24
3. Proses Pulping Pulp dapat didefinisiskan sebagai kumpulan serat yang dihasilkan dari pemisahan serat dari bahan-bahan yang mengandung serat baik dari kayu atau tanaman berserat lainnya melalui berbagai proses pembuatan pulp. Pulp merupakan bahan baku utama pembuatan kertas. Pulp sendiri terbagai atas dua jenis, yaitu pulp kertas dan pulp larut (disolving pulp). Pulp kertas adalah jenis pulp yang setelah diproses menjadi kertas masih dapat diolah kembali menjadi [ulpnya, kaena rantai dari kandungan komponen kimia pulpnya masih panya dimana masih terkandung lignin, selulosa dan hemiselulosa. Sedangkan pulp larut atau dissolving pulp adalah pulp yang setelah diproses menjadi produk yang tidak dapat dioalah menjadi pulpnya karena hanya mengandung komponen kimia selulosa saja sehingga ikatan rantainya lebih pendek. Proses pembuatan pulp disebut pulping. Prinsip pembutan pulp adalah penghilangan lignin (delignifikasi) yang terkandung dlam bahan baku atau pemisahan serat dari bahan baku yang mengandung serat. Pulp dapat dibuat dengan bermacam-macam metode yang berbeda-beda berdasarkan perlakuan yang diberikan terhadap bahan baku dan kualitas serta kuantitas rendemen pulp yang ingin dibuat. Proses pembuatan pulp

bab 2.docx

Embed Size (px)

Citation preview

3. Proses PulpingPulp dapat didefinisiskan sebagai kumpulan serat yang dihasilkan dari pemisahan serat dari bahan-bahan yang mengandung serat baik dari kayu atau tanaman berserat lainnya melalui berbagai proses pembuatan pulp. Pulp merupakan bahan baku utama pembuatan kertas.Pulp sendiri terbagai atas dua jenis, yaitu pulp kertas dan pulp larut (disolving pulp). Pulp kertas adalah jenis pulp yang setelah diproses menjadi kertas masih dapat diolah kembali menjadi [ulpnya, kaena rantai dari kandungan komponen kimia pulpnya masih panya dimana masih terkandung lignin, selulosa dan hemiselulosa. Sedangkan pulp larut atau dissolving pulp adalah pulp yang setelah diproses menjadi produk yang tidak dapat dioalah menjadi pulpnya karena hanya mengandung komponen kimia selulosa saja sehingga ikatan rantainya lebih pendek.Proses pembuatan pulp disebut pulping. Prinsip pembutan pulp adalah penghilangan lignin (delignifikasi) yang terkandung dlam bahan baku atau pemisahan serat dari bahan baku yang mengandung serat. Pulp dapat dibuat dengan bermacam-macam metode yang berbeda-beda berdasarkan perlakuan yang diberikan terhadap bahan baku dan kualitas serta kuantitas rendemen pulp yang ingin dibuat. Proses pembuatan pulp secara komersial dapat diklasifikasikan dalam proses mekanis, semi mekanis dan kimia. Yang membedakan proses-proses pembuatan pulp tersebut adalah perlakuan yang diberikan terhadap bahan baku serta rendemen yang dihasilkannya. Produk yang dihasilkan mempunyai karakterisitik yang berbeda-beda. Pemilihan jenis proses pembuatn pulp tergantung pada jenis spesies kayu yang tersedia dan penggunaan akhir dari pulp yang diproduksi.3.1. Proses MekanisProses mekanis adalah proses pembutan pulp dengan cara memberikan aksi mekanis terhadap bahan baku dengan sedikit atau tanpa adanya perlakuan awal dengan bahan kimia dan panas. Pada pembuatn pulp mekanis lignin tidak dihilangkan atau hanya sebagian saja yang dihilangkan sehingga mempunyai kandungan serat utuh yang lebih sedikit, seratnya bersifat kaku dan lebih pendek karena sebagian besar putus oleh aksi mekanis. Rendemen pulp yang dihasilkan lebih tinggi tapi tidak murni karena masih tingginya kandungan lignin dalam pulp sehingga pulpnya sulit diputihkan dan dikonsumsi bahan kimia pemutih pun akan meningkat.Sifat-sifat pulp mekanis pada umumnya merupakan sifat-sifat asli yang diperoleh dari bahan bakuya. Serat-serta pulp mekanis terdiri dari bundelan-bundelan serat dan fragmen-fragmen serat dari beberapa serat individu. Jika dibuat kertas akan menghasilkan lembaran yang bersifat bulky dan mempunyai opasitas yang baik. Sifat bulky dapat memberikan efek bantalan dalam lembaran sehingga mempunyai sifat mudah menyerap tinta dan sifat cetak yang baik. Harga pulp mekanis umumnya rendah, selain karena sifa-sifatnya rendah dan rendemennya tinggi (90-95%), juga karena proses pembuatannya sederhana. Oleh karena itu pulp mekanis hanya dapat digunakan untuk kertas-kertas tertentu seperti kertas industry dan kertas koran.Pembuatan pulp mekanis dapat dilakukan dengan dua acara, yaitu sistem penggerindaan (grinding) dan penggilingan (refining). Dari kedua cara tersebut didapat proses pembutan pulp mekanis yang bervariasi, diantaranya adalah Stone Ground Wood (SGW), Refiner Mechanical Pulp (RMP), Thermo Mechanical Pulp (TMP) dan Chemi Thermo Mechanical Pulp (CTMP).1. Penggerindaan (Grinding)Dalam proses ini, balok kayu yang telah dikuliti, ditekan diantara permukaan kasar dan abrasive dari batu gerinda dalam media air. Dengan kekuatan penekanan batu pemebersih dan pelumas. Mekanis penggerindaan adalah pembukaan serat dimana proses pengasahan adalah serta atau kumpulan serat yabg terurai dari kayu tersebut digiling menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.

2. Penggilingan (Refining)Beberapa jenis pembuatan kertas dengan penggilingan yang umum digunakan sebagai berikut:a. Stone Ground Wood (SGW)Proses ini dikenal dengan proses pulp kayu asah. Alat yang digunakan adalah mesin gerinda dengan bahan baku berbentuk gelondongan. Umumnya bahan baku yang digunakan adalah kayu terutama kayu jarum yang seratnya lebih panjang dan dinding seratnya lebih tebal karena dengan proses ini akan banyak serat yang terputus. Kayu dipress pada permukaan gerinda yang berputar dengan kecepatan 1000-1200 rpm dalam media air. Serat yang terlepas dicuci dari permukaan gerinda dengan menggunakan air. Bubur pulp kemudian disaring untuk menghilangkan kotoran, selanjutnya bubur tersebut dikentalkan dan diperoleh pulp yang siap digunakan. Dengan kekuatan penekanan pada batu gerinda kayu diubah menjadi kumpulan serat, sedangkan air berfungsi sebagai pendingin, pembersih dan pelumas. Mekanis penggerindaan adalah pembukaan serat dan proses pengasahan. Adanya grits pada batu gerinda berfungsi sebagai pengurai serat kayu. Ketajaman grits, ukuran batu gerinda dan kecepatan pergeseran kayu dengan batu gerinda mempengaruhi proses pembuatan serat. Pada proses pengasahan, serat atau kumpulan serat yang terurai dari kayu digiling menjad bagian-bagian yang lebih kecil. Pengasahan ini ditentukan oleh kehalusan permukaan batu gerinda. Variabel yang perlu diperhatikan dalam sistem proses ini yaitu kekerasan batu gerinda, temperature, aju alir (flow) dan tekanan yang ditetapkan pada batu gerinda. Rendemen yang dihasilkan 90-95%. Selain sifat printingnya bagus pulp yang dibuat dengan proses ini akan memilki kekuatan dan derajat puitih rendah tetapi memiliki sifat ruah dan opasitas tinggi.

b. Refiner Mechanical Pulp (RMP)Dalam proses ini serpih kayu digiling dengan refiner berbentuk cakram (Disc Refiner). Penggilingan pada proses ini dilakukan pada tekanan atmosfer tanpa perlakuan awal. Untuk menaikkan kualitas pulpnya RMP dimodifikasi menjadi proses refining dengan perlakuan awal secara kimia dikenal dengan Chemi Refiner Mechanical Pulp (CRMP) yang mana dilakukan penambahan bahan kimia tanpa pemanasan lalu direfining pada tekanan atmosfer. Dari proses ini dihasilkan pulp dengan serat panjang lebih banyak dan rendemennya lebih rendah disbanding pulp hasil SGW namum kekuatannya masih rendah.

c. Thermo Mechanical Pulp (TMP)Pada proses Thermo Mechanical Pulp (TMP) dilakukan pemanasan awal terhadap serpih pada temperature diatas 100C tanpa bahan kimia lalu direfining. Setalah itu dilakukan refining tahap kedua pada tekanan atmosfer untuk meningkatkan kualitas pulp dan menurunkan konsumsi energi. Tujuan dari pemanasan serpih adalah untuk melunakkan serpih agar mudah digiling dan serat mudah diuraikan. Dibandingkan dengan pulp kayu asah maupun RMP, pulp TMP lebih kuat karena kandungan serat panjang lebih banyak, lebih bersih, lebih sedikit mengandung shieves dan bulky lebih rendah. Partikel shieves merupakan factor yang dapat menurunkan kualitas kertas yang dihasilkan. Keuntungan proses TMP ini adalah penggunaan bahan baku yang tidak terbatas, ekonomis, peralatan sudah dapat dikendalikan dari pusat pengendali, serta limbahnya sedikit.

d. Chemi Thermo Mechanical Pulping (CTMP)Proses CTMP adalah modifikasi dari proses TMP yaitu pemanasan awal dengan bahan kimia pada temperature diatas 100C lalu direfining. Setelah itu direfining lagi pada tekanan atmosfer. Penambahan bahan kimia pada proses CTMP bertujuan meresapkan bahan kimia ke dalam serpih sehingga ikatan antar serat menjadi lemah dan waktu penggilingan serat akan mudah diuraikan dan akan dihasilkan serat individu yang lebih fleksibel. Disamping itu karena penambahan bahan kimia dan pemanasan awal akan menyebabkan komponen kimia kayu seperti lignin dan ekstraksi larut. Dengan adanya sedikit penambahan bahan kimia makan bahan baku menjadi lunak, mudah digiling dan serat mudah terurai. Serat yang dihasilkan pun lebih fleksibel dari serat TMP. Serat yang fleksibel akan lebih rapat dalam lembaran, sehingga kekuatan lembaran meningkat. Proses CTMP dapat menurunkan kandungan shieves, menurunkan tingkat kotoran, meningkatkan ikatan dalam lembaran dan sifat ikatan anatar seratnya. Dengan kualitas yang dimilikinya menjadi pulp CTMP lebih fleskibel penggunaannya sebagai bahan baku pembuatn kertas. Jenis bahan kimia yang digunakan pada proses CTMP adalah Na2SO3 untuk kayu jarum, NaOH untuk kayu daun atau dengan mengkombinasikan Na2SO3 dan NaOH untuk kayu daun. Penambahan bahan kimia pada prose pembuatan pulp CTMP tidak hanya dilakukan sebelum penggilingan, tetapi dapat pula dilakukan pada saat penggilingan. Penambahan Na2SO3 ke dalam impressafiner sebelum pemberian suhu menghasilkan pulp yang lebih putih 1-2 nilai, karena perlakuan tersebut ternyat menghilangkan beberapa senyawa berwarna kayu dan menghilangkan garam-garam penyebab korosi. Dengan penambahan bahan kimia menyebabkan energi yang digunakan pada proses CTM lebih besar dari TMP tetapi kualitas produknya lebih baik.

3.2. Proses Semikimia dan Mekanis KimiaProses pulping semikimia ini dibagi menjadi dua tingkat. Awalnya serpih diproses bahan kimia yang tidak terlalu banyak untuk melunakkan ikatan antara serat selulosa dengan menghilangkan lignin dan hemiseluloasa, kemudian dilanjutkan perlakuan mekanis dengan cara penggilingan untuk memisahkan serat-seratnya. Proses mekanis kimia sama dengan semikimia, bedanya penggunaan bahan kimia lebih sedikit lalu dilanjutkan dengan aksi mekanis yang lebih dominan yaitu penggilingan. Rendemen dan sifat-sifat pulp semikimia merupakan intermediate pulp kimia dan mekanis. Pulp ini cocok digunakan untuk lapisan tengah kertas karton gelombang. Pulping dengan cara ini ada beberapa macam, diantaranya:a. Neutral Sulfite Semi Chemical (NSSC)NSSC adalah proses paling dominan dalam proses mekanis kimia. Proses ini menggunakan Na2SO3 yang ditambah dengan Na2CO3 untuk mentralkan asam-asam organic bebas yang terbentuk selama pemasakan. Kondisi proses yang umum dipakai adalh pada suhu 160-180C, waktu -1 jam, pH cairan 7-9. Setelah melalui proses pemasakan serpih digiling dengan menggunakan disc refiner, dicuci dan dibersihkan dan selanjutnya siap dibuat kertas. Pulp NSCC dapat digunakan untuk kertas karton, kertas gelombang dan kertas bon.

b. Proses Asam Sulfit Pulping semikimia ini menggunakan asam sulfit (H2SO3) atau cairan sulfit M(HSO3) yang berbasis Ca, Mg, Na dan NH4 (dinyatakan dengan M). Pulp sulfit rendemen tinggi didapat dari pemasakan pada suhu rendah. Fibrilasi dan refining yang dilakukan dengan dua tingkat menggunakan single atau double rotating disc refiner. Rendemen yang dihasilkan pada proses pulping ini berkisar diantara 55-70%. Pulping semikimia dengan proses sulfit berbasis kalsium banyak digunakan untuk pulp kertas koran.

c. Proses Bisulfit Proses ini relative lebih baru dari proses sulfit. Keuntungan proses ini adalah lebih sederhana dalam persiapan cairan pemasak dan penyimpanan cairan pemasakan tanpa tangki bertekanan dan metoda recovery bahan kimia pemasak dapat diterapkan. Bahan kimia proses ini adalah M(hso3) dimana M adalah Ca, Mg, Na dan NH4. Proses ini dapat dijalankan dengan baik pada digester kontinyu, suhu tinggi dapat digunakan tanpa merusak serat dan nemurunkan rendemen. Pemasakan degan bisulfit lebih cepat dari NSCC, tetapi produk yang dihasilkan lebih lemah. Pulp ini dapat digunakan untuk kertas karton gelombang dan kertas karton. Rendemen tang dihasilkan sama dengan proses sulfit.

d. Proses Semikimia KraftProses ini digunakan untuk kertas karton linear dengan bahan baku softwood yang menghasilkan rendemen 56-65%. Bahan kimia yang digunakan adalah cairan kraft (NaOH dan Na2S). Rendemen tinggi diperoleh dengan mengurangi bahan kimia pemasak dan waktu pemasakan. Serpih yang keluar dari blow tank diuraikan dengan fiberizer dengan menambahkan filtrate lindi hitam yang masih mengandung alkali untuk menurunkan konsumsi energy. Pulp yang telah diuraikan disaring dan dicuci sebelum digiling dan disaring pada refining akhir. Kertas karton gelombang juga dapat dibuat dari kayu hardwood dengan rendemen 60-70%. Pada rendemen tinggi ketahanan sobek pulp proses ini lebih rendah dari pulp NSCC.Tabel 2.4. Standar Sifat-Sifat Fisika PulpParameter Fisika

ParameterUnitStandar

BulkCm3/g 1.20

Tensile IndexNm/g 70.0

Tearing IndexmN(g/m2) 7.3

Bursting IndexKPa/(g/m2) 4.5

Light Scatt. Coefm2/kg 28.0

Brightness%ISO 89.0

Dirtmm2/m2 2.0

Catatan : Standard berlaku hanya untuk produksi grade HSumber : Laboratorium PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper

3.3. Proses KimiaProses pembuatan pulp kimia adalah proses pemisahan serat dari bagian kayu yang lain dengan cara melarutkan lignin yang mengikat serat selulosa satu sama lain dengan menggunakan bahan kimia panas dan tekanan untuk mempercepat pelarutan lignin. Pada proses kimia, lignin diupayakan larut semaksimal ungkin. Namun hal ini menyebabkan rendemennya rendah karena sebagian karbphidrat (selulosa dan hemiselulosa) ikut terdegradasi. Alat yang digunakan pada pemasakan adalh digester batch dan kontinyu. Saat ini yang dominan dipakai pada indutri adalah digester kontinyu.Proses pembuatan pulp secara kimia dibagi menjadi dua bagian yaitu proses alkali (soda dan sulfat) dan proses asam (sulfit)a. Proses Soda Proses soda termasuk proses pulping secara alkali dengan NaOH sebagai bahan kimia pemasak pada temperature 165C-170C. Proses soda sangat cocok untuk memproses bahan baku non kayu. Kualitas pulp kayu yang dihasilkan dari proses soda kurang bagus, pulpnya gelap sehingga proses pemutihan lebih banyak mengkonsumsi bahan kimia yang menyebabkan limbah proses pemutihan tinggi. Rendemen juga rendah sedangkan prosesnya tergolong mahal karena harga NaOH yang tinggi. b. Proses Asam (Sulfit) Proses soda digunakan oleh proses sulfit karena pulp sulfit lebih cerah, mudah digiling dan lebih simple . Bahn kimia yang dipakai adalah campuran H2SO3 dan ion bisulfit (hso3-) dengan ion positif Ca, Mg, NH3 dan Na dimana lignin diubah menjadi garam dan lignosulfonat. Pulp hasil proses sulfit mudah diputihkan dengan rendemen pemutihan tinggi. Rendemen pemasakan rendah tapi seratnya utuh dan stabil, mudah direfiner saat pembuatan kertas. Rendemen yang dihasilkan antara 45-60%. Kekuatan pulp sulfit lebih baik dibandingkan pulp proses soda. Proses ini secara penuh menggunakan netral sulfit dan alkali sulfit.Proses sulfit memiliki kekurangan dibandingkan proses sulfat, yaitu: Menghasilkan gas buang SO2 yang bersifat korosif Tidak bias dipakai untuk softwood yang banyak mengandung resin karena senyawa-senyawa resin dalam kayu tidak larut dalam asam Tidak bisa dipakai untuk hardwood yang banyak mengandung tannin.Sedangkan kelebihan dari proses ini adalah pulp yang dihasilkan memerlukan energi refining yang rendah pada derajat giling yang sama dengan kraft dan dimungkinkannya peningkatan sistem recovery serta dengan sendirinya dapat memperbaiki pengendalian polusi. Pulp sulfit sangat cocok untuk pembuatan kertas tissue, glassine dan kertas cetak bermutu tinggi. c. Proses KraftProses pembuatan pulp yang paling banyak dipakai saat ini adalah proses sulfat atau disebut juga proses kraft. Kraft berasal dari bahasa Jerman yang berarti kuat. Kekuatan proses kraft ini dikarenakan adanya bahan kimia yang terkandung dalam larutan pemasak yang disebut sulfidity.Keuntungan keuntungan dari proses sulfat ini yaitu :1. Pulp yang dihasilkan mempunyai kekuatan yang tinggi.2. Dapat dipakai untuk proses pembuatan pulp dari bahan baku kayu dari spesies yang berbeda.3. Tersedianya bahan kimia pengganti dengan berbagai alternatif dan harganya tidak mahal.4. Tersedianya peralatan - peralatan operasi yang standard.5. Banyak pilihan yang dapat dipakai untuk proses pemucatan.6. Dampak pencemarannya bisa dikatakan sangat rendah.7. Pendaurulangan bahan kimia yang sangat efisien.8. Pendaurulangan panas yang begitu efisien.9. Masalah getah (pitch) dari kayu yang mengandung resin - resin sangat berkurang.10. Dapat dihasilkan berbagai jenis pulp.Adapun yang menjadi target pada proses pembuatan pulp dengan proses kraft adalah untuk memisahkan serat - serat yang terdapat dalam kayu secara kimia dan melarutkan sebanyak mungkin lignin yang terdapat pada dinding-dinding serat. Pemisahan serat terjadi karena larutnya lignin yang ada di antara atau di tengah- tengah lamella yang berfungsi sebagai pengikat serat. Bahan kimia yang terdapat dalam larutan pemasak juga merembes atau terserap ke dinding serat dan melarutkan lignin yang ada pada kayu (Anonim, 2003).Proses kraft masih memiliki kelemahan antara lain :1. Bau gas yang tidak enak.2. Kebutuhan bahan pengelantang yang tinggi.3.4. Pemasakan Pulp dengan Proses KraftProses ini menggunakan NaOH dan Na2S sebagai bahan pemasak dan tempertaur 165-170C. Tujuan pemasakan kraft adalah pemisahan serat dari serpih kayu secara kimia dan melarutkan lignin semaksimal mungkin yang terdapat pada dinding serat. Proses kraft disebut juga proses sulfat karena pemakaian Na2SO4 sebagai make up pada proses perolehan kembali bahan kimia pemasak yang menggantikan Na2CO3 pada proses soda. Komponen aktif dalam cairan pemasak adalah ion OH- (hidroksil) dan ion SH- (hidrosulfida) yang berasal dari NaOH dan Na2S. NaOH Na+ + OH-Na2S 2Na+ + S2-S2- + H2O SH- + OH-Konsentrasi dan total penambahan ion-ion SH- dan OH- adalah unsur utama dalam reaksi-reaksi yang terjadi dalam proses pemasakan, baik dalam pemutusan lignin reaksi yang tak diharapkan seperti degradasi selulosa.

3.5. Pembersihan PulpSetelah proses pemasakan, pulp yang dihasilkan harus dibersihkan dari kotoran yang ada didalamnya seperti knot dan mata kayu yang tidak masak. Kandungan tersebut harus dipisahkan dari pulp pada tahap awal proses. Jika tidak, kandungan tersebut akan mengurangi nilai hasil akhir (Final Product) dan dapat menyebabkan gangguan pada tahap selanjutnya.Ada beberapa tahap pembersihan pulp, yaitu penghilangan knot (deknoting), pencucian (washing), penyaringan (screening) dan pembersihan pulp (cleaning).3.5.1. Penghilangan Knot (Deknoting)Proses deknoting adalah proses pemisahan mata kayu yang tidak masak (undercook) dengan cara menyaringnya dengan menggunakan screen. Hal ini dilakukan berdasarkan perbedaan ukuran antara mata kayu (knot) denga serat. Prinsip deknoting ini sama dengan screening namun yang membedakannya adalah ukuran lubang untuk deknoting lebih besar daripada screen untuk proses screening. 3.5.2. Pencucian (Washing)Tujuan dari proses pencucian pulp setelah pemasakan adalah untuk menghilangkan semaksimal mungkin bahan organic terlarut dan bahan anorganik yang dapat larut dalam pulp secara ekonomis dengan jumlah air yang seminimum mungkin. Ada beberapa hal yang diharus diperhatikan dalam proses pencucian pulp yaitu:a. Kandungan padatan total dalm pulp dan air pencucib. Jumlah air pencuci pada proses pencucianc. Efisiensi peralatanKetiga variable diatas perlu diperhatikan untuk menjaga efisiensi proes pencucian, sehingga dihasilkan weak black liquor yang layak untuk dikirim ke evaporator.3.5.3. Penyaringan (Screening) dan Pembersihan (Cleaning)Penyaringan pulp yang dilakukan pada alat screen adalah untuk memisahkan kontaminan yang lebih besar dari serat. Penyaringan dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu coarse screening dan pressure screen.Setelah melalui proses penyaringan, selanjutnya adalah proses pembersihan pada alat pembersih (cleaner). Prinsip kerja cleaner adalah memisahkan kontaminan dari serat berdasarkan perbedaan specific gravity. Jenis cleaner yang biasa dipakai adalah centrifugal cleaner dan high density cleaner. 3.5.4. Pemutihan (Bleaching)Proses pemutihan bersifat selektif membuang sisa lignin yang masih terkandung dalam pulp. Sifat bahan kimia pemutih pada umumnya adalah oksidator kuat. Sasaran utama pemutih adalah untuk memperoleh pulp dengan derajat putih dan kekuatan fisik yang tinggi. Pulp dengan kekuatan fisik yang tinggi dilihat dari viskositas pulp putih. Kriteria brightness tinggi adalah pulp yang mempunyai derajat putih tinggi dengan biaya pemutihan rendah dan limbahnya tidak merusak lingkungan. Bleaching dilakukan dalam beberapa tahap dengan tujuan menghilangkan lignin tanpa merusak selulosa. Dalam industri pulp terdapat beberapa tahap dalam proses pemutihan. Masing-masing tahapan dijabarkan di bawah ini. C : tahap klorinasi, menggunakan Cl2 dalam media asam E : Extraksi Alkali, untuk melarutkan hasil degradasi lignin yang terbentuk pada tahap sebelumnya dengan larutan NaOH. D : Klorin dioksida, mereaksikan ClO2 dengan pulp pada kondisi asam O : Oksigen, digunakan pada tekanan tinggi dan suasana basa H : Hipoklorit, mereaksikan NaClO dalam media basa P : Peroksida, reaksi dengan hidrogen peroksida (H2O2) dalam kondisi basa DC atau CD yaitu campuran gas khlor dan khlordioksida.Menurut (Reeve, D.W, 1989. Bleaching Chemistry) bahan kimia yang digunakan untuk pemutihan terbagi menjadi dua jenis bagian:1. Oksidator berfungsi untuk mendegradasi dan menghilangkan warna pada lignin yang berwarna hitam atau gelap.2. Alkali berfungsi untuk mendegradasi lignin dengan hidrolisa dan membantu dalam melarutkannya. Proses pemutihan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:1. Proses delignifikasi yang merupakan proses penghilangan lignin dengan parameter control adalah bilangan kappa.2. Proses pencerahan pulp dengan parameter kontrolnya yaitu derajat putih. Pada saat berlangsungnya proses pemutihan, ada beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi jalannya proses, antara lain:1. Konsentrasi, reaksi dapat lebih ditingkatkan dengan meningkatkan konsentrasi bahan kimia pemutih atau dengan mengatur konsistensi pulp yang akan diputihkan.2. Waktu reaksi, pada umumnya perlakuan bahan kimia pemutih terhadap pulp akan lebih reaktif dengan memperpanjang waktu reaksi.3. Temperatur, adanya peningkatan suhu akan meningkatkan reaksi pemutihan yang terjadi. Penentuan suhu bervariasi tergantung jenis bahan kimia pemutih yang diberikan.4. pH, mempunyai pengaruh yang sangat vital terhadap semua proses pemutihan. Dalam proses pemutihan, kondisi pulp disesuaikan dengan kondisi pH dari masing-masing tahap proses pemutihan.Pada pembuatan pulp and paper PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper digunakan proses pemutihan dengan cara ECF. Proses ECF (Elemental Chlorine Free) merupakan proses pemutihan pulp yang tidak menggunakan khlor murni sebagai bahan kimia pemutihnya, akan tetapi menggunakan ClO2. Proses pemutihan ECF ini sangat baik diterapkan, karena selain bahan kimianya mudah diperoleh dan biaya proses pemutihan relatif lebih murah, juga prosesnya yang ramah terhadap lingkungan yaitu dapat meminimalkan kandungan dioksin dan furan. Keuntungan dari proses ECF adalah:1. Mengurangi polusi limbah yang berbahaya terhadap lingkungan.2. Dengan pemakaian oksigen, akan terjadi pengembangan terhadap individu serat.Pemutihan menggunakan oksigen pada tahap awal pada saat ini banyak digunakan dan menjadi standar pabrik.

3.6. Pengujian terhadap Pulp1. Bilangan KappaPengujian ini mengindikasikan kandungan lignin dan kemampuan pulp tersebut untuk diputihkan. Pengujian ini didasarkan kepada reaksi dengan Kalium Permanganat (KMnO4). Normalnya pulp setelah melewati tahap proses bleaching diketahui dengan cara menganalisa bilangan kappa pulp di laboratorium2. ViskositasPengujian terhadap viskositas dilakukan untuk menentukan kekuatan yang dimiliki pulp. pengujian mengevaluasi derajat polimerisasi daripada selulosa atau dengan kata lain degaradasi dari serat selulosa. Pemeriksaan meliputi penentuan viskositas larutan pulp di dalam Cupraetilen Diamin atau Cuprammonium.3. BrightnessBrightness pulp diukur pada tahap yang berbeda-beda di dalam proses pemutihan sebagaimana salah satu tujuan yang palig penting dari proses pemutihan adalah untuk mencapai brightness yang spesifik terhadap pulp yang dihasilkan. Sebuah alat pengukur tingkat refleksi atau pengukur brightness digunakan di laboratorium untuk mengukur brightness, contoh pulp dibuat dalam lembaran. Jadi, nilai brightness 90 ISO artinya, pada kondisi yang standar dari cahaya dan pengamatan, suatu kekuatan memantulkan adalah, (pada panjang gelombang sebesar 457 nm) 90% dari batangan magnesium oksida. Pulp yang keluar dari tahap akhir proses pemutihan secara normal diperiksa brightnessnya.4. KonsistensiKonsistensi yang meninggalkan menara pemutihan menuju pulp machine diukur dan dicatat oleh instrument-instrumen yang terpasang dijalur tersebut. Pengukuran ini adalah untuk dibandingkan terhadap pemeriksaan laboratorium.

5. Klorin yang tersisaPemeriksaan terhadap senyawa klorin yang tersisa di dalam stock pulp pada tahap klorin dioksida dilakukan untuk mengendalikan dosis bahan kimia.6. Pengujian yang lainTambahan terhadap pemeriksaan yang rutin ini, ada juga pengujian yang dikerjakan secara regular yang pada dasarnya untuk menjalankan pabrik secara efisien. Semua larutan kimia yang dipergunakan di pabrik diuji sewaktu-waktu secara regular yaitu menyangkut konsentrasi dan filtrat yang berasal dari alat washer tersebut diperiksa kandungan seratnya. Dissolving pulp yang diputihkan membutuhkan pengujian yang khusus untuk mempertegas spesifikasi kualitasnya. Ini termasuk analisa abu, pengujian terhadap zat-zat pengotor organik, pengujian kelarutannya terhadap alkali, pengujian reaktifitasnya dan lain-lain (Sirait, 2003).