180
1 BAB 1 PENDAHULUAN Inovasi organisasi sangat memerlukan dukungan budaya yang serupa artinya budaya yang mendukung inovasi. Budaya yang mendorong eksperimentasi, mendukung baik keberhasilan maupun kegagalan. Sayang, dalam banyak perusahaan, orang diakui untuk tidak adanya kegagalan dan bukannya hadirnya kesuksesan (Damanpour, 1991:557). Kultur yang terbuka terhadap inovasi di semua tingkat sangat mungkin mengidentifikasi dan mengimplementasikan inovasi proses dalam frekuensi yang lebih tinggi (Davenport, 1995:112; Schermerhorn, 1996:132). Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dan organisasi-organisasi lain (Schein, 1985:168). Dengan demikian, dalam suatu budaya organisasi yang kuat, nilai inti organisasi itu dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas. Makin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti dan makin besar komitmen mereka pada nilai itu, makin kuat budaya tersebut. Konsisten dengan hal tersebut maka budaya yang kuat akan mempunyai pengaruh yang besar pada perilaku anggota- anggotanya karena tingginya tingkat kebersamaan dan intensitas menciptakan suatu iklim internal dan kendali perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

  • Upload
    hadan

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Inovasi organisasi sangat memerlukan dukungan budaya

yang serupa artinya budaya yang mendukung inovasi. Budaya

yang mendorong eksperimentasi, mendukung baik

keberhasilan maupun kegagalan. Sayang, dalam banyak

perusahaan, orang diakui untuk tidak adanya kegagalan dan

bukannya hadirnya kesuksesan (Damanpour, 1991:557). Kultur

yang terbuka terhadap inovasi di semua tingkat sangat mungkin

mengidentifikasi dan mengimplementasikan inovasi proses

dalam frekuensi yang lebih tinggi (Davenport, 1995:112;

Schermerhorn, 1996:132).

Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem

makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang

membedakan organisasi itu dan organisasi-organisasi lain

(Schein, 1985:168). Dengan demikian, dalam suatu budaya

organisasi yang kuat, nilai inti organisasi itu dipegang secara

intensif dan dianut bersama secara meluas. Makin banyak

anggota yang menerima nilai-nilai inti dan makin besar

komitmen mereka pada nilai itu, makin kuat budaya tersebut.

Konsisten dengan hal tersebut maka budaya yang kuat

akan mempunyai pengaruh yang besar pada perilaku anggota-

anggotanya karena tingginya tingkat kebersamaan dan

intensitas menciptakan suatu iklim internal dan kendali perilaku

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

2

yang tinggi. Kebulatan maksud semacam itu akan membina

kekohesifan, kesetiaan dan komitmen organisasi.

Walaupun diyakini secara luas dewasa ini bahwa budaya

yang kuat menciptakan kinerja unggul namun Kotter dan

Heskett memberi catatan atas teon tersebut. Dalam

perusahaan dengan budaya yang kuat, para manajer

cenderung berbaris secara penuh semangat dengan arah yang

sama dengan cara yang terkoordinasi secara baik.

Kebersamaan, motivasi dan kontrol dapat membantu kinerja,

tetapi hanya jika tindakan yang berhasil itu cocok dengan

strategi bisnis yang pintar untuk lingkungan khusus tempat

sebuah perusahaan beroperasi (Kotter dan Heskett,1997:157).

Kinerja tak akan meningkat jika perilaku dan metode yang

umum dalam melakukan bisnis tidak cocok dengan kebutuhan

sebuah produk perusahaan atau pasarjasa, pasar keuangan

dan pasar tenaga keqa. Budaya yang kuat dengan praktik yang

tidak cocok dengan konteks perusahaan sesungguhnya dapat

mengakibatkan orang pandai untuk berperilaku destruktif --yang

secara sistematis menghancurkan sebuah kemampuan

organisasi untuk hidup dan berhasil baik--.

Lebih jauh lagi Kotter dan Heskett menunjukkan bahwa

budaya yang tepat secara kontekstual dan strategis tidak akan

mempromosikan kinerja yang unggul selama periode-periode

yang panjang kecuali kalau budaya-budaya tersebut

mengandung norma dan nilai yang dapat membantu

perusahaan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

3

berubah. Tentang budaya organisasi adaptif dan tidak adaptif

simak tabel berikut (Kotter dan Heskett, 1997:159):

Tabel 1.1 BUDAYA PERUSAHAAN ADAPTIF LAWAN TIDAK ADAPTIF Budaya Perusahaan

Adaptif Budaya Perusahaan Tidak

Adaptif

Nilai Dasar

Kebanyakan manajer sangat mempedulikan pelanggan, pemegang saham dan karyawan. Mereka juga sangat menghargai orang dan proses yang dapat menciptakan perubahan yang bermanfaat (misalnya manajemen naik dan turun pada hierarkhi)

Kebanyakan manajemen sangat mempedulikan din mereka sendiri, kelompok kerja mereka yang paling dekat, atau suatu produk (atau teknologi) yang berhubungan dengan kelompok kerja tersebut. Mereka menghargai proses manajemen yang teratur dan mengurangi resiko lebih tinggi daripada inisiatif kepemimpinan.

Perilaku yang umum

Para manajer memberi perhatian yang cermat terhadap konstituensi mereka, khususnya pelanggan dan memulai perubahan bila dibutuhkan untuk melayani kepentingan mutlak mereka, bahkan kalaupun menuntut beberapa pengambilan resiko.

Para manajer cenderung berpenilaku agak picik, politis dan birokratis. Akibatnya mereka tidak cepat mengubah strateginya untuk menyesuaikan dengan atau mengambil keuntungan dan perubahan di dalam lingkungan bisnis mereka.

Sumber: John P. Kotter, James L. Heskett, (1997:159), Corporate Culture and Performance: Dampak Budaya perusahaan

terhadap Kinerja, terjemahan, PT. Prenhallindo, Jakarta.

Hasil riset Kotter dan Heskett tersebut, dapat

didayagunakan untuk menegaskan suatu skenario bahwa

pengaruh budaya yang kuat tidaklah secara otomatis

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

4

meningkatkan kinerja organisasi. Dibutuhkan suatu „kecocokan‟

antara nilai-nilai dominan dalam orgamsasi dengan

lingkungannya, sementara lingkungan itu sendiri kini semakin

dinamis --penuh dengan perubahan-perubahan yang terus

berlangsung- maka dalam jangka panjang „kecocokan‟ itu

seridiri tidaklah cukup untuk memenuhi tuntutan perubahan.

Diperlukan tidak saja budava yang kuat dan „cocok‟ dengan

konteks lingkungannya namun budaya tersebut harus

mengandung norma dan nilai yang dapat membantu

perusahaan menyesuaikan din dengan lingkungan yang selalu

berubah.

Dalam kerangka ini dapat dikemukakan bahwa budaya

organisasi tidak secara Iangsung nieningkatkan kinerja, budaya

organisasi akan fungsional jika mendorong dan mendukung

terjadinya inovasi organisasi. Inovasi organisasi dilakukan

sebagai suatu refleksi kebutuhan dan upaya perusahaan untuk

adaptif terhadap tuntutan perubahan yang terus terjadi. Inovasi

organisasi yang efektif akan mampu meningkatkan kinerja

perusahaan. Lebih jelas lagi dikemukakan oleh Gault dan

Jaccaci (1996:9-14) bahwa perusahaan yang sukses harus

menciptakan pembelajaran (learning) nilai yang kreatif yang

bisa menghubungkan inovasi di satu sisi dan provitabilitas di

sisi yang lain. Hal itu sejalan dengan pendapat Robbins yang

mengingatkan aspek budaya yang secara potensial bersifat dis-

fungsional, teristimewa budaya yang kuat, pada keefektifan

suatu organisasi. OIeh sebab itu, kritik budaya sebagai beban

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

5

lebih banyak diartikan dalam konteks budaya tersebut menjadi

penghalang terhadap perubahan, penghalang terhadap

keanekaragaman serta penghalang terhadap merjer dan

pencaplokan (1996:295). Namun demikian ada beberapa studi

yang menunjukan hubungan antara budaya organisasi dengan

kinerja organisasional (Wilkins and Ouchi, 1983:468; Gordon,

1985:13; Deshpande et al., 1993:57).

Riset paling baru mengemukakan tujuh karakteristik

primer yang secara bersama-sama menangkap hakikat dan

budaya suatu organisasi yaitu:(O‟Reilly et al.,1991:487-516;

Chatman and Jehn, 1994: 522-553).

1. Inovasi dan pengambilan risiko. Sejauh mana para

karyawan didorong untuk inovatif dan menambil risiko.

2. Perhatian ke rincian. Sejauh mana pam karyawan

diharapkan memperlihatkan presisi (kecermatan), analisis

dan perhatian kepada rincian.

3. Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memfokus path

hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan

untuk mencapai hasil itu.

4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen

memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di

dalam organisasi itu.

5. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan

sekitar tim-tim, bukannya individu-individu.

6. Keagresifan. Sejauh mana orang-orang itu agresif dan

kompetitif dan bukannya santai-santai.

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

6

7. Kemantapan. Sejauh mana kegiatan organisasi

menekankan dipertahankannya status quo sebagai kontras

dan pertumbuhan.

Sementara itu Betts dan HalfhiIl (Robbins, 1990:480)

menyatakan bahwa karakteristik utama yang menjadi pembeda

budaya organisasi adalah:

1. Inisiatif individual. Tingkat tanggung jawab, kebebasan dan

independensi yang dipunyai individu.

2. Toleransi tethadap tindakan berisiko. Sejauh mana para

pegawai dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif dan

mengambil risiko.

3. Arah. Sejauh mana organisasi tersebut menciptakan

dengan jelas sasaran dan harapan mengenai prestasi.

4. Integrasi. Tingkat sejauh mana unit-unit dalam orgamsasi

didorong untuk bekerja dengan cara terkoordinasi.

5. Dukungan dan manajemea Tingkat sejauh mana pam

manajer memben komunikasi yang jelas, bantuan serta

dukungan terhadap bawahan mereka.

6. Kontrol. Jumlah peraturan dan pengawasan Iangsung yang

digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku

pegawai.

7. Identitas. Tingkat sejauh mana para anggota

mengidentifikasi dirinya secara keseluruhan dengan

organisasinya ketimbang dengan kelompok kerja tertentu

atau dengan bidang keahlian profesional.

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

7

8. Sistem imbalam Tingkat sejauh mana alokasi imbalan

(misal, kenaikan gaji, promosi) didasarkan alas kriteria

prestasi pegawai sebagai kebalikan dan senioritas, sikap

pilih kasih dan sebagainya.

9. Toleransi terhadap konflik. Tingkat sejauh mana para

pegawai didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik

secara terbuka.

10. Pola-pola komunikasi. Tingkat sejauh mana komunikasi

organisasi dibatasi oleh hirarkhi kewenangan formal.

Tiap kharakteristik ini berlangsung pada suatu kontinum

dan rendah ke tinggi. Maka dengan menilai organisasi inti

berdasarkan karakteristik-karakteristik mi akan diperoleh

gambaran majemuk dan budaya organisasi yaitu dan yang

paling konservatif hingga paling inovatif. Dalam hal ini

Sonnenfeld mengenali empat tipe buthya yaitu akademi, kelab,

tim bisbol dan benteng (Hymowitz, 1989:1). Studi Ekvall

(1993:17) menunjukkan adanya hubungan antara budaya

organisasi dengan inovasi organisasi. Artinya budaya

organisasi yang mendukung perubahan akan memberikan

kontribusi yang besar terhadap keberhasilan inovasi organisasi.

Dengan demikian, pengaruh budaya organisasi yang

kuat terhadap keefektifan organisasi mensyaratkan bahwa

budaya, strategi, lingkungan dan teknologi sebuah organisasi

bersatu. Makin kuat budaya suatu organisasi, makin penting

bahwa budaya tersebut cocok dengan variabel-variabel

tersebut (Arogyaswamy dan Byles,dalam Cohen,1994:112-

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

8

127). Kerangka ini sekali lagi untuk menegaskan bahwa budaya

organisasi yang kuat dan cocok dengan strategi yaitu inovasi

organisasi --yang merupakan refleksi dan upaya adaptasi

terhadap lingkungan yang makin dinamis-- akan mampu

meningkatkan kinerja organisasi. Dalam penelitian ini yang

dimaksud dengan Budaya organisasi adalah sistem pengertian

dan nilai-nilai dominan yang diterima secara bersama oleh

anggota organisasi.

Budaya organisasi dapat diindikasikan oleh beberapa

faktor, berdasarkan kajian literatur dan basil penelitian

terdahulu, antara lain terdiri dari:

a. O‟Reilly llI et al. (1991:487-516), Chatman and Jehn

(1994:522-553), budaya organisasi diukur dari: inovasi dan

pengambilan resiko, perhatian ke rincian, onientasi hasil,

onientasi orang, onientasi tim, keagresifan, kemantapan.

b. Betts and Halfhill (1990:480), budaya organisasi diukur dari:

inisiatif individual, toleransi terhadap tindakan berisiko,

kejelasan arah, integrasi, dukungan dan manajemen,

kontrol, tingkat identitas, system imbalan, toleransi terhadap

konflik, pola-pola komunikasi.

c. Muluk (1999:37-39), budaya organisasi diukur dari: asumsi

keterkaitan lingkungan organisasi, asumsi hakikat realitas

dan kebenaran, asumsi hakikat sifat manusia, asumsi

hakikat aktivitas manusia, asumsi hakikat hubungan antar

manusia.

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

9

d. Kotter dan Hesskett (1997:176), budaya organisasi diukur

dari: sejauh mana para manajer menggunakan cara dalam

melakukan sesuatu, sejauh mana perusahaan melakukan

usaha yang serius untuk mendorong para manajer

mengikuti mereka, sejauh mana perusahaan telah dikelola

menurut kebijakan dan praktik jangka panjang.

e. Anggraini (1995:81-91), budaya organisasi diukur dari: asas

tujuan, keakraban, empirik, prestasi, integritas, consensus,

keunggulan, kesatuan.

f. Hofstede (1980:67), budaya organisasi diukur dan:

individualism collectivism, power distance, uncertainty

avoidance, masculinity-femininity.

g. Iverson and Deery (1997:71-82), budaya organisasi diukur

dari: job search behavior, job opportunity, organizational

commitment, unity loyalty, job satisfaction, career

development, routinization, promotional opportunity, role

conflict, negative affectivity.

lstilah budaya mula-mula datang dan antropologi sosial

(Taylor, 1993:161), sedangkan menurut Hofstede (1994:4-5)

budaya didefinisikan sebagai:

―the whole thinking model, feeling and action of a social

community that differ to the other social community.‖

(keseluruhan pola pemikiran, perasaan dan tindakan dan

suatu kelompok sosial yang membedakan dengan kelompok

sosial yang lain).

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

10

Hal senada diungkapkan juga oleh Kilmann et al. (1985)

yang mendefinisikan budaya sebagai:

―culture as philosophy, idelogy, values, impression,

belief, hope, attitude and norm owned by a community.‖

(Budaya sebaga falsafah, ideologi, nilai-nilai, anggapan,

keyakinan, harapan, sikap dan norma yang dimiliki bersama

oleh suatu masyarakat).

Tidak jauh berbeda disampaikan oleh AIMS Consultants

(2004) yang menyatakan:

―Culture as a set of value, guideline, trust, understanding,

norm, philosophy, ethic, and point of view.‖

(Budaya sebagai satu set nilai, penuntun, kepercayaan,

pengertian, norma, falsafah, etika, dan cara pandang).

Dalam kaitan semua itu, agar benar-benar memahami

suatu budaya dan untuk lebih memastikan secara lengkap nilai-

nilai serta perilaku nyata dari suatu kelompok, perlulah diselidiki

asumsi yang mendasarinya, yang biasanya tidak disadari, tetapi

secara aktual menentukan bagaimana para anggota kelompok

berpersepsi, berpikir dan merasakan. Asumsi seperti itu dengan

sendirinya merupakan reaksi yang dipelajari, yang bermula

sebagai nilai-nilai yang didukung, namun ketika nilai

menyebabkan pertlaku dan ketika perilaku tersebut mulai

memecahkan masalah, maka nilai tersebut ditransformasikan

menjadi asumsi dasar tentang bagaimana sesuatu itu

sesungguhnya terjadi. Dengan kata lain, perbedaan antara

asumsi dengan nilai terletak apakah nilai-nilai tersebut rnasih

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

11

diperdebatkan atau tidak. Mengena hal tersebut, Schein

(1996:16-17) menyatakan:

―If the values is still being debated and accepted as what

it is, so that its called by assumption, however if its still

open characteristic and able to be debated so that the

term of value is more suitable.‖

(Bila nilai tersebut masth diperdebatkan dan diterirna apa

adanya, maka ia disebut sebagai asurnsi, namun bila rnasih

bersifat terbuka dan dapat diperdebatkan maka istilah nilai lebih

sesuai).

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa dalarn

mernandang budaya, dapat ditinjau dan berbagai segi. Hal ini

diperjelas lagi oleh pandangan Hostede (1980) yang rneninjau

dan sisi yang lain, di mana dia menyatakan bahwa budaya di

tingkat nasional (national culture) dibagi ke dalam 4 dimensi,

yakni jarak kekuasaan (power distance), penghindaran

ketidakpastian (uncertainty avoidance), individu-kolektif

(individualism-collectivism), dan maskuIin-feminin (masculinity-

feminity).

Sedangkan budava perusahaan lingkupnya lebih kecil,

yang menurut Robbins dan Coulter (1999:282-295) dinyatakan:

“Sebagai suatu sistern makna bersama yang dianut oleh

angota organisasi, yang membedakan organisasi

tersebut dengan organisasi yang lain. Makna itu mewakili

suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota

organisasi tersebut. Sama halnya dengan budaya suatu

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

12

suku yang memiliki beberapa aturan dan larangan yang

menentukan bagairnana para anggota akan bertindak

terhadap yang lain dan terhadap orang luar, organisasi

juga memiliki budaya yang menentukan bagaimana

anggotanya harus berperilaku.”

Dari pendapat tersebut, Robbins dan Coulter lebih

menekankan bahwa budaya organisasi hampu mirip dengan

peraturan yang ada dalam suatu organisasi, di mana

anggotanya harus mentaati peraturan tersebut. Kaitan dengan

pewarisan pengetahuan terhadap generasi berikutnya

ditekankan oleh Deal dan Kennedy (1982:4) yang

mendefinisikan budaya organisasi sebagai:

―the integrated pattern of human behavior that includes

thought, speech, action, and artifacts and depend on

man‘s capacity for learning and transmitting knowledge

to succeeding generations.‖

(Perilaku terpadu yang dianut oleh setiap manusia yang

meliputi pemikiran, perkataan, perbuatan, dan aspek-aspek

budaya dan bergantung kepada kapasitas manusia dalam

mempelajari dan mewariskan pengetahuan kepada generasi

penerusnya).

Pernyataan di atas menyiratkan bahwa aspek budaya

organisasi sangat tergantung dan kapasitas manusia yang ada

untuk mewariskan pengetahuan kepada generasi berikutnya.

Lebih jauh Schein (1996:5-9) menyatakan budaya

organisasi sebagai:

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

13

―a pattern of shared basic assumption that the group

learned as it solves its problems of external integration,

that has worked well enough to be considered valid and,

therefore, to be thought to new members as the correct

way to perceive, think, and feel in relation to those

problems.‖

(Beberapa asumsi mendasar yang dianut kelompok

tertentu guna memecahkan permasalahannya mengenai

integrasi internal yang berjalan dengan cukup baik dan

dianggap valid, sehingga para anggota organisasi yang baru

memiliki cara yang paling tepat dalam mempersepsikan,

berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi oleh

organisasi).

Pendapat Schein di atas Iebih menekankan kepada

anggota baru yang ada dalam organisasi, dan kaitannya

dengan pemecahan masalah yang dialami oleh suatu

organisasi dengan adanua budaya organisasi. Hal senada

dikemukakan juga oleh Gibson et al. (1995:64-108) yang

menyatakan bahwa:

“Budaya organisasi mengandung bauran nilai,

kepercayaan, asumsi, persepsi, norma, kekhasan dan

pola perilaku anggota suatu organisasi.”

Budaya perusahaan mempengaruhi manusia bertindak

di dalam perusahaan seperti bagaimana mereka bekerja,

memandang pekerjaan mereka, bekerja bersama rekan kerja

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

14

dan memandang masa depan. Sementara itu, Susanto (1997:3)

mendefinisikan budaya organisasi sebagai nilal-nilal yang

menjadi pegangan sumberdaya manusia dalam menjalankan

kewajibannya dan juga perilakukanya di dalam organisasi.

Steers (1987:56) mengkaitkan budaya organisasi

dengan ciri atau sifat yang dirasakan dalam lingkungan kerja

dan timbul karena adanya kegiatan organisasi dengan

menyatakan:

―Organization culture will reflect characteristics or

character which can be felt in working environment and

raise by organization activity, that being done either by

awareness or not, and considered to influence

behavior, so that culture in the organization can be

pointed as the organization personality.‖

(Budaya organisasi akan mencerminkan sifat atau ciri

yang dirasakan terdapat dalam lingkungan kerja dan timbul

karena kegiatan organisasi, yang dilakukan secara sadar atau

tidak, dan dianggap mempengaruhi perilaku, sehingga budaya

yang ada pada perusahaan dapat dipandang sebagai

kepribadian organisasi).

Pernyataan di atas memberi pengertian yang jelas

bahwa budaya organisasi tak beda dengan kepribadian

organisasi, yang secara sadar atau tidak dapat mempengaruhi

perilaku orang yang ada di dalamnya. Hingga mendekati tahun

1980-an beberapa orang konsuitan dan peneliti manajemen

menemukan bahwa budaya organisasi juga merupakan

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

15

instrumen lain untuk mengawasi aspek non-rasional perilaku

karyawan (Peters dan Waterman, 1982:98).

Sedangkan Rusaw (2000:249-250) menyatakan bahwa

budaya organisasi sebagai:

―a systematic set of norms, beliefs, and attitudes that

people accept unquestionably as guides for eve,yday

thinking and behavior.‖

(Satu set yang sistematik tentang norma, kepercayaan

dan sikap yang diterima dan tak perlu dipertanayakan sebagai

petunjuk berpikir dan berperilaku setiap harinya).

Jauh sebelumnya Ouchi (1980) menyatakan budaya

perusahaan adalah alat penting untuk menciptakan hubungan

kerja yang harmonis di antara anggota organisasi dalam bentuk

perasaan pada nilai dan keyakinan umum yang sama sehingga

dapat menghilangkan kemungkinan peraku oporturistik.

Selanjutnya Ouchi (1980) menyatakan lagi:

―Corporate culture is important, because, when the

transaction cost is complex and ambiguous for

organizations, a set of common values and beliefs is

needed as a regulatory mechanism.‖

(Budaya organisasi adalah penting, karena biamana

biaya transaksi adalah rumit dan mendua untuk organisasi,

maka sekumpulan nilai dan kepercayaan yang dianut secara

bersama dibutuhkan sebagai suatu mekanisme yang

mengatur).

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

16

Pernyataan itu didukung lagi oleh pendapat Peters and

Waterman (1982:106) yang menyatakan:

―Culture and shared values are important in unifying the

social dimension of an organization.‖

(Budaya dan nilai-nilai bersama adalah penting dalam

menyatukan dimensi sosial suatu organisasi).

Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

budaya organisasi sebagai suatu mekanisme yang mengatur

dan juga merupkan dimensi sosial suatu organisasi.

Sedangkan Martin dan Frost (1999) mengibaratkan

antusiasisme di antara anggota organisasi tersebut akan

mempengaruhi perilaku kerja Iayaknya seperti efek domino,

yaitu akan berakibat pada komitmen yang Iebih tinggi,

produktivitas yang Iebih besar dan pada akhirnya keuntungan

yang lebih banyak. Sedangkan Deal dan Kennedy (1982)

menyebutkan ada 5 elemen yang mampu membuat suatu

budaya dalam suatu organisasi menjadi demikian kuat, yaitu

lingkungan bisnis, nilai-nilai, kepahlawanan, ritus dan ritual,

serta jaringan budaya. Dikatakannya, budaya yang kuat akan

mampu menjadi penuntun tingkah laku karyawan melalui 2

cara, yakni: a. budaya yang kuat merupakan suatu sistem dan

aturan informal yang menjelaskan atau menunjukkan

bagaimana seseorang harus berperilaku dalam kesehariannya

di organisasi; dan b. budaya yang kuat memungkinkan para

karyawan menjadi sangat memahami apa yang mereka

kerjakan, dan mereka akan memerlukannya dengan lebih giat

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

17

atau lebih keras. Hal itu dipertegas lagi oleh Nimran (1999:140)

yang menyatakan:

„Budaya perusahaan dapat berperan dalam menciptakan

jati diri, mengembangkan keikatan pribadi dengan

perusahaan, dan menyajikan pedoman perilaku kerja

karyawan”.

Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan

bahwa budaya organisasi merupakan nilai-nilai, keyakinan-

keyakinan, kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku bersama dan

seluruh anggota suatu organisasi yang mempengaruhi perilaku

kerja para anggotanya dalam aktivitas keseharian di

organisasinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut pendapat Hofstede (1994:181) dinyatakan:

―Between national culture and organization culture there

is an identical phenomenon. The difference of those

reflected in the culture manifestation into some values

and practice of an organization. The difference of

organizational culture furthermore can be analized at the

level of organization unit or sub-unit‖

(Antara budaya nasional dengan budaya organisasional

merupakan fenomena yang identik. Perbedaan keduanya

tercermin dalam manifestasi budaya ke dalam beberapa nilai

dan praktek suatu organisasi).

Hal itu berarti adaya kesamaan antara lingkungan makro

dan mikro suatu organisasi, yang membedakannnya hanyalah

seberapa jauh dimensi budaya nasional diimplementasikan

Page 18: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

18

dalam lingkup mikro organisasi. Pendapat Hofstede tersebut

dijelaskan lagi oleh Gordon (1991:46) yang menyatakan

perbedaan budaya organisasiona selanjutnya dapat dianalisis

pada tingkat unit organisasi atau sub-unit organisasi.

Sedangkan Hood dan Koberg (1991) menyatakan tipe budaya

suatu perusahaan dapat juga bervariasi antara divisi,

departemen atau bagtan yang satu dengan yang lain.

Dari beberapa pendapat tersebut tampaknya budaya

organisasi dapat ditinjau dan berbagai segi dan tingkatan,

tergantung dari mana akan dianalisis.

Dalam literatur perilaku organisasi definisi mengenai

budaya organisasi telah diajukan oleh Deshpande dan Webster

(1989) sebagai pola nilai dan keyakinan bersama yang

membantu orang memahami fungsi organisasi dan memben

mereka norma-norma bagi perilaku dalam organisasi. Kilmann

et al. (1985) mendefinisikan budaya organisasi sebagai „filosofi,

ideologi, nilai, asumsi, keyakinan, harapan, sikap dan norma

bersama yang menyatukan sebuah organisasi. Budaya

organisasional mempengaruhi cara pikir orang secara sadar

dan tidak sadar, membuat keputusan dan cara yang mereka

gunakan dalam menerima, merasakan dan bertindak (Schein,

1990). Budaya organisasi merupakan salah satu faktor

kontekstual yang berpotensi untuk mempengaruhi proses-

proses kelompok (Williams dan O‟Reilly 1998). Oleh karena

budaya organisasi merupakan sebuah sistem kendali sosial

yang membentuk perilaku individu (O‟Reilly dan Chatman

Page 19: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

19

1996), maka budaya organisasional tentunya akan membawa

dampak yang signifikan terhadap fungsi dan berbagal kelompok

yang berbeda-beda (Chuang et al., 2004).

Peran penting dan budaya korporat atau budaya

organisasi pada industn, sekarang semakin besar, belum ada

konsensus tentang apa yang dimaksud dengan istilah budaya

organisasi itu sendiri. Namun sudah ada beberapa kesamaan

yang tumpang tindih (overlap) mengenai elemen-elemen utama

dan dimensi-dimensi apa yang ada di dalam budaya

organisasional itu, termasuk di antaranya kesamaan makna,

norma, nilai dan keyakinan (Denison, 1996).

Budaya setidaknya memiliki empat peranan penting di

dalam organisasi yaitu, sebagai bentuk identitas kolektif,

norma-norma, kerja sama dan sebagai struktur dan pengendali

(Tepeci, 2001).

Dari keempat indikasi peran tersebut dapat artikan

bahwa, pertama, budaya adalah sebuah identitas kolektif yang

membantu anggota-anggota organisasi untuk menjadikan

kebijakan dan misi organisasi sebagai kebijakan dan misi

mereka sendiri, dan membantu mereka untuk merasa menjadi

bagian dan organisasi itu (Hofstede, 1998; Peters dan

Waterman 1982). Kedua, budaya organisasional merupakan

norma-norma yang menentukan perilaku mana yang dapat

ditenma dan mana yang tidak dapat ditenma sehingga

membuat jelas bagi para pegawai tentang apa yang harus

mereka katakan atau lakukan di dalam situasi tertentu (Schein

Page 20: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

20

1990). Ketiga, norma-norma ini membantu pegawai untuk

bekerja secara bersama-sama di dalam memenuhi kebutuhan

konsumen dan untuk merespon tekanan dari luar (Schneider

dan Bowen, 1995). Keempat, budaya berperan sebagai struktur

dan pengendali sehingga struktur dan kendali itu tidak perlu

dicapai dengan gaya manajemen otoriter yang bisa mengurangi

motivasi dan kreatifitas (O‟Reilly dan Chatman 1996).

Menurut Applebaum et al. (2004), budaya sebuah

organisasi terdin dan aspek-aspek organisasi yang memberikan

suasana tertentu organisasi itu. Budaya dan sebuah organisasi

dapat diumpamakan kepribadian dan seseorang individu.

Budaya adalah konstelasi (kumpulan) keyakinan, nllai, gaya

bekerja dan hubungan yang membedakan organisasi yang satu

dan yang lain. Para pegawai membentuk persepsi subyektif

secara umum terhadap organisasi berdasarkan faktor-faktor

seperti tingkat toleransi resiko, penekanan tim dan dukungan

yang diberikan tertiadap orang. Persepsi umum ini kemudian

akan menjadi budaya atau kepribadian dan organisasi.

Persepsi ini bisa bemada positif atau negatif dan selanjutnya

akan mempengaruhi kinerja pegawai dan kepuasan pegawai

dimana dampak dan persepsi ini akan makin kuat sejalan

dengan makin kuatnya budaya yang beriaku di organisasi itu.

Menurut Rashid et al. (2004), penelitian-penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya mengenal budaya korporat

memfokuskan perhatiannya pada hubungan antara budaya

korporat dengan kinerja.

Page 21: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

21

Budaya organisasi merupakan struktur dalam dan

sebuah organisasi, dan budaya organisasi berakar pada nilai,

keyakinan dan asumsi yang dianut oleh anggota-anggota

organisasional. Sebuah sistem nilai organisasional (atau

budaya organisasional) dikatakan ada jika: 1. individu tahu

bahwa kelompok memberikan dukungan terhadap keyakinan /

nilai tertentu, 2. sebagian besar anggota yang aktif dalam

organisasi saling sepakat satu sama lain, dan 3. nilai-nilai inti

dari sebuah organisasi dipertahankan dengan kuat di

keseluruhan organisasi. Selama kriteria-kriteria ini dipenuhi,

maka budaya akan menjadi unit analisa yang relevan dan

penting (Chatman, 1991). Nilai-nilai yang dianut anggota

organisasi sangat menentukan fungsi organisasi sebab nilai-

nilai itu akan mempertahankan keutuhan organisasi sebagai

satu unit dan memberikan identitas yang khas kepada

organisasi. Kaum “personalogis” yang menekankan bahwa

perilaku seorang individu dipengaruhi karakteristik kepribadian

individu itu sendiri, seperti nilai, keyakinan dan ciri kepribadian

individu itu. Sesuai dengan temuan-temuan dan penelitian-

penelitian sebelumnya, dapat didefinisikan budaya

organisasional sebagai pola dan nilai-nilai yang dianut anggota

organisasi yang mendefinisikan perilaku dan sikap apa yang

pantas / tepat untuk dilakukan dan untuk menentukan apa yang

penting bagi anggota-anggota organisasi (Hofstede 1998;

O‟Reilly dan Chatman 1996). Nilai dan keyakinan adalah

Page 22: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

22

etemen-elemen utama di dalam konseptualisasi budaya

organisasional (O‟Reilly et al., 1991).

Nilai adalah aspek yang memiliki pengaruh yang

mendasar dan bertahan lama bagi orang maupun bagi

organisasi. Karena nilai adalah sesuatu yang sama-sama ada

di dalam budaya organisasional dan kepribadian individu, maka

nilai biasanya digunakan sebagai ukuran bagi individu di dalam

penelitian terhadap kecocokan antara pribadi dengan

organisasi (Chatman, 1991). Organisasi tidak meyakini nilai

tersendiri yang terlepas dan nilai-nilai yang diyakini oleh

anggota-anggotanya (Tepeci, 2001). Chuang et al. (2004)

menyatakan bahwa budaya organisasi dapat dikatakan sebagai

karakteristik dan sebuah organisasi bukan merupakan

karakteristik dan individu.

Kecocokan antara pribadi dengan organisasi (P-O) telah

didefinisikan dan dikonseptualisasikan dalam empat cara

(Knstof 1996), yaitu sebagai keselarasan nilai (value

congruence), keselarasan tujuan (goal congruence),

keselarasan antara kebutuhan dan pilihan pegawai dengan

penguat (reinforcer) yang tersedia dalam lingkungan kerja serta

sebagai keselarasan antara kepribadian dan individu dengan

budaya organisasional. Para peneliti selama ini lebih banyak

menggunakan keselarasan nilai sebagai operasionalisasi dad

kecocokan antara pribadi dengan organisasi sebab: 1. nilai

adalah karakteristik yang mendasar dan bertahan lama dad

individu maupun organisasi (Chatman 1991), dan 2. karena

Page 23: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

23

nilai dapat memprediksikan berbagai hasil-hasil individual

termasuk kepuasan dan niatan perilaku (Meglino et al., 1992).

Ketika organisasi mengedepankan sejumlah nilai

tertentu, seperti rasa hormat terhadap orang dan ganjaran yang

besar bagi kinerja yang tinggi, maka dari nilai-nilai itu akan

tercipta energi sosial atau motivasi yang akan mempengaruhi

sikap dan perilaku pegawai (Tepeci, 2001). Sebagai contoh,

Sommer, et al. (1996) mendapati bahwa pegawai yang

mempersepsi bahwa organisasi mereka memiliki keakraban

(warmth) yang besar, dukungan yang besar, pembagian

tanggung jawab dan ganjaran yang besar akan memiliki

komitmen organisasional yang lebih besar. Shendan (1992)

mendapati bahwa perusahaan-perusahaan yang menekankan

nilai-nilai hubungan interpersonal (antar pribadi) akan lebih

berhasil di dalam mempertahankan pegawai-pegawainya jika

dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tebih

menekankan nilai-nilai tugas.

Ada beberapa sumber yang telah menyajikan justifikasi /

pembenaran teoritis dan bukti empins bahwa kecocokan P-O

menghasilkan efek positif Schneider (1987) berpendapat bahwa

individu biasanya merasa tertank dan merasa akrab dengan

organisasi-organisasi yang memiliki karakteristik yang mirip

dengan karakteristik mereka. Chatman (1989) berpendapat

bahwa individu yang memiliki kecocokan dengan organisasi

dalam hal nilai akan besar kemungkinannya untuk merasa puas

dan untuk menjadi kompeten dan bertahan lama di dalam

Page 24: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

24

perusahaan. Meglino et al. (1989) berpendapat bahwa individu

yang menganut nilai dan keyakinan yang mirip dengan nilai-

nilai organisasi akan bennteraksi secara lebih efisien dengan

sistem nilai organisasi mereka, sehingga mengurangi

ketidakpastian dan konflik, dan ini pada gilirannya

meningkatkan kepuasan dan komitmen.

Fokus dari keselarasan nilai budaya organisasional

menurut Chuang dkk (2004) terletak pada tingkat kemiripan

nilai antar anggota-anggota organisasi. Keselarasan nilai tidak

terkait dengan kandungan / isi dari nilai budaya. Isi dari nilai-

nilai budaya organisasional dan komposisi demografis juga

dapat mempengaruhi kelompok yang tinggi tingkat

keanekaragamannya dengan berbagai cara. Berdasarkan

temuan-temuan dan penelitian teontis yang telah dilakukan

terhadap budaya organisasional, O‟Reilly et al. (1991)

mengembangkan Profit Budaya Organisasi (Organizational

Culture Profli selanjutnya disebut OCP) yang mengukur tujuh

dimensi budaya organisasional, yaitu: inovasi, stabilitas,

penghormatan terhadap orang, orientasi pada hasil, perhatian

terhadap rincian, orientasi pada tim dan agresifitas

(pembahasan terinci mengenai pengembangan dan taksonomi

ini bisa dibaca dalam O‟Reilly et al., (1991). OCP

mengasumsikan bahwa sebuah organisasi hanya dapat

dikarakterisasikan / digambarkan berdasarkan nilai-nilai

budayanya dengan menggunakan profit dan tujuh dimensi ini

saja (dan tidak bisa dengan cara lain) (Chatman dan Jehn,

Page 25: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

25

1994). Konsistensi dari respon-respon anggota organisasional

terhadap OCP adalah ukuran bagi keselarasan dan kekuatan

dan budaya organisasional dalam sebuah organisasi. Ke tujuh

dimensi itu adalah:

1. lnovasi: dimensi ini mencakup nilai-nilai dan inovasi,

keterbukaan terhadap peluang baru, mengambil resiko,

kesediaan bereksperimen, kurangnya kehati-hatian dan

kurangnya orientasi terhadap aturan.

2. Stabilitas: dimensi ini mencakup orientasi pada aturan,

menghargai rasa aman dan stabilitas.

3. Perhatian terhadap rincian: dimensi ini berisi nilai-nilai

khusus berupa bekerja secara presisi / tepat dan berpikir

analitis.

4. Hormat pada orang: dimensi ini mencakup nilai-nilai berupa

penekanan pada keadilan, hormat pada orang dan bersikap

toleran

5. Orientasi pada tim: dimensi ini mencakup nilai-nilai berupa

orientasi pada orang, kerjasama (kolaboratif) dan orientasi

pada tim.

6. Oner,tasi pada hasil: dimensi ini mencakup nilai-nilai seperti

berorientasi pada pencapaian, berorientasi pada tindakan

dan berorientasi pada hasil.

7. Agresifitas: dimensi ini mencakup nilai-nilai seperti ini

memiliki tingkat persaingan yang tinggi dan tingkat tanggung

jawab sosial yang rendah. (Robbins, dalam Applebaum et

al. 2004 ).

Page 26: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

26

Rousseau (1990) berpendapat bahwa ke tujuh dimensi

ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yang lebih luas:

1. Penyelesaian tugas kerja (inovasi, stabilitas dan perhatian

terhadap rincian)

2. Hubungan interpersonal (orientasi pada tim dan hormat

pada orang)

3. Perilaku individu (orientasi pada basil dan agresifitas)

Organizational Culture Profit (OCP) memiliki bidang

pembahasan yang paling luas dibandingkan dengan instrumen

yang lain, sehingga untuk penelitian OCP dirasakan sebagai

instrumen yang paling mampu menangkap elemenelemen

budaya dan industri dan dimensi-dimensinya telah dieksplorasi

di dalam penelitian-penelitian sebetumnya. OCP juga telah

terbukti memiliki validitas konstruk, yaltu terbukti memiliki

dimensi-dimensi faktor yang stabil di berbagai sampel,

termasuk di dalam sampel yang terdiri dan akuntan (Chatman

1991; O‟Reilly et al. 1991), pegawai industri jasa (Chatman dan

Jehn, 1994), pegawai pemerintah (O‟Reilly et al., 1991).

O‟Reilly et al. (1991) dalam penelitian terhadap

hasil dan

kecocokan P-O mendapati adanya korelasi positif antara

kecocokan P-O dengan kepuasan dan komitmen, serta adanya

hubungan negatif antara kecocokan P-C dengan niatan keluar

dan tingkat perpindahan (tumove,) aktual. Vandenberghe

(1999) mendapati bahwa pegawai-pegawai yang baru diterima

yang memiliki profil nilai yang mirip dengan organisasi tempat

Page 27: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

27

mereka bekerja memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk

bertahan di dalam organisasi selama masa-masa awal dan

masa kerja mereka. Ringkasan mengenai temuan empiris yang

dibuat Kristof (1996) memberikan dukungan tertiadap adanya

efek positif dan kecocokan P-O terhadap kepuasan pegawai,

komitmen organisasional, perilaku di luar peran formal (extra

role), kinerja. stress dan niatan perilaku pegawai serta

perpindahan pegawai. Tapi, sekalipun sudah ada beberapa

penelitian yang telah meneliti kecocokan P-O, hanya penelitian

dan Chatman (1991) saja yang telah meneliti apakah

kecocokan P-O dapat menjelaskan variansi pada hasil-hasil

indMdual secara Iebih besar daripada yang dapat dijelaskan

oteh karakteristik individu dan oleh karakteristik organisasional.

Chatman mendapati bahwa kecocokan P-O ternyata memiliki

kemampuan yang lebih besar untuk memprediksikan kepuasan,

komitmen, niatan pindah dan lama masa kerja daripada

karakteristik pribadi atau karakteristik situasional maupun

danpada gabungan antara karakteristik pribadi dengan

karakteristik situasional.

Menurut Tepeci (2001) Sekalipun kecocokan P-O pada

umumnya telah didapat menimbulkan dampak yang positif,

namun Schneider dan Bowen. (1995) mempenngatkan bahwa

kecocokan P-C yang tinggi berpotensi untuk menimbulkan

homogenitas/keseragaman dalam organisasi yang bisa

menimbulkan masalah tersendiri. Level kecocokan P-O yang

tinggi pada anggota-anggota organisasi bisa menghasitkan

Page 28: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

28

kepuasan yang lebih besar, komitmen yang lebih besar dan

konflik yang Iebih sedikit, namun kecocokan P-C yang terlalu

tinggi bisa menimbulkan konformitas (kepatuhan yang

berlebihan) dan menghambat inovasi.

Schneider (1987). berpendapat bahwa homogenitas bisa

membawa dampak yang positif pada masa-masa awal dan

sejarah sebuah organisasi karena homogenitas itu akan

meningkatkan koordinasi dan komunikasi, tapi jika homogenitas

itu bertahan terus, maka akan menimbulkan infleksibilitas

(kekakuan) dan penolakan terhaclap perubahan. Maka memilih

pelamar kerja yang memiliki kecocokan P-C tinggi belum tentu

akan membawa dampak yang baik bagi organisasi yang berada

dalam lingkungan yang mengalami perubahan cepat.

Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan secara

lebih akurat hasil-hasil organisasional jangka panjang dan

kecocokan P-C.

Beberapa pendapat menyatakan bahwa budaya

organisasional bisa mempengaruhi bagaimana orang

menetapkan tujuan personal dan profesional, melaksanakan

tugas dan menggunakan sumber daya dalam mencapainya

(Lok dan Crawford, 2004). Budaya organisasional

mempengaruhi cara pikir orang secara sadar dan tidak sadar,

membuat keputusan dan cara yang mereka gunakan dalam

menerima, merasakan dan bertindak (Schein, 1990). Budaya

organisasi bisa memberikan pengaruh besar kepada

Page 29: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

29

organisasi, khususnya pada area-area seperti kinerja dan

komitmen (Peters dan Waterman, 1982)

Budaya diyakini oleh banyak perusahaan sebagai

budaya yang akan berdampak besar terhadap kinerja

perusahaan (Schein, 1992). Masalah perbedaan budaya yang

mendalam dapat mempengaruhi bagaimana orang memandang

dunia dan mengoperasikan bisnisnya. Budaya mengerjakan

sesuatu dan perilaku orang pada suatu negara atau daerah

tertentu dikembangkan sepanjang waktu. Budaya, membantu

membentuk sense (rasa) dan membentuk identitas manusia

(Cascio, 1992:622).

Budaya organisasi produktif yang kuat diterapkan pada

suatu organisasi perusahaan akan dapat menciptakan

kreativitas sumber daya manusia yang ada dan

diimplementasikan dalam melakukan pekerjaan yang

ditugaskan, baik secara individu maupun secara kelompok.

Seperti yang terjadi pada perusahaan-perusahaan di Jepang,

dimana para karyawannya mempunyai budaya disiplin dan

malu apabila tidak berprestasi pada perusahaan.

Walaupun budaya adalah sesuatu yang sulit ditunjukkan

atau diukur, namun dapat dirasakan dan bagaimana orang

berbicara, menulis dan bertindak. Dalam perusahaan konsep

budaya, sekalipun lebih luas dari philosofi manajemen, ada

saling tindih dalam dua hal. Pertama, budaya perusahaan

termasuk dalam philosofi manajemen, yang terdiri dan asumsi,

keyakinan dan nilai-nilai. Kedua, filosofi manajemen didapati

Page 30: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

30

Iebih memberikan efek kepada budaya perusahaan itu sendiri,

utamanya disebabkan karena para pekerja sangat kuat

dipengaruhi oleh bagaimana manajemen berpikir (French,

1994:88).

Dalam studi empirik tentang praktek manajemen pada

suatu organisasi perusahaan tentu tidak akan meninggalkan

faktor sumber daya manusia yang berhubungan dengan

masalah budaya organisasi. Oleh karena itu, studi tentang

organisasi dan praktek manajemen dapat dipastikan akan

membahas tentang budaya.

Budaya perusahaan membentuk cara bagaimana

pekerja memandang dunia. Disebabkan apa yang dilihat

seseorang tergantung dimana ia berdiri, perubahan Iingkungan

yang bervariasi diyakini secara berbeda oleh pekerja yang

memiliki budaya nasional yang berbeda, budaya profesional,

departemen dan subkultur perusahaan yang lain (Fombrun,

1992:185).

Inti dari budaya perusahaan muncul dan cara bagaimana

perusahaan melakukan bisnisnya, perlakuan terhadap

pelanggan dan pekerja, otonomi atau kebebasan yang ada

dalam kantor, dan derajat kesetiaan yang diekspresikan oleh

para pekerjanya terhadap perusahaan. Tidak ada satupun

budaya yang terbaik bagi pengembangan sumber daya

manusia.

Perusahaan MacDonald berbeda dengan apa yang ada

dalam Wendys. Budaya dapat kuat dan lemah, dimana

Page 31: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

31

perusahaan dengan nilai yang dipegang kuat oleh mayoritas

pekerja dikatakan memiliki budaya yang kuat (Ivancevich,

1995:45). Di Jepang, Sony, Honda dan Toyota sering

diidentikkan dengan perusahaan yang berbudaya kuat,

sedangkan di Amerika Serikat adalah IBM, 3 M dan Merck.

Budaya dapat berpengaruh terhadap perilaku, produktivitas dan

harapan para pekerja. Ia menyediakan peroman (benchmark)

bagi kinerja standar bagi pekerja.

Santhe (1985:15) mengemukakan bahwa kekuatan

budaya mempengaruhi intensitas perilaku. Budaya dalam

organisasi yang ideal adalah budaya kuat. Ada tiga ciri khas

budaya kuat yaitu: a. thickness, b. extent of sharing, dan c.

clarity is characterized by organization‘s core value being

intensively held, clearly ordered, and widely shared‖. Budaya

kuat adalah budaya organisasi yang dipegang secara intensif

(semakin dasar dan kukuh). Pemimpin yang kuat cenderung

untuk mempercepat pengembangan dengan cara membujuk

(seducing) pegawal untuk berbagal visi masa depan dan pada

akhirnya memobilisasi effort karyawannya.

Untuk memberikan gambaran tentang budaya kerja

suatu organisasi perusahaan dapat digunakan pengukuran

indikator-indikator yang membentuk variabel budaya kerja. Ada

10 (sepuluh) karakteristik utama yang sering digunakan dalam

penelitian manajemen yang menunjukkan pentingnya budaya

organisasi dalam membentuk budaya kerja pada organisasi

Page 32: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

32

perusahaan, indikator-indikator yang digunakan sebagai

instrumen penelitian meliputi

1. Identitas anggota: suatu derajat (degree) dalam nama

anggota mengidentifikasi organisasi sebagai keseluruhan

daripada tipe pekerjaannya atau bidang tugas atau keahlian

profesional.

2. Penekanan pada kelompok (group emphasis): suatu

derajat (degree)

dimana kegiatan (work) disekitar kelompok daripada

disekitar individu.

3. Fokus terhadap orang (people focus): suatu derajat (degree)

dimana keputusan manajemen diambil berdasar

pertimbangan terhadap efek keluaran yang berakibat

kepada orang didalam organisasi.

4. Integrasi unit suatu derajat (degree) dimana unit-unit dalam

organisasi diberanikan (encouraged) untuk beroperasi

dalam koordinasi atau dalam sikap saling tergantung

(interdependent manner).

5. Kendali: suatu derajat (degree) dimana aturan (rules),

ketentuan (reguations), dan pengawasan langsung

digunakan untuk mengamati dan mengendalikan perilaku

karyawan.

6. Toleransi terhadap risiko suatu derajat (degree) dimana

karyawan diberanikan untuk lebih agresif, inovatif dan

berani mengambil risiko (risk seeking).

Page 33: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

33

7. Kriteria reward: suatu derajat (degree) dimana reward yakni

menaikkan gaji dan mempromosikan dialokasikan berdasar

kinerja karyawan, daripada berdasar senioritas, favorit, dan

faktor non-kinerja lainnya.

8. Toleransi terhadap konflik. Suatu derajat (degree) dimana

karyawan diberanikan mengutarakan konflik dan kritik

dengan terbuka.

9. Orientasi tujuan akhir (means-end): suatu derajat (degree)

dimana manajemen berfokus pada hasil akhir (result)

daripada terhadap teknik dan proses yang digunakan untuk

mencapai hasil tersebut.

10. Fokus terhadap sistem yang terbuka: suatu derajat (degree)

dimana organisasi memantau dan merespon perubahan

yang terjadi di lingkungan luar (external environment).

Setiap karakteristik ini terjadi berkelanjutan (continuum).

Menilai organisasi berdasarkan referensi pada 10 karakteristik

akan menghasilkan gambaran lengkap terhadap budaya

organisasi. Gambaran ini akan menjadi dasar memahami

pengertian unsur kebersamaan (shared) yang dimiliki anggota

terhadap organisasinya, bagaimana segala sesuatunya

dikerjakan dan cara mana anggota diharapkan berperilaku.

Menyadari tidak ada negara yang bisa memberikan

jawaban semaunya. Jam kerja yang fleksibel, inovasi yang

variatif tentang produktivitas dapat meningkatkan

pengembangan keluar negeri dan Amerika. Seorang manajer

yang efektif harus tidak hanya berpandangan global saja tetapi

Page 34: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

34

juga menganalisis pendekatan manajemen untuk bertransaksi

pada permasalahan yang dihadapi lebih komplek.

Demikian halnya dengan organisasi koperasi yang

memiliki ciri berbeda dengan organisasi perusahaan, akan

tetapi secara esensialnya adalah sama dalam mengelola

aktivitas usahanya dipenlukan manajemen bisnis yang

kompetitif dengan perusahaan lainnya. Perbedaan

substansinya hanya pada tujuan dan azas yang dipedomani,

akan tetapi yang berkaitan dengan manajemen sumber daya

manusianya adalah tidak jauh berbeda. Agar koperasi dapat

bersaing dengan perusahaan lainnya, maka manajemen

koperasi harus mengacu pada manajemen bisnis lainnya yang

lebih profesional (Ropke, 1989).

lstilah budaya mula-mula datang dan antropologi sosial

(Taylor, 1993:161), sedangkan menurut Hofstede (1994:4-5)

budaya didefinisikan sebagai:

―The whole thinking model, feeling and action of a sosial

community that differ to the other sosial community‖

Artinya keseluruhan pola pemikiran, perasaan dan

tindakan dan suatu kIompok sosial yang membedakan dengan

kelompok sosial yang lain.

Hal senada diungkapkan juga oleh Kilmann et al. (1985)

yang mendefinisikan budaya sebagai

―Culture as philosophy, idelogy, values, impression,

belief, hope, attitude and norm owned by a community.‖

Page 35: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

35

Artinya budaya sebagai falsafah, ideology, nilai-nhlai,

anggapan, keyakinan, harapan, sikap dan norma yang dimiliki

bersama oleh suatu masyarakat.

Tidak jauh berbeda disampaikan oleh AIMS Consultants

(2004) yang menyatakan:

―Culture as a set of value, guideline, trust, understanding,

norm, philosophy, ethnic, and point of view.‖

Artinya budaya sebagai satu set nilai, penuntun,

kepercayaan, pengertian, norma, falsafah, etika, dan cara

pandang.

Dalam kaitan semua itu, agar benar-benar memahami

suatu budaya dan untuk Iebih memastikan secara lengkap nilai-

nilai serta perilaku nyata dan suatu kelompok, perlulah diselidiki

asumsi yang mendasarinya, yang biasanya tidak didasari, tetapi

secara aktual menentukan bagaimana para anggota kelompok

berpersepsi, berpikir dan merasakan. Asumsi seperti itu dengan

sendirinya merupakan reaksi yang dipelajari, yang bermula

sebagai nilai-nilai yang didukung, namun ketika nilai

menyebabkan perilaku dan ketika perilaku tersebut mulai

memecahkan masalah, maka nilai tersebut d itransformasikan

menjad i asumsi dasar tentang bagaimana sesuatu itu

sesungguhnya terjadi. Dengan kata lain, perbedaan antara

asumsi dengan nilai terletak apakah nilai-nilai tersebut masih

diperdebatkan atau tidak.

Mengenai hal tersebut, Schein (1996:16-17)

menyatakan:

Page 36: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

36

―If the values is still being debated and accepted as what

it is, so that its called by assumption, however if its still

open characteristic and able to be debated so that the

term of vakue is more suitable.‖

Artinya bila nilal tersebut masih diperdebatkan dan

diterima apa adanya, maka ia disebut sebagai asumsi, namun

bila masih bersifat terbuka dan dapat diperdebatkan maka

istilah nilai lebih sesuai.

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa dalam

memandang budaya, dapat ditinjau dan berbagal segi. Hal ini

diperjelas lagi oleh pandangan Hopstede (1980) yang meninjau

dan sisi yang lain, dimana dia menyatakan bahwa budaya di

tingkat nasional (national culture) dibagi ke dalam 4 dimensi,

yakni jarak kekuasaan (power distance), penghindaran

ketidakpastian (uncen‘ainty avoidance), individu-kolektif

(individualism-collectivism), dan maskulin-feminin (masculinity-

feminity). Sedangkan budaya perusahaan lingkupnya lebih

kecil, yang menurut Robbins dan Coulter (1999:282-295)

dinyatakan:

“Sebagai suatu system makna bersama yang dianut oleh anggota organisasi, yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi yang lain. Makna itu mawakili suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota organisasi tersebut. Sama halnya dengan budaya suatu suku yang memiliki beberapa aturan dan larangan yang menetukan bagaimana para anggota akan bertindak terhadap yang lain dan terhadap orang luar, organisasi juga memiliki budaya yang menetukan bagaimana anggotanya harus berperilaku.”

Page 37: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

37

Dari pendapat tersebut, (Robbins dan Coulter, 1996)

lebih menekankan bahwa budaya organisasi hampir mirip

dengan peraturan yang ada dalam suatu organisasi, di mana

anggotanya harus mantaati peraturan tersebut. Kaitan dengan

pewarisan pengetahuan terhadap genersi berikutnya

ditekankan oleh Deal dan Kennedy (1982:4) yang

mendefinisikan budaya organisasi sebagai:

―the integrated pattern of human behavior that includes

thought, speech, action, and artifacts and depend on

man‘s capacity for learning and transmitting knowledge

to succeeding generations.‖

Artinya merupakan perilaku terpadu yang dianut oleh

setiap manusia yang meliputi pemikiran, perkataan, perbuatan,

dan aspek-aspek budaya dan bergantung kepada kapasitas

manusia dalam mempelajari dan mewariskan pengetahuan

kepada generasi penerusnya.

Pernyataan diatas menyiratkan bahwa aspek budaya

organisasi sangat tergantung dan kapasitas manusia yang ada

untuk mawariskan pengetahuan kepada generasi berikutnya.

Lebih jauh Schein (1996:5-9) menyatakan budaya

organisasi sebagai:

―A pattern of shared basic assumption that the group

learned as it solves its problems of external integration,

that has worked well enough to be considered valid and,

therefore, to be thought to new members as the correct

Page 38: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

38

way to Derceive. think, and feel in relation to those

problems.‖

Dalam hal ini beberapa asumsi mendasar yang dianut

kelompok tertentu guna memecahkan permasalahannya

mengenai integrasi internal yang berjalan dengan cukup baik

dan dianggap valid, sehingga para anggota organisasi yang

baru memiliki cara yang paling tepat dalam mempersepsikan,

berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi oleh organisasi.

Pendapat Schein (1997) di atas lebih menekankan

kepada anggota baru yang ada dalam organisasi, dan

kaitannya dengan pemecahan masalah yang dialami oleh suatu

organisasi dengan adanya budaya organisasi. Hal senada

dikemukakan juga oleh Gibson et al. (1996:64 -108) yang

menyatakan bahwa:

“Budaya organisasi mengandung bauran nilai,

kepercayaan, asumsi, persepsi, norma, kekhasan dan

pola perilaku anggota suatu organisasi.”

Budaya perusahaan mempengaruhi manusia bertindak

di dalam perusahaan seperti bagaimana mereka bekerja,

memandang pekerjaan mereka, bekerja bersama rekan kerja

dan memandang masa depan. Sementara itu, Susanto (1997:3)

mendefinisikan budaya organisasi sebagai nilai-nilai yang

menjadi pegangan sumberdaya manusia dalam menjalankan

kewajibannya dan juga perilakunya didalam organisasi.

Steers (1987:56) mengkaitkan budaya organisasi

dengan ciri atau sifat yang dirasakan dalam lingkungan kerja

Page 39: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

39

dan timbul karena adanya kegiatan organisasi dengan

menyatakan:

―Organization culture will reflect characteristics or

character which can be felt in working environment and

raise by organization icr, vitv. that beina done either by

awareness or not, and considered to influence behavior,

so that culture in the organization can be pointed as the

organization Personality.‖

Dalam hal ini budaya oranisasi akan mencerminkan sifat

atau ciri yang dirasakan terdapat dalam lingkungari kerja dan

timbul karena kegiatan organisasi, yang dilakukan secara sadar

atau tidak, dan dianggap mempengaruhi perilaku, sehingga

budaya yang ada pada perusahaan dapat dipandang sebagai

kepribadian organisasi.

Pernyataan diatas memberi pengertian yang jelas bahwa

budaya organisasi tak beda dengan kepribadian organisasi,

yang secara sadar atau tidak dapat mempengaruhi perilaku

orang yang ada di dalamnya. Hingga mendekati tahun 1980-an

beberapa orang konsultan dan peneliti manajemen menemukan

bahwa budaya organisasi juga merupakan instrumen lain untuk

mengawasi aspek non-rasional perilaku karyawan (Peters dan

Waterman, 1982:98).

Sedangkan Rusaw (2000:249-250) menyatakan bahwa

budaya organisasi sebagai:

Page 40: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

40

A systematic set of norms, beliefs, and attitudes that

people accept uriguestionably as guides for everyday

thinking and behavior.‖

Artinya budaya merupakan satu set tentang norma yang

sistematis, kepercayaan dan sikap yang diterima dan tak perlu

dipertanyakan sebagai

petunjuk berpikir dan berperilaku setiap harinya.

Jauh sebelumnya Ouchi (1980) menyatakan budaya

perusahaan adalah alat penting untuk menciptakan hubungan

kerja yang harmonis di antara anggota organisasi dalam bentuk

perasaan pada nilai dan keyakinan umum yang sarna sehingga

dapat menghilangkan kemungkinan perilaku oportunistik.

Selanjutnya Ouchi (1980) menyatakan lagi:

―Corporate culture is important, because, when the

transaction cost is complex and ambiguous for

organizations, a set of common values and beliefs is

needed as a regulatory mechanism.‖

Artinya budaya organisasi adalah penting, karena

bilamana biaya transaksi rumit dan mendua untuk organisasi,

maka sekumpulan nilai dan kepercayaan yang dianut secara

bersama dibutuhkan sebagai suatu mekanisme yang mengatur.

Pernyataan itu didukung lagi oleh pendapat Peters &

Waterman (1982:106) yang menyatakan:

―Culture and shared values are important in unifying the

sosial dimension of an organization.‖

Page 41: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

41

Artinya budaya dan nilai-nhlai bersama adalah penting

dalam menyatukan dimensi sosial suatu organisasi.

Beberapa pengertian diatas memberikan kesimpulan

bahwa budaya organisasi sebagai suatu mekanisme yang

mengatur dan juga merupakan dimensi sosial suatu organisasi.

Sedangkan Martin dan Frost (1999) mengibaratkan antusiasme

di antara anggota organisasi tersebut akan mempengaruhi

perilaku kerja Iayaknya seperti efek domino, yaitu akan

berakibat pada komitmen yang lebih tinggi, produktivitas yang

Iebih besar dari pada akhirnya keuntungan yang lebih banyak.

Sedangkan Deal dan Kennedy (1982) menyebutkan ada 5

elemen yang mampu membuat suatu budaya dalam suatu

organisasi menjadi demikian kuat, yaitu lingkungan, bisnis, nilai-

nilai, kepahiawanan, ritus dan ritual, serta jaringan budaya.

Dikatakannya, budaya yang kuat akan mampu menjadi

penuntun tingkah laku karyawan melalui 2 cara, yakni: a.

budaya yang kuat merupakan suatu sistem dan aturan informal

yang menjelaskan atau menunjukkan bagaimana seseorang

harus berperilaku dalam kesehaniannya di organisasi: dan b.

budaya yang kuat memungkinkan para karyawan menjadi

sangat memahami apa yang mereka kerjakan, dan mereka

akan melakukannya dengan Iebih giat atau lebih keras. Hal itu

dipertegas lagi oleh Nirnran (1999:140) yang menyatakan:

“Budaya perusahaan dapat berperan dalam dalam

menciptakan jati diri, mengembangkan keikatan pribadi

Page 42: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

42

dengan perusahaan, dan menyajikan pedoman perilaku

kerja karyawan.”

Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan

bahwa budaya organisasi merupakan nilai-nilai, keyakinan-

keyakinan, kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku bersama dan

seluruh anggota suatu organisasi yang mempengaruhi perilaku

kerja para anggotanya dalam aktivitas keseharian

diorganisasinya untuk mencapai ujuan yang telah ditetapkan.

Menurut pendapat Hofstede (1994:181) dinyatakan:

―Between national culture and oraanizauon cuiwre mere

is

identical phenomenon. The difference of those reflected

in the culture manifestation into some values and

practice of an organization. The difference of

organizational culture furthermore can be analized at the

level of organization unit or sub-unit.‖

Dalam hal ini antara budaya nasional dengan budaya

organisasional merupakan fenomena yang identik. Perbedaan

keduanya tercermin dalam manifestasi budaya ke dalam

beberapa nilai dan praktek suatu organisasi.

Berarti adanya kesamaan antara lingkungan makro dan

mikro suatu organisasi, yang membedakannya hanyalah

seberapa jauh dimensi budaya nasional diimplementasikan

dalam lingkup mikro organisasi. Pendapat Hofstede tersebut

dijelaskan lagi oleh Gordon G.G. (1991:46) yang menyatakan

perbedaan budaya organisasional selanjutnya dapat dianalisis

Page 43: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

43

pada tingkat unit organisasi atau sub-unit organisasi.

Sedangkan Hood dan Koberg (1991) menyatakan tipe budaya

suatu perusahaan dapat juga bervariasi antara divisi,

departemen atau bagian yang satu dengan yang lain. Dari

beberapa pendapat tersebut tarnpaknya budaya organisasi

dapat ditinjau dan berbagai segi dan tingkatan, tergantung dari

mana akan dianalisis.

Ada banyak konsep dan pendekatan yang digunakan

untuk menjelaskan pengertian mengenai budaya (Gordon GG,

1991; Hatch, 1993; Baligh, 1994). Menurut Hofsetde (1994)

budaya dapat dikiasifikasikan ke dalam berbagai tingkatan,

antara lain: nasional, daerah, gender, kelas sosial, organisasi

atau pewsahaan. Pada tingkat organisasi, budaya merupakan

sepenangkat asumsi-asumsi, keyakinan-keyakinan, nilai-nilai

dan persepsi yang memiliki para anggota kelompok dalam

suatu organisasi yang membentuk dan mempengaruhi sikap

dan perilaku kelompok yang bersangkutan (Schein, 1996;

Hofstede, 1980; Sackmann, 1992; Meschi dan Roger, 1995).

Robbins (2001:529) menyatakan ada tujuh karakteristik budaya

organisasi yang mempengaruhi, yaitu inovasi dan keberanian

mengambil resiko (inovation and risk taking), perhatian

terhadap detail (attention to detail), beronientasi pacla hasil

(outcome orientation), beronientasi kepada manusia (people

orientation), berorientasi kepada tim (team onentation), agresif

(aggressiveness), dan stabil (stability). Selanjutnya menurut Mc

Kinsey dan Company (dalam Peters dan Waterman, 1982), ada

Page 44: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

44

tujuh variabel yang berpengaruh terhadap kesuksesan suatu

organisasi yang terangkum dalam 7-S McKinsey, yaitu

perangkat keras organisasi (hadware of organization), gaya

(style), sistem (systemi), karyawan (staff), kemampuan /

ketrampilan (skill), dan budaya organisasi (shared value) yang

merupakan perangkat lunak organisasi (software of

organization). Sedangkan Jusi (2001) menyatakan budaya

organisasi yang kuat didukung oleh faktor leadership, sense of

direction, climate, positive teamwork, value add system,

enabling structure, appronate competences, and developed

individual.

Sementara itu, Hofstede et al. (1990:286-316) membagi

budaya organisasi ke dalam enam dimensi praktek, yaitu: 1.

Process-Oriented vs Results-Oriented; 2. Employee-Oriented

vs Job-Oriented; 3. Pamchial vs Pro fesional; 4. Open System

vs Closed System; 5. Loose Control vs Tight Control; dan 6.

Normative vs Pragmatic. Dan keenam dimensi praktek yang

dikemukakan oleh Hofstede et al. (1990) tersebut, banyak

penelitian yang dilakukan selama ini memakai konsep dimensi

praktek yar g kedua, yaitu budaya yang beronientasi pada

orang (employee oriented) dan budaya yang berorientasi pada

pekerjaan (job oriented) (Indriantoro, 2000). Dalam konsep ini,

perbedaan dimensi praktek budaya organisasi antara yang

berorientasi pada tugas dapat dilihat dan empat aspek: 1.

pembuat keputusan-keputusan penting organisasi; 2.

perbedaan ketertarikan organisasional antara kepada hasil

Page 45: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

45

pekerjaan dengan orang yang jelas mengerjakan; 3. ada atau

tidaknya petunjuk kerja yang jelas bagi karyawan baru; dan 4.

kepedulian organisasi terhadap masalah pribadi karyawan.

Lebih lanjut Kotter dan Heskett (1992) menyatakan bahwa

sepanjang studi yang dilakukan, paling tidak ada 3 macam

budaya perusahaan yang mampu meningkatkan kinerja, yaitu:

1. Budaya yang kuat. Dalam perusahaan yang memiliki

budaya perusahaan yang kuat, hampir semua manajer

menganut seperangkat nilai dan metode dalam menjalankan

bisnis yang relatif konsisten. Di sisi lain, pada budaya

perusahaan yang kuat, karyawan baru akan mengadopsi

nilai dengan sangat cepat. Dalam budaya perusahaan yang

seperti itu, seorang manajer bisa saja dikoreksi oleh

bawahannya, selain juga oleh pimpinannya jika melanggar

aturan;

2. Budaya perusahaan yang mampu meningkatkan kinerja

adalah budaya yang secara strategis cocok. Artinya, budaya

perusahaan haruslah tepat secara kontekstual. Adapun

konteks yang dimaksud adalah kondisi objektif dan industri

perusahaan tersebut, segmen industri yang dispesifikasi

oleh strategi perusahaan atau strategi bisnis itu sendiri.

Semakin besar kecocokan antara budaya perusahaan

dengan strategi yang direncanakan, semakin baik kinerja,

begitu juga sebaliknya;

3. Budaya pensahaan yang adaptlf. Hanya budaya yang

adaptif dapat membantu organisasi dalam mengantisipasi

Page 46: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

46

dan beradaptasi dengan per ubahan Iingkungan. Budaya

yang adaptif akan diasosiasikan dengan kinerja yang

superior sepanjang periode waktu yang panjang. Dalam

pandangan ini, dikatakan bahwa ciri budaya perusahaan

yang tidak adaptif adalah yang penuh birokrasi, anggotanya

sangat reaktif, menolak resiko dan sangat tidak kreatif,

informasi tidak mengalir cepat dan mudah di seluruh

organisasi. Atas dasar itu, jika ingin membentuk budaya

yang adaptif, harus memiliki karakteristik yang berbeda.

Adapun ciri budaya perusahaan yang adaptif adalah siap

menanggung resiko, percaya, proaktif terhadap kehidupan

perusahaan dan juga kehidupan individu karyawannya.

Dalam hidupnya, manusia dipengaruhi oleh budaya di

mana dia berada, seperti nilai-nilai, keyakinan, dan perilaku

masyarakat yang kemudian menghasilkan budaya masyarakat

(Luthans, 1992:562; Nimran, 1997:121-122).

Hal yang sama juga akan terjadi pada para karyawan

organisasi dengan segala nilai, keyakinan, persepsi dan

perilakunya dalam organisasi yang kemudian menjadi budaya

organisasi. Ketika orang-orang bergabung atau masuk dalam

suatu organisasi, maka pada mereka diperkenalkan nilai-nilai,

dan keyakinan-keyakinan. Namun demikian, seringkali nilai-nilai

dan keyakinan-keyakinan saja tidaklah cukup untuk membantu

sukses individu dalam organisasi. Orang-orang perlu belajar

Page 47: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

47

atau berlatih bagaimana melaksanakan suatu pekerjaan secara

khusus.

Brown (1973:157) mengatakan bahwa budaya

organisasi merupakan bagian dari keseluruhan faktor

lingkungan, internal dan eksternal, dalam mana kepemimpinan

yang ada harus berjuang untuk memperoleh respon atau reaksi

dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan.

Adanya respon atau reaksi berarti terdapat tanggapan

dan karyawan untuk turut serta menjaga dan memberikan

situasi yang kondusif terhadap pelaksanaan tugas-tugas

organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi,

sehingga hal ini adalah sangat penting untuk kelangsungan

hidup organisasi.

Page 48: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

48

BAB 2

PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI

Sebelum memahami pengertian budaya organisasi,

maka sebenarnya kata budaya sendiri telah menjadi konsep

penting dalam memahami masyarakat dan kelompok manusia

untuk waktu yang lama. Stoner, dkk (1995) memberikan arti

budaya sebagai gabungan kompleks asumsi, tingkah laku,

cerita, mitos, metafora, dan berbagai ide lain yang menjadi satu

untuk menentukan apa arti menjadi anggota masyarakat

tertentu.

Budaya di dalamnya juga termasuk semua cara yang

telah terorganisasi, kepercayaan, norma, nilai-nilai budaya

implisit, serta premis-premis yang mendasar dan mengandung

suatu perintah. Beberapa pemikir dan penulis telah mengadopsi

tiga sudut pandang berkaitan dengan budaya (Graves, 1986);

1. budaya merupakan produk konteks pasar di tempat

organisasi beroperasi, peraturan yang menekan, dan

sebagainya, 2. budaya merupakan produk struktur dan fungsi

yang ada dalam organisasi, misalnya organisasi yang

tersentralisasi berbeda dengan organisasi yang

terdesentratisasi, 3. budaya merupakan produk sikap

orangorang dalam pekerjaan mereka, hal ini berarti produk

perjanjian psikologis antara individu dengan organisasi.

Page 49: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

49

Pengertian budaya ini kemudian dikaitkan dalam suatu

organisasi, sehingga menjadi istilah budaya organisasi yang

menarik perhatian bagi para akademisi dan praktisi untuk

mempelajarinya lebih seksama karena diyakini bahwa budaya

organisasi ini memiliki peran penting dalam pengelolaan

organisasi. Setelah istilah ini makin populer, maka

memunculkan banyak definisi, di antaranya yang dikemukakan

oleh Schein (1992:12) merumuskan budaya organisasi sebagai:

―A pattern of shared basic assumptions that the group

learned as it solved its problem of external adaptation

and internal integration, that has worked well enough to

be considered valid and therefore, to be taught to new

members as the correct way to perceive, think, and feel

in relation to those problems‖.

Definisi Schein ini memandang budaya organisasi

sebagai suatu pola asumsiasums mendasar yang dipahami

bersama dalam sebuah organisasi terutama dalam

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Pola-pola

tersebut menjadi sesuatu yang pasti dan disosialisasikan

kepada anggota-anggota baru dalam organisasi.

Lebih jauh lagi, dalam meneliti budaya organisasi perlu

dianalisis beberapa tingkat atau level yang berbeda.

Schen (1992: 16-27) menggambarkan adanya tiga

tingkat budaya yaitu:

Page 50: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

50

1. Artifak (artifacts)

Merupakan tingkat budaya yang tampak di permukaan,

yang termasuk dalam artifak adalah semua fenomena yang

dapat dilihat, didengar dan dirasakan ketika seseorang

memasuki sebuah kelompok dengan budaya yang masih

asing baginya. Hal-hal ini yang juga termasuk dalam artifak

adalah produk yang tampak (visible products) dan

organisasi seperti rancangan lingkungan fisik, bahasa,

teknologi, produk, kreasi-kreasi artistik, gaya dalam

berbusana, pengungkapan emosi, mitos dan cerita tentang

organisasi, daftar nilai-nilai organisasi yang terpublikasikan,

ritual, perayaan-perayaan, dan lain-lain. Untuk tujuan

analisis, tingkat mi juga mengikutsertakan perilaku yang

tampak (visible behavior) dan kelompok dan prosesproses

organisasional dimana terdapat perilaku yang secara rutin

dilakukan.

2. Nilai-nilai yang diyakini (espoused values)

Dalam organisasi terdapat nilai-nilai tertentu yang umumnya

dicanangkan oieh tokoh-tokoh seperti pendiri dan

pemimpinnya, yang menjadi pegangan datam menekan

ketidakpastian pada bidang-bidang yang kritis. Nilai-nilai itu

menjadi sesuatu yang tidak lagi didiskusikan dan didukung

oleh perangkat keyakinan, norma, serta aturan-aturan

operasional mengenai perilaku dalam organisasi. Hal-hal

tersebut membentuk suatu kesadaran dan secara eksplisit

diucapkan serta dilakukan karena telah berfungsi sebagai

Page 51: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

51

norma atau moral yang memandu anggota organisasi dalam

menghadapi situasi tertentu dan melatih anggota baru.

3. Asumsi-asumsi dasar (basic assumptions)

Merupakan asumsi-asumsi dasar yang telah ada

sebelumnya (taken for granted) dan menjadi panduan

perilaku bagi anggota organisasi dalam memandang suatu

permasalahan. Jika asumsi dasar dipegang teguh, maka

anggota organisasi akan merumuskan perilaku berdasarkan

pada kesepakatankesepakatan yang berlaku. Asumsi-

asumsi dasar cenderung tidak untuk dipertentangkan atau

diperdebatkan dan cenderung sangat sulit diubah.

Heliriegel et al., dalam bukunya Organitation Behavior

(1989:302) mendefinisikan budaya organisasi sebagai

gahungan atau integras I dan falsafah, ideologi, nilai-nilai,

kepercayaan, asumsi, harapan-harapan, sikap dan norma-

norma atau organitation culture is detined as shared

philosophies, ideologi, beliefs, assumptions, expectations

attitudes and norms.

Definisi tersebut rnenggarnbarkan dimensi-dimensi

sebagai herikut:

1. Tergambar pada tata krama perilaku setiap anggota yang

saling berinteraksi, misalnya dalam melakukan upacara dan

pertemuan.

Page 52: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

52

2. Sebagai peraturan-peraturan yang dipatuhi sewaktu

kelompok anggota organisasi melaksanakan kerja dalam

organisasi.

3. Sebagai norma-norma yang dipatuhi oleh kelompok kerja

pada setiap han kerjanya.

4. Sebagai nilai-nilai yang dominan yang berlaku dalam

organisasi yang merupakan kualitas dan produk yang

dihasilkan atau sebagai harga dan kepemimpinan.

5. Sebagai falsafah yang mempedornani organisasi dalam

membuat kebijaksanaan bagi karyawan dan pelanggannya,

6. Sebagai iklim yang dirasakan dalam selalu organisasi yang

menjadi pedoman pada layout fisik dan cara-cara interaksi

dan anggota-anggota organisasi kepada langganan dari

fihak luar.

Sejalan dengan Jacques (lihat Duncan, 1989) dalam

Nimran (1999: 134) menyatakan budaya organisasi sebagai

cara berpikir dan melakukan sesuatu yang mentradisi, yang

dianut bersama oleh semua anggota organisasi dan para

anggota baru harus mempelajari atau paling sedikit menerima

sebagian agar mereka diterima sebagai bagian dari

organisasi/perusahaan.

Maciarello and Kirby (1994:13) mendefinisikan budaya

sebagai berikut: “budaya organisasi terdiri dari seperangkat

nilai-nilai persepsi umum, keputusankeputusan umum yang

diaplikasikan oleh anggota organisasi dalam aktivitas dan

memecah masalah dalam organisasi. Kekuatan budaya

Page 53: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

53

tergantung pada sejumlah kunci premis yang disepakati dan

dianut oleh anggota organisasi. Selain definisi di atas, ada

beherapa defrnisi lain, diantaranya dan Schein (1985:158) yang

dikutip Sobirin pada Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia

(1997).

Schein menyatakan ―Culture is a pattern of basic

assumption-invented, discovere or developed by a given group

as it learns to cope with its problem of adaptation and internal

integration that has worked will enough to be considered valid

and therefore to be taught to new members as correct way to

perceive an feel in relation to those problems.‖

Pengertian definisi Schein di atas, bahwa budaya

sebagai asumsi dasar yang berpola telah ditemukan, dipahami

dan dikembangkan oleh anggota organisasi. Bahwa asumsi

tersebut telah terbukti kebenarannya ketika digunakan untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh group, baik

masalah adaptasi external maupun masalah integrasi internal.

Maka asumsi-asumsi tersebut, dianjurkan kepada anggota-

anggota baru. Sebagai cara pandang, cara berprestasi dan

pola pikir yang benar untuk menghadapi masalah-masalah

yang sama di masa yang akan datang.

Gibson et al. (1992:42), mendefinisikan budaya

organisasi sebagai suatu sistem nilai-nilai, keyakinan dan

norma-norma yang unik, dimiliki secara bersama oleh anggota

suatu organisasi. Budaya organisasi dapat menjadi kekuatan

positif dan negatif dalam mencapai prestasi organisasi yang

Page 54: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

54

efeklif Kotter and Heskett (1977:5) menyatakan bahwa budaya

dalam organisasi merupakan nilai yang dianut bersama oleh

anggota organisasi, cenderung membentuk perilaku kelompok.

Nilai-nilai sebagai budaya organisasi cenderung tidak terlihat

maka sulit berubah. Norma perilaku kelompok yang dapat

dilihat, tergambar pada pola tingkah laku dan gaya anggota

organisasi relatif dapat berubah. Misalnya dengan memberikan

imbalan bagi mereka yang dapat menyesuaikan diri, sebaliknya

akan diberi sanksi bagi mereka yang tidak dapat menyesuaikan

diri dengan organisasi.

Dari seluruh definisi dapatlah disimpulkan bahwa budaya

organisasi adalah keseluruhan sistem nilai, norma-norma, pola

pikir dan perilaku serta keyakinan dan kebijaksanaan yang

ditampilkan secara konsisten yang akan mempengaruhi pola

kerja sama anggota organisasi serta manajemen organisasi.

Budaya organisasi bertujuan meningkatkan kinerja dan

kepuasan anggota / karyawan dalam organisasi. Selain itu

disimpulkan juga bahwa budaya organisasi pada

operasionalnya mencinikan sebagai berikut: 1 merupakan suatu

keadaan tekad untuk dimiliki dan dianut bersama oleh semua

anggota organisasi; 2. mengatur sikap dan perilaku serta

keyaknan para anggota organisasi; 3. cenderung dapat

dipelajari dan dapal disosialisasikan serta dapat diwariskan

pada anggota organisasi dan juga pada generasi berikutnya; 4.

membedakan budaya organisasi satu dengan lainnya; dan 5.

memperlihatkan etos kerja dari para anggota organisasi dan

Page 55: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

55

perusahaan dengan berperan mengarahkan anggota organisasi

dalam mengelola dan memecah masalah-masalah dalam

lingkungan kerjanya.

Untuk dapat memahami apa yang dimaksudkan dengan

budaya organisasi ada beberapa batasan atau pernyataan

yang dapat membantu penyamaan persepsi, atau setidaknya

pemahaman mengenai budaya organisasi.

Beberapa pengertian budaya organisasi telah

dikemukakan oleh para ahli, misalnya Schein (Luthans,

1995:497), yang merumuskan pengertian budaya organisasi

sebagai:

―A pattern of shared basic assumptions that the group

learned as it solved its problem of external adaptation

and internal integration, that has worked well enough

considered valid and, therefore, to be tough to new

members as the correct way to perceive, think and feel in

relation to those problems―

Schein memandang budaya organisasi sebagai suatu

pola asumsi dasar yang dimiliki bersama oleh suatu kelompok

ketika memecahkan masalah penyesuaian lingkungan

eksternal dan integrasi lingkungan internal, yang telah berhasil

dengan cukup baik, untuk diajarkan kepada anggota baru

sebagai cara yang tepat.

Tunggal (2001:17) menegaskan bahwa budaya adalah

bagaimana organisasi belajar berhubungan dengan lingkungan.

Berarti budaya merupakan bauran kompleks dari asumsi,

Page 56: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

56

tingkah laku, cerita, mitos dan ide yang lain yang digabung

menjadi satu untuk menentukan apa arti bekerja dalam suatu

organisasi tertentu.

Susanto (1997:3) juga memberikan pengertian terhadap

budaya organisasi, adalah:

“Nilai-nilai yang menjadi pedoman sumber daya manusia

untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha

penyesuaian integrasi kedalam perusahaan, sehingga

masing-masing anggota organisasi harus memahami

nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka harus

bertindak atau berperilaku“

Artinya budaya organisasi merupakan peraturan-

peraturan dan norma-norma yang mengatur perilaku kerja

karyawan dalam suatu organisasi. Berdasarkan beberapa

pengertian budaya organisasi, dapat diperoleh gambaran

bahwa pandangan-pandangan tentang budaya organisasi

sebagai aturan main yang ada didalam perusahaan yang akan

menjadi pegangan dari sumberdaya manusianya dalam

menjalankan kewajibannya dan nilai-nilai untuk berperilaku

didalam organisasi tersebut. Hal tersebut yang akan

membedakan satu organisasi dengan organisasi lainnya, maka

suatu organisasi memiliki kepribadian yang berbeda satu

dengan lainnya.

Gagasan atau konsep budaya organisasi berakar dan

antropologi budaya. Budaya organisasi merupakan kumpulan

keyakmnan-keyakinan, nilai-nilai, ritual-ritual, cerita-cerita,

Page 57: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

57

mitos, dan bahasa tertentu yang dianut bersama yang turut

mengembangkan perasaan komunitas di antara para anggota

oganisasi. Beberapa praktisi dan disiplin Antropologi telah

menghasilkan suatu kerangka literatur yang sangat penting

selama 1940 dan 1950-an di mana penelitian mereka

berhubungan langsung dengan kebiasaan dan tradisi kerja

organisasi. Hatch (1993) mengatakan bahwa walaupun studi

budaya organisasi mulai tampak pada sekitar tahun 1970-an,

tidak sampai tahun 1980-an para sarjana manajemen telah

banyak mengadopsi konsep budaya organisasi.

Sekalipun budaya organisasi sangat bergantung pada

taken-for granted atau fakto-faktor yang tidak dapat dilihat,

namun sangat berpengaruh terhadap perilaku. Beberapa ahli

menyebut budaya organisasi atau budaya organisasi dengan

‗social glue‘ (lem/perekat sosial) yang mengikat para anggota

suatu organisasi. Tanpa melakukan apresiasi terhadap aspek

budaya, maka suatu organisasi hanyalah sebagai sekumpulan

peta, tugas-tugas, dan orang-orang yang tidak/kurang

bermakna. Hal itu berarti bahwa budaya organisasi bukanlah

sebuah alat ideologi yang dijatuhkan dan atas oleh manajemen,

tetapi budaya organisasi adalah suatu fakta yang harus

dihadapi oleh organisasi sosial manusia yang dapat menyia-

nyiakan perencanaan organisasi yang terbaik apabila

keberadaan budaya organisasi tidak diperhitungkan. Oleh

karena itu, Denison et al. (1995) mengatakan bahwa budaya

organisasi dapat dipelajari sebagai ian yang integral dan proses

Page 58: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

58

adaptasi organisasi dan berguna sebagai prediktor kinerja dan

efektivitas.

Budaya organisasi dapat didefinisikan dalam beberapa

hal sesuai dan mana sudut pandang dilakukan. Namun

demikian dapat dikatakan bahwa budaya organisasi merupakan

seperangkat kepercayaan, nilai, filosofi, ideologi, asumsi,

harapan, pemikiran, sikap dan tindakan yang dipergunakan

untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah.

Pengertian tersebut senada dengan apa yang dikatakan oleh

Smircih (1983) bahwa budaya organisasi adalah a set of key

values, guiding beliefs, and understandings that are shared by

members of an organization; Kiliman et al. (1986) bahwa

budaya organisasi adalah ‗the shared philosophies, ideologies,

values, assumptions, beliefs, expectations, attitudes, and norms

that knit a community together‘; Schein (1992:8) bahwa budaya

organisasi merupakan ―patterns of shared values and beliefs

over time which produce behavioral norms that are adopted in

solving problems‖, dan Nimran (1997:121) bahwa budaya

organisasi adalah ‗the collection of beliefs, expectations and

values shared by the corporation‘s members and transmitted

from one generation of employees to another‘, yaitu budaya

merupakan sekumpulan dan keyakinan-keyakinan, harapan-

harapan, dan niIai-nilai yang dianut bersama-sama oleh para

anggota perusahaan dan disebarkan dan generasi yang satu ke

generasi selanjutnya. Hal ini dipertegas lagi oleh Deal dan

Kennedy (1984:4) bahwa budaya organisasi merupakan ‗the

Page 59: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

59

integrated pattern of human behavior tha includes thought,

speech, action, and artifacts and depends on man‘s capacity for

learning and transmitting knowledge to succeeding generations.

Dengan demikian budaya organisasi merupakan pola perilaku

manusia terpadu yang terdiri dari pemikiran, perkataan,

tindakan, dan artifak dan yang tergantung pada kapasitas

manusia untuk proses pembelajaran dan penyebaran

pengetahuan dalam rangka pergantian generasi. Pola perilaku

tersebut dipandang akan sangat

menguntungkan bagi organisasi, dan seharusnya

dipertimbangkan untuk diadakan suatu proses pembelajaran

pada para pendatang baru.

Hofstede (1986:25) juga memberikan pengertian bahwa:

―Culture has been defined in many ways. Culture consists in patterned ways of thinking, feeling and reacting, acquired and transmitted mainly by symbols, constituting the distinctive achievements of human groups, including their embodiments in artifacts; the essential core of culture consists of traditional (i. e. historically derived and selected) ideas and especially their attached values‖. Ini menunjukkan bahwa budaya secara umum dapat

didefinisikan dalam berbagai dimensi. Budaya organisasi terdiri

dari pola berpikir, perasaan dan yang pada prinsipnya diperoleh

dan disebarkan melalui simbol-simbol, pencapaian tujuan dan

kelompok-kelompok manusia, yang meliputi artifak-artifak; dan

inti pokok dan budaya terdiri dari ide-ide dan khususnya nilai-

nilai yang telah mengikat mereka.

Page 60: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

60

Dari pengertian tersebut, maka budaya organisasi tidak

hanya meliputi sesuatu yang berwujud seperti simbol-simbol,

artifak, akan tetapi juga meliputi sesuatu yang tidak berwujud

seperti ide atau nilai-niiai. Dengan demikian, maka budaya

organisasi merupakan salah satu variabel yang banyak

menerima perhatian dalam studi perilaku organisasi, oleh

karena budaya organisasi merupakan suatu konsep yang

dituntut harus mampu dan dapat menyesuaikan terhadap

tujuan, dan strategi organisasi. Hal ini sejalan dengan apa yang

dikatakan oleh Dennison (1995), dan Deal dan Kennedy

(1984:189), bahwa faktor budaya organisasi memainkan

peranan kunci dalam memperbaiki kinerja karyawan sekaligus

menentukan tingkat keberhasilan organisasi.

Oleh karena budaya organisasi merupakan seperangkat

nilai, pola pikir, dan tindakan, maka budaya organisasi tersebut

merupakan suatu sistem yang dinamis menyangkut keyakinan,

nilai-nilai, norma-norma bersama yang menjadi pengikat (lem)

bagi orang-orang dalam suatu organisasi. Keyakinan-

keyakinan, nilai-nilai, dan norma-norma tersebut akan

membimbing orang-orang mengenal „apa yang harus dilakukan‟

dan „bagaimana melakukannya‟. Budaya organisasi

berkembang daam organisasi karena orang-orang di dalamnya

berinteraksi dan bersama-sama mengelolanya. Dengan

demikian budaya organisasi dapat memberikan petunjuk dalam

berperilaku, dan memberikan pemahaman kepada para

anggota organisasi. Budaya organisasi mempengaruhi

Page 61: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

61

bagaimana cara orang-orang bertindak dalam organisasi di

mana orang-orang melakukan pekerjaan, memandang

pekerjaan, bekerja dengan kolega, dan melihat masa yang

akan datang. Ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh

Plunket dan Attner (1994:349) bahwa budaya organisasi

merupakan suatu sistem yang dinamis yang menyangkut

keyakinan, nilai-nilai, dan norma-norma bersama yang

mengikat orang-orang dan membantu mereka dalam

memahami sistem-sistem dalam suatu organisasi, juga Trice

dan Beyer (1991) yang mengatakan bahwa:

Organizational culture is the shared beliefs, values, and normas that bind people totether and help them make sense of the systems within an organization. The beliefs, values, and norms tell people ‗what is to be done‘, and ‗how it is to be done‘. Culture has two components. The first is substance, which consists of shared systems of belie fes, values, expectations, and norms; the second is form, which consists of the obseivable ways that members of a culture express ideas. Budaya organisasi merupakan seperangkat keyakinan,

nilai-nilai dan norma yang mengikat orang-orang secara

bersama-sama dan memberikan pemahaman atas sistem yang

ada dalam organisasi. Keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, dan

norma-norma memberikan pemahaman kepada orang

mengenai „apa yang harus dikerjakan, dan „bagaimana

mengerjakannya. Budaya organisasi mempunyai dua (2)

komponen. Pertama, merupakan hal yang substansi, yaitu yang

terdiri dan seperangkat sistem keyakinan, nilainhlal, harapan-

Page 62: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

62

harapan, dan norma-norma; yang kedua, merupakan bentuk

budaya, yaitu yang terdiri dan cara-cara yang dapat diamati,

ditampakkan oleh penganutnya. Selanjutnya, Robbins (2001:

247-248) yang mengatakan bahwa budaya organisasi mengacu

ke suatu sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota

organisasi yang membedakan organisasi yang satu dengan

organisasi yang lainnya. Apabila diamati dengan seksama,

maka sistem makna bersama ini merupakan seperangkat

karakteristik utama yang dihargai oleh organisasi yang

bersangkutan.

Schein (1992:11) mengatakan budaya organisasi

sebagai asumsi-asumsi dan keyakinan-keyakinan dasar yang

dirasakan bersama oleh para anggota dan sebuah kelompok

atau organisasi. Para pemimpin mempunyai potensi paling

besar menanamkan dan memperkuat aspek-aspek budaya

dengan lima mekanisme utama berikut:

1. Perhatian

2. Reaksi terhadap krisis

3. Pemodelan peran

4. Alokasi imbalan

5. Kriteria seleksi, dan pemberhentian

Sebagai mekanisme sekunder, maka akan sangat

berguna untuk menanamkan dan memperkuat budaya apabila

konsisten dengan mekanisme budaya yang utama. Mekanisme

tersebut adalah sebagai berikut:

Page 63: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

63

1. Desain struktur organisasi

2. Desain dan sistem dan prosedur

3. Desain fasilitas-fasilitas

4. Kisah-kisah, legenda, dan dongeng

5. Pernyataan-pernyataan formal.

Page 64: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

64

BAB 3

BUDAYA ORGANISASI DAN BUDAYA INDIVIDU

Gibson (1996:76) mengemukakan bahwa kultur

mengandung pola eksplisit maupun implisit dan untuk perilaku

yang dibutuhkan dan diwujudkan dalam simbol, menunjukkan

hasil kelompok manusia secara berbeda, termasuk benda-

benda hasil ciptaan manusia, inti utama dan kultur terdiri dari

ide tradisional (turun-temurun dan terseleksi) dan terutama

pada nilai yang menyertai. Kultur organisasi merupakan bauran

nilal kepercayaan, norma dan pola perilaku dalam suatu

organisasi.

Kultur organisasi merupakan bauran nilai, kepercayaan,

norma dan pola perilaku dalam suatu organisasi. Sama dengan

kepribadian seorang individu (Gibson, 1996:77). Dari definisi ini

bisa disimpulkan bahwa pengertian kultur atau budaya individu

dapat disamakan dengan budaya organisasi.

Hanson, Yance (1992:2) mengungkapkan bahwa kultur

dalam suatu organisasi membantu pekenja memberikan

tanggapan atas ketidakpastian yang tidak bisa dihindari dan

keruwetan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Kultur atau

budaya organisasi juga merupakan cara melihat atau berfikir

mengenai perilaku dan dan dalam organisasi, suatu perspektif

untuk memahami apa yang sesungguhnya sedang terjadi.

Dalam kaitan ini kultur organisasi ditujukan pada sekumpulan

Page 65: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

65

pokok pikiran yang mencoba menjelaskan dan mempekerjakan

bagaimana organisasi dan manusia bertindak dalam

Iingkungan yang berbeda. Kultur organisasi secara

sederhana dapat didefinisikan sebagai kepribadian atau

perasaan organisasi.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kultur

memiliki karakteristik seperti:

1. Mempelajari: Budaya diperlukan dan diwujudkan dalam

belajar, observasi dan pengalaman.

2. Saling berbagi: Individu dalam kelompok, keluarga dan

masyarakat saling berbagi budaya.

3. Transgenerasi: Merupakan kumulatif dan melampaui

generasi satu ke generasi lain.

4. Persepsi pengaruh: Membentuk perilaku dan struktur

bagaimana seseorang menilai dunia.

5. Adaptasi: Budaya didasarkan pada kapasitas seseorang

berubal‟ atau beradaptasi.

Dalam organisasi tradisional fungsi sumber daya

manusia mengidentifikasi, menyiapkan, mengarahkan dan

memberikan reward kepada manajemen organisasi sesuai

dengan deskripsi jabatan yang sesuai. Dalam pandangan non

klasik pengelolaan sumber daya manusia mengembangkan

berbagai kebijakan dan prosedur untuk memberikan kepastian

bahwa para karyawan dapat melaksanakan peran gandanya

sebagai akibat dan pelatihan serta kerja tim yang dilaksanakan

sesuai dengan kebutuhan serta mengarah pada proses

Page 66: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

66

perbaikan secara terus menerus. Pergeseran paradigma

tersebut dapat dirangkumkan dalam Tabel 2.1.

Dari Tabel 2.1 dapat diberikan satu penjelasan,

dimensi pertama dalam pergeseran paradigma manajemen

sumber daya manusia adalah berkaitan dengan budaya

organisasi. Dalam paradigma tradisional budaya organisasi

diarahkan (memfokuskan) pada individualis, produktivitas,

orientasi profit sedangkan pada paradigma TQM, kerja tim

menjadi fokus perhatian. Produktivitas tidak semata-mata

mengarah pada kuantitas melainkan pada kualitas dan

berorientasi pada kepuasan pelanggan.

Oleh karena orientasi tim, kepuasan pelanggan serta

kualitas menjadi tekanan, maka pembentukan budaya, proses

pembelajaran dalam rangka membentuk budaya menjadi

sangat relevan. Pembentukan budaya ini tidak begitu saja

terbentuk dalam organisasi, melainkan diawali dan survey dan

pengamatan terhadap kebiasaan yang dilakukan oleh karyawan

dalam sebuah organisasi. Dengan demikian akan diketahui

dasar dan pola awal bentuk kebiasaan dan bahkan dalam

jangka panjang budaya. Budaya organisasi mengacu pada

suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota yang

membedakan organisasi itu dengan organisasi lain (Robbin,

1996:80). Sistem makna bersama ini bila diamati dengan lebih

seksama merupakan seperangkat karakteristik utama yang

dihargai oleh organisasi itu.

Page 67: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

67

Tabel 3.1 TABEL PERBEDAAN DIMENSI SUMBER DAYA MANUSIA

ANTARA PARADIGMA TRADISIONAL DAN MODERN(TQM) Dimensi Konteks Perusahaan

Paradigma Tradisional Paradigma Total Quality (Modern)

o Budaya organisasi

o Individualisme. o Diferensiasi. o Otokratik. o Profit. o Produktifitas.

o Usaha Bersama. o Kerja fungsi silang. o Kepuasan Pelanggan. o Qualitas.

o Komunikasi o Top Down o Top Down Horizontal, Lateral, Multidireksional

o Voice and Invovement

o Employment at will suggestion system

o Due process Quality circles attitudes survey.

o Desain Job o Efisiensi. o Produktifitas. o Standarisasi o Prosedur o Rentang kendall dan

pengawasan pendek. o Spesifikasi diskripsi

jabatan.

o Qualitas. o Kustomisasi. o Inovasi. o Rentang kendali dan

pengwasan lebar. o Pemberdayaan tim

verja o Tujuan tim o Pelanggan. o Menekankan pada

kualitas dan layanan

o Evaluasi dan Pengukuran Kinerja.

o Tujuan individu. o Supervisi. o Menekankan pada

kinerja finansial.

o Tujuan Tim o Pelanggan o Menekankan pada

kualitas dan layanan

o Reward. o Peningkatan Kompetensi Individu secara Kekeluargaan.

o Tim dadasarkan pada flnasial dan non finansial.

o Seleksi dan pengembangan karir.

o Selektif. o Skill. o Promosi didasarkan

pada individual accomplishment.

o Jalur karier linear

o Selektif didasarkan padapeer

o Problem solving skill. o Promosi didasarkan

pada kelompok. o Jalur karier horizontal.

Page 68: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

68

o Training o Skill fungsional dan teknikal

o Problem solving, skill, fungsi silang.

o Helt and Safety o Trat Problem. o Prevent Problem, Safety program Weliness program. Employee assisten.

Sumber: Diadopsi dan Blackburn R dan Rosen B (1993) Total Quality and Human Resources Management: Lesson learned from Baidrige Award-Wining Companies Academy of Management Executive, dalam Perminas Pangeran 1999, Manajemen Usahawan Indonesia No. 11 Tahun XXVII, Nopember 1999.

Tujuh karakteristik primer yang bersama-sama

menangkap hakekat dan budaya organisasi (0‟ Reilly, 1991).

1. Inovasi dan pengambilan resiko, yaitu menunjukkan tingkat

para karyawan didorong untuk inovatif dan mengambil

resiko.

2. Perhatian ke rincian, yaitu harapan manajemen terhadap

para karyawan mempenlihatkan kecermatan, analisis dan

perhatian kepada rincian.

3. Orientasi hasil yaitu, upaya manajemen memfokuskan pada

hasil, bukannya pada teknik dan proses yang digunakan

untuk mencapai hasil itu.

4. Orientasi orang yaitu keputusan manajemen

memperhitungkan efek hasil pada orang di dalam

organisasi.

5. Orientasi tim yaitu, kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim,

bukannya individu.

Page 69: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

69

6. Keagresifan yaitu meningkatkan orang untuk agresif dan

kompetitif bukannya untuk santai.

7. Kemantapan yaitu, kegiatan organisasi menekankan

dipertahankannya status quo sebagai kontras dan

pertumbuhan.

Tiap karakteristik ini berlangsung pada suatu kontinum

dan rendah ke tinggi. Maka dengan menilai organisasi itu

berdasarkan tujuh karakteristik ini akan diperoleh gambaran

majemuk dan budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi

dasar untuk perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para

anggota mengenai organisasi itu, bagaimana urusan

diselesaikan didalamnya dan cara para anggota diharapkan

berperilaku.

Pengakuan bahwa budaya organisasi mempunyai sifat-

sifat bersama tidaklah berarti bahwa tidak dapat ada anak

budaya atau subkultur didalam setiap budaya yang ada.

Kebanyakan organisasi besar mempunyai suatu bUdaya yang

dominan dan sejumlah anak budaya (Robbin 1996:292). Suatu

budaya dominan mengungkapkan nilai-nilai inti yang dianut

bersama oleh mayoritas anggota organisàsi itu. Bila kita bicara

mengenai budaya suatu organisasi kita menacu pada budaya

dominanriya. Anak budaya atau subkultur cenderung

berkembang dalam organisasi besar untuk mencerminkan

masalah, situasi atau pengalaman bersama yang dihadapi oleh

para anggotanya.

Page 70: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

70

Jika organisasi tidak mempunyai budaya dominan dan

tersusun hanya dari sangat banyak anak budaya, nilai budaya

organisasi sebagai suatu variabel independen akan sangat

berkurang karena tidak akan ada penatsiran yang seragam

atas apa yang menggambarkan perilaku yang tepat dan tidak

tepat. Merupakan aspek makna bersama dan budaya yang

membuatnya sebagai piranti yang ampuh untuk memandu dan

membentuk perilaku itu, tetapi kita tidak dapat mengabaikan

realitas bahwa banyak organisasi juga mempunyai anak

budaya yang dapat mempengaruhi perilaku anggotanya.

Budaya yang akan menjadi penuntun perilaku anggota

organisasi, dapat diwariskan dan generasi yang satu ke

generasi yang lain melalui bebagai cara. Menurut Robins

(1996). Adapun cara yang dat dilakukan agar budaya selalu

menjadi tradisi bagi anggota orga „iisasi tersebut adalah:

a. Melalui berbagai cerita

Budaya yang dibentuk lewat biasanya tentang sejarah

berdirinya perusahaan dan mulai terbentuk sampai menuju

kesuksesan, berbadai keputusan penting yang pernah

diambil, dan mengenai manajemen puncak sekarang ini.

b. Upacara atau Ritual

Acara ritual dapat digunakan juga sebagai penerus suatu

budaya. Aktivitas seperti pemberian penghargaan tiap tahun

bagi karyawan terbaik, piknik tiap akhir tahun, perayaan han

besar bersama. Tujuan dari acara seperti ini adalah

pengungkapan dan memperkuat nilai atau budaya

Page 71: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

71

perusahaan tersebut, serta tujuan apa yang penting, orang

mana yang penting, dan mana yang dapat ditingkatkan.

c. Berbagai Simbol Materi

Simbol materi seperti desain serta penataan fisik ruang dan

gedung, perabot kantor, kebiasaan eksekutif serta cara

berpakaian merupakan suatu pengungkapan kepada

pegawai siapa yang penting, tingkat dan derajat kesamaan

yang diinginkan manajemen puncak, dan perilaku tertentu

yang sesuai.

d. Bahasa

Banyak perusahaan dan unit dalam sebuah perusahaan

yang menggunakan bahasa sebagai suatu cara untuk

mengidentifikasi para anggota dari suatu budaya atau

subbudaya. Dengan mempelajari bahasa, para anggota

membuktikan bahwa mereka telah menerima budaza

tersebut dan dengan melakukan hal tersebut mereka

membantu mempertahankannya.

Budaya sebagai acuan berperilaku bagi anggota

organisasi dapat diwariskan secara turun temurun dan generasi

ke generasi melalui berbagai cara. Apabila budaya telah

terbentuk dan memberi manfaat besar bagi kelangsungan

hidup perusahaan, maka sewajarnya budaya tersebut

dipertahankan. Mempertahankan budaya yang sudah terbentuk

dan budaya tersebut adalah berkontribusi besar terhadap

pencapalan kinerja organisasi maka hal itu adalah sesuatu

yang tidak mudah. Agar budaya suatu perusahaan dapat

Page 72: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

72

bertahan lama, Robbins (1996) memberikan beberapa Iangkah

yang dapat ditempuh, yaitu:

a. Seleksi.

Tujuan dari seleksi adalah menyelaraskan antara berbagai

syarat pekerjaan dengan kualitas pencari kerja. Selain itu

proses seleksi memberi informasi kepada pencari kerja

mengenai organisasi tersebut, dan jika mereka merasakan

adanya konflik antara nhlai mereka dengari nilai yang ada

pada perusahaan, pencari kerja dapat dengan segera

mengambil keputusan untuk mengundurkan diri. Dengan

demikian, proses seleksi dapat digunakan sebagai salah

satu cara untuk mempertahankan budaya perusahaan

dengan menyaring individu yang mungkin akan menyerang

atau mengacaukan berbagai nilai inti dari organisasi.

b. Manajemen Puncak

Tindakan manajemen puncak juga mempunyai dampak

penting terhadap budaya perusahaan. Para pekerja akan

selalu memantau tindak tanduk manajer dalam

memperlakukan karyawan. Kapan manajer memberikan

peringatan, kapan manajer memuji, pada saat kapan

karyawan menerima sangsi atas kesalahannya akan selalu

meresap dalam ingatan karyawan. Sehingga kejadian

tersebut dalam kurun waktu tertentu akan menjadi nilai atau

norma dalam perusahaan.

Page 73: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

73

c. Sosialisasi

Seleksi pada awalnya memberikan pemahaman yang umum

terhadap beberapa hal yang terkait dengan perusahaan.

Namun tidak semua karyawan akan mengerti sepenuhnya

dengan apa yang ada dalam perusahaan tanpa melalui

sosialisasi, terutama terkait dengan seperangkat nilai dalam

perusahaan. Dengan adanya karyawan baru akan lebih

memahami dan meyelami apa yang harus diperbuat agar

tindak tanduk mereka tidak menyimpang dan berbagai nilai

yang ada.

Budaya perusahaan yang merupakan ciri khas yang

membedakan perusahaan tersebut dengan yang lainnya

merupakan pemahaman yang diberikan oleh Wheelen dan

Hunger (dalam Nimran, 1996). Terkait dengan ciri khas

tersebut, Gordon dan Cummincs serta Betts dan Halfhfill (dalam

Robbins, 1996) mengidentifikasi bahwa ada sepuluh

karakteristik utama yang menjadi pembeda budaya perusahaan

satu sama lainnya, yaitu:

a. Inisiatif Iridividu. Tingkat tanggung jawab, kebebasan dan

independensi yang dimiliki individu.

b. Toleransi terhadap tindkan beresiko. Sejauh mana para

pegawai dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif, dan

mengambil resiko.

c. Arah adalah sejauhmana perusahaan tersebut menciptakan

dengan jelas sasaran dan harapan mengenai prestasi.

Page 74: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

74

d. Integrasi. Tingkat sejauh mana sebagai unit dalam

perusahaan didorong untuk bekerja dengan cara

terkoordinasi.

e. Dukungan dan manajemen. Tingkat sejauh mana para

manajer memberi komunikasi yang jelas, bantuan, serta

dukungan terhadap bawahan mereka.

f. Kontrol. Jumlah aturan dan pengawasan yang langsung

digunakan untuk mengawasi dan mengendaikan perilaku

pegawai.

g. Identitas. Tingkat sejauhmana para anggota organisasi

mengidentifikasi dirinya secara keseluruhan dengan

perusahaannya ketimbang dengan kelompok kerja tertentu

atau dengan bidang keahlian professional.

h. Sistem imbalan. Tingkat sejauhmana alokasi imbalan (misal,

kenaikan gaji, promosi) didasarkan atas kriteria prestasi

pegawai sebagai kebalikan dan senioritas, sikap pilih kasih,

dan sebagainya.

i. Toleransi terhadap konflik. Tingkat sejauhmana para

pegawai didorong untuk mengerhukakan konflik dan kritik

secara terbuka.

j. PoIa kamunikasi. Tingkat sejauhmana komunikasi

organisasi dibatasi oleh hirarki keWenanan yang formal.

Page 75: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

75

BAB 4

KONSEP BUDAYA ORGANISASI

Budaya sebagai suatu output adalah potret atau

rekaman hasil proses budaya yang berlangsung di dalam suatu

organisasi atau perusahaan, pada suatu saat. Sithi-Amnuai

(1989) membenikan definisi budaya organisasi sebagai:

A set of basic assumptions and beliefs that are shared by

members of au organization, being developed as they

learn to cope with problems of external adaption and

internal integration.

Menurut definisi tersebut terdapat kata kunci (indikator),

yaitu basic, assumption, belief, shared dan learn. Kata basic

assumption menunjukkan dasar kualitas dan posisi anggapan

yang bersangkutan, sedangkan belief merupakan dasar

anggapan yang dipercayai, yang selanjutnya berbagi nilai yang

sama kepada kepada anggota di datam organisasi melalui

proses pembelajaran, baik dan pengalaman maupun peniruan

dan luar yang dianggap baik.

Matsumoto (1996) mengemukakan konsep, bahwa

budaya organisasi mempengaruhi tujuan, struktur, dan fungsi

organisasi serta sikap, nilai, dan tingkah laku karyawan,

sehingga mempengaruhi perbedaan perilaku kerja antara

karyawan yang berbeda budaya yang disebabkan oleh nilai-

nilai yang menjadi dimensi nilai kerja individu tidak sama.

Page 76: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

76

Dalam beberapa konsep dan hasil kajian empirik jarang

dijumpai istilah budaya kerja secara eksplisit. Namun istilah

budaya kerja sebenarnya adalah operasionalisasi dan budaya

organisasi yang mempunyai implikasi terhadap pembentukan

proses manajerial untuk mencapai tujuan organisasi.

Budaya organisasi yang membentuk perilaku manajerial

akan berhubungan dengan budaya kerja, budaya kerja sebagai

operasionalisasi budaya organisasi yang memegang peranan

penting dalam mencapai tujuan yang hendak diwujudkan

secara bersama-sama komponen dalam organisasi (Ndraha,

2003:111).

Konsep dan pendekatan yang digunakan untuk

menjelaskan dan memberikan pengertian mengenai budaya

(culture). Menurut Hofstede (1994), budaya merupakan

keseluruhan pola pemikiran, perasaan dan tindakan dari suatu

kelompok sosial yang membedakan dengan kelompok sosial

lain. Sebelumnya Hofstede, (1980:34) memberikan istilah the

collective mental programming atau sofware of mind untuk

membentuk keseluruhan pola tersebut. Mental program atau

culture suatu kelompok terbentuk oleh lingkungan sosial (antara

lain: negara, daerah, tempat kerja, sekolah, dan rumah tangga)

dan kejadian-kejadian yang dialami dalam kehidupan para

anggota kelompok yang bersangkutan.

Proses terbentuknya pola pikir, perasaan, dan tindakan

tersebut dapat dianalogikan dengan proses penyusunan

Page 77: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

77

program dalam komputer yang sistematik sehingga dapat

membentuk suatu sistem dalam pekerjaan.

Culture (budaya) mengacu kepada karakteristik cara

melakukan sesuatu dan perilaku bahwa orang di suatu daerah

mengembangkannya sepanjang waktu (Cascio, 1992:622).

Kadangkala budaya perusahaan didefinisikan pula sebagai

budaya organisasi (organization culture) yakni menggariskan

perilaku yang tepat, mengikat dan memotivasi individu serta

menegaskan solusinya saat terjadi keraguan (Turner, 1990:11).

Budaya mengatur cara bagaimana perusahaan memproses

informasi, hubungan internal dan nilai-nilai (values).

Setiap karakteristik ini terjadi secara berkelanjutan

(continoum). Menilai organisasi yang berdasarkan pada 10

karakteristik akan menghasilkan gambaran Iengkap terhadap

budaya organisasi. Gambaran ini akan menjadi dasar

memahami pengertian kebersamaan (shared) yang dimiliki

anggota terhadap organisasinya, bagaimana segala

sesuatunya dikerjakan dan cara dimana anggota diharapkan

berperilaku.

Lebih lanjut sepuluh klasifikasi utama yang dapat

menolong manajer menilai bermacam budaya dan menguji

pegawainya dengan cara yang lebih sistematis. Dalam praktek

sumber daya manusia yang dijabarkan dalam suatu kerja

sistematis terdiri dan 10 klasifikasi utama, menurut Cascio,

1992:644), yakni: 1. rasa tentang diri dan ruang (sense of self

and space), 2. pakaian dan penampilan (dress and

Page 78: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

78

appearance), 3. makanan dan kebiasaan makan (food and

eating habits), 4 komunikasi dan bahasa (communication and

language), 5. waktu dan sikap terhadap waktu (time and time

sense), 6. hubungan (relationship), 7. nilai dan norma (values

and norms), 8. keyakinan dan sikap (beliefs and attitudes), 9.

motivasi kerja dan prakteknya (work motivation and practices),

10. proses mental dan pembelajaran (mental proceses and

learning), antara

lain dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Jati diri dan lingkungan (sense of selfing space) merupakan

sutu cara yang unik untuk melaksanakan tugas. Identitas diri

bisa ditunjukkan dengan sikap yang sederhana atau

menonjol. Seperti kalau di Amerika meningkatkan

kemandiriian dan kreativitas, sedangkan di Jepang

menekankan pada hubungan kerjasama dan kenyamanan.

Amerika mempunyai / menciptakan lingkungan yang

ditandai terdapat jarak diantara orang disisi lain

menginginkan kedekatan.

2. Pakaian dan penampilan (dress and apperance) adalah

pakaian dan asesorisnya. Beberapa budaya mempunyai

pakaian adat, seperti Jepang dengan kimono, India dengan

turban (kain sari), sedangkan Polynesia dengan pakaian

sarung. Kosmetik menjadi semakin populer dan dapat

diterima sebagaimana penggunaan cologne dan aftershave

lotion oleh para pria.

Page 79: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

79

3. Makanan dan kebiasaan makan (food and eating habits)

adalah cara memilih makanan, menyiapkan, menyampaikan

dan kebiasaan makan berdasarkan budaya. Cara makan

dengan Iangsung menggunakan tangan yang biasanya

ditemui di Timur Tengah, bisa dianggap cara makan suku

nomaden masa lalu oleh orang Barat, padaha perilaku

tersebut adalah bagian dan tuntunan agama dan tradisi

budaya mereka.

4. Komunikasi verbal dan non verbal, artinya pada masyarakat

yang berbeda budayanya, seperti misalnya meja, untuk

orang Amerika artinya adalah menerima sesuatu dan

menyimpan, sedangkan untuk orang Inggris artinya

mendiskusikan sesuatu. Isyarat non verbal juga mempunyai

arti yang berbeda, di Amerika kalau seseorang tidak

menatap mata orang yang diajak bicara akan menimbulkan

kecurigaan disebut dengan “Si mata meleng”, sedangkan di

negara lain bisa dianggap melakukan penyerangan.

5. Waktu dan sikap terhadap waktu (time and time sense)

adalah suatu keadaan masyarakat tentang waktu, di

Amerika waktu adalah uang, sedangkan di negara lain

keterlambatan pada pertemuan adalah sesuatu yang

lumrah.

6. Hubungan (relationship) adalah terjadinya hubungan antara

manusia itu di latar belakangi oleh umur, jenis kelamin,

status hubungan keluarga, bisa berdasarkan kekayaan,

kearifan dan kekuasaan. Pada suatu budaya terdapat

Page 80: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

80

hubungan yang hangat tetapi pada budaya yang lain

ditunjukkan dengan menjaga jarak. Pada budaya tertentu

wanita harus berperilaku tertutup dan bersikap berbeda,

tetapi pada budaya lain wanita diberlakukan sama.

7. Nilai dan norma (values and norms) merupakan budaya

yang dibangun dan norma, atau disebut dengan kebiasaan

setempat. Manajer internasional menghindar dan bahaya /

resiko, contoh adalah: mempertimbangkan akibat dan nilai

dan norma pada cara bernegosiasi.

8. Keyakinan dan sikap (beliefs and attitudes) adalah dimensi

yang paling penting dalam kehidupan manusia. Pada

budaya barat umumnya dipengaruhi oleh yudeo-cristian dan

sebagian Timur budayanya Islam, Cina dan India adalah

Budha. Budaya itu nampak pada pekerjaan yang sedang

dikerjakan, pekerjaan itu menunjukkan cara bagaimana

melayani Tuhan dan manusia, dan ini ditunjukkan pada

komitmen moral dan kualitas kerja.

9. Motivasi kerja dan prakteknya (work motivation and

practices) adalah pengetahuan tentang motivasi pekerja

dalam budaya dikombinasikan dengan pengetahuan tentang

apa itu arti hidup adalah hal yang penting untuk manajer

internasional.

10. Proses mental dan pembelajaran (mental proceses and

learning) menurut ahli Antropologi menemukan perbedaan

yang besar tentang proses belajar pada budaya yang

berbeda. Ada budaya yang mendorong pemikiran yang

Page 81: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

81

abstrak dan konseptualisasi pada budaya lainnya

menekankan pada menghapalkan kenangan dan belajar.

Cina, Jepang, dan Korea menulis berdasarkan ideograms

atau gambar tulis. Di pihak lain Inggris berdasarkan pada

mempraktekkan menggunakan kata. Dunia barat berpikiran

linear dan logis seperti dan A, lalu ke B, C, dan ke D. Di

Arab dan Cina berlaku pemikiran non linear dan ini

berdampak pada proses negosiasi. Misalnya dan A bisa

terus ke C, kembali ke B dan ke D. Hal ini membuat frustasi

pada dunia barat karena tidak logis. Manajer yang tidak

mengantisipasi perbedaan ini dapat mengambil kesimpulan

keliru yang hasilnya menjadi tidak terduga.

Setiap karakteristik ini terjadi berkelanjutan (continuum).

Menilai organisasi berdasar pada sepuluh karakteristik akan

menghasilkan gambaran Iengkap terhadap budaya organisasi.

Gambaran ini akan menjadi dasar memahami pengertian

kebersamaan (shared) yang dimiliki anggota terhadap

organisasinya, bagaimana segala sesuatunya dikerjakan dan

cara dimana anggota diharapkan berperilaku.

Menurut konsep yang dikemukan oleh Robbins

(1993:43), bahwa keberhasilan sumber daya pada tingkat

organisasi terdapat empat variabel bebas, yaitu struktur dan

disain organisasi, budaya organisasi, kebijaksanaan

pengembangan sumber daya, dan tekanan pekerja (work

stress). Pengembangan konsep budaya organisasi tersebut

dalam kajian empirik telah dilakukan oleh beberapa peneliti

Page 82: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

82

yang menerapkan konsep sumber daya manusia pada

perusahaan-perusahaan di Indonesia.

Biantoro (2002) menemukan dan hasil penelitiannya,

bahwa praktek manajemen dan budaya berpengaruh signifikan

dan kuat terhadap kinerja karena dapat memotivasi karyawan.

Konsep budaya (culture) berasal dari disiplin ilmu

antropologi (Evan, 1990; Kotter and Haskeit, 1992), sudah

sejak seabad yang lalu digunakan para antropolog untuk

menjelaskan:

1. Keunikan sekelompok masyarakat tertentu dibanding

dengan sekelompok masyarakat lainnya.

2. Mengapa perilaku masyarakat bisa bentahan dari satu

generasi ke generasi berikutnya.

Seseorang mempelajari budaya dengan melihat dan

mengobservasi gambaran budaya yang ada pada masyarakat

seperti upacara-upacara, simbol-simbol, slogan, mitos-mitos,

cerita-cerita dan bahasa termasuk bangunan.

Nimran (1999:134) mengartikan culture atau budaya

yang bersumber dari Kiliman et al. (1986), ―culture is the shared

philosophies, ideologies, values, assumption, belief,

expectations, attitude and norms that knit a community together

“, atau merupakan seperangkat falsafah, ideologi, nilai-nilai,

anggapan, keyakinan, harapan, sikap dan norma yang dirniliki

bersama yang mengikat sualu masyarakat. Menurut llodge et

al. (1996:264), budaya yang ada untuk menolong manusia

dalam membantu menghadapi ketidakpastian dan kebingungan

Page 83: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

83

manusia. Budaya herkembang secara alamiah biIa manusia

bersama-sama membentuk kelompok. Sekelompok anggota

organisasi formal yang menghadapi ketidakpastian dan

kebingungan, keberadaannya sebagai sistem sosial. Makanya

tidak perlu heran jika organisasi banyak berkembang dengan

berbeda-beda budayanya, sebagai mekanisme untuk

mengelola lingkungan yang herheda.

Hoefstede (1973-1978) (dalam Budipararnita, 1991:16)

menjelaskan konsep budaya nasional dicirikan menjadi empat

dimensi yang dapat diukur dengan skala ordinal, tingkat

ukurannya tersebut dapat dibandingkan dengan budaya

nasional negara-negara asing lainnya, sebagai berikut:

a. Individual-berkelompok (indivisualisme/kolektifisme).

Kolektif merupakan sifat pola hubungan masyarakat yang

longgar dimana individu mengharap para keluarga dan

handai taulan atau kelompok bersedia dan mau

memperhatikan kepentingannya, sebagai balas jasa atas

kesetiaannya pada kelompok.

b. Jarak kekuasaan yang tinggi-rendah (power distance)

Sejauh mana anggota masyarakat menerima herbagai

ketimpangan kekuasaan (ketidakmerataan kekuasaan

dalam organisasi). Dalam masyarakat dengan jarak

kekuasaan yang besar orang dapat menerima tingkatan

kekuasaan terjadi dalam masyarakat contohnya pada

masyarakat yang telah maju dimana individualisme relatif

dominan. Dalam masyarakat dengan jarak kekuasaan yang

Page 84: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

84

kecil, orang menginginkan pernerataan kekuasaan dan

perbaikan keadaan dan berbagai ketimpangan kekuasaan,

dimensi ini akan mempengaruhi struktur organisasi yang

ada.

c. Penghindaran ketidakpastian tinggi dan rendah (Uncertainty

Avoidance).

Taraf kurang senangnya orang untuk rnenghadapi keadaan

kurang pasti. Perasaan ini menjurus pada tindakan untuk

rnernperoleh kepastian dan persamaan tindakan. Dalam

masyarakat dengan penghindaran ketidakpastian yang

tinggi berusaha menggunakar formalisasi dan strukturisasi

dalam organisasi dengan mempertahankan aturan-aturan

serta norma-norma yang ketat dalam manajemen.

Sebaliknya dalam masyarakat dengan ketidakpastian yang

rendah, beranggapan bahwa praktek lebih penting daripada

prinsip. Dimensi ini berhubungan dengan pandangan

mengenai waktu dan masa depan yang tidak diketahui,

maka mereka cenderung lebih bersikap pasrah.

d. Maskulin / Feminin

Maskulin adalah keinginan kuat masyarakat akan

keberhasilan, kepahlawanan, keyakinan dan keuntungan

materi.

Feminim menunjukkan keinginan masyarakat mempunyai

hubungan dan perilaku yang sederhana serta

rnernperlihatkan kelemah lembutan dan mementingkan

mutu kehidupan.

Page 85: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

85

Sejak akhir tahun 1970-an, kata budaya dikaitkan

dengan organisasi atau perusahaan. Pengkaitan kata budaya

dengan kata organisasi menghasilkan istilah baru sebagai

budaya organisasi atau budaya perusahaan (organization

culture) atau kultur perusahaan.

Tinjauan Terhadap Budaya Internasional (international

cultural consideration)

Suatu negara cenderung mengembangkan sekian

banyak karakteristik budaya (seperti nilai-nilai, norma, praktis,

dan keyakinan dan standar), yang terkumpul dan tercipta dan

berlangsung dalam waktu lama. Karakteristik telah berurat

berakar pada kebiasaan lingkungan manusia. Misalnya

perkembangan pemakaian bahasa dan pola pikir, baik secara

sadar ataupun tidak sadar, langsung membentuk kebiasaan

masyarakat yang akhirnya menjadi budaya. Dalam perusahaan

juga mempunyai dan menganut banyak budaya (multi cultural),

misal suatu perusahaan multinasional dengan mencampur

hanyak budaya dan herhagai negara / nasional dimana

perusahaan tersebut melakukan hubungan aktivitas

dagang/bisnis.

Page 86: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

86

Tabel 4.1. PERBEDAAN BUDAYA ORGANISASI ANTARA JEPANG

DAN AMERIKA Budaya Jepang Budaya Amerika

1. Menekankan pada = kolektifisme dan kelompok.

1. Menekankan pada individualisme

2. Menekankan pada kefarnilian / kekeluargaan dan hormat pada atasan sebagai pemegang authority

2. Menekankan pada individualisme dan tenaga muda yang bebas

3. Menekankan pada kerja sama kelompok dan menjaga hubungan yang harmonis

3. Menekankan saling kompetisi, konflik, berkonfrontasi dan saling ada perbedaan

4. Menekankan pada rasa hormat dan hasilnya untukjangka panjang

4. Menekankan perolehan hasil pada waktu seketika dan juga pendek

5. Menekankan perilaku rendah hati dan sederhana

5. Menekankan pada promosi individu dan mengejar materiaL

Sumber: Hodge et al. (996:273).

Pada saat sekarang banyak diskusi difokuskan pada

budaya-budaya nasional dan budaya organisasi yang saling

herbeda. Sebagai contoh lerutama perbedaan budaya antara

organisasi Jepang dan Amerika. Bertujuan untuk mengerti

sepenuhnya budaya nasional Jepang termasuk memahami

budaya perusahan nya yang ada di lingkungannya, yang

ternyata mempunyai beberapa keunikan pada manajemen

budaya Jepang. Beberapa karakteristik manajemen budaya

Jepang dibandingkan dengan budaya manajemen dan

organisasi Amerika, terlihat pada Tabel 4.1. di atas.

Page 87: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

87

Sesuai dengan gambaran budaya nasional di atas, maka

kecenderungan setiap organisasi bisnis, mengembangkan

budaya organisasinya sesuai dengan budaya nasionalnya dan

sesuai dengan lingkungan organisasi. Demikian juga setiap

individu atau konsumen terikat oleh budaya organisasinya.

Sebaliknya bagi perusahaan-perusahaan multinasional yang

beroperasi di beberapa negara asing, cenderung

rnengernbangkan beberapa budaya organisasi, sebagai hasil

campuran budaya nasional dengan budaya dan negara-negara

dimana perusahaan tersebut beroperasi dengan melakukan

kontak hisnis. Lebih-lebih setelah tahun 2003 Indonesia akan

memasuki era perdagangan bebas AFTA dan APEC (2010-

2020), di mana tidak ada batas-batas tegas yang memisahkan

antar negara di dunia ini dalam melakukan perdagangan dunia

secara bebas. Selain itu juga didukung dengan adanya inovasi-

inovasi dan kemajuan-kemajuan, khususnya dalam bidang

teknologi komunikasi dan informasi. Masuknya arus informasi

dan komunikasi memberi kesempatan-kesempatan masuknya

budaya negara asing yang cenderung mempengaruhi budaya

nasional dan berdampak pada budaya organisasinya.

Kebaikan-kehaikan era glohalisasi antara lain memberi

kesempatan atau peluang untuk mengembangkan

perdagangan nasional sehingga mampu rnenjangkau sampai

ke internasional. Sebaliknya arus perdagangan produk dan jasa

luar negeri akan membanjiri perdagangan domestik, hal ini

merupakan ancaman atau tantangan hagi perusahaan-

Page 88: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

88

perusahaan domestik nasional. Untuk mampu mengatasi

persaingan dengan perusahaan-perusahaan internasional

maka perusahaan-perusahaan perdagangan domestik harus

mempersiapkan diri dan mengembangkan unsur-unsur

internalnya melingkupi kelemahan-kelemahan yang harus

diatasi dan di sisi lain kekuatan-kekuatan yang harus tetap

dipertahankan dan dikembangkan olch organisasi termasuk

budaya organisasi, sehingga mampu melakukan adaptasi

perilaku manajerial perusahaan ke arah kondisi-kondisi global.

Hal ini bertujuan agar perusahaan domestik nasional mampu

memenangkan tingkat persaingan sehingga dapat bertahan

terus atau survival dalam rnenghadapi persaingan global.

Budaya Kuat dan Lernah

Hodge et al. (1996:273) menvatakan bahwa “budaa kuat,

apabila budaya dapat menyebar luas dan mendalam dan dapat

diterima segenap anggota organisasi. Sedangkan budaya

lemah (a thin culture), apabila budaya tersebut tidak

menyebarluaskan ke seluruh organisasi, dan tidak diterima

dengan menyenangkan oleh segenap anggota organisasi.

Sebagai akibatnya budaya tidak menjadi pusat kehidupan

organisasi. Kalau budaya kuat berperan sebagai pusat

kehidupan sel uruh organisasi (a core of organization life)‖.

Robbins (1988:208) menyatakan “a strong culture is

characterized by the organization ‗s core values being

intensively held, clearly ordered, and widely shared‖. Makna

Page 89: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

89

dan budaya organisasi yang kuat mempunyai karakteristik

sebagai pusat nilai dalam organisasi dan dapat konsisten

dengan strategi-strategi perusahaan, diterapkan secara intensif,

jelas arahnya dan secara hias diadopsi dan dianut, cenderung

meningkatkan konsisten untuk berperilaku, yang diterapkan

mulai dan pimpinan sampai karyawan. Budaya organisasi kuat

berperan sebagai substitusi bagi formalisasi organisasi. Dan

cenderung mengurangi kebutuhan manajemen untuk

mengemhangkan peraturan formal, mampu mengontrol pikiran,

jiwa, disamping jasmani, untuk membentuk perilaku pegawai.

Budaya organisasi sangat berpengaruh terhadap pendekatan

menejer untuk mensolusi masalabmasalah dan mampu

bercaksi dalam berkompelisi dan juga pada implementasi

strategi-strategi baru di perusahaan. Maka sernakin kuat

budaya organisasi akan membantu pencapaian keefektifan

organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dan kepuasaan

karyawan.

Sumber: Robbins, Perilaku Organisasi (1996:480)

Gambar 4.1

KARAKTERISTIK PEMBENTUKAN BUDAYA ORGANISASI BARU

Page 90: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

90

Robbins menyimpulkan suatu budaya dengan

serangkaian karakteristiknya dapat mengarahkan pembentukan

budaya kuat dalam organisasi, sehingga mampu berfungsi

rneningkatkan kinerja organisasi dan menciptakan kepuasan

karyawan, dan pada akhirnya mempengaruhi efektivitas

organisasi, sebagaimana terlihat pada Gambar di atas. Luthans

(1995:232) menyatakan bahwa upaya memperkuat dan

mempertahankan budaya adalah dengan melakukan sosialisasi

budaya atau proses meneruskan (mentransmisikan budaya)

dengan cara: 1. melalui seleksi bagi calon karyawan, 2.

memberikan penempatan, 3. melakukan orientasi (pendalaman)

bidang pckerjaan. 4. penilaian kinerja dan pemberian

penghargaan; 5. menanamkan kesetiaan pada nilai-nilai luhur;

6. membuat cerita, hikayat atau berita; dan 7. pengakuan atas

kineria dan promosi. Maka melalui sosialisasi, budaya dapat

ditanamkan dan dikembangkan, mampu memadukan antara

nilai budaya karvawan dengan nilai budaya organisasi sehingga

terjadi penerirnaan nilai inti untuk dianut oleh setiap anggota

organisasi. Menurut Hodge et al. (1996:288), ada tiga

karakteristik budaya kuat yaitu: 1. mengarahkan (direction), 2.

kuat (strength), dan 3. mempengaruhi (pervasiveness). Budaya

mengarahkan (direction) perilaku ke jalan pencapaian tujuan

organisasi. Budaya kuat (strong) mempunyai kekuatan

mengawasi terhadap perilaku anggota organisasi. Sedangkan

budaya mampu mempengaruhi (pervasiveness), mampu

meyakinkan semua anggota organisasi.

Page 91: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

91

BAB 5

KARAKTERISTIK BUDAYA ORGANISASI

Berbagai studi tentang teori budaya organisasi telah

banyak dilakukan dan masing-masing teori tersebut dikaitkan

dengan ukuran-ukuran yang mewakili budaya organisasi

tersebut, Xenikou dan Furuham (1996) dalam artikelnya yaitu,

―A Correlational and Factor Analytic Study of Four

Questionnaire Measures of Organizational Culture‖ mencoba

untuk mengukur norma-norma atau nilai-nilai dan budaya

organisasi melalui 4 model kuesioner yang dikembangkan, dan

mereka juga berusaha untuk membandingkan ukuran-ukurkan

yang berbeda tersebut melalui anaIsis korelasional dan faktor.

Ukuran-ukuran yang dikembangkan tersebut

mencerminkan pandangan serta definisi budaya organisasi

yang dicetuskan oleh peneliti yang bersangkutan. Jadi ketika

budaya organisasi ditinjau sebagai kumpulan nilai-nilai, maka

ukuran-ukuran atau indikator yang dikembangkan terfokus dan

nilai-nilai tersebut. Apabila definisi dan budaya tersebut lebih

dikaitkan dengan artefact nya, maka indikator-indikator budaya

organisasi diwarnai dengan keberadaan artefact tersebut.

Sementara itu dan hasil survey terhadap para eksekutif,

ternyata pandangan dan Deshpande et al., tentang budaya

organisasi atau perusahaan cukup konsisten dengan opini para

praktisi. Dalam artikelnya, Deshpande et al. (1993:25)

Page 92: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

92

memperkenalkan atribut budaya sebagai budaya-budaya yang

competitive, innovative, bureaucratic, dan community. Ternyata

ukuran-ukuran budaya yang dikembangkan ini cukup ringkas,

dapat diterapkan dan diterima para praktisi, dan respondent

friendly.

Ada banyak pendapat yang berusaha untuk mencirikan

budaya suatu organisasi. Robbins (1998:595-596)

mengemukakan tujuh karakteristik primer yang digunakan

secara bersama untuk memahami hakikat dan budaya suatu

organisasi, pada masa sekarang. Ketujuh karakteristik primer

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Inovasi dan pengambilan nisiko (innovation and risk taking)

Suatu keleluasaan bagi anggota organisasi sehingga

terdorong untuk melakukan tindakan-tindakan yang inovatif

dan berani mengambil resiko.

2. Perhatian pada rincian (attention to detail)

Harapan organisasi kepada anggotanya agar bertindak

secara cermat, analitis dan memperhatikan pada rincian.

3. Orientasi pada hasil (outcome orientation)

Sejauhmana pihak manajemen organisasi Iebih

memperhatikan hasil kerja anggota organisasi daripada

teknik atau proses yang dilakukan untuk mencapai hasil

tersebut.

4. Orientasi pada orang (people orientation)

Bagaimana organisasi memperlakukan anggota-anggotanya

secara manusiawi.

Page 93: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

93

5. Orientasi pada tim (team orientation)

Menunjukkan apakah proses-proses kerja dalam organisasi

dilaksanakan dalam kelompok-kelompok kerja, bukan pada

individu.

6. Agresivitas (aggresiveness)

Sejauh mana anggota organisasi berperilaku agresif dan

kompetitif dalam proses kerjanya.

7. Kemantapan (stability)

Kekuatan anggota organisasi memegang teguh 7

karakteristik tersebut menunjukkan stabil atau tidaknya

organisasi dalam menata dirinya menghadapi perubahan-

perubahan yang terjadi. Tampaknya ada kesepakatan yang

luas bahwa budaya organisasi mengacu ke suatu sistem makna

bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan

organisasi itu dan organisasi-organisasi yang lain. Maka

dengan menitai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik

ini, akan diperoleh gambaran majemuk dan budaya organisasi.

Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan pemahaman

bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu,

bagaimana urusan diselesaikan dan cara para anggota

diharapkan berperilaku.

Sedangkan Jakarta Consulting Group menggunakan

seputuh macam karakteristik budaya organisasi (Susanto,

1997:5-8), sebagai berikut:

Page 94: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

94

1. Inisiatif Individual

Seberapa jauh inisiatif seseorang dikehendaki dalarn

perusahaan. Meliputi derajat tanggung jawab, kebebasan,

dan independensi dan masing-masing anggota organisasi.

Seberapa besar seseorang diberi wewenang dalam

menjalankan tugasnya, seberapa berat tanggung jawab

yang harus dipikul sesuai dengan kewenangannya dan

seberapa luas kebebasan dalam mengambil keputusan.

2. Toleransi Terhadap Resiko

Seberapa jauh sumber daya manusia di dorong untuk lebih

agresif, inovatif, dan mau menghadapi resiko di dalam

pekerjaannya.

3. Pengarahan

Kejelasan organisasi dalam menentukan objektif dan

harapan terhadap sumber daya manusia terhadap hasil

kerjanya. Harapan dapat dituangkan dalam bentuk

kuantitas, kualitas, dan waktu.

4. Integrasi

Bagaimana unit-unit di dalam organisasi di dorong

melakukan kegiatannya dalam satu koordinasi yang baik.

Seberapa jauh keterkaitan dan kerja sama ditekankan

dalam pelaksanaan tugas. Seberapa dalam interdepedensi

antar sumber daya manusia ditanamkan.

Page 95: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

95

5. Dukungan Manajemen

Seberapa jauh para manajer memberikan kornunikasi yang

jelas, bantuan, dan dukungan terhadap bawahannya dalam

melaksanakan tugasnya.

6. Pengawasan

Meliputi peraturan-peraturan dan supervisi langsung yang

digunakan untuk melihat secara keseluruhan dan perilaku

karyawan.

7. Identitas

Pemahaman anggota organisasi yang loyal kepada

organisasi secara penuh. Seberapa jauh loyalitas terhadap

organisasi.

8. Sistem Penghargaan

Alokasi ―reward‘ (kenaikan gaji, promosi) yang berdasarkan

pada kriteria hasil kerja karyawan. Pada perusahaan yang

sistern penghrgaarinya jelas, semuanya telah

terstandardisasi berdasarkan kriteria-kriteria yang telah

ditentukan.

9. Toleransi terhadap Konflik

Usaha mendorong karyawan untuk kritis terhadap konflik

yang terjadi. Dalam budaya perusahaan yang toleransi

konfliknya tinggi, perdebatan dalam pertemuan adalah

sesuatu yang wajar. Tetapi dalam perusahaan yang

toleransi konfliknya rendah, SDM akan menghindari

perdebatan dan menggerutu di belakang.

Page 96: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

96

10. Pola Komunikasi

Komunikasi organisasi yang terbatas pada hierarki formal

dan setiap perusahaan.

Bahkan dari karakteristik yang telah dikemukakan di atas

memperkenalkan 2 macam budaya dalam suatu organisasi

atau perusahaan yaitu budaya entrepreneur dan budaya

administratif. Bagi perusahaan yang memiliki jenis budaya

entrepeneur di dalam setiap aktivitasnya selalu memfokuskan

pada peluang-peluang baru. Hal ini tercermin dalam jiwa

kewiraswastaan yang selalu menganggap bahwa dengan

menemukan dan memanfaatkan peluang-peluang baru tersebut

perusahaan akan selalu survive dan terdorong untuk selalu

berusaha mencapai sasaran yang berbeda-beda dan satu

periode ke periode berikutnya. Oleh karena itu, kegiatan

operasional yang terjadi di dalam perusahaan ini cukup dinamis

dan membutuhkan sumber daya manusia yang cukup cepat di

dalam mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi baik

dan sisi internal maupun eksternal.

Di samping itu, perusahaan akan berusaha memenuhi

sarana yang dibutuhkan untuk merealisasi kegiatan di dalam

meraih keberhasilan dan peluang baru tersebut. Selain itu juga

dibutuhkan struktur organisasi yang cukup dengan budaya

yang dianut, karena apabila hal-hal ini tidak disesuaikan

dengan budaya tersebut maka perusahaan tidak akan pernah

memperoleh peluang-peluang baru dan juga tidak akan pernah

berhasil mempertahankan peluang yang sudah ada.

Page 97: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

97

Sedangkan perusahaan yang memiliki budaya

administratif ini sangat bertolak belakang dan budaya

entrepreneur, hal ini terlihat bahwa pada budaya administratif

seluruh aktivitas yang dilakukan lebih memfokuskan pada

peluang-peluang yang sudah ada. Sebab budaya ini

memandang bahwa peluang yang diperoleh harus terus

dipertahankan karena usaha untuk mendapatkan pekerjaan

tersebut, perusahaan telah menginvestasikan dana yang cukup

besar. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan prosedur

pengendalian yang cukup ketat untuk mempertahankan

peluang yang sudah diperoleh ini. Dalam kegiatan pada budaya

administratif ini, tingkat dinamika yang terjadi tidak terlalu tinggi

seperti yang terjadi pada budaya entrepreneur. Maka,

perusahaan yang menganut budaya administratif ini

membutuhkan struktur organisasi yang dapat mendukung

kegiatan usaha perusahaan tersebut.

Berangkat dan tradisi dalam studi Antropologi, Schein

mengungkapkan budaya organisasi dan kepemimpinan para

eksplisit terlihat dan sebuah perspektif perubahan (Lakomski,

201), dan terdapat dua (2) perubahan mendasar dan model

Schein (Hatch, 1993). Pertama, simbol yang diperkenalkan

sebagai suatu unsur baru; kedua, unsur-unsur budaya (asumsi-

asumsi, nilai-nilai, artifak, dateimboI-simbol), bergerak dan

konsepsi yang statis ke konsepsi yang dinank (seperti dalam

Gambar 5.1).

Page 98: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

98

Sumber: The Dinamics of organizational culture, Mary Jo Hatch,

Academy of Management Review, 1993, Vol.18, No. 4, 657-693.

Gambar 5.1 MODEL DINAMIKA BUDAYA

Berdasarkan Gambar 5.1. di atas, unsur-unsur budaya

dapat pula digunakan sebagai peningkat budaya. Ini berarti

bahwa apabila unsur-unsur tersebut dijadikan peringkat, maka

peringkat budaya organisasi berawal dari nilai-nilai, kemudian

diwujudkan dalam bentuk artifak, disampaikan melalui simbol-

simbol, dan dinterpretasi dengan asumsi-asumsi yang

merupakan manifestasi dan nilai. Atau dengan kata lain,

seperangkat nilai yang dianut dimanifestasikan dalam bentuk

seperangkat asumsi yang disampaikan melalui simbol-simbol

dan dipertegas dengan artifak. Ini sejalan juga dengan apa

yang dikatakan oleh Trice dan Beyer (1991) bahwa dalam

rangka kekongkritan dan menjaga kepentingannya, maka

pemahaman terhadap budaya harus dikomunikasikan secara

kontinyu dan ditegaskan melalui bentuk-bentuk budaya, seperti

cerita, simbol, seremoni atau upacara. Jika metodologi

Hofstede (1986: 15-16) digunakan, maka tingkatan budaya

Page 99: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

99

diidentifikasi dalam tiga (3) tingkatan, yaitu: universal, collective,

and individual. Ketiga tingkatan budaya tersebut dapat dilihat

dalam Gambar 5.2 berikut.

Gambar 5.2. berikut merupakan suatu piramida yang

menunjukkan adanya tiga tingkatan nilai-nilai (mental

programming). Nilai-nilai tersebut semakin unik ketika pada

tingkat individu, di mana pada tingkat mi masingmasing individu

memiliki nilai-nilai unik atau khas. Kemudian ketika sudah

berada di terigah-tengah suatu kelompok, nilai-nilai dibagi

(share) di antara sekelompok orang. Pada akhirnya, pada

tingkat universal, nilai-nilai tersebut menjadi dan terbagi

semakin luas untuk seluruh umat manusia.

Sumber: Geert Hofstede, Culture‘s Consequences in Work-

Related values, 1986:16. Sage Publications, Beverly Hills, London, New Delhi.

Gambar 5.2

THE LEVELS OF UNIQUENES IN HUMAN MENTAL PROGRAMMING

Selanjutnya, ada dua (2) komponen dan budaya.

Pertama, merupakan hal yang substansi dan budaya yaitu

Page 100: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

100

sistem-sistem keyakinan, nilai-nilai, dan norma-norma. Kedua,

merupakan bentuk dan budaya yang terdiri dari cara-cara yang

dapat diteliti dan para penganut budaya dalam

mengekspresikan ide-idenya.

Untuk memperjelas pemahaman pemahaman terhadap

komponen budaya, maka Gambar 5.3 berikut, suatu budaya

digambarkan sebagai gumpalan es yang terapung (iceberg)

karena permukaan meliputi unsur-unsur bentuk-bentuk

berdasarkan pada unsur-unsur substansi yang lebih dalam.

Unsur-unsur yang dapat dilihat (artifacts: cultural routines, the

rituals, and ceremonies) merupakan praktek-praktek budaya

organisasi.

Sumber: Pamela S. Lewis, Stephen H. Goodman, dan Patricia

M. Fandt: Management, Challenges for Tomorrow‘s Leaders, 2004: 350.

Gambar 5.3 KOMPONEN BUDAYA ORGANISASI

Page 101: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

101

Unsur-unsur tersebut didukung oleh nilai-nilai,

keyakinan-keyakinan, harapan-harapan, dan norma-norma

bersama di tingkat paling dalam atau yang dikenal sebagai inti

organisasi. Artifak mendukung dan mengukuhkan keyakinan-

keyakinan, nilai-nilai, harapan-harapan, dan norma-norma

bersama dalam organisasi. Para manajer seharusnya

menyadari bahwa adalah hal yang tidak mungkin merubah

permukaan tanpa melakukan perubahan terhadap yang

mendasarinya.

Geletkanycz (1997) mengatakan bahwa “culture has an

important impact on executive mindsets‖. Budaya mempunyai

dampak yang penting bagi kerangka berpikir eksekutif.

Pemahaman hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa

budaya organisasi seharusnya menjadi landasan kerangka

berpikir eksekutif menuju suatu kebijakan dan strategi

kepemimpinan.

Sementara itu, Hennessy (1998) mengatakan bahwa

budaya organisasi merupakan penentu yang utama dan kinerja

organisasi. Ketidakmampuan dalam mengelola budaya

organisasi diidentifikasi sebagai kendala yang serius dalam

mengadakan perubahan pemerintahan federal, dan apabila

demikian, dikatakan sebagai sesuatu yang tidak realistik dalam

pendekatannya.

Perusahaan yang mencapai kinerja superior

berkelanjutan adalah perusahaan yang dicirikan oleh

seperangkat nilai-nilai manajerial inti yang mendukungnya,

Page 102: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

102

yang karenanya dikatakan bahwa budaya organisasi sebagai

seperangkat nilai, kepercayaan, asumsi, dan simbol yang

dengan caranya membantu bisnis perusahaan (Deal dan

Kennedy, 1984; Peters dan Waterman, 1998). Hal ini dapat

dipahami bahwa budaya organlsasi merupakan pedoman

bertingkah laku bagi seluruh anggota organisasi, yang apabila

memperoleh dukungan yang kuat akan mempercepat proses

pencapaian tujuan organisasi.

Yukl (1998:303) mengatakan bahwa pemimpin-pemimpin

yang mempertahankan budaya, menegaskan nilai-nilai dan

tradisi-tradisi yang berlaku yang cocok bagi keberhasilan yang

terus menérus dan organisasi tersebut, dan mereka hanya

membuat perubahan-perubahan sedikit demi sedikit dalam

strategi-strategi tersebut. Sebaliknya, para pemimpin yang

melakukan inovasi budaya, mengajukan sebuah ideologi radikal

dengan nilai-nilai dan strategi-strategi baru untuk menanggapi

sebuah krisis yang seningga para pemimpin yang melakukan

inovasi budaya perlu Iebih dramatis dan ekspressif.

Dari uraian pengertian-pengertian di atas, maka nampak

ada tiga (3) hal yang menjadi ciri-ciri budaya organisasi, yaitu:

dapat dipelajari, dimiliki bersama dan diwariskan dan generasi

ke generasi.

Banyaknya variabel yang terlibat dalam budaya

organisasi, memungkinkan semakin meluasnya karakteristik

budaya yang bisa diuraikan. Namun demikian, ada beberapa

karakteristik umum dan budaya organisasi. Kreitner (1995: 285-

Page 103: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

103

286) mengatakan bahwa terdapat enam (6) karakteristik umum

dan budaya organisasi, yaitu:

1. Collective. Ini mengandung makna bahwa budaya

organisasi merupakan entitas sosial.

2. Emotionally charged. Manusia cenderung metnperoleh

budaya organisasi untuk suatu penlindungan atau

keamanan, karena bukan hal yang mustahil dihadapkan

pada ketidak-amanan dan ketidak-pastian.

3. Historically based. Pengalaman-pengalaman bersama,

dalam waktu yang panjang, mengikat kelompok orang

secara bersamasama. Kecenderungan yang ada adalah

orang-orang mengidentifikasikan dengan orang-orang lain

yang mempunyai pengalaman hidup yang sejenis.

Kepercayaan dan kesetiaan merupakan dua komponen

kunci budaya, diperoleh melalui pola-pola dalam perkataan

dan tindakan yang secara konsisten dilakukan.

4. Inherently symbolic. Seringkali tindakan dianggap lebih

keras daripada kata-kata. Beberapa kata atau slogan bisa

memberikan makna simbolik yang besar. Tetapi seringkali

perlu menelaah untuk menemukan pesan-pesan budaya

dengan tepat.

5. Dynamic. mi berarti bahwa budaya organisasi yang

merupakan pedoman bertingkah laku bersifat dinamis, dan

dalam jangka panjang dapat meningkatkan daya ramal,

konformitas, dan stabilitas.

Page 104: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

104

6. Inherently fuzzy. Kemenduaan, kontradiksi, dan banyaknya

pengertian merupakan hal yang mendasar pada budaya

organisasi.

Luthans (1992:563) mengatakan bahwa budaya

organisasi

mempunyai sejumlah karaktristik penting. Beberapa

karakteristik penting tersebut adalah sebagai berikut:

1. Observed behavioral regulities. Pada saat para anggota

organisasi berinteraksi antara yang satu dengan yang lain,

dipastikan mempergunakan bahasa, terminologi yang

umum, dan ritual-ritual yang berhubungan dengan

penghormatan.

2. Norms. Standar-standar perilaku yang ada, meliputi

petunjuk seberapa banyak pekerjaan dikerjakan.

3. Dominant values. Ada beberapa nilai dominan di mana

organisasi ingin agar para karyawan memilikinya.

4. Philosophy. Beberapa filosofi organisasi mengenai

bagaimana para karyawan dan atau konsumen dihormati.

5. Rules. Ada beberapa aturan yang harus dipenuhi para

anggota organiasi selama berada dalam organisasi.

6. Organizational culture. Ini mengandung makna bahwa

budaya organisasi memberikan pedoman bertingkah (aku

karyawan, dan bagaimana para karyawan bertingkah-Iaku

menghadapi konsumen átau pihak luar.

Page 105: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

105

Karakteristik di atas tidak bisa di pisah-pisah, masing-

masing tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling terkait dan

secara kolektif akan menunjukkan suatu budaya organisasi.

Sementara itu, bentuk-bentuk dan konsekuensi-

konsekuensi budaya organisasi digambarkan seperti dalam

Gambar 5.4.

Sumber: Robert Kreitner, Management Principles and Practices, 1995

Gambar 5.4 BENTUK DAN AKIBAT BUDAYA ORGANISASI

Perusahaan dengan budaya kuat merupakan

manajemen yang handal (Peter dan Waterman, 1982).

Budaya mempunyai dampak yang pervasif pada

organisasi karena budaya organisasi tidak hanya menetapkan

para pegawai yang relevan, konsumen, supplier, dan pesaing,

tetapi juga menetapkan bagaimana organisasi akan

berinteraksi dengan actor-aktor kunci organisasi.

Setiap organisasi mempunyai budaya, walaupun tidak

semua budaya organisasi tersebut mempunyai dampak yang

sama terhadap para karyawan dan pimpinan. Budaya kuat

Page 106: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

106

berarti bahwa organisasi yang di dalamnya mempunyai nilai-

nilai kunci yang secara intensif dipegang teguh dan secara luas

dimiliki secara bersama-sama sehingga mempunyai pengaruh

yang Iebih besar terhadap para karyawan dan pada organisasi

dengan budaya yang Iemah. Lebih banyak para karyawan

menerima nilai-nilai kunci organisasi dan Iebih besar komitmen

para karyawan pada nilai-nilai tersebut, maka budaya

organisasi menjadi lebih kuat (Robbins dan Coulter, 1999:82).

Pengukuran budaya organisasi menurut Deshpande, et

al. (1993) adalah ‗...the labels competitive, innovative,

bureaucratic, and community culture‘.

Sementara itu, Denison dan Mishra (1995)

mengemukakan bahwa terdapat empat dimensi pengukuran

budaya, yaitu involvement, consistency, adaptability, and sense

of mission. Involvement dan adaptability merupakan indikator

fleksibilitas, keterbukaan, dan responsibilitas, sehingga menjadi

pemrediksi yang kuat terhadap pertumbuhan. Dua Girl budaya

yang lain, consistency dan mission merupakan indikator

integrasi, arah dan vlsi, sehingga menjadi pemrediksi

profitabilitas yang Iebih baik. Input dan kolaborasi menjadi item

dan involvement, agreement, dan predictability menjadi item

consistency, change dan responsiveness menjadi item

adaptability, dan direction dan vision menjadi item mission

(Gambar 5.5).

Page 107: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

107

Sumber: Denison and Mishra, Toward a Theory of

Organizational Culture and Effectiveness, 1995.

Gambar 5.5 MODEL TEORITIS SIFAT BUDAYA

Sarros, et al., (2002) telah melakukan pengukuran

terhadap budaya organisasi terkait dengan perilaku

kepemimpinan dengan mempergunakan OCP. OCP

(Organizational Culture Profile) merupakan dimensi-dimensi

terukur dan budaya organisasi, dikembangkan oleh O‟Reilly, et

al. (1991) dan telah diadakan perbaikan. Ada delapan (8)

dimensi budaya organisasi yaitu:

1. innovation,

2. attention to detail,

3. outcomes orientation,

4. aggressiveness,

5. supportiveness,

6. emphasis on rewards,

7. team orientation, and

8. decisiveness

Page 108: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

108

Selanjutnya, kedelapan dimensi tersebut dikaji ulang dan

terangkum dalam tujuh (7) karakteristik utama dan budaya

organisasi, yaitu:

1. Inovasi dan pengambilan risiko. Ini menunjukkan sejauh

mana para karyawan didorong untuk melakukan tindakan

inovatif dan mengambil risiko.

2. Perhatian ke rincian. Ini menunjukkan sejauh mana para

kanyawi diharapkan memperlihatkan presisi (kecermatan),

analisis, dan perhatian pada rincian.

3. Orientasi hasil. Ini menunjukkan sejauh mana manajemen

memusatkan perhatian pada hasil dan bukan pada teknik

dan proses yang dipergunakan untuk mencapai hasil

tersebut.

4. Orientasi orang. Ini, menunjukkan sejauh mana keputusan

manajemen memperhitungkan hasil-hasil pada orang-orang

di dalam organisasi yang bersangkutan.

5. Orientasi tim. Ini menunjukkan sejauh mana kegiatan kerja

diorganisasikan di antara tim, bukan pada individu-individu.

6. Keagresifan. Ini menunjukkan sejauh mana para karyawan

agresif dan kompetitif, bukan santai.

7. Kemantapan. ini menunjukkan sejauh mana kegiatan

organisasi menekankan pada dipertahankannya status quo

dan pada pertumbuhan.

Gordon dan Cummins (1979) yang juga kajian Betts dan

Haithill (1985) serta kajian Glaser, et al. (1987)

Page 109: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

109

mengatakan bahwa terdapat sepuluh sifat budaya organisasi,

yaitu:

1. Individual Initiative, menunjukkan tingkatan

pertanggujawaban, kebebasan, dan ketergantungan yang

dimiliki individu.

2. Risk Tolerance, menunjukkan tingkatan aggresifitas, inovasi,

dan risk-seeking individu.

3. Direction, menunjukkan tingkatan di mana organisasi

mampu menciptakan tujuan yang jelas dan harapan kinerja.

4. Integration, menunjukkan tingkatan di mana unit-unit dalam

organisasi melaksanakan tugas secara terkoordinasi.

5. Management Support, menunjukkan tingkatan dimana para

manajer mampu menyediakan komunikasi yang jelas,

asistensi, dan dukungan pada bawahannya.

6. Control, berupa peraturan-peraturan, dan sejuiniah supervisi

langsung yang digunakan untuk mengamati dan mengontrol

perilaku individu.

7. Identity, menunjukkan tingkatan di mana para karyawan

mengidentifikasi dengan organisasi secara keseluruhan.

8. Reward System, menunjukkan tingkatan pengalokasian

reward.

9. Conflict Tolerance, menunjukkan tingkatan di mana

karyawan didorong untuk kritis.

10. Communication Patterns, menunjukkan tingkatan

komunikasi organisasional yang dibatasi oleh hirarki formal.

Page 110: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

110

Budaya dalam suatu organisasi ditinjau dan

kepemimpinan merupakan kepercayaan yang meliputi upaya

bagaimana tugas dilaksanakan dan bagaimana karyawan

berperilaku baik dan menyenangkan. Untuk itu pimpinan

mempunyai peluang yang lebih besar untuk turut menciptakan

budaya. Dengan demikian, maka hal yang paling penting bagi

para manajer atau pemimpin organisasi adalah menciptakan

dan memelihara suatu budaya organisasi yang kuat.

Melalui uraian sebelumnya, dapat dijelaskan bahwa

indikator-indikator budaya organisasi seharusnya mendukung

terciptanya kondisi pertumbuhan dan lebih menguntungkan

organisasi. Ini berarti terdapat peningkatan prestasi kerja

(kinerja). Dengan kata lain, kinerja karyawan menjadi lebih baik

melalui pemahaman dan penerapan budaya organisasi.

Karakteristik atau dimensi-dimensi budaya organisasi yang

telah diuraikan di atas dijadikan indikator-indikator budaya

organisasi, dipandang telah memenuhi kelengkapan penelitian

ini.

Page 111: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

111

BAB 6

TIMBULNYA BUDAYA ORGANISASI

Budaya organisasi atau kultur organisasi tidak muncul

dengan sendirinya pada kalangan anggota organisasi, metapi

perlu dibentuk dan dipelajari, disosialisasikan serta

diperlahankan. Budaya organisasi merupakan sekumpulan

nilai-nilai, keyakinan dan norma-norma dikombinasikan dengan

gaya kepemimpinan dan top manajemen, maka membentuk

budaya organisasi yang harus dipelajari dan harus dimiliki

hersarna oleh anggota organisasi, perlu diwariskan dan

generasi ke generasi berikutnya, maka sangat penting

peranannya. Pembentukannya adalah hasil interaksi antara

anggota organisasi yang berinteraksi ke dalam strukiur

organisasi dan kedalam sistem yang ada dalam organisasi.

Semakin kompleksnya lingkungan, maka perlu

penyesuaian pada organisasi dengan upaya memperlebar

rentang kendali, menciptakan struktur yang datar dengan

membentuk dan mengembangkan budaya organisasi yang

berkarakteristik yang lebih dinamis, sehingga budaya organ

isasi dapat mendorong terciptanya jati diri, mengembangkan

keikatan pribadi, menyajikan pedoman sikap dan perilaku kerja

karyawan, mengurangi formalisasi dan penciptaan iklim kerja

yang kondusif, maka peranan budaya organisai sangat

mendukung terciptanya suatu organisasi yang efektif.

Page 112: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

112

Pembentukan budaya menurut Harvey (1996:353)

terlihat dalam gambar dibawah ini:

Sumber: Human Resource Management, 1996, Harvey D and

Bruce Bowin R, Prestice Hall international, Inc, USA: 353.

Gambar 6.1 CULTURE FORMATION

Di dalam setiap organisasi lazimnya telah tumbuh dan

generasi awal suatu budaya organisasi, baik yang pada

awalnya ditetapkan oleh pendiri dan dirumuskan oleh

manajemen, maupun tercipta dengan sendirinya, karena hasil

interaksi dan iklim perusahaan.

Secara umum budaya organisasi tumbuh secara

sukarela dan diterapkan sepenuh hati oleh anggota organisasi

mulai dari jajaran pimpinan sampai dengan segenap karyawan,

atau antara karyawan saling mematuhi penerapannya dan

dimasyarakatkan, agar tercipta suasana kerja yang diwarnai

Page 113: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

113

oleh saling menghargai terhadap perilaku kerjasama dalam

organisasi. Budaya organisasi menggambarkan pola yang

komplek dan nilai-nilai, kepercayaan dan harapan yang dianut

oleh sesama anggota organisasi dan gaya kepemimpinan

(managernen style) yang mampu menopang strategi

perusahaan dan rnenamin kelangsungan hidup organisasi

dalam gejolak perubahan organisasi yang disehahkan oleh

pengaruh faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal

organisasi.

Menurut Harvey et al. (1996:354), budaya organisasi

cenderung membawa kesuksesan dengan cara sebagai

berikut:

1. Budaya organisasi memberikan manfaat pada anggota

organisasi tentang bagaimana harus bersikap dan

berprilaku.

2. Bagaimana harus beraktivitas dan dimana menentukan

prioritas kerja.

3. Budaya organisasi menuntun dan meniadi pedoman

anggota organisasi dalam mengisi kekosongan antara

ketentuan formal yang dihadapi versus kenyataan yang

harus dilaksanakan dalam bekerja.

Kesimpulannya, budaya organisasi berperan sangat

dinamis dalam mengaplikasikan strateg perusahaan.

Sebaliknya budaya organisasi, tidak akan berfungsi sebagai

pengikat antara pr1oadi, dan antara karvawan dengan

perusahaan, apabila ragam unsur budaya organisasi yang

Page 114: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

114

dianut, ebth menekankan dan berdasarkan pada rasa takut

ataupun dipaksakan. Perlu sekali penerapan budaya organisasi

yang berfungsi sebagai unsur yang dapat mempengaruhi

efektivitas organisasi dan dapat mencapai kepuasan karyawan

sehingga merangsang motivasi karyawan untuk bekerja efektif.

Pada aplikasi budaya organisasi haru dan hasil survei

pendahuluan dapat dijabarkan kepada 7 butir karakteristik yang

aplikasinva pada sikap dan perilaku jajaran manajer menengah

serta dilengkapi dengan kebijakan pihak perusahaan untuk

mendorong terciptanya aplikasi budaya organisasi baru secara

efektif. Karekteristik budaya organisasi diuraikan sebagai

berikut: 1. Profesionalisme, 2. Orientasi pekerjaan, 3. Aspek

kompetisi, 4. Dinamika tim kerja, 5. Dinamika kompensasi, 6.

Dinamika peluang karir, 7. Dinamika kebijakan perusahaan.

Flarvey et al, 1996:334, menyatakan karakteristik budaya

organisasi sebagai berikut:

1. Individual Autonomy, menekankan pada tingkat tanggung

jawab, kemerdekaan dan kesempatan untuk meningkatkan

inisatif dan anggota organisasi

2. Structure, menekankan pada tingkat berlakunya aturan-

aturan dan peraturan-peraturan (The degre of rules and

regulations) dan tingkat pelaksanaan supervisi secara

langsung kepada sikap dan prilaku anggota organisasi.

3. Performance Insentive, menekankan pemberian insentif

pada konfensasi anggota organisasi seperti kenaikan gaji,

kenaikan pangkat.

Page 115: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

115

4. Risk Behavior, menekankan pada tingkat kemauan

menanggung resiko untuk pengembangan agresifitas,

inovasi dan kesediaan menanggung resiko.

Budaya organisasi yang terbentuk banyakditentukan

oleh beberapa unsur, yaitu (Atmosoeprapto, 2000:72):

1. Lingkungan usaha

Lingkungan organisasi itu beroperasi akan menentukan apa

yang harus dikerjakan oleh organisasi tersebut untuk

mencapai keberhasilan.

2. Nilai-nilai

Nilai-nilai merupakan konsep dasar dan keyakinan dan

suatu organisasi.

3. Panutan dan keteladanan

Orang-orang menjadi panutan atau teladan karyawan

Iainnya karena keberhasilannya.

4. Upacara-upacara

Acara-acara rutin yang diselenggarakan oleh perusahaan

dalam rangka memberikan penghargaan pada

karyawannya.

5. Jaringan

Jaringan komunikasi informal didalam organisasi yang dapat

menjadi saran penyebaran nilai-nilai dari budaya organisasi.

Pada satu pihak, budaya bermuatan nilai dasar yang

mengaktualisasikan din dalam wujud raga (memperagakan diri)

melalui perilaku dengan cara tertentu, dan di pihak lain budaya

terbentuk (nilai membudayakan dirinya) melalui raga yang

Page 116: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

116

dilakonkan dengan cara tertentu pula. Hubungan antara kedua

hal tersebut dapat digambarkan (Ndraha, 2003: 47-48) sebagai

berikut:

Sumber: Taliziduhu Ndraha, Budaya Organisasi, 2003, 48

Gambar 6.2 AKTUALISASI DAN TERBENTUKNYA BUDAYA

Para pendiri suatu organisasi secara tradisional

mempunyai dampak utama pada budaya dini organisasi

tersebut. Sebagai pembentuk awal budaya organisasi, maka

para pendiri mempunyai suatu visi mengenai bagaimana

seharusnya organisasi itu. Ukuran kecil yang lazimnya

mencirikan organisasi baru, akan mempermudah pendiri untuk

menerapkan dan menanamkan visinya kepada semua anggota

organisasi. Dengan demikian budaya organisasi diturunkan dan

filosofi pendirinya. Selanjutnya budaya organisasi ini akan

sangat mempengaruhi kriteria yang dipergunakan dalam

mempekerjakan karyawan. Atau dengan kata lain, tindakan dan

manajemen puncak akan menentukan iklim umum dan perilaku

Page 117: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

117

yang dapat denma atau yang tidak (seperti Gambar 6.3.

berikut).

Sebagai contoh, budaya Microssoft sebagian besar

merupakan suatu renungan dan salah seorang pendiri dan

direktur utamanya dewasa ini, Bill Gates. Secara pribadi, Gates

adalah seorang yang agresif, kompetitif, dan sangat disiplin.

Hal itu merupakan karakteristik yang sama, yang sering

dipergunakan untuk mendeskripsikan raksasa perangkat lunak

yang dipimpinannya (Robbins, 2002: 255).

Sumber: Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, 2002, 262.

Gambar 6.3 TERBENTUKNYA BUDAYA ORGANISASI

Setidaknya terdapat tujuh (7) faktor yang membentuk

budaya organisasi, sekalipun setiap organisasi dapat

mengumpulkan beberapa untuk mengembangkan suatu

budaya yang unik. Faktor-faktor tersebut dalam Gambar 6.3.

berikut.

Page 118: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

118

Sumber: Plunkett and Attner, Introduction to Management, 1994, 266.

Gambar 6.3 FAKTOR-FAkTOR YANG MEMBENTUK BUDAYA

ORGANISASI

Gambar di atas sebagai suatu perbandingan, walaupun

setiap organisasi memiliki unsur-unsur budayanya yang unik,

maka setidaknya factor tersebut adalah faktor-faktor yang

membentuknya yaitu:

• Key organizational pmcesses (proses organisasi kunci),

merupakan pimpinan berkomunikasi dengan para karyawan,

mengambil keputusan, dan menstruktur tugas. Proses ini

mempengaruhi dipengaruhi enam faktor yang lain.

• Employees and other tangible assets (sumber daya

organisasi), merupakan semua sumber daya atau asset

organisasi secara kualitas maupun kuantitas akan

mempengaruhi budaya organisasi.

Page 119: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

119

• Formal organizational arrangements (susunan organisasi

formal), menggambarkan bagaimana tugas dan individu-

individu dalam organisasi diorganisir, meliputi struktur

organisas, prosedur dan aturan yang berlaku.

• The dominant coalition (koalisi dominan), memberikan

makna bahwa budaya organisasi sangat dipegaruhi oleh

tujuan, strategi, ciri-ciri pribadi dan hubungan para pemimpin

selaku yang membentuk koalisi dominan.

• The social system (sistem sosial), merupakan suatu sistem

yang banyak memberikan kontribusi norma dan nilai-nilai

terhadap budaya organisasi.

• Technology, menunjukkan bahwa budaya organisasi

dipengaruhi oleh proses-proses dan teknologi yang d

ipergunakan.

• The external environment (lingkungan), merupakan unsur-

unsur di luar organisasi yang mempengaruhi tujuan, sumber

daya, dan proses organisasi. Ini meliputi supplier, pasar,

pesaing, peraturan pemerintah dan lain-lain.

Page 120: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

120

BAB 7

FUNGSI BUDAYA ORGANISASI

Dalam suatu organisasi atau perusahaan diperlukan

suatu acuan baku sehingga sumber daya manusia dapat

diberdayakan secara optimal, artinya agar karyawan dapat

berfungsi secara profesional dengan integritas yang tinggi.

Acuan baku tadi dapat dimanifestasikan dalam bentuk budaya

perusahaan yang secara sistematis menuntun para karyawan

untuk meningkatkan komitmen kerjanya bagi perusahaan dan

pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan.

Memang ada beberapa faktor yang menentukan perilaku

manajemen sebuah perusahaan, namun dalam studinya, Kotter

dan Heskett (1997:17) menempatkan budaya organisasi

sebagai faktor utama yang mengkondisikan faktor-faktor

lainnya, sehingga secara realitas dapat dikatakan bahwa

budaya organisasi memiliki keterkaitan yang erat terhadap

keberhasilan suatu organisasi Harvey dan Bowin (1996) dalam

bukunya mengungkapkan bahwa semakin jelas terbukti bahwa

hanya perusahaan-perusahaan dengan budaya perusahaan

efektif yang dapat menciptakan peningkatan produktivitas,

meningkatkan rasa ikut memiliki dan karyawan, dan pada

akhirnya meningkatkan keuntungan perusahaan.

Lebih jauh Robbins (2001:801) memerinci fungsi budaya

organisasi sebagai berikut: Pertama, budaya mempunyai suatu

Page 121: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

121

peran pembeda. Hal itu berarti bahwa budaya organisasi

menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi

dengan yang lain. Kedua, budaya organisasi membayar suatu

rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi. Ketiga, budaya

organisasi mempermudah timbul pertumbuhan komitmen pada

sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual.

Keempat, budaya organisasi itu meningkatkan kemantapan

sistem sosial.

Dalam hubungannya dengan segi sosial, budaya

berfungsi sebagai perekat sosial yang membentuk

mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-

standar yang tepat untuk apa yang harus dikatakan dan

dilakukan oleh para karyawan.

Sementara itu Susarito (1997:19-20) mercoba

mengungkapkan dua sisi manfaat yang diperoleh apabila

budaya perusahaan dipahami oleh seluruh lapisan sumber

daya manusia dan bagi perusahaan. Manfaat bagi sumber daya

manusia adalah sebagai berikut: 1. Sebagai pedoman

berperilaku di dalam perusahaan. Dalam hat ini sumber daya

manusia tidak dapat semena-mena bertindak atau berperilaku

sekehendak hati, melainkan harus menyesuaikan din dengan

siapa dan di mana mereka berada, 2. Adanya kesamaan

langkah dan visi di dalam melakukan tugas dan tanggung

jawab, masing-masing individu dapat meningkatkan fungsinya

dan mengembangkan tingkat interdependensi antar individu

atau bagian karena individu atau bagian yang lain sating

Page 122: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

122

melengkapi dalam kegiatan usaha perusahaan, 3. Memberikan

dorongan kepada sumber daya manusia untuk mencapai

prestasi kerja atau produktivitas yang Iebih baik. Hal ini dapat

dicapai apabila proses sosialisasi dapat dijalankan dengan

tepat kepada sasarannya, 4. Mengetahui secara pasti tentang

kanirnya di perusahaan sehingga mendorong mereka untuk

konsisten dengan tugas dan tanggung jawab.

Sedangkan manfaat yang diperoleh perusahaan antara

lain sebagai berikut: 1. Merupakan salah satu unsur yang dapat

menekan tingkat perputaran (turn over) karyawan. Ini dapat

dicapai karena budaya perusahaan mendorong sumber daya

manusia memutuskan untuk tetap berkembang bersama

perusahaan, 2. Sebagai pedoman di dalam menentukan

kebijakan yang berkenaan dengan ruang lingkup kegiatan

intern perusahaan seperti tata tertib administrasi, hubungan

antar bagian, penghargaan prestasi sumber daya manusia,

penilaian kerja dan lain-lain, 3. Untuk menunjukkan pada pihak

eksternal tentang keberadaan perusahaan dan ciri khas yang

dimiliki, di tengah-tengah perusahaan yang ada di masyarakat,

4. Merupakan acuan dalam penyusunan perencanaan

perusahaan (corporate planning) yang meliputi pembentukan

perencanaan pemasaran (marketing planning), penentuan

segmentasi pasar yang akan dikuasai, dan penentuan posisi

(positioning) perusahaan yang akan dikuasai, dan 5. Bisa

membuat program-program pengembangan usaha dan

Page 123: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

123

pengembangan sumber daya manusia dengan dukungan

penuh dan seluruh jajaran sumber daya manusia yang ada.

Menurut Robbin (1996:294) budaya melakukan sejumlah

fungsi dalam organisasi.

1. Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas

artinya budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara

satu organisasi dengan organisasi lain.

2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-

anggota organisasinya.

3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu

yang lebih luas dan pada kepentingan diri individual

seseorang.

4. Budaya itu meningkatkan kemantapan sistem sosial.

Budaya merupakan perekat sosial yang membantu

mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standart

yang tepat untuk apa yang harus dikatakan dan dilakukan

oleh karyawan.

5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendall

yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku

karyawan.

Kottler, Heshet (1992:12) dari hasil studinya

menunjukkan fungsi budaya dalam perusahaan yang secara

garis besar adalah sebagai berikut:

1. Budaya perusahaan dapat mempunyai dampak yang berarti

terhadap kinerja ekonomi jangka panjang. Penulis

menemukan bahwa perusahaan dengan budaya yang

Page 124: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

124

rnementingkan setiap komponen utama managerial

(pelanggan, pemegang saham, karyawan) dan

kepemimpinan managerial pada setiap tingkat, berkinerja

melebihi perusahaan yang tidak memiliki ciri budaya

tersebut dengan perbedaan yang sangat besar.

2. Budaya perusahaan mungkin akan menjadi suatu faktor

bahkan Iebih penting lagi dalam menentukan keberhasilan

atau kegagalan perusahaan dalam dasawarsa yang akan

datang. Budaya yang memerosotkan kinerja mengakibatkan

dampak keuangan negatif dengan berbagal alasan utama

adalah kecenderungan menghambat perusahaan dalam

menerima perubahan taktik dan strategi yang dibutuhkan.

Dalam suatu dunia yang semakin cepat berubah dapat

diramalkan bahwa budaya yang tidak adaptif akan semakin

membawa dampak keuangan negatif dalam dasa warsa

mendatang.

3. Budaya perusahaan yang menghambat kinerja keuangan

jangka panjang cukup banyak, budaya tersebut mudah

berkembang, bahkan dalam perusahaan yang penuh

dengan orang pandas dan berakal sehat. Budaya yang

mendorong perilaku yang tidak dapat dan menghambat

perubahan ke arah strategi yang Iebih tepat, cenderung

muncul perlahan dan tanpa disadari dalam waktu bertahun-

tahun. Biasanya suatu perusahaan berkinerja baik.

4. Walaupun sulit untuk timbul budaya perusahaan dapat

dibuat agar bersifat Iebih meningkatkan kinerja. Perubahan

Page 125: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

125

semacam ini memang rumit, membutuhkan waktu dan

menuntut kepemimpinan yang sedikit berbeda walaupun

dibandingkan dengan manajemen yang unggul.

Kepemimpinan harus dipandu oleh suatu visi yang realistis

terhadap jenis budaya yang meningkatkan kinerja.

Budaya organisasi yang kuat akan mempengaruhi

perilaku karyawan sehingga lebih tinggi komitmennya pada

organisasi. Menjadi suatu faktor atau kenyataan bahwa budaya

organisasi akan terkait dengan kinerja organisai. Peranan

budaya organisasi mendorong tercapainya tujuan organisasi

dan berkemampuan mern uaskan kehutuhan anggota organi

sasi sehingga tercapai efektivitas organisasi. Sekaligus budaya

organisasi dapat mempengaruhi bagaimana manajer dan

anggota organisasi mampu dalam upaya pemecahan masalah,

bagairnana menservis dan memotivasi langganan dan mampu

bereaksi terhadap saingannya dan melakukan aktivitas yang

efektif. Maka dapat disimpulkan budaya organisasi sangat kritis

dan dinamis dalam mengendalikan implementasi strategi

perusahaan. Walaupun belum terbukti bahwa budaya

organisasi yang terbaik akan sesuai atau arna untuk semua

jenis organisasi atau untuk semua karyawan maupun

masyarakat.

Heliriegel et al. (1998:311) mengelompokkan fungsi

budaya organisasi ke dalam empat kunci pokok:

1. Dengan mengetahui dan mernahami budaya organisasi,

para karyawan mengetahui mengenai: “Sejarah

Page 126: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

126

Perusahaan” dan pengembangan perusahaan pada “masa

sekarang”. Maka informasi tersebut akan merupakan

pedoman terhadap harapan hagi perilaku karyawan untuk

masamasa mendatang yang disebarluaskan melalui cerita,

ritual, simbol malenal dan bahasa.

2. Budaya organisasi akan membantu menciptakan dan

memperkuat kornitmen kepada falsafah dan nilai-nilai serta

norma-norma inti organisasi. Hal tersebut mendorong

partisipasi karyawan agar bersedia bekerja mencapai tujuan

organisasi (boosted camaraderie and increased employee‗s

sense of ownership).

3. Budaya organisasi dengan norma-normanya akan menjadi

mekanisme (alat) pengawasan terhadap arus perilaku

karyawan rnengenai perilaku yang disukai dan menghindari

perilaku yang tidak disukai.

4. Berbagai aspek dan budaya organisasi akan berkaitan

dengan peningkatan produktivitas dan efektivitas.

Menurut Gibson (1992:43) bahwa fungsi-fungsi

manajerial berinteraksi dengan karakteristik perilaku

keorganisasian, yaitu perilaku, struktural, dan proses organisasi

yang menciptakan budaya organisasi yang kuat, selanjutnya

mewujudkan nilai-nilai keyakinan dan norma-norma yang akan

mempengaruhi perilaku individu dan kelompok. Peran atau

fungsi budaya organisasi ditampilkan apabila diterapkan atau

dtinteraksikan kepada lingkungan yang lebih luas dimana

organisasi berada. Misalnya beraplikasi dengan norma-norma

Page 127: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

127

sosial, pendidikan yang dicapai, kepuasan, perkembangan,

adaptasi, kelangsungan hidup, aliran politik, dan sejarah

nasonal. Maka merupakan tantangan bagi manajerial untuk

mengaplikasikan budaya organisasi ke arah yang dapat

mendorong lebih konsisten agar dapat menimbulkan efektifitas

organisasi, seperti terlihat pada Gambar 7.1.

Sumber: Gibson et al. (1992:43)

Gambar 7.1 BUDAYA ORGANISASI DAN EFEKTIVITAS ORGANISASI

Robbins (1996:294) menyatakan bahwa buda a

organisasi dengan didukung oleh karakteristiknya sebagai

faktor objektif yang cenderung kuat, maka aplikasinya akan

berdampak positif dan peningkatan kineria, kepuasan karyawan

dan secara keseluruhan meningkatkan efektivitas organisasi.

Budaya organisasi melakukan sejumlah fungsi dalam suatu

organisasi dengan didukung oleh karakteristik sebagai faktor

objektif yang cendertmg kuat, maka aplikasinya akan

berdampak positif pada peningkatan kinerja perusahaan dan

kepuasan karyawan. Secara kesciuruhan akan rneningkatkan

Page 128: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

128

efektivitas organisasi dengan meakukan fungsinya dalam

organisasi antara lain:

a. Mempunyai peran atau fungsi menetapkan tapal batas yang

menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi

dengan organisasi lainnya.

b. Budaya organisasi membawa suatu rasa identitas bagi para

anggota organisasi atau jati diri.

c. Budaya organisasi rnemperrnudah komitmen bagi suatu yang

lebih luas dibanding kepentingan individu.

d. Budaya organisasi meningkatkan kemantapan sistem sosial

atau sebagai perekat sosial yang membantu

mempersatukan organisasi dengan memberikan standard-

standard yang tepat untuk cara berkomunikasi dan

beraktivitas hagi para karyawan.

Maka jelaslah budaya organisasi berfungsi sebagai

mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan

membentuk sikap serta perilaku para karyawan.

Schein (1992:22) menyatakan bahwa sebagai kumpulan

asumsi-asumsi mendasar, budaya organisasi berfungsi untuk

memberikan arah bagi anggota organisasi tentang apa yang

harus diperhatikan makna dari segala sesuatu yang harus

dicapai, bagaimana seharusnya reaksi dan tindakan yang

diambil dalam situasi-situasi tertentu. Artinya budaya organisasi

sebagai pedoman pokok bagi para anggota organisasi dalam

pelaksanaan tugas-tugas dari organisasi.

Page 129: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

129

Robbins (1996:294) menambahkan bahwa budaya

organisasi mempunyai fungsi utama sebagai berikut :

1. Memberikan rasa identitas kepada karyawan.

2. Memberikan perbedaan dengan jelas karyawan di

organisasi lain.

3. Mempermudah timbulnya komitmen pada suatu kepentingan

yang lebih luas daripada kepentingan individu sebagai

akibat dari budaya organisasi yang tumbuh secara kondusif.

4. Meningkatkan kemantapan sistem sosial dalam organisasi.

5. Merupakan mekanisme pembuat makna dan kendali yang

memandu dan membentuk sikap dan perilaku karyawan.

Budaya organisasi dapat membantu karyawan sebagai

anggota organisasi untuk memberikan batasan-batasan dalam

menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi. Budaya

organisasi membantu anggota organisasi dalam mengkonsep,

menjelaskan, menganalisis, serta menyusun pemecahan

masalah-masalah organisasi yang mereka hadapi.

Budaya organisasi memberikan kontribusi kepada

kesuksesan organisasi melalui kemampuannya dalam

memberikan rasa aman kepada anggotanya serta menjadi

sumber penting bagi stabilitas dan kontinuitas organisasi.

Budaya organisasi mampu memberikan identitas bagi anggota

organisasi, bahkan dapat menjadi pendorong semangat

anggota organisasi untuk menyelesaikan tugas dan

pekerjaannya.

Page 130: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

130

Davis dan Newstrom (1993:58-59) menyatakan budaya

organisasi juga dapat memberikan gambaran suasana atau

keadaan yang terlihat sulit atau membingungkan bagi anggota-

anggota baru organisasi. Artinya budaya organisasi dapat

memberikan gambaran tentang suasana/situasi/kondisi

organisasi bagi para anggota organisasi yang hal ini masih sulit

untuk dipahami oleh para anggota-anggota organisasi yang

masih baru.

Susanto (1997:19-20) menerangkan manfaat yang dapat

diperoleh bila budaya organisasi dipahami oleh seluruh lapisan

sumberdaya manusia yang ada didalam organisasi yang

meliputi manfaat bagi sumberdaya manusia maupun bagi

organisasi. Artinya budaya organisasi berguna, baik bagi

individu sebagai anggota organisasi maupun organisasi itu

sendiri dalam pencapaian tujuannya.

Manfaat budaya organisasi bagi sumberdaya manusia

adalah (Susanto 1997:19) :

1. Memberikan arah atau pedoman berperilaku didalam

organisasi. Dalam hal ini sumberdaya manusia tidak dapat

semena-mena bertindak atau berperilaku sekehendak hati,

melainkan harus menyesuaikan diri dengan siapa dan

dimana mereka berada.

2. Mempunyai kesamaan langkah dan visi didalam melakukan

tugas dan tanggung jawab, masing-masing individu dapat

meningkatkan fungsinya dan mengembangkan tingkat

interdependensi antar individu atau bagian karena antar

Page 131: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

131

individu atau bagian yang lain saling melengkapi dalam

kegiatan usaha perusahaan.

3. Mendorong sumberdaya manusia selalu mencapai prestasi

kerja atau produktivitas yang lebih baik. Hal ini dapat dicapai

apabila proses sosialisasi dapat dijalankan dengan tepat

kepada sasarannya.

4. Mengetahui secara pasti tentang karirnya di organisasi

sehingga mendorong mereka untuk konsisten dengan tugas

dan tanggung jawab.

Manfaat budaya organisasi bagi perusahaan adalah

(Susanto, 1997:20):

1. Sebagai salah satu unsur yang dapat menekan tingkat

perpindahan karyawan. Ini dapat dicapai karena

perusahaan mendorong sumberdaya manusia memutuskan

untuk tetap berkembang bersama perusahaan.

2. Sebagai pedoman didalam menentukan kebijakan yang

berkenaan dengan ruang lingkup kegiatan internal

perusahaan seperti tata tertib administrasi, hubungan antara

bagian, penghargaan prestasi sumber daya manusia,

penilaian kerja dan lain-lain.

3. Untuk menunjukkan pada pihak eksternal perusahaan

tentang keberadaan perusahaan dari ciri khas yang dimiliki,

di tengah-tengah perusahaan yang ada di masyarakat.

4. Sebagai acuan dalam penyusunan perencanaan

perusahaan (corporate planning) yang meliputi

pembentukan perencanaan pemasaran (marketing

Page 132: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

132

planning), penentuan segmentasi pasar yang akan dikuasai

dan penentuan posisi (positioning) perusahaan yang akan

dikuasai.

5. Dapat membuat program-program pengembangan usaha

dan pengembangan sumberdaya manusia dengan

dukungan penuh dari seluruh jajaran sumberdaya manusia

yang ada.

Baik Susanto (1997:16-17) maupun Schein (1992:9)

sepakat bahwa memahami dan mengelola budaya organisasi

tidak hanya ditujukan untuk mencari penjelasan tentang

fenomena keberhasilan organisasi, melainkan juga dapat

dimanfaatkan untuk mengembangkan organisasi menjadi lebih

efektif. Artinya budaya organisasi merupakan sebuah

pernyataan tujuan manajemen dalam mencoba untuk

mempertajam perilaku anggotanya, sehingga mereka akan

lebih memegang komitmen terhadap tujuan organisasi.

Pengaruh Budaya Organisasi yang Kuat dan Budaya

Organisasi yang Lemah

Setiap organisasi mempunyai budaya organisasi yang

berlaku didalam organisasi tersebut, tetapi tidak semuanya

membawa pengaruh yang sesuai bagi anggota organisasi.

Budaya organisasi yang kuat membawa pengaruh yang

positif bagi karyawan dan organisasi, dimana anggota

organisasi memegang komitmen yang lebih besar pada nilai-

nilai yang ditetapkan oleh organisasi. Budaya yang kuat

Page 133: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

133

dicirikan oleh nilai inti dari organisasi yang dianut dengan kuat,

diatur dengan baik dan dirasakan bersama secara luas. Makin

banyak anggota organisasi yang menerima nilai-nilai inti,

menyetujui jajaran tingkat kepentingannya dan merasa sangat

terikat kepadanya, maka makin kuat budaya tersebut (Robbins,

1996:483-485). Artinya semakin karyawan menerima nilai-nilai

utama perusahaan tersebut dan semakin besar keterlibatan

mereka dengan nilai-nilai itu, semakin kuatlah budaya tersebut.

Sebaliknya budaya yang lemah dalam organisasi, tidak

memberikan batasan-batasan yang jelas pada apa-apa yang

harus dikerjakan atau batasan mana yang baik atau tidak

seharusnya, sehingga pada organisasi dengan jenis budaya

yang demikian ini biasanya berpengaruh dalam menghasilkan

komitmen anggota organisasi yang cenderung rendah.

Sementara bagi organisasi, budaya yang kuat akan

membantu efektifitas dan kinerja organisasi. Budaya yang kuat

dalam organisasi akan menanamkan nilai-nilai dan doktrin

organisasi lebih kuat pada anggota organisasi. Budaya yang

kuat juga lebih berpotensi dibandingkan kontrol struktural

formal manapun karena budaya mengontrol pikiran, jiwa dan

jasmani. Makin kuat budaya suatu organisasi, makin kurang

manajemen itu perlu memperhatikan pengembangan aturan

dan pengaturan formal untuk memandu perilaku karyawan

ketika mereka menerima budaya organisasi itu (Tunggal,

2001:27). Artinya suatu budaya organisasi yang kuat akan

semakin memperingan organisasi dalam melakukan

Page 134: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

134

pengarahan dan pengawasan terhadap individu-individu

anggota organisasi tersebut.

Dalam kenyataanya, salah satu kajian budaya organisasi

menemukan bahwa para karyawan di perusahaan-perusahaan

yang budayanya kuat lebih terlibat dengan perusahaan mereka

dari pada karyawan-karyawan di perusahaan-perusahaan yang

budayanya lemah. Perusahaan-perusahaan dengan budaya

kuat juga menggunakan usaha-usaha perekrutan dan praktek-

praktek sosialisasi mereka untuk membina keterlibatan

karyawan dan suatu kumpulan bukti yang makin banyak,

mengemukakan bahwa budaya kuat berkaitan dengan

komitmen yang dari komitmen itu menuntut adanya penerapan

sehingga diperoleh kinerja organisasi yang tinggi (Tunggal,

2001:6). Berarti budaya yang kuat akan menghasilkan

komitmen yang kuat dari individu-individu anggota organisasi

untuk terciptanya kinerja organisasi yang optimal.

Luthans (1995:564) menerangkan bahwa terdapat dua

faktor utama yang menjelaskan kekuatan dari budaya

organisasi, yaitu :

1. Penyebaran (sharedness).

Mengacu pada pengertian derajat penyebaran nilai-nilai inti

yang dianut oleh anggota organisasi. Kekuatan dari aspek

ini sendiri dipengaruhi oleh dua faktor utama dalam

prosesnya, yaitu orientasi dan balas jasa (reward) yang

diberikan oleh pihak manajemen pada anggota organisasi

dalam memahami nilai-nilai inti dari organisasi. Semakin

Page 135: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

135

baik orientasi dan balas jasa yang diberikan sehubungan

dengan pemahaman nilai-nilai tersebut maka semakin kuat

derajat penyebaran dari budaya organisasi.

2. Intensitas (intensity).

Mengacu pada derajat komitmen dari anggota organisasi

pada nilai-nilai inti. Tingkat kekuatan dari aspek ini juga

dinilai dari hasil struktur balas jasa yang diberikan pada

anggota organisasi.

Du Brin (1993:574) mengemukakan bahwa budaya yang

kuat dalam organisasi akan membawa dampak yang

berpengaruh pada perilaku karyawan. Artinya anggota dari

organisasi yang memiliki budaya yang kuat akan dengan

mudah mengikuti nilai-nilai yang berkembang didalam

organisasi. Sebaliknya budaya yang lemah hanya akan menjadi

sebuah petunjuk kerja bagi karyawan. Berikut dijelaskan

konsekuensi yang dapat dicapai dari penerapan budaya yang

kuat dalam organisasi.

1. Keuntungan kompetitif dan keberhasilan financial

(competitive advantage and financial success).

Penerapan budaya yang kuat dapat memberikan kontribusi

terhadap pencapaian keunggulan kompetitif dan keunggulan

finansial organisasi. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa budaya organisasi yang bersifat partisipatif dapat

mendorong anggota organisasi dalam memilki hubungan

dengan pencapaian tujuan perusahaan, sehingga dapat

Page 136: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

136

meningkatkan produktivitas (ROI dan tingkat penjualan)

secara signifikan.

2. Produktivitas dan moral (Productivity and morale).

Aplikasi dari budaya organisasi yang kuat dalam organisasi,

yaitu jenis budaya yang mampu menghargai martabat

karyawan berperan dalam mengembangkan moral dan

kepuasan kerja karyawan.

3. Kecocokan orang–organisasi (Person-organization fit).

Budaya organisasi yang kuat dan sesuai, menciptakan

karyawan profesional dengan tingkat komitmen dan

kepuasan kerja yang lebih tinggi.

4. Kecocokan dari penggabungan dan pengambilalihan

(Compatibility of mergers and acquisitions).

Dalam beberapa kasus merger, salah satu indikator

kesuksesan proses merger tersebut adalah keberhasilan

sosialisasi budaya yang dilakukan.

5. Pedoman untuk manajer–manajer tingkat atas (Guidance for

top level managers).

Budaya yang kuat dapat menjadi acuan bagi keseluruhan

anggota organisasi, baik dari top managers dan

keseluruhan level karyawan. Budaya yang baik adalah

budaya yang mampu menciptakan kesesuaian dan ideal

bagi keseluruhan organisasi.

Budaya Dominan dan Sub-Budaya

Tunggal (2001:24) menegaskan bahwa pengakuan

terhadap budaya organisasi yang mempunyai sifat-sifat

Page 137: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

137

bersama bukan berarti tidak ada sub-budaya didalam setiap

budaya yang ada. Berarti kebanyakan organisasi besar

mempunyai suatu budaya yang dominan dan sejumlah sub-

budaya.

Suatu budaya dominan (dominant culture)

mengungkapkan nilai-nilai inti yang dianut bersama oleh

mayoritas anggota organisasi itu. Bila membicarakan mengenai

budaya suatu organisasi, maka akan mengacu pada budaya

dominannya. Pandangan makro mengenai budaya inilah yang

memberi kepada organisasi itu kepribadian yang jelas

terbedakan.

Anak budaya (sub-kultur atau sub-culture) cenderung

berkembang dalam organisasi besar untuk mencerminkan

masalah, situasi, atau pengalaman bersama yang dihadapi oleh

para anggotanya. Sub-budaya ini ditentukan oleh rambu-rambu

departemen dan pemisahan geografis. Nilai inti pada

hakikatnya dipertahankan tetapi dimodifikasi untuk

mencerminkan situasi yang jelas terbedakan dari unit yang

terpisah itu.

Schein (1992:256-274) memberikan beberapa alasan

yang menjadi dasar penyebab terjadinya pembedaan sub-

budaya yang satu dengan sub-budaya yang lainnya atau

budaya dominan.

Page 138: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

138

Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Pembedaan fungsional (functional differentiation).

Pembedaan fungsional muncul karena adanya komunitas

yang terkait dengan bidang pekerjaannya (occupational)

dan keberadaan teknologi sebagai dasar dari fungsi yang

bersangkutan. Misalnya seorang karyawan yang mengikuti

proses rotasi jabatan, dalam setiap posisi yang

ditempatinya, karyawan itu tidak hanya akan mempelajari

ketrampilan teknis dari jabatannya, melainkan juga

perspektif dan asumsi-asumsi yang mendasari proses dari

fungsi tersebut.

2. Pembedaan letak geografis (geographical differentiation).

Salah satu dasar yang paling kuat bagi terciptanya sub-

budaya adalah pembentukkan unit-unit kerja geografis.

Beberapa tujuan yang hendak dicapai dari pembentukkan

ini adalah dengan mendekati basis pelanggan, lokasi tenaga

kerja dan bahan baku yang lebih murah, serta permintaan

dari pelanggan lokal. Faktor pembeda geografis ini terjadi

suatu fenomena dimana masyarakat lokal mempengaruhi

sub-budaya yang terbentuk dalam unit kerja geografis.

3. Pembedaan akibat produk, pasar, atau teknologi

(differentation by product, market, or technology).

Seiring dengan perkembangan organisasi, maka organisasi

itu sering membedakan diri berdasarkan teknologi yang

digunakan, produk yang diciptakan dan jenis-jenis

pelanggan yang dituju.

Page 139: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

139

4. Divisionalisasi (divisionalzation).

Seiring dengan perkembangan organisasi tersebut dalam

mewujudkan pasar yang berbeda, maka organisasi sering

melakukan divisionalisasi untuk mendesentralisasikan

sebagian besar fungsinya agar lebih terfokus pada produk

atau unit pasar. Keuntungan yang diperoleh adalah

menyatukan fungsi-fungsi yang mendekatkan dan

menciptakan lintas sub-budaya fungsional.

5. Pembedaan akibat adanya tingkat hirarki (differentation by

hierarchical level).

Organisasi yang berhasil dan sedang berkembang cepat

atau lambat akan menciptakan tingkat-tingkat hirarki agar

efektifitas tentang pengendalian tetap terjaga. Interaksi dan

proses berbagi pengalaman dari anggota masing-masing

tingkat menciptakan kesempatan munculnya asumsi-asumsi

dasar. Budaya yang tercipta pada tiap tingkat hirarki

umunya dipengaruhi oleh tugas-tugas yang kerjakan pada

tiap tingkat hirarki tersebut.

6. Merger dan akuisisi (mergers and acquisition).

Masalah mengenai budaya dominan dan sub-budaya

muncul ketika dua organisasi atau perusahaan melakukan

merger atau akuisisi. Pada proses merger, dua budaya yang

berbeda digabungkan tanpa harus memperlakukan salah

satunya sebagai budaya yang lebih dominan terhadap yang

lain. Pada proses akuisisi, perusahaan yang di akuisisi

secara otomatis menjadi sub-budaya. Masalah yang timbul

Page 140: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

140

pada proses pencampuran budaya dalam konteks kedua

kasus tersebut adalah fakta bahwa unit-unit yang bergabung

tidak memiliki kesamaan perjalanan sejarah dan adanya

unit-unit yang merasa takut, terancam, marah, maupun

mempertahankan diri (deffensive).

7. Join ventura, aliansi strategis, dan bentuk-bentuk

penggabungan lainnya (joint ventures, strategic alliances,

and other multi organizational enterprises).

Masalah mengenai budaya makin tampak ketika organisasi

melakukan aktivitas-aktivitas seperti join ventura dan aliansi

strategis guna menyiasati ketatnya persaingan karena pada

proses tersebut terjadi penyatuan budaya yang berbeda.

Faktor penting yang mempengatuhi adalah kebijakan

organisasi dalam menangani masalah-masalah yang timbul

dikemudian hari.

8. Kelompok oposisi (structural opposition groups).

Dalam organisasi sering ditemui adanya kelompok-

kelompok yang menyatakan dirinya sebagai oposisi dari

kelompok lain dan dengan sengaja melakukan aktivitas

budaya-kontra (counter-cultural), namun tetap menghormati

keberadaan budaya dominan. Contoh yang paling umum

adalah keberadaan serikat pekerja yang menjadi oposisi

bagi manajemen. Sub-budaya yang berorientasi pada sifat

oposisi (opposition-oriented) juga bisa muncul dari filosofi

manajemen yang mendorong timbulnya persaingan internal

antara tiap anggota atau kelompok dalam suatu organisasi.

Page 141: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

141

Pendapat-Pendapat mengenai Penelitian Budaya

Organisasi

Terdapat beberapa alasan yang melatarbelakangi

keinginan banyak orang untuk mempelajari budaya organisasi.

Schein (1992:12-14) menerangkan empat alasan pokok yang

mendorong orang memahami budaya organisasi, yaitu:

1. Analisis budaya menerangkan dinamika sub-budaya dalam

organisasi (cultur analysis illuminates sub-cultural dynamics

within organization). Konsep budaya menjadi relevan bagi

analisis tingkat organisasional dan menambah pengertian

mengenai apa yang terjadi dalam organisasi ketika sub-sub

budaya berbeda dan kelompok-kelompok yang ada harus

bekerja bersama. Masalah-masalah yang muncul sering

diterjemahkan sebagai kegagalan komunikasi atau

kelemahan tim kerja. Kini pemahaman itu diperjelas menjadi

kegagalan dari komunikasi antar budaya.

2. Analisis budaya merupakan hal yang penting untuk

mengetahui teknologi baru yang mempengaruhi organisasi

(cultur analysis is necessary if we are to understand how

new technologies influence and are influenced by

organizations). Teknologi baru umumnya merupakan refleksi

dari budaya yang terkait dengan pekerjaan yang terbentuk

disekeliling konsep-konsep ilmiah atau industri yang baru

dan peralatan-peralatannya. Konsep baru ini akan menjadi

bagian dalam organisasi dan bagian luar organisasi seperti

para pemasok dan akademis.

Page 142: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

142

3. Analisis budaya penting bagi manajemen organisasi yang

melampaui batas-batas negara dan budaya (cultural

analysis is necessary for management across national and

etnic boundaries). Konsep budaya menjadi relevan untuk

menganalisis segi antar negara dan lintas etnis dalam

bentuk joint venture, aliansi strategis, merger dan akuisisi.

Masalah yang kerap timbul adalah kesalahpengertian

budaya yang justru tidak pernah atau tidak sempat

didiskusikan. Kegagalan dari proses-proses join ventura dan

lain-lain dijelaskan dengan kegagalan untuk pengertian

sejauh mana kesalahpengertian budaya terjadi.

4. Proses pembelanjaan, pengembangan dan perencanaan

dalam organisasi tidak dapat dimengerti tanpa

memperhatikan budaya sebagai sumber utama perlawanan

terhadap Perubahan (organizational learning, development,

and planned change cannot be understood without

considering culture as a primary source of resistance to

change). Perlawanan terhadap proses pembelajaran dan

perubahan merupakan fenomena umum yang sering

dibicarakan namun jarang bisa dimengerti. Sebagian besar

perubahan dalam organisasi melibatkan perubahan budaya

dan bahkan perubahan pada sub-budaya. Jika Manajemen

mengerti kesulitan apa yang dihadapi orang-orang pada

tingkat sub-budaya ketika mereka harus mengubah

sebagian dari asumsi-asumsi mendasar, nilai-nilai dan

Page 143: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

143

perilaku, maka manajemen akan lebih simpati pada

resistensi mereka dan akan lebih

realistis dalam mengelola perubahan.

Empat (4) fungsi budaya organisasi dikatakan oleh

Kreiner dan Kinichi (2001:72) sebagai berikut:

1. Membenkan suatu identitas pada anggota organisasi atau

karyawan.

2. Mempermudah timbulnya komitmen bersama

3. Meningkatkan kemantapan sistem sosial. Hal ini

menunjukkan bahwa budaya organisasi yang kuat akan

banyak membantu organisasi dalam menghadapi

perubahan yang terjadi dengan efektif, sehingga budaya

sekaligus berfungsi sebagai perekat sosial.

4. Membentuk perilaku melalui pembentukan persepsi dan

keyakinan bersama. Hal ini sangat penting dalam rangka

memberikan kontribusi yang berharga bagi efektifitas

pencapaian tujuan organisasi.

Ndraha (2003:45) mengatakan bahwa pada umumnya

fungsi budaya organisasi adalah sebagai berikut:

1. Sebagai identitas dan citra suatu masyarakat. Identitas ini

terbentuk oleh berbagai faktor seperti sejarah, kondisi dan

sisi geografis, sistem-sistem sosial, politik dan ekonomi, dan

perubahan nilai-nilai di dalam masyarakat. Perbedaan dan

identitas budaya dapat mempengaruhi kebijaksanaan

pemerintahan di berbagai bidang.

Page 144: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

144

2. Sebagai pengikat suatu masyarakat. Kebersamaan adalah

faktor pengikat yang kuat seluruh anggota masyarakat.

3. Sebagai sumber. Budaya merupakan sumber inspirasi,

kebanggaan, dan sumber daya. Budaya dapat menjadi

komoditi ekonomi, seperti wisata budaya.

4. Sebagai kekuatan penggerak. Apabila budaya terbentuk

melalui proses belajar-mengajar (learning process), maka

budaya tersebut dinamis, resilient, tidak statis, dan tidak

kaku.

5. Sebagai kemampuan untuk membentuk nilai tambah. Ini

merupakan hasil yang diperoleh apabila dikaitkan dengan

manajemen, kinerja, atau kekuatan organisasional dan

kekuatan bisnis.

6. Sebagai pola perilaku. Budaya berisi norma tingkah laku

dan menggariskan batas-batas toleransi sosial.

7. Sebagai warisan. Budaya disosialisasikan dan diajarkan

kepada generasi berikutnya. Isu ini dijadikan tema sentral

dan International Conference on Tourism and Heritage

Management di Yogyakarta pada tanggal 28-30 Oktober

1996.

8. Substitusi (pengganti) formalisasi. Hal ini berarti bahwa

tanpa diperintahpun, orang akan melakukan tugasnya.

9. Sebagai mekanisme untuk adaptasi terhadap perubahan.

Dilihat dari sudut ini, pembangunan seharusnya merupakan

proses budaya.

Page 145: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

145

10. Sebagai proses yang menjadikan bangsa kongruen dengan

negara sehingga terbentuk nation-state.

Robbins (2002:253) mengatakan bahwa budaya

menjalankan

sejumlah fungsi di dalam organisasi, yaitu:

1. Budaya organisasi mempunyai peran menetapkan tapal

batas, yang berarti budaya meciptakan pembedaan yang

jelas antara satu organisasi dengan organisasi yang

Iainnya.

2. Budaya organisasi membawa suatu rasa identitas bagi

para anggota

organisasi.

3. Budaya organisasi mempermudah timbulnya komitmen

pada sesuatu yang Iebih luas dari pada kepentingan diri

pribadi seseorang.

4. Budaya organisasi meningkatkan kemantapan sistem sosial.

Budaya merupakan perekat sosial yang membantu

mempersatukan organisasi yang bersangkutan dengan

memberikan standar-standar yang tepat terhadap apa yang

harus dikatakan dan apa yang harus dilakukan oleh para

karyawan.

5. Budaya organisasi berfungsi sebagai mekanisme pembuat

makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap

serta perilaku para karyawan.

Page 146: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

146

BAB 8

PERUBAHAN BUDAYA ORGANISASI

Menurut Kotter and Heskett (1992:6) bahwa budaya

organisasi merupakan bagian dan perilaku manajemen dalam

suatu perusahaan (the behavior of firm‗s management). Apabila

salah satu unsur organisasi seperti struktur, sistem, kebijakan,

kepemimpinan dan lingkungan organisasi berubah maka

kecenderungan budaya organisasi juga berubah.

Menurut Harvey et al. (1996:341) menyatakan dalam

upaya melakukan perubahar budaya organisasi harus dimulai

dengan menciptakan visi untuk masa depan (developing a

sharp vision), memberdayakan anggota organisasi

(empowerment of members), dan mengernbangkan hubungan

kepercayaan satu dengan lainnya dalam segala tingkat

organisasi (the development of a trust relationship at all level).

Hodgetts et al. (1996:282) menyatakan bahwa kunci untuk

mengelola budaya dalam organisasi adalah meyakinkan

apakah budaya organisasi yang dioperasionalkan masih

sejalan dan mendukung aspek-aspek intern organisasi seperti

strategi, struktur, teknologi, proses dan perilaku karyawan.

Untuk rneyakinkan hal tersehut perlu dilakukan audit budaya

organisasi baik secara informal maupun secara formal, untuk

tujuan meyakinkan apakah nilai-nilai dominan, kepercayaan,

norma-norma yang berlaku atau perilaku anggota organisasi

Page 147: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

147

masih sejalan dan mendukung kegiatan operasi perusahaan

terutama mengarahkan implementasi strategi perusahaan.

Apabila tidak ada kecocokan antara aspek-aspek yang

dominan dalam organisasi (struktur, strategi, teknologi,

karvawan) maka perlu dilakukan perubahan budaya organisasi

secara terencana agar sejalan dan konsisten dengan aspek-

aspek dominan struktur, strategi, karyawan, dan proses

organisasi agar kembali tercapai tujuan secara efektif. Dengan

kata lain untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan budaya

(cultural gap) maka audit budaya harus dimulai dari dalam

perusahaan sendiri. Artinya, perusahaan yang berinisiatif

melakukan merger harus terlebih dahulu memahami budaya

organisasinya. Sebab seperti dikatakan oleh Grossman

(1999:125), sering terjadi para eksekutif justru berbeda

pandangan dengan staffnya tentang budaya perusahaan.

Misalnya, para eksekutif mengklaim bahwa perusahaan yang

dikelolanya lebih people oriented, sementara para karyawan

mengatakan lain. Oleh karena itu, perbedaan pandangan ini

harus diluruskan terlebih dahulu sebelurn audit budaya

terhadap target perusahaan sebelum dilakukan merger. 1-lasil

audit ini kernudian digunakan sebagai dasar untuk memutuskan

apakah nantinya implementasi merger memerlukan perubahan

budaya atau tidak. Sedangkan Robbins (1996:311)

menyarankan kondisi yang paling membantu sebelum

mengadakan peruhahan, ditekankan agar melakukan analisis

budaya untuk melakukan audit budaya yaitu menilai apakah

Page 148: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

148

budaya sekarang dibandingkan dengan budaya yang diinginkan

relatif saling mendukung. Melalui audit budaya dapat

mengevaluasi faktor-faktor kesenjangan dan dapat

mengidentifikasi elemen-elemen budaya mana yang harus

diganti.

Ada beberapa faktor situasional yang memungkinkan

dilakukannya perubahan budaya dalam organisasi yaitu: 1.

apabila organisasi menghadapi krisis yang drarnatis maka

secara spontan perlu mengubah budaya organisasi agar

mampu menangani krisis yang dirasakan anggota organisasi, 2.

apabila terjadi pergantian pimpinan dalam organisasi,

kecenderungan perubahan posisi kepemimpinan akan

melakukan perubahan budaya organisasi dengan penerapan

nilai-nilai baru yang dianggap sesuai oleh pimpinan baru, dan 3.

melalui transisi dan tahap-tahap daur budaya organisasi. Tahap

yang paling penting apabila melakukan perubahan dan tahap

pembentukan ke tahap pertumbuhan dan mencapai

kedewasaan maka sangat diperlukan untuk meningkatkan

perubahan budaya agar mendukung efektifitas organisasi.

Menurut Hodge et al. (1996:285) peruhahan budaya

organisasi melalui dua pendekatan yaitu: 1. perubahan budaya

organisasi dan atas ke bawah (top down change); 2. perubahan

dan anggota organisasi atau karyawan (bottom up change)

yaitu pendekatan partisipatif dimana perubahan terjadi karena

permintaan karyawan. Top down change berfokus pada

perubahan nilai-nilai, keyakinan, norma-norma dan harapan,

Page 149: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

149

perilaku yang perubahannya berasal dan manajemen puncak,

Contoh setelah diadakan observasi oleh pimpinan puncak

maka perlu meningkatkan kualitas pekerjaan dengan

menetapkan nilai-nilai baru, perilaku karyawan baru, penetapan

norma-norma baru yang menciptakan budaya organisasi baru.

Caranya dengan melakukan rapat-rapat serta pertemuan

dengan bawahan untuk menetapkan strategi-strategi baru.

Kelemahan perubahan budaya organisasi melalui top

down management kemungkinan bertentangan atau tidak

konsisten dengan nilai-nilai dan nonnanorma dan bawahan /

karyawan. Maka berakibat terjadinya penolakan terhadap

perubahan budaya organisasi (resistance to change) yang

dapat menimbulkan kebencian dari pihak karyawan. Hal ini

cenderung menyebabkan peruhahan tidak dapat dipertahankan

secara permanen atau bertahan lama. Perubahan budaya

organisasi melalui bottom up change merupakan perubahan

yang lambat laun merupakan pendekatan partisipasi, tipe

peruhahan seperti ini didukung oleh manajemen level bawah

atau karyawan. Misalnya manajemen membuat survei terhadap

aktivitas karyawan melalui bantuan konsultan, kemudian

diputuskan untuk melakukan perubahan budaya. Hal ini dapat

berlangsung secara terbuka dalam organisasi dan secara

permanen dapat membawa serta karyawan dalam perubahan

budaya organisasi.

Spencer (Atmosoeprapto, 2000:72) menjelaskan bahwa

proses pengembangan budaya organisasi dipengaruhi oleh

Page 150: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

150

beberapa faktor, yaitu Kebijakan organ isasi (organizational

wisdom)

Kebijakan organisasi ditunjang oleh filosofi organisasi

(serangkaian nDi-nilai yang monjelaskan bagaimana organisasi

berhubungan dengan pelanggaran, produk, atau pelayanannya,

bagaimana karyawan berhubungan satu sama lain, sikap,

perilaku, gaya pakaian, dan lain-lain serta apa yang bisa

mempengaruhi semangat, keterampilan yang dimiliki, dan

pengetahuan yang terakumulasi dalam perusahaan).

1. Gaya perusahaan (organizational style)

Gaya perusahaan dipengaruhi oleh profil karyawannya,

pengembangan sumber daya manusianya, dan masyarakat

organisasi, atau bagaimana penampilan organisasi tersebut

dilingkungan organisasi lainya.

2. Jati diri organisasi (organizational identity)

Jati diri organisasi ditunjang oleh citra organisasi, kredo atu

semboyan organisasi, dan proyeksi organisasi atau apa

yang ditonjolkan oleh oerganisasi.

Menurut Haris dan Moran (Atmosoeprapto, 2000:73)

sejak dekade akhir 70-an atau awal 80-an, para eksekutif dan

cendikiawan benar-benar mulai rnenghargai bagaimana budaya

organisasi atau budaya perusahaan memberikan perasaan

siapa mereka, kebersamaan, rasa ikut memiliki, bagaimana

meraka harus berperilaku, dan apa yang harus mereka lakukan,

sehingga perusahaan bukan lagi sekedar tempat berkarya dan

mencari nafkah, tetapi Iebih dan itu, diyakini sebagai tempat

Page 151: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

151

dimana setiap individu merasa memperoleh nilai tambah dan

dapat mengembangkan dirinya.

Mengubah budaya suatu organisasi dapat merupakan

sesuatu yang sangat rumit atau komplek. Ahli manajemen,

Peter Drucker (dalam Lewis, et al., 2004: 355-361) mengatakan

bahwa para manajer dapat memodifikasi bentuk-bentuk budaya

yang dapat dilihat, seperti bahasa organisasi, cerita-cerita,

upacara-upacara, ritual, dan kisah-kisah.

Para manajer dapat mengubah materi-materi yang

digambarkan dalam cerita-cerita pada umumnya, bahkan para

manajer dapat mendorong para karyawan untuk melihat suatu

realitas yang berbeda. Karena posisinya, para manajer tingkat

atas (top-level managers) dapat menginterpretasi situasi dalam

cara-cara baru dan menyesuaikan pemahaman-pemahaman

yang melekat terhadap peristiwa-peristiwa organisasi yang

penting. Memodifikasi budaya dalam cara-cara tersebut

memerlukan waktu dan energi yang sangat besar, tetapi sangat

menguntungkan dalam jangka waktu panjang. Untuk mencapai

sukses, perubahan harus konsisten dengan nilai-nilai yang

penting dalam budaya, dan berasal dan para partisipan dalam

organisasi.

Perubahan budaya organisasi secara evolusi akan

melibatkan perubahan-perubahan dalam kegiatan-kegiatan

organisasi yang ringan dalam merespon perubahan kejadian

internal maupun eksternal. Perubahan budaya secara revolusi

juga dapat dilakukan karena organisasi berhubungan dengan

Page 152: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

152

tantangan-tantangan utama. Perubahan budaya pada dasarnya

sulit dalam lingkungan persaingan global saat ini, beraneka

ragamnya angkatan kerja, dan inovasi teknologi. Namun

demikian adalah bagian pekerjaan manajer untuk membantu

organisasi dan para anggota organisasi dalam menanggulangi

resistensi pada perubahan. Melakukan perubahan memerlukan

pemahaman akan keberadaan organisasi saat ini dan visi yang

diemban yang ingin diciptakan. Beberapa kegiatan berikut ini

akan banyak membantu para manajer dalam mencapai budaya

organisasi yang etektif dan perubahannya. Merubah budaya

berarti melakukan perubahan-perubahan tertentu pada budaya.

Melakukan perubahan terhadap budaya tersebut juga

mengandung makna memunculkan suatu modifikasi atau

mengembangkan budaya, dan atau menciptakan budaya.

Manajer pada semua tingkatan dalam organisasi dapat

membantu mengembangkan budaya. Secara sederhana dapat

dikatakan bahwa para supervisor menetapkan ‗tone‘ nya,

mengelola sumber daya yang dimiliki, dan mengendalikan cara-

cara mempengaruhi hasil. Para manajer membantu

menciptakan budaya (Plunkett dan Attner, 1994:271) melalui:

Identifying the underlying values (identifikasi nilai-nilai yang

mendasari).

Clearly defining the company‘s mission and goals

(menjelaskan pengertian atau pemahaman misi dan tujuan-

tujuan perusahaan).

Page 153: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

153

Determining the amount of individual autonomy and the

degree to which people work separately or in group

(menentukan sejumlah otonomi individu dan tingkatan di

mana orang-orang bekerja secara terpisah atau dalam

kelompok).

Structuring work to achieve goals in accordance with the

corporation‘s values (menstrukturisasi pekerjaan untuk

mencapai tujuan-tujuan sesuai dengan nilai-nilai

perusahaan).

Developing reward systems that rein force values and goals

(mengembangkan sistem ganjaran yang mengukuhkan nilai-

nilai dan tujuan-tujuan).

Creating methods of socialization that will bring new workers

inside the culture and reinforce the culture for existing

workers (menciptakan metode sosialisasi yang nantinya

akan membawa para pekerja baru ke dalam budaya dan

mengukuhkan budaya untuk keberadaan para pekerja

tersebut).

Perubahan budaya dilakukan dalam rangka upaya untuk

menjadikan suatu budaya yang efektif, dan mengurangi atau

menghindari atau bahkan menghapus budaya yang tidak

efektif. Karena itu pula pemahaman terhadap budaya

merupakan hal yang penting, karena budaya mempengaruhi

kinerja. Ada tiga (3) faktor yang dapat membantu menentukan

bagaimana suatu budaya organisasi dapat efektif, yaitu:

Page 154: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

154

1. Coherence, seberapa baik budaya sesuai dengan misi dan

unsur-unsur organisasi yang lain.

2. Pervasiveness and depth, seberapa luas para karyawan

menganut budaya organisasi.

3. Adaptability to the external environment. Apabila budaya

organisasi sesuai dengan lingkungan eksternal, para

manajer dan karyawan mempunyai mindset untuk bersaing.

Cornelius (2003) mengatakan bahwa terdapat empat (4)

syarat

menciptakan budaya yang dapat dirubah, yaitu:

1. a workforce that is business literate (tenaga kerja yang

usaha)

2. a workforce with permission to act (tenaga kerja yang

dengan suka rela atau atas kemauan sendin bertindak)

3. a workforce that will challenge the status quo (tenaga kerja

yang menentang status quo).

4. leadership that encourages a culture ready for change

(kepemimpinan yang mendorong suatu budaya yang siap

untuk dirubah).

Page 155: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

155

BAB 9

MEMPERTAHANKAN BUDAYA ORGANISASI

Menurut Robbins (1996:298) ada tiga cara

mempertahankan budaya organisasi agar dapat survival yaitu:

1. Praktek seleksi dalam oragnisasi. Proses seleksi ini untuk

memakai dan mernperkerjakan karvawan ang niernpunyai

pengetahuan dan keniampuan berprestasi yang berhasil.

Proses seleksi dapatl mempertahankan dan berfungsi

sebagai penyaring karyawan termasuk juga untuk menilai

apakah individu-individu dapat mendukung nilai-nilai yang

berlaku dalam organisasi.

2. Peranan manajemen puncak dalam mcrnpertahankari

budaya organisasi. Bagaimana manajemen puncak

rnenetapkan norma-norma yang dapat meresap sampai ke

tingkat bawah baik dengan kekuatan atau dengan sukarela,

misalnya dalam menetapkan gaji, promosi, dan lain-lain.

3. Sosialisasi, Kegiatan sosialisasi budaya kepada anggota

organisasi terutama selama mereka berkarir dalam

perusahaan, bagaimana caranya memberikan orientasi,

bagaimana memberikan pelatihan untuk mendalami dan

mengaplikasikan budaya organisasi yang herlaku. Selain hal

tersehut di atas, penyampaian budaya organisasi dapat

melalui interaksi atau program-program pelatihan yang

Page 156: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

156

menyampaiannva rnelalui cerita-cerita, ritual, bahasa, dan

simbol-simbol.

Tiga kekuatan memainkan peran penting dalam

mempertahankan suatu budaya organisasi, yaitu (Robbins,

1996:198):

1. Praktek Seleksi.

Tujuan eksplisit dari proses seleksi adalah

megidentifikasikan dan memperkerjakan individu-individu

yang mempunyai pengetahuan, keterampilan dan

kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan sukses

didalam organisasi itu.

Proses seleksi juga memberikan informasi kepada para

pelamar mengenai organisasi itu. Para calon belajar

mengenai organisasi itu, dan jika mereka merasakan konflik

antara nilai mereka dan nilai organisasi, mereka dapat

menyeleksi diri mereka untuk keluar dari perkumpulan

pelamar. Dengan cara ini, proses seleksi mendukung

budaya suatu organisasi dengan menyeleksi keluar individu-

individu yang memungkinkan menyerang atau

menghancurkan nilai-nilai inti suatu organisasi.

2. Tindakan manajemen puncak.

Tindakan manajemen puncak mempunyai dampak besar

pada budaya organisasi. Lewat apa yang mereka katakan

dan bagaimana mereka berperilaku, eksekutif senior

menegakkan norma-norma yang merembes ke bawah

sepanjang organisasi, misalnya apakah pengambilan resiko

Page 157: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

157

diinginkan; berapa banyak kebebasan seharusnya diberikan

oleh para manajer kepada bawahan mereka; pakaian

apakah yang pantas dan tindakan apakah yang akan

diimbali dalam kenaikan upah, promosi dan ganjaran lain.

3. Metode sosialisasi.

Tidak perduli berapa yang telah dilakukan organisasi itu

dalam perekrutan dan seleksi, karyawan baru tidak

sepenuhnya diindoktrinasi dalam budaya organisasi itu.

Mungkin yang paling penting, karena mereka tidak kenal

baik dengan budaya organisasi, karyawan baru agak

potensial mengganggu keyakinan dan kebiasaan yang ada.

Oleh karena itu, organisasi itu akan berniat membantu

karyawan baru menyesuaikan diri dengan budayanya.

Proses penyesuaian ini disebut sosialisasi.

Page 158: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

158

BAB 10

BUDAYA SEBAGAI SUATU BEBAN

Budaya memberitahu para karyawan bagaimana segala

sesuatu dilakukan dan apa yang penting. Namun kita tidak

boleh mengabaikan aspek budaya yang secara potensial

bersifat disfungsional, teristimewa budaya yang kuat. (Robbin,

1996:295).

1. Penghalang terhadap perubahan budaya merupakan suatu

beban bilamana nilai-nilai bersama tidak cocok dengan nilai

yang akan meningkatkan efektifitas organisasi. Kondisi ini

paling mungkin terjadi bila lingkungan organisasi itu dinamis.

Jika Iingkungan itu mengalami perubahan yang cepat,

budaya yang telah berakar dan organisasi itu mungkin tidak

tepat lagi. Jadi konsistensi perilaku merupakan suatu asset

bagi organisasi. Bila organisasi itu menghadapi suatu

Iingkungan yang mantap. Tetapi konsistensi itu dapat

membebani organisasi itu dan menyulitkan untuk

menanggapi perubahan dalam lingkungan itu.

2. Penghalang terhadap keanekaragaman. Mempekerjakan

karyawan-karyawan baru yang karena ras, kelamin, etnis

dan perbedaan lain tidak sama dengan mayoritas anggota

organisasi menciptakan suatu paradoks. Manajemen

menginginkan karyawan baru itu menerima baik nilai budaya

itu dan organisasi itu. Bila tidak karyawan ini kecil

kemungkinannya cocok atau dapat diterima. Tetapi

Page 159: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

159

sekaligus manajemen ingin mengumumkan secara terbuka

dan menunjukkan dukungan akan perbedaan-perbedaan

yang dibawa karyawan ini ke tempat kerja. Budaya yang

kuat mengenakan tekanan yang cukup besar pada para

karyawan untuk menyesuaikan diri. Mereka membatasi

rentang nilai dan gaya yang dapat diterima. Jelas ini

menciptakan suatu dunia organisasi-organisasi

mempekerjakan individu yang berkeanekaragaman karena

kebutuhan atau alternatif yang dibawa mereka ke tempat

kerja. Kemungkinan besar perilaku dalam kekuatan yang

beraneka ragam mengurangi budaya kuat ketika orang

berupaya menyesuaikan diri dalam organisasi itu. OIeh

karena itu budaya kuat dapat merupakan beban, bila

budaya itu dengan efektif menginginkan kekuatan unik

tersebut yang dibawa oleh orang yang dengan latar

belakang yang berlainan.

3. Penghalang terhadap merger dan pencapokan. Secara

historis faktor-faktor utama yang dipandang oleh

manajemen dalam mengambil keputusan merger atau

akuisisi dikaitkan dengan keuritungan finansial atau sinergi

produk.

Page 160: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

160

BAB 11

SOSIALISASI BUDAYA ORGANISASI

SosiIisasi dapat didefinislkan sebagai proses yang

menadatasikan para karyawan pada budaya organisasi.

Robbins (1996) membagi ada 3 tahapan proses sosialisasi:

1. Tahap prakedatangan. Secara eksplisit mengakui bahwa

tiap indvidu tiba dengan seperangkat nilai, sikap dan

harapan. ini mencakup baik kerja yang harus dilakukan

maupun organisasi itu.

2. Tahap perjumpaan. Pada tahapan ini individu menghadapi

dikotomi atau percabangan yang mungkin antara

harapannya mengenai pekerjaan, rekan sekerja, atasan dan

organisasi itu secara umum dan kenyataan. Jika harapan

terbukti kurang Iebih tepat tahap perjumpaan itu sekedar

memberikan suatu pemastian ulang dan persepsi yang

diperoleh sebelumnya.

3. Tahan metaformis. Pada tahap dalam proses sosialisasi

dimana seorang karyawan baru menyesuaikan diri pada

nilai dan norma kelompok kerjanya. Hasil dari metaformis

ada 3 yakni, produktifitas, komitmen, keluarnya karyawan.

Jika dalam proses penyesuaian tidak banyak hambatan

atau nilai pribadi selaras dengan norma kelompok kerjanya

biasanya dapat meningkatkan produktititas dan komitmen

yang tinggi. Kondisi sebaliknya jika karyawan tidak dapat

menyesuaikan dengan nilal kelompok, bisa menyebabkan

Page 161: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

161

kondisi kerja kanyawan tidak menyenankan bahkan bisa

mengalami stres yang mengakibatkan karyawan tersebut

keluar dan pekerjaannya. Kondisi demikian ini tidak

menguntuhgkan kedua belah pihak yakni karyawan maupun

perusahaan.

Sumber: Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi versi Bahasa

Indonesia edisi ke delapan . PT. Prenhallindo, Jakarta 1998. Hal 27

Gambar 11.1 MODEL PERILAKU ORGANISASI DASAR

Page 162: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

162

Dari model yang ditawarkan berdasarkan Gambar 11.1.

untuk analisis dibedakan dalam beberapa tingkatan yakni pada

unit analisis di tingkat individual, unit analisis pada tingkat

kelompok dan unit analisis pada tingkat sistem organisasi.

Setelah pada tingkat sistem organisasi keluaran manusia

outputnya dapat berupa produktifitas, absensi, pergantian

karyawan dan kepuasan.

Variabel pada tingkat individual. Bila individu-individu

memasuki suatu organisasi, mereka sedikit sama dengan mobil

bekas. Semua berlainan. Beberapa masih rendah kilometernya

- mereka telah diperlakukan dengan seksama dan hanya

terbatas tersingkap pada realitas unsur-unsur yang lain sudah

usang benar dengan tidak mengalami sejumlah jalan yang

kasar. Analog ini menandakan bahwa orang-orang memasuki

organisasi dengan karakteristik-karaktei istik tertentu yang akan

mempengaruhi perilaku mereka di tempat kerja. Yang jelas

karaktenistik ini adalah ciri pribadi atau biografis seperti

misalnya usia, jenis kelamin, status perkawinan, ciri

kepribadian, nilai dan sikap dan tingkat kemampuan dasar.

Karakteristik ini pada hakekatnya masih utuh ketika seorang

individu memasuki angkatan kerja, dan umumnya manajemen

tidak dapat berbuat banyak untuk mengubahnya.

Variabel tingkat kelompok. Perilaku orang-orang dalam

kelompok lebih dan pada jumlah total dan tiap-tiap individu

yang bertindak menurut caranya sendiri. Kerumitan model

ditingkatkan bila kita mengakui bahwa perilaku orang-orang bila

Page 163: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

163

berada dalam kelompok yang berbeda dan perilaku mereka bila

sendirian.

Variabel pada tingkat sistem organisasi. Perilaku

organisasional mencapal tingkat kecanggihan yang tertinggi

bila kita tambahkan struktur formal kepada pengetahuan kita

sebelumnya mengenal perilaku individu dan kelompok. Seperti

kelompok lebih dan jumlah anggota individunya, demikian pula

organisasi lebih dan pada jumlah kelompok-kelompok

anggotanya. Desain dari organisasi formal, teknologi dan

proses kerja, serta pekerjaan, kebijakan dan praktik sumber

daya manusia dan organisasi itu yaitu proses seleksi, program

pelatihan metode penilaian kerja, budaya intern dan tingkat

stress semuanya mempunyai dampak pada variabel-variabel

bebas.

Page 164: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

164

BAB 12

HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN

KINERJA

Kotter dan Heskett (1992) peneliti dari Harvard Business

School dalam penelitiannya yang memakan waktu cukup

panjang menemukan bahwa terdapat 4 (empat) faktor yang

menentukan perilaku kerja manajemen suatu perusahaan,

yaitu: 1. budaya perusahaan; 2. struktur, sistem, rencana dan

kebijakan formal; 3. kepemimpinan (leadership); dan 4.

Iingkungan yang teratur dan bersaing.

Kotter dan Heskett menemukan juga banyak faktor yang

mempengaruhi kinerja perusahaan, namun mereka hanya

tertanik dengan dampak potensial dan satu unsur variabel saja,

yaitu budaya perusahaan. Telaah yang dilakukan adalah untuk

menjawab apakah ada hubungan antara budaya perusahaan

dan kinerja ekonomi jangka panjang, untuk mengklarifikasi sifat

dan alasan-alasan bagi hubungan keduanya, untuk

menemukan apakah dan bagaimana hubungan itu dapat

dieksploitasi dalam upaya meningkatkan kinerja suatu

perusahaan.

Penelitiannya berhasil menunjukkan bahwa: 1. budaya

perusahaan mempunyai pengaruh yang berarti (signifikan)

terhadap kinerja ekonomi jangka panjang, 2. budaya

perusahaan mungkin akan menjadi suatu faktor yang bahkan

Page 165: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

165

Iebih penting lagi dalam menentukan keberhasilan atau

kegagalan perusahaan dalam dasawarsa yang akan datang, 3.

budaya perusahaan yang menghambat kinerja keuangan

jangka panjang cukup banyak, dan budaya semacam itu mudah

berkembang, bahkan dalam perusahaan-perusahaan yang

penuh dengan orang-orang pandai serta berakal sehat, dan 4.

walaupun sulit untuk diubah, budaya perusahaan dapat

disesuaikan agar bersifat Iebih akomodatif pada anggota

sehingga bisa meningkatkan kinerja.

Kuchinks (1999) melakukan penelitian tentang

kepemimpinan dan budaya organ isasi di dua negara industri

maju yang mempunyai hubungan historis dan kuat, yaitu di

Amerika serikat dan Jerman. Studi yang berdasarkan survay ini

meneliti perbedaan dalam gaya kepemimpinan dan beberapa

nilai budaya pada perusahaan telekomunikasi di AS dan di

Jerman.

Hasil studinya menemukan bahwa terdapat banyak

kesamaan dan juga perbedaan antara kepemimpinan dan

budaya organisasi di kedua negara tersebut. Dengan

menggunakan beberapa variabel independen, --tapi

dikendalikan dalam rancangan eksperimentalnya dalam hal

pengaruh usia, jenis kelamin dan pendidikan--, ditemukan

bahwa adanya perbedaan dalam dimensi kepemimpinan

transformasional khususnya pada kharisma dan motivasi

inspirasional. Pekerja di AS memiliki jiwa kepemimpinan yang

Iebih besar pada variabel yang fokus pada visi, masa depan

Page 166: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

166

yang diharapkan, optimisme dan antusiasisme dalam usaha

pencapaian hasil. Sedangkan di Jerman, para pekerja kurang

mempunyai kharisma dan inisiatif. Namun dalam hal

kepemimpinan transaksiona ditemukan tidak ada perbedaan.

Beberapa nilai budaya dapat pula memprediksi gaya

kepemimpinan, tetapi hanya menjelaskan perbedaan dalam

porsi yang kecil. Hal ini menerangkan bahwa nilai-nilai budaya

memiliki pengaruh kecil pada kepemimpinan.

Littrell (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh

komposisi lintas budaya (influence of the cross-cultural

composition) pada tim manajemen yang berkaitan dengan

pitihan kepemimpinan. Sebagai indikatornya adalah perilaku

manajer dan supervisor di dua hotel yang berada di kota

Zhengzhou Propinsi Henan, China. Pengumpulan data dalam

rentang waktu 3 tahun yakni pada tahun 1999 sd. tahun 2002

dengan jumlah populasi yang sama. Data dikumpulkan

memakai kuisioner yang dikembangkan oleh Ohio State

University (USA), yaitu Leader Behavior Description

Questionnaire (LBDQ), yang mengidentifikasikan dua

karakteristik utama perilaku pemimpin, yakni orieritasi tugas

(task-orientation) dan pemeliharaan anggota kelompok

(nurturance of the members of the group).

Salah satu kesimpulannya menyatakan bahwa budaya

organisasional berpengaruh signifikan terhadap perilaku

(behaviours), opini (opinions), sikap (attitudes) dan

kepercayaan (beliefs) anggota organisasi.

Page 167: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

167

Lusch dan Harvey (1994) meneliti para pengawas

keuangan

(controller) yang bekerja di beberapa perusahaan jasa akuntan

publik (public accountant) di Amerika Serikat menemukan

bahwa

peningkatan kinerja organisasional dapat dipengaruhi oleh

aktiva tak berwujud (intangible assets), antara lain budaya

organisasional (organizational culture), hubungan dengan

pelanggan (customer relationship) dan citra perusahaan (brand

equity / corporate image).

Dalam penelitiannya, kinerja organisasional ditunjukkan

oleh jumlah jasa yang berhasil dilakukan serta peningkatan

profit (laba) perusahaan, sedangkan budaya oganisasi diukur

dengan menggunakan konsep yang dikemukakan oleh

Hofstede et al. (1990).

Arogyaswamy dan Byles (1987) dalam penelitianya

menemukan bahwa budaya organisasi hanya merupakan salah

satu dan banyak variabel yang dapat memberi kontribusi untuk

menjelaskan kinerja organisasi. Hubungan antara budaya

organisasi dengan kinerja dipandang dalam suatu kerangka

kontingensi. Budaya yang ada dalam satu organisasi memang

memberikan kontibusi terhadap sikap dan perilaku orang-orang

yang ada di dalamnya, yang merupakan nilai-nilai dan ideologi

yang dipakai dalam aktivitas keseharian.

Internal fit (keserasian internal) akan memberikan

karakter budaya pada masing-masing individu yang ada dalam

Page 168: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

168

organisasi, sedangkan external fit (keserasian eksternal)

merupakan indikator lanjutan, yang mana budaya dan strategi

organisasi ada dalam satu garis dengan yang lainnya.

Beberapa katagori variabel berbeda dipakai untuk

membahas pengaruh keserasian antara kebutuhan, yaitu: 1.

jenis stretagi generik yang telah disesuaikan; 1. katagorisasi

produk atau layanan yang ditawarkan; 3. lingkungan alam 4.

karakteristik perusahaan dalam memanfaatkan persaingan; 5.

ukuran organisasi dan 6. tingkat ketergantungan. Analisisnya

menghasilkan bahwa internal fit bukan merupakan syarat yang

universal untuk kesuksesan suatu organisasi, namun budaya

organisasi merupakan hal yang sangat penting untuk

diperhatikan.

Kemp dan Dwyer (2001) dalam penelitiannya di The

Regent Hotel Sidney berusaha mencari jawaban tentang

pengaruh antara jaringan budaya (cultural web) yang ada

dalam organisasi pada hotel tersebut terhadap perilaku

karyawan dan dampaknya terhadap organisasi secara

keseluruhan.

Dalam kesimpulan, mereka menemukan bahwa

penggunaan jaringan budaya berpengaruh terhadap perilaku

karyawan dan dapat meningkatkkan kinerja organisasi.

Waclawski (1996) daam penelitiannya menggunakan

hasil-hasil survai organisasional untuk meningkatkan kinerja

organisasional dalam perusahaan jasa finansial, di mana

termasuk budaya dan kepemimpinan digunakan sebagai

Page 169: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

169

variabel independen. Konsep budaya yang dipakai adalah yang

dikemukakan oleh Pettigrew (1979), dan konsep leadership

style dan EkvaII dan Arnonen (1991) serta kinerja organisasi

diukur dengan kinerja finansial (financial performance) yang

dilakukan dengan mengumpulkannya seama 18 bulan.

Dalam penelitiannya itu, Waclawski menemukan bahwa

budaya (culture) Iebih penting dibandingkan gaya

kepemimpinan (leadership style) dalam meningkatkan kinerja

organisasional.

O‟Reilly (1989) menganalisis adanya 4 faktor yang

membuat budaya perusahaan menjadi kuat, yakni: 1. sistem

partisipasi, 2. gaya manajemen, 3. informasi dari orang lain

sehingga membentuk sikap dan perilaku karyawan; dan 4.

adanya sistem penghargaan. Ke-4 faktor tersebut memberikan

pengaruh yang sangat besar untuk terwujudnya budaya

perusahaan yang kuat.

O‟Reilly et al. (1991) mengkaji tiga tema yang dewasa ini

banyak dibahas dalam perilaku organisasi, yaitu: 1. ketertarikan

dalam melakukan penilaian konstruk hubungan antara situasi

dengan seseorang (person-situation interactional constructs); 2.

penilaian budaya organisasi secara kuantitatif (the quantitative

assesment of organizational culture); dan 3. penerapan “Q-sort”

atau template-matching, yang merupakan pendekatan yang

digunakan dalam menilai hubungan antara situasi dengan

seseorang.

Page 170: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

170

Data longitudinal dari para akuntan dan mahasiswa MBA

serta data cross-sectional dan karyawan pemerintah dan

perusahaan-perusahaan akuntansi digunakan untuk

mengembangkan dan validasi suatu instrumen dalam menilai

kaitan antara person, organization fit dan the organizational

culture pto file.

Hasilnya menunjukkan bahwa dimensi preferensi

seseorang dalam budaya organisasi dan keberadaan budaya

dapat diinterpretasikan. Kecocokan seseorang dalam

organisasi dapat dilihat dari kepuasan kerja dan komitmen

terhadap organisasinya setelah dua tahun bekerja. Hal penting

lainnya adalah adanya kesesuaian antara preferensi (pilihan)

individual dengan budaya organisasi.

Pratt dan Beaulieu (1992) dalam penelitiannya menguji

perbedaan budaya organisasi kantor akuntan publik yang

disebabkan oleh size, teknologi, kisaran (rank), dan bidang

fungsi organisasional. Dengan menggunakan 338 responden

yang bekerja sebagai managing partner pada akuntan publik di

Seattle, Denver, Chicago, South Bend dan New York City, Pratt

dan Beaulieu menemukan bahwa size perusahaan mempunyai

pengaruh signifikan terhadap dimensi budaya power distance,

tetapi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

dimensi budaya uncertainty avoidance. Juga ditemukan bahwa

perbedaan lingkungan kerja pada kantor akuntan publik, yang

dalam hal ini diklasifikasikan ke dalam management advisory

services (MAS) dan non-MAS, mempunyai pengaruh yang

Page 171: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

171

signifikan terhadap budaya organisasional. Hasil penelitian

Pratt & Beaulieu mendukung temuan peneliti sebelumnya

seperti Watson (1975), Ballew (1982) dan Jiambalvo et al.

(1983) yang mengemukakan bahwa perbedaan bidang fungsi

organisasi mempunyai pengaruh terhadap perbedaan budaya.

Hofstede et al. (1990) dalam penelitiannya dengan

menggunakan sampel pada 20 departemen organisasiona yang

terdapat dalam 10 perusahaan, masing-masing 5 di Denmark

dan 5 di Netherlands (Belanda) dengan jumlah 180 orang yang

diwawancari (rsponden). Variabel size yang digunakan adalah

diukur ndengan tiga jenis, yaitu jumlah anggaran tahunan,

investasi modal dan jumlah karyawan. Sedangkan dimensi

praktek budaya organisasi yang diteliti mencakup enam

dimensi, yaitu: 1. Process-Oriented vs. Result-Oriented: 2.

Employee—Oriented vs. Job–Oriented; 3. Parochial vs.

Profesional; 4. Open System vs. Closed System; 5. loose

Control vs. Tight Control; dan 6. Normative vs. Pragmatic.

Penelitian Hofstede menemukan bahwa perbedaan

budaya organisasional dipengaruhi oleh size, tipe kepemilikan

(swasta-pemerintah), struktur organisasional, system

pengendalian dan profil karyawan. Jumlah karyawan sebagai

salah satu pencerminan size unit organisasional mempunyai

pengaruh yang sangat kuat terhadap budaya organisasi,

dibandingkan dengan jumlah anggaran dan modal yang

diinvestasikan.

Page 172: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

172

Lewis (1994) dalam penelitiannya di sebuah perguruan

tinggi di Australia menemukan tidak ada pengaruh langsung

antara budaya organisasi dengan kinerja organisasi. Lewis

meneliti keterkaitan antara reaksi, perilaku dan kinerja

organisasi dengan adanya perubahan organisasi pada suatu

lembaga pendidikan lanjutan (college) yang akan menjadi suatu

universitas, di mana college tersebut sebelumnya sudah

memiliki budaya organisasi. Dinyatakannya, organisasi yang

dijalankan secara baik sesuai kriteria yang diamanatkan oleh

para pemegang saham (pemilik), kendatipun ada pertentangan

yang luas antara kelompok bawah dengan menejemen level

menengah selama terjadinya perubahan organisasi, ditemui

kinerja organisasi tak mengalami perubahan yang signifikan.

Bernard (1995) dalam penelitiannya menguji keterkaitan

antara budaya organisasi dan kinerja organisasi. Bernard

meneliti hubungan kausal antara kedua variabel tersebut

dengan model-model empirik yang sudah dilakukan peneliti

sebelumnya. Ditemukan adanya kaitan (link) yang tidak jelas

antara budaya dan kinerja, serta masih diperlukannya

perbaikan-perbaikan penerapan konsep yang dilibatkan oleh

peneliti sebelumnya. Bernard juga mengajukan beberapa

variabel moderator yang perlu dipertimbangkan jika melakukan

penelitian di masa mendatang.

Chuang et al. (2004) dalam penelitiannya yang berjudul

”Organizational Culture, Group Diversity and Infra-Group

Conflict‖, menggunakan alat analisis konseptual dan proposal

Page 173: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

173

penelitian yang didasarkan pada temuan penelitian terdahulu.

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah hubungan

antara budaya organisasi, konflik dalam kelompok dan

keanekaragaman kelompok. Temuan utamanya adalah

keanekaragaman kelompok dipengaruhi oleh keselarasan niali

dan kandungan nilai dalam organisasi.

Peter Lok dan John Crawford (2004) dalam penelitiannya

yang berjudul ”The effect Organizational Culture and

Leadership Style On Job satisfaction and Organizational

Commitment‖, mengukur pengaruh dari budaya organisasi,

gaya kepemimpinan, kepuasan kerja dan komitmen organisasi

dengan menggunakan metode Analisis Regresi. Temuan utama

dalam penelitian ini adalah adanya dampak budaya organisasi

inovatif dan suportif terhadap komitmen, dan dampak budaya

inovatif terhadap kepuasan. Tidak ditemukan perbedaan

signifikan damapk gaya kepemimpinan terhadap kepuasan

kerja dan komitmen antara manajer.

Moon M.J. (2000) dalam penelitiannya yang berjudul

”Organizational Commitment Revisited In New Public

Management‖, menjelaskan hubungan motivasi, komitmen

organisasional, tingkat manajerial dan budaya organisasional.

Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Multiple Regresi.

Temuan utama dalam penelitian ini adalah hasil statistik dari

model gabungan, faktor motivasi instrinsik bersumbangsih pada

meningkatnya komitmen organisasional yang dipersepsikan,

Page 174: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

174

sementara hanya pengharapan gaji yang tampak sebagai

penentu mencolok dari komitmen organisasional.

Yousef D.A. (2000) dalam penelitiannya yang berjudul

”Organizational Commitment: A Mediator of The Relationships

of Leadership Behaviour With Job Satisfaction and

Performance In A Non-Western Country‖, masalah yang diteliti

adalah untuk mengetahui peran budaya nasional dalam

memoderasi hubungan antara perilaku kepemimpinan dengan

komitmen organisasi, kepuasan kerja dan kinerja. Variabel-

variabel yang diteliti adalah perilaku kepemimpinan, komitmen

organisasi, kinerja pekerjaan, kepuasan kerja, dan karakteristik

demografi. Penelitian ini menemukan korelasi antar variabel:

komitmen organisasi dengan kepuasan kerja sebesar 0,47;

dengan kinerja sebesar 0,28.

Elenkov (2000) dalam penelitiannya mengkaji secara

bersamaan pengaruh utama (the main effects) penilaku

kepemimpinan transaksional dan transformasional atas kinerja

organisasional di Russian Companies dengan variabel

moderatornya adaiah dukungan inovasi (support for

innovation). Data yang digunakan berasal dari Directory of the

State Institute for Statistics of Rusia tahun 1998, dengan teknik

pengambilan sampel memakai stratified random sample atas

sekitar 50.000 private companies. Perilaku kepemimpinan

diukur dengan metode Multifaktor Leadership Questionnaire

(MLQ)-Form 10 dan Bass dan Avolio‟s (1990). Sedangkan

kinerja organisasional ditunjukkan dan tingkatan yang berhasil

Page 175: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

175

dicapai sesuai dengan tujuan organisasi, yaitu kuisionernya

disusun oleh suatu kelompok eksekutit sejumlah 38 orang pada

sebuah seminar. Ada 29 tujuan perusahaan yang dipakai

sebagai tolok ukur.

Hasil penelitiannya adalah perilaku kepemimpinan

transformasional secara langsung dan positif berpengaruh

terhadap kinerja organisasional melebihi dampak dan perilaku

kepemimpinan transaksional. Dukungan terhadap

inovasisecara signifikan sebagai moderator antara

kepemimpinan transformasional dengan kinerja organisasional.

Fernandez (2003) dalam penelitiannya yang berjudul

“Pengaruh Komitmen Manajemen Pada Budaya Organisasi,

Komitmen Individu, dan Kinerja RS Nirlaba”, mendiagnosis

hubungan kausal antara budaya dengan kinerja Rumah Sakit

kabupaten dan faktor yang berpengaruh terhadap keduanya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh tidak

langsung antara komitmen manajemen terhadap kinerja dan

terdapat pengaruh tidak langsung antar asumsi dan nilai

individu terhadap kinerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Parry dan Thomson

(2003) mengenai kepemimpinan, budaya dan kinerja,

merupakan sebuah studi kasus di sektor publik, New Zealand.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah dengan mengajukan

tes hipotesis hubungan antara kepemimpinan, jenis budaya dan

efektivitas dalam sektor publik dengan menggunakan SEM

(Structural Equation Model). Konstruk yang diukur dalam

Page 176: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

176

penelitian ini meliputi budaya organisasi transformasional /

transaksional, iklim untuk mengadakan inovasi, kepemimpinan

transformasional individu, kepemimpinan transformasional tim,

dan hasil-hasil tim dan organisasi. Data dikumpulkan dalam dua

kali survey yang dilakukan secara berurutan. Pertama, 388

sektor publik, kedua, 190 sektor publik di bidang kesehatan

publik dan pendidikan. Kedua survei tersebut didesain sebagai

kelengkapan investigasi beberapa aspek kepemimpinan di New

Zealand. Kesimpulan yang diperoleh bahwa terdapat korelasi

negatif antara budaya organisasi transaksional dan hasil,

korelasi positif antara budaya organisasi transformasional dan

hasil. Temuan di atas menunjukkan bahwa bentuk dan

dinamika dampak budaya dan iklim dalam sektor publik bisa

berbeda dan hubungan serupa yang diperoleh dalam sektor

privat. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap

kinerja.

2. Budaya organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap

efektivitas organisasi atau kinerja organisasi.

Casson (2002) dalam penelitiannya yang berjudul

“Leadership and Cultural Change: An Economic Analisys‖,

menguji pengaruh budaya terhadap kinerja ekonomi. Hasil

penelitian ini adalah budaya dapat megurangi biaya transaksi

dan memperbaiki kinerja ekonomi; pemimpin yang dapat

meningkatkan kinerja ekonomi dan sebaliknya pemimpin yang

jelek akan menghalangi atau merusaknya. Pemimpin yang baik

Page 177: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

177

meningkatkan kombinasi nilai-nilai secara khusus yang meliputi

keberpihakan terhadap kepentingan orang lain dan

pertimbangan yang matang dalam pengambilan keputusan;

pemimpin yang jelek meningkatkan kombinasi nilai-nilai egois

dan seketika.

Penelitian yang dilakukan oleh Barney (1986) mengenai

budaya organisasi yang mengarah pada apakah budaya

organisasi dapat menjadi suatu sumber keunggulan kompetitif,

menemukan bahwa budaya organisasi dapat berpengaruh

signifikan terhadap kinerja ekonomi jangka panjang sehingga

dapat meraih Sustainable Competitive Advantage. Dengan

demikian, maka dapat dikatakan bahwa budaya organisasi

berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.

Smart, John C., dan Edward (1996) dalam penelitiannya

yang berjudul “Organizational Culture and Effectiveness in

Higher Education: A Test of the ‗Culture Type‘ and ‗Strong

Culture‘ Hypotheses‖, menentukan apakah dua penyelidikan

(jenis budaya dan pertumbuhan konsensus) dapat

menerangkan hipotesis hubungan antara budaya organisasi

dan kinerja perguruan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa budaya perusahaan merupakan sumber keuntungan

yang berasal dari atribut yang melekat pada budaya tersebut.

Perusahaan yang mempunyai budaya dengan atribut yang

diperlukan dapat memperoleh sustainable superior financial

performance dari budaya tersebut.

Page 178: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

178

DAFTAR BACAAN

Betts, C.A., and S.M.Halfhill. 1985. Organization Culture: Theory, Definitions, and Dimentions, Las Vegas.

Brown, Douglas J. 1973. The Human Nature of Organizations,

First Printing, New York: AMACOM, USA. Cornelius, Ed. 2003. Leading a culture ready for change,

Executive Excellence (EEX), Vol. 20, Iss. 7, p. 15. Deal, Térrence E., and Allan A. Kennedy. 1984. Corporate

Cultures: Th Rites and Rituals of Corporate Life, Fourth Printing, Canada: rhe Dryden Press, Harcourt College Publishers.

Denison, Daniel R., Ancil K. Mishra. 1995. Toward a Theory of

Organizational Culture and Effectiveness, Organization Science, Vol. 6, No.2.

Deshpande, R., FrIe. J.U., Webster, F.E. 1993. „Corporate

Culture, Customer Orientation and Innovativeness in Japanese Firms: A Quadrad Analysis‟, Journal of Marketing, 57, p.p. 7-23.

Fogli, Lawrence, Hulin, Charles, Blood, Milton. 1971.

development of first k level behavioral job criteria, Journal of Applied psychology, 55, pp. 3-8.

Geletkanycz, Marta A. 1997. The Salience of Culture‟s

Consequences: The Effects of Cultural Values on Top Executive Commitment to the Status Quo, Strategic Management Journal, Vol.18, No. 8, p.p. 615- 634.

Glaser, S.R., S. Zamanou, and K. Hacker. 1987. Interpreting

Organizational Culture, Management Communication Quarterly.

Page 179: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

179

Gordon, G.G., and W.M. Cummins. 1979. Managing Management Climate, Lexington MA.

Hatch, Mary J0. 1993. The Dynamics of Orgnizational Culture,

Academy of: Management Review, Vol. 18, No. 4, p.p. 657- 693.

Hennessey, J. Thomas, Jr. 1998. Reinventing Government:

Does Leadership make the difference?, Public Administration Review, Vol. 58, No. 6, p.p. 522- 532.

Hofstede, Geert. 1986. Culture‘s Consequences, International

Differences in Work-Related Values, New Delhi: Sage Publication, Beverly Hills, London.

Killman, R.H., Saxton, M.J., and Serpa, R. 1986. Issues in

Understanding and changing culture, California Management Review, No.2, pp. 87- 94.

Kreitner, Robert. 1995. Management Principles and Practices.

New Jersey: Houghton Mifflin Company, Boston, Toronto.

Kreitner, Robert, and Kinicki, Angelo. 1995. Organizational

Behavior, Thirth Edition, USA: Richard D. Irwin Inc. Lakomski, Gabriele. 2001. Organizational Change, Leadership

and Learning: Culture as Cognitive Process, The International Journal of Educational Management, Vol. 15, No.2, pp. 68-77.

Lewis, Pamela S., Stephen H. Goodman, and Fandt, Patricia M.

Goodman, 2004. Management: Challenges for Tomorrow‘s Leaders, Fourth Edition, Canada: South-Western.

Luthans, Fred. 1992. Organizational Behavior, Sixth Edition,

Singapore: Mc Graw Hill Book Inc.

Page 180: BAB 1 PENDAHULUAN - E-Learningelearning.upnjatim.ac.id/courses/01017/document/BUDAYA_ORGANISASI.pdf · Budaya organisasi sering diartikan sebagai suatu sistem ... kepemimpinan. Perilaku

180

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Budaya Organisasi. Cetakan ke-2, Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta.

Nimran, Umar.1997. Perilaku Organisasi. Cetakan ke-1,

Surabaya: Penerbit CV. Citra Media. Peter, T. J., and Waterman, R. H. 1982. In Research of

Excellence: Lessons from America‘s best-run Companies, New York: Harper and Row.

Plunkett, Warren R., Raymond F. Affner. 1994. Introduction to

Management, Fifth Edition, USA: lnternational Thompson Publishing.

Robbins, Stephen P. 2002. Organizational Behavior: Consepts, Controversies, and Applications, Eight Edition, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Pren.

Robbins, Stephen P., and Coulter, Mary.1999. Management, Sixth Edition, New Jersey: A Simon & Schuster Company.

Sarros, James C.m Judy Gray, laian L. Densten. 2002. Leadership and its Impact on Organizational Culture, International Journal of Business Studios, Vol. 10, No. 2, p.p. 1-26.

Schein, E. H. 1992. OrgnizationaI Culture and Leadership, Second Edition, CA, San Fransisco: Jossey-Bass.

Smircich, L. 1983. Concepts of culture and organizational analysis, Administrative Science Quarterly, 28, p.p. 339-358.

Trice, Harrison M., and Janice M. Beyer. 1991. Cultural Leadership in Organizations, USA, Organization Science, Vol. 2, No. 2. p.p. 149-169.

Yukl, Gary A. 1998. Leadership in Organizations, 3e, Edisi

Bahasa Indonesia, Jakarta: Prehhallindo.