17
BAB II KEADAAN UMUM DAN GEOLOGI DAERAH 2.1 Lokasi dan Luas Daerah yang Direncanakan Lokasi kerja PT. Glory Aurum Indonesia berada di Dusun Sangon, Desa Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi DIY dengan luas IUP adalah 59 Ha. Wilayah ini berbatasan dengan daerah : sebelah Utara : Desa Hargotirto, sebelah Selatan : Kecamatan Temon, sebelah Barat : Kabupaten Purworejo dan di sebelah Timur : Desa Hargowilis, Hargorejo dan Kecamatan Kokap. Peta kabupaten Kulonprogo dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini. 6

BAB 2 FIX

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mpd

Citation preview

Page 1: BAB 2 FIX

BAB II

KEADAAN UMUM DAN GEOLOGI DAERAH

2.1 Lokasi dan Luas Daerah yang Direncanakan

Lokasi kerja PT. Glory Aurum Indonesia berada di Dusun Sangon, Desa

Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi DIY dengan luas

IUP adalah 59 Ha. Wilayah ini berbatasan dengan daerah : sebelah Utara : Desa

Hargotirto, sebelah Selatan : Kecamatan Temon, sebelah Barat : Kabupaten

Purworejo dan di sebelah Timur : Desa Hargowilis, Hargorejo dan Kecamatan

Kokap. Peta kabupaten Kulonprogo dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini.

Gambar 2.1

Peta Kabupaten Kulonprogo

2.2 Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat

Kesampaian daerah kerja dari jogja ke lokasi sekitar 55 km yang dicapai

dengan melewati Kabupaten Kulonprogo, kemudian dari ibukota Kabupaten

6

Page 2: BAB 2 FIX

Kulonprogo menggunakan jalan utama dengan jarak tempuh 15 km

sampai pertigaan desa Hargorejo Gedangsari. Dari desa Hargorejo Gedangsari

menuju desa Kalirejo ditempuh dengan jarak 7 km, kemudian dari desa Kalirejo

ke area pertambangan ditempuh dengan jalan desa aspal dan dengan lebar 3-4

meter. Waktu total yang diperlukan dari jogja kurang lebih 90 menit.

Kondisi jalan ke lokasi penelitian (Yogyakarta – Kalirejo) terdiri atas :

1. Jalan dari Yogyakarta ke Kabupaten Kulonprogo dilalui melalui jalan beraspal

(jalur lintas antar provinsi)

2. Jalan dari Kabupaten Kulonprogo ke Kecamatan Kokap melewati desa

Hargorejo (Waduk Sermo) melewati jalan yang beraspal tapi kondisi aspalnya

kebanyakan retak – retak serta kondinya jalanya agak mendaki / terjal.

3. Jalan dari Kecamatan Kokap ke desa kalirejo melalui jalan yang kondisinya

sama dengan rute Kulonprogo – Kokap.

4. Kondisi jalan di lokasi penelitian masih berupa tanah di antara 2 ruasnya

diberi semen yang berasal dari swadaya masyarakat setempat (lihat Gambar

2.2).

Gambar 2.2

Kondisi Jalan Desa di Daerah Tambang

2.3 Iklim

Desa Kalirejo mempunyai iklim tropis dengan musim hujan dari bulan

November sampai dengan bulan Mei dan musim kemarau dari bulan Juni sampai

dengan bulan Oktober. Temperatur udara berkisar antara 26º-33º. Curah hujan

tahunan berkisar antara 1.363 mm sampai 3.383 mm, dengan rata-rata pertahun

7

Page 3: BAB 2 FIX

sebesar 2.073 mm. Jumlah hari hujan tahunan berkisar antara 74 hari sampai 170

hari, dengan rata-rata pertahun sebesar 100,18 hari.

Tabel 2.1

Data Curah Hujan Di Desa Kalirejo, Kec. Kokap, Kab. Kulonprogo

D.I. Yogyakarta Tahun 2001 -2011

TahunCurah Hujan (mm)

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Total2001 567 522 406 123 52,5 34 116,5 0 0 803 399 360 33832002 689 210 314 220 32 0 14 0 0 33 389 389 22902003 405 275 219 66 57 0 0 0 15 205 218,5 516,5 19772004 273 282,5 278 0 155,5 7 0 3,5 0 0 184 506 1689,52005 296 241 156 125 0 173 40 0 15 140 443 532 21612006 339 220 325 158 56 17 9 0 0 0 15 235 13742007 135 104 459 258 9 32 9 0 0 65 207 613 18912008 419 238 271 88 0 0 0 0 0 141 475 353 19852009 222 296 160 212 92 62 27 0 0 0 220 72 13632010 243 128 183 153 276 77 16 18 253 350 172 255 21242011 313 493 305 260 302 2 2 0 0 1 375 514 2567Rata-rata 354,64 273,59 279,64 151,18 93,82 36,73 21,23 1,95 25,73 158,00 281,59 395,05  

Curah Hujan Rata-rata per Tahun 2073,14Sumber : Dinas Pertanian dan Kelautan Ke. Kokap, Kab. Kulonprogo

Tabel 2.9.

Curah Hujan Per Tahun Desa Kalirejo

Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Desa Kalirejo tahun 2010

Gambar 2.3

Grafik Curah Hujan Per Bulan

Tabel 2.2

8

Page 4: BAB 2 FIX

Data Jumlah Hari Hujan Di Desa Kalirejo, Kec. Kokap, Kab. Kulonprogo

D.I. Yogyakarta Tahun 2001 -2011

Tahun

Jumlah Hari Hujan

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Total2001 17 15 20 10 6 5 4 0 0 23 9 13 122

2002 18 11 10 9 3 0 1 0 0 2 17 10 81

2003 13 14 12 4 3 0 0 0 4 8 9 18 85

2004 5 11 13 0 10 3 0 2 0 0 11 18 73

2005 15 14 9 9 0 7 5 0 3 10 11 22 105

2006 18 12 12 15 5 1 1 0 0 0 2 9 75

2007 7 10 17 15 2 2 1 0 0 1 6 18 79

2008 19 12 14 6 0 0 0 0 0 5 14 16 86

2009 9 17 9 11 9 2 3 0 0 0 9 5 74

2010 17 16 17 11 18 7 4 5 16 18 11 12 152

2011 24 19 26 24 19 2 3 0 0 4 25 24 170Rata-rata 14,73 13,73 14,45 10,36 6,82 2,64 2,00 0,64 2,09 6,45 11,27 15,00  

Jumlah Hari Hujan Rata-rata per Tahun 100,18 Sumber : Dinas Pertanian dan Kelautan Ke. Kokap, Kab. Kulonprogo

9

Page 5: BAB 2 FIX

Gambar 2.4

Grafik Hari Hujan Per Bulan

Musim Hujan merupakan musim yang sangat penting untuk penduduk

Desa Kalirejo. Air hujan digunakan untuk kegiatan sehari – hari oleh penduduk

sekitar. Wilayah Desa Kalirejo merupakan wilayah sulit untuk mendapatkan air

serta belum tersedianya jaringan air bersih (PDAM), sehingga warga Kalirejo

memiliki bak penampungan untuk menampung air hujan yang akan digunakan

untuk kegiatan sehari – hari.

2.4 Tata Guna Lahan

Wilayah penyelidikan berdasaran hasil survey bulan Juli 2012 (lihat

Lampiran B.4) masih berupa lahan-lahan pertanian yang umumnya sawah tadah

hujan dan tegalan. Sawah tadah hujan ketika musim hujan oleh masyarakat

sebagian besar ditanami Coklat, padi atau sayuran, sedangkan pada musim

kemarau ditanami ketela rambat, jagung atau kacang tanah.

10

Page 6: BAB 2 FIX

Gambar 2.5

Tanaman Hutan Di Desa Kalirejo

Di sekitar areal persawahan juga ada yang ditanami pohon kelapa, pohon

jati, akasia, mahoni, dan randu (lihat Gambar 2.5). Untuk tegalan masyarakat

lebih cenderung menanami lahannya dengan ketela pohon, jagung dan diselingi

pohon buah-buahan seperti pohon pisang dan papaya. Lahan ini adalah milik

pemerintah.

Tabel 2.3

Status Kepemilikan Tanah Di Desa Kalirejo

No Status Jumlah Luas (Ha)

1 Sertifikat Hak Milik 427 114,33

2 Sertifikat Hak Guna Usaha - -

3 Sertifikat Hak Guna Bangunan - -

4 Sertifikat Hak Pakai - -

5 Tanah Kas Desa - 59,79

6 Tanah Bersertifikat 427 114,33

7 Tanah Tanpa Sertifikat - -

Sumber : data monografi Kec. Kokap tahun 2010

Tabel 2.4

Sebaran Kegunaan Lahan

No. Jenis Mata Pencaharian Kegunaan Lahan Luas Areal (Ha)

1 PertanianPadi dan Palawija 804Sayur-sayuran 4,25Buah buahan 57,25

2 Perkebunan Kelapa 11,603 Kehutanan Kayu Jati 175

Kayu Besi 9,15Kayu Mahoni 5,54

11

Page 7: BAB 2 FIX

Kayu Randu 3,76Kayu Lamtorogung 3Kayu Akasia 2,26

4 Pertambangan

Batu Gunung 62Batu Bangunan 40,50Batu Kali 2,70Lain-lain 43,60

Total 25.63,81

Sumber : data monografi Kecamtan Kokap tahun2010

2.5 Geologi

2.5.1 Fisiografi

Daerah kecamatan Kokap dan sekitar Kabupaten Kulonrogo, khususnya

daerah Sangon secara litologi di dominasi oleh endapan piroklastk berupa tufa,

batuan beku lava, breksi, retas-retas, dan sebagainya yang merupakan satuan-

satuan batuan dari formasi Andesit Tua. Litologi ini mencerminkan adanya

kegiatan vulkanisme yang cukup besar.

Dari segi tektonik, jalur pegunungan Kulonprogo telah mengalami siklus

orogenesa Tersier yang menggambarkan tiga evolusi tektonik utama yaitu pada

akhir paliogen, Miosen Tengah dan akhir Pliosen. Secara regional, daerah kubah

Kulonprogo (Kulonprogo Dome) berdasarkan kondisi litologi, fisiograsi terbagi

atas tiga jalur (Bemmelen, 1949) yaitu :

1. Jalur sedimen sebelah selatan. Jalur ini terdiri dari sedimen-sedimen

Paleogen yang ditutup secara diskordan oleh lapisan yang lebih muda.

Lapisan Paleogen ini umumnya terlipat dan tersesarkan (thrusted).

Sedangkan lipatan-lipatan umumnya mempunyai sumbu berarah barat-

barat laut.

2. Jalur Eruptiva bagian tengah. Jalur ini sebagian besar terdiri dari Formasi

Andesit Tua dengan sedimen-sedimen yang berumur Paleogen. Jalur ini

paling potensial dalam pembentukan emas.

3. Jalur sedimen sebelah utara. Jalur ini terdiri dari endapan-endapan

geosinklinal seperti lipatan-lipatan dari Formasi Kerek, Formasi Tuban

dan lain-lain dan ditutupi secara diskordan oleh lapisan vulkanik berumur

Pliosen.

12

Page 8: BAB 2 FIX

2.5.2 Stratigrafi

Stratigrafi regional daerah Kulonprogo telah di teliti oleh beberapa ahli

dengan berbagai pendekatan, diantaranya Bemmelen (1949), Marks (1957),

Suyanto dan Roskamil (1977), Raharjo dkk (1977), Harsono dan Riyanto (1981)

dan Soeria Atmadja dkk (1991).

Secara garis besar stratigrafi regional Kulonprogo dari tua ke muda adalah

sebagai berikut :

Formasi Nanggulan

Formasi Andesit Tua

Formasi Jonggrangan

Formasi Sentolo

Formasi Gunungapi Kuarter Muda

Pada umumnya keberadaan urat-urat kuarsa pembawa logam terdapat di

dalam Formasi Andesit Tua (OAF). Formasi Andesit Tua tersusun dari breksi

andesit, tufa, lapili, aglomerat dan sisipan lava andesit serta terobosan dasit,

andesit porfir dan diorite porfir. Menurut Raharjo dkk. (1977), Batuan beku intrusi

yang berupa dasit, andesit porfir dan diorit porfir ini menerobos hingga formasi

Nanggulan. Terobosan ini sering disebut sebagai inti kubah gunungapi

pegunungan Kulonprogo yang berbentuk kubah segiempat (elongated dome).

Formasi ini dapat dibagi dua bagian yaitu :

Sekuen bagian bawah dari OAF (Low Old Andesit, LOA) berhubungan

dengan aktifitas subsuksi jaman Kapur Akhir sampai Tersier Awal. LOA

interfingering dengan anggota Cipager Formasi Bayah (Eosen) sedang

UOA interfinger dengan Formasi Cijengkol bagian atas dan Formasi

Citarate (Oligosen Akhir-Miosen Awal).

Sedangkan bagian atas (Upper Old Andesit, UOA) berhubungan dengan

aktifitas subduksi Oligosen-Miosen.

2.5.3 Struktur Geologi

Di daerah Sangon dijumpai beberapa batuan beku, batuan sedimen yang

dominasi oleh batu pasir, breksi andesit, batu gamping serta napal. Kedudukan

batuan sedimen tersier ini diterobos oleh batuan beku berupa andesit porfir serta

13

Page 9: BAB 2 FIX

dasit dibeberapa tempat. Batuan beku diperkirakan merupakan batuan terobosan

hasil aktifitas gunung api tersier. Didaerah Sangon dijumpai batuan andesit

berwarna abu-abu, masif, dijumpai beberapa lubang gas (vasikuler), tekstur

porfiro afantik, dengan mineral dominan terdiri dari plagioklas serta piroksen.

Sesar di daerah penelitian umumnya berupa sesar turun dengan dua arah

kelurusan yang utama yaitu barat laut-tenggara (NW-SE) serta timur laut-barat

daya (NE-SW). Sesar yang berarah barat laut-tenggara (NW-SE) dijumpai di

daerah aliran S. Progo, Sudu serta Sribit. Sesar-sesar ini nampaknya memotong

sesar-sesar yang berarah timur laut-barat daya. Dapat di tafsirkan bahwa sesar

yang berarah timur laut-barat daya ini berumur lebih tua disbanding sesar yang

berarah barat laut-tenggara. Pengukuran semi detail di Sungai Sangon terdapat

bidang-bidang sesar yang mempunyai arah N65̊E/80̊, N100̊E/80̊ serta N155̊/85̊.

Kekar-kekar yang terisi oleh urat kuarsa di daerah Sangon agak

melengkung ke bagian barat, pada umumnya berarah barat laut-tenggara (NW-

SE), semakin ke timur arahnya menjadi timur laut-barat daya (NE-SW). Mineral

bijih yang hadir pada urat-urat kuarsa selain emas juga dijumpai mineral logam

lain seperti magnetit, hematit, kovelit, pirit, kalkopirit, sfalerit, dan galena.

2.6 Keadaan Endapan

2.6.1 Bentuk dan Penyebaran Endapan

Terbentuknya gunung api serta naiknya fluida hidrotermal ke permukaan

akan menghasilkan mineral bijih maupun mineral ubahan (mineral alterasi).

Naiknya magma ke permukaan ini sering dipicu oleh kegiatan tektonik pada

litosfer yang menyebabkan terjadinya rekahan-rekahan tektonik. Hal ini dapat

mengakibatkan terjadinya rekahan-rekahan radial menuju pusat erupsi pada tubuh

gunungapi. Larutan sisa magma membawa unsur-unsur logam berharga dan

terbentuknya belakangan akan melewati dan mengisi system rekahan vulkanik

yang ada. Apabila larutan sisa magma ini menjadi dingin maka akan mengendap

menjadi mineral bijih dalam bentuk endapan hidrotermal.

Larutan sisa magma yang suhunya masih cukup tinggi (5000 C) dalam

perjalanannya naik ke atas, juga akan mempengaruhi dan mengubah batuan

samping yang dilaluinya menjadi batuan teralterasi. Jenis dan intensitas alterasi

14

Page 10: BAB 2 FIX

akan sangat dipengaruhi oleh temperature serta kimia fluida hidrotermal. Jenis

alterasi akan dicirikan oleh himpunan mineral tertentu yang mencerminkan

temperature alterasi. Alterasi ini akan membentuk zona-zona alterasi yang

berkaitan dengan jaraknya terhadap sumber panas (heat source).

2.6.2 Sifat dan Kualitas Endapan

Lindgren (1933), vide Bateman (1950) mengemukakan ada beberapa

faktor yang memegang peran penting dalam pembentukan deposit dalam

hidrotermal antara lain :

Tersedianya larutan mineralisasi

Adanya pori-pori atau rekahan-rekahan batuan yang berhubungan

dengan larutan sehingga larutan bias bergerak naik kepermukaan

bumi

Adanya reaksi dan perubahan kimia membentuk deposit bijih

Tekanan dan temperature yang cukup untuk terjadinya reaksi

Konsentrasi unsur yang cukup untuk menghasilkan endapan yang

ekonomis

Lindgren (1933), mengelompokkan pembentukan deposit bijih hidrotermal

atas dasar temperatur, tekanan dan kedalaman sebagai berikut :

Deposit hipotermal, terbentuk pada temperatur 3000-5000C pada

kedalaman lebih dari 12.000 kaki dan tekanan cukup tinggi. Deposit yang umum

di jumpai pada proses hipotermal antara lain emas, wolfram, skeelit, pirhotit,

pentlandit, pirit, arsenopirit, kalkopirit, sfalerit, galena, stanit, kasiterit, uranit,

kobalt, bismutinit dan nikel arsenit.

Deposit mesotermal, terbentuk pada suhu sekitar 200 ̊ - 300 ̊ C pada

kedalaman antara 4.000 – 12.000 kaki. Deposit yang umum di jumpai pada proses

mesotermal adalah kalkopirit, enargit, kalaverit, bornit, tetrahedrit, tennantit,

kalkosit, tembaga, perak, seng, molibdenum dan emas.

Deposit epitermal, sebagian besar merupakan deposit yang dihasilkan oleh

proses pengisian celah yang terbentuk pada suhu antara 100 ̊ - 200 ̊ C letaknya

dekat dengan permukaan sampai kedalaman 4.000 kaki. Endapan mineral bijih

15

Page 11: BAB 2 FIX

yang terbentuuk adalah emas dan perak, disamping itu juga pirit, kalkopirit,

sinnabar, galena dan sfalerit.

2.6.3 Sumber Daya dan Cadangan

1. Metode perhitungan cadangan yang digunakan adalah metode Cross

Section (metode penampang sayatan). Metode ini merupakan salah satu

metode dalam estimasi cadangan klasik (konvensional) yang mendasarkan

pada gambar sayatan tegak yang dibentuk dalam sebuah blok – blok dari

endapan mineral atau badan bijih. Urut-urutan perhitungan cadangan

dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :

Pembuatan sayatan berdasarkan data dari pengeboran

inti (coring)

Perhitungan luasan penampang setiap sayatan

Perhitungan volume sumberdaya dengan menggunakan rumus dari

metode cross section ( popoff 1966).

2. Menurut UUD no 4 tahun 2009, emas termasuk bahan galian logam.

Bentuk cebakan berupa urat, dan termasuk kedalam emas primer.

Dimungkinkan untuk ditambang karena kadar, lingkungan dan teknologi

yang memenuhi persyaratan. Dengan cadangan yang telah terhitung

dengan menggunakan metode cross section dan target produksi mencapai

123 ton/hari, maka umur tambang di perkirakan mencapai 15 tahun.

16