28
12 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umum Menurut Kerlinger, teori adalah “himpunan konstruk atau konsep, definisi atau proposisi yang telah mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi antara variabel untuk menjelaskan dan meramaikan gejala tersebut.”(Jalaluddin Rachmat, Bandung, 1988) Kerangka teori dimaksudkan “untuk memberikan gambaran atau batasan- batasan tentang teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan adalah teori-teori mengenai variabel-variabel permasalahan yang akan diteliti.” (Mardalis, Jakarta, 1989) Landasan teori adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan “untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti, serta sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan (hipotesis)”. (Ardi Karsadi, Jakarta, 2002) Teori-teori yang digunakan pada penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut: 2.1.1 Kajian Semiotika Semiotika adalah ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia. Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus kita beri makna.(Benny H,Hoed,Depok,2008) Yang menjadi perhatian penting penelitian ini adalah tanda. Dan bagaimana tanda itu menghasilkan makna. Sebagai homo culturalis, yakni sebagai makhluk

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

12

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori-teori Dasar / Umum

Menurut Kerlinger, teori adalah “himpunan konstruk atau konsep, definisi

atau proposisi yang telah mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala

dengan menjabarkan relasi antara variabel untuk menjelaskan dan meramaikan

gejala tersebut.”(Jalaluddin Rachmat, Bandung, 1988)

Kerangka teori dimaksudkan “untuk memberikan gambaran atau batasan-

batasan tentang teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian yang akan

dilakukan adalah teori-teori mengenai variabel-variabel permasalahan yang akan

diteliti.” (Mardalis, Jakarta, 1989)

Landasan teori adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan “untuk

menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti, serta sebagai dasar untuk memberi

jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan (hipotesis)”. (Ardi

Karsadi, Jakarta, 2002)

Teori-teori yang digunakan pada penelitian ini antara lain adalah sebagai

berikut:

2.1.1 Kajian Semiotika

Semiotika adalah ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia.

Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda, yakni

sesuatu yang harus kita beri makna.(Benny H,Hoed,Depok,2008)

Yang menjadi perhatian penting penelitian ini adalah tanda. Dan bagaimana

tanda itu menghasilkan makna. Sebagai homo culturalis, yakni sebagai makhluk

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

13

yang selalu ingin memahami makna dari apa yang diketemukannya (meaning-

seeking creature) .(Benny H,Hoed,Depok,2008),

metode semiotika menjadi sebuah cabang keilmuan yang memberikan pengaruh

penting. Tidak saja sebagai metode kajian (decoding), akan tetapi juga sebagai

metode penciptaan (encoding). Semiotika telah berkembang menjadi sebuah

model atau paradigma bagi berbagai bidang keilmuan yang sangat luas, yang

menciptakan cabang-cabang semiotika khusus, di antaranya adalah semiotika

binatang, semiotika kedokteran, semiotika arsitektur, dan lain-lain. (Yasraf Amiri

Piliang,Yogyakarta,2003)

Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani ‘semion’

yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas

dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat mewakili sesuatu yang

lain. Secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh

Perngetahuan sebagai tanda.(Alex Sobur,Bandung,2001)

Sekumpulan tanda-tanda ini biasa disebut dengan istilah karya.

Mempelajari karya berarti mempelajari budaya. Karena karya dibangun dari

seribu sumber budaya. Seperti yang dikatakan Roland Barthes di dalam buku The

Death of Author . “Karya adalah suatu tenunan kutipan, berasal dari seribu

sumber budaya.” (Alex Sobur,Bandung,2001)

Di dalam semiotika, peran penerima pesan atau penonton dipandang

memiliki peranan yang lebih aktif. Penonton menghasilkan makna dari sebuah

karya tanpa meninggalkan pengalaman, pemikiran, emosi, pengaruh budaya dari

si penonton.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

14

Menurut Danesi dan Perron, penelitian semiotik mencakupi tiga ranah

yang berkaitan dengan apa yang diserap oleh manusia dari lingkungannya (the

world), yakni yang bersangkutan dengan “tubuh”-nya,“pikiran”-nya,dan

“pengetahuan”-nya. (Benny H,Hoed,Depok,2008)

Berangkat dari pernyataan ini, kita bisa tarik kesimpulan bahwa adanya

hubungan erat antara kemampuan manusia untuk memahami dan menghasilkan

makna, aktifitas manusia untuk menghubungkan tanda dengan pengalamannya

dan hubungan antara sistem tanda yang sifatnya konvensional.

2.2.2 Semiotika Film

Mengkaji film melalui metode semiotika, berarti mengkaji sistem tanda

di dalam film tersebut. Film menggunakan sistem tanda yang terdiri atas pesan,

baik yang verbal maupun yang berbentuk ikon. Pada dasarnya pesan yang

digunakan dalam film terdiri atas dua jenis, yaitu pesan verbal dan pesan

nonverbal. (Alex Sobur,Bandung,2001)

Yang membedakan film secara semiotis dari objek-objek desain lainnya,

yaitu bahwa film selalu berisikan unsur-unsur tanda berupa objek (object) yang

difilmkan; konkarya (context) berupa lingkungan, orang atau makhluk lainnya

yang memberikan makna pada objek; serta karya (berupa tulisan) yang

memperkuat makna (anchoring), meskipun yang terakhir ini tidak selalu hadir

dalam sebuah film.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

15

Tabel 1.2

Tanda dalam Film (Yasraf Amiri Piliang,Yogyakarta,2003)

Objek Konkarya Karya

Entitas Visual/Tulisan Visual/Tulisan Tulisan

Fungsi Elemen tanda yang

merepresentasikan

objek atau pesan

yang difilmkan

Elemen tanda yang

memberikan(atau

diberikan) konkarya

dan makna pada

objek yang difilmkan

Tanda linguistik

yang berfungsi

memperjelas dan

menambatkan

makna

(anchoring)

Elemen Signifier/Signified Signifier/Signified Signified

Tanda Tanda semiotik Tanda semiotik Tanda linguistik

Dari tabel di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa film adalah wahana

permainan tanda. Permainan tanda dalam film didasarkan pada ketiga elemen di

atas, yang saling berkaitan dan menjadi satu kesatuan.

Di sebuah penelitian mengenai film, melalui analisis konkarya kita bisa

melihat berbagai persoalan yang timbul dari hadirnya film tersebut. Seperti

persoalan gender, ideologi, fetisisme, kekerasan simbol, lingkungan,

konsumerisme, serta berbagai persoalan sosial lainnya yang ada di balik sebuah

film.

Persoalan ini timbul ke permukaan karena adanya jurang pemisah antara

realitas sosial dengan proses representasinya dalam film. Jurang pemisah inilah

yang menghasilkan realita baru. Realitas dalam film bukanlah realitas murni yang

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

16

diangkat dari realitas sosial. Namun telah dipilah-pilah menurut tujuan pembuatan

film tersebut.

2.2.3 Semiologi Roland Barthes

Semiotika dan semiologi sesungguhnya mempunyai arti yang sama.

Namun pemakaian salah satu istilah ini biasanya didasarkan pada pemikiran

pemakainya: mereka yang bergabung dengan Peirce menggunakan kata

semiotika, dan mereka yang bergabung dengan Saussure menggunakaan kata

semiologi. (Alex Sobur,Bandung,2001)

Karena Barthes adalah tokoh semiotika yang meneruskan dan

mengembangkan pemikiran de Saussure maka metode pemaknaan tanda-tanda

Barthes disebut semiologi barthes.

Namun istilah semiologi makin lama makin ditinggalkan. Ada

kecenderungan orang-orang lebih memilih kata semiotika daripada semiologi.

Sehingga kata semiotika lebih populer daripada semiologi.

Barthes menekankan bahwa semiologi hendaknya mempelajari

bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal dalam kehidupan sosial

manusia. Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan

dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-

objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak

berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Alex

Sobur,Bandung,2001)

Tujuan riset semiologis adalah merekonstitusi bagaimana sistem-sistem

signifikasi yang bukan langue berfungsi, dengan mengikuti proyek aktivitas

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

17

strukturalis, yaitu membangun suatu simulakrum objek-objek yang diamati.

(Roland barthes,Yogyakarta,2007)

Barthes dengan demikian melihat signifikasi sebagai sebuah proses total

dengan suatu susunan yang sudah terstruktur. Signifikasi itu tidak terbatas pada

bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes

menganggap kehidupan sosial sendiri merupakan suatu bentuk signifikasi.

Dengan kata lain, kehidupan sosial apapun bentuknya, merupakan suatu sistem

tanda tersendiri pula. (Roland barthes,Yogyakarta,2007)

Sebagai salah satu ahli semiologi, Barthes memang terkenal dengan

pendekatan semiologinya terhadap budaya-budaya massa dan populer. Dalam

esai-esainya yang terkumpul di buku Mythologies, Barthes membahas makna-

makna dan mitos budaya massa, mulai dari dunia gulat, anggur, otak einstein,

sampai dengan tarian telanjang.

“YANG MEMESONA saya sepanjang hidup,” demikian Roland Barthes

dalam suatu wawancara, “adalah cara masyarakat menjadikan dunia mereka bisa

dipahami.” (Idy Subady Ibrahim,Yogyakarta,2007)

Semiologi Barthes mengacu pada de Saussure dengan menyelidiki

hubungan penanda dan petanda pada sebuah tanda. Barthes mengembangkan

pembedaan penanda dan petanda ke arah yang lebih dinamis.

Denotasi dan Konotasi

Barthes mengatakan bahwa dalam kehidupan sosial budaya

penanda adalah “ekspresi” (E) tanda, sedangkan petanda adalah “isi”

(dalam bahasa Perancis contenu (C). Jadi sesuai dengan teori de Saussure

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

18

tanda adalah relasi (R) antara E dan C. Ia mengemukakan konsep tersebut

dengan model E-R-C. (Benny H,Hoed,Depok,2008)

Dalam perkembangannya, Barthes berpendapat bahwa pemakai

tanda tidak hanya memaknainya sebagai makna denotasi, makna yang

umum. Namun pemakai tanda diyakini mengembangkan pemakaian

tanda ke dua arah, yang disebut Barthes sebagai signifikasi tahap kedua.

Pengembangan kepada segi E, terjadi bila pemakai tanda

memberikan bentuk yang berbeda untuk makna yang sama. Ini

disebutnya sebagai proses ke arah metabahasa. Sedangkan

pengembangan ke arah C, adalah pengembangan makna yang disebut

konotasi. (Benny H,Hoed,Depok,2008)

Gambar 13

Model Pemaknaan Dua Tahap Barthes (Benny H,Hoed,Depok,2008)

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

19

Konotasi menggambarkan interaksi yang berlangsung tatkala

tanda bertemu dengan perasaan atau emosi penggunanya dan nilai-nilai

kulturalnya. (Benny H,Hoed,Depok,2008)

Penjelasan singkat mengenai perbedaan konotasi dan denotasi

dapat diterangkan singkat di dalam sebuah film. Denotasi adalah

mekanisme teknis dari sebuah kamera dalam menangkap objek.

Sedangkan konotasi adalah aspek manusiawinya, yaitu bagaimana objek

itu dalam film, bagaimana komposisinya, mutu film, dan lain-lain. Jadi

denotasi adalah Apa yang difilmkan?, sedangkan konotasi adalah Apa

maksud di balik tampilan film itu?

Konotasi adalah makna baru yang diberikan yang diberikan oleh

pemakai tanda sesuai dengan keinginan, latar belakang pengetahuannya

atau konvensi baru yang ada dalam masyarakat. Konotasi merupakan segi

“ideologi” tanda. (Benny H,Hoed,Depok,2008)

Namun, entah apa pun cara yang dipakai konotasi untuk

“mendandani” message yang berdenotasi, konotasi tidak pernah

menghabiskan message yang berdenotasi itu: message yang berdenotasi

itu tetaplah selalu “berdenotasi” (sebab tanpanya diskursus menjadi tidak

mungkin ada) dan konotator-konotator akhirnya selalu merupakan signe-

signe yang diskontinu.(Roland Barthes,Yogyakarta,2007)

Seperti contohnya pada kasus suatu film, signifiant message

kedua sesungguhnya dibuat oleh message pertama seutuhnya, itulah

sebabnya kenapa message kedua menjadi konotasi bagi message yang

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

20

pertama. (yang tadi kita ketahui sebagai denotasi simpel). (Benny

H,Hoed,Depok,2008)

Ketika kita menonton karya film, sebenarnya kita menerima suatu

pesan yang dobel-ganda, yaitu message yang sekaligus berdenotasi dan

berkonotasi. Kita tidak boleh percaya bahwa message kedua (yaitu

message konotasi) “tersembunyi” di bawah message pertama (message

denotasi). Message kedua tidaklah tersembunyi diam-diam. Dalam film

yang harus dijelaskan adalah peran yang dimainkan oleh message

denotasi.(Roland Barthes,Yogyakarta,2007)

Mitos

Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi

ideologi, yang disebutnya sebagai ‘mitos, dan berfungsi untuk

mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan

yang berlaku dalam suatu periode tertentu. (Alex Sobur,Bandung,2001)

Konotasi yang mantap akan menjadi sebuah mitos yang menurut

Barthes, adalah sebuah tipe pembicaraan atau wicara (a type of speech).

Tetapi yang harus ditegaskan bahwa mitos adalah suatu pesan, mitos

tidak mungkin merupakan suatu objek, konsep, atau gagasan; mitos

merupakan mode pertandaan (a mode of signification), suatu bentuk (a

form). (Roland Barthes,Yogyakarta,2007)

Barthes menjelaskan mitos sebagai suatu sistem yang janggal,

karena ia dibentuk dari rantai semiologis yang telah eksis sebelumnya;

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

21

mitos merupakan sistem semiologis tatanan kedua (second-order

semiological system).

Gambar 1.3

second-order semiological system (Roland Barthes,Yogyakarta,2007)

Dari gambar di atas kita bisa melihat bahwa sebuah tanda

(denotatif) terdiri dari penanda dan petanda. Namun pada saat bersamaan

tanda denotatif itu menjadi penanda konotatif. Jadi tanda yang disebutkan

oleh de Saussure merupakan unsur material. Contohnya hanya jika kita

mengenal tanda ular, baru konotasi seperti kelicikan, bahaya, ancaman

menjadi muncul.

Mitos dalam hal ini merupakan isi pesan pada proses pemaknaan

kedua (konotasi). Sehingga secara detail dapat dikatakan bahwa mitos

adalah isi (content) pada sistem pemaknaan kedua, sedangkan konotasi

adalah bentuk dari sistem pemaknaan kedua itu sendiri. Perspektif

Barthes mengenai mengenai mitos ini menjadi salah satu ciri khas

semiologinya yang membuka ranah baru mengenai semiologi, yaitu

penggalian lebih jauh dari proses pemaknaan (signification) untuk

mencapai mitos yang bekerja dalam realitas keseharian masyarakat.

Di setiap esainya, Barthes, seperti dipaparkan Cobley & Jansz

membahas fenomena keseharian yang luput dari perhatian. Dia

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

22

menghabiskan waktu untuk menguraikan dan menunjukan bahwa

konotasi yang terkandung dalam mitologi-mitologi tersebut biasanya

merupakan hasil konstruksi yang cermat.(Alex Sobur,Bandung,2001)

Fenomena keseharian bisa menjadi mitos, karena menurut

Barthes, mitos adalah semacam wicara, segalanya dapat menjadi mitos

asal hal itu disampaikan lewat wacana (discourse). Dan semua hal bisa

menjadi mitos. Karena tidak ada hukum, baik yang bersifat alam maupun

bukan, yang melarang pembicaraan tentang pelbagai hal. (Roland

Barthes,Yogyakarta,2007)

Semua hal yang menjadi mitos itu menyelimuti kita, bekerja

sedemikian halus, justru karena mereka terkesan benar-benar alami.

Dibutuhkan sebuah analisis mendalam, seperti yang sanggup dilakukan

semiotika.(Cobley dan Jansz,Cambridge,1997)

Cara pembuktian bahwa Mitos adalah hasil dari Konotasi, seperti yang

telah diuraikan di dua gambar di atas disebut dengan cara “demontage

semiologique” ‘pembongkaran semiologis’ terhadap sejumlah gejala

Perngetahuan massa (tonton: makna yang sudah membudaya).

2.1.4 Konstruksi Realitas dalam Film

Film adalah bentuk dari proses komunikasi. Sebuah proses komunikasi

yang proses penyampaian pikirannya menggunakan suatu pesan atau simbol.

Galbraith seperti dikutip oleh Sobur dalam bukunya Semiotika Komunikasi

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

23

mengatakan, “Berbagai relasi sosial yang dibangun melalui komunikasi seperti

lewat film berlangsung pada level-level tanda-tanda (signification) di dalam

lingkup komunikasi yang meluas”.(Alex Sobur,Bandung,2001)

Dalam proses penyampaian pesan melalui tanda-tanda; mencangkup

simbol dalam masyarakat. Perfilman memperhatikan keadaan sosial masyarakat

yang dijadikan target khalayaknya. Mereka mencoba menghubungkan realitas

yang ada dengan simbol-simbol yang ditampilkan pada materi kampanye

perfilmannya.

Jadi film adalah representasi realitas masyarakat. Film adalah perwujudan

kebutuhan, keinginan dan pemikiran masyarakat dimana film itu dieksekusi.

Pembuat film mencoba menghubungkan dan menggunakan bahasa simbol untuk

memuaskan kebutuhan dan keinginan masyarakat sesuai norma yang berlaku.

Film merangkum aspek-aspek realitas sosial. Tetapi ia tidak

merepresentasikan aspek-aspek tersebut secara tidak jujur. Ia menjadi cermin

yang mendistorsi bentuk-bentuk obyek yang direfleksikannya tetapi juga

menampilkan citra-citra dalam visinya. Film tidak berbohong tetapi juga tidak

menyatakan yang sebenarnya.(Ratna Noviani)

Jadi di dalam film terdapat dunia sendiri yang terpisah dengan dunia

material. Sebuah dunia yang menjebak pemikiran kita akan pemaknaan suatu

pesan atau jasa yang difilmkan. Menjadi fantasi yang terkadang lebih nyata dari

kenyataan itu sendiri. Kenyataan dalam dunia adalah kenyataan yang semu.

Kenyataan yang dikonstruksikan dan diseleksi sesuai dengan tujuan film itu,

yaitu orientasi pendidikan.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

24

Istilah konstruksi sosial atas realitas (social construction of reality)

Diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman Mereka mengatakan,

institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan

interaksi manusia. Meskipun masyarakat dan institusi sosial terlihat nyata secara

obyektif, namun pada kenyataannya semua dibangun dalam definisi subyektif

melalui proses internalisasi. Obyektifikasi baru bisa terjadi melalui penegasan

berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain yang memiliki definisi subyektif

yang sama”.(Indiwan Seto Wahju Wibowo,Jakarta,2006)

Berger dan Luckman memulai penjelasan realitas sosial dengan

memisahkan pemahaman atas “kenyataan” dan “pengetahuan”. Mereka

mengartikan realitas sebagai kualitas yang terdapat didalam realita-realita yang

diakui memiliki keberadaan (being) tidak tergantung pada kehendak kita sendiri.

Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas itu nyata

(real) dan memiliki karakteristik yang secara spesifik.(Alex

Sobur,Bandung,2001)

Eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi adalah suatu proses dimana

realitas sosial dihidupkan, seperti dijelaskan oleh Berger dan Luckman dalam

buku yang sama, Realitas sosial adalah pengetahuan yang bersifat keseharian

yang hidup dan berkembang di masyarakat seperti konsep, kesadaran umum, dan

wacana publik.(Basrowi Sudikin,Surabaya,2002)

Penggunaan simbol dalam interaksi sosial, dibangun dengan

menggunakan konsep-konsep semiotika untuk menempatkan film dalam bahasa

ikon dan simbol. Bahasa simbol ini membantu memperjelas konstruksi sosial

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

25

baik pada tahap eksternalisasi, obyektivasi maupun pada tahap internalisasi,

dimana dengan tiga tahap inilah realitas sosial terbentuk.

Eksternalisasi merupakan tahapan dimana individu melakukan

penyesuaian diri dengan dunia sosiokultural sebagai pesan manusia;

obyektivikasi merupakan interaksi sosial yang terjadi dalam dunia

intersubyektif yang dilembagakan atau mengalami proses

institusionalisasi, pesan sosial berada pada proses institusionalisasi.

Individu memunculkan dirinya dalam pesan-pesan kegiatan manusia baik

bagi produsennya maupun bagi orang lain sebagai unsur dunia bersama.

Hal terpenting dari tahap ini adalah terjadinya pembuatan tanda-tanda

sebagai isyarat bagi pemaknaan subyektif; sedangkan internalisasi

merupakan proses yang mana individu mengidentifikasikan dirinya

dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu

menjadi anggotanya. (Indiwan Seto Wahju Wibowo,Jakarta,2006)

Dalam memahami proses konstruksi realitas dalam sebuah film, kita tidak

boleh meninggalkan aspek representasi. Representasi digunakan untuk

menghubungkan antara sebuah karya dengan realitas. Menurut Ratna Noviani,

“representasi menjadi sebuah tanda (a sign) untuk sesuatu atau seseorang, sebuah

tanda yang tidak sama dengan realitas yang direprentasikan tapi dihubungkan

dengan dan mendasarkan diri pada realitas tersebut.”.

Menurut Stuart Hall, terdapat ada dua proses representasi. Yaitu pertama

adalah Representasi Mental, yaitu konsep tentang sesuatu yang ada di kepala kita

masing-masing, representasi mental masih merupakan sesuatu yang abstrak.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

26

Kedua adalah bahasa. Yang berperan penting dalam proses konstruksi

makna.(Nuraini Juliastuti,2009)

Jadi kita harus menampilkan sesuatu yang abstrak itu ke dalam sebuah

bahasa. Sebuah simbol-simbol tertentu yang dimuati konsep representasi mental

yang abstrak tersebut.

Proses representasi dalam sebuah karya film telah mengalami proses

seleksi. Pemilahan ini didasari oleh kebutuhan-kebutuhan pekerja film dalam

memberi makna pesan dan jasa yang difilmkan agar tercapai tujuan

ekonomisnya.

Oleh karena itu, representasi realitas dalam film cenderung menyesatkan.

Ada pengalihan tujuan ke arah komersial. Terkadang ia tidak menampilkan

realitas yang dirujuknya. Namun justru memberikan pemahaman baru. Film

mempunyai kecenderungan untuk menyampingkan realitas tertentu dan

menampilkan realitas yang lain, yang sesuai dengan maksud dan tujuan tersebut.

Film bekerja dengan cara seperti ini. Makna cenderung terdistorsi dalam

sebuah film. Alih-alih ingin memberikan suatu rujukan, film justru menampilkan

Mitos-mitos baru yang melahirkan pemahaman semu pada pengetahuan

masyarakat tertentu.

Karena itulah terkadang film dirasa menyesatkan. Ideologi-ideologi yang

diceritakan Mitos di dalam sebuah film bekerja dengan begitu halusnya.

Sehingga kita terkadang menerimanya secara mentah-mentah. Tanpa proses

seleksi dan lupa untuk bersikap kritis. Padahal realitas yang ada di dalam sebuah

film tidak serta-merta merupakan realitas asli.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

27

Dan seringkali kita begitu menyukai realitas yang semu ini. Kita

menerimanya sebagai sesuatu yang masuk akal dan memberi solusi atas

kebutuhan dan masalah yang kita hadapi di dunia ini. Kita lebih menyukai tiruan

daripada sesuatu yang asli.

Disini kita pahami kepura-puraan adalah kenyataan itu sendiri. Seperti

kata Roland Barthes, mereka tidak puas dengan menjumpai fakta-fakta; mereka

mendefinisikan dan mengeksplorasi fakta-fakta itu sebagai tanda bagi sesuatu

yang lain.(Roland Barthes,Yogyakarta,2007)

2.1.5 Teori Production House

Penulis sedikit menemukan kesulitan dalam mencari pengertian teori

Production House dalam bahasa Indonesia, akhirnya dalam literatur asing,

penulis menemukan pengertian teori Production House, berikut pengertian dari

Production House :

A production house is generally associated with in-house production. It

can organize, make or telecast different disciplines of programs encompassing

films, ad films, news, multimedia, sports or television shows. (ashisbala

http://www.bestindiansites.com/production-house/)

Rumah Produksi menerupakan asosiasi usaha khusus sebuah produksi

rumahan suatu karya. Yang dapat mengorganisasikan, membuat program acara

televisi, berdasarkan disiplin konsentrasi karya dari Rumah Produksi itu sendiri,

misalnya dalam pembuatan Film, Iklan Film, Berita, Multimedia, Olahraga, atau

jenis program acara Televisi lainnya.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

28

2.1.6 Teori Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang diungkapkan melalui

pakaian dan setiap kategori benda lainnya (the object language), komunikasi

dengan gerak (gesture) sebagai sinyal (sign language), dan komunikasi dengan

tindakan atau gerakan tubuh (action language)

Bentuk-bentuk komunikasi non verbal terdiri dari tujuh macam yaitu:

a. Komunikasi visual

Komunikasi visual merupakan salah satu bentuk komunikasi yang

digunakan untuk menyampaikan pesan berupa gambar-gambar, grafik-

grafik, lambang-lambang, atau simbol-simbol.

Dengan menggunakan gambar-gambar yang relevan, dan penggunaan

warna yang tepat, serta bentuk yang unik akan membantu mendapat

perhatian pendengar. Dibanding dengan hanya mengucapkan kata-kata

saja, penggunaan komunikasi visual ini akan lebih cepat dalam

pemrosesan informasi kepada para pendengar.

b. Komunikasi sentuhan

Ilmu yang mempelajari tentang sentuhan dalam komunikasi non-verbal

sering disebut Haptik. Sebagai contoh: bersalaman, pukulan, mengelus-

ngelus, sentuhan di punggung dan lain sebagainya merupakan salah satu

bentuk komunikasi yang menyampaikan suatu maksud/tujuan tertentu

dari orang yang menyentuhnya.

c. Komunikasi gerakan tubuh

Kinesik atau gerakan tubuh merupakan bentuk komunikasi non-verbal,

seperti, melakukan kontak mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap tubuh.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

29

Gerakan tubuh digunakan untuk menggantikan suatu kata yang

diucapkan. Dengan gerakan tubuh, seseorang dapat mengetahui informasi

yang disampaikan tanpa harus mengucapkan suatu kata. Seperti

menganggukan kepala berarti setuju.

d. Komunikasi lingkungan

Lingkungan dapat memiliki pesan tertentu bagi orang yang melihat atau

merasakannya. Contoh: jarak, ruang, temperatur dan warna. Ketika

seseorang menyebutkan bahwa ”jaraknya sangat jauh”, ”ruangan ini

kotor”, ”lingkungannya panas” dan lain-lain, berarti seseorang tersebut

menyatakan demikian karena atas dasar penglihatan dan perasaan kepada

lingkungan tersebut.

e. Komunikasi penciuman

Komunikasi penciuman merupakan salah satu bentuk komunikasi dimana

penyampaian suatu pesan/informasi melalui aroma yang dapat dihirup

oleh indera penciuman. Misalnya aroma parfum bvlgari, seseorang tidak

akan memahami bahwa parfum tersebut termasuk parfum bvlgari apabila

ia hanya menciumnya sekali.

f. Komunikasi penampilan

Seseorang yang memakai pakaian yang rapi atau dapat dikatakan

penampilan yang menarik, sehingga mencerminkan kepribadiannya. Hal

ini merupakan bentuk komunikasi yang menyampaikan pesan kepada

orang yang melihatnya. Tetapi orang akan menerima pesan berupa

tanggapan yang negatif apabila penampilannya buruk (pakaian tidak

rapih, kotor dan lain-lain).

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

30

g. Komunikasi cita rasa

Komunikasi cita rasa merupakan salah satu bentuk komunikasi, dimana

penyampaian suatu pesan/informasi melalui cita rasa dari suatu makanan

atau minuman. Seseorang tidak akan mengatakan bahwa suatu

makanan/minuman memiliki rasa enak, manis, lezat dan lain-lain, apabila

makanan tersebut belum dimakan/diminumnya. Sehingga dapat dikatakan

bahwa cita rasa dari makanan/minuman tadi menyampaiakan suatu

maksud atau makna. (Sebastian

Schmieg,http://parapsyco.wordpress.com/2011/01/13/gesturee-mu-

takkan-bohong/)

2.1.7 Teori Gesture

Gesture tubuh adalah salah satu cara bentuk komunikasi. Namun dengan

adat dan tempat yang berbeda, membuat gesture/bahasa tubuh bisa bermakna

berbeda antar daerah. (http://www.dunia-unik.info/search/gesturee)

Gesture yang baik seyogyanya terdiri dari unsur:

1. Alami, spontan, wajar, tidak dibuat-buat.

2. Penuh, tidak sepotong-sepotong, tidak ragu.

3. Sesuai dengan kata-kata.

4. Gunakan untuk penekanan pada poin penting,

5. Jangan berlebihan. Less is more!

6. The most important gesturee: to SMILE!

7. Gerakan tubuh meliputi: ekspresi wajah, gerakan tangan, lengan, bahu, mulut

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

31

atau bibir, gerakan hidung, kepala, badan, kaki.

8. Setiap gerakan mengandung tiga bagian: Pendekatan (The Approach)

- Tubuh siap untuk bergerak; Gerakan (The Stroke) – gerakan tubuh

itu sendiri; dan Kembali (The Return) – kembali ke posisi semula

atau keadaan normal.

9. Variatif, jangan monoton. Misalnya terus-menerus mengepalkan jari

tangan di atas.

10. Jangan melalukan gerakan tubuh yang tidak bermakna atau tidak

mendukung pembicaraan seperti: memegang kerah baju,

mempermainkan mic, meremas-remas jari, dan menggaruk-garuk

kepala.

11. Makin besar jumlah hadirin, kian besar dan lambat gerakan tubuh

yang kita lakukan. Jika kita berbicara di depan hadirin dalam

jumlah kecil, atau di video conferencing, atau di televisi, lakukan

gerakan tubuh alakadarnya (smaller gesturees). (Bintang revolusi,http://nike-

bintang-revolusi.blogspot.com/2011/02/gesturee.html)

Gesture sebagai public speaker harus terbuka yaitu kaki terbuka sejajar

dengan bahu dan ketiak juga harus terbuka. Kondisi ketika menulis harus miring

tidak boleh membelakangi audience dan harus bersuara, yang paling penting

adalah senyum. Untuk memperoleh senyuman yang bagus, kita di anjurkan untuk

melakukan senam wajah. Ketika kita terburu-buru gesturenya melihat jam

tangan, jadi di usahakan memakai jam tangan. Kalau tidak coba tanya sekarang

jam berapa. Lakukan selama tiga kali, jika tidak berhasil maka bicaralah apa

adanya.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

32

2.2.8 Teori Produksi Film

Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie atau video (semula

pelesetan untuk 'berpindah gambar'). Film, secara kolektif, sering disebut

'sinema'. Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan

juga bisnis, yang diperankan oleh tokoh-tokoh sesuai karakter direkam dari

benda/lensa (kamera)atau animasi.

1. Menjelaskan tahapan produksi sebuah film, deskripsi kerja dalam tim

produksi, dan manajemen produksi.

Materi mencakup: Menyusun tim produksi; Menyeleksi kru (crew) dan Hal

yang harus disiapkan dalam produksi film.

2. Menjabarkan dasar-dasar penulisan cerita untuk pembuatan film, penyusunan

riset untuk film, dan penerapan pembuatan sinopsis, director treatment,

shotlist, script breakdown dan shooting schedule.

Materi mencakup: Penulisan, Penyutradaraan pada tahap Pra Produksi,

Produksi, dan Paska Produksi.

3. Menjelaskan tentang pengoperasian kamera dengan baik serta cara

pemeliharaannya, proses perekaman yang dapat menghasilkan gambar dan

suara dengan baik, dan mengasah inisiatif untuk menyesuaikan diri dengan

keterbatasan alat.

Materi mencakup: Dasar-dasar sinematografi, Pengenalan teknologi kamera,

Teknik pengambilan gambar, Tata cahaya, dan Penataan kamera saat

produksi.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

33

4. Menguraikan dasar-dasar audio pada proses produksi film, baik yang

dilakukan ketika perekaman suara saat pengambilan gambar, maupun

kebutuhan pengisian suara saat pasca produksi.

Materi mencakup: Dialog, Musik, dan Efek suara.

5. Menjelaskan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh departemen artistik dan

mengaplikasikan sinopsis dan director treatment menjadi breakdown artistik.

Materi mencakup: Tata busana, Tata rias, Bagian set, Properti, dan Efek

spesial. Menjelaskan proses editing, teori dasar editing, pengoperasian

computer untuk editing.

6. Memberi pemahaman tentang pola pikir editing pada setiap tahap produksi

film dan penerapan konsep editing.

Materi mencakup: Sekilas tentang editing, Tahapan editing, dan Istilah teknis

editing. Menjelaskan dasar pengerjaan, pengelolaan dan pemanfaatan

dokumentasi berdasarkan obyek dan kebutuhannya.

(http://qyutciz.blogspot.com/2009/01/teori-dasar-pembuatan-filmvideo.html)

2.2 Teori-teori Khusus yang Berhubungan dengan Topik Yang Dibahas

Adapaun teori khusus dalam penelitin ini adalah sebagai berikut.

2.2.1 Penyampaian Makna dan Tanda dalam Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari

kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.

Sama di sini maksudnya sama makna. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

34

kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan

diterima oleh komunikan. (Onong Uchjana Effendy,Bandung,1997)

Tanpa adanya kesamaan makna niscaya komunikasi tidak akan berjalan

dengan baik. Yang berarti proses melengkapi antara sesama manusia tadi tidak

akan terwujud.

Untuk menyimak komunikasi yang dilihat dari sudut pandang

penyampaian makna dan tanda-tanda, kita tidak boleh melupakan teori

komunikasi yang disampaikan oleh John Fiske dalam bukunya Introduction to

Communication Studies.

John Fiske menjelaskan bahwa komunikasi bisa dilihat dari dua mazhab

yang berbeda. Mazhab yang pertama melihat komunikasi sebagai transmisi

pesan. Mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi, dan ia

melihat ke tahap-tahap dalam proses tersebut guna mengetahui di mana

kegagalan tersebut terjadi.(John Fiske,London,1990)

Mazhab tersebut, menurut Fiske lebih menitik-beratkan pada proses

penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media yang ada

dan menimbulkan efek tertentu. Dari mazhab ini bisa dilihat adanya

kecenderungan proses mempengaruhi perilaku seseorang yang lain. Model

komunikasi yang menguatkan mazhab ini adalah model komunikasi Laswell,

yaitu “Who says what in what channel to whom with what effect.”(Deddy

Mulyana,Bandung,2001)

Mazhab yang kedua melihat komunikasi sebagai pesansi dan pertukaran

makna. Ia berkenaan dengan bagaimana pesan atau karya berinteraksi dengan

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

35

orang-orang dalam rangka menghasilkan makna; yakni, ia berkenaan dengan

peran karya dalam pengetahuan kita.

Pesan merupakan konstruksi tanda yang melalui interaksinya dengan

penerima menghasilkan makna. Yang ditekankan adalah bagaimana karya itu

ditonton oleh komunikan. Dalam proses penontonan karya yang nantinya akan

menghasilkan makna itu, penonton tetap membawa pemahaman subyektifnya

melalui pengalaman budayanya. Komunikator di mazhab ini ditampilkan sebagai

penonton aktif, ada proses kreatif yang menghasilkan makna di sini, penonton

benar-benar menonton karya bukan hanya sekedar menonton saja.

Dari sudut pandang mazhab yang kedua, bisa ditarik kesimpulan bahwa

sudut pandang ini lebih menekankan pada kekuatan makna dan simbol yang

terdapat dalam suatu pesan sebagai kekuatan dari proses komunikasi.

2.2.2 Makna dan Simbol dalam Film

Pemaknaan merupakan upaya lebih jauh dari penafsiran atas representasi

obyek melalui simbol, sehingga dalam pemberian makna dituntut adanya

kemampuan integratif manusia yang meliputi inderawi, daya pikir, dan akal

budinya atas materi-materi yang dilihat sebagai tanda-tanda yang

tersajikan.(Alex Sobur,Bandung,2006)

Jadi manusia berperan aktif dalam menghasilkan makna dari tanda dan

simbol-simbol yang ada.

Ada beberapa pandangan yang menjelaskan ihwal teori atau konsep

makna. Model proses makna Wendell Johnson menawarkan sejumlah implikasi

bagi komunikasi antarmanusia:

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

36

1. Makna ada dalam diri manusia.

Makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. Kita

menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita

komunikasikan.

2. Makna berubah

Kata-kata relatif statis. Tetapi makna dari kata-kata ini terus berubah, dan

ini khususnya terjadi pada dimensi emosional dari makna.

3. Makna membutuhkan acuan

Walaupun tidak semua komunikasi mengacu pada dunia nyata,

komunikasi hanya masuk akal bilamana ia mempunyai kaitan dengan

dunia atau lingkungan eksternal.

4. Penyingkatan yang berlebihan akan mengubah makna.

Mengatakan kepada seorang anak untuk “manis” dapat mempunyai

banyak makna. Penyingkatan perlu dikaitkan dengan obyek, kejadian dan

perilaku dalam dunia nyata.

5. Makna tidak terbatas jumlahnya

Pada suatu saat tertentu, jumlah kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi

maknanya tidak terbatas.

6. Makna dikomunikasikan hanya sebagian

Makna yang kita peroleh dari suatu kejadian (event) bersifat multi-aspek

dan sangat kompleks, tetapi hanya sebagian saja dari makna-makna ini

yang benar-benar dapat dijelaskan.(Alex Sobur,Bandung,2006) .

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

37

Makna menurut Umberto Eco yang dikutip oleh Budiman dalam buku

Kosa Semiotika, makna dari sebuah wahana tanda (sign-vehicle) adalah: ”Satuan

kultural yang diperagakan oleh wahana-wahana tanda yang lainnya serta dengan

begitu, secara semantik mempertunjukkan pula ketidak tergantungannya pada

wahana tanda yang sesungguhnya.”(Kris Budiman,Yogyakarta,1999)

Jadi struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan

struktur makna suatu wicara ini mempunyai ketergantungan dengan tanda-tanda

yang lain.

Manusia sebagai makhluk yang berbahasa, berkomunikasi melalui

simbol-simbol, baik itu simbol verbal maupun simbol non verbal.

Mengenai bahasa simbolik, menurut A.H Baker, yang dikutip oleh Alex

Sobur dalam buku Analisis Karya Media menjelaskan beberapa ungkapan

sebagai berikut: Pertama, manusia hanya sadar dalam bahasa, angan-

angan yang memakai fantasi dan konsep-konsep. Komunikasi simbolis

mengandalkan kesadaran mendalam dan karena itu menuntut penyertaan

bahasa. Kedua, bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis juga.

Artinya, penuh dengan tanda tanya atau hal-hal yang mesti diungkapkan

maksud dan arti yang terkandung didalamnya. Ketiga, Bahasa simbolis

terletak ditengah antara bahasa mistis dan alegoris seperti halnya pula

berlaku dalam tindakan”(Alex Sobur,Bandung,2006)

Jadi bisa dipahami bahwa komunikasi adalah proses pertukaran makna,

yang diwujudkan melalui bahasa, pesan, gambar, ekspesi wajah, gerak tubuh,

dan lain sebagainya. Yang sifatnya konvensional, dipahami berdasarkan

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

38

kesepakatan bersama di dalam budaya masyarakat dimana tanda-tanda itu

berada.

Salah satu wujud penyampaian makna dan tanda dalam komunikasi bisa

dilihat pada wujud film. Film merupakan ladang tanda-tanda. Film merupakan

sebuah karya yang berada di suatu media tertentu. Menurut Guy Ccok yang

dikutip oleh Sobur dalam buku Analisis Karya Media: Suatu Pengantar untuk

Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, mengartikan karya

sebagai: “Semua bentuk bahasa dan semua jenis ekspresi komunikasi seperti

kata-kata yang terfilm, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan sebagainya”.

(Alex Sobur,Bandung,2006)

Pemberian makna atas simbol dan pesan dalam sebuah film mempunyai

maksud untuk dapat memengaruhi target pasarnya. Dengan melihat latar

belakang budaya dan psikografis dari calon pembeli, perfilman dapat menyusun

simbol-simbol yang cocok dilekatakan pada sebuah pesan.

Pesan atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukan

sesuatu yang lain, dan sifatnya konvensional. Menurut James P.Spardley yang

dikutip Alex Sobur dalam buku Semiotika Komunikasi, mendefinisikan simbol

sebagai: ”Obyek atau peristiwa apapun yang menunjuk pada sesuatu.” (Alex

Sobur,Bandung,2006) Pemaknaan tanda-tanda selalu berbeda-beda, tergantung di

latar budaya seperti apa, tanda itu berada.

Oleh karena itu, tanda, simbol, makna adalah hal yang penting dalam

sebuah film. Kata-kata tidak bermakna apa-apa, karena kita sebagai manusialah

yang berperan aktif memaknai segala hal. Sangat penting memahami pemakaian

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umumthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00417-mc 2.pdf · bahasa, tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa. Barthes ... disebutnya

39

tanda dan simbol agar terjadi kesesuaian makna dalam menyampaikan pesan.

Khususnya pesan-pesan persuasif, karena penulis akan meneliti sebuah film film.

Dalam penelitian ini model sistematis dalam menganalisis tanda dan

makna yang digunakan mengacu pada pendapat Roland Barthes yang fokus

perhatiannya tertuju pada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of

signification). Signifikasi ini tidak terbatas pada bahasa, namun hal-hal lain yang

bukan bahasa. Barthes menganggap kehidupan sosial sendiri merupakan suatu

bentuk siginifikasi. Dengan kata lain, kehidupan sosial apapun bentuknya,

merupakan suatu sistem tanda tersendiri pula. Dalam signifikasi ini, Barthes

banyak membahas perkembangan makna ke arah Konotasi. Barthes

menggunakan konsep connotation-nya untuk menyingkap makna-makna

tersembunyi. Konsep ini menetapkan dua cara pemunculan makna yang bersifat

promotif, yakni Denotatif dan Konotatif . Pada tingkat Denotatif , tanda-tanda

itu mencuat terutama sebagai makna primer yang “alamiah”. Namun pada tingkat

Konotatif , di tahap sekunder, munculah makna yang bersifat

ideologis.(Kurniawan,magelang,2001)

Konotasi atau makna Konotatif disebut juga makna konotasional, makna

emotif, atau makna evaluatif. Makna Konotatif adalah jenis makna di mana

stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Makna Konotatif

sebuah kata dipengaruhi dan ditentukan oleh dua lingkungan karyatual dan

lingkungan budaya. Pada dasarnya, Konotasi timbul disebabkan masalah

hubungan sosial atau hubungan interpersonal yang mempertalikan kita dengan

orang lain. (Kurniawan,Magelang,2001)