7
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dalam skripsi ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. alur yang digunakan dalam kumpulan dongeng La Barbe Bleue, Les Fées, Le Maître Chat ou Le Chat Botté dan Le Petit Poucet karya Charles Perrault ini menggunakan alur maju karena peristiwa-peristiwanya dikisahkan secara kronologi atau secara runtut melalui fungsi-fungsi dalam dongeng tersebut, sedangkan cara untuk mengahiri cerita yang dominan yaitu menggunakan fin heureuse, cerita berakhir dengan bahagia. Tokoh-tokoh yang ditampilkan berupa binatang yang dapat berkomunikasi dengan manusia. Dalam kumpulan dongeng ini binatang digambarkan sebagai sosok yang cerdik, namun ada juga yang licik. Kemudian tokoh yang berupa peri dan raksasa. Peri dapat digambarkan sebagai wanita yang mempunyai kekuatan sihir dan mempengaruhi jalannya sesuatu. Kebanyakan dari mereka baik hati, namun terdapat juga peri yang jahat. Kemudian tokoh raksasa biasanya mempunyai ciri-ciri suka makan daging anak- anak, serta sebagai tokoh antagonis sebagai pemangsa manusia. Dalam keempat dongeng ini menggunakan tokoh-tokoh dengan sebutan si Bungsu atau si Sulung , Raja dan Ratu, Pangeran dan Putri, dan dengan sebutan nama yang melekat pada diri seorang tokoh karena kebiasaan yang dilakukan. Misalnya saja terdapat tokoh-tokoh seperti si Janggut Biru, si Jambul Riquet dan si Jempol Kecil. Para tokoh tersebut mendapatkan panggilan nama sesuai dengan kondisi fisiknya. 116

bab 5-07204244037

Embed Size (px)

DESCRIPTION

x

Citation preview

Page 1: bab 5-07204244037

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dalam skripsi ini, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. alur yang digunakan dalam kumpulan dongeng La Barbe Bleue, Les Fées, Le

Maître Chat ou Le Chat Botté dan Le Petit Poucet karya Charles Perrault ini

menggunakan alur maju karena peristiwa-peristiwanya dikisahkan secara

kronologi atau secara runtut melalui fungsi-fungsi dalam dongeng tersebut,

sedangkan cara untuk mengahiri cerita yang dominan yaitu menggunakan fin

heureuse, cerita berakhir dengan bahagia. Tokoh-tokoh yang ditampilkan berupa

binatang yang dapat berkomunikasi dengan manusia. Dalam kumpulan dongeng

ini binatang digambarkan sebagai sosok yang cerdik, namun ada juga yang licik.

Kemudian tokoh yang berupa peri dan raksasa. Peri dapat digambarkan sebagai

wanita yang mempunyai kekuatan sihir dan mempengaruhi jalannya sesuatu.

Kebanyakan dari mereka baik hati, namun terdapat juga peri yang jahat.

Kemudian tokoh raksasa biasanya mempunyai ciri-ciri suka makan daging anak-

anak, serta sebagai tokoh antagonis sebagai pemangsa manusia. Dalam keempat

dongeng ini menggunakan tokoh-tokoh dengan sebutan si Bungsu atau si Sulung

, Raja dan Ratu, Pangeran dan Putri, dan dengan sebutan nama yang melekat

pada diri seorang tokoh karena kebiasaan yang dilakukan. Misalnya saja terdapat

tokoh-tokoh seperti si Janggut Biru, si Jambul Riquet dan si Jempol Kecil. Para

tokoh tersebut mendapatkan panggilan nama sesuai dengan kondisi fisiknya.

116  

Page 2: bab 5-07204244037

117  

Namun sebenarnya dalam kehidupan nyata tokoh-tokoh yang seperti itu sulit

ditemukan dan bahkan mungkin tidak ada.

Di samping itu, dalam La Barbe Bleue, Les Fées, Le Maître Chat ou Le

Chat Botté dan Le Petit Poucet karya Charles Perrault terdapat pesan-pesan

moral yang sesuai dengan bentuk-bentuk moral yang berupa kesabaran,bersikap

hati-hati ketika mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi karena bukan tidak

mungkin hal itu akan membuat kita celaka, kerja keras utuk mencari nafkah

(tidak hanya mengandalkan harta warisan orang tua), kejujuran, anjuran untuk

bisa menerima kelebihan dan kekurangan orang yang dicintai, dan senantiasa

bersyukur atas apa yang diberikan oleh Tuhan kepada kita.

2. bentuk-bentuk nilai moral yang ditemukan dalam dongeng La Barbe Bleue, Les

Fées, Le Maître Chat ou Le Chat Botté dan Le Petit Poucet karya Charles

Perrault ini di bagi ke dalam tiga fungsi. Pertama, yaitu nilai moral yang

berfungsi menjelaskan hubungan manusia dengan dirinya sendiri yang berupa

seperti pantang menyerah, perasaan dendam, keberanian, sikap mengeluh,

kecerdikan, kesombongan, keramahan, ketulusan, kejujuran, kepamrihan,

kedengkian, sikap lengah, kebijaksanaan, kesabaran, keputusasaan, dan

kecemasan. Kedua, yaitu nilai moral yang berfungsi menjelaskan hubungan

manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya

dengan lingkungan alam yang berupa kasih sayang, tolong-menolong, sikap

menghargai orang lain, permintaan maaf, terima kasih, sikap menyalahkan orang

lain, sopan santun, kebohongan, penghinaan, pemenuhan janji, pemberian maaf,

  

Page 3: bab 5-07204244037

118  

pengingkaran janji, dan terdapat fungsi yang menjelaskan hubungan manusia

dengan alam, yaitu menikmati keindahan alam. Fungsi yang ketiga yaitu

menjelaskan hubungan manusia dengan Tuhan yang berupa berdoa kepada

Tuhan, memuji Tuhan, percaya pada kehendak Tuhan, dan kepasrahan kepada

Tuhan. Dari ketiga ketegori tersebut, dapat dilihat adanya bentuk-bentuk nilai

moral positif dan negatif. Sehingga pembaca harus pandai memilih nilai moral

yang baik sebagai contoh dan pembimbing dalam bertingkah laku dan

menentukan sikap dalam berinteraksi sosial sehari-hari, serta meninggalkan

moral yang buruk, agar menjadi pribadi yang lebih baik.

Dari beberapa uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

fungsi-fungsi (yang berisi rangakaian peristiwa dan dari fungsi tersebut dapat

dilihat sifat tokoh), dan moral merupakan unsur dongeng yang saling berkaitan.

Dalam sebuah cerita, permasalahan akan timbul dari aktivitas dan tingkah laku

para tokoh. Aktivitas tersebut akan terangkai menjadi peristiwa-peristiwa yang

mempunyai hubungan kausalitas yang akan terlibat dalam alur. Dengan

demikian pembaca dapat mengetahui karakter, sikap, cara berfikir, kepribadian,

hubungan setiap tokoh dengan tokoh yang lain dalam interaksi sosial. Sehingga

pembaca akan mengetahui nilai-nilai moral yang terdapat kumpulan dongeng ini

melalui sikap dan tingkah laku para tokoh dalam cerita.

B. Implikasi

Hasil penelitian ini berupa deskripsi tentang fungsi dan bentuk-bentuk

nilai moral yang terdapat dalam dongeng La Barbe Bleue, Les Fées, Le Maître

  

Page 4: bab 5-07204244037

119  

Chat ou Le Chat Botté dan Le Petit Poucet karya Charles Perrault. Penelitian ini

mendukung teori sastra, bahwa moral dan sastra merupakan dua hal yang tidak

dapat dipisahkan. Melalui karya sastra, pengarang dapat menyampaikan pesan

dan makna yang terkandung di dalamnya yang berguna bagi pembaca. Hal itu

dapat di sampaikan melalui nilai-nilai moral yang tercermin pada sifat-sifat para

tokoh. Oleh karena itu, penulis berharap segala perbuatan yang dilakukan para

tokoh dapat dipilah oleh pembaca, sehingga yang baik dapat menjadi contoh

bagi setiap orang dan sebaliknya moral yang buruk harus dapat ditinggalkan

untuk membangun kepribadian seseorang itu menjadi lebih baik.

Secara praktis hasil penelitian ini dapat membantu memperkenalkan

karya sastra Prancis khususnya dongeng-dongeng karya Charles Perrault.

Penelitian ini juga dapat menjadi sumbangan pemilihan sebagai bahan

pembelajaran sastra di sekolah dan di universitas khususnya jurusan Pendidikan

Bahasa Prancis dalam mata kuliah Théorie de la Litterature Française. Di

samping itu, penelitian ini akan dapat menambah pengetahuan tentang nilai-nilai

moral yang terdapat dalam kumpulan dongeng Histoire ou Conte du Temps

Passé karya Charles Perrault.

  

Page 5: bab 5-07204244037

120  

  

C. Saran

Berdasarkan uraian hasil analisis terhadap kumpulan dongeng Histoire ou

Conte du Temps Passé karya Charles Perrault, penulis memberikan saran sebagai

berikut :

1. Kepada pembaca diharapkan tidak hanya mengetahui isi sebuah karya sastra,

namun juga mengetahui makna dan pesan serta nilai-nilai moral yang terkandung

sehingga dapat memanfaatkan nilai-nilai moral yang terdapat dalam karya sastra

khususnya kumpulan dongeng Histoire ou Conte du Temps Passé karya Charles

Perrault untuk menyikapi permasalahan yang dihadapi dan dapat dijadikan

pedoman dalam menentukan sikap.

2. Bagi pengajar sastra dapat menggunakan dongeng-dongeng karya Charles Perrault

sebagai bahan pengajaran sastra. Selanjutnya nilai-nilai moral yang terdapat

dalam dongeng-dongeng tersebut diharapkan dapat diresapi dan diterapkan oleh

peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mengadakan penelitian yang lebih mendalam

tentang kumpulan dongeng Histoire ou Conte du Temps Passé karya Charles

Perrault dan menemukan topik-topik permasalahan yang lain, karena masih

banyak dongeng-dongeng karya Charles Perrault lainnya.

Page 6: bab 5-07204244037

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Winarsih dan Farida Soemargono. 2004. Kamus Perancis Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Aggraini, Meiga Ayu. 2007. Alur dalam Histoires ou Contes du Temps Passé Karya Charles Perrault. Skripsi S1. Program Studi Sastra Prancis, FBS UNNES.

Bailliencourt de Charlotte. 2009. Le Petit Poucet et Trois Autres Contes Charles Perrault. Paris : Gallimard

Danandjaja, James. 2007. Foklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti

Dian Agustina. 2008. Ketimpangan Gender dalam Kumpulan Dongeng « Les Plus Beaux Contes » Karya Charles Perrault Sebuah Analisis Kritik Sastra feminis. Skripsi. Yogyakarta. Universitas negeri Yogyakarta

Eko Wardani, Nugraheni. 2009. Makna Totalitas dalam Karya Sastra. Surakarta: UNS Press

Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta :Pustaka Widyatama

Gallet Anne. 2009. Bescherelle Poche Conjugaison. Paris : Hatier

Haricahyono, Cheppy. 1995. Dimensi-Dimensi Pendidikan Moral. Semarang : IKIP Semarang Press

Id.wikipedia.org/ wiki/ Charles_Perrault. Diunduh pada tanggal 27 Juni 2012.

Jabrohim, 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : Hanindita Graha Widia

Kutha Ratna, Nyoman. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Lézin, Emmanuelle. 1999. Biblio Collège Perrault Contes. Paris: Hachette

Listiana dan A. Tati Bambang Haryo.2012. Kumpulan Dongeng Perrault 10 Dongeng Sepanjang Masa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

121  

Page 7: bab 5-07204244037

122  

  

Moleong. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset

Noviana. 2011. Analisis Moral dalam Roman Je Vais Bien Ne T’en Fais Pas Karya

Olivier Adam. Skripsi S1. Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis,

FBS Universitas negeri Yogyakarta.

Nurgiantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

_______. 2005. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Propp, Vladimir. 1979. Morphology of the Folktale. Amerika: University of Texas Press

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Perrault, Charles. 2009. Contes de ma mère l’Oye. Italie: Grafica Veneta

Peyroutet, Claude. 1991. La Pratique de l’Expression Écrite. Paris: Editions Nathan

Robert, Paul. 1976. Dictionnaire Alphabéthique & Analogieque de la Langue Française. France : SNL

Schmitt, M. P., et Viala, A. 1982. Savoir-Lire. Paris: Didier

Tamine-Joëlle Gardes et Hubert Marie-Claude. 1996. Dictionnaire de Critique Littéraire. Paris : Armand Colin

Wellek, Rene dan Warren Austin. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia

Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Teeuw. 2003. Sastera dan Ilmu Sastera. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya

Zuchdi, Darmiyati. 1993. Panduan Penelitian Analisis Konten. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta