Upload
ari-pato-goziano-eloran
View
216
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pleno 4 Reprorr
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perdarahan setelah melahirkan adalah konsekuensi perdarahan berlebihan
dari tempat implantasi plasenta, trauma traktus genitalia dan struktur disekitarnya
atau keduanya. Dengan demikian, perdarahan postpartum merupakan penjelasan
suatu kejadian, dan bukan diagnosis. Di Inggris separuh kematian ibu disebabkan
karena perdarahan postpartum. Apabila terjadi perdarahan harus dicari etiologik
yang spesifik.
Secara tradisional, perdarahan postpartum didefinisikan sebagai hilangnya
500ml atau lebih darah setelah kala III persalinan selesai. Bagaimanapun hampir
separuh wanita yang melahirkan pervaginam mengeluarkan darah dalam jumlah
tersebut atau lebih, apabila diukur secara kuantitatif. Wanita yang secara normal
selama kehamilan mengalami hipervolemia, biasanya akan mengalami peningkatan
volume sebesar 30 sampai 60 persen. Karenanya ia dapat mentoleransi perdarahan
saat pelahiran yang volumenya mendekati jumlah pertambahan darah selama
kehamilan.
Karena itu, perdarahan selama persalinan pervaginam yang sedikit banyak
melebihi 500 ml berdasarkan pengukuran yang akaurat tidak selalu berarti
penyimpangan. Tetapi di banyak institusi perkiraan perdarahan yang lebih dari 500
ml seyogyanya menyebabkan ibu mengalami perdarahan berlebih perlu diperhatikan
dan mengingatkan dokter bahwa mungkin terdapat ancaman perdarahan yang
berbahaya.
B. SCENARIO
Ya Tuhan Darah Apa ini???
Ny. Nirmala, pasien usia 35 tahun datang ke UGD RSU dengan kondisi,
perdarahan tidak henti-hentinya, diantar dukun yang sebelumnya menolongnya
untuk melahirkan. Bayinya selamat dengan berat badan 4000 g. Dari anamnesa ari-
ari sudah keluar 5 menit setelah bayi lahir dan setelah ari-ari lahir keluar darah yang
banyak dari jalan lahir.
Pada pemeriksaan fisik : Uterus 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik,
KU composmentis, tampak pucat. Tanda vital TD 90/60 mmHg. N 100x/menit, RR
20x/menit. Pada inspekulo tampak keluar darah aktif dari vagina.
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHSAN
A. KEY WORD
1. Ari-ari
Nama lainya adalah plasenta, merupakan organ penting bagi janin, karena
sebagai alat pertukaran zat antara ibu dan bayi atau sebaliknya.
2. Inspekulo
Prosedur pemeriksaan yang menggunakan alat yang disebut sebagai cocor bebek
atau spekulum yang berguna untuk observasi keadaan genital interna dari ibu.
B. PERMASALAHAN dan PEMBAHASAN
C. IDENTIFIKASI PASIEN
1. Anamnesis
Nama : Ny. Nirmala
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Keluhan Utama :
o Lokasi
o Onset
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
D. DIAGNOSIS DIFERENSIAL
1. Hemoragik Post Partum
1. Hemoragik Post Partum
Pada pelepasan plasenta selalu terjadi perdarahan karena sinus-sinus
maternalis pada tempat insersinya pada dinding uterus terbuka. Biasanya perdarahan
itu tidak banyak sebab kontraksi dan retraksi otot-oto uterus menekan pembuluh
pembuluh darah terbuka sehingga lumennya tertutup, kemudian darah tersumbat
oleh bekuan darah. Seorang wanita sehat dapat kehilangan 500 ml darah tanpa
akibat buruk.
A. Definisi
Istilah perdarahan post partum digunakan apabila perdarahan setelah anak lahir
melebihi 500 ml. Perdarahan primer terjadi dalam 24 jam pertama dan sekunder
sesudah itu.
B. Etiologi
Hal-hal yang menyebabkan perdarahan postpartum ialah : (1) terlepasnya
sebagian plasenta dari uterus; (2) perlukaan jalan lahir; (3) atonia uteri. Kadang-
kadang perdarahan disebbakan kelainan proses pembekuan darah karena
hipofibrinogen.
C. Epidemiologi
Perdarahan post partum dini jarang disebabkan oleh retensi potongan
plasenta yang kecil, tetapi plasenta yang tersisa sering menyebabkan perdarahan
pada akhir masa nifas.1 Kadang-kadang plasenta tidak segera terlepas. Bidang
obstetri membuat batas-batas durasi kala tiga secara agak ketat sebagai upaya
untuk mendefenisikan retensio plasenta shingga perdarahan akibat terlalu
lambatnya pemisahan plasenta dapat dikurangi. Combs dan Laros meneliti
12.275 persalinan pervaginam tunggal dan melaporkan median durasi kala III
adalah 6 menit dan 3,3% berlangsung lebih dari 30 menit. Beberapa tindakan
untuk mengatasi perdarahan, termasuk kuretase atau transfusi, menigkat pada
kala tiga yang mendekati 30 menit atau lebih
Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah pada sebelum
hamil dan derajat anemia saat kelahiran. Gambaran perdarahan post partum yang
dapat mengecohkan adalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas
normal sampai terjadi kehilangan darah yang sangat banyak.
D. Diagnosis
Untuk membuat diagnosis perdarahan postpartum perlu diperhatikan ada
perdarahan yang menimbulkan hipotensi dan anemia. apabila hal ini dibiarkan
berlangsung terus, pasien akan jatuh dalam keadaan syok. perdarahan
postpartum tidak hanya terjadi pada mereka yang mempunyai predisposisi,
tetapi pada setiap persalinan kemungkinan untuk terjadinya perdarahan
postpartum selalu ada. Perdarahan yang terjadi dapat deras atau merembes.
perdarahan yang deras biasanya akan segera menarik perhatian, sehingga cepat
ditangani sedangkan perdarahan yang merembes karena kurang nampak sering
kali tidak mendapat perhatian. Perdarahan yang bersifat merembes bila
berlangsung lama akan mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk
menentukan jumlah perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir harus
ditampung dan dicatat.
Kadang-kadang perdarahan terjadi tidak keluar dari vagina, tetapi
menumpuk di vagina dan di dalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui
karena adanya kenaikan fundus uteri setelah uri keluar. Untuk menentukan
etiologi dari perdarahan postpartum diperlukan pemeriksaan lengkap yang
meliputi anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen dan
pemeriksaan dalam.
Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga pada
palpasi abdomen uterus didapatkan membesar dan lembek. Sedangkan pada
laserasi jalan lahir uterus berkontraksi dengan baik sehingga pada palpasi teraba
uterus yang keras. Dengan pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina,
uterus dan pemeriksaan inspekulo. Dengan cara ini dapat ditentukan adanya
robekan dari serviks, vagina, hematoma dan adanya sisa-sisa plasenta.
2. Retensio Plasenta
Perdarahan postpartum dini dapat terjadi sebagai akibat tertinggalnya sisa
plasenta atau selaput janin. bila hal tersebut terjadi, harus dikeluarkan secara manual
atau di kuretase disusul dengan pemberian obat-obat uterotonika intravena. Perlu
dibedakan antara retensio plasenta dengan sisa plasenta (rest placenta). Dimana
retensio plasenta adalah plasenta yang belum lahir seluruhnya dalam setengah jam
setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta merupakan tertinggalnya bagian plasenta
dalam uterus yang dapat menimbulkan perdarahan post partum primer atau
perdarahan post partum sekunder.
Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus
tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus
berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
Sebab-sebab plasenta belum lahir, bisa oleh karena:
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
2. Plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan
Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan, jika lepas
sebagian terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus bisa karena:
1. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta ( plasenta
adhesiva)
2. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis
menembus desidua sampai miometrium.
—Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,
disebabkan tidak adanya usaha untuk melahirkan, atau salah penanganan kala tiga,
sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi
keluarnya plasenta.
Penanganan perdarahan postpartum yang disebabkan oleh sisa plasenta :
Penemuan secara dini hanya mungkin dengan melakukan pemeriksaan
kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan
perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi
ke tempat bersalin dengan keluhan perdarahan
Berikan antibiotika, ampisilin dosis awal 1g IV dilanjutkan dengan 3 x 1g
oral dikombinasikan dengan metronidazol 1g supositoria dilanjutkan dengan
3 x 500mg oral.
Lakukan eksplorasi (bila servik terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah
atau jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan
evakuasi sisa plasenta dengan AMV atau dilatasi dan kuretase
Bila kadar Hb<8 gr% berikan transfusi darah. Bila kadar Hb>8 gr%, berikan
sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari.
3.
4.
E.