Upload
phungquynh
View
221
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Strategi
Menurut Thomson, Strickland, dan Gamble (2009, p.6) “Strategi
dalam sebuah perusahaan terdiri dari beberapa pergerakan kompetitif dan
pendekatan bisnis yang manager lakukan untuk mengembangkan bisnis,
menarik dan melayani pelanggan, memenangkan persaingan, menangani
operasional, dan mencapai tujuan organisasi”.
Kemudian Thomson, Strickland, berpendapat (2003, p.3), “Strategic
Management menggambarkan proses managerial dalam membuat strategic
vision, setting objectives, membuat, menerapkan, dan melaksanakan strategi,
kemudian secara berkala melakukan evaluasi terhadap visi, objektif, strategi,
dan pelaksanaannya”.
Menurut Kotler dan Keller (2009, p.53) “Strategi adalah rencana suatu
perusahaan untuk mencapai tujuan akhir”.
12
Menurut Glueck dan Jauch (1998, p.12) “Strategi adalah rencana
menyeluruh yang disatukan serta mengaitkan keunggulan strategi perusahaan
dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa
tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh
perusahaan”.
2.2 Growth Strategy
Menurut Kurtz (2008, p.364-365) “Growth Strategy adalah langkah
dalam life cycle product yang dimulai ketika perusahaan mulai menyadari
adanya keuntungan dari investasi yang ditanamkan dalam sebuah produk”.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008, p.41) “Growth Strategy adalah
Tahapan dari life cycle product dimana penjualan mulai meningkat secara
cepat”.
Menurut Alberto D. Hanani (2009) “Secara umum strategi
pertumbuhan (growth strategy) perusahaan terbagi menjadi 3 (tiga) kategori.
Pertama adalah strategi M&A (Mergers & Acquisitions). Kedua adalah
strategi pertumbuhan organik melalui pengembangan pangsa pasar (market
share). Ketiga adalah strategi pertumbuhan organik melalui pengembangan
portfolio (baik portfolio pasar mau pun portfolio produk)”.
13
Hanani juga mengungkapkan ”Berdasarkan sebuah studi yang
dilakukan McKinsey & Co. beberapa tahun terakhir, ditemukan bahwa
pengembangan portfolio pasar merupakan strategi pertumbuhan yang paling
efektif bagi banyak perusahaan (memberi kontribusi bagi sekitar 50%
responden). Sementara itu, strategi M&A menduduki peringkat kedua (yang
memberi kontribusi signifikan kepada sekitar 30% responden), dan strategi
pengembangan market share memberi kontribusi kepada 20% responden”.
2.3 Quality Control
Quality Control atau Pengendalian kualitas merupakan aktivitas teknik
manajemen, mengukur karakteristik kualitas dari output (barang atau jasa),
kemudian membandingkan hasil pengukuran tersebut dengan spesifikasi
output yang diinginkan oleh pelanggan, serta mengambil tindakan perbaikan
yang tepat apabila ditemukan perbedaan antara performansi aktual dan
standar.
14
Menurut Gaspersz (2003, p4) “Pengendalian kualitas adalah aktivitas
yang berorientasi pada tindakan pencegahan kerusakan, dan bukan berfokus
pada upaya untuk mendeteksi kerusakan saja tetapi lebih difokuskan pada
tindakan pencegahan sebelum terjadinya kerusakan dengan jalan
melaksanakan aktivitas secara baik dan benar pada waktu pertama kali mulai
melaksanakan suatu aktivitas.”
2.4 Franchise
2.4.1 Pengertian Franchise
Menurut Kurtz (2008, p.429) “Franchise adalah pengaturan
kontraktual yang disetujui oleh pedagang besar maupun pengecer untuk
memenuhi kebutuhan operasi dari suatu pabrik produksi atau franchise
lainnya”.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008, p.347) “Franchise adalah
hubungan kontraktual antara produsen, grosir, atau organisasi jasa (franchise)
dan pebisnis independen (franchisee) yang membeli hak untuk memiliki dan
mengoperasikan satu atau lebih unit dalam sistem franchise.
15
Menurut Tim (IFBM) International Franchise Business Management
(2007, p.1) ”Kata franchising berasal dari bahasa Perancis yang berarti free
from servitude. Di masa lampau, di kerajaan Perancis, ada individu atau
kelompok tertentu yang diberikan hak (right) dan keistimewaan (privilege)
oleh raja-raja Perancis untuk mewakili mereka melakukan fungsi publik,
misalnya menghadiri acara tertentu, melakukan kunjungan ke daerah tertentu,
melakukan lobi politik, menerima upeti atau hadiah, memungut pembayaran
pajak, dll”.
2.4.2 Dasar–Dasar Franchise
Kata franchising kemudian dimasukkan dalam kosa kata bahasa
Inggris untuk menunjukkan keistimewaan kepada individu atau kelompok
tertentu, sedangkan kata franchise digunakan untuk menyebutkan hak dan
keistimewaan yang diberikan.
Ditinjau dari apek ekonomi modern, franchising dianggap merupakan
pemberian hak dan keistimewaan kepada perusahaan tertentu untuk
mengoperasikan bisnis dan peraturan atau persyaratan yang ditentukan
pemilik franchise. Sehingga secara sederhana franchising dapat dipahami
sebagai, perjanjian hukum dimana pemilik (franchisor) setuju untuk
memberikan hak dan keistimewaan (license) kepada individu atau perusahaan
16
tertentu (franchisee) untuk menjual produkatau jasa kepada pihak lain sesuai
dengan peraturan atau persyaratan yang ditentukan pemilik (franchisor).
Menurut (IFBM) International Franchise Business Management
(2007, p.2) ”Di Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan
Republik Indonesia nomor 12/M-DAG/PER/3/2006 tentang ketentuan dan
tata cara penerbitan surat tanda pendaftaran usaha waralaba (franchising),
dalam pasal 1 (ayat 1) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan waralaba
(franchise) adalah perikatan antara pemberi waralaba (franchisor) dengan
penerima waralaba (franchisee); dimana penerima waralaba (franchisee)
diberikan hak untuk menjalankan usaha dengan memanfaatkan atau
menggunakan hak kekayaan intelektual atau ciri khas usaha yang dimiliki
pemberi waralaba (franchisor); dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan
yang ditetapkan oleh pemberi waralaba (franchisor); dengan sejumlah
kewajiban menyediakan dukungan konsultasi operasional yang
berkesinambungan oleh pemberi waralaba (franchisor) kepada penerima
waralaba (franchisee)”
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa di Indonesia
dalam waralaba atau franchising adalah:
1. Ada ikatan hukum antara franchisor dan franchisee.
2. Franchisor memiliki hak kekayaan intelektual atau ciri khas usaha.
17
3. Franchisor memberikan franchisee hak dan keistimewaan untuk
memanfaatkan dan menggunakan hak kekayaan intelektual atau ciri
khas usaha milik franchisor.
4. Franchisee wajib memenuhi persyaratan (termasuk pembayaran atau
imbalan) yang ditetapkan franchisor.
5. Franchisor wajib menyediakan dukungan atau konsultasi operasional
yang berkesinambungan untuk franchisee.
Dapat disimpulkan bahwa hukum di Indonesia memandang
franchising sebagai salah satu bentuk perikatan atau perjanjian hukum yang
diakui di Negara Republik Indonesia, dan mengikat kedua belah pihak sama
kuatnya.
2.4.3 Konsep - Konsep Dasar Franchising
Di dalam buku (IFBM) International Franchise Business Management
(2007, p.4) Ada beberapa konsep dasar yang perlu dipahami untuk mengerti
franchising secara komprehensif, yaitu:
• Franchising : Strategi atau metode untuk mendistribusikan barang atau jasa.
• Franschise : Hak atau keistimewaan yang diberikan oleh individu atau
kelompok tertentu.
• Franchisor : Pemilik hak dan keistimewaan pengelolaan bisnis tertentu.
18
• Franchisee : Pengguna hak dan keistimewaan yang dimiliki franchisor
karena membayar sejumlah imbalan atau biaya kepada franchisor.
Konsep–konsep dasar tersebut menegaskan bahwa franchising berbeda
dengan strategi atau metode marketing atau distribusi barang / jasa lainnya,
seperti: “anak cabang (branch)” atau “subsidiary”.
Konsep–konsep dasar tersebut memperlihatkan franchising sebagai
strategi bisnis dapat digunakan untuk memasarkan atau mendistribusikan
semua barang dan jasa. Selain lintas industri, ternyata franchising juga lintas
skala usaha. Franchising dapat digunakan oleh pemodal kecil sampai
konglomerat. Usaha kecil dan menengah, seperti: restoran padang, warung
nasi tegal, penjaja bakso dorong, salon kecantikan, bengkel mobil, dll, dapat
menggunakan franchising untuk lebih memasarkan barang dagangannya.
Tetapi usaha yang membutuhkan modal besar pun, seperti: pabrik teh
botol “Sosro”, pabrik barang plastik “Maspion”, Plaza “Pasar Raya”, dll, juga
dapat memanfaatkan franchising untuk mengembangkan, mendominasi, mem-
penetrasi pasar. Disinilah letak kekuatan franchising, tidak ada strategi bisnis
lain yang dapat menyaingi ke-flexible-an, ke-dinamis-an, dan ke-responsive-
an franchising terhadap berbagai tipe industri, berbagai skala usaha, dan
berbagai perubahan cepat yang terjadi di pasar.
19
2.4.4 Perkembangan Bisnis Franchise di Indonesia
Menurut (IFBM) International Franchise Business Management
(2007, p.5) “Bisnis franchising di Indonesia dapat ditelusuri jauh di awal
tahun 1980-an, ketika itu ada 6 (enam) perusahaan yang telah menggunakan
franchising strategi mereka mengekspansi usaha. Sejak awal diperkenalkan di
Indonesia, franchising adalah strategi bisnis yang dimanfaatkan berbagai
kalangan, dimulai usaha yang bermodal padat yang bergerak di berbagai
bidang real estate, bank, sekuritas, manufaktur, pariwisata, dan ritel sampai
dengan usaha yang bermodal kecil”.
Sebelum tahun 1997, franchising di Indonesia didominasi oleh tipe
industri makanan (25.71%), pendidikan (22.86%), dan minuman supplies
(5.71%). Di tahun 1998-2000, walaupun secara kuantitas jumlah usaha
franchising baru tidak menggembirakan, tetapi dominasi tipe industri masih
tetap, yaitu Food: Snacks / Donuts / Pastry (17.54%), Food: Restaurant
(10.53%), dan Educational Service and Product (10.53%).
Yang menarik, pada tahun-tahun ini juga banyak didirikan usaha
franchising baru di bidang beverage: Cafe / Supplies (8.77%), Beverage: Ice
cream / Yogurt / Fresh Drink (5.26%), dan Specialty Store (5.26%).
20
Di tahun 2000-an, dominasi franchising makanan dan minuman tetap
berlanjut, walaupun tetap diikuti secara ketat oleh industri pendidikan. Food:
Restaurant mendominasi sebesar (19.57%), Food: Snacks / Donuts / Pastry
sejumlah (17.39%), Educational Service and Product sejumlah (13.04%),
Beverage: Cafe / Supplies sejumlah (9.78%), dan Beverage: Ice cream /
Yogurt / Fresh Drink sejumlah (3.26%).
Tim (IFBM) International Franchise Business Management (2007,
p.11) menyimpulkan, ”Dibandingkan periode tahun 1998-2000, usaha
franchising setelah tahun 2001 lebih beragam, usaha-usaha di bidang non-
makanan atau minuman bermunculan kembali seperti clothing, shoes,
accessories, convenience store, health aids and services, manufacturing
franchise, photography / design graphics and supplies dan recreation /
amusement”.
2.4.5 Jenis-Jenis Franchise
Di dalam buku Tim (IFBM) International Franchise Business
Management (2007, p.11), perkembangan bisnis franchise digolongkan ke
dalam 2 (dua) jenis :
1. Product and trade name franchising.
2. Business-format franchising.
21
Jenis pertama, Product and trade name franchising dikenal sebagai
franchising retailing. Franchising jenis ini digunakan untuk memperluas
usaha dan pemasaran dengan cara memberikan lisensi kepada pihak lain untuk
membuat dan memasarkan suatu produk di territorial yang telah disepakati.
Sedangkan, jenis kedua, Business-format franchising populer dengan
sebutan franchising business. Franchising jenis ini digunakan untuk
memperluas usaha dan pemasaran dengan cara tidak hanya memberikan
lisensi kepada pihak lain untuk membuat dan memasarkan suatu produk di
territorial yang telah disepakati, namun juga memberikan bantuan atau
konsultasi pengoperasian usaha.
2.4.6 Perbedaan Franchise, Business Opportunity, dan Lisensi
Menurut (IFBM) International Franchise Business Management
(2007, p.12) “Di Indonesia, pada tahun 2000-an, telah berkembang semakin
banyak bisnis - bisnis yang menawarkan peluang kerjasama bagi para pemilik
modal. Tidak hanya dengan sistem franchise tetapi juga sistem kemitraan atau
dikenal BO (business opportunity)”.
22
BO merupakan cikal bakal suatu usaha untuk menjadi usaha yang
franchise-able. Umumnya suatu usaha BO adalah usaha yang baru berjalan di
bawah 3 (tiga) tahun tetapi mempunyai peluang yang sangat menjanjikan bagi
para pemilik modal yang berinvestasi di dalamnya.
Tentu berbeda antara perusahaan BO dengan perusahaan franchise.
Usaha BO belum memiliki merek dagang yang mapan dan pembuktian usaha
yang belum lama sehingga resiko yang timbul lebih besar dibanding
perusahaan franchise. Selain itu, usaha BO umumnya belum memiliki
dokumentasi sistem yang bagus.
Sedangkan bisnis dengan sistem lisensi sudah berjalan sejak lama.
Lisensi adalah pemberian hak dari pemegang merek kepada penerima lisensi
untuk menjualkan suatu produk di area teritori tertentu. Lisensi umumnya
dapat disebut jenis franchise pertama, yaitu product and trade name
franchising. Sedangkan definisi franchise sekarang penggunaannya lebih
mengacu pada jenis franchise kedua, yaitu business - format franchising.
2.4.7 Kiat Sukses Membeli Usaha Franchise
Berdasarkan buku dari Tim (IFBM) International Franchise Business
Management (2007, p.17) ”Data tingkat keberhasilan usaha franchise jauh
lebih besar dibandingkan bisnis usaha sendiri. Jika kegagalan bisnis baru pada
23
tahu pertama mencapai 90%, maka bisnis franchise 10% pada tahun pertama
dan 65% bisnis franchise dapat berkembang pada tahun berikutnya”.
Pada bagian ini akan dibahas bagaimana cara agar dapat berhasil
ketika membeli dan menjalankan bisnis franchise. Bisnis franchise yang
dibahas mencakup BO yang menawarkan peluang kerjasama kemitraan bagi
yang ingin berbisnis.
Namun sebelum memulai bisnis baik franchise atau bisnis sendiri, ada
baiknya mempelajari beberapa karakteristik bisnis yang ideal untuk di
jalankan:
1. Produknya tidak terlalu besar dan tidak membutuhkan tempat yang luas.
2. Bisnis yang tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak.
3. Bisnis yang tidak membutuhkan ketrampilan yang rumit.
4. Bisnis yang expire date panjang.
5. Produknya terkenal.
6. Marginnya tinggi.
7. Prospek pasarnya tumbuh atau berkembang.
Ketujuh karakteristik di atas dapat menjadi rambu-rambu sebelum
memulai bisnis sendiri atau membeli bisnis franchise. Untuk mempertajam
pengetahuan tentang perbedaan bisnis franchise dan bisnis sendiri.
24
2.4.8 Keuntungan dan Kerugian Membeli Franchise
Sistem franchise memberikan pembelinya keuntungan-keuntungan
sebagai berikut:
1. Learning curve yang singkat
Tidak lagi mengalami kegagalan-kegagalan yang dialami oleh franchisor.
2. Keuntungan memberikan jaringan nama usaha yang dikenal
Menggunakan jaringan dan merek dagang yang telah dikenal membuat
mudah untuk memasarkan dan melakukan penjualan.
3. Mendapat bantuan memulai usaha
Memulai umumnya lebih sulit dibandingkan melanjutkan.
4. Jaminan supply dan dukungan usaha lainnya
Membeli franchise berarti mengharapkan dukungan dari franchisor.
5. Kekuatan dalam kegiatan promosi yang efisien
Keuntungan dari membangun bisnis secara bersama-sama dengan sistem
franchise adalah akan efisien dalam hal promosi bersama secara nasional.
25
Dibalik kelebihan yang didapatkan terdapat pula kekurangan sistem
franchise sebagai berikut :
1. Sekalipun usahanya milik sendiri, kebijakan umum masih ditentukan oleh
franchisor.
2. Untuk membentuk sistem yang baku, perlu adanya proses yang lebih
birokratis.
Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Membeli Franchise dan
Membuka Usaha Sendiri
Membeli Franchise Membuka Usaha Sendiri
Merek Dagang Menggunakan merek
dagang yang dikenal
Membutuhkan waktu untuk
mengenalkan merek
Produk yang dijual Konsumen telah mengenal
produk yang dijual
Butuh waktu untuk
membangun reputasi
produk dan bisnis
Lokasi Mendapat bantuan dari
franchisor dalam memilih
lokasi yang bagus
Bebas memilih lokasi,
terserah baik atau
buruknya lokasi tersebut
Training Mendapat training cara
menjalankan bisnis
franchise
Tidak mendapatkan
training apapun tergantung
si pemiliknya
26
Bisnis Teruji Mendapatkan metode
bisnis yang sudah teruji
Metode bisnis tergantung
si pemilik, dan belum teruji
Promosi Bersama Melakukan promosi
bersama dengan outlet
lainnya
Tidak ada promosi
bersama, si pemilik
mempromosikan sendiri
bisnisnya
Sumber Franchisor yang
menentukan supplier
Bebas mencari dan
menentukan supplier
Kepemilikan Si pemilik terikat janji
dengan franchisor, si
pemilik tidak bisa menjual
franchise
Si pemilik bebas menjual,
menutup atau apapun
dengan bisnisnya
Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Membeli Franchise dan Membuka Usaha Sendiri
Sumber : Tim IFBM (2007)
2.4.9 Tahapan Membuka Usaha Franchise
Menurut Tim (IFBM) International Franchise Business Management
(2007, p.28) Sebelum membuka usaha franchise, ada tahap-tahap yang perlu
dilakukan agar nantinya usaha franchise yang dibuka berhasil dan
menguntungkan.
27
Ada 4 (empat) tahap untuk membuka usaha franchise, yaitu:
1. Evaluasi / Persiapan Diri
Tahapan pertama, Di sini merupakan tahapan untuk mengevaluasi
keputusan si pemilik apakah si pemilik memang telah siap untuk memulai
usaha.
2. Seleksi Bisnis
Tahapan kedua, Sebelum melaksanakan tahap ini, pemilik harus sudah
mantap pada dirinya dan merasa yakin bahwa memang akan berbisnis
franchise.
3. Investigasi Perusahaan
Tahapan ketiga, Setelah menyeleksi bisnis, tahapan ini adalah melakukan
investigasi terhadap franchisor. Pertanyaan dapat diajukan sebagai bahan
evaluasi perusahaan sehingga dapat membandingkan satu perusahaan
franchise dengan perusahaan lainnya.
4. Start-up (memulai usaha)
Tahapan keempat, Tahap ini merupakan tahapan persiapan dalam
membuka usaha. Dari persiapan tempat, karyawan, sampai siap untuk
pembukaan outlet.
28
2.4.10 Ciri Franchisee yang Sukses
Banyak franchisee yang sukses, Menurut Tim (IFBM) International
Franchise Business Management (2007, p.29) berikut ini ciri paling penting
sebagai franchisee:
• Mau Belajar
• Mau Kerja Hingga Larut Malam
• Terampil Berhubungan
• Kemampuan Menjual
• Tahan Banting
• Bersedia Menerima Pendapat Orang Lain
• Mempunyai Modal
• Persyaratan Tidak Terlalu Penting
• Pengalaman Kerja di Perusahaan Besar
• Pengalaman Kerja Dalam Bidang Franchising
• Pengalaman Mengelola Bisnis
• Kondisi Pribadi (Usia, Jenis Kelamin, dan Status)
• Pengetahuan Akunting
29
2.4.11 Sumber Pembiayaan Usaha Franchise
Menurut Tim (IFBM) International Franchise Business Management
(2007, p.30) “Untuk memulai bisnis, franchisor dan franchisee perlu memiliki
dana yang cukup, jumlahnya tentu tegantung pada skala usaha yang hendak
dibangun. Diperkirakan minimal dana yang perlu disiapkan sekitar 30% -
60% dari total kebutuhan dana termasuk dana investasi dan modal kerja untuk
6 (enam) bulan pertama”.
Adapun sumber modal yang dapat diperoleh antara lain:
• Kekayaan Pribadi
Dapat berupa rumah, mobil, tabungan, koleksi lukisan, permata, dan
barang berharga lainnya.
• Keluarga dan Teman
Kebaikannya, mereka sudah kenal. Kekurangannya, sekali mengalami
kegagalan, hubungan akan retak.
• Franchisor
Banyak franchisor yang bersedia turut membiayai franchisee.
30
• Bank
Bank sering sulit ditembus, tetapi ada lembaga lain yang bersedia member
pinjaman kepada franchisee.
• Leasing
Franchisor sering bersedia menyediakan tempat, gedung atau peralatan.
Ini sangat meringankan franchisee.
• Pemerintah
Ada badan khusus yang memberikan bantuan dana, seperti SBA, tetapi
sering mengintimidasi.
• Modal Patungan
Solusi ini biasanya hanya untuk bisnis besar, seperti franchising seluruh
territorial. Sebagian besar franchisor menginginkan hak milik sebesar
50%.
31
2.4.12 Menentukan Lokasi Usaha Franchise
Menurut Tim (IFBM) International Franchise Business Management
(2007, p.39) ”Pemilihan lokasi merupakan keputusan strategis dalam usaha
franchise. Lokasi yang bagus atau buruk adalah awal kesuksesan atau
sebaliknya kegagalan dalam bisnis franchise. Diperlukan pemikiran dan
analisis yang mendalam sebelum menentukan sebuah lokasi”.
Sebelum memilih lokasi, terlebih dahulu harus tahu siapa target pasar
dari franchise yang dibeli. Apakah orang dewasa, remaja, anak-anak? Apakah
karyawan, mahasiswa, siswa sekolah? Berapa rentang usianya? Apa saja
kebiasaannya?
Semakin jelas mengetahui target pasar maka semakin besar memilih
lokasi yang pas. Jika mengetahui target secara jelas, maka juga semakin
mudah mencari lokasi yang sesuai dengan sasaran.
Ada beberapa tahapan-tahapan berikut sebelum memilih lokasi yang
tepat, yaitu:
• Analisis Pasar, meliputi:
o Analisis Demografi, mengetahui ukuran populasi dan
karakteristiknya.
o Analisis Tingkat Perekonomian, dinilai dari keadaan lingkungan
sekitar lokasi.
32
o Analisis Tingkat Persaingan, mengukur bagaimana tingkat
intensitas persaingan yang terjadi, apakah sudah membuat pasar
jenuh? Semakin rendah tingkat kejenuhan pasar maka semakin
besar peluang untuk sukses di area tersebut.
• Analisis Area, meliputi:
o Area Primer, area dimana pembeli potensial kita berada, Hampir
65% penjualan berasal dari pembeli jenis ini.
o Area Sekunder, area dimana pembeli yang berkontribusi terhadap
penjualan sebesar 20%.
o Area Tersier, area dimana pembeli membeli di outlet karena
alasan-alasan tertentu.
• Analisis Tempat
Jika telah memiliki informasi penting tentang pasar dan lingkungan
sekitar, selanjutnya menganalisis yang terkait langsung dengan tempat
yang dipilih.
Tabel 2.2 Tabel Kelebihan dan Kekurangan dari bentuk Lokasi
Lokasi Membeli Franchise Membuka Usaha Sendiri
Pusat Kota • Banyak pelaku
bisnis
• Pasar sudah mapan
• Masalah parkir
• Kurang bersih
• Kurang terawat
33
• Fokus pasar bebas • Harga sewa mahal
• Persaingan tinggi
Regional Mall
(umumnya tujuan
masyarakat dari
beberapa pemukiman)
• Lalu lintas ramai
• Parkir luas
• Profesional
Community Mall
(umumnya dekat
sebuah pemukiman)
• Area sasaran jelas
• Parkir cukup luas
• Pasar berbasis
komunitas
• Pasar terbatas
• Lalu lalang orang
terbatas
Tempat Bebas (free
location standing
• Sewa lebih murah
• Tempat bisa
diperluas
• Fleksibelitas tinggi
• Lalu lalang ornag
kurang
• Harus promosi
• Sulit membuat
pelanggan tertarik
Tabel 2.2 Tabel Kelebihan dan Kekurangan dari bentuk Lokasi
Sumber : Tim IFBM (2007)
34
2.4.13 Strategi Sukses Membangun Usaha Franchise
Menurut Tim (IFBM) International Franchise Business Management
(2007, p.76) Sebelum memasarkan dan menjual bisnis melalui sistem
franchise, ada hal-hal yang perlu dipersiapkan, yaitu:
1. Persiapan Mental (Paradigma Shift)
2. Persiapan Organisasi
3. Persiapan Investasi
Jika hal-hal diatas sudah dipersiapkan, maka langkah selanjutnya
adalah mengetahui kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membangun
usaha franchise yang unggul, yaitu:
1. Menentukan Business Concept
2. Melakukan Kajian Franchisability
3. Melakukan Pembuatan Dokumen Franchise
4. Melakukan Launching
5. Melakukan Monitoring dan Penyempurnaan
35
2.4.14 Strategi Memasarkan dan Menjual Franchise Secara Efektif
Menurut Tim (IFBM) International Franchise Business Management
(2007, p.77) ”Secara umum, memasarkan dan menjual franchise berbeda
dengan menjual produk yang dilakukan sebelumnya. Target marketnya pun
berbeda. Ketika menjual franchise maka investor atau pemilik modal yang
akan dibidik bukan lagi pembeli langsung produk”.
Ada 3 hal utama menjadi tujuan dan fungsi pemasaran franchise :
1. Memasarkan paket waralaba kepada calon franchisee
2. Memasarkan program nasional (national campaign) – membentuk citra
perusahaan
3. Pemasaran untuk meningkatkan pelanggan (end user)
36
3 (tiga) kegiatan pemasaran franchise di atas memiliki target market
yang berbeda-beda. Secara grafis dapat dilihat pada gambar:
Tabel 2.3 Tabel Kegiatan Pemasaran Franchise dan Target Market
Kegiatan Target
Memasarkan Paket Waralaba
National Campaign / Pembentukan Citra
(Image Building)
Pemasaran Kegiatan Operasional
Investor (Calon Franchisee)
Calon Franchisee, Para Franchisee,
Konsumen Franchisee dan Para Pegawai
Calon Konsumen Franchisee
Tabel 2.3 Tabel Kegiatan Pemasaran Franchise dan Target Market
Sumber: Tim IFBM (2007)
2.5 Ansoff’s Matrix
Ansoff’s matrix adalah “suatu model yang sudah terbukti sangat
berguna dalam proses strategi bisnis untuk menentukan kesempatan
pertumbuhan bisnis.” Matriks ini terdiri atas 2 dimensi, yaitu market dan
produk. Dari dua dimensi ini, terbentuk empat strategi pertumbuhan yang
37
dapat ditentukan, seperti pada tabel dibawah. Dikutip dari
http://www.12manage.com/methods_productmarketgrid.html
Gambar 2.1 Ansoff’s Matrix
• Market Penetration
Menjual lebih banyak barang atau jasa di pasar yang sudah ada. Dasar
dari strategi ini adalah merubah klien insidental menjadi klien reguler dan
klien reguler menjadi klien setia. Sistem yang digunakan biasanya diskon
berbasis volume pembelian, bonus pembelian dan CSR. Strategi ini sering
digunakan untuk mencapai economy of scale melalui proses produksi yang
lebih efisien, proses distribusi yang lebih efisien, dan kemampuan pembelian
yang lebih banyak.
38
• Market Development
Menjual lebih banyak suatu barang atau jasa di pasar yang baru.
Strategi ini sering kali bertujuan memancing pelanggan untuk menjauhi
pesaing atau memperkenalkan produk yang sudah ada di pasar lain atau
memperkenalkan merek baru pada pasar. Pasar baru tersebut bisa berupa
geografis ataupun fungsional, seperti saat menjual produk sama dengan tujuan
yang berbeda. Modifikasi produk secara kecil mungkin dibutuhkan.
• Product Development
Menjual barang atau jasa baru pada pasar saat ini. Strategi ini sering
kali berupaya menjual barang yang berbeda kepada klien reguler. Produk
tersebut dapat berupa aksesoris, tambahan atau benar-benar produk baru yang
berbeda.
• Diversification
Menjual barang atau jasa baru di pasar yang baru. Strategi ini
merupakan strategi yang beresiko. Seringkali ada alasan khusus yang
menjelaskan kenapa perusahaan memasuki pasar baru dengan produk yang
baru. Di lain pihak, strategi ini juga dapat mengurangi resiko, karena
perusahaan besar dapat membagi resiko bila beroperasi di pasar yang berbeda.
39
2.6 SWOT Analysis
Analisis SWOT merupakan suatu metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.
Tujuan dari penggunaan analisa SWOT adalah untuk mengetahui
faktor-faktor kunci dari segi internal maupun eksternal yang penting dan
memiliki pengaruh dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset
pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan
menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500.
Menurut Thomson, Strickland, Gamble (2009, p.106) “Analisis
SWOT adalah alat yang sederhana namun mempunyai kekuatan untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya perusahaan, dengan menciptakan
peluang pasar, dan mengurangi ancaman dari luar untuk kesejahteraan di masa
yang akan datang”.
Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (2008, p.50) “Analisis
SWOT adalah evaluasi menyeluruh akan kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman suatu perusahaan”.
40
Menurut Kurtz (2008, p.45) “Analisis SWOT adalah analisa yang
dapat membantu membandingkan kekuatan dan kelemahan organisasi internal
dengan peluang eksternal dan juga ancaman”.
Bentuk analisis ini memberikan manajer pandangan kritis mengenai
lingkungan organisasi internal dan eksternal dan membantu mereka
mengevaluasi kebutuhan misi dasar perusahaannya.
Gambar 2.2 SWOT Analysis
Sumber : Kurtz (2008, p.46)
Strengths Cost advantage financial
resource customer royalty modern
production facilities patents
Weakness Too narrow a product line lack of management depth
high cost operation inadequate financing
capabilities
Threat
Changing buyer tastes likely entry of new competitor adverse
government policies
Opportunities
Add to product lines enter new markets acquire firms
with needed technology
41
2.7 Marketing Mix
Marketing Mix merupakan sekumpulan perangkat pemasaran taktis
yang dapat dikendalikan bersama-sama untuk mencapai tujuan perusahaan.
Marketing Mix secara umum di mengerti sebagai sebuah model yang
digunakan untuk menggambarkan posisi strategis dari sebuah produk atau
layanan dalam pasar.
Menurut Kurtz (2008, p.48) “Marketing Mix adalah penyatuan dari 4
(empat) elemen strategi yaitu produk, harga, lokasi, dan promosi, yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi dari suatu target pasar tertentu”.
Terdapat beberapa elemen dalam sebuah marketing mix yang sering
kali dikenal dengan istilah 4P, terdiri dari:
1. Product
Dapat berupa sebuah obyek atau layanan yang diproduksi secara masal
atau dalam jumlah besar dengan sebuah ukuran yang spesifik.
2. Price
Merupakan jumlah tertentu yang harus dikeluarkan oleh pelanggan
untuk dapat membeli produk yang ditawarkan. Harga dipengaruhi oleh
beberapa faktor termasuk market share, persaingan, biaya material, identitas
produk dan nilai yang diterima oleh pelanggan dari produk tersebut.
42
3. Place
Merupakan lokasi dimana produk yang ditawarkan dapat dibeli, sering
kali dihubungkan dengan saluran distribusi. Termasuk dalamnya adalah toko
secara fisik (brick and mortar) maupun took virtual melalui internet.
4. Promotion
Promosi mewakili semua bentuk komunikasi yang dapat digunakan
oleh perusahaan dalam mengenalkan atau memasarkan produk kepada pasar.
Promosi memiliki 4 (empat) elemen berbeda, Advertizing, Public Relation,
Word of Mouth, dan Point of Sale.
Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (2008, p.48) “Marketing
Mix adalah kesatuan alat pemasaran (4P) yang digabungkan oleh perusahaan
untuk menghasilkan jawaban yang akan ditujukan oleh sasaran pemasaran”.
43
Gambar 2.3 Marketing Mix
Sumber : Kotler dan Armstrong (2008, p.49)
Price
• List price • Discounts • Allowances • Payment Period • Credit Terms
Product
• Variety • Quality • Design • Features • Brand name • Packaging • Services
Target Customers
Intended
Positioning Place
• Channels • Coverage • Assortments • Locations • Inventory • Transportation • Logistics
Promotion
• Advertising • Personal Selling • Sales Promotion • Public Relations
44
2.8 Key Success Factors
Key Success Factors merupakan faktor-faktor kompetitif yang paling
mempengaruhi kemampuan bisnis suatu anggota untuk mencapai
kesejahteraan di pangsa pasar (strategi elemen tertentu, produk atribut, sumber
daya, kompetensi, kemampuan kompetitif, dan prestasi pasar adalah hal yang
membedakan antara pesaing yang kuat dan pesaing yang lemah).
Menurut Thomson, Strickland, Gamble (2009, p.92) “Key Success
Factors adalah berbagai atribut produk, kemampuan dan prestasi pasar
dengan pengaruh terbesar ke dalam suksesnya berkompetisi di dalam
persaingan pasar yang akan datang”.