Upload
doandiep
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah menurunkan manusia ke dunia ini adalah sebagai khalifah secara
umum. Tugas kekhalifahan manusia adalah tugas mewujudkan kemakmuran
dan kesejahteraan dalam hidup dan kehidupan. Untuk menunaikan tugas
tersebut Allah SWT meberi manusia dua anugerah nikmat utama, yaitu “sistem
kehidupan” dan “sarana kehidupan”.1 Sistem kehidupan adalah seluruh aturan
kehidupan manusia yang bersumber kepada al-Qur’an dan sunnah Rasul.
Sedangkan sarana kehidupan adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah
untuk kepentingan hidup manusia secar keseluruhan. Sarana ini dapat
berbentuk udara, air, tumbuh-tumbuhan, ternak, harta benda, dan lain-lain yang
berguna dalam kehidupan.2
Dalam kehidupan manusia tidak lepas dari peraturan hukum. Patokan-
patokan hukum yang mengatur hubungan hak dan kewajiban dalam hidup
masyarakat yang disebut hukum mu’amalah. Tidak dapat dipungkiri bahwa
manusia diciptakan oleh Allah SWT dimuka bumi ini untuk menjalankan
kewajiban dana memenuhi kebutuhan hidupnya, baik itu dalam masalah
ukhrawi maupun duniawi. Dalam tataran pemenuhan ukhrawi manusia
mengaplikasikannya dalam rangkaian pengabdian diri dengan sebenar-
benarnya kepada Allah SWT yang sesuai dengan syari’at islam yang diajarkan
oleh nabi Muhammad SAW, dan agama mengaturnya dalam hal ubudiyah.
1 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktik (Jakarta: Gema
Insani Press, 2007),7. 2 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru AL-Gensido, 1996), 278.
1
Adapun masalah duniawi manusia tidak dapat memenuhinya tanpa
adanyar interaksi antara sesama manusia yang lingkupannya adalah makhuk
sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain.
Sebagai agama yang sempurna, Islam mengatur agar terjadi keselarasan
dan keteraturan manusia hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya.
Agar hak masing-masing tanpa adanya tindakan yang sia-siakan dan
terciptanya kemaslakhahan umum pendiskriminasi hak. Karena kita ketahui
bahwa manusia memiliki sifat tamak yang suka mementingkan diri sendiri dan
apabila hal tersebut dibiarkan akan mengakibatkan kehancuran bagi kehidupan
manusia. Masalah diatas diatur oleh agama dalam bentu mu’amalah ialah
hubungan manusia satu dengan lainnya dalam usaha memenuhi kebutuhan
hidup dengan cara baik-baik sesuai dengan ajaran dan tuntunan agama.3
Usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan ukhrowi dan kebutuhan
duniawi. Sehingga selain Allah mewajibkan manusia mengabdikan diri
kepadaNya, manusia juga di tuntut untuk memenuhi kebutuhannya.
Firman Allah SWT dalam surat Al- Qasas Ayat 77:
ٱ�ار ٱ� �يما ءاتٮك وٱ�تغ و� تنس نصيبك من ٱ�خرة حسن ٱ��ياوأ
حسن �ض� � ٱلفساد إ�ك و� �بغ ٱ� كما أ
ٱلمفسدين � �ب ٱ� إن ٱ�
٧ ءاتٮك وٱ�تغ ٱ�ار ٱ� �يما نس نصيبك من و� ت ٱ�خرة حسن ٱ��يا
وأ
حسن �ض� � ٱلفساد إ�ك و� �بغ ٱ� كما أ
ٱلمفسدين � �ب ٱ� إن ٱ�
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
3 Idris Ahmadi, Fiqih Shafi’i (Jakarta: Karya Indah, 1986),1.
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”4
Salah satu bentuk diantara mu’amalah adalah Al-buyu’ atau jual-beli. Jual-beli
yaitu menukarkan barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik kepada orang lain atas dasar rela sma rela.5
Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat An-nisa’ ayat 29
�ها� ٱ�ين � ءامنوا وا و ٱص� ورابطوا وصابروا لعل�م ٱ� ٱ�قوا
٠�فلحون Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan
janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.”6
Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 275
لون ٱ�ين� يأ ٱلشي�ن �تخبطه ٱ�ي� �قومون إ� كما �قوم ٱلر�وا
من إ�ما ٱلمس �هم قالوا مثل ٱ�يع �لك ب� حل ٱلر�وا
وحرم ٱ�يع ٱ� وأ
مره ۥفله ٱنت� ف ۦموعظة من ر�ه ۥ�من جاءه ٱلر�وا ٱ� إ� ۥ ما سلف وأ
ص�ب و��ك أ
ون ٱ�ار� ومن �د فأ ٥هم �يها ��
Artinya: “Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya
4 Al-Qur’an. 28: 77;
5 Ahmadi, Fiqih,5.
6 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Bandung: al-
Jumanatul ‘Ali, 2015), 83.
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.”7
Berdasarkan ayat diatas, dapat dipahami bahwa jika seseorang memilih
jual beli itu sebagai upaya mencari rizki maka jual beli itu harus dilakukan
sesuai dengan ketentuan yang digariskan oleh Allah SWT. Pada sisi lain Islam
memiliki aturan, semua tawar menawar atau transaksi yang mempunyai sifat
judi, taruhan atau untung-untungan didalam Islam dilarang tersebut. Raslullah
SAW melarang berjudi dalam segala bentuk yang mengandung unsur taruhan,
penjuaan sistem undian, spekulasi, untung-untungan dan sebagainya. Berbagai
transaksi bisnis yang mengandung unsur tersebut tadi dinyatakan tidak sah dan
batal.8
Orang-orang yang terjun dalam dunia usaha, berkewajiban mengertahui
hal-hal yang mengakibatkan jual beli itu sah atau tidak (fasid). Ini dimaksudkan
agar mu’amalah berjalan sah dan tindakanya jauh dari kerusakan yang tidak
dibenarkan.tidak sedikit orang yang mengabaikan mempelajari mu’amalah.
Mereka melainkan aspek ini sehingga tidak peduli kalau mereka memakan
barang yang haram. Sekalipun semakin hari usahanya meningkat dan
keuntungannya semakin banyak.
Dalam kegiatan jual beli kita hendaknya memenuhi ketentuan-ketentuan
yang berlaku menurut Shari’at Islam. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah
syar’at dan rukun jual beli. Adapun rukun jual beli adalah adanya penjual,
7 Al-Qur’an. 2: 275;
8 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid IV (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf,
1996), 146.
pembeli dan juga yang tidak kalah pentingya yaitu ijab qabul (akad). Faktor
aqad merupakan faktor yang sangat penting karena para Fuqaha’ memandangya
sebagai salah satu rukun jual beli dimana transaksi tidak dipandang sah tanpa
aqad.9
Pelaksanaan aqad atau ijab qabul yang sah sepanjang prinsip-prinsip
agama, Telah diperselisihkan oleh para Fuqoha’ yang pada garis besarnya
terbagi menjadi tiga pendapat;
1. Tidak sah akad itu dengan sighat, yakni suatu bentukperikatan yang di
ucapkan dari kedua belah pihak yang melakukan akad. Ketentuan iniberlaku
dengan kegiatan jual beli, sewa menyewa dan sebagainya. Prinsip ini
dipegang oleh Syafi’i dan suatu pendapat dalam madhab Ahmad (Hambali).
Menurut mereka harus dengan lafaz, karena asal akad ialah (tarodli) suka
sama suka. Sedangkan suka sma suka yang terpendam dalam hati tidak
dapat di kukuhkan melainkan dengan lafaz atau sighat.
2. Akad itu sah dilakukan dengan perbuatan bagi hal-hal yang biasanya
dilakukan dengan perbuatan, prinsip ini merupakan pandangan dasar Abu
Hanifah, juga pendapat dalam mdhab Ahmad dan Syafi’i.
3. Setiap akad sah dilakukan dengan apa saja yang menunjukkan kepada
maksudnya. Baik perkataan atau perbuatan. Dalam hubungan ini, maka
segala macam pernyataan akad dan serah terima, dilahirkan dari jiwa yang
merelakan (taradliI) untuk menyerahkan barangya masing-masing.
Dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan modern saat ini
hampir seluruh aspek kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari teknologi,
9 Syiid, Sabiq, Fiqih Sunah 2 Terjemahan. Kamaludin A Marzuki (Bandung: Al- Ma’ruf,
1996), 46.
khususnya teknologi komputer dan Internet. Sekarang Internet bisa digunakan
untuk banyak hal, mulai dari mencari referensi tugas, melakukan game online,
melakukan unduhan baik musik, video serta film, bahkan dalam internet
sekarang juga bisa melakukan transaksi jual beli.
Transaksi dalam internet sekarang sangat banyak terjadi dimana-mana,
dalam hal ini banyak orang yang menggunakan jasa internet. Peneliti sendiri
sebagai salah satu pengguna jaringan internet dimana peneliti menggunakan
untuk keperluan sosail media dan kepentingan lain. Kalau ada waktu luang yang
banyak dan kalau ada dana yang lebih biasanya peneliti dan temannya pergi ke
wifi corner PT Telkom di jalan Sultan Agung Ponorogo.
Di area Wifi.id peneliti biasanya menggunakan layanan internet dengan
kecepatan askes yang sangat baik dan cepat. Sebelum kita menggunakan akses
internet kita diharuskan membeli kartu vooucher wifi.id, kartu voucher tersebut
bisa dibeli kepada satpam yang berada di pos jaga yang tepat berada di sebelah
gerbang masuk kantor Telkom. Di sana kami juga disediakan fasilitas tempat
yang cukup nyaman serta fasilitas penggunaan listrik. Kartu voucher Wifi.id
biasa dijual dengan harga Rp. 6.000,00 walaupun terdapat tulisan seharga Rp.
5000,00 di Voucher Wifi.id. Meskipun harga berbeda tapi para pengguna
layanan Wifi.id tidak terlalu mempersalahkan hal tersebut dimungkinkan mereka
menganggap hal tersebut biasa dan lumrah terjadi di masyarkat. Seperti halnya
jual beli pulsa di mana membeli pulsa sebesar Rp. 5.000,00 akan tetapi
dikenakan biaya jual sebesar Rp. 6.500,00 atau Rp. 7.000,00. Adapun tata cara
penggunaan voucher yaitu yang pertama; gosok usename dan password yang ada
pada kartu voucher wifi.id, kedua; masukkan username dan password tersebut
saat login di area wifi.id (muncul welcome page @wifi.id). Setelah login baru
kita bisa menikmati browsing internet dengan kecepatan tinggi sampai 100
MBps.
Di dalam kartu voaucher Wifi.id terdapat tulisan penggunaan voucher
selama 12 Jam, namun biasanya peneliti menggunakan layanan tersebut tidak
lebih dari 3 Jam. Jadi, banyak waktu yang tersisa yang tidak dipakai oleh
peneliti. Disuatu hari peneliti pernah mencoba untuk menggunakan voucher
wifi.id dengan dua kali pemakain. Dengan sela beberapa jam setelah log out,
peneliti mencoba log in lagi dengan usename dan password yang sama namun
tidak bisa digunakan, peneliti mencoba beberapa kali memassukan usename dan
password lagi akan tetapi masih tidak dapat digunakan lagi. Padahal Voucher
Wifi.id itu boleh digunakan lagi akan tetapi tidak boleh melebihi jakngka waktu
selama 12 jam. Jadi, pada saat itu kami ingin menggunakan layanan Wifi.id
maka harus membeli lagi kartu Voucher Wifi.id dengan harga Rp. 6.000,00.
Dari pengalaman yang pernah dialami sendiri oleh peneliti dan para
penggunna layanan, maka hal tersebut menjadi salah satu acuan peneliti untuk
ingin meneliti di area Wifi Id PT Telkom di jalan Sultan Agung No 23 Ponorogo
tersebut. Baik mengenai harga dan waktu berlakunya penggunaan kartu Voucher
Wifi.id tersebut. Berdasarkan hal-hal yang dijelaskan diatas, peneliti memiliki
ketertarikan untuk melakukan penelitian dan menjadikan skripsi. Dan mengkaji
lebih dalam dengan pandangan hukum islam. Tentang praktek jual beli kartu
voucher Wifi.id, dengan judul skripsi: “TINJAUAN HUKUM ISLAM
TERHADAP JUAL BELI WIFI.ID DI PT TELKOM JALAN SULTAN
AGUNG NO 23 PONOROGO”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap harga dalam jual beli Wifi Id
PT Telkom di jalan Sultan Agung No 23 Ponorogo?
2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap waktu berlakunya Wifi Id PT
Telkom di jalan Sultan Agung No 23 Ponorogo?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Islam terhadap harga dalam jual beli
Wifi Id PT Telkom di jalan Sultan Agung No 23 Ponorogo.
2. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Islam terhadap waktu berlakunya
dalam jual beli Wifi Id PT Telkom di jalan Sultan Agung No 23 Ponorogo.
D. Kegunaan Penelitian
1. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Islam terhadap harga dalam jual beli
Wifi.id corner PT Telkom di jalan Sultan Agung No 23 Ponorogo.
2. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Islam terhadap waktu berlakunya
dalam jual beli Wifi.id corner PT Telkom di jalan Sultan Agung No 23
Ponorogo.
E. Definisi Istilah
1. Hukum Islam adalah hukum-hukum yang bersifat umum lagi kulli yang
dapat diterapkan dalam perkembangan hukum islam menurut kondisi
situasi masyarakat dan masa. 10
10 Hasbi Ash-Shiddieqy, Filsafat Hukum Isla, (Jakarta: Bulan Bintang, 1998), 44
2. Jual Beli adalah Menukarkan barang dengan barang atau barang dengan
uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu pada yang lain atas
dasar merelakan.11
3. Wifi Id PT Telkom Ponorogo adalah layanan inovasi terbaru dari Telkom
Indonesia yang merupakan edukasi dan penetrasi internet kecepatan tinggi
di indonesia . dengan harga yang sangat terjangkau dan juga akses
unlimited. Dan wifi Id di jalan Sultan Agung No 23 Ponorogo ini
merupakan salah satu titik cabang layanan Wifi Id yang tersebar dipenjuru
Indonesia.12
F. Kajian Terdahulu
Dalam kajian pustaka ini penulis mengetahui bahwa tentang jual beli
voucher di Wifi Id belum ada yang menulis, tetapi penulis menemukan
beberapa skripsi yang pembahasanya hampir sama dengan jual beli voucher,
diantaranya;
Pertama; Penelitian yang dilakukan oleh Suryadi (2012) dengan judul “
Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Benda Maya Game Online”.
Penelitian ini membahas 2 Masalah yaitu mengenai akad jual beli benda maya
game online di Warnet-Ku dan juga mengenai mekanisme jual beli benda maya
dalam game online dimana kesimpulannya yaitu bahwa berakad atau dalam
lewat dunia maya dalam jual beli game online tersebut tidak sesuai dengan
hukum islam karena di dalam akad tersesbut dimana benda maya sebagai
obyek jual beli. Antara pihak penjual maupun pembeli belum baligh. Dan
sering tidak sesuai dengan yang dikadkan, benda tersebut tidak bermanfaat.
11 Idris Ahmad, Fiqh al syafi’iyah (Jakarta: Karya Indah, 1998),5.
12http://priangga.web.id/2014/08/nikmati-keunggulan-layanan-wifi-corner.html,diakses
tanggal 16 februari 2016
Dan menurut analisa Hukum Islam terhadap mekanisme jual beli game online
di Warnet-ku jalan Sultan Agung Ponorogo tidak sesuai dengan Hukum Islam
karena di situ menyalahi perjanjian dalam bertransaksi jual beli pada kenyataan
di lapangan, termasuk jual beli.13
Dari skripsi yang diteliti oleh Suryadi (2012) dengan judul “Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Jual Beli Benda Maya Game Online” berbeda dengan
skripsi yang akan saya teliti. Dimana skripsi yang dibuat oleh Suryadi
membahas tentang akad dan mekanisme jual beli benda maya dalam game
online. Sedangkan skripsi yang akan saya teliti ini lebih berfokus dengan
tinjauan terhadap harga dan waktu dalam jual beli wifi id.
Kedua; Penelitian yang dilakukan oleh Siti Ithariyah (2012) dengan judul
“Analisa Fiqh terhadap transaksi jual beli souvenir pernikahan melalui E-
commerce di Tasya Souvenir Klaten Jawa Tengah”. Penelitian ini
membahas 2 masalah yaitu mengenai analisa fiqh terhadap akad jual beli
souvenir pernikahan melaui e-commerce di Tasya Souvenir dan analisa fiqh
terhadap penyelesaian perselisihan jual beli souvenir pernikahan melalui e-
commerce di Tasya Souvenir. Dimana kesimpulan dari skripsi tersebut yaitu
bahwa akad jual beli souvenir pernikahan di Tasya Souvenir sah karena
disamakan dengan praktek jual beli biasa akan tetapi menggunakan alat bantu
media elektronik seperti telepon atau dengan alama website, bank dan juga jasa
pengirim barang sebagai sarana penyampaian tujuan akad. Dan penyelesaian
perselisihan di Tasya Souvenir sesuai dengan fiqh. Proses penyelesaian
13 Suryadi, “Tinjauan Hukum Islam terhadap jualbeli benda maya game online”,
(Skripsi: STAIN Po Press, 2012).
perselisihan yang dilakukan Tasya adalah memberikan khiyar syarat kepada
pembeli dengan menjamin kualitas dan kuantitas barang.14
Dari skripsi yang diteliti oleh Siti Ithariyah (2012) dengan judul “Analisa
Fiqh terhadap transaksi jual beli souvenir pernikahan melalui E-commerce di
Tasya Souvenir Klaten Jawa Tengah” berbeda dengan skripsi yang akan saya
teliti. Dimana skripsi yang dibuat oleh Siti Ithhariyah materinya lebih berfokus
terhadap akad jual beli dan perjajian terhadap jual beli souvenir pernikahan,
Sedangkan skripsi yang akan saya teliti ini lebih berfokus dengan hukum islam
terhadap jual beli dan mengenai penetapan harga dalam jual beli.
Ketiga; Penelitian yang dilakukan oleh Wardatul Wildiana (2015) dengan
judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pulsa Hand Phone
Dengan Sistem Multilevel Marketing (Studi Kasus di PT Veritra Sentosa
Internasional Semarang”. Penelitian ini membahas 3 Masalah yaitu mengenai
bagaimana praktek jual beli pulsa Handphone dengan sistem MLM di PT.
Veritra Sentosa Internasional Semarang dan juga membahas mengenai tinjauan
hukum Islam terhadap prakterk jual beli pulsa Handphone dengan sistem MLM
di PT. Veritra Sentosa Internasional Semarang.15
Di dalam skripsi ini menyimpulkan bahwa dalam praktek jual beli pulsa
handphone sistem MLM di PT. Veritra Sentosa Internasional Semarang, yaitu
pembelian KP25 (Kartu Perdana seharga Rp. 25.000,- dengan saldo Rp.
15.000,-) pada saat dilakukan transaksi calon mira pengguna tidak diberitahu
bahwa perusahaan baru dapat mentransfer apabila mitra tersebut minimal
14 Siti Ithariyah, “Analisa Fiqh terhadap transaksi jual beli souvenir pernikahan melalui
E-commerce di Tasya Souvenir Klaten Jawa Tengah” (Skripsi: STAIN Po Press, 2012). 15
eprints.walisongo.ac.id/4858/1/102311077.pdf. Di akses pada tanggal 26 April 2016
jam 13.00.
memiliki deposit sebesar Rp. 50.000,00. Sehingga dalam hal ini tidak ada akad
pemberitahuan yang jelas terkait proses diatas. Selain itu, adanya tujuan lain
dari bergabungnya mitra adalah untuk mendapatkan komisi dari perusahaan.
Adapun pada pelaksanaan pemberian komisi tersebut.
Dalam perspektif hukum Islam pada pelaksaan jual beli pulsa sistem MLM
di PT. Veritra Sentosa Internasional Semarang telah sesuai dengan hukum
Islam dalam hal ini telah sesuai dengan syarat dan rukun jual beli. Namun,
dalam praktek pelaksanaan jual beli pulsa pada sistem ini terdapat unsur
gharar. Dikatakan demikian karena pada sistem pembelian KP25, pihak
perusahaan tidak menjelaskan diawal akad terkaid keharusan untuk melakukan
deposit kembali. Sehingga, dalam hal ini unsur ‘an-taradhin (kerelaan)
diantara kedua belah pihak belum sepenuhnya terpenuhi. Adapun pada
pembagian komisi ada beberapa tidak sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN
MUI No. 75 Tahun 2009, yaitu komisi atau bonus yang tidak berkaitan
langsung dengan nilai penjualan atau volume penjualan. Bonus atau komisi
yang tidak sesuai adalah komisi sponsor, komisi leadership, komisi generasi
leadership dan bonus generasi sponsor.16
Dari skripsi yang diteliti oleh Wardatul Wildiana (2015) dengan judul
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pulsa Hand Phone Dengan Sistem
Multilevel Marketing (Studi Kasus di PT Veritra Sentosa Internasional
Semarang” berbeda dengan skripsi yang akan saya teliti. Dimana skripsi yang
dibuat oleh Wardatul Wildiana membahas mengenai jual beli pulsa sistem
MLM, Sedangkan skripsi yang akan saya teliti ini membahas mengenai jual
16 Ibid.,
beli wifi id terhadap penambahan harga dan masa berlaku wifi id voucher di
PT Telkom Jalan Sultan Agung No 23 Ponorogo.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam metode penelitian yang akan peneliti gunakan adalah metode
kualitatif, yaitu merupakan prosedur penelitian yang cenderung focus pada
usaha mengeksplorasi sedetail mungkin sejumlah contoh atau peristiwa
yang dipandang menarik dan mencerahkan dengan tujuan mendapatkan
pemahaman yang mendalam. Dengan cara menganalisis data tanpa
mempergunakan perhitungan angka-angka melainkan mempergunakan
sumber informasi yang relevan untuk memperlengkap data yang penyusun
inginkan.17
2. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dijadikan penelitian oleh penulis ini adalah area Wifi.id
di PT Telkom Jalan Sultan Agung No 23 Ponorogo
3. Data dan Sumber Data
a. Data
Untuk memecahkan maslah yang menjadi bahasan dalam
penyusunan skripsi ini, penulis membutuhkan data-data antara lain:
1) Data tentang cara pemakaian Voucher Wifi.id
2) Data tentang harga jual beli Voucher Wifi.id
3) Data tentang waktu berlakunya Layanan browsing dengan Wifi.id
b. Sumber Data
17 Aji Damanhuri, Metodologi Penelitian Mu’amalah (Ponorogo: STAIN Po Press, 2010),
148
1) Sumber data primer
Yaitu sumber data yang diperoleh dari penelitian lapangan
yang meliputi informasi dengan cara wawancara langsung kepada
pihak penyedia jasa, pengguna jasa maupun langsung kepada
konsumen yang terlibat terhadap penggunaan jasa Wifi.id ini.
2) Sumber data sekunder
a) Rahman, Afzalur. Doktrin Ekonomi Islam Jilid IV .
Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1996.
b) Damanhuri, Aji. Metodologi Penelitian Mu’amalah. Ponorogo:
STAIN Po Press, 2010.
c) Idris Ahmadi. Fiqih Shafi’i. Jakarta: Karya Indah, 1986.
d) Rasyid, Sulaiman. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru AL-
Gensido, 1996.
e) Sabiq, Syiid. Fiqih Sunah 2 Terjemahan. Kamaludin A
Marzuki. Bandung: Al- Ma’ruf, 1996.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
menggunakan beberapa metode yaitu:
a. Wawancara
Metode wawancara yang digunakan dalm peneliti ini yaitu modell
wawancara dimana peneliti bebas melakukan wawancara dengan tetap
berpijak kepada catatan mengenai pokok-pokok pertanyaan.18
wawancara dilakukan kepada responden atau informan yaitu
18 Sugiyno, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta. 2005), 73.
pengguna layanan Wifi.id dan penjual Voucher Wifi.id. Dengan
metode ini di maksudkan untuk mendapatkan data tentang harga
dalam jual beli Wifi.id dan juga terhadap waktu berlakunya
penggunaan layanan Wifi.id di area Wifi Corner PT Telkom di jalan
Sultan Agung No 23 Ponorogo.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan dat melalui
peninggalan tertulis, dan buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, dan
hukum dan lain sebagainya yang dapat berhubungan dengan
penelitian. Teknik ini digunakan sebagai transmisi keterangan dengan
menelusuri dan mempelajari buku-buku serta data yang tertulis terkait
dengan maslah yang diteliti. Proses dokumentasi dalam penelitian ini
adalah dengan mengumpulkan data informasi mengenai foto-foto
dilokasi penelitian, data-data seperti luas qilayah, jumlah penduduk,
mata pencahariannya dan lain sebagainya.19
5. Teknik Pengelolaan Data
Setelah data terkumpul langkah selanjutnya adalah menganalisa data
tersebut dengan cara memakai langkah-langkah berikut:
a. Editing, yaitu pemeriksaan dan penelitian kembali data-data yang
terkumpul tentang pelaksanaan praktik jual beli Voucher Wifi.id dan
juga terhadap waktu berlakunya penggunaan layanan Wifi.id di area
Wifi Corner PT Telkom di jalan Sultan Agung No 23 Ponorogo.20
19 Ibid., 161
20 Masri Sigarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survey (Jakarta: LP3IES,
1982), 191.
b. Organising, yaitu menyusun dan mensistematisasikan data-data yang
diperoleh kedalam kerangka yang telah direncanakan sebelumnya
sesuai dengan rumusan masalah sehingga menghasilkan bahan-bahan
untuk menyusun skripsi.21
c. Penemuan hasil, yaitu menemukan analisa lanjutan trhadap hasil
pengorganisasian data dengan menggunakan kaidah-kaidah dalil dan
sebagainya sehingga diperoleh suatu kesimpulan.22
Setelah data tentang
jual bei pasir di tanah setren sudah diperoleh dan sudah lengkap makan
penulis menganalisa data-data tersebut dengan teori dan dalil-dalil.
6. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisa data penyusun menggunakan cara berfikir
metode induktif. Metode indutktif adalah suatu metode pembahasan yang
diawali dengan menggunakan data kenyataan-kenyataan yang bersifat
khusus berdasarkan pengalaman nyata (ucapan, perilaku subyek/situasi
lapangan penelitian) dari hasil riset menuju kepada teori.23
Begitu juga dalam skripsi ini dimana penulis berangkat dari kasus-
kasus antara lain; tentang harga dalam jual beli Wifi.id dan juga terhadap
waktu berlakunya penggunaan layanan Wifi.id di area Wifi Corner PT
Telkom di jalan Sultan Agung No 23 Ponorogo.
H. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini terdiri dari beberapa pembahasan, untuk mempermudah
pembahasan dan pemahamanan dalam skripsi ini maka penyususn
21 Ibid., 192.
22Bambang Sunggono, Metdelogi Penelitian Hukum, Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002), 129. 23
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rieneka Cipta, 1999), 146.
mengelompokkan menjadi V (lima) bab yang masing-masing bab tersebut
mempunyai sub bab. Setiap bab merupakan pembahasan yang utuh dan saling
berkaitan:
BAB 1:Penulis memamparkan secara singkat beberapa permasalahan yang
melatar belakangi serta urgensi dilakukannya penelitian ini,
disamping itu penulis juga menegaskan istilah judul skripsi,
merumuskan masalah-masalah yang ada, tujuan penelitian,
kegunaan hasil penelitian, telaah pustaka, metodelogi penelitian
meliputi jenis penelitian, pendekatan penelitian, lokasi, , sumber
data, dan sitematika pembahasan.
BAB II: Berisi tentang jual beli menurut Islam yang meliputi: pengertian
jual beli, dasar hukum jual beli, Rukun Jual Beli, Syarat
terjadinya Jual Beli, Syarat ijab qabul (serah terima), Syarat
barang (objek) yang diperjual belikan, jual beli yang dilarang
dalam Islam, dan juga penetapan harga dalam jual beli. Pada bab
ini merupakan serangkaian teori sebagai landasan teori Islam
yang digunakan untuk menganalisa pembahasan pada bab III.
BAB III: berisi tentang praktik jual beli Voucher Wifi.id di PT Telkom di
Jalan Sultan Agung No 23 Ponorogo meliputi: sejarah PT
Telkom, Struktur Organisasi PT Telkom di Jalan Sultan Agung
No 23 Ponorogo, pelaksanaan jual beli terhadap Voucher Wifi Id,
dan waktu berlakunya penggunaan Wifi Id di PT Telkom di Jalan
Sultan Agung No 23 Ponorogo.
BAB IV: berisi tentang analisa-analisa yang di antaranya adalah analisa
hukum Islam terhadap harga dalam jual beli Wifi Id corner PT
Telkom di jalan Sultan Agung No 23 Ponorogo dan juga
mengenai waktu berlakunya Voucher Wifi.id corner PT Telkom
di jalan Sultan Agung No 23 Ponorogo.
BAB V: Atau disebut penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran
yang bersifat konstuktif supaya dapat dijadikan sebagai bahan
panduan bagi yang membutuhkan, dan bab terakhir ini merupakan
hasil akhir dari keseluruhan skripsi ini.
BAB II
KONSEP JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM
A. Jual beli dalam Islam
1. Pengertian jual beli
Perdangangan atau jual beli menurut bahasa adalah al-bai’a-tijarah
dan al mubadalah, sebagaimna firman Allah SWT:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan
mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang
Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan
terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak
akan merugi,24
(Fathir: 29)
Menurut istilah yang dimaksud dengan jual beli adalah sebagai berikut:
a. Menukarkan barang dengan barang atau barang dengan uang dengan
jalan melepaskan hak milik dari yang satu pada yang lain atas dasar
merelakan.25
b. Pemilik harta benda dengan jalantukar-menukar yang sesuai dengan
aturan syara’.
c. Akad yang tegak atas dasar penukaran dasar penukaran harta dengan
harta maka jadilah penukaran hak milik secara tetap.
24 Al-Qur’an, 35 :29;
25 Idris, Ahmad, Fiqh al syafi’iyah (Jakarta: Karya Indah, 1998),5.
Dari beberapa devinisi di atas dapat dipahami bahwa inti jual beli ialah
suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai
secara rela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda
dan yang lainnya menerima sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang
telah dibenarkan syarat dan disepakati.
Benda dapat mencakup pengertian barang dengan uang, sedangkan sifat
benda tersebut harus dapat dinilai, yakni benda-benda yang berharga dan
benda tersebut bisa benda yang bergerak maupun benda yang tidak bisa
bergerak. Sedangkan benda seperti daging babi, bangkai, alkohol dan
abarng terlarang lainnya haram untuk diperjual belikan, sehingga jual beli
tersebut dipandang batal dan apa bila dijadikan harga penukar maka jual beli
tersebut dianggap fasid.26
2. Dasar Hukum Jual Beli
a. Al- Qur’an
Semua jual beli hukumnya boleh jika dilakukan oleh kedua belah
pihak yang mempunyai kelayakan untuk melakukan transaksi, kecuali
jual beli yang dilarang. Selain itu maka jual beli boleh hukumnya selama
tidak dilarang oleh Allah SWT. Terdapat beberapa ayat dalam al-Qur’an
yang menjadi dasar hukum jual beli, yaitu:
Al-Baqarah ayat 275
26 Hendi Suhendi, fiqh Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002). 68-69
Artinya: ”orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-
orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya,
lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.”27
Maksud dari ayat diatas ialah orang-orang yang mengambil riba
atau tambahan dengan uang atau bahan makanan baik itu mengambil
tambahan dari jumlahnya maupun mengenai waktunya, untuk jual beli
secara kredit. Maka akan dibangkitkan dari kubur dengan keadaan yang
buruk. Tetapi jika mereka bisa menghentikan memakan riba maka Allah
akan menghalalkan jual belinya.28
Kerelaan dalam jual beli sulit digambarkan. Jumhur ulama
sepakat bahwa kerelaan dalam jual beli terjadi melalui kesepakatan kedua
belah pihak yaitu dengan adanya ijab qabul. 29
27 Al-Qur’an, 2: 275;
28 Tafsir Jalalain, 153-154
29 Wahbah az-Zuhaili, fiqih Islam Waadillatuhu, 32.
Kebutuhan manusia menurut adanya jual beli, karena manusia
adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan satu
dengan yang lainnya. Seseorang membutuhkan sesuatu yang dimiliki
orang lain, baik itu berupa uang atau barang, hal itu dapat diperoleh
setelah adanya penyerahan yang bersifat timbal balik berupa kompensasi
sesuai dengan syari’at Islam yang disebut dengan jaul beli.
Begitu juga dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 29
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”30
Dalam ayat ini jalan yang batil adalah jalan yang haram menurut
agama yaitu jual beli yang rukun dan syaratnya tidak terpenuhi. Seperti
halnya jual beli benda najis, rukun dari benda tersebut tidak terpenuhi.31
Karena najis adalah sesuatu yang berwujud benda padat atau cair yang
keluar dari dua lubang pada manusia, yaitu dubur (anus) dan qubul (alat
30Al-Qur’an, 4: 29;
31 Imam Jalaluddin al Mahali, Tafsir Jalalain buku 1 (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2006), 328
vital) adapun najis yang berasal dari hewan yaitu bangkai, babi, kotoran
dan jilatan anjing.32
Seperti dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 90;
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan”.33
b. As-sunnah
علیھ وسلم سئل:آي الكسب آطیب ؟ عمل الر جل عن ر فا عة بن را فع ان النبي �
بیده وكل بیع مبرور(رواة البزوالحاكم)
Artinya: “Dari Rifa’ah ibn rafi’ sesungguhnya Rasulullah SAW ditanya
salah seorang sahabat mengenai pekerjaan (profesi) apa yang
paling baik. Rasulullah ketika itu menjawab. “usaha tangan
manusia sendiri dan setiap jual beli yang mabrur”. (HR. Al-
Bazazi dan Al-Hakim).34
Maksud mabrur dalam hadis di atas adalah jual beli yang terhindar
dari usaha tipu menipu dan merugikan orang lain.
وانما البیع عن تراض (رواھالبیھقى وابن ما جھ)
32 Hasan Saleh, Kajian Fiqih Nabawi dan Fiqh Kontemporer, 21
33 Al-Qur’an, 5: 29;
34 Al-Amir Ash-shan’ani, Subulus Salam-Syarah Bulughul Maram Jilid 3. Terj. Abu
Bakar Muhammad (Jakarta Timur: Darus Sunnah Press, 2008), 308.
Artinya: “jual beli harus dipastikan harus saling meridhai”.(HR.
Baihaqi dan Ibn Majah).35
c. Ijma’
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan
bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa
bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang
lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang
sejenis.36
Menurut sayyid sabiq di samping ayat-ayat al-Qur’an dan hadith
Nabi Saw, dasar hukum jual beli juga bersumber dari ijma’, yaitu
kesepakatan umat Islam bahwa juaL beli sebagai sebuah sarana mencari
rizki telah dipraktekkan sejak zaman Nabi Muhammad saw dan masih
diakui sebagai sarana mencari rizki yang sah hingga hari ini.37
B. Rukun dan Syarat Jual Beli
1. Rukun Jual Beli
Rukun menurut Hanafi adalah sesuatu yang menjadi tempat
ketergantungan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Sementara
rukum menurut mayoritas ahli fiqh adalah sesuatu yang menjadi tempat
bergantung adanya sesuatu dan bisa dicerna logika. Terlepas dari
apakan itu menjadi bagian yang menjadi tempat bergantung adanya
35 Ibid., 306
36 Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 79.
37 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 12, Terj. Kamaluddin. A. Marzuku (Bandung: PT.
Alma’arif, 1987), 48.
sesuatu dan bisa dicerna logika. Terlepas dari apakah itu menjadi
bagian yang tidak terpisahkan atau tidak.
Rukun dalam jual beli ada empat, yaitu:38
a. Penjual
b. Pembeli
c. Ijab qabul (serah terima)
d. Barang yang diperjual belikan
2. Syarat terjadinya Jual Beli
Syarat adalah sesuatu yang harus ada dalam jual beli, yang bertujuan
untuk menghindarkan sengketa, melindungi kedua belah pihak,
menghindari terjadinya manipulasi dan kerugian.
a. Syarat penjual dan pembeli (pelaku aqad)
1) Syarat pelaku akad hendaknya mumayyiz, memiliki kemampuan
mengatur hartanya, karena jual beli orang gila, anak kecil dan
orang mabuk tidak sah.39
2) Jual beli tersebut atas kehendak sendiri, bukan karena dipaksa.
3) Baligh, karena jual beli anak kecil tidak sah.
4) Bukan pemborosan, karena seseorang yang boros berada ditangan
walinya.40
3. Syarat ijab qabul (serah terima)
Ijab menurut mayoritas ulama adalah pernyataan dari penjual
walaupun pernyataan itu dinyatakan di akhir, sedangkan qabul adalah
38 Asy-Syawkani, Fathul Qadiir, juz 5 (Mesir: al-Habib, tt.), 74
39 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid 4 (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), 122
40 Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam (Jakarta: Attahiriyah, 1954), 270
pernyataan dari pembeli walaupun pernyataan itu dinyatakan di awal.41
Syarat ijab qabul adalah:
a. Pelaku transaksi harus mumayyiz
Menurut pendapat Hanafi, Maliki, dan Hanbali jual beli yang
dilakukan anak-anak yang sudah mumayyiz hukumnya sah,
sedangkan menurut Syafi’i dianggap tidak sah karena tidak layak.
b. Pernyataan qabul harus sesuai dengan pernyataan ijab penjual
menjawab sesuai dengan yang dikatakan pembelli.
c. Transaksi dilakukan satu majlis
Menurut Syafi’i dan Hanbali pernyataan qabul sebaiknya diucapkan
setelah ijab tanpa dipisahkan oleh sesuatu yang lain.
4. Syarat barang (objek) yang diperjual belikanu
Syarat barang yang diperjual belikan ada empat, yaitu:42
a. Barang yang diperjual belikan harus ada.
Penjual dan pembeli harus mengetahui keadaan barang, dari
zat, sifat, bentuk dan kadarnya agar tidak terjadi kesalahpahaman.
b. Barang yang diperjual belikan adalah harta yang bernilai.
Harta yang bernilai adalah segala sesuatu yang disukai
manusia, dapat disimpan sampai waktu yang dibutuhkan, dapat
dimanfaatnkan dan memiliki nilai materi bagi kebanyakan orang.
41Syekh zakariya al-Anshari, Syarhul Manhaj, juz 2 (Beirut:Dar al-Fikr, tt.), 260
42 Ibid, 269-270
Tidak sah jual beli barng yang tidak bernilai, seperti bangkai kotoran,
khamer, babi, dan berhala.
Bagi sebagian orang bangkai dan kotoran adalah benda yang
tidak bernilai, tetapi bagi orang yang biasa mengolahnya atau
memanfaatkannya maka kotoran dapat dijadikan pupuk dan bangkai
dapat dimanfaatkan jika telah disucikan.
c. Barang tersebut milik sendiri
Tidak sah jual beli barang yang bukan milik sendiri, kecuali
milik yang diwakilkan.
d. Barang yang akan dijual bisa diserahkan pada saat transaksi.
Tidak sah jual beli yang tidak bisa diserahterimakan seperti jual
beli ikan dilaut.
Beberapa pendapat para ahli mengenai syarat jual beli:
1. Syarat-syarat Jual Beli Menurut Hanafiyah.
Persyartan yang ditetpakan oleh ulama Hanabilah berkaitan dengan
syarat jual beli adalah:
a. Syarat terjadinya akad ( In’iqad)43
Adalah syarat-syarat yng telah ditetapkan syara’. Jika
persyaratan ini tidak terpenuhi, jual beli batal. Tentang syarat ini,
ulama Hanafiyah menetapkan syarat, yaitu berikut ini.
1) Syarat Aqid (Orang yang berakad)
43 Ibid., 76-77
Aqid harus memenuhi persyartan sebagai berikut:
a) Berakal dan mumayyiz.
Ulama Hanafiyah tidak mensyartakan harus baligh.
Tasharuf yang boleh dilakukan oleh anak mumayyiz dan
berakal secara umum terbagi menjadi tiga;
Tasharuf yang bermanfaat secara murni, seperti hibah.
Tasharuf yang tidak bermanfaat secara murni, seperti
tidak sah talak oleh anak kecil.
Tasharuf yang berada di antara kemanfaatan dan
kemadaratan, yaitu aktivitas yang boleh dilakukan, tetapi
atas seizin wali.
b) Aqid harus berbilang, sehingga tidaklah sah akad dilakukan
seorang diri. Minimal dilakukan dua orang, yaitu pihak yang
menjual dan membeli.
b. Syarat dalam Akad
Syarat ini hanya satu, yaitu harus sesuai anatara ijab dan qabul.
Namun demikian, dalam ijab qabul terdapat tiga syarat berikut ini.
1) Ahli akad
Menurut ulama hanafiyah, seorang anak yang berakal dan
mummayiz (berumur tujuh tahun, tetapi belum baligh) dapat
menjadi ahli akad.44
Ulama Malikiyah dan Hanabilah
berpendapat bahwa akad anak mumayyiz bergantung pada izin
walinya. Adapun menurut ulama Syafi’iyah, anak mumayyiz
44 Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah, (Bandung: CV Pustaka Setia,2001),77
yang belum baligh tidak dibolehkan melakukan akad sebab ia
belum dapat menjaga agama dan hartanya (masih bodoh).
Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa yang disebut
orang-orang yang belum sempurna akalnya pada ayat di atas
adalah anak yatim yang masih kecil atau orang dewasa yang tidak
mamu mengurus hartanya.
2) Qabul harus sesuai dengan ijab
3) Ijab dan qabul harus bersatu
Yakni berhungan antara ijab dan qabul walaupun tempatnya tidak
bersatu.
c. Tempat akad
Harus bersatu atau berhubungan anatara ijab dan qabul.
d. Ma’uqud ‘alaih (Objek Akad)
Ma’uqud ‘alaih harus memenuhi empat syarat yatitu:
1) Ma’qud ‘alaih harus ada, tidak boleh akad atas barang-barang
yang tidak ada atau dikwatirkan tidak ada, seperti jual-beli buah
yang belum tampak, atau jual-beli anak hewan yang masih dalam
kandungan. Secara umum dalil yang digunakan sebagamana
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah
SAW. Melarang jual-beli buah yang belum tampak hasilnya.
2) Harta harus kuat, tetap, dan bernilai, yakni benda yang mungkin
dimanfaatkan dan disimpan.45
3) Benda tersebut milik sendiri.
45 Ibid.,78
4) Dapat diserahkan.
e. Syarat Pelaksanaann Akad (Nafadz)
1) Benda dimiliki aqid atau berkuasa untuk akad.
2) Benda tidak terdapat milik orang lain.
f. Syarat sah akad
1) Syarat umum
Adalah syarat-syarat yang berhubungan dengan semua bentuk
jual-beli yang telah ditetapkan syara’. Di antaranya adalah
syarat-syarat yang telah disebutkan diatas. Juga harus terhnindar
kecacatan jual-beli, yaitu ketidak jelasan, keterpaksaan,
pembatasan dengan waktu (tauqit), penipuan (gharar),
kemadaratan, dan persyaratan yang merusak lainnya.
2) Syarat khusus
Adalah syarat-syarat yang hanyya ada pada barang-barang
tertentu. Jual beli ini harus memenuhi persyaratan berikut:
a) Barang yang diperjual belikan harus dapat dipegang, yaitu
jual-beli benda yang harus dipegang sebab apabila dilepaskan
akan rusak atau hilang.
b) Harga awal harus diketahui, yaitu pada jual-beli amanat.
c) Serah terima benda dilakukan sebelum berpisah, yaitu pada
jual-beli yang bendanya ada di temat.
d) Terpenuhinya syarat penerimaan.
e) Harus seimbang dalam ukuran timbangan, yaitu dalam jual
beli yang memakai ukuran atau timbangan.
f) Barang yang diperjual belikan sudah menjadi tanggung
jawabnya. Oleh karena itu, tidak boleh menjua barang yang
masih berada di tangan penjual.
g. Syarat Lujum (Kemestian)
Syarat ini hanya ada satu, yaitu akad jual beli harus terlepas
atau terbebas dari khiyar (pilihan) yang berkaitan dengan kedua
pihak yang akad dan akan menyebabkan batalnya akad.46
2. Madhhab Maliki
Syarat-syarat yang dikemukakan oleh ulama Malikiyah yang
berkenaan dengan aqid (orang yang akad), shighat, dan maqud ‘alaih
(barang) berjumlah 11 syarat.47
a. Syarat Aqid
Adalah penjual atau pembeli. Dalam hal ini terdapat tiga syarat,
ditambah satu bagi penjual:
1) Penjaul dan pembeli harus mumayyiz.
2) Keduanya merupakan pemilik barang atau yang dijadikan
wakil.
3) Keduanya dalam keadaan sukarela. Jual beli berdasarkan
paksaan adalah tidak sah.48
4) Penjual harus sadar dan dewasa.
Ulama Malikiyah tidak mensyartakan harus Islam bagi aqid
kecuali dalam membeli hamba yang muslaim dan mebeli
46 Ibid., 80
47 Ibn Rusyd., Op. Cit. Juz. II. Hlm. 125-127
48 Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 81
mushaf. Begitu pula dipandang sahih jual—beli orang yang
buta.
b. Syarat dalam Shighat
1) Tempat Akad Harus Bersatu
2) Pengucapan Ijab dan Qabul Tidak Terpisah
Diantaranya ijab dan qabul tidak boleh ada pemisah yang
mengandung unsur penolakan dari salah satu aqid secara adat.49
c. Syarat Harga dan yang Dihargakan
1) Bukan barang yang dilarang syara’.
2) Harus suci, maka tidak dibolehkan menjual khamr, dan lain-
lain.
3) Bermanfaat menurut pandangan syara’.
4) Dapat diketahui oleh kedua orang yang akad.
5) Dapat diserahkan.
3. Madhhab Syafi’i
Ulama syafi’iyah mensyaratkan 22 syarat, yang berkaitan dengan aqid,
shighat, dan ma’qud alaih. Persyaratan tersebut adalah:
a. Syarat Aqid
1) Dewasa atau sadar
Aqid harus baligh dan berakal, menyadari dan mampu
memelihara agama dan hartnya. Dengan demikian, akad anak
mumayyiz dipandang belum sah.50
2) Tidak dapat dipaksa
49 Ibid.
50 Ibid., 81
3) Islam
Dipandang tidak sah orang kafir yang mebeli kitab Al-Quran
atau kitab-kitab yang berkaitandengan agma seperti hadis, kitab-
kitab fiqih, dan juga membeli hamba yang uslim. Hal itu
didasarkan antara lain pada firman Allah SWT.:
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa)
yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin).
Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka
berkata: "Bukankah Kami (turut berperang) beserta kamu
?" dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan
(kemenangan) mereka berkata: "Bukankah Kami turut
memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang
mukmin?" Maka Allah akan memberi keputusan di antara
kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan
memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk
memusnahkan orang-orang yang beriman.” (QS. An-
Nisa’: 141)51
4) Pembeli bukan musuh
51 Al-Qur’an, 4: 141;
Umat islam dilarang menjual barang, khususnya senjata,
kepada musuh yang akan digunakan untuk memerangi dan
menghancurkan kaum Muslimin.
b. Syarat Shighat
1) Berhadap-hadapan
Pembeli atau penjual harus menunjukan shighat akadnya
kepada orang yang sedang bertransaksi dengannya yakni harus
sesuai dengan orang yng dituju. Dengan demikian tidak sah
berkata, “Saya menjual kepadamu!” padahal nama pembeli bukan
Ahmad.
2) Ditujukan pada seluruh badan yang akad
Tidak sah mengatakan, “saya menjual barang ini kepada
kepala atau tangan kamu.”52
3) Qabul diucapkan oleh orang yang ditujudalam ijab.
Orang yang mengucapkan qabul haruslah orang yang diajak
bertansaksi oleh orang yang mengucapkan ijab, kecuali diwakilkan.
4) Harus menyebutkan barang atau harga.
5) Ketika mengucapkan shighat harus disertai niat (maksud).
6) Pengucapan ijab dan qabul harus sempurna.
Jika seseorang yang edang bertransaksi itu gila sebleum
mengucapkan qaabul, jual-beli yang dilakukannya batal.
7) Ijab qabul tidak terpuisah
52 Rachmat, Fiqh Muamala, 82
Antara ijab dan qabul tidak boleh diselengi oleh waktu
yang terlalu lama. Yang menggambarkan adanya pennolakan dari
salah satu pihak.
8) Antara ijab dan qabul tidak terpisah dengan pernyataan lain.
9) Tidak berubah lafazh
Lafazh ijab tidak boleh berubah, seperti perkataan, “Saya
jual dengan lima ribu, kemudian berkata lagi, “Saya menual
dengan sepuluh ribu, padahal barang yang dijual masih sama
dengan barang yang pertama dan belum ada qabul.
10) Bersesuaian antara ijab dan qabul secara sempurna
11) Tidak dikaitkan dengan sesuatu.
Akad tidak boleh dikaitkan dengan sesuatu yang tidak ada
hubungan dengan akad.
12) Tidak dikaitkan dengan waktu.53
c. Syarat Ma’qud ‘Alaih (Barang)
1) Suci
2) Bermanfaat
3) Dapat diserahkan
4) Barang milik sendiri menjadi wakil orang lain
5) Jelas dan diketahui oleh kedua orang yang melakukan akad.54
4. Madhhab Hambali
Menurut ulama Hanabilah, persyaratan jual-beli terdiri atas 11
syarat, baik dalam aqid, shighat, dan ma’qud ‘alaih.55
53 Ibid., 83
54 Ibid., 84-85
a. Syarat Aqid
1) Dewasa
Aqid harus dewasa (bakigh dan berakal), kecuali pada jual beli
barang-barang yang sepele atau mendapat izin walinya dan
mengandung unsur kemaslahatan.
2) Ada keridaan
Masing-masing aqid harus saling meridai, yaitu tidak ada unsur
paksaan. Kecuali jika dikehendaki oleh mereka yang memiliki
otoritas untuk memaksa, seperti hakim atau penguasa.
Ulama Hanailah menghukumi makruh bagi orang yang menjual
barangnya karena terpaksa atau karena kebutuhan yang mendesak
dengan harga diluar harga lazim.
b. Syarat Shighat
1) Berada di tempat yang sama
2) Tidak terpisah
Antara ijab dan qabul tidak terdapat pemisah yang mengambarkan
adanya penolakan.
3) Tidak dikaitkan dengan sesuatu
Akad tidak boleh dikaitkan dengan sesuatu yang tidak
berhubungan dengan akad.
c. Syarat Ma’qud alaih
1) Harus berupa harta
55 Ghayah Al-Muthaha, juz II. Hlm. 5-14
Ma’qud alaih adalah barang-barang yang bermanfaat
menurut pandangan syarat. Adapun barang-barang yang tidak
bermanfaat hanya dibolehkan jika dalam keadaan terpaksa,
misalnya membeli khamar sebab tidak ada lagi air lainnya.
Dibolehkan pula membeli burung karena suaranya bagus.
Ulama Hanabilah mengharamkan jual beli Al-Qur’an, baik
untuk orang muslim maupun kafir sebab Al-Qur’an itu wajib
diagungkan, sedangkan menjualnya berarti tidak
menganggungkannya.56
Begitu pula mereka melarang jual beli barang-barang maian
dan barang-barang yang tidak bermanfaat lainnya.
2) Milik penjual secara sempurna
Dipandang tidak sah jual-beli fudhul, yakni menjual barang tanpa
seizin pemiliknya.
3) Barang dapat diserahkan ketika akad
4) Barang diketahui oleh penjual dan pembeli
Ma’qud ‘alaih harus jelas dan diketahui kedua pihak yang
melangsungkan akad. Namun demikian, dianggap sah jual beli
orang yang buta.
5) Harga diketahui oleh kedua belah pihak yang akd
6) Terhindar dari unsur-unsur yang menjadikan akad sah.
Barang, harga, dan aqid harus terhindar dari unsur-unsur
yang menjadikan akad tersebut menjadi tidak sah, seperti riba.57
56 Ibid., 84
57 Ibid., 85
C. Penetapan Harga
Islam memberikan kebebasan pasar, dan menyerahkannya kepada hukum
naluri yang kiranya dapat melaksanakan fungsinya selarang dengan penawaran
dan permintaan, namun tidak boleh melakukan ikhtiyar. Ikhtiyar yaitu;
mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan menjual lebih
sedikit barang untuk harga lebih tinggi. 58
Dalam hal praktik tidak terpuji tersebut, maka islam yang sifatnya
rahmatan lil a’alamin mengajarkan intervensi otoritas resmi dan memberikan
kewenangan kepada pemerintah untuk melakukan kebijakan pengendalian
harga (price fixing). Bila ada kenaikan harga barang diatas batas kemampuan
masyarakat, maka pemerintah melakukan pengaturan dengan operasi pasar.
Sedangkan, bila harga terlalu turun sehingga merugikan prosusen, maka
pemerintah meningkatkan pembelian atas produk tersebut dari pasar.59
Dalam fiqh islam dikenal dua istilah bebeda mengenai harga suatu barang,
yaitu ats-tsaman dan ats-si’r adalah harga yang berlaku secara aktual di pasar.60
1. Al-Tsaman
Mencari keuntungan dalam bisnis pada prinsipnya merupakan
suatu perkara yang jaiz (boleh) dan dibenarkan syara’. Dalam al-Qur’an
dan hadits tidak ditemukan berpa persen keuntungan atau laba (patokan
harga suatu barang) yang diperbolehkan. Tingkat laba atau keuntungan
58 Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, (Yogyakarta: CV. Adipura, 2002), 203.
59 Ibid., 206.
60 Setiawan Budi Utomo, Fiqih Aktual, (Jakarta: Gema Insani, 2003), 90.
berapa pu besarnya selama tidak mengandung unsur-unsur keharaman dan
kezhaliman dalam praktek pencapaiannya, maka hal itu dibenarkan syariah
sekalipun mencapai margin 100% dari modal bahkan beberapa kali lipat.
Firman Allah swt. Dalam al-Qur’an Surat al-Nisa’ ayat 29:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka
di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”61
2. Al-tsi’r
Ulama fiqih membagi as-si’r menjadi dua macam:
a. Harga yang berlaku secara alami, tanpa campur tangan pemerintah.
Dua dari empat mazhab terkenal, Hambali dan Shafi’i, menyatakan
bahwa pemerintah tidak mempunyai hak untuk menetapkan
harga.62
harga suatu komoditas yang ditetapkan pemerintah setelah
mempertimbangkan modal dan keuntungan wajar bagi pedagang
ataupun produsen serta melihat keadaan ekonomi riil dan daya beli
masyarakat. Mekanisme ini lazim al-Ta’ir al-Jabari.63
Islam menghargai hak penjual dan pemebeli untuk menentukan harga
sekaligus melindungi hak keduanya. Dalam rangka melindungi hak
61Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Bandung: al-
Jumanatul ‘Ali, 2015), 83. 62
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, 206. 63
Budi Utomo, Fiqih Aktual, 90.
penjual dan pembeli, Islam membolehkan bahkan mewajibkan
pemerintah melakukan penetapan harga bila kenaikan hrga disebabkan
adanya penyimpangan antara permintaan dan penawaran.64
Konsep harga yang adil telah dikenal oleh rasullulah, yang
kemudian banyak menjadi pembahasan dari ulama di masa kemudian.
Adanya suatu harga yang adil telah menjadi pegangan yang mendasar
dalam transaksi yang islami. Secara umum harga yang adil adalah:
harga yang tidak menimbulakn eksploitasi atau penindasan
(kezaliman) sehingga merugikan salah satu pihak dan
menguntungakan pihak yang lain.65
penentuan harga dalam Islam
ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan yang terjadi
secara alami.
Dari uraian di atas dapat di pahami bahwa diperbolehkan bagi
siapapun untuk mecari keuntungan tanpa ada batasan keuntungan
tertentu selama mematuhi hukum-hukum Islam. Serta menentukan
standar harga sesuai dengan kondisi pasar yang sehat. Namun, bila
terjadi penyimpangan dan kesewenang-wenangan harga dengan
merugikan pihak konsumen, tidak ada halangan bagi pihak penguasa,
sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, untuk membatasi
keuntungan pedagang atau mematok harga. Tindakan ini dilakukan
harus melalui konsultasi dan musyawarah dengan pihak-pihak terkait
agar tidak ada yang dilangkahi maupun dirugikan hak-haknya.66
64 Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), 162. 65
Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, (Yogyakarta: Ekonisia, 2003), 286. 66
Ibid.,289
BAB III
GAMBARAN UMUM PT TELKOM INDONESIA, Tbk.
A. Profil PT Telkom
1. Sejarah PT Telkom Indonesia, Tbk.
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk merupakan penyelenggara
bisnis T.I.M.E (Telecommunication , Information, Media, and Edutaiment)
yang terbesar di Indonesia. Selama ini Telkom telah mengalami berbagai
transformasi agar dapat mengikuti perkembangan zaman dan dapat
diminati masyarakat. Transformasi terakhir sekaligus yang disebut dengan
NEW TELKOM Indonesia adalah tranformasi dalam bisnis, transformasi
infrastruktur,transformasi, system dan model opera kepada pihak eksternal
bersamaan dan transformasi sumber daya manusia. Transpormasi tersebut
resmi diluncurkan kepada pihak eksternal bersamaan dengan New
Corporate Identity Telkom pada tanggal 23 Oktober 2009, pada hari ulang
tahun Telkom yang ke 153.67
Secara singkat sejarah PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dapat
dilihat dari tahun ke tahun sebagai berikut :
1882 :Sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan
telegraf dibentuk pada masa pemerintahan colonial Belanda.
1906 :Pemerintahan Kolonial Belanda membentuk sebuah jawatan
yang mengatur layanan pos dan telekomunikasi yang diberi nama jawatan
pos, Telegraf dan telepon (Post, Telegraf en Telephone Dients/PTT).68
1945 :Proklamasi kemerdekaan Indonesia sebagai Negara merdeka
dan berdaulat, lepas dari pemerintahan Jepang.
1961 :Status Jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan
Telekomunikasi (PN Postel).
67 http://julio-skatel-banjarbaru.blogspot.co.id/2014/10/sejarah-dan-perkembangan-pt-telkom.html
68 http://julio-skatel-banjarbaru.blogspot.co.id/2014/10/sejarah-dan-perkembangan-pt-
telkom.html
1965 :PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro
(PN Pos dan Giro) dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN
Telekomunikasi).
1974 :PN Telekomunikasi disesuaikan menjadi Perusahaan Umum
Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi
nasional maupun internasional. 1980 :PT Indonesian Satelite Corporation
(Indosat) didirikan untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi
internasional, terpisah dari Perumtel.69
1989 :Undang- undang nomoe 3/1989 tentang Telekomunikasi,
tentang peran serta swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi.
1991 :Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan PP no.25 tahun 1991. 70
1995 :Penawaran Umum perdana saham TELKOM (Initial Public
Offering/IPO) dilakukan pada tanggal 14 November 1995. Sejak itu saham
Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa
Efek Surabaya (BES), New York Stock Exchange (NYSE) dan London
Stock Exchange (LSE). Saham Telkom juga diperdagangkan tanpa
pencatatan (Public Offering Without Listing/POWL) di Tokyo Stock
Exchange.
1999 : Undang-undang nomor 36/1999, tentang penghapusan
monopoli penyelenggaraan telekomunikasi.
2001 : TELKOM membeli 35% saham Telkomsel dari PT Indosat
sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa
69 Ibid.,
70 Ibid.,
telekomunikasi di Indonesia, yang ditandai dengan penghapusan
kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara TELKOM dengan
Indosat. Dengan transaksi ini, TELKOM menguasai 72,72% saham
Telkomsel.
2002 : TELKOM membeli seluruh saham Pramindo melalui 3
tahap, yaitu 30% saham pada saat ditandatanganinya perjanjian jual-beli
pada tanggal 15 Agustus 2002, 15% pada tanggal 30 September 2003 dan
sisa 55% saham pada tanggal 31 Desember 2004. TELKOM menjual
12,72% saham Telkomsel kepada Singapore Telecom, dan dengan
demikian TELKOM memiliki 65% saham Telkomsel. Sejak Agustus 2002
terjadi duopoli penyelenggaraan telekomunikasi lokal.71
2009 :Tanggal 23 Oktober 2009 PT Telekomunikasi Indonesia,
Tbk merayakan ulang tahunnya yang ke 153 tahun. Sekaligus pada tanggal
itu pula dilaksanakan soft launching sesuatu informasi dan perubahan
landscape bisnis Telkom. Suatu perubahan landscape bisnis dari bisnis
Informasi dan Komunikasi (infocomm) menjadi Telecommunication,
Information, Media, and Edutainment (TIME). Hal ini dikukuhkan dengan
positioning Telkom yang baru yaitu life confident dengan tigelinenya “The
World In Your Hand”.72
2. Visi dan Misi PT Telkom Jalan Sultan Agung No 23 Ponorogo
Visi :
“Be The King of Digital in The Region”
71 Ibid.
72 Ibid.
Misi :
“Lead Indonesian Digital Innovation and Globalization”
3. Struktur Organisasi Telkom Ponorogo73
Struktur organisasi diperlukan perusahaan untuk membedakan batas-batas
wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya
hubungan / keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Demi tercapainya tujuan umum suatu perusahaan diperlukan suatu
wadah untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan perusahaan tersebut.
Pengaturan ini dihubungkan dengan pencapaian tujuan perusahaan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur
organisasi dalam instansi. Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan
pelaksanaan pekerjaan dapat diterapkan, sehingga efesiensi dan efektifitas
kerja dapat diwujudkanmelalui kerja sama dengan koordinasi yang baik
sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai.
Suatu perusahaan terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan
perseorangan, maupun kelompok kerja yang berfungsi untuk melaksanakan
serangkaian kegiatan tertentu dan mencakup tata hubungan secara vertikal,
melalui saluran tunggal. Dimana pimpinan tertinggi dalam perusahaan ini
adalah General Manager. Struktur organisasi PT. Telkom Akses Medan adalah
sebagai berikut :
J.DONY AGUS TATANG
IRAWAN
KAKANDATEL
73 Junce Kusumawati, wawancara, Ponorogo 07 Juni 2016
MUJIONO
OFF 2 DEBT
MANAGEMENT
4. Pelaksanaan Jual Beli Wifi id di PT Telkom Ponorogo
Wifi Id adalah layanan internet layanan inovasi terbaru dari PT Telkom
Indonesia yang merupakan edukasi dan penetrasi internet kecepatan tinggi di
indonesia . Dengan harga yang sangat terjangkau dan juga akses internet
unlimited. Tujuan dari disediakannya layaanan ini adalah untuk mendukung
pelayanan pemerintah guna untuk mendukung agar masyarakat itu saling
mengenal dan saling mengetahui satu sama lain. Dengan internet masyarakat
juga dapat mengetahui kinerja pemerintah dengan mudah dan cepat.74
74 Ibid.
MARIYANTO
JUNIOR ACCOUNT
MANAGER 1
EDY WIJOTO
ASMAN SALES &
CUST. CARE
GIANTO
ASMAN OP &
MAINTENANCE
JUNCE
KUSUMAWATI
ASMAN SUPPORT
SUKAMTO
OFF 2 OM LOKASI
HARIYANTO
SPV PLASA
PONOROGO
SUNARIYANTO
SPV SITE OP. &
POJ PACITAN
TOTOK SUHARIYANTO
SPV PLASA PACITAN
Tujuan lainnya yaitu untuk menyediakan wadah bagi orang-oarang yang
mempunyai leptop atau hp Android yang bisa dengan bebas menggunakan
akses internet hana dengan memassukan passwort atau Id yang ada di dalam
voucher. Berbeda dengan warnet dimana penggunanya adalah orang-orang
yang tidak mempunyai laptop dan biasanya pengguna warnet dikenakan tarif
per jamnya untuk membayar uang untuk sewa komputer dan layanan internet.
Layanan wifi.id ini sangat mempermudah masyarakan menggunakan askses
internet dengan bebas, nyaman, dan biaya yang sangat terjangkau.75
Kelebihan Wifi Id yaitu kecepatan akses mencapai 100mbps berbeda deng
indi home dimana kecepatannya hanya 90mbps saja. Selai itu voucher wifi id
ini bisa dipakai di wifi corner yang ada di penjuru indonesia.76
Kekurangan
wifi id adalah tidak bisa diakses ditempat umum seerti halnya dilapangan, di
alun-alun kota atau ditempat uum lainnya. Wifi Id ini hanya disa diakses di
area sekitar kantor Telkom saja.77
Teknik jual beli wifi id adalah atas kerelaan penjual dan pengguna wifi id.
Pembeli yang menggunakan layanan Wifi Id biasanya datang langsung di area
Wifi Corner PT Telkom di jalan Sultan Agung No 23 Ponorogo. Di tempat
tersebut pembeli menemui petugas yang penjual voucher wifi id. Sebelum
adanya ijab qabul antara pembeli dan pembeli. Biasanya penjual menjelaskan
bahwa wifi id hanya bisa dipakai di area Wifi Corner saja atau disekitar
wilayah PT Telkom, agar pembeli dapat menggunakan layanan dengan baik,
juga agar tidak ada keluhan gangguan akses jaringan Internet.
75 Ibid
76 Gustiar, wawancara, Ponorogo, 13 Juni 2016
77 Ibid.
Akad yang dilakukan di PT Telkom mengenai jual beli wifi id adalah
dengan menggunakan lisan, yaitu dengan mengucapkan kalimat bahwa ingin
membeli voucher wifi id, seperti contoh: “Pak saya mau membeli voucher wifi
id?”. Kemudian penjual memberikan jawaban “Mau beli berapa
voucher?”.Pembeli: “ Mau membeli satu pak”. Penjual pun memberikan
voucher wifi id. Dan pembeli memberikan uang untuk pembelian viucher
tersebut. Meskipun didalam voucher terdapat tulisan Rp. 5.000,00 akan tetapi
pembeli di haruskan membayar uang sebesar Rp. 6.000,00. Dan akad dilakukan
atas dasar suka sama suka, jadi dalam akad tersebut tidak ada unsur pemaksaan
atau tidak ada pihak yang merasa dipaksa.78
Dalam praktek jual beli Wifi Id penjual yang sebenarnya adalah pihak
Telkom. Akan tetapi disini pihak Telkom mewakilkan atau memberikan tugas
kepada penjaga keamanan di Telkom atau biasa disebut satpam untuk
menjualkan voucher Wifi Id. Satpam di beri wewenang dan amanat untuk
menjual voucher Wifi Id karena satpam selalu ada ditempat area Wifi Corner
yang sekaligus menjaga keamanan PT Telkom.79
Dalam proses jual beli ditemukan tambahan harga sebesar Rp. 1.000,00
dari harga awalnya Rp. 5.000,00 menjadi Rp. 6.000,00. Pihak Telkom juga
telah menyediakan tempat yang nyaman dan bagi pengguna wifi id atau lebih
dikenal dengan user. Di area wifi id ini selain penyediaan tempat juga
disediakan aliran listrik yang bebas digunakan uleh para pengguna layanan wifi
78 Gustiar, wawancara, Ponorogo, 13 Juni 2016
79 Agung P N, wawancara, Ponorogo, 21 Juni 2016
id. Jadi pembeli bisa menggunakan layanan wifi id selama yang diinginkan
tanpa takut kehabisan batrey laptop maupun Handphonenya80
Mas Agus selaku pembeli dan pengguna layanan, memilih membeli dan
menggunakan Wifi Id di jalan sultan agung karena paling dekat dengan rumah,
harga murah, dan jaringan akses sangat cepat. Jaringan akses memang sangat
cepat akan tetapi apabila semakin banyak orang yang menggunakan wifi.id itu
juga sangat mempengaruhi, bisa jadi jaringan akses semakin lemah. Harga
voucher Wifi Id adalah Rp. 6.000,00 akan tetapi dalam voucher terdapat
tulisan Rp.5000. Pembeli tidak mengetahui untuk kenapa ada tambahan harga
Rp. 1.000,00. Pengguna menganggap tambahan harga tersebut wajar di zaman
sekarang.81
Sama Seperti mas Agus, Devi seorang juga seorang pembeli dan biasa
menggunkan layanan Wifi Id untuk mendonwload film korea. Devi membeli
voucher dengan Harga Rp. 6.000,00. Penambahan harga Rp. 1.000,00 dianggap
lumrah terjadi di masyaraat, seperti halnya jual beli pulsa dimana harga dengan
jumlah pulsa tidak sesuai.82
Tambahan harga ini merupakan imbalan yang diperoleh uleh pihak
Telkom sebagai jasa atas penjualan voucher Wifi Id. Tambahan harga ini
dilakukan agar pihak telkom mendapat untung atas penjualan wifi dan tidak
dirugikan. Pihak telkom tidak serta merta mencari keuntungan semata, dapat
dilihat mengenai penyediaan tempat dan penyediaan aliran listrik tanpa
dipungut biaya.83
80 Ibid.
81 Agus Prasetyo, wawancara, Ponorogo, 3 juni 2016
82 Devi Pristiani, wawancara, Ponorogo, 2 juni 2016
83 Gianto, wawancara, Ponorogo, 13 Juni 2016
Arum sebagai pembeli telah mengetahui mengenai tambahan harga yang
dilakukan oleh pihak Telkom. Meskipun dekimikian dia tidak pernah
mempermasalahkan karena setiap usaha jual beli berhak mendapatkan untung
atau imbalan. Arum tidak pernah merasa dirugikan karena telah mendapatkan
timbal balik dengan menggunakan layanan Wifi Id yang dianggapnya sangat
memuaskan.84
5. Waktu Berlakunya Wif Id PT Telkom di jalan Sultan Agung No 23
Ponorogo
Kebutuhan manusia menurut adanya jual beli, karena manusia adalah
makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan satu dengan yang
lainnya. Seseorang membutuhkan sesuatu yang dimiliki orang lain, baik itu
berupa uang atau barang, hal itu dapat diperoleh setelah adanya penyerahan
yang bersifat timbal balik berupa kompensasi sesuai dengan syari’at Islam
yang disebut dengan jaul beli.85
Di dalam prakteknya penggunaan wifi id ini terdapat batasan waktu yaitu
12 jam. Pengunnaan wifi if tidak bisa disembarang tempat umum seperti
halnya dilapangan, di alun-alun kota, taman, pasar, dan tempat umum lainnya.
Wifi id ini hanya disa diakses di area wifi di PT TELKOM saja. Dalam
penggunaan wifi id terdapat batas waktu pemakaian. Hal tersebut bisa dilihat di
Voucher wifi id terdapat tulisan batas waktu pemakaian selama 12 jam.
Voucher wifi id bisa digunakan beberapa kali sampai batas waktu tersebut.86
84 Arum, wawancara, Ponorogo, 15 Juni 2016
85 Imam, Tafsir Jalalain buku,328
86 Gustiar, wawancara, Ponorogo, 13 Juni 2016
Agus adalah pengguna layana Wifi Id mengatakan bahwa benar dalam
masa waktu berlakunya Wifi Id hanya 12 jam. Hal itu dibenarkan karena
terdapat tulisan berlaku 12 jam di voucher Wifi Id. Akan tetapi dalam
praktenya mas agus biasanya bisa menggunakan lebih 12 jam bahkan bisa
digunakan sampai 24 jam, tetapi itu hanya terkadang saja tidak setiap hari
bisa.87
Sama dengan mas Agus, Devi sebagai pengguna Wifi Id biasanya
mengguanakan tersebut kurang dari 12 jam. Akan tetapi apabila voucher
dengan id dan password itu dipakai hari berikutnya masih bisa.
Bebeda dengan mas agus dan devi, arum mengatakan bahwa ia hanya bisa
menggunak Wifi Id selama 12 jam. Apabila ia menggunakan lebih dari 12 jam
tidak bisa. karena sudah melampaui batas waktu pemakaian wifi id. Devi hanya
begitu saja menggunakaanya dan tidak mempersalahkan ataupun
mempertanyakan ke pihak Telkom.88
Hilda Kusuma adalah pengguna layanan Wifi Id tetapi tidak begitu banyak
mengetahui mengenai batas waktu sebenarnya, meskipun sudah jelas
mengenai batas waktu yang tertera dalam voucher wifi id yaitu 12 jam. Hilda
pasti akan membeli lagi voucher wifi id di hari berikutnya karena dianggap
voucher yang sudah dipakai dianggap habis waktu pemakaiannya.89
Pihak Telkom tidak mengetahui adanya perbedaan dalam waktu berlaku
Wifi Id. Karena jelas terdapat ketentuan di dalam Voucher Wifi Id tidak bisa
digunakan lebih dari 12 jam. Ketidak tahuan pihak Telkom dikarenakan tidak
adanya keluhan atau respon negatif dari para pembeli dan pengguna layanan
87 Agus Prasetyo, wawancara, Ponorogo, 3 juni 2016
88 Devi Pristiani, wawancara, Ponorogo, 2 juni 2016
89 Hilda Kususma, wawancara, Ponorogo, 2 juni 2016
Wifi Id. Perbedaan waktu berlakunya Wifi Id tidak dibenarkan pihak Telkom.
Adanya perbedaan waktu berlakunya dimungkinkan karena memang batas
waktu pemakaian Wifi belum sampai 12 jam. Dan hal tersebut tidak disadari
oleh para pengguna. Hal ini dijelaskan oleh koordinator Telkom akses yaitu
mas gustiar.90
BAB IV
ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI WIFI ID DI PT
TELKOM JALAN SULTAN AGUNG NO 23 PONOROGO
A. Analisa Hukum Islam Terhadap Harga Jual Beli Wifi Id Di PT Telkom
Jalan Sultan Agung No 23 Ponorogo
Dalam kehidupan manusia tidak lepas dari peraturan hukum. Patokan-
patokan hukum yang mengatur hubungan hak dan kewajiban dalam hidup
masyarakat yang disebut hukum mu’amalah. Tidak dapat dipungkiri bahwa
manusia diciptakan oleh Allah SWT dimuka bumi ini untuk menjalankan
kewajiban dana memenuhi kebutuhan hidupnya, baik itu dalam masalah
ukhrawi maupun duniawi. Dalam tataran pemenuhan ukhrawi manusia
90 Gustiar, wawancara, Ponorogo, 13 Juni 2016
mengaplikasikannya dalam rangkaian pengabdian diri dengan sebenar-
benarnya kepada Allah SWT yang sesuai dengan syari’at islam yang
diajarkan oleh nabi Muhammad SAW, dan agama mengaturnya dalam hal
ubudiyah.91
Adapun masalah duniawi manusia tidak dapat memenuhinya tanpa
adanyar interaksi antara sesama manusia yang lingkupannya adalah makhuk
sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain.
Usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan ukhrowi dan kebutuhan
duniawi. Sehingga selain Allah mewajibkan manusia mengabdikan diri
kepadaNya, manusia juga di tuntut untuk memenuhi kebutuhannya.
Islam yang kita cintai ini menghormati hak kepemilikan umatnya.
Karenanya, Islam mengharamkan kita untuk mengambil hak saudara kita tanpa
kerelaannya –walau sekedar bercanda-.
رفلي يهاأخصع كمدذأحإذاأخاوادلاجاوبلع بهاحص اعتم كمدذن أحأخلاي.هلياعهدد
Artinya:“Janganlah sekali-kali engkau bercanda dengan mengambil harta
saudaramu, dan tidak pula bersungguh-sungguh mengambilnya. Dan
bila engkau terlanjur mengambil tongkat saudaramu, hendaknya
engkau segera mengembalikannya”92
. (HR. Ahmad, 4/221)
Wifi Id adalah layanan internet inovasi terbaru dari PT Telkom
Indonesia yang merupakan edukasi dan penetrasi internet kecepatan tinggi di
indonesia . Dengan harga yang sangat terjangkau dan juga akses internet
unlimited. Tujuan dari disediakannya layaanan ini adalah untuk mendukung
91Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru AL-Gensido, 1996), 278
92 https://www.islampos.com/seberapa-banyak-keuntungan-yang-dianjurkan-dalam-
islam-128882/, Di akses pada tanggal 27 Juni 2016, pada jam 18:15
pelayanan pemerintah agar masyarakat itu saling mengenal dan saling
mengetahui satu sama lain. Dengan internet masyarakat juga dapat mengetahui
kinerja pemerintah dengan mudah dan cepat. Bahkan dengan internet kita juga
dapat berbelanja kebutuhan sehari-hari.93
Tujuan lainnya yaitu untuk menyediakan wadah bagi orang-oarang yang
mempunyai leptop atau hp yang bisa dengan bebas menggunakan layanan
wifi.id. bebrebda dengan warnet dimana penggunaanya dilakukan terhadap
orang-orang yang tidak mempunyai laptop. Jadi layanan wifi.id ini guna untuk
mempermudah masyarakan menggunakan layanan wifi.id dengan bebas dan
nyaman.94
Kelebihan wifi id yaitu kecepatan akses mencapai 100mbps berbeda
dengan Indi Home dimana kecepatannya hanya 90mbps saja. Selai itu voucher
wifi id ini bisa di pakai di wifi corner yang ada di penjuru indonesia.95
Kekurangan wifi id adalah tidak bisa di akses di tempat umum seperti halnya di
lapangan, di alun-alun kota atau ditempat umum lainnya. Wifi id ini hanya disa
di akses di wifi corner di kantor PT TELKOM saja.96
Dalam prakteknya teknik jual beli wifi id atas kerelaan penjual dan
pembeli wifi id. Pembeli yang menggunakan layanan Wifi Id biasanya datang
langsung di area Wifi Corner PT Telkom di jalan Sultan Agung No 23
Ponorogo. Di tempat tersebut pembeli menemui petugas yang penjual voucher
wifi id. Sebelum adanya ijab qabul antara pembeli dan pembeli. Biasanya
93 Junce Kusumawati, wawancara, Ponorogo, 07 Juni 2016
94 Ibid.
95 Gustiar, wawancara, Ponorogo, 13 Juni 2016
96 Ibid.
penjual menjelaskan bahwa wifi id hanya bisa dipakai di area Wifi Corner saja
atau disekitar wilayah PT Telkom, agar pembeli dapat menggunakan layanan
dengan baik, juga agar tidak ada keluhan gangguan akses jaringan Internet.
Akad yang dilakukan di PT Telkom mengenai jual beli wifi id adalah
dengan menggunakan lisan, yaitu dengan mengucapkan kalimat bahwa ingin
membeli voucher wifi id, seperti contoh: “Pak saya mau membeli voucher wifi
id?”. Kemudian penjual memberikan jawaban “Mau beli berapa
voucher?”.Pembeli: “ Mau membeli satu pak”. Penjual pun memberikan
voucher wifi id. Dan pembeli memberikan uang untuk pembelian viucher
tersebut. Meskipun didalam voucher terdapat tulisan Rp. 5.000,00 akan tetapi
pembeli di haruskan membayar uang sebesar Rp. 6.000,00. Dan akad dilakukan
atas dasar suka sama suka, jadi dalam akad tersebut tidak ada unsur pemaksaan
atau tidak ada pihak yang merasa dipaksa.97
Dalam praktek jual beli Wifi Id penjual yang sebenarnya adalah pihak
Telkom. Akan tetapi di sini pihak Telkom mewakilkan atau memberikan tugas
kepada penjaga keamanan di Telkom atau biasa disebut satpam untuk
menjualkan voucher Wifi Id. Satpam di beri wewenang untuk menjual voucher
Wifi Id karena satpam selalu ada ditempat area Wifi Corner yang sekaligus
menjaga keamanan PT Telkom.98
Akad yang digunakan dalam jual beli wifi id ini adalah al-bai’ yaitu
Menukarkan barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik dari yang satu pada yang lain atas dasar merelakan.99
97 Gustiar, wawancara, Ponorogo, 13 Juni 2016
98 Agung P N, wawancara, Ponorogo, 21 Juni 2016
99 Idris, Ahmad, Fiqh al syafi’iyah (Jakarta: Karya Indah, 1998),5.
Semua jual beli hukumnya boleh jika dilakukan oleh kedua belah pihak
yang mempunyai kelayakan untuk melakukan transaksi, kecuali jual beli yang
dilarang. Selain itu maka jual beli boleh hukumnya selama tidak dilarang oleh
Allah SWT. Seperti yang dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat
275:
Artinya: “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba.”100
Begitu juga dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 29
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
100 Al-Qur’an, 2: 275;
dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.”101
Dalam ayat ini jalan yang batil adalah jalan yang haram menurut agama
yaitu jual beli yang rukun dan syaratnya tidak terpenuhi. Seperti halnya jual
beli benda najis, rukun dari benda tersebut tidak terpenuhi.102
Karena najis
adalah sesuatu yang berwujud benda padat atau cair yang keluar dari dua
lubang pada manusia, yaitu dubur (anus) dan qubul (alat vital) adapun najis
yang berasal dari hewan yaitu bangkai, babi, kotoran dan jilatan anjing.103
Rukun menurut Hanafi adalah sesuatu yang menjadi tempat
ketergantungan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Sementara rukun
menurut mayoritas ahli fiqh adalah sesuatu yang menjadi tempat bergantung
adanya sesuatu dan bisa dicerna logika. Terlepas dari apakan itu menjadi
bagian yang menjadi tempat bergantung adanya sesuatu dan bisa dicerna
logika. Terlepas dari apakah itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan atau
tidak.
Rukun dalam jual beli ada empat, yaitu:104
e. Penjual
f. Pembeli
g. Ijab qabul (serah terima)
h. Barang yang diperjual belikan
101Al-Qur’an, 4: 29;
102 Imam Jalaluddin al Mahali, Tafsir Jalalain buku 1 (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2006), 328 103
Hasan Saleh, Kajian Fiqih Nabawi dan Fiqh Kontemporer, 21 104
Asy-Syawkani, Fathul Qadiir, juz 5 (Mesir: al-Habib, tt.), 74
Syarat terjadinya Jual Beli adalah sesuatu yang harus ada dalam jual beli,
yang bertujuan untuk menghindarkan sengketa, melindungi kedua belah pihak,
menghindari terjadinya manipulasi dan kerugian.
1. Syarat penjual dan pembeli (pelaku aqad)
Syarat pelaku akad hendaknya mumayyiz, memiliki kemampuan
mengatur hartanya, karena jual beli orang gila, anak kecil dan orang
mabuk tidak sah.105
2. Jual beli tersebut atas kehendak sendiri, bukan karena dipaksa.
3. Baligh, karena jual beli anak kecil tidak sah.
4. Bukan pemborosan, karena seseorang yang boros berada ditangan
walinya.106
Syarat ijab qabul (serah terima) menurut mayoritas ulama adalah
pernyataan dari penjual walaupun pernyataan itu dinyatakan di akhir,
sedangkan qabul adalah pernyataan dari pembeli walaupun pernyataan itu
dinyatakan di awal.107
Syarat ijab qabul yaitu yang pertama; Pelaku transaksi harus mumayyiz.
Yang dimaksud dengan mumayyiz yaitu jual beli yang dilakukan anak-anak
yang sudah mumayyiz hukumnya sah, sedangkan menurut Syafi’i dianggap
tidak sah karena tidak layak. Kedua; Pernyataan qabul harus sesuai dengan
pernyataan ijab penjual menjawab sesuai dengan yang dikatakan pembelli.
Ketiga; Transaksi dilakukan satu majlis.108
105 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid 4 (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), 122
106 Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam (Jakarta: Attahiriyah, 1954), 270
107Syekh zakariya al-Anshari, Syarhul Manhaj, juz 2 (Beirut:Dar al-Fikr, tt.), 260
108 Ibid.
Adapun syarat barang (objek) yang diperjual belikan, yaitu:109
yang
petama; barang yang diperjual belikan harus ada. Penjual dan pembeli harus
mengetahui keadaan barang, dari zat, sifat, bentuk dan kadarnya agar tidak
terjadi kesalahpahaman. Kedua; Barang yang diperjual belikan adalah harta
yang bernilai. Harta yang bernilai adalah segala sesuatu yang disukai manusia,
dapat disimpan sampai waktu yang dibutuhkan, dapat dimanfaatnkan dan
memiliki nilai materi bagi kebanyakan orang. Tidak sah jual beli barng yang
tidak bernilai, seperti bangkai kotoran, khamer, babi, dan berhala.
Syarat ke tiga yaitu; Barang tersebut milik sendiri karena tidak sah jual
beli barang yang bukan milik sendiri, kecuali milik yang diwakilkan. Ke
empat; Barang yang akan dijual bisa diserahkan pada saat transaksi. Karena
Tidak sah jual beli yang tidak bisa diserahterimakan seperti jual beli ikan
dilaut.110
Dalam prakteknya jual beli wifi id di PT Telkom telah sesuai dengan
hukum Islam yaitu; penjualnya adalah pihak Telkom diwakilkan oleh satpam,
Pembelinya adalah para pengguna wifi id, Ijab qabul diucapkan secara lisan,
barang yang diperjual belikan ada dan jelas yaitu voucher wifi id dimana
voucher tersebut diserah terimakan di tempat ijab qabul. Dan setelah itu
dilakukan transaksi pembayaran atas pembelian voucher tersebut, transaksi
dilakukan di area wifi id di PT Telkom Jalan Sultan Agung No 23 Ponorogo.
Jual beli wifi id telah dianggap sah dan boleh karena syarat-syarat dan rukun
jual beli telah terpenuhi.
109 Ibid, 269
110 Ibid., 270
Dalam proses jual beli ditemukan tambahan harga sebesar Rp. 1.000,00
dari harga awalnya Rp. 5.000,00 menjadi Rp. 6.000,00. Hal ini merupakan
imbalan yang diperoleh oleh pihak Telkom segai jasa atas penjual voucher
wifi id. Dan pihak Telkom telah menyediakan tempat yang nyaman dan bagi
pengguna wifi id atau lebih dikenal dengan user. Di area wifi id ini selain
penyediaan tempat juga disediakan aliran listrik yang bebas digunakan uleh
para pengguna layanan wifi id. Jadi user bisa menggunakan layanan wifi id
selama yang diinginkan tanpa takut kehabisan batrey laptop maupun
Handphonenya111
Menurut penulis akad yang digunakan dalam jual beli wifi id di PT
Telkom Ponorogo adalah akad jual beli. Meskipun ditemukan tambahan harga
sebesar Rp. 1.000,00 untuk penyediaan tempat dan aliran listrik hal tersebut
bukanlah termasuk Ijarah. Dalam prakteknya pihak penjual tidak pernah
memberi informasi kepada pihak pembeli wifi id voucher mengenai kegunaan
tambahan harga tersebut. Pihak pembeli wifi id voucher pun juga tidak
mempertanyakan hal tersebut. Yang memperkuat hal tersebut tidak termasuk
Ijarah yaitu dalam prakteknya ketika pengucapan ijab qabul bukan kata
“sewa” melaikan kata “beli”.
Tambahan harga sebesar Rp. 1.000,00 tersebut masi dianggap normal atau
tidak berlebihan. Di dalam hukum Islam penambahan harga itu juga
diperbolehkan. Islam memberikan kebebasan pasar, dan menyerahkannya
kepada hukum naluri yang kiranya dapat melaksanakan fungsinya selarang
dengan penawaran dan permintaan, namun tidak boleh melakukan ikhtiyar.
111 Ibid.
Ikhtiyar yaitu; mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan
menjual lebih sedikit barang untuk harga lebih tinggi. 112
Tidak ditemukan satu dalilpun yang membatasi keuntungan yang boleh
direngguk oleh seorang pedagang dari bisnisnya. Bahkan sebaliknya,
ditemukan dalil yang menunjukkan bahwa pedagang bebas menentukan
prosentase keuntungannya. Berikut adalah sebagian dari dalil-dalil tersebut:
Dalil Pertama:
عن عروةأن النبي صلى اهللا عليه وسلم، أعطاه دينارا يشتري له به شاة اءهجاروينابدماهدإح اعن فبياتش به ى لهرتفاش الهعفد اةشار وينبد
.يهف بحلر ابرى الترتاشكان لوو هعيي بف كةربالب
Artinya: “Dari Urwah al Bariqi, bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
wa Sallam memberinya satu dinar uang untuk membeli seekor
kambing. Dengan uang satu dinar tersebut, dia membeli dua ekor
kambing dan kemudian menjual kembali seekor kambing seekor satu
dinar. Selanjutnya dia datang menemui nabi Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam dengan membawa seekor kambing dan uang satu dinar.
(Melihat hal ini) Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam mendoakan
keberkahan pada perniagaan sahabat Urwah, sehingga seandainya ia
membeli debu, niscaya ia mendapatkan laba darinya. (HR. Bukhari,
no. 3443)113
Dengan demikian penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa jual beli wifi
id di PT Telkom jalan Sultan Agung No 23 Ponorogo sesuai dengan hukum
islam. Jual beli itu boleh dan sah karena syarat-syarat dan rukun jual beli telah
terpenuhi dan sesuai syariat Islam. Dan penetapan harga dengan tambahan Rp.
112 Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, (Yogyakarta: CV. Adipura, 2002), 203.
113 https://www.islampos.com/seberapa-banyak-keuntungan-yang-dianjurkan-dalam-
islam-128882/, Di akses pada tanggal 27 Juni 2016, pada jam 18:15
1.000,00 itu diperbolehkan hal itu untuk keuntungan pihak Telkom atas jasa
penjualan wifi id voucher. Pihak Telkom tidak mengambil keuntungan di atas
keuntungan normal dan juga masih dianggap wajar di masyarakat.
B. Analisa Hukum Islam terhadap waktu berlakunya WifI Id PT Telkom di
jalan Sultan Agung No 23 Ponorogo
Kebutuhan manusia menurut adanya jual beli, karena manusia adalah
makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan satu dengan yang
lainnya. Seseorang membutuhkan sesuatu yang dimiliki orang lain, baik itu
berupa uang atau barang, hal itu dapat diperoleh setelah adanya penyerahan
yang bersifat timbal balik berupa kompensasi sesuai dengan syari’at Islam
yang disebut dengan jaul beli.114
Di dalam prakteknya penggunaan wifi id ini terdapat batasan waktu yaitu
12 jam. Pengunnaan wifi id tidak bisa disembarang tempat umum seperti
halnya dilapangan, di alun-alun kota, taman, pasar, dan tempat umum lainnya.
Wifi id ini hanya disa diakses di area wifi di PT Telkom saja. Dalam
penggunaan wifi id terdapat batas waktu pemakaian. Hal tersebut bisa dilihat di
Wifi id voucher terdapat tulisan batas waktu pemakaian selama 12 jam. Wifi id
voucher bisa digunakan beberapa kali sampai batas waktu tersebut.115
Adapun pengguna wifi id memilih menggunakan layanan wifi id di PT
Telkom karena beberapa faktor yaitu tempat yang dekat dengan lokasi rumah,
biaya terjangkau oleh semua kalangan, dan askes jaringan cepat. Mengenai
waktu berlakunya voucher bahwa benar terdapat tulisan berlaku 12 jam akan
114 Imam, Tafsir Jalalain buku,328
115 Gustiar, wawancara, Ponorogo, 13 Juni 2016
tetapi biasanya bisa digunakan lebih 12 jam bahkan bisa digunakan sampai 24
jam. Akan tetapi itu hanya terkadang saja tidak setiap hari bisa.116
Ada
beberapa pengguna yang menggunakan wifi id tersebut kurang dari 12 jam.
Akan tetapi apabila voucher dengan id dan password itu dipakai hari
berikutnya tidak bisa karena sudah melampaui batas waktu pemakaian wifi id.
Dalam islam jual beli dengan batas waktu yang berbeda-beda itu
sebebnarnya tidak diperbolehkan. Karena dengan batas waktu atau takaran
yang berbeda-beda itu mengakibatkan tidak ada rasa keadilan dalam jual beli.
Dalam islam dianjurkan mpenggunan standar ukuran dan timbangan yang adil,
sebagaimana dalam QS. al-Ana’m ayat 152:
وأوفوا الكيل والميزان بالقسط لا نكلف نفسا إلا وسعها وإذا قلتم فاعدلوا كان ذا قر لوونوذكرت لكملع به اكمصو كمفوا ذلأو الله دهبعى وب
Artinya: “Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami
tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar
kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu
Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji
Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
ingat.”117
Sempurnakanlah takaran apabila kalian menakar untuk orang lain dan
jangan menambah takaran jika kalian menakarnya untuk diri kalian sendiri dan
sempurnakanlah timbangan apabila kalian menimbang untuk diri kalian pada
apa yang kalin beli atau yang kalian jual pada orang lain, tidak boleh
menambah apalagi menguragi dan penyempurnaan itu dengan adil bukan
116 Agus Prasetyo, wawancara, Ponorogo, 3 juni 2016
117 Al-Qur’an, 6: 152;
curang (al-Muthaffifin). Bil qisti wajibnya membiasakan timbangan dengan
adil ketika menjual dan membeli sesuai dengan kemampuan.
Menyempurnakan takaran dan timbangan dengan Adil ketika mengambil
dan memberi ketika jual beli: adalah untuk menjaga hak-hak keuangandan
praktek-praktek kecurangan yang dilakukan oleh pedagang dengan cara
mengurangi takaran atau timbangan sama dengan perdagangan yang batil.118
Dalam prakteknya tidak begitu banyak yang diketahui oleh para pengguna
mengenai batas waktu sebenarnya, mereka hanya begitu saja menggunakaanya
dan tidak mempersalahkan ataupun mempertanyakan ke pihak Telkom.119
Memang sudah jelas mengenai batas waktu yang tertera dalam voucher wifi id
yaitu 12 jam. Kebanyakan pengguna pasti akan membeli lagi voucher wifi id di
hari berikutnya karena dianggap voucher yang sudah dipakai dianggap habis
waktu pemakaiannya.120
Meskipun pengguna layanan wifi id mengetahui adanya perbedaan batas
waktu berlakunya wifi id voucher, tetapi tidak ada yang mengeluh atau protes
menegenai perbedaan masa waktu berlakunya wifi id voucher tersebut kepada
pihak Telkom. Di karena para pengguna rela atas apa yang ada. Mereka rela
karena wifi id tersebut masih bisa digunakan dalam waktu 12 jam.
Kerelaan dalam jual beli memang sangat baik dalam jual beli. Kerelaan
juga sulit digambarkan. Jumhur ulama sepakat bahwa kerelaan dalam jual beli
118 http://koneksi-indonesia.org/2014/tafsir-jual-beli-tafsir-al-baqarah-ayat-275/. Diakses
pada tanggal 27 Juni 2016, pada jam 20:00. 119
Devi Pristiani, wawancara, Ponorogo, 2 juni 2016 120
Hilda Kususma, wawancara, Ponorogo, 2 juni 2016
terjadi melalui kesepakatan kedua belah pihak yaitu dengan adanya ijab qabul.
121
Para pengguna rela atas perbedaan batas waktu penggunaan, karena pihak
penjual atau pihak Telkom berdagang dengan jujur, tidak menipu dan tidak
berbohong. Dalam wifi id voucher sudah jelas tertera batas waktu pemakaian
12 jam. Dan penggunaan wifi id yang bisa dipakai lebih 12 jam tidak
merugikan pihak pengguna. Pihak pengguna malah diuntungkan. Dan untuk
penggunaan wifi id yang kurang dari 12 jam tidak dirugikan, karena mereka
telah mengambil manfaat dari barang yang dibeli yang dipakai sesuai
kebutuhannya. Pihak Telkom juga tidak ada unsur kesenggajaan dalam
pengurangan waktu belaku wifi id.
Batas waktu dalam pemakaian wifi id voucher di PT Telkom Ponorogo di
perbolehkan, karena pihak Telkom berdagang dengan jujur dan tidak menipu.
Dalam Islam jual beli dengan jujur dan tidak menipu itu sangat dianjurkan
seperti Di dalam As-sunnah juga dijelaskan:
عن ر فا عة بن را فع ان النبي الله عليه وسلم سئل:آي الكسب آطيب ؟ عمل الر جل بيده وكل بيع مبرور(رواة البزواحلاكم)
Artinya:“Dari Rifa’ah ibn rafi’ sesungguhnya Rasulullah SAW ditanya
salah seorang sahabat mengenai pekerjaan (profesi) apa yang
paling baik. Rasulullah ketika itu menjawab. “usaha tangan
manusia sendiri dan setiap jual beli yang mabrur”. (HR. Al-Bazazi
dan Al-Hakim).122
Maksud mabrur dalam hadis diatas adalah jual beli yang terhindar dari
usaha tipu menipu dan merugikan orang lain.
121 Wahbah az-Zuhaili, fiqih Islam Waadillatuhu, 32.
122 Al-Amir Ash-shan’ani, Subulus Salam-Syarah Bulughul Maram Jilid 3. Terj. Abu
Bakar Muhammad (Jakarta Timur: Darus Sunnah Press, 2008), 308.
وانما البیع عن تراض (رواھالبیھقى وابن ما جھ)
Artinya:“jual beli harus dipastikan harus saling meridhai”.(HR. Baihaqi
dan Ibn Majah).123
Dengan demikian penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Batas
waktu dalam pemakaian wifi id voucher di PT Telkom Ponorogo di
perbolehkan, karena pihak Telkom berdagang dengan jujur dan tidak menipu.
Jelas terdapat tulisan di dalam voucher dan para pengguna juga mengetahui.
Akan tetapi mengenai batasan waktu berlakunya wifi id voucher yang berbeda-
beda tersebut tidak diperbolehkan dalam Islam. Adanya penambahan atau
pengurangan dalam batas waktu itu dapat menimbulakan kesenjangan antara
para pembeli atau para pengguna wifi id. Dikwatirkan mereka akan merasa
dirugikan atas ketidak adilan dalam batasan waktu pemakaian wifi id voucher.
123 Ibid., 306
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jual beli wifi id di PT Telkom jalan Sultan Agung No 23 Ponorogo sesuai
dengan hukum islam. Jual beli itu boleh dan sah karena syarat-syarat dan
rukun jual beli telah terpenuhi dan sesuai syariat Islam. Dan penetapan
harga dengan tambahan Rp. 1.000,00 itu diperbolehkan hal itu untuk
keuntungan pihak Telkom atas jasa penjualan wifi id voucher. Pihak
Telkom tidak mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dan juga
masih dianggap wajar di masyarakat.
2. Batas waktu dalam pemakaian wifi id voucher di PT Telkom Ponorogo di
perbolehkan, karena pihak Telkom berdagang dengan jujur dan tidak
menipu. Jelas terdapat tulisan di dalam voucher dan para pengguna juga
mengetahui. Akan tetapi mengenai batasan waktu berlakunya wifi id
voucher yang berbeda-beda tersebut tidak diperbolehkan dalam Islam.
Adanya penambahan atau pengurangan dalam batas waktu itu dapat
menimbulakan kesenjangan antara para pembeli atau para pengguna wifi
id. Dikwatirkan mereka akan merasa dirugikan atas ketidak adilan dalam
batasan waktu pemakaian wifi id voucher.
B. Saran-Saran
Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan di Kembar Jaya Futsal
Ponorogo, maka penulis menyarankan.
1. Bagi pihak penyedia layanan wifi id harus memperbaiki jaringan akses
seperti apa yang seharusnya, yaitu batasan waktu yang hanya 12 jam. Agar
pengguna Wifi Id merasakan keadilan akan penggunaan layanan Wifi Id.
2. Bagi pihak penyedia layanan wifi id tolong disediakan customer servis
bagi pengguna yang mempunyai kendala atau permasalahn dalam
penggunakan akses jaringan internet.
3. Bagi pengguna layanan wifi id sebaiknya menggunakan jaringan internet
sebaik-baiknya. Apabila batas waktu pemakaian habis diharap membeli
voucher wifi id yang baru.