20
9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Strategi Pemasaran Menurut Suharno dan Yudi Sutarso (2010:8), Strategi Pemasaran adalah rencana kerja jangka panjang yang memandu seluruh aktivitas teknis dalam pemasaran yang didasarkan pada semangat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Menurut Corey dalam Sunyoto (2015:4), konsep strategi pemasaran terdiri atas lima elemen yang saling berkaitan yaitu: 1. Pemilihan pasar, yaitu menentukan pasar mana yang paling tepat untuk dilayani. 2. Perencanaan produk, yaitu spesifikasi produk yang dipasarkan, pembentukan lini produk, dan desain penawaran individual pada masing- masing lini. Produk itu sendiri harus mampu menawarkan banyak manfaat yang dapat diperoleh pelanggan setelah melakukan pembelian. 3. Penetapan harga, yaitu menetapkan harga yang tepat agar dapat mencerminkan nilai kuantitatif dan produk kepada pembeli. 4. Sistem distribusi, yaitu saluran perdagangan grosir dan eceran yang dilalui hingga produk sampai ke konsumen akhir yang membeli dan menggunakan produk tersebut. 5. Komunikasi pemasaran (promosi), yang meliputi periklanan, personal selling, promosi penjualan, direct marketing, dan public relations. Sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi pemasaran adalah sebuah aktivitas yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dengan menawarkan dan menukarkan produk atau jasa yang mempunyai nilai untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen serta berkaitan dengan kegiatan pemberian harga, promosi hingga mendistribusikan barang atau jasa. Setiap perusahaan membutuhkan strategi pemasaran yang baik dan tepat untuk meningkatkan penjualan barang atau jasanya.

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Strategi Pemasaran

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Strategi Pemasaran

Menurut Suharno dan Yudi Sutarso (2010:8), Strategi Pemasaran adalah

rencana kerja jangka panjang yang memandu seluruh aktivitas teknis dalam

pemasaran yang didasarkan pada semangat untuk memenuhi kebutuhan

pelanggan. Menurut Corey dalam Sunyoto (2015:4), konsep strategi pemasaran

terdiri atas lima elemen yang saling berkaitan yaitu:

1. Pemilihan pasar, yaitu menentukan pasar mana yang paling tepat untuk

dilayani.

2. Perencanaan produk, yaitu spesifikasi produk yang dipasarkan,

pembentukan lini produk, dan desain penawaran individual pada masing-

masing lini. Produk itu sendiri harus mampu menawarkan banyak

manfaat yang dapat diperoleh pelanggan setelah melakukan pembelian.

3. Penetapan harga, yaitu menetapkan harga yang tepat agar dapat

mencerminkan nilai kuantitatif dan produk kepada pembeli.

4. Sistem distribusi, yaitu saluran perdagangan grosir dan eceran yang

dilalui hingga produk sampai ke konsumen akhir yang membeli dan

menggunakan produk tersebut.

5. Komunikasi pemasaran (promosi), yang meliputi periklanan, personal

selling, promosi penjualan, direct marketing, dan public relations.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi pemasaran adalah sebuah

aktivitas yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan oleh perusahaan dengan menawarkan dan menukarkan

produk atau jasa yang mempunyai nilai untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen serta berkaitan dengan kegiatan pemberian harga, promosi

hingga mendistribusikan barang atau jasa. Setiap perusahaan membutuhkan

strategi pemasaran yang baik dan tepat untuk meningkatkan penjualan barang

atau jasanya.

10

2.2 Kualitas Pelayanan

Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda dan bervariasi, mulai

dari konvensional hingga lebih strategis. Pelayanan merupakan salah satu unsur

yang sangat penting dalam menciptakan kepuasan konsumen. Agar harapan

pelanggan terpenuhi, perusahaan harus memberikan pelayanan yang berkualitas.

Kualitas layanan ditentukan oleh kemampuan perusahaan memenuhi kebutuhan

dan keinginan pelanggan sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Dengan kata lain,

faktor utama yang mempengaruhi kualitas layanan adalah layanan yang

diharapkan pelanggan (expected service) dan persepsi terhadap layanan

(perceived service). Kotler (dalam Panjaitan, Januar Efendi & Aliati, Yuliati, Ali

Lili, 2016:269) mengungkapkan bahwa kualitas pelayanan adalah suatu cara

kerja perusahaan yang berusaha mengadakan perbaikan mutu secara terus

menerus terhadap proses, produk dan servis yang dihasilkan

Tjiptono (2009:269) mengungkapkan bahwa terdapat lima dimensi utama

kualitas pelayanan (sesuai urutan derajat kepentingan relatifnya)

1. Keandalan

Keandalan yakni kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan

segera, akurat dan memuaskan Artinya para karyawan memberikan

pelayanan yang sesuai dengan harapan pelanggan.

2. Daya tanggap

Daya tanggap yaitu kcinginan para staf untuk membantu para pclanggan dan

memberikan layanan dengan tanggap, yakni motivasi para karyawan dalam

memecahkan masalah yang dihadapi pelanggan dalam menagunakan jasa

3. Jaminan

Jaminan mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan dan sifat dapat

dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keraguan.

Yaitu mengenai pengetahuan balk dari karyawan dalam menangani

pertanyaan atau keluhan dari pelanggan

4. Perhatian

Perhatian meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi yang balk,

perhatian pribadi, dan pemahaman alas kebutuhan individual para

pelanggan yaitu sikap karyawan yang menunjukkan perhatian yang tulus

dalam melayani pelanggan.

11

5. Bukti Fisik

Tampilan fisik meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana

komunikasi. Banyak pendapat mengenai definisi kualitas, karena kualitas

memiliki ukuran relative atas suatu barang atau jasa yang dinilai dari atribut,

desain, dan kesesuaian bagi para pembelinya. Etgar dan Galia (2009)

mengemukakan bahwa definisi mengenai kualitas pelayanan mungkin

berbeda, namun secara khusus meliputi hal dalam menentukan apakah

pelayanan yang dirasakan sesuai dengan harapan. Pelanggan menilai

kualitas pelayanan berdasarkan persepsi mereka dari hasil teknis yang

diberikan yang merupakan proses dimana hasil disampaikan.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Kualitas

Pelayanan adalah seberapa jauh perbedaan antara harapan dan kenyataan para

pelanggan atas layanan yang mereka terima. Kualitas Pelayanan dapat diketahui

dengan cara membandingkan persepsi pelanggan atas layanan yang benar-benar

mereka terima dengan layanan sesungguhnya yang mereka harapkan. Kualitas

Pelayanan menjadi hal utama yang diperhatikan dengan serius oleh perusahaan,

yang melibatkan seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan.

2.2.1 Dimensi Kualitas Pelayanan

Seperti yang dinyatakan dalam penelitian Lee Myong Jae, Lee Sanggun &

Young Min Joo (2014). The effect of Exhibition Service Quality on Exhibitors

Satisfaction and Behavioral Intentions, bahwa kualitas pelayanan dapat diukur dan

dievaluasi melalui dimensi-dimensi kualitas layanan.

Menurut Parasuraman, Zeithmal, dan Barry (1988) dalam Lee Myong Jae,

Lee Sanggun & Young Min Joo (2014), menjelaskan bahwa telah memperkenalkan

22 skala item pada 5 kategori (reliability, tangibles, responsiveness, assurance, and

empathy), dan disebut SERVQUAL untuk mengukur kualitas pelayanan. Kerangka

kerja ini sudah banyak di adopsi oleh berbagai industri (Oh, 1999). Meskipun

pendekatan berbasis teori ini telah meningkatkan pemahaman konsumen tentang

perilaku pembelian konsumen di berbagai industri, namun penerapan dimensi

SERVQUAL untuk industri di bidang hospitality / jasa hanya memiliki dukungan

yang terbatas (Oh, 1999). Mengingat bahwa industri pameran akan berdampak pada

ekonomi lokal dan nasional, penyelenggara acara dan pengelola venue harus

12

menyediakan berbagai layanan yang mempengaruhi kepuasan peserta pameran dan

akhirnya berpengaruh kepada perilaku masa depan mereka (behavioral intention)

(M. Lee, 2007). Dimensi dimensi tersebut adalah :

1. Booth Design & Layout

Pada kutipan ini, dijelaskan bahwa Booth Design & Layout adalah dimensi

dari service quality. Peserta pameran dapat mengambil manfaat dari desain

stand yang efektif dengan signage yang sesuai dan tata letak stand yang

nyaman (Whitfield & Webber, 2011). Studi mereka mengungkapkan bahwa

ukuran, tata letak, dan lokasi stand sangat penting untuk kepuasan peserta

pameran. Studi empiris lain juga telah membuktikan bahwa desain dan tata

letak stand adalah komponen paling penting yang berkontribusi terhadap

kepuasan peserta pameran (Bello & Lohtia, 1993; Hultsman, 2001).

2. Exhibition Logistics

Peserta pameran mempertimbangkan aspek logistik dari pameran, seperti

aksesibilitas, pengiriman, dan pengaturan stand, sebagai atribut layanan

penting yang mempengaruhi kepuasan peserta pameran (Dickinson & Faria,

1985; Herbig, O'Hara, & Palumbo, 1994; Hultsman, 2001 ; Zhang, Qu, &

Ma, 2010).

3. Show Managamenet

Manajemen pertunjukan (show management) yang meliputi prosedur

pendaftaran booth, harga sewa booth, dan dan staff pameran yang terlatih

secara profesional, adalah layanan penting lainnya (Hultsman, 2001). Elemen

paling penting dari keputusan untuk mengikuti pameran itu sendiri

melibatkan biaya pameran (Shipley et al., 1993; J. Kang & Schrier, 2011;

Hultsman, 2001).

Spesifikasi dan tata letak ruang pameran sangat penting untuk interaksi

kualitas dengan pengunjung. Kemudahan dalam proses registrasi dapat

memberikan kepuasan kepada peserta pameran atau eksibitor. Saat ini,

eksibitor juga ingin melakukan interaksi (networking) dengan pengunjung,

peserta pameran lainnya, dan orang-orang yang berkaitan dalam industri

tersebut. Itulah sebabnya mengapa eksibitor memilih ikut serta dalam

pameran tersebut sebagai pilihan pertama mereka (George, 2012).

13

4. Venue Service

Lee dan Yeung (2009) mengungkapkan bahwa ketersediaan layanan venue

seperti peralatan audio-visual, internet, pengumuman (announcement), ruang

penyimpanan atau gudang, dan pusat bisnis (business centre), adalah penting

bagi peserta pameran. fasilitas pameran seperti lounge untuk peserta pameran

dan fasilitas tempat makan (foodcourt) juga akan berkontribusi besar

terhadap kualitas layanan pameran (Herbig et al., 1994). Y. Lu dan Cai

(2009) membuktikan bahwa layanan venue yang dirancang secara profesional

dapat memengaruhi secara signifikan kepuasan peserta pameran dan niat

mereka untuk mengikuti kembali pameran tersebut.

2.3 Kepuasan Pelanggan

Menurut Oliver dalam M. J. Lee et al (2015), kepuasan adalah reaksi

pelanggan terhadap suatu produk atau layanan. Kepuasan pelanggan sangat

menarik dalam pemasaran layanan karena menghubungkan konsumsi / pembelian

dengan perilaku masa depan, seperti pembelian berulang (repeat purchase) dan

WOM (Word of Mouth) yang positif.

Pameran ada karena mereka melayani kebutuhan peserta pameran. Segera

setelah pameran berhenti memuaskan kebutuhan peserta pameran, permintaan

untuk event akan hilang (Tanner, Chonko, & Ponzurick, 2001).

Kepuasan pelanggan menurut Kotler (1997:42) dalam Steven Julianto (2012)

menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan sebuah keadaan dimana

konsumen atau pembeli memilki sebuah perasaan senang maupun kecewa yang

muncul setelah mereka membeli suatu barang maupun jasa, pelanggan dapat

merasa senang atau puas apabila kualitas barang atau jasa yang diberikan

ternyata sesuai atau melebihi ekspektasi mereka dan sebaliknya pelanggan akan

merasa kecewa apabila barang atau jasa yang diberikan tidak sesuai dengan

ekspektasi yang mereka inginkan.

Secara umum kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan merupakan hasil dari

perbedaan antara harapan dengan kinerja yang dirasakan oleh pelanggan atau dengan

kata lain ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu:

1. Kinerja yang dirasakan pelanggan lebih kecil dari yang diharapkan, artinya

pelanggan merasa puas dengan kualitas pelayanan yang diberikan oleh

perusahaan.

14

2. Kinerja yang dirasakan pelanggan lebih kecil dari yang diharapkan, artinya

pelanggan tidak puas dengan kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan.

Selain itu, memahami konsep kepuasan pelanggan dalam industri hospitality

atau jasa sangat penting dalam mengidentifikasi elemen penting yang memengaruhi

pengalaman pembelian pelanggan (Legoherel, 1998; Choi & Chu, 2001).

George (2012) menyatakan bahwa kualitas layanan pameran sangat terkait

dengan pengalaman peserta pameran, yang berarti juga penting untuk kualitas

interaksi dengan pengunjung di acara tersebut. Seperti halnya pelanggan di industri

lain, persepsi peserta pameran tentang kualitas layanan di pameran secara substansial

dapat mempengaruhi tingkat kepuasan (George, 2012; Kempf & Smith, 1998; Smith

et al., 2003).

Osti, Disegna, dan Brida (2012) menjelaskan bahwa pameran yang disukai

pelanggan adalah pameran yang memberikan kepuasan. Saat ini kepuasan pelanggan

menjadi fokus perhatian oleh hampir semua pihak, baik pemerintah, pelaku bisnis,

dan konsumen. Hal ini disebabkan semakin baiknya pemahaman atas konsep

kepuasan pelanggan sebagai strategi untuk memenangkan persaingan di dunia bisnis.

Sebuah perusahaan harus menjaga kualitas jasa atau pelayanan yang ditawarkan

kepada pelanggan. Apabila kualitas jasa yang diterima oleh pelanggan lebih baik

atau sama dengan yang dibayangkan, maka pelanggan cenderung akan mencoba

kembali.

Bitner dan Zeithaml dalam Akbar dan Parves (2009) menyatakan bahwa kepuasaan

adalah evaluasi pelanggan tentang produk atau pelayanan, apakah produk atau

layanan itu telah memenuhi kebutuhan dan harapan mereka. Kepuasaan pelanggan

memainkan peran yang penting karena terdapat perbedaan yang besar dalam

loyalitas, antara pelanggan yang sekedar puas dan yang benar-benar puas (Lovelock

dan Wright, 2007:103).

Kotler dan Keller (2007:140) mengungkapkan bahwa pelanggan yang puas

biasanya tetap setia untuk waktu yang lebih lama, membeli lagi ketika perusahaan

memperkenalkan produk baru dan memperbaharui produk lama, membicarakan hal-

hal baik tentang perusahaan dan produknya kepada orang lain, tidak terlalu

memperhatikan merek pesaing, tidak terlalu sensitf terhadap harga, menawarkan ide

produk atau jasa kepada perusahaan, dan biaya pelayanannya lebih murah

dibandingkan pelanggan baru karena transaksi dapat menjadi hal rutin.

15

2.3.1 Indikator Kepuasan Pelanggan

Dalam M. J. Lee et al (2015) menyatakan bahwa indikator kepuasan

pelanggan yang dalam hal ini peserta pameran adalah sebagai berikut :

Secara keseluruhan, saya puas dengan pameran ini.

Secara keseluruhan, saya merasa senang dengan pengalaman saya pada

pameran ini.

Secara keseluruhan, saya merasa senang dengan pameran ini.

2.4 Loyalitas Pelanggan

Loyalitas pelanggan adalah kesetiaan pelanggan atas suatu produk atau jasa.

Pelanggan yang setia terbukti memiliki tingkat retention yang lebih tinggi. Menurut

Oliver dalam Jurnal Cynthia (2014) menyatakan "kesetiaan" sebagai komitmen

untuk membeli ulang atau terus berlangganan produk atau jasa tertentu secara

konsisten, yang mengakibatkan pembelian barang dari merek yang sama meskipun

keadaan pasar memiliki faktor yang mungkin dapat memengaruhi kebiasaan

pembeli. Menurut Giddens (2002) pelanggan yang loyal terhadap suatu merek

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memiliki komitmen pada merek tersebut.

2. Berani membayar lebih pada merek tersebut bila dibandingkan dengan merek

yang lain.

3. Akan merekomendasikan merek tersebut pada orang lain.

4. Dalam melakukan pembelian kembali produk tersebut tidak melakukan

pertimbangan.

5. Selalu mengikuti informasi yang berkaitan merek tersebut.

6. Mereka dapat menjadi semacam juru bicara dari merek tersebut dan mereka

selalu mengembangkan hubngan dengan merek tersebut.

Griffin dalam Hurriyati (2008) membagi tahapan loyalitas pelanggan sebagai

berikut:

1) Suspect, yaitu orang yang mungkin membeli produk tetapi belum memiliki

informasi mengenai produk perusahaan.

2) Prospect, yaitu semua orang yang memiliki kebutuhan akan produk dan

mempunyai kemampuan untuk membelinya. Pada tahap ini mereka telah

memiliki informasi tentang produk melalui rekomendasi pihak lain.

16

3) Disqulified rospects, yaitu prospect yang telah mengetahui keberadan produk,

tetapi tidak memiliki kebutuhan akan produk tersebut atau tidak mempunyai

kemampuan untuk membeli produk tersebut.

4) First time customer, yaitu pelanggan yang membeli untuk pertama kalinya.

Mereka masih menjadi pelanggan baru.

5) Repeat customer, yaitu pelanggan yang telah melakukan pembelian suatu

produk sebanyak dua kali atau lebih.

6) Clients,yaitu semua pelanggan yang membeli produk perusahaan secara

teratur, dan hubungan ini berlangsung lama.

7) Advocates, yaitu clients yang secara aktif mendukung perusahaan dengan

memberikan rekomendasi kepada orang lain agar mau membeli produk

perusahan tersebut.

Neuvonen, Et. Al (2010) dalam jurnal Annisa (2013) menjelaskan bahwa minat

berkunjung kembali atau yang disebut revisit intention dapat ditentukan oleh dua

faktor yaitu minat berkunjung kembali yang berhubungan dengan karakteristik

pelanggan seperti daya tarik tempat, dan minat berkunjung kembali yang

berhubungan dengan jasa yang diterima dan kualitas yang dirasakan pelanggan.

Dalam penelitian ini, pelanggan yang dimaksud adalah para eksibitor atau peserta

pameran. Para eksibitor yang loyal umumnya akan mengikutsertakan perusahaannya

kembali pada pameran Indonesia International Furniture Expo (IFEX) tahun

berikutnya. Sehingga loyalitas para eksibitor terbentuk dari kepuasan eksibitor yang

merupakan salah satu faktor pendukung keikutsertaan kembali eksibitor ke Pameran

Indonesia International Furniture Expo (IFEX) tahun berikutnya.

Kemauan eksibitor atau peserta pameran untuk berpartisipasi kembali

dipengaruhi oleh kenyamaman dan menariknya tempat dan acara tersebut, serta

upaya promosi dan iklan. Beberapa pameran bergantung pada kemauan eksibitor

untuk berpartisipasi kembali, karena dibutuhkan biaya yang lebih kecil untuk

menjaga eksibitor yang sudah pernah ikut berpartisipasi sebelumnya jika

dibandingkan dengan biaya yang diperlukan untuk menarik eksibitor baru (Norzalita,

2012:100).

Dalam implementasinya pada penelitian ini, tentu sebuah pameran menginginkan

setiap eksibitor dapat loyal dan ikut berpartisipasi ulang secara terus menerus

sehingga dapat meningkatkan pendapatan melalui pembelian yang dilakukan visitor.

Maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan variabel Kualitas Pelayanan untuk

17

meneliti pengaruh minat keikutsertaan kembali eksibitor pada pameran yang akan

diadakan tahun-tahun berikutnya dengan kepuasan para eksibitor sebagai variabel

penengah serta memberikan dampak untuk meningkatkan loyalitas para exhibitor

terhadap event yang digelar oleh PT Dyandra Promosindo sebagai Event Organizer

(EO).

2.5.1 Dimensi Loyalitas Pelanggan

Menurut Sarah et all (2012), loyalitas pelanggan memiliki 4 dimensi yaitu

emotional commitment, monetary switching cost, procedural switching cost,

relationship switching cost yang masing-masing memiliki indikator sebagai

berikut:

1. Emotional commitment

Peran komitmen emosional untuk konvensi dan exhibition belum diselidiki.

Namun, kepentingannya didokumentasikan dengan baik dalam pengaturan

layanan dan keramahtamahan lainnya. Oleh karena itu, itu diharapkan

menjadi prediktor signifikan dari semua indikator loyalitas konvensi dan

exhibition. Indikator dari dimensi komitmen emosional adalah:

Partisipasi saya pada pameran ini memiliki kesan tersendiri untuk

saya

Saya merasa terikat secara emosional dengan pameran ini

Saya merasa seperti bagian dari keluarga ketika saya datang ke

pameran ini

Saya menganggap diri saya sebagai pelanggan yang setia pada

pameran ini

2. Monetary switching cost

Biaya pengalihan moneter, yang meliputi hilangnya manfaat finansial dan

biaya finansial aktual, dan nonmoneter, yang meliputi hilangnya waktu,

upaya, dan kenyamanan serta biaya psikologis. Biaya peralihan (switching

cost) telah terbukti mempengaruhi perilaku loyalitas di bidang jasa lainnya,

termasuk kasino (Baloglu, 2002; Sui & Baloglu, 2003), dan maskapai

penerbangan (Chen & Chang, 2008), dan hotel (Tanford et al., 2011).

18

Indikator dari dimensi biaya pengalihan moneter (monetary switching cost)

adalah:

Jika saya beralih ke pameran yang berbeda tahun depan, biaya yang

timbul akan menjadi terlalu mahal

3. Procedural switching cost,

Biaya prosedural termasuk waktu, upaya, dan ketidaknyamanan untuk

berpindah, atau akibat yang timbul dari pemutusan kontrak sebelumnya

(Jones et al., 2007). Dalam penelitian terbaru tentang biaya prosedural untuk

restoran, Han, Back, dan Kim (2011) mengelompokkan biaya prosedural

menjadi dua kategori: moneter, yang meliputi hilangnya manfaat finansial

dan biaya keuangan aktual, dan nonmoneter, yang meliputi hilangnya waktu ,

usaha, dan kenyamanan serta biaya psikologis. Indikator dari dimensi biaya

prosedural adalah:

Biaya dari segi waktu dan usaha untuk mengganti ke pameran lain

tahun depan terlalu tinggi

Akan merepotkan bagi saya untuk menghadiri pameran yang berbeda

tahun depan

4. Relationship switching cost

Relationship switching cost berupa personal relationship loss cost. Pada

prinsipnya tipe biaya ini berkenaan dengan ketidaknyamanan psikologis atau

emosional karena kehilangan identitas dan pemutusan hubungan. Indikator

dari Relationship Switching Cost adalah :

Jika saya beralih, saya mungkin kehilangan hubungan pribadi yang

telah saya kembangkan pada pameran ini

Jika saya pindah, saya mungkin tidak menerima layanan yang saya

terbiasa

2.5 MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition)

Kesrul (2004:3) berpendapat MICE sebagai suatu kegiatan kepariwisataan yang

aktifitasnya merupakan perpaduan antara leisure dan business, biasanya melibatkan

sekelompok orang secara bersama-sama, rangkaian kegiatannya dalam

19

bentukmeetings, incentive travels, conventions, congresses, conference dan

exhibition. MICE adalah salah satu pioneer terpenting dari bidang pariwisata di

berbagai Negara. Pasalnya MICE adalah bisnis yang sangat menjanjikan. Banyak

negara yang telah menjadikan MICE sebagai pioneer untuk menggali potensi

wisatanya. Tidak hanya menguntungkan pariwisata, MICE juga memberikan

keuntungan pada bidang lain seperti Percetakan, Biro Perjalanan, Transportasi,

Supplier, Perusahaan Souvenir, Hotel dan masih banyak yang lainnya.

Kegiatan industri MICE sebagai industri baru masa kini merupakan kegiatan

bisnis wisata yang tujuan utama dari para delegasi atau peserta kegiatan MICE

adalah melakukan perjalanan dan mengakhiri suatu kegiatan atau event yang

berhubungan dengan bisnisnya sambil menikmati kegiatan wisata secara bersama-

sama.

Melihat permasalahannya dari variable yang ada maka digunakan landasan-

landasan teori mengenai ilmu pariwisata yang berkaitan dengan MICE dan

pendekatan ekonomi yang sesuai dan mencakup definisi masalah. MICE berkaitan

erat dengan perekonomian karena di dalam kegiatan MICE umumnya terjadi

kegiatan jual beli antara supplier dan buyer.

2.6 Exhibiton/Eksibisi

Menurut Iqbal Alan Abdullah (2009:45) Pameran memungkinkan terjadinya

komunikasi langsung dengan pihakkonsumen, tersedianya informasi, dan tukar-

menukar informasi mengenai suatu produk atau jasa yang bisa mempengaruhi

keputusan pembelian dan atau penguatan merek suatu produk/jasa

Exhibition adalah sebuah alat promosi bagi industri yang menggunakan jasa

penyelenggara eksibisi, namun dalam pelaksanaan eksibisi itu sendiri memiliki cara-

cara marketing tersendiri yang cukup luas dan berkaitan dengan banyak faktor.

Exhibition merupakan bagian dari industri MICE (Meeting, Incentive,

Conference, Exhibition) yang dalam pelaksanaannya terdapat kegiatan pertemuan

antara pembeli dan penjual. Eksibisi merupaka event yang dirancang untuk

mempertemukan pemasok produk, peralatan industri dan jasa di suatu tempat dimana

para peserta dapat mendemonstrasikan dan mempromosikan produk dan jasa yang

mereka tawarkan.

Eksibisi dibagi menjadi dua jenis, yaitu eksibisi komersil (business to business),

pertemuan antara pelaku ekonomi dalam memperluas relasi bisnis ataupun ajang

20

memperkenalkan produk kepada pengunjung/konsumen umum. Kedua, jenis eksibisi

non komersil/eksibisi murni.

Eksibisi memiliki tiga jenis tipe acara yang berbeda dari fungsi dan pengunjung

eksibisi. Berikut ini tiga jenis eksibisi dikutip dari buku terbitan UFI (Union Des

Foires/Asosiasi Eksibisi Dunia) berjudul The Role of Exhibitions in The Marketing

Mix), yaitu menurut Dr. Beier (2012)

a. Trade Fair

Trade Fair lebih dikenal sebagai pameran perdagangan dan merupakan

media pemasaran utama negara-negara pengekspor. Isi pameran terbatas pada

satu industri atau segmen khusus dari industri tertentu. Contoh pameran trade

fair adalah Jakarta International Handicraft Trade Fair (INACRAFT) 2018 yang

diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC) pada April 2018 lalu.

Jakarta International Handicraft Trade Fair menampung lebih dari 1500 peserta

pameran dari berbagai industri kerajinan, yang ingin mendapatkan visibilitas

yang lebih besar untuk koleksi produk kerajinan dan asesoris yang luas. Item

utama pameran di acara termasuk item hadiah trendi, produk aromaterapi, tempat

lilin, vas bunga keramik, ukiran kayu, karpet, lukisan, perhiasan mutiara,

perhiasan emas dan perak, produk sutera, cetakan dan lukisan batik, busana,

produk kain buatan tangan, busana muslim dan pakaian tradisional Indonesia

dipamerkan selama acara berlangsung.

b. Trade Show

Pameran dagang/trade show merupakan acara B2B (Business to business).

Perusahaan di industry tertentu dapat menampilkan dan menunjukan produk baru

dan layanan mereka. Kegiatan utama trade show adalah transaksi produk dan jasa

yang dijual, atau tanda tangan kontrak dan hal-hal jual beli. Dalam

perkembangannya kini perusahaan menggunakan jasa trade show untuk mengejar

berbagai tujuan diluar komunikasi dan penjualan.

Trade show memiliki karakteristik yang membedakan dari trade fair dan

consumer show. Trade show biasanya produsen atau distributor produk atau jasa

tertentu yang melengkapi industri-industri yang utama di pameran. Umumnya

pembeli/pengunjung adalah pelaku industri hilir, atau distributor dalam segmen

industry pameran. Pengunjung dibatasi untuk para pembeli dan biasanya hanya

dengan undangan. Pendaftaran pra pameran biasanya diperlukan untuk

memenuhi syarat pembeli sebagai anggota yang sah dari perdagangan atau

21

industri. Biaya pendaftaran juga mungkin harus dibayar sebelum masuk ke acara

tersebut.

Contoh trade show di Indonesia adalah Fish & Seafood Indonesia Expo yang

berisikan industry pengolahan makanan yang berkaitan dengan hasil dari lautan,

produksi teknologi, pengepakan, materil industri makanan dan jasa olah

makanan. Pameran Fish & Seafood Indonesia Expo tersebut dihadiri peserta dari

35 negara.

c. Consumer Show

Consumer Show atau Pameran Konsumen adalah pameran yang terbuka

untuk masyarakat umum. Peserta biasanya adalah gerai ritel, produsen atau

organisasi layanan yang menawarkan barang dan jasa secara langsung kepada

konsumen akhir. Tujuan utama dari pameran ini adalah penjualan langsung

(direct selling). Pembeli (konsumen) dipertemukan dengan penjual barang dan

jasa. Konsumen mendapatkan kemudahan dari banyaknya pilihan produk yang

beragam, fasilitas konsultasi langsung, edukasi, dan hiburan. Penjual mendapat

keuntungan dari pembelian langsung oleh konsumen, produk dan kesadaran

merek, hubungan masyarakat, penelitian dan pengembangan, dan pengujian

produk di pasaran secara langsung. Contoh pameran Consumer Show adalah

Mega Bazaar Consumer Show yang juga merupakan produk pameran dari PT

Dyandra Promosindo. Pameran untuk umum tersebut diisi oleh produk teknologi

computer dan smartphone. Pameran tersebut diadakan serentak di 8 kota besar di

Indonesia

Dalam industri eksibisi sendiri terdapat stakeholder yang memiliki peran

tersendiri, stakeholder tersebut adalah penyelenggara event (Event

Organizer/EO), gedung (venue), peserta (exhibitor), pengunjung (visitor),

kontraktor pameran (exhibition contractor), penyuplai (supplier), regulaor, dan

asosiasi yang berkaitan dengan industri.

2.7 Eksibitor

Eksibitor atau peserta pameran adalah sekelompok orang yang memamerkan

hasil karyanya baik berupa produk maupun jasa kepada para delegasi konvensi

dengan tujuan komersil. Dalam menyelenggarakan suatu pameran, maka wajib

memberikan manfaat pameran bagi eksibitor, jika tidak ada manfaat pameran bagi

eksibitor maka eksibitor tidak akan ikut serta dalam pameran yang diselenggarakan.

22

Berikut manfaat exhibition bagi para eksibitor menurut Dwi Karsono (2016):

1. Mendapatkan pelanggan baru. Interaksi langsung dengan para visitor atau

pengunjung akan menjaring datangnya pelanggan dan order atas produk atau

jasa yang dipamerkan. Terlebih menggunakan teknik Personal

Selling menggunakan Sales Promotion Girl.

2. Melayani Pelanggan yang loyal. Exhibitor bisa memberikan discount atau

apapun bentuknya untuk melayani pelanggan loyal dalam suasana baru di

booth.

3. Memperbarui kualitas yang pernah bermitra. Besar kemungkinan diantara

pengunjung adalah pelanggan atau mitra yang pernah dilayani sehingga tercipta

suasana untuk memperbarui atau meningkatkan kemitraan.

4. Meluncurkan produk atau jasa baru. Pameran adalah momentun yang tepat

untuk meluncurkan produk atau jasa baru, karena banyaknya pengunjung yang

hadir.

5. Membangun citra perusahaan dan produk.

6. Meningkatnya Public Relation, terjadinya interaksi antara eksibitor dan visitor

untuk membina hubungan baik.

Manfaat bagi visitor pun ada karena berlangsungnya pameran yang

diselenggarakan ini, berikut manfaat pameran bagi visitor atau pengunjung pameran:

1. Berinteraksi langsung dengan eksibitor untuk mendapatkan informasi produk

atau jasanya.

2. Melihat langsung produk-produk terbaru dan menyaksikan demo penggunaan

dan atau aplikasi sebuah produk.

3. Melakukan kontak bisnis dengan para eksibitor.

Sedangkan manfaat bagi kota yang dijadikan lokasi untuk menyelenggarakan

pameran, yaitu:

1. Meningkatnya kegiatan ekonomi di kota tersebut berkat kehadiran eksibitor dan

visitor dari berbagai kota dan negara.

2. Naiknya popularitas sebagai kota untuk tujuan bisnis hingga menarik banyak

pelaku bisnis.

3. Meningkatnya citra dan reputasi kota dimata para pelaku bisnis.

23

2.8 State of the Art (Penelitian Terdahulu)

Penelitian Terdahulu (State of The Art)

Peneliti Myong Jae Lee, Sanggun Lee, dan Young Min Joo

Judul “THE EFFECT OF EXHIBITION SERVICE QUALITY ON

EXHIBITORSATISFACTION AND BEHAVIORAL

INTENTIONS”

Variabel exhibition service quality, exhibitor satisfaction, re-exhibit

intentions, word-of-mouth intentions

Metode Kuesioner, 350 responden

Hasil Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Kualitas Pelayanan

Pameran secara signifikan mempengaruhi Kepuasan

Eksibitor dan Kepuasan Eksibitor kemudian mengarah

kepada niat berperilaku (behavior intention). Sumber Journal of Hospitality Marketing & Management, 00:1–25,

2015

Peneliti Hung-Che Wu, Ching-Chan Cheng, dan Chi-Han Ai

Judul “A STUDY OF EXHIBITION SERVICE QUALITY,

PERCEIVED VALUE, EMOTION, SATISFACTION, AND

BEHAVIORAL INTENTIONS”

Variabel exhibition service quality dimentions, satisfaction,

behavioral intentions, multidimensional and hierarchical

model, exhibition attendees

Metode Kuesioner, 596 responden

Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 4 dimensi utama

kualitas pelayanan pameran yang dirasakan oleh peserta

pameran. Hasil penelitian ini akan membantu management

dalam mengembangkan dan menerapkan strategi layanan

yang berorientasi pasar untuk meningkat kualitas layanan

pameran, meningkatkan kepuasan, dan menciptakan niat

perilaku masa depan (behavioral intention) yang

menguntungkan. Sumber Journal of Event Management, Vol. 20, pp. 565–591, 2016

Peneliti Hak Jun Song So Young Bae Choong-Ki Lee

Judul “INTERNATIONAL JOURNAL OF CONTEMPORARY

HOSPITALITY MANAGEMENT”

Variabel exhibition service quality dimentions, satisfaction, trust,

theme awareness

Metode Kuesioner, 330 responden

Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan

memiliki pengaruh terhadap kepuasan peserta pameran

secara signifikan. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa

kepuasan peserta pameran memiliki pengaruh secara

24

signifikan terhadap kepercayaan dan theme awareness

Sumber International Journal of Contemporary Hospitality

Management, Vol. 29 Iss 3, 2017

Peneliti Sarah Tanford, Rhonda Montgomery, dan Kathleen B.

Nelson

Judul “Factors that Influence Attendance, Satisfaction, and

Loyalty for Conventions”

Variabel conventions, loyalty, customer satisfaction, switching costs,

commitement

Metode Survey, Kuesioner, 183 responden

Hasil Hasil penelitian menunjukan lima faktor yang

mempengaruhi keikutsertaan peserta convention dan

kepuasan peserta convention adalah program yang

ditawarkan, jaringan (networking), aktivitas eksternal, lokasi

dan biaya. Emotional commitment merupakan dimensi yang

memiliki pengaruh paling signifikan terhadap loyalitas.

Kepuasan peserta convention merupakan penentu utama

yang mempengaruhi niat peserta convention untuk kembali

mengikuti pada convention selanjutnya. Sumber Journal of Convention & Event Tourism, 13:290–318, 2012

Peneliti Sandy Indimas Budiarta dan Ira Fachira

Judul “CUSTOMER LOYALTY: THE EFFECTS OF SERVICE

LOYALTY AND THE MEDIATING ROLE OF CUSTOMER

SATISFACTION STUDY CASE: PT SABDA ALAM

HOTEL”

Variabel Kualitas Pelayan, Kepuasan Konsumen, Loyalitas

Konsumen

Metode Survei, 117 responden, purposive sampling

Hasil Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dimensi

SERVQUAL yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

Loyalitas Pelanggan dimana Kepuasan Pelanggan bertindak

sebagai variabel mediasi adalah Tangbile, Assurance, dan

Empathy dengan variabel Assurance memainkan aspek

paling penting yang dipertimbangkan pelanggan ketika

mengunjungi Sabda Alam karena memiliki nilai koefisien

Beta tertinggi yaitu 0,261. Sedangkan dimensi SERVQUAL

yang memiliki pengaruh signifikan terhadap Loyalitas

Layanan tanpa mendapatkan variabel mediasi semuanya

signifikan dengan Keandalan memainkan aspek paling

penting yang dipertimbangkan pelanggan karena memiliki

skor tertinggi untuk koefisien Beta yaitu 0,299..

Sumber Jurnal Business Management Vol.6. No 2, 2017, hal. 250 -

261

25

Peneliti Alfi Syahri Lubis dan Nur Rahmah Andayani

Judul “PENGARUH KUALITAS PELAYANAN (SERVICE

QUALITY) TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PT.

SUCOFINDO BATAM”

Variabel Kualitas layanan, tangible, reliability, responsiveness,

assurance, empathy, Kepuasan pelanggan

Metode Survei, 80 responden, explanatory research

Hasil Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas

pelayanan secara persial dan simultan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan PT. Sucofindo

Batam.

Sumber Journal of Business Administration Vol 1, No 2, September

2017, hlm. 232-243

Peneliti Januar Efendi Panjaitan dan Ai Lili Yuliati

Judul “PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP

KEPUASAN PELANGGAN PADA JNE CABANG

BANDUNG”

Variabel Kualitas Pelayanan (Reliability, Assurance, Tangibles,

Empathy, Responsiveness), Kepuasan Pelanggan

Metode Survei, 80 responden, non probability sampel

Hasil Berdasarkan hasil dari penelitian ini bahwa kualitas layanan

(X) yang terdiri dari kehandalan, kepastian, kenyataan,

empati, dan daya tanggap, memiliki pengaruh signifikan

terhadap kepuasan pelanggan dengan nilai (nilai p) 0.003 <

0.05. Sebagian hasil uji menunjukkan bahwa hanya variabel

empati yang memiliki sebagian pengaruh dalam kepuasan

pelanggan dengan jumlah variabel yang signifikan (nilai p)

berjumlah 0.021 < 0.05

Sumber DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016.

Peneliti Herri Affandi, Muhammad Zaki, dan Azmeri.

Judul “PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP

KEPUASAN PELANGGAN PADA PERUSAHAAN

DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA MON PASE

KABUPATEN ACEH UTARA“

Variabel Kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan, PDAM Tirta Mon

Pase.

Metode Survei, 212 responden, sampling incidental / accidental.

Hasil Hubungan antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan

pelanggan PDAM Tirta Mon Pase untuk faktor pelayanan

bersifat nyata, faktor dapat dipercaya, dan faktor dapat

menjamin mempunyai hubungan yang tinggi secara parsial

26

dengan nilai koefisien korelasi Pearson antara 0,600-0,799,

sementara faktor bersikap tanggap dan faktor menunjukkan

kesungguhan mempunyai hubungan yang sangat tinggi

secara parsial dengan nilai koefisien korelasi Pearson antara

0,800-1,000.

Sumber Jurnal Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala Volume 6,

Nomor 3, Mei 2017, Hal: 297 – 3018.

Peneliti Kusuma Wijayanto

Judul “PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP

KEPUASAN DAN LOYALITAS NASABAH BANK”

Variabel customer loyalty, customer satisfaction, service quality

Metode Survei, 100 responden, sampling incidental/accidental.

Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi

tangible, service quality, reabilites, responsiveness,

assurance, dan empathy bersama mempengaruhi

kepuasan pelanggan. Sedangkan variabel kepuasan

pelanggan juga mempengaruhi loyalitas pelanggan.

Sumber DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya

Vol. 17, No. 1, Juni 2015

2.9 Kerangka Pemikiran

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif. Untuk penelitian secara kuantitatif maka instrument yang digunakan

adalah melalui kuesioner. Bentuk kuesioner secara self-administrated interview,

dimana responden memberikan jawaban sendiri tanpa adanya bantuan dari peneliti.

27

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran

Sumber : Penulis

2.10 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2017: 84), Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian. Jenis Hipotesis yang dipakai dalam penelitian ini adalah

Hipotesis Asosiatif. Pengertian Hipotesis Asosiatif dalam Sugiyono (2017: 89)

adalah suatu pernyataan yang menunjukan dugaan tentang hubungan antara dua

variabel atau lebih. Rancangan uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Untuk Tujuan 1

H1 : Diduga kualitas pelayanan memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan

eksibitor atau peserta pameran IFEX 2019.

Untuk Tujuan 2

H2 : Diduga Kualitas Pelayanan memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas

eksibitor atau peserta pameran IFEX 2019.

Untuk Tujuan 3

H3 : Diduga kepuasan Eksibitor atau peserta pameran memiliki pengaruh signifikan

terhadap loyalitas eksibitor atau peserta pameran IFEX 2019.

Untuk Tujuan 4

H4 : Diduga kualitas pelayanan memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas

eksibitor melalui kepuasan eksibitr atau peserta pameran IFEX 2019.

28