Upload
kevin-tri-yuda
View
143
Download
19
Embed Size (px)
DESCRIPTION
instalasi rumah tinggal
Citation preview
BAB 6
INSTALASI RUMAH TINGGAL
6.1 Instalasi Rumah Tinggal
Untuk pemasangan suatu instalasi listrik lebih dahulu harus dibuat
gambar-gambar rencananya berdasarkan denah bangunan, dimana instalasinya
akan dipasang jika spesifikasinya dan syarat-syarat pekerjaan yang diterima dari
pihak bangunan / pemesan. Harus diperhatikan spesifikasi dan syarat pekerjaan ini
menguraikan syarat yang harus dipenuhi pihak pemborong, antara lain mengenai
pelaksanaannya material yang digunakan, waktu penyerahannya dan sebagainya.
Gambar-gambarnya harus jelas, mudah dibaca dan dimengerti. Gambar
denah bangunannya biasanya disederhanakan. Dinding-dindingnya digambar
dengan garis tunggal agar tipis, saluran-saluran listriknya karena lebih penting
maka digambar lebih tebal. Supaya gambarnya rapi harus dipilih tebal garis yang
tepat.
Menurut ayat 401B3, gambar-gambar yang diperlukan yaitu :
Gambar situasi, untuk menyatakan letak bangunan dimana sintalasinya akan
dipasang, serta rencana penyambungan dengan jaringan PLN.
A) Gambar Instalasinya meliputi :
- Rencana penempatan semua peralatan listrik yang akan dipasang dan sarana
peralatan, misalnya titik lampu, sakelar, kontak-kontak, perlengkapan hubung
bagi.
- Rencana penyambungan peralatan listrik dengan alat pelayanannya misalnya
antara lampu dengan sakelarnya, motor dan pengasutnya dan sebagainya.
- Hubungan antara peralatan listrik dan sarana pelayanannya dengan perlengkapan
hubung bagi yang bersangkutan.
- Data teknis penting dari setiap peralatan listrik yang akan dipasang
B) Diagram instalasi garis tunggal meliputi :
- Diagram perlengkapan hubung bagi dengan keterangan mengenai ukuran/daya
nominal setiap komponen.
- Keterangan mengenai beban yang terpasang dan pembaginya.
- Ukuran dan jenis hantaran yang akan digunakan.
- System pentanahannya.
C) Gambar perincian atau keterangan yang diperlukan misalnya :
- Perkiraan ukuran fisik perlengkapan hubung bagi.
- Cara pemasangan alat-alat listriknya
- Cara pemasangan kabelnya.
- Cara kerja instalasi kontrolnya kalau ada.
Pengawasan dan tanggung jawab.
Pengawasan pemasangan instalasi listrik dan tanggung jawab pelaksana dan
pelaksanaan pekerjaan diatur dalam pasal 910 antara lain ditentukan sebagai
berikut.
1. Setiap pemasangan listrik harus mendapat ijin dari instansi yang berwenang,
umumnya dari cabang PLN setempat.
2. Penaggung jawab pekerjaan instalasi harus seorang yang ahli berilmu
pengetahuan dalam pekerjaan instalasi listrik danmemiliki ijin dari instansi
yang berwenang.
3. Pekerjaan pemasangan instalasi listrik harus diawasi oleh seorang pengawas
yang ahli dan berpengetahuan tentang listrik, menguasai pengaturan
perlistrikan, berpengalaman dlaam pemasangan instalasi listrik dan
bertanggung jawab atas keselamatan para pekerjanya.
4. Pekerjaan pemasangan instalasi listrik harus dilaksanakan oleh orang-orang
yang berpengalaman tentang listrik.
5. Pemasangan instalasi listrik yang selesai dikerjakan harus dilaporkan secara
tertulis kepada bagan pemeriksa (umumnya PLN setempat) untuk diperiksa dan
diuji.
6. Setelah dinyatakan baik secara tertulis oleh bagan pemeriksa dan sebelum
diserahkan kepada pemilik, instalasinya harus dicoba dengan tegangan dan arus
kerja penuh selama waktu yang cukup lama, semua peralatan yang dipasang
harus dicoba.
7. Perencana suatu instalasi listrik bertanggung jawab atas rencana yang telah
dibuatnya.
8. Pelaksana pekerjaan instalasi listrik bertanggung jawab atas pekerjaannya
selama batas waktu tertentu. Jika terjadi suatu kecelakaan karena kesalahan
pemasangan ia bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut.
Pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik meliputi :
1. Tanda-tanda.
2. Peralatan listrik yang dipasang.
3. Cara pemasangannya.
4. Polaritasnya.
5. Pentanahannya.
6. Tahanan isolasi.
7. Continuenitas rangkaian.
6.2 Umum
Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik
yang
saling berhubungan serta memiliki ciri terkoordinasi untuk memenuhi satu atau
sejumlah tujuan tertentu. Instalasi listrik terdiri atas sistem penerangan, sistem
pensaklaran, sistem pengkabelan, sistem pembumian dan sistem lain yang yang
dibutuhkan. Instalasi listrik dapat berupa sebuah instalasi yang sederhana yang
hanya
terdiri atas satu titik atau satu instalasi listrik yang rumit dan kompleks.
Sistem pembumian merupakan bagian dari sebuah instalasi listrik. Sistem
pembumian adalah sistem yang dirancangkan sedemikian rupa untuk
menghubungkan bagian konduktif terbuka dari peralatan-peralatan listrik yang
dipakai dengan bumi sebagi referensi tegangan nol, pembuatan sistem pembumian
ini bertujuan untuk menghindarkan manusia dari kejut listrik apabila tersentuh
bagian konduktif terbuka yang bertegangan. Bagian konduktif ini bisa
bertegangan
apabila instalasi listrik mengalami kegagalan isolasi sehingga kawat phasa
terhubung
dengan bagian konduktif tertentu.
Sistem pembumian terdiri dari beberapa sistem sesuai dengan cara
pemasangannya. Sistem-sistem tersebut adalah sistem TT, Sistem TN yang terdiri
dari TN-C,TN-S, dan TN-CS, serta sistem IT. Pembahasan lebih lanjut untuk
sistem
yang dipakai pada instalasi rumah tangga akan dibahas pada pembahasan
berikutnya.
Sistem pembumian terdiri dari beberapa perlengkapan listrik berupa
penghantar pembumian dan elektroda pembumian.
Pemasangan sistem pembumian sangat tergantung pada kondisi
lingkungan
dimana sistem pembumian dibuat, sehingga sebuah sistem pembumian tidak bisa
disamakan di semua tempat, misalkan tempat dengan jenis tanah lembab dan
kering
pasti akan sangat berbeda usaha-usaha yang dilakukan supaya sistem yang dibuat
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
6.3 Instalasi Listrik Rumah Tangga
Instalasi Listrik rumah tangga yang dimaksudkan adalah instalasi listrik
dalam bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal. Pada dasarnya
kebutuhan
instalasi rumah tangga tergantung kepada kebutuhan listrik rumah tangga tersebut.
Instalasi rumah tangga dapat hanya berupa instalasi listrik yang sederhana yang
hanya terdiri dari satu titik maupun instalasi listrik yang kompleks.
Instalasi listrik rumah tangga secara umum adalah untuk kebutuhan
penerangan dan kebutuhan sumber tenaga listrik untuk peralatan-peralatan listrik
yang digunakan, seperti pemanas makanan, setrika listrik, dll. Untuk memenuhi
tujuan ini beberapa perlengkapan listrik yang umum dipakai adalah:
1. Pipa Instalasi
2. Sakelar
3. Kotak kontak
4. Papan Hubung Bagi (PHB)
5. Kabel
6. Fitting
7. Sekering dan MCB
8. Perlengkapan Pembumian.
Gambar 6.1 menunjukkan skema instalasi listrik dari sebuah rumah sederhana
yang terdiri atas 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 1 kamar
mandi, dan taman.
Simbol-simbol yang digunakan pada Gambar 6.1 dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 6.1 Skema instalasi listrik sederhana.
VI.4 Pembumian Instalasi Rumah Tangga
Di dalam PUIL 2000 disebutkan bahwa pada instalasi listrik ada dua jenis
resiko utama yaitu:
a. Arus kejut listrik
b. Suhu berlebihan yang sangat mungkin mengakibatkan kebakaran, luka bakar
atau efek cedera listrik.
Untuk mengindarkan manusia ataupun ternak dari bahaya yang timbul
karena sentuhan dengan bagian aktif instalasi listrik maka dapat dilakukan cara-
cara berikut:
a. Mencegah mengalirnya arus melalui badan manusia atau ternak.
b. Membatasi arus yang dapat mengalir melalui badan manusia sampai suatu
nilai yang lebih kecil dari arus kejut.
c. Pemutusan suplai secara otomatis dalam waktu yang ditentukan pada saat
terjadi gangguan yang sangat mungkin menyebabkan mengalirnya arus melalui
manusia yang bersentuhan dengan body peralatan, yang nilai arusnya sama
dengan atau lebih besar dari arus kejut listrik.
Untuk mengetahui sejauh mana tubuh manusia sanggup menahan aliran
listik dan akibat-akibat yang ditimbulkan, Tabel 6.1 di bawah memperlihatkan
batasan batasan tersebut, ini berguna sebagai informasi sehingga seorang
perancang maupun instalateur dapat merancangkan suatu instalasi yang aman bagi
manusia maupun ternak.
Tabel 6.1: Batasan-batasan arus dan pengaruhnya terhadap manusia
Untuk memenuhi tujuan keamanan yang telah diebutkan di atas maka di
dalam bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal dapat dibuat sebuah
sistem
pembumian. Sistem pembumian yang umum digunakan adalah sistem
pembumian
TT.
Huruf T pertama adalah singkatan dari kata terre yang berasal dari Bahasa
Perancis yang mengandung pengertian bahwa hubungan sistem tenaga listrik ke
bumi adalah hubungan langsung satu titik ke bumi. Sedangkan huruf T kedua
menjukkan hubungan BKT instalasi ke bumi dan mengandung arti hubungan
listrik
Universitas Sumatera Utara langsung ke bumi, yang tidak tergantung pembumian
setiap titik tenaga listrik.
Gambar 6.2 memperlihatkan sebuah sistem pembumian dengan sistem TT.
Gambar 6.2 Sistem pembumian TT
VI.5 Tahanan Pembumian
Tahanan pembumian adalah hambatan yang dialami oleh arus ketika
mengalir ke tanah. Arus ini mengalir menuju tanah melalui elektroda pembumian
yang ditanam atau ditancapkan ke dalam tanah pada ke dalam tertentu. PUIL 2000
mendefenisikan tahanan pembumian sebagai jumlah tahanan elektroda
pembumian dan tahanan penghantar pembumian. Tahanan ini terdiri dari tahanan
yang disebabkan penghantar logam dan tanah. Tahanan yang ditimbulkan
penghantar sangan kecil sehingga dapat diabaikan. Tahanan yang paling besar
adalah tahanan yang ditimbulkan oleh tanah.
Suatu tanah memiliki nilai tahanan jenis yang bervariasi tergantung pada
jenis tanah, kelembapan, komposisi garam-garam mineral di dalam tanah, dan
suhu. Saat sebuah elektroda dilalui oleh arus maka arus akan menyebar ke segala
arah seperti terlihat pada Gambar 2.3.
Gambar 6.3 Sebaran Arus dari Elektroda
Arus akan mengalir menuju tegangan nol yaitu di titik tak terhingga.
Apabila kedalaman elektroda dibandingkan dengan jari-jari yang tak terhingga
maka elektroda batang dapat dianggap sebagai sebuah bola yang memiliki pusat
yang sama dengan sebuah bola yang memiliki jari-jari yang sangat besar, seperti
Gambar 6.4.
Gambar 6.4 Ekivalensi Elektroda untuk Perhitungan Tahanan Pembumian
Tahanan yang dimiliki lapisan tanah yang merupakan bola dengan jari-jari
r dan r+dr pada Gambar 6.4 dapat dihitung dengan Persamaan 6.1. Dengan
menganggap bahwa jarak r berada di jauh tak hingga maka tahanan tanah dengan
elektroda yang memiliki jari-jari ro menjadi seperti Persamaan 6.2.
Persamaan 6.1
Persamaan 6.2
Dimana:
R = Tahanan Tanah
r = Jari-jari bola luar (m)
ro = Jari-jari/ panjang elektroda (m)
p= Tahanan jenis tanah ( Ohm-m)
Jika nilai tahanan pentanahan terlalu besar maka untuk memperkecilnya
dapat menggunakan material khusus yang ditanam di dalam tanah yaitu bentonit.
Secara tradisional dapat menggunakan garam atau arang.
Beberapa jenis tanah yang nilai tahanan jenisnya dicantumkan dalam PUIL
2000 dapat dilihat pada Tabel 6.2
Tabel 6.2 Tahanan Jenis Tanah
Beberapa hal lain yang mempengaruhi nilai tahanan pembumian yaitu:
a. Jenis Elektroda Pembumian
Jenis elektroda pembumian berkaitan dengan tahanan jenis elektroda
tersebut.Misalkan elektroda berbahan dasar aluminium dibandingkan dengan
elektroda berbahan dasar tembaga yang memiliki luas penampang dan panjang
yang sama. Nilai tahanan elektroda aluminium akan lebih besar dibandingkan
dengan elektroda berbahan dasar tembaga. Karena tahanan jenis aluminium lebih
besar dibanding tahanan jenis tembaga. Dimana aluminium memiliki tahanan
jenis 0.0283 x 10-6 Ωm dan tembaga 0.0177 x x 10-6 Ωm. Tetapi karena nilainya
yang sangat kecil maka pengaruh dari tahanan jenis diabaikan.
b. Kedalaman elektroda dan luas penampang elektroda
Semakin dalam elektroda tertanam dan semakin besar luas penampang elektroda
yang bersentuhan dengan tanah sehingga nilai tahanan pembumian akan semakin
kecil karena semakin besar permukaan yang bersentuhan dengan tanah.
c. Bentuk elektroda
Beberapa bentuk elektoda pembumian adalah sebagai berikut:
1. Elektroda pita
Elektroda pita dibuat dari penghantar berbentuk pita atau penampang bulat, atau
penghantar pilin yang pada umumnya ditanam secara dangkal. Ukuran minimum
elektroda pita adalah 2mm2 dan tebalnya 2 mm atau penghantar pilin 35 mm2.
Berbagai bentuk elektroda pita dapat dilihat pada Gambar 6.5 .
Gambar 6.5 Bentuk Elektroda Pita (a) Cabang enam, (b) Cincin, (c) Disk
Tahanan pembumian masing-masing bentuk adalah sebagai berikut:
Dimana :
Rp = Tahanan pembumian Elektroda (Ω)
ℓ = Panjang pita (m)
D = Diameter cincin
d = Diameter cincin elektroda
2. Elektroda pelat
Elektroda pelat terbuat dari besi dengan ukuran minimum tebal 3 mm, luas 0.5
m2-1m2 atau pelat tembaga dengan tebal 2 mm, luas 0.5 m2-1 m2 yang ditanam
secara vertical dengan sisi atas ± 1 m di bawah permukaan tanah seperti
ditunjukkan pada Gambar 6.6
Gambar 6.6 Elektroda pelat
Tahanan pembumian Elektroda pelat adalah:
Persamaan 6.6
3. Elektroda batang
Elektroda ini dapat dibuat dari pipa besi, baja profil,batang tembaga, atau batang
logam lainnya. Elektroda dipancangkan ke tanah sedalam ℓ meter seperti Gambar
6.7
Gambar 6.7 Elektroda Batang
Tahanan elektroda pembumian elektroda batang adalah:
Persamaan 6.7
Dimana a adalah jari-jari elektroda batang. Bentuk elektroda yang umum dipakai
pada sistem pembumian instalasi rumah tangga adalah bentuk elektroda batang.
6.6 Persyaratan Pembumian
Menurut PUIL 2000 ada bebarapa persyaratan dalam instalasi sistem
pembumian. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Warna Penghantar Pembumian
Penghantar proteksi diberi warna loreng hijau kuning sebagai pengenal,
termasuk penghantar proteksi yang merupakan salah satu inti dari kabel dan kabel
tanah. Pengecualiannya adalah terhadap penghantar geser jika penghantarnya
dapat
dikenal dengan jelas, misalnya melalui bentuknya dan tulisan yang ada padanya.
b. Luas Penghantar pembumian
Luas penampang penghantar proteksi tidak boleh kurang dari nilai yang
tercantum dalam Tabel 6.3 di bawah.
Tabel 6.3 Ukuran Penampang Penghantar Pembumian
Sumber: PUIL 2000, hal 80
Tabel ini hanya berlaku jika penghantar proteksi dibuat dari bahan yang
sama
dengan penghantar phasa. Jika bahannya tidak sama, maka luas penampang
penghantar proteksi ditentukan dengan cara memilih luas penampang yang
mempunyai konduktansi yang ekivalen dengan hasil dari Tabel.
Luas penampang setiap penghantar proteksi yang tidak merupakan bagian
dari kabel suplai atau selungkup kabel, dalam setiap hal tidak boleh kurang dari
2,5
mm2 jika terdapat proteksi mekanis dan 4 mm2 jika tidak terdapat proteksi
mekanis.
c. Ukuran Elektroda
Ukuran mimimum elektroda dapat dipilih menurut Tabel 6.4.
Tabel 6.4 Ukuran Elektroda Pembumian
d. Nilai Tanahan Pembumian
Untuk sistem pembumian rumah tangga kondisi berikut harus terpenuhi.
Persamaan 6.8
Dimana :
Ra = Besar tahanan pembumian
Ia = Arus listrik yang menyebabkan operasi otomatis dari gawai proteksi yang
tergantung dari jenis dan karakteristik gawai proteksi yang digunakan. Dalam
hal ini gawai dengan karakteristik waktu terbalik (invers) yaitu pengaman lebur
(PL atau sekering) atau pemutus sirkit (misalnya MCB) dan Ia haruslah arus yang
menyebabkan bekerjanya gawai proteksi dalam waktu 5 detik.
e. Persyaratan lain
• Penghantar aluminium tanpa perlindungan mekanis tidak diperkenankan
dipakai sebagai penghantar bumi
• Penghantar bumi harus dilindungi jika menembus langit-langit atau dinding, atau
berada di tempat dengan bahaya kerusakan mekanis.
• Pada penghantar bumi harus dipasang sambungan yang dapat dilepas untuk
keperluan pengujian resistans pembumian, pada tempat yang mudah dicapai, dan
sedapat mungkin memanfaatkan sambungan yang karena susunan instalasinya
memang harus ada.
• Sambungan penghantar bumi dengan elektroda bumi harus kuat secara mekanis
dan menjamin hubungan listrik dengan baik, misalnya dengan menggunakan las,
Universitas Sumatera Utara klem, atau baut kunci yang tidak mudah lepas. Klem
pada elektroda pipa harus menggunakan baut dengan diameter minimal 10 mm.
6.7 Metode Pengukuran Tahanan Pembumian
Nilai tahanan pembumian merupakan suatu syarat aman tidaknya suatu
sistem pembuamian yang dibuat. Untuk mengetahui nilai Tahanan Pembumian ini
maka dapat dilakukan beberapa metode untuk mengukurnya, metode-metode
tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Metode Von Werner
Metode ini disebut juga dengan metode empat batang karena menggunakan
empat elektroda dalam pengukurannya. Skema pengukuran dengan metode ini
terlihat pada Gambar 6.8 .
Gambar 2.8 Metode Pengukuran Von Werner
Cara pengukuran dilakukan dengan terlebih dahulu mengatur jarak antar
elektroda. Seperti terlihat pada gambar, jarak antar elektroda adalah sejauh a
meter, sehingga jarak antara terminal secara berurut adalah sama. Setelah dibuat
rangkaian seperti gambar maka proses pengukuran dapat dikerjakan. Peralatan
ukur akan mengalirkan arus melalui terminal 1 dan 4 lalu susut tegangan pada
terminal 2 dan 3 akan diukur. Jika beda tegangan antara elektroda 2 dan 3 adalah
∆V, dan arus yang dialirkan melalui elektroda 1 dan 4 adalah I, maka
perbandingan ini adalah Nilai tahanan pentanahan R .
sesuai dengan Persamaan 6.9
Perssamaan 6.9
b. Pengukuran dengan Volt meter dan Amperemeter
Cara pengukuran adalah seperti terlihat pada Gambar 6.9. Penghantar
pembumian dihubungkan dengan penghantar phasa instalasi melalui gawai
proteksi
arus lebih, sakelar, tahanan yang dapat diatur dari 20 Ω sampai 1000Ω, dan
Amperemeter. Antar titik sirkit setelah amperemeter dengan elektroda bumi bantu
dipasang voltmeter. Jarak elektroda bantu disesuaikan dengan jenis elektroda yang
digunakan. Jika elektroda batang atau pipa maka elektroda bantu harus berjarak
sekurang-kurangnya 20 meter dari elektroda yang akan diukur.
Pada saat sakelar dimasukkan, tahanan tersebut harus dalam keadaan
maksimum. Setelah sakelar dimasukkan, tahanan diatur sedemikian rupa hingga
amperemeter dan voltmeter menunjukkan simpangan secukupnya sesuai dengan
apa
Universitas Sumatera Utara yang diharapkan oleh operator. Hasil bagi dari
tegangan dan arus yang ditunjukkan oleh alat ukur tersebut adalah tahanan
pembumian yang diukur. Persamaan matematiknya seperti pada Persamaan 6.9.
Gambar 6.9 Metode pengukuran dengan voltmeter dan amperemeter
c. Pengukuran dengan menggunakan Earthtester.
Pengukuran dengan Earthtester ini menggunakan dua buah elektroda
bantu, dan pengukurannya lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan dua
metode yang telah disebutkan terdahulu. Pengukuran dilakukan dengan terlebih
dahulu menentukan
Fuse Tahanan Variabel Universitas Sumatera Utara jarak antara elektroda
pembumian dengan elektroda bantu, jarak yang umum digunakan berkisar 5-10
meter. Pegukuran dengan metode ini dapat dilihat pada Gambar 6.10.
Gambar 6.10 Pengukuran dengan Earthtester
Setelah elektroda bantu ditancapkan di tanah pada kedalaman sekitar 30
cm maka elektroda dihubungkan dengan alat ukur dengan menggunakan kabel
yang sudah ditentukan. Ada tiga warna kabel yaitu hijau, kuning dan merah.
Kabel warna hijau salah satu ujungnya dihubungkan dengan terminal earth pada
alat ukur dengan simbol E dan ujung satu lagi dihubungkan dengan elektroda
pembumian.Kabel warna kuning dihubungkan dengan terminal P (potential) pada
alat ukur dan ujung yang lain dihubungkan dengan elektroda bantu yang paling
dekat ke elektroda utama. Kabel warna merah dihubungkan ke termina dengan
simbol C (Current) pada alat ukur dan ujung yang lain dihubungkan dengan
elektroda bantu yang paling jauh dari Elektroda Bantu Elektroda . Instrumen ukur
adalah earthtester dan dapat digantikan dengan peralatan lain yang dapat
melakukan fungsi yang sama dengan earthtester. Gambar alat-alat yang digunakan
dengan metode ini dapat dilihat pada lampiran A.
Setelah semuanya terangkai dengan benar maka pengukuruan dapat
dilakukan tetapi perlu diperhatikan dahulu apakah baterai masih baik atau tidak
dan besar tegangan rangkaian dengan memilih selector yang tersedia di peralatan.
Apabila semua dalam kondisi baik maka pengukuran tahanan pembumian dapat
dilakukan dengan menekan tombol sw pada peralatan setelah terlebih dahulu
memindah selector ke sebalah symbol Ω, la lu memutar piringan penunjuk besar
hambatan sampai jarum penunjuk telah menunjuk angka nol. dan nilai yang
ditunjukkan oleh piringan yang diputar tersebut adalah nilai tahanan pembumian
yang terukur.
Pengukuran dengan earthtester menggunakan prinsip jembatan wheathstone.
Seperti pada Gambar 6.11 berikut.
Gambar 6.11 Jembatan Wheathstone
Pada saat sakelar ditekan maka arus akan mengalir melalui galvanometer,
sehingga arum penunjuk galvanometer akan menunjukkan nilai tertentu. Jika nilai
yang ditunjuk adalah nol berarti arus yang mengalir melalui galvanometer adalah
nol.
Prinsip jembatan wheathstone adalah membuat arus yang mengalir melalui
galvanometer bernilai nol dengan mengubah nilai tahanan variabel Rx, hal ini
dilakukan dengan memutar piringan logam tahanan variabel pada earthtester
sampai galvanometer menunjukkan nilai nol. Ketika nilai yang ditunjukkan pada
galvanometer adalah nol maka nilai yang ditunjukkan pada piringan tahanan
varibel tersebut adalah nilai tahanan pentanahan yang sedang diukur.
Persamaannya terlihat
pada Persamaan 6.10 berikut.
Persamaan 6.10
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19064/4/Chapter%20II.pdf
Sumber