37
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang di seluruh bidang kehidupan demikian cepat dewasa ini. Baik secara langsung atau tidak, hal ini berpengaruh pada kehidupan pendidikan dalam keluarga di masyarakat Indonesia. Permasalahan yang dihadapi lembaga pendidikan dan keluarga muslim pun kini semakin kompleks. Keadaan tersebut, menuntut perhatian semua pihak, terutama orangtua, guru, lembaga pendidikan, dan masyarakat yang terlibat langsung di bidang pembinaan pendidikan, khususnya dalam keluarga muslim. Hal tersebut untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam upaya menangkal dampak negatif yang dapat mengurangi kebahagiaan dan kesejahteraan kehidupan pendidikan dan keluarga. Keluarga bahagia, merupakan harapan semua orang yang telah berniat mengikatkan diri dalam suatu kesatuan masyarakat terkecil di masyarakat. Kriteria atau arti bahagia ini berbeda-beda ukurannya, atau relatif antara satu orang dengan orang yang lain. Semua orang memiliki ukuran dan rasa bahagia sesuai dengan pandangan dirinya sendiri. Rumah tangga harmonis saat ini tidak dapat dibandingkan dengan kriteria harmonis pada dua atau tiga dekade yang lalu. Hal ini, dipengaruhi adanya pergeseran pandangan mengenai nilai bahagia. Dewasa ini seseorang cenderung berkiblat pada aliran modern yang materialisme

Bab I [175 KB]

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab I [175 KB]

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang di seluruh bidang kehidupan

demikian cepat dewasa ini. Baik secara langsung atau tidak, hal ini berpengaruh

pada kehidupan pendidikan dalam keluarga di masyarakat Indonesia.

Permasalahan yang dihadapi lembaga pendidikan dan keluarga muslim pun kini

semakin kompleks.

Keadaan tersebut, menuntut perhatian semua pihak, terutama orangtua,

guru, lembaga pendidikan, dan masyarakat yang terlibat langsung di bidang

pembinaan pendidikan, khususnya dalam keluarga muslim. Hal tersebut untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam upaya menangkal dampak

negatif yang dapat mengurangi kebahagiaan dan kesejahteraan kehidupan

pendidikan dan keluarga.

Keluarga bahagia, merupakan harapan semua orang yang telah berniat

mengikatkan diri dalam suatu kesatuan masyarakat terkecil di masyarakat.

Kriteria atau arti bahagia ini berbeda-beda ukurannya, atau relatif antara satu

orang dengan orang yang lain. Semua orang memiliki ukuran dan rasa bahagia

sesuai dengan pandangan dirinya sendiri. Rumah tangga harmonis saat ini tidak

dapat dibandingkan dengan kriteria harmonis pada dua atau tiga dekade yang lalu.

Hal ini, dipengaruhi adanya pergeseran pandangan mengenai nilai bahagia.

Dewasa ini seseorang cenderung berkiblat pada aliran modern yang materialisme

Page 2: Bab I [175 KB]

2

dalam menyimpulkan apa itu bahagia. Misalnya yang terjadi dan dianut oleh

masyarakat materialisme dan pragmatisme.

Berdasarkan paparan tersebut di atas pendidikan sangat menentukan diri

anak dalam perkembangannya menuju ke arah yang lebih baik. Pada zaman

globalisasi ini sesuatu dapat berubah dengan serba cepat dan pesat. Perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi menciptakan alat-alat canggih bahkan kecepatan

alat dapat mengalahkan kecepatan manusia.1 Pendidikan adalah semacam

investasi untuk menumbuhkan sumber-sumber manusia yang tidak kurang nilai

dari investasi pada pertumbuhan sumber-sumber materiil.2

Hasan Langgulung mengemukakan,3 bahwa di antara segi-segi pertumbuhan

dan persiapan pendidikan anak yang memungkinkan adalah membuka dan

mengembangkan serta memperkenalkan kepada anak tentang hak-hak yang

diberikan Tuhan sebagai individu dalam suatu masyarakat Islam. Anak juga harus

disiapkan dengan sehat untuk menikmati dan memperkenalkan dengan bijaksana

hak-hak tersebut dalam memikul kewajiban dan tanggung jawab dengan penuh

kemampuan. Hal tersebut, untuk mengadakan hubungan sosial yang berhasil dan

kehidupan ekonomi yang produktif. Dengan demikian, dapat dipahami oleh

orangtua bahwa anak-anak dalam pertumbuhannya harus dipersiapkan dengan

sematang mungkin, melalui pendidikan untuk mengembangkan dirinya sebagai

1 Dindin Jamaludin, Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hal. 31.

2 Irawati Istadi, Istimewakan Setiap Anak (Jakarta: Pustaka Inti, 2005), hal. 54.

3 Hasan Langgulung, Azas-azas Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Al Husna,1986), hal. 70.

Page 3: Bab I [175 KB]

3

seorang muslim yang tidak hanya mementingkan hak tetapi juga mengetahui

kewajibannya terhadap Tuhan.

Islam memandang betapa pentingnya pendidikan bagi anak sebagai salah

satu tujuan pokok yang dituju oleh individu atau masyarakat untuk membinanya.

Upaya tersebut adalah sebagai salah satu alat kemajuan dan ketinggian bagi

individu dan masyarakat yang merupakan langkah pertama untuk membina

keterampilan dan sikap yang diinginkan pada diri anak ke arah yang lebih baik.4

Pendidikan secara langsung merupakan dasar pembentukkan kepribadian,

kemajuan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kemajuan kehidupan sosial

pada umumnya. Ilmu pengetahuan telah menjadi dasar perkembangan teknologi

serta menjadi tulang punggung pembangunan dan kehidupan modern dalam

meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Karena itu pendidikan mempunyai

peranan yang sangat berarti dalam kehidupan anak. Dengan pendidikan anak

dalam kiprahnya di dunia ini dapat berbuat banyak. Melalui pendidikan anak

berhasil memecahkan segala persoalan yang dihadapi, dan memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baru yang bermanfaat di dalam perjalanan

hidupnya.

Di lingkungan keluarga seorang anak mendapatkan pendidikan yang

pertama dan utama serta mendapatkan pengaruh dari orangtuanya.5 Karena itu,

keluarga merupakan pendidik tertua yang bersifat informal dan kodrati. Lahirnya

keluarga sebagai lembaga pendidikan semenjak manusia itu ada dan tugas

4 Ibid., hal. 71.

5 Tim Pengembangannya PMDK IKIP Semarang (Dasar-dasar Pendidikan, Semarang: IKIP, 1991), hal. 312.

Page 4: Bab I [175 KB]

4

keluarga adalah meletakkan dasar-dasar pertumbuhan dan perkembangan anak,

agar anak berkembang dengan baik.

Tugas mendidik anak pada hakikatnya tidak bisa dilimpahkan kepada orang

lain. Kalaupun anak dimasukkan ke lembaga sekolah, tugas dan tanggung jawab

mendidik anak tetap berada melekat di tangan orangtuanya. Pendidikan di luar

keluarga adalah sebatas bantuan dan meringankan beban saja.6

Menurut Zakiah Daradjat,7 keluarga bukan saja bertugas mendidik anak-

anak tetapi sekaligus mampu memerankan anak, di mana anak diharapkan mampu

memerankan dirinya, menyesuaikan diri, mencontoh pola dan tingkah laku dari

orangtua serta dari orang-orang yang berada dekat dengan lingkugan keluarga.

Jadi peran ayah, ibu, dan seluruh anggota keluarga penting bagi proses

pembentukkan dan pengembangan pribadi anak.

Dalam lingkungan keluarga anak pertama kali berkenalan, berinteraksi

dengan ayah dan ibu serta saudara-saudaranya.8 Melalui perkenalan itu terjadi

proses penerimaan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai hidup dan

berkembang di lingkungan keluarga. Segala apa saja yang diterimanya pada

proses awal perkenalan itu akan menjadi pedoman pembentukan kepribadian

anak. Dengan demikian keluarga dituntut untuk dapat merealisasikan nilai-nilai

yang positif sehingga terbentuk dan terbina anak yang baik.

6 Hadawi Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas (Jakarta: Gunung Agung, 1985), hal. 11.

7 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bina Aksara,1991), hal. 35.

8 Nur Ahid, Pendidikan keluarga dalam Perspektif Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal.4.

Page 5: Bab I [175 KB]

5

Ajaran Islam memerintahkan agar para orangtua berlaku sebagai kepala dan

pemimpin dalam keluarganya serta berkewajiban untuk memelihara keluarganya

dari api neraka. Dalam hal ini Allah menegaskan dalam Al-Qur’an,9 yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamudari api neraka.”

Anak adalah amanat Allah yang senantiasa harus dijaga dan dibimbing

dengan baik. Anak sebagai generasi penerus keluarga dan bangsa yang bisa

menentukan jalan menuju surga atau nerakanya Allah. Apabila anak dibimbing

dengan baik tentu akan membawa keberkahan pada kehidupan baik untuk dirinya

maupun orang lain. Peran pendidikan sangat besar dalam menjaga seorang anak

yang merupakan amanah Allah juga sebagai kontribusi untuk membangun masa

depan bangsa.

Kehidupan keluarga, apabila diibaratkan sebagai suatu bangunan, demi

terpelihara bangunan itu dari hantaman badai dan goncangan gempa, maka

bangunan itu harus didirikan di atas pondasi yang kuat dengan bahan bangunan

yang kokoh serta diimbangi dengan jaringan perekat yang lengket. Pondasi

kehidupan dalam kekeluargaan adalah pendidikan, ajaran agama, disertai dengan

kesiapan yang baik antara fisik dan mental bagi calon ayah dan ibu. Kesiapan lain

adalah kesiapan materi, agar dalam membina rumah tangga itu dapat berjalan

dengan baik, sesuai dengan harapan untuk mencapai kebahagiaan, sebagai tujuan

hidup berumah tangga.10

9 Q.S. At-Tahrim (66): 6.

10 Taqiudin, Pendidikan Untuk Semua, Dasar dan Falsafah Pendidikan Luar Sekolah (Bandung : Mulia Press, 2008), hal. 71.

Page 6: Bab I [175 KB]

6

Dalam rumah tangga antara suami dan istri mempunyai pembagian tugas

dan kerja serta hak dan kewajiban yang jelas dan harus dilaksanakan. Seorang

wanita yang menjalani peranannya sebagai istri, menurut Taqiyuddin,11 harus

melewati empat tahapan, yaitu: mengandung, melahirkan, menyusui dan

membesarkan anak-anaknya dengan baik. Wanita mendapat pahala dalam setiap

tahapnya. Pada tahapan pertama, ketika mengandung maka selama kehamilannya

disamakan dengan seorang yang terus menerus berpuasa, bershalat dan berjihad

dengan jiwa dan kekayaan di jalan Allah. Tahapan kedua, ketika melahirkan

mendapat ganjaran yang melimpah. Tahapan ketiga, ketika menyusui ia mendapat

ganjaran seperti orang yang memerdekakan seorang budak setiap kali menyusui.

Tahap keempat memelihara dengan baik.

Selama bayi dalam kandungan, seorang ibu hendaknya terus memberikan

pendidikan kepada janin. Banyak fakta yang membenarkan bahwa bayi yang

masih dalam kandungan sudah belajar dari apa yang dilakukan oleh orang tuanya

atau ibunya. Suasana lingkungan sekitar berpengaruh terhadap bayi yang masih

dalam kandungan.12 Perilaku ibu selama anak dalam kandungan akan berpengaruh

besar terhadap perilaku anak, karena apa yang dilakukan ibu merupakan

11 Ibid.,hal.78.

12 Hasil penelitian para ilmuan bahwa program-program stimulasi dini dari seorang ibu dapat meningkatkan nilai tes kecerdasan dalam pelajaran utama pada anak dari masa janin, masa bayi, hingga usia 15 tahun. Anak tersebut mencapai kecerdasan 15 hingga 30% lebih tinggi. Stimulasi tidak hanya mengembangkan pencabangan sel otak lebih banyak dan daerah kortikal otak yang tebal juga lebih cerdas dan lebih terampil bersosialisasi. Di samping itu tumbuh sehat dan pintar, juga seorang ibu harus memberikan pendidikan agama dan akhlak dari perilakunya sendiri tentang mempraktekkan kejujuran, ketekunan beribadah, kesolehan, dan sebagainya. Cholis Nafis, Fikih Keluarga Menuju Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah Keluarga Sehat dan Berkualitas (Jogjakarta: Mitra Abadi Press), hal. 234-235.

Page 7: Bab I [175 KB]

7

pendidikan kepada janin. Misalnya anak dapat merasa dan mengetahui perbedaan

antara gelap dan terang.

Menurut Taqiyuddin,13 beban istri dalam memelihara anak-anaknya lebih

banyak tiga kali lipat dari suaminya, karena ia mengandung, melahirkan,

menyusui dan merawatnya. Sedangkan suami hanya memberikan nafkah bagi

kebutuhan keluarga. Karena setiap kali ibu mengandung mengalami kesusahan

dan kepayahan tetapi dilakukannya dengan sabar dan ikhlas serta lebih banyak

pengorbanan bagi anak-anaknya. Begitu besar perjuangan ibu pada saat proses

melahirkan dengan kesakitan dan rela mengorbankan nyawa bila gagal melahirkan

bayinya. Begitu pula pada saat menyusui hingga usia anak 2 tahun dan

mengasuhnya. Sedangkan ayah tidak mengalami hal itu. Faktor-faktor inilah yang

menjadikan setiap anak secara fitrah memiliki kecenderungan lebih dekat dengan

ibunya daripada dengan ayahnya. Bagi ibu dan ayah sangat berguna memahami

fitrah anak semacam ini, dalam membina dan memberi bimbingan kepada anak.14

Lamanya setiap anak terikat dengan ibunya berdasarkan tahapan-tahapan

mengandung, melahirkan, menyusui dan menyapihnya adalah minimal 30 bulan.

Ikatan fisik maupun psikis yang begitu lama ini, memberikan dampak emosional

13 Taqiyuddin, Pendidikan Untuk Semua, Dasar dan Falsafah Pendidikan Luar Sekolah (Bandung: Mulia Press, 2008), hal. 79.

14 Dalam bahasa Arab, fitrah dengan segala bentuk derivasinya mempunyai arti belahan (syiqah), muncul (thulu), kejadian (al-ibtida) dan penciptaan (khalqun), juga berarti sifat pembawaan yang sejak lahir. Jika dihubungkan dengan manusia, maka yang dimaksud dengan fitrah adalah apa yangmenjadi kejadian atau bawaan manusia sejak lahir atau keadaan semula. Jadi ditegaskan pula bahwa fitrah mengandung pengertian bahwa Allah menciptakan ciptaan-Nya (makhluk) dan menentukan tabiatnya untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian pengertian fitrah secara semantik berhubungan dengan hal penciptaan (bawaan) sesuatu sebagai bagian dari potensi yang dimiliki. Kata fitrah dengan berbagai bentuk derivasinya disebut 28 kali, 14 kali disebut dalam kontek uraian tentang bumi dan langit sedang yang lainnya disebut dalam kontek pembicaraan tentang manusia baik yang berhubungan dengan fitrah penciptaan maupun fitrah keagamaan yang dimilikinya.

Page 8: Bab I [175 KB]

8

kepada anak pada masa-masa selanjutnya yaitu sifat dan sikap ketergantungan

kepada ibunya dalam urusan makan, minum, perlindungan, kebersihan, ataupun

komunikasi dengan dirinya. Karena itu perasaan wanita lebih peka daripada pria,

karena hal ini berkaitan dengan peran utamanya yaitu sebagai ibu.

Para ibu dan ayah dapat mengambil peran sesuai dengan kedudukannya

masing-masing. Sebagai seorang ibu dari anak-anaknya, maka diharapkan ibu

memberi bimbingan dengan lemah lembut dan penuh perasaan. Sedangkan ayah,

bagi anak-anaknya dalam memberikan bimbingan hendaknya lebih lugas dan

rasional. Peran ayah sebagai seorang suami mempunyai kewajiban sebagai

pemimpin untuk memelihara rumah tangga, melindungi dan memberi rasa aman

serta berkewajiban untuk mencari nafkah, baik itu nafkah secara lahir misalnya

memberi tempat tinggal yang layak, memberi makanan, pakaian dan sebagainya

maupun nafkah secara batin yaitu perlakuan yang baik, sabar, menghormati,

memberi perhatian, kasih sayang, dan bersikap adil sesama anggota keluarga.

Menurut M. Anis,15 “bahwa kaum laki-laki mempunyai kewajiban yang

banyak selaku pemimpin atas penanggung jawab terhadap istri dan keluarganya”.

Yaitu:

a. Ri’ayah yaitu kewajiban memelihara dan memimpin.

b. Himayah yaitu kewajiban melindungi dan memberi rasa aman.

c. Alaihim nafakah yaitu kewajiban memberi nafakah.

Ri’ayah mengandung makna memimpin, menggembala, mengawasi,

meneliti, mengatur, merencanakan dan mengasihi. Dari makna tersebut dapat

15 Muh. Anis, Sukses Mendidik Anak (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009), hal. 106-111.

Page 9: Bab I [175 KB]

9

dipahami bahwa suami mempunyai kewajiban memelihara serta menjaga istri dan

keluarganya agar terhindar dari akhlak tercela, menjaga keharmonisan dan

perasaannya. Untuk mewujudkan hal tersebut suami atau ayah menempuh dengan

cara menyantuni keluarga dengan perlakuan yang baik. Sehingga terjalin

hubungan yang harmonis dan komunikatif antar sesama anggota keluarga. Begitu

pula memberikan pendidikan atau nasihat yang baik agar anggota keluarga

mempunyai akhlak yang baik, mampu menerima segala kekurangan dan kelebihan

setiap anggota keluarga serta taat beribadah kepada Allah.

Sedangkan makna Himayah dapat diungkapkan bahwa suami sebagai

kepala keluarga berkewajiban menjaga, melindungi dan mempertahankan istri dan

keluarganya dari madarat yang akan menimpanya. Menjaga harga diri, melindungi

kehormatannya serta memberi pengayoman untuk menciptakan rasa aman. Serta

berkewajiban untuk memberi kasih sayang dan bersikap adil. Begitu pula Alaihim

nafakah yaitu berkewajiban memberi nafkah kepada istri dan keluarganya baik

nafkah lahir maupun nafkah batin.

Kedudukan suami atau ayah sebagai pemimpin keluarga bukan semata-mata

berkewajiban mencari dan menyediakan nafkah, tetapi bagaimana dia mampu

mengendalikan rumah tangga, sehingga setiap anggota keluarga dapat menikmati

makna keluarga, agar setiap anggota keluarga dapat secara terus menerus

meningkatkan kualitas pribadinya dalam berbagai segi kehidupan misalnya dalam

segi beribadah kepada Allah, sesama manusia, peningkatan dan penguasaan

pengetahuan, keterampilan dan nilai.

Page 10: Bab I [175 KB]

10

Berdasarkan keterangan tersebut di atas, figur ayah merupakan pemimpin

rumah tangga dituntut untuk menunjukkan dirinya sebagai seorang lelaki yang

bertanggung jawab, berwibawa, bersikap demokratis, bijaksana, adil dan sebagai

motivator bagi anggota keluarganya. Seorang ayah harus menyadari bahwa setiap

ucapan dan tindakannya akan selalu berpengaruh terhadap pertumbuhan

perkembangan anak. Oleh karena itu, dia dituntut untuk selalu sadar bahwa dia

sebagai pemimpin dan selalu menunaikan tugas pengendalian rumah tangga. yang

terpenting adalah terjadinya proses identifikasi oleh anak yang terjadi di setiap

kesempatan. Dengan demikian kepemimpinan ayah yang baik akan membuahkan

identifikasi yang baik bagi anak.

Lain halnya dengan seorang ibu, ayah mempunyai tanggung jawab

sebagaimana seorang kepala keluarga, namun berbeda peranannya. Menurut

Islam, teratur tidaknya rumah tangga berada di tangan istri. Karena pengaturan

rumah tangga seorang ibu mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda

dengan seorang ayah. Zakiah Daradjat,16 mengatakan bahwa seorang ibu

mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pengaturan rumah tangga, di

antaranya: a) Pengaturan tata ruang, meliputi pengaturan meja, kursi, letak hiasan,

pengaturan bunga sehingga tampak indah dan harmonis; b) Pengaturan kebersihan

rumah tangga. Kebersihan di sini meliputi kebersihan dari kotoran dan najis.

Kebersihan rumah tangga mencakup keduanya dan kebersihan seluruh rumah

termasuk lingkungan, pakaian dan makanan; c) Pengaturan waktu kerja di rumah,

meliputi waktu belajar, makan, istirahat atau bermain.

16 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang , 2005), hal. 48.

Page 11: Bab I [175 KB]

11

Dalam rangka mengemban tugas dan tanggung jawab itu secara tidak

langsung seorang ibu melaksanakan pendidikan terhadap anak-anaknya. Seorang

ibu setidaknya harus menguasai berbagai dasar pengetahuan yang berdasar

kerumahtanggaan. Pengaturan tata ruang dan lingkungan berarti membiasakan dan

mencontohkan pentingnya keindahan dan keserasian. Penerapan kebersihan

berarti mengajarkan kepada anak agar selalu bersih, baik dari kotoran maupun

najis, hal ini sesuai dengan tuntunan fiqih Islam. Pengaturan waktu sangat penting

untuk membiasakan anak menghargai waktu, memanfaatkan secara tepat dan

melatih hidup teratur, disiplin. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam Q.S Al-

Furqan (25): 47 yang menunjukkan adanya waktu untuk bekerja dan waktu untuk

istirahat. Seorang ibu melakukan pengaturan kegiatan yang melibatkan anggota

keluarga terutama anak-anaknya dalam rangka mendidik dan membiasakan

mereka. Anak yang lebih dewasa diberi tugas yang berat, dan sebaliknya anak

yang masih kecil diberi tugas yang ringan.

Hal terpenting dari seorang ibu selain merawat anak-anaknya, ibu juga

menjadi pendidik pertama bagi anak-anaknya. Ibu menjadi lingkungan pendidikan

pertama sejak anak masih dalam kandungan. Hal ini karena rahim ibu tidak hanya

berfungsi memberikan gizi pada janin, melainkan juga secara tidak langsung

memberi pendidikan. Peran ibu dalam kehidupan anak, sebagai orang yang

merawat perkembangannya serta sebagai lingkungan pendidikan yang pertama

sangat berkaitan erat, karena ibu dalam merawat perkembangan anak maka secara

otomatis ibu juga memberikan kepada anak pendidikan, baik secara sengaja

maupun tidak disengaja. Oleh karena itu, dalam rumah tangga dibutuhkan seorang

Page 12: Bab I [175 KB]

12

ibu selain untuk merawat anak juga akan mendidik anak-anaknya. Karena

seorang ibu dapat memberikan pengaruh yang menentukan bagi intelektualitas,

mentalitas, akhlak mulia maupun spiritualitas.

Begitu pula setiap ibu harus menyadari bahwa mendidik anak berarti

mempersiapkan atau melahirkan suatu generasi bangsa yang akan datang.

Seorang ibu memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya, maka ibu

telah menyelamatkan kehidupan suatu bangsa, dan telah membangun landasan

fundamental terhadap bangunan masyarakat yang kokoh dan kuat, karena itu

peranan ibu sangat penting untuk menentukan kehidupan anak-anaknya di masa

mendatang.

Peran orangtua dalam pendidikan terutama ibu sebagai madrasatul ula bagi

anak-anaknya, menurut pendapat Abu Azam Al Klateni,17 peran ibu sebagai

madrasatul ula bagi anak-anaknya merupakan anugerah terindah dalam

kehidupan seorang wanita, karena betapa banyak para wanita yang tidak diberi

kesempatan oleh Allah sebagai ibu dan menjadi madrasatul ula atau sekolah

pertama bagi para anak.

Pendidikan anak dimulai dari ibu sebagai madrasah pertama mengenal

berbagai hal baru dalam hidupnya, belajar berbicara, berjalan, menimba ilmu,

akhlak mulia serta membentuk kepribadiannya demi mengarungi kehidupan ini.

Mendidik anak adalah tugas mulia bagi seorang ibu juga merupakan kewajiban

besar karena ibu sebagai pilar utama dalam proses pendidikan anaknya.

17 Abu Azam Al Klateni, Peran Ibu Sebagai Madrosatul ula (Jakarta: Bening Hati, 2012), hal. 120.

Page 13: Bab I [175 KB]

13

Keberhasilan, kesuksesan, dan berprestasi seorang anak sangat berkaitan erat

dengan peran ibu sebagai madrasah pertama bagi anaknya.

Untuk menjadi madrasah pertama bagi anaknya dibutuhkan berbagai bekal

utama, karena bekal yang dimiliki ibu sangat mempengaruhi proses pembelajaran

anak yang diasuhnya. Adapun beberapa bekal utama yang dipersiapkan sejak dini

adalah: 1) Iman dan takwa; 2) ilmu dan pengalaman; 3) sabar dan tawakal; 4) doa

dan keikhlasan.18

Meskipun di antara suami dan istri terdapat pembagian kerja atau

pembagian tugas yang jelas, namun dalam menjalankan tugas dan peranannya itu

bukan berarti berjalan sendiri-sendiri. Mereka adalah satu ikatan keluarga dalam

berumah tangga sehingga tetap keduanya harus bekerja sama yakni saling

membantu satu sama lain, sehingga terjadi kekompakan dalam kehidupan rumah

tangganya. Begitu pula dalam melakukan pendidikan dan pembentukan

kepribadian dan akhlak anak dilakukan bersama-sama sehingga tercermin

keterkaitan yang erat antara orangtua. Kekompakan, kerjasama dan keselarasan,

keserasian antara suami isteri itu diwujudkan dalam sikap:19 a) saling tolong

menolong dalam kepemimpinan; b) Saling tolong menolong dalam mencari

nafkah; c) Saling tolong menolong dalam mendidik anak; d) Saling tolong

menolong dalam mengatur urusan rumah tangga.

Pada realitanya di lapangan berdasarkan hasil temuan di perumahan Mega

Nusa Endah kota Cirebon, bahwa anggota masyarakat berasal dari berbagai

18 Ibid., hal. 21.

19 Taqiyuddin, Pendidikan Untuk Semua, Dasar dan Falsafah Pendidikan Luar Sekolah (Bandung: Mulia Press, 2008), hal. 76.

Page 14: Bab I [175 KB]

14

wilayah di Indonesia dan beragama mayoritas Islam. Pada saat ini masyarakat

muslim di komplek perumahan Mega Nusa Endah dihadapkan pada permasalahan

pendidikan dan keluarga yang mengancam kelangsungan kebahagiaan. Hal ini

karena kecenderungan seorang istri atau ibu beralih fungsi dan berperan ganda

menjadi pencari nafkah bahkan menjadi pelaku aktif dalam ranah-ranah yang

semula menjadi wilayah garapan kaum laki-laki. Misalnya dunia bisnis, PNS, dan

karier profesional lainnya. Dengan demikian peran keluarga yang tadinya begitu

sakral dan eksklusif kini menjadi salah satu bagian. Terkadang sebagian keluarga

menyerahkan pendidikan anak pada kakek neneknya, para pengasuh atau

pembantu, mengundang tenaga pendidik kerumah sebagai guru privat dan

menyerahkan kepada pihak sekolah, sedang para orangtua sibuk dengan

pekerjaannya.

Dengan kecenderungan istri atau ibu ikut bekerja di luar rumah untuk

mencari nafkah maka intensitas waktu, perhatian terhadap keluarga terutama

anak-anak semakin berkurang. Hal ini dapat menyebabkan perilaku anak-anak

menjadi rawan, menghadapi berbagai masalah dan cenderung berperilaku

menyimpang dari norma-norma terutama norma agama sehingga akhlak mereka

jadi tidak baik. Tetapi banyak juga keluarga yang suami istri bekerja di luar rumah

untuk mencari nafkah anak-anaknya pun tidak mengalami hambatan yang berarti

dalam pertumbuhan, pendidikan, komunikasi, intelektualitas maupun akhlaknya.

Mengapa bisa demikian? Hal ini karena mereka memperlakukan keluarga dengan

perhatian, kasih sayang secara sungguh-sungguh semua kejadian yang mungkin

terjadi telah dipersiapkan antisipasinya secara sistematis.

Page 15: Bab I [175 KB]

15

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penelitian ini memberikan

penekanan terutama pada aspek-aspek yang berkaitan dengan sistem pendidikan

orangtua yang bekerja. Sebagai keluarga muslim kontemporer, bagaimana sosio-

psikologis ditinjau dari aspek-aspek pendidikan anak yang mendukung ke arah

terbentuknya anak muslim unggulan. Penelitian ini juga mempertanyakan

bagaimana penerapan pendidikan anak unggulan tersebut yang meliputi pola

hubungan dalam keluarga, pola keluarga, faktor-faktor yang mempengaruhi

pendidikan anak di keluarga. Pertanyaan lainnya adalah apa dampaknya terhadap

pola pendidikan anak dalam keluarga serta hubungan antar aspek tersebut

sehingga mendukung ke arah terciptanya pendidikan anak unggulan di keluarga

muslim kontemporer. Dengan demikian dalam melakukan upaya teoritik bagi

terwujudnya keluarga bahagia, sejahtera menurut ajaran Islam, penulis tertarik dan

menarik benang merah dari latar belakang masalah penelitian disertasi ini, dengan

judul: PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA MUSLIM

KONTEMPORER (Studi Kasus pada Keluarga dengan Ayah dan Ibu Bekerja di

Perumahan Mega Nusa Endah Karyamulya Kota Cirebon ).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

permasalahan penelitian disertasi ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pendidikan anak dalam keluarga muslim kontemporer di

perumahan Mega Nusa Endah Karyamulya Kota Cirebon?

Page 16: Bab I [175 KB]

16

2. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi pendidikan anak dalam keluarga

muslim kontemporer di perumahan Mega Nusa Endah Karyamulya Kota

Cirebon?3. Bagaimana orangtua sebagai pekerja dalam mengatasi kendala

pendidikan anak dalam keluarga muslim kontemporer di Perumahan

Mega Nusa Endah Karyamulya Kota Cirebon?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka tujuan penelitian disertasi ini

adalah untuk:

a. Mendeskripsikan bagaimana pendidikan anak dalam keluarga muslim

kontemporer komplek perumahan Mega Nusa Endah Karyamulya Kota

Cirebon.

b. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan anak

dalam keluarga muslim kontemporer komplek perumahan Mega Nusa

Endah Karyamulya Kota Cirebon.

c. Menganalisis bagaimana orangtua yang bekerja dalam mengatasi kendala

pendidikan anak dalam keluarga muslim kontemporer komplek

perumahan Mega Nusa Endah Karyamulya Kota Cirebon.

2. Kegunaan Penelitian

Secara teoritik penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut :

a. Mengembangkan teori pendidikan anak yang diperjelas dengan peran

orangtua yang dihubungkan dengan realitas kehidupan manusia dewasa

ini. Selanjutnya, penelitian, ini diharapkan dapat menjadi model penelitian

Page 17: Bab I [175 KB]

17

dalam pengembangan penelitian pendidikan anak lainnya. Selain itu, akan

dihasilkan metode pendidikan anak dalam keluarga oleh orangtua pekerja,

sehingga dapat dijadikan acuan mendidik anak dalam menghadapi

persoalan global.b. Memberi masukan bagi para orangtua pekerja dalam hal ini keluarga di

perkotaan dan para pembuat kebijakan (policy makers), seperti

pemerintah dan lembaga pendidikan, bahwa pendidikan anak dalam

keluarga perlu dan harus mendapatkan perhatian yang lebih. Sebab,

pendidikan yang berlangsung di lembaga pendidikan formal lebih banyak

bersifat kuantitatif-deterministik. Oleh karena itu, semakin baik

pendidikan yang dilakukan orangtua dalam keluarga terhadap anaknya,

akan berimplikasi terhadap peningkatan kualitas lingkungan sosial

masyarakat, selanjutnya kualitas bangsa dan negara.c. Sumbangan pemikiran kepada pemerintah (Kementerian Agama) dalam

merintis dan membangun keluarga muslim kontemporer Indonesia. d. Sumbangan kepada para pengelola lembaga pendidikan Islam dalam

mengembangkan, meningkatkan dan mempertahankan mutu

pendidikannya, atau bagi masyarakat yang akan mendirikan lembaga

pendidikan Islam dengan mempertimbangkan faktor pendukung dan

penghambat penyelenggaraannya.e. Masukan untuk para pemikir Islam, bahwa untuk meningkatkan mutu

umat Islam di Indonesia diperlukan pendidikan anak keluarga muslim

kontemporer sebagai salah satu instrument penting dalam menyiapkan

generasi unggul di masa depan.D. Kajian Pustaka

Page 18: Bab I [175 KB]

18

Pustaka yang relevan terkait dengan Pendidikan Anak dalam Keluarga

Muslim Kontemporer, penulis hanya mendapatkan beberapa disertasi yang ada

kaitannya dengan pendidikan anak dalam keluarga di antaranya sebagai berikut:

Pertama, Osa Juarsa, 2011, Pengembangan Model Pola Asuh Orangtua

dalam Mengkomunikasikan Nilai Moral Kepada Anak (Studi Kasus tentang

Keluarga Wanita Karier yang Berprofesi sebagai PNS di Kota Bandung).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif naturalistik dengan metode

deskriptif, Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya wanita yang sudah

berkeluarga memiliki peran ganda di samping sebagai ibu rumah tangga juga

bekerja di luar rumah. Fokus penelitian ini membuat model pengembangan pola

asuh orangtua dalam mengkomunikasikan nilai moral kepada anak di lingkungan

keluarga wanita karir yang berprofesi sebagai PNS.

Hasil penelitian ini bahwa: Pelaksanaan model pola asuh orangtua dalam

mengkomunikasikan nilai moral pada anak di lingkungan keluarga wanita karir /

PNS di kota Bandung sebagian besar telah mengacu pada konsep-konsep

pendidikan nilai dan pendidikan secara umum (misi,visi, moral, media dan

metode), kendala yang dihadapi masih ada orangtua yang merasa tidak mampu

menempatkan keimanan, keyakinan pada prioritas utama, nilai moral dan budaya

sehingga menyerahkan kepada lembaga pendidikan.20

Penelitian yang dilakukan oleh Osa Juarsa ini lebih menekankan pada

model pola asuh orangtua dalam mengkomunikasikan nilai moral kepada anak di

20 Osa Juarsa, “Pengembangan Model Pola Asuh Orangtua dalam Mengkomunikasikan Nilai Moral Kepada Anak (Studi Kasus tentang Keluarga Wanita Karier yang Berprofesi sebagai PNS diKota Bandung)”, Disertasi (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2011), hal. iii.

Page 19: Bab I [175 KB]

19

keluarga, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti adalah tentang pendidikan

anak di keluarga muslim kontemporer secara umum, yakni mencakup penelitian

bagaimana landasan pendidikan yang dijadikan sebagai sumber acuan, pendekatan

pendidikan, metoda, media, dan tujuan pendidikan yang diharapkan orangtua.

Perbedaan lainnya adalah Osa Juarsa subyek penelitiannya yaitu para orangtua

pekerja sebagai PNS, sedangkan peneliti sebagai subyek penelitiannya adalah

orangtua yang bekerja secara umum termasuk PNS.Kedua, Supriadi, 2010, Pengembangan Model Pengasuhan Anak dalam

Keluarga untuk Memulihkan Sistem Nilai (Studi Kasus pada Masyarakat Melayu

Sambas). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena rendahnya kualitas

pola pengasuhan anak dalam keluarga akibatnya berimplikasi pada terjadinya

pergeseran nilai-nilai di masyarakat Melayu Sambas. penelitian ini menunjukkan

bahwa:a. Sistem nilai keluarga masyarakat Melayu Sambas dalam pola pengasuhan

anak lebih menekankan pada pendidikan Islam.b. Pergeseran nilai asli pada masyarakat Melayu Sambas sudah terjadi sejak

lama, termasuk peristiwa konflik dengan etnis Madura. Pergeseran ini

ditandai dengan terjadinya pendangkalan orientasi hidup masyarakat

Melayu Sambas yang menjadikan masalah ekonomi sebagai fokus dan

tujuan hidup.c. Faktor-faktor penyebab terjadinya pergeseran sistem nilai pada masyarakat

bermuara pada permasalahan ekonomi. Disamping faktor pendidikan

rendah, kesehatan rendah, kemiskinan, lemahnya metode pendidikan anak

di keluarga, kurangnya pendidikan agama, lemahnya ketokohan

masyarakat, lemahnya keteladanan dari orang tua dan tokoh masyarakat,

Page 20: Bab I [175 KB]

20

kurang kondusifnya lingkungan bagi menanamkan nilai dan lemahnya

perekat budaya lokal.d. Konsep pendidikan yang tepat untuk memperbaiki sistem nilai di

masyarakat adalah konsep pendidikan sepanjang hayat dengan

memadukan pendidikan infolmal yang bercorak keagamaan dan

pendidikan umum. e. Strategi yang tepat untuk memperbaiki sistem nilai di masyarakat dengan

menanamkan pola hidup disiplin baik di keluarga dan masyarakat serta

melakukan pendidikan bagi para calon orangtua dan para orangtua.Penelitian yang dilakukan oleh Supriyadi menitikberatkan pada

pendidikan keluarga yang sangat penting dikembangkan di masyarakat,

karena pendidikan keluarga memainkan peran bagi kehidupan individu

dan masyarakat. Pendidikan keluarga merupakan wahana sosialisasi,

pewarisan, pelestarian budaya kepada generasi baru dan sebagai wahana

pembentukan karakter dasar bagi rasa cinta bangsa dan tanah air. Juga

merupakan wahana persiapan generasi muda untuk menjadi warga

masyarakat dan menjadi pendidik informal bagi generasi yang akan

datang.21

Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti bahwa bagaimana para

orangtua yang bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah dalam proses mendidik

anak di keluarga muslim kontemporer.

Ketiga, Sulthoni, 2010, Pendidikan Budi Pekerti dalam Keluarga, Sekolah

dan Masyarakat (Studi Kasus Pengembangan Model Pendidikan Budi Pekerti

21 Supriyadi, “Pengembangan Model Pengasuhan Anak dalam Keluarga untuk Memulihkan Sistem Nilai (Studi Kasus pada Masyarakat Melayu Sambas)”, Disertasi (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2010), hal. iii.

Page 21: Bab I [175 KB]

21

Terintegrasi pada Sekolah Dasar di Kota Malang). Penelitian ini dilatarbelakangi

oleh banyaknya kasus yang ada seperti perkelahian masal, perilaku moral dan tata

kehidupan lainnya yang belum mencerminkan nilai-nilai budaya dan norma-

norma yang berlaku. Maraknya perilaku menyimpang itu umumnya menunjuk

pada kesadaran akhlak dan moral yang merosot, untuk itu pendidikan dalam

keluarga, sekolah dan masyarakat dituntut ikut bertanggung jawab terhadap

kemunduran moral tersebut. Pendidikan budi pekerti merupakan tugas keluarga,

sekolah dan masyarakat.

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) peranan orangtua dalam

menanamkan nilai budi pekerti melalui pendidikan agama baik di rumah maupun

di masyarakat dengan cara perilaku pembiasaan, keteladanan dan memberi

kemudahan serta penghargaan atas prestasi anak dalam mengelola dirinya; (2)

peranan sekolah dalam menanamkan nilai budi pekerti mulai penyediaan fasilitas

belajar, mushola, kebersihan dan peraturan yang mengikat kepada Kepala sekolah,

para guru, tenaga administrasi, satpam dan pesuruh memberi teladan perilaku

yang baik sehingga digugu dan ditiru. Kegiatan ekstra kurikuler/keagamaan dan

hari-hari besar nasional maupun keagamaan merupakan sarana pendidikan budi

pekerti yang efektif; (3) peranan masyarakat dalam membina budi pekerti bagi

anak dan remaja di lingkungannya adalah memberi kesempatan kepada anak dan

remaja dalam mengisi kegiatan pada hari-hari besar nasional dan keagamaan,

seperti pada kegiatan 17 Agustus, Mauludan, halal bi halal dan pengajian rutin

yang dilaksanakan oleh tokoh masyarakat termasuk TPA/TPQ; (4) kesinambungan

pendidikan budi pekerti dari keluarga, sekolah dan masyarakat adalah sangat baik

Page 22: Bab I [175 KB]

22

berjalan harmonis dan dinamis; (5) peningkatan pembelajaran budi pekerti

terintegrasi menunjukkan kenaikan perubahan dalam nilai prestasi belajar dan

nilai-nilai budi pekerti.

Kesimpulan dalam penelitian ini, ternyata pendidikan budi pekerti mulai

dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat berlangsung secara harmonis,

dinamis dan kekeluargaan sehingga berhasil dengan baik. Sebagai akhir

penelitian, penulis merekomendasikan kepada orangtua, sekolah dan masyarakat

agar melakukan pendekatan kepada anak dengan komunikasi, pengawasan,

keteladanan yang berbasis kasih sayang, untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini

dapat dikembangkan lagi lebih luas dan mendalam.22

Penelitian yang dilakukan Sulthoni lebih fokus pada pendidikan budi

pekerti yang dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang

dilatarbelakangi oleh banyaknya kasus perilaku yang menyimpang dari norma-

norma dan nilai-nilai budaya yang berlaku di masyarakat. Sedangkan penelitian

yang dilakukan peneliti lebih umum membahas tentang aspek-aspek pendidikan

anak di lingkungan keluarga muslim kontemporer. Meskipun para orangtua

bekerja di luar rumah tetapi dalam hal pendidikan anak, para orangtua memiliki

peranan penting dalam pembentukan karakter, kepribadian, dan perkembangan

anak dalam ranah afektif, psikomotor dan kognitif.

Keempat, Fardus, 2010, Model Pendidikan Nilai Sosial Budaya dalam

Keluarga dan Lingkungan Manusia Bajo di Bajoe. Pendidikan nilai sosial budaya

22 Sulthoni, “Pendidikan Budi Pekerti dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat (Studi Kasus Pengembangan Model Pendidikan Budi Pekerti Terintegrasi pada Sekolah Dasar di Kota Malang)”, Disertasi (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2010), hal. iii.

Page 23: Bab I [175 KB]

23

merupakan salah satu pendidikan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan anak menuju manusia dewasa. Anak yang tumbuh dan berkembang

menjadi manusia dewasa yang memiliki nilai-nilai sosial tinggi akan mampu

menciptakan tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis, damai, dan tentram.

Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.

Studi ini menemukan bahwa model pendidikan nilai sosial budaya

manusia Bajo di Bajoe dalam mewariskan, menyebarkan, dan mengkonstruksi

nilai sosial budayanya melalui dua wilayah kehidupan: di darat dan di laut.

Wilayah kehidupan darat mewariskan nilai sosial budaya melalui media keluarga,

sekolah, dan masyarakat, sedangkan wilayah kehidupan laut mewariskan nilai

sosial budaya media perahu dan sapa. Pola pewarisan dan konstruksi nilai sosial

budaya manusia Bajo di Bajoe terjadi melalui proses pembiasaan, imitasi,

identifikasi, pemberian hadiah dan hukuman, dan kebersamaan dalam keluarga,

sedangkan pola penyebarannya melalui adat istiadat. Terwujudnya nilai sosial

budaya dalam diri anak manusia Bajo di Bajoe terjadi melalui dua metode, yaitu

secara verbal dan non verbal.

Studi ini memiliki implikasi terhadap: (i) pembinaan dan pengembangan

pendidikan nilai-nilai sosial budaya pada anak-anak Bajo; (ii) penanaman

kesadaran orangtua manusia Bajo akan pentingnya pendidikan nilai-nilai sosial

budaya bagi anak-anak mereka; dan (iii) pemberian profil dan pemahaman kepada

masyarakat Indonesia tentang model pendidikan nilai sosial budaya dalam

keluarga dan lingkungan manusia Bajo.23

23 Fardus, “Model Pendidikan Nilai Sosial Budaya dalam Keluarga dan Lingkungan Manusia Bajo di Bajoe”, Disertasi (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2010), hal. iii.

Page 24: Bab I [175 KB]

24

Perbedaan penelitian dengan peneliti bahwa peneliti dalam proses

pendidikan anak dalam keluarga muslim kontemporer dengan menggunakan

media berupa alat-alat teknologi yang sudah modern, begitu pula dengan metoda

yang digunakan dalam pendidikan anak melalui metode keteladanan, pembiasaan,

perhatian, kasih sayang, hadiah, nasihat, teguran, dan hukuman yang sifatnya

mendidik. Penelitian ini dilakukan di keluarga muslim kontemporer dimana bapak

ibu sama-sama sibuk bekerja di luar rumah dengan keterbatasan waktu dan

kesempatan, para orangtua memiliki peranan dan tanggung jawab yang besar

dalam pendidikan anak.

Kelima, Sri Muliati Abdullah, Universitas Mercubuana Yogyakarta, 2012,

melakukan penelitian tentang Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Anak

(Paternal Involvement): Sebuah Tinjauan Kritis. Keterlibatan ayah dalam

pengasuhan anak adalah suatu partisipasi aktif ayah secara terus menerus dalam

pengasuhan anak yang mengandung aspek preunensi, inisiatif, dan pemberdayaan

pribadi dalam dimensi fisik, kognisi dan afeksi dalam semua area perkembangan

anak, yaitu fisik, emosi, sosial, intelektual dan moral. Pengasuhan ayah akan

memberikan warna tersendiri dalam pembentukan karakter anak. pada ayah anak

belajar ketegasan sifat maskulin, kebijaksanaan, keterampilan kinestetik dan

kemampuan kognitif. Ayah membantu anak bersikap tegar, kompetitif, menyukai

tantangan dan senang bereksplorasi.24

24 Sri Muliati Abdullah, “Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Anak (Paternal Involvement): Sebuah Tinjauan Kritis”, Disertasi (Yogyakarta: Universitas Mercubuana Yogyakarta, 2012), hal. v.

Page 25: Bab I [175 KB]

25

Perbedaan penelitian yang dilakukan antara Sri Muliati Abdullah dengan

peneliti adalah, Sri Muliati Abdullah lebih menekankan bahwa keterlibatan ayah

dalam pengasuhan terhadap anak secara aktif, terus menerus baik itu secara fisik

maupun psikisnya, dalam perkembangan anak penuh inisiatif dalam

pemberdayaan dimensi kognisi, afektif maupun psikomotor. Sedangkan penelitian

yang dilakukan peneliti adalah bahwa para orangtua baik itu bapak atau ibu

memiliki peran, fungsi dan tanggung jawab yang sama, hak dan kewajiban yang

sama dalam mendidik, membimbing dan pengasuhan anak di keluarga muslim

kontemporer.

Keenam, Baihaki A.K. mengemukakan dalam disertasinya tentang

Pendidikan Anak dalam Rumah Tangga Menurut Islam di PPS IAIN (UIN)

Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1982. Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa

prinsip-prinsip pendidikan anak dalam keluarga yang tersurat dan tersirat dalam

Al-Qur’an sebagai pijakan dan sumber utama pendidikan Islam, diperjelas

dengan pernyataan dan tauladan Nabi Muhammad saw. Akan tetapi, kajian

tersebut mencakup prinsip-prinsip dasar pendidikan anak dalam keluarga

perspektif Islam, belum mengkorelasikannya dengan realitas kehidupan

manusia.25

Perbedaan peneliti dalam penelitiannya adalah difokuskan lebih khusus

pada orangtua untuk mendidik anak di keluarga muslim kontemporer meskipun

para orangtua tersebut sibuk bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah tetapi

dalam hal pendidikan anak di keluarga mereka memiliki peranan yang penting.

25 Baihaki A.K., “Pendidikan Anak dalam Rumah Tangga Menurut Islam”, Disertasi (Jakarta: PPS IAIN (UIN) Syarif Hidayatullah, 1982), hal. iv.

Page 26: Bab I [175 KB]

26

Sedangkan dalam penelitian tesis, penulis menemukan beberapa tesis

yaitu :

Pertama, Nur Laeliyah, tahun 2012, Pengaruh Orangtua yang Bekerja di

Luar Negeri sebagai TKI terhadap Perkembangan Motivasi dan Prestasi Belajar

Siswa kelas XII di SMKN 1 Krangkeng Indramayu. Teknik penelitian

mengguanakan metode kuantitatif, yang berlatar belakang bahwa bimbingan

orangtua di rumah sangat dibutuhkan anak untuk meraih prestasi yang baik di

sekolah. Seharusnya anak-anak mendapat kasih sayang, bimbingan, dan

pendidikan dari orangtua namun mereka kurang mendapatkannya karena

ditinggal oleh orangtua untuk bekerja di luar negeri sebagai TKI. Penelitian ini

membuktikan bahwa pengaruh siswa terhadap kepergian orang tuanya sebagai

TKI rata-rata responnya negatif. kepergian orangtua menjadi TKW

menunjukkan motivasi dan prestasi belajar siswa menurun. Bagi anak ekonomi

memang penting, tetapi lebih penting bila orangtua terutama ibu tetap merawat

dan mendidiknya.26

Perbedaan dengan peneliti dalam hal ini bahwa peneliti melakukan

pendekatan penelitian dengan deskriptif kualitatif tentang pendidikan keluarga

muslim kontemporer dimana bapak ibu sama-sama bekerja mencari nafkah di

luar rumah dengan lokasi tempat bekerja masih di sekitar wilayah sendiri yaitu

kota Cirebon.

Kedua, Tesis. Aminudin, 2010 “Pemikiran Qurais Shihab dan Dadang

26 Nur Laeliyah, “Pengaruh Orang Tua yang Bekerja di Luar Negeri sebagai TKI Terhadap Perkembangan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa kelas XII di SMKN 1 Krangkeng Indramayu”, Tesis (Cirebon: IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2012), hal. v.

Page 27: Bab I [175 KB]

27

Hawari tentang Cara Mendidik Anak dalam Keluarga dan Sumbangannya

terhadap Pendidikan Islam” IAIN Walisongo Semarang,. Hasil analisisnya

bahwa secara realita yang dihadapi bangsa Indonesia pada jaman kemajuan ini

ialah gejala-gejala yang menunjukkan hubungan yang agak terlepas antara ibu

dan bapak dengan anak-anaknya. Banyak orangtua yang tidak mampu

mengendalikan anak-anaknya. Hal ini dijumpai di kalangan keluarga yang

memiliki kondisi sosial ekonomi yang baik, umumnya terjadi pada para pelajar.

Bahkan adapula terjadi di kalangan pemegang fungsi penting dalam jabatan

negara. Proses penjawaban persoalan tersebut melalui pendidikan agama,

penanaman akhlak pada anak harus mampu mengimbangi kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Hasil penelitiannya menunjukkan kedua tokoh itu

menganggap komponen utama yang dapat membentuk perilaku anak yang utama

yaitu peran pendidikan agama dan orangtua sebagai benteng utama yang

memiliki pengaruh besar dalam memaknai sepak terjang anak.27

Perbedaan penelitian dengan peneliti bahwa peneliti lebih fokus kepada

para orangtua yang sama-sama bekerja di luar rumah tetapi para orangtua

mempunyai peranan penting dalam mendidik anak dalam keluarga muslim

kontemporer.

Adapun beberapa buku yang dijadikan bahan rujukan penulisan adalah

sebagai berikut:

27 Aminudin, “Pemikiran Qurais Shihab dan Dadang Hawari tentang Cara Mendidik Anak dalam Keluarga dan Sumbangannya terhadap Pendidikan Islam” Tesis (IAIN Walisongo Semarang, 2010), hal. v.

Page 28: Bab I [175 KB]

28

Pertama, Abdullah Nashih Ulwan,28 dalam buku berjudul Pendidikan

Anak dalam Islam mendiskripsikan berbagai hal yang perlu disampaikan

melalui pendidikan oleh para pendidik/orangtua pada masa anak-anak. Secara

garis besar yaitu menanamkan berbagai metode pendidikan yang berpengaruh

terhadap anak adalah pendidikan dengan keteladanan, pendidikan dengan adat

kebiasaan, pendidikan dengan pengawasan/perhatian dan pendidikan dengan

hukuman juga kaidah-kaidah asasi dalam pendidikan anak dalam hal ini sifat sifat

yang mendasar yang harus dimiliki oleh si pendidik/orangtua dalam mendidik

anak yaitu Ikhlas, Taqwa, Ilmu, Penyabar dan rasa tanggung jawab serta aspek-

aspek yang perlu disampaikan dalam kaitannya dengan pendidikan anak yaitu

pendidikan iman, pendidikan moral (akhlak), pendidikan fisik, pendidikan rasio

(akal), pendidikan psikologis, pendidikan dosial dan pendidikan seksual.

Kedua, Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid,29 dalam karyanya yang

berjudul, Prophetic Parenting Cara Nabi Mendidik Anak, secara garis besarnya

mengungkapkan bahwa pendidikan bagi anak-anak bermula dari ketika kedua

orangtua menikah, kemudian hubungan kedua orangtua, kesalehan dan

kesepakatan orangtua dalam melakukan kebajikan, memiliki pengaruh yang cukup

kuat dalam membentuk psikis dan kecenderungan terhadap anak, juga

mendiskripsikan berbagai macam metode mendidik anak untuk mempengaruhi

jiwa anak, agar anak berbakti kepada orangtua, baik ketika orangtua masih hidup

maupun orangtua sudah tiada. Pada dasarnya membangun kepribadian Islami

28 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, terj. Jamaludin Miri LC (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), hal. 141 – 335.

29 Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting, Cara Nabi Mendidik Anak (Jogjakarta: Pro-U Media, 2010), hal. 209 – 230.

Page 29: Bab I [175 KB]

29

kepada anak, membentuk aktivitas ibadah anak, membentuk jiwa sosial

kemasyarakatan anak, membentuk akhlak Islami anak, membentuk perasaan anak,

membentuk jasmani anak, menanamkan cinta ilmu pada anak, memelihara

kesehatan anak, mengarahkan kecenderungan seksual anak serta bagaimana

Rasulullah memberikan petunjuk kepada orangtua dan anak-anak yang ada

kaitannya dengan pendidikan.

Ketiga, Nur Ahid,30 dalam bukunya Pendidikan Keluarga dalam Perspektif

Islam, mendeskripsikan melalui buku ini bagaimana orangtua memberikan

bimbingan, arahan dan memerankan keluarga sebagai pusat pendidikan yang

pertama dan utama bagi anak, keluarga adalah lingkungan pertama bagi anak dan

merupakan pendidikan tertua yang bersifat kodrati maka tugas keluarga adalah

meletakkan dasar-dasar perkembangan anak agar anak dapat berkembang secara

baik melalui proses sosialisasi, pertumbuhan afeksi dan pembentukkan status,

juga orangtua berperan penting dalam keluarga untuk persiapan masa depan

kehidupan anak yang lebih baik.

E. Kerangka Teori

Penelitian ini dilandasi atas adanya fenomena di masyarakat yang

berkaitan dengan peran, hak dan kewajiban serta tanggung jawab orangtua baik

secara psikologis maupun secara sosiologis, serta aktualisasi peran orangtua

dalam pendidikan anak dalam keluarga berdasarkan perspektif Islam.

Berdasarkan realita di masyarakat bahwa pendidikan agama (Islam), merupakan

30 Nur Ahid, Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Islam (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 7 – 49.

Page 30: Bab I [175 KB]

30

kunci utama pendidikan bagi anak dalam keluarga, karena pendidikan agama

memiliki peran besar dalam membentuk pandangan hidup seseorang.

Menurut Ahmad Tafsir,31 ada dua kegunaan pendidikan agama dalam

keluarga. Pertama, penanaman nilai dalam arti pandangan hidup yang kelak

mewarnai perkembangan jasmani dan akalnya. Kedua, penanaman sikap yang

kelak menjadi basis dalam menghargai guru dan pengetahuan di sekolah.

Pendidikan anak dalam keluarga muslim kontemporer mengilustrasikan

kehidupan keluarga hubungan orangtua (ayah-ibu) dengan anak-anak dilandasi

Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad saw. Ilustrasi tersebut ayah dan ibu

berperan serta mendidik akidah, ibadah dan akhlak anak sebagaimana dijelaskan

dalam Q.S. Luqman (31): 12-19, yang mencerminkan pendidikan berkenaan: 1)

pembinaan jiwa orangtua ayat (12); 2) pembinaan iman dan tauhid ayat (13-16),

3) pembinaan akhlak ayat (14,15,18 dan 19); 4) pembinaan ibadah ayat (17); 5)

pembinaan kepribadian dan sosial anak ayat (16-17).

Indikator pendidikan keluarga muslim kontemporer mengilustrasikan

perilaku keberagamaan orangtua dengan menampilkan perilaku: (1) memiliki

ketahanan atau kekuatan akidah (keyakinan) yang konsisten sebagai dasar

penanaman akidah kepada Allah swt; (2) orangtua memiliki ketaatan beribadah

kepada Allah swt, yang direalisasikan orangtua bersama anak dalam kehidupan

keluarga; (3) orangtua konsisten menampilkan perilaku (akhlak) mulia kepada

Allah swt, orangtua bersama anak-anak konsisten beribadah kepada-Nya,

orangtua mendidik bagaimana anak berakhlak terhadap orangtua, saudara, dan

31 Ahmad Tafsir, Pendidikan Budi Pekerti (Bandung: Maestro, 2009), hal. 61-63.

Page 31: Bab I [175 KB]

31

famili lainnya, termasuk memulyakan tamu, tetangga dan orang lain sebagai

realisasi berbuat baik kepada sesama sebagai makhluk sosial.

Guna mewujudkan indikator keluarga muslim di atas diperlukan visi, misi,

tujuan, materi, metode, media, pendekatan dan evaluasi sesuai perkembangan

kognisi, dan afeksi anak. Implementasi komponen pendidikan tersebut berjalan

secara sistemik, artinya, antara komponen yang satu dengan yang lainnya saling

berkaitan. Komponen tersebut meliputi: visi dan misi pendidikan anak dalam

keluarga muslim berorientasi membentuk anak yang beriman dan bertakwa serta

memiliki akhlak mulia. Tujuan pendidikan anak dalam keluarga diarahkan

menjadi insan yang taat beribadah kepada Allah swt, dan berbakti kepada

orangtua serta menghormati saudara dan sesama. Metode pendidikan yang

dipandang efektif adalah keteladanan dan pembiasaan orangtua. Media pendidikan

agama dalam lingkup keluarga dilakukan orangtua menggunakan media berupa

teknologi dan perilaku keberagamaan orangtua.

Pelaksanaan pendidikan agama anak dalam keluarga yang dilakukan

orangtua didasarkan pada profil keluarga muslim atas dasar, kasih sayang.

Abdullah Nashih Ulwan,32 menegaskan bahwa di antara perasaan-perasaan mulia

yang ditanamkan Allah dalam hati orangtua adalah perasaan kasih sayang

terhadap anak-anak. Perasaan ini merupakan kemuliaan baginya dalam mendidik,

mempersiapkan dan membina anak-anak untuk mencapai keberhasilan dan

kesuksesan yang paling besar.

32 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam , terj. Jamaludin Miri LC (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), hal. 33.

Page 32: Bab I [175 KB]

32

Orangtua telah menanamkan kasih sayang di dalam hatinya untuk

mendidik anak dengan penuh tanggung jawab mengantarkan masa depan anak

yang lebih baik, apabila sebaliknya hati orangtua kosong, hampa tanpa kasih

sayang dalam mendidik anak tanpa diragukan lagi menimbulkan interaksi

terhadap kelainan anak-anak misalnya tumbuh penyimpangan perilaku,

kebodohan, kesulitan dan penderitaan.

M. Anis,33 menegaskan bahwa Al-Qur’an telah memberi tuntunan agar

suami isteri membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah warahmah, yaitu

keluarga yang aman, damai penuh ketenangan serta hidup dalam suasana kasih

sayang yang dilandasi iman dan amal saleh. Kondisi keluarga yang demikian ini

akan terhindar dari rasa cemas dan kegoncangan jiwa.

Pelaksanaan pendidikan agama dalam keluarga muslim bukan hanya atas

dasar kasih sayang, tetapi juga Nashih Ulwan menawarkan metoda-metoda

pendidikan yang berpengaruh, dalam pelaksanaanya disesuaikan dengan situasi

dan kondisi, bermusyawarah sesama anggota keluarga, saling menghormati,

memahami hak, bersikap sabar, memanfaatkan waktu luang dan menikmati

indahnya hubungan suami istri bersama keluarga.

Faktor yang berpengaruh terhadap pendidikan anak meliputi sikap

keberagamaan orangtua, dan budaya yang berkembang saat ini. Sikap

keberagamaan anak sebagaimana Zakiah Darajat,34 mengungkapkan sikap

orangtua terhadap agama, akan memantulkan kepada si anak. Jika orangtua

menghormati ketentuan-ketentuan agama, maka akan menimbulkan pada anak

33 Muhamad Anis, Sukses Mendidik Anak (Jakarta: Insan, 2009), hal. 134.

34 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), hal. 128.

Page 33: Bab I [175 KB]

33

sikap menghargai agama, demikian pula sebaliknya. Jika sikap orangtua terhadap

agama itu negatif, acuh tak acuh, atau meremehkan, maka sikap itu pulalah yang

akan tumbuh pada anak.

Lingkungan budaya positif dan negatif mempengaruhi pendidikan agama

dalam keluarga. Budaya positif yang berkembang saat ini, misalnya kegiatan

keagamaan, media cetak, efek teknologi elektronik, dan lingkungan sekitar yang

patut atau tidak patut ditiru anak dan akan berkontribusi terhadap profil keluarga

muslim dalam mendidik anak. Budaya negatif menurut Zainal Abidin bin

Syamsudi,35 adalah lingkungan yang buruk menjadi faktor terjadinya berbagai

macam dekadensi. Kedua lingkungan tersebut berpengaruh terhadap pendidikan

agama dalam keluarga.

Sebagai out put pendidikan keluarga muslim kontemporer menampilkan

perilaku keberagamaan berdasarkan penilaian secara kualitatif. Hal ini

sebagaimana Amirulloh Syabrini,36 menjelaskan, lebih ditekankan pada

performance atau penampilan diri anak dalam berbicara, berpikir, bersikap,

bertindak, dan berkarya dalam kehidupan sehari-hari. Indikator perfomance

meliputi perilaku: (1) anak memiliki sikap keimanan dan ketakwaan yang

konsisten, taat menjalankan ibadah kepada Allah swt; (2) berakhlak mulia kepada

Allah, dan memulyakan dirinya sendiri juga orang lain; (3) anak memiliki

keterampilan hidup keagamaan yang ditampilkan misalnya perilaku sabar, syukur,

tabah, kasih sayang, rasa hormat, disiplin, qanaah dan sebagainya.

35 Zaenal Abidin bin Syamsudi, Golden Ways Anak Sholeh (Jakarta: Pusta Imam Bonjol, 2014), hal. 262.

36 Amirullah Syabrini, Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga (Jakarta: Gramedia, 2013), hal. 95.

Page 34: Bab I [175 KB]

34

Adapun alur pikir dalam penelitian ini dapat dibagankan :

F. Sistematika Pembahasan

Secara keseluruhan uraian di atas yang menyangkut kerangka pikiran dan

beberapa teori pendapat dari para ahli, kiranya dapat disusun menjadi data

penelitian dan dianalisis dalam disertasi yang memahami dan menelaah tentang

Pendidikan Anak dalam Keluarga Muslim Kontemporer (Studi Kasus pada

Keluarga dengan Ayah dan Ibu Bekerja) yang dibingkai dalam bab-bab sebagai

berkut:

Bab I. Pendahuluan, terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Perumusan

Masalah, Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian, Kajian yang Relevan,

SISTEM PENDIDIKANANAK DALAM

KELUARGA

INDIKATORKELUARGA MUSLIM

KONTEMPORER

HASIL KELUARGAMUSLIM ORANGTUA

BEKERJA

FAKTOR LINGKUNGAN

PROFIL KELUARGAMUSLIM SUAMI ISTRI

BEKERJA

Page 35: Bab I [175 KB]

35

Kerangka Teori dan Sistematika Pembahasan.

Bab II, Pendidikan Anak dalam Keluarga Muslim, di dalamnya membahas

tentang: Makna Pendidikan, yang mencakup 1) Makna pendidikan secara

umum dan 2) Makna pendidikan dari sudut pandang Islam; Konsep Anak

membahas tentang 1) Makna anak, 2) Fase Perkembangan Pendidikan Anak, 3)

Kebutuhan Anak, 4) Hak dan Kewajiban anak; Konsep Keluarga Muslim

Kontemporer, membahas tentang, 1) Makna Pendidikan Keluarga, 2) Peran dan

fungsi Orangtua dalam Keluarga Muslim Kontemporer; Pendidikan Anak dalam

Keluarga Muslim Kontemporer yang mencakup pembahasan tentang 1) Makna

Pendidikan Keluarga, 2) Tujuan Pendidikan Keluarga, 3) Peran Keluarga dalam

Pendidikan, 4) Metode Pendidikan Anak dalam Keluarga, 5) Aspek-Aspek

Pendidikan Anak dalam Keluarga; Perilaku Mendidik Anak dalam Keluarga.

Bab III, Metode Penelitian, terdiri dari: Metode dan Pendekatan

Penelitian; Subjek Penelitian; Teknik Penelitian, di antaranya melalui teknik

observasi, wawancara dan dokumentasi; Analisis Data Penelitian; Pengecekan

Keabsahan Data.

Bab IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini akan menguraikan dan

menganalisis tentang: Matrik Temuan Penelitian di lapangan; Deskripsi Hasil

Penelitian, yaitu temuan di lapangan; Faktor Pendukung dan Penghambat

Pendidikan anak dalam Keluarga Muslim Kontemporer; Pendidikan Anak dalam

Keluarga muslim Kontemporer (dimana Bapak dan Ibu Bekerja di Luar Rumah),

yang mencakup pembahasan: 1) Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Anak, 2)

Materi Pendidikan Anak, 3) Media, Metode dan Pendekatan Pendidikan Anak, 5)

Page 36: Bab I [175 KB]

36

Evaluasi Pendidikan Anak dalam Keluarga Muslim Kontemporer; Hambatan dan

Solusi Pendidikan Anak dalam Keluarga Muslim Kontemporer.

Bab V, Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran-Saran.

Page 37: Bab I [175 KB]

37