Click here to load reader
View
217
Download
1
Embed Size (px)
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah metode dalam melakukan analisis informasi,
melakukan proyeksi dari informasi tersebut guna menghasilkan penilaian yang
tepat bagi perusahaan .
Salah satu bentuk analisis fundamental adalah melalui pendekatan Top-
Down Analysis. Dalam pendekatan ini biasanya digunakan tiga pendekatan
(Daves, 2004), yaitu :
a. Mendalami dan mengerti kondisi lingkungan ekonomi yang berkaitan dengan
perusahaan yang akan dinilai.
b. Menyelidiki potensi perkembangan pada industri yang berkaitan dengan
perusahaan.
c. Menyelidiki perusahaan yang akan dinilai, meliputi strategi kopetensi utama,
manajemen, aturan dan faktor relevan lainnya..
2.1.1 Analisis Makro (Global dan Nasional)
2.1.1.1. Kondisi Ekonomi Global
Perekonomian global merupakan suatu kumpulan dari fenomena umum
yang dampaknya sangat luas, terutama dampak yang sangat besar terhadap suatu
bisnis perusahaan. Semua kegiatan bisnis sangat terpengaruh oleh perubahan yang
terjadi dalam variable ekonomi makro. Sensitivitas terhadap ekonomi makro
sangat ditentukan oleh tingkat ketergantungan ekonomi. Makin besar
ketergantungan ekonomi, makin besar pula dampak yang ditimbulkan oleh
perubahan ekonomi makro. Indonesia, sebagai negara dengan ekonomi yang
terbuka tidak luput dari keadaan ekonomi global
Gejolak harga minyak dunia yang terjadi semenjak tahun 2007, turut
membuat perubahan situasi ekonomi global. Perubahan harga minyak ini
mengganggu kestabilan ekonomi beberapa negara, khususnya negara-negara yang
7 Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Alfian, FE UI, 2008
8
padat dengan industri yang membutuhkan bahan bakar fosil tersebut. Amerika
sebagai konsumen minyak bumi terbesar di dunia merasakan dampak negatif dari
kenaikan harga minyak ini. Ditambah dengan kasus subprime mortgage yang
terjadi , yang merupakan dampak dari kebijakan pemberian kredit yang salah,
membuat amerika terjebak dalam suatu situasi krisis yang mengakibatkan
timbulnya efek krisis global yang mulai terjadi akhir tahun 2008 ini dan mulai
berdampak pula ke Indonesia. Hal ini dikarenakan selain karena tingkat
ketergantungan Indonesia ke Amerika cukup tinggi, negara negara besar lainnya
seperti bagian dari UNI Eropa, Jepang, dan Negara industri baru seperti RRC juga
terimbas akibat penurunan pertumbuhan ekonomi di Amerika, karena Amerika
adalah Negara konsumtif yang merupakan pasar terbesar export negara negara
tersebut.
2.1.1.2. Kondisi Ekonomi Nasional
Kondisi ekonomi nasional, sangat di pengaruhi oleh kebijakan yang
dilaksanakan pemerintah, khususnya kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan
fiskal mengatur pendapatan pemerintah yang didapat dari pajak dan bukan pajak,
begitu pula. Dab pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk membiayai
ekonomi dan meningkatkan growth ekonomi dari negaranya . Kebijakan moneter
lebih kepada pengaturan jumlah uang yang beredar di masyarakat yang
merupakan respon dari keadaan ekonomi yang saat itu terjadi, otoritas moneter di
Indonesia saat ini dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Untuk melihat berhasil atau
tidaknya kebijakan tersebut dapat di indikasikan dalam ukuran ekonomi nasional
sebagai berikut.
1. Produk Domestik Bruto (PDB) / Gross Domestic Product (GDP).
Menunjukkan jumlah agregat barang dan jasa yang dihasilkan oleh
ekonomi nasional pada satu periode tertentu, PDB terbagi dua, yaitu PDB riil dan
PDB nominal. Perbedaannya terletak pada faktor inflasi. PBD nominal mengukur
pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan ekonomi nasional dan efek dari
kenaikan harga barang (efek inflasi). Sementara PDB riil tidak mengikutsertakan
efek inflasi. Miles (2005:21) memberikan definisi PDB yang diukur melalui
pendekatan output pada persamaan 2.1:
Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Alfian, FE UI, 2008
9
Y = C + I + G + (X-M) (2.1)
Keterangan:
Y = output X =ekspor
C = konsumsi M = Impor
I = investasi G = pengeluaran pemerintah
2. Inflasi
Inflasi perlu diperhitungkan karena berkaitan erat dengan nilai waktu dari
uang. Secara sederhana, inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang-
barang secara umum atau penurunan daya beli dari sebuah satuan mata uang .
Pada dasarnya, inflasi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu inflasi karena
kenaikan biaya produksi dan inflasi karena hukum permintaaan dan penawaran.
Adanya inflasi menyebabkan tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu
investasi atau yang biasa disebut Rate of return meningkat dan cost of equity juga
meningkat. Peningkatan ini dapat merubah WACC yang berpengaruh terhadap
penghitungan nilai intrinsik perusahaan. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa
inflasi berpengaruh terhadap penilaian perusahaan karena inflasi dapat
meningkatkan WACC perusahaan.
3. Tingkat bunga.
Tingkat bunga adalah ukuran keuntungan investasi yang dapat diperoleh
investor, atau dengan sudut pandang lain, adalah biaya modal yang harus
dikompensasi atas suatu investasi. Penurunan suku bunga akan mendorong orang
untuk melakukan investasi dan konsumsi. Suku bunga bank sentral menjadi alat
yang popular digunakan dalam mengatur perekonomian.
4. Nilai tukar rupiah.
Nilai tukar rupiah juga merupakan indikator dari aktivitas kebijkan
ekonomi moneter. Bank Indonesia melakukan open market operation dan reserve
requirement untuk mengatur sektor moneter, khususnya inflasi dan nilai tukar
rupiah. Selain itu juga nilai tukar rupiah merupakan hasil antara Supply dan
Demand dipasar atas rupiah dan mata uang asing lainnya.
Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Alfian, FE UI, 2008
10
2.1.2 Analisis Industri
Analisis industri penting dilakukan untuk mengetahui keunggulan dan
potensi dari industri dimana perusahaan berada. Selain itu, kondisi antara satu
industri dengan industri yang lain juga berbeda-beda, sehingga masing-msing
memiliki karakteristik sendiri. Sebelum melakukan analisis industri atau sektor
tertentu, perlu dilihat perkembangan atau kinerja industri/sektor tersebut, sehingga
dapat memberikan gambaran arah perkembangan industri/sektor tersebut. Suatu
industri yang mempunyai kepekaan lebih tinggi dari pasar mengindikasikan
bahwa industri tersebut mempunyai risiko pasar yang tinggi (lebih tinggi dari rata-
rata). Meskipun demikian, risiko tersebut akan bergerak dalam dua arah. Dengan
kata lain, kalau kondisi pasar membaik, maka sektor/industri yang mempunyai
kepekaan tinggi juga akan membaik lebih besar dari pasar .
Cara kedua untuk melakukan analisis industri adalah dengan menganalisis
hubungan antara kempuan operasi dan kondisi perekonomian makro. Kita harus
mengetahui apakah perusahaan ini termasuk dalam growth industry,defense
industri atau cyclical industry. Growth Industry merupakan industri yang
mempunyai pertumbuhan laba jauh lebih tinggi dari rata-rata industri. Defense
Indusry adalah industry yang tidak banyak terpengaruh oleh kondisi ekonomi.
Sedangkan Cycylical Industry adalah industri yang sangat peka terhadap
perubahan kondisi perekonomian.
Untuk menganalisis persaingan yang terjadi, Michael Porter telah
mengembangkan framework Porters Five Forces. Berdasarkan teori ini,
intensitas persaingan ditentukan oleh lima faktor; ancaman dari pemain baru
(threats of new entrant), persaingan antar erusahaan (rivalry), daya tawar
pemasok (suppliers power), daya tawar konsumen (buyers power) dan
keberadaan barang pengganti (substitute product).
2.1.3 Siklus Kehidupan Industri (Industry Life Cycle)
Industri memiliki siklus kehidupan, yaitu tahap perkenalan (start up),
tahap pertumbuhan atau konsolidasi (consolidation), tahap kedewasaan (maturity)
dan tahap penurunan (relative decline) (Bodie, 2005). Karakteristik dari masing-
masing tahap dijabarkan sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Alfian, FE UI, 2008
11
1. Tahap Perkenalan (Start up)
Pada tahap ini terjadi perubahan teknologi besar sehingga tercipta industri
yang baru. Banyak perusahaan baru yang masuk sehingga terjadi persaingan yang
ketat. Perusahaan yang dapat bertahan hingga akhir tahap ini, hanyalah
perusahaan yang terbaik.
2. Tahap Pertumbuhan (Consolidation)
Tahap ini ditandai dengan pertumbuhan penjualan yang relative tinggi,
meskipun risiko tidak lagi setinggi tahap perkenalan. Kondisi ini terjadi karena
produk sudah diterima oleh pasar. Akan tetapi perusahaan masih terus
membutuhkan biaya untuk melakukan pertumbuhan, sehingga biasanya dividen
payout ratio rendah dan perusahaan memerlukan pembiayaan eksternal tambahan
untuk melakukan ekspansi yang dibutuhkan.
3. Tahap Kedewasaan (Maturity)
Pada tahap ini, pertumbuhan penjualan berada pada posisi yang lebih
rendah daripada tahap pertumbuhan. Kondisi ini dapat terjadi karena produksi
barang sudah mulai mencukupi permintaan konsumen, a