perilaku yang lebih baik
dalam pencegahan terjadinya eklampsia pada ibu hamil saat kehamilan.
4. Diperlukan pendampingan oleh Puskesmas Sayung I atau Dinas
Kesehatan Kabupaten Demak terhadap kader kesehatan dan
masyarakat Desa Sidorejo untuk mengetahui efektivitas penyuluhan
kesehatan.
5. Mahasiswa lebih berperan aktif ketika berada di lapangan dan proses
penyusunan laporan PBL.
6. Mahasiswa lebih berfikir secara luas guna mendapatkan wawasan
terkait penentuan pemecahan masalah KIA.
46