Upload
vucong
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sistem
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p4), “Sistem merupakan suatu
kumpulan dari dua atau lebih komponen yang saling berkaitan dan berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan.”
Menurut Hall (2001, p5), “Sistem adalah sekelompok dua atau lebih
komponen yang saling berkaitan atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk
mencapai tujuan yang sama.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan sebuah kumpulan
komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan yang sama.
2.2 Pengertian Informasi
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p5), “Informasi merupakan data
yang telah diorganisasikan dan diproses untuk menyediakan arti bagi pengguna.”
Menurut Wilkinson et al (2000, p5), “Informasi adalah pengetahuan yang
berarti dan berguna bagi orang-orang yang terlibat.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan data yang telah
diproses sehingga memiliki arti bagi para penggunanya.
9
2.3 Pengertian Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2005, p5), sebagaimana yang diterjemahkan oleh Dewi
Fitriasari dan Deny Arnos Kwary menyatakan bahwa, “Sistem informasi dapat
merupakan kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software,
jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah,
dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.”
Menurut Hall (2001, p7), “Sistem informasi adalah suatu kumpulan
prosedur formal di mana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi dan
didistribusikan kepada para pemakai.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem informasi merupakan sebuah
kombinasi dari orang-orang, piranti keras, piranti lunak, jaringan komunikasi dan
sumber daya data yang mengumpulkan data, memprosesnya menjadi informasi
dan mendistribusikannya kepada pihak yang membutuhkan.
2.4 Sistem Informasi Akuntansi
2.4.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Rama dan Jones (2006, p5), ”Sistem informasi akuntansi adalah
sebuah subsistem dari sistem informasi manajemen yang menyediakan informasi
akuntansi dan keuangan, bersama informasi lainnya yang diperoleh dalam proses
transaksi akuntansi yang rutin.”
Menurut Wilkinson et al. (2000, p7), “Sistem informasi akuntansi adalah
kesatuan struktur dalam sebuah entitas, seperti perusahaan, yang mempekerjakan
sumber-sumber fisik dan komponen-komponen lain untuk mengubah data
10
ekonomi ke dalam informasi akuntansi, dengan tujuan untuk memuaskan
kebutuhan informasi dari berbagai pemakai.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan
sebuah sistem yang menggunakan sumber-sumber fisik dan komponen lainnya
untuk mengubah data menjadi informasi akuntansi dan keuangan yang berguna
bagi para pemakainya.
2.4.2 Tujuan dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Wilkinson et al. (2000, p8), tujuan dari sistem informasi akuntansi
adalah :
1. Mendukung operasional sehari-hari.
Dalam rangka operasional sehari-hari, sebuah perusahaan melaksanakan
sejumlah kejadian bisnis yang disebut transaksi. Transaksi dapat dibedakan
menjadi :
• Transaksi akuntansi, yang meliputi kejadian atau transaksi yang
menggambarkan perubahan nilai ekonomis.
• Transaksi non akuntansi, seperti melakukan pesanan pembelian, yang
akan mengarah kepada transaksi akuntansi.
2. Mendukung pengambilan keputusan oleh pengambil keputusan internal.
Tujuan yang sama pentingnya adalah untuk memberikan informasi bagi
pengambilan keputusan. Tujuan yang kedua ini dibantu oleh aktivitas yang
secara umum disebut pemrosesan transaksi. Manajer perusahaan merupakan
11
pembuat keputusan utama yang menggunakan hasil dari pemrosesan
transaksi.
3. Memenuhi kewajiban yang berkaitan dengan pekerjaan.
Setiap perusahaan harus memenuhi kewajiban hukumnya. Kewajiban penting
tertentu terdiri atas pemberian informasi kepada pengguna eksternal.
Menurut Rama dan Jones (2006, p6), kegunaan dari sistem informasi
akuntansi adalah :
1. Menghasilkan laporan eksternal
Sistem informasi akuntansi digunakan untuk menghasilkan laporan khusus
untuk memenuhi kebutuhan infomasi investor, kreditur, kolektor pajak, agen
hukum, dan lainnya.
2. Mendukung aktivitas rutin
Manajer membutuhkan sistem informasi akuntansi untuk menangani operasi
rutin dari siklus operasi perusahaan.
3. Pengambilan keputusan
Informasi juga dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan non
rutin pada berbagai tingkat dalam organisasi.
4. Perencanaan dan pengendalian
Sistem informasi digunakan untuk perencanaan dan pengendalian aktivitas.
Informasi mengenai anggaran dan biaya-biaya standar disimpan dalam sistem
informasi dan laporan dirancang untuk membandingkan antara anggaran
yang ditetapkan dengan jumlah yang sebenarnya.
12
5. Implementasi pengendalian internal
Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur, dan sistem informasi
yang digunakan untuk melindungi aset perusahaan dari kehilangan atau
pencurian dan untuk memelihara keakuratan data keuangan.
2.4.3 Komponen-Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p6-7), terdapat 6 komponen dari
sistem informasi akuntansi, yaitu :
1. People, yang mengoperasikan sistem dan melaksanakan berbagai macam
fungsi.
2. Procedures and instructions, baik manual maupun otomatis, yang terlibat
dalam pengumpulan, pemrosesan, dan penyimpanan data mengenai aktivitas
organisasi.
3. Data, tentang organisasi dan proses bisnisnya.
4. Software, yang digunakan untuk memproses data organisasi.
5. Information technology infrastructure, termasuk komputer, peralatan di
sekellingnya, dan peralatan komunikasi jaringan yang digunakan untuk
mengumpulkan, menyimpan, memproses, dan mengirimkan data dan
informasi.
6. Internal control and security measures, yang mengamankan data dalam
sistem informasi akuntansi.
13
2.5 Sistem Informasi Akuntansi Penjualan, Piutang Dagang, dan Penerimaan
Kas
2.5.1 Pengertian Penjualan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004, PSAK no 23.1), ”Penjualan
barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang
yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli pengecer
atau tanah dan properti lain yang dibeli untuk dijual kembali.”
Menurut Warren, Reeve dan Fees (2005, p290), sebagaimana yang
diterjemahkan oleh Aria Farahmita menyatakan bahwa, “Penjualan adalah
jumlah yang dibebankan kepada pelanggan untuk barang yang dijual, baik secara
tunai ataupun kredit.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa penjualan merupakan suatu kegiatan
perpindahan barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual kembali dan barang
yang dibeli untuk dijual kembali ke tangan pelanggan dengan membebankan
sejumlah tertentu, baik secara tunai ataupun kredit.
2.5.2 Pengertian Piutang Dagang
Menurut Bodnar dan Hopwood (2001, p295), “Piutang adalah uang yang
terhutang oleh konsumen atas barang yang telah dijual atau jasa yang telah
diberikan kepadanya.”
Menurut Kieso et al (2004, p318), “Piutang merupakan klaim terhadap
konsumen atau yang lainnya atas uang, barang atau jasa.”
14
Jadi dapat disimpulkan bahwa piutang merupakan klaim terhadap pihak
lain yang muncul sebagai akibat dari suatu transaksi yang telah terjadi
sebelumnya.
2.5.3 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan
Menurut Wilkinson et al (2000, p416), tujuan sistem informasi akuntansi
penjualan adalah :
1. Mencatat pesanan penjualan secara akurat dan cepat
2. Mengidentifikasi pelanggan yang layak mendapat kredit
3. Mengirimkan produk atau melakukan pelayanan pada waktu yang tepat
4. Menagih piutang ke pelanggan pada waktunya
5. Mencatat dan mengklasifikasikan penerimaan kas secara cepat dan akurat
6. Melakukan posting penjualan dan penerimaan kas ke account yang
berhubungan ke dalam buku besar piutang
7. Mengamankan produk sampai pengiriman
8. Mengamankan kas sampai dideposit
2.5.4 Dokumen-Dokumen yang Digunakan dalam Sistem Informasi Akuntansi
Penjualan, Piutang Dagang, dan Penerimaan Kas
Menurut Wilkinson et al. (2000, p419), dokumen yang digunakan dalam
sistem informasi akuntansi penjualan, piutang dagang, dan penerimaan kas
adalah :
15
1. Customer order
Dapat berupa pesanan pembelian yang diterima dari pelanggan atau formulir
yang dipersiapkan oleh karyawan penjualan dari perusahaan penjual.
2. Sales order
Formulir formal yang memiliki banyak salinan yang dipersiapkan dari
pesanan pelanggan.
3. Order acknowledgment
Biasanya berupa salinan pesanan penjualan yang dikirimkan ke pelanggan
untuk menyatakan penerimaan pesanan.
4. Picking list
Berupa salinan pesanan penjualan atau dokumen terpisah yang dikirimkan ke
gudang untuk mengambil barang yang dipesan dari tempat penyimpanan.
5. Packing slip
Berupa salinan pesanan penjualan atau picking list yang ditempelkan bersama
barang ketika dipersiapkan untuk pengiriman.
6. Billing of lading
Dokumen pengiriman yang digunakan untuk perusahaan pengiriman yang
akan mengirimkan produk.
7. Shipping notice
Biasanya berupa salinan pesanan penjualan atau dokumen pengiriman
terpisah yang berfungsi sebagai bukti bahwa barang telah dikirimkan.
8. Sales invoice
Dokumen yang dikirimkan ke konsumen untuk menyatakan berapa jumlah
penjualan.
16
9. Remittance advice
Dokumen yang menunjukkan jumlah penerimaan kas dari konsumen.
10. Deposit slip
Dokumen yang menyertai penyetoran kas ke bank.
11. Back order
Dokumen yang dipersiapkan ketika kuantitas dari persediaan tidak
mencukupi pesanan penjualan.
12. Credit memo
Dokumen yang memungkinkan pengurangan kredit konsumen untuk
pengembalian penjualan atau penyisihan penjualan.
13. Credit application
Formulir yang dipersiapkan ketika konsumen baru mengajukan kredit,
menunjukkan data rinci yang menyinggung kondisi keuangan saat ini dan
tingkat pendapatan.
14. Salesperson call report
Formulir yang digunakan untuk menggambarkan panggilan yang dibuat oleh
bagian penjualan kepada konsumen potensial dan mengidentifikasi hasil dari
panggilan tersebut.
15. Delinquent notice
Catatan yang dikirimkan kepada konsumen yang melewati batas saldo kredit.
16. Write-off notice
Dokumen yang dipersiapkan oleh manajer kredit ketika akun dinyatakan
tidak dapat ditagih.
17
17. Cash register receipts
Formulir yang digunakan oleh retailer untuk menggambarkan penerimaan
kas.
2.5.5 Prosedur-Prosedur dalam Sistem Informasi Penjualan, Piutang Dagang,
dan Penerimaan Kas
Menurut Wilkinson et al. (2000, p422-428), prosedur-prosedur dalam
sistem informasi akuntansi penjualan, piutang dagang, dan penerimaan kas
adalah :
• Order Entry
Setiap pesanan dari pelanggan dimasukkan ke dalam sebuah formulir
penjualan berdasarkan formulir pesanan pembelian dari pelanggan atau
pesanan melalui telepon. Langkah awal yang dilakukan dalam memasukkan
pesanan adalah pengecekan apakah jumlah barang yang dipesan sudah
tersedia. Apabila jumlah barang yang ada tidak mencukupi, maka akan
dilakukan proses back order. Kemudian akan dilakukan pengecekan status
kredit pelanggan dengan membandingkan jumlah limit kredit dengan total
piutang ditambah dengan total pesanan penjualan. Apabila semua kebijakan
kredit telah terpenuhi, maka dibuat customer order acknowledgement untuk
pelanggan, picking list untuk bagian gudang, dan salinan file cadangan.
• Shipping
Apabila barang yang dipesan telah disiapkan oleh bagian gudang, maka
proses selanjutnya adalah proses pengiriman. Beberapa dokumen yang
18
diperlukan dalam proses pengiriman, antara lain : packing slip, bill of lading,
dan shipping notice.
• Billing
Setelah shipping notice diterima, pada saat itu, (1) sales invoice dicetak, (2)
pendebetan piutang pelanggan dengan jumlah yang ditagih, (3) catatan
persediaan dikurangi dengan jumlah barang yang telah dikirimkan, (4) sales
order ditutup ke sales history file, (5) record baru dibuat dalam sales invoice
file, dan (6) jumlah penjualan dan piutang diposting ke akun buku besar yang
bersangkutan. Sales invoice akan dikirimkan kepada pelanggan.
• Preparing Analyses and Reports
Pada akhir hari, sebuah daftar tagihan dan ringkasan piutang akan dicetak.
Daftar tagihan adalah sebuah daftar transaksi penjualan yang terdiri dari data-
data berkaitan dengan tagihan penjualan yang disiapkan pada hari tersebut.
Ringkasan piutang menunjukkan perubahan pada akun pelanggan yang
terjadi akibat transaksi pada hari tersebut.
• Handling Sales Returns and Allowances
Retur penjualan terjadi ketika pelanggan yang tidak puas mengirimkan
kembali seluruh atau sebagian barang yang dipesan. Untuk itu, memo kredit
akan disiapkan untuk mengurangi akun piutang pelanggan sebagai dampak
dari retur penjualan.
• Processing Back Orders
Back order diperlukan ketika jumlah persediaan tidak mencukupi untuk
memenuhi semua pesanan. Back order melibatkan penyiapan form back
19
order, menunjukkan pelanggan yang memesan, nomor pemesanan, jumlah
yang dibutuhkan, dan tanggal permintaan. Form ini akan dikirimkan ke
pemasok yang terpilih.
2.5.6 Prosedur Retur Penjualan
Menurut Hall (2001, p179), retur penjualan terjadi karena beberapa alasan
yaitu :
• Penjual mengirimkan barang yang salah kepada pembeli.
• Barang yang dikirimkan rusak.
• Barang rusak dalam pengiriman.
• Penjual terlambat mengirimkan barang atau barang tertunda dalam
pengiriman, dan pembeli menolak untuk menerimanya.
Menurut Hall (2001, p179-181), prosedur retur penjualan adalah sebagai
berikut :
• Sales Department
Berdasarkan slip retur yang diterima, bagian penjualan menyiapkan memo
kredit yang berfungsi sebagai otorisasi untuk pelanggan menerima kredit atas
barang yang dikembalikan.
• Credit Department
Manajer kredit mengevaluasi kondisi retur untuk mengambil keputusan
mengabulkan atau menolak kredit.
20
• Billing Department
Bagian penagihan menerima memo kredit dari bagian penjualan dan
mencatatnya dalam jurnal. Kemudian bagian penagihan akan mengirimkan
memo kredit ke bagian pengendalian persediaan untuk di-posting.
• Inventory Control and AR Departments
Bagian pengendalian persediaan menyesuaikan catatan persediaan dan
meneruskan memo kredit ke bagian piutang.
• General Ledger Department
Bagian buku besar menerima voucher jurnal dari bagian penagihan dan
pengendalian persediaan dan ringkasan akun dari bagian piutang. Bagian
buku besar akan mem-posting voucher jurnal ke dalam akun-akun pengendali
yang bersangkutan.
2.5.7 Laporan-Laporan yang Terkait dengan Sistem Informasi Penjualan,
Piutang Dagang, dan Penerimaan Kas
Menurut Wilkinson et al. (2000, p436-442), laporan-laporan yang terkait
dengan sistem informasi akuntansi penjualan, piutang dagang, dan penerimaan
kas adalah :
1. Operational listing and reports
Laporan atau daftar ini merupakan kumpulan dari informasi transaksi
operasional / kegiatan sehari-hari perusahaan yang meliputi monthly
statement, open orders report, sales invoice register, shipping register, cash
receipts journal, dan credit memo register.
21
2. Inquiry display screens
Penyelidikan oleh karyawan klerikal yang lebih spesifik dan melibatkan data
yang relatif terbatas.
3. Scheduled managerial reports
Berbagai macam laporan yang biasanya dipersiapkan secara periodik untuk
digunakan oleh manajer pemasaran, yang terdiri dari accounts receivable
aging schedule, reports on critical factors, sales analyses, dan cash flow
statements.
4. Demand managerial report
Demand managerial reports adalah laporan khusus yang tidak dijadwalkan.
Informasinya digunakan terutama untuk pengambilan keputusan dan
pengendalian.
2.6 Syarat-Syarat Pemberian Limit Kredit
Menurut Munawir (2004, p235-p236), syarat-syarat pemberian kredit, yang
terkenal dengan 5C, yaitu :
1. Character
Keterangan mengenai sifat-sifat pribadi, watak dan kejujuran pelanggan
dalam memenuhi kewajiban keuangannya. Keterangan ini diperoleh dengan
cara (1) mengenal dari dekat, (2) mengumpulan keterangan mengenai
aktivitas calon pelanggan, dan (3) mengumpulkan keterangan dari rekan-
rekan, pegawai, dan saingan mengenai reputasi, kebiasaan pribadi, pergaulan
sosial, dan lain-lain.
22
2. Capacity
Hal ini menyangkut kemampuan pimpinan perusahaan pelanggan beserta
staf-nya, baik kemampuan dalam manajemen maupun keahlian dalam bidang
usahanya. Kapasitas pelanggan dapat dilihat dari angka penjualan dan
pembeliannya, angka hasil produksi, perhitungan laba rugi perusahaan, dan
data finansial lainnya.
3. Capital
Hal ini menunjukkan posisi finansial perusahaan secara keseluruhan yang
ditunjukkan oleh ratio finansialnya. Manajer kredit biasanya memberikan
perhatian khusus pada solvabilitas, likuiditas dan rentabilitas pelanggan
terhadap kewajiban-kewajibannya.
4. Collateral
Collateral berarti jaminan. Hal ini menunjukkan besarnya aktiva yang akan
dikaitkan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan ke pelanggan.
5. Conditions of Economy
Hal ini berkaitan dengan kondisi ekonomi secara umum serta kondisi pada
sektor usaha pelanggan.
Dalam skripsi ini, hanya satu kriteria yang digunakan untuk menilai
pelanggan dalam rangka penentuan besarnya limit kredit yang dapat diambil
pelanggan yaitu capacity. Kriteria capacity dapat dilihat dari besarnya nilai
transaksi yang dilakukan oleh para pelanggan perusahaan.
23
2.7 Pajak Pertambahan Nilai
2.7.1 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Waluyo (2000, p 263), ”Pajak Pertambahan Nilai merupakan
pajak yang dikenakan atas konsumsi di dalam negeri (di dalam daerah pabean),
baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa.”
Menurut Mardiasmo (2004, p226-230), hal-hal yang berkaitan dengan
pajak pertambahan nilai sebagai berikut :
1. Pajak keluaran adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh pengusaha
kena pajak yang melakukan penyerahan BKP, penyerahan JKP, atau ekspor
BKP.
2. Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan
takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan takwim.
3. Barang kena pajak (BKP) adalah barang terwujud yang menurut sifat atau
hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan
barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang
PPN.
4. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari
luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar
daerah pabean.
Pengusaha kena pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan
barang kena pajak dan atau penyerahan jasa kena pajak yang dikenakan pajak
24
berdasarkan Undang-undang PPN 1984, tidak termasuk pengusaha kecil yang
batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali
pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena
pajak.
2.7.2 Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Mardiasmo (2004, p226), Undang-undang yang mengatur
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM) adalah Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor
18 Tahun 2000. Undang-undang ini disebut Undang-undang Pajak Pertambahan
Nilai 1984.
2.7.3 Faktur Pajak
Menurut Mardiasmo (2004, p246), “Faktur Pajak adalah bukti pungutan
pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP
atau penyerahan JKP, atau bukti pungutan pajak karena impor BKP yang
digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.” Faktur Pajak dapat berupa :
• Faktur Pajak Standar
• Faktur Pajak Gabungan
• Faktur Pajak Sederhana
25
• Dokumen-dokumen tertentu yang ditetapkan sebagai Faktur Pajak Standar
oleh Dirjen Pajak
2.7.4 Rumus Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Mardiasmo (2004, p238-241), tarif PPN yang berlaku saat ini
adalah 10% (sepuluh persen). Rumus perhitungan pajak pertambahan nilai
sebagai berikut :
PPN = dasar pengenaan pajak x tarif pajak.
2.8 Sistem Pengendalian Internal
2.8.1 Pengertian Pengendalian Internal
Menurut Rama dan Jones (2006, p103), ”Pengendalian internal adalah
proses yang dipengaruhi oleh jajaran direksi, manajemen, dan personel lainnya,
dengan tujuan untuk menyediakan jaminan kepastian sehubungan dengan
pencapaian tujuan dalam beberapa kategori, yaitu keefektivitasan dan efisiensi,
laporan keuangan yang bisa diandalkan serta kesesuaian dengan hukum dan
regulasi yang berlaku.”
Menurut Bodnar dan Hoopwood (2001, p182), “Pengendalian internal
adalah sebuah proses – yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen, dan
personel lain – yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang masuk akal
berkaitan dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut : (a) keandalan
pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasional, dan (c) kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.”
26
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal merupakan sebuah
proses yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk melindungi kekayaan
organisasi, mengecek keandalan informasi dan kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku.
2.8.2 Komponen – komponen Pengendalian Internal
Menurut Rama dan Jones (2006, p105), Laporan COSO mengidentifikasi
lima komponen pengendalian internal yang berpengaruh terhadap kemampuan
organisasi untuk mencapai tujuan pengendalian internal sebagai berikut :
1. Control environment
Merujuk kepada beberapa faktor yang disusun organisasi untuk
mengendalikan kesadaran para karyawannya. Faktor-faktor tersebut meliputi
integritas, nilai etika, filosofi manajemen, dan gaya operasi. Hal ini juga
termasuk cara manajemen menetapkan otoritas dan tanggung jawab,
mengatur dan mengembangkan sumber daya manusia serta perhatian dan
arahan yang diberikan oleh jajaran direksi.
2. Risk assessment
Merupakan proses identifikasi dan analisis terhadap risiko yang dapat
menghambat pencapaian tujuan pengendalian internal.
3. Control activities
Merupakan kebijakan dan prosedur yang dikembangkan organisasi untuk
menangani resiko. Aktivitas pengendalian meliputi :
27
• Performance reviews, kegiatan yang berhubungan dengan analisis
terhadap kinerja, misalnya dengan membandingkan hasil yang didapat
dengan anggaran, standar perhitungan dan data pada periode sebelumnya.
• Segregation of duties, terdiri dari penetapan tanggung jawab untuk
mengotorisasi transaksi, melakukan transaksi, mencatat transaksi, dan
menjaga aset yang dilakukan oleh karyawan yang berbeda.
• Application controls, berhubungan dengan aplikasi sistem informasi
akuntansi.
• General controls, pengendalian yang lebih luas yang berkaitan dengan
berbagai aplikasi.
4. Information and communication
Sistem informasi dalam perusahaan merupakan kumpulan prosedur (manual
dan otomatis) dan pencatatan dalam memulai, mencatat, memproses dan
melaporkan kejadian atas proses-proses yang terjadi dalam organisasi.
Komunikasi melibatkan penyediaan pemahaman atas peran dan tanggung
jawab individu.
5. Monitoring
Manajemen harus mengawasi pengendalian internal untuk memastikan
bahwa pengendalian internal organisasi harus berjalan sesuai tujuan yang
telah ditetapkan.
28
2.9 Metode Object Oriented Analysis and Design
2.9.1 Objek
Menurut Mathiassen et al. (2000, p4), ”Object is an entity with identity,
state, and behavior.” Objek adalah suatu entitas dengan identitas, keadaan
(tingkatan hidup) dan tingkah laku. Setiap objek digambarkan secara
terkelompok ( kumpulan) karena ada beberapa objek yang memiliki sifat atau
fungsi yang sama yang dikenal dengan istilah class. Class adalah suatu deskripsi
atas kumpulan objek yang saling menggunakan struktur, pola tingkah laku, dan
atribut secara bersama-sama.
2.9.2 Pengertian Object Oriented Analysis and Design
Menurut Mathiassen et al. (2000, p12), “OOA&D is a collection of general
guidelines for carrying out analysis and design.”, yang berarti OOA&D adalah
sekumpulan pedoman-pedoman umum untuk melaksanakan analisis dan
perancangan.
Menurut Mathiassen et al. (2000, p14), “Analisis dan perancangan
berorientasi objek terbagi ke dalam empat aktivitas utama yaitu :
a. Problem domain analysis
b. Application domain analysis
c. Architectural design
d. Component design
Keempat aktivitas utama dalam analisis dan perancangan berorientasi objek
dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut.
29
Gambar 2.1 Aktivitas Utama dalam OOA&D Sumber : Mathiassen et al, 2000, p15
2.9.3 System Definition
Menurut Mathiassen et al. (2000, p24), ”System definition is a conscise
description of a computerized system expressed in natural language.” System
definition merupakan deskripsi singkat dari sebuah sistem terkomputerisasi yang
dinyatakan dalam bahasa alami. Suatu system definition mengekspresikan
property-property yang fundamental untuk pengembangan dan penggunaan
sistem. Hal tersebut mendeskripsikan sistem dalam konteks, informasi apa yang
harus dikandungnya, function mana yang harus tersedia, di mana hal tersebut
akan digunakan, dan kondisi pengembangan mana yang diterapkan.
Tujuan dari system definition adalah untuk menerangkan berbagai
interpretasi dan kemungkinan yang berbeda. System definition membantu
menangani gambaran umum dari berbagai pilihan-pilihan yang berbeda, dan
dapat digunakan untuk membandingkan berbagai alternatif. System definition
30
yang akhirnya dipilih harus menyediakan landasan-landasan yang baik untuk
kelangsungan aktivitas analisis dan perancangan.
2.9.4 Rich Picture
Menurut Mathiassen et al. (2000, p26), ”Rich picture is an informal
drawing that presents the illustraor’s understanding of a situation.” Rich picture
adalah sebuah gambaran informal yang mewakili pemahaman ilustrator terhadap
situasi dari sistem. Dengan membuat rich picture, kita dapat memperjelas
pandangan user mengenai situasi, permasalahan, dan memperoleh gambaran
umum dari situasi dengan cepat. Tujuan pembuatannya bukan untuk membuat
deskripsi yang mendetail dari semua keadaan yang mungkin, tetapi lebih untuk
memperoleh gambaran umum.
2.9.5 The FACTOR Criterion
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.39), kriteria FACTOR terdiri dari enam
elemen, sebagai berikut:
• Functionality
Fungsi-fungsi sistem yang mendukung tugas-tugas application domain.
• Application Domain
Bagian organisasi yang mengadministrasi, memonitor, dan mengontrol
problem domain.
• Condition
Kondisi di mana sistem akan dikembangkan dan digunakan.
31
• Technology
Mencakup teknologi yang akan digunakan untuk mengembangkan sistem dan
teknologi di mana sistem akan dijalankan.
• Objects
Objek-objek utama dari problem domain.
• Responsibility
Tanggung jawab keseluruhan dari sistem dalam hubungannya dengan
konteks.
2.9.6 Problem Domain Analysis
Menurut Mathiassen et al. (2000, p6), ”Problem domain is part of a context
that is administrated, monitored or controlled by a system.” Problem-domain
analysis memfokuskan pada informasi apa yang harus ditangani oleh sistem dan
menghasilkan sebuah model yang merupakan gambaran dari class, objek,
struktur dan perilaku (behavior) yang ada dalam problem domain. Aktivitas
utama dalam problem domain analysis dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut.
Gambar 2.2 Aktivitas Utama dalam Problem Domain Sumber : Mathiassen et al (2000, p46)
32
2.9.6.1 Classes
Menurut Mathiassen et al. (2000, p53), ”Class is description of collection
of objects sharing structure, behavioural pattern, and attribute.” Class adalah
gambaran atau definisi kumpulan dari objek yang berbagi structure, behaviour
pattern, dan attribute yang sama. Class merupakan kegiatan yang pertama
dilakukan di dalam analisis problem domain.
Menurut Mathiassen et al (2000, p53-55) untuk menjalankan kegiatan class
dapat dimulai dengan mengidentifikasikan kandidat / calon yang mungkin untuk
classes dan events dalam model problem domain. Setelah itu, evaluasi dan pilih
secara kritis classes dan events yang benar-benar relevan dengan konteks sistem.
Pemilihan class tersebut bertujuan untuk mendefinisikan dan membatasi
problem domain. Sementara pemilihan kumpulan event yang dialami atau
dilakukan oleh satu atau lebih objek bertujuan untuk membedakan tiap-tiap kelas
dalam problem domain. Kegiatan class akan menghasilkan sebuah event table
dengan class dan event yang berkaitan seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.1
berikut.
Tabel 2.1 Contoh Event Table Classes Events Customer Assistant Apprentice Appointment Plan Reserved √ √ √ √ Cancelled √ √ √ Treated √ √ Employed √ √ Resigned √ √ Graduated √ Agreed √ √ √
Sumber : Mathiassen et al (2000, p50)
33
2.9.6.2 Structure
Menurut Mathiassen et al. (2000, p69), structure bertujuan untuk
mendeskripsikan hubungan struktural antara class dan object dalam problem
domain. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam structure, yaitu pembelajaran
abstrak, hubungan statis di antara class; pembelajaran konkrit, hubungan dinamis
di antara object; dan pemodelan hanya hubungan-hubungan struktural yang
diperlukan. Hasil dari kegiatan structure adalah sebuah class diagram dengan
class dan structure.
Menurut Mathiassen et al (2000, p72-77) terdapat dua tipe structure dalam
object-oriented, yaitu :
1. Class Structures
Class structures memperlihatkan hubungan-hubungan konseptual yang statis
di antara classes, yang terdiri dari :
a. “Generalization : A general class (the super class) describes properties
common to a group of specialized classes (the subclasses).” Generalisasi
merupakan suatu class yang umum (super class) yang mendeskripsikan
sebuah grup class-class khusus (subclass). Contoh generalization
structure dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut.
Gambar 2.3 Contoh Generalization Structure Sumber : Mathiassen et al (2000, p73)
34
b. ”Cluster : A collection of related classes.” Cluster merupakan
sekumpulan class yang saling berkaitan. Contoh cluster structure dapat
dilihat pada gambar 2.4 berikut.
Gambar 2.4 Contoh Cluster Structure Sumber : Mathiassen et al (2000, p75)
2. Object Structures
Object structures memperlihatkan hubungan-hubungan yang dinamis di
antara object dalam problem domain, yang terdiri dari :
a. “Aggregation : A superior object (the whole) consists of a number of
inferior objects (the parts).” Aggregation merupakan suatu objek superior
(keseluruhan) yang terdiri dari sejumlah objek-objek inferior (bagian-
bagian). Contoh aggregation structure dapat dilihat pada gambar 2.5
berikut.
Gambar 2.5 Contoh Aggregation Structure Sumber : Mathiassen et al (2000, p76)
35
Terdapat tiga tipe struktur agregasi, yaitu :
• Whole-Part, dimana objek superior merupakan penjumlahan dari
objek inferior; jika menambahkan atau menghilangkan salah satu
objek inferior, berarti mengubah objek superior secara mendasar.
• Container-Content, dimana objek superior merupakan wadah bagi
objek inferior; jika menambahkan atau menghilangkan salah satu
content, tidak akan mengubah properti dasar dari objek superior
secara mendasar.
• Union-Member, dimana objek superior merupakan gabungan dari
anggota-anggota yang terorganisasi. Penambahan atau pengurangan
beberapa anggota tidak akan mengubah gabungan secara mendasar.
Terdapat batasan yang lebih rendah pada jumlah anggota karena tidak
mungkin sebuah gabungan tanpa anggota.
b. ”Association : A meaningful relation between a number of objects.”
Association merupakan suatu hubungan yang berarti di antara sejumlah
objek. Contoh association structure dapat dilihat pada gambar 2.6
berikut.
PersonCar1..*
0..*
Gambar 2.6 Contoh Association Structure Sumber : Mathiassen et al (2000, p77)
36
2.9.6.3 Behavior
Menurut Mathiassen et al. (2000, p89), kegiatan behavior merupakan
kegiatan terakhir dalam analisis problem domain yang bertujuan untuk
memodelkan apa yang terjadi (perilaku dinamis) dalam problem-domain sistem
sepanjang waktu. Tugas utama dari kegiatan ini adalah menggambarkan pola
perilaku (behavioral pattern) dan atribut dari setiap class. Hasil dari kegiatan ini
adalah sebuah pola perilaku (behavioral pattern) dengan attributes untuk setiap
class dalam suatu class diagram, yang dikenal dengan statechart diagram yang
dapat dilihat pada gambar 2.7 berikut.
Gambar 2.7 Contoh Statechart Diagram Sumber : Mathiassen et al (2000, p90)
Menurut Mathiassen et al (2000, p90), “Event trace : A sequence of events
involving a specific object.” Event trace merupakan serangkaian kejadian yang
melibatkan sebuah objek yang spesifik. Contoh event trace untuk class
Pelanggan : account opened – amount deposited – amount withdrawn – amount
deposited – account closed.
Menurut Mathiassen et al (2000, p90), “Behavioral pattern : A description
of possible event traces for all objects in a class.” Behavioral pattern merupakan
37
suatu deskripsi dari event trace yang mungkin untuk seluruh objek dalam sebuah
class. Tiga jenis notasi untuk behavioral pattern yaitu :
• Sequence, dimana event muncul satu per satu secara berurutan.
• Selection, dimana terjadi pemilihan satu event dari sekumpulan event yang
muncul.
• Iteration, dimana sebuah event muncul sebanyak nol atau beberapa kali.
Contoh behavioral pattern untuk class Pelanggan : account opened +
(amount deposited | amount withdrawn)* + account closed.
2.9.7 Application Domain Analysis
Menurut Mathiassen et al. (2000, p6), ”Application domain is the
organization that administrates, monitors, or controls a problem domain.”
Application domain analysis memfokuskan pada bagaimana target sistem akan
digunakan dengan menentukan kebutuhan function dan interface. Aktivitas
utama dalam application domain analysis dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut.
Gambar 2.8 Aktivitas Utama dalam Application Domain Sumber : Mathiassen et al (2000, p117)
38
2.9.7.1 Usage
Menurut Mathiassen et al. (2000, p120), use case adalah pola interaksi
antara sistem dan actor di dalam application domain. Use case dapat
digambarkan dengan menggunakan spesifikasi use case, di mana use case
dijelaskan secara singkat namun jelas dan dapat disertai keterangan objek sistem
yang terlibat dan function dari use case tersebut atau dengan diagram statechart
karena use case adalah sebuah fenomena yang dinamik.
Menurut Mathiassen et al (2000, p119), actor adalah abstraksi dari user
atau sistem lain yang berinteraksi dengan target sistem. Cara untuk
mengidentifikasi actor adalah dengan mengetahui alasan actor mengggunakan
sistem. Masing-masing actor memiliki alasan yang berbeda untuk menggunakan
sistem. Cara lainnya yaitu dengan melihat peran dari actor seperti yang
dinyatakan oleh use case di mana actor tersebut terlibat. Masing-masing actor
memiliki peran yang berbeda-beda.
Kegiatan usage merupakan kegiatan pertama dalam analisis application
domain yang bertujuan untuk menentukan bagaimana actor yang merupakan
pengguna atau sistem lain berinteraksi dengan sistem yang dituju. Hasil dari
analisis kegiatan usage ini adalah deskripsi lengkap dari semua use case dan
actor yang ada yang digambarkan dalam actor table dan use case diagram pada
tabel 2.2 dan gambar 2.9 berikut.
39
Tabel 2.2 Contoh Actor Table Actors
Use Cases Account Owner Creditor Administrator
Liquidity Monitor
Payment √ √ Cash withdrawal √ Money transfer √ √ √ Account information √ √ √ Credit information √ √ Registration √ Monitoring √ Error correction √
Sumber : Mathiassen et al (2000, p121)
payment
cash withdrawal
money transfer
account information
credit information
registration
monitoring
error connection
Account owner
Creditor
Liquidity monitor
Administrator
Gambar 2.9 Contoh Use Case Diagram Sumber : Mathiassen et al (2000, p122)
40
2.9.7.2 Function
Menurut Mathiassen et al. (2000, p137-142), kegiatan function
memfokuskan pada bagaimana cara sebuah sistem dapat membantu actor dalam
melaksanakan pekerjaan mereka. Tujuan dari kegiatan function adalah untuk
menentukan kemampuan sistem memproses informasi. Hasil dari kegiatan ini
adalah sebuah daftar function-function yang merinci function-function yang
kompleks. Daftar function harus lengkap, menyatakan kebutuhan kolektif dari
pelanggan dan actor dan harus konsisten dengan use case.
Function memiliki empat tipe yang berbeda, yaitu :
• Update, function ini disebabkan oleh event problem domain dan
menghasilkan perubahan dalam state atau keadaan dari model tersebut.
• Signal, function ini disebabkan oleh perubahan keadaan atau state dari model
yang dapat menghasilkan reaksi pada konteks.
• Read, function ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan
actor dan mengakibatkan sistem menampilkan bagian yang berhubungan
dengan informasi dalam model.
• Compute, function ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan
actor dan berisi perhitungan yang melibatkan informasi yang disediakan oleh
actor atau model, hasil dari function ini adalah tampilan dari hasil komputasi.
Menurut Mathiassen et al (2000, p142), cara untuk mengidentifikasi
function adalah dengan melihat deskripsi problem domain yang dinyatakan
dalam class dan event, dan melihat deskripsi application domain yang
dinyatakan dalam use case. Class dapat menyebabkan munculnya function read
41
dan update. Event memungkinkan munculnya kebutuhan terhadap function
update. Sementara use case dapat menyebabkan munculnya segala macam tipe
function.
2.9.7.3 Interface
Menurut Mathiassen et al. (2000, p151-152), ”Interface is a facilities that
make a system’s model and functions available to actors.” Interface merupakan
sebuah fasilitas yang menghubungkan model sistem dan function dengan actor.
Interface digunakan oleh actor untuk berinteraksi dengan sebuah sistem.
Interface dibedakan ke dalam dua golongan, yaitu :
1. User interface adalah interface yang menghubungkan user dengan sistem.
2. System interface adalah interface yang menghubungkan sistem satu dengan
sistem lain.
Sebuah user interface yang baik harus dapat beradaptasi dengan pekerjaan
dan pemahaman user terhadap sistem. Kualitas user interface ditentukan oleh
kegunaan atau usability interface tersebut bagi pengguna. Usability bergantung
pada siapa yang menggunakan dan situasi pada saat sistem tersebut digunakan.
Oleh karena itu, usability bukan sebuah ukuran yang pasti dan objektif.
Hasil dari kegiatan interface adalah sebuah deskripsi elemen-elemen user
interface dan system interface yang lengkap di mana kelengkapan menunjukkan
pemenuhan kebutuhan pengguna. Hasil dari kegiatan user interface berupa form
presentasi dan dialogue style, sebuah daftar lengkap dari elemen-elemen user
interface, diagram window terpilih, dan diagram navigasi. Sedangkan hasil dari
42
kegiatan system interface berupa class diagram untuk peralatan dan protocol
eksternal untuk berinteraksi dengan sistem yang lain.
2.9.8 Architecture Design
Menurut Mathiassen et al. (2000, p173-176), keberhasilan suatu sistem
ditentukan dari kekuatan desain arsitekturalnya. Architectural design bertujuan
untuk menstrukturisasikan suatu sistem yang terkomputerisasi. Aktivitas-
aktivitas yang terdapat dalam architectural design adalah :
1. Criteria, aktivitas ini mendefinisikan apa saja kondisi dan kriteria yang
digunakan pada rancangan yang akan dibuat.
2. Component, mendefinisikan bagaimana suatu sistem distrukturisasikan
menjadi komponen-komponen.
3. Process, bertujuan untuk mendefinisikan bagaimana proses sistem
didistribusikan dan dikoordinasikan.
Aktivitas utama dalam architectural design dapat dilihat pada gambar 2.10
berikut.
Gambar 2.10 Aktivitas Utama dalam Architectural Design Sumber : Mathiassen et al (2000, p176)
43
2.9.8.1 Criteria
Menurut Mathiassen et al. (2000, p177-186), tujuan dari sebuah criteria
adalah untuk mempersiapkan prioritas dari sebuah perancangan. Sebuah desain
yang baik memiliki tiga ciri-ciri, yaitu :
1. Tidak memiliki kelemahan
Syarat ini menyebabkan adanya penekanan pada evaluasi dari kualitas
berdasarkan review dan eksperimen dan membantu dalam menentukan
prioritas dari kriteria yang akan mengatur dalam kegiatan perancangan.
2. Menyeimbangkan beberapa criteria
Konflik sering terjadi antar criteria, oleh karena itu untuk menentukan
criteria mana yang akan diutamakan dan bagaimana cara untuk
menyeimbangkannya dengan kriteria-kriteria yang lain bergantung pada
situasi sistem tertentu.
3. Usable, flexible, dan comprehensible
Kriteria-kriteria ini bersifat universal dan digunakan pada hampir setiap
proyek pengembangan sistem.
Tabel 2.3 berikut ini merupakan kriteria umum yang digunakan untuk
menentukan kualitas suatu software.
Tabel 2.3 Kriteria Umum untuk Kualitas Software Criterion Ukuran dari Usable Kemampuan sistem untuk menyesuaikan diri dengan
konteks, organisasi yang berhubungan dengan pekerjaan dan teknis.
Secure Ukuran keamanan sistem dalam menghadapi akses yang tidak terotorisasi terhadap data dan fasilitas.
Efficient Eksploitasi ekonomis terhadap fasilitas platform teknis. Correct Pemenuhan dari kebutuhan. Reliable Pemenuhan ketepatan yang dibutuhkan untuk
44
melaksanakan fungsi. Maintainable Biaya untuk menemukan dan memperbaiki kerusakan
sistem. Testable Biaya untuk memastikan bahwa sistem yang dibentuk
dapat melaksanakan fungsi yang diinginkan. Flexible Biaya untuk mengubah sistem yang dibentuk. Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk mendapatkan pemahaman
terhadap sistem. Reusable Kemungkinan untuk menggunakan bagian sistem pada
sistem lain yang berhubungan. Portabel Biaya untuk memindahkan sistem ke platform teknis yang
berbeda. Interoperable Biaya untuk menggabungkan sistem ke sistem yang lain.
Sumber : Mathiassen et al (2000, p178)
2.9.8.2 Component Architecture
Menurut Mathiassen et al. (2000, p189-190), ”Component architecture is a
system structure composed of interconnected components.” Arsitektur komponen
merupakan sebuah struktur sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang
saling berhubungan. Komponen merupakan kumpulan dari bagian-bagian
program yang membentuk suatu kesatuan dan memiliki fungsi yang jelas.
Sebuah arsitektur komponen yang baik membuat sistem menjadi lebih mudah
untuk dipahami, mengorganisasikan pekerjaan desain, menggambarkan stabilitas
dari konteks sistem dan mengubah tugas perancangan menjadi beberapa tugas
yang lebih tidak kompleks.
Menurut Mathiassen et al (2000, p193), beberapa pola umum dalam desain
komponen arsitektur adalah :
1. Layered-architecture pattern
Merupakan bentuk yang paling umum dalam software. Sebuah arsitektur
layered terdiri dari beberapa komponen yang dibentuk menjadi lapisan-
45
lapisan dimana lapisan yang berada di atas bergantung kepada lapisan yang
ada dibawahnya. Perubahan yang terjadi pada suatu lapisan akan
mempengaruhi lapisan yang ada diatasnya. Contoh layered-architecture
pattern dapat dilihat pada gambar 2.11 berikut.
Gambar 2.11 Layered Architecture Pattern Sumber : Mathiassen et al (2000, p193)
2. Generic-architecture pattern
Pola ini digunakan untuk merinci sistem dasar yang terdiri dari komponen
interface, function, dan model. Dimana komponen model terletak pada
lapisan yang paling bawah, diikuti dengan system function layer dan paling
atas komponen interface. Contoh generic-architecture pattern dapat dilihat
pada gambar 2.12 berikut.
46
Gambar 2.12 Generic Architecture Pattern Sumber : Mathiassen et al (2000, p196)
3. Client-server architecture pattern
Pola ini awalnya dikembangkan untuk mengatasi masalah distribusi sistem di
antara beberapa processor yang tersebar secara geografis. Komponen pada
arsitektur ini adalah sebuah server dan beberapa client. Tanggung jawab
daripada server adalah untuk menyediakan database dan resource yang dapat
disebarkan kepada client melalui jaringan. Sementara client memiliki
tanggung jawab untuk menyediakan antar muka lokal untuk setiap
penggunannya. Contoh client-server architecture pattern dapat dilihat pada
gambar 2.13 berikut.
47
Gambar 2.13 Client-Server Architecture Pattern Sumber : Mathiassen et al (2000, p197)
Menurut Mathiassen et al (2000, p200), tabel 2.4 berikut ini adalah
beberapa jenis distribusi dalam arsitektur client-server dimana U (user interface),
F (function), dan M (model).
Tabel 2.4 Jenis Arsitektur Client-Server Client Server Architecture
U U+F+M Distributed presentation U F+M Local presentation U+F F+M Distributed functionality U+F M Centralized data U+F+M M Distributed data
Sumber : Mathiassen et al (2000, p200)
2.9.8.3 Process Architecture
Menurut Mathiassen et al. (2000, p209), ”Process architecture is a system-
execution structure composed of interdependent processes.” Arsitektur proses
adalah struktur dari eksekusi sistem yang terdiri dari proses-proses yang saling
bergantung. Hasil aktivitas proses berupa sebuah deployment diagram yang
menjelaskan distribusi dan kolaborasi dari komponen program dan objek aktif
pada processor.
48
Menurut Mathiassen et al (2000, p215), terdapat tiga jenis pola distribusi,
yaitu :
1. Centralized Pattern
Pola ini menyimpan semua data pada server pusat dan client hanya
menangani user interface saja. Keuntungannya adalah dapat
diimplementasikan pada client secara murah, semua data konsisten karena
hanya berada di satu tempat, strukturnya mudah dimengerti dan
diimplementasikan, dan kemacetan jaringannya moderat. Pola ini
digambarkan pada gambar 2.14 berikut.
Gambar 2.14 Deployment Diagram untuk Centralized Pattern Sumber : Mathiassen et al (2000, p216)
49
2. Distributed Pattern
Semua data terdistribusi ke client dan server hanya menyebarkan model yang
telah di-update di antara client. Keuntungannya adalah waktu akses yang
rendah, kinerja lebih maksimal, dan back up data banyak. Kerugiannya
adalah redundansi data sehingga konsistensi data terancam, kemacetan
jaringan tinggi, arsitektur sulit dipahami dan diimplementasikan. Pola ini
digambarkan pada gambar 2.15 berikut.
Gambar 2.15 Deployment Diagram untuk Distributed Pattern Sumber : Mathiassen et al (2000, p217)
3. Decentralized Pattern
Pola ini berada di antara kedua pola di atas. Di sini client memiliki data
tersendiri sehingga data umum hanya berada pada server. Server menyimpan
data umum dan fungsi atas data-data tersebut, sedangkan client meyimpan
data milik application domain client. Keuntungannya adalah konsistensi data,
tidak ada duplikasi data, lalu lintas jaringan jarang karena jaringan hanya
50
digunakan data umum di server di-update. Kekurangannya adalah semua
processor harus mampu melakukan fungsi yang kompleks dan memelihara
model dalam jumlah besar, sehingga meningkatkan biaya hardware. Pola ini
digambarkan pada gambar 2.16 berikut.
Gambar 2.16 Deployment Diagram untuk Decentralized Pattern Sumber : Mathiassen et al (2000, p219)
2.9.9 Component Design
Menurut Mathiassen et al. (2000, p231), tujuan dari component design
adalah untuk menentukan implementasi kebutuhan dalam kerangka arsitektural.
Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah deskripsi dari komponen-komponen sistem.
51
Aktivitas utama dalam component design dapat dilihat pada gambar 2.16 berikut
ini.
Gambar 2.17 Aktivitas Utama dalam Component Design Sumber : Mathiassen et al (2000, p232)
2.9.9.1 Model Component
Menurut Mathiassen et al. (2000, p236), “Model component is a part of a
system that implements the problem domain model.” Model component
merupakan bagian dari sistem yang mengimplementasikan model problem
domain. Hasil dari kegiatan komponen model adalah revisi class diagram dari
kegiatan analisis yang terdiri atas kegiatan penambahan class, atribut dan
struktur baru yang mewakili event.
2.9.9.2 Function Component
Menurut Mathiassen et al. (2000, p251), “Function component is a part of
a system that implements functional requirements.” Function component
merupakan bagian dari sistem yang mengimplementasikan kebutuhan fungsional.
Tujuan dari function component adalah untuk memberikan akses bagi user
52
interface dan komponen sistem lainnya ke model. Hasil utama dari kegiatan ini
adalah class diagram dengan operation dan specification dari operation yang
kompleks.
2.9.10 Connecting Component
Menurut Mathiassen et al (2000, p271-273), connecting component
digunakan untuk menghubungkan komponen-komponen sistem. Pada connecting
component terdapat dua konsep, yaitu :
1. Coupling adalah suatu ukuran yang digunakan untuk menentukan bagaimana
dekatnya hubungan antara dua class atau component.
2. Cohesion merupakan ukuran seberapa kuatnya keterikatan dari suatu class
atau component.