26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Hal ini diselenggarakan melalui kuantitas penduduk dan peningkatan kualitas insani dan sumber daya manusia karakteristik pembangunan antara lain dilaksanakan melalui pengendalian pertumbuhan penduduk, keluarga berencana, dan dengan cara pengembangan kualitas penduduk, melalui perwujudan keluarga kecil berkualitas ( Depkes RI, 2005 ). Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatakan kualitas penduduk hal ini terlihat pada program Making Pregnancy Safer Indonesia yang memiliki sebuah kunci bahwa setiap kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan yang dapat terwujudkan dengan adanya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama yaitu pelayanan keluarga berencana yang optimal ( Saifudin, 2003 ). Ada beberapa hal yang dapat mendukung terwujudnya gerakan KB nasional, yaitu dengan pemberian informasi kepada calon aseptor KB. Dalam pemberian informasi mengenai kontrasepsi terdapat tiga kegiatan, dimana diantaranya adalah konseling. Konseling merupakan aspek 1

BAB 1 Konseling KB

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 1 Konseling KB

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan

langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Hal ini

diselenggarakan melalui kuantitas penduduk dan peningkatan kualitas insani dan

sumber daya manusia karakteristik pembangunan antara lain dilaksanakan melalui

pengendalian pertumbuhan penduduk, keluarga berencana, dan dengan cara

pengembangan kualitas penduduk, melalui perwujudan keluarga kecil berkualitas

( Depkes RI, 2005 ).

Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam

upaya meningkatakan kualitas penduduk hal ini terlihat pada program Making

Pregnancy Safer Indonesia yang memiliki sebuah kunci bahwa setiap kehamilan harus

merupakan kehamilan yang diinginkan yang dapat terwujudkan dengan adanya

pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama yaitu pelayanan keluarga

berencana yang optimal ( Saifudin, 2003 ).

Ada beberapa hal yang dapat mendukung terwujudnya gerakan KB nasional,

yaitu dengan pemberian informasi kepada calon aseptor KB. Dalam pemberian

informasi mengenai kontrasepsi terdapat tiga kegiatan, dimana diantaranya adalah

konseling. Konseling merupakan aspek penting dalam keluargga berencana ( KB )

dan kesehatan reproduksi. Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu

klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai

dengan pilihannya ( Saifudin, 2006 ).

Konseling merupakan suatu kegiatan dengan pola pendekatan perorangan

dengan materi pembahasan mengenai kontrasepsi yang di pakai. Dengan adanya

konseling mengenai keluarga berencana, diharapkan mampu memberikan

pengetahuan tentang kelebihan dan kekurangan masing – masing metode kontrasepsi,

sehingga calon peserta KB dapat menentukan pilihan kontrasepsi yang dikehendaki

dan sesuai dengan kondisi kesehatannya. Pilihan yang diputuskan sendiri dengan

bantuan petugas dalam memberikan pengetahuan tentang kontrasepsi yang menjadi

1

Page 2: BAB 1 Konseling KB

pilihannya, akan memberikan gambaran dan kemantapan untuk memakai kontrasepsi

yang lebih tepat. Seperti diketahui bahwa terdapat beberapa dampak akibat tidak

diberikannya pelayanan KIE pada aseptor KB, dimana salah satunya adalah klien

kesulitan memperoleh informasi yang benar dari konselor, sehingga memungkinkan

untuk terjadinya saalah penilaian ( persepsi ) terhadap pesan yang disampaikan

dengan yang diterima. Dalam pelaksanaannya, program KB nasional digunakan untuk

menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan, dan menghentikan kehamilan atau

kesuburan ( Hartanto, 2003 ).

B. Tujuan Penulisaan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran penerapan konseling KB dan pemilihan

kontrasepsi terhadap aseptor KB baru.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui penerpan pelaksanaan konseling yang benar terhadap

aseptor KB.

b. Untuk mengetahui pemilihan alat kontrasepsi terhadap aseptor.

2

Page 3: BAB 1 Konseling KB

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konseling

1. Definisi

Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien

dengan petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi

terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang

dihadapi. Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh

seorang ahli ( disebut konselor ) kepada individu yang mengalami sesuatu

masalah ( disebut Konsele ) yang bermuara pada teratasinya masalah yang

dihadapi klien ( Frank Parsons, 1908 ).

Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek

pelayanan KB dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada

suatu kesempatan yakni pada saat memberikan pelayanan. Konseling adalah suatu

kegiatan profesional yang selalu dikaitkan dengan adanya pemecahan persoalan.

Konseling kontrasepsi adalah komunikasi tatap muka dimana satu pihak

membantu pihak lain untuk mengambil keputusan dan melaksanakan keputusan

tersebut, berarti unsur yang terkandung didalamnya adalah memberikan informasi

yang jelas, tepat dan benar serta kemampuan memahami pihak lain sehingga dapat

memberi bantuan yang tepat sesuai yang dibutuhkan agar akhirnya pihak lain /

calon akseptor tersebut dapat membuat keputusan yang mantap mengenai metode

yang akan digunakan. Interaksi atau konseling yang berkualitas antara klien dan

provider (tenaga medis) merupakan salah satu indikator yang sangat menentukan

bagi keberhasilan program keluarga berencana (KB). Sangat mudah dimengerti

jika hal itu membuat tingkat keberhasilan KB di Indonesia menurun.

3

Page 4: BAB 1 Konseling KB

2. Tujuan

Konseling KB bertujuan membantu klien dalam hal :

a. Memberikan informasi yang tepat serta objektif mengenai berbagai metode

kotrasepsi sehingga klien mengetahui manfaat bagi diri sendiri dan

keluarga.

b. Mengidentifikasi dan menampung persaan - perasaan negatif misalnya

keraguan – keraguan maupun ketakutan-ketakutan yang dialami klien

sehubungan dengan pelayanan KB atau metode - metode kontasepsi,

sehingga konselor dapat membantu klien dalam hal penanggulangan.

c. Membantu klien untuk memilih kontrasepsi terbaik bagi mereka, terbaik

disini berarti metode yang aman bagi klien dan yang ingin digunakan

klien, dengan perkataan lain metode yang secara mantap oleh klien.

d. Membantu klien agar dapat menggunakan cara kontrasepsi yang mereka

pilih secara aman dan efektif memberikan informasi tentang cara

mendapatkan bantuan - bantuan dan tempat pelayanan KB.

Secara singkat tujuan disini adalah agar klien mampu membuat pilihan mantap

tentang kontrasepsi yang akan digunakannya, memiliki pemahaman yang tepat

dan jelas mengenai praktek dn penjelasan KB, sehingga mereka tidak ragu-ragu

dalam menjalani program keluarga berencana tersebut puas dengan pilihannya

sendiri. Dengan harapan, keadaan semacam ini akan menyebabkan klien dapat

bertindak sebagai model bagi calon akseptor lainnya dan secara tidak langsung

menunjang suksesnya program Keluarga Berencan Nasional

3. Teknik - teknik konseling yang baik

a. Memperlakukan klien dengan baik

Petugas bersikap sabar, memperlihatkan sikap menghargai setiap klien

dan menciptakan suatu rasa percaya diri sehingga klien dapat berbicara secara

terbuka dalam segala hal termasuk masalah – masalah pribadi sekalipun.

Petugas meyakinkan klien bahwa ia tidak akan mendiskusikan rahasia klien

kepada orang lain.

b. Interaksi antara petugas dan klien

Petugas harus mendengarkan, mempelajari dan menanggapi keadaan

klien karena setiap klien mempunyai kebutuhan dan tujuan peroduksi berbeda.

Bantuan terbaik seorang petugas adalah dengan cara memahami klien adalah

4

Page 5: BAB 1 Konseling KB

manusia yang membutuhkan perhatian dan bantuan. Oleh karena itu, petugas

harus mendorong klien brani bicara dan bertanya.

c. Memberikan informasi yang baik kepada klien

Dengan mendengarkan apa yang disampaikan klien berarti petugas

belajar mendengarkan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh setiap klien.

Sebagai contoh pasanagan muda yang baru menikah mungkin menginginkan

lebih banyak informasi mengenai masalah penjarangan kelahiran. Bagi wanita

dengan usia dan jumlah anak yang cukup mungkin lebih menghendaki

informasi mengenai metode operasi ( tubektomi / vasektomi ). Sedangkan bagi

pasangan mua yang belum menikah mungkin dikehendaki adalah informasi

mengenai infeksi menular seksual ( IMS ). Dalam memberikan informasi

petugas harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti klien.

d. Menghindari pemberian informasi yang berlebihan

Klien membutuhkan penjelasan untuk menentukan pilihan ( informed

choice ). Namun tidak semua klien dapat menangkap semua informasi tentang

berbagai jenis kontrasepsi. Terlalu banyak informasi yang memberikan akan

menyebabkan kesulitan bagi klien dalam mengingat infomasi yang penting.

Hal ini disebut kelebihan informasi. Pada waktu memberikan informasi

petugas harus memberikan waktu klien untuk berdiskusi, bertanya dan

mengajukan pendapat. Tersedianya metode yang diinginkan klien dan petugas

membanu klien membuat keputusan mengenai pilihannya serta harus tanggap

terhadap pilihan klien meskipun klien menolak memutuskan atau

menangguhkan penggunaan kontrasepsi.

Didalam melakukan konseling petugas mengkai apakah klien sudah mengerti

mengenai jenis kontrasepsi, termasuk keuntungan dan kerugian serta bagaimana

cara penggunaanya. Konseling mengenai kontrasepsi yang dimulai dengan

mengenalkan berbagai jenis kontrasepsi dalam program Keluarga Berencana.

Petugas mendorong klien untuk berpikir melihat persamaan yang ada dan

membandingkan antar jenis kontrasepsi tersebut. Dengan cara ini petugas

membantu klien untuk membuat keputusan ( informed choice ). Jika tidak ada

dalam bidang kesehatan sebaiknya klien mempunyai pilihan kontrasepsi sesuai

dengan pilihannya. Bila memperoleh pelayanan kontrasepsi sesuai dengan

pilihannya, bila menggunakan kontrasesi tersebut lebih lama dan efektif,

5

Page 6: BAB 1 Konseling KB

mambantu klien untuk mengerti dan mengingat petugas memberikan contoh alat

kontrasepsi dan menjelaskan pada klien agar memahaminya dengan

memperhatikan bagaimana cara - cara penggunaanya. Petuga juga

memperlihatkan dan menjelaskan dengan flip charts, poster, pamphlet dan

halaman bergambar. Petugas juga perlu melakukan penilaian bahwa klien telah

mengerti. Jika memungkinkan klien dapat membawa bahan - bahan tersebut

kerumah, ini akan membantu klien mengingat apa yang harus dilakukan juda

dapat memberitahu orang lain.

4. Prinsip Konseling KB

Prinsip konseling KB meliputi :

a. percaya diri / confidentiality

b. Tidak memaksa / voluntary Choice, Informed consent

c. Hak klien / clien’t rights

d. Kewenangan / empowerment

5. 6 Langkah Kunci Konseling

a. Greet ( Berikan salam )

Salam yg bersahabat akan membuat klien merasa diterima,

membangun hubungan yg baik dan menimbuilkan kepercayaan dalam diri

klien.

b. Ask ( Tanyakan )

Menanyakan keluhan dan kebutuhan pasien menilai apakah keluhan /

keinginan yang disampaikan memang sesuai dengan kondisi yang di hadapi.

Petugas kesehatan harus mempunyai kemampuan untuk bertanya dan

mendengar dengan efektif.

c. Tell ( Berikan informasi )

Beritahu bahwa persoalan pokok yang dihadapi oleh pasien adalah

seperti yang tercermin dari hasil tukar informasi dan harus dicarikan upaya

penyelesaian masalah. Petugas kesehatn harus dapat memberi berbagai

alternatif kepada klien serta konsekuaensinya

d. Help

Bantu pasien untuk memahami masalah utamanya dan masalah itu juga

yang harus diselesaikan. Jelaskan beberapa cara yang dapat menyelesaikan

6

Page 7: BAB 1 Konseling KB

menyelesaikan masalah tersebut, termasuk keuntungan dan keterbatasan dari

masing-masing cara tersebut, minta pasien untuk memutuskan cara terbaik

bagi dirinya. Petugas kesehatan membantu klien mengambil keputusan yang

tepat

e. Explaining

Jelaskan bahwa cara terpilih telah diberikan / dianjurkan dan hasil yang

diharapkan mungkin dapat segera terlihat / diobservasi beberapa saat hingga

menampakan hasil seperti yang diharapkan. Jelaskan pula siapa dan dimana

pertolongan lanjut/darurat dapat diperoleh. Petugas kesehatan mengingatkan /

menjelaskan kepada klien apa yang harus dilakukan setelah mengambil suatu

keputusan.

f. Return

Rujuk apabila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang

sesuai / buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih telah

diberikan. Setelah selesai petugas kesehatan mengundang pasien kembali bila

merasa membutuhankannya.

6. Keuntungan Konseling KB

Konseling KB yang diberikan pada klien memberikan keuntungan kepada

pelaksana kesehatan maupun penerima layanan KB. Adapun keuntungannya

adalah :

a. Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan

kebutuhannya.

b. Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan.

c. Cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif.

d. Membangun rasa saling percaya.

e. Mengormati hak klien dan petugas.

f. Menambah dukungan terhadap pelayanan KB.

g. Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.

7. Jenis Konseling

Jenis konseling terbagi menjadi tiga, yaitu :

a. Konseling Umum

7

Page 8: BAB 1 Konseling KB

Konseling umum dapat dilakukan oleh petugas lapangan keluarga

berencana atau PLKB. Konseling umum meliputi penjelasan umum dari

berbagai metode kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara kontrasepsi,

tujuan dan fungsi reproduksi keluarga .

b. Konseling Spesifik

Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter / bidan / konselor.

Konseling spesifik berisi penjelasan spesifik tentang metode yang

diinginkan, alternatif, keuntungan - keterbatasan, akses, dan fasilitas

layanan.

c. Konseling Pra dan Pasca Tindakan

Konseling pra dan pasca tindakan dapat dilakukan oleh operator /

konselor / dokter / bidan. Konseling ini meliputi penjelasan spesifik

tentang prosedur yang akan dilaksanakan ( pra, selama dan pasca ) serta

penjelasan lisan / instruksi tertulis asuhan mandiri.

B. Keluarga Berencana

1. Definisi

Keluarga berencana ( KB ) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang

sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Upaya peningkatkan kepedulian

masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera ( Undang-

undang No. 10/1992 ).

Keluarga Berencana ( Family Planning, Planned Parenthood ) merupakan

suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan

dengan memakai kontrasepsi ( WHO Expert Committe, 1970 ).

Tindakan yang membantu individu / pasutri untuk Mendapatkan objektif -

objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan

kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan

jumlah anak dalam keluarga.

Kontrasepsi adalah pencegahan kehamilan atau pencegahan konsepsi. Untuk

mencapai tujuan tersebut, berbagai cara dapat dilakukan, antara lain penggunaan

pil KB / kontrasepsi oral, suntikan atau intravaginal, penggunaan alat dalam

saluran reproduksi ( kondom, alat kontrasepsi dalam rahim / implan ), operasi

( tubektomi, vasektomi ) atau dengan obat topikal intravaginal yang bersifat

8

Page 9: BAB 1 Konseling KB

spermisida. Itu bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan

yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat - alat kontrasepsi atau

penanggulangan kelahiran seperti kondom , spiral , IUD, dan sebagainya. Jumlah

anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua. Gerakan ini mulai

dicanangkan pada tahun akhir 1970 - an.

2. Tujuan Program KB

Kebijakan Keluarga Berencana ( KB ) bertujuan untuk mengendalikan

pertumbuhan penduduk melalui usaha penurunan tingkat kelahiran. Kebijakan KB

ini bersama - sama dengan usaha - usaha pembangunan yang lain selanjutnya akan

meningkatkan kesejahteraan keluarga. Upaya menurunkan tingkat kelahiran

dilakukan dengan mengajak pasangan usia subur ( PUS ) untuk berkeluarga

berencana. Sementara itu penduduk yang belum memasuki usia subur ( Pra – PUS

) diberikan pemahaman dan pengertian mengenai keluarga berencana. Untuk

menunjang dan mempercepat pencapaian tujuan pembangunan KB telah

ditetapkan beberapa kebijakan, yaitu perluasan jangkauan, pembinaan terhadap

peserta KB agar secara terus menerus memakai alat kontrasepsi, pelembagaan dan

pembudayaan NKKBS serta peningkatan keterpaduan pelaksanaan keluarga

berencana.

Selanjutnya untuk mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut terus

dimantapkan usaha-usaha operasional dalam bentuk upaya pemerataan pelayanan

KB, peningkatan kualitas baik tenaga, maupun sarana pelayanan KB,

penggalangan kemandirian, peningkatan peran serta generasi muda, dan

pemantapan pelaksanaan program di lapangan.

Kesimpulan dari tujuan program KB adalah :

a. Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa

b. Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan

bangsa

c. Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang

berkualitas, termasuk upaya - upaya menurunkan angka kematian ibu ,

bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi .

Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005 - 2009 meliputi :

a. Keluarga dengan anak ideal

9

Page 10: BAB 1 Konseling KB

b. Keluarga sehat

c. Keluarga berpendidikan

d. Keluarga sejahtera

e. Keluarga berketahanan

f. Keluarga yang terpenuhi hak - hak reproduksinya

g. Penduduk tumbuh seimbang ( PTS )

3. Sasaran Program KB

Sasaran utama dari pelayanan KB adalah :

a. Pasangan Usia Subur ( PUS )

Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh

pemerintah maupun swasta dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan

kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain adalah

Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan

bidan desa. Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004 - 2009 yang

meliputi :

1) Menurunnya rata - rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar

1,14 persen per tahun.

2) Menurunnya angka kelahiran total ( TFR ) menjadi sekitar 2,2 per

perempuan.

3) Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin

menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat /

cara kontrasepsi ( unmet need ) menjadi 6 persen.

4) Meningkatnya pesertaKB laki – laki menjadi 4,5persen.

5) Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional,

efektif, dan efisien.

6) Meningkatnya rata - rata usia perkawinan pertama perempuan

menjadi 21 tahun.

7) Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh

kembang anak .

8) Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera

- 1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.

9) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan Program KB Nasional.

10

Page 11: BAB 1 Konseling KB

4. Ruang Lingkup KB

Ruang lingkup KB antara lain:

a. Komunikasi informasi dan edukasi (KIE)

b. Keluarga berencana

c. Kesehatan reproduksi remaja

d. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

e. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas

f. Keserasian kebijakan kependudukan

g. Pengelolaan SDM aparatur

h. Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan Kepemerintahan

i. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara

5. Strategi Program KB

Strategi program KB terbagi dalam dua hal yaitu :

a. Strategi dasar

1) Meneguhkan kembali program di daerah

2) Menjamin kesinambungan program

b. Strategi operasional

1) Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional

2) Peningkatan kualitas dan prioritas program Penggalangan dan

pemantapan komitmen

3) Dukungan regulasi dan kebijakan

4) Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan

6. Dampak Program KB

Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu :

a. Penurunan angka kematian ibu dan anak

b. Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi

c. Peningkatan kesejahteraan keluarga

d. Peningkatan derajat kesehatan

e. Peningkatan mutu dan layanan KB - KR

f. Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM

11

Page 12: BAB 1 Konseling KB

g. Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam

penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.

C.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Intra Uterin Fetal Death ( IUFD )

IUFD ( Intra Uterin Fetal Death ) adalah kematian janin atau kematian hasil

konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya, tanpa memandang umur

kehamilannya ( Manuaba, 2006 ).

IUFD juga merupakan kematian janin yang terjadi saat usia kehamilan dari 20

minggu atau pada trimester ke dua. Kematian dinilah dengan fakta bahwa sesudah

dipisahkan dari ibunya janin tidak bernafas atau menunjukan tanda – tanda kehidupan

seperti denyut jantung, fulsasi talli pusat, atau kontraksi otot.

B. Penyebab Intra Uterin Fetal Death ( IUFD )

Kematian bayi dalam kandungan ( Intra Uterin Fetal Death ) dapat

dikarenakan berbagai hal seperti permasalahan asupan nutrisi, infeksi, lilitan tali

pusat, perdarahan, kelainan plasenta, serta akibat penyakit yang diderita si ibu yang

mengandungnya.

Dalam kasus ini Spalding dan Horner mengemukakan bahwa IUFD atau

kematian janin dalam rahim terjadi karena penyusutan jaringan otak. Penyusutan

jaringan otak ini mengakibatkan terjadinya tumpang tindih pada tulang tengkorak

sehingga ukuran kepala janin mengalami penyusutan.

Apabila pada hasil USG di dapatkan bahwa janin di dalam rahim sudah mati,

akan didukung dengan didapatkannya keadaan tulang tengkorak seperti keadaan di

12

Page 13: BAB 1 Konseling KB

atas. Yang mana penyusutan jaringan otak tersebut juga tidak jauh kaitannya dengan

keadaan nutrisi ibu pada saat hamil. Keadaan nutrisi yang kurang pada ibu hamil

dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan terhadap semua organ yang

terdapat pada tubuh janin.

C. Usaha Pencegahan Intra Uterin Fetal Death ( IUFD )

Dalam kenyataannya, IUFD atau kematian janin dalam rahim dapat dicegah

dengan beberapa langkah, seperti kunjungan antenatal care yang teratur pada ibu

hamil yaitu minimal 4 kali. Yaitu 1 x pada TM I, 1 x pada TM II, dan 2 x pada TM

III. Dengan adanya kunjungan ANC teratur yang dilakukan ibu, kita sebagai tenaga

kesehatan dapat melakukan suatu upaya pencegahan agar tidak terjadinya IUFD.

Pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan urin, gula darah, USG serta

pemberian konseling yang baik kepada ibu hamil, dapat mengurangi resiko terjadinya

IUFD terhadap ibu hamil.

13

Page 14: BAB 1 Konseling KB

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembelajaran yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa,

ada beberapa kelainan yang dapat menjadi suatu penghambat dalam suatu kehamilan,

yang kelainan ini meliputi prematuritas, postmatur, IUGR ( Intra Uterin Growth

Retardation ), dan IUFD ( Intra Uterin Fetal Death ). Kelainan – kelainan tersebut

dapat membuat suatu kehamilan menjadi lama atau terhambat.

Pengertian dari prematur tersebut adalah persalinan yang terjadi pada

kehamilan kurang dari 37 minggu ( antara 20 – 37 minggu ) atau dengan berat janin

kurang dari 2500 gram. Sedangkan postmatur adalah kehamilan yang melewati 294

hari atau lebih dari 42 minggu lengkap di hitung dari HPHT. Intra Uterin Growth

Retardation atau IUGR merupakan suatu kondisi dimana janin berukuran lebih kecil

dari standar ukuran biometri normal pada usia kehamilan. Dan yang terakhir adalah

IUFD atau Intra Uterin Fetal Death yang mempunyai pengertian merupakan kematian

janin yang terjadi di dalam rahim tanpa sebab yang jelas, yang mengakibatkan

kehamilan tidak sempurna.

B. Saran

Berdasarkan uraian dan kesimpulan diatas maka saran yang dapat diberikan

adalah, kita sebagai mahasiswi kebidanan diharapkan untuk mengetahui kelainan –

kelainan dalam lamanya kehamilan, yang mana kelainan tersebut adalah prematur,

postmatur, IUGR, dan juga IUFD.

14

Page 15: BAB 1 Konseling KB

Dan bagi petugas pelayanan kesehatan khususnya petugas kesehatan yang

berada di rumah sakit diharapkan dapat menambah ilmu dan wawasannya dalam

memberikan asuhan berupa usaha pencegahan, pengobatan, perawatan, serta

konseling pada ibu hamil yang mengalami kelainan – kelainan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Bari, Abdul S. 2003. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. PB POGI,

FKUI. Jakarta.

Cunningham, Gary, dkk. 2006. Obstetri William ed. 21. Jakarta. EGC

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2007, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta.

Arcan.

Mochtar, Rustam. 1998, Sinopsis Obstetri Patologi. Jakarta. EGC

Norwitz, Errol dan John O Schorge. 2008. At A Glance Obstetri 

& Ginekologi. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Prawiroharjo, Sarwono. 2009. IlmuKebidanan. Jakarta.Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo.

Sastrawinata, S., 2003. Obstetri Patologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

15

Page 16: BAB 1 Konseling KB

Varney, Helen Dkk.2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC

Lampiran

JURNAL

INTRA UTERINE FETAL DEATH

A Clinical-Radiological Study

Irving F. Stein, M.D., Associate Attending Gynecologist and Obstetrician and

Robert A. Arens , M.D., Roentgenologist, Michael Reese Hospital, Chicago,

Michael Reese Hospital, Chicago

ABSTRAK

Subyek diagnosa dengan roentgenografi intrauterin, kematian janin telah mendapat

perhatian lebih dan sporadis dari dokter kandungan dan roentgenologists sampai sekarang.

Spalding dan Horner dalam komunikasi asli independen melaporkan tiga kasus masing -

masing kematian janin pada sekitar waktu yang sama, masing - masing menggambarkan

begitu disebut tanda patognomonik. Tambahan beberapa pengamat, Greenhill, Moss, Portes

dan Blanche, Bourland dan Spangler, telah ditulis pada subyek yang menguatkan pernyataan

Spalding dan Horner.

16

Page 17: BAB 1 Konseling KB

Ketika seseorang menganggap jumlah kasus ini sangat kecil dari dua kasus terakhir

yang disebutkan dan jumlah yang lebih kecil kemudian dilaporkan oleh pengamat lain, tidak

ada satupun yang memiliki lebih dari dua kasus, agak menarik untuk mencerminkan bahwa

apa yang seharusnya menjadi tanda patognomonik intrauterin fetal death telah begitu

diterima.

Spalding menyatakan : " Tampaknya sangat lama setelah kematian intrauterin,

jaringan otak menyusut, yang menghasilkan tumpang tindih pada tulang tengkorak janin.

Tumpang tindih dari tulang tengkorak janin ini tampaknya menjadi pathognomonic dari

kondisi kematian intrauterin dan memberikan gambaran yang sangat berbeda dari tumpang

tindih yang seharusnya. Dengan X-ray, ukuran penurunan kepala janin dari menyusut

postmortem dapat ditentukan karena tulang tengkorak tetap hampir sama ukuran dan

bentuknya.

Menyusutnya tulang kepala yang tumpang tindih memiliki jarak yang menakjubkan.

Kelengkungan Jari - jari dari kepala menyusut menjadi jelas lebih kecil dari tulang tengkorak.

Ketika kedua perubahan di atas dicatat dalam gambar X-ray tampaknya dibenarkan untuk

menyimpulkan bahwa anak itu sudah mati.

Dalam seri ini, tiga bayi yang mati dan mempresentasikan temuan khas, 18 masih

hidup, yang 17 tidak menunjukkan perubahan dari kepala janin dan sutura. Satu bayi

menunjukkan ditandai adanya tumpang tindih tulang tengkorak akibat molding disebabkan

oleh lamanya tahap pertama yang dilakukan tenaga kerja, tetapi meskipun ini tumpang tindih,

tulang tengkorak menunjukkan ketidakseimbangan yang ada dalam kaitannya dengan

sebagian besar isi tengkorak.

Horner melaporkan agak sama : “ Dalam tiga kasus di mana kematian janin diduga,

X-ray mengungkapkan override dari tulang tengkorak, dengan asimetri kepala. Ini bagi saya

menunjukkan kematian janin dan kursus berikutnya menanggung diluar kemampuan saya ”.

Oleh karena itu, ia menyimpulkan, “ override dari tulang tengkorak dengan cephalic asimetri

adalah tanda - tanda kematian janin dan adalah satu - satunya tanda - tanda positif dari intra -

uterin fetal death ”. Dia tidak menyebutkan jumlah kasus di mana janin dalam rahim sudah

mati dan tanda patognomonik tidak hadir.

17

Page 18: BAB 1 Konseling KB

Dari Adolf Stein Memorial untuk Penelitian di Roentgenology. Karya ini didukung

oleh dana dari Dana Baer Otto untuk Penelitian Klinis. Makalah yang dibacakan di hadapan

Masyarakat Radiologi Amerika Utara, di Cleveland, Desember 2000.

18