Upload
noni-margareth
View
31
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mpd
Citation preview
BAB II
KEADAAN UMUM DAN GEOLOGI DAERAH
2.1 Lokasi dan Luas Daerah yang Direncanakan
Lokasi kerja PT. Glory Aurum Indonesia berada di Dusun Sangon, Desa
Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi DIY dengan luas
IUP adalah 59 Ha. Wilayah ini berbatasan dengan daerah : sebelah Utara : Desa
Hargotirto, sebelah Selatan : Kecamatan Temon, sebelah Barat : Kabupaten
Purworejo dan di sebelah Timur : Desa Hargowilis, Hargorejo dan Kecamatan
Kokap. Peta kabupaten Kulonprogo dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini.
Gambar 2.1
Peta Kabupaten Kulonprogo
2.2 Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat
Kesampaian daerah kerja dari jogja ke lokasi sekitar 55 km yang dicapai
dengan melewati Kabupaten Kulonprogo, kemudian dari ibukota Kabupaten
6
Kulonprogo menggunakan jalan utama dengan jarak tempuh 15 km
sampai pertigaan desa Hargorejo Gedangsari. Dari desa Hargorejo Gedangsari
menuju desa Kalirejo ditempuh dengan jarak 7 km, kemudian dari desa Kalirejo
ke area pertambangan ditempuh dengan jalan desa aspal dan dengan lebar 3-4
meter. Waktu total yang diperlukan dari jogja kurang lebih 90 menit.
Kondisi jalan ke lokasi penelitian (Yogyakarta – Kalirejo) terdiri atas :
1. Jalan dari Yogyakarta ke Kabupaten Kulonprogo dilalui melalui jalan beraspal
(jalur lintas antar provinsi)
2. Jalan dari Kabupaten Kulonprogo ke Kecamatan Kokap melewati desa
Hargorejo (Waduk Sermo) melewati jalan yang beraspal tapi kondisi aspalnya
kebanyakan retak – retak serta kondinya jalanya agak mendaki / terjal.
3. Jalan dari Kecamatan Kokap ke desa kalirejo melalui jalan yang kondisinya
sama dengan rute Kulonprogo – Kokap.
4. Kondisi jalan di lokasi penelitian masih berupa tanah di antara 2 ruasnya
diberi semen yang berasal dari swadaya masyarakat setempat (lihat Gambar
2.2).
Gambar 2.2
Kondisi Jalan Desa di Daerah Tambang
2.3 Iklim
Desa Kalirejo mempunyai iklim tropis dengan musim hujan dari bulan
November sampai dengan bulan Mei dan musim kemarau dari bulan Juni sampai
dengan bulan Oktober. Temperatur udara berkisar antara 26º-33º. Curah hujan
tahunan berkisar antara 1.363 mm sampai 3.383 mm, dengan rata-rata pertahun
7
sebesar 2.073 mm. Jumlah hari hujan tahunan berkisar antara 74 hari sampai 170
hari, dengan rata-rata pertahun sebesar 100,18 hari.
Tabel 2.1
Data Curah Hujan Di Desa Kalirejo, Kec. Kokap, Kab. Kulonprogo
D.I. Yogyakarta Tahun 2001 -2011
TahunCurah Hujan (mm)
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Total2001 567 522 406 123 52,5 34 116,5 0 0 803 399 360 33832002 689 210 314 220 32 0 14 0 0 33 389 389 22902003 405 275 219 66 57 0 0 0 15 205 218,5 516,5 19772004 273 282,5 278 0 155,5 7 0 3,5 0 0 184 506 1689,52005 296 241 156 125 0 173 40 0 15 140 443 532 21612006 339 220 325 158 56 17 9 0 0 0 15 235 13742007 135 104 459 258 9 32 9 0 0 65 207 613 18912008 419 238 271 88 0 0 0 0 0 141 475 353 19852009 222 296 160 212 92 62 27 0 0 0 220 72 13632010 243 128 183 153 276 77 16 18 253 350 172 255 21242011 313 493 305 260 302 2 2 0 0 1 375 514 2567Rata-rata 354,64 273,59 279,64 151,18 93,82 36,73 21,23 1,95 25,73 158,00 281,59 395,05
Curah Hujan Rata-rata per Tahun 2073,14Sumber : Dinas Pertanian dan Kelautan Ke. Kokap, Kab. Kulonprogo
Tabel 2.9.
Curah Hujan Per Tahun Desa Kalirejo
Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Desa Kalirejo tahun 2010
Gambar 2.3
Grafik Curah Hujan Per Bulan
Tabel 2.2
8
Data Jumlah Hari Hujan Di Desa Kalirejo, Kec. Kokap, Kab. Kulonprogo
D.I. Yogyakarta Tahun 2001 -2011
Tahun
Jumlah Hari Hujan
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Total2001 17 15 20 10 6 5 4 0 0 23 9 13 122
2002 18 11 10 9 3 0 1 0 0 2 17 10 81
2003 13 14 12 4 3 0 0 0 4 8 9 18 85
2004 5 11 13 0 10 3 0 2 0 0 11 18 73
2005 15 14 9 9 0 7 5 0 3 10 11 22 105
2006 18 12 12 15 5 1 1 0 0 0 2 9 75
2007 7 10 17 15 2 2 1 0 0 1 6 18 79
2008 19 12 14 6 0 0 0 0 0 5 14 16 86
2009 9 17 9 11 9 2 3 0 0 0 9 5 74
2010 17 16 17 11 18 7 4 5 16 18 11 12 152
2011 24 19 26 24 19 2 3 0 0 4 25 24 170Rata-rata 14,73 13,73 14,45 10,36 6,82 2,64 2,00 0,64 2,09 6,45 11,27 15,00
Jumlah Hari Hujan Rata-rata per Tahun 100,18 Sumber : Dinas Pertanian dan Kelautan Ke. Kokap, Kab. Kulonprogo
9
Gambar 2.4
Grafik Hari Hujan Per Bulan
Musim Hujan merupakan musim yang sangat penting untuk penduduk
Desa Kalirejo. Air hujan digunakan untuk kegiatan sehari – hari oleh penduduk
sekitar. Wilayah Desa Kalirejo merupakan wilayah sulit untuk mendapatkan air
serta belum tersedianya jaringan air bersih (PDAM), sehingga warga Kalirejo
memiliki bak penampungan untuk menampung air hujan yang akan digunakan
untuk kegiatan sehari – hari.
2.4 Tata Guna Lahan
Wilayah penyelidikan berdasaran hasil survey bulan Juli 2012 (lihat
Lampiran B.4) masih berupa lahan-lahan pertanian yang umumnya sawah tadah
hujan dan tegalan. Sawah tadah hujan ketika musim hujan oleh masyarakat
sebagian besar ditanami Coklat, padi atau sayuran, sedangkan pada musim
kemarau ditanami ketela rambat, jagung atau kacang tanah.
10
Gambar 2.5
Tanaman Hutan Di Desa Kalirejo
Di sekitar areal persawahan juga ada yang ditanami pohon kelapa, pohon
jati, akasia, mahoni, dan randu (lihat Gambar 2.5). Untuk tegalan masyarakat
lebih cenderung menanami lahannya dengan ketela pohon, jagung dan diselingi
pohon buah-buahan seperti pohon pisang dan papaya. Lahan ini adalah milik
pemerintah.
Tabel 2.3
Status Kepemilikan Tanah Di Desa Kalirejo
No Status Jumlah Luas (Ha)
1 Sertifikat Hak Milik 427 114,33
2 Sertifikat Hak Guna Usaha - -
3 Sertifikat Hak Guna Bangunan - -
4 Sertifikat Hak Pakai - -
5 Tanah Kas Desa - 59,79
6 Tanah Bersertifikat 427 114,33
7 Tanah Tanpa Sertifikat - -
Sumber : data monografi Kec. Kokap tahun 2010
Tabel 2.4
Sebaran Kegunaan Lahan
No. Jenis Mata Pencaharian Kegunaan Lahan Luas Areal (Ha)
1 PertanianPadi dan Palawija 804Sayur-sayuran 4,25Buah buahan 57,25
2 Perkebunan Kelapa 11,603 Kehutanan Kayu Jati 175
Kayu Besi 9,15Kayu Mahoni 5,54
11
Kayu Randu 3,76Kayu Lamtorogung 3Kayu Akasia 2,26
4 Pertambangan
Batu Gunung 62Batu Bangunan 40,50Batu Kali 2,70Lain-lain 43,60
Total 25.63,81
Sumber : data monografi Kecamtan Kokap tahun2010
2.5 Geologi
2.5.1 Fisiografi
Daerah kecamatan Kokap dan sekitar Kabupaten Kulonrogo, khususnya
daerah Sangon secara litologi di dominasi oleh endapan piroklastk berupa tufa,
batuan beku lava, breksi, retas-retas, dan sebagainya yang merupakan satuan-
satuan batuan dari formasi Andesit Tua. Litologi ini mencerminkan adanya
kegiatan vulkanisme yang cukup besar.
Dari segi tektonik, jalur pegunungan Kulonprogo telah mengalami siklus
orogenesa Tersier yang menggambarkan tiga evolusi tektonik utama yaitu pada
akhir paliogen, Miosen Tengah dan akhir Pliosen. Secara regional, daerah kubah
Kulonprogo (Kulonprogo Dome) berdasarkan kondisi litologi, fisiograsi terbagi
atas tiga jalur (Bemmelen, 1949) yaitu :
1. Jalur sedimen sebelah selatan. Jalur ini terdiri dari sedimen-sedimen
Paleogen yang ditutup secara diskordan oleh lapisan yang lebih muda.
Lapisan Paleogen ini umumnya terlipat dan tersesarkan (thrusted).
Sedangkan lipatan-lipatan umumnya mempunyai sumbu berarah barat-
barat laut.
2. Jalur Eruptiva bagian tengah. Jalur ini sebagian besar terdiri dari Formasi
Andesit Tua dengan sedimen-sedimen yang berumur Paleogen. Jalur ini
paling potensial dalam pembentukan emas.
3. Jalur sedimen sebelah utara. Jalur ini terdiri dari endapan-endapan
geosinklinal seperti lipatan-lipatan dari Formasi Kerek, Formasi Tuban
dan lain-lain dan ditutupi secara diskordan oleh lapisan vulkanik berumur
Pliosen.
12
2.5.2 Stratigrafi
Stratigrafi regional daerah Kulonprogo telah di teliti oleh beberapa ahli
dengan berbagai pendekatan, diantaranya Bemmelen (1949), Marks (1957),
Suyanto dan Roskamil (1977), Raharjo dkk (1977), Harsono dan Riyanto (1981)
dan Soeria Atmadja dkk (1991).
Secara garis besar stratigrafi regional Kulonprogo dari tua ke muda adalah
sebagai berikut :
Formasi Nanggulan
Formasi Andesit Tua
Formasi Jonggrangan
Formasi Sentolo
Formasi Gunungapi Kuarter Muda
Pada umumnya keberadaan urat-urat kuarsa pembawa logam terdapat di
dalam Formasi Andesit Tua (OAF). Formasi Andesit Tua tersusun dari breksi
andesit, tufa, lapili, aglomerat dan sisipan lava andesit serta terobosan dasit,
andesit porfir dan diorite porfir. Menurut Raharjo dkk. (1977), Batuan beku intrusi
yang berupa dasit, andesit porfir dan diorit porfir ini menerobos hingga formasi
Nanggulan. Terobosan ini sering disebut sebagai inti kubah gunungapi
pegunungan Kulonprogo yang berbentuk kubah segiempat (elongated dome).
Formasi ini dapat dibagi dua bagian yaitu :
Sekuen bagian bawah dari OAF (Low Old Andesit, LOA) berhubungan
dengan aktifitas subsuksi jaman Kapur Akhir sampai Tersier Awal. LOA
interfingering dengan anggota Cipager Formasi Bayah (Eosen) sedang
UOA interfinger dengan Formasi Cijengkol bagian atas dan Formasi
Citarate (Oligosen Akhir-Miosen Awal).
Sedangkan bagian atas (Upper Old Andesit, UOA) berhubungan dengan
aktifitas subduksi Oligosen-Miosen.
2.5.3 Struktur Geologi
Di daerah Sangon dijumpai beberapa batuan beku, batuan sedimen yang
dominasi oleh batu pasir, breksi andesit, batu gamping serta napal. Kedudukan
batuan sedimen tersier ini diterobos oleh batuan beku berupa andesit porfir serta
13
dasit dibeberapa tempat. Batuan beku diperkirakan merupakan batuan terobosan
hasil aktifitas gunung api tersier. Didaerah Sangon dijumpai batuan andesit
berwarna abu-abu, masif, dijumpai beberapa lubang gas (vasikuler), tekstur
porfiro afantik, dengan mineral dominan terdiri dari plagioklas serta piroksen.
Sesar di daerah penelitian umumnya berupa sesar turun dengan dua arah
kelurusan yang utama yaitu barat laut-tenggara (NW-SE) serta timur laut-barat
daya (NE-SW). Sesar yang berarah barat laut-tenggara (NW-SE) dijumpai di
daerah aliran S. Progo, Sudu serta Sribit. Sesar-sesar ini nampaknya memotong
sesar-sesar yang berarah timur laut-barat daya. Dapat di tafsirkan bahwa sesar
yang berarah timur laut-barat daya ini berumur lebih tua disbanding sesar yang
berarah barat laut-tenggara. Pengukuran semi detail di Sungai Sangon terdapat
bidang-bidang sesar yang mempunyai arah N65̊E/80̊, N100̊E/80̊ serta N155̊/85̊.
Kekar-kekar yang terisi oleh urat kuarsa di daerah Sangon agak
melengkung ke bagian barat, pada umumnya berarah barat laut-tenggara (NW-
SE), semakin ke timur arahnya menjadi timur laut-barat daya (NE-SW). Mineral
bijih yang hadir pada urat-urat kuarsa selain emas juga dijumpai mineral logam
lain seperti magnetit, hematit, kovelit, pirit, kalkopirit, sfalerit, dan galena.
2.6 Keadaan Endapan
2.6.1 Bentuk dan Penyebaran Endapan
Terbentuknya gunung api serta naiknya fluida hidrotermal ke permukaan
akan menghasilkan mineral bijih maupun mineral ubahan (mineral alterasi).
Naiknya magma ke permukaan ini sering dipicu oleh kegiatan tektonik pada
litosfer yang menyebabkan terjadinya rekahan-rekahan tektonik. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya rekahan-rekahan radial menuju pusat erupsi pada tubuh
gunungapi. Larutan sisa magma membawa unsur-unsur logam berharga dan
terbentuknya belakangan akan melewati dan mengisi system rekahan vulkanik
yang ada. Apabila larutan sisa magma ini menjadi dingin maka akan mengendap
menjadi mineral bijih dalam bentuk endapan hidrotermal.
Larutan sisa magma yang suhunya masih cukup tinggi (5000 C) dalam
perjalanannya naik ke atas, juga akan mempengaruhi dan mengubah batuan
samping yang dilaluinya menjadi batuan teralterasi. Jenis dan intensitas alterasi
14
akan sangat dipengaruhi oleh temperature serta kimia fluida hidrotermal. Jenis
alterasi akan dicirikan oleh himpunan mineral tertentu yang mencerminkan
temperature alterasi. Alterasi ini akan membentuk zona-zona alterasi yang
berkaitan dengan jaraknya terhadap sumber panas (heat source).
2.6.2 Sifat dan Kualitas Endapan
Lindgren (1933), vide Bateman (1950) mengemukakan ada beberapa
faktor yang memegang peran penting dalam pembentukan deposit dalam
hidrotermal antara lain :
Tersedianya larutan mineralisasi
Adanya pori-pori atau rekahan-rekahan batuan yang berhubungan
dengan larutan sehingga larutan bias bergerak naik kepermukaan
bumi
Adanya reaksi dan perubahan kimia membentuk deposit bijih
Tekanan dan temperature yang cukup untuk terjadinya reaksi
Konsentrasi unsur yang cukup untuk menghasilkan endapan yang
ekonomis
Lindgren (1933), mengelompokkan pembentukan deposit bijih hidrotermal
atas dasar temperatur, tekanan dan kedalaman sebagai berikut :
Deposit hipotermal, terbentuk pada temperatur 3000-5000C pada
kedalaman lebih dari 12.000 kaki dan tekanan cukup tinggi. Deposit yang umum
di jumpai pada proses hipotermal antara lain emas, wolfram, skeelit, pirhotit,
pentlandit, pirit, arsenopirit, kalkopirit, sfalerit, galena, stanit, kasiterit, uranit,
kobalt, bismutinit dan nikel arsenit.
Deposit mesotermal, terbentuk pada suhu sekitar 200 ̊ - 300 ̊ C pada
kedalaman antara 4.000 – 12.000 kaki. Deposit yang umum di jumpai pada proses
mesotermal adalah kalkopirit, enargit, kalaverit, bornit, tetrahedrit, tennantit,
kalkosit, tembaga, perak, seng, molibdenum dan emas.
Deposit epitermal, sebagian besar merupakan deposit yang dihasilkan oleh
proses pengisian celah yang terbentuk pada suhu antara 100 ̊ - 200 ̊ C letaknya
dekat dengan permukaan sampai kedalaman 4.000 kaki. Endapan mineral bijih
15
yang terbentuuk adalah emas dan perak, disamping itu juga pirit, kalkopirit,
sinnabar, galena dan sfalerit.
2.6.3 Sumber Daya dan Cadangan
1. Metode perhitungan cadangan yang digunakan adalah metode Cross
Section (metode penampang sayatan). Metode ini merupakan salah satu
metode dalam estimasi cadangan klasik (konvensional) yang mendasarkan
pada gambar sayatan tegak yang dibentuk dalam sebuah blok – blok dari
endapan mineral atau badan bijih. Urut-urutan perhitungan cadangan
dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :
Pembuatan sayatan berdasarkan data dari pengeboran
inti (coring)
Perhitungan luasan penampang setiap sayatan
Perhitungan volume sumberdaya dengan menggunakan rumus dari
metode cross section ( popoff 1966).
2. Menurut UUD no 4 tahun 2009, emas termasuk bahan galian logam.
Bentuk cebakan berupa urat, dan termasuk kedalam emas primer.
Dimungkinkan untuk ditambang karena kadar, lingkungan dan teknologi
yang memenuhi persyaratan. Dengan cadangan yang telah terhitung
dengan menggunakan metode cross section dan target produksi mencapai
123 ton/hari, maka umur tambang di perkirakan mencapai 15 tahun.
16