Bab 1 3 Ovan New Edited

  • Upload
    na-na

  • View
    244

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN PROPOSAL SKRIPSI Nama NIM Jurusan : : : OVAN TIANA 3352405583 Manajemen Manajemen Keuangan S1

Progam studi :

A. Judul ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERTUMBUHAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) (Studi Kasus Pada Sentra Usaha Kecil Menengah Keramik di Kecamatan Klampok Banjarnegara Tahun 2008 - 2010) Kabupaten

B. Latar Belakang Sektor industri merupakan salah satu penyangga dalam perekonomian Indonesia. Sektor perekonomian akan berkembang jika usaha-usaha yang dijalankan oleh sektor industri tumbuh dan berkembang secara pesat, sehingga menghasilkan keuntungan yang cukup besar. Salah satu sub sektor industri yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi adalah Usaha Kecil

Menengah atau yang biasa kita sebut dengan UKM.

1

UKM mempunyai peranan yang sangat penting tidak hanya dalam bidang ekonomi, sosial namun juga dalam bidang politik. Dalam bidang ekonomi, kita dapat melihat kontribusi UKM dalam meningkatkan devisa atau pendapatan negara dengan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen. Sedangkan dalam bidang sosial dan politik, nampak jelas peran UKM dalam hal penyerapan tenaga kerja, pengentasan kemiskinan, serta membengkitkan ekonomi kerakyatan. Hal ini membuktikan bahwa UKM mempunyai fungsi yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jumlah UKM di Indonesia yang terus berkembang, diikuti dengan peningkatan jumlah PDB dari tahun ke tahun menandakan bahwa UKM mampu membantu pemerintah dalam meningkatkan pendapatan atau devisa negara. Tercatat dalam BPS jumlah UKM tahun 2006 mencapai 48,8 juta unit usaha. Sedangkan pada tahun 2007, UKM di Indonesia berjumlah kurang lebih mencapai angka 49,8 juta unit usaha (Berita resmi BPS No. 28/05/Th XI, 30 Mei 2008). Selain itu, UKM juga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap peyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat melalui adanya peningkatan jumlah tenaga kerja per tahun mencapai 89.547.762 orang tahun 2006 menjadi 91.752.318 orang atau angka 2,46 persen (BPS, 2007). Pertumbuhan usaha kecil menengah akan menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja yang otomatis akan mengurangi jumlah pengangguran. Sehingga dapat memperbaiki taraf hidup, dan secara tidak langsung akan dapat mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat di pedesaan. Klampok merupakan salah satu dari 7 sentra keramik besar di Indonesia. UKM keramik Klampok ini merupakan salah satu UKM yang cukup berkembang 2

dan menjadi salah satu produk unggulan di Kabupaten Banjarnegara. Keramik Klampok mengalami masamasa kejayaan sekitar tahun 1990 dengan jumlah tenaga kerja yang yang terserap mencapai ribuan orang. UKM keramik Klampok mampu menciptakan lapangan usaha yang menyerap banyak tenaga kerja, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, dan sekaligus turut serta dalam pengembangan ekonomi lokal. Sehingga UKM keramik ini dinilai mempunyai peran yang cukup penting dalam perekonomian masyarakat khususnya di kecamatan Klampok. Setiap orang tentunya akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik dengan bekerja atau membuka lapangan usaha sendiri. Tetapi kenyataannya membuat sebuah usaha menjadi sukses tentu tidaklah mudah. Semua orang yang berusaha pasti bertujuan untuk menjadi sukses. Namun adakalanya usaha yang dijalani menghadapi masalah, bahkan ada yang akhirnya terpaksa menutup usahanya. Untuk itu setiap orang perlu berusaha agar usaha yang dijalankannya dapat tumbuh dan berkembang. Namun, ditengah kemajuan usaha keramik dunia, usaha keramik Indonesia belum mengalami kemajuan yang signifikan walaupun kemajuan dalam bidang keramik ini sudah menjadi tuntutan pasar. Hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana untuk mengembangkan usaha keramik selain sulit untuk diperoleh juga berharga mahal. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 mengakibatkan industri keramik Klampok mengalami kemerosotan yang cukup tajam. Para pengusaha keramik tersebut tidak mampu memenuhi pesanan pembeli yang semakin banyak karena biaya bahan baku yang digunakan untuk produksi mengalami kenaikan. 3

Kendala lain yang dihadapi adalah adanya kebijakan kenaikan harga BBM yang secara langsung mempengaruhi pembengkakan biaya produksi pengrajin. Faktor-faktor tersebut merupakan karakteristik UKM yang mempengaruhi perkembangan UKM keramik di kecamatan Klampok. Selain Karakteristik UKM tersebut, pengembangan usaha kecil menengah juga tidak pernah lepas dari

berbagai kendala internal seperti tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan permodalan. Dalam hal pemasaran, usaha kecil biasanya lemah dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar (Nuzula, 2007). Semakin banyaknya usaha kecil dan menengah (UKM) menyebabkan kelangsungan usaha mengalami tingkat persaingan yang tinggi, terutama pada usaha yang memproduksi produk yang sejenis. Sama halnya dengan persaiangan UKM keramik di Kecamatan Klampok Kabupaten Banjarnegara yang sebagian besar penduduknya merupakan pengrajin keramik. Berbagai upaya dilakukan agar usahanya mengalami perkembangan. Akan tetapi UKM keramik Kecamatan Klampok Kabupaten Banjarnegara seringkali mengalami pasang surut. Hal ini dapat diketahui dari naik turunnya jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan hasil observasi awal peneliti dapat diketahui rata-rata jumlah penyerapan tenaga tenaga kerja pada bebarapa UKM keramik di Kecamatan Klampok Kabupaten Banjarnegara. Adapun rata-rata tingkat penurunan tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1

4

Tabel 1.1 Rata-rata fluktuasi penyerapa tenaga kerja pada UKM Keramik Kecamatan Klampok Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009 No Nama usaha Jumlah pekerja 2008 2009 16 12 12 8 92 98 15 15 6 3 7 1 7 1 8 6 12 10 7 5 5 1 7 3 8 8 8 5 14 20 4 1 4 1 232 198 14 12 Persentase penurunan/ penambahan karyawan -0.25 -0.33 0.07 0.00 -0.50 -0.86 -0.86 -0.25 -0.17 -0.29 -0.80 -0.57 0.00 -0.38 0.43 -0.75 -0.75 -6.25 -0.37

1 Teko Arto 2 Kencana 3 Usha Karya 4 Mustika 5 Anugerah 6 Nur 7 Apicta 8 Kismo Aji 9 Karya Mandiri 10 Pertiwi 11 Ipoenk 12 Duta Serayu 13 Kharisma 14 Ratu Indah 15 Kiat 16 Lemah Alus 17 Prisma Jumlah Rata-rata

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan tingkat penyerapan tenaga kerja UKM keramik Klampok Kecamatan Banjarnegara dari tahun 2008 dan 2009. Hal ini menandakan instabilitas usaha UKM Keramik di Kecamatan Klampok, Kabupaten Banjarnegara. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan usaha kecil dan menengah keramik di Kecamatan Klampok, Kabupaten Banjarnegara.

5

C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Seberapa besar pengaruh faktor internal terhadap pertumbuhan usaha

kecil dan menegah (UKM) keramik di Kecamatan Klampok, Kabupaten Banjarnegara. 2. Seberapa besar pengaruh karakteristik UKM keramik terhadap

pertumbuhan usaha kecil dan menengah (UKM) keramik di Kecamatan Klampok, Kabupaten Banjarnegara. 3. Seberapa besar pengaruh faktor kontekstual terhadap pertumbuhan

usaha kecil dan mengah (UKM) keramik di Kecamatan Klampok, Kabupaten Banjarnegara.

D. Tujuan Penelitian Untuk dapat melaksanakan penilitian dengan baik, maka peneliti harus mempunyai tujuan. Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah : 1. untuk menguji dan menganalisis pengaruh faktor internal terhadap

pertumbuhan usaha kecil dan menengah (UKM) keramik di Kecamatan Klampok, Kabupaten Banjarnegara. 2. untuk menguji dan menganalisis pengaruh karakteristik UKM keramik

terhadap pertumbuhan usaha kecil dan menengah (UKM) keramik di Kecamatan Klampok, Kabupaten Banjarnegara.

6

3.

untuk menguji dan menganalisis pengaruh faktor kontekstual terhadap

pertumbuhan usaha kecil dan menengah (UKM) keramik di Kecamatan Klampok, Kabupaten Banjarnegara.

E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain : 1. Manfaat secara praktis a. Memberikan sumbangan konseptual bagi perkembangan kajian ilmu manejemen, khususnya mengenai penerapan teori pertumbuhan UKM di Indonesia. b. Memberikan rangsangan kepada peneliti lain sebagai dasar agar dapat melakukan penelitian yang lebih baik lagi mengenai faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan UKM dengan menambahkan faktor lain atau dengan menambah jumlah sampel. 2. Manfaat secara teoritis a. Diharapkan akan mampu memberikan informasi yang nantinya dapat berguna untuk digunakan sebagai pedoman dalam peningkatan

pertumbuhan UKM khususnya UKM keramik di Kecamatan Klampok. b. Sebagai bahan kajian untuk riset berikutnya tentang pengembangan UKM. c. Sebagai tambahan referensi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Sumber Daya Manusia tentang pengembangan UKM khususnya UKM keramik.

7

F. Landasan teori 1. Pertumbuhan Usaha a. Pengertian Pertumbuhan Usaha Pertumbuhan usaha adalah pertumbuhan nilai produksi yang diperoleh suatu unit usaha UKM dalam periode waktu tertentu yaitu satu tahun ( Dedy Handrimurtjahyo et al : 2007 ). b. Indikator Pertumbuhan Usaha Davidsson et al. (2002) melakukan studi terhadap usaha manufaktur di Swedia. Tujuan dari studi tersebut untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan usaha dari unit usaha usaha tersebut. Model ekonometrika yang disusun diselesaikan dengan regresi berganda ordinary least square (OLS). Temuan dari riset tersebut antara lain besarnya unit usaha (firm size), lamanya usaha (age), dan legalitas dari unit usaha (legal form) mempengaruhi pertumbuhan usaha dengan signifikan. Temuan yang lain adalah pertumbuhan usaha juga dipengaruhi secara signifikan oleh lokasi unit usaha dan internasionalisasi dari kegiatan unit usaha. Kemudian Shanmugam dan Bhaduri (2002) juga menemukan bahwa pertumbuhan usaha juga dipengaruhi secara signifikan oleh umur unit usaha (age) dan ukuran perusahaan (firm size). Riset yang dilakukan mencakup sampel 392 perusahaan manufaktur di India untuk periode tahun 1989 1993, khususnya untuk usaha makanan dan usaha bukan barang logam. Dalam studi ini juga ditemukan kecenderungan untuk unit usaha yang besar dan unit usaha yang baru berdiri lambat pertumbuhan 8

usahanya. Di samping itu, dampak ukuran perusahaan terhadap pertumbuhan usaha pada usaha makanan lebih besar daripada usaha bukan barang logam. Becchetti dan Trovato (2002) melakukan studi mengenai faktor penentu pertumbuhan usaha usaha kecil menengah (UKM) di Italia. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis multivariat (regresi berganda linier). Dari riset tersebut ditemukan bahwa yang mempengaruhi pertumbuhan usaha antara lain ukuran unit usaha (size) dan umur perusahaan (age), tetapi juga dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk melakukan eskpor dan pengambilan kredit perbankan yang dilakukan secara rasional oleh pemilik atau pengelola UKM. Hasil temuan dari riset ini adalah ternyata subsidi atau bantuan yang diberikan pemerintah berpengaruh terhadap pertumbuhan usaha UKM. Selanjutnya Roperti (1999) melakukan studi terhadap 1853 perusahaan skala kecil di Irlandia dalam kurun waktu 1993 1994. Tujuan dari riset untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pertumbuhan usaha, dalam hal ini pertumbuhan penjualan dan profitabilitas, dari perusahaan yang menjadi sampel. Kajian ini menggunakan data sekunder. Temuan dari studi tersebut diantaranya adalah kemampuan perusahaan dalam mengekspor produk berpengaruh terhadap kemampuan memperoleh peningkatan laba. Di samping itu, riset ini juga menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan usaha, sedangkan umur perusahaan (firm age)

9

berpengaruh secara negatif dan signifikan. Riset ini menggunakan model ekonometrika. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan usaha dari usaha kecil di Skotlandia dilakukan oleh Glancey (1998). Riset ini menggunakan model ekonometrika yang diselesaikan dengan metode OLS. Model ekonometri yang dikembangkan dalam kajian ini juga menggunakan 2SLS (two stages least square). Hasil riset ini antara lain adalah pertumbuhan usaha usaha kecil dipengaruhi secara signifikan oleh variabel ukuran usaha (size) dan umur perusahaan (age). Temuan lain dari riset ini adalah lokasi dari unit usaha usaha juga berpengaruh terhadap pertumbuhan usaha. Hasil studi ini konsisten dengan hasil studi yang telah disebutkan sebelumnya. c. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Usaha Menurut Titi Malia (2009) semakin banyak jumlah tanaga kerja yang dimiliki semakin besar pula kesempatan untuk memperoleh pendapatan yang besar, begitu pula sebaliknya. Banyaknya jumlah tenaga kerja berpengaruh dalam industri kecil. Semakin banyak pesanan maka industri kecil akan membutuhkan jumlah tenaga kerja yang banyak pula. Pendapatan perusahaan pada dasarnya merupakan ukuran berhasil tidaknya perusahaan tersebut dalam menjalankan usahanya. Memahami pengertian pendapatan adalah penting sekali, agar dalam membuat laporan keuangan khususnya laporan rugi/laba tidak mengalami kekeliruan yang mengakibatkan hasil analisanya juga keliru. Pendapatan dipandang dari pemilik merupakan pendapatan netto yaitu kelebihan aliran sumber 10

ekonomi yang masuk diatas aliran potensi jasa yang keluar dari kesatuan usaha yang dapat dibebankan. Bila aliran masuk lebih kecil daripada aliran keluarnya maka terjadi kerugian. Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha/pelunasan hutangnya (atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penyerahan/pembuatan barang, penyerahan jasa/dari pelaksanaan kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha (Zaki Baridwan.2005:30). Pengertian pendapatan disini lebih diartikan sebagai aliran masuk yang diterima perusahaan dan menunjukkan peristiwa moneter yang menambah aktiva perusahaan sebagai akibat dari kegiatan produksi (penjualan) barang/jasa. Pendapatan industri kecil merupakan merupakan sejumlah penghasilan yang diterima dari usaha industri yang dijalankan dalam periode tertentu (satu tahun). Pertumbuhan usaha dapat dilihat dari beberapa indikator seperti peningkatan penjualan, peningkatan produksi, peningkatan jumlah tenaga kerja yang digunakan, peningkatan pendapatan dan peningkatan jumlah laba yang diperoleh. Indikator-indikator tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor internal pengusaha, karakteristik UKM, dan variable kontekstual.

11

2. Faktor Internal Pengusaha Faktor yang ada pada internal diri pengusaha tersebut diantaranya adalah: 1) Umur Umur yang dimaksudkan disini adalah lama waktu hidup atau usia seseorang (kamus besar bahasa Indonesia). Umur seorang pengusaha akan mempengaruhi kemampuan dan pengetahuan dari pengusaha tersebut semakin tua umur pengusaha akan semakin berpengalaman dalam mengelola usahanya hal ini pasti akan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan perusahaannya. Menurut Robbins (2007), bahwa tuntutan dari sebagian pekerjaan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang mensyaratkan kerja otot yang berat, tidak cukup besar terpengaruh oleh kemerosotan fisik akibat umur yang berdampak pada produktivitas. Bahkan jika terjadi kemerosotan fisik karena usia, sering diimbangi oleh keunggulan karena pengalaman. Ada satu keyakinan meluas bahwa produktivitas merosot dengan makin bertambahnya usia seseorang. Sering diandaikan bahwa ketrampilan individu terutama kecepatan, kecekatan, kekuatan dan koordinasi menurun seiring dengan berjalannya waktu. Tetapi bukti lain juga menyatakan hal yang berbeda. Pada jenis pekerjaan tertentu diperoleh hasil bahwa semakin bertambahnya usia seseorang maka produktivitasnya juga semakin tinggi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinha (1996) di India, menunjukkan bahwa 12

hampir sebagian besar wirausaha yang sukses adalah mereka yang berusia relatif muda. Hal ini senada dengan Reynolds et al., (2000) yang menyatakan bahwa seseorang berusia 25-44 tahun adalah usia-usia paling aktif untuk berwirausaha di negara-negara barat. Hasil penelitian terbaru terhadap wirausaha warnet di Indonesia membuktikan bahwa usia wirausaha berkorelasi signifikan terhadap kesuksesan usaha yang dijalankan (Kristiansen et al., 2003). Senada dengan hal itu, Dalton dan Holloway (1989) membuktikan bahwa banyak calon wirausaha yang telah mendapat tanggung jawab besar pada saat berusia muda, bahkan layaknya seperti menjalankan usaha baru. 2) Jenis Kelamin ( jender ) Dalam Wikipedia dijelaskan bahwa jenis kelamin dikaitkan pula dengan aspek gender, karena terjadi diferensiasi peran sosial yang dilekatkan pada masing-masing jenis kelamin. Pada masyarakat yang mengenal "machoisme", umpamanya, seorang laki-laki diharuskan berperan secara maskulin ("jantan" dalam bahasa sehari-hari) dan

perempuan berperan secara feminin. Sebagai contoh, tidak ada tempat bagi seorang laki-laki yang sehari-harinya mencuci piring/pakaian karena peran ini dianggap dalam masyarakat itu sebagai peran yang harus dilakukan perempuan (peran feminin). Jenis kelamin atau jender juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan usaha hal ini disebabkan karena karakterisitk pria dan wanita memang kodratnya berbeda baik didalam kemampuan manajemen, strategi maupun kemampuan untuk kerja dilapangan. Walaupun demikian wanita yang sukses dalam bisnis juga banyak. Penelitian tentang perbedaan antara pria dan wanita telah banyak dilakukan.

13

Banyak perbedaan yang telah ditemukan, baik dari segi fisik, kepribadian maupun dalam perilaku kerja. Ancok, Faturochman & Sutjipto (1988) mengatakan bahwa salah satu penyebab mengapa wanita kemampuannya lebih rendah dibandingkan pria adalah anggapan bahwa sejak kecil wanita memang lebih rendah dari pria. Stereotipe peran jenis mengatakan bahwa pria lebih kompetitif dibandingkan wanita. Wanita lebih bersifat kooperatif dan kurang kompetitif (Ahlgren, 1983). Keadaan ini disebabkan adanya perasaan takut akan sukses yang dimiliki wanita serta konsekuensi sosial yang negatif yang akan diterimanya. Bila wanita sukses bersaing dengan pria, mungkin akan merasa kehilangan feminimitas, popularitas, takut tidak layak untuk menjadi teman kencan atau pasangan hidup bagi pria, dan takut dikucilkan (Dowling, dalam Arnold & Davey, 1992). Anggapan tersebut didukung oleh penelitian bahwa sikap kooperatif lebih tinggi pada wanita dan sikap kompetitif lebih tinggi pada pria (Ahlgren & Johnson, dalam Ahlgren, 1983). Pengaruh jender atau jenis kelamin terhadap intensi seseorang menjadi wirausaha telah banyak diteliti (Mazzarol et al., 1999; Kolvereid, 1996; Matthews dan Moser, 1996; Schiller dan Crewson, 1997). Seperti yang sudah diduga, bahwa mahasiswa laki-laki memiliki intensi yang lebih kuat dibandingkan mahasiswa perempuan. Secara umum, sektor wiraswasta adalah sektor yang didominasi oleh kaum laki-laki. Mazzarol et al., (1999) membuktikan bahwa perempuan cenderung kurang menyukai untuk membuka usaha baru dibandingkan kaum laki-laki. Temuan serupa juga disampaikan oleh Kolvereid (1996), laki-laki terbukti mempunyai intensi 14

kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh Matthews dan Moser (1996) pada lulusan master di Amerika dengan menggunakan studi longitudinal menemukan bahwa minat laki-laki untuk berwirausaha konsisten dibandingkan minat perempuan yang berubah menurut waktu. Schiller dan Crawson (1997) menemukan adanya perbedaan yang signifikan dalam hal kesuksesan usaha dan kesuksesan dalam berwirausaha antara perempuan dan laki-laki. 3) Pengalaman Usaha Dalam Wikipedia, pengalaman usaha yaitu pengetahuan dan ketrampilan tentang sesuatu yang diperoleh lewat keterlibatan atau berkaitan dengannya selama periode tertentu.

Pengalaman usaha terutama dibidang keramik yang memerlukan kemampuan khusus dibidang produksi maupun pemasarannya serta manajemen pengelolaanya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan usahanya. Semakin berpengalaman pengusaha akan mampu meningkatkan pertumbuhan usahanya dan sebaliknya semakin kurang berpengalaman maka pertumbuhan usaha akan semakin lamban. Produktivitas kerja meningkat sejalan dengan bertambahnya pengalaman dalam menyelesaikan tugas (Ghiselli & Brown dalam Ginting 2003). Pengetahuan tenaga kerja tentang pekerjaannya akan semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman usaha. Pengalaman usaha akan meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas kerja. Menurut Tubs dalam Sesyanti (2005) jika seseorang berpengalaman, maka (1) pengusaha menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan (2) pengusaha memiliki salah pengertian yang lebih sedikit tentang kekeliruan 15

(3) pengusaha menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim dan (4) hal-hgal yang terkait dengan penyebab kekeliruan di tempat terjadinya kekeliruan dan pelanggaran serta tujuan pengendalian interbnal menjadi lebih relatif menonjol. 4) Pendidikan Titik singgung antara pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi adalah produktivitas tenaga kerja, dengan asumsi semakin tinggi mutu pendidikan, semakin tinggi produktivitas tenaga kerjasemakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat (Suryadi dan Tilaar, 1993). Demikian juga Todaro dalam Sirojuzilam (2008), menyatakan bahwa pendidikan merupakan komponen penting dan vital terhadap pembangunan terutama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang keduanya merupakan input bagi total produksi. Dari dua pendapat tersebut kaitannya dengan pertumbuhan usaha UKM adalah semaikin tinggi pendidikan adalah produktifitas tenaga kerja meningkat artinya efisiensi usaha juga meningkat dan ini akan menunjang terhadap pertumbuhan usaha UKM. Pendidikan yang dimaksudkan adalah jenjang pendidikan para pengrajin keramik Klampok yaitu tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan (wikipedia). Tingkat pendidikan seseorang dapat menggambarkan besarnya pengaruh sikap dan perilaku dalam perkembangan pribadi secara utuh dan partipasinya dalam mengerjakan aktivitas. Pendidikan merupakan 16

salah satu kekuatan sosial yang ikut dibentuk dan membentuk masa depan manusia dengan sendirinya, sehingga pendidikan ikut

berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan pengusaha kecil menengah keramik.

3. Faktor Karakteristik UKM Faktor kedua yang berpengaruh terhadap pertumbuhan usaha adalah faktor karakteristik UKM keramik, yaitu: 1) Asal Perusahaan UKM keramik tradisional merupakan organisasi yang sangat spesifik dalam perilakunya. Ada tiga peranan yang menonjol dari UKM keramik tradisional yang ada di Klampok Banjarnegara, yakni; pertama, UKM tradisional berperan sebagai innovator, di mana UKM tradisional selalu mencari kombinasi sumberdaya dalam menjalankan usahanya, kedua, UKM tradisional berperan sebagai organisasi yang mencari peluang yang menguntungkan, ketiga, UKM tradisional berusaha menyukai risiko. Dalam hal ini, jika UKM tradisional memulai usaha baru dengan produk baru, maka ia dapat dikatakan memiliki ketiga peranan tersebut, yaitu sebagai inovator, sebagai pencari peluang, dan menyukai risiko. Berkaitan dengan Bakat dan karakteristik yang khas dari kalangan UKM keramik di kota Klampok Banjarnegara, sangat dipengaruhi oleh budaya masyarakat Banjarnegar itu sendiri. Hal ini tercermin dari semangat individu wirausahawan keramik Klampok Banjarnegara yang masih

mempertahankan budaya usaha yang turun temurun dalam menghadapi 17

ketidakpastian dan persaingan usaha. Sebagai contoh UKM keramik Klampok Banjarnegara yang rata-rata adalah usaha turun temurun yang dikenal dengan usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun, dan berkaitan dengan seni dan budaya. Karakteristik yang khas dari kelompok usaha kecil keramik di Klampok Banjarnegara, terutama menyangkut bakat (personality traits), bagaimana UKM keramik tersebut memulai usaha dan bagaimana mereka bertahan dalam kondisi lingkungan yang berubah (open-ended changes). Keberhasilan usaha kecil keramik di Klampok Banjarnegara, sering kali dikaitkan dengan bakat yang dimiliki oleh pengusaha (pemilik usaha), bukan oleh faktor-faktor lain. Disisi lain ada beberapa UKM pengrajin keramik yang memang mendirikan sendiri denagn mengadopsi sisi tradisional keramik kelampok dengan mengadopsi teknologi yang ada di perkeramikan dan mereka pun berkembang.

2) Lama Usaha Lama usaha yaitu lama UKM pengrajin keramik menjalankan usahanya, semakin lama usaha dijalankan maka pengetahuan dan

ketrampilan tentang bisnis keramik terutama dalam bidak produksi pemasaran serta akses permodalan akan lebih baik disbanding dengan yang masih baru. Semakin lama usaha dijalankan maka semakin berpengalaman dan akan mampu meningkatkan pertumbuhan usahanya dan sebaliknya semakin kurang berpengalaman maka pertumbuhan usaha akan semakin lamban 18

3) Ukuran PerusahaanMenurut Agnes Sawir (2004:101-102) ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda: Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan

4) return lebih tinggi secara signifikan. Kedua, ukuran perusahaanmenentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk hutang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar kemungkinan kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan preferensi kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar hutang. Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya, ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai staf khusus, tidak menggunakan rencana keuangan, dan tidak mengembangkan system akuntansi mereka menjadi suatu

19

sistem manajemen. Ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan penjualan, total aktiva, tenaga kerja, dan lain-lain, yang semuanya berkorelasi tinggi (Machfoedz, 1994). Ukuran perusahaan akan mempengaruhi struktur pendanaan perusahaan. Hal ini menyebabkan kecenderungan perusahaan memerlukan dana yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Kebutuhan akan pendanaan yang lebih besar memiliki kecenderungan bahwa perusahaan menginginkan pertumbuhan dalam laba. Kebutuhan dana yang besar mengindikasikan bahwa perusahaan menginginkan pertumbuhan laba dan juga pertumbuhan tingkat pengembalian saham (Fama dan French, 1992) dalam (Xu,2003).

5) Modal Modal merupakan faktor penting yang harus tersedia ketika seseorang memulai usahanya. Pengertian modal dalam kamus bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), modal diartikan sebagai uang pertama sebagai pendukung usaha. Semakin besar modal yang digunakan maka semakin besar pula tingkat pendapatan yang diperolehnya. Hal ini dikarenakan setiap modal yang digunakan dalam industri dimaksudkan untuk menghasilkan.

4. Faktor Kontektual Faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan usaha adalah variabel kontekstual. Faktor ini terdiri dari: 1) Pendapatan (current income) 20

Pendapatan perusahaan pada dasarnya merupakan ukuran berhasil tidaknya perusahaan tersebut dalam menjalankan usahanya. Memahami pengertian pendapatan adalah penting sekali, agar dalam membuat laporan keuangan khususnya laporan rugi/laba tidak mengalami kekeliruan yang mengakibatkan hasil analisanya juga keliru. Pendapatan dipandang dari pemilik merupakan pendapatan netto yaitu kelebihan aliran sumber ekonomi yang masuk diatas aliran potensi jasa yang keluar dari kesatuan usaha yang dapat dibebankan. Bila aliran masuk lebih kecil daripada aliran keluarnya maka terjadi kerugian. Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha / pelunasan hutangnya (atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penyerahan/pembuatan barang, penyerahan jasa/dari pelaksanaan kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha (Zaki Baridwan.2005:30). Pengertian pendapatan disini lebih diartikan sebagai aliran masuk yang diterima perusahaan dan menunjukkan peristiwa moneter yang menambah aktiva perusahaan sebagai akibat dari kegiatan produksi (penjualan) barang / jasa. Pendapatan industri kecil merupakan merupakan sejumlah penghasilan yang diterima dari usaha industri yang dijalankan dalam periode tertentu (satu tahun). Pendapatan yang diperoleh pengusaha keramik antara pengusaha yang satu dengan pengusaha yang lain jumlahnya tidak selalu sama. Biasanya besar kecilnya jumlah pendapatan yang diterima tergantung pada jumlah perjualan, biaya-biaya yang dikeluarkan dan jumlah tenaga kerja.

2) Pemasaran 21

Marketing adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai (Kotler, 2005) 3) Teknologi Setiap teknologi baru merupakan satu kekuatan untuk penghancuran kreatif. Bagaimana dengan teknologi yang digunakan UKM pengrajib keramik apakah masih konvensional dalam proses produksi mungkin dalam proses pembakaran keramik hal ini akan kalah dengan proses pembakaran keramik yang menggunakan teknologi karena prsesnya akan menjadi lebih efisien dan UKM pengrajin keramik akan dapat memperoleh laba yang lebih besar dan mampu tumbuh menjadi lebih baik. 4) Akses Informasi Ketersediaan informasi usaha merupakan faktor penting yang mendorong keinginan seseorang untuk membuka usaha baru (Indarti, 2004) dan faktor kritikal bagi pertumbuhan dan keberlangsungan usaha (Duh, 2003; Kristiansen, 2002b; Mead & Liedholm, 1998; Swierczek dan Ha, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Krishna (1994) di India membuktikan bahwa keinginan yang kuat untuk memperoleh informasi adalah salah satu karakter utama seorang wirausaha. Pencarian informasi mengacu pada frekuensi kontak yang dibuat oleh seseorang dengan berbagai sumber informasi. Hasil dari aktivitas tersebut sering tergantung pada ketersediaan informasi, baik melalui usaha sendiri atau sebagai bagian dari sumber daya sosial dan jaringan. Ketersediaan informasi baru akan tergantung pada karakteristik seseorang, seperti tingkat pendidikan 22

dan

kualitas

infrastruktur,

meliputi

cakupan

media dan

sistem

telekomunikasi (Kristiansen, 2002b).

5) Jaringan Sosial Mazzarol et al. (1999) menyebutkan bahwa jaringan sosial mempengaruhi intense kewirausahaan. Jaringan sosial didefinisikan sebagai hubungan antara dua orang yang mencakup a) komunikasi atau penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain; b) pertukaran barang dan jasa dari dua belah pihak; dan c) muatan normatif atau ekspektasi yang dimiliki oleh seseorang terhadap orang lain karena karakter-karakter atau atribut khusus yang ada. Bagi wirausaha, jaringan merupakan alat mengurangi resiko dan biaya transaksi serta memperbaiki akses terhadap ide-ide bisnis, informasi dan modal (Aldrich dan Zimmer, 1986). Hal senada diungkap oleh Kristiansen (2003) yang menjelaskan bahwa jaringan sosial terdiri dari hubungan formal dan informal antara pelaku utama dan pendukung dalam satu lingkaran terkait dan menggambarkan jalur bagi wirausaha untuk mendapatkan akses kepada sumber daya yang diperlukan dalam pendirian, perkembangan dan kesuksesan usaha. 6) Legalitas Aspek legalitas adalah sangat penting bagi UKM pengrajin keramik untuk bias mengembangkan diri yaitu berbentuk izin usaha. Dengan UKM pengrajin keramik memiliki legalitas usahanya maka UKM pengrajin keramik tersebut dapat mendapatkan akses modal melalui perbankan bahkan dapat mendapatkan fasilitas-fasilitas baik itu permodalan dan 23

kemitraan yang dicanangkan oleh pemerintah dalam rangka program pengembangan UKM pengrajin keramik. Secara legal setiap usaha yang ada di berbagai sektor ekonomi menurut pengertian UU No.9/1995 dapat dikategorikan sebagai usaha kecil sepanjang omset nya berada di bawah Rp. 1 miliar, memiliki aset kurang dari Rp. 200 juta di luar tanah dan bangunan dan bukan merupakan anak perusahaan dari usaha besar. Cakupan yang luas dan melebar memang menyebabkan fokus pengembangan sering tidak efektif, karena karakter dan orientasi bisnis yang dijalankan oleh para pemilik usaha, jika digunakan basis penyediaan pembiayaan sebagai tolak ukur maka usaha kecil dalam pengertian UU No. 9/1995 dapat dibedakan menjadi tiga kelompok: a. Kelompok usaha mikro dengan omset dibawah Rp. 50 juta yang diperkirakan merupakan 97,26 % dari seluruh populasi usaha kecil. b. Kelompok usaha kecil dengan omset antara Rp. 50 jutaRp. 500 juta yang jumlahnya relatif kecil hanya sekitar 2 % dari seluruh populasi usaha kecil. c. Kelompok usaha kecil yang memiliki omset antara Rp. 500 jutaRp. 1 miliar dan relatif sangat kecil jumlahnya yaitu kurang dari 1 % atau tepatnya sekitar 0,5 % saja.

7) Akses Modal Jelas, akses kepada modal merupakan hambatan klasik terutama dalam memulai usaha-usaha baru, setidaknya terjadi di negara-negara 24

berkembang dengan dukungan lembaga-lembaga penyedia keuangan yang tidak begitu kuat (Indarti, 2004). Studi empiris terdahulu menyebutkan bahwa kesulitan dalam mendapatkan akses modal, skema kredit dan kendala sistem keuangan dipandang sebagai hambatan utama dalam kesuksesan usaha menurut calon-calon wirausaha di negara-negara berkembang (Marsden, 1992; Meier dan Pilgrim, 1994; Steel, 1994). Di negara-negara maju di mana infrastruktur keuangan sangat efisien, akses kepada modal juga dipersepsikan sebagai hambatan untuk menjadi pilihan wirausaha karena tingginya hambatan masuk untuk mendapatkan modal yang besar terhadap rasio tenaga kerja di banyak industri yang ada. Penelitian relatif baru menyebutkan bahwa akses kepada modal menjadi salah satu penentu kesuksesan suatu usaha (Kristiansen et al., 2003; Indarti, 2004).

8) Dukungan Pemerintah Dukungan pemerintah yang dimaksud adalah bagaimana peran pemerintah dalam pengembangan UKM. Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009. Dukungan pemerintah agar UKM mampu memberikan kontribusi ekonomi, memperkuat kelembagaan, memperluas basis dan kesempatan berusaha dan mengembangkan UKM makin berperan dalam penyediaan barang dan jasa. Umtuk mewujudkan tersebut maka langkah-langkah pemerintah adalah Pertama menumbuhkan iklim usaha yang kondusif Kedua, meningkatkan akses pada sumberdaya 25

financial Ketiga, meningkatkan akses pasar Keempat, meningkatkan kewirausahaan dan kemampuan UMKM Kelima, Pemberdayaan Usaha Skala Mikro

9) Rencana Bisnis Rencan Bisnis adalah proses manajerial untuk mengembangkan dan mempertahankan kesesuaian yang layak antara sasaran dan sumber daya perusahaan dengan peluang-peluang pasar yang selalu berubah. Tujuan perencanaan strategik adalah terus menerus mempertajam bisnis dan produk perusahaan sehingga keduanya berpadu menghasilkan laba dan pertumbuhan yang memuaskan. (Kotler, 2005)

5. Usaha Kecil Menengah (UKM) Menurut UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, kriteria usaha kecil dilihat dari segi keuangan dan modal yang dimilikinya ialah: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50 juta sampai 500 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300 juta sampai Rp. 2,5 milyar per tahun. Untuk kriteria usaha menengah adalah:

26

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta sampai dengan paling banyak Rp 10 milyard total aset paling banyak Rp. 5 milyar (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha). b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2,5 milyard sampai Rp. 50 milyar per tahun. Menurut Departemen Keuangan yang tercantum dalam keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia No 40/KMK.06/2003, menyebutkan bahwa usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp100.000.000 per tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Deperindag (2002) memberikan batasan jumlah tenaga kerja dalam menentukan skala usaha terutama di sektor industri, yaitu industri kerajinan rumah tangga (IKRT) dengan 1-4 pekerja, dan industri kecil (IK) dengan 5-19 pekerja dengan pemiliknya, industri berskala sedang dengan jumlah pekerja 20-49 orang, dan industri berskala besar dengan jumlah pekerja lebih dari 50 orang. Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2002) memberikan kriteria skala usaha berdasarkan jumlah pekerja dan jumlah penjualan per tahun. Berdasarkan jumlah pekerja, skala usaha dibagai menjadi industri dagang mikro (1-4 pekerja), industri dagang kecil (5-19 pekerja), dan industri dagang menengah (20-99 pekerja). Sedangkan dari jumlah penjualan per tahun, industri dan dagang kecil (termasuk mikro) adalah industri yang memiliki jumlah penjualan per tahun kurang dari satu milyar.

27

Bank Dunia dalam Heryadi (2004) mendefinisikan usaha mikro sebagai perusahaan perorangan dengan total aset kurang daripada USD 100.000 dan mempekerjakan kurang daripada 10 orang. Sementara itu, usaha kecil didefinisikan sebagai usaha dengan total penjualan mulai dari USD 100.000 hingga USD 3 juta dan mempekerjakan 10-50 orang. Partomo dan Soejoedono (2004) mendefinisikan UKM mencakup sedikitnya dua aspek yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokkan perusahaan, ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam gugusan atau kelompok perusahaan tersebut (range of the member of employes). Kriteria umum UKM dilihat dari ciri-cirinya adalah sebagai berikut : a.Struktur organisasi yang sangat sederhana. b. Tanpa staf yang berlebihan.

c.Pembagian kerja yang "kendur". d. Memiliki hirarki manajerial yang pendek.

e.Aktifitas sedikit yang formal dan sedikit menggunakan proses perencanaan. f. Kurang membedakan aset pribadi dari perusahaan. Partomo dan Soejoedono (2004), menyatakan bahwa strategi bisnis yang perlu diambil untuk mempertahankan dan mengembangkan UKM, antara lain adalah sebagai berikut: a.Untuk dapat mengembangkan UKM perlu dipelajari terlebih dulu tentang ciri-ciri, definisi/pengertian, kelemahan-kelemahan, potensipotensi yang tersedia serta perundang-perundangan yang mengatur. 28

b.

Diperlukan bantuan manjerial agar tumbuh inovasi-inovasi

dalam mengelola UKM secara berdampingan dengan usaha-usaha besar. c.Secara vertikal dalam sistem gugus usaha, UKM bisa menjadikan diri sebagai komplemen-komplemen usaha bagi industri perusahaan produsen utama. Diperlukan suatu strategi UKM untuk menjalin kerja

komplementer dengan usaha-usaha besar. d. Kerjasama bisa berbentuk koperasi dan secara bersama-sama

beroperasi masuk (entry) dalam usaha tertentu. Di Indonesia, kemitraan usaha yang berbentuk koperasi merupakan strategi bisnis yang sangat penting, sehingga pemerintah menganggap perlu membentuk

Departemen khusus untuk menangani UKM dan koperasi.

Faktor Internal : G. Kerangka Berpikir umur jenis kelamin Kerangka berfikir penglaman usaha merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang pendidikan disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori teori yang Karakteristik UKM : tersebut, selanjutnya Pertumbuhan Usaha : dan telah dideskripsikan dianalisis secara kritis Pertumbuhan penjualan asal perusahaan Pertumbuhan Modal sistematis, usaha hubungan antar variabel lama sehingga menghasilkan sintesa tentang Pertumbuhan tenaga kerjayang ukuran perusahaan diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebutPertumbuhan digunakan untuk selanjutnya pasar sumber modal Pertumbuhan laba merumuskan hipotesis. Variabel Konstektual : pemasaran teknologi akses informasi jaringan sosial legalitas akses modal dukungan pemerintah rencana bisnis

29

Gambar 7.1 Kerangka berpikir penelitian

H. Hipotesis Hipotesis dapat dijelaskan sebagai sebagai jawaban sementara yang disusun oleh peneliti, yang kemudian akan diuji kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan ( Kuncoro, 2003:59 ). Sehinga hipotesis yang dapat disusun dalam penelitian ini adalah: 1. Karakteristik Wirausaha mempunyai pengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan usaha 2. Karakteristik UKM mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan usaha 30

3. Variabel kontektual mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan usaha

I.

Metode Penelitian 1. Objek Penelitian Objek penelitian merupakan benda, peristiwa, tempat atau lokasi dilakukannya penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah UKM Keramik di Kecamatan Klampok Kabupaten Banjarnegara. 2. Populasi dan sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan objek penelitian (Suharsimi, 2002:108). Populasi dalam penelitian ini adalah semua usaha kecil di Kecamatan Klampok, Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2008 2010. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi, 2002:109). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik non random sampling, yaitu suatu cara pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Salah satu teknik pengambilan sampling yang termasuk dalam teknik non random sampling adalah teknik sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2009:122). Hal ini dilakukan karena jumlah populasi yang relatif kecil atau kurang dari 30 orang, dan untuk memperkecil kesalahan yang mungkin terjadi. Sampel pertumbuhan UKM yang diteliti adalah seluruh pelaku usaha usaha kecil yang berada di Kecamatan

31

Klampok, atau dalam penelitian ini adalah seluruh pengrajin keramik yang berada di Kecamatan Klampok berjumlah 28 orang pengrajin. 3. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:59). Pada umumnya variabel penelitian dibagi menjadi dua yaitu : a. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang manjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009:59). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan Usaha Kecil dan Menengah. Pertumbuhan Usaha Kecil dan Menengah merupakan perumbuhan usaha dilihat dari perkembangan modal, penjual, volume produksi dan tenaga kerja. Dalam penelitian ini pertumbuhan usaha dinyatakan dalam % (persentase) berdasarkan data jawaban responden. Pengukuran dengan meggunakan skala 1 sampai dengan 5; skala 1 jika pertumbuhan usaha 1% - 20%, skala 2 jika pertumbuhan usaha 20% - 40%, skala 3 jika pertumbuhan usaha 40% - 60%, skala 4 jika pertumbuhan usaha 60% 80% dan skala 5 jika pertumbuhan usaha 80% - 100%. Pertumbuhan usaha dengan indikatornya sebagai berikut : 1) Pertumbuhan penjualan tahunan 2) Pertumbuhan jumlah produksi tahunan 3) Pertumbuhan laba tahunan 32

4) Pertumbuhan modal 5) Peningkatan jumlah tenaga kerja tahunan b. Variabel Independen (X) Variabel independen adalah variabel yang bebas atau variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyonno, 2009:59). Varibel independen dalam penelitian ini adalah : 1) Karakteristik UKM keramik Karakteristik UKM merupakan keadaan yang ada pada UKM yang menjadi responden baik asal usahanya, lama usaha, ukuran

perusahaan dan sumber modal. Pengukuran dengan meggunakan skala likert 1 sampai dengan 5; skala 1 menunjukkan karakteristik UKM sangat tidak penting, skala 2 menunjukkan karakteristik UKM tidak penting, skala 3 menunjukkan karakteristik UKM cukup penting, skala 4 menunjukkan karakteristik UKM penting dan skala 5 menunjukkan karakteristik UKM sangat baik. 2) Variabel Kontektual Variabel kontektual merupakan dasar dari pengelolanan perusahaan yang meliptuti pemasaran, teknologi, akses informasi, kewirausahaan, jaringan sosial, legalitas, akses modal, dukungan pemerintah, dan rencana bisnis. Pengukuran dengan meggunakan skala likert 1 sampai dengan 5; skala 1 sangat tidak setuju, skala 2 tidak setuju, skala 3 netral, skala 4 setuju dan skala 5 sangat setuju. 3) Variabel Dummy 33

Variabel dummy merupakan variabel buatan yang menunjukan ada atau tidaknya suatu atribut (Gujarati, 2007: 1). Variabel dummy dalam penelitian ini terdiri dari usia, jender, pengalaman kerja, pendidikan pengusaha. Pengukuran variabel dumy usia dengan menggunakan skala 0 sampai 2 untuk usia muda < 25 = 2; usia produktif 25 -55 = 1, usia tua > 55 = 0, variabel jender dengan

meggunakan skala 0 dan 1 untuk wanita 1 dan laki-laki 0, variabel dumy pengalaman kerja menggunakan skala 0 dan 1 untuk belum pengalaman = 0 dan sudah berpengalaman 1, variabel dumy pendidikan pengusaha menggunakan skala : SD = 6; SMP = 9; SMA S1 = 12 4. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan sekunder. Data primer dapat didefinisikan sebagai data yang diperoleh melalui survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data orisinal (Kuncoro, 2009:148). Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei lapangan dan wawancara mendalam (in-depth interview). Data primer diperoleh langsung dari seluruh pengrajin keramik yang berada di Kecamatan Klampok Kabupaten Banjarnegara mengenai

karakteristik pengusaha keramik Klampok, baik mengenai faktor internal maupun eksternal, dan variabel konstektual. Data sekunder adalah data yang diperoleh berdasarkan dokumentasi atau pengumpulan data yang telah dilakukan oleh pihak lain. Data sekunder

34

dalam penelitian ini berupa literatur-literatur dari BPS, internet, buku-buku, jurnal, serta dari Dinas-dinas terkait seperti Indagkop dan Disnakertrankesos. 5. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : a. Interview/wawancara Interview/wawancara merupakan serangkaian tanya jawab yang dilakukan secara langsung. Dalam Wawancara, peneliti mengumpulkan data melalui tanya jawab secara lisan dengan sumber data yang bersangkutan secara langsung. Maksud dari wawancara yaitu

mengkonstruksi mengenai orang, organisasi, dan peristiwa yang diteliti. Menurut Patton dalam moleong (2005: 187) terdapat dua jenis metode wawancara yaitu wawancara pembicaraan informal, wawancara

menggunakan petunjuk umum dan wawancara baku terbuka. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara menggunakan petunjuk umum. Metode wawancara menggunakan petunjuk umum memiliki keunggulan dibandingkan dengan metode lain akrena dalam metode ini peneliti membuat kerangka dasar yang berisi tentang pokok-pokok materi yang akan ditanyakan sehingga wawancara yang dilakukan akan menjadi lebih terarah, tetapi peneliti juga dibolehkan menanyakan hal lain yang masih berkaitan dengan materi tersebut sehingga proses wawancara akan berjalan fleksibel.

35

Setelah data selesai dikumpulkan secara lengkap, langkah selanjutnya yang ditempuh adalah melakukan analisis data. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, karena data yang diperoleh bukan berupa angka namun merupakan informasi naratif yang tidak mementingkan banyak data tetapi detail dan rincinya data. b. Kuesioner Angket/kuesioner merupakan sejumlah petanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti tentang laporan dari pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,2002:128). Metode angket/kuesioner merupakan metode penelitian yang memanfaatkan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui jawaban responden mengenai informasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Agket yang digunakan dalam penelitian ini berisi tentang pertanyaanpertanyaan mengenai informasi yang dibutuhkan tentang pertumbuhan usaha pada UKM Keramik di Kecamatan Klampok, Kabupaten Banjarnegara tahun 2010. 6. Analisis Data a.Uji validitas dan reliabilitas 1) Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkattingkat kevalidan suatu instrumen (Suharsimi, 2002:144). Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya validitas yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Cara yang dipakai dalam menguji tingkat validitas adalah 36

dengan variabel internal, yaitu menguji apakah terdapat kesesuaian antara bagian instrumen secara keseluruhan. Rumus korelasi yang digunakan adalah yang dikemukakan oleh Person yang dikenal dengan rumus korelasi product moment (Arikunto Suharsimi, 2002:146) sebagai berikut: rxy = rxy =

xy ( x )( y ) N xy ( x )( y ) { N X ( X )}{ N Y ( Y )}2 2 2 2 2 2

Keterangan: rxy N X Y = Koefisien korelasi = Jumlah subjek/responden = Nilai skor butir/nilai skor tertentu = Nilai skor total = Jumlah skor item = Jumlah skor total2

XY

XY

= Jumlah skor kuadrat nilai X = Jumlah skor kuadrat nilai Y

2

Kesesuaian r xy diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dikonsultasikan dengan tabel harga regresi moment dengan korelasi harga rxy < dari regresi tabel maka butir instrument tersebut tidak valid..

37

2)

Uji Reliabilitas Uji Reabilitas adalah reliabilitas indek yang menunjukkan

sejauh mana suatu alat pengukur yang dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Sugiyono, 2005:273). Pada penelitian ini untuk mencari reliabilitas instrument menggunakan rumus alpha , karena instrument dalam penelitian ini berbentuk angket yang skornya merupakan tantangan antara 1-5 dan uji validitas menggunakan item total, dimana untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket soal bentuk uraian maka menggunakan rumus alpha ( ) :2 k b r11 = 1 12 k 1

Keterangan:r11 = reliabilitas instrumen

k

= Banyaknya butir pertanyaan soal2 b

= Jumlah varian butir

12 = Varian total(Suharsimi, 2002:171) b. Uji asumsi klasik Uji asumsi klasik adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah model regresi berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini memenuhi asumsi klasik atau tidak. Uji asumsi klasik dalam ekonometrika ada empat yaitu :

38

1) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas didapat dari grafik normal probability plot. Pada

prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan meliahat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan dari uji normalitas

(Ghozali,2007:112): a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagoanal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 2) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen) (Ghozali, 2007: 91). Apabila terjadi korelasi antara variabel bebas, maka terdapat problem multikolinearitas pada model 39

regresi

tersebut.

Untuk

mendeteksi

ada

atau

tidaknya

multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut : Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi sacara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel tertentu. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas. Multikolineritas juga dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika VIF lebih dari 10 maka terjadi multikolinieritas.

3)

Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residu satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual pengamatan ke pengamatan lain berbeda berarti ada gejala heterokedastisitas. Model regresi yang baik tidak terjadi adanya heterokedastisitas, dan cara untuk mengetahuinya menggunakan Scatter plot. Apabila titik-titinya menyebar diatas dan dibawah

angka nol dan tidak membentuk pola tertentu maka model regresi bebas dari masalah heterokedastisitas. 4) Uji Autokorelasi 40

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji ada tidaknya, dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi (Ghozali, 2007:96): Tabel 3. Syarat Autokorelasi Hipotesis nol Tdak ada autokorelasi positif Tdak ada autokorelasi positif Keputusan Tolak No desicion Jika 0 < d < dl dl d du 4 dl < d < 4 4 du d 4 - dl du < d < 4 - du

Tdak ada korelasi negative Tolak Tdak ada korelasi negative No desicion Tdak ada autokorelasi, positif atau negative Tdk ditolak

c.Analisis regresi linier Analisis regresi linier yang digunakan dalam penelitian ini merupakan analisis regresi linier dengan menggunakan Variabel Dummy. Adapun rumus regresi linier dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = 0 + 1D1 + 2X1 + 3X2 Keterangan: Y : Pertumbuhan usaha 41

0 : Konstanta 1 : Koefisien regresi untuk variabel faktor internal B2 : Koefisien regresi untuk variabel karakterisik UKM keramik B3 : Koefisien regresi untuk variabel faktor kontekstual Di : Variabel faktor internal (variabel dummy) X1 : Variabel faktor Karakteristik UKM keramik X2 : Variabel faktor kontekstual Koefisien Determinasi Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Pengaruh secara parsial dapat diketahui dari skor r2 atau kuadrat partial correlationt dari tabel coefficient. Sedangkan koefisien determinasi secara simultan diperoleh dari besarnya R2 atau adjusted R square pada hasil uji F. Nilai adjusted R square yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2002; 83).

42

DAFTAR PUSTAKA Algifari. 1997. Analisis Regresi, Teori, Kasus, dan Solusi. Yogya: BPFE. Becchetti, L., dan Trovato, G. 2002. The Determinants of Growth for Small and Medium Sized Firms: The Role of the Availability of External Finance. Small Business Economics, 19 (2), pp, 291 306. Baridwan, Zaki, Sistem Informasi Akuntansi, edisi kedua, BPFE Yogyakarta, 2005, Hal. 30. Berita resmi BPS No.28/05/Th XI. 30 Mei 2008. Badan Pusat Ststistik. 2007. Davidsson, P., Kirchhoff, B., Hatemi-J, A., dan Gustavsson, H. 2002. Empirical of Business Growth Factors Using Swedish Data. Journal of Small Business Management, 40 (4), pp, 332 349. . Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2002. Departemen Keuangan Keputusan No. 40/KMK.06/2003. Glancey, K. 1998. Determinants of Growth and Profitability in Small Entrepreneurial Firms. International Journal of Entrepreneurial Behaviour & Research, 4 (1), pp, 18 27. Gujatari, Damonar. 2007. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.Edisi KetigaGhozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Handrimurtjahyo D, Susilo YS, dan Soeroso, A. 2007. Faktor-faktor Penentu Pertumbuhan Usaha Industri Kecil ; Kasus pada Industri Gerabah dan

43

Keramik Kasongan, Bantul Jogyakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Atmajaya Jogayakarta. Heryadi, 2004, Pengembangan Usaha Mikro, Economic Review Journal, No. 198, http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen- US %3Aofficial&channel=s&q=kewirausahaan+dalam+Wikipedia&btnG=T elusuri&aq=0&aqi=g10&aql=&oq=kewirausahaan+dalam+&gs_rfai= Indarti, N., 2004. Factors affecting entrepreneurial intentions among Indonesian students. Jurnal Ekonomi dan Bisnis 19 (1): 57-70. Nurul Indarti dan Rokhima Rostiani, 2008, Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan Antara Indonesia, Jepang dan Norwegia Jurnal Ekonomika dan Bisnis Indonesia, Vol. 23, No. 4, Oktober 2008 Kuncoro, M. (2003). Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi: Bagaimana Meneliti & Menulis Tesis?, Cetakan 1. Erlangga. Jakarta. Kristiansen, S, 2002a. Individual perception of business contexts: the case of smallscale entrepreneurs in Tanzania. Journal of Developmental Entrepreneurship 7 (3). Kristiansen, S, 2002b. Competition and knowledge in Javanese rural business. Singapore Journal of Tropical Geography 23 (1): 52-70. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998). Moleong. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remadja Roesdakarya. Malia, Titi. 2009. Pendapatan Sentra Industri Kecil Konveksi Ditinjau dari Aspek Modal, Tingkat Pendidikan, dan Jumlah Tenaga Kerja di desa Tambak Boyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten. Universitas Muhamadiyah Surakarta. Nuzula Ansas Rahman, 2007, Hubungan Kecepatan Dribble Dan Hasil Underbasket Terhadap Hasil Lay Up Pada UKM Bolabasket Putra UNNES, Skripsi Universitas Negeri Semarang. digilib.unnes.ac.id/.../library?... Oktiya, Ana. 2006. Analisis Rantai Pasokan terhadap Produktivitas di UKM Keramik Klampok Banjarnegara. FE Intitut Pertanian Bogor. Partomo, Tiktik Sartika dan Abd. Rachman Soejoedono (2004), Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi, edisi kedua, Jakarta: Ghalia Indonesia. Roperti, S. (1999). Modeling Small Business Growth and Profitability. Small Business Economics, 13, pp, 235 252.

44

Shanmugam, K.R., dan Bhaduri, S.N. 2002. Size, Age and Firm Growth in the Indian Manufacturing Sector, Applied Economics Letters, 9, pp. 607 613. Sugiyono, 2003, Statistika untuk Penelitian, Penerbit CV ALFABETA, Bandung. Suharsimi, Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian, Edisi Revisi. Rieka Cipta. Jakarta. Undang-undang No.20 tahun 2008, tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

Kepada Yth, Bapak/ Ibu/ Saudara/i Pimpinan Perusahaan Keramik di Klampok Banjarnegara di tempat Dengan Hormat, Dalam rangka penyusunan Skripsi untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Negeri Semarang dengan judul: Analisis faktor-faktor yang 45

Mempengaruhi Pertumbuhan Usaha Kecil Menengah (UKM) (Studi Kasus Pada Sentra Usaha Kecil Menengah Keramik di Kecamatan Klampok Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009), saya mohon Bapak/Ibu/Saudara/i Pimpinan Perusahaan Mebel bersedia untuk mengisi daftar pertanyaan (kuesioner) secara lengkap sebagai data primer dalam penelitian saya. Atas kesedian Bapak/ Ibu/ Saudara/i dalam mengisi daftar pertanyaan ini, saya mengucapkan terima kasih.

Hormat saya, Peneliti Ovan Tiana 3352405583 Mahasiswa Fak Ekonomi UNES

46

DAFTAR PERTANYAAN I. Identitas Responden

1. Usia

:

< 25 th ; > 40 th

25 - 30 th;

> 30 th 40 th;

2. Jenis Kelamin 3. Pengalaman Usaha 4. Pendidikan II. Daftar Pertanyaan

: : :

Laki-laki < 1 th ; SLTP;

Perempuan 1- 5th; SLTA; > 5 th 10 th; S1 > 10 th

Berilah tanda cawang () pilihan Anda pada kolom (SS)= Sangat Setuju; (S)= Setuju; (N) = Netral; (TS) = Tidak Setuju; (STS) = Sangat Tidak Setuju. . A. Pertumbuhan Usaha No. Pernyataan 120% 1 1 2 3 4 1 2 3 PERTUMBUHAN USAHA Pertumbuhan Penjualan Kenaikan penjualan usaha saya setiap tahun sebesar Target penjualan setiap tahun yangsaya capai. Sebesar Harapan peningkatan jumlah penjualan setiap tahun Dari tahun ke tahun jumlah peningkatan penjualan rata-rata adalah sebesar. Pertumbuhan Jumlah Produksi Kenaikan produksi usaha saya setiap tahun sebesar Target produksi setiap tahun yangsaya capai. Sebesar Harapan peningkatan jumlah produksi setiap tahun 47 2040 % 2 4060% 3 6080 % 4 80100 % 5

4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Dari tahun ke tahun jumlah peningkatan produksi rata-rata adalah sebesar. Pertumbuhan Laba Kenaikan laba usaha saya setiap tahun sebesar Target laba usaha setiap tahun yang saya capai. sebesar Harapan peningkatan laba usaha setiap tahun Dari tahun ke tahun jumlah peningkatan laba usaha rata-rata adalah sebesar. Pertumbuhan Modal Kenaikan modal usaha saya setiap tahun sebesar Target modal usaha setiap tahun yang saya capai. sebesar Harapan peningkatan modal usaha setiap tahun Dari tahun ke tahun modal usaha saya relative ajeg/stabil tanpa kenaikan yang signifikan. Peningkatan Jumlah Tenaga Kerja Kenaikan tenaga kerja setiap tahun sebesar Target penambahan tenaga kerja setiap tahun yang saya capai. Sebesar Harapan peningkatan tenaga kerja setiap tahun Dari tahun ke tahun tenaga kerja yang saya gunakan rata-rata mengalami kenaikan sebesar

B. FAKTOR EKSTERNAL No. Pernyataan Karakteristik UKM Asal Perusahaan Perusahaan saya merupakan usaha turunan dari orang tua Perusahaan saya merupakan usaha yang saya rintis dari nol Perusahaan saya adalah sebagian pemberian orang tua dan sebagian merupakan usaha yang saya ritis sendiri Usaha saya dulunya bukan di bidang keramik dan kemudian saya alihkan ke usaha keramik ini. Lama Usaha saya mempunyai usaha sudah lama yaitu 20 tahun lebih saya mempunyai usaha baru lima belas tahun saya mempunyai usaha baru sepuluh tahun Saya mempunyai usaha kurang dari lima tahun 48 STS 1 TS 2 N 3 S 4 SS 5

1 2 3 4 1 2 3 4

1 2 3 4 1 2 3 4

Ukuran Perusahaan Perusahaan saya hanya memiliki kurang dari lima orang tenaga kerja Perusahaan saya hanya memliki tenaga kerja kurang dari 10 orang tenaga kerja Perusahaan saya hanya memiliki kurang dari 20 orang tenaga kerja Perusahaan saya hanya memliki tenaga kerja kurang dari 30 orang tenaga kerja Modal Seluruh modal yang saya gunakan adalah modal sendiri Sebagian modal adalah modal sendiri dan lainya berasal dari pinjaman keluarga Sebagian modal adalah modal sendiri dan lainya berasal dari pinjaman bank Seluruh modal adalah berasal dari pinjaman bank

C. VARIABEL KONTEKSTUAL No. Pernyataan Kontektual 1 2 3 4 1 2 3 4 Pemasaran Daerah pemasaran perusahaan saya hanya bersifat local Daerah pemasaran perusahaan saya sifatnya nasional Daerah pemasaran perusahaan saya sifatnya nasional dan internasional Daerah pemasaran perusahaan saya seluruhnya internasional Teknologi di lingkungan saya tersedia berbagai teknologi terapan yang cocok untuk menunjang bisnis saya kebutuhan teknologi untuk meningkatkan produktivitas bisnis yang saya kelola banyak tersedia di lingkungan saya usaha pengembangan bisnis, terkendala oleh terbatasnya teknologi di lingkungan saya upaya peningkatan produktivitas perusaha terhambat oleh minimnya teknologi di lingkungan saya Akses Informasi 49 STS 1 TS 2 N 3 S 4 SS 5

1 2 3 4 1 2 3 4

1 2 3 4 1 2 3 4

1 2 3

Perusahaan saya mudah untuk akses informasi baik pengembangan produk maupun pasar melalui internet maupun media cetak Akses informasi saya lakukan melalui anjang sana keberbagai sentra industri keramik yang ada di indonesia Akses informasi yang saya lakukan dengan sering mengikuti pameran dagang Akses informasi yang saya dapat dari lingkungan industri keramik yang ada di tempat saya usaha Jaringan Sosial saya memiliki jaringan bisnis yang kuat di lingkungan keluarga besar saya jaringan kerjasama di lingkungan keluarga besar yang saya bangun mampu bertahan lama jejaring yang saya bangun di luar lingkungan keluargamemang benar-benar relavan dengan usaha pengembangan bisnis saya jejaring yang saya bangun di luar lingkungan keluargamemang benar-benar relavan dengan usaha pengembangan bisnis saya Legalitas Perusahaan saya telah terdaftar secara hukum sebagai badan usaha Perusahaan saya telah terdaftar pada KADIN Ijin usaha yang saya miliki dapat diperoleh dengan mudah Saya kesulitan mendapatkan ijin usaha Akses Modal di lingkungan saya banyak tersedia alternative modal yang bisa dijadikan bisnis baru di lingkungan saya kurang tersedia alternative yang bisa digunakan untuk pengembangan bisnis untuk memulai bisnis baru, di lingkungan saya tersedia banyak alternative modal yang dapat digunakan untuk mengembangkan bisnis baru, di lingkungan saya tidak tidak banyak alternative modal yang dapat digunakan Dukungan Pmerintah pemerintah banyak memberikan dukungan berupa teknikal asisten bagi pengembangan UKM pemerintah memberikan dana stimulant untuk penguatan modal UKM pengusaha ukm mendapat keringanan pajak 50

4 1 2 3 4

perbankan memberikan kredit lunak bagi pengusaha UKM Rencana Bisnis saya mampu membuat rencana kerja yang baik saya terbiasa membuat perencanaan yang realistis saya sering menghadapi kendala dslam menyusun rencana kerja yang baik saya mengalami kesulitan dalam menyusun rencana kerja yang baik

51