23
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Fleksibilitas Manufaktur Pengembangan fleksibilitas manufaktur akhir-akhir ini menjadi salah satu perhatian penting para manajer untuk mempertahankan perusahaan dalam posisi yang kompetitif. Fleksibilitas telah menjadi prioritas bersamaan dengan biaya dan kualitas, seiring dengan meningkatnya perubahan lingkungan dengan dinamis, persaingan yang semakin luas dan ketat, meningkatnya inovasi teknologi, siklus hidup produk yang semakin pendek, dan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan (Shi, Daniels, 2003). Penting untuk mengetahui pentingnya fleksibilitas bagi suatu perusahaan saat ini, terutama bagi perusahaan yang bergerak diindustri manufaktur. Menurut Mabert dan Jacobs (1991) dalam lingkungan yang dinamik, industri manufaktur kelas dunia memiliki empat tujuan utama (Gaspersz, 2001), yaitu: 1. Memproduksi produk-produk berkualitas tinggi 2. Mempertahankan penyerahan produk tepat waktu 3. Meningkatkan produktivitas agar lebih kompetitif dalam harga produk 4. Membentuk struktur manufaktur yang fleksibel

BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LKN2006-15-Bab 2.pdf · Terdapat beberapa infrastruktur dalam perusahaan yang menjadi dasar dari

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Fleksibilitas Manufaktur

Pengembangan fleksibilitas manufaktur akhir-akhir ini menjadi salah satu

perhatian penting para manajer untuk mempertahankan perusahaan dalam posisi

yang kompetitif. Fleksibilitas telah menjadi prioritas bersamaan dengan biaya dan

kualitas, seiring dengan meningkatnya perubahan lingkungan dengan dinamis,

persaingan yang semakin luas dan ketat, meningkatnya inovasi teknologi, siklus

hidup produk yang semakin pendek, dan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan

(Shi, Daniels, 2003).

Penting untuk mengetahui pentingnya fleksibilitas bagi suatu perusahaan saat

ini, terutama bagi perusahaan yang bergerak diindustri manufaktur. Menurut

Mabert dan Jacobs (1991) dalam lingkungan yang dinamik, industri manufaktur

kelas dunia memiliki empat tujuan utama (Gaspersz, 2001), yaitu:

1. Memproduksi produk-produk berkualitas tinggi

2. Mempertahankan penyerahan produk tepat waktu

3. Meningkatkan produktivitas agar lebih kompetitif dalam harga produk

4. Membentuk struktur manufaktur yang fleksibel

14

Sebelum kita memahami pengertian fleksibilitas kerja manufaktur, terlebih

dahulu hendaknya kita memahami apa yang dimaksud dengan fleksibilitas itu

sendiri.

Pengertian fleksibilitas sendiri bermacam-macam tergantung dari ruang

lingkup fleksibilitas itu ditempatkan. Sulit untuk mendapatkan pengertian yang

tepat mengenai fleksibilitas manufaktur, karena perbedaan situasi dan masalah

yang harus dihadapi perusahaan manufaktur. Menurut Noori dan Radford, secara

umum fleksibilitas diartikan sebagai kemampuan untuk merespon atau mengikuti,

menghadapi situasi atau kondisi baru dengan efektif dan efisien yang

berhubungan dengan proses, produk dan infrasturktur (Lau, 1999).

Fleksibilitas menjadi semakin penting setelah dikenalnya siklus hidup produk

dalam sistem produksi. Semakin ketatnya persaingan, dinamisnya perubahan, dan

meningkatnya ketidakpastian, dan secara otomatis akan memperpendek siklus

hidup produk tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan suatu strategi fleksibilitas

manufaktur untuk pengembangan dan pengenalan produk baru dengan lebih

cepat.

Strategi manufaktur harus memasukkan rencana untuk mengembangkan

kemampuan dan keahlian unik, yang akan memungkinkan perusahaan untuk

dapat melakukan sesuatu lebih baik daripada pesaingnya. Dalam hubungannya

dengan strategi perusahaan, Gupta dan Somers melakukan penelitian mengenai

hubungan antara strategi bisnis, fleksibilitas kerja manufaktur, dan kinerja

15

organisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fleksibilitas kerja manufaktur

dan strategi bisnis sama-sama mempengaruhi kinerja organisasi (Lau, 1999).

Suatu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui dampak fleksibilitas

terhadap suatu sistem kinerja, menunjukkan bahwa fleksibilitas sumber daya yang

lengkap, yakni ketika tiap sumber daya dapat dialokasikan untuk setiap dan

seluruh tahapan proses produksi, dapat meningkatkan sistem kinerja sebesar 60%

(Shi, Daniels, 2003).

Fleksibilitas akan menjadi salah satu masukan penting dalam pengambilan

keputusan yang lebih baik, baik dalam perusahaan itu sendiri maupun para

pemegang saham.

Ruang lingkup sistem fleksibilitas kerja manufaktur dikategorikan oleh Koste

dan Malhotra (1999) kedalam lima tingkat yaitu : strategi bisnis, fungsional,

pabrik, lantai produksi, dan sumber daya individu. Tingkat pabrik, lantai

produksi, dan sumber daya individu dan dapat dilihat pada tabel berikut.

16

Tabel 2.1 Ruang Lingkup Fleksibilitas Manufaktur

PABRIK Volume Tingkat perubahan dan derajat fluktuasi dalam tingkat

keluaran (output) agregat, dimana sistem dapat mengakomodasinya tanpa mengadakan transisi atau perubahan kinerja yang tinggi

Campuran Jumlah dan variasi yang dapat diproduksi tanpa mengadakan transisi atau perubahan kinerja yang tinggi

Penambahan/perluasan Jumlah dan keragaman penambahan maupun perluasan yang dapat dilakukan tanpa mengadakan transisi atau perubahan kinerja yang tinggi

Modifikasi Jumlah dan keragaman modifikasi yang dapat dihasilkan tanpa mengadakan transisi atau perubahan kinerja yang tinggi

Produk Baru Jumlah dan variasi produk baru yang dapat diperkenalkan dalam produksi tanpa mengadakan transisi atau perubahan kinerja yang tinggi

LANTAI PRODUKSI Rute Jumlah produk yang memiliki rute-rute alternatif dan

tingkat variasi dari rute yang digunakan tanpa mengadakan transisi atau perubahan kinerja yang tinggi

Operasi Jumlah produk yang yang memiliki alternatif dan keragaman urutan rencana tanpa mengadakan transisi atau perubahan kinerja yang tinggi

SUMBER DAYA INDIVIDU Tenaga Kerja Jumlah dan variasi tugas/operasi yang dapat

dikerjakan tenaga kerja tanpa mengadakan transisi atau perubahan kinerja yang tinggi

Mesin Jumlah dan variasi tugas/operasi yang dapat dilakukan mesin tanpa mengadakan transisi atau perubahan kinerja yang tinggi

Penanganan Bahan Jumlah jalur yang ada antara proses-proses utama dan keragaman bahan yang dapat ditransportasikan sepanjang jalur tanpa mengadakan transisi atau perubahan kinerja yang tinggi

Sumber : Koste & Malhotra (1999)

17

Sedangkan Sethi & Sethi mengemukakan 11 tipe fleksibilitas manufaktur

(Shi,Daniels, 2003), yaitu :

1. Fleksibilitas mesin : kemampuan mesin untuk melakukan operasi yang

bervariasi tanpa membutuhkan biaya dan waktu yang substansial.

2. Fleksibilitas pasar : mampu untuk beradaptasi dengan perubahan pasar.

3. Fleksibilitas produksi : kemampuan untuk berproduksi tanpa penambahan

perlengkapan dan kapasitas yang besar.

4. Fleksibilitas penanganan bahan : kemampuan sistem untuk transportasi

material yang berbeda-beda dalam lingkungan yang bervariasi.

5. Fleksibilitas operasi : kemampuan untuk memproduksi dalam jalur yang

berbeda-beda.

6. Fleksibilitas proses : kemampuan sistem untuk memproduksi produk yang

berbeda tanpa setup yang besar.

7. Fleksibilitas produk : kemampuan sistem untuk memproduksi produk

yang berbeda dan campuran.

8. Fleksibilitas rute : kemampuan sistem untuk memproduksi produk yang

berbeda dengan berbagai alternatif rute sistem.

9. Fleksibilitas pengembangan : seluruh usaha untuk meningkatkan kapasitas

dan kapabilitas sistem produksi.

10. Fleksibilitas volume : kemampuan sistem untuk tetap mendapatkan

keuntungan meskipun memproduksi dalam volume yang besar.

18

11. Fleksibilitas program : kemampuan sistem untuk berjalan tanpa harus

diawasi untuk periode yang cukup lama.

Jenis dan tingkat fleksibilitas yang diperlukan oleh suatu perusahaan berbeda-

beda, disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi oleh perusahaan yang

bersangkutan

Terdapat beberapa infrastruktur dalam perusahaan yang menjadi dasar dari

terbentuknya suatu fleksibilitas kerja manufaktur (Lau, 1999), yaitu :

1. Otonomi kerja (Workforce Autonomy)

2. Komunikasi (Communication)

3. Teknologi (Technology)

4. Hubungan antar departemen (Inter-departmental Relationship)

5. Fleksibilitas pemasok (Supplier Flexibility)

Kelima aspek tersebut lebih merefleksikan aspek operasional dari fleksibilitas

manufaktur.

2.1.2 Otonomi kerja (Workforce Autonomy)

Saat ini kepuasan pekerja merupakan salah satu prioritas utama para manajer

perusahaan untuk mendapatkan lingkungan kerja yang lebih produktif. Apabila

kondisi kerja suatu perusahaan tidak dapat memberikan kepuasan bagi para

pekerjanya, maka secara otomatis perusahaan juga tidak dapat memuaskan

pelanggannya. Kepuasan pelanggan yang tak tercapai tentu akan mendatangkan

kerugian bagi perusahaan.

19

Salah satu upaya untuk mencapai kepuasan pekerja ialah dengan memberikan

kebebasan bagi para pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Kebebasan inilah

yang disebut dengan otonomi kerja. Setiap pekerja diberikan kebebasan untuk

mencapai target yang ditentukan dengan efektif dan efisien sesuai dengan caranya

masing-masing (Finegan, 2004).

Otonomi adalah derajat dimana suatu pekerjaan menyediakan suatu

kebebasan dan keleluasaan bagi individu dalam merencanakan pekerjaan dan

menentukan prosedur untuk digunakan dalam menyelesaikan pekerjaannya

(Robbins, 2001).

Otonomi sebagai bagian infrastruktur perusahaan memiliki pengaruh dan

hubungan yang positif dengan fleksibilitas perusahaan (Lau, 1999), dan dapat

memberi kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja

organisasi

Untuk mencapai suatu otonomi kerja, perusahaan memberikan kebebasan

dalam berbagai macam cara atau kebijakan, misalnya :

- Pemberian kekuasaan bagi pekerja untuk membuat suatu keputusan

dalam menyelesaikan pekerjaannya.

- Pemberian kebebasan bagi pekerja dalam merencanakan hingga

menyelesaikan sautu pekerjaan.

- Partisipasi pekerja dalam mendukung dan merencanakan perubahan.

Dengan memberikan kebebasan bekerja ini tentu berarti menghilangkan

kepemimpinan yang bersifat otoriter. Seorang atasan belum tentu mengetahui

20

semua jawaban untuk semua masalah yang ada. Bahkan tidak jarang bawahan

lebih mengetahui solusi yang lebih baik untuk mengatasi masalah, dibandingkan

dengan atasannya.

Dengan otonomi kerja, tekanan kerja dapat dikurangi sehingga pekerja dapat

dengan lebih leluasa mengeluarkan seluruh daya dan kemampuannya untuk

melakukan pekerjaannya (Finegan, 2004). Dengan meningkatkan otonomi dan

kendali atas kehidupan kerja mereka, para karyawan akan menjadi lebih

termotivasi, lebih berkomitmen terhadap organisasi, lebih produktif, dan lebih

puas dengan pekerjaan mereka (Robbins, 2003).

Perbedaan cara yang diterapkan oleh perusahaan disesuaikan dengan kondisi

atau masalah yang dihadapi perusahaan dalam hal manajemen sumber daya

manusia. Selain itu jenis otonomi yang diberikan juga tergantung dari tugas dan

tanggung jawab yang dimiliki pekerja tersebut.

Dalam menerapkan otonomi kerja ini, menurut Finegan (2004) terdapat

beberapa persepsi yang harus dimiliki oleh perusahaan khususnya para atasan

atau manajer, yaitu:

a. Kepercayaan terhadap pekerja untuk melakukan yang terbaik dalam

pekerjaannya.

Pekerja diberi kebebasan untuk menentukan target mereka sendiri.

Pekerja bebas menentukan kapan suatu pekerjaan akan terselesaikan,

sumber daya yang dibutuhkan, dan bagaimana mereka menyelesaikannya.

21

Umumnya pekerja akan menentukan target yang lebih tinggi daripada

yang pernah diberikan oleh perusahaan sebelumnya.

b. Mempercayai pekerja dan tetap memberi acuan dan parameter tertentu.

Persepsi ini menganggap bahwa pekerja terbaik pun tetap membutuhkan

aturan-aturan, acuan atau paramater kerja. Sebagai awal pekerja tetap

diberi aturan atau panduan untuk menyelesaikan pekerjaaannya,

selanjutnya pekerja tetap diberi kebebasan untuk melakukan pekerjaannya

sebaik mungkin.

Perusahaan dengan tingkat otonomi kerja yang tinggi menurut Finegan (2004)

umumnya memiliki karakterisitik sebagai berikut :

a. Perusahaan menyediakan waktu dan usaha yang cukup banyak dalam

mempekerjakan karyawannya, untuk memastikan kemampuan karyawan

tersebut untuk bekerja dalm kondisi otonomi.

b. Struktur organisasinya datar (flat)

c. Perusahaan tetap menentukan suatu aturan dan panduan sebagai parameter

pekerja dalam membuat keputusan.

d. Lebih mementingkan hasil daripada proses.

e. Selalu membutuhkan kinerja pekerja yang berkualitas tinggi

f. Adanya keterbukaan dan komunikasi yang kuat.

g. Yang menjadi nilai inti perusahaan ialah kepuasan pekerja.

22

2.1.3 Komunikasi Organisasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta,

komunikasi berarti “hubungan” . Hubungan antara satu atau banyak pihak

dengan satu atau banyak pihak lain, secara langsung maupun melalui media

seperti surat, telepon, email dan sebagainya, dapat dikatakan sebagai suatu

komunikasi.

Komunikasi senantiasa muncul dalam proses organisasi. Deddy Mulyana,

Ph.D mengungkapkan komunikasi organisasi sebagai komunikasi yang terjadi

dalam organisasi, bersifat formal dan informal, dan berlangsung dalam jaringan

yang lebih besar daripada komunikasi kelompok (Panuju, 2001).

Sebagai salah satu bidang komunikasi, komunikasi organisasi didefinisikan

sebagai suatu penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan

bagian dari suatu organisasi tertentu (Wayne, 2001). Unit-unit komunikasi dalam

organisasi, baik secara individu maupun kelompok, terdapat hubungan yang

hierarkis dan berfungsi dalam suatu lingkungan organisasi.

Komunikasi dilakukan dengan tujuan untuk merubah sikap, pendapat,

perilaku, dan sosial. Sedangkan Drs. Redi Panuju menjelaskan dalam bukunya

bahwa tujuan utama komunikasi organisasi ialah untuk membentuk saling

pengertian, sehingga dapat menghindari sumber konflik. Dengan komunikasi

yang terencana substansinya, minimal akan terjadi penyebaran dimensi-dimensi

organisasi seperti visi, misi, strategi, dan sebagainya, yang akan memudahkan

23

organisasi untuk melakukan mobilisasi, instruksi, dan perubahan-perubahan

manajemen.

Fungsi komunikasi memiliki fungsi untuk (Umar, 2002) :

- Menyampaikan informasi

- Mengenal dan mengidentifikasi

- Mempengaruhi

- Mendidik

- Menghibur

Barry Cushway dan Derek Lodge menggambarkan fungsi komunikasi

organisasi sebagai pembentuk iklim dan budaya organisasi, yang pada akhirnya

akan mempengaruhi efisiensi dan produktifitas (Panuju, 2001).

Sebagai suatu konsep, Harjana mengungkapkan dalam bukunya bahwa

komunikasi organisasi dapat dilihat dari variabel-variabel dan komponennya

(Umar, 2002), diantaranya:

a. Kepuasan Organisasi

Komponen kepuasan karyawan meliputi pekerjaannya, gaji dan

tunjangan, hubungan dengan teman sejawat, dan sebagainya.

b. Iklim Komunikasi

Variabel ini meliputi pengalaman dan persepsi karyawan mengenai :

- Partisipasi dalam pengambilan keputusan

- Pemberian dukungan kepada perusahaan

- Keterbukaan komunikasi antar individu dalam organisasi

24

- Kerelaan menerima saran, kritik, dan pendapat

c. Kualitas Media

Media yang digunakan untuk menyampaikan informasi seperti buletin,

laporan, instruksi kerja, dan sebagainya, harus :

- Cocok

- Memiliki daya tarik dan kemudahan untuk dibaca dan dimengerti

- Efisien

- Dapat dihandalkan

d. Kemudahan Mendapat Informasi

Persepsi karyawan tentang kemudahan memperoleh informasi dari atasan,

bawahan, teman sejawat, bahkan kelompok.

e. Aliran Penyebaran Informasi

Persepsi karyawan mengenai penyebaran informasi yang penting dan

terkini dalam struktur organisasi.

f. Budaya Organisasi

Budaya komunikasi yang ada antar individu maupun kelompok, seperti

pengertian, perhatian, komunikatif, mau membantu, dan mendorong.

Telah disebutkan bahwa keterbukaan dan komunikasi yang sangat kuat

merupakan salah satu karakteristik perusahaan dengan otonomi kerja yang baik.

Dengan komunikasi yang baik, terutama dalam penyampaian informasi antar

individu maupun kelompok dalam perusahaan, akan membentuk suatu

lingkungan organisasi yang terpadu dan dinamis.

25

Komunikasi merupakan salah satu infrastruktur perusahaan yang memiliki

pengaruh dan hubungan yang positif dengan fleksibilitas perusahaan (Lau, 1999),

komunikasi yang terjalin dan berlangsung dengan baik secara langsung maupun

tidak langsung berpengaruh terhadap kinerja organisasi.

2.1.4 Teknologi Pendukung Organisasi

Saat ini perusahaan mulai menyadari pentingnya pemilihan peralatan dan

teknologi sebagai salah satu keputusan strategis yang harus dibuat dalam suatu

perencanaan proses, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak

dibidang industri manufaktur.

Bagi perusahaan manufaktur merupakan kebutuhan untuk melihat teknologi

sebagai pusat dari pemikiran bisnis, hal ini akan mempengaruhi strategi

selanjutnya serta perencanaan strategi manufaktur secara keseluruhan.

Teknologi yang terus menerus berkembang, dibuat untuk memudahkan para

penggunanya dalam melakukan aktivitasnya. Dalam industri manufaktur

teknologi yang ada mulai dari mesin-mesin multifungsi yang digunakan untuk

beroperasi hingga pemanfaatan teknologi informasi seperti Computer Integrated

Manufacture (CIM), Flexible Manufacture System (FMS), Computer Numerical

Control (CNC).

Pada dasarnya pemilihan dan pengunaan teknologi bertujuan untuk

membantu dalam mengoperasikan seluruh kegiatan perusahaan, mulai dari lantai

produksi hingga area fungsional lainnya dalam perusahaan seperti bagian

26

penjualan, perancangan, keuangan, dan sebagainya. Diharapkan penggunaan

teknologi yang tepat dapat meningkatkan produktifitas perusahaan dengan efektif

dan efisien.

Teknologi sebagai bagian infrastruktur perusahaan memiliki pengaruh dan

hubungan yang positif dengan fleksibilitas perusahaan (Lau, 1999), pemilihan dan

penggunaan teknologi yang tepat secara langsung maupun tidak langsung

memberi kontribusi terhadap produktifitas dan kinerja organisasi.

Dalam hubungannya dengan strategi manufaktur, terdapat beberapa konsep

strategi teknologi yaitu:

a. Strategi teknologi harus dibangun secara kolektif dengan manufaktur,

pemasaran, dan strategi fungsional lainnya, karena keputusan teknologi

akan memberi dampak yang besar pada tiap area dan departemen yang ada

pada suatu perusahaan.

b. Strategi teknologi harus dibentuk dalam kesatuan dengan strategi bisnis

perusahaan karena pemilihan yang tepat dari peralatan dan teknologi akan

meningkatkan kompetensi.

c. Strategi teknologi harus mendukung setiap perbaikan dimasa yang akan

datang dan keuntungan kompetitif perusahaan.

Dalam memformulasikan strategi teknologi, terdapat beberapa komponen

primer yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Penentuan dan Pemilihan Teknologi

27

Penentuan teknologi baru yang diperlukan perusahaan, maupun

memutuskan bentuk yang sesuai dari teknologi perusahaan yang tetap

dilanjutkan, disesuaikan dengan jenis usaha, kebutuhan untuk mencapai

tujuan, kemampuan dan sebagainya.

Hal ini merupakan proses yang cukup sulit, untuk menjamin bahwa

teknologi yang dipilih nantinya dapat memberi arti penting bagi efektifitas

dan efisiensi sebagai pendukung strategi bisnis perusahaan. Suatu analisa

lingkungan dan sumber daya teknologi yang sudah ada dibutuhkan untuk:

- Menentukan sumber daya teknologi yang dibutuhkan untuk

mendukung strategi bisnis yang telah dipilih.

- Menentukan trend teknologi dimasa yang akan datang yang memiliki

pengaruh signifikan untuk menjalankan strategi kompetitifnya

2. Persyaratan Teknologi

Penting untuk mempertimbangkan jenis hasil yang ingin dicapai dari

penggunaan teknologi baru, dengan menggunakan pendekatan bisnis dan

manufaktur.

3. Peramalan Teknologi

Komponen ini termasuk memprediksi evolusi teknologi dan

pengaruhnya terhadap industri. Dengan demikian manajemen mendapat

pengertian yang lebih baik mengenai trend yang akan datang, sehingga

dapat dibuat keputusan strategis bisnis, dan mengidentifikasi situasi yang

28

dapat mendatangkan ancaman maupun yang mendatangkan kesempatan

atau peluang.

Perusahaan dapat memilih posisi dalam pemanfaatan teknologi, apakah

sebagai pemimpin atau menjadi pengikut teknologi. Pemilihan posisi ini tentu

saja harus disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan perusahaan, yang

menjadi bagian dalam perencanaan strategis perusahaan.

Dalam hubungannya dalam pencapaian fleksibilitas organisasi, De Groote

mengemukakan 3 elemen ruang lingkup fleksibilitas (Shi & Daniels, 2003),

yaitu:

1. Fleksibilitas teknologi yang digunakan.

2. Lingkungan tempat teknologi digunakan.

3. Kriteria kinerja untuk mengevaluasi tiap teknologi untuk tiap kondisi

lingkungan.

Pemilihan dan pemanfaatan teknologi yang tepat akan membantu

meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, karena dapat memenuhi permintaan

yang berubah-ubah dengan lebih efektif dan efisien.

2.1.5 Hubungan Antar Departemen

Hubungan antar departemen sebagai bagian infrastruktur perusahaan

memiliki pengaruh dan hubungan yang positif dengan fleksibilitas perusahaan

(Lau, 1999), dan hubungan kerja antar departemen yang terjalin dan berlangsung

29

dengan baik berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap kinerja

organisasi.

Dalam suatu perusahaan terdapat berbagai departemen dengan fungsi dan

tanggung jawab masing-masing, yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan

perusahaan. Tiap departemen tersebut dapat dikatakan sebagai suatu kelompok

formal karena kelompok tersebut ditetapkan oleh struktur organisasi dengan

penugasan kerja yang ditunjuk untuk menjalanan tugas-tugas, yang perilakunya

ditentukan oleh dan diarahkan untuk pencapaian tujuan organisasi

(Robbins,2003).

Tiap departemen tersebut harus memiliki hubungan dan koordinasi yang baik

agar kegiatan perusahaan secara keseluruhan dapat berjalan dengan baik,

sehingga mencapai tujuan utama perusahaan yaitu mendapatkan keuntungan.

Menurut Graham Williams hubungan antar departemen, baik hubungan kerja

dan hubungan antara individu pekerja dari masing-masing departemen, secara

langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi hubungan antara

perusahaan dengan pelanggan. Hubungan yang baik secara tidak langsung dapat

memberi kepuasan kerja bagi individu dalam departemen. Hubungan anta

departemen tidak akan lepas dari komunikasi yang terjalin antar departemen.

2.1.6 Fleksibilitas Pemasok

30

Suatu sistem manufaktur setidaknya memilliki tujuh elemen yang saling

bekerja sama dalam pencapaian tujuan sistem tersebut, yaitu tujuan (objectives),

pelanggan (customers), masukan (input), proses (process), keluaran (output),

pemasok (suppliers), dan pengukuran (Measurement) (Gaspersz, 2001).

Pentingnya pemasok dalam sistem manufaktur juga dinyatakan oleh

Gaspersz, bahwa keberhasilan industri manufaktur modern membutuhkan

penerapan dan partisipasi total dari hubungan pemasok – pembuat – pelanggan.

Agar diperoleh sistem manufaktur yang bernilai tambah hendaknya tiap pihak

dapat berperan ganda sebagai pemasok, pembuat, dan pelanggan.

Dalam bukunya Vincent Gaspersz (2001) membagi penyalur atau pemasok

kedalam tiga hubungan yaitu:

1. Hubungan Eksternal

Pemasok luar (external supplier) ini menyediakan sumber daya yang

dibutuhkan oleh pabrik, dapat dikatakan sebagai perluasan pabrik

2. Hubungan Internal

Sedangkan hubungan pemasok internal (internal supplier) terjadi didalam

satu perusahaan, baik antar departemen produksi maupun dengan

departemen sebelumnya yang menyediakan sumber daya.

3. Hubungan Antar-pabrik

Hubungan ini terjadi dengan pemasok yang menghasilkan produksi

sejenis.

31

Komunikasi dan kerja sama yang baik menjadi bagian penting dalam

menjaga hubungan dengan pemasok, agar dapat mencapai tujuan strategik

perusahaan.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa salah satu tujuan utama

industri manufaktur kelas dunia dalam menghadapi perubahan lingkungan yang

dinamik, adalah struktur manufaktur yang fleksibel. Untuk mendapatkan suatu

struktur manufaktur yang fleksibel, pemasok sebagi bagian penting dalam sistem

manufaktur juga hendaknya memiliki fleksibilitas yang baik pula.

Pemasok yang memiliki fleksibilitas yang baik diantaranya mampu

menghadapi berbagi perubahan baik dalam perubahan pesanan volume maupun

variasi produksi (Lau, 1999).

Diperlukan suatu hubungan yang baik dengan pemasok agar fleksibilitas

pemasok dapat terjaga dan terasa manfaatnya bagi perusahaan. Beberapa prinsip

yang perlu diperhatikan agar terjalin hubungan yang baik dengan pemasok

(Gaspersz, 2001), adalah:

a. Pemasok diperlakukan sebagai mitra bisnis sehingga mengerti mengenai

informasi dan kebutuhan pabrik.

b. Membuat komitmen hubungan jangka panjang dan lebih erat dengan

pemasok, dengan saling mendukung dan bekerja sama untuk mencapai

manfaat bersama.

c. Membangun hubungan informal untuk mencegah masalah-masalah lebih

lanjut.

32

d. Outside service seperti memberi dokumentasi dan prioritas kerja pabrik

terutama dilantai produksi, dan pekerjaan yang akan datang.

e. Memanfaatkan peralatan dan teknologi yang dapat mempermudah

komunikasi dan pertukaran informasi dengan pemasok.

Vincent Gaspersz (2001) juga menyatakan bahwa pemasok yang fleksibel

secara tidak langsung dapat memberi manfaat bagi pabrik, diantaranya minimasi

persediaan, mengurangi biaya dan waktu inspeksi penerimaan barang pasokan,

menurunkan waktu tunggu manufaktur, sehingga dapat mengeluarkan pesanan

sesuai konsumsi aktual.

2.2 Kerangka Pikiran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi fleksibilitas manufaktur pada PT.ISTEM, yang pengumpulan datanya

dilakukan dengan menyebarkan kuesioner untuk mengetahui persepsi responden

mengenai kondisi faktor-faktor tersebut diperusahaan tempat mereka bekerja.

Berdasarkan teori yang berhubungan, fleksibilitas manufaktur sebagai variabel

tak bebas atau terikat, dipengaruhi oleh faktor otonomi, komunikasi, hubungan kerja

antar departemen, teknologi, dan fleksibilitas penyalur. Faktor-faktor tersebut

merupakan variabel bebas atau variabel tak terikat.

33

Berikut merupakan diagram hubungan antara kedua jenis variabel tersebut.

Otonomi

Komunikasi

Hubungan Antar Departemen

Teknologi

Fleksibilitas Manufaktur

Fleksibilitas Penyalur

Variabel Bebas Variabel Tak Bebas

Gambar 2.1 Diagram Hubungan Faktor-faktor Dalam Penelitian

Melalui bagan tersebut diatas kita dapat melihat bahwa segala perubahan baik

peningkatan maupun penurunan intensitas faktor otonomi, komunikasi, teknologi,

hubungan antar departemen, dan fleksibilitas pemasok, akan mempengaruhi

fleksibilitas manufaktur.

Melalui persepsi karyawan kita dapat mengetahui faktor apa saja dari kelima

faktor tersebut yang mempengaruhi fleksibilitas manufaktur di PT.ISTEM, yang

ditunjukkan dalam persamaan regresi linear berganda sebagai berikut.

34

Pers: Y = a + b1X1 + b2X2 + … + biXi

Ket : Y = Variabel tak bebas

X = Variabel tak bebas

a = Harga konstan, yang merupakan harga Y bila X = 0

b = Koefisien regresi

2.3 Hipotesis

Untuk menguji kontribusi keseluruhan variabel bebas secara bersama-sama dalam

persamaan regresi, dilakukan uji F dengan tingkat alpha 0.05, dan derajat bebas k dan

n – k – 1.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ho : β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = 0

Ha : Sekurang-kurangnya satu β = 0

Kesimpulan yang diharapkan dari uji F ini ialah Tolak Ho, yaitu jika:

Fhitung > Ftabel (α, v1, v2)

Ket : α = 0.05

v1 = k = jumlah variabel bebas

v2 = n – k – 1 (n = jumlah responden)

Tolak Ho berarti sekurang-kurangnya satu dari kelima variabel bebas memiliki

pengaruh dan hubungan yang positif serta signifikan terhadap variabel tak bebas.

35

Apabila diperoleh kesimpulan Terima Ho, maka variabel-variabel bebas secara

keseluruhan tidak memiliki pengaruh dan hubungan yang positif serta signifikan

terhadap variabel tak bebas.

Sedangkan uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh signifikan secara individu

dari tiap variabel bebas dalam persamaan regresi. Hipotesis yang digunakan

dinyatakan sebagai berikut.

Ho : βi = 0

Ha : βi = 0

Uji t dua arah pada penelitian ini menggunakan tingkat alpha (α) 0.10 dengan

derajat bebas (df) n – k – 1. Uji t ini dilakukan tiap kali terjadi penambahan variabel

bebas dalam persamaan regresi.

Kesimpulan yang diharapkan dari uji t ini ialah Tolak Ho, yaitu jika:

thitung > ttabel (α/2, n – k – 1)

Tolak Ho berarti variabel bebas dalam persamaan secara individu memiliki

pengaruh dan hubungan yang positif serta signifikan terhadap variabel tak bebas.

Apabila diperoleh kesimpulan Terima Ho, maka variabel bebas secara individu

tidak memiliki pengaruh dan hubungan yang positif serta signifikan terhadap variabel

tak bebas.

Sedangkan kandidat variabel bebas selanjutnya yang dapat masuk kedalam

persamaan regresi ialah yang memiliki thitung > ttabel (α/2, n – k – 1) dengan tingkat

signifikan 0.05 .