Upload
lydung
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Business Start-Up Planning
Menurut Scott Daugherty (2014:1) sebagai executive director SBDTC (Small
Business and Technology Development Center) didalam membuat bisnis start-up
ada beberapa hal yang harus direncanakan, yaitu sebagai berikut :
Gambar 2.1 Business Start-Up Planning
Sumber: Small Business and Technology Development Center. (2014). Business
Start-Up & Resource Guide.
10
Berikut penjelasan dari masing – masing aspek didalam merencanakan
business start-up :
- Asses yourself as a potential business owner
Adakalanya didalam mengelola bisnis menjadi sulit, itu dapat dikarenakan
kurangnya kepemilikan bisnis, pengalaman atau keterampilan menejemen. Self-
evaluation yang jujur akan memampukan untuk menilai karakter personal
masing – masing dan menentukan kesediaan didalam memenuhi tuntutan
bisnisnya.
- Determine Concept Feasibility
Berupa pengumpulan informasi guna mengetahui peluang dari ide bisnis, baik
dengan cara melakukan riset maupun analisis yang bertujuan membantu
didalam mengevaluasi konsep dari ide bisnis tersebut.
- Examine Critical Issues & Make Important Decision
Melakukan explore didalam memulai bisnis, dan akan menghadapi berbagai
keputusan – keputusan yang harus dibuat serta masalah – masalah didalam
meminimalkan resiko dan meningkatkan kesuksesan.
- Legal Consideration & Requirement
Bertanggung jawab untuk memastikan bisnis yang dijalankan sesuai dengan
persyaratan peraturan negara bagian, pendaftaran, ijin, lisensi, dan tanggung
jawab karyawan. 3 hukum yang perlu untuk dipertimbangkan yaitu
persyaratan kebutuhan, struktur bisnis secara hukum, dan tanggung jawab
karyawan.
- Develop Business Plan
Business plan yang efektif akan memberikan tujuan – tujuan yang berguna
seperti :
� Membantu untuk lebih fokus terhadap ide bisnis
� Membuat track untuk diikuti didalam tahap pertumbuhan bisnis
� Membuat benchmarks yang mana sebagai ukuran progress bisnis
� Memberikan dokumen yang digunakan untuk ekuitas dan pembiayaan
- Arrange Your Business Financing
11
Kunci utama didalam keberhasilan startup dan ekspansi bisnis yaitu
kemampuan untuk memanfaatkan apa yang ada didalam perusahaan, baik
mengelola modal maupun biaya – biaya yang diperlukan.
2.2 Red Ocean & Blue Ocean
Menurut Chan Kim W. dan Renee Mauborgne (2005:5) terdapat dua space,
yaitu Red Ocean dan Blue Ocean. Red Ocean merepresentasikan perusahaan atau
industri yang ada saat ini., dimana lingkup industrinya dijelaskan dan diterima serta
aturan kompetitifnya diketahui dengan baik. Disini perusahaan mencoba untuk
mengungguli kompetitornya dengan maksud untuk mengambil bagiannya yang
lebih besar dari permintaan yang ada. Blue ocean menunjukan industri yang tidak
ada disaat ini atau ruang pasar yang tidak diketahui, dimana mendefinisikan ruang
pasar yang masih belum dimanfaatkan, menciptakan permintaan dan kesempatan
untuk pertumbuhan yang cepat serta adanya keuntungan yang besar.
Berikut perbandingan strategi antara red ocean dan blue ocean :
Gambar 2.2 Red Ocean Versus Blue Ocean
Sumber: Chan Kim,W, Renee Mauborgne. (2005). Blue Ocean Strategy. Boston
Massachusetts: Harvard Business School.
12
Didalam membuat blue ocean, ada dua cara yang dapat digunakan, yang
pertama perusahaan benar – benar membuat industri baru dan yang kedua yaitu blue
ocean ini dibuat didalam red ocean. Analisa yang tepat dalam membuat blue ocean
yaitu dengan strategic move, yang mana berupa sekumpulan tindakan menejerial
dan keputusan – keputusan yang terlibat didalam membuat penawaran bisnis pasar.
2.2.1 Value Innovation
Menurut Chan Kim W. dan Renee Mauborgne (2005:12) value
innovation dibuat oleh perusahaan dengan melakukan struktur biaya (cost
saving) dan proprosi nilai kepada pembeli (buyer value) yang mana tidak
hanya inovasi akan tetapi lebih dalam mengenai strateginya.
Cost saving akan membantu perusahaan didalam mengeliminasi dan
mengurangi faktor kompetisi didalam industri yang akan berkaitan terhadap
penggunaan biaya. Sedangkan buyer value akan meningkatkan dan
menciptakan elemen industri yang belum pernah di tawarkan kepada
pembeli.
Berikut landasan didalam membuat value innovation :
Gambar 2.3 The Cornerstone of Blue Ocean Strategy
Sumber: Chan Kim,W, Renee Mauborgne. (2005). Blue Ocean Strategy. Boston
Massachusetts: Harvard Business School.
13
Didalam pembuatan blue ocean akan menekan biaya sekaligus
meningkatkan nilai bagi pembeli. Yang mana nilai pembeli datang dari
utilitas dan harga yang ditawarkan perusahaan untuk pembeli dan nilai
tersebut muncul dari struktur harga dan biaya. Sehingga untuk mencapai
value innovation ini, perusahaan harus menyelaraskan antara aktifitas
utilitas, harga, dan biaya. Tidak hanya itu, strategi blue ocean akan
menghubungkan fungsional dan aktifitas operasional yang ada diperusahaan.
2.3 Analytical Tools and Framework
Menurut Chan Kim W. dan Renee Mauborgne (2005:23) terdapat alat dan
kerangka yang memampukan perusahaan untuk mengembangkan formulasi dan
pengeksekusian dari strategi blue ocean terutama jika ingin bermain didalam area
red ocean.
2.3.1 Strategy Canvas
Strategy canvas yaitu kerangka analitik yang merupakan pusat untuk
value innovation dan membuat strategi blue ocean (Chan Kim W. dan Renee
Mauborgne, 2005:25). Dengan alat ini akan membantu kita untuk dapat
mengidentifikasi current state dari permainan dan memampukan didalam
memahami arah persaingan dalam infustri, faktor yang serang dipersaingkan
baik produk, layanan, maupun apa yang diterima pelanggan dari penawaran
kompetitif yang ada dipasar. Terdapat beberapa notasi didalam strategy
canvas ini yaitu :
- Garis horizontal menggambarkan range dari faktor kompetisi
industri yang diinvestasikan
- Garis vertikal menggambarkan tingkat penawaran yang pembeli
terima sepanjang faktor kompetisi
- Value curve merupakan komponen dasar dari strategy canvas,
yang merupakan gambaran grafis dari kinerja difaktor kompetisi
industrinya
14
Berikut contoh strategy canvas dari kasusU.S. Wine Industry in the
Late 1990s:
Gambar 2.4 The Strategy Canvas of the U.S. Wine Industry in the Late
1990s
Sumber: Chan Kim,W, Renee Mauborgne. (2005). Blue Ocean
Strategy. Boston Massachusetts: Harvard Business School.
2.3.2 Four Action Framework
Four action framework digunakan untuk merekonstruksi setiap elemen
didalam menyusun kurva nilai yang baru, yang memisahkan trade-off antara
differentiation dan low cost (Chan Kim W. dan Renee Mauborgne, 2005:29).
Terdapat empat elemen yang merujuk didalam membuat nilai kurva yang
baru yaitu sebagari berikut :
- Eliminate
Mempertimbangkan faktor apa yang memungkinkan untuk di eliminasi
guna meningkatkan persaingan
- Reduce
15
Menentukan produk atau jasa apa yang memerlukan rancangan ulang
didalam menyesuaikan dan memenangkan persaingan
- Create
Mendorong untuk menemukan dan mengeliminasi kompromi untuk
meningkatkan kekuatan pelanggan
- Raise
Membantu didalam menemukan sumber nilai yang baru untuk pembeli
dan membuat permintaan baru dan pembagian strategi harga
Gambar 2.5 The Four Action Framework
Sumber: Chan Kim,W, Renee Mauborgne. (2005). Blue Ocean Strategy. Boston
Massachusetts: Harvard Business School.
2.3.3 Eliminate-Reduce-Raise-Create Grid
Alat yang ketiga ini merupakan kunci didalam pembuatan blue ocean,
dimana sebagai analitik tambahan kedalam four action framework yang
disebut dengan eliminat-reduce-raise-create grid (ERRC Grid) (Chan Kim
16
W. dan Renee Mauborgne, 2005:35). Yang mendorong perusahaan untuk
bertindak atau melakukan ke-empat elemen didalam membuat nilai kurva
yang baru. Dengan diarahkan agar perusahaan mengisi kedalam grid dengan
tindakan eliminating dan reducing serta raising dan creating. Berikut
kegunaan dari mengisi grid tersebut :
- Mendorong untuk differentiation dan low cost
- Meningkatkan cost structure dan overengineering produk dan jasa
- Memudahkan pemahaman menejer dan tingkatannya
- Meningkatkan kekuatan dan semangat perusahaan didalm bersaing
Berikut contoh pengisian eliminate-reduce-raise-create grid :
Gambar 2.6 The ERRC Grid Example
Sumber: Chan Kim,W, Renee Mauborgne. (2005). Blue Ocean Strategy.
Boston Massachusetts: Harvard Business School.
2.4 Business Model Canvas
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:14) business model canvas
merupakan alat untuk mendeskripsikan bagaimana nilai sebuah organisasi
17
diciptakan, diteruskan, dan diterima oleh pihak-pihak luar perusahaan. Selain itu
dapat memberikan gambaran detail tentang bagaimana sebuah perusahaan
menciptakan sebuah value dan memastikan value tersebut dapat sampai ke
customer.
Business model canvas mempunyai 9 building blocks didalamnya, yang terdiri
dari Value Proposition, Customer Segment, Customer Relationship, Channels, Key
Resources, Key Activity, Key Partnership, Cost Structure, dan Revenue Stream. Dari
business model canvas inilah perusahaan dapat mengetahui kebutuhan customer dan
bagaimana perusahaan dapat menawarkan kebutuhan customer dan mendapat
pemasukan yang lebih besar daripada pengeluaran, sehingga menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan.
Setiap perusahaan menginkan keuntungan yang seoptimal dan semaksimum
mungkin, oleh karena itu setiap perusahaan berlomba dalam membuat inovasi guna
memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Menurut Osterwalder & Pigneur
(2010:138), ide inovatif dapat dibedakan menjadi :
a. Resource driven
Inovasi ini didorong dari adanya perubahan business model atau resource yang
ada, contoh : perubahan kontrak kerjasama perusahaan.
b. Offer driven
Inovasi ini diciptakan pada building block yang dinamakan value proposition,
yang dimana nanti akan mempengaruhi building blocks yang lain.
c. Customer driven
Inovasi ini didorong karena bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan
pelayanan customer, yaitu inovasi yang berdasarkan kebutuhan dari customer.
d. Finance driven
Inovasi ini berfokus pada peningkatan revenue stream, atau pengurangan cost
pada building blocks yang lain.
e. Multiple Epicenter driven
Inovasi ini disebabkan oleh banyak factor yang dimana nanti mendorong
perubahan pada beberapa atau bahkan seluruh building block yang ada.
Berikut Business Model Canvas menurut Osterwalder & Pigneur (2010:44) :
18
Gambar 2.7 The Business Model Canvas
Sumber: Osterwalder,Alexander, Yves Pigneur. (2010). Business Model
Generation. Amsterdam, The Netherlands: Modderman Drukwerk.
2.4.1 Value Proposition
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:22) value propositions
berbicara tentang value produk / jasa yang ditawarkan perusahaan kepada
customer, yang menggambarkan poin apa saja yang membuat customer
memilih perusahaan dibandingkan perusahaan lain. Hal-hal yang dapat
mendukung terciptanya value proposition adalah :
• Newness = Bersifat inovatif atau baru yang berarti unik
• Performance = Meningkatkan performa / kinerja suatu produk / jasa
• Customization = Produk / jasa yang ditawarkan dapat disesuaikan
dengan keinginan customer
• Getting the job done = Produk / jasa yang ditawarkan dapat membantu
menyelesaikan pekerjaan customer
• Design = Memiliki daya design yang baik, yang membuat customer
merasa percaya dan tertarik.
19
• Brand / Status = Customer dapat menemukan value suatu produk dari
merek terkenal
• Price = Produk / jasa tersebut memiliki harga yang kompetitif dengan
pesaing perusahaan, sehingga customer berusaha menentukan yang
terbaik
• Cost reduction = Value yang didapat dari biaya yang dibayarkan
customer dapat dikurangi
• Risk reduction = Resiko yang kemungkinan terjadi atas produk
pelanggan tersebut sangat kecil, yang berarti akan ada fasilitas garansi
yang diberikan perusahaan kepada customer
• Accessibility = Produk yang ditawarkan mudah diakses / mudah
digunakan semua orang
• Convenient / Usability = Customer dapat merasa nyaman memakai
produk / jasa yang ditawarkan perusahaan
2.4.2 Customer Segement
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:20) customer adalah kunci
utama perusahaan mendapat keuntungan, karena customer yang membeli
produk / jasa yang ditawarkan perusahaan. Ada 2 segmen customer yaitu,
segmen menengah atas dan segmen menengah bawah. Berikut tipe dari
segmen customer :
• Mass market = Tidak ada segmen pasar dalam bisnis yang ditawarkan
perusahaan.
• Niche market = Pada tipe ini, perusahaan menentukan target pasar
tertentu
• Segmented = Perusahaan membedakan kebutuhan dan masalah yang ada
pada pelanggan
• Diversified = Perusahaan melayani banyak kebutuhan customer yang
berbeda yang saling bergantung satu sama lain.
2.4.3 Channels
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:26) channel menggambarkan
bagaimana perusahaan menjalin komunikasi dengan customer dan bagimana
20
cara menyampaikan value yang ditanamakan agar dapat diterima oleh
customer. Berikut beberapa fungsi channel , antara lain :
• Membantu customer mengevaluasi value yang ditawarkan perusahaan.
• Memungkinkan customer membeli produk / jasa dengan lebih spesifik
sesuai permintaan customer
• Memberi value yang ditawarkan perusahaan kepada customer
• Memberi pelayanan kepada customer setelah pembelian
• Membantu meningkatkan kesadaran customer ketika membeli produk /
jasa yang ditawarkan perusahaan
2.4.4 Revenue Streams
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:30) Revenue streams berkaitan
dengan cara perusahaan untuk mendapatkan bayaran atau pendapatan dari
customer. Berikut 2 tipe dari revenue streams :
• Transaction revenue
Transaksi diperoleh dari sekali pembayaran per customer
• Recurring revenue
Transaksi didapat dari pembayaran customer yang berkelanjutan.
Perusahaan memberikan customer support pada customer setelah
pembelian produk perusahaan tersebut.
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:31) 0Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk mendapatkan pendapatan bagi perusahaan :
• Asset Sale = Menjual asset perusahaan untuk memperoleh pendapatan
• Usage Fee = Pendapatan diperoleh dari seberapa banyak produk
digunakan atau dibeli oleh customer
• Subscription Fee = Pendapatan diperoleh dari penjualan service yang
berkelanjutan
• Lending / Rent / Lease = Pendapatan diperoleh dengan cara
meminjamkan / menyewakan asset kepada pihak lain, lalu dikenakan
biaya pemakaian yang harus dibayarkan kepada penyewa asset tersebut.
• Licensing = Pendapatan didapatkan dari cara pemberian hak intelektual
dengan membeli lisensi dari perusahaan utama oleh pihak lain.
21
• Brokerages Fee = Pendapatan ini didapatkan dari layanan perantara yang
nanti dibagi berdasarkan presentase yang telah disepakati antara penjual
dan pembeli
• Advertising = Pendapatan diperoleh dari mengiklankan suatu produk /
jasa
2.4.5 Cost Structure
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:40) cost structure
menggambarkan seluruh biaya yang harus perusahaan tanggung untuk
menjalankan business model yang bersangkutan. Cost structure dapat dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu:
• Cost driven : Pada bagian ini, business model berfokus pada penekanan
biaya serendah mungkin. Perusahaan akan berusaha menghemat cost
yang ada.
• Value driven : Value driven merupakan hal yang sebaliknya dari cost
driven. Pada bagian ini perusahaan lebih memntingkan value daripada
cost yang harus dikeluarkan.
Berikut beberapa hal yang menjadi karakter dari cost structure :
• Fixed cost = Biaya yang tetap dikeluarkan dan tidak berubah atau
terpengaruh.
• Variable cost = Biaya ini dapat berubah-ubah seiring dengan barang yang
dihasilkan
• Economies of scale = Biaya yang dimaksud bagian ini adalah ketika
perusahaan memproduksi barang dalam jumlah besar sekaligus yang
dimana dapat menjadi lebih murah dibanding diproduksi satuan.
• Economies of scope = Biaya menjadi lebih murah ketika kegiatan
operasional perusahaan lebih besar dengan cara memperbesar area
industry perusahaan tersebut didalam dan diluar negeri.
2.4.6 Customer Relationship
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:28) hubungan antara customer
dengan perusahaan dibangun dan disesuaikan dengan customer segment
yang telah ditentukan perusahaan pada business model canvas. Ada 3 cara
22
untuk membangun hubungan yang baik antara customer dengan perusahaan,
yaitu, customer acuisition, customer retention, dan upselling.
Berikut 6 bagian dari customer relationship menurut Osterwalder &
Pugneur (2010:29) :
1. Personal assistant
Adanya petugas pelayanan pelanggan yang berusaha menjawab masalah
customer selama proses penjualan atau setelah pembelian produk / jasa
perusahaan.
2. Dedicated personal assistance
Adanya 1 petugas pelayanan pelanggan yang ditugaskan khusus bagi 1
customer untuk melayani masalah customer dengan produk / jasa
perusahaan yang telah dibeli customer.
3. Self service
Perusahaan memberikan bantuan dengan cara menyediakan sarana yang
dapat customer pakai untuk menyelesaikan masalah produk / jasa
tersebut sendiri.
4. Automated service
Layanan customer ini menggabungkan layanan mandiri dengan layanan
otomatis perusahaan.
5. Communities
Perusahaan membangun forum / sejenisnya yang digunakan sebagai
tempat komunitas anggota perusahaan untuk saling bertukar pikiran
tentang kebutuhan / keinginan para pelanggannya.
6. Co-creation
Perusahaan terus berhubungan dengan customer demi mencapai value
baru bagi perusahaan dikemudian hari.
2.4.7 Key Resources
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:34) key resources merupakan
sumber daya perusahaan yang dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan
operasional perusahaan. Berikut beberapa kategori dari key resources :
• Physics
23
Sumber daya ini termasuk gedung, tanah, kendaraan, dan lain-lain
• Intellectual
Sumber daya intelektual berkaitan dengan hak cipta, hak paten dan
merek dari produk perusahaan yang terkait.
• Human
Sumber daya manusia (SDM) merupakan asset penting dalam
perusahaan, karena SDM inilah yang menggerakkan proses bisnis
perusahaan. Perusahaan yang bergerak pada industry seni biasanya
SDM-nya yang merupakan seumber daya utama mereka.
• Financial
Sumber daya ini berhubungan dengan keungan perusahaan. Perusahaan
membutuhkan dukungan modal yang kuat untuk dapat menjalankan
proses bisnis mereka dengan baik.
2.4.8 Key Activities
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:36) key activities
mendeskripsikan aktifitas utama yang dilakukan perusahaan untuk
menjalankan bisnis. Berikut 3 kategori key activities :
• Production
Aktifitas ini berkaitan dengan produksi dan pengiriman produk
• Platform / Network
Aktifitas yang dilakukan berhubungan dengan jaringan, yang biasanya
dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi
• Problem solver
Aktifitas yang dilakukan berhubungan dengan penyelesaian masalah
yang disebabkan produk tersebut.
2.4.9 Key Partnership
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:38) perusahaan dapat
membentuk kerja sama karena berbagai alasan dan biasanya untuk
mengurangi resiko serta mengoptimalkan kegiatan operasional perusahaan
tersebut. Kerja sama ini dapat dibagi kedalam 4 jenis, yaitu strategic alliance
24
between non competitor, coorperation, joint venture, dan buyer supplier
relationship.
Berikut 3 motivasi didalam membangun kerja sama yang baik menurut
Osterwalder dan Pigneur (2010:39) :
• Optimization & economiy of scale
Kerja sama ini ditujukan untuk mengoptimalkan kegiatan operasional
perusahaan dan penggunaan resource perusahaan
• Reduction of risk and uncertainity
Motivasi ini berkaitan tentang pengurangan resiko dalam persaingan
pasar yang kompetitif.
• Acquisition of particular resources and activity
Perusahaan memiliki resource sendiri dan berjalan sesuai rencana
mereka sendiri (business model)
2.5 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi
2.5.1 Pemahaman System Analysis
Systems analysis adalah proses pemahaman dan penentuan secara rinci
mengenai apa yang sistem informasi harus capai (Satzinger, Jackson, Burd,
2010:4).
2.5.2 Pemahaman System Design
Systems design adalah proses penentuan secara rinci mengenai
bagaimana komponen-komponen dalam sistem informasi harus
diimplementasikan secara fisik (Satzinger, Jackson, Burd, 2010:4).
2.5.3 Entity Relationship Diagram
Entitas data adalah hal-hal yang sistem perlukan untuk menyimpan
informasi. Kebutuhan penyimpanan data meliputi entitas data, atribut-
atribut, dan relationship antara entitas data. Model yang digunakan untuk
menjelaskan kebutuhan penyimpanan data dengan pendekatan tradisional
disebut dengan Entity Relationship Diagram (ERD) (Satzinger, Jackson,
Burd, 2010:182).
25
Notasi yang digunakan dalam entity relationship diagram adalah
sebagai berikut :
- Rectangle menggambarkan entitas data
- Line yang menghubungkan rectangle menunjukkan hubungan antara
entitas data
- Cardinality merupakan jumlah asosiasi yang terjadi antara hal-hal
tertentu
Gambar 2.8 A simple entity-relationship diagram
Sumber: Satzinger, Jackson, and Burd. (2010). Systems Analysis and Design
in a Changing World. Boston, USA: Course Technology.
2.5.4 Use Case Diagram
Use case diagram adalah diagram untuk menunjukkan berbagai peran
pengguna dan bagaimana peran-peran pengguna tersebut menggunakan/berinteraksi
dengan sistem (Satzinger, Jackson, Burd, 2010:242).
Notasi yang digunakan dalam use case diagram adalah sebagai berikut :
- Simple stick figure digunakan untuk menggambarkan aktor. Stick figure
diberikan nama yang menandakan peran dari actor/pengguna
- Use Case menggambarkan sistem yang dilakukan ketika adanya interaksi dari
pengguna
- Commuicate yaitu garis penghubung antara aktor dan use case yang
menunjukkan aktor mana yang menjalankan use case tertentu
26
- Garis batas (boundary line/system boundary) digunakan untuk membatasi sistem
Berikut contoh dari use case diagram :
Gambar 2.9 A use case diagram of the Order-entry subsystem for RMO,
showing a system boundary
Sumber: Satzinger, Jackson, and Burd. (2010). Systems Analysis and Design
in a Changing World. Boston, USA: Course Technology.
<<Includes>> Relationship merupakan sebuah pengembangan dari use case.
Karena merupakan kewajaran satu use case menggunakan layanan dari common
subroutine (lihat Gambar 2.10). Contoh : ketika melakukan create new order dan
update order membutuhkan validasi mengenai akun dari customer. Dan common
subroutine dapat di definisikan untuk melaksanakan fungsi ini, dan menjadi
tambahan use case (Satzinger, Jackson, Burd, 2010:245).
27
Gambar 2.10 Contoh <<Includes>> Relationship
Sumber: Satzinger, Jackson, and Burd. (2010). Systems Analysis and Design
in a Changing World. Boston, USA: Course Technology.
2.5.5 Use Case Description
Use case description adalah deskripsi yang mendaftarkan rincian proses detail
untuk sebuah use case (Satzinger, Jackson, Burd, 2010:171).
Fully Developed Description merupakan metode formal untuk
dokumentasikan sebuah use case. Bahkan membutuhkan kerja yang lebih untuk
mendefinisikan semua komponen pada tingkat ini, ini metode yang disukai dalam
mendeskripsikan aktifitas dari internal flow untuk sebuah use case. Metode ini
dapat meningkatkan tingkat kepahaman dari proses bisnis dan cata bagaimana
sistem dapat mendukungnya. Berikut contoh dari Fully Developed Description :
28
Gambar 2.11 Contoh Fully Developed Description for Telephone Order
scenario
Sumber: Satzinger, Jackson, and Burd. (2010). Systems Analysis and Design
in a Changing World. Boston, USA: Course Technology.
Berikut penjelasan dari atribut yang terdapat dalam use case description :
- Use Case, merupakan nama dari sebuah use case
- Scenario, skenario/penjabaran dari sebuah use case
- Triggering event, pemicu dari terjadinya sebuah use case
- Brief Description, pendeskripsian awal/initial dari sebuah use case
29
- Actor, mendeskripsikan aktor/yang berhubungan langsung dengan sistem
- Related Use Case, menggambarkan keterikatan / hubungan dengan use case lain
- Stakeholder, mengidentifikasi pihak-pihak yang berkepentingan. Stakeholder
mungkin merupakan pengguna yang sebenarnya tidak menjalankan use case
tetapi mempunyai kepentingan dalam hasil yang diciptakan dari use case.
- Preconditions, merupakan kondisi yang harus benar sebelum use case dimulai,
termasuk obyek apa yang harus ada, informasi apa yang harus tersedia, dan
kondisi aktor sebelum use case dimulai.
- Postconditions, merupakan kondisi yang harus benar setelah penyelesaian use
case. Item yang sama digunakan untuk menggambarkan precondition harus
termasuk dalam pernyataan postconditions.
- Flow of activitie, mengidentifikasi langkah-langkah yang dilakukan oleh aktor
dan hasil yang diciptakan oleh sistem. Penomoran item membantu
mengidentifikasi urutan langkah-langkah.
- Exception conditions, menggambarkan kondisi pengecualian ketika use case
tersebut berjalan. Contoh : ketika membuat pemesanan, ditemukan stok dari
produk tidak dapat memenuhi kuantiti yang diinginkan
2.5.6 User Interface
User interface adalah bagian dari sistem informasi yang dibutuhkan pengguna
untuk berinteraksi dengan membuat input dan output (Satzinger, Jackson, Burd,
2010:530).
2.6 Gantt Chart
Gantt Chart merupakan diagram perencanaan yang menunjukkan penjadwalan
/ schedule sumber daya dan waktu dalam sebuah proyek (Heizer, Jay dan Render,
Barry, 2006:235). Gantt Chart adalah salah satu diagram yang diandalkan para
30
manajer karena sederhana dan mudah dibaca. Gantt Chart membantu penggunanya
untuk memastikan :
- Semua kegiatan telah direncanakan
- Urutan kinerja telah diperhitungkan
- Perkiraan waktu kegiatan telah tercatat
- Keseluruhan waktu proyek telah dibuat
Gantt Chart terdiri dari balok horizontal (horizontal bar) yang menandakan
waktu untuk setiap kegiatan proyek. Gantt chart digunakan untuk penjadwalan baik
untuk hal yang sederhana ataupun proyek yang rumit.
Gantt chart tidak secara jelas menunjukkan perubahan alokasi waktu pada
suatu kegiatan akan mempengaruhi kecepatan penyelesaian suatu proyek.
2.7 Location Based Service
Menurut Stefan Steiniger, Moritz Neun dan Alistair Edwardes (2006:2)
menyatakan bahwa “Location Based Service (LBS) adalah layanan informasi yang
dapat diakses dengan perangkat mobile melalui jaringan mobile dan lainnya yang
memampukan didalam penggunaan lokasi melalui perangkat mobile”. Komponen
yang ada didalam LBS ini yaitu :
- Mobile Device = alat yang digunakan pengguna untuk meminta informasi yang
dibutuhkan. Hasilnya dapat berupa suara, gambar, teks, dsb.
- Communication Network = men-transfer data dan layanan pengguna dari
terminal mobile ke pemberi layanan/provider lalu mengirimkan informasi
kembali ke pengguna
- Positioning Component = guna memproses layanan yang biasanya posisi
pengguna harus ditentukan, baik dengan menggunakan jaringan mobile maupun
GPS
- Service and Application Provider = pemberi layanan yang menawarkan berbagai
layanan yang berbeda ke pengguna dan bertanggung jawab terhadap proses
layanan yang diminta.
31
- Data and Content Provider = pemberi layanan biasanya tidak menyimpan dan
merawat semua informasi yang diminta oleh pengguna. Oleh karena itu
informasi lokasi dan geografis biasanya diminta dari maintaining authority
2.8 Global Positioning System (GPS)
Menurut Raj Kishen Moloo dan Varun Kumar Diagumber (2011:1) Global
Positioning System (GPS) adalah sistem radio navigasi yang memampukan user
untuk mendeteksi lokasi baik darat, laut dan udara, kecepatan waktunya yaitu 24
jam setiap harinya, didalam segala kondisi cuaca dan dimana saja didunia guna
mendukung berbagai aplikasi baik militer, komersial dan konsumer. Penentuan
lokasi dapat digunakan juga untuk melacak gerakan yang terjadi dimanapun,
seberapa sering dan untuk berapa lama. Dimana ini akan memberikan nilai tambah
untuk pelacakan langsung individu, kendaraan, dan aset lainnya.
Menurut Raj Kishen Moloo dan Varun Kumar Diagumber (2011:1)
perpindahan dan pergerakan yang terjadi pada orang dan alat lainya baik sekarang
maupun secara histori, ini akan menjadi alat yang berguna terutama ketika
mengembangkan praktik kerja agar lebih efisien dengan cara mengurangi waktu
didalam pelacakannya. Dan beliau mengatakan “Pada hari ini, ada banyak sistem
pelacakan GPS yang memiliki sejumlah fasilitas, tetapi investasi didalam sistem
seperti contohnya biaya cukup banyak. Terdapat kebutuhan untuk sistem yang lebih
murah yang dapat dengan mudah diadopsi oleh banyak orang”
Laporan dari Information and Communication Technologies Authority (ICTA)
per tahun 2009, terdapat 1juta subscriber dari telefon genggam dan lebih dari
170.000 subscriber dari mobile internet (GPRS, 3G, dan WAP). Yang mana dengan
teknologi GPS ini telah masuk dan booming di masa sekarang untuk melacak atau
mencari lokasi/orang/barang yang dibutuhkannya.
2.9 Google Maps
Google meluncurkan Google Maps API pada Juni 2006 dimana dengan
Google Maps API tersebut dapat mendukung plotting file KML (Keyhole Markup
Language). Hanya dengan meletakan URL di kotak pencarian, lalu Google Map
32
akan menampilkan lokasi apa saja yang terkandung didalamnya. Tidak hanya itu,
dengan adanya Google Maps akan memampukan pada developer untuk
mengintegrasikan google maps ke dalam webiste ataupun aplikasi mereka (Michael
Purvis, Jeffrey Sambells, and Cameron Turner, 2006:3).
Didalam penggunaan Google Maps API sudah dapat mencakup API
javascript, adobe flash dan geocoding (hasil lokasi dapat dikemudikan dengan
bantuan GPS).
2.10 Financing Plan
Menurut situs www.wellsfargo.com perencanaan keuangan didalam memulai
suatu bisnis dapat membantu untuk mengetahui kemana arus atau jalannya uang,
yang mana juga membantu didalam membuat strategi kedepannya. Terdapat 3
langkah didalam membuat perencanaan keuangan, yaitu sebagai berikut :
- Determine where you’re going
Menentukan tujuan akan mendorong seluruh rencana yang telah ditetapkan. Baik
itu tujuan dari jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Dan tujuan
tersebut harus realistik dan spesifik. Tujuan jangka pendek dalam kurun waktu
kurang dari satu tahun, menengah antara dua sampai lima tahun, dan jangka
panjang lebih dari itu.
- Build in milestones
Dengan membuat milestone akan membantu menciptakan kemenangan kecil
disepanjang jalan dalam mencapai tujuan keuangan.
- Set your monthly goal
Untuk mengetahui berapa banyak yang dibutuhkan untuk menyimpan dan berapa
lama untuk disimpan, sehingga dapat mengatur berapa banyak dan berapa lama
uang yang dibutuhkan disetiap bulannya. Sehingga dapat melihat apakah tujuan
tersebut sesuai dengan budget yang dimiliki.
Didalam perencanaan keuangan juga dibutuhkan untuk menggambarkan
beban yang dikeluarkan untuk bisnis maupun operasional serta pendapatan yang
didapatkan. Biaya tersebut seperti biaya registrasi bisnis, lisensi, inventory,
penyewaan, properti, perlengkapan, promosi, maintenance, gaji karyawan,dsb.
33
Perencanaan keuangan dapat di generate secara berkala seperti per-bulan maupun
per-tahun.
2.11 Kerangka Pikir
Kerangka pikir penulisan ini dimulai dari analisa industri, dimana terdapat 2
bagian yang kami lakukan yaitu :
- Determine Concept Feasibility
Pada tahap ini kami melakukan hal yang berhubungan dengan menemukan ide,
mengumpulkan informasi terkait dan menilai kelayakannya. Dan untuk
melakukan hal tersebut kami menggunakan strategi blue ocean, canvas
strategy, dan four action framework (yang akan digunakan ke dalam ERRC
Grid)
- Examine Critical Issues & Make Decision
Pada tahap ini kami melakukan eksplorasi sebelum memulai bisnis berdasarkan
analisa dari canvas strategy yang mana merupakan analisa para pesaing, dan
menentukan keputusan – keputusan apa yang akan diterapkan di aplikasi ini.
Kami menggambarkan keputusan – keputusan startegi yang akan diterapkan di
aplikasi kami dengan menggunakan ERRC Grid yang menunjukan apa saja
yang perlu untuk di eliminasi, dikurangi, dicapai lebih, dan dibuat.
Kemudian untuk melihat potensi dari bisnis yang dilakukan, kami
menggunakan business model canvas yang dimana terdiri dari 9 bagian /blok
seperti: customer segments, value propositions, channels, customer relationship,
revenue streams, key resources, key activity, key partnership, dan cost structure.
Yang mana hasil analisa bisnis model tersebut akan dilakukan juga analisa
keuangan (Money Monetizing dan Financial Planning). Dan hasil analisa tersebut
akan dilakukan penurunan kedalam fitur rancangan, yang menjelaskan fitur apa saja
yang harus diturunkan kedalam sistem.
Setelah melakukan penurunan fitur – fitur, perancangan sistem akan dibuat
dan digambarkan dengan menggunakan use case diagram, use case description,
user interface dan entiy relationship diagram (ERD). Setelah sistem selesai
dirancang dan dibangun, sistem baru akan diimplementasikan.
34
Gambar 2.12 Kerangka Pikir