28
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap sistem informasi tersebut. Kesusksesan sebuah sistem informasi tersebut tidak hanya ditentukan oleh bagaimana sistem dapat memproses masukan dan menghasilkan informasi dengan baik, tetapi juga bagaimana pengguna mau menerima dan menggunakannya, sehingga mampu mencapai tujuan organisasi. Ada beberapa model dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor- faktor yang memepengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer, diantaranya tercatat dalam berbagai literatur dan referensi hasil riset dibidang teknologi informasi adalah seperti Pleasure Arousal Dominance (PAD), Theory of Reasoned Action (TRA), Consumer Acceptance Teknology (CAT) dan Technology Acceptance Model (TAM) 1. Pleasure Arousal Dominance (PAD) Merupakan teori prilaku manusia yang mempengaruhi suatu tindakan yang dilakukan oleh manusia tersebut. PAD Menjelaskan bahwa penggunaan suatu teknologi dipengaruhi oleh kesenangan (Pleasure), Keiginan (Arousal) dan Dominasi (Dominance). 2. Theory of Reasoned Action (TRA) Merupakan teori dasar dalam keprilakuan yang dipengaruhi oleh minat atau keinginan untuk melakukannya. Pada model ini menggunakan 3 komponen yaitu minat prilaku (Bahavioral intention), Sikap (attitude), dan Norma subjektif (Subjective norm) yang mempengaruhi prilaku (behavior). 3. Consumer Acceptance Teknology (CAT) Merupakan suatu model dalam keprilakuan yang menghubugkan nalar manusia dan juga affect. Dalam model CAT ini dapat berjalan seiringan dan mempengaruhi prilaku penggunaan suatu teknologi. Model CAT menambahkan persepsi keunggulan relatif, persepsi kesenangan dan persepsi keinginan. 4. Technology Acceptance Model (TAM) merupakan pengembanagan dari model TRA yang dikembangkan khusus untuk pemodelan penerimaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi

Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu

penerimaan terhadap sistem informasi tersebut. Kesusksesan sebuah sistem

informasi tersebut tidak hanya ditentukan oleh bagaimana sistem dapat

memproses masukan dan menghasilkan informasi dengan baik, tetapi juga

bagaimana pengguna mau menerima dan menggunakannya, sehingga mampu

mencapai tujuan organisasi.

Ada beberapa model dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor-

faktor yang memepengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer,

diantaranya tercatat dalam berbagai literatur dan referensi hasil riset dibidang

teknologi informasi adalah seperti Pleasure Arousal Dominance (PAD), Theory of

Reasoned Action (TRA), Consumer Acceptance Teknology (CAT) dan

Technology Acceptance Model (TAM)

1. Pleasure Arousal Dominance (PAD) Merupakan teori prilaku manusia yang

mempengaruhi suatu tindakan yang dilakukan oleh manusia tersebut. PAD

Menjelaskan bahwa penggunaan suatu teknologi dipengaruhi oleh

kesenangan (Pleasure), Keiginan (Arousal) dan Dominasi (Dominance).

2. Theory of Reasoned Action (TRA) Merupakan teori dasar dalam keprilakuan

yang dipengaruhi oleh minat atau keinginan untuk melakukannya. Pada

model ini menggunakan 3 komponen yaitu minat prilaku (Bahavioral

intention), Sikap (attitude), dan Norma subjektif (Subjective norm) yang

mempengaruhi prilaku (behavior).

3. Consumer Acceptance Teknology (CAT) Merupakan suatu model dalam

keprilakuan yang menghubugkan nalar manusia dan juga affect. Dalam model

CAT ini dapat berjalan seiringan dan mempengaruhi prilaku penggunaan

suatu teknologi. Model CAT menambahkan persepsi keunggulan relatif,

persepsi kesenangan dan persepsi keinginan.

4. Technology Acceptance Model (TAM) merupakan pengembanagan dari

model TRA yang dikembangkan khusus untuk pemodelan penerimaan

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

pengguna terhadap teknologi informasi. TAM Bertujuan untuk memberikan

dasar penulusuran pengaruh faktor eksternal terhadap kepercayaan, sikap dan

tujuan pengguna.

2.2 Technology Acceptance Model

Technology Acceptance Model (TAM) merupakan suatu model penerimaan

sistem teknologi informasi yang digunakan oleh masyarakat. Teori ini pertama

kali di kenalkan oleh Davis (1986) yang dikembangkan dari suatu Theory of

Reasoned Action (TRA) oleh Ajzen dan Feishbein (1980). Technology

Acceptance Model (TAM) ini merupakan salah satu teori yang paling sering

digunakan dalam mengukur tingkat penerimaan dan pemahaman nasabah dalam

menggunakan suatu layanan yang baru saja diluncurkan (Hartono, 2008 dalam

Aulia,2017).

Tujuan utama TAM adalah untuk memberikan dasar penelusuran pengaruh

faktor eksternal terhadap kepercayaan, sikap dan tujuan pengguna. Model TAM

berasumsi bahwa seseorang mengadopsi suatu teknologi pada umumnya

ditentukan oleh proses kognitif dan tujuan untuk memuaskan pemakainya atau

memaksimalkan kegunaan teknologi itu sendiri. Dengan kata lain kunci utama

penerimaan teknologi informasi oleh penggunanya adalah evaluasi kegunaan

teknologi tersebut. Model dari TAM dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 Model TAM

Konstruk-konstruk dalam TAM

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

Menurut (Jogiyanto, 2007 dalam Verdinal 2018) Technology Acceptance

Model (TAM) yang pertama belum dimodifikasi menggunakan lima konstruksi

utama, yaitu:

1. Kegunaan persepsian (Perceived Userfulness)

Didefinisikan segai sejauh mana seorang percaya bahwa menggunakan suatu

teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaannya. Berdasarkan dari defenisinya

bahwa kegunaan persepsian merupakan suatu kepercayaan tentang proses

pengambilan keputusan, dengan demikian seseorang merasa percaya bahwa

sistem informasi berguna maka akan digunakannya, sebaliknya jika seseorang

merasa percaya bahwa sistem informasi kurang berguna maka dia tidak akan

menggunakannya.

2. Kemudahan penggunaan persepsian (Perceived Ease Of Use)

Didefenisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan

suatu teknologi akan bebas dari usaha. Kemudahan penggunaan persepsian

(Perceived Ease Of Use) ini juga merupakan suatu kepercayaan (belife) tentang

proses pengambilan keputusan. Jika seseorang merasa percaya bahwa sistem

informasi mudah digunakan maka dia akan menggunakannya, sebaliky jika

seseorang merasa sulit utuk menggunakannya maka ia tidak aka

menggunakannya.

3. Sikap terhadap prilaku

Menurut Davis et al dalam (Verdinal, 2018), sikap terhadap prilaku sebagai

perasaan positif dan negatif dari seseorang jika harus melakukan prilaku yang

akan ditentukan. (Attitude Toward Behavior) didefinisikan oleh mathieson dalam

(Verdinal, 2018) sebagai evaluasi pemakai tentang ketertarikannya menggunakan

sistem.

4. Minat prilaku (Behavioral Intention)

Minat prilaku (Behavioral intention) adalah sesuatu keiginan seseorang untuk

melakukan suatu prilaku yang tertentu (behavior) jika mempunyai keinginan atau

minat untuk melakukannya.

5. Prilaku (behavior)

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

Adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam konteks penggunaan

sistem teknologi informasi, perilaku (behavior) adalah penggunaan sesungguhnya

(actual Use) dari teknologi. Karena penggunaan sesungguhnya ini banyak diganti

dengan nama pemakai persepsi (Perceived Usage).

Beberapa tahun setelah kemunculan TAM, banyak penelitian yang mengkaji

model ini. Cara perluasan TAM adalah dengan menambahkan variabel eksternal

ke dalam model asli TAM seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Perluasan Technology Acceptance Model (TAM)

Dalam Penelitian ini, dalam Model TAM akan ditambahkan variabel –

variabel eksternal yaitu Self Efficacy (Kepercayaan), Complexity (Kerumitan) dan

Lack Of time (Keterbatasan Waktu).

1. Self-effeciacy

Konsep tentang self - efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura tahun

1977. Self - efficacy didefinisikan sebagai suatu kepercayaan bahwa seseorang

memiliki kemampuan untuk melakukan perilaku tertentu (Bandura, 1977 dalam

Saras, 2016: 35). Berkaitan dengan teori TAM, self - efficacy merupakan salah

satu faktor eksternal pada perluasan TAM. Dalam penelitian ini, faktor self–

efficacy diprediksikan berpengaruh pada faktor kegunaan dan kemudahan

penggunaan. (saras,2016)

2. Kerumitan (Complexity)

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

Definisi kerumitan (complexity) awalnya dikemukakan oleh Rogers (1983

dalam saras,2016), yaitu “ the degree to which an innovation is perceived as being

difficult to use”. Artinya kerumitan merupakan sejauh mana suatu inovasi

dianggap sulit untuk digunakan. Indikator yang digunakan untuk mengukur

kerumitan adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas (time taken

to performtasks), penggabungan hasil dari komputer dengan pekerjaan yang sudah

ada (integration of computer results into existing work) dan kerentanan

(vulnerability). Dalam penelitian ini, faktor kerumitan diprediksikan berpengaruh

pada faktor kegunaan dan kemudahan penggunaan.

3. Keterbatasan waktu (Lack Of Time)

Lack of time atau keterbatasan waktu merupakan salah satu masalah penting

pengguna dalam penggunaan Primary Care. Pada dasarnya, pengguna sudah

memiliki kemampuan mengoperasikan komputer, akan tetapi karena terbatasnya

waktu yang dimiliki maka penggunaannya menjadi kurang maksimal. Mayoritas

penggua memiliki beban pekerjaan yang banyak, diantaranya memiliki tambahan

tugas administratif dll Selain itu, mempersiapkan bahan Laporan bulanan yang

membutuhkan lebih banyak waktu. Keterbatasan waktu juga merupakan salah satu

faktor yang memengaruhi keputusan pengguna untuk menerapkan Primary Care

atau tidak. Apabila dikaitkan dengan TAM, dalam penelitian ini faktor

keterbatasan waktu diprediksi akan berpengaruh pada variabel intensi dan

penggunaan teknologi sesungguhnya.

2.3 Hipotesis Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian, maka masing-masing hubungan variabel

akan membentuk satu hipotesis penelitian. Hipotesis-hipotesis tersebut

digambarkan pada Gambar berikut ini dapat dilihat pada gambar 2.3

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

Gambar 2.3 Kerangka berfikir

Sumber : saras,2016

Tabel 2.1 Deskripsi Hipotesa Penelitian

No Hipotesis

H1 Ho Kerumitan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kegunaan

Ha Kerumitan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kegunaan

H2

Ho Kerumitan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap

kemudahan penggunaan

Ha Kerumitan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kemudahan

penggunaan

H3

Ho self-efficacy tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap

kegunaan

Ha self-efficacy mempunyai pengaruh signifikan terhadap kegunaan

H4

Ho self-efficacy tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap

kemudahan penggunaan

Ha self-efficacy mempunyai pengaruh signifikan terhadap kemudahan

penggunaan

H5

Ho Kemudahan penggunaan tidak mempunyai pengaruh sihnifikan

terhadap kegunaan

Ha Kemudahan pengguna mempunyai pengaru signifikan terhadap

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

kegunaan

H6 Ho Kegunaan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap intensi

Ha Kegunaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap intensi

H7

Ho Kemudahan penggunaan tidak mempunyai pengaruh signifikan

terhadap intensi

Ha Kemudahan penggunaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap

intensi

H8

Ho Intensi tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap penggunaan

teknologi sesungguhnya

Ha Intensi mempunyai pengaruh signifikan terhadap penggunaan

teknologi sesungguhnya

H9

Ho Keterbatasan waktu tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap

intensi

Ha Keterbatasan waktu mempunyai pengaruh signifikan terhadap intensi

H10

Ho Keterbatasan waktu tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap

penggunaan teknologi sesungguhnya

Ha Keterbatasan waktu mempunyai pengaruh signifikan terhadap

penggunaan teknologi sesungguhnya

2.4 Populasi dan Sampel

Populasi adalah sebuah wilayah atau tempat objek/subjek yang di teliti, baik

orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal lain yang memiliki kuantitas dan

berkarakteristik tertentu untuk mendapatkan sebuah informasi (Riadi, 2016).

Populasi digunakan untuk menyebutkan seluruh elemen atau anggota dari suatu

wilayah yang menjadi sasaran penelitian atau merupakan keseluruhan dari objek

penelitian. Populasi dibedakan menjadi dua, yaitu populasi homogen dan populasi

heterogen. Populasi homogon memudahkan penarikan sampel dan semakin

homogen populasi maka memungkinkan penggunaan sampel penelitian yang

kecil. Sebaliknya jika populasi heterogen maka terdapat kecendrungan

menggunakan sampel penelitian yang besar. Dengan katalain semakin kompleks,

derajat keberagaman, maka semakin besar pula sampel penelitiaanya. Sampel

sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Subjek adalah suatu anggota dari

sampel, sebagaimana elemen anggota dari populasi sebelum ditentukan sampel

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

peneliti harus menetapkan populasi penelitian,(Juliansyah,2011 dalam Putri,

2019)

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2005 dalam putri,2019).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian adalah total sampling. Total

sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan

populasi (Sugiyono, 2007). Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan

pengambilan sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek

penelitian (Nursalam, 2008). Alasan mengambil total sampling karena menurut

Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan

sampel penelitian semuanya.

Tabel 2.2 Populasi dan sampel

Cabang Populasi Sampel

Pelayanan Poli Umum 3 3

Pelayanan Poli Gigi 2 2

Pelayanan Poli KIA 3 3

Pelayanan Poli Gizi 2 2

Pelayanan poli MTBS 2 2

Pelayanan Poli P2P 2 2

Pelayanan Poli Lansia 2 2

Pelayanan Poli Kesling 2 2

Dilihat dari Tabel 2.3 yang merupakan pelayanam pelayanan yang terdapat

di Puskesmas Tualam dalam Penggunaan Sistem Primary Care. Dalam penelitian

ini terdapat 18 Responden

2.5 Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan

untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,

sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

data kuantitatif. Dalam perkembangan terkini skala likert telah banyak

dimodifikasi seperti 4 titik (denga menghilangkan Jawaban Netral), atau

meggunakan 7 sampai dengan 9 titik.

Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah skala

likert.dengan 5 titik. Yang dapat di lihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3 Skala Likert

Pilihan Jawaban Singkatan Skor

Sangat Setuju SS 5

Setuju S 4

Ragu N 3

Tidak setuju TS 2

Sangat tidak setuju STS 1

2.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas

2.6.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner.

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pada kuesioner mampu mengungkapkan

sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas ini

menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara

nilai yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan. Suatu pertanyaan dikatakan valid

jika tingkat signifikansinya berada di bawah 0,05 (Ghozali, 2012 Dalam Putri.

2019)

2.6.2 Uji Reliabilitas

Istilah reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability yang berasal

dari kata rely dan ability (Yamin dan Kurniawan, 2014). Reliabilitas menunjukkan

suatu kehandalan dan konsistensi dalam penelitian. Apabila pengujian dilakukan

beberapa kali maka akan tetap menghasilkan hasil yang relatif konstan. Suatu

kuesioner dikatakan reliable atau handal apabila jawaban seseorang terhadap

pertanyaan maupun pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi adalah pengukuran yang dapat

menghasilkan data yang reliable. Reliabilitas dapat diukur dengan koefisien

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

reliabilitas yang bernilai 0 sampai 1. Semakin mendekati angka 1 maka alat ukur

tersebut semakin reliable. (Yamin dan Kurniawan, 2014).

Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan indikator Alpha Cronbach

karena teknik ini merupakan teknik keandalan kuesioner yang paling sering

digunakan. Uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach ini akan menghasilkan nilai

alpha sehingga dapat diketahui tingkat reliabilitasnya. Selain itu, melalui uji

Alpha Cronbach akan terdeteksi indikator-indikator yang tidak konsisten.

Menurut Yamin dan Kurniawan jika nilai Alpha lebih besar dari 0.6 maka

pengukuran tersebut dapat dikatakan reliable (Yamin dan Kurniawan,2014).

2.7 Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik merupakan salah satu pengujian prasyarat pada regresi

linear berganda. Suatu model regresi yang valid harus memenuhi kriteria BLUE

(Best, Linear, Unbiased, and Estimated), (Kuncoro, 2013). Maka dilakukan uji

prasyarat regresi linear berganda, yaitu dengan uji asumsi klasik sebagai alat

analisis yang perlu dilakukan uji persyaratan terlebih dahulu yang meliputi :

2.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.

Penggunaan uji normalitas karena pada analisis statistik parametik, asumsi yang

harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut harus terdistribusi normal.

Maksud data teerdistribusi normal adalah bahwa data akan mengikuti bentuk

distribusi normal, (Santosa dan Ashari, 2005)

Uji normalitas bisa dilakukan dengan dua cara yaitu “ Normal P-P Plot ”

dan“ Tabel Kolmogrov Smirnov “ yang paling umum digunakan adalah Normal

PP Plot. Pada Normal P-P Plot prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan

melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal grafik atau dengan melihat

histogram dari residualnya (Ghozali, 2006). Menurut Ghozali dasar pengambilan

keputusan :

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal

atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka mode

regresi memenuhi asumsi normalitas

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

2. Jika data menyebar jauh garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal

atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka mode

regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2.7.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang

tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda.

Jika ada korelasi yang tinggi diantara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan

antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu, (Sunjoyo,

2013). Menurut Nugroho dalam (Sunjoyo,2013) alat statistik yang sering

digunakan untuk menguji gangguan multikolinearitas terdapat 3 yaitu :

1. Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang 0,1, maka

model dapat dikatakan bebas dari multikolinearitas, VIF =1/Tolerance, Jika

VIF= 10, maka Tolerance 1/10= 0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin

rendah Tolerance.

2. Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen kurang

dari 0,70, maka model dapat dinyatakan bebas dari multikolinearitas. Jika nilai

korelasi lebih dari 0,70, berarti terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel

independen sehingga terjadi multikolinearitas.

3. Jika nilai koefisien determinan, baik R2 ataupun adjusted R2 diatas 0,60

namun tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel

independen, maka diasumsikan model terkena multikolinearitas.

Adapun cara mengetahui ada tidaknya penyimpangan uji multikolinearitas

adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF masing-masing variabel

independen. Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF<10, maka data bebas dari

gejala multikolinearitas.

2.7.3 Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lainnya (Sunjoyo, 2013). Jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lainnya tetap, maka terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan cara melihat grafik plot antara

nilai prediksi variabel ZPRED dan residualnya SRESID. Model regresi yang baik

adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian ini dilakukan dengan melihat

pola tertentu pada grafik dimana sumbu Y adalah yang diprediksi dan sumbu X

adalah resisual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah distandarizet, (Sunjoyo,

2013). Dasar pengambilan keputusan uji heteroskedastisitas :

1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola yang

teratur (bergelombang melebar kemudian menyempit) maka telah terjadi

heteroskedastisitas.

2. Jika tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik meneyebar diatas dan

dibawah angka 0 (nol) pad sumbu Y maka tidak terjadi Uji heteroskedastisitas.

3.7.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi ialah bahwa analisis regresi merupakan untuk melihat

pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada

korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya. Menurut Ghozali

(2006), uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penggangu

pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah

autokorelasi. Uji autokorelasi pada penelitian ini menggunakan uji Durbin

Waston.

Adapun dasar pengambilan uji durbin waston ialah sebagai berikut:

1. Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesis nol

ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.

2. Jika d terletak antara dU dan (4-dU) , maka hipotesis nol diterima, yang berarti

tidak ada autokorelasi.

3. Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak

menghasilkan kesimpulan yang pasti. Metode Cochrane – Orcutt merupakan

salah satu metode yang dapat digunakan untukmengatasi masalah autokorelasi

pada regresi OLS, khusunya bila struktur autokorelasi tidak diketahui (Gujarati

(2003), Widarjono (2007). Untuk mengatasi autokorelasi menggunakan metode

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

Cochrane-Orcutt adalah dengan menghitung nilai estimasi error. Kemudian

meregresikannya kembali dengan variabel penelitian.

2.8 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi adalah analisis yang dilakukan untuk mengatur besarnya

pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung dan memprediksi variabel

tergantung dengan menggunakan variabel bebas, (Sarwono, 2010). Definisi lain

Gujarati (2006) dikutip Sarwono (2010) amalisis regresi sebagai kajian terhadap

hubungan satu variabel yang disebut sebagai variabel yang diterangkan dengan

satu atau dua variabel yang menerangkan. Variabel pertama disebut juga variabel

tergantung, sedangkan variabel kedua disebut juga sebagai variabel bebas. Jika

variabel bebas lebih dari satu maka analisis regresi disebut regresi linear

berganda. Disebut berganda karena pengaruh beberapa variabel bebas akan

dikenakan kepada variabel tergantung.

Kegunaan analisis regresi linear berganda adalah sebagai alat untuk

meramalkan nilai pengaruh variabel terikat (Y) apabila variabel bebasnya (X) dua

atau lebih dan juga untuk membuktikan ada atau tidak nya hubungan fungsional

atau kausal antara dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat.

Persamaan estimasi regresi linear berganda dapat dilihat pada rumus dibawah ini :

Y = a+ b1X1+ b2X2...............................................................................(2.1)

Keterangan :

Y : Variabel terikat (Kepuasan Pengguna)

X : Variabel bebas (keakuratan)

X2 : Variabel bebas (Kemudahan Pengguna)

A : Konstanta atau Parameter

B1.2 : Nilai Koefisien Regresi

2.9 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tinjauan penelitian terdahulu merupakan suatu cara untuk menganalisa

penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, menggunakan konsep yang sejalan

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

dan hampir sama dengan penelitian sekarang. Kemudian dari pada itu penulis

dapat melihat sejauh mana penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan

berhubungan analisis penerimaan dengan meggunakan TAM.

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu

No Judul Peneliti, Media

Publikasi, dan

Tahun

Hasil

1. Evaluasi Kualitas

Layanan dan Tingkat

Penerimaan Mahasiswa

pada Sistem Informasi

Akademik Politeknik

Negeri Malang

Peneliti :

Rino Dwi Purnomo

Admaja Dwi. H,

Niken Hendrakusma.

W

Media Publikasi:

Jurnal

pengembangan

teknologi informasi

dan ilmu komputer.

Vo,.2, No.11,

November 2018,

hlmn. 4539-4547.

Tahun:

2018

Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan

Pada variabel Perceived

usefulness dapat

dinyatakan bahwa

indikator pekerjaan

menjadi mudah,

meningkatkan

produktivitas, dan

pekerjaan selesai lebih

cepat masuk kedalam

kategori baik sehingga

tidak perlu ada

rekomendasi perbaikan.

Namun untuk indikator

meningkatkan efektifitas,

meningkatkan kinerja dan

berguna/bermanfaat

diperlukan perbaikan agar

dapat meningkatkan

kualitas Perceived

Usefulness sehingga

SIAKAD Polinema dapat

diterima oleh mahasiswa

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

polinema yaitu dengan

cara : (1)Rutin melakukan

sosialisasi dan pelatihan

kepada pengguna siakad

mengenai fungsi dan

pengtingnya dalam

menggunakan SIAKAD;

(2) Penambahan fitur

untuk SIAKAD terkait

petunjuk dalam

menggunakan SIAKAD

Pada variabel Usability

dapat dinyatakan bahwa

indikator ease of use

navigation, learnability

sudah cukup baik

sehingga perlu

dipertahankan kinerjanya.

Namun untuk indikator

appearance, the image

conveyed to the user,

errors, satisfaction dirasa

kurang baik sehingga

perlu dibuat rekomendasi

perbaikan sehingga

kualitas variabel usability

meningkat sehingga

SIAKAD Polinema dapat

diterima dan digunakan

oleh mahasiswa polinema

secaara optimal yaitu

dengan cara : (1)

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

membuat tampilan pada

SIAKAD familiar; (2)

menyediakan antarmuka

yang sesuai dengan

SIAKAD Polinema; (3)

membuat halaman pada

SIAKAD Polinema

mudah dibaca.

2. ANALISIS

PERBANDINGAN

METODE TAM

(Technology Acceptance

Model) DAN UTAUT

(Unified of Acceptance

and Use of Technology )

TERHADAP PERSEPSI

PENGGUNA SISTEM

INFORMASI DIGITAL

LIBRARY (Studi

Kasus: Universitas

Pembangunan Panca

Budi Medan)

Peneliti :

Winda Erika

Media Publikasi:

Jurnal Mahajana

Informasi, Vol.4,

No.1, 2019.

e-ISSN :2527-8290

Tahun:

2019

1) Dari hasil penelitian

untuk metode TAM

(Technology Acceptance

Model ) hasil pengujian

yang paling berpengaruh

terhadap kesuksesan

sistem digital library yaitu

pada konstruk perceived

usefulness (PU) dengan

angka statistik mencapai

0,867 lebih baik

dibandimgkan dengan

konstrukkonstruk yang

lain.

2) Dari hasil penelitian

untuk metode UTAUT

(Unified of Acceptance

and Use of Technology)

hasil pengujian yang

paling berpengaruh

terhadap kesuksesan

sistem digital library yaitu

pada konstruk

Performance Expectancy

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

(PE) degan angka statistik

mencapai 0,974 serta

pada kontruk Facilitating

Conditions (FC) dengan

angka statistik mencapai

0,982 lebih baik

dibandimgkan dengan

konstruk-konstruk yang

lain.

3) Dari hasil penelitian

maka metode yang lebih

baik digunakan dalam

kesuksesan terhadap

penerimaan sistem digital

library di Universitas

Pembangunan Panca Budi

yaitu metode UTAUT

(Unified of Acceptance

and Use of Technology)

sebab metode UTAUT

(Unified of Acceptance

and Use of Technology)

mampu mengukur

sebanyak 0,982

sedangkan metode TAM

(Technology Acceptance

Model ) hanya mengukur

sebanyak 0,867

3. ANALISIS

TECHNOLOGY

ACCEPTANCE

MODEL (TAM)

Peneliti :

Aulia Hanifa

Media Publikasi:

Skripsi Fakultas

ekonomi dan Bisnis

Berdasarkan pengujian

dan hasil analisis data

serta pembahasan hasil

analisi

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

TERHADAP

PENGGUNAAN

LAYANAN INTERNET

BANKING STUDI DI

BANK RAKYAT

INDONESIA SYARIAH

CABANG

SURAKARTA

Islam. Insitutut

Agama Islam Negeri

Surakarta.

Tahun:

2017

data (pembuktian

hipotesis) yaitu pengaruh

Perceived Ease of Use

dan Perceived

Usefullness terhadap

Attitude Toward using

dan Actual Usage Internet

Banking

pada Bank Rakyat

Indonesia Syariah Kantor

Cabang Surakarta, dapat

diambil

kesimpulan sebagai

berikut:

1. Variabel Perceived

Ease of Use berpengaruh

terhadap Attitude Toward

Using. Hal ini dibuktikan

dengan hasil uji statistik

dimana nilai thitung

Perceived Ease of Use

terhadap Attitude Toward

Using sebesar 1,863. Jika

dibandingkan dengan

tabel (1,66055) maka

thitung > ttabel. Maka

besar

kecilnya Perceived Ease

of Use berpengaruh

terhadap Attitude Toward

Using Internet Banking.

2. Variabel Perceived

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

Usefullness berpengaruh

terhadap Attitude Toward

Using. Hal ini dibuktikan

dengan hasil uji statistik

dimana nilai thitung

Perceived Usefullness

terhadap Attitude Toward

Using sebesar 4,070. Jika

dibandingkan dengan

ttabel (1,66055) maka

thitung > ttabel. Maka

besar

kecilnya Perceived

Usefullness berpengaruh

terhadap Attitude Toward

Using.

3. Variabel Perceived

Ease of Use tidak

berpengaruh terhadap

Actual Usage.

Hal ini dibuktikan dengan

hasil uji statistik dimana

nilai thitung Perceived

Ease of Use terhadap

Actual Usage sebesar

0,648. Jika dibandingkan

dengan ttabel (1,66071)

maka thitung < ttabel.

Maka besar kecilnya

Perceived

Ease of Use tidak

berpengaruh terhadap

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

intensitas Actual Usage.

4. Variabel Perceived

Usefullness berpengaruh

terhadap Actual Usage.

Hal ini

dibuktikan dengan hasil

uji statistik dimana nilai

thitung Perceived

Usefullness terhadap

Actual Usage sebesar

2,233. Jika dibandingkan

dengan ttabel (1,66071)

maka thitung > ttabel.

Maka besar kecilnya

Perceived

Usefullness berpengaruh

terhadap intensitas Actual

Usage.

5. Variabel Attitude

Toward Using

berpengaruh terhadap

Actual Usage. Hal

ini dibuktikandengan

hasil uji statistik dimana

nilai thitung Attitude

Toward

Using terhadap Actual

Usage sebesar 4,362. Jika

dibandingkan dengan

ttabel

(1,66071) maka thitung >

ttabel. Maka positif

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

negatifnya Attitude

Toward

Using berpegaruh

terhadap intensitas Actual

Usage.

4 ANALISIS FAKTOR-

FAKTOR YANG

MEMENGARUHI

PENGGUNAAN E -

LEARNING MOODLE

OLEH GURU SMK

NEGERI 2

YOGYAKARTA

DENGAN

PENDEKATAN

TECHNOLOGY

ACCEPTANCE MODEL

(TAM)

Peneliti :

Saras Mareta Ratri

Media Publikasi:

Skripsi Program

studi pendidikan

informatika.

Universitas egeri

Yogyakarta

Tahun:

2016

Berdasarkan analisis data

yang telah dilakukan,

maka simpulan dari

penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Faktor e - learning self

-efficacy berpengaruh

terhadap penggunaan e –

learning PINTER berbasis

Moodle oleh guru SMK

Negeri 2 Yogyakarta

melalui faktor

kegunaan, kemudahan

penggunaan dan intensi.

2. Faktor kerumitan

berpengaruh terhadap

penggunaan e-learning

PINTER berbasis Moodle

oleh guru SMK Negeri 2

Yogyakarta melalui faktor

kegunaan, kemudahan

penggunaan dan intensi.

3. Faktor keterbatasan

waktu berpengaruh

terhadap penggunaan e-

learning PINTER berbasis

Moodle oleh guru SMK

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

Negeri 2 Yogyakarta

secara langsung maupun

melalui faktor intensi.

5. ANALISIS PENERAPAN

APLIKASI SISTEM

AKUNTANSI

PERSEDIAAN

MENGGUNAKAN

TECHNOLOGY

ACCEPTANCE MODEL

(TAM) PADA DISTRIK

NAVIGASI KELAS III

PONTIANAK

Peneliti :

SLAMET S

RUSMANTO L

Media Publikasi:

Jurnal Ilmiah

SISFOTENIKA

Vol. 1, No. 2, Juli

2014

Tahun:

2014

Dari pengolahan hasil

jawaban kuesioner yang

telah diisi lengkap, maka

dapat disimpulkan bahwa

penerapan aplikasi Sistem

Akuntansi Persediaan

yang diterapkan oleh

Distrik Navigasi Kelas III

Pontianak sudah dapat

diterima dengan baik

oleh karyawan yang

menerapkanya baik secara

individual maupun secara

berkelompok. Pelatihan-

pelatihan yang diberikan

selama ini ternyata tidak

sia-sia dan memberikan

hasil yang positif.

Walaupun karyawan yang

ada pada umumnya bukan

bertitelkan sarjana

komputer, tetapi dengan

pelatihan-pelatihan yang

diberikan, karyawan

mampu menguasai

teknologi dan menerima

teknologi yang ada

dengan baik.

6. Evaluasi Kualitas Layanan Peneliti : Pada variabel Perceived

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

dan Tingkat Penerimaan

Mahasiswa pada Sistem

Informasi Akademik

Politeknik Negeri Malang

Rino Dwi

Admaja Dwi

Niken

Hendrakesuma

Media Publikasi:

Jurnal

Pengembangan

Teknologi Informasi

dan Ilmu Komputer

e-ISSN: 2548-964X

Vol. 2, No. 11,

November 2018,

hlm. 4539-4547

http://j-ptiik.ub.ac.id

Tahun:

2018

usefulness dapat

dinyatakan bahwa

indikator pekerjaan

menjadi mudah,

meningkatkan

produktivitas, dan

pekerjaan selesai lebih

cepat masuk kedalam

kategori baik sehingga

tidak perlu ada

rekomendasi perbaikan.

Namun untuk indikator

meningkatkan efektifitas,

meningkatkan kinerja dan

berguna/bermanfaat

diperlukan perbaikan agar

dapat meningkatkan

kualitas Perceived

Usefulness sehingga

SIAKAD Polinema dapat

diterima oleh mahasiswa

polinema yaitu dengan

cara : (1)Rutin melakukan

sosialisasi dan pelatihan

kepada pengguna siakad

mengenai fungsi dan

pengtingnya dalam

menggunakan SIAKAD;

(2) Penambahan fitur

untuk SIAKAD terkait

petunjuk dalam

menggunakan SIAKAD

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

7. Analisis Penerimaan

Technology Informasi

Manajemen Puskesmas

(SIMPUS) E-Healt di

Puskesmas kanbupaten

Bantul

Peneliti :

Ignatius Djuniarto

Heru Kurnianto T

Media Publikasi:

Journal Of

Informatic and

Technology Vol 1

Nomor 3 Tahun

2017 hal 15-20

Tahun:

2018

1. persepsi kemanfaatn

pengguna berpengaruh

signifikan pada minat

berprilaku

menggunakam

SIMPUS e-Health,

2. persepsi penggunaan

berpengaruh signifikan

terhadapan prilaku

menggunakan

SIMPUS E-Health

3. Sikap terhadap

penggunaan

berpengaruh signifikan

pada minat berprilaku

untuk menggunakan

SIMPUS e Health

4. persepsi kemanfaatan

persepsi kemudahan

dan sikap terhadapa

penggunaan secara

bersama-sama

berpengaruh signifikan

terhadap minat

berprilaku

menggunakan

SIMPUS e-Health.

8. Pengaruh faktor Hot

(Human Organisasi dan

Technology) terhapa

kepuasan pengguna sistem

informasi Primary Care di

Peneliti :

Asih Prasetyowati

Roro Kushartati

Media Publikasi:

Ada pengaruh Human

SDM dan Teknologi

terhadap kepuasan

pengguna Primary

Care sedangkan

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

wilayah kota semarang Jurnal Manajemen

informasi kesehatan

indonesia Vol. 6

No.1 Maret 2018

ISSN: 2337-6007

(Online); 2337-585X

(Printed)

Tahun:

2018

organisasi tidak

berpengaruh terhadap

kepuasan Pengguna

Primary Care

9 Analisis Penerimaan

Sisitem Informasi

manajemen badan

penyelenggara jaminan

sosial kesehatan kota

makasar tahun 2014

Peneliti :

Hardiaty H.D

Lestari

Istiti Kandariana

Eko Nugroho

Media Publikasi:

Jurnal Manajemen

informasi kesehatan

ISSN: 2548-964X

Vol. 2, No. 11,

November 2014,

hlm. 4539-4547

http://j-ptiik.ub.ac.id

Tahun:

2014

Berdasarkan hasil

pembahasan, maka

penelitian ini

menyimpulkan bahwa

SIM BPJS kesehatan

layana Pcare di

Puskesmas Kota

makasar tahun 2014

belum diterima dengan

baik karena faktor

manfaat, kemudahan

menggunakan minat

menggunakan dan

penerimaan belum

signifikan

berpengaruh:

1. dukungan organisasi

tidak mempengaruhi

pesepsi manfaat

menggunakan SIM

BPJS kesehatan

layanan Pcare di

Puskesmas kota

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

makasar tahun 2014

2. kontrol prilaku tidak

mempengaruhi

persepsi kemudahan

SIM BPJS kesehatan

layana Pcare di

Puskesmas kota

makasar tahun 2014

3.Persepsi

kemudahantidak

mempengaruhi minat

menggunakan SIM

BPJS Kesehatan

layanan Pcare di

puskesmas kota

makasar tahun 2014.

Namun dipengaruhi

dan berpengaruh sosial

4.user interface,

dukungan organisasi

dan minat tidak

mempengaruhi

penerimaan SIM BPJS

kesehatan layanan

Pcare di Puskesmas

kota makasar tahun

2014. Namun di

pengaruhi oleh

keadaan pendukung

10 Analisis penerimaan sistem

informasi manajemen rum

sakit daerah bangkinang

Peneliti :

Eki Saputra

Misfariyan

Berdasarkan pengujian –

pengujian yang

dilakukan terhadap

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

menggunakan metode

Technology Acceptance

Model.

Media Publikasi:

Jurnal Sistem

informasi sains dan

teknologi

Tahun:

2016

hipotesis, maka dapat

disimpulkan hal- hal

sebagai berikut:

1. faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi

user dalam

menggunakan sistem

informasi manajemen

(SIMRS) adalah

variabel PEOU

mempunyai hubungan

positif dan sigmnifikan

terhadap PU.

2. Model akhir yang

diperoleh dari

penelitian ini adalah

model yang terdiri dari

kemudahan pengguna

teknologi informasi

(SIMRS) berpengaruh

positif dan signifikan

erhadap manfaat dari

teknologi.

Dari tabel 2.4 penelitian saat ini hampir sama dengan penelitian saras pada

tahun 2016 dengan judul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengguna e-

learning Moodle oleh guru SMK Negeri 2 Yogyakarta dengan pendekatan

Technology Acceptance Model (TAM)” pada penelitian saras menambahkan tiga

variabel ekternal yaitu Self Effiecy, Complexity dan Lack Of Time.

Saras menagnsumsi variabel self effiecy dari penelitian yang telah

dilakukan pada tahun 2008 yang diteliti oleh jogiyanto. Ia menyatakan Self-

efficacy didefinisikan sebagai suatu kepercayaan bahwa seseorang memiliki

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKABAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu penerimaan terhadap …

kemampuan untuk melakukan perilaku tertentu, self-efficacy merupakan salah

satu faktor eksternal pada perluasan TAM. Karena penelitian ini mengkaji tentang

e-learning, maka istilah self-efficacy disesuaikan menjadi e-learning self-efficacy.

Pada penelitian Shinta (2009) ia mengutip pernyataan dar Davis (1989)

memformulasikan model TAM, dan memberikan saran bahwa penelitian dimasa

yang akan datang perlu melakukan pengujian variabel eksternal dalam memahami

bagaimana seseorang bisa menerima atau menolak sistem teknologi informasi.

Dari beberapa hasil penelitian empiris yang telah dilakukan, diperoleh hasil

bahwa faktor self-efficacy masuk pada lingkungan teknologi komputer, faktor

tersebut berhubungan secara signifikan dengan persepsi para pemakai tentang

teknologi tersebut,

Complexity (kerumitan), saras mengutip pendapat igbaria (1995) Yang mana

ia menemukan bahwa kerumitan dan kegunaan memiliki hubungan yang kuat.

Dan menurut pendapat david (1989) menemukan hubungan yang positif antara

kerumitan dan kemudahan penggunaan.

Lack Of Time (Keterbatasan waktu) merupakan salah satu masalah penting

guru dalam penggunaan ICT, khususnya e-learning. Pada dasarnya, guru sudah

memiliki kemampuan mengoperasikan komputer, akan tetapi karena terbatasnya

waktu yang dimiliki maka penggunaannya menjadi kurang maksimal.