39
6 diafisis memiliki lapisan luar berupa tulang kompakta yang melindungi sebuah rongga tengah yang disebut kanal medulla yang mengandung sumsum kuning. Sumsum kuning terdiri dari lemak dan pembuluh darah, tetapi suplai darah atau eritrositnya tidak banyak. Tulang epifisis terdiri dari tulang spongiosa yang mengandung sumsum merah yang isinya sama seperti sumsum kuning dan dibungkus oleh selapis tipis tulang kompakta. Bagian luar tulang panjang dilapisi jaringan fibrosa kuat yang disebut periosteum. Lapisan ini kaya dengan pembuluh darah yang menembus tulang. Periostenum memberi nutrisi tulang di bawahnya melalui pembuluh darah. Jika periostenum robek, tulang di bawahnya akan mati. Periostenum berperan untuk pertambahan kekebalan tulang melalui kerja osteoblas. Periostenum berfungsi protektif dan merupakan tempat pelekatan tendon. Periostenum tidak ditemukan pada permukaan sendi. a. Tulang Pendek Tulang pendek (mis; falang, karpal) bentuknya hampir sama dengan tulang panjang, tetapi bagian distal lebih kecil dari pada bagian proksimal, serta berukuran pendek dan kecil. b. Tulang Pipih Tulang pipih (mis; sternum, kepala, scapula, panggul) bentuknya gepeng, berisi sel-sel pembentuk

Bab 2 Pembahasan Osteoporosis (Hal 6-30)

  • Upload
    juan

  • View
    25

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kesehatan tulang

Citation preview

30

diafisis memiliki lapisan luar berupa tulang kompakta yang melindungi sebuah rongga tengah yang disebut kanal medulla yang mengandung sumsum kuning. Sumsum kuning terdiri dari lemak dan pembuluh darah, tetapi suplai darah atau eritrositnya tidak banyak. Tulang epifisis terdiri dari tulang spongiosa yang mengandung sumsum merah yang isinya sama seperti sumsum kuning dan dibungkus oleh selapis tipis tulang kompakta. Bagian luar tulang panjang dilapisi jaringan fibrosa kuat yang disebut periosteum. Lapisan ini kaya dengan pembuluh darah yang menembus tulang. Periostenum memberi nutrisi tulang di bawahnya melalui pembuluh darah. Jika periostenum robek, tulang di bawahnya akan mati. Periostenum berperan untuk pertambahan kekebalan tulang melalui kerja osteoblas. Periostenum berfungsi protektif dan merupakan tempat pelekatan tendon. Periostenum tidak ditemukan pada permukaan sendi.a. Tulang PendekTulang pendek (mis; falang, karpal) bentuknya hampir sama dengan tulang panjang, tetapi bagian distal lebih kecil dari pada bagian proksimal, serta berukuran pendek dan kecil.b. Tulang PipihTulang pipih (mis; sternum, kepala, scapula, panggul) bentuknya gepeng, berisi sel-sel pembentuk darah, dan melindungi organ vital dan lunak di bawahnya. Tulang pipih terdiri dari 2 lapis tulang kompakta dan di bagian tengahnya terdapat lapisan spongiosa. Tulang ini juga dilapisi oleh periostenum yang dilewati oleh dua kelompok pembuluh darah menembus tulang untuk menyuplai tulang kompakta dan tulang spongiosa.c. Tulang Tidak BeraturanTulang tidak beraturan (mis; vertebra, telinga tengah) mempunyai bentuk yang unik sesuai fungsinya. Tulang tidak beraturan terdiri dari tulang spongiosa yang dibungkus oleh selapis tipis tulang kompakta. Tulang ini diselubungi periostenum kecuali pada permukaan sendinya seperti tulang pipih. Periostenum ini memberi dua kelompok pembuluh darah untuk mensuplai tulang kompakta dan spongiosa.d. Tulang SesamoidTulang sesamoid (mis; patella) merupakan tulang kecil yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan dengan persendian, berkembang bersama tendon dan jaringan fasia.

2.1.3 Struktur tulangTersusun oleh jaringan tulang kompakta (kortikal) dan kanselus (trabekular atau spongiosa). Tulang kompakta terlihat padat, akan tetapi jika diperiksa dengan makroskop terdiri dari sistem havers. Sistem havers terdiri dari kanal havers, sebuah kanal havers mengandung pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe, lamela (lempengan tulang yang mengelilingi kanal sentral), kaluna (ruang di antara lamella yang mengandung sel-sel tulang atau osteosit dan saluran limfe), dan kanalikuli (saluran kecil yang menghubungkan lacuna dan kanal sentral). Saluran ini mengandung pembuluh limfe yang membawa nutrient dan oksigen ke osteosit.

2.1.4 Sel-sel penyusun tulangTerdiri dari:a. Osteoblasberfungsi menghasilkan jaringan osteosid dan mensekresi sejumlah besar fosfatase alkali yang berperan penting dalam pengendapan kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang.b. Osteositadalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.c. Osteoklasadalah sel-sel berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi. Sel-sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecah matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam darah.

2.1.5 Pertumbuhan dan metabolismePertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh sejumlah mineral danehormon yang meliputi:a. Kalsium dan fosforJumlah kalsium dalam tulang 99% dan fosfor 90%. Konsentrasi kalsium dan fosfor mempunyai ikatan yang sangat erat. Jika kadar Ca meningkat, jumlah fosfor berubah. Keseimbangan kalsium dan fosfor dipertahankan oleh kalsitonin dan hormon paratiroid (PTH).b. KalsitoninDiproduksi oleh kelenjar tiroid dan menurunkan konsentrasi Ca serum. Jika jumlah kalsitonin meningkat diatas normal, kalsitonin menghambat absorbsi kalsium dan fosfor dalam tulang serta meningkatkan ekskresi kalsium dan fosfor melalui urine sehingga dibutuhkan Ca dan fosfor.c. Vitamin D Terkandung dalam lemak hewan, minyak ikan, dan mentega. Tubuh manusia juga dapat memproduksi vitamin D. Sinar ultra violet sinar matahari dapat mengubah ergosterol pada kulit menjadi vit. D. Vitamin D diperlukan agar kalsium dan fosfor dapat diabsorpsi dari usus dan digunakan tubuh. Defisiensi vitamin D mengakibatkan defisit mineralisasi, deformitas, patah tulang, penyakit rikets pada anak-anak, dan osteomalasia pada orang dewasa.d. Hormon paratiroid (PTH)Pada saat kadar Ca menurun, sekresi PTH meningkat dan menstimulasi tulang untuk meningkatkan aktivitas osteoblastik dan menyumbangkan kalsium ke darah. Jika kadar Ca meningkatkan sekresi PTH diminimalkan, hormon tersebut mengurangi ekskresi Ca di ginjal dan memfasilitasi absorbsinya dari usus halus. Hal ini untuk mempertahankan suplai Ca di tulang. Respon ini merupakan contoh umpan balik sistem Loop yang terjadi dalam sistem endokrin.e. Hormon pertumbuhan (GH)Bertanggung jawab meningkatkan panjang tulang dan menentukan jumlah matriks tulang dibentuk sebelum masa pubertas. Sekresi yang meningkat selama masa kanak-kanak menghasilkan gigantisme dan menurunnya sekresi menghasilkan dwarfisme. Pada orang dewasa, peningkatan tersebut menyebabkan akromegali yang ditandai oleh kelainan bentuk tulang dan jaringan lemak.f. GlukokortikoidMengatur metabalolisme protein. Pada saat dibutuhkan, hormon dapat meningkatkan atau menurunkan katabolisme untuk mengurangi atau mengintensifkan matriks organik ditulang dan membantu dalam pengaturan kalsium di intestinum dan absorpsi fosfor.g. Hormone seksual 1) Estrogen menstimulasi aktivitas osteoblastik dan cenderung menghambat peran hormon paratiroid. Jumlah estrogen menurun saat menopause sehingga penurunan kadar kalsium pada tulang dalam waktu lama menyebabkan osteoporosis.2) Androgen seperti testosteron meningkatkan anabolisme dan massa tulang.

2.1.6 SendiPergerakan tidak mungkin terjadi jika kelenturan dalam rangka tulang tidak ada. Kelenturan dimungkinkan oleh adanya persendian. Sendi adalah suatu ruangan, tempat satu atau dua tulang berada saling berdekatan. Fungsi utama sendi adalah memberikan pergerakan dan fleksibilitas dalam tubuh. Bentuk persendian ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakannya, sedangkan klasifikasi sendi berdasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan. Menurut klasifikasinya, sendi terdiri dari:a. Sendi sinartrosis (sendi yang tidak bergerak sama sekali), contohnya satura tulang tengkorak.b. Sendi amfriartosis (sendi bergerak terbatas) contohnya pelvic, simfisis, dan tibia.c. Sendi diartrosis atau sinoval (sendi bergerak bebas). Contohnya siku, lutut, dan pergelangan tangan. Berdasarkan strukturnya, sendi dibedakan atas:a. FibrosaSendi ini tidak memiliki lapisan tulang rawan, dan tulang yang satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. Contohnya, sutura tulang tengkorak perlekatan tulang tibia dan fibula bagian distal.b. KartilagoSendi yang ujung-ujung tulangnya terbungkus oleh tulang rawan hialin, disokong oleh ligament dan hanya dapat sedikit bergerak. Sendi ini terbagi menjadi 2, yaitu:1) SinkondrosisSendi-sendi yang seluruh persendiannya diliputi oleh tulang rawan hialin. Contohnya, sendi-sendi kostokondral.2) SimfisisSendi yang tulang-tulangnya memiliki suatu hubungan fibrokartilago dan selapis tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti permukaan sendi. Contohnya, simfisis pubis dan sendi tulang punggung.3) Sendi synovialSendi tubuh yang dapat digerakan serta memiliki rongga sendi dan permukaan sendi yang dilapisi tulang rawan hialin. Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum dalam tubuh dan berasal dari kata sinovium yang merupakan membran yang mensekresi cairan synovial untuk lumbrikasi dan absorpsi syok. Kondrosit merupakan satu-satunya sel hidup di dalam tulang rawan sendi. Kondrosit ini dipengaruhi oleh faktor anabolik dan faktor katabolik dalam mempertahankan keseimbangan sintesis dan degradasi. Faktor katabolik utama diperankan oleh sitoksininterkeukin 1 beta, dan tumor necrosis factor alfa. Sedangkan factor anabolic diperankan oleh transforming growth factor (TGF beta) dan insulin-like growth factor 1 (IGF 1). Dalam menjaga keseimbangan atau homeostasis apabila terjadi osteoarthritis kondrositakan meningkatkan aktivitas sitokinin yang menyebabkan dikeluarkannya mediator inflamasi dan matriks metalloproteinase (MMP). 2.1.7 OtotOtot skeletal secara volunteer dikendalikan oleh sistem saraf pusat dan perifer. Penghubung antara saraf motorik perifer dan sel-sel otot dikenal sebagai motor end-plate. Otot dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:a. Otot rangka (lurik)Diliputi oleh kapsul jaringan ikat. Lapisan jaringan ikat yang membungkus otot disebut fasia otot atau episium. Otot ini terdiri dari berkas-berkas sel otot kecil yang dibungkus lapisan jaringan ikat yang disebut perimisium. Sel otot ini dilapisi jaringan ikat yang disebut endomisium.b. Otot visceral (polos)Terdapat pada saluran pencernaan, saluran perkemihan, dan pembuluh darah. Otot ini dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah kontrol (keinginan).c. Otot jantungDitemukan hanya pada jantung dan kontraksinya di luar kontrol atau di luar keinginan. Otot berkontraksi jika ada rangsangan dari adenosine trifosfat (ATP) dan kalsium.

Otot SkeletFungsi otot skelet adalah mengontrol pergerakan, mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan panas.1) Eksitabilitas adalah kesanggupan sel untuk menerima dan merespon stimulus. Stimulus biasanya dihantarkan oleh nuerotransmiter yang dikeluarkan oleh neuron dan respons yang distransmisikan dan dihasilkan oleh potensial aksi pada membran plasma dari sel otot.2) Kontraktibilitas adalah kesanggupan sel untuk merespon stimulus dengan memendek secara paksa.3) Ekstensibilitas adalah kesanggupan sel untuk merespons stimulus dengan memperpanjang dan memperpendek serat otot saat relaksasi ketika berkontraksi dan memanjang jika rileks.4) Elastisitas adalah kesanggupan sel untuk menghasilkan waktu istirahat yang lama setelah memendek dan memanjang.

2.1.8 Kontraksi OtotOtot berkontraksi jika ada rangsangan. Energi kontraksi berasal dari pemecahan adenosine trifosfat (ATP) dan kalsium. Beberapa tipe kontraksi otot yaitu:a. Tonik yaitu kontraksi sebagian otot secara terus menerus yang penting dalam mempertahankan postur tubuh.b. Isotonik adalah kontraksi otot yang otot menjadi tegang, tetapi kontraksi tersebut tidak mengubah otot, hanya mengubah panjang otot (otot lebih pendek).c. Isometrik, pada isometrik ketegangan otot meningkat, namun otot menjadi lebih pendek.d. Twich adalah reaksi sentakan (reflex) pada suatu stimulus.e. Tetanik adalah kontraksi yang lebih menopang daripada twitch yang dihasilkan akibat rangkaian stimulus yang cepat.f. Treppe adalah twitch yang lebih kuat dalam merespons stimulus yang terus-menerus berulung secara konstan dan kuat.g. Fibrillation adalah kontraksi asincronus pada setiap otot individu.h. Konvulsi adalah kontraksi titanik yang tidak terkoordinir secara normal pada kelompok otot tertentu.

2.1.9 Struktur lain dalam sistem muskuloskeletala. LigamenLigamen adalah sekumpulan jaringan fibrosa yang tebal yang merupakan akhir dari suatu otot dan berfungsi mengikat suatu tulang.

b. TendonTendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrosa yang membungkus setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon, khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membran synovial yang memberi lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.c. FasiaFasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung di bawah kulit sebagai fasia superficial (sebagai pembungkus tebal) jarigan penyambung fibrosa yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.d. BursaeBursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung, yang digunakan di atas bagian yang bergerak (mis, antara kulit dan tulang, antara tendon dan tulang/otot). Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak (mis, bursaeolekranon yang terletak di antara presesus dan kulit).

2.2 Osteoporosis2.2.1 PengertianOsteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang cirinya adalah pengurangan massa tulang dan kemunduran mikro arsitektur tulang sehingga meningkatkan risiko fraktur oleh karena fragilitas tulang meningkat.Sedangkan menurut (Gallagher, 1999), Osteoporosis adalah penyakit metabolik tulang yang memiliki penurunan matriks dan proses mineralisasi yang normal tetapi massa atau densitas tulang berkurang. Dengan demikian dapat diperoleh kesimpulan bahwa osteoporosis merupakan penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang.

2.2.2 EtiologiPenyebab osteoporosis secara pasti belum diketahui. Faktor resiko terjadinya osteoporosis:a. Jenis kelamin (wanita);b. Diet rendah kalsium;c. Orang Caucasion atau Asian- Amerika;d. Pecandu alkohol;e. Perokok;f. Kurang aktivitas; dang. Penggunaan obat dalam jangka waktu lama: Kortikosteroid.

Sedangkan beberapa penyebab osteoporosis dalam (Junaidi, 2007), yaitu:1) Osteoporosis pasca menopause, terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen produksinya menurun 2-1 tahun sebelum menopause dan terus berlangsung 1-7 tahun setelah menopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.2) Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan pembentukan tulang baru (osteoblast). Senilis berati bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia di atas 70 tahun dan 2 kali lebih sering wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause. 3) Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder yang disebakan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal), serta obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti kejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dapat memperburuk keadaan ini.4) Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

2.2.3 Gambaran klinis (konsep dasar)Osteoporosis dapat berjalan lambat selama beberapa dekade, hal ini disebabkan karena osteoporosis tidak menyebabkan gejala fraktur tulang. Beberapa fraktur osteoporosis dapat terdeteksi hingga beberapa tahun kemudian. Tanda klinis utama dari osteoporosis adalah fraktur pada vertebra, pergelangan tangan, pinggul, humerus, dan tibia. Gejala yang paling lazim dari fraktur korpus vertebra adalah nyeri pada punggung dan deformitas pada tulang belakang. Nyeri biasanya terjadi akibat kolaps vertebra terutama pada daerah dorsal atau lumbal. Secara khas awalnya akut dan sering menyebar ke sekitar pinggang hingga ke dalam perut. Nyeri dapat meningkat walaupun dengan sedikit gerakan misalnya berbalik di tempat tidur. Istirahat di tempat tidur dapat meringankan nyeri untuk sementara, tetapi akan berulang dengan jangka waktu yang bervariasi. Serangan nyeri akut juga dapat disertai oleh distensi perut dan ileus.

2.2.4 Klasifikasi osteoporosisOsteoporosis dibagi menjadi 3, yaitu:a. Osteoporosis primer Osteoporosis primer sering menyerang wanita pasca menopause dan juga pada pria usia lanjut dengan penyebab yang belum diketahui..

b. Osteoporosis sekunder Sedangkan osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :1) Cushing's disease;2) Hyperthyroidism;3) Hyperparathyroidism;4) Hypogonadism;5) Kelainan hepar;6) Kegagalan ginjal kronis;7) Kurang gerak;8) Kebiasaan minum alkohol;9) Pemakai obat-obatan/corticosteroid;10) Kelebihan kafein; dan11) Merokok.

c. Osteoporosis IdiopatikOsteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan sering ditemukan pada anak-anak, remaja, wanita pra menopause, dan pria usia pertengahan.

2.2.5 PatofisiologiRemodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan massa tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya hidup (merokok, minum kopi), dan aktifitas fisik mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan karena usia mulai terjadi setelah tercapai puncak dari massa tulang. Menghilangnya estrogen pada saat menopause mengakibatkan percepatan reabsorbsi tulang dan berlangsung terus selama bertahun-tahun pascamenopause. Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting untuk absorbsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet mengandung kalsium dan vitamin D harus mencukupi untuk mempertahankan remodeling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan pengurangan massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis.

Gambar 2.1Pathway Terjadinya Osteoporosis

2.2.6 Manifestasi klinis (tanda dan gejala)Adapun tanda dan gejala dari osteoporosis adalah sebagai berikut, yaitu:a. Nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata;b. Nyeri timbul secara mendadadak;c. Nyeri dirasakan ringan pada pagi hari (bangun tidur); d. Nyeri akan bertambah karena melakukan aktifitas atau pekerjaan sehari-hari atau karena pergerakan yang salah;e. Rasa sakit karena oleh adanya fraktur pada anggota gerak; f. Rasa sakit karena adanya kompresi fraktur paa vertebra; g. Rasa sakit hebat yang terlokalisasi pada daerah vertebra; danh. Rasa sakit akan berkurang apabila pasien istirahat di tempat tidur.

2.2.7 Pemeriksaan penunjangOsteoporosis teridentifikasi pada pemeriksaan sinar-x rutin bila sudah terjadi demineralisasi 25% sampai 40%. Tampak radiolusesnsi tulang. Ketika vertebra kolaps, vertebra torakalis menjadi berbentuk baji dan vertebra lumbalis menjadi bikonkaf. Pemeriksaan laboratorium (misalnya kalsium serum, fosfat, serum, fosfatase alkali, ekskresi kalsium urine, ekskresi hidroksi prolin urine, hematokrit, laju endap darah), dan sinar-x dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis medis lain (missal; osteomalasia, hiperparatiroidisme, dll) yang juga menyumbang terjadinya kehilangan tulang. Absorbsiometri foton-tunggal dapat digunakan untuk memantau massa tulang pada tulang kortikal pada sendi pergelangan tangan. Absorpsiometri dual-foton, dual energy x-ray absorpsiometry (DEXA), dan CT mampu memberikan informasi mengenai massa tulang pada tulang belakang dan panggul. Sangat berguna untuk mengidentifikasi tulang osteoporosis dan mengkaji respon terhadap terapi.Berikut ini adalah pemeriksaan penunjang lainnya, yaitu:a. Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri) Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan untuk menilai densitas massa tulang, seseorang dikatakan menderita osteoporosis apabila nilai BMD (Bone Mineral Density) berada dibawah -2,5 dan dikatakan mengalami osteopenia (mulai menurunnya kepadatan tulang) bila nilai BMD berada antara -2,5 dan -1 dan normal apabila nilai BMD berada diatas nilai -1. Beberapa metode yang digunakan untuk menilai densitas massa tulang:1) Single-Photon Absortiometry (SPA), pada SPA digunakan unsur radioisotop I yang mempunyai energi photon rendah guna menghasilkan berkas radiasi kolimasi tinggi. SPA digunakan hanya untuk bagian tulang yang mempunyai jaringan lunak yang tidak tebal seperti distal radius dan kalkaneus.2) Dual-Photon Absorptiometry (DPA) metode ini mempunyai cara yang sama dengan SPA. Perbedaannya berupa sumber energi yang mempunyai photon dengan 2 tingkat energi yang berbeda guna mengatasi tulang dan jaringan lunak yang cukup tebal sehingga dapat dipakai untuk evaluasi bagian-bagian tubuh dan tulang yang mempunyai struktur geometri komplek seperti pada daerah leher femur dan vetrebrata.3) Quantitative Computer Tomography (QCT) merupakan densitometri yang paling ideal karena mengukur densitas tulang secara volimetrik.b. SonodensitometriSebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas perifer dengan menggunakan gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi.c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah yaitu pertama T2 sumsum tulang dapat digunakan untuk menilai densitas serta kualitas jaringan tulang trabekula dan yang kedua untuk menilai arsitektur trabekula.d. Biopsi tulang dan Histomorfometrif Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk memeriksa kelainan metabolisme tulang.e. RadiologisGejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisan korteks dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.f. CT-ScanCT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3 biasanya tidak menimbulkan fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.g. Pemeriksaan LaboratoriumKadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata. Kadar HPT (pada pasca menoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi ekstrogen merangsang pembentukkan Ct). Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun. Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.

2.2.8 Penatalaksanaan medisDiet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan kalsium pra permulaan umur pertengahan, dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal. Pada menopause, terapi penggantian hormon dengan estrogen dan progesterone dapat diresepkan untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya. Obat-obat yang lain yang dapat diresepkan untuk menanggulangi osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium florida, dan natrium etidronat. Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi subkutan atau intramuskular. Efek samping (misalnya: gangguan gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin), biasanya ringan dan hanya kadang-kadang dialami. Natrium florida memperbaiki aktifitas osteoblastik dan pembentukan tulang.

2.2.9 KomplikasiOsteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan frakturcolles pada pergelangan tangan.

2.3 Asuhan Keperawatan Osteoporosis2.3.1 Data dasar pengkajiana. Keluhan utama: tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya. b. Riwayat penyakit dahulu: apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.c. Riwayat penyakit keluarga: apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.d. Riwayat psikososial: apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.e. Riwayat pemakaian obat: apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi terhadap sesuatu obat.f. Pemeriksaan fisik (6B):(B1,breathing)Inspeksi: ditemukan ketidak simetrisan rongga dada dan tulang belakang, Palpasi: traktil fremitus seimbang kanan dan kiriPerkusi: suara resonan pada seluruh lapang paruAuskultasi: pada usia lanjut biasanya didapatkan suara ronki

(B2,blood) Pengisian kapiler kurang dari 1 detik sering terjadi keringat dingin dan pusing, adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat.(B3,brain)Kesadaran biasanya kompos mentis, pada kasus yang lebih parah klien dapat mengeluh pusing dan gelisah. (B4,bladder)Produksi urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem perkemihan.(B5,bowel)Untuk kasus osteoporosis tidak ada gangguan eleminasi namun perlu dikaji juga frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses. (B6,bone)Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis sering menunjukkan kifosis atau gibbus (dowagers hump) dan penurunan tinggi badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang terjadi adalah antara vertebratorakalis 8 dan lumbalis 3.

1) Aktivitas/istirahatGejala: nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi: kekakuan pada pagi, keletihan.Tanda : malaise, keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit: kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot.2) Kardiovaskuler Gejala: jantung cepat, tekanan darah menurun3) Integritas egoGejala: faktor-faktor stress akut atau kronis: misalnya finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan keputusan dan ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya ketergantungan pada orang.4) Makanan atau cairanGejala: ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan/cairan adekuat: mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah.5) HigieneGejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan pada orang lain.6) NeurosensoriGejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.Tanda : pembengkakan sendi7) Nyeri / kenyamananGejala: fase akut dari nyeri. Terasa nyeri akut dan kekakuan.8) KeamananGejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga.9) Interaksi sosialGejala: kerusakan interaksi dan keluarga / orang lain: perubahan peran (isolasi).

2.3.2 Diagnosa Keperawatana. Nyeri b/d penurunan fungsi tulang;b. Hambatan mobilitas fisik b/d perubahan otot;c. Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang;d. Perubahan pola tidur b/d nyeri;e. Defisit perawatan diri b/d nyeri; danf. Gangguan citra tubuh/perubahan penampilan peran b/d perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.

2.3.3 Intervensi dan Implementasi KeperawatanDiagnosa 1: Nyeri b/d penurunan fungsi tulangTujuan : nyeri berkurang sampai dengan hilang.IntervensiRasional

kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal. berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.

biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk dikursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi berikan masase yang lembut

Beri obat sebelum aktivitas atau latihanyang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil salisilat Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program.

Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri Pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.

Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi

Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan

Meningkatkan relaksasi/mengurangi ketegangan otot Meningkatkan relaksasi, mengurangi ketegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi

Diagnosa 2: hambatan mobilitas fisik b/d perubahan ototTujuan : klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkanIntervensiRasional

Pertahankan istirahat tirah baring atau duduk jika diperlukan.

Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.

Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.

Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu.

Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid. Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.

Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.

Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.

Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh.

Untuk menekan inflamasi sistemik akut.

Diagnosa 3 : Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang.Kriteria Hasil: Klien dapat mempertahankan keselamatan fisikIntervensiRasional

Kendalikan lingkungan dengan: menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam siapkan lampu panggil Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan perhatiannya ketimbang mengagetkannya. Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluarga dari ke khawatiran yang konstan.

Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi, mengagetkan pasien akan meningkatkan ansietas

Diagnosa 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeriKriteria Hasil: Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur.IntervensiRasional

Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan awasi perubahan yang terjadi.

Berikan tempat tidur yang nyaman

Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru

Instruksikan tindakan relaksasi

Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi hangat dan massage.

Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi: rendahkan tempat tidur bila mungkin.

Hindari mengganggu bila mungkin, misalnya membangunkan untuk obat atau terapi

Berikan sedative, hipnotik sesuai indikasi Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat. Meningkatkan kenyamaan tidur serta dukungan fisiologis atau psikologis Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas yang berhubungan dapat berkurang

Membantu menginduksi tidur

Meningkatkan efek relaksasi

Dapat merasakan takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur, pagar tempat untuk membantu mengubah posisi Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan pasien mungkin mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangun. Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat.

Diagnosa 5 : Defisit perawatan diri b/d nyeriKriteri Hasil: Klien dapat melaksanakan aktivitas perawatan sendiri secara mandiri.

IntervensiRasional

Kaji tingkat fungsi fisik

Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan

Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi lingkungan

Identifikasikasi untuk perawatan yang diperlukan, misalnya; lift, peninggian dudukan toilet, kursi roda Mengidentifikasi tingkat bantuan/dukungan yang diperlukan Mendukung kemandirian fisik/emosional

Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian yang meningkatkan harga diri

Memberikan kesempatan untuk dapat melakukan aktivitas secara mandiri

Diagnosa 6: Gangguan citra tubuh/perubahan penampilan peran b/d perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.Tujuan: mengungkapkan peningkatan rasa percaya kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.IntervensiRasional

Dorong pengungkapan mengenai masalah mengenai proses penyakit, harapan masa depan.

Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangan pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-aspek seksual.

Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.

Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan

Perhatikan perilaku menarik diri, penguanan menyangkal atau terlalu memperhatikan tubuh atau perubahan.

Susun batasan pada perilaku maladaptive. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.

Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.

Rujuk pada konseling psikiatri

Berikan obat-obat sesuai petunjuk Beri kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesal dengan menghadapinya secara langsung. Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi atau konseling lebih lanjut.

Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri. Nyeri melelahkan, dan perasaan marah, bermusuhan umum terjadi.

Dapat menunjukkan emosional atau metode maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut atau dukungan psikologis.

Membantu pasien mempertahankan kontrol diri yang dapat meningkatkan perasaan harga diri.

Meningkatkan perasaan kompetensi atau harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong partisipasi dan terapi. Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ketidakmampuan Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemampuan koping yang efektif.

2.3.4 Evaluasi Keperawatana. Mendapatkan pengetahuan mengenai osteoporosis dan program penanganannya.1) Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa tulang;2) Mengkonsumsi kalsium diet dengan jumlah yang mencukupi;3) Meningkatkan tingkat latihan; dan4) Menggunakan terapi hormon yang diresepkan.

b. Mendapatkan pereda nyeri.1) Mengalami redanya nyeri saat beristirahat;2) Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupan sehari-hari; dan3) Menunjukkan berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur.

c. Menunjukkan pengosongan usus yang normal 1) Bising usus aktif; dan2) Gerakan usus teratur. d. Tidak mengalami fraktur barua.1) Mempertahankan postur yang bagus;2) Mempergunakan mekanika tubuh yang baik;3) Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D;4) Rajin menjalankan latihan pembebanan berat badan (jalan-jalan setiap hari); dan5) Istirahat dengan berbaring.