Upload
doanliem
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I PENDAHULUAN
Dalam KTSP pada jenjang SMP/MTs menuntut sebagian pembelajaran IPA (Fisika,
Biologi dan, kimia) secara terintegrasi dalam bentuk tema atau topik yang dikenal dengan nama
IPA Terpadu. Pembelajaran IPA terpadu menuntut guru IPA yang professional, menguasai
materi IPA secara terpadu (Fisika, Kimia dan Biologi), mampu mengemas dan mengembangkan
materi dalam bentuk tema atau topik dengan menggunakan sarana dan prasarana yang memadai
(Tim Pustakia Yustisia; 2008).
Namun realitas di lapangan, bahwa guru–guru IPA SMP/MTs di Provinsi Aceh
berlatar belakang pendidikan yang berbeda-beda yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Dengan
kondisi ini diasumsikan pembelajaran IPA terpadu tidak berjalan sebagaimana yang diamanatkan
oleh KTSP. Hal ini di perkuat bahwa (1) dalam dua tahun terakhir ini LPTK FKIP Unsyiah
mendapatkan kepercayaan dalam pelaksanaan program sertifikasi guru dalam jabatan untuk guru
bidang IPA. Fakta yang terlihat dari tahun pertama dan tahun kedua adalah pembelajaran IPA
belum terintegrasi di SMP tetapi masih berbasis mata pelajaran biologi, fisika, dan kimia, (2)
Sejak tahun 2008 LPTK FRKIP Unsyiah dipercayakan melaksanakan PLPG guru-guru IPA
SMP/MTs yang tidak lulus portofolio, fakta memperlihatkan bahwa guru IPA belum mampu
mengajarkan IPA secara terpadu.(3) Hasil penelitian yang dilakukan terdadap guru IPA SMPN
di Kota Banda Aceh bahwa pembelajaran IPA tidak terintegrasi, tetapi berdasarkan latar
belakang guru, yaitu guru yang berlatar belakang fisika mengajarkan fisika saja, demikian juga
untuk guru yang berlatar belakang biologi (S, Soewarno : 2010).
Untuk itu diperlukan suatu desain model pelatihan pembelajaran IPA Terpadu bagi
guru-guru IPA yang operasional dan praktis yang dapat meningkatkan profesionalisme guru IPA
SMP/MTs agar guru-guru IPA dapat melaksanakan proses pembelajaran IPA Terpadu sesuai
tuntutan KTSP. Untuk dapat mendisain model pelatihan dimaksud, maka diperlukan data
tentang kondisi dan kinerja riel guru IPA selama ini serta model pelatihan yang bagaimana yang
dibutuhkan guru sesuai dengan kondisi yang ada (need assessment).
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Isu tentang pendidikan di Indonesia masih hangat untuk diperdebatkan, terutama yang
menyangkut kualitasnya. Kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah tingkat
kompetisi dan relevansinya (Parawansa, 2001; Siskandar, 2003; Suyanto, 2001). Laporan United
Nation Development Program (UNDP) tahun 2005 mengungkapkan bahwa kualitas pendidikan
di Indonesia menempati posisi ke-110 dari 117 negara. Laporan UNDP tersebut mengindikasikan
bahwa kualitas pendidikan di Indonesia relatif rendah. Sadar akan hasil-hasil pendidikan yang
belum memadai, maka banyak upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk
melakukan perbaikan. Upaya-upaya tersebut, adalah melakukan perubahan atau revisi kurikulum
secara berkesinambungan
Telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan,
seperti penataran, workshop, seminar, dan lokakarya, Namun kegiatan-kegiatan tersebut belum
mampu memberikan kesiapan bagi guru untuk mengimplementasikannya di dalam kelas. Upaya-
upaya tersebut telah dilakukan secara intensif, tetapi pengemasan pendidikan sering tidak sejalan
dengan hakikat belajar dan pembelajaran. Dengan kata lain, reformasi pendidikan yang
dilakukan di Indonesia masih belum seutuhnya memperhatikan konsepsi belajar dan
pembelajaran. Reformasi pendidikan seyogyanya dimulai dari bagaimana siswa belajar dan
bagaimana guru mengajar, bukan semata-mata pada hasil belajar (Brook & Brook, 1993).
Podhorsky & Moore (2006) menyatakan, bahwa reformasi pendidikan hendaknya dimaknai
sebagai upaya penciptaan program-program yang berfokus pada perbaikan praktik mengajar dan
belajar, bukan semata-mata berfokus pada perancangan kelas dengan teacher proof curriculum.
Dengan demikian, praktik-praktik pembelajaran benar-benar ditujukan untuk mengatasi
kegagalan siswa belajar.
Praktik-praktik pembelajaran hanya dapat diubah melalui pengujian terhadap cara-cara
guru mengemas dan melaksanakan pembelajaran. Untuk itu, diperlukan program-program
pembinaan profesi guru. Program-program tersebut membutuhkan fasilitas yang dapat memberi
peluang kepada mereka learning how to learn dan to learn about teaching. Fasilitas yang
dimaksud, antara lain dalam bentuk pelatihan pembelajaran untuk meningkatkan profesi guru
(Santyasa, I.W, 2009).
3
Isu mengenai program pembinaan profesi guru melalui pelatihan telah diungkapkan oleh
Suastra (2006), dengan mengacu pada empat jenis program unggulan yaitu (1) program
peningkatan kualitas pembelajaran melalui pelatihan dan pelaksanaan pembelajaran dan asesmen
inovatif atau pelatihan dan pelaksanaan lesson study, (2) program peningkatan produktivitas
ilmiah guru melalui pelatihan dan pelaksanaan penelitian tindakan kelas, (3) program
peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru melalui studi lanjut ke D4 atau S1, dan (4) program
pengembangan karir guru melalui studi S2.
Pembinaan profesi guru merupakan suatu keniscayaan untuk peningkatan kompetensi
mereka. Peningkatan kompetensi guru akan berdampak positif padapeningkatan kualitas proses
pembelajaran dan perolehan belajar siswa. Oleh sebab itu, disarankan kepada pihak-pihak
pengambil kebijakan pendidikan agar secara kontinu memberikan pelayanan kepada para guru
melalui pembinaan profesi. Pelayanan yang baik bagi pengambil kebijakan kepada para guru
akan berdampak pada pelayanan yang baik bagi guru kepada siswa di sekolah. Pelayanan
pembinaan profesi guru dapat dilaksanakan melalui aktivitas pelatihan-pelatihan, misalnya
pelatihan pembelajaran dan asesmen inovatif (Santyasa, I.W, 2009).
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar merupakan kurikulum hasil refleksi,
pemikiran, dan pengkajian ulang dari kurikulum yang telah berlaku sebelumnya. Kurikulum baru
ini diharapkan dapat membantu mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan di masa
depan. Standar kompetensi dan kompetensi dasar diarahkan untuk memberikan keterampilan
dan keahlian bertahan hidup dalam kondisi yang penuh dengan berbagai perubahan, persaingan,
ketidakpastian, dan kerumitan dalam kehidupan. Kurikulum ini disusun untuk menciptakan
tamatan yang kompeten, cerdas dalam membangun integritas sosial, serta mewujudkan karakter
nasional.
Dalam implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, telah dilakukan
berbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan
pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pendidikan. Sebagai salah satu bentuk
efisiensi dan efektivitas implementasi kurikulum dikembangkan berbagai model implementasi
kurikulum.
Berdasarkan hasil surve (Ardhana, et al., 2003; Ardhana, et al., 2004; Ardhana, et al.,
2005) yang dilakukan di Propinsi Bali, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, dan Aceh, terungkap
bahwa Pembelajaran dan Asesmen Inovatif atau Innovative Instruction and Assessment (IIA)
4
belum digunakan oleh para guru dalam pembelajaran. Alasan mendasar bagi para guru adalah
karena tidak mengerti tentang pembelajaran dan asesmen inovatif. Hal ini patut disadari, bahwa
sesungguhnya isu pembelajaran dan asesmen inovatif telah banyak didengung-dengungkan
dalam pelatihan guru dan berbagai kegiatan guru lainnya. Namun, sampai saat ini model
pelatihan yang operasional dan praktis tentang IIA belum ditemukan dalam praksis pendidikan.
Oleh sebab itu, pengembangan model pelatihan berikut pedoman IIA dipandang sangat penting
untuk dilakakukan. Secara empiris penerapan IIA dalam pembelajaran berdampak positif dalam
peningkatan perolehan belajar siswa (Ardhana, et al., 2003; Ardhana, et al., 2004; Ardhana, et
al., 2005). Berdasarkan penelitian selama dua tahun yang telah dilakukan oleh Santyasa et al
(2005) dan Santyasa et al (2006) secara konsisten terungkap, bahwa penerapan model perubahan
konseptual sebagai IIA memberikan dampak positif dalam pemerolehan belajar berupa
peningkatan pemahaman, kemampuan pemecahan masalah, dan keterampilan menggunakan
pengetahuan secara bermakna.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai mata pelajaran yang memberikan pengalaman
pembelajaran cara berfikir dari suatu instruktur pengetahuan yang utuh, dapat menjadikan
undang-undang sebagai starting poin dalam pengembangan pembelajaran. IPA menggunakan
pendekatan empiris yang sistematis dalam mencari penjelasan alami tentang fenomena alam, dan
dengan demikian, pembelajaran sains menjadi wahana dalam menyiapkan anak sebagaimana
anggota masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhan dan mengkaji solusi atas masalah-masalah
yang dihadapi masyarakat (Mahmuddin:2007).
Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang
dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA). Model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud,
1996:3). Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok
bahasan (Beane, 1995:615).
5
Melalui pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman
langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan
konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat
menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna,
otentik dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh
terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar yang lebih
menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih efektif. Kaitan
konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang relevan
akan membentuk skema kognitif, sehingga anak memperoleh keutuhan dan kebulatan
pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar IPA, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan,
dunia nyata dan fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.
Pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu dapat dilakukan melalui team teaching atau guru tunggal
yang menguasai ketiga materi tersebut (Fisika, Biologi, dan Kimia) (Anonim, 2008).
Pembelajaran terpadu dalam IPA dapat dikemas dengan TEMA atau TOPIK tentang suatu
wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami
dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran IPA terpadu, suatu konsep atau tema dibahas
dari berbagai aspek bidang kajian dalam bidang kajian IPA. Misalnya tema lingkungan dapat
dibahas dari sudut makhluk hidup dan proses kehidupan, energi dan perubahannya, dan
materi dan sifatnya. Pembahasan tema juga dimungkinkan hanya dari aspek makhluk hidup dan
proses kehidupan dan energi dan perubahannya, atau materi dan sifatnya dan makhluk hidup dan
proses kehidupan, atau energi dan perubahannya dan materi dan sifatnya saja. Dengan demikian
melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak
perlu dibahas berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu
untuk pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan akan
lebih efektif.
Tujuan penyusunan Model Pembelajaran IPA Terpadu untuk SMP/MTs ini pada dasarnya
untuk memberikan pedoman yang dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi guru dan pihak
terkait. Secara rinci, penyusunan model ini di antaranya bertujuan untuk:
1. memberikan wawasan bagi guru tentang apa, mengapa, dan bagaimana pembelajaran
IPA terpadu pada tingkat SMP/MTs;
6
2. memberikan bekal keterampilan kepada guru untuk dapat menyusun rencana
pembelajaran (memetakan kompentensi, menyusun silabus, dan menjabarkan silabus
menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran) dan penilaian;
3. memberikan bekal kemampuan kepada guru agar memiliki kemampuan melaksanakan
pembelajaran IPA terpadu;
4. memberikan wawasan, pengetahuan, dan pemahaman bagi pihak terkait (misalnya kepala
sekolah dan pengawas), sehingga mereka dapat memberikan dukungan terhadap
kelancaran dan ketepatan pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu.
Ruang lingkup penyusunan Model ini meliputi pengertian IPA Terpadu, Karakteristik
Pembelajarn IPA Terpadu, pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu dan penilaian di kelas
sehingga dicapai tujuan yang diinginkan.
Pembelajaran IPA secara terpadu harus menggunakan tema yang relevan dan berkaitan. Materi
yang dipadukan sebaiknya masih dalam lingkup bidang kajian IPA.
Tema yang dibahas disajikan dalam konteks IPA-lingkungan-teknologi-masyarakat, yang
melibatkan aktivitas peserta didik secara berkelompok maupun mandiri. Aktivitas peserta didik
perlu ditunjang oleh media pembelajaran yang memadai, agar peserta didik dapat memahami
tema secara komprehensif dan mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Namun realitas di lapangan pembelajaran IPA terpadu tidak terlaksana sebagaimana tuntutan
kurikulum (S, Soewarno : 2010). Untuk itu perlu dicari solusinya, salah satunya dengan
mengembangkan model pelatihan bagi guru-guru IPA.
Adapun model-model pembelajaran terpadu yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
IPA Terpadu antara lain : (1) the fragment model (model tergambarkan), (2) the connected model
(model terhubung), (3) the nested model (model tersarang), (4) the sequenced model (model
terurut), (5) the shared model (model terbagi), (6) the webbed model (model terjaring), (7) the
threded model (model tertali), (8) the integrated model (model terpadu), (9) the immersed model
(model terbenam), (10) the networked model (model jaringan). (Forgaty ,1991: xiv)
Dari kesepuluh model tersebut, yang layak dipakai untuk pembelajaran IPA
Terpadu : Model Conenected (terhubung), Model Webbed, Type Integrated (keterpaduan), dan
Model Nested (tersarang) (Trianto 2011:39)
7
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
III.1 Tujuan Penelitian
1 Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan :
Mendiskripsikan : model pembinaan profesi guru IPA yang berlangsung di
sekolah selama ini, model-model pelatihan yang pernah diikuti oleh guru IPA,
pengetahuan dan pemahaman guru terhadap pembelajaran IPA Terpadu, kinerja
guru dalam pembelajaran IPA, kondisi dan kebutuhan guru IPA terhadap model
pelatihan pembelajaran yang dapat meningkatkan profesionalismenya sesuai
dengan kondisi di lapangan.
2 Mengembangkan model pelatihan pembelajaran IPA Terpadu yang sesuai dengan
kebutuhan untuk peningkatan profesionalisme guru IPA SMP/MTs di Provinsi
Aceh
III.2 Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil desain model pelatihan pembelajaran IPA terpadu yang diperoleh dari
penelitian ini akan menjadi solusi untuk pembelajaran IPA terpadu di SMP/MTs. Selanjutnya
bila sudah dihasilkan model pelatihan yang laik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA
di SMP/MTs , maka model ini dapat dipergunakan oleh pihak terkait dan dalam jangka panjang
dapat meningkatkan profesi guru IPA di SMP/MTs, sehingga pada gilirannya dapat
meningkatkan mutu pendidikan.
8
BAB IV METODE PENELITIAN
IV.1 Jenis Penelitian
Sehubungan dengan tujuan utama penelitian ini, yaitu mengembangkan model pelatihan IPA
Terpadu yang dimaksudkan di sini adalah model pembinaan guru yang lebih berfokus pada
upaya pemberdayaan guru sesuai kapasitas serta permasalahan yang dihadapi, maka penelitian ini
dapat dikategorikan sebagai salah satu jenis penelitian pengembangan.
IV.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Subyek penelitian adalah sekolah menengah pertama (SMP) di 23 daerah kabupaten/kota di
Provinsi Aceh. Selanjutnya akan dipilih 12 (dua belas) sekolah secara purposif stratified random dari
3 kabupaten/kota, yaitu 4 sekolah dari Kabupaten Abdiya mewakili pantai barat-selatan, 4 sekolah dari
Kabupaten Pidie mewakili pantai Utara-Ti,mur, dan 4 sekolah dari Kebupaten Aceh Tengah mewakili
daerah tengah. Dari setiap sekolah diambil seluruh guru IPA yang terdiri dari guru fisika, guru biologi,
dan guru kimia baik kelas VII, VIII, dan IX.
IV.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel utama yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah: model-model pelatihan
yang pernah diikuti guru, pengetahuan dan pemahaman guru terhadap model pembelajaran IPA
Terpadu, kinerja pembelajaran guru selama ini, kondisi dan kebutuhan guru terhadap model
pelatihan. Definisi operasional masing-masing variabel tersebut adalah:
(1) Model-model pelatihan yang pernah diikuti guru adalah model-model pelatihan apa saja yang
pernah diikuti guru selama ini serta dampaknya terhadap kinerja guru. Data diperoleh dengan
angket kepada guru.
(2)Pengetahuan dan pemahaman guru terhadap pembelajaran IPA Terpadu, adalah kondisi
pengetahuan konseptual guru tentang pembelajaran IPA Terpadu. Kondisi pengetahuan yang
dimiliki guru akan diperoleh melalui hasil angket.
9
(5) Kondisi adalah kondisi riel di lapangan tentang guru, siswa serta sarana dan prasarana
penunjang yang berdampak pada kinerja pembelajaran guru. Data diperoleh melalui
wawancara, observasi, angket dan dokumentasi.
(6) Kebutuhan guru terhadap model pelatihan adalah model pelatihan yang bagaimana yang
dibutuhkan guru sesuai dengan kondisi yang ada. Data diperoleh melalui angket dan
wawancara.
IV.4 Pengumpulan dan Analisis Data
1) Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan mempergunakan instrumen-instrumen
sebagai berikut:
a) Pedoman wawancara yang ditujukan kepada kepala sekolah, untuk memperoleh
gambaran model-model pembinaan profesi guru IPA yang dilakukan sekolah, serta
model pembinaan yang bagaimana yang diinginkan.
b) Angket yang ditujukan kepada guru IPA, untuk memperoleh gambaran tentang
pengetahuan dan pemahaman guru IPA terhadap model pembelajaran IPA Terpadu,
serta model pembinaan yang bagaimana yang diinginkan.
2) Teknik Analisis Data dan Cara Penafsiran Hasil Penelitian
Data tentang (1) model-model pembinaan profesi guru yang dilakukan sekolah selama ini,
(2) pengetahuan guru terhadap IPA Terpadu, (3) kinerja pembelajaran guru selama ini,
dianalisis dengan sytatistik prosentase dengan rumus, yaitu :
%100xNfP (Sudjana 2005:129)
10
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dibahas secara berturut-turut tentang demografi guru, pengetahuan
guru tentang IPA Terpadu, pengetahuan guru tentang model-model pembelajaran terpadu,
pelatihan yang pernah diikuti guru serta keinginan baik guru maupun kepala sekolah terhadap
pembelajaran IPA Terpadu.
V.1 Guru
V.1.1 Demografi Guru
Tabel 1 Tingkat pendidikan guru
No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a. S-1 41 74.54545 b D-3 11 20 c D-2 2 3.636364 d D-1 1 1.818182 Jumlah 55 100
Pada umumnya guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh adalah Strata Satu (S1).
Tabel 2 Ijazah Guru
No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a. Biologi 25 45.45455 b Fisika 27 49.09091 c Kimia 0 0 d IPA 3 5.454545 Jumlah 55 100
Tabel 2 memperlihatkan bahwa pada umumnya guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh,
berlatar belakang pendidikan fisika dan biologi.
11
Tabel 3 Mata pelejaran yang diajarkan guru
No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a. Biologi 23 41.81818 b Fisika 22 40 c Fisika, kimia, biologi 6 10.90909 d Fisika, kimia 1 1.818182 e Fisika, Biologi 1 1.818182 f TIK 2 3.636364 Jumlah 55 100
Tabel 3 memperlihatkan bahwa pada umumnya guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh
mengajar berdasarkan latar belakang pendidikannya.
Tabel 4 Lama bertugas sebagai guru bidang studi
No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a 1-5 thn 11 20 b 6-10 thn 20 36.36364 c 11-20 thn 12 21.81818 d 20 ke atas 12 21.81818 e Jumlah 55 100
Tabel 4 memperlihatkan bahwa pada umumnya guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh
telah bertugas selama 6 – 10 tahun.
Tabel 5 Sudah/belum memperoleh informasi tentang IPA Terpadu
No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a sudah 50 90.90909 b belum 5 9.090909 Jumlah 55 100
Tabel 5 memperlihatkan bahwa pada umumnya guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh
sudah memperoleh informasi tentang IPA Terpadu.
12
Tabel 6 Dapat/tidaknya pembelajaran IPA Terpadu dilaksanakan.
No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a dapat 21 38.18182 b tidak dapat 17 30.90909 c terserrah kepala sekolah 5 9.090909 d tergantung pada lingkungan
sekolah 12 21.81818
Jumlah 55 100
Tabel 6 memperlihatkan bahwa pada umumnya guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh
menyatakan bahwa pembelajaran IPA Terpadu dapat dilaksanakan di sekolah.
Tabel 7 Pernah/tidaknya guru menerapkan Pembelajaran IPA terpadu disekolah
No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a. belum pernah 29 52.72727 b 1 kali 8 14.54545 c 2 kali 3 5.454545 d selalu 10 18.18182 Jumlah 55 100
Hasil pengolahan data pada tabel 7 dapat disimpulkan bahwa guru IPA SMP Negeri di
Provinsi Aceh belum menerapkan pembelajaran IPA Terpadu.
Tabel 8 Berapa kali sudah melaksanakan pembelajaran IPA Terpadu.
No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) 1 smt 5 23.80952 2 smt 4 19.04762 C 3 smt 2 9.52381 d sejak diberlakukan ktsp 10 47.61905 Jumlah 21 100
Tabel 8 memperlihatkan bahwa pada umumnya guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh
yang pernah melaksanakan pembelajaran IPA Terpadu, telah melaksanakannya sejak
diberlakukannya KTSP.
13
Tabel 9 Persiapan sekolah agar IPA Terpadu dapat dilaksanakan
No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a Kerjasama yang baik antar guru IPA yang ada di
sekolah 30 54.54545
b Menyediakan fasilitas agar pembelajaran berlangsung dengan baik
10 18.18182 c meminta guru IPA untuk menyiapkan semua
perangkat pembelajaran IPA Terpadu 4 7.272727
d Poin a, b, c harus ada 1 1.818182 e meminta guru biologi mampu mengajar fisika dan
sebaliknya 1 1.818182
f Responden yang tidak memberi jawaban 9 16.36364 Jumlah 55 100
Tabel 9 memperlihatkan bahwa pada umumnya guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh
menyatakan bahwa agar pembelajaran IPA Terpadu dapat dilaksanakan maka harus ada kerja
sama yang baik antar guru IPA yang ada di sekolah.
Tabel 10 Penyebab pembelajaran IPA Terpadu belum pernah diterapkan di sekolah
No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a. Guru IPA belum memahami dengan baik tentang
pembelajaran IPA terpadu 2 3.636364
b Latar belakang guru yang berbeda-beda sulit untuk beradaptasi kedalam pengintegrasian bidang kajian IPA, karena mereka yang memiliki latar belakang fisika tidak memiliki kemampuan yang optimal pada kimia dan Biologi, begitu pula sebaliknya.
43 78.18182
c Pembelajaran terpadu juga menimbulkan konsekuensi terhadap berkurangnya beban jam pelajaran yang diemban guru-guru yang tercakup ke dalam bidang kajian IPA, sementara ketentuan yang berkaitan dengan kewajiban atas beban jam mengajar untuk setiap guru masih tetap.
7 12.72727
d Cakupan materi IPA Terpadu tidak sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia 3 5.454545
Jumlah 55 100
Tabel 10 menunjukkan bahwa pada umumnya menyatakan penyebab pembelajaran IPA
Terpadu belum diterapkan di sekolah adalah latar belakang guru yang berbeda-beda sulit untuk
beradaptasi kedalam pengintegrasian bidang kajian IPA, karena mereka memiliki latar belakang
14
fisika tidak memiliki kemampuan yang optimal pada kimia dan biologi, begitu juga sebaliknya.
Karena perbedaan latar belakang tersebut guru dan pihak sekolah belum melaksanakan
pembelajaran IPA Terpadu, untuk memperkecil resiko kesalahan pengajaran pada siswa.
V.1.2 Pengetahuan Guru Tentang IPA Terpadu
Pengetahuan guru tentang IPA terpadu tertera pada rabel 11 berikut :
Tabel 11. Pengetahuan guru tentang IPA Terpadu
No Item
Aspek-aspek untuk mengetahui pengetahuan guru tentang IPA
Terpadu
TT S B
F % F % F %
1 IPA Terpadu adalah gabungan dari berbagai bidang kajian IPA, yaitu fisika, kimia dan biologi.
1 1.818182
0 0 54
98.18182
2
IPA Terpadu di ajarkan dengan situasi yang lebih alami dan nyata sehingga siswa dapat menghubungkan pengetahuan dengan penerapan di dalam kehidupan sehari-hari.
12 21.81818 0 0 43 78.1
8182
3
Tujuan pembelajaran IPA Terpadu tidak hanya mengacu pada konsep dan penguasaan materi saja, tetapi juga pada aplikasi di dalam kehidupan sehari-hari.
1 1.818182
0 0 54
98.18182
4
Salah satu tujuan pelaksanaan IPA Terpadu yaitu dapat dicapainya beberapa kompetensi dasar secara sekaligus.
21 38.18182 9
16.36364
25 45.45455
5
Hakikat IPA meliputi sikap, proses, produk dan aplikasi. 6 10.9
0909 3
5.454545
46 83.63636
6
Pembelajaran IPA Terpadu dapat menumbuhkembangkan keterampilan sosial siswa seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.
4 7.272727 2
3.636364
49 89.09091
15
7
Cara mengembangkan pengetahuan IPA Terpadu salah satunya dengan cara memadukan antara konsep-konsep dan prosedur melalui demonstrasi dan praktek.
4 7.272727 0 0 51 92.7
2727
8
Guru dapat mengidentifikasikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dekat dan relevan untuk dikemas dalam satu TEMA dan disajikan dalam kegiatan pembelajaran terpadu.
5 9.090909 3
5.454545
47 85.45455
9
Pembelajaran IPA Terpadu diawali dengan penentuan TEMA. 5 9.09
0909 6
10.90909
44 80
10
Dalam melakukan pemilihan TEMA sebaiknya menghubungkaitkan antara IPA-lingkungan-teknologi-masyarakat.
7 12.72727 0 0 48 87.2
7273
11
Satuan pendidikan atau sekolah (termasuk guru) bebas untuk berimprovisasi dalam pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang lebih sesuai dengan keadaan sekolah dan anak didik.
4 7.272727 1
1.818182
50 90.90909
12
Pembelajaran IPA Terpadu dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu team teaching dan guru tunggal. 2 3.63
6364 3
5.454545
50 90.90909
13
Guru tunggal adalah satu orang guru mengajarkan seluruh materi IPA Terpadu yang terkait dengan pelajaran fisika, kimia dan biologi terlepas dari latar belakang keilmuan guru tersebut.
6 10.90909 11 20 38 69.0
9091
14
Dalam pembelajaran IPA Terpadu guru tidak selalu bersifat sebagai teacher-centered (berpusat pada guru).
2 3.636364 3
5.454545
50 90.90909
15
Aktifitas pembelajaran IPA Terpadu banyak berpusat pada peserta didik agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.
4 7.272727 5
9.090909
46 83.63636
16
16
Sumber belajar IPA Terpadu dapat berupa buku, majalah, brosur, surat kabar, poster, informasi lepas, lingkungan alam dan lingkungan sosial.
4 7.272727 1
1.818182
50 90.90909
17
Laboratorium serta peralatannya yang memadai, lingkungan sekolah dan keadaan siswa, dan kesiapan dari kepala sekolah beserta guru IPA merupakan sarana dan prasarana dalam implementasi pembelajaran IPA Terpadu.
2 3.636364 0 0 53 96.3
6364
Hasil rata-rata 90 9.625668
47
5.026738
798 85.34759
Hasil temuan di lapangan sebagaimana diungkapkan pada hasil penelitian menunjukkan
pengetahuan responden tentang IPA Terpadu cukup baik hal ini dikarenakan pada umumnya
responden telah mendapatkan informasi dan pernah mengikuti pelatihan atau seminar tentang
pembelajaran IPA Terpadu.
Namun dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa para guru IPA masih
membutuhkan pelatihan tentang pembelajaran IPA Terpadu secara kontinu dan komprehensif,
karena mereka merasa pengetahuannya tentang pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu masih
minim. Mereka juga berharap seluruh guru IPA dapat mengikuti pelatihan tersebut, sehingga
informasi tentang IPA Terpadu dapat langsung diterima, tanpa melalui perantara. Melihat
kenyataan bahwa masih ada guru yang belum mendapat informasi tentang IPA Terpadu
membuktikan bahwa kurang meratanya sosialisasi tentang pembelajaran IPA Terpadu di
lingkungan guru IPA sendiri di Provinsi Aceh.
17
V.1.3 Pengetahuan Guru Tentang Model-Model Pembelajaran Terpadu
Pengetahuan guru tentang model-model pembelajaran terpadu tertera pada tabel 12
berikut :
Tabel 12. Pengetahuan guru tentang model-model pembelajaran terpadu.
No Item
Aspek-aspek untuk mengetahui pengetahuan guru tentang model-model pembelajaran
Terpadu
TT S B
F % F % F %
1
Model Connected (terhubung) merupakan model integrasi inter bidang studi. Model ini secara nyata mengorganisasikan atau mengintegrasikan satu konsep, keterampilan, atau kemampuan yang ditumbuhkembangkan dalam satu pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain, dalam satu bidangt studi.
32 58.18182 1
1.818182
22 40
2
Model Webbed adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bias ditetapkan dengan negosiasi antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesame guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa.
33 60 0 0 22 40
3
Type Integrated (keterpaduan). Tipe ini menggunakan pendekatan antar bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang
27 49.09091 0 0 28 50.9
0909
18
tindih di dalam beberapa bidang studi. Pada model ini tema yang berkaitan dan tumpang tindih merupakan hal terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program. Pertama kali guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa bidang studi, selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih diantara berbagai bidang studi.
4
Model Nested (tersarang) merupakan pengintegrasian kurikulum di dalam satu disiplin ilmu secaca khusus meletakkan focus pengintegrasian pada sejumlah kieterampilan belajar yangt ingin dilatihkan oleh seorang guru kepada siswanya dalam suatu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pembelajaran (content). Keterampilan-keterampilan belajar itu meliputi keterampilan berpikir (thingking skill), keterampilan social (social skill), dan keterampilan mengorganisir (organizing skill).
28 50.90909 2
3.636364
25 45.45455
Jumlah 120 54.54545 3
1.363636
97 44.09091
Tabel 12 memperlihatkan bahwa pada umumnya guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh
belum memahami tentang model-model pembelajaran terpadu yang pada gilirannya dapat
diterapkan pada pembelajaran IPA Terpadu.
19
V.1.4 Model pelatihan yang diinginkan guru tentang pembelajaran IPA Terpadu
Model pelatihan yang diinginkan guru tentang pembelajaran IPA terpadu tertera pada
tabel 13 berikut :
Tabel 13 Model pelatihan yang diinginkan guru.
No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a Pembelajaran Terpadu Model
Connected 7 12.72727
b Pembelajaran Terpadu Model Webbed
0 0 c Pembelajaran Terpadu Type
Integrated 26 47.27273
d Pembelajaran Terpadu Model Nested
10 18.18182 e Semua 2 3.636364 Jumlah 55 100
Tabel 13 memperlihatkan bahwa pada umumnya guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh
menginginkan adanya pelatihan dengan model integrated.
V.2 Kepala Sekolah
Tabel 14 Sudah/belum menggunakan KTSP
No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a Sudah 11 100 b Belum 0 0 Jumlah 11 100
Tabel 15 Sudah/belum ada guru IPA Terpadu
No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a Sudah 5 45.45455 b Belum 6 54.54545 Jumlah 11 100
20
Tabel 16 Pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu
No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a Diajar oleh masing-masing guru
(Biologi, Fisika, Kimia) secara 5 45.45455
b Team teaching oleh guru (Biologi, Fisika, Kimia)
1 9.090909 c Responden tidak menjawab 5 45.45455 Jumlah 11 100
Tabel 17 Pernah/tidak ada pelatihan terhadap guru IPA tentang pembelajaran IPA Terpadu
No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a Pernah 6 54.54545 b Tidak pernah 5 45.45455 Jumlah 11 100
Tabel 18 yang Model pelatihan pernah diikuti guru.
No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a Pembelajaran Terpadu Model Connected
0 0
b Pembelajaran Terpadu Model Webbed
0 0 c Pembelajaran Terpadu Type Integrated
4 36.36364
d Pembelajaran Terpadu Model Nested
1 9.090909 e Responden tidak menjawab 6 54.54545 Jumlah 11 100
Tabel 19 Perlu/tidak ada pelatihan terhadap guru IPA tentang pembelajaran IPA Terpadu
No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a Perlu 11 100 b Tidak perlu 0 0 Jumlah 11 100
21
Tabel 20 Model pelatihan untuk guru yang diinginkan kepala sekolah.
No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a Pembelajaran Terpadu Model Connected
0 0
b Pembelajaran Terpadu Model Webbed
0 0 c Pembelajaran Terpadu Type Integrated
5 45.45455
d Pembelajaran Terpadu Model Nested
2 18.18182 e Semua 1 9.090909 f Responden tidak menjawab 3 27.27273 Jumlah 11 100
Berikut saran kepala sekolah terhadap pembelajaran IPA Terpadu :
1 Hendaknya tenaga pendidik IPA Terpadu diajarkan oleh guru yang memiliki disiplin ilmu
kombinasi ilmu IPA Terpadu. Kenyataan di lapangan masing-masing fisika, biologi dari disiplin
keilmuan yang memiliki latar belakang pendidikannya.
2 Mohon kepada pemerintah kabupaten untuk memprogramkan dan memberikan bantuan alokasi
dana untuk membeli perlengkapan dan alat-alat serta bahan-bahan untuk mendukung proses
pembelajaran IPA Terpadu.
3 Media pembelajaran IPA terpadu perlu dilengkapi.
4 IPA Terpadu agar kedepan lebih banyak melakukan praktek di laboratorium dengan diawasi oleh
guru IPA Terpadu.
5 IPA Terpadu baik dilaksanakan tetapi disesuaikan dengan keadaan lingkungan sekolah, sebaiknya
pelaksanaan IPA Terpadu diajar oleh masing-masing guru bidang studi secara terpisah.
6 Mudah-mudahan ada pelatihan IPA Terpadu.
7 Agar diadakan pelatihan-pelatihan untuk guru-guru IPA tentang pembelajaran IPA Terpadu.
8 Mengingat sekarang memang belum dibuka jurusan IPA Terpadu di Perguruan Tinggi, maka
kami mengharapkan adanya keseriusan dari pihak lembaga terkait dalam hal ini LPMP NAD
untuk mengadakan pelatihan-pelatihan IPA Terpadu bagi guru-guru.
9 Guru IPA Biologi/Fisika hendaknya dapat lebih memotivasi diri untuk dapat menguasai kedua
bidang ilmu tersebut.
22
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa :
1. Pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Provinsi Aceh belum terlaksana
sebagaimana tuntutan KTSP.
2. Belum ada pembinaan guru IPA dalam hal pembelajaran IPA Terpadu.
3. Guru IPA belun memahami tentang pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu yang
sesuai dengan tuntutan KTSP.
4. Guru IPA belum memahami tentang model-model pembelajaran terpadu
5. Guru IPA dan Kepala Sekolah menginginkan pelatihan tentang pembelajaran IPA
Terpadu dengan model Integrated dengan guru tunggal.
VI.2 Saran
1 Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat menguji kelaikan model Integrated
sebagai sebuah model yang dapat meningkatkan profesionalisme guru IPA.
2 Diharapkan kepada guru IPA SMP di Provinsi Aceh agar dapat terus mengingkatkan
pemahamannya tentang IPA Terpadu agar pengimplementasian IPA Terpadu dapat dilakukan
dengan baik.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta, Depdiknas.
Mahmuddin,2007.Pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-empiris-induktif/ http://mahmuddin.wordpress.com/2007/11/09http://www.pdk.go.id.
Ardhana, W., Kaluge, L., & Purwanto. 2003. Pembelajaran inovatif untuk pemahaman dalam
belajar matematika dan sains di SD, SLTP, dan di SMU. Laporan penelitian. Penelitian Hibah Pasca Angkatan I tahun I. Direktoral Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Ditjen Dikti. Depdiknas.
Brooks, J. G., & Brooks, M. G. (1993). In search of understanding: The case for constructivist
classrooms. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development. Kirkey, T. L. 2005. Differentiated instruction and enrichment opportunities: An action research
report. http://www.nipissingu.ca/oar/PDFS/V833E.pdf Parawansa, P. 2001. Reorientasi terhadap strategi Pendidikan Nasional. Makalah. Disajikan
dalam simposium Pendidikan Nasional dan Munas I alumni PPS.UM. di Malang, 13 Oktober 2001.
Podhorsky, C. & Moore, V. 2006. Issues in curriculum: Improving instructional practice
through lesson study. Tersedia pada http://www.lessonstudy.net. Diakses pada tangal 15 Agustus 2007.
Prendergast, M. 2002. Action research: The improvement of student and teacher learning.
http://educ.queensu.ca/�ar/reports/MP2002.htm Santyasa, I W., 2009. Keberadaan Dan Kepentingan Pengembangan Model Pelatihan Untuk
Pembinaan Profesi Guru, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Santyasa, I W., Suwindra, I N. P., Sujanem, R., & Suardana, K. 2005. Pengembangan teks fisika
bermuatan model perubahan konseptual dan komunitas belajar serta pengaruhnya terhadap perolehan belajar siswa di SMA. Laporan Penelitian RUKK Tahun I. Lembaga Penelitian IKIP Negeri Singaraja.
24
LAMPIRAN 1
ANGKET UNTUK GURU IPA Pengantar : Angket ini bertujuan untuk melihat pembelajaran IPA Terpadu sesuai dengan KTSP. Hasil dari angket ini akan dipergunakan sebagai acuan pengembangan model pelatihan bagi guru-guru IPA tentang pembelajaran IPA Terpadu. Oleh karena itu bantuan dari bapak/ibu serta member jawaban sesuai kenyataan yang ada sangat diharapkan. Terima kasih. (Drs. Soewarno S, M.Si) Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang Bapak/ Ibu anggap benar dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang tersedia :
A. Demografi Guru (Latar Belakang) 1. Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu di bidang pendidikan ?
a. D-III d. S-2 b. D-IV e. Lainnya (…………..) c. S-I
2. Lulusan bidang studi apakah Bapak/Ibu ? a. Fisika c. Biologi b. Kimia d. Lainnya (……………)
3. Bidang studi apa yang Bapak/Ibu ajarkan ? a. Fisika d. Fisika, kimia dan biologi b. Kimia e. Lainnya (…………….) c. Biologi
4. Berapa lama Bapak/Ibu sudah bertugas sebagai guru bidang studi? a. 1-5 tahun d. 20 tahun ke atas b. 6-10 tahun e. Lainnya (………………) c. 11-20 tahun
5. Apakah Bapak/Ibu sudah memperoleh informasi tentang pembelajaran IPA Terpadu ? a. Sudah b. belum
6. Jika sudah, apakah pembelajaran IPA Terpadu dapat dilaksanakan di sekolah Bapak/Ibu ? a. Dapat b. Tidak dapat c. Terserah kepala sekolah saja d. Tergantung kepada lingkungan sekolah
7. Pernahkah Bapak/Ibu menerapkan pembelajaran IPA Terpadu? a. Belum pernah b. Pernah 1 kali c. Pernah 2 kali d. Selalu e. Lainnya (………………)
8. Jika pernah sudah berapa lama? a. 1 Semester c. 3 Semester b. 2 Semester d. Sejak di canangkan dalam kurikulum
9. Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu apa yang harus dipersiapkan oleh sekolah agar pembelajaran IPA Terpadu dapat dilakukan?
a. Kerjasama yang baik antar guru IPA yang ada di sekolah. b. Menyediakan fasilitas agar pembelajaran berlangsung dengan baik.
25
c. Meminta guru IPA untuk menyiapkan semua perangkat pembelajaran IPA Terpadu. d. ……………………………………………………………………………………….
10. Jika pembelajaran IPA Terpadu belum pernah di terapkan, apa yang menyebabkan pembelajaran IPA Terpadu tidak dilaksanakan di sekolah Bapak/Ibu?
a. Guru IPA belum memahami dengan baik tentang pembelajaran terpadu. b. Latar belakang guru yang berbeda-beda sulit untuk beradaptasi ke dalam pengintegrasian
bidang kajian IPA, karena mereka yang memiliki latar belakang fisika tidak memiliki kemampuan yang optimal pada kimia dan Biologi, begitu pula sebaliknya.
c. Pembelajaran terpadu juga menimbulkan konsekuensi terhadap berkurangnya beban jam pelajaran yang diemban guru-guru yang tercakup ke dalam bidang kajian IPA, sementara ketentuan yang berkaitan dengan kewajiban atas beban jam mengajar untuk setiap guru masih tetap.
d. Cakupan materi IPA Terpadu tidak sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia e. ………………………………………………………………………………………
B. Pengetahuan Guru tentang IPA Terpadu Silahkan lingkari pada nomor yang tersedia sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu terhadap pernyataan di bawah ini dengan mengacu pada skala berikut. 0. TT = Tidak Tahu 1. S = Salah 2. B = Benar
No Aspek-aspek untuk mengetahui pengetahuan guru tentang IPA Terpadu TT S B
B1 IPA Terpadu adalah gabungan dari berbagai bidang kajian IPA, yaitu fisika, kimia dan biologi. 0 1 2
B2 IPA Terpadu di ajarkan dengan situasi yang lebih alami dan nyata sehingga siswa dapat menghubungkan pengetahuan dengan penerapan di dalam kehidupan sehari-hari.
0 1 2
B3 Tujuan pembelajaran IPA Terpadu tidak hanya mengacu pada konsep dan penguasaan materi saja, tetapi juga pada aplikasi di dalam kehidupan sehari-hari.
0 1 2
B4 Salah satu tujuan pelaksanaan IPA Terpadu yaitu dapat dicapainya beberapa kompetensi dasar secara sekaligus.
0 1 2
B5 Hakikat IPA meliputi sikap, proses, produk dan aplikasi.
0 1 2
B6 Pembelajaran IPA Terpadu dapat menumbuh kembangkan keterampilan sosial siswa seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.
0 1 2
26
B7 Cara mengembangkan pengetahuan IPA Terpadu salah satunya dengan cara memadukan antara konsep-konsep dan prosedur melalui demonstrasi dan praktek.
0 1 2
B8 Guru dapat mengidentifikasikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dekat dan relevan untuk dikemas dalam satu TEMA dan disajikan dalam kegiatan pembelajaran terpadu.
0 1 2
B9 Pembelajaran IPA Terpadu diawali dengan penentuan TEMA. 0 1 2
B10 Dalam melakukan pemilihan TEMA sebaiknya menghubungkaitkan antara IPA-lingkungan-teknologi-masyarakat.
0 1 2
B11 Satuan pendidikan atau sekolah (termasuk guru) bebas untuk berimprovisasi dalam pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang lebih sesuai dengan keadaan sekolah dan anak didik.
0 1 2
B12 Pembelajaran IPA Terpadu dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu team teaching dan guru tunggal. 0 1 2
B13 Guru tunggal adalah satu orang guru mengajarkan seluruh materi IPA Terpadu yang terkait dengan pelajaran fisika, kimia dan biologi terlepas dari latar belakang keilmuan guru tersebut.
0 1 2
B14 Dalam pembelajaran IPA Terpadu guru tidak selalu bersifat sebagai teacher-centered (berpusat pada guru). 0 1 2
B15 Aktifitas pembelajaran IPA Terpadu banyak berpusat pada peserta didik agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.
0 1 2
B16 Sumber belajar IPA Terpadu dapat berupa buku, majalah, brosur, surat kabar, poster, informasi lepas, lingkungan alam dan lingkungan sosial.
0 1 2
B17
Laboratorium serta peralatannya yang memadai, lingkungan sekolah dan keadaan siswa, dan kesiapan dari kepala sekolah beserta guru IPA merupakan sarana dan prasarana dalam implementasi pembelajaran IPA Terpadu.
0 1 2
Sumber : panduan lengkap KTSP, Tim Pustaka Yustisia 2008.
C. Pengetahuan Guru tentang model-model pembelajaran Terpadu Silahkan lingkari pada nomor yang tersedia sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu terhadap pernyataan di bawah ini dengan mengacu pada skala berikut.
27
0. TT = Tidak Tahu 1. S = Salah 2. B = Benar
No Aspek-aspek untuk mengetahui pengetahuan guru tentang IPA Terpadu TT S B
C1
Model Conenected (terhubung) merupakan model integrasi inter bidang studi. Model ini secara nyata mengorganisasikan atau mengintegrasikan satu konsep, keterampilan, atau kemampuan yang ditumbuhkembangkan dalam suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain, dalam satu bidang studi.
0 1 2
C2
Model Webbed adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bias ditetapkan dengan negosiasi antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesame guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa.
0 1 2
C3
Type Integrated (keterpaduan). Tipe ini menggunakan pendekatan antar bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi. Pada model ini tema yang berkaitan dan tumpang tindih merupakan hal terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program. Pertama kali guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa bidang studi, selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih diantara berbagai bidang studi.
0 1 2
C4
Model Nested (tersarang) merupakan pengintegrasian kurikulum di dalam satu disiplin ilmu secaca khusus meletakkan focus pengintegrasian pada sejumlah kieterampilan belajar yangt ingin dilatihkan oleh seorang guru kepada siswanya dalam suatu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pembelajaran (content).
0 1 2
28
Keterampilan-keterampilan belajar itu meliputi keterampilan berpikir (thingking skill), keterampilan social (social skill), dan keterampilan mengorganisir (organizing skill).
Sumber : Model Pembelajaran Terpadu, Trianto,Bumi Aksara 2011.
Note: Jika Bapak/Ibu guru belum pernah melaksanakan Pembelajaran IPATerpadu silahkan
melanjutkan dengan mengisi angket pada tabel G halaman 8.
D. Persiapan Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu Silahkan lingkari pada nomor yang tersedia sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu terhadap pernyataan di bawah ini dengan mengacu pada skala berikut. 1. TP = Tidak Pernah 2. P = Pernah 3. S = Sering 4. SS = Selalu
No Hal-hal yang dilakukan guru dalam persiapan pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu TP P S SS
D1 Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan 1 2 3 4
D2 Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar dari bidang kajian yang dipadukan 1 2 3 4
D3 Memilih/menetapkan tema atau topik pemersatu 1 2 3 4
D4 Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema atau topik pemersatu 1 2 3 4
D5 Merumuskan indikator pembelajaran terpadu 1 2 3 4
D6 Menyusun silabus pembelajaran terpadu 1 2 3 4
D7 Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1 2 3 4 Sumber : panduan lengkap KTSP, Tim Pustaka Yustisia 2008.
E. Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu Silahkan lingkari pada nomor yang tersedia sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu terhadap pernyataan di
bawah ini dengan mengacu pada skala berikut. 1. TP = Tidak Pernah 2. P = Pernah 3. S = Sering 4. SS = Selalu
29
No Hal-hal yang harus dilakukan guru pada Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu TP P S SS
E1 Mengawali dengan kegiatan awal/pendahuluan (mis: memberikn motivasi, pretest, dll) 1 2 3 4
E2 Kegiatan Inti (penyampaian materi pelajaran) 1 2 3 4
E3 Kegiatan akhir/penutup dan tindak lanjut (mis: post test, dll) 1 2 3 4
E4 Penilaian non tes Observasi 1 2 3 4
Angket 1 2 3 4 Wawancara 1 2 3 4 Tugas 1 2 3 4 Proyek 1 2 3 4 Portofolio 1 2 3 4
Penilaian tes Kuis 1 2 3 4
Tes harian 1 2 3 4
Ulangan / ujian KD 1 2 3 4
Sumber : panduan lengkap KTSP, Tim Pustaka Yustisia 2008.
F. Beberapa kendala yang dialami guru dalam implementasi IPA Terpadu Silahkan lingkari pada nomor yang tersedia sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu terhadap pernyataan
di bawah ini dengan mengacu pada skala berikut.
1 T = Tidak 2 Y = Ya
No Aspek-aspek yang diamati T Y
1 Kurang lengkap sarana belajar seperti laboratorium dll 0 1
2 Kurang cukup tersedia buku pelajaran yang menunjang PBM 0 1
3 Kompetensi guru yang kurang memadai 0 1
4 Motivasi belajar siswa rendah 0 1
5 Rasio siswa per kelas yang melebihi kapasitas 0 1
6 Kuantitas guru masih kurang 0 1
7 Alokasi waktu yang tidak efektif 0 1
8 Kesukaran mengaitkan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari 0 1
9 Berkurangnya beban jam pelajaran yang diemban guru-guru
yang tercakup ke dalam bidang kajian IPA 0 1
10 ………………………………………………………………
30
G. Beberapa kendala yang diprediksi masih akan dialami guru dalam pengimplementasian
IPA Terpadu. Silahkan lingkari pada nomor yang tersedia sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu terhadap pernyataan
di bawah ini dengan mengacu pada skala berikut.
0. T = Tidak 1. Y = Ya
No Aspek-aspek yang diamati T Y
1 Kurang lengkap sarana belajar seperti laboratorium dll 0 1
2 Kurang cukup tersedia buku pelajaran yang menunjang PBM 0 1
3 Kompetensi guru yang kurang memadai 0 1
4 Motivasi belajar siswa rendah 0 1
5 Rasio siswa per kelas yang melebihi kapasitas 0 1
6 Kuantitas guru masih kurang 0 1
7 ………………………………………………………………
H. Jika ada pelatihan kepada bapak/ibu tentang pembelajaran IPA Terpadu, model pembelajaran terpadu yang bapak/ibu inginkan:
a. Pembelajaran Terpadu Model Connected b. Pembelajaran Terpadu Model Webbed c. Pembelajaran Terpadu Type Integrated d. Pembelajaran Terpadu Model Nested e. …………………………………………
ANGKET UNTUK KEPALA SEKOLAH Pengantar : Angket ini bertujuan untuk melihat pembelajaran IPA Terpadu sesuai dengan KTSP. Hasil dari angket ini akan dipergunakan sebagai acuan pengembangan model pelatihan bagi guru-guru IPA tentang pembelajaran IPA Terpadu. Oleh karena itu bantuan dari bapak/ibu serta memberi jawaban sesuai kenyataan yang ada sangat diharapkan. Terima kasih. (Drs. Soewarno S, M.Si) Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang Bapak/ Ibu anggap benar dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang tersedia :
1. Apakah di Sekolah yang bapak/ibu sudah menggunakan KTSP? a. Sudah b. Belum c. ……..
31
2. Apakah di Sekolah yang bapak sudah ada guru IPA Terpadu ? a. Sudah b. Belum c. ……..
3. Kalau jawaban pana no. 1 “sudah” apakah sudak cukup? a. Sudah b. Belum c. ……..
4. Kalau jawaban pana no. 1 “belum” bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu? a. Diajar oleh masing-masing guru (Biologi, Fisika, Kimia) secara terpisah b. Team teaching oleh guru (Biologi, Fisika, Kimia) c. ………………………………………………………………………………
5. Pernahkah ada pelatihan kepada guru-guru IPA tentang pembelajaran IPA Terpadu? a. Pernah b. Tidak Pernah c. …………….
6. Kalau pernah model pemebelajaran terpadu apa saja yang diikuti? a. Pembelajaran Terpadu Model Connected b. Pembelajaran Terpadu Model Webbed c. Pembelajaran Terpadu Type Integrated d. Pembelajaran Terpadu Model Nested e. …………………………………………
7. Menurut Bapak/Ibu perlukah diadakan pelatihan bagi guru-guru IPA tentang pembelajaran IPA Terpadu?
a. Perlu b. Tidak perlu c. …………..
8. Kalau perlu model pembelajaran terpadu yang bagaimana yangbapak/ibu inginkan? a. Pembelajaran Terpadu Model Connected b. Pembelajaran Terpadu Model Webbed c. Pembelajaran Terpadu Type Integrated d. Pembelajaran Terpadu Model Nested e. …………………………………………
9. Saran bapak/ibu untuk pembelajaran IPA Terpadu
………………………………………………………………….
32
LAMPIRAN 2
CURRICULUM VITAE
Ketua Peneliti: IV.1. Identitas
a) Nama Lengkap : Drs. Soewarno S,M.Si. b) Tempat/Tanggal Lahir : Aceh Tengah/ 13 September 1956 c) Pangkat/Golongan/NIP : Pembina Tk. I/IVb/195609131985031003 d) Jabatan Fungsional : Lektor Kepala e) Jabatan Struktural : - f) Alamat Kantor : Jalan Tengku Imum Lueng Bata Banda Aceh. g) Telp/Faks : (0651)26160/[email protected]
h) Alamat rumah : Desa Blangkrueng Kec. Baitussalam Aceh Besar i) Telp/Faks : 085277842644 j) E-mail : [email protected]
IV.2. Pendidikan (dari sarjana/yang sederajat ke atas) PERGURAN TINGGI
DAN LOKASI GELAR TAHUN IJAZAH BIDANG STUDI
Unsyiah Banda Aceh Drs 1983 Pend. Fisika
PPs UGM M.Si. 2002 Fisika
IV.3 Pengalama dalam penelitian
No Judul Penelitian Status Tahun Sponsor 1 Validitas Prediksi Nilai Ujian Akhir
Nasional (UAN) Mata Pelajaran Fisika Di SMU Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Prodi Fisika Jurusan PMIPA FKIP Unsyiah
Ketua 2004 Mandiri
2 Pemetaan Kapasitas Intelektual Siswa SD dan SMP di Provinsi NAD Melalui Metode TOLT
Ketua 2007 DIKTI
3 Profil Literasi Sains Dan Teknologi Guru IPA SD Dan SMP Serta Hubungannya Dengan Prestasi Belajar IPA Siswa SD Dan SMP Di Kabupaten Gayo Lues NAD
Ketua 2006 Pemda Gayo Lues
4 Pembelajaran Contexctual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Kelas IX dalam
Ketua 2008 DIKTI
33
Belajar Materi Listrik di SMP Negeri 2 Banda Aceh.
5 Penilaian Kinerja Guru MIPA (Matematik, Fisika, Biologi, Kimia) Yang Bersertifikasi
Anggota 2009 DIKTI
6 Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kota Banda Aceh
Ketua 2010 DIKTI
7 Analisis Permasalahan Pembelajaran dan Model Intervensi peningkatan Kompetensi Belajar Siswa SMA di Kabupaten Simelue
Anggota 2011 DIKTI
Banda Aceh, 11 Desember 2012
Drs. Soewarno S., M.Si. NIP. 195609131985031003
Anggota Peneliti 1: 1. N a m a : Drs. Agus Wahyuni, S.T, M.Pd 2. Tempat / Tgl.Lahir : Medan, 25 Agustus 1962 3. Jenis Kelamin : Laki-laki 4. Alamat rumah : Blang Krueng Baitussalam Aceh Besar 5. N I P : 131 803 340 6. Pangkat / Golongan : Penata TK I / III d 7. Jabatan Fungsional : Lektor 8. Jabatan Struktural : - 9. Jurusan / Prodi : Pendidikan Fisika 10. Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Serambi Mekkah 11. Riwayat Pendidikan :
12. Riwayat Penelitian
No Judul Penelitian Tahun Sumber Dana
No Tingkat Pendidikan
Jenis Pendidikan
Jurusan
Tahun Ijazah
1 Sarjana FKIP Unsyiah PMIPA-Fisika 1987 2 3
Sarjana Pascasarjana
STTBCI-Banda Aceh S2-Unsyiah
Teknik Informatika Manajemen Pendidikan
2007 2008
34
1. 2. 3. 4. 5.
Respon Benda KonduktifYang Tertanam di bawah Permukaan Bumi terhadap nilai Resitivy Berdasarkan metode Finite difference. Absorbsi Linear Beberapa Jenis Kayu Olahan terahadap Radiasi sinar Gamma. TDS, Daya Hantar Listrik dan Tingkat Polusi Air Tanah di Kawasan Banda Aceh Pasca Tsunami Meningkatkan Pemahaman Mahasiswa Dalam Matakuliah Mekanika Menggunakan Metode Permodelan Rekonstruksi Konsep Atom pada Calon Guru dengan Metode Grafik Tiga Dimensi (3D)
2004 2004 2006 2007 2008
Dosen Muda DIKS Dosen Muda Dosen Muda Dosen Muda
Banda Aceh, 21 September 2011 Drs. Agus Wahyuni, M.Pd NIP. 131 803 34
Anggota Peneliti 2: 1. Identitas
a) Nama Lengkap : Asmarol Hidayat, S.Pd. b) Tempat/Tanggal Lahir : Alu Paku/ 01 November 1981. c) Pangkat/Golongan/NIK : Penata Muda/III-a/0501288a. d) Jabatan Fungsional : Asisten Ahli. e) Jabatan Struktural : - f) Alamat Kantor : Prodi Pendidikan Fisika Jurusan PMIPA FKIP Universitas
Serambi Mekkah. g) Telp/Faks : (0651)26160/[email protected] h) Alamat rumah : Jln. Unmuha Desa Batoh Kec. Lueng Bata Banda Aceh.
i) Telp/Faks : 081269222048. j) E-mail : -
2. Riwayat Pendidikan No Pendidikan TAHUN IJAZAH Spesialisasi
1 SDN 17 Meulaboh 1995 -
2 MTsN Model 1 Meulaboh 1998 -
3 SMUN 2 Meulaboh 2001 IPA
4 FKIP USM Banda Aceh 2005 Pend. Fisika
35
3.Pengalaman Penelitian
No Judul Penelitian Status Tahun Sponsor 1 Korelasi Nilai UAS Mata Pelajaran
Fisika Dengan Nilai Fisika Dasar II (Suatu Tinjauan Pada Jurusan PMIPA FKIP USM)
Ketua 2006 Mandiri
2 Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu di SMP Kota Banda Aceh
Anggota 2010 DIKTI
Banda Aceh, 11 Desember 2012
Asmarol Hidayat, S.Pd. NIK. 0501288a
36
B PROSSEDING SEMINAR.
Judul Penelitian : Pengembangan Model Pelatihan IPA Terpadu Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru IPA SMP/MTs di Provinsi Aceh.
Ketua Peneliti : Drs. Soewarno S, M.Si
Penyaji : Drs. Soewarno S, M.Si
Moderator : DR. Evi Afriana, M.Pd
Hari/Tanggal : Kamis/ 27 September 2012
Tempat Seminar : Ruang Kuliah Umum Universitas Serambi Mekkah
1. Thursinawati, M.Pd
Pertanyaan : Mengapa bapak menggunakan model integrated pada pembelajaran IPA Terpadu ?
Jawab :
Berdasarkan angket kepada guru dan kepala sekolah sebagian besar menginginkan pembelajaran IPA Terpadu dengan menggunakan model Integrated dengan guru tunggal. Secara teori untuk IPA Terpadu yang diajarkan dengan guru tunggal lebih cocok model integrated daripada model yang lain
2. Drs. Jailani, M.Pd
Pertanyaan
Bahan ajar yang didesain apakah pada semua kelas ?
Jawab Ya, Kelas 1, kelas 2 dan kelas 3
3. Drs. Abubakar Ajalil, M.Si
Pertanyaan
Mengapa sampel di pilih kabupaten Abdya, Kab. Pidie dan Kab.Aceh Tengah ?
Jawab
Sesuai dengan dana yang ada tidak mungkin meneliti untuk semua kabupaten. Secara geografis, provinsi aceh dapat dibagikan kedalam 3 wilayah yaitu : pantai utara-timur, pantai barat-selatan dan bagian tengah, maka dirandom satu kabupaten mewakili untuk tiap wilayah yaitu kabupaten Pidie mewakili bagian utara-timur, kabupaten abdya mewakili pantai barat-selatan dan kabupaten aceh tengah mewakili bagian Tengah.
38
B. ARTIKEL ILMIAH
Pengembangan Model Pelatihan IPA Terpadu Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru IPA SMP/MTs di Provinsi Aceh
Soewarno S, Agus Wahyuni, Asmarol Hidayat1), 1)Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Serambi Mekkah
ABSTRAK
Pembelajaran IPA Terpadu adalah suatu penerapan materi IPA yang mencakup bidang kajian fisika, biologi dan kimia yang diajarkan secara terpadu yang memungkinkan peserta didik secara individual atau berkelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep secara holistik ataupun autentik. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan model pelatihan pembelajaran IPA Terpadu bagi guru-guru IPA SMP/MTs yang dapat meningkatkan profesionalisme guru. Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru IPA di SMP Negeri di Provinsi Aceh. Sedangkan sebagai sampel diambil secara purposive stratified random sampling dari tiga kabupaten yang berjumlah 48 orang. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa: pembelajaran IPA Terpadu belum terlaksana sesuai dengan tuntutan KTSP. Hal ini disebabkan karena perbedaan latar belakang keilmuan guru, kesulitan untuk beradaptasi kedalam pengintegrasian bidang kajian IPA, dan kurangnya pemahaman guru tentang pelaksanaan IPA Terpadu yang sesuai dengan tuntutan KTSP. Guru juga tidak memahami model-model pembelajaran terpadu. Lebih lanjut baik guru maupun kepala sekolah menginginkan adanya pelatihan pembelajaran IPA Terpadu dengan model Integrated. Berdasarkan temuan tersebut maka pada tahun I disusun bahan ajar IPA Terpadu dengan model Integrated.
Kata Kunci : model pelatihan, profesionalisme guru, IPA Terpadu, integrated
39
THE DEVELOPMENT OF TRAINING MODEL INTEGRATED SCIENCE LEARNING
IN JUNIOR SCHOOLS IN PROVINSI ACEH
Soewarno S, Agus Wahyuni, Asmarol Hidayat1) 1)Study Program of Physics, Education and Teacher Training Faculty (FKIP), Serambi Mekkah
University
ABSTRACT
The integrated science learning is the application of science subjects that includes physics, chemistry, and biology that is being taught integratedly by emphasizing on science learning, environment, technology and society that aims to enable students to thinkscientifically, rationally and critically. This study purposes to investigated the development of training model of science learning, compatibility between science learning implementation and the demand of School Unit Level Curriculum (KTSP) and the obstacles that causes the implementation of Integrated Science Learning has not been conducted in Junior Schools in Provinsi Aceh. However, as the sample of research it was investigating only two teachers from each school, that are physics teacher and a teacher of biology. Research result and analysis showed that Integrated Science Learning has never been conducted based on the demands of KTSP in those schools. Most teachers have already had knowledge about Integrate Secience, but the application does not last long. This is due to differences of teachers’ scientific backgrounds, difficulty in the implementation of Integrated Science according to the demands of KTSP. Teacher do not unde rstand the integrated learning models more teacher and principals, wanted a unified science learning training model integrated, based on the finding that in the first year of integrated science teaching materials.
Keywords : Training model, teacher professionalism, Integrated Science.
40
A. PENDAHULUAN
Dalam KTSP pada jenjang SMP/MTs menuntut sebagian pembelajaran IPA (Fisika,
Biologi dan, kimia) secara terintegrasi dalam bentuk tema atau topik yang dikenal dengan
nama IPA Terpadu. Pembelajaran IPA terpadu menuntut guru IPA yang professional,
menguasai materi IPA secara terpadu (Fisika, Kimia dan Biologi), mampu mengemas dan
mengembangkan materi dalam bentuk tema atau topik dengan menggunakan sarana dan
prasarana yang memadai (Tim Pustakia Yustisia; 2008).
Namun realitas di lapangan, bahwa guru–guru IPA SMP/MTs di Provinsi Aceh berlatar
belakang pendidikan yang berbeda-beda yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Dengan kondisi ini
diasumsikan pembelajaran IPA terpadu tidak berjalan sebagaimana yang diamanatkan oleh
KTSP. Hal ini di perkuat bahwa (1) dalam dua tahun terakhir ini LPTK FKIP Unsyiah
mendapatkan kepercayaan dalam pelaksanaan program sertifikasi guru dalam jabatan untuk guru
bidang IPA. Fakta yang terlihat dari tahun pertama dan tahun kedua adalah pembelajaran IPA
belum terintegrasi di SMP tetapi masih berbasis mata pelajaran biologi, fisika, dan kimia, (2)
Sejak tahun 2008 LPTK FKIP Unsyiah dipercayakan melaksanakan PLPG guru-guru IPA
SMP/MTs yang tidak lulus portofolio, fakta memperlihatkan bahwa guru IPA belum mampu
mengajarkan IPA secara terpadu.(3) Hasil penelitian yang dilakukan terdadap guru IPA SMPN
di Kota Banda Aceh bahwa pembelajaran IPA tidak terintegrasi, tetapi berdasarkan latar
belakang guru, yaitu guru yang berlatar belakang fisika mengajarkan fisika saja, demikian juga
untuk guru yang berlatar belakang biologi (S, Soewarno : 2010). Padahal Pelaksanaan
pembelajaran IPA Terpadu dapat dilakukan melalui team teaching atau guru tunggal yang
menguasai ketiga materi tersebut (Fisika, Biologi, dan Kimia) (Anonim, 2008).
Untuk itu diperlukan suatu desain model pelatihan pembelajaran IPA Terpadu bagi guru-
guru IPA yang operasional dan praktis yang dapat meningkatkan profesionalisme guru IPA
SMP/MTs agar guru-guru IPA dapat melaksanakan proses pembelajaran IPA Terpadu sesuai
tuntutan KTSP. Untuk dapat mendisain model pelatihan dimaksud, maka diperlukan data
tentang kondisi dan kinerja riel guru IPA selama ini serta model pelatihan yang bagaimana yang
dibutuhkan guru sesuai dengan kondisi yang ada (need assessment).
Praktik-praktik pembelajaran hanya dapat diubah melalui pengujian terhadap cara-cara
guru mengemas dan melaksanakan pembelajaran. Untuk itu, diperlukan program-program
pembinaan profesi guru. Program-program tersebut membutuhkan fasilitas yang dapat memberi
41
peluang kepada mereka learning how to learn dan to learn about teaching. Fasilitas yang
dimaksud, antara lain dalam bentuk pelatihan pembelajaran untuk meningkatkan profesi
guru (Santyasa, I.W, 2009).
Isu mengenai program pembinaan profesi guru melalui pelatihan telah diungkapkan oleh
Suastra (2006), dengan mengacu pada empat jenis program unggulan yaitu (1) program
peningkatan kualitas pembelajaran melalui pelatihan dan pelaksanaan pembelajaran dan
asesmen inovatif atau pelatihan dan pelaksanaan lesson study, (2) program peningkatan
produktivitas ilmiah guru melalui pelatihan dan pelaksanaan penelitian tindakan kelas, (3)
program peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru melalui studi lanjut ke D4 atau S1, dan
(4) program pengembangan karir guru melalui studi S2.
Pembinaan profesi guru merupakan suatu keniscayaan untuk peningkatan kompetensi mereka.
Peningkatan kompetensi guru akan berdampak positif padapeningkatan kualitas proses
pembelajaran dan perolehan belajar siswa. Oleh sebab itu, disarankan kepada pihak-pihak
pengambil kebijakan pendidikan agar secara kontinu memberikan pelayanan kepada para
guru melalui pembinaan profesi. Pelayanan yang baik bagi pengambil kebijakan kepada para
guru akan berdampak pada pelayanan yang baik bagi guru kepada siswa di sekolah.
Pelayanan pembinaan profesi guru dapat dilaksanakan melalui aktivitas pelatihan-
pelatihan, misalnya pelatihan pembelajaran dan asesmen inovatif (Santyasa, I.W,
2009).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai mata pelajaran yang memberikan pengalaman
pembelajaran cara berfikir dari suatu instruktur pengetahuan yang utuh, dapat menjadikan
undang-undang sebagai starting poin dalam pengembangan pembelajaran. IPA
menggunakan pendekatan empiris yang sistematis dalam mencari penjelasan alami tentang
fenomena alam, dan dengan demikian, pembelajaran sains menjadi wahana dalam menyiapkan
anak sebagaimana anggota masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhan dan mengkaji solusi
atas masalah-masalah yang dihadapi masyarakat (Mahmuddin:2007).
Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum
yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah
42
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan
suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual
maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara
holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3). Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba
memadukan beberapa pokok bahasan (Beane, 1995:615).
Adapun model-model pembelajaran terpadu yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
IPA Terpadu antara lain : (1) the fragment model (model tergambarkan), (2) the connected model
(model terhubung), (3) the nested model (model tersarang), (4) the sequenced model (model
terurut), (5) the shared model (model terbagi), (6) the webbed model (model terjaring), (7) the
threded model (model tertali), (8) the integrated model (model terpadu), (9) the immersed model
(model terbenam), (10) the networked model (model jaringan). (Forgaty ,1991: xiv)
Dari kesepuluh model tersebut, yang layak dipakai untuk pembelajaran IPA Terpadu : Model
Conenected (terhubung), Model Webbed, Type Integrated (keterpaduan), dan Model Nested (tersarang)
(Trianto 2011:39)
I. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk :
a. Mendiskripsikan : model pembinaan profesi guru IPA yang berlangsung di sekolah
selama ini, model-model pelatihan yang pernah diikuti oleh guru IPA, pengetahuan dan
pemahaman guru terhadap pembelajaran IPA Terpadu, kinerja guru dalam pembelajaran
IPA, kondisi dan kebutuhan guru IPA terhadap model pelatihan pembelajaran yang dapat
meningkatkan profesionalismenya sesuai dengan kondisi di lapangan.
b. Mengembangkan model pelatihan pembelajaran IPA Terpadu yang sesuai dengan
kebutuhan untuk peningkatan profesionalisme guru IPA SMP/MTs di Provinsi Aceh
B. METODE PENELITIAN
B.1 Jenis Penelitian
Sehubungan dengan tujuan utama penelitian ini, yaitu mengembangkan model pelatihan IPA
Terpadu yang dimaksudkan di sini adalah model pembinaan guru yang lebih berfokus pada
upaya pemberdayaan guru sesuai kapasitas serta permasalahan yang dihadapi, maka penelitian ini
dapat dikategorikan sebagai salah satu jenis penelitian pengembangan.
43
B.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Subyek penelitian adalah sekolah menengah pertama (SMP) di 23 daerah kabupaten/kota di
Provinsi Aceh. Selanjutnya akan dipilih 12 (dua belas) sekolah secara purposif stratified random dari
3 kabupaten/kota, yaitu 4 sekolah dari Kabupaten Abdiya mewakili pantai barat-selatan, 4 sekolah dari
Kabupaten Pidie mewakili pantai Utara-Ti,mur, dan 4 sekolah dari Kebupaten Aceh Tengah mewakili
daerah tengah. Dari setiap sekolah diambil seluruh guru IPA yang terdiri dari guru fisika, guru biologi,
dan guru kimia baik kelas VII, VIII, dan IX..
B.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel utama yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah: model-model pelatihan
yang pernah diikuti guru, pengetahuan dan pemahaman guru terhadap model pembelajaran IPA
Terpadu, kinerja pembelajaran guru selama ini, kondisi dan kebutuhan guru terhadap model
pelatihan. Definisi operasional masing-masing variabel tersebut adalah:
(1) Model-model pelatihan yang pernah diikuti guru adalah model-model pelatihan apa saja yang
pernah diikuti guru selama ini serta dampaknya terhadap kinerja guru. Data diperoleh dengan
angket kepada guru.
(2)Pengetahuan dan pemahaman guru terhadap pembelajaran IPA Terpadu, adalah kondisi
pengetahuan konseptual guru tentang pembelajaran IPA Terpadu. Kondisi pengetahuan yang
dimiliki guru akan diperoleh melalui hasil angket.
(5) Kondisi adalah kondisi riel di lapangan tentang guru, siswa serta sarana dan prasarana
penunjang yang berdampak pada kinerja pembelajaran guru. Data diperoleh melalui
wawancara, observasi, angket dan dokumentasi.
(6) Kebutuhan guru terhadap model pelatihan adalah model pelatihan yang bagaimana yang
dibutuhkan guru sesuai dengan kondisi yang ada. Data diperoleh melalui angket dan
wawancara.
B.4 Pengumpulan dan Analisis Data
1) Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan mempergunakan instrumen-instrumen
sebagai berikut:
44
c) Pedoman wawancara yang ditujukan kepada kepala sekolah, untuk memperoleh
gambaran model-model pembinaan profesi guru IPA yang dilakukan sekolah, serta
model pembinaan yang bagaimana yang diinginkan.
d) Angket yang ditujukan kepada guru IPA, untuk memperoleh gambaran tentang
pengetahuan dan pemahaman guru IPA terhadap model pembelajaran IPA Terpadu,
serta model pembinaan yang bagaimana yang diinginkan.
2) Teknik Analisis Data dan Cara Penafsiran Hasil Penelitian
Data tentang (1) model-model pembinaan profesi guru yang dilakukan sekolah selama ini,
(2) pengetahuan guru terhadap IPA Terpadu, (3) kinerja pembelajaran guru selama ini,
dianalisis dengan sytatistik prosentase dengan rumus, yaitu :
%100xNfP (Sudjana 2005:129)
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dibahas secara berturut-turut tentang demografi guru, pengetahuan
guru tentang IPA Terpadu, persiapan guru dalam pelaksaan pembelajaran IPA Terpadu,
pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu, kendala yang dialami guru dalam implementasi
pembelajaran IPA Terpadu.
C.1 Umum
Pada umumnya guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh adalah Strata Satu (S1).
dan berlatar belakang pendidikan fisika dan biologi serta mengajar berdasarkan latar belakang
pendidikannya.
Dari hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa guru IPA SMP Negeri di Provinsi
Aceh belum menerapkan pembelajaran IPA Terpadu. Adapun penyebab pembelajaran IPA
Terpadu belum diterapkan di sekolah adalah latar belakang guru yang berbeda-beda sulit untuk
beradaptasi kedalam pengintegrasian bidang kajian IPA, karena mereka memiliki latar belakang
fisika tidak memiliki kemampuan yang optimal pada kimia dan biologi, begitu juga sebaliknya.
Karena perbedaan latar belakang tersebut guru dan pihak sekolah belum melaksanakan
pembelajaran IPA Terpadu, untuk memperkecil resiko kesalahan pengajaran pada siswa.
45
C.2 Pengetahuan Guru Tentang IPA Terpadu
Diperoleh informasi bahwa para guru IPA masih membutuhkan pelatihan tentang
pembelajaran IPA Terpadu secara kontinu dan komprehensif, karena mereka merasa
pengetahuannya tentang pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu masih minim. Mereka juga
berharap seluruh guru IPA dapat mengikuti pelatihan tersebut, sehingga informasi tentang IPA
Terpadu dapat langsung diterima, tanpa melalui perantara. Melihat kenyataan bahwa masih ada
guru yang belum mendapat informasi tentang IPA Terpadu membuktikan bahwa kurang
meratanya sosialisasi tentang pembelajaran IPA Terpadu di lingkungan guru IPA sendiri di
Provinsi Aceh.
C.3 Pengetahuan Guru Tentang Model-Model pembelajaran Terpadu
Dari hasil analisi data ternyata guru-guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh belum
memahami model-model pembelajaran terpadu
C.4 Kendala-kendala yang dialami guru dalam implementasi IPA Terpadu
Melakukan sesuatu yang baru atau inovasi tentunya tidak mudah untuk dilaksanakan,
begitu pula dengan pembelajaran IPA Terpadu yang diharuskan oleh pemerintah untuk
dilaksanakan di sekolah tingkat SMP sesuai dengan peraturan menteri yang dikeluarkan tahun
2006. Pembelajaran ini tentunya diharapkan dapat menigkatkan dan menaikkan mutu pendidikan
di Indonesia umumnya dan Provinsi Aceh khususnya, namun ternyata dalam pelaksanaanya
pelaku pendidikan menemukan beberapa kendala yang menghambat terwujudnya proses
pembelajaran IPA Terpadu ini, sehingga tidak dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Berdasarkan hasil pengolahan data ditemukan 9 kendala umum yang di alami oleh guru
dalam penerapan pembelajaran IPA Terpadu di sekolah. Kendala-kendala tersebut adalah : (1)
kurang lengkapnya sarana belajar seperti laboratorium, (2) rendahnya motivasi belajar siswa, (3)
kurang cukup tersedianya buku pelajaran yang menunjang PBM, (4) kompetensi guru yang
kurang memadai, (5) rasio siswa perkelas yang melebihi kapasitas, (6) kuantitas guru masih
kurang, (7) alokasi waktu yang tidak efektif, (8) kesukaran guru dalam mengaitkan konsep, dan
(9) berkurangnya beban jam pelajaran yang diemban guru-guru yang tercakup kedalam bidang
kajian IPA.
46
Motivasi belajar siswa yang sangat rendah merupakan kendala dengan persentase terbesar
dalam implementasi pembelajaran IPA Terpadu. Sebagus dan sebaik apapun rancangan suatu
kurikulum, namun jika tidak diiringi oleh motivasi belajar yang tinggi, maka tujuan pendidikan
akan sangat sulit dicapai. Kurangnya motivasi belajar ini disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya guru kurang dapat menarik minat siswa, dan guru jarang mengaitkan materi
pelajaran dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa merasa tidak menemukan manfaat dari
apa yang dipelajarinya. Selain itu terdapat faktor-faktor internal lainnya menyangkut kehidupan
pribadi siswa.
Masih adanya beberapa sekolah yang tidak memiliki laboratorium dan alat peraga untuk
pembelajaran, padahal kelengkapan sarana merupakan salah satu faktor penting keberhasilan
pembelajaran. Meskipun di beberapa sekolah sudah memiliki fasilitas laboratorium yang
lengkap, masih banyak guru IPA yang tidak mampu menggunakan alat peraga tersebut. Bahkan
di beberapa sekolah memiliki alat-alat peraga terbaru yang dapat menunjang PBM, namun
karena guru-guru IPA di sekolah yang bersangkutan belum mampu mengoperasikannya, alat-
alat tersebut tidak digunakan sehingga hanya menjadi hiasan di laboratorium sekolah. Alangkah
baiknya apabila pemerintah juga memberikan pelatihan khusus bagi guru-guru IPA dalam
pengoperasian alat-alat praktikum, sehingga dapat mempermudah guru dalam melaksanakan
PBM dan menambah minat siswa untuk menggali ilmu IPA lebih dalam lagi.
Kompetensi guru yang kurang memadai pun ikut mewarnai terkendalanya pembelajaran
IPA Terpadu di laksanakan di SMP Negeri Provinsi Aceh. Berdasarkan hasil wawancara
langsung, faktanya hampir semua guru mengeluhkan sulitnya pelaksanaan pembelajaran IPA
Terpadu di karenakan latar belakang guru yang berbeda-beda. Dengan perbedaan tersebut guru-
guru di tuntut untuk memepelajari kembali ilmu yang bukan bidangnya, bukannya tidak bisa,
tetapi pastinya hasilnya tidak akan optimal. Jika Ipa Terpadu diajarkan oleh guru tunggal, pada
saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau
mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar
belakang pendidikan guru itu sendiri.
Guru yang tercakup kedalam bidang kajian IPA merasa berkurangnya jam pelajarannya,
dikarenakan tidak setiap semester ada pelajaran fisika, biologi maupun kimia di tiap tingkatan
kelas.
47
Dengan beberapa kendala seperti yang diuraikan di atas, sebagian besar guru-guru SMP
negeri di Provinsi Aceh, kembali mengajar seperti sebelumnya, yaitu berdasarkan disiplin ilmu
masing-masing. Guru fisika tetap mengajar fisika dan guru biologi tetap mengajar biologi. Akan
tetapi di beberapa sekolah masih ada guru-guru yang mengajar semua pelajaran IPA atau guru
dengan bidang studi biologi mengajar biologi dan kimia, demikian juga untuk guru fisika
mengajar fisika dan biologi, atau sebaliknya.
C.5. Keinginan guru-guru IPA dan Kepala Sekolah tentang pelatihan.
Pada umumnya semua guru IPA dan kepala sekolah SMP Negeri di Provinsi Aceh
menginginkan adanya pelatihan pembelajaran IPA terpadu dengan model integrated dengan guru
tunggal.
D. SIMPULAN DAN SARAN
D.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa :
1. Pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Provinsi Aceh belum terlaksana sebagaimana
tuntutan KTSP.
2. Belum ada pembinaan guru IPA dalam hal pembelajaran IPA Terpadu.
3. Guru IPA belun memahami tentang pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu yang
sesuai dengan tuntutan KTSP.
4. Guru IPA belum memahami tentang model-model pembelajaran terpadu
5. Guru IPA dan Kepala Sekolah menginginkan pelatihan tentang pembelajaran IPA
Terpadu dengan model Integrated dengan guru tunggal.
D.2 Saran
1 Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat menguji kelaikan model Integrated
sebagai sebuah model yang dapat meningkatkan profesionalisme guru IPA.
2 Diharapkan kepada guru IPA SMP di Provinsi Aceh agar dapat terus mengingkatkan
pemahamannya tentang IPA Terpadu agar pengimplementasian IPA Terpadu dapat dilakukan
dengan baik.
48
E. DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta, Depdiknas.
Forgarty R. 1991. The Mindful School: How to Integrate the Curricula. Palatine, Illinois: IRI/Skylight Publishing. Inc.
Mahmuddin,2007.Pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-empiris-induktif/
http://mahmuddin.wordpress.com/2007/11/09http://www.pdk.go.id. Santyasa, I W., 2009. Keberadaan Dan Kepentingan Pengembangan Model Pelatihan
Untuk Pembinaan Profesi Guru, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
S. Soewarno.,Hidayat Asmarol. 2010. Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu di SMP
Negeri Kota Banda Aceh. Laporan penelitian. Lemlit Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh.
Suastra, I W. 2006. Strategi dalam menyikapi berlakunya Undang-Undang Guru dan Dosen.
Makalah. Disajikan pada workshop peningkatan profesionalisme pengawas sekolah se kabupaten Buleleng, tanggal 24-26 Agustus 2006, di Singaraja.
Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi Ke 7. Bandung: Tarsito.
Tim Pustaka Yustisia. 2008. Panduan Lengkap KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Jogjakarta: Pustaka Yustisia.
Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
C. SINOPSIS PENELITIAN LANJUTAN
1. Judul : Pengembangan Model Pelatihan Pembelajaran IPA Terpadu
untuk Meningkaktan Profesionalisme Guru IPA SMP/MTs.
2. Rancangan Penelitian : Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak
penggunaan model pelatihan pembelajaran IPA Terpadu, maka
penelitian dirancang dalam bentuk eksperimen, yaitu
membandingkan pencapaian profesi guru yang memperoleh model
pelatihan pembelajaran IPA Terpadu dengan pencapaian profesi
guru yang tidak memperoleh model pelatihan pembelajaran IPA
Terpadu. Dalam hal ini, rancangan penelitian eksperimen yang
49
akan digunakan adalah “Randomized Group Design” dengan
skema sebagai berikut.
R E1 T1 O1
R E2 T2 O2
Keterangan:
R = random (untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol)
E1 = kelompok eksperimen
E2 = kelompok kontrol
T1 = perlakuan kelompok eksperimen (dengan model IPA Terpadu)
T2 = perlakukan kelompok kontrol
(pembelajaran konvensional)
O1 = Observasi kelompok eksperimen
O2 = Observasi kelompok kontrol