Upload
phunghanh
View
221
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB 2
Teori Dasar
2.1 Jaringan Wireless Mesh
2.1.1 Arsitektur Jaringan
Dikembangkannya Wireless Mesh Network (WMN) sebenarnya bertujuan untuk
mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang ada pada jaringan ad hoc, wireless
local area network (WLAN), wireless personal area network (WPAN) dan
wireless metropolitan area network (WMAN). Sebagai contoh, jaringan WLAN
hanya dapat menjangkau daerah terbatas saja sehingga seringkali menimbulkan
banyak dead zone. Hal tersebut sebenarnya bisa diatasi dengan memakai beberapa
access point (AP). Namun solusi ini tidak efisien karena komunikasi antara 2
node harus selalu melalui AP, walaupun jarak kedua node tersebut berada dalam
area transmisi masing-masing. Jaringan ad hoc
sebenarnya dapat mengatasi hal ini
karena setiap node berfungsi sebagai host maupun router. Tetapi kekurangannya
adalah pengiriman dan penerimaan paket terutama untuk hop yang jauh sangat
tergantung pada node-node antara sumber dan tujuan. WMN dikembangkan untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut.
Dalam WMN, dikenal 2 jenis node yaitu mesh router dan mesh client. Mesh
router biasanya dilengkapi dengan beberapa interface sementara mesh client
hanya memakai 1 interface saja. Node-node konvensional seperti desktop, laptop,
PDA, Pocket PC dan lain sebagainya yang memiliki wireless NIC, dapat
dihubungkan secara langsung dengan wireless mesh router. Selain itu, fungsi
gateway dan bridge pada mesh router memudahkan integrasi WMN dengan
jaringan wireless yang telah ada seperti cellular, wireless sensor, wireless fidelity
(Wi-Fi), worldwide interoperability for microwave access (WIMAX) dan lain
sebagainya.
Pengembangan WMN juga tidak sulit karena hampir semua komponen yang
dibutuhkan telah ada yaitu dalam bentuk protocol routing jaringan ad-hoc,
protokol MAC IEEE 802.11, wired equivalent privacy (WEP) dan lain sebagainya.
6
Saat ini para peneliti sementara mengembangkan standar-standar yang
berhubungan dengan jaringan mesh khususnya pada IEEE 802.11, IEEE 802.15
dan IEEE 802.16.
Dari sisi arsitektur maka WMN diklasifikasikan dalam 3 grup utama berdasarkan
fungsi node yaitu :
1. Infrastructure/backbone WMN.
2. Client WMN.
3. Hybrid WMN.
Infrastructure/backbone meliputi mesh router yang saling dikoneksikan dengan
menggunakan berbagai teknologi radio yang ada untuk membentuk backbone.
Biasanya memakai kanal IEEE 802.11. Fungsi gateway juga di-intergrasikan pada
beberapa router untuk hubungannya dengan jaringan luar. Arsitektur backbone
dapat dilihat pada gambar 2.1 [5]. Garis putus-putus mengindikasikan link
wireless sementara garis yang solid adalah link wired. Konvensional client yang
memakai teknologi radio yang sama dengan mesh router dapat berkomunikasi
secara langsung. Sementara teknologi radio yang berbeda dapat dikoneksikan
melalui base station. Infrastructure/backbone WMN adalah type jaringan yang
paling umum dipakai.
Gambar 2.1 Jaringan Infrastruktur/Backbone Mesh
7
Client WMN membentuk jaringan peer to peer antara device client. Pada bentuk
ini, setiap node secara aktif berpartisipasi dalam menjalankan routing dan
konfigurasi jaringan. Dengan demikian maka setiap node berfungsi sebagai host
penerima maupun router. Mesh router tidak diperlukan pada konfigurasi ini
seperti terlihat pada gambar 2.2 [5].
Arsitektur hybrid WMN menggabungkan backbone maupun client mesh. Client
mesh dapat mengakses jaringan melalui mesh router.
Jadi secara sederhana jaringan wireless mesh adalah pengembangan dari 2 jenis
jaringan sebelumnya dimana bisa dilihat sebagai ad-hoc infrastruktur [8].
Gambar 2.2. Client Mesh
Gambar 2.3 Hybrid Mesh
8
2.1.2 Karakteristik Jaringan
Setelah melihat arsitektur jaringan WMN maka perlu diperhatikan karakteristik
dari WMN. Karakteristik pertama adalah WMN merupakan jaringan wireless
multihop. Ini karena tujuan pengembangan WMN adalah meningkatkan coverage
area dan menghasilkan konektivitas NLOS (non-line-of-sight). Selain itu, WMN
mendukung jaringan ad hoc dengan kemampuan self-forming, self-healing dan
self-organization. Dengan demikian maka peningkatan jumlah node dalam
perluasan jaringan menjadi lebih fleksibel dan mudah. Karakteristik berikut
adalah mobilitas dalam WMN tergantung pada jenis node. Mesh router biasanya
memiliki mobilitas yang minim sementara mobilitas mesh client adalah statis
maupun bergerak. Karakteristik selanjutnya adalah banyak type jaringan akses
yang dipakai. Dalam WMN, akses backhaul ke internet dan komunikasi peer to
peer dapat dilakukan dimana sebagai tambahan, integrasi antara WMN dan
jaringan wireless yang memberikan layanan pada end user, bisa diakses melalui
WMN.
2.1.3 Skenario Aplikasi
Melihat dari karakteristik dan kemampuan WMN, teknologi ini menawarkan
berbagai kemudahan dalam pembuatan jaringan yang biasanya diperumit dengan
perkabelan. Berbagai skenario aplikasi dapat diwujudkan dengan teknologi
WMN. Jaringan rumah pita lebar, jaringan antar tetangga, jaringan perusahaan,
dan jaringan wireless metropolitan area (WMAN) adalah beberapa contohnya.
Gambar 2.4 Jaringan Rumah Pita Lebar
9
Dengan WMN maka jaringan rumah pita lebar dapat dibuat dengan lebih mudah.
Hal ini tentunya merupakan suatu solusi yang menarik karena biasanya
broadband home networking memakai WLAN IEEE 802.11 yang bermasalah
dengan penempatan access point (AP). AP harus ditempatkan secara baik
sehingga menghasilkan dead zone
seminimal mungkin. Namun bila telah
maksimal dan masih banyak dead zone, solusinya bisa saja memakai beberapa
AP. Tetapi dari sisi harga, solusi ini cukup mahal dan diperparah dengan sistem
perkabelan yang dipakai juga cukup merepotkan. Selain itu, komunikasi antara 2
node yang berada pada AP yang berbeda, harus melewati 2 AP tersebut yang
tentunya bukan solusi yang efisien terutama untuk jaringan pita lebar. Bila AP
diganti dengan wireless mesh router maka komunikasi antara node bisa lebih
fleksibel dan lebih handal (gambar 2.4).
Demikian pula dengan jaringan antar tetangga. Jaringan ini sebenarnya hampir
sama dengan jaringan rumah, hanya saja lebih diperluas jangkauannya ke tetangga
dalam suatu komunitas. Pada bentuk ini, mesh router bukan saja melayani node
yang di dalam rumah tetapi juga node-node sepanjang jalan terdekat (gambar 2.5).
Gambar 2.5 Jaringan Antar Tetangga
10
Bahkan dapat ditingkatkan untuk membentuk WMAN seperti pada gambar 2.6.
Dengan demikian maka berbagai aplikasi sistem transportasi, sistem kesehatan
dan medis, otomatisasi gedung, sistem pengawasan keamanan dan berbagai
aplikasi lainnya dapat dilakukan secara mudah. Seseorang dapat dengan gampang
melakukan pemesanan tiket, mengirim data kesehatan, maupun aplikasi lainnya
dengan memakai wireless device (PDA, laptop, dll) tanpa perlu mencari hot-spot
ataupun kabel jaringan.
2.1.4 Jaringan Mesh IEEE 802.11
Sampai dengan saat ini jaringan IEEE 802.11 dapat melayani rate 11 Mbps
(802.11b) dan 54 Mbps (802.11a/g). Penelitian masih terus dilakukan dan
diharapkan 802.11n dapat meningkat kecepatan Wi-fi sebesar 10 sampai 20 kali.
Sehubungan dengan makin berkembangnya jaringan mesh maka dibentuk badan
kerja dalam IEEE 802.11yang disebut 802.11s untuk standarisasi extended service
set (ESS). IEEE 802.11s bertujuan untuk mendefinisikan layer MAC dan PHY
untuk jaringan mesh.
Gambar 2.6 Wireless Metropolitan Area Network
11
Jaringan wi-fi mesh dapat diimplementasikan dalam 2 model yaitu infrastructure
/backbone dan client mesh. Pada mode infrastruktur, access point/wireless mesh
router akan saling dihubungkan secara wireless dan membentuk backbone. Dari
sisi mesh router, mereka terkoneksi secara ad hoc[8]. Untuk client mesh, seluruh
device bekerja dalam mode ad hoc.
2.1.5 Protokol Routing
Saat ini telah banyak algoritma routing yang diusulkan pada IETF. Banyak
pendekatan yang dipakai dalam merancang protokol-protokol tersebut. Namun
semuanya dibuat dengan tujuan [3] :
1. Minimal control overhead. Pesan control cukup memakan bandwidth,
resource dan power baik untuk transmit maupun menerima pesan. Dengan
demikian maka protokol routing sebaiknya jangan menghasilkan terlalu
banyak overhead.
2. Minimal processing overhead. Algoritma yang kompleks membutuhkan
proses yang berulang-ulang pada device. Proses ini juga menyebabkan
konsumsi battery semakin banyak. Dengan demikian maka routing
diharapkan memiliki pemrosesan yang minimum sehingga lebih efisien.
3. Multihop routing capability. Dunia wireless biasanya cukup besar dari sisi
jaringan sehingga node tujuan seringkali berada di luar jangkauan node
sumber. Dalam hal ini protokol routing harus dapat menangani rute
multihop antara sumber dan tujuan sehingga komunikasi dapat terlaksana.
4. Dynamic topology maintenance. Sebuah rute yang telah terbentuk dapat saja
putus karena berbagai sebab. Protokol routing harus mampu menangani
kegagalan link tersebut secara cepat dengan minimum overhead.
5. Loop prevention. Loop routing terjadi saat sebuah atau beberapa node
memilih jalur atau rute ke node tujuan, dimana rute tersebut melewati node
yang telah dalam jalur yang dipilih sebelumnya. Dengan kata lain dalam 1
path, sebuah node dilewati 2 kali atau lebih. Sehubungan dengan
keterbatasan bandwidth maka loop routing harus dihindari.
12
Secara umum, protokol routing jaringan ad hoc dibagi dalam 3 bagian besar yaitu
protocol routing proaktif, reaktif dan hybrid [6]. Protokol proaktif selalu menjaga
konsistensi dan informasi routing sehingga rute selalu ada saat dibutuhkan.
Informasi routing selalu dipertukarkan dengan interval yang tetap. Hasilnya
adalah tabel routing selalu terjaga dan terbaharui sehingga protocol ini disebut
juga protocol table-driven. Yang termasuk jenis proaktif adalah protocol
Destination-Sequence Distance Vector (DSDV), Clusterhead Gateway Switch
Routing (CGSR), Wireless Routing Protocol (WRP), Global State Routing (GSR),
Optimized Link State Routing (OLSR), Fisheye State Routing (FSR), Lanmark
Routing dan masih banyak lagi.
Pada DSDV, setiap node menjaga 1 rute untuk 1 tujuan pada tabel routingnya
berdasarkan rute terpendek (hop terpendek). Untuk mecegah loop routing
digunakan angka destination sequence. Sebuah node akan meningkatkan angka
sequence-nya saat dirasa ada perubahan pada node-node tetangganya. Angka
inilah yang digunakan untuk memilih beberapa rute alternative ke tujuan yang
sama. Rute yang memiliki angka tertinggi yang akan dipilih. DSDV, CGSR dan
WRP merupakan jenis protokol routing proaktif berbasis distance vector.
OLSR dan FSR merupakan proaktif protocol dengan memakai pendekatan link
state. Dalam OLSR, informasi yang dipertukarkan bukan keseluruhan tabel
routing tetapi hanya subset dari link ke multi point relay (MPR). Selanjutnya
informasi tersebut akan dipertukarkan antar MPR node. Secara lebih jelas akan
dijelaskan pada bab tersendiri.
Protokol FSR juga mengoptimasi algoritma link state dengan memakai
pendekatan fisheye. Pada teknik tersebut, node-node akan dikelompokkan sesuai
dengan jaraknya atau hop-nya. Dalam terminology FSR disebut scope. Frekuensi
pengiriman informasi routing untuk scope yang jauh akan lebih rendah daripada
yang node yang berada dalam scope yang dekat.
13
Protokol routing reaktif atau on-demand hanya akan melakukan proses pencarian
saat rute tersebut dibutuhkan. Saat rute telah ditemukan, rute tersebut akan tetap
dijaga oleh sampai dengan node tujuan tidak dapat dicapai lagi atau rute tersebut
tidak lagi digunakan/expired [6]. Beberapa protocol routing yang termasuk dalam
jenis reaktif diantaranya Dynamic Source Routing (DSR), Ad-hoc On-demand
Distance Vector (AODV), Temporally Ordered Routing Algorithm (TORA),
Associativity-Based Routing (ABR) dan Signal Stability Routing (SSR).
Dibandingkan dengan protokol distance vector lain (DSDV), AODV
menghasilkan trafik control yang sangat minim karena sifat on-demand-nya.
Seperti juga dengan DSR, pencarian rute akan diawali oleh node sumber yang
mempunyai data yang ingin dikirimkan. Pesan route request akan dibroadcast ke
jaringan sampai node tujuan atau node lain (intermediate node) membalas pesan
tersebut. AODV memakai pendekatan yang lebih sederhana dari DSR dimana
paket AODV hanya memuat alamat tujuan sementara paket DSR memuat seluruh
informasi path ke node tujuan. Pada DSR, rute ke tujuan ditentukan node sumber.
Sementara AODV menggunakan pendekatan hop by hop routing.
Secara umum, bila dilihat dari trafik kontrol dan konsumsi daya maka protokol
reaktif lebih unggul dari protokol proaktif karena rute hanya akan dicari saat
dibutuhkan. Sementara bila QoS menjadi pertimbangan maka protokol proaktif
lebih baik dari protokol reaktif karena rute ke setiap tujuan selalu ada dan
diperbaharui sehingga delay end to end memiliki nilai yang kecil.
Keunggulan dari 2 jenis protokol tersebut diaplikasikan pada protokol routing
hybrid. Pada protokol ini, sifat proaktif maupun reaktif diimplementasikan
berdasarkan zona tertentu. Node-node akan dibagi dalam radius (dalam hop)
tertentu. Node yang berada di luar zona memakai pendekatan reaktif sementara
yang berada dalam radius mengimplementasikan protokol proaktif. Zone Routing
Protocol (ZRP), Hierarchical State Routing (HSR), Zone-based Hierarchical Link
State (ZHLS) dan Distance Routing Effect Algorithm for Mobility (DREAM)
adalah beberapa contoh dari protokol routing hybrid.
14
2.2 OLSR (Optimized Link State Routing)
Protokol routing ini adalah proaktif routing untuk jaringan mobile ad hoc
(MANET). Sesuai dengan sifatnya maka protokol ini memiliki keuntungan dalam
delay karena route yang diperlukan telah ada sebelum dibutuhkan. Tetapi hal ini
harus dipertukarkan dengan banyaknya overhead yang dihasilkan. Untuk
mengurangi overhead tersebut maka pada OLSR digunakan teknik flooding MPR
dimana hanya node-node yang dipilih sebagai MPR node saja yang dapat
meneruskan paket kontrol yang diterima. Teknik ini cukup mengurangi overhead
yang dihasilkan secara signifikan [13]. Selain itu, OLSR hanya akan mem-
broadcast link state secara partial untuk perhitungan rute terpendek.
2.2.1 Elemen-elemen OLSR
OLSR secara kontinyu menjaga rute ke seluruh tujuan dalam jaringan.
Keuntungan yang lain adalah protokol ini tidak membutuhkan pengiriman paket
kontrol yang handal karena paket-paket tersebut akan terus dibangkitkan secara
periodik oleh setiap node. Selain itu, setiap paket kontrol ditandai dengan deretan
angka berurutan yang akan bertambah 1 setiap paket dibangkitkan. Dengan
demikian maka penerima dapat dengan mudah memutuskan apakah paket harus
diproses atau langsung dibuang. Hal tersebut berhubungan dengan informasi yang
dikandung oleh paket tersebut apakah informasi tersebut baru ataukah sudah
pernah diterima sebelumnya.
Secara konsep, OLSR memiliki 3 elemen umum yaitu : mekanisme untuk
neighbor sensing, mekanisme untuk pendifusian trafik kontrol secara efisien dan
mekanisme untuk memilih dan mendifusikan informasi topologi dalam jaringan
untuk perhitungan rute yang optimal. Elemen-elemen ini akan dijelaskan secara
lebih detail pada sub bab berikutnya.
2.2.2 Pendeteksian Node Tetangga
Secara sederhana neighbor sensing / penginderaan node tetangga adalah proses
dimana sebuah node mendeteksi perubahan pada node tetangganya. Dalam
terminology OLSR [13], sebuah node misalnya A, disebut node tetangga dari B
15
bila ada link langsung antara keduannya dimana data bisa ditransmisikan.
Transmisi tersebut bisa 1 arah maupun 2 arah. Jika trafik hanya dapat mengalir 1
arah maka link tersebut disebut asymmetric. Sementara untuk trafik yang dapat
mengalir 2 arah maka link tersebut disebut symmetric.
Selanjutnya bila ada
symmetric link antara node A dan node B maka node A disebut symmetric
neighbor dari node B dan sebaliknya.
Pada protokol OLSR juga dikenal istilah 2-hop neighbor. 2-hop neighbor dari
node A adalah node-node yang memiliki symmetric link ke symmetric neighbor
dari node A.
Mekanisme neighbor sensing dalam OLSR didesain untuk bekerja secara
independen. Setiap node secara periodik mem-broadcast paket Hello yang mana
memuat alamatnya sendiri dan list dari tetangga yang diketahui oleh node
tersebut, termasuk status link ke setiap tetangganya (symmetric atau asymmetric).
Setelah menerima pesan Hello, sebuah node kemudian dapat mengambil
informasi yang menjelaskan tetangga dan 2-hop tetangganya. Selain itu, informasi
mengenai kualitas link dari tetangganya dapat pula ditetapkan. Link dari node A
ke node tetangga B adalah symmetric jika node A dapat melihat alamatnya pada
pesan Hello yang dikirim oleh node B.
Setiap node menyimpan informasi yang menggambarkan tetangga dan 2-hop
tetangganya. Informasi tersebut tetap valid sampai dengan batasan periode waktu
tertentu. Informasi ini harus diperbaharui agar tetap valid karena akan dihapus bila
telah kedaluarsa.
2.2.3 MPR Flooding
Pesan Hello hanya dipertukarkan antar tetangga (sejauh 1 hop). Pesan ini dapat
membawa informasi topologi sampai dengan 2 hop. Tetapi karena jaringan bisa
saja lumayan besar apalagi pada WMN, maka informasi topologi harus
ditransmisikan ke seluruh jaringan. Untuk hal tersebut maka dalam OLSR
diperkenalkan bentuk generic yang secara efisien menyebarkan trafik control
16
topologi ke seluruh jaringan. Mekanisme tersebut bekerja secara independen yang
disebut dengan MPR-flooding (Multi Point Relay-flooding). Mekanisme ini cocok
diterapkan pada jaringan wireless dimana bandwidth sangat terbatas sehingga
overhead trafik control bisa dijaga minimum.
Bila dibandingkan dengan pure flooding dimana seluruh node langsung
melakukan retransmisi pesan control yang diterimanya maka dapat menyebabkan
overhead routing yang besar. Sebuah node dapat saja menerima 2 pesan yang
sama dari 2 node tetangganya.
Seperti terlihat pada gambar 2.7, jika memakai teknik MPR maka retransmit pesan
control dapat berkurang bila dibandingkan dengan teknik flooding biasa pada
gambar (a). Hal inilah yang membuat protocol ini disebut versi optimasi dari
protocol link state sebelumnya. Optimasi ini dilakukan dengan cara : sebuah node
memilih subset dari symmetric neighbor-nya yang disebut dengan node MPR.
Setiap node mungkin saja dipilih sebagai MPR oleh MPR selector. Node-node
yang terpilih sebagai node MPR bertanggung jawab untuk merelay pesan dari
pemilihnya.
Gambar 2.7 Teknik Flooding (a) Flooding biasa (b) MPR flooding
(a) (b)
17
Saat memilih node MPR, sebuah node juga memanfaatkan informasi mengenai
tetangga 2-hop yang didapat dari proses sensing tetangga. Seluruh node memilih
MPR mereka secara independen. Node akan memberitahu MPR node yang
dipilihnya melalui pesan Hello yang dikirimkannya.
Dengan demikian maka saat menggunakan flooding MPR, aturan untuk
meneruskan pesan control yang diterima oleh sebuah node :
1. Pesan memang dimaksudkan untuk diteruskan (ditandai oleh informasi
pada header pesan),
2. Pesan belum pernah diterima sebelumnya dan
3. Node penerima telah dipilih sebagai node MPR oleh node pengirim pesan
tersebut.
Pemilihan node-node MPR dilakukan memakai algoritma greedy. Setiap node
akan memilih node-node tetangganya yang dapat menghubungkannya dengan 2
hop tetangganya. Syaratnya bahwa status link sampai dengan 2 hop tersebut
adalah symmetric. Node-node yang berjarak 1 hop inilah yang disebut dengan
node MPR. Pemilihan ini akan terus berlangsung sampai seluruh 2 hop
tetangganya telah tercakupi [7][13].
Dengan demikian maka dalam OLSR pesan Hello bertanggung jawab terhadap 3
tugas sekaligus yaitu :
1. Melakukan sensing link.
2. Pendeteksian node tetangga.
3. Signaling pemilihan node MPR.
2.2.4 Informasi Topologi
Mekanisme flooding MPR digunakan secara langsung oleh OLSR untuk
menyebarkan informasi topologi ke seluruh jaringan. Pada OLSR, node MPR
secara periodic membangkitkan pesan Topology Control (TC). Pesan inilah yang
disebarkan ke seluruh jaringan menggunakan flooding MPR. Pesan TC memuat
alamat dari node yang membangkitkan pesan tersebut dan juga alamat seluruh
node pemilihnya (MPR selector set).
18
Dengan demikian maka seluruh node hanya akan menerima parsial topologi atau
mempertukarkan parsial topologi antara node dan MPR selector-nya. Tetapi
hasilnya adalah seluruh node dan link yang berhubungan dalam jaringan bisa
didapat. Dengan memakai informasi tersebut maka tabel routing jalur terpendek
dengan algoritma Dijkstra dapat dikalkulasi. Informasi topologi pada setiap node
akan tetap valid selama periode waktu tertentu dan harus diperbaharui secara
periodik agar tidak expired.
2.2.5 Format Paket OLSR
Format paket protocol OLSR diperlihatkan pada gambar 2.8. Format ini adalah
bentuk umum dari paket OLSR yang dikirimkan
Packet header mencakup
Packet Header
Packet Length dan Packet Sequence Number.
Packet length diisi sesuai dengan panjang paket dalam byte. Sementara
untuk packet sequence number harus ditambah 1 (satu) setiap sebuah paket
OLSR ditransmisikan.
Gambar 2.8 Format Paket Protokol OLSR
19
Bagian ini menjelaskan tipe pesan yang akan ditemukan pada bagian
“Message”.
Message Type
Vtime
Bagian ini menjelaskan berapa lama pesan ini dinyatakan valid setelah
diterima. Pesan ini akan tetap valid sampai dengan vtime-nya kecuali ada
informasi baru yang diterima. Validity time diwakili oleh mantissa (4 MSB
dari Vtime field) dan exponent (4 LSB Vtime field). Dengan kata lain :
Validity time = (dalam detik)
Dimana a adalah bilangan bulat yang mewakili 4 bit pertama dari bagian
Vtime dan b mewakili 4 bit terakhirnya. C adalah suatu nilai konstanta yang
besarnya adalah : . Konstanta ini merupakan
faktor pengali dari perhitungan Vtime maupu Htime.
Bagian ini menginformasikan besar pesan yang ditampilkan dalam byte.
Besarnya diukur dari awal message type sampai dengan message type
berikutnya. Bila tidak ada pesan berikutnya maka dihitung sampai akhir
pesan.
Message Size
Bagian ini memuat main address dari node yang membangkitkan pesan
tersebut. Bagian ini berbeda dengan source address pada header IP yang
mana selalu berubah pada intermediate node. Main address tidak boleh
berubah selama re-transmisi.
Originator Address
Time To Live
Bagian ini memuat jumlah hop maximum dari pesan yang ditransmisikan.
Sebelum sebuah pesan dikirim lagi oleh intermediate node, TTL harus
dikurangi 1. Saat sebuah node menerima pesan yang memiliki TTL adalah 0
atau 1 maka pesan tersebut tidak boleh ditransmisikan lagi. TTL berguna
untuk membatasi radius flooding.
Bagian memuat informasi jumlah hop yang telah dilalui oleh sebuah pesan.
Field ini akan ditambahkan 1 setiap akan ditransmisikan.
Hop Count
20
Saat membangkitkan sebuah pesan, sebuah node akan memasukan angka
identifikasi yang unik untuk sebuah pesan. Field ini dipakai untuk
memastikan bahwa pesan ini tidak boleh ditrasnmisikan lebih dari satu kali
oleh setiap node.
Message Sequence Number
2.2.6 Format Pesan Hello
Untuk mengakomodasi link sensing, pendeteksian tetangga dan pemilihan node
MPR digunakan pesan Hello. Format dari pesan tersebut dapat dilihat pada
gambar 2.9. Pesan Hello dikirimkan sebagai bagian data dari format paket. Bagian
message type dari paket (gambar 2.8) harus di-set ke Hello_Message dan TTL
diset ke 1(satu) sementara Vtime disesuaikan dengan Neighb_Hold_Time yang
akan dijelaskan kemudian.
Bagian ini untuk penggunaan masa mendatang dan harus diset ke 0(nol)
semuanya.
Reserved
Bagian ini menjelaskan interval emisi pesan Hello yang digunakan oleh
node tersebut. Sama seperti VTime, HTime juga diwakili oleh mantissa dan
exponent bit dari field HTime.
HTime
Bagian ini menjelaskan boleh tidaknya sebuah node menerima dan
meneruskan trafik buat node yang lain. Node yang ter-set WILL_NEVER
tidak boleh dipilih oleh node lain sebagai node MPR sementara node dengan
willingness WILL_ALWAYS harus selalu dipilih sebagai node MPR.
Willingness
Bagian ini menjelaskan informasi mengenai link antara interface pengirim
dan interface node tetangga berikutnya. Juga menjelaskan informasi
mengenai status tetangganya. Bila link code tidak diketahui maka pesan
langsung dibuang.
Link Code
21
Bagian ini menjelaskan ukuran link message. Besarnya dalam byte dan
dihitung dari awal bagian link code sampai awal link code berikutnya atau
akhir pesan bila tidak ada pesan berikutnya.
Link Message Size
Berisi alamat interface dari node tetangga.
Neighbor Interface Address
2.2.7 Format Pesan Topology Control (TC)
Gambar 2.9 Format Pesan Hello
Gambar 2.10 Format Pesan TC
22
Bila pesan TC yang akan dikirimkan maka “Message Type” dari format paket di
set ke TC_MESSAGE. TTL diatur ke 255 (nilai maximum) agar pesan dapat
disebarkan ke seluruh jaringan. Nilai VTime diatur sesuai dengan
TOP_HOLD_TIME yang akan dijelaskan kemudian.
Angka berhubungan dengan perubahan pada node tetangga. Setiap kali
sebuah node mendeteksi perubahan pada node tetangga, sequence number-
nya ditingkatkan. Angka ini dimasukan dalam ANSN dari pesan TC agar
informasi yang dikandungnya bisa dibedakan mana yang lebih baru. Saat
sebuah node menerima sebuah pesan TC, dia dapat memilih apakah
menerima ataukah langsung membuang pesan tersebut dengan melihat
ANSN.
Advertised Neighbor Sequence Number (ANSN)
Field ini memuat main address dari node tetangga. Seluruh main address
tetangga dari node pengirim pesan TC dimasukan dalam pesan TC tersebut.
Jika besar pesan tersebut telah mencapai maksimum sementara masih ada
main address yang perlu dimasukan dalam pesan TC, maka pesan TC dapat
dibangkitkan lagi dan juga main address yang telah dimasukkan sebelumnya
dapat pula dicantumkan lagi jika diinginkan adanya redundancy.
Advertised Neighbor Main Address
Field ini diisi dengan 0(nol) seluruhnya.
Reserved
2.2.8 Standar Tipe Pesan dan Interval Waktu OLSR
Untuk interval pesan Hello maupun pesan TC :
HELLO_INTERVAL = 2 detik
REFRESH_INTERVAL = 2 detik
TC_INTERVAL = 5 detik
Sementara standar waktu berlakunya data pada database tetangga maupun
topologi :
NEIGHB_HOLD_TIME = 3 × REFRESH_INTERVAL
TOP_HOLD_TIME = 3 × TC_INTERVAL
23
Nilai pada paket format akan disesuaikan sebagai berikut :
HELLO_MESSAGE = 1
Message Type
TC_MESSAGE = 2
UNSPEC_LINK = 0
Link Type
ASYM_LINK = 1
SYM_LINK = 2
LOST_LINK = 3
NOT_NEIGH = 0
Neighbor type
SYM_NEIGH = 1
MPR_NEIGH = 2
WILL_NEVER = 0
Willingness
WILL_LOW = 1
WILL_DEFAULT = 3
WILL_HIGH = 4
WILL_ALWAYS = 7