28
6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian kualitas Kualitas/mutu merupakan salah satu tujuan penting sebagian besar organisasi. Mengingat mutu ini menyangkut organisasi secara keseluruhan maka pasti operasi dibebani tanggung jawab untuk menghasilkan mutu bagi pelanggan/customer. Tanggung jawab ini bisa dilakukan hanya melalui perbaikan manajemen serta mutu yang benar pada semua tahap operasi. Dengan semakin bergesernya perhatian ke arah masalah mutu maka mengelola mutu semakin mandapat penekanan. Penekanan ini meliputi penyempurnaan yang harus dilakukan, pencegahan cacat dan pendekatan total mutu. Kata mutu memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Menurut pendapat Gaspersz (2001, p4) definisi konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti: performansi (perfomance), keandalan (reliability), mudah dalam penggunaan (ease of use) estetika (esthetics), dan sebagainya. Sedangkan menurut Goetsch & Davis ( 2000 ) yaitu bahwa mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Dari segi produsen mutu dikaitkan dengan merancang dan membuat produk untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Dari tahun ke tahun secara kumulatif mutu memiliki pengertian yang berbeda, oleh karena itu untuk menghindari adanya kerancuan, perlu diadakan penyamaan persepsi mengenai kualitas tersebut. Ada beberapa pendapat diantaranya :

BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

6

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian kualitas

Kualitas/mutu merupakan salah satu tujuan penting sebagian besar organisasi.

Mengingat mutu ini menyangkut organisasi secara keseluruhan maka pasti operasi dibebani

tanggung jawab untuk menghasilkan mutu bagi pelanggan/customer. Tanggung jawab ini bisa

dilakukan hanya melalui perbaikan manajemen serta mutu yang benar pada semua tahap

operasi. Dengan semakin bergesernya perhatian ke arah masalah mutu maka mengelola mutu

semakin mandapat penekanan. Penekanan ini meliputi penyempurnaan yang harus dilakukan,

pencegahan cacat dan pendekatan total mutu.

Kata mutu memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang

konvensional sampai yang lebih strategik. Menurut pendapat Gaspersz (2001, p4) definisi

konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

seperti: performansi (perfomance), keandalan (reliability), mudah dalam penggunaan (ease of

use) estetika (esthetics), dan sebagainya.

Sedangkan menurut Goetsch & Davis ( 2000 ) yaitu bahwa mutu merupakan suatu

kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang

memenuhi atau melebihi harapan.

Dari segi produsen mutu dikaitkan dengan merancang dan membuat produk untuk

memenuhi kebutuhan pelanggan. Dari tahun ke tahun secara kumulatif mutu memiliki

pengertian yang berbeda, oleh karena itu untuk menghindari adanya kerancuan, perlu diadakan

penyamaan persepsi mengenai kualitas tersebut. Ada beberapa pendapat diantaranya :

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

7

• Frederik W. Taylor (1986-1915) dalam bukunya The Principle of Scientific Management,

menyatakan :

1. Tugas harian : setiap orang dalam setiap organisasi harus mempunyai tugas yang

terdefinisi dengan jelas, yang harus diselesaikan dalam satu hari.

2. Kondisi standar : pekerja harus mempunyai alat standar untuk menyelesaikan suatu

pekerjaan.

3. Upah yang tinggi untuk sukses : penghargaan yang signifikan harus dibayar untuk

suatu tugas atau pekerjaan yang sukses.

4. Kerugian yang besar untuk kegagalan : kegagalan dalam menjalankan tugas atau

pekerjaan harus diperhitungkan secara perseorangan.

• Walter A. Shewhart (1891-1967) dalam buku The Economic Control of Quality of

Manufactured Product, berpendapat bahwa “Terdapat variasi dalam setiap pembuatan

barang dan variasi tersebut dapat diketahui dengan aplikasi alat statistik sederhana

seperti pengambilan contoh (sampling) dan analisis probabilitas”.

• W. Edward Deming (1982-1986)

Deming mendefinisikan mutu sebagai pengembangan yang terus-menerus dari suatu

sistem yang stabil. Definisi ini menekankan pada 2 hal berikut :

1. Semua sistem (administrasi, desain, produksi, dan penjualan) harus stabil. Hal ini

memerlukan pengukuran yang diambil dari atribut-atribut mutu di seluruh perusahaan

dan dipantau setiap waktu.

2. Perbaikan yang terus menerus dari berbagai sistem untuk mengurangi penyimpangan-

penyimpangan dan lebih memenuhi kebutuhan pelanggan.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

8

• Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran on Leadership for Quality, mengungkapkan

Trilogi Juran sebagai berikut :

1. Perencanaan Mutu.

Suatu proses yang mengidentifikasikan pelanggan, persyaratan-persyaratan

pelanggan, fitur-fitur produk, dan jasa yang diharapkan pelanggan. Selain itu, proses

untuk menyampaikan produk dan jasa dengan atribut yang benar dan memberikan

fasilitas untuk menstrafer pengetahuan ini kepada bagian produksi.

2. Kendali Mutu.

Suatu proses produksi diuji dan dievaluasi terhadap persyaratan-persyaratan asalnya

yang diminta oleh pelanggan. Masalah-masalah dideteksi kemudian diperbaiki.

3. Peningkatan Mutu yang meliputi alokasi sumber daya, memberikan tugas.

kepada seseorang untuk mendorong suatu proyek, pelatihan yang digunakan untuk

mendorong suatu proyek, dan membuat suatu struktur umum yang permanen untuk

meningkatkan mutu dan mempertahankan yang telah dicapai.

• Philip B. Crosby (1979) dalam buku Quality is Free. Crosby mengungkapkan empat Dalil

Mutu seperti berikut:

1. Definisi mutu adalah kesesuaian dengan persyaratan.

2. Sistem mutu adalah pencegahan.

3. Standar kerja adalah tanpa cacat (Zero Defect).

4. Pengukuran mutu adalah biaya mutu.

Jadi dapat diambil kesimpulan , bahwa mutu itu adalah “penampilan” (karakteristik dan

ciri-ciri) dari suatu produk yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dan sesuai dengan

keinginan pelanggan. Walaupun begitu, harus diingat tidak hanya terpusat pada produk, tetapi

juga menyangkut pelayananan, proses, lingkungan dan orang-orang yang terlibat didalamnya.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

9

2.2 Pengertian Quality Management

Menurut Gaspersz (2003, p5) pada dasarnya Manajemen Kualitas (Quality Management)

didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performansi secara terus menerus (continuous

performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional

dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang

tersedia.

Menurut Hardjosoedarmo (2004, p1) memberikan definisi tentang manajemen kualitas

sebagai suatu kumpulan aktivitas yang berkaitan dengan kualitas tertentu yang memiliki

karakteristik :

1. Kualitas menjadi bagian dari setiap agenda manajemen atas.

2. Sasaran kualitas dimasukkan dalam rencana bisnis.

3. Jangkauan sasaran diturunkan dari benchmarking : fokus adalah pada pelanggandan pada

kesesuaian kompetisi; di sana adalah sasaran untuk peningkatan kualitas tahunan.

4. Sasaran disebarkan ke tingkat yang mengambil tindakan.

5. Pelatihan dilaksanakan pada semua tingkat.

6. Pengukuran ditetapkan seluruhnya.

7. Manajer atas secara teratur meninjau kembali kemajuan dibandingkan dengan sasaran.

8. Penghargaan diberikan untuk performansi terbaik.

9. Sistem imbalan (revard system) diperbaiki.

Menurut John Macdonald (2004, p5), QC (Quality Control) adalah suatu proses

terkendali yang melibatkan orang, sistem, serta alat-alat dan teknik-teknik pendukung.

Pengendalian kualitas atau disebut juga sebagai Quality Control (QC), bertujuan untuk

membuat produk dimana desain kualitas dari produknya dan harga produk mendekati keinginan

konsumen. Ada 4 prinsip dari manajemen kualitas :

1. Kepuasan customer : kepuasan customer diusahakan pada beberapa aspek, yakni harga,

keamanan, keandalan dan ketepatan waktu.

2. Memberikan motivasi pada karyawan.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

10

3. manajemen berdasarkan fakta

4. Perbaikan yang berkesinambungan.

2.3 Pengertian Bauran pemasaran

Berdasarkan pendapat Kotler (2001, p28) bauran pemasaran adalah seperangkat alat

pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya. Perpaduan

antara 4 macam tindakan atau variabel tersebuut dinamakan bauran pemasaran atau marketing

mix, jadi dapat dikatakan inti dari bauran pemasaran adalah:

• Produk (Product)

Menurut pendapat Kotler (2001, p28) produk adalah segala sesuatu yang dapat

ditawarkan kesatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang

dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, orang, tempat, orang dan gagasan.

Faktor-faktor yang harus dipeerhatikan dalam bauran pemaasaran mengenai produk

adalah: keanekaraganan produk, kualitas, desain, bentuk, merk, kemasan, ukuran,

pelayanan, jaminan serta pengambilan

• Harga (Price)

Menurut pendapat kotler (2001, p23) adalah jumlah uang yang pelanggan bayarkan untuk

produk tertentu. Dalam menentukan kebijakan harga sebaiknya perusahaan

memperhatikan faktor lain, seperti : kondisi perekonomian, tingkah laku konsumen, harga

dari pesaing, harga pokok penjualan, peraturan pemerintah, dan struktur pasar dimana

produk ditawarkan.

• Tempat (Place)

Menurut Kotler (2001, p28) tempat adalah termasuk berbagai kegiatan yang dilakukan

perusahaan untuk membuat produk dapat diperoleh daan tersedia bagi pelanggan

sasaran. Perusahaan harus mengidentifikasikan, merekrut dan menghubungkan sebagai

penyedia fasilitas pemasaran untuk menyediakan produk dan pelayananan secara efisien

kepada pasar.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

11

• Promosi (Promotion)

Agar produk dan jasa yang dihasilkan dapat dikenal oleh konsumen maka perlu upaya

untuk mengkomunikasikan dan memperkenalkan produk tersebut oleh karena itu

pemasaran perlu melakukan kegiatan promosi. Menurut pendapat Kotler (2001, p28)

promosi adalah semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan

dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran. Jadi perusahaan harus

mempekerjakan, melatih dan memotivasi tenaga penjualnya.

2.4 Mutu Produk

Falsafah baru mutu produk memfokuskan pada “orientasi konsumen” (consumer

oriented) dimana tanggung jawab mutu merupakan tanggung jawab seluruh organisasi dan

manajemen. Dasarnya adalah manajemen kualitas merupakan tanggung jawab organisasi

secara lebih luas (responsibility of organization wide).

Menurut Tjiptono (2002, p95), Produk didefinisikan sebagai bentuk penawaran

organisasi jasa yang ditunjukan untuk mencapai tujuan organisasi melalui perumusan dan

kebutuhan pelanggan. Dalam konteks ini produk bisa berupa apa saja (baik yang berwujud fisik

maupun tidak berwujud).

Menurut pendapat Kotler (2001, p28) produk adalah segala sesuatu yang dapat

ditawarkan kesatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang

dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, orang, tempat, orang dan gagasan.

Tentang mutu barang, menurut Joseph Juran (Prawirosentono, 2004, pp5-6)

mempunyai suatu pendapat bahwa quality is fitness for use yang bila diterjemehkan secara

bebas berarti sebagai berikut. Kualitas (mutu produk) berkaitan dengan enaknya barang

tersebut digunakan. Artinya, bila suatu barang secara layak dan baik digunakan berarti barang

tersebut bermutu baik.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

12

Pengertian mutu yang dikemukakan Joseph Juran tersebut, semata-mata memandang

mutu darai pihak konsumen. Bagaimana kalau mutu suatu produk ditinjau dari segi produsen?

Dipandang dari sisi produsen, ternyata pengertian mutu lebih rumit, karena menyangkut

berbagai segi sebagai berikut : merancang (to design), memproduksi (to produce), mengirimkan

(menyerahkan) barang kepada konsumen (to deliver), pelayanan pada konsumen (consumers

service), dan digunakannya barang (jasa) tersebut oleh konsumen. Jadi, secara sistematis

manajemen mutu terpadu meliputi:

a. Merancang produk (product designing);

b. Memproduksi secara baik sesuai rencana;

c. Mengirimkan produk ke konsumn dalam kondisi baik (to delivered);

d. Pelayanan yang baik kepeda konsumen (good consumer service).

Jadi, ditinjau dari produsen definisi mutu produk adalah sebagai berikut.

“Mutu suatu produk adalah keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan

yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai

uang yang telah dikeluarkan.”

Berdasarkan teori-teori yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa mutu produk adalah

kemampuan produk untuk menampilkan fungsinya, hal ini termasuk waktu kegunaan dari

produk, keandalan, kemudahan dalam penggunaan dan perbaikan, dan nilai-nilai yang lainnya.

2.4.1 Dimensi Mutu Produk

Sifat khas mutu suatu produk yang “andal” harus mempunyai multi dimensi, karena

harus memberi kepuasan dan nilai manfaat yang besar bagi konsumen dengan melalui berbagai

cara (ingat obeng serba guna). Oleh karena itu, sebaiknya setiap produk harus mempunyai

ukuran yang mudah dihitung (misalnya, berat, isi, luas, dan diameter) agar mudah dicari

konsumen sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi disamping itu pun harus ada ukuran yang

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

13

bersifat kualitatif, seperti warna yang ngetrend dan bentuk yang menarik. Jadi, terdapat

spesifikasi barang untuk setiap produk, walaupun satu sama lain sangat bervariasi tingkat

spesifiknya. Secara umum, dimensi spesifikasi mutu produk dapat dibagi sebagai berikut (Elim,

2002, pp24-25):

1. Kinerja (Performance)

Kinerja suatu produk harus dicantumkan pada labelnya, misalnya isi, berat, kekentalan,

komposisis, kekuatan dalam putaran (RPM), serta lama hidup penggunaan. Hal ini

merupakan dimensi suatu produk. Misalnya susu kaleng atau minuman ringan tercantum

volumenya: bola lampu tercantum volt, ampere, dan waktu pemakaian; timing belt

dicantumkan ukuran dan umur kerjanya; dan lain-lain. Sifat kinerja suatu produk sering

pula disebut dengan karakteristik struktural (structural characteristic).

2. Keistimewaan (Types of Features)

Produk bermutu yang mempunyai keistimewaan khusus dibandingkan dengan produk lain.

Misalnya, konsumen pembeli TV sering mencari yang mempunyai keistimewaan seperti

suara stereo, tingkat resolusi tinggi. Kalau mobil, misalnya perseneling otomatis atau 5

speeds. Sedangkan bank yang on line untuk daerah lebih luas, ber-ATM sampai daerah

terpencil.

3. Kepercayaan dan Waktu (Reliability and Durability)

Produk yang bermutu baik adalah produk yang mempunyai kinerja yang konsisten baik

dalam batas-batas perawatan normal. Misalnya, oli mesin yang baik mempunyai

kepekatan dan kekentalan yang memadai dan berjangka 5.000 km (durability). Radio

yang bermutu baik, secara konsisten dapat menangkap banyak gelombang siaran luar

negri dengan suara bening dalam waktu 3 sampai dengan 5 tahun setelah dibeli

(durability).

4. Mudah Dirawat dan Diperbaiki (Maintain ability and Service ability)

Produk bermutu baik harus pula memenuhi kemudahan untuk diperbaiki atau dirawat.

Dimensi ini merupakan ukuran mudahnya dirawat sehingga barang tersebut dapat

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

14

beroperasi secara baik. Misalnya sepeda motor yang baik, salah satu dimensi mutunya

adalah mudah dirawat oleh setiap montir (mekanik) karena tersedia suku cadang di pasar

bebas.

5. Sifat Khas (Sensory Characteristic)

Untuk beberapa jenis produk mudah dikenel dari wanginya, bentuknya, rasanya, atau

suaranya. Dimensi ini memberikan citra tersendiri pada mutu produk tersebut.

6. Penampilan dan Citra Etis

Dimensi lain dari produk yang bermutu adalah persepsi konsumen atas suatu produk.

Misalnya betapa ramah dan cepatnya pelayanan British Columbia Telecom (Kanada)

terhadap para konsumen.

Mutu suatu barang atau jasa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Oleh karena itu, kita

akan membahas mutu barang dan jasa ditinjau dari sisi produsen, di mana mutu produk

dipengaruhi oleh berbagai hal-hal berikut (Prawirosentono, 2004, pp16-21):

a. Bentuk rancangan dari suatu barang atau jasa (designing).

Dalam kehidupan kita ternyata terdapat berbagai jenis barang yang mutunya dipengaruhi

oleh bentuknya. Walaupun memang untuk barang-barang tertentu bentuknya tidak

pernah berbeda dan tidak pernah berubah serta tidak ada hubungannya dengan mutu

barang tersebut.

b. Bahan baku yang digunakan (raw material).

Diatas telah dijelaskan bahwa mutu suatu barang banyak dipengaruhi oleh bahan baku

yang dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan untuk membuat barang bersangkutan.

Di dunia bisnis, memang terdapat ragam bahan baku yang dibedakan satu sama lain dari

jenis dan mutunya.

c. Cara atau proses pembuatannya yaitu teknologi yang digunakan untuk

membuat barang tersebut (technology).

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

15

Proses pengolahan dipenagruhi pula oleh teknologi yang digunakan. Teknologi yang

digunakan dalam proses produksi mempengaruhi pula mutu produk yang dihasilkan.

Untuk memberi gambaran yang jelas tentang bahan-bahan dan proses produksi yang

mempengaruhi mutu produk.

d. Cara menjualnya atau cara mengirimnya ke konsumen termasuk cara

mengemasnya. Dalam hal ini melayani konsumen (packaging and delivering).

Cara pengangkutan dari pabrik-agen-konsumen harus digunakan sistem angkutan yang

cocok dan aman bagi keutuhan mutu produk.

Untuk menjaga mutu produk tetap baik harus digunakan pembungkus (packaging) yang

cocok dan baik. Bila pembungkusnya “tahan banting”, biasanya kecil kemungkinan terjadi

kerusakan barang.

e. Digunakan atau dipakainya barang atau jasa tersebut oleh konsumen (using).

Kembali kepada tujuan membuatu barang dengan mutu yang baik adalah agar barang

tersebut laku di pasar. Namun demikian bisa terjadi, walaupun mutu barang baik, tetapi

tidak laku dipasar, semua itu disebabkan oleh hal-hal sebagai bebagai berikut:

(1) Barang tersebut tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknologi yang ada.

(2) Pelayanan menjualnya yang jelek.

(3) After sales service (jasa pelayanan purnajual) juga mempengaruhi mutu

keseluruhan barang, artinya produk-produk tanpa pelayanan purnajual dapat

dianggap produk yang tidak bermutu secara umum dan dihindari konsumen.

Terdapat 6 unsur yang mempengaruhi hasil (output), yakni :

1. Manusia

Sumber daya manusia adalah unsur utama yang memungkinkan terjadinya proses

penambahan nilai (value added). Kemampuan mereka untuk melakukan suatu tugas (task)

adalah kemampuan (ability), pengalaman, pelatihan (training), dan potensi kreativitas yang

beragam, sehingga diperoleh suatu hasil (output).

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

16

2. Metode (Method)

Hal ini meliputi prosedur kerja di mana setiap orang harus melaksanakan kerja sesuai

dengan tugas yang dibebankan pada masing-masing individu. Metode ini harus merupakan

prosedur kerja terbaik agar setiap orang dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan

efisien. Walaupun seseorang dapat saja mengiterpretasikan (menterjemahkan) tugas-

tugasnya secara berbada satu sama lain, asalakan saja pekarjaan tersebut dapat

dilaksanakan sesuai rencana.

3. Mesin (Machines)

Mesin atau peralatan yang digunakan dalam proses penambahan nilai menjadi output.

Dengan melakukan mesin sebagai alat pendukung pembuatan suatu produk memungkinkan

berbagai variasi dalam bentuk, jumlah, kecepatan proses penyelesaian kerja.

4. Bahan (Materials)

Bahan baku yang diproses produksi agar menghasilkan nilai tambah menjadi output,

jenisnya sangat beragam. Keragaman bahan baku yang digunakan akan mempengaruhi nilai

output yang beragam pula. Bahkan perbedaan bahan baku (jenisnya) mungkin dapat pula

menyebabkan proses pengerjaannya.

5. Ukuran (Measurement)

Dalam setiap tahap proses produksi harus ada ukuran sebagai standar penilaian, agar setiap

tahap proses produksi dapat dinilai kinerjanya. Kemampuan dari standar ukuran tersebut

merupakan faktor penting untuk mengukur kinerja seluruh tahapan proses produksi, dengan

tujuan agar hasil (output) yang diperoleh sesuai dengan rencana.

6. Lingkungan (Environment)

Jelas, lingkungan dimana proses produksi berada sangat mempengaruhi hasil atau kinerja

proses produksi. Bila lingkungan kerja berubah, maka kinerjapun akan berubah pula.

Bahkan faktor lingkungan eksternal pun dapat mempengaruhi kelima unsur tersebut diatas

sehingga dapat menimbulkan variasi tugas pekerjaan. Hal di atas dapat digambarkan pada

Gambar 2.1.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

17

Gambar 2.1 Kombinasi unsur-unsur yang membentuk suatu proses kerja

Sumber : Prawirosentono, p13

2.4.2 Prosedur Pengawasan Mutu Produk

Pengawasan atas mutu suatu barang hasil produksi, seyogianya meliputi pengetahuan

hal-hal berikut ( Prawirosentono, 2004, pp58-60) :

1. Kerusakan dan Mutu Produk

Suatu barang (jasa) dibuat melalui suatu proses. Proses pembuatan tersebut disesuaikan

dengan bentuk dan mutu barang yang ingin dihasilkan. Untuk memperoleh produk yang

baik diperlukan pengawasan dalam proses untuk mencegah kerusakan. Artinya, agar

produk yang dihasilkan tidak rusak perlu diadakan pengawasan mutu secara seksama.

Adapun pengawsan atau pengendalian mutu dilakukan selama proses produksi sampai

barang tersebut dikirim ke konsumen.

2. Mencegah atau menghindarkan Terjadinya Kerusakan Barang (Produk)

Kiat utama dari pencegahan kerusakan suatu produk sebenarnya sangat sederhana saja,

yakni kerusakan harus dicegah sebelum terjadi. Dengan mencegah kerusakan produk

dapat diperoleh manfaat sebagai berikut.

• Pengusaha atau perusahaan tidak akan memperbaiki barang yang rusak dan proses

produksi dalam perusahaan berjalan secara baik.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

18

• Di lain pihak, konsumen tidak akan pernah mengembalikan produk yang telah

dibelinya. Hal ini menyangkut nama baik produk bersangkutan. Sebab bila konsumen

membeli produk yang rusak dia akan dan berhak mengembalikan. Bila hal ini terjadi

berarti merupakan promosi yang tidak baik. Akibatnya akan banyak konsumen yang

tidak menyukai produk tersebut. Akibatnya pangsa pasar produk tersebut akan

tambah kecil. Hal ini berarti merupakan penurunan volume penjualan. Pengembalian

yang rusak biasanya selalu melalui pengecer atau distributor yang ditunjuk.

Pengembalian produk rusak yang sering terjadi, membuat pengecer atau

distributornya akan enggan untuk menjual produk tersebut. Hal ini berarti kehilangan

mata rantai diatribusi untuk menjual barang. Jelas ini merupakan suatu kerugian yang

perlu dihindarkan.

3. Kendali Mutu Produk

Uraian di atas menunjukan bahwa mencegah terjadinya kerusakan produk selama proses

produksi, berarti mengadakan suatu rangkaian kegiatan terpadu dalam pengendalian

mutu. Bila ada pengendalian atau controlling atas mutu tentunya harus dimulai sejak

perencanaan (planning) mutu produk bersangkutan. Antara tahap perencanaan dan tahap

seperti pengorganisasian (organizing) dan pelaksanaan (actuating) harus disertai

pengawasan mutu. Hal ini memberi gambaran bahwa manajemen mutu (quality

management) meliputi berbagai aspek keikutsertaan (participation) dari berbagai pihak di

dalam perusahaan yang menghasilkan suatu produk yang mutunya harus dikendalikan.

Dalam hal manajemen mutu ini perlu dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak

sebagai berikut:

a. Partisipasi Pihak Manajemen (PM) atau keikutsertaan pimpinan perusahaan.

b. Partisipasi (keikutsertaan) karyawan (tenaga kerja) (PTK).

Keikutsertaan dari pimpinan dan karyawan dalam pengendalian mutu suatu produk

biasannya menggunakan suatu alat pengendali mutu, yang disebut dengan istilah “cara statistik

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

19

dengan contoh” atau disingkat (CSC) yakni cara untuk memantau mutu barang yang dibuat.

Tujuan penggunaan cara ini adalah agar barang yang dihasilkan mutunya baik semua. Cara

statistik dengan menggunakan contoh (CSC) ini hanya dapat bermanfaat bila pimpinan

perusahaan dan karyawan terlibat semua dalam memantau mutu barang. Cara pemantauan

dengan statistik ini merupakan cara pemantau proses produksi sejak bahan baku hingga selesai.

Bila ditemukan produk rusak maka faktor penyebabnya segera diperbaiki dan selanjutnya

dicegah agar tidak terjadi lagi produk yang rusak.

Gambar 2.2 Tahap pengawasan mutu

Sumber : Prawirosentono, p60

2.4.3 Jenis-jenis Pengawasan Mutu Produk

• Pemantauan Mutu Bahan-Bahan

Apakah bahan baku yang digunakan sesuai dengan mutu yang direncanakan. Hal ini

perlu diamati sejak rencana pembelian bahan, penerimaan bahan di gudang,

penyimpanan di gudang, sampai dengan saat bahan baku tersebut akan digunakan.

• Pemantauan Proses Produksi

Bahan baku yang telah diterima di gudang, selanjutnya akan diproses dalam mesin-

mesin produksi untuk diolah menjadi barang jadi. Dalam hal ini, selain cara kerja

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

20

peralatan produksi yang mengolah bahan baku dipantau, juga hasil kerja mesin-mesin

tersebut dipantau dengan CSC agar menghasilkan barang sesuai yang direncanakan.

• Pemantauan Produk Jadi

Pemeriksaan atas hasil produksi jadi untuk mengetahui apakah produk sesuai

dengan rencana ukuran dan mutu atau tidak. Sekaligus untuk mencoba mesin yang

mengolah selama proses produksi. Bila produk atau produk setengah jadi sesuai dengan

bentuk, ukuran, dan mutu yang direncanakan, maka produk-produk tersebut dapat

digudangkan. Selanjutnya dipasarkan (didistribusikan). Namun bila terdapat barang

yang cacat, maka barang tersebut harus dibuang atau remade dan mesin perlu distel

kembali agar beroperasi secara akurat.

• Pemantauan Pengepakan

Bungkus dapat merupakan alat untuk melindungi barang agar tetap dalam kondisi

sesuai dengan mutu.

2.5 ISO 9001 -2000

Menurut Gasperz (2003, p1). ISO (The International Organization for Standarization)

merupakan badan standar yang dibentuk untuk meningkatkan perdagangan internasional yang

berkaitan dengan pertukaran barang dan jasa. Tidak adanya standar internasional dimana

terdapat perbedaan standar untuk hal-hal yang sama dalam negara atau tempat yang berbeda

dapat mengakibatkan rintangan dalam menjalin hubungan kerjasama di masing-masing pihak,

dalam hal ini ISO berperan sebagai suatu koordinasi standar kerja internasional, publikasi

standar harmonisasi internasional, dan promosi pemakaian standar internasional seperti halnya

standarisasi ukuran kartu kredit, kartu telepon, ukuran kertas, memudahkan setiap

penggunanya. Seandainya tidak terdapat standarisasi ukuran tentunya akan merepotkan pihak-

pihak yang saling berpergian antar negara.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

21

Menurut Gasperz (2003, p2). ISO 9000 adalah suatu standar internasional untuk sistem

manajemen mutu (Quality Management System, QMS) yang didalamnya menetapkan

persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain penilaian dari suatu sistem manajemen

mutu, bertujuan untuk menjamin bahwa pemasok akan memberikan produk (barang dan/ atau

jasa) yang ditetapkan ini dapat merupakan kebutuhan spesifik dari pelanggan, dimana

organisasi (pemasok) yang dikontrak bertanggungjawab untuk menjamin kualitas dari produk-

produk tertentu, atau merupakan kebutuhan dari pasar tertentu, sebagaimana ditentukan oleh

organisasi.

ISO 9001 : 2000 bukan merupakan standar produk, karena didalamnya tidak ada

kriteria penerimaan produk ataupun persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh produk,

sehingga kita tidak dapat menginspeksi suatu produk terhadap standar-standar produk. ISO

9001 : 2000 hanya merupakan suatu sistem manajemen mutu sehingga perusahaan yang telah

mengimplementasikan dan memperoleh sertifikasi ISO dapat menyatakan bahwa sistem

manajemen mutunya telah memenuhi standar internasional, bukan produk berstandar

internasional, karena tidak ada kriteria pengujian produk dalam ISO 9001 : 2000. Bagaimanapun

diharapkan, meskipun tidak selalu, produk yang dihasilkan dari suatu sistem manajemen mutu

internasional akan berkualitas baik (standar).

ISO 9001 : 2000 berisi persyaratan standar sistem manajemen mutu yang digunakan

untuk mengakses kemampuan organisasi dalam memenuhi persyaratan pelanggan dan

peraturan yang sesuai dan merupakan standar internasional yang menetapkan persyaratan-

persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu,

yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang atau jasa)

yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan”.

Manfaat dari penerapan ISO 9001:2000 telah diperoleh banyak perusahaan. Beberapa

manfaat dapat dicatat sebagai berikut:

1. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui jaminan kualitas yang

terorganisasi dan sistematik.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

22

2. Perusahaan yang telah bersertifikat ISO 9001:2000 diijinkan untuk mengiklankan pada

media massa bahwa sistem manajemen kualitas dari perusahaan itu telah diakui secara

internasional.

3. Audit sistem manajemen kualitas dari perusahaan yang telah memperoleh sertifikat ISO

90001:2000 dilakukan secara periodik oleh registrasi dari lembaga registrasi, sehingga

pelanggan tidak perlu melakukan audit sistem kualitas.

4. Perusahaan yang telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 secara otomatis terdaftar

pada lembaga registrasi, sehingga apabila pelanggan potentisial ingin mencari pemasok

bersertifikat ISO 9001:2000, akan menghubungi lembaga registrasi. Maka hal ni berarti

membuka kesempatan pasar baru bagi perusahaan.

5. Meningkatkan kualitas dan produktifitas dari manajemen melalui kerjasama dan

komunikasi yang lebih baik

6. Meningkatkan kesadaran kualitas dalam perusahaan.

7. Memberikan pelatihan secara sistematik kepada seluruh karyawan dan manajer organisasi

melalui prosedur-prosedur dan instruksi-instruksi yang terdefinisi secara baik.

8. Terjadi perubahan positif dalam hal kultur kualitas ddari anggota organisasi, karena

manajemen dan karyawan terdorong untuk mempertahankan sertifikat ISO 9001:2000

yang umumnya hanya berlaku selama tiga tahun.

2.6 Alat-alat kendali mutu

Dengan statistic Quality control diperoleh alat bantu kendali mutu berupa (Gazpersz, pp

45-92) :

1. Lembar Pengecekan

Lembar Pengecekan adalah alat bantu untuk memudahkan pengumpulan data.

Biasanya berbentuk suatu formulir dimana item-item yang akan diperiksa telah dicetak

dalam formulir tersebut. Tujuan pembuatan lembar pengecekan adalah menjamin

bahwa data dikumpulkan secara teliti dan akurat oleh karyawan operasional untuk

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

23

diadakan pengendalian proses dan penyelesaian masalah. Data dalam lembar

pengecekan tersebut nantinya akan digunakan dan dianalisis secara cepat dan mudah.

Salah satu contoh lembar periksa dapat dilihat pada gambar berikut :

Tabel 2.1 Contoh Pembuatan check sheet

Produk : Mainan Plastik Tgl/Bln/Thn : 14 Juli 2002

Tahap Produksi : Akhir Seksi Produksi

Jenis Cacat : Tergores, Retak, Tidak Lengkap, Nama Pemeriksa : Hendri Kususma

Tidak serasi, dll. No. Lot : MP 4351, 4352, 4353

Banyak produk yang diperiksa : 1000 unit No pesanan : PO 2453, 2454, 2455

Jenis Kerusakan Hasil pemeriksaan Frekuensi

Permukaan tergores lllll lllll lllll ll 17

Retak lllll lllll l 11

Tidak lengkap lllll lllll lllll lllll lllll l 26

Bentuk tidak serasi lllll lll 8

Lain-lain lll 3

Total 62

Sumber : Gazpersz, p45

2. Diagram Pareto

Diagram Pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yaitu Alfredo Pareto (1848-1923).

Diagram pareto ini merupakan sebuah gambar yang mengurutkan data dari kiri-kekanan

menurut urut rangking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan

permasalahan yang paling penting untuk segera diselesaikan (rangking tertinggi) sampai

dengan masalah yang tidak harus segera diselesiakan (rangking terendah). Diagram

Pareto juga dapat mengidentifikasikan masalah yang paling penting yang mempengaruhi

usaha perbaikan kualitas dan memberikan petunjuk dalam mengalokasikan sumber daya

yang terbatas untuk menyelesaikan masalah Penyusunan Diagram Pareto sangat

sederhana. Oleh karena itu, sebelum membuat diagram pareto, perlu diketahui terlebih

dahulu penggunaan lembar periksanya.

Langkah-langkah dalam pembuatan diagram pareto:

1. Tentukan metode klasifikasi data untuk sumbu horizontal : tipe cacat, sebab, masalah.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

24

2. Putuskan mana yang terbaik untuk sumbu vertikal : dalam frekuensi atau dalam

jumlah mata uang (rupiah atau dollar)

3. Kumpulkan data untuk interval waktu sesuai.

4. Ringkaskan data dan rangkingkan/peringkatkan dari yang terbesar hingga ke terkecil

Tabel 2.2 Contoh Pembuatan Diagram Pareto

Jenis Kerusakan Frekuensi Persentase dari total (%)

Permukaan tergores 17 27

Retak 11 18

Tidak lengkap 26 42

Bentuk tidak serasi 5 8

Lain-lain 3 5

Total 62 100

Sumber : Gazpersz, p48

Tabel 2.3 Contoh Lembar data untuk Pembuatan Diagram Pareto

Jenis

Kerusakan Frekuensi

Frekuensi

Komulatif

Persentase

dari total

(%)

Persentase

komulatif (%)

Tidak

lengkap 26 26 42 42

Permukaan

tergores 17 43 27 69

Retak 11 54 18 87

Bentuk tidak

serasi 5 59 8 95

Lain-lain 3 62 5 100

Total 62 100 100 -

Sumber : Gazpersz, p49

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

25

Gambar 2.3 Contoh Diagram Pareto

Sumber : Gazpersz, p51

3. Analisis sebab-akibat (Diagram tulang ikan/ Fish Bone)

Diagram sebab akibat yang sering juga disebut dengan diagram tulang ikan (Fishbone

Diagram) atau Diagram Ishikawa bertujuan untuk memperlihatkan faktor-faktor yang

berpengaruh pada kualitas hasil atau dengan kata lain diagram ini dipergunakan untuk

menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang

disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu.

Diagram sebab akibat ini menunjukkan 5 faktor yang disebut sebagai sebab dari suatu

akibat. Kelima faktor itu adalah man (manusia, tenaga kerja), method (metode), material

(bahan), machine (mesin), dan environment (lingkungan). Diagram ini biasanya disusun

berdasarkan informasi yang didapatkan dari sumbang saran atau brainstroming.

Langkah-langkah pembuatan diagram sebab akibat :

• Tentukan masalah/ sesuatu yang akan diamati atau diperbaiki. Gambarkan panah

dengan kotak diujung kanannya dan tulis masalah/ sesuatu yang akan diamati/

diperbaiki.

Others

Bentuk tidak se

rasi

Retak

P ermukaan te

rgores

Tidak lengkap

3 5111726 4.8 8.117.727.441.9

100.0 95.2 87.1 69.4 41.9

60

50

40

30

20

10

0

100

80

60

40

20

0

DefectCount

PercentCum %

Per

cent

Cou

nt

Diagram Pareto Kerusakan Produk Mainan Plastik

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

26

• Cari faktor utama yang berpengaruh atau mempunyai akibat pada masalah/ sesuatu

tersebut. Tuliskan dalam kotak yang telah dibuat di atas dan di bawah panah yang

telah dibuat tadi.

• Cari lebih lanjut faktor-faktor yang lebih terinci (faktor-faktor sekunder) yang

berpengaruh / mempunyai akibat pada faktor utama tersebut. Tulislah faktor-faktor

sekunder tersebut didekat / pada panah yang menghubungkannya dengan penyebab

utama.

• Dari diagram yang sudah lengkap, carilah penyebab-penyebab utama dengan

manganalisa data yang ada.

Gambar 2.4 Contoh Diagram Tulang Ikan (Fish bone)

Sumber : Gazpersz, p32

4. Peta Kontrol P

Peta Kontroli P digunakan untuk mengukur proporsi ketidaksesuaian (penyimpangan atau

sering disebut dengan cacat) dari item-item dalam kelompok yang sedang diinspeksi.

Dengan demikian peta kontrol p digunakan untuk mengendalikan proporsi dari item-item

yang tidak memenuhi syarat secara spesifikasi kualitas atau prorporsi dari produk yang

cacat yang dihasilkan dalam suatu proses. Proporsi yang tidak memenuhi syarat

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

27

didefinisikan sebagai rasio banyaknya item yang tidak memenuhi syarat dalam suatu

kelompok terhadap total banyaknya item dalam kelompok itu.

Adapun langkah-langkah pembuatan peta kendali p (proporsi unit yang cacat) adalah

sebagai berikut :

1. Tentukan ukuran contoh atau subgrup yang cukup besar (n>30)

2. Kumpulkan banyaknya subgrup (k), yaitu 20-25 subgrup.

3. Hitung untuk setiap subgrup nilai proporsi unit yang cacat, yaitu:

subgrupukurancacatunitjumlahp =

4. Hitung rata-rata dari p, yaitu p dapat dihitung melalui rumus :

inspeksitotalcacattotalp =

5. Hitung batas kendali untuk peta kendali p :

npppLCL

npppUCL

)1(3

)1(3

−−=

−+=

6. Plot data proporsi (persentase) unit cacat dan amati apakah data itu berada dalam

pengendalian atau tidak berada dalam pengendalian.

5. 5w + 1H

Merupakan penyelesaian dari perumusan masalah sehingga mampu menjawab

pertanyaan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. What (apa), yaitu masalah utama yang terjadi.

2. Where (dimana), yaitu dimana masalah itu terjadi.

3. When (kapan), yaitu kapan pelaksanaan usulan perbaikan dilakukan.

4. Who (siapa), yaitu siapa yang bertanggung jawab / pelaksana.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

28

5. Why (mengapa), yaitu penyebab dari masalah utama

6. How (bagaimana), yaitu bagaimana cara penaggulangannya.

Diagram Alir Penggunaan Peta-peta Kontrol :

Gambar 2.5 Diagram Alir penggunaan Peta-Peta Kontrol

Sumber : Vincent Gazpers, P64

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

29

2.7 Kerangka pemikiran

Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

30

2.8 Metodologi Penelitian

2.8.1 Objek Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk.

2.8.2 Desain Penelitian

Tabel 2.4

Desain Penelitian

Tujuan Jenis Penelitian dan

Metode Penelitian Metode Unit Analisis Time Horrison

T1 Deskriptif Study Kasus Divisi produksi Cross sectional

T2 Deskriptif Study Kasus Divisi produksi Cross sectional

T3 Deskriptif Study Kasus Divisi produksi Cross sectional

T4 Deskriptif Wawancara Divisi produksi Cross sectional

T1= Menganalisis pengawasan mutu produk pada PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk.

T2= Mendapatkan batas kendali produk pada PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk.

T3= Menganalisis jenis kerusakan produk yang dihasilkan pada PT. TEMBAGA MULIA

SEMANAN Tbk.

T4= Usulan rekomendasi terhadap sistem pengendalian mutu produk pada PT. TEMBAGA

MULIA SEMANAN Tbk.

2.8.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data primer dan data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini,

maka dilakukan beberapa cara dalam memperolehnya yaitu :

• Penelitian kepustakaan (Library Research)

Yaitu penelitian untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca dan

mempelajari literatur yang memuat teori-teori, konsep-konsep dan informasi yang

diperlukan sebagai landasan teori yang relevan dengan masalah yang diteliti.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

31

• Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan digunakan untuk memperoleh data primer mengenai permasalahan

yang ada dan langsung mengadakan hubungan dengan objek penelitian.

Penelitian lapangan dilakukan dengan 2 cara :

• Pengamatan Langsung, penyusun melakukan pengamatan di tempat penelitian

berkaitan dengan data yang diperlukan.

• Wawancara, penyusun melakukan wawancara langsung dengan orang yang

bersangkutan mengenai masalah-masalah yang dibahas.

2.8.4 Jenis dan Sumber Data

Tabel 2.5

Jenis dan Sumber Data

Jenis Data Sumber Data

Pengawasan mutu produk Data sekunder dan data primer dari PT.

TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk.

Batas kendali mutu produk Data sekunder dan data primer dari PT.

TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk.

Jenis-jenis cacat produk Data sekunder dan data primer dari PT.

TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk.

Perbaikan mutu yang sesuai dengan

standarisasi

Data sekunder dan data primer dari PT.

TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk.

2.8.5 Definisi Operasional dan Instrumen Pengukuran

Operasional variabel adalah mengubah konsep-konsep yang berupa kerangka dengan

kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati, diuji, dan ditentukan

kebenarannya oleh orang lain. Menurut Sugiyono (2002, p84) instrumen pengukuran adalah alat

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

32

yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik

semua fenomena ini disebut variabel penelitian.

Tabel 2.6

Definisi Operasional dan Instrumen pengukuran

Variabel Konsep variabel Indikator

Kendali mutu

Serangkaian kegiatan mulai

proses tahap awal proses

hingga akhir yang

bersumber dari pemikiran,

ide, keahlian dan wujud

dari implementasi.

• Pengawasan mutu produk

• Batas kendali mutu produk

• Jenis-jenis cacat produk

2.8.6 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan menurut Ariani, Dorothea Wahyu

(pp 19-27, 2003) meliputi analisa :

Tabel 2.7

Metode Analisis Data

Tujuan Alat Analisis data

T1 Pengawasan mutu produk

T2 Analisis dengan SPC (Peta kontrol P)

T3 Analisis dengan check sheet, diagram pareto dan Diagram

Tulang ikan (Perbaikan dengan 5W + 1 H)

T4 Bauran Pemasaran

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-00852-MN-Bab 2.pdf · konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk

33

T1= Menganalisis pengawasan mutu produk pada PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk.

T2= Mendapatkan batas kendali produk pada PT. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk.

T3= Menganalisis jenis kerusakan produk yang dihasilkan oleh PT. TEMBAGA MULIA

SEMANAN Tbk.

T4= Usulan rekomendasi terhadap sistem pengendalian mutu produk pada PT. TEMBAGA

MULIA SEMANAN Tbk.

2.8.7 Kelemahan Teknik Analisis Data

Menyediakan informasi secara mendetail untuk pengendalian karakteristik individu dan

tidak mengenal tingkat kesalahan yang berbeda pada unit-unit produk tersebut.