Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penerimaan terhadap sistem informasi
Dalam penerapan sebuah sistem informasi ada unsur penting yaitu
penerimaan terhadap sistem informasi tersebut. Kesusksesan sebuah sistem
informasi tersebut tidak hanya ditentukan oleh bagaimana sistem dapat
memproses masukan dan menghasilkan informasi dengan baik, tetapi juga
bagaimana pengguna mau menerima dan menggunakannya, sehingga mampu
mencapai tujuan organisasi.
Ada beberapa model dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor-
faktor yang memepengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer,
diantaranya tercatat dalam berbagai literatur dan referensi hasil riset dibidang
teknologi informasi adalah seperti Pleasure Arousal Dominance (PAD), Theory of
Reasoned Action (TRA), Consumer Acceptance Teknology (CAT) dan
Technology Acceptance Model (TAM)
1. Pleasure Arousal Dominance (PAD) Merupakan teori prilaku manusia yang
mempengaruhi suatu tindakan yang dilakukan oleh manusia tersebut. PAD
Menjelaskan bahwa penggunaan suatu teknologi dipengaruhi oleh
kesenangan (Pleasure), Keiginan (Arousal) dan Dominasi (Dominance).
2. Theory of Reasoned Action (TRA) Merupakan teori dasar dalam keprilakuan
yang dipengaruhi oleh minat atau keinginan untuk melakukannya. Pada
model ini menggunakan 3 komponen yaitu minat prilaku (Bahavioral
intention), Sikap (attitude), dan Norma subjektif (Subjective norm) yang
mempengaruhi prilaku (behavior).
3. Consumer Acceptance Teknology (CAT) Merupakan suatu model dalam
keprilakuan yang menghubugkan nalar manusia dan juga affect. Dalam model
CAT ini dapat berjalan seiringan dan mempengaruhi prilaku penggunaan
suatu teknologi. Model CAT menambahkan persepsi keunggulan relatif,
persepsi kesenangan dan persepsi keinginan.
4. Technology Acceptance Model (TAM) merupakan pengembanagan dari
model TRA yang dikembangkan khusus untuk pemodelan penerimaan
pengguna terhadap teknologi informasi. TAM Bertujuan untuk memberikan
dasar penulusuran pengaruh faktor eksternal terhadap kepercayaan, sikap dan
tujuan pengguna.
2.2 Technology Acceptance Model
Technology Acceptance Model (TAM) merupakan suatu model penerimaan
sistem teknologi informasi yang digunakan oleh masyarakat. Teori ini pertama
kali di kenalkan oleh Davis (1986) yang dikembangkan dari suatu Theory of
Reasoned Action (TRA) oleh Ajzen dan Feishbein (1980). Technology
Acceptance Model (TAM) ini merupakan salah satu teori yang paling sering
digunakan dalam mengukur tingkat penerimaan dan pemahaman nasabah dalam
menggunakan suatu layanan yang baru saja diluncurkan (Hartono, 2008 dalam
Aulia,2017).
Tujuan utama TAM adalah untuk memberikan dasar penelusuran pengaruh
faktor eksternal terhadap kepercayaan, sikap dan tujuan pengguna. Model TAM
berasumsi bahwa seseorang mengadopsi suatu teknologi pada umumnya
ditentukan oleh proses kognitif dan tujuan untuk memuaskan pemakainya atau
memaksimalkan kegunaan teknologi itu sendiri. Dengan kata lain kunci utama
penerimaan teknologi informasi oleh penggunanya adalah evaluasi kegunaan
teknologi tersebut. Model dari TAM dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.1 Model TAM
Konstruk-konstruk dalam TAM
Menurut (Jogiyanto, 2007 dalam Verdinal 2018) Technology Acceptance
Model (TAM) yang pertama belum dimodifikasi menggunakan lima konstruksi
utama, yaitu:
1. Kegunaan persepsian (Perceived Userfulness)
Didefinisikan segai sejauh mana seorang percaya bahwa menggunakan suatu
teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaannya. Berdasarkan dari defenisinya
bahwa kegunaan persepsian merupakan suatu kepercayaan tentang proses
pengambilan keputusan, dengan demikian seseorang merasa percaya bahwa
sistem informasi berguna maka akan digunakannya, sebaliknya jika seseorang
merasa percaya bahwa sistem informasi kurang berguna maka dia tidak akan
menggunakannya.
2. Kemudahan penggunaan persepsian (Perceived Ease Of Use)
Didefenisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan
suatu teknologi akan bebas dari usaha. Kemudahan penggunaan persepsian
(Perceived Ease Of Use) ini juga merupakan suatu kepercayaan (belife) tentang
proses pengambilan keputusan. Jika seseorang merasa percaya bahwa sistem
informasi mudah digunakan maka dia akan menggunakannya, sebaliky jika
seseorang merasa sulit utuk menggunakannya maka ia tidak aka
menggunakannya.
3. Sikap terhadap prilaku
Menurut Davis et al dalam (Verdinal, 2018), sikap terhadap prilaku sebagai
perasaan positif dan negatif dari seseorang jika harus melakukan prilaku yang
akan ditentukan. (Attitude Toward Behavior) didefinisikan oleh mathieson dalam
(Verdinal, 2018) sebagai evaluasi pemakai tentang ketertarikannya menggunakan
sistem.
4. Minat prilaku (Behavioral Intention)
Minat prilaku (Behavioral intention) adalah sesuatu keiginan seseorang untuk
melakukan suatu prilaku yang tertentu (behavior) jika mempunyai keinginan atau
minat untuk melakukannya.
5. Prilaku (behavior)
Adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam konteks penggunaan
sistem teknologi informasi, perilaku (behavior) adalah penggunaan sesungguhnya
(actual Use) dari teknologi. Karena penggunaan sesungguhnya ini banyak diganti
dengan nama pemakai persepsi (Perceived Usage).
Beberapa tahun setelah kemunculan TAM, banyak penelitian yang mengkaji
model ini. Cara perluasan TAM adalah dengan menambahkan variabel eksternal
ke dalam model asli TAM seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Perluasan Technology Acceptance Model (TAM)
Dalam Penelitian ini, dalam Model TAM akan ditambahkan variabel –
variabel eksternal yaitu Self Efficacy (Kepercayaan), Complexity (Kerumitan) dan
Lack Of time (Keterbatasan Waktu).
1. Self-effeciacy
Konsep tentang self - efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura tahun
1977. Self - efficacy didefinisikan sebagai suatu kepercayaan bahwa seseorang
memiliki kemampuan untuk melakukan perilaku tertentu (Bandura, 1977 dalam
Saras, 2016: 35). Berkaitan dengan teori TAM, self - efficacy merupakan salah
satu faktor eksternal pada perluasan TAM. Dalam penelitian ini, faktor self–
efficacy diprediksikan berpengaruh pada faktor kegunaan dan kemudahan
penggunaan. (saras,2016)
2. Kerumitan (Complexity)
Definisi kerumitan (complexity) awalnya dikemukakan oleh Rogers (1983
dalam saras,2016), yaitu “ the degree to which an innovation is perceived as being
difficult to use”. Artinya kerumitan merupakan sejauh mana suatu inovasi
dianggap sulit untuk digunakan. Indikator yang digunakan untuk mengukur
kerumitan adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas (time taken
to performtasks), penggabungan hasil dari komputer dengan pekerjaan yang sudah
ada (integration of computer results into existing work) dan kerentanan
(vulnerability). Dalam penelitian ini, faktor kerumitan diprediksikan berpengaruh
pada faktor kegunaan dan kemudahan penggunaan.
3. Keterbatasan waktu (Lack Of Time)
Lack of time atau keterbatasan waktu merupakan salah satu masalah penting
pengguna dalam penggunaan Primary Care. Pada dasarnya, pengguna sudah
memiliki kemampuan mengoperasikan komputer, akan tetapi karena terbatasnya
waktu yang dimiliki maka penggunaannya menjadi kurang maksimal. Mayoritas
penggua memiliki beban pekerjaan yang banyak, diantaranya memiliki tambahan
tugas administratif dll Selain itu, mempersiapkan bahan Laporan bulanan yang
membutuhkan lebih banyak waktu. Keterbatasan waktu juga merupakan salah satu
faktor yang memengaruhi keputusan pengguna untuk menerapkan Primary Care
atau tidak. Apabila dikaitkan dengan TAM, dalam penelitian ini faktor
keterbatasan waktu diprediksi akan berpengaruh pada variabel intensi dan
penggunaan teknologi sesungguhnya.
2.3 Hipotesis Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian, maka masing-masing hubungan variabel
akan membentuk satu hipotesis penelitian. Hipotesis-hipotesis tersebut
digambarkan pada Gambar berikut ini dapat dilihat pada gambar 2.3
Gambar 2.3 Kerangka berfikir
Sumber : saras,2016
Tabel 2.1 Deskripsi Hipotesa Penelitian
No Hipotesis
H1 Ho Kerumitan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kegunaan
Ha Kerumitan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kegunaan
H2
Ho Kerumitan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kemudahan penggunaan
Ha Kerumitan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kemudahan
penggunaan
H3
Ho self-efficacy tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kegunaan
Ha self-efficacy mempunyai pengaruh signifikan terhadap kegunaan
H4
Ho self-efficacy tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kemudahan penggunaan
Ha self-efficacy mempunyai pengaruh signifikan terhadap kemudahan
penggunaan
H5
Ho Kemudahan penggunaan tidak mempunyai pengaruh sihnifikan
terhadap kegunaan
Ha Kemudahan pengguna mempunyai pengaru signifikan terhadap
kegunaan
H6 Ho Kegunaan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap intensi
Ha Kegunaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap intensi
H7
Ho Kemudahan penggunaan tidak mempunyai pengaruh signifikan
terhadap intensi
Ha Kemudahan penggunaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap
intensi
H8
Ho Intensi tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap penggunaan
teknologi sesungguhnya
Ha Intensi mempunyai pengaruh signifikan terhadap penggunaan
teknologi sesungguhnya
H9
Ho Keterbatasan waktu tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
intensi
Ha Keterbatasan waktu mempunyai pengaruh signifikan terhadap intensi
H10
Ho Keterbatasan waktu tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
penggunaan teknologi sesungguhnya
Ha Keterbatasan waktu mempunyai pengaruh signifikan terhadap
penggunaan teknologi sesungguhnya
2.4 Populasi dan Sampel
Populasi adalah sebuah wilayah atau tempat objek/subjek yang di teliti, baik
orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal lain yang memiliki kuantitas dan
berkarakteristik tertentu untuk mendapatkan sebuah informasi (Riadi, 2016).
Populasi digunakan untuk menyebutkan seluruh elemen atau anggota dari suatu
wilayah yang menjadi sasaran penelitian atau merupakan keseluruhan dari objek
penelitian. Populasi dibedakan menjadi dua, yaitu populasi homogen dan populasi
heterogen. Populasi homogon memudahkan penarikan sampel dan semakin
homogen populasi maka memungkinkan penggunaan sampel penelitian yang
kecil. Sebaliknya jika populasi heterogen maka terdapat kecendrungan
menggunakan sampel penelitian yang besar. Dengan katalain semakin kompleks,
derajat keberagaman, maka semakin besar pula sampel penelitiaanya. Sampel
sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Subjek adalah suatu anggota dari
sampel, sebagaimana elemen anggota dari populasi sebelum ditentukan sampel
peneliti harus menetapkan populasi penelitian,(Juliansyah,2011 dalam Putri,
2019)
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2005 dalam putri,2019).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian adalah total sampling. Total
sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan
populasi (Sugiyono, 2007). Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan
pengambilan sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek
penelitian (Nursalam, 2008). Alasan mengambil total sampling karena menurut
Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan
sampel penelitian semuanya.
Tabel 2.2 Populasi dan sampel
Cabang Populasi Sampel
Pelayanan Poli Umum 3 3
Pelayanan Poli Gigi 2 2
Pelayanan Poli KIA 3 3
Pelayanan Poli Gizi 2 2
Pelayanan poli MTBS 2 2
Pelayanan Poli P2P 2 2
Pelayanan Poli Lansia 2 2
Pelayanan Poli Kesling 2 2
Dilihat dari Tabel 2.3 yang merupakan pelayanam pelayanan yang terdapat
di Puskesmas Tualam dalam Penggunaan Sistem Primary Care. Dalam penelitian
ini terdapat 18 Responden
2.5 Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,
sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan
data kuantitatif. Dalam perkembangan terkini skala likert telah banyak
dimodifikasi seperti 4 titik (denga menghilangkan Jawaban Netral), atau
meggunakan 7 sampai dengan 9 titik.
Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah skala
likert.dengan 5 titik. Yang dapat di lihat pada tabel berikut.
Tabel 2.3 Skala Likert
Pilihan Jawaban Singkatan Skor
Sangat Setuju SS 5
Setuju S 4
Ragu N 3
Tidak setuju TS 2
Sangat tidak setuju STS 1
2.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas
2.6.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pada kuesioner mampu mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas ini
menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara
nilai yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan. Suatu pertanyaan dikatakan valid
jika tingkat signifikansinya berada di bawah 0,05 (Ghozali, 2012 Dalam Putri.
2019)
2.6.2 Uji Reliabilitas
Istilah reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability yang berasal
dari kata rely dan ability (Yamin dan Kurniawan, 2014). Reliabilitas menunjukkan
suatu kehandalan dan konsistensi dalam penelitian. Apabila pengujian dilakukan
beberapa kali maka akan tetap menghasilkan hasil yang relatif konstan. Suatu
kuesioner dikatakan reliable atau handal apabila jawaban seseorang terhadap
pertanyaan maupun pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi adalah pengukuran yang dapat
menghasilkan data yang reliable. Reliabilitas dapat diukur dengan koefisien
reliabilitas yang bernilai 0 sampai 1. Semakin mendekati angka 1 maka alat ukur
tersebut semakin reliable. (Yamin dan Kurniawan, 2014).
Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan indikator Alpha Cronbach
karena teknik ini merupakan teknik keandalan kuesioner yang paling sering
digunakan. Uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach ini akan menghasilkan nilai
alpha sehingga dapat diketahui tingkat reliabilitasnya. Selain itu, melalui uji
Alpha Cronbach akan terdeteksi indikator-indikator yang tidak konsisten.
Menurut Yamin dan Kurniawan jika nilai Alpha lebih besar dari 0.6 maka
pengukuran tersebut dapat dikatakan reliable (Yamin dan Kurniawan,2014).
2.7 Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik merupakan salah satu pengujian prasyarat pada regresi
linear berganda. Suatu model regresi yang valid harus memenuhi kriteria BLUE
(Best, Linear, Unbiased, and Estimated), (Kuncoro, 2013). Maka dilakukan uji
prasyarat regresi linear berganda, yaitu dengan uji asumsi klasik sebagai alat
analisis yang perlu dilakukan uji persyaratan terlebih dahulu yang meliputi :
2.7.1 Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.
Penggunaan uji normalitas karena pada analisis statistik parametik, asumsi yang
harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut harus terdistribusi normal.
Maksud data teerdistribusi normal adalah bahwa data akan mengikuti bentuk
distribusi normal, (Santosa dan Ashari, 2005)
Uji normalitas bisa dilakukan dengan dua cara yaitu “ Normal P-P Plot ”
dan“ Tabel Kolmogrov Smirnov “ yang paling umum digunakan adalah Normal
PP Plot. Pada Normal P-P Plot prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan
melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal grafik atau dengan melihat
histogram dari residualnya (Ghozali, 2006). Menurut Ghozali dasar pengambilan
keputusan :
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka mode
regresi memenuhi asumsi normalitas
2. Jika data menyebar jauh garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka mode
regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2.7.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang
tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda.
Jika ada korelasi yang tinggi diantara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan
antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu, (Sunjoyo,
2013). Menurut Nugroho dalam (Sunjoyo,2013) alat statistik yang sering
digunakan untuk menguji gangguan multikolinearitas terdapat 3 yaitu :
1. Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang 0,1, maka
model dapat dikatakan bebas dari multikolinearitas, VIF =1/Tolerance, Jika
VIF= 10, maka Tolerance 1/10= 0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin
rendah Tolerance.
2. Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen kurang
dari 0,70, maka model dapat dinyatakan bebas dari multikolinearitas. Jika nilai
korelasi lebih dari 0,70, berarti terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel
independen sehingga terjadi multikolinearitas.
3. Jika nilai koefisien determinan, baik R2 ataupun adjusted R2 diatas 0,60
namun tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel
independen, maka diasumsikan model terkena multikolinearitas.
Adapun cara mengetahui ada tidaknya penyimpangan uji multikolinearitas
adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF masing-masing variabel
independen. Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF<10, maka data bebas dari
gejala multikolinearitas.
2.7.3 Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lainnya (Sunjoyo, 2013). Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya tetap, maka terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi
ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan cara melihat grafik plot antara
nilai prediksi variabel ZPRED dan residualnya SRESID. Model regresi yang baik
adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian ini dilakukan dengan melihat
pola tertentu pada grafik dimana sumbu Y adalah yang diprediksi dan sumbu X
adalah resisual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah distandarizet, (Sunjoyo,
2013). Dasar pengambilan keputusan uji heteroskedastisitas :
1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola yang
teratur (bergelombang melebar kemudian menyempit) maka telah terjadi
heteroskedastisitas.
2. Jika tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik meneyebar diatas dan
dibawah angka 0 (nol) pad sumbu Y maka tidak terjadi Uji heteroskedastisitas.
3.7.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi ialah bahwa analisis regresi merupakan untuk melihat
pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada
korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya. Menurut Ghozali
(2006), uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penggangu
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah
autokorelasi. Uji autokorelasi pada penelitian ini menggunakan uji Durbin
Waston.
Adapun dasar pengambilan uji durbin waston ialah sebagai berikut:
1. Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesis nol
ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.
2. Jika d terletak antara dU dan (4-dU) , maka hipotesis nol diterima, yang berarti
tidak ada autokorelasi.
3. Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak
menghasilkan kesimpulan yang pasti. Metode Cochrane – Orcutt merupakan
salah satu metode yang dapat digunakan untukmengatasi masalah autokorelasi
pada regresi OLS, khusunya bila struktur autokorelasi tidak diketahui (Gujarati
(2003), Widarjono (2007). Untuk mengatasi autokorelasi menggunakan metode
Cochrane-Orcutt adalah dengan menghitung nilai estimasi error. Kemudian
meregresikannya kembali dengan variabel penelitian.
2.8 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi adalah analisis yang dilakukan untuk mengatur besarnya
pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung dan memprediksi variabel
tergantung dengan menggunakan variabel bebas, (Sarwono, 2010). Definisi lain
Gujarati (2006) dikutip Sarwono (2010) amalisis regresi sebagai kajian terhadap
hubungan satu variabel yang disebut sebagai variabel yang diterangkan dengan
satu atau dua variabel yang menerangkan. Variabel pertama disebut juga variabel
tergantung, sedangkan variabel kedua disebut juga sebagai variabel bebas. Jika
variabel bebas lebih dari satu maka analisis regresi disebut regresi linear
berganda. Disebut berganda karena pengaruh beberapa variabel bebas akan
dikenakan kepada variabel tergantung.
Kegunaan analisis regresi linear berganda adalah sebagai alat untuk
meramalkan nilai pengaruh variabel terikat (Y) apabila variabel bebasnya (X) dua
atau lebih dan juga untuk membuktikan ada atau tidak nya hubungan fungsional
atau kausal antara dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat.
Persamaan estimasi regresi linear berganda dapat dilihat pada rumus dibawah ini :
Y = a+ b1X1+ b2X2...............................................................................(2.1)
Keterangan :
Y : Variabel terikat (Kepuasan Pengguna)
X : Variabel bebas (keakuratan)
X2 : Variabel bebas (Kemudahan Pengguna)
A : Konstanta atau Parameter
B1.2 : Nilai Koefisien Regresi
2.9 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tinjauan penelitian terdahulu merupakan suatu cara untuk menganalisa
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, menggunakan konsep yang sejalan
dan hampir sama dengan penelitian sekarang. Kemudian dari pada itu penulis
dapat melihat sejauh mana penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan
berhubungan analisis penerimaan dengan meggunakan TAM.
Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu
No Judul Peneliti, Media
Publikasi, dan
Tahun
Hasil
1. Evaluasi Kualitas
Layanan dan Tingkat
Penerimaan Mahasiswa
pada Sistem Informasi
Akademik Politeknik
Negeri Malang
Peneliti :
Rino Dwi Purnomo
Admaja Dwi. H,
Niken Hendrakusma.
W
Media Publikasi:
Jurnal
pengembangan
teknologi informasi
dan ilmu komputer.
Vo,.2, No.11,
November 2018,
hlmn. 4539-4547.
Tahun:
2018
Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan
Pada variabel Perceived
usefulness dapat
dinyatakan bahwa
indikator pekerjaan
menjadi mudah,
meningkatkan
produktivitas, dan
pekerjaan selesai lebih
cepat masuk kedalam
kategori baik sehingga
tidak perlu ada
rekomendasi perbaikan.
Namun untuk indikator
meningkatkan efektifitas,
meningkatkan kinerja dan
berguna/bermanfaat
diperlukan perbaikan agar
dapat meningkatkan
kualitas Perceived
Usefulness sehingga
SIAKAD Polinema dapat
diterima oleh mahasiswa
polinema yaitu dengan
cara : (1)Rutin melakukan
sosialisasi dan pelatihan
kepada pengguna siakad
mengenai fungsi dan
pengtingnya dalam
menggunakan SIAKAD;
(2) Penambahan fitur
untuk SIAKAD terkait
petunjuk dalam
menggunakan SIAKAD
Pada variabel Usability
dapat dinyatakan bahwa
indikator ease of use
navigation, learnability
sudah cukup baik
sehingga perlu
dipertahankan kinerjanya.
Namun untuk indikator
appearance, the image
conveyed to the user,
errors, satisfaction dirasa
kurang baik sehingga
perlu dibuat rekomendasi
perbaikan sehingga
kualitas variabel usability
meningkat sehingga
SIAKAD Polinema dapat
diterima dan digunakan
oleh mahasiswa polinema
secaara optimal yaitu
dengan cara : (1)
membuat tampilan pada
SIAKAD familiar; (2)
menyediakan antarmuka
yang sesuai dengan
SIAKAD Polinema; (3)
membuat halaman pada
SIAKAD Polinema
mudah dibaca.
2. ANALISIS
PERBANDINGAN
METODE TAM
(Technology Acceptance
Model) DAN UTAUT
(Unified of Acceptance
and Use of Technology )
TERHADAP PERSEPSI
PENGGUNA SISTEM
INFORMASI DIGITAL
LIBRARY (Studi
Kasus: Universitas
Pembangunan Panca
Budi Medan)
Peneliti :
Winda Erika
Media Publikasi:
Jurnal Mahajana
Informasi, Vol.4,
No.1, 2019.
e-ISSN :2527-8290
Tahun:
2019
1) Dari hasil penelitian
untuk metode TAM
(Technology Acceptance
Model ) hasil pengujian
yang paling berpengaruh
terhadap kesuksesan
sistem digital library yaitu
pada konstruk perceived
usefulness (PU) dengan
angka statistik mencapai
0,867 lebih baik
dibandimgkan dengan
konstrukkonstruk yang
lain.
2) Dari hasil penelitian
untuk metode UTAUT
(Unified of Acceptance
and Use of Technology)
hasil pengujian yang
paling berpengaruh
terhadap kesuksesan
sistem digital library yaitu
pada konstruk
Performance Expectancy
(PE) degan angka statistik
mencapai 0,974 serta
pada kontruk Facilitating
Conditions (FC) dengan
angka statistik mencapai
0,982 lebih baik
dibandimgkan dengan
konstruk-konstruk yang
lain.
3) Dari hasil penelitian
maka metode yang lebih
baik digunakan dalam
kesuksesan terhadap
penerimaan sistem digital
library di Universitas
Pembangunan Panca Budi
yaitu metode UTAUT
(Unified of Acceptance
and Use of Technology)
sebab metode UTAUT
(Unified of Acceptance
and Use of Technology)
mampu mengukur
sebanyak 0,982
sedangkan metode TAM
(Technology Acceptance
Model ) hanya mengukur
sebanyak 0,867
3. ANALISIS
TECHNOLOGY
ACCEPTANCE
MODEL (TAM)
Peneliti :
Aulia Hanifa
Media Publikasi:
Skripsi Fakultas
ekonomi dan Bisnis
Berdasarkan pengujian
dan hasil analisis data
serta pembahasan hasil
analisi
TERHADAP
PENGGUNAAN
LAYANAN INTERNET
BANKING STUDI DI
BANK RAKYAT
INDONESIA SYARIAH
CABANG
SURAKARTA
Islam. Insitutut
Agama Islam Negeri
Surakarta.
Tahun:
2017
data (pembuktian
hipotesis) yaitu pengaruh
Perceived Ease of Use
dan Perceived
Usefullness terhadap
Attitude Toward using
dan Actual Usage Internet
Banking
pada Bank Rakyat
Indonesia Syariah Kantor
Cabang Surakarta, dapat
diambil
kesimpulan sebagai
berikut:
1. Variabel Perceived
Ease of Use berpengaruh
terhadap Attitude Toward
Using. Hal ini dibuktikan
dengan hasil uji statistik
dimana nilai thitung
Perceived Ease of Use
terhadap Attitude Toward
Using sebesar 1,863. Jika
dibandingkan dengan
tabel (1,66055) maka
thitung > ttabel. Maka
besar
kecilnya Perceived Ease
of Use berpengaruh
terhadap Attitude Toward
Using Internet Banking.
2. Variabel Perceived
Usefullness berpengaruh
terhadap Attitude Toward
Using. Hal ini dibuktikan
dengan hasil uji statistik
dimana nilai thitung
Perceived Usefullness
terhadap Attitude Toward
Using sebesar 4,070. Jika
dibandingkan dengan
ttabel (1,66055) maka
thitung > ttabel. Maka
besar
kecilnya Perceived
Usefullness berpengaruh
terhadap Attitude Toward
Using.
3. Variabel Perceived
Ease of Use tidak
berpengaruh terhadap
Actual Usage.
Hal ini dibuktikan dengan
hasil uji statistik dimana
nilai thitung Perceived
Ease of Use terhadap
Actual Usage sebesar
0,648. Jika dibandingkan
dengan ttabel (1,66071)
maka thitung < ttabel.
Maka besar kecilnya
Perceived
Ease of Use tidak
berpengaruh terhadap
intensitas Actual Usage.
4. Variabel Perceived
Usefullness berpengaruh
terhadap Actual Usage.
Hal ini
dibuktikan dengan hasil
uji statistik dimana nilai
thitung Perceived
Usefullness terhadap
Actual Usage sebesar
2,233. Jika dibandingkan
dengan ttabel (1,66071)
maka thitung > ttabel.
Maka besar kecilnya
Perceived
Usefullness berpengaruh
terhadap intensitas Actual
Usage.
5. Variabel Attitude
Toward Using
berpengaruh terhadap
Actual Usage. Hal
ini dibuktikandengan
hasil uji statistik dimana
nilai thitung Attitude
Toward
Using terhadap Actual
Usage sebesar 4,362. Jika
dibandingkan dengan
ttabel
(1,66071) maka thitung >
ttabel. Maka positif
negatifnya Attitude
Toward
Using berpegaruh
terhadap intensitas Actual
Usage.
4 ANALISIS FAKTOR-
FAKTOR YANG
MEMENGARUHI
PENGGUNAAN E -
LEARNING MOODLE
OLEH GURU SMK
NEGERI 2
YOGYAKARTA
DENGAN
PENDEKATAN
TECHNOLOGY
ACCEPTANCE MODEL
(TAM)
Peneliti :
Saras Mareta Ratri
Media Publikasi:
Skripsi Program
studi pendidikan
informatika.
Universitas egeri
Yogyakarta
Tahun:
2016
Berdasarkan analisis data
yang telah dilakukan,
maka simpulan dari
penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Faktor e - learning self
-efficacy berpengaruh
terhadap penggunaan e –
learning PINTER berbasis
Moodle oleh guru SMK
Negeri 2 Yogyakarta
melalui faktor
kegunaan, kemudahan
penggunaan dan intensi.
2. Faktor kerumitan
berpengaruh terhadap
penggunaan e-learning
PINTER berbasis Moodle
oleh guru SMK Negeri 2
Yogyakarta melalui faktor
kegunaan, kemudahan
penggunaan dan intensi.
3. Faktor keterbatasan
waktu berpengaruh
terhadap penggunaan e-
learning PINTER berbasis
Moodle oleh guru SMK
Negeri 2 Yogyakarta
secara langsung maupun
melalui faktor intensi.
5. ANALISIS PENERAPAN
APLIKASI SISTEM
AKUNTANSI
PERSEDIAAN
MENGGUNAKAN
TECHNOLOGY
ACCEPTANCE MODEL
(TAM) PADA DISTRIK
NAVIGASI KELAS III
PONTIANAK
Peneliti :
SLAMET S
RUSMANTO L
Media Publikasi:
Jurnal Ilmiah
SISFOTENIKA
Vol. 1, No. 2, Juli
2014
Tahun:
2014
Dari pengolahan hasil
jawaban kuesioner yang
telah diisi lengkap, maka
dapat disimpulkan bahwa
penerapan aplikasi Sistem
Akuntansi Persediaan
yang diterapkan oleh
Distrik Navigasi Kelas III
Pontianak sudah dapat
diterima dengan baik
oleh karyawan yang
menerapkanya baik secara
individual maupun secara
berkelompok. Pelatihan-
pelatihan yang diberikan
selama ini ternyata tidak
sia-sia dan memberikan
hasil yang positif.
Walaupun karyawan yang
ada pada umumnya bukan
bertitelkan sarjana
komputer, tetapi dengan
pelatihan-pelatihan yang
diberikan, karyawan
mampu menguasai
teknologi dan menerima
teknologi yang ada
dengan baik.
6. Evaluasi Kualitas Layanan Peneliti : Pada variabel Perceived
dan Tingkat Penerimaan
Mahasiswa pada Sistem
Informasi Akademik
Politeknik Negeri Malang
Rino Dwi
Admaja Dwi
Niken
Hendrakesuma
Media Publikasi:
Jurnal
Pengembangan
Teknologi Informasi
dan Ilmu Komputer
e-ISSN: 2548-964X
Vol. 2, No. 11,
November 2018,
hlm. 4539-4547
http://j-ptiik.ub.ac.id
Tahun:
2018
usefulness dapat
dinyatakan bahwa
indikator pekerjaan
menjadi mudah,
meningkatkan
produktivitas, dan
pekerjaan selesai lebih
cepat masuk kedalam
kategori baik sehingga
tidak perlu ada
rekomendasi perbaikan.
Namun untuk indikator
meningkatkan efektifitas,
meningkatkan kinerja dan
berguna/bermanfaat
diperlukan perbaikan agar
dapat meningkatkan
kualitas Perceived
Usefulness sehingga
SIAKAD Polinema dapat
diterima oleh mahasiswa
polinema yaitu dengan
cara : (1)Rutin melakukan
sosialisasi dan pelatihan
kepada pengguna siakad
mengenai fungsi dan
pengtingnya dalam
menggunakan SIAKAD;
(2) Penambahan fitur
untuk SIAKAD terkait
petunjuk dalam
menggunakan SIAKAD
7. Analisis Penerimaan
Technology Informasi
Manajemen Puskesmas
(SIMPUS) E-Healt di
Puskesmas kanbupaten
Bantul
Peneliti :
Ignatius Djuniarto
Heru Kurnianto T
Media Publikasi:
Journal Of
Informatic and
Technology Vol 1
Nomor 3 Tahun
2017 hal 15-20
Tahun:
2018
1. persepsi kemanfaatn
pengguna berpengaruh
signifikan pada minat
berprilaku
menggunakam
SIMPUS e-Health,
2. persepsi penggunaan
berpengaruh signifikan
terhadapan prilaku
menggunakan
SIMPUS E-Health
3. Sikap terhadap
penggunaan
berpengaruh signifikan
pada minat berprilaku
untuk menggunakan
SIMPUS e Health
4. persepsi kemanfaatan
persepsi kemudahan
dan sikap terhadapa
penggunaan secara
bersama-sama
berpengaruh signifikan
terhadap minat
berprilaku
menggunakan
SIMPUS e-Health.
8. Pengaruh faktor Hot
(Human Organisasi dan
Technology) terhapa
kepuasan pengguna sistem
informasi Primary Care di
Peneliti :
Asih Prasetyowati
Roro Kushartati
Media Publikasi:
Ada pengaruh Human
SDM dan Teknologi
terhadap kepuasan
pengguna Primary
Care sedangkan
wilayah kota semarang Jurnal Manajemen
informasi kesehatan
indonesia Vol. 6
No.1 Maret 2018
ISSN: 2337-6007
(Online); 2337-585X
(Printed)
Tahun:
2018
organisasi tidak
berpengaruh terhadap
kepuasan Pengguna
Primary Care
9 Analisis Penerimaan
Sisitem Informasi
manajemen badan
penyelenggara jaminan
sosial kesehatan kota
makasar tahun 2014
Peneliti :
Hardiaty H.D
Lestari
Istiti Kandariana
Eko Nugroho
Media Publikasi:
Jurnal Manajemen
informasi kesehatan
ISSN: 2548-964X
Vol. 2, No. 11,
November 2014,
hlm. 4539-4547
http://j-ptiik.ub.ac.id
Tahun:
2014
Berdasarkan hasil
pembahasan, maka
penelitian ini
menyimpulkan bahwa
SIM BPJS kesehatan
layana Pcare di
Puskesmas Kota
makasar tahun 2014
belum diterima dengan
baik karena faktor
manfaat, kemudahan
menggunakan minat
menggunakan dan
penerimaan belum
signifikan
berpengaruh:
1. dukungan organisasi
tidak mempengaruhi
pesepsi manfaat
menggunakan SIM
BPJS kesehatan
layanan Pcare di
Puskesmas kota
makasar tahun 2014
2. kontrol prilaku tidak
mempengaruhi
persepsi kemudahan
SIM BPJS kesehatan
layana Pcare di
Puskesmas kota
makasar tahun 2014
3.Persepsi
kemudahantidak
mempengaruhi minat
menggunakan SIM
BPJS Kesehatan
layanan Pcare di
puskesmas kota
makasar tahun 2014.
Namun dipengaruhi
dan berpengaruh sosial
4.user interface,
dukungan organisasi
dan minat tidak
mempengaruhi
penerimaan SIM BPJS
kesehatan layanan
Pcare di Puskesmas
kota makasar tahun
2014. Namun di
pengaruhi oleh
keadaan pendukung
10 Analisis penerimaan sistem
informasi manajemen rum
sakit daerah bangkinang
Peneliti :
Eki Saputra
Misfariyan
Berdasarkan pengujian –
pengujian yang
dilakukan terhadap
menggunakan metode
Technology Acceptance
Model.
Media Publikasi:
Jurnal Sistem
informasi sains dan
teknologi
Tahun:
2016
hipotesis, maka dapat
disimpulkan hal- hal
sebagai berikut:
1. faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi
user dalam
menggunakan sistem
informasi manajemen
(SIMRS) adalah
variabel PEOU
mempunyai hubungan
positif dan sigmnifikan
terhadap PU.
2. Model akhir yang
diperoleh dari
penelitian ini adalah
model yang terdiri dari
kemudahan pengguna
teknologi informasi
(SIMRS) berpengaruh
positif dan signifikan
erhadap manfaat dari
teknologi.
Dari tabel 2.4 penelitian saat ini hampir sama dengan penelitian saras pada
tahun 2016 dengan judul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengguna e-
learning Moodle oleh guru SMK Negeri 2 Yogyakarta dengan pendekatan
Technology Acceptance Model (TAM)” pada penelitian saras menambahkan tiga
variabel ekternal yaitu Self Effiecy, Complexity dan Lack Of Time.
Saras menagnsumsi variabel self effiecy dari penelitian yang telah
dilakukan pada tahun 2008 yang diteliti oleh jogiyanto. Ia menyatakan Self-
efficacy didefinisikan sebagai suatu kepercayaan bahwa seseorang memiliki
kemampuan untuk melakukan perilaku tertentu, self-efficacy merupakan salah
satu faktor eksternal pada perluasan TAM. Karena penelitian ini mengkaji tentang
e-learning, maka istilah self-efficacy disesuaikan menjadi e-learning self-efficacy.
Pada penelitian Shinta (2009) ia mengutip pernyataan dar Davis (1989)
memformulasikan model TAM, dan memberikan saran bahwa penelitian dimasa
yang akan datang perlu melakukan pengujian variabel eksternal dalam memahami
bagaimana seseorang bisa menerima atau menolak sistem teknologi informasi.
Dari beberapa hasil penelitian empiris yang telah dilakukan, diperoleh hasil
bahwa faktor self-efficacy masuk pada lingkungan teknologi komputer, faktor
tersebut berhubungan secara signifikan dengan persepsi para pemakai tentang
teknologi tersebut,
Complexity (kerumitan), saras mengutip pendapat igbaria (1995) Yang mana
ia menemukan bahwa kerumitan dan kegunaan memiliki hubungan yang kuat.
Dan menurut pendapat david (1989) menemukan hubungan yang positif antara
kerumitan dan kemudahan penggunaan.
Lack Of Time (Keterbatasan waktu) merupakan salah satu masalah penting
guru dalam penggunaan ICT, khususnya e-learning. Pada dasarnya, guru sudah
memiliki kemampuan mengoperasikan komputer, akan tetapi karena terbatasnya
waktu yang dimiliki maka penggunaannya menjadi kurang maksimal.