63
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kewaspadaan universal merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka perlindungan, pencegahan, dan meminimalkan infeksi silang antara petugas kesehatan dan pasien akibat adanya kontak langsung dengan pasien atau cairan tubuh pasien yang terinfeksi penyakit menular. 1 Dasar kewaspadaan universal ini meliputi cuci tangan guna mencegah infeksi silang, pemakaian alat pelindung diantaranya sarung tangan untuk mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain, pengelolaan alat kesehatan, pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah penularan, serta pengelolaan limbah (Departemen Kesehatan (Depkes) RI,2003). Dalam menggunakan kewaspadaan universal petugas kesehatan memberlakukan semua pasien sama 1

BAB 1,2,3,4 revisi.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kewaspadaan universal merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka

perlindungan, pencegahan, dan meminimalkan infeksi silang antara petugas

kesehatan dan pasien akibat adanya kontak langsung dengan pasien atau

cairan tubuh pasien yang terinfeksi penyakit menular.1

Dasar kewaspadaan universal ini meliputi cuci tangan guna mencegah

infeksi silang, pemakaian alat pelindung diantaranya sarung tangan untuk

mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain, pengelolaan

alat kesehatan, pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah penularan,

serta pengelolaan limbah (Departemen Kesehatan (Depkes) RI,2003). Dalam

menggunakan kewaspadaan universal petugas kesehatan memberlakukan

semua pasien sama dengan menggunakan prinsip ini, tanpa memandang

penyakit atau diagnosanya dengan asumsi bahwa setiap pasien memiliki resiko

akan menularkan penyakit yang berbahaya.2

Walaupun konsep kewaspadaan universal didasarkan pada akal sehat,

namun penerapannya sering menemui kendala. Secara umum, setelah

kewaspadaan universal diterapkan, para petugas kesehatan sering

melakukannya secara berlebihan. Hal ini meningkatkan risiko penularan

infeksi ke pasien dan petugas lain.3

1

Page 2: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang

mampu menyebabkan sakit (Potter dan Perry, 2005). Penularan infeksi dapat

melalui beberapa cara diantaranya melalui darah dan cairan tubuh seperti

halnya HIV/AIDS, Hepatitis B dan Hepatitis C (Emaliyawati,E. 2008).4

Paparan darah dan cairan tubuh merupakan masalah serius bagi para

petugas kesehatan dan merupakan resiko utama terhadap penularan infeksi

seperti human deficiency virus (HIV), Hepatitis B virus dan Hepatitis C virus.

Menurut data dari World Health Organization (WHO) didapatkan kurang

lebih 3 juta petugas kesehatan terpapar oleh virus yang berasal dari darah tiap

tahunnya, 2 juta oleh karena virus hepatitis B, 900.000 oleh karena virus

hepatitis C dan 300.000 oleh karena HIV.5

Hasil survey tentang upaya pencegahan infeksi di Puskesmas

(Bachroen,2000), menunjukkan masih didapatinya beberapa tindakan petugas

yang potensial meningkatkan penularan penyakit kepada diri mereka, pasien

yang dilayani dan masyarakat luas yakni cuci tangan yang kurang benar,

penggunaan sarung tangan yang kurang tepat, penutupan jarum suntik secara

tidak aman, pembuangan peralatan tajam secara tidak aman serta teknik

dekontaminasi dan sterilisasi peralatan yang kurang tepat.6

Puskesmas Tanawangko merupakan puskesmas yang dilengkapi dengan

fasilitas rawat inap sehingga sudah seharusnya pelaksanaan kewaspadaan

universal dilakukan guna mencegah penularan penyakit melalui tindakan

medis. Oleh karena itu berdasarkan pembahasan di atas penulis tertarik untuk

mengetahui gambaran pelaksanaan kewaspadaan universal di Puskesmas

Tanawangko.

2

Page 3: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran pelaksanaan kewaspadaan universal di

Puskesmas Tanawangko ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum :

Mengetahui gambaran pelaksanaan kewaspadaan universal di

Puskesmas Tanawangko.

2. Tujuan Khusus :

a. Mengetahui tentang pelaksanaan mencuci tangan di Puskesmas

Tanawangko.

b. Mengetahui tentang pelaksanaan pemakaian alat-alat pelindung di

Puskesmas Tanawangko.

c. Mengetahui tentang pengelolaan alat-alat kesehatan di Puskesmas

Tanawangko.

d. Mengetahui tentang pengelolaan jarum suntik dan benda tajam di

Puskesmas Tanawangko.

e. Mengetahui tentang pelaksanaan pengelolaan limbah medis dan

non medis di Puskesmas Tanawangko.

3

Page 4: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

D. Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan pengetahuan dan kesadaran setiap tenaga kesehatan

yang bekerja di Puskesmas Tanawangko.

2. Menjadi bahan masukan bagi pemerintah terhadap penerapan

kewaspadaan universal di fasilitas kesehatan.

3. Meningkatkan pengetahuan penulis mengenai kewaspadaan universal.

4. Dapat digunakan sebagai penelitian berikutnya.

5. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran.

4

Page 5: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kewaspadaan Universal

1. Penanganan infeksi secara sederhana yang bertujuan untuk mengurangi

resiko infeksi dari patogen melalui darah dan cairan tubuh pada pasien dan

petugas kesehatan.7

2. Semua upaya pencegahan penularan infeksi di unit-unit pelayanan

kesehatan.8

3. Tindakan petugas kesehatan agar dalam melaksanakan pekerjaannya tidak

menimbulkan infeksi silang, yakni infeksi dari dokter / petugas kesehatan

ke pasien dan sebaliknya atau dari pasien satu ke pasien lainnya.9

B. Pelaksanaan Kewaspadaan Universal

1. Cuci Tangan

Mencuci tangan adalah proses menggosok kedua permukaan tangan

dengan kuat secara bersamaan menggunakan zat pembersih yang sesuai dan

dibilas dengan air mengalir dengan tujuan menghilangkan mikroorganisme

sebanyak mungkin.10

Cuci tangan adalah satu-satunya prosedur terpenting dalam

pengendalian infeksi walaupun kita tahu bahwa prosedur ini belum benar-

benar tepat dilakukan (Aliffe et al.1992). Higiene tangan dapat dicapai

dengan mencuci tangan menggunakan sabun cair atau sabun detergen

antiseptik dan air, atau dengan menggunakan pembasuh tangan berbahan dasar

5

Page 6: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

alkohol. Sebelum menggunakan pembasuh tangan berbahan dasar alkohol

pada tangan yang tampak kotor, terlebih dahulu harus mencuci tangan dengan

menggunakan sabun detergen cair.11

Cuci tangan harus dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah

melakukan tindakan perawatan walupun memakai sarung tangan atau alat

pelindung lain untuk menghilangkan atau mengurangi mikrorganisme yang

ada di tangan sehingga penyebaran penyakit dapat di kurangi dan lingkungan

terjaga dari infeksi. Tangan harus di cuci sebelum dan sesudah memakai

sarung tangan. Cuci tangan tidak dapat digantikan oleh pemakaian sarung

tangan.12

Mencuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

keperawatan walaupun memakai sarung tangan dan alat pelindung lain.

Tindakan ini untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada

di tangan sehingga penyebaran infeksi dapat dikurangi dan lingkungan kerja

tetap terjaga. Cuci tangan dilakukan pada saat sebelum; memeriksa (kontak

langsung dengan pasien), memakai sarung tangan ketika akan melakukan

menyuntik dan pemasangan infus. Cuci tangan harus dilakukan pada saat yang

diantisipasi akan terjadi perpindahan kuman.12

Langkah-langkah dalam mencuci tangan :13

a) Basuh tangan dengan air mengalir

b) Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan

c) Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dan tangan kanan

d) Gosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan

e) Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci

6

Page 7: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

f) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan sebaliknya

g) Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan

kiri dan sebaliknya

h) Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan

lakukan sebaliknya

i) Bilas kedua tangan dengan air

j) Keringkan dengan lap tangan atau tisue. Jangan lupa menutup keran dengan

tangan dialasi tisue dan lap tangan.

2. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri digunakan untuk menghindari kontak dengan darah

atau cairan tubuh lain. Alat pelindung diri bertujuan untuk mencegah

penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga kesehatan atau

sebaliknya, misalnya melalui darah, cairan tubuh, terhirup, dan lain-lain.14

a) Sarung tangan :

Sarung tangan dikenakan pada banyak prosedur untuk memungkinkan

perawat memegang benda-benda steril secara bebas dan mencegah klien yang

beresiko menjadi terinfeksi oleh mikroorganisme yang berasal dari tangan

perawat.15

Sarung tangan harus selalu dipakai oleh setiap petugas sebelum kontak

dengan darah atau semua jenis cairan tubuh. Jenis sarung tangan yang dipakai

di sarana kesehatan, yaitu :16

7

Page 8: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

- Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang didesinfeksi tingkat tinggi

dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit dan selaput lender.

Misalnya tindakan medis pemeriksaan dalam, merawat luka terbuka.

- Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan dan harus

digunakan pada tindakan bedah. Bila tidak ada sarung tangan steril baru

dapat digunakan sarung tangan yang didesinfeksi tingkat tinggi.

- Sarung tangan rumah tangga adalah sarung tangan yang terbuat dari

latex atau vinil yang tebal. Sarung tangan ini dipakai pada waktu

membersihkan alat kesehatan, sarung tangan ini bisa dipakai lagi bila

sudah dicuci dan dibilas bersih. Sarung tangan ini harus selalu dipakai

pada saat melakukan tindakan yang kontak atau diperkirakan akan terjadi

kontak dengan darah, cairan tubuh, secret, kulit yang tidak utuh, selaput

lender pasien dan benda terkontaminasi.

Yang harus diperhatikan ketika menggunakan sarung tangan yaitu

gunakan sarung tangan yang berbeda untuk setiap pasien, segera lepas sarung

tangan apabila telah selesai dengan satu pasien dan ganti dengan sarung

tangan yang lain apabila akan menangani pasien yang lain. Hindari jamahan

pada benda lain selain yang berhubungan dengan tindakan yang sedang

dilakukan.16

Tidak dianjurkan menggunakan sarung tangan rangkap karena akan

menurunkan kepekaan. Kecuali dalam keadaan khusus seperti tindakan yang

menggunakan waktu lama lebih dari 60 menit, tindakan yang berhubungan

dengan darah atau cairan tubuh yang banyak, bila memakai sarung tangan

ulang seharusnya sekali pakai.16

8

Page 9: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

b) Pelindung Wajah (Masker)

Pemakaian pelindung wajah ini dimaksudkan untuk melindungi selaput

lender hidung, mulut selama melakukan perawatan pasien yang

memungkinkan terjadi percikan darah dan cairan tubuh lain. Masker tanpa

kaca mata hanya digunakan pada saat tertentu misalnya merawat pasien

tuberkulosa.16

Masker kaca mata dan pelindung wajah secara bersamaan digunakan

petugas yang melaksanakan atau membantu melaksanakan tindakan beresiko

tinggi terpajan lama oleh darah dan cairan tubuh lainnya antara lain

pembersihan luka, membalut luka, mengganti kateter atau dekontaminasi alat

bekas pakai. Bila ada indikasi untuk memakai ketiga macam alat pelindung

tersebut, maka masker selalu dipasang dahulu sebelum memakai gaun

pelindung atau sarung tangan, bahkan sebelum melakukan cuci tangan bedah.

Langkah-langkah pemakaian masker (Potter & Perry, 2005) sebagai

berikut :16

a. Ambil bagian tepi atas masker

b. Pegang masker pada dua tali atau ikatan bagian atas. Ikatkan dua tali,

atas pada bagian belakang kepala dengan tali melewati atas telinga.

c. Ikatkan dua tali bagian bawah pas eratnya sekeliling leher dengan

masker sampai kebawah dagu.

d. Dengan lembut jepitkan pita metal bagian atas pada batang hidung

c) Gaun Pelindung

Gaun pelindung merupakan salah satu jenis pakaian kerja. Jenis bahan

sedapat mungkin tidak tembus cairan. Tujuan pemakaian gaun pelindung

9

Page 10: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

adalah untuk melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan

darah dan cairan tubuh lain.16

Gaun pelindung harus dipakai apabila ada indikasi seperti halnya pada saat

membersihkan luka, melakukan irigasi, melakukan tindakan drainase,

menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam wc, mengganti pembalut,

menangani pasien dengan perdarahan massif. Gaun pelindung harus segera

diganti bila terkena kotoran,darah atau cairan tubuh.16

3. Pengelolaan Alat kesehatan Bekas Pakai

Tujuannya adalah untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat

kesehatan atau menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai.

Proses penatalaksanaan peralatan kesehatan dilakukan melalui 4 tahap

kegiatan :17

a) Dekontaminasi

b) Pencucian

c) Sterilisasi

d) Penyimpanan

Dekontaminasi adalah menghilangkan mikroorganisme patogen dan

kotoran suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya dan

dilakukan sebagai langkah pertama bagi pengelolaan alat kesehatan bekas

pakai. Dekontaminasi bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui

alat kesehatan atau suatu permukaan benda. Dekontaminasi dilakukan dengan

menggunakan bahan desinfektan, yaitu suatu bahan atau larutan kimia yang

10

Page 11: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati, dan tidak

digunakan untuk kulit dan jaringan mukosa.16

Pembersihan dengan cara mencuci alat adalah menghilangkan segala

kotoran yang kasat mata dari benda dan permukaan benda dengan sabun atau

detergen, air dan sikat. Selain menghilangkan kotoran pencucian akan

semakin menurunkan jumlah mikroorganisme yang potensial menjadi

penyebab infeksi melalui alat kesehatan atau suatu permukaan benda dan juga

mempersiapkan permukaan alat tubuh untuk kontak langsung dengan

desinfektan atau bahan sterilisasi sehingga proses dapat berjalan secara

sempurna.16

Sterilisasi adalah proses untuk menghilangkan atau membunuh seluruh

mikroorganisme dari alat kesehatan termasuk endospora bakteri. Cara

sterilisasi yang sering dilakukan adalah dengan uap panas bertekanan,

pemanasan kering, gas etilin oksida dan zat kimia cair. Sterilisasi adalah cara

yang paling aman dan paling efektif untuk pengelolaan alat kesehatan yang

berhubungan langsung dengan darah atau jaringan dibawah kulit yang secara

normal bersifat steril.16

4. Pengelolaan Benda Tajam

Benda tajam sangat beresiko untuk menyebabkan perlukaan sehingga

meningkatkan terjadinya penularan penyakit melalui kontak darah. Penularan

infeksi HIV, hepatitis B dan C di sarana pelayanan kesehatan, sebagian besar

disebabkan oleh kecelakaan yang dapat dicegah, yaitu tertusuk jarum suntik

dan perlukaan akibat alat tajam lainnya. Untuk menghindari perlukaan atau

11

Page 12: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

kecelakaan kerja maka semua benda tajam harus digunakan sekali pakai,

dengan demikian jarum suntik bekas tidak boleh digunakan lagi. Sterilitas

jarum suntik dan alat kesehatan lainnya yang menembus kulit atau mukosa

harus dapat dijamin. Keadaan steril tidak dapat dijamin jika alat-alat tersebut

didaur ulang walaupun sudah di otoklaf. Tidak dianjurkan untuk melakukan

daur ulang atas pertimbangan penghematan karena 17% kecelakaan kerja

disebabkan oleh luka tusukan sebelum dan selama pemakaian, 70% terjadi

sesudah pemakaian dan sebelum pembuangan serta 13% sesudah

pembuangan. Hampir 40% kecelakaan ini dapat dicegah dan kebanyakan

kecelakaan kerja akibat melakukan penyarungan jarum suntik setelah

penggunaannya.16

Perlu diperhatikan dengan cermat ketika menggunakan jarum suntik atau

benda tajam lainnya. Setiap petugas kesehatan bertanggung jawab atas jarum

dan alat tajam yang digunakan sendiri, yaitu sejak pembukaan paking,

penggunaan, dekontaminasi hingga ke penampungan sementara yang berupa

wadah alat tusukan. Untuk menjamin ketaatan prosedur tersebut maka perlu

menyediakan alat limbah tajam atau tempat pembuangan alat tajam di setiap

ruangan, misalnya pada ruang tindakan atau perawatan yang mudah dijangkau

oleh petugas. Seperti prosedur pengelolaan alat kesehatan lainnya maka

petugas harus selalu mengenakan sarung tangan tebal, misalnya saat mencuci

alat tajam.16

Resiko kecelakaan sering terjadi pada saat memindahkan alat tajam dari

satu orang ke orang lain, oleh karena itu tidak dianjurkan menyerahkan alat

tajam secara langsung, melainkan menggunakan teknik tanpa sentuh (hands

12

Page 13: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

free) yaitu menggunakan nampan atau alat perantara dan membiarkan petugas

mengambil sendiri dari tempatnya, terutama pada prosedur bedah. Resiko

perlukaan dapat ditekan dengan mengupayakan situasi kerja dimana petugas

kesehatan mendapat pandangan bebas tanpa halangan, dengan cara

meletakkan pasien pada posisi yang mudah dilihat dan mengatur sumber

pencahayaan yang baik.16

Kecelakaan yang sering terjadi pada prosedur penyuntikan adalah pada

saat petugas berusaha memasukkan kembali jarum suntik bekas pakai ke

dalam tutupnya, oleh karena itu sangat tidak dianjurkan untuk menutup

kembali jarum suntik tersebut melainkan langsung buang ke penampungan

sementara, tanpa menyentuh atau memanipulasinya seperti

membengkokkannya. Jika jarum terpaksa ditutup kembali (recapping)

gunakanlah dengan cara penutupan dengan satu tangan untuk mencegah jari

tertusuk jarum. Sebelum dibuang ketempat pembuangan akhir atau tempat

pemusnahan, maka diperlukan wadah penampungan sementara yang bersifat

kedap air dan tidak mudah bocor serta kedap tusukan. Wadah penampung

jarum suntik bekas pakai harus dapat digunakan dengan satu tangan agar pada

saat memasukkan jarum tidak usah memeganginya dengan tangan yang lain.

Wadah tersebut ditutup dan diganti setelah ¾ bagian terisi dengan limbah, dan

setelah ditutup tidak dapat dibuka lagi sehingga tidak tumpah. Hal tersebut

dimaksudkan agar menghindari perlukaan pada pengelolaan selanjutnya.

Idealnya benda tajam dapat diinsinerasi, tetapi bila tidak mungkin dapat

dikubur dan dikaporisasi bersama limbah lainnya.16

13

Page 14: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

5. Pengelolaan Limbah

Limbah adalah produk akhir yang berupa material buangan dari sebuah

proses pencucian, dekontaminasi, atau proses metabolisme tubuh, yang dapat

berbentuk cairan atau setengah padat.18

Stokes (1991)memberikan beberapa definisi limbah yakni limbah

infeksius, limbah terkontaminasi, limbah berbahaya, limbah toksik, dan

limbah medik. Limbah infeksius adalah limbah yang mampu menimbulkan

penyakit. Dikatakan infeksius kalau limbah ini mengandung patogen dengan

virulensi yang cukup sehingga terpajannya inang yang rentan akan

menyebabkan penyakit. Limbah terkontaminasi adalah limbah yang

terkontaminasi darah atau secret tubuh lain. Limbah berbahaya ( hazardous

waste) adalah limbah yang membahayakan manusia dan lingkungan. Limbah

toksik adalah limbah yang mampu menimbulkan efek toksik. Sedangkan

limbah medic adalah setiap limbah padat yang terjadi saat penegakan

diagnosis, perawatan, dan pengimunisasian.16

Limbah yang berasal dari sarana kesehatan secara umum dibedakan atas :

a) Limbah rumah tangga/limbah non-medis

Yaitu limbah yang tidak kontak dengan darah atau cairan tubuh sehingga

disebut sebagai resiko rendah

b) Limbah medis

Yaitu limbah yang berasal dari bahan yang mengalami kontak dengan

darah atau cairan tubuh pasien dan dikategorikan sebagai limbah beresiko

tinggi dan bersifat menularkan penyakit.

14

Page 15: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

Teknik penanganan sampah :16

a) Pemilahan

Pemilahan dilakukan dengan menyediakan sampah yang sesuai dengan

jenis sampah medis. Wadah-wadah tersebut biasanya menggunakan

kantong plastik berwarna.

b) Penampungan Sementara

Pewadahan sementara sangat diperlukan sebelum sampah dibuang.

Syarat yang harus dipenuhi adalah :

1. Di tempatkan pada daerah yang mudah dijangkau petugas,pasien, dan

pengunjung

2. Harus tertutup dan kedap air

3. Hanya bersifat sementara dan tidak boleh lebih dari satu hari

c) Pembuangan Benda Tajam

1. Wadah benda tajam merupakan limbah medis yang harus dimasukkan

ke dalam kantong sebelum insinerasi

2. Idealnya semua benda tajam dapat diinsinerasi tetapi bila tidak

mungkin dapat dikubur dan dikapurisasi bersama limbah lain

3. Apapun metode yang dilakukan haruslah tidak memberikan perlukaan

15

Page 16: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif untuk mengetahui gambaran pelaksanaan kewaspadaan universal di

Puskesmas Tanawangko.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1.Waktu : Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2012

2. Lokasi : Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Tanawangko

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi :

Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang bekerja di

Puskesmas Tanawangko.

2. Sampel :

Seluruh tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Tanawangko yang

berjumlah 22 orang yang terdiri dari 3 dokter, 10 perawat, 7 bidan, 1 analis

laboratorium dan 1 perawat gigi.

16

Page 17: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

D. Variabel Penelitian

1. Karakteristik responden

a. Umur

b. Jenis Kelamin

c. Pendidikan

2. Pelaksanaan kewaspadaan universal

a. Pencucian tangan

b. Pemakaian alat pelindung

c. Pengelolaan alat kesehatan

d. Pengelolaan jarum suntik/benda tajam

e. Pengelolaan limbah yang ada di puskesmas

E. Pengambilan dan pengolahan data

Data tentang pelaksanaan kewaspadaan universal di puskesmas

Tanawangko diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh tenaga kesehatan yang

bekerja di puskesmas tersebut. Pengolahan data dilakukan dilakukan dengan

sistem tabulasi dan dianalisis menggunakan metode analisis distribusi frekuensi.

F. Definisi Operasional

1. Mencuci tangan

Merupakan tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari

dengan menggunakan air atau pun cairan lainnya sebelum dan sesudah

melakukan tindakan dan pada saat terpapar dengan darah atau cairan tubuh.

17

Page 18: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

2. Pemakaian alat pelindung tubuh

Tindakan untuk melindungi kulit dan selaput lender petugas dari resiko

pajanan darah, dan semua cairan tubuh terutama saat kontak langsung dengan

pasien. Penting bagi setiap petugas untuk memakai alat pelindung sesuai

dengan tindakan yang akan dilakukan pada pasien.

3. Pengelolaan alat kesehatan

Tindakan pencegahan terhadap penyebaran infeksi melalui alat kesehatan.

Pengelolaan alat kesehatan yakni berupa sterilisasi dan dekontaminasi harus

dilakukan untuk menjamin kondisi steril setiap alat sehingga tidak akan

menjadi media penularan penyakit.

4. Pengelolaan jarum suntik/benda tajam lainnya

Puskesmas harus menyediakan wadah penampungan sementara yang

bersifat kedap air dan tidak mudah bocor serta kedap tusukan sebagai tempat

pembuangan jarum hal ini dilakukan untuk mencegah perlukaan.

5. Pengelolaan limbah medis

Puskesmas harus menyediakan tempat sampah medis dan non medis.

Karena limbah medis dan limbah non medis harus dibuang kedalam tempat

yang berbeda karena proses pengelolaan masing-masing limbah tersebut sangat

berbeda.

G. Instrumen Penelitian

Kuesioner yang memuat pertanyaan-pertanyaan tentang kewaspadaan

universal.

18

Page 19: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Tanawangko merupakan puskesmas yang berada di

kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa dengan batas-batas sebagai

berikut.

Sebelah Utara : Laut Sulawesi

Sebelah Selatan : Kabupaten Minahasa Selatan

Sebelah Barat : Laut Sulawesi

Sebelah Timur : Kecamatan Pineleng

Puskesmas Tanawangko yang terletak di Kecamatan Tombariri

mempunyai 10 wilayah kerja yang terdiri dari :

1. Desa Borgo 6. Desa Senduk

2. Desa Sarani Matani 7. Desa Poopoh

3. Desa Tambala 8. Desa Teling

4. Desa Mokupa 9. Desa Kumu

5. Desa Ranowangko 10. Desa Pinasungkulan

Adapun luas Kecamatan Tombariri adalah 139,20 km² yang

umumnya terdiri atas dataran rendah, transportasi antar desa dapat dicapai

melalui jalan darat.

2. Karakteristik Responden

19

Page 20: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

Karakteristik responden yang menjadi sampel dalam penelitian akan

digambarkan dalam tabel-tabel di bawah ini :

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur Responden %

23-27 3 13,64

28-32 3 13,64

33-37 5 22,72

38-42 3 13,64

43-47 3 13,64

48-52 3 13,64

53-57 2 9,08

Jumlah 22 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden menurut golongan

umur 33-37 tahun memiliki presentase yang paling tinggi yaitu berjumlah 5 orang

dengan presentase (22,72%), sedangkan golongan umur 53-57 tahun merupakan

umur dengan presentase terendah yaitu berjumlah 2 orang dengan presentase

(9,08%).

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

20

Page 21: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

Jenis Kelamin Responden %

Laki-Laki 3 13,64

Perempuan 19 86,36

Jumlah 22 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jenis kelamin perempuan

merupakan yang terbanyak dengan jumlah 19 orang dengan preentase sebesar

(86,36%) sedangkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 3 orang dengan presentase

sebesar (13,64%).

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Responden %

SMA/Sederajat 7 31,82

D3 12 54,55

S1 3 13,63

Jumlah 22 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat

pendidikan D3 berjumlah 12 orang dengan presentase (54,55%) sementara tingkat

pendidikan SMA berjumlah 7 orang dengan presentase (31,82%) dan S1

berjumlah 3 orang dengan presentase (13,63%).

3. Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Puskesmas Tanawangko

21

Page 22: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

A. Mencuci Tangan

Tabel 4. Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Apakah Mencuci Tangan Sebelum Dan Sesudah Melakukan

Tindakan

Jawaban Responden %

Ya 22 100

Tidak 0 0

Jumlah 22 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh responden selalu

mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

Tabel 5. Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Apakah Mencuci Tangan Dengan Sabun Dan Air Mengalir

Jawaban Responden %

Ya 22 100

Tidak 0 0

Jumlah 22 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh tenaga kesehatan di

Puskesmas Tanawangko selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

B. Penggunaan Alat Pelindung

22

Page 23: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

Tabel 6. Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Apakah Selalu Menggunakan Masker Pada Saat Menangani

Pasien

Jawaban Responden %

Ya 12 54,55

Tidak 10 45,45

Jumlah 22 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hanya 12 responden dengan

presentase (54,55%) yang selalu menggunakan masker, sedangkan responden

yang tidak menggunakan masker berjumlah 10 orang dengan presentase

(45,45%).

Tabel 7. Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Apakah Selalu Menggunakan Sarung Tangan Steril

Jawaban Responden %

Ya 22 100

Tidak 0 0

Jumlah 22 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat seluruh responden menggunakan

sarung tangan steril saat kontak dengan darah dan cairan tubuh.

23

Page 24: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

Tabel 8. Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Apakah Menggunakan Sarung Tangan Saat Membersihkan

Alat Kesehatan

Jawaban Responden %

Ya 19 86,36

Tidak 3 13,64

Jumlah 22 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang selalu

memakai sarung tangan berjumlah 19 orang dengan presentase (86,36%)

sedangkan yang tidak menggunakan sarung tangan berjumlah 3 orang dengan

presentase (13,64%).

C. Pengelolaan Alat Kesehatan Bekas Pakai

Tabel 9. Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Apakah Melakukan Langkah Dekontaminasi Dan Sterilisasi

Jawaban Responden %

Ya 22 100

Tidak 0 0

Jumlah 22 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh responden selalu

melakukan langkah-langkah dekontaminasi dan sterilisasi.

24

Page 25: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

Tabel 10. Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Apakah Selalu Melakukan Tindakan Pencucian Alat Dengan

Sabun Ataupun Detergen

Jawaban Responden %

Ya 22 100

Tidak 0 0

Jumlah 22 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruh responden selalu

mencuci alat-alat kesehatan bekas pakai dengan menggunakan sabun ataupun

detergen.

D. Pengelolaan Benda Tajam

Tabel 11. Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Apakah Menutup Jarum Suntik Dengan Metode Satu Tangan

Jawaban Responden %

Ya 20 90,91

Tidak 2 9,09

Jumlah 22 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang menutup

jarum suntik dengan metode satu tangan berjumlah 20 dengan presentase

(90,91%),dan yang tidak berjumlah 2 orang dengan presentase (9,09%).

25

Page 26: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

Tabel 12. Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Apakah Membuang Jarum Suntik Di Wadah Khusus

Jawaban Responden %

Ya 17 77,27

Tidak 5 22,73

Jumlah 22 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang membuang

pada wadah khusus berjumlah 17 orang dengan presentase (77,27%) dan yang

tidak berjumlah 5 orang dengan presentase (22,73%).

E. Pengelolaan Limbah

Tabel 13. Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan

Apakah Selalu Membuang Sampah Medis Dan Non Medis

Sesuai Tempatnya

Jawaban Responden %

Ya 5 22,73

Tidak 17 77,27

Jumlah 22 100

Dari tabel di atas responden yang membuang sampah medis dan non

medis sesuai pada tempatnya berjumlah 5 orang dengan presentase (22,73%) dan

responden yang menjawab tidak berjumlah 17 orang dengan presentase (77,27%).

26

Page 27: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

a. Umur

Responden dengan golongan umur 33-37 tahun memiliki presentase yang

paling tinggi (22,72%) sedangkan yang terendah adalah golongan umur 53-57

tahun (9,08%). Umur merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan

kewaspadaan universal, sehingga diharapkan responden yang lebih tua dapat

memberikan contoh yang lebih baik kepada responden yang lebih muda mengenai

pelaksanaan kewaspadaan universal.

b. Jenis Kelamin

Tenaga kesehatan di puskesmas tanawangko rata-rata terdiri dari jenis

kelamin perempuan dengan presentase (86,36%) sedangkan jenis kelamin laki-

laki adalah (13,63%).

c. Tingkat Pendidikan

Responden dengan tingkat pendidikan D3 merupakan yang terbanyak

dengan presentase (54,55%) sedangkan responden dengan tingkat pendidikan

SMA dengan presentase (31,82%) dan responden dengan tingkat pendidikan S1

dengan presentase (13,63%). Semakin tinggi tingkat pendidikan maka diharapkan

semakin baik pula pengetahuan serta pelaksanaan terhadap kewaspadaan

universal.

27

Page 28: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

2. Pelaksanaan Kewaspadaan Universal

a. Cuci tangan

Berdasarkan hasil di atas dapat dilihat bahwa seluruh petugas kesehatan di

Puskesmas Tanawangko sudah melaksanakan tindakan mencuci tangan sebelum

dan setelah melakukan tindakan.

Cuci tangan harus selalu dilakukan pada saat yang diperkirakan mungkin

akan terjadi perpindahan kuman melalui tangan, yaitu sebelum melakukan

tindakan yang seharusnya dilakukan secara bersih dan setelah melakukan tindakan

yang kemungkinan terjadi pencemaran dan pelaksanaanya pun harus disertai

dengan sarana yang memadai diantaranya :

1. Air Mengalir

Sarana utama untuk cuci tangan adalah air mengalir dengan saluran

pembuangan atau bak penampung yang memadai. Dengan guyuran air mengalir

tersebut maka mikroorganisme yang terlepas karena gesekan mekanis atau

kimiawi saat cuci tangan akan terhalau dan tidak menempel lagi di permukaan

kulit.

2. Sabun atau Detergen

Sabun atau detergen dapat menghambat dan mengurangi jumlah

mikroorganisme dengan jalan mengurangi tegangan permukaan sehingga

mikroorganisme terlepas dari permukaan kulit dan mudah terbawa oleh air.

Sarana mencuci tangan di Puskesmas Tanawangko sudah tersedia dengan

sangat baik diantaranya dengan tersedianya wastafel dan sabun sehingga

28

Page 29: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

pelaksanaan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun pun dapat

dilaksanakan oleh seluruh petugas kesehatan di Puskesmas Tanawangko.

b. Penggunaan Alat Pelindung

Alat pelindung tubuh digunakan untuk melindungi mulut dan selaput

lendir petugas dari resiko pajanan darah, serta semua jenis cairan tubuh. Tidak

semua alat pelindung tubuh harus dipakai. Jenis pelindung tubuh yang dipakai

tergantung pada jenis tindakan atau kegiatan yang akan dikerjakan.

1. Sarung tangan

Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa seluruh petugas kesehatan di

Puskesmas Tanawangko selalu menggunakan sarung tangan steril pada

pemeriksaan, terutama saat kontak dengan darah/cairan tubuh pasien.

Namun penggunaan sarung tangan saat membersihkan alat kesehatan

masih kurang terlaksana dimana dari hasil penelitian didapatkan bahwa (86,36%)

responden menggunakan sarung tangan saat membersihkan alat sedangkan

(13,64%) tidak.

Seharusnya pemakaian sarung tangan tidak hanya digunakan saat kontak

dengan darah dan cairan tubuh saja karena tujuan pemakaian sarung tangan

sendiri untuk melindungi tangan dari kontak dengan darah, dan semua jenis cairan

tubuh serta benda yang terkontaminasi.

29

Page 30: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

2. Masker/ Pelindung wajah

Pemakaian masker atau pelindung wajah dimaksudkan untuk melindungi

selama melakukan tindakan atau perawatan pasien yang memungkinkan terjadi

percikan darah atau cairan tubuh lain.

Di Puskesmas Tanawangko jumlah ketersediaan masker masih sangat

sedikit sehingga penggunaannya juga sangat terbatas sehingga dapat dilihat dari

hasil penelitian didapatkan bahwa penggunaan masker masih belum terlaksana

sepenuhnya di mana hanya (54.55%) petugas kesehatan yang menggunakan

masker saat kontak dengan pasien sedangkan (45,45%) tidak menggunakan

masker pada saat kontak dengan pasien.

c. Pengelolaan Alat Kesehatan Bekas Pakai

Pengelolaan alat-alat bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi

melalui alat kesehatan, atau untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan

siap pakai.

1. Dekontaminasi dan sterilisasi

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa seluruh petugas kesehatan di

Puskesmas Tanawangko selalu melakukan langkah-langkah dekontaminasi dan

sterilisasi sebelum pemakaian ulang alat-alat kesehatan.

Dekontaminasi merupakan tindakan pencegahan yang sangat efektif untuk

meminimalkan resiko penularan virus kepada petugas pelayanan kesehatan dan

tindakan sterilisasi merupakan proses yang berguna untuk menghilangkan atau

membunuh seluruh mikroorganisme dari alat-alal kesehatan.

30

Page 31: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

2. Pencucian alat

Pembersihan dengan mencuci alat dapat membantu menghilangkan

kotoran yang kasat mata serta semakin menurunkan jumlah mikroorganisme yang

potensial menjadi penyebab infeksi melalui alat kesehatan. Pada pencucian

digunakan detergen dan air.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa seluruh petugas kesehatan di

Puskesmas Tanawangko selalu mencuci alat dengan menggunakan detergen.

Pencucian dengan menggunakan detergen lebih baik karena dapat menghilangkan

kotoran pada alat-alat kesehatan dengan sempurna.

d. Pengelolaan Benda Tajam

Benda tajam sangat beresiko untuk menyebabkan perlukaan sehingga

meningkatkan terjadinya penularan penyakit melalui kontak darah.

1. Jarum suntik

Dari penelitian dapat dilihat bahwa (90,91%) responden menutup jarum

suntik dengan menggunakan satu tangan sedangkan (9,09%) responden tidak.

Kecelakaan yang sering terjadi adalah pada saat petugas berusaha

memasukkan kembali jarum suntik bekas pakai ke dalam tutupnya. Oleh karena

itu jika jarum terpaksa ditutup kembali, gunakanlah cara penutupan jarum dengan

satu tangan untuk mencegah jari tertusuk jarum.

2. Wadah Penampung

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa (77,27%) responden

membuang jarum suntik dan benda tajam lainnya di wadah yang kedap air dan

tahan tusukan sedangkan (22,73%) responden tidak.

31

Page 32: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

Sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir atau tempat pemusnahan,

maka diperlukan wadah penampungan sementara yang kedap air dan tidak mudah

bocor. Hal ini diperlukan agar mencegah terjadinya perlukaan pada pengelolaan

selanjutnya.

e. Pengelolaan Limbah

Limbah dari sarana kesehatan secara umum dibedakan menjadi limbah

medis dan non medis. Limbah medis kebanyakan sudah terkontaminasi oleh

bakteri, virus, racun dan bahan radioaktif yang berbahaya bagi manusia. Jadi

limbah medis dapat dikategorikan sebagai limbah infeksius dan masuk pada

klasifikasi limbah bahan berbahaya dan beracun. Untuk mencegah terjadinya

dampak negatif, maka perlu dilakukan pengelolaan secara khusus.

Di Puskesmas Tanawangko sendiri sampah medis dan non medis tidak

dikelola secara terpisah sehingga dapat dilihat pada grafik di atas bahwa

responden yang tidak membuang sampah medis dan non medis sesuai pada

tempatnya berjumlah (77,27%) sedangkan yang membuang sampah pada

tempatnya (22,73%).

32

Page 33: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan :

1. Mencuci tangan

Seluruh petugas kesehatan di Puskesmas sudah melaksanakan

tindakan mencuci tangan diantaranya tindakan mencuci tangan sebelum

dan sesudah melakukan tindakan serta menggunakan sabun dan air

mengalir dalam pelaksanaannya

2. Penggunaan alat pelindung

Sebanyak (45,45%) responden tidak menggunakan masker pada

saat menangani pasien. Seluruh responden selalu menggunakan sarung

tangan steril saat kontak dengan darah dan cairan tubuh pasien. Sebanyak

(13,64%) dari total responden tidak menggunakan sarung tangan saat

membersihkan alat kesehatan yang kemungkinan terkontaminasi pathogen

penyakit.

3. Pengelolaan alat-alat kesehatan

Pengelolaan alat-alat kesehatan sudah dilaksanakan seluruhnya

oleh seluruh petugas kesehatan di Puskesmas Tanawangko diantaranya

tahapan sterilisasi, dekontaminasi, serta pencucian alat.

33

Page 34: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

4. Pengelolaan jarum suntik dan benda tajam

Sebanyak (9,09%) dari total responden tidak menutup jarum suntik

dengan metode satu tangan. Sebanyak (22,73%) responden tidak

membuang jarum suntik dan benda tajam lainnya di wadah khusus.

5. Pengelolaan limbah

Sebanyak (77,27%) dari total responden tidak membuang sampah

medis dan non medis sesuai pada tempatnya.

Saran :

1. Bagi petugas kesehatan di Puskesmas Tanawangko seharusnya wajib

menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dan pasien dengan lebih

menjalankan pelaksanaan kewaspadaan universal serta bertanggung jawab

sebagai pelaksana dan perlu melaksanakannnya dalam pekerjaan sehari-

hari.

2. Bagi pemerintah diharapkan lebih dapat membantu untuk peningkatan

sarana dan fasilitas kesehatan yang ada sehingga pelaksanaan

kewaspadaan universal dapat terlaksana.

34

Page 35: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Sholikhah HH, Arifin A. Pelaksanaan Universal Precautions Oleh Perawat

Dan Pekerja Kesehatan. Malang, 2005

2. Putri A. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Penerapan

Prinsip Kewaspadaan Universal Oleh Perawat Di Instalasi Gawat Darurat

RSUP DR.M.DJAMIL.Padang, 2010

3. Gruendemann JB, Fernsebner B. Keperawatan Perioperatif. Jakarta : EGC.

2006

4. Imran. Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Perawat Tentang

Kewaspadaan Universal Di Instalasi Rawat Darurat RS Dr. Wahidin. 2010

5. Reda AA, Fisseha S, Mengistie B, Vandeweerd JM. Standart Precautions :

Occupational Exposure and Behaviour Of Health Care Workers In

Ethiophia. Plos One. 2010

6. Parsinahingsih HS, Supratman. Gambaran Pelaksanaan Kewaspadaan

Universal di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Moewadi. Surakarta,2008

7. Sadoh EW, Fawole OA, Sadoh EA, Oladimeji OA, et al. Practice Of

Universals Precautions Among Healthcare Workers. Nigeria : Joural Of

The National Medical Association. 2006

8. Ashari I. Cara Pengendalian Infeksi Di Rumah Sakit. Diakses melalui

http://www.dokterirga.com/cara-pengendalian-infeksi-di-rumah-

sakit/.thml pada 24 oktober 2012

9. Sumawinata N. Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC, 2004;

228-248

35

Page 36: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

10. Johnson R, Wendy T. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC, 2010;

81-86

11. Brooker C. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC.2005:207-209

12. Emaliyawati E. Tindakan Kewaspadaan Universal Sebagai Upaya Untuk

Mengurangi Resiko Penyebaran Infeksi. Bandung : Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Padjajaran, 2007

13. World Health Organization (WHO). Guidelines on Hand Hygine in Health

Care. France: WHO,2005

14. Anonim. Faktor Penyebab Dan Cara Mencegah Infeksi Nosokomial.

Diaksesmelalu

ihttp://www.indonesianpublichealth.com/2012/12/mencegah-infeksi-

nosokomial.html pada 12 januari 2013

15. Berman A, Snyder S, Kozier B, Erb G. Buku Ajar Praktik Keperawatan

Klinis. Jakarta : EGC, 2009; 379-391

16. Pulungsih PS, editor.Kewaspadaan Universal Di Pelayanan Kesehatan.

Jakarta: Departemen Kesehatan,2005;3:9-76

17. Depkes. Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Instalasi Farmasi

Rumah Sakit (K3-IFRS). Jakarta,2006

18. Darmadi . Infeksi Nosokomial. Jakarta : salemba Medika, 2008; 23-30

36

Page 37: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

LAMPIRAN

37

Page 38: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN UNIVERSAL DI

PUSKESMAS TANAWANGKO

KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan : ( ) SMA/Sederajat

( ) D3

( ) SI

( ) S2

( ) S3

38

Page 39: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

PENELITIAN TENTANG PELAKSANAAN KEWASPADAAN UNIVERSAL

DI PUSKESMAS TANAWANGKO

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Tempat/Tanggal lahir :

Dengan ini menyatakan bersedia dan mau berpartisipasi menjadi

responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dari Program Studi

Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

Manado,……………….2012

Responden

………………………………..

39

Page 40: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

DAFTAR PERTANYAAN (KUESIONER) PENELITIAN TENTANG

GAMBARAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN UNIVERSAL DI

PUSKESMAS TANAWANGKO

Petunjuk pengisian :

1. Bacalah dengan cermat semua pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini

2. Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang tersedia sesuai dengan pendapat

dan keadaan sebenarnya

3. Mohon untuk menjawab seluruh pertanyaan yang tersedia

Pertanyaan :

1. Apakah anda mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan

terutama bila terpapar dengan darah atau cairan tubuh pasien ?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah anda menggunakan sabun dan air mengalir saat mencuci tangan ?

a. Ya b.Tidak

3. Apakah anda selalu menggunakan masker pada saat menangani pasien suspek

tuberculosis/penyakit lain yang penularannya melalui media udara ?

a. Ya b.Tidak

4. Apakah anda selalu menggunakan sarung tangan steril pada pemeriksaan yang

mengharuskan anda untuk melakukan kontak dengan darah/cairan tubuh

pasien?

40

Page 41: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

a. Ya b. Tidak

5. Apakah anda selalu menggunakan sarung tangan pada saat membersihkan alat

kesehatan yang kemungkinan terkontaminasi pathogen penyebab penyakit ?

a. Ya b. Tidak

6. Apakah anda selalu melakukan langkah-langkah dekontaminasi dan sterilisasi

sebelum pemakaian ulang alat-alat kesehatan di Puskesmas ?

a. Ya b. Tidak

7. Apakah anda mencuci alat-alat kesehatan bekas pakai dengan menggunakan

detergen ?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah anda menutup jarum suntik dengan metode satu tangan ?

a. Ya b.Tidak

9. Apakah anda membuang alat suntik/benda tajam lainnya di wadah

khusus yang tahan bocor dan tahan tusukan ?

a. Ya b. Tidak

10. Apakah anda selalu membuang sampah medis dan non medis sesuai

pada tempatnya ?

a. Ya b. Tidak

41

Page 42: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

42

Page 43: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

43

Page 44: BAB 1,2,3,4 revisi.docx

Riwayat Penulis

Chenko Rayndi dilahirkan di Bontang pada tanggal

07 Mei 1991. Penulis merupakan anak dari pasangan

Ekonedi, A.Md (Ayah) dan Floortje Mogea (Ibu).

Penulis adalah anak kedua, dimana penulis memiliki

satu orang kakak laki-laki bernama Lettu. Arh.

Chenko Ryando. Penulis adalah lulusan TK YPVDP

pada tahun 1997, lulusan SD YPPVDP tahun 2003,

lulusan SMP YPVDP pada tahun 2006 dan lulusan

SMA YPVDP pada tahun 2009. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya

dan diterima di perguruan tinggi sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sam Ratulangi Manado melalui jalur Tumou Tou (T2) dengan NRI

090 111 046, telah mengikuti dan menyelesaikan Pengenalan Kehidupan Kampus

Mahasiswa Baru (PK2MB) pada bulan agustus 2009 dan telah selesai mengikuti

Kuliah Kerja Nyata Terpadu (KKN-T) Angkatan 98 di Universitas Sam Ratulangi

tahun 2013.

44