Click here to load reader

Bab 2_McCann_The Spatial Distribution

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Spatial DistributionMccan

Citation preview

Title of your project

Prepared by:Dr Sahara

Chapter 2:The Spatial Distribution of ActivitiesDepartment of EconomicsFaculty of Economics and ManagementBogor Agricultural University2.1.IntroductionMost Industrial activities tend to be clustered together in spaceIndustrial park, small towns or major citiesWhy industries are grouped geographically?There is a size distribution of spatial clustersDifferent activities taking place in different clusters Urban hierarchy

2.2. Industrial Clustering: Return to Scale and Geography Constant return to scale:Jika perusahaan-perusahaan berkumpul dalam suatu lokasi, maka persaingan dalam memperebutkan input-input akan terjadi profit turun competitive advantage perusahaan-perusahaan berkurangcluster akan bubarIncreasing return to scaleFirms in the same locality achieves significant economies of scale precisely because of large number of firms located in the areaP faktor produksi tetap naik, tapi bisa dikompensasi dengan kenaikan efisiensi yang bisa didapat oleh masing-masing perusahaan (IRS)Profit naik menarik perusahaan-perusahaan lain untuk masuk cumulative process of local growth 2.3. Aglomeration Economies AglomerasiBerkumpulnya aktivitas-aktivitas kegiatan ekonomi pada satu lokasi. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat berupa kegiatan produksi yang menghasilkan barang atau kegiatan penjualan barang yang berada pada satu lokasi.Keuntungan aglomerasi;Bagi aktivitas produksi ; menghemat biaya transportasi pembelian input. Konsep D antaraBagi aktivitas penjualan ; menghemat biaya iklan

2.3. Aglomeration Economies 2.3.1. The sources of agglomeration economiesMarshal (1920) firms often continue to cluster successfully in the same locations IRS must be achieved by the firms in the cluster because of:Information spillovers Jika banyak perusahaan pada industri yang sejenis beraglomerasi pada lokasi yang sama maka pekerja pada perusahaan tertentu secara relatif mudah berhubungan dengan pekerja-pekerja dari perusahaan lokal lain. pertukaran informasi antar pekerja formal dan informal: bisa berlangsung setiap hari Tacit information (informasi diam-diam): information which is incomplete and which is shared on a non-market basis: new products, personnel, technology and market trend increasing competitivenessInternational financial markets: Wall Street, The City of London, The Maronouchi district of Tokyo

2.3. Aglomeration Economies 2. Non-traded local inputsPada situasi dimana perusahaan-perusahaan dalam industri yang sejenis mengelompok di satu tempat maka ada beberapa input tertentu yang menjadi lebih efisien jika digunakan secara bersama-sama oleh perusahaan-perusahaan tersebut dibandingkan jika input tersebut dibeli secara oleh perusahaan-perusahaan tersebut secara individu.Specialist inputs to be provided to the groupPerusahaan perangkat lunakaround international financial marketsSpecialist testing firmshighly specialized and expensive equipmentsInfrastruktur lokal khusus. Di kota London terdapat sistem kabel fibra-optik yang didesain untuk membuat aliran maksimum data diantara institusi keuangan lokal yang tidak dapat diakses oleh masyarakat umum. 2.3. Aglomeration Economies 3. Local skilled-labour pool (Ketersediaan TK terampil lokal)Ketersediaan TK terampil di wilayah tersebut akan menyebabkan turunnya biaya TK bagi perusahaan-perusahaan yang berlokasi di wilayah tersebut. Pertama, perusahaan memerlukan jumlah tenaga kerja yang cukup untuk merespon kondisi pasar. Oleh karena itu, jika kondisi permintaan pasar meningkat secara cepat maka perusahaan akan meningkatkan penyerapan tenaga kerjanya dan proses pencarian tenaga kerja baru akan segera dimulai. Kedua, perusahaan juga akan memerlukan jaminan bahwa pekerja mampu menyelesaikan tugas secara benar. Di beberapa perusahaan biaya pelatihan dan training yang dikeluarkan untuk para pekerja sangatlah tinggi. Para pekerja perlu diberikan kursus dan instruksi yang khusus. Juga, opportunity cost dalam bentuk waktu untuk kegiatan pelatihan itu bisa sangat tinggi.

2.3. Aglomeration Economies 2.3.1. The types of agglomeration economiesInternal returns to scaleSome firms achieve significant economies of scale in their production simply by reason of their sizeIRS adalah penghematan aglomerasi yang diperoleh karena perusahaan memiliki skala ekonomi yang besar di suatu lokasiA large factory such as Fiat automobile plant in Turin or Boeing Everett hanger in SeattleIRS terjadi karena adanya konsentrasi spasial yang tinggi baik dalam hal investasi maupun tenaga kerja.

2.3. Aglomeration Economies 2.3.1. The types of agglomeration economies2. Economies of LocalizationLokalisasi ekonomi merupakan jenis penghematan aglomerasi ekonomi yang timbul pada satu kelompok perusahaan dalam satu industri yang sama yang terletak pada lokasi yang sama. Intermediate demand: Pada kasus Seattle, ada banyak perusahaan yang memproduksi komponen aerospace khusus yang di tawarkan secara langsung ke Boeing. Hal yang sama juga terjadi di industri automobile seperti di Detroit, Michigan dan Birmingham di Inggris, dimana terdapat banyak perusahaan memproduksi komponen-komponen khusus yang ditawarkan kepada perusahaan automobile. Penghematan lokalisasi ekonomi diperoleh melalui dua cara, yaitu;Sisi input; dengan banyaknya perusahaan-perusahaan pemasok, maka ketersediaan input akan lebih terjamin. Di samping itu biaya transportasi untuk mengangkut input akan lebih murah. Sisi output; perusahaan-perusahaan pemasok tidak perlu mengeluarkan biaya iklan karena pembeli sudah tahu tempat tersebut.Contoh lainnya adalah pada industri farmasi: apotik dan rumah sakit atau tempat praktek dokter saling berdekatan. 2.3. Aglomeration Economies 2.3.1. The types of agglomeration economies3. Economies of UrbanizationUrbanisasi ekonomi adalah penghematan aglomerasi yang timbul pada perusahaan-perusahaan dari sektor industri yang berbeda-beda yang mengelompok di lokasi yang sama. Pada urbanisasi ekonomi penghematan aglomerasi tidak hanya dirasakan oleh industri yang sama, tetapi dialami juga oleh industri-industri lainnya.Firms, suppliers retails, education, real estate, health care, leisure service also other services: marketing, advertising, packaging, transportation, security, etc Perusahaan2 tsb harus berada pada kondisi IRS

2.3. Aglomeration Economies 2.3.1. The types of agglomeration economiesKesimpulan type aglomerasi:IRS: aglomerasi ekonomi yang terjadi pada perusahaan tertentuLokalisasi ekonomi: aglomerasi ekonomi yang terjadi pada industri tertentuUrbanisasi ekonomi: aglomerasi ekonomi yang terjadi di kota tertentu.

2.3. Aglomeration Economies Dampak negatif aglomersi ;Timbulnya kemacetanPolusi di sekitar aktivitas tersebut: polusi udara, polusi air, sampah, kebisingan (polusi udara) Meningkatnya angka kriminalitas

2.4. Other Descriptions of Industrial Clusters 2.4.1 The Growth Pole model (Model Kutub Pertumbuhan)Perroux menggambarkan hubungan ekonomi dalam bentuk ruang moneter, dimana terdapat sebuah kutub tertentu dalam hal transaksi keuangan antar perusahaan Perusahaan besar menjadi kutubDecisions made by key large firmsd have major financial implications for other firms which are linked to the key firm through customer-supplier relationships. Perroux mengemukakan bahwa perilaku spasial di suatu wilayah dipengaruhi oleh perilaku lokasi sebuah perusahaan besarSebagai contoh jika terdapat I yang dilakukan oleh perusahaan besar atau adanya proyek investasi publik disuatu lokasi tertentu maka dapat dipastikan bahwa lokasi tersebut akan menjadi kutub bagi pertumbuhan ekonomi lokal. Beberapa perusahaan lokal mungkin mampu menggunakan keuntungan kedekatan dengan lokasi tersebut dengan meningkatkan penjualan lokal mereka kepada investasi baru tersebut. Proses ini selanjutnya akan memacu pertumbuhan investasi lainnya di daerah penyangga (hinterland). Namun, dalam jangka pendek adanya investasi baru akan meningkatkan harga input di wilayah tersebut, yang selanjutnya jika tidak diikuti dengan efisiensi oleh perusahaan-perusahaan yang berlokasi di wilayah itu justru akan mengurangi keuntungan perusahaan-perusahaan tersebut. Beberapa perusahaan mungkin keluar backwash effect. Namun dalam jangka panjang adanya investasi baru cenderung diimbangi dengan efisiensi pada perusahaan-perusahaan yang berlokasi di wilayah tersebut. Adanya investasi juga dapat menarik pertumbuhan daerah penyangga pertumbuhan nasional meningkat

2.4. Other Descriptions of Industrial Clusters 2.4.2. The incubator model Menurut Chinitz perusahaan yang kecil dan masih muda membutuhkan suatu kepastian mengenai ketersediaan input dan keberlanjutan permintaan atas output yang mereka hasilkan, sehingga perusahaan tersebut akan memilih lokasi yang dekat dengan perusahaan yang menyediakan inputnya dan perusahaan yang memakai outputnyaPada kelompok industri dengan keanekaragaman yang tinggi dan terdiri dari berbagai perusahaan dan industri yang berbeda jenis dan berbeda ukuran, akan bertindak sebagai inkubator untuk perkembangan dan pertumbuhan investasi baru. Tumbuhnya perusahaan-perusahaan kecil tersebut diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi secara total di wilayah tersebut.

2.4. Other Descriptions of Industrial Clusters 2.4.3 The Product-cycle model Produk-produk baru yang memerlukan inovasi dan teknologi mutahir dalam proses produksinya umumnya berlokasi di tengah kota, sementara itu bagi produk-produk yang teknologinya sudah terbakukan akan cenderung berlokasi di pinggiran kota.Produk dan proses produksi masih didesain, diuji dan dikembangkan berlokasi di tengah kota kelimpahan informasi, TK yg berketrampilan tinggiJika produk tsb sudah jadi, perusahaan dapat menerbitkan cetak biru yang memuat informasi mengenai aspek produk itu sendiri beserta aspek produksinya secara lengkap dan tepat. Cetak biru tersebut sekarang tersedia bagi cabang-cabang perusahaan tersebut yang tersebar di berbagai wilayah.

2.4. Other Descriptions of Industrial Clusters 2.4.4. Porter ModelPerusahaan-perusahaan cenderung ingin berdekatan dengan pesainganya untuk menimbulkan semangat kompetensi yang sehat, sehingga produktivitas perusahaan-perusahaan di dalam kelompok tersebut pada akhirnya akan meningkat.Kedekatan menyebabkan visibilitas timbal balik diantara pesaing. Dengan kata lain, perusahaan akan mampu mengamati perkembangan pesaing lain, sehingga akan memperbaiki daya saing tiap individu meningkatkan daya saing kelompok secara keseluruhan.

2.4. Other Descriptions of Industrial Clusters 2.4.5. New industrial areas model Suatu industri yang terdiri dari banyak perusahaan-perusahaan kecil akan cenderung lebih inovatif dibandingkan dengan industri yang hanya terdiri dari satu atau beberapa perusahaan besar.

Misal:Kelompok elektronik di Silicon Valley (saxenian 1994) kelompok elektronik dan dan bioteknologi di Cambridge, UK (Keeble dan Wilkinson 1999), dan industri manufaktur perusahaan kecil di wilayah Emilia-Romagna Italia (Scott 1988) menunjukan bahwa mereka menjadi pusat inovasi. Secara ringkas model area industri baru menyatakan bahwa;Agar dapat bertahan perusahaan-perusahan kecil tersebut harus selalu melakukan inovasi. Perusahaan yang mampu melakukan inovasi terbaru pemimpin pasar karena P rendah dan kualitas meningkatlebih menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan kecil tersebut untuk mengelompok di suatu lokasi tertentu karena dalam lingkungan tersebut mampu memberikan insentif berlangsungnya inovasi.

2.5. Clusters, firm types, and the nature of transactions CharacteristicsPure AglomerationIndustrial ComplexSocial NetworkFirm sizeAtomisticSome firm are largeVariable trust, loyalti, joint lobbying, joint ventures, non opportunisticCharacteristic of relationsNon identifiable, fragmented, unstableIdentifiable, stable tradingMembershipOpenClosedPartially openAccess to clusterRental payments, location necessaryInternal investmenst, location necessaryHistory, experience, location necessary but not sufficientSpace outcomesRent apppreciationNo effect on rentsPartial rental capitalizationNotion of spaceUrbanLocal but not urbanLocal but not urbanExample of clusterCompetitive urban economySteel or chemical production complexNew industrial areas 2.6. Industrial Dispersial 2.6.1. Spatial pricing, price discrimination, and firm dispersial Firms producing a number of products with inputs from a number of sources are likely to be dispersedSpatial price discrimination may be an element of spatial monopoly

2.6.2. Linkage analysis and product value/weight ratio Higher the value/weight ratio further the distance shipped weak - Alternatively high value specialised products only produced in small number of locations.

2.6.3. Reillys law of market accessQuantifying the market area and the distance of shipment of goodsretail gravitation

2.6. Industrial Dispersial 2.6.3. Reillys law of market accessQuantifying the market area and the distance of shipment of goodsretail gravitationThe ability of the market or supply location to attract consumers is directly related to the size of the market or supply point and indirectly related to square of the distance of shipmentMarket or supply pointthe number or variety of good being produced or available at that pointThe distance of shipmentThe distance over which customers must travel to the market in order to acquire the goodsUrban areas are locations for production or retail of high value goods.

2.6.3 Riellys Law of market areasIf the distance between two retail centres A and B is given as x, and the distance from A of a consumer on the boundary of the market between A and B is given as a, Riellys Law can be specified as:(2.1)

If the relative sizes of the two retail centres is given as(2.2)Then we have

(2.3)

Which, as we see in Appendix 2.2, rearranges to

(2.4)

2.7.Urban hierarchies and central place theory00000000Dominant city: Rank 1Second-order cities: Rank 2Third-order cities: Rank 3

Rank 4 citiesRank 5 citiesFIG. 2.1. The Spatial and hierarchical organization of the urban system 2.7.1 The Christaller approach to central place Christaller mencoba menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Christaller mengembangkan modelnya untuk suatu wilayah abstrak dengan ciri-ciri berikut :Wilayahnya adalah dataran dan sama.Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah (isotropic surface).Penduduk memiliki daya beli yang sama dan tersebar secara merata pada seluruh wilayah.Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi biaya/jarak.

2.7.1 The Christaller approach to central place Christaller mencoba menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Christaller mengembangkan modelnya untuk suatu wilayah abstrak dengan ciri-ciri berikut :Wilayahnya adalah dataran dan sama.Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah (isotropic surface).Penduduk memiliki daya beli yang sama dan tersebar secara merata pada seluruh wilayah.Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi biaya/jarak.

2.7.1 The Christaller approach to central place Jangkauan/luas pasar dari setiap komoditi itu ada batasnya: range. Ada Batas minimal dari luas pasar agar produsen bisa tetap berproduksi threshold.Misalnya, produsen memproduksi telur ayam P pasar Rp. 400 per butir, dan semua masyarakat pada wilayah itu semua membutuhkan telur ayam dan anggaran Rp. 2.000 per hari untuk membeli telur ayam. Orang yang bertetangga dengan produsen telur: mampu membeli 5 telur perhariBagaimana dg konsumen yg jauh? biaya transportasi Misal jika ongkos Rp 100 per kilometer sekali jalan pp= Rp. 200 per km. Orang yang tinggal 2 km dari produsen: membeli 4 telurOrang yang tinggal 4 km dari produsen: membeli 3 telurOrang yang tinggal 6 km dari produsen:a membeli 2 telur,Orang yang tinggal 8 km dari produsen:a membeli 1 telur.Orang yang tinggal 10 km dari produsen sama sekali tidak bisa membeli telurRange dari produsen telur = 8 km ke segala arah (lingkaran)

2.7.1 The Christaller approach to central place Apabila tidak ada produsen telur yang lain, produsen akan mendapat seluruh pasar sesuai dengan range-nya. Jika ada produsen telur di tempat lain : berapa luas pasar minimal sehingga produsen tetap bisa berproduksi? Biaya tetap dan Biaya variabelMisalnya produsen telur mengeluarkan biaya tetap per hari Rp 10.000 dan biaya variabel Rp. 200 per telur untuk dijual. Berapakah jumlah telur yang harus dijual agar produsen tidak rugi ? Selisih antara harga jual dengan biaya variabel adalah Rp. 200, selisih ini harus bisa menutup biaya tetap. Jadi, jumlah telur yang harus laku terjual adalah Rp. 10.000,00/Rp. 200,00 = 50 telur. Pada penjualan 50 telur, maka total penerimaan 50 x Rp. 400,00 = Rp. 20.000, dan total biaya adalah Rp. 10.000 + (Rp. 200 x 50) = Rp. 20.000break even point). Jika bisa menjual >50 telur profit +, < 50 telur rugi.Apabila dikaitkan dengan jangkauan, ia harus memiliki luas pemasaran minimal yang mampu menyerap 50 butir telur per hari. Luas pemasaran minimal sangat tergantung pada tingkat kepadatan penduduk wilayah asumsi. Makin tinggi kepadatan penduduk, makin kecil wilayah pemasaran minimal, begitu juga sebaliknya. Wilayah pemasaran minimal ini disebut threshold. 2.7.1 The Christaller approach to central place

2.7.1 The Christaller approach to central place Kebutuhan masyarakat bukan hanya telur Telur adalah kebutuhan sehari-hari sama seperti gula, beras, garam, sayuran, dan sebagainya. Barang yang dibeli setiap hari atau hampir setiap hari sebagai barang kelompok 1. Barang kelompok 2: Kebutuhan masyarakat yang tidak dianggarkan untuk dibeli setiap hari ataupun tidak sesering (pakaian, sepatu, sandal, dan peralatan rumah tangga) Barang kelompok 3, barang yang rata-rata dibeli makin tidak sering, seperti televisi, kulkas, meja-kursi, dan tempat tidur. Barang kelompok 4: barang yang rata-rata dibeli makin tidak sering seperti motor, mobil, perhiasan mahal, dan barang-barang mewah lainnya. Makin tinggi kelompoknya, range pemasaran dan thresholdnya juga semakin luas. Dalam konsep ruang, makin luas wilayah pemasaran suatu barang orde-nya makin tinggi, dan orde tertinggi diberi rangking 1. Dalam contoh di atas, barang kelompok 4 dikatakan sebagai orde I, barang kelompok 3 sebagai orde II, barang kelompok 2 dinyatakan sebagain orde III, dan kelompok 1 sebagai orde IV.

2.7.1 The Christaller approach to central placeCity of level 3City of level 2City of level 1Market boundary of level 2 cityMarket boundary of level 1 cityFIG. 2.2 The Christaller model of the urban system 2.7.2 The Losch approach to Central PlaceWeber melihat persoalan dari sisi produksi versus Losch melihat persoalan dari sisi permintaan (pasar). Weber membuat asumsi bahwa semua barang yang diproduksi akan laku terjual. Losch mengatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan terbesar. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar atau di dekat pasar.Price/costtDpQxQuantity QFIG. 2.3 The firms demand schedule in the Loschian framework Quantity DemandedQuantity DemandedProduction point KdistancedistanceDFIG. 2.4 The Firms market area in the Loschian framework

K1K2MarketBoundaryFIG. 2.5 The firms market area with spatial competitionK1K2K3K4K5K6K7K8FIG. 2.6 The spatial distribution of the markets of the identical firmsAreas of industrialconcentrationDominant central cityAreas of industrial dispersionFIG. 2.7 The Loschian Ideal landscape 35