Upload
dothuy
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat
mendorong berbagai lembaga pendidikan memanfaatkan sistem e-learning
untuk meningkatkan prestasi belajar. Meskipun banyak hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan sistem e-learning
cenderung sama dibanding dengan pembelajaran konvensional atau klasikal,
tetapi keuntungan yang bisa diperoleh dengan e-learning adalah dalam hal
fleksibilitasnya. Melalui e-learning materi pembelajaran dapat diakses kapan
saja dan dari mana saja, disamping itu materi dapat diperbaharui dengan cepat
oleh pengajar dari berbagai sumber belajar.
Perkembangan e-learning yang masih relatif baru menyebabkan
definisi dan implementasi sistem e-learning sangatlah bervariasi dan belum
ada standar yang baku. Berdasarkan pengamatan dari berbagai sistem
pembelajaran berbasis web atau internet, implementasi sistem e-learning
bervariasi mulai dari yang sederhana dan terpadu. Implementasi sederhana
seperti kumpulan bahan pembelajaran yang berada di web server terdiri dari
forum komunikasi melalui e-mail atau milis secara terpisah. Implementasi
terpadu yakni berupa portal e-learning yang berisi berbagai obyek
pembelajaran yang diperkaya dengan multimedia serta dipadukan dengan
sistem informasi akademik, evaluasi, komunikasi, diskusi dan berbagai
educational tools lainnya.
Pendidikan merupakan kebutuhan primer pada saat ini, apalagi
sebagian besar masyarakat sudah menyadari pentingnya pendidikan dalam
menata masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu setiap negara senantiasa
berusaha memajukan bidang pendidikan, disamping bidang yang lain dalam
rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang kompetitif dan berkualitas
serta berusaha mengejar kemajuan negara lain.
2
Upaya penerapan teknologi khususnya teknologi informasi
komunikasi dibidang pendidikan salah satunya ditandai dengan hadirnya situs
belajar dan mengajar dengan menggunakan e-learning. Diharapkan dengan
diadakannya e-learning sebagai salah satu media pendidikan jarak jauh
(distance learning) akan menjadi sebuah solusi alternatif untuk meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia.
Berkembangnya teknologi informasi internet yang sangat pesat telah
mendorong upaya-upaya dalam mengembangkan media pembelajaran dengan
memanfaatkan teknologi internet. Media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian
mahasiswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sardiman, 2001).
Pemanfaatan media secara tepat guna akan memperlancar proses
pembelajaran, dimana telah disebutkan di atas bahwa semua ilmu
pengetahuan yang ada diseluruh dunia bisa diakses melalui internet dengan
cepat dan mudah, hal ini semakin menambah dan meningkatkan pemanfaatan
internet oleh kalangan masyarakat maupun anak sekolah. Dengan
berkembangnya teknologi internet tersebut dosen dituntut sekurang-
kurangnya menguasai cara penggunaan media pembelajaran yang ada di
kampus agar ketika proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Dosen harus
memiliki pengetahuan tentang pemahaman yang cukup mengenai media
pembelajaran yang meliputi: media sebagai alat komunikasi guna
mengefektifkan proses pembelajaran, fungsi media dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan, hubungan antara metode pembelajaran dengan media
pembelajaran, dan penggunaan media pembelajaran, dan lain-lain. Hal ini
diharapkan akan menjadikan tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Pengembangan pendidikan menuju e-learning merupakan suatu
keharusan agar standar mutu pendidikan dapat ditingkatkan, karena e-
learning merupakan satu pemanfaatan penggunaan teknologi internet dalam
penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang berlandaskan tiga
kriteria yaitu:
3
1. e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk
memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar
atau informasi
2. pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan
menggunakan teknologi internet yang standar
3. memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di
balik paradigma pembelajaran tradisional (Rosenberg, 2001:28), dengan
demikian urgensi teknologi informasi dapat dioptimalkan untuk
pendidikan.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada
(FISIPOL UGM) adalah salah satu lembaga pendidikan tinggi yang sedang
berupaya memanfaatkan tekonologi informasi ini dalam kegiatan belajar
mengajarnya. Model pembelajaran e-learning mulai diaplikasikan sejak awal
perkuliahan dengan harapan dapat meningkatkan kualitas belajar mengajar
serta dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa.
Berdasarkan hasil pra pengamatan penulis di FISIPOL UGM
ditemukan fenomena yaitu sumber belajar mahasiswa FISIPOL UGM selama
ini kebanyakan berasal dari modul-modul yang diberikan dosen, dan
disamping itu buku-buku yang ada di perpustakaan jurusan koleksi bukunya
masih terlalu minim rata-rata kebanyakan buku yang 10 tahun belakangan.
Jadi, jika dalam sebuah kelas terdapat 30 orang mahasiswa misalnya, maka
saya sangat yakin mengatakan bahwa sekitar 80-90% diantara mereka
menggunakan/memilih e-learning sebagai tempat pertama dalam penelusuran
literatur untuk tugas kuliah atau untuk kepentingan tugas akhir mereka, yang
penelusuran literatur di rak-rak buku perpustakaan menjadi pilihan kedua.
Untuk itu, mahasiswa dalam pengembangan materi perkulihan harus
menggunakan sumber belajar yang menggunakan teknologi internet sebagai
sumber belajarnya.
Mengapa demikian?, karena internet menyediakan hampir semua
literatur yang dibutuhkan oleh mahasiswa, yang terpenting keyword yang
mereka masukkan tepat maka search engine akan menampilkan literatur yang
4
mereka cari secepat kedipan mata. Kehadiran internet telah mengubah
sebagian besar aktivitas mahasiswa dalam menggali informasi. Mahasiswa
dapat menggunakan internet sebagai sumber belajar alternatif selain buku
untuk mendapatkan informasi lebih banyak. Seiring dengan perubahan
paradigma pembelajaran, maka keberhasilan kegiatan belajar mengajar di
perguruan tinggi tidak hanya ditentukan oleh faktor pengajar/dosen,
melainkan sangat dipengaruhi oleh keaktifan mahasiswa. Melalui internet
mahasiswa dapat mengakses berbagai literatur dan referensi ilmu
pengetahuan yang dibutuhkan dengan cepat, sehingga dapat mempermudah
proses studinya.
Sehubungan dengan fenomena yang telah diuraikan diatas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “Pengaruh
Penggunaan Media Pembelajaran Secara Online (E-Learning) Terhadap
Prestasi Belajar Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Gadjah Mada”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah Terdapat Pengaruh Penggunaan Media
Pembelajaran Secara Online (E-Learning) Terhadap Prestasi Belajar
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
“Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Secara Online (E-Learning)
Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Gadjah Mada.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat pada pihak-
pihak yang antara lain:
5
1. Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas
tentang adanya prestasi belajar mahasiswa dengan didukung adanya
fasilitas internet serta media pembelajaran yang memadai.
2. Secara praktis di harapkan penelitian ini menjadikan inspirasi terhadap,
antara lain:
a. Bagi Universitas diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangan
pemikiran yang bermanfaat dalam upaya meningkatkan prestasi
belajar mahasiswa jika terjadi penurunan tingkat prestasi belajar
mahasiswa.
b. Bagi pihak lain, diharapkan penelitian ini menjadi salah satu bahan
referensi yang bermanfaat bagi para mahasiswa pada khususnya dan
masyarakat luas pada umumnya.
E. Kerangka Pemikiran
Pada penelitian ini, diperlukan teori-teori yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam berasumsi. Teori yang pertama adalah teori Uses and
Gratifications. Teori Uses and Gratifications atau teori kegunaan dan
kepuasan menggunakan media atau dalam penelitian ini adalah e-learning
untuk pemuas kebutuhannya. Dalam teori ini audiens yang dalam penelitian
ini adalah mahasiswa, tidak lagi dipandang sebagai orang pasif yang hanya
menerima informasi yang disampaikan oleh media, tapi audiens berlaku aktif
dan selektif, dan juga kritis terhadap semua informasi yang disampaikan oleh
media.
Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch menguraikan lima
elemen atau asumsi-asumsi dasar dari Uses and Gratifications Media sebagai
berikut:
1. Audiens dianggap aktif, artinya sebagian besar dari penggunaan media
diasumsikan mempunyai tujuan.
2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengkaitkan
pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota
audiens.
6
3. Media harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan
kebutuhan. Hal ini berarti bahwa media dan audiensnya tidak berada
dalam kevakuman. Keduanya adalah bagian dari masyarakat luas, dan
hubungan antara media dan audiens dipengaruhi oleh masyarakat (Turner,
2007).
4. Orang-orang mempunyai kesadaran diri yang memadai berkenaan
penggunaan media, kepentingan dan motivasinya yang menjadi bukti bagi
peneliti tentang gambaran keakuratan penggunaan itu.
5. Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media spesifik atau
isi harus dibentuk.
Teori kedua yang dapat digunakan untuk tema penelitian ini adalah
teori difusi inovasi. Teori Difusi Inovasi merupakan sebuah teori yang
menjelaskan mengenai sebuah ide dan teknologi baru tersebar dalam sebuah
kebudayaan. Teori ini dipopulerkan oleh Everett M. Rogers (1961) dengan
karya besarnya Diffusion of Innovation; F. Floyd Shoemaker yang bersama
Rogers (1971) menulis Communication of Innovation: A Cross Cultural
Approach dan Lawrence A. Brown (1981) dengan tulisan Innovation
Diffusion: A New Perpective.
Difusi didefinisikian sebagai proses dimana sebuah inovasi
dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam
sebuah sistem sosial. Lalu inovasi diartikan sebagai ide, praktik, atau objek
yang dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya.
Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat
4 (empat) elemen pokok, yaitu:
1. Inovasi : gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh
seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif
menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap
baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’
dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
2. Saluran komunikasi : ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari
sumber kepada penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk
7
memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar
luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah
media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap
atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang
paling tepat adalah saluran interpersonal.
3. Jangka waktu : proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui
sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan
terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling
tidak dimensi waktu terlihat dalam proses pengambilan keputusan inovasi,
keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat
dalammenerima inovasi, dan kecepatan pengadopsian inovasi dalam
sistem sosial.
4. Sistem sosial : kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat
dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai
tujuan bersama.
Metode pembelajaran E-learning merupakan metode baru dalam
dunia pendidikan Indonesia, maka dapat dikatakan E-learning merupakan
sebuah inovasi dalam dunia pendidikan Indonesia. Teori Difusi Inovasi pada
dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan atau
dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada
sekelompok anggota dari sistem sosial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
media pembelajaran secara online (e-learning) terhadap prestasi belajar
mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada.
Pada kerangka konsep ini akan dijelaskan hubungan antar variabel yang ada,
yaitu :
1. E-Learning
E-learning merupakan media belajar yang memerlukan alat bantu
elektronika. Berupa technology base learning seperti audio dan video
atau web-base learning yaitu dengan bantuan perangkat komputer dan
internet. E-Learning merupakan singkatan dari electronics learning.
8
Secara sederhana dapat diartikan sebagai bentuk media belajar yang
memanfaatkan teknologi elektronik seperti radio, televisi, film,
komputer, internet, dan sebagainya. Istilah e-learning mengandung
pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang menguraikan
tentang definisi e-learning dari berbagai sudut pandang diantaranya:
1. E-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang
memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke pembelajar dengan
menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer
lain.
2. E-Learning adalah media belajar jarak jauh (distance learning) yang
memanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer dan/atau
Internet.
3. E-Learning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui
komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik
pergi mengikuti pelajaran/perkuliahan di kelas.
4. E-Learning sering pula dipahami sebagai suatu bentuk pembelajaran
berbasis web yang bias diakses dari intranet di jaringan lokal atau
internet (Noveandini dan Wulandari, 2010).
Komponen yang membentuk e-learning adalah:
1. Infrastruktur e-learning : Infrastruktur e-learning dapat berupa
personal computer (PC), jaringan komputer, internet dan
perlengkapan multimedia.
2. Sistem dan Aplikasi e-learning : Sistem perangkat lunak yang
memvirtualisasi proses belajar mengajar konvensional. Bagaimana
pembuatan materi atau konten, forum diskusi dan segala fitur yang
berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar.
3. Konten e-learning : Konten dan bahan ajar yang ada pada e-Learning
system (Learning Management System). Konten dan bahan ajar ini
bisa dalam bentuk Multimedia-based Content (konten berbentuk
multimedia interaktif) atau Text-based Content (konten berbentuk
teks seperti pada buku pelajaran biasa) (Wahono, 2007).
9
Aktor yang ada dalam pelaksanakan e-learning sama dengan proses
belajar mengajar konvensional, yaitu perlu adanya pembimbing belajar yang
mengarahkan pembelajar, pembelajar yang menerima bahan ajar dan
administrator yang mengelola administrasi dan proses belajar mengajar.
Metode penyampaian e-learning adalah:
1. Synchrounous e-learning : pembimbing belajar dan pembelajar
dalam ruang dan waktu yang sama meskipun secara tempat berbeda.
2. Asynchronous e-learning : pembimbing belajar dan pembelajar
dalam ruang yang sama (virtualclass), meskipun dalam waktu dan
tempat yang berbeda. pembimbing belajar dan pembelajar bisa
melakukan proses belajar mengajar dimanapun dan kapanpun.
Implementasi e-learning biasanya berupa:
1. E-learning harus didesain untuk dapat memberikan nilai tambah
secara formal (karier, insentif, dsb) dan nonformal (ilmu, skill teknis,
dsb) untuk pengguna (pembelajar, instruktur, admin)
2. Pada masa sosialisasi terapkan blended e-learning untuk melatih
behavior pengguna dalam e-life style (tidak langsung full e-learning)
3. Project e-learning adalah institution initiative dan bukan hanya IT or
HRD initiative
4. Jadikan pengguna sebagai peran utama (dukung aktualisasi diri
pengguna), tidak hanya objek semata.
Manfaat e-learning dalam pembelajaran yaitu:
1. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara pembelajar
dengan pembimbing belajar (enhance interactivity).
2. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan
kapan saja (time and place flexibility).
3. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to
reach a global audience).
4. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi
pembelajaran (easy updating of content as well as archivable
capabilities).
10
5. Membangun Komunitas (Noveandini dan Wulandari, 2010)
Pada dasarnya cara penyampaian atau cara pemberian (delivery system)
dari e-learning, dapat digolongkan menjadi dua, yaitu one way
communication (komunikasi satu arah) dan two way communication
(komunikasi dua arah). Karakteristik e-learning ini antara lain adalah
memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di mana dosen dan mahasiswa,
mahasiswa dan sesama mahasiswa atau dosen dan sesama dosen dapat
berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang
protokoler, memanfaatkan keunggulan komputer (media digital dan computer
networks), menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials)
disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh dosen dan mahasiswa
kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya,
memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan
hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap
saat di komputer.
Dalam menentukan rancangan instruksional model pembelajaran e-
learning perlu dipertimbangkan aspek-aspek (Soekartawi, 1999):
1. Course content and learning unit analysis, seperti isi pelajaran,
cakupan, topik yang relevan dan satuan kredit semester.
2. Learner analysis, seperti latar belakang pendidikan, usia, seks, status
pekerjaan, dsb-nya.
3. Learning context analysis, seperti kompetisi pembelajaran apa yang
diinginkan hendaknya dibahas secara mendalam di bagian ini.
4. Instructional analysis, seperti bahan ajar apa yang dikelompokan
menurut kepentingannya, menyusun tugas-tugas dari yang mudah
hingga yang sulit, dan sebagainya.
5. State instructional objectives. Tujuan instruksional ini dapat disusun
berdasarkan hasil dari analisis instruksional.
6. Construct criterion test items. Penyusunan test ini dapat didasarkan
dari tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
11
7. Select instructional strategy. Strategi instruksional dapat ditetapkan
berdasarkan fasilitas yang ada.
E-learning pertama kali diperkenalkan oleh Universitas Illinois di
Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer
dan komputer bernama PLATO. Kemudian perkembangan e-learning mulai
berkembang dari tahun 1990 dimana pada saat itu merupakan era CBT
(Computer-Based Training) dan mulai bermunculan aplikasi e-learning yang
berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi
materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan AUDIO) dalam
format mov, mpeg-1, atau avi. Lalu pada tahun 1994 CBT muncul dalam
bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara massal. Pada
tahun 1997, LMS (Learning Management System) hadir disebabkan
kebutuhan akan informasi secara cepat dirasakan menjadi kebutuhan mutlak.
Tahun 1999 merupakan tahun aplikasi e-learning berbasis web.
Perkembangan LMS menuju aplikasi e-learning berbasis web berkembang
secara total, baik untuk pembelajar maupun administrasi belajar
mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah,
dan surat kabar.
Perkembangan e-learning di Indonesia sejalan dengan perkembangan
infrastruktur TIK. Beberapa program pengembangan Teknologi Informasi
dan Komunikasi khususnya Infrasruktur adalah:
- 1999-2000 Jaringan Internet (Jarnet)
- 2000-2001 Jaringan Informasi Sekolah (JIS)
- 2002-2003 Wide Area Network Kota (WAN Kota)
- 2004-2005 Information and Communication Technology Center (ICT
Center)
- 2006-2007 Indonesia Higher Education Network (Inherent)
- 2007-sekarang Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas)
- 2008-sekarang Southeast Asian Education Network (SEA EduNet)
Dengan mulai berkembangnya penggunaan internet, munculah
situs e-learning yang awalnya menjadi media sharing berbagai materi
12
pembelajaran, diantaranya http://www.ilmukomputer.org dan
http://www.e-dukasi.net. Seiring dengan perkembangan infrastruktur TIK
tersebut maka institusi pendidikan mulai melakukan pengembangan e-
learning. Beberapa Perguruan Tinggi mengembangkan platform e-
learning sendiri, diantaranya:
- UGM dengan E-Lisa http://elisa.ugm.ac.id/
- Unissula Semarang http://www.unissula.ac.id/sinau/
- Amikom jogja http://elearning.amikom.ac.id/
Beberapa perguruan tinggi menggunakan platform Moodle yang
open source, diantaranya:
- ITB http://kuliah.itb.ac.id/
- UNPAR http://elearning.unpar.ac.id/
- Gunadarma http://elearning.gunadarma.ac.id/
- ITS http://share.its.ac.id/
- Unibraw http://inherent.brawijaya.ac.id/vlm/
- Unitomo http://elearning.unitomo.ac.id
Sistem e-learning tersebut ditujukan untuk menjembatani
dosen/guru dengan mahasiswa/siswa dalam proses belajar mengajar di luar
jam kuliah/sekolah. Undang-undang RI no. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pada pasal 31 menyatakan:
- Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan
kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan
secara tatap muka atau reguler.
- Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada semua jalur,jenjang dan
jenis pendidikan.
- Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus
dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta
sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar
nasional pendidikan
13
- Bentuk pendidikan jarak jauh mencakup program pendidikan tertulis
(korespondensi), radio, audio/video, TV dan/atau berbasis jaringan
komputer
Dengan demikian sebenarnya e-learning dimungkinkan untuk
penggunaan PJJ pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Pada
tahun 2006, ada sekitar 69 Provider (Perguruan Tinggi), yang
menyelenggarakan PJJ untuk D3 TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan),
diantaranya :
- PENS ITS http://pjj.eepis-its.edu/
- UM, Polinema, UMM, VEDC dalam malang Joint Campus
http://www.malangjc.org
2. Prestasi Belajar
Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar,
karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah
hasil dari proses pembelajaran tersebut. Bagi seorang anak belajar
merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang anak dalam
pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh anak
tersebut.
Dalam proses pendidikan, prestasi dapat diartikan sebagai hasil
dari proses belajar mengajar yakni penguasaan, perubahan emosional,
atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu
(Abdullah, 2008). Prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang
dianggap penting yang diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang
terjadi sebagai hasil belajar mahasiswa, baik yang berdimensi cipta, dan
rasa maupun yang berdimensi karsa (Syah, 2006).
Untuk mengetahui prestasi belajar mahasiswa perlu diadakan
suatu evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah proses
belajar dan pembelajaran itu berlangsung secara efektif. Efektifitas
proses belajar tersebut akan tampak pada kemampuan mahasiswa
menguasai materi pelajaran.
14
Menurut Slameto (2003) dan Suryabrata (2002) secara garis besar
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dapat
dikelompokkan atas:
1) Faktor Internal
Faktor yang menyangkut seluruh pribadi termasuk kondisi
fisik maupun mental atau psikis. Faktor internal ini sering disebut
faktor instrinsik yang meliputi kondisi fisiologi dan kondisi
psikologis yang mencakup minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan
lain-lain. Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan belajar seseorang. Orang yang ada dalam
keadaan segar jasmaninya akan berbeda prestasi belajar dari orang
yang ada dalam keadaan lelah.
Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologi. Oleh karena
itu semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi
belajar seseorang. Itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri,
terlepas dari faktor lain seperti faktor dari luar dan faktor dari dalam.
Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal
yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Oleh
karena itu minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampukan-
kemampuan kognitif adalah faktor psikologis yang utama
mempengaruhi proses dan hasil belajar mahasiswa (Djamara, 2008).
Disamping kondisi fisiologis umum, hal yang tak kalah
pentingnya adalah kondisi panca indera terutama penglihatan dan
pendengaran. Sebagian besar yang dipelajari manusia dipelari
menggunakan penglihatan dan pendengaran. Orang belajar dengan
membaca, melihat contoh atau model, melakukan observasi,
mengamati hasil eksperimen, mendengarkan keterangan dosen dan
orang lain, mendengarkan ceramah, dan lain sebagainya.
Intelegensi adalah suatu kemampuan umum dari seseorang
untuk belajar dan memecahkan suatu permasalahan. Jika intelegensi
seseorang rendah bagaimana pun usaha yang dilakukan dalam
15
kegiatan belajar, jika tidak ada bantuan orang tua atau pendidik
niscaya usaha belajar tidak akan berhasil.
Motivasi memegang peranan penting dalam memberikan
gairah, semangat, dan rasa senang dalam belajar sehingga yang
mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk
melaksanakan kegiatan belajar. Mahasiswa yang mempunyai
motivasi tinggi sangat sedikit yang tertinggal dalam belajarnya. Kuat
lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi
keberhasilan belajar. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan
terutama yang berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik) dengan
cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan
harus untuk mencapai cita-cita.
2) Faktor Eksternal
Faktor ini sering disebut dengan faktor ekstrinsik. Faktor ini
meliputi segala sesuatu yang berasal dari luar diri individu yang
dapat mempengaruhi prestasi belajarnya baik itu di lingkungan sosial
maupun lingkungan lain (Djamara, 2008).
a) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu lingkungan alami dan lingkungan sosial.
Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembaban udara
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Belajar pada
keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya daripada
belajar pada suhu udara yang lebih panas dan pengap.
Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia dan
representasinya (wakilnya), walaupun yang berwujud hal yang
lain langsung berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar.
b) Faktor Instrumental
Faktor instrumental adalah factor yang penggunaannya
dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-
16
faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk
tercapainya tujuan yang telah dirancang. Faktor-faktor ini dapat
berupa perangkat keras hardware misalnya gedung,
perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, dan sebagainya,
kemudian perangkat lunak/software seperti kurikulum, program,
dan pedoman belajar lainnya.
Dengan hadirnya sebuah inovasi baru dalam dunia pendidikan yaitu e-
learning, diharapkan prestasi belajar mahasiswa dapat mengalami
peningkatan. Penerapan e-learning dapat memudahkan akses mahasiswa
dalam mendapatkan bahan belajar kuliah serta mengerjakan tugas dari dosen.
Jika sebelum penggunaan media e-learning, mahasiswa harus mencatat apa
yang disampaikan oleh dosen di kelas, mahasiswa harus aktif ke perpustakaan
untuk mencari refrensi pelajaran, sekarang mahasiswa hanya membutuhkan
koneksi internet untuk mengakses bahan perkuliahan. Dengan demikian, nilai
mahasiswa pun mengalami peningkatan yang cukup tinggi.
Menurut Onno W. Purbo (1998) paling tidak ada tiga hal dampak
positif penggunaan internet dalam pendidikan yaitu peserta didik dapat
dengan mudah mengambil mata kuliah dimanapun di seluruh dunia tanpa
batas institusi atau batas negara. Peserta didik dapat dengan mudah belajar
pada para ahli di bidang yang diminatinya. Kuliah/belajar dapat dengan
mudah diambil di berbagai penjuru dunia tanpa bergantung pada
universitas/sekolah tempat si mahasiswa belajar. Di samping itu kini hadir
perpustakan internet yang lebih dinamis dan bisa digunakan di seluruh jagat
raya.
Menurut pendapat Budi Rahardjo (2002) manfaat internet bagi
pendidikan adalah dapat menjadi akses kepada sumber informasi, akses
kepada nara sumber, dan sebagai media kerjasama. Akses kepada sumber
informasi yaitu sebagai perpustakaan on-line, sumber literatur, akses hasil-
hasil penelitian, dan akses kepada materi kuliah. Akses kepada nara sumber
bisa dilakukan komunikasi tanpa harus bertemu secara fisik. Sedangkan
sebagai media kerjasama internet bisa menjadi media untuk melakukan
17
penelitian bersama atau membuat semacam makalah bersama. Penelitian di
Amerika Serikat tentang pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi
untuk keperluan pendidikan diketahui memberikan dampak positif. Studi
lainya dilakukan oleh Center for Applied Special Technology (CAST),
"bahwa pemanfaatan internet sebagai media pendidikan menunjukan positif
terhadap hasil belajar peserta didik".
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-
learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik
(Bullen, 2001 dan Beam,1997), antara lain kurangnya interaksi antara guru
dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa
memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar.
Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial. Proses belajar dan
mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan. Berubahnya
peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional,
kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT.
Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet. Kurangnya tenaga yang
mengetahui dan memiliki ketrampilan internet. Kurangnya penguasaan
bahasa komputer. Pendapat Budi Rahardjo (2002) tentang kelemahan internet
sebagai media pendidikan yaitu infrastruktur internet masih terbatas dan
mahal, keterbatasan dana, dan budaya baca kita masih lemah. Di sinilah
tantangan bagaimana mengembangkan model pembelajaran melalui internet.
F. Hubungan Antar Variabel
Melihat pada kepentingan menjawab rumusan masalah penelitian,
beberapa kosep yang perlu ditinjau adalah mengenai bagaimana pengaruh
penggunaan media e-learning dan hasil prestasi belajar mahasiswa
FISIPOL UGM. Seperti pembahasan pada kerangka konsep di atas, e-
learning merupakan media belajar yang memerlukan alat bantu elektronika.
E-Learning merupakan singkatan dari electronics learning. Secara sederhana
18
dapat diartikan sebagai bentuk media belajar yang memanfaatkan teknologi
elektronik seperti radio, televisi, film, komputer, internet, dan sebagainya.
Aktor yang ada dalam pelaksanakan e-learning sama dengan proses
belajar mengajar konvensional, yaitu perlu adanya pembimbing belajar yang
mengarahkan pembelajar, pembelajar yang menerima bahan ajar dan
administrator yang mengelola administrasi dan proses belajar mengajar.
Sistem e-learning ditujukan untuk menjembatani dosen/guru dengan
mahasiswa/siswa dalam proses belajar mengajar di luar jam kuliah/sekolah.
Dalam proses pendidikan, prestasi dapat diartikan sebagai hasil dari proses
belajar mengajar yakni penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan
tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu (Abdullah, 2008).
Menurut Slameto (2003) dan Suryabrata (2002) secara garis besar faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adanya faktor internal dan
eksternal. Faktor internal disini meliputi faktor yang menyangkut seluruh
pribadi termasuk kondisi fisik maupun mental atau psikis. Lalu faktor
eksternal adalah segala sesuatu yang berasal dari luar diri individu yang dapat
mempengaruhi prestasi belajarnya baik itu di lingkungan sosial maupun
lingkungan lain (Djamara, 2008).
Dengan hadirnya sebuah inovasi baru dalam dunia pendidikan yaitu e-
learning, prestasi belajar mahasiswa dapat mengalami peningkatan.
Penerapan e-learning dapat memudahkan akses mahasiswa dalam
mendapatkan bahan belajar kuliah serta mengerjakan tugas dari dosen. Jika
sebelum penggunaan media e-learning, mahasiswa harus mencatat apa yang
disampaikan oleh dosen di kelas, mahasiswa harus aktif ke perpustakaan
untuk mencari refrensi pelajaran, sekarang mahasiswa hanya membutuhkan
koneksi internet untuk mengakses bahan perkuliahan.
Dengan demikian, nilai mahasiswa pun mengalami peningkatan yang
cukup tinggi. Menurut Onno W. Purbo (1998) paling tidak ada tiga hal
dampak positif penggunaan internet dalam pendidikan yaitu peserta didik
dapat dengan mudah mengambil mata kuliah dimanapun di seluruh dunia
tanpa batas institusi atau batas negara. Peserta didik dapat dengan mudah
19
belajar pada para ahli di bidang yang diminatinya. Kuliah/belajar dapat
dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia tanpa bergantung pada
universitas/sekolah tempat si mahasiswa belajar.
Oleh demikian, penggunaan metode e-learning dan hasil prestasi
belajar mahasiswa mempunyai hubungan timbal balik. Dimana pada kasus
ini, sebuah web-learning dimanfaatkan oleh dosen dan mahasiswa untuk
sama-sama memudahkan kedua pihak dalam mengakses bahan ajar. Dosen
menggunakan media tersebut untuk mengefisienkan waktu dalam
memberikan bahan ajar dan tugas kepada mahasiswanya sedangkan
mahasiswa memanfaatkan media tersebut untuk mendapatkan ilmu dan
informasi lebih dari perkuliahan di kelas. Dengan pemanfaatan media e-
learning secara aktif, hasil prestasi mahasiswa menjadi meningkat secara
signifikan dikarenakan informasi yang didapat mahasiswa menjadi lebih
banyak dan bervariasi.
G. Hipotesis
Setelah melakukan kajian pustaka terhadap permasalahan yang akan
diteliti dan menuangkannya di dalam kerangka pemikiran dan
memaparkannya secara lebih spesifik dalam kerangka konsep, maka dapat
ditarik suatu hipotesis yaitu: Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan
media pembelajaran secara online (e-learning) terhadap prestasi belajar
mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada.
H. Definisi Operasional
Definisi operasional kategori dan kelas dibagi menjadi tiga unit
analisis besar, yaitu analisis penggunaan e-learning dan analisis hasil
penggunaan e-learning.
1. Penggunaan E-Learning
Dalam penggunaan e-learning terdapat beberapa kategori yaitu
jenis, cara, dan kelengkapan materi. Berikut penjelasan dari kategori-
kategori tersebut.
20
a) Jenis
Jenis e-learning ada dua yaitu Technology based learning dan
Technology based web-learning. Technology based learning ini pada
prinsipnya terdiri dari Audio Information Technologies (radio, audio
tape, voice mail telephone) dan Video Information Technologies
(misalnya: video tape, video text, video messaging). Sedangkan
technology based web-learning pada dasarnya adalah Data
Information Technologies (misalnya: bulletin board, Internet, e-mail,
tele-collaboration). Pada penelitian ini jenis e-learning yang
digunakan adalah technology based web-learning.
b) Cara
Cara penyampaian dari e-learning ada dua yaitu one way
communication (komunikasi satu arah) dan two way communication
(komunikasi dua arah). Dalam penelitian ini digunakan cara
komunikasi dua arah dimana ada interaksi antara dosen dan
mahasiswa.
c) Kelengkapan Materi
Kelengkapan e-learning ditentukan dengan keaktifan dosen
dalam memberi bahan ajar ke bagian teknologi informasi kampus
untuk dapat di input ke dalam web e-learning tersebut.
2. Hasil Penggunaan E-Learning
Hasil dari penggunaan e-learning dilihat dari hasil perkuliahan satu
semester dari para mahasiswa yang aktif menggunakan e-learning.
I. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan paradigma sederhana
hubungan dua variabel yaitu korelasi antara satu variabel bebas dan satu
variabel terikat. Penelitian yang menggunakan paradigma ini hanya
mengkaji pengaruh antara satu variabel bebas (X) dengan satu variabel
terikat (Y).
21
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif, yang mana data dari responden dengan menggunakan teori
statistik sebagai alat pemecahan masalah yang dihadapi sehingga metode
ini akan memberikan kepastian dalam mengambil keputusan. Sedangkan
jenis penyajian data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu dari
perubahan yang dapat dinyatakan dalam angka (Sony, 2004).
Dalam penelitian ini, pada intinya peneliti ingin mencari seberapa
besar pengaruh dari metode pembelajaran secara online (e-learning)
terhadap prestasi belajar mahasiswa FISIPOL UGM.
2. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2006) menyebut populasi sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh periset untuk dipelajari,
kemudian ditarik suatu kesimpulan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif pada
FISIPOL UGM angkatan 2010-2012 yang berjumlah 2719 orang. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel I.1 : Populasi Penelitian
No Jurusan pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik UGM 2010 2011 2012 Populasi
1. Sosiologi 83 80 77 240 2. Hubungan Internasional 123 159 115 397 3. Komunikasi 124 135 79 338 4. Pemb. Sosial & Kesejahteraan 77 74 76 227 5. Manajemen & Kebj. Publik 76 78 83 237 6. Politik & Pemerintahan 77 68 82 227
Jumlah 560 594 512 1666 Sumber : Olahan Data Penelitian, 2012
Penarikan sampel dalam penelitian ini berdasarkan Stratified
Random Sampling. Untuk menentukan jumlah sampel, pengambilan
sampel menggunakan rumus Slovin (dalam Umar, 2004) sebagai berikut:
nN
1 N. e2
22
Keterangan
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
e2 : Presisi (ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 90%)
nN
1 N. e2
n1666
1 1666. 0,194,34 94
Dari perhitungan rumus di atas didapatkan sampel 94 mahasiswa
aktif pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM angkatan 2010-
2012 yang dijadikan responden. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel I.2 : Sampel Penelitian
No Jurusan pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik UGM Populasi Sampel
1. Sosiologi 240 16 2. Hubungan Internasional 397 18 3. Komunikasi 338 14 4. Pemb. Sosial & Kesejahteraan 227 14 5. Manajemen & Kebj. Publik 237 14 6. Politik & Pemerintahan 227 18
Jumlah 1666 94 Sumber : Olahan Data Penelitian, 2012
Jadi, jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini ditetapkan
sebanyak 94 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan Accidental
Sampling adalah metode pengambilan sampel dengan memilih siapa yang
kebetulan ada/dijumpai.
3. Pengumpulan data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan
data berupa kuisioner, observasi, dan studi pustaka.
a. Kuesioner
23
Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tertulis melalui angket kepada mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada selaku
responden. Dalam metode kuesioner dapat dilakukan dengan dua cara:
1) Kuesioner langsung adalah penelitian sendiri yang langsung
menghadap responden dalam mengajukan daftar pertanyaan.
2) Kuesioner tidak langsung adalah peneliti menulis daftar pertanyaan
sendiri untuk dapat disampaikan kepada responden,untuk diisi dan
dikembalikan pada waktu yang telah ditentukan (Arikunto,
1998:200)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kusioner langsung
dengan bentuk rating-scale, dimana daftar pertanyaan ditanggapi
langsung oleh responden sendiri dengan memilih jawaban yang sudah
tersedia. Sebelum menyusun angket, terlebih dahulu dibuat konsep alat
ukur yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Konsep alat ukur ini
berupa kisi-kisi angket. kisi angket kemudian dijabarkan kedalam
variabel dan indikator, selanjutnya dijadikan landasan dan pedoman
dalam menyusun item-item pertanyaan atau pertanyaan sebagai
instrument penelitian. Pertanyaan yang diajukan harus sesuai dengan
aspek yang tertuang dalam kisi-kisi yang telah disusun. Untuk
menentukan nilai jawaban angket dari masing-masing pertanyaan yang
diajukan dengan modifikasi skala likert. Skala likert merupakan skala
yang berisi lima tingkatan jawaban mengenai kesetujuan responden
terhadap statement/pertanyaan yang dikemukakan melalui opsi yang
tersedia.
Skala likert atas tingkatan kesetujuan terhadap statement dalam
angket diklasifikasikan sebagai berikut: (Sugiyono, 2006)
SS = Sangat setuju skor 5
S = Setuju skor 4
N = Netral skor 3
TS = Tidak setuju skor 2
STS = Sangat tidak setuju skor 1
24
Hasil jawaban responden ditabulasi dengan menggunakan skala
likert, dimana setiap pertanyaan diberi tingkat skor tertinggi 5 dan
terendah 1, maka interval kelas untuk jawaban responden dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel I.3 Kategori Jawaban Berdasarkan Interval Kelas
Interval Kelas Kategori Jawaban Responden 1,00 - 1,80 Sangat Tidak Setuju 1,81 - 2,60 Tidak Setuju 2,61 - 3,40 Netral 3,41 - 4,20 Setuju 4,21 - 5,00 Sangat setuju
b. Observasi
Sebagai alat pengumpulan data, observasi merupakan langkah
yang langsung akan memberikan sumbangan yang sangat penting
dalam penelitian deskriptif. Jenis-jenis informasi tertentu dapat
diperoleh dengan baik melalui pengamatan langsung oleh peneliti.
Sehingga observasi dapat disimpulkan menjadi sebuah pengamatan
dan pencatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti
(Usman, 2008). Metode ini dilaksanakan dengan melakukan
pengamatan terhadap penggunaan media e-learning terhadap
peningkatan prestasi belajar mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
c. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data dan acuan
analisis dengan memanfaatkan buku-buku, makalah seminar,
newsletter, penelusuran sumber-sumber di internert (situs-situs
tertentu, online journal, online magazine, online research, bahan
presentasi), sumber informasi penunjang penelitian yang pernah
dilakukan seperti kliping koran, dokumen, agenda, dan hasil
penelitian. Selain itu, bahan-bahan tertulis lainnya yang berasal dari
catatan atau rekaman yang terdapat pada situs e-learning Universitas
Gadjah Mada.
25
4. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data yang diperoleh dari penelitian, penulis
menggunakan dua cara, yaitu dengan metode deskriptif-kuantitatif.
Langkah yang diambil dalam analisa deskriptif-kuantitatif yaitu dengan
cara mencoba menginterprestasikan hasil-hasil dari angket dan untuk
menganalisis dengan identifikasi masalah yang ada digunakan metode
analisis deskriptif dan analisis korelasi product moment. Analisis data
menggunakan bantuan software pengolahan data Program Statistic
Product and Service Solucion (SPSS) Versi 19.0.
Adapun metode yang gunakan dalam menganalis data pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Uji Validitas
Validitas adalah akurasi alat ukur terhadap yang diukur
walaupun dilakukan berkali-kali dan dimana-mana. Instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan
dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat
(Bungin, 2010). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
validitas internal dengan menggunakan analisis faktor, yaitu dengan
cara mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Sedangkan
rumus yang digunakan yaitu korelasi Pearson (Priyatno, 2013), yaitu:
∑ ∑ ∑
. ∑ ∑ ∑
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi item total
n = Banyaknya subjek
x = Nilai faktor tertentu
y = Nilai faktor total. Untuk menilai valid atau tidaknya
instrumen, dilakukan dengan mengkonsultasikan hasil
perhitungan dengan r table product moment.
26
Penentuan validitas data menggunakan Korelasi Pearson
(Indriantoro dan Supomo, 2002). Jika hasil korelasi pearsons (rhitung)
> 0,30 pada tingkat signifikan 0,05, maka instrumen pertanyaan pada
variabel tesebut valid. Sebaliknya jika pearson korelasi (rhitung) < 0,30
pada tingkat signifikan 0,05, maka instrument pertanyaan pada
variabel tersebut tidak valid.
b) Uji Reliabilitas
Untuk melihat reliabilitas dari instrument-instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini, akan dihitung Cronbach Alpha
masing-masing instrumen. Variabel tersebut akan dikatakan reliable
jika Cronbach Alpha-nya memiliki nilai lebih besar dari 0,6.
Sebaliknya jika koefisien alpha instrumen lebih rendah dari 0,6 maka
instrumen tersebut tidak reliabel untuk digunakan dalam penelitian
(Indriantoro dan Supomo, 2002)
Reliabilitas adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur,
sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Bungin,
2010). Rumus realibilitas dengan metode Alpha adalah: (Arikunto,
dalam Priyatno, 2009)
r11 = 1∑
Dimana :
r11 = reabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
Σ = jumlah varian butir
= varian total
- r ALPHA > r tabel, data reliabel
- r ALPHA < r tabel, data tidak reliable
27
c) Uji Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar sumbangan atau variabel
media pembelajaran secara online (e-learning) terhadap prestasi
belajar mahasiswa dapat dihitung dengan rumus koefisien
determinasi. Rumusnya sebagai berikut:
KD=r2 x 100% (Jonathan, 2006)
d) Regresi Linear Sederhana
Penulis menggunakan analisis linear sederhana untuk
menemukan ada tidaknya pengaruh sebab akibat antara variabel
bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Adapun rumus yang digunakan
adalah :
Y = a + bX + e
Dimana :
Y = Variabel terikat yaitu Prestasi Belajar Mahasiswa
a = Konstanta
X = Variabel bebas yaitu media pembelajaran secara
online (e-learning)
B = Koefisien regresi
e = standar error
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien
korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat
berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel dibawah ini :
28
Tabel I.4 : Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi
No Interval Koefisien Tingkat Pengaruh 1 0,00 – 0,199 Sangat rendah 2 0,20 – 0,399 Rendah3 0,40 – 0,599 Sedang 4 0,60 – 0,799 Kuat5 0,80 – 1,000 Sangat kuat
Sumber: Sugiyono (2012)