84
1 BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat islam sejak zaman Rasulullah saw. Praktik-praktik seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah. Dengan demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern, yaitu menerima deposit, menyalurkan dana, melakukan transfer dana telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat islam, bahkan sejak zaman Rasulullah (Assriwijaya, 2007). Keberadaan bank syariah dalam sistem perbankan Indonesia berawal dari hasil lokakarya yang membahas tentang bunga bank dan perbankan di Cisarua Bogor tanggal 19-22 Agustus 1990. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada musyawarah nasional (Munas) IV MUI dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank syariah di Indonesia. Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang disebabkan oleh inflasi, perbankan syariah terbebas dari negative spread, karena perbankan islam tidak berbasis pada bunga uang. Konsep islam menjaga keseimbangan antara sektor riil dengan sektor moneter, sehingga pertumbuhan

BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

1

BA B 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa

pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan

yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi

umat islam sejak zaman Rasulullah saw. Praktik-praktik seperti menerima titipan

harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis,

serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah.

Dengan demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern, yaitu menerima

deposit, menyalurkan dana, melakukan transfer dana telah menjadi bagian yang

tidak terpisahkan dari kehidupan umat islam, bahkan sejak zaman Rasulullah

(Assriwijaya, 2007).

Keberadaan bank syariah dalam sistem perbankan Indonesia berawal dari

hasil lokakarya yang membahas tentang bunga bank dan perbankan di Cisarua

Bogor tanggal 19-22 Agustus 1990. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih

mendalam pada musyawarah nasional (Munas) IV MUI dibentuk kelompok kerja

untuk mendirikan bank syariah di Indonesia.

Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi

gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat

tinggi belakangan ini yang disebabkan oleh inflasi, perbankan

syariah terbebas dari negative spread, karena perbankan islam tidak

berbasis pada bunga uang. Konsep islam menjaga keseimbangan

antara sektor riil dengan sektor moneter, sehingga pertumbuhan

Page 2: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

2

pembiayaannya tidak akan lepas dari pertumbuhan sektor riil yang

dibiayainya. Pada saat perekonomian dunia lesu, maka yield yang

diterima oleh perbankan islam menurun, dan pada gilirannya return

yang dibagi hasilkan kepada para penabung juga turun. Sebaliknya,

pada saat perekonomian booming, maka return yang dibagi

hasilkan akan booming pula. Atau dengan kata lain, kinerja

perbankan islam ditentukan oleh kinerja sektor riil, dan bukan

sebaliknya. Bahkan dalam pandangan islam, uang hanyalah sebagai

alat tukar dan bukan merupakan barang dan komoditas. Islam tidak

mengenal time value of money, tetapi islam mengenal economic

value of time. Jadi dengan kata lain , yang berharga menurut

pandangan islam adalah waktu itu sendiri (Arifin, 2001) dalam

Nizar Suwardi (2009).

Bunga atau riba adalah penambahan, perkembangan,

peningkatan dan pembesaran yang diterima pemberi pinjaman dari

peminjam dari jumlah pinjaman pokok sebagai imbalan karena

menangguhkan atau berpisah dari sebagian modalnya selama

periode waktu tertentu. Secara umum riba adalah pengambilan

tambahan yang harus dibayarkan, baik dalam transaksi jual beli

maupun pinjam meminjam yang bertentangan dengan prinsip

syariah (Sudarsono, 2004)dalam Nizar Suwardi (2009).

Konsep mengenai bunga adalah sangat berlawanan dengan konsep yang

ada pada sistem perbankan syariah yang mana perbankan syariah menekankan

pada profit sharing, dengan pengertian bahwa simpanan yang ditabung atau di

depositokan pada bank syariah nantinya akan digunakan untuk pembiayaan ke

sektor riil oleh bank syariah, kemudian hasil atau keuntungan yang didapat akan

di bagi menurut nisbah yang disepakati bersama. Konsekuensi dari sistem

mudharabah adalah adanya untung rugi, jika keuntungan yang didapat besar maka

bagi hasil yang didapat juga besar, tetapi jika merugi maka keduanya menanggung

risiko atas usaha tersebut (Assriwijaya, 2007).

Pada saat menjalankan usahanya bank merupakan pihak yang akan

melakukan pembiayaan dengan menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkannya dalam berbagai alternatif investasi. Pembiayaan yang di berikan

Page 3: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

3

merupakan hal yang sangat positif bagi para kreditor, dimana dapat membantu

dalam menjalankan usahanya. Namun dalam sistem bank konvensional, kreditor

memiliki permasalahan pada penetapan tingkat suku bunga bank. Kehadiran bank

syariah di tengah-tengah masyarakat, menjadi sebuah solusi yang sangat dirasakan

oleh masyarakat guna memenuhi kebutuhan dana untuk membiayai usahanya, hal

ini karena bank syariah merupakan suatu lembaga keuangan syariah yang

berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam

meningkatkan kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan berpegang teguh pada

prinsip-prinsip syariah dalam menjalankan fungsi sebagai sarana penyimpanan

dana dan penyaluran dana (pembiayaan).

Pada bank syariah penyaluran dana lebih akrab disebut dengan

pembiayaan, sedangkan pada bank konvensional sering disebut kredit. Menurut

Antonio (2001:160) dalam Nizar Suwardi (2009), pembiayaan adalah salah satu

tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi

kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit, sedangkan menurut

Muhammad (2005:53) dalam Nizar Suwardi (2009), pembiayaan merupakan

suatu fasilitas yang diberikan bank syariah kepada masyarakat yang membutuhkan

untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh bank syariah dari

masyarakat yang surplus dana.

Menurut Arifin (2001:53) dalam Nizar Suwardi (2009), portofolio

pembiayaan pada bank komersial menempati porsi terbesar, pada umumnya

sekitar 55 – 60 % dari total aktiva. Tingkat penghasilan dari pembiayaan

merupakan tingkat penghasilan tertinggi bank. Sesuai dengan karakteristik sumber

Page 4: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

4

dananya, pada umumnya bank komersial memberikan pembiayaan berjangka

pendek dan menengah, meskipun beberapa jenis pembiayaan dapat diberikan

dengan jangka waktu yang lebih panjang. Tingkat penghasilan dari setiap jenis

pembiayaan juga bervariasi, tergantung pada prinsip pembiayaan yang digunakan

dan sektor usaha yang dibiayai.

Pembiayaan merupakan fungsi penggunaan dana terpenting bagi bank

komersial, dalam hal ini adalah khususnya bank syariah (Arifin, (2001:53)

dalam Nizar suwardi (2009) Oleh karena itu, bank seharusnya memperhatikan

berbagai faktor dan aspek apa saja yang harus dipertimbangkan dalam

pengambilan keputusan terhadap masalah pembiayaan atau penyaluran dana pada

masyarakat.

Menurut Wibowo (2008:101) dalam Siswati (2009) , informasi yang dapat

digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan adalah berupa informasi

akuntansi dan non akuntansi. Informasi akuntansi dapat diperoleh melalui laporan

keuangan bank baik berupa rasio keuangan, rasio keuangan tersebut seperti rasio

profitabilitasnya, rasio pembiayaan bermasalah dan rasio-rasio lainnya. Rasio-

rasio tersebut juga dapat dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan akan

penyaluran dana. Rasio yang sangat terkait erat dengan kegiatan pembiayaan

adalah rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Finance (NPF),

dimana setiap kenaikan pembiayaan yang bermasalah akan menurunkan jumlah

dana yang disalurkan.

Informasi lain yang diperoleh dari laporan keuangan adalah berupa sumber

dana bank. Menurut Dendawijaya (2005:49) dalam Siswati (2009), sumber dana

Page 5: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

5

dari pihak ketiga atau dana pihak ketiga (DPK) atau simpanan yang dihimpun

merupakan dana yang terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai

80 - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank). Setiap kenaikan dana pihak

ketiga dapat pula meningkatkan jumlah dana yang disalurkan kepada masyarakat.

Sumber dana yang lain berasal dari kebijakan Bank Indonesia yaitu berupa bonus

atas penempatan dana bank. Menurut Arifin (2001:145) dalam Siswati (2009),

penempatan aktiva dalam bentuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang

termasuk dalam banking book yang ditetapkan resiko sebesar 0% (zero risk),

dimana bonus tersebut dapat dijadikan sumber dana bank untuk meningkatkan

kegiatan penyaluran dana kepada masyarkat.

Menurut Siregar (2005), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

pembiayaan yaitu dana pihak ketiga (DPK), bonus Sertifikat Wadiah Bank

Indonesia (SWBI), dan pembiayaan bermasalah atau non performing financing

(NPF). Dimana dana pihak ketiga merupakan sumber dana bank yang diperoleh

dari masyarakat yang berbentuk giro, tabungan, dan deposito, sedangkan bonus

SWBI adalah sumber dana bank yang diperoleh dari Bank Indonesia atas

penitipan dana wadiah atas kelebihan likuiditas bank yang bersangkutan.

Pembiayaan bermasalah atau NPF merupakan rasio perbandingan pembiayaan

yang bermasalah dengan total penyaluran dana yang disalurkan kepada

masyarakat.

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang

diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan

prinsip wadiah. Sementara itu yang dimaksud dengan wadiah yaitu perjanjian

Page 6: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

6

penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak penerima titipan yang dipercaya

untuk menjaga dana tersebut. SWBI merupakan instrument kebijakan moneter

yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan kelebihan likuiditas pada bank yang

beroperasi dengan prinsip syariah. SWBI mempunyai beberapa karakteristik

sebagai berikut yakni; (1). Merupakan tanda bukti penitipan dana berjangka

pendek (2). Diterbitkan oleh Bank Indonesia (3). Merupakan instrument kebijakan

moneter dan sarana penitipan dana sementara (4). Ada bonus atas transaksi

penitipan dana.

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia merupakan piranti pengendalian uang

beredar sesuai dengan prinsip syariah agar pelaksanaan operasi pasar terbuka

berdasarkan prinsip syariah dapat berjalan dengan baik (Sudarsono, 2004:) dalam

Siswati (2009). SWBI dapat dijadikan sarana penitipan dana jangka pendek bagi

bank yang mengalami kelebihan likuiditas. Maka dari itu apabila terjadi kenaikan

bonus SWBI bank yang mengalami kalebihan likuditas akan membeli SWBI

sehingga dapat terselamatkan dari likuidasi dan terus bisa menjalankan fungsinya

dalam memberikan pembiayaan.

Nisbah merupakan ratio atau porsi bagi hasil yang akan diterima oleh tiap-

tiap pihak yang melakukan akad kerja sama usaha, yaitu pemilik dana dan

pengelola dana yang tertuang dalam akad atau perjanjian dan telah ditanda

tangani pada awal sebelum dilaksanakan kerja sama usaha. (Karim, 2004:62)

dalam Nizar Suwardi (2009).

Motivasi peneliti dalam penelitian ini adalah untuk menguji kembali

seberapa besar Simpanan, SWBI, Nisbah Bagi Hasil dan NPF mempengaruhi

Page 7: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

7

Pembiayaan pada Bank Umum Syariah, sebagaimana yang telah dipaparkan

dalam penelitian sebelumnya bahwa Simpanan, SWBI, Nisbah Bagi Hasil dan

NPF berpengaruh terhadap Pembiayaan.

Harapan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

baik secara individu maupun secara bersama-sama variabel independen terhadap

variabel dependen, yaitu pengaruh dana pihak ketiga (DPK), non peforming

finance (NPF), nisbah bagi hasil dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang

signifikan terhadap penyaluran dana pada bank syariah di Indonesia baik secara

parsial maupun simultan.

1.2 Perumusan Masalah

Seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang, maka dapat

dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah Simpanan (DPK), non performing finance (NPF), nisbah bagi hasil

dan SWBI berpengaruh secara simultan terhadap Pembiayaan pada Bank

Umum Syariah di Indonesia?

2. Apakah Simpanan (DPK), Non Performing Finance (NPF), nisbah bagi hasil

dan SWBI berpengaruh secara parsial terhadap pembiayaan pada Bank

Umum Syariah di Indonesia?

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah :

Page 8: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

8

1. Untuk menguji secara empiris pengaruh Simpanan (DPK), non performing

finance (NPF), Nisbah Bagi Hasil dan SWBI berpengaruh secara simultan

terhadap Pembiayaan pada Bank Umum Syariah di Indonesia.

2. Untuk menguji secara empiris pengaruh Simpanan (DPK), Non

Performing Finance (NPF), Nisbah Bagi Hasil dan SWBI berpengaruh

secara parsial terhadap pembiayaan pada Bank Umum Syariah di

Indonesia.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Secara akademis untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai

kebulatan Strata (S1) pada fakultas Ekonomi Universitas Mataram

2. Bagi mahasiswa, dapat menerapkan dan menambah pengalaman ilmu

pengetahuan yang telah diperoleh selama pendidikan di Perguruan Tinggi.

3. Bagi Lembaga Keuangan Syariah, sebagai masukan bagi pihak bank

syariah untuk mengambil langkah-langkah atau kebijakan dalam

pengelolaan usahanya dan dapat memberi informasi tentang pemberian

pembiayaan.

4. Bagi dunia ilmu pengetahuan

a. Dapat menambah wawasan yang luas terhadap pemberian pembiayaan

pada lembaga keuangan bank syariah.

b. Memberi informasi sekaligus pengetahuan kepada masyarakat yang

menghadapi masalah dalam pembiayaan.

Page 9: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Hendaruwati (2005), meneliti tentang analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi pembiayaan pada Bank Syariah, dengan studi kasus Bank Mandiri

Syariah. Hasil uji simultan (F) menghasilkan bahwa variabel Dana Pihak ketiga

(DPK), Not Performance Financing (NPF) dan Nisbah Bagi Hasil memberikan

pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel dependen yaitu

Pembiayaan. Sedangkan uji parsial (t) hanya variabel Dana Pihak ketiga (DPK)

dan Not Performance Financing (NPF), yang berpengaruh signifikan secara

parsial terhadap variabel dependen yaitu pembiayaan tetapi variabel bagi hasil

tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap pembiayaan. Hasil koefisien

korelasi parsial didapatkan bahwa Dana Pihak ketiga (DPK) mempunyai pengaruh

yang paling kuat di antara variabel yang lain. Dari hasil Determinasi mendapatkan

nilai Determinasi 0,948 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel

independen yang dimasukkan dalam model regresi yaitu DPK, NPF dan Bagi

hasil dapat menjelaskan bahwa variabel-variabel tersebut dapat mempengaruhi

pembiayaan sebesar 94,8 % sedangkan sisanya 5,2 % dipengaruhi oleh variabel

lain yang tidak diteliti.

Page 10: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

10

Menurut Purnama (2008) dalam Nizar Suwardi (2009) semakin banyak

jumlah giro (wadiah), tabungan (mudharabah) dan deposito(mudharabah) yang

berhasil dihimpun, maka semakin besar pula kredit yang diberikan oleh PT. Bank

Rakyat Indonesia (persero).Tbk.

Siswati (2009), hasil penelitannya menyimpulkan bahwa DPK, NPF, dan

Bonus SWBI berpengaruh secara simultan terhadap penyaluran dana yang

dilakukan oleh Bank Syariah Mega Indonesia sebesar 99,2% dan sisanya 0,8%

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini. Secara

parsial DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran dana Bank

Syariah Mega Indonesia sebesar 98,65%, sedangkan NPF dan Bonus SWBI tidak

signifikan berpengaruh secara parsial terhadap penyaluran dana yang dilakukan

oleh Bank Syariah Mega Indonesia.

Siregar (2005), hasil penelitiannya menyatakan bahwa, dengan

menggunakan analisis regresi menunjukkan bahwa variabel bonus SWBI

berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pembiayaan. Hal ini berarti

bahwa bila bonus SWBI naik maka bank syariah tidak membeli SWBI, tetapi

tetap menyalurkan dana ke masyarakat. Sementara kenaikan DPK akan

menyebabkan naiknya penyaluran dana bank syari’ah dan sebaliknya penyaluran

dana akan turun bila jumlah DPK turun. Variabel NPF ditemukan berpengaruh

negatif dan sigifikan terhadap penyaluran dana, artinya kenaikan NPF akan

menyebabkan penurunan penyaluran dana dan sebaliknya penurunan NPF akan

menyebabkan kenaikan penyaluran dana bank syariah.

Page 11: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

11

Yosi (2009), Hasil penelitiannya menyatakan bahwa dengan

menggunakan analisis regresi berganda, penelitiannya menunjukkan bahwa

variabel DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran dana.

Artinya, kenaikan DPK akan menyebabkan naiknya penyaluran dana bank

syariah. Sementara variabel bonus SWBI berpengaruh signifikan terhadap

pembiayaan namun pengaruh tersebut negatif. Artinya, bila bonus SWBI turun

maka bank syariah tidak membeli SWBI tetapi tetap menyalurkan dananya ke

masyarakat. Variabel NPF ditemukan tidak berpengaruh signifikan terhadap

pembiayaan bank syariah.

2.2 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

Dari beberapa penelitian terdahulu, penelitian ini lebih mengacu kepada

penelitian yang dilakukan oleh Megaputra, Anggoro Yosi (2009), meneliti tentang

” Pengaruh Non Performing Financing, Dana Pihak Ketiga dan Sertifikat Wadiah

Bank Indonesia terhadap Pembiayaan Bank Syariah Di Indonesia. Adapun

persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang di

lakukan oleh Megaputra ( 2005), antara lain:

Persamaan penelitian ini sebagai berikut:

1. Menggunakan Variabel SWBI

2. Menggunakan Perbankan syariah sebagai sampel.

Adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:

1. Penelitian terdahulu menggunakan data periode 2003 - 2007 sedangkan

penelitian sekarang menggunakan data periode 2005- 2009.

Page 12: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

12

2. Penelitian terdahulu menggunakan variabel NPF dan simpanan sebagai

salah satu variabel independen sedangkan penelitian sekarang menggunakan

Nisbah Bagi Hasil sebagai salah satu variabel independen, karena Nisbah

Bagi Hasil merupakan salah satu sumber dana bank.

2.3 Tinjauan Teoritis

2.3.1 Pengertian Bank Syariah

Bank Syariah adalah Bank umum yang melaksanakan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (UU No. 10 tahun

1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan).

Bank syariah pada awalnya dikembangkan sebagai suatu respon

dari kelompok ekonom dan praktisi perbankan muslim yang

berupaya mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang

menginginkan agar tersedia jasa transaksi keuangan yang

dilaksanakan sejalan dengan moral dan prinsip-prinsip syariah

Islam, utamanya adalan berkaitan dengan pelarangan praktik riba,

kegiatan maisir (spekulasi), dan gharar (ketidakjelasan)

(Assriwijaya, 2007).

Bank syariah di Indonesia pertama kali dibentuk atas hasil

pembahasan Musyawarah Nasional (Munas) IV Majelis Ulama

Indonesia (MUI) yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya, Jakarta,

22-25 Agustus 1990. Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil

kerja tim Perbankan MUI yang disertai dengan Akte pendirian PT

Bank Muamalat Indonesia yang ditandatangani pada tanggal 1

Nopember 1991. Kemudian diikuti dengan kemunculan Undang-

Undang (UU) No.7 tahun 1992 tentang perbankan, dimana

perbankan bagi hasil diakomodasi. Pada tahun 1998 muncul UU

No.10 tahun 1998 tentang perubahan UU No.7 tahun 1992 tentang

perbankan yang mengalami beberapa perubahan yang memberikan

peluang yang lebih besar bagi pengembangan perbankan syariah.

Antonio (2001:229) dalam Nizar Suwardi (2009),

mengemukakan bahwa “pengembangan jaringan perbankan

syariah, terutama ditunjukan untuk menyediakan akses yang lebih

luas kepada masyarakat dalam mendapatkan pelayanan jasa bank

syariah. Selain itu dengan semakin berkembangnya jaringan bank

syariah akan mendukung pembentukan pasar uang antar bank yang

Page 13: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

13

sangat penting dalam mekanisme operasional perbankan syariah

sehingga dapat berkembang secara sehat.

Sudarsono (2003:35) dalam Nizar Suwardi (2009), Bank

umum konvensional yang akan membuka kantor cabang syariah

wajib melaksanakan :

a. Pembentukan Unit Usaha Syariah (UUS).

b. Memiliki Dewan Pengawas Syariah yang ditempatkan oleh

Dewan Syariah Nasional (DSN).

c. Menyediakan modal kerja yang disisihkan oleh Bank dalam

suatu rekening tersendiri atas nama UUS yang dapat digunakan

untuk membayar biaya kantor dan lain-lain yang berkaitan

dengan kegiatan operasional maupun non operasional Kantor

Cabang Syariah (KCS).

Menurut Sudarsono (2003:33) dalam Nizar Suwardi (2009)

pengembangan Perbankan syariah mempunyai tujuan antara lain:

1. Memenuhi kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang

tidak dapat menerima konsep bunga.

2. Membuka peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha

berdasarkan prinsip kemitraan

3. Memenuhi kebutuhan akan produk dan jasa perbankan yang

memiliki beberapa keunggulan komparatif berupa peniadaan

pembebanan bunga yang berkesinambungan.

4. Membatasi kegiatan spekulasi yang tidak produktif tetapi

ditunjukkan kepada usaha-usaha yang lebih memperhatikan

unsur moral.

Sebagaimana layaknya suatu bank konvensional, bank

syariah juga melaksanakan kegiatan penghimpunan dan penyaluran

dana (pembiayaan). Salah satu perbedaanya, bank syariah wajib

membuat akad untuk setiap transaksinya, sesuai dengan ketentuan

dalam peraturan bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 tentang

Akad penghimpunan dan penyaluran dana (pembiayaan) bagi bank

yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah

(Assriwijaya, 2007).

2.3.2 Kegiatan usaha bank syariah

Sudarsono (2003: 61) dalam Nizar Suwardi (2009), menyatakan

bahwa“ Selain mengumpulkan dana bank syariah juga berfungsi sebagai

penyaluran dana sesuai dengan akad yang dijalankan antara lain:

Page 14: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

14

1. Mudharabah, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil.

Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara

dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan

seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.

Keuntungan usaha mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang

dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh

pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si

pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan

atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab

atas kerugian tersebut.

2. Musyarakah, pembiayaan berdasarkan prinsip usaha patungan.

Yang termasuk dalam golongan musyarakah adalah bentuk

usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara

bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang

berwujud maupun yang tidak berwujud. Semua modal disatukan

untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-

sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan

kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik

modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah tidak

booleh melakukan tindakan, seperti:

- menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.

- menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin

pemilik modal lainnya.

- setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaannya atau

digantikan oleh pihak lain.

- setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila;

menarik diri dari perserikatan, meninggal dunia dan menjadi

tidak cakap hukum.

- biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu

proyek harus diketahui bersama, keuntungan dibagi sesuai

dengan porsi kontribusi modal.

- proyek yang dijalankan harus disebutkan dalam akad.

3. Murabahah, jual beli barang dengan memperoleh keuntungan.

Murabahah adalah jual-beli barang pada harga asal dengan

tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan

nasabah. Dalam murabaha, penjual menyebutkan harga pembelian

barang kepada pembeli, kemudian mensyaratkan atas laba dalam

jumlah tertentu. Pada perjanjian murabahah, bank membiayai

pembelian barang itu dari pemasok, dan kemudian menjualnya

kepada nasabah dengan harga yang ditambahkan keuntungan atau

mark-up. Dengan keata lain, penjualan barang kepada nasabah

dilakukan atas dasar cost-plus profit.

4. Ijarah, pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa.

Page 15: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

15

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa,

melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan

kepemilikan atas barang itu sendiri. Ijarah berarti lease contract

dimana suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan peralatan

kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang

sudah ditentukan secara pasti sebelumnya (Assriwijaya, 2007).

2.3.3 Prinsip syariah

Adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak

lain untuk penyimpanan dana dan, atau pembiayaan kegiatan usaha,atau kegiatan

lainnya yang sesuai dengan syariah (Assriwijaya, 2007).

Bank syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut (Assriwijaya,

2007):

1. Prinsip Keadilan

Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil

dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara bank

dan nasabah.

2. Prinsip Kemitraan

Bank syariah menempatkan nasabah penyimpanan dana,

nasabah pengguna dana, maupun bank pada kedudukan yang sama

dan sederajat dengan mitra usaha. Hal ini tercermin dalam hak,

kewajiban, resiko dan keuntungan yang berimbang di antara

nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana maupun bank.

Dalam hal ini bank berfungsi sebagai Intermediary Institution lewat

skim-skim pembiayaan yang dimiliknya.

3. Prinsip Keterbukaan

Page 16: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

16

Melalui laporan keuangan bank yang terbuka secara

berkesinambungan, nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan dana dan

kualitas manajemen bank..

4. Universalitas

Bank dalam mendukung operasionalnya tidak membeda-bedakan

suku, agama, ras dan golongan agama dalam masyarakat dengan prinsip

islam sebagai rahmatan lil’alamiin.

Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga

keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit (Pembiayaan) dan jasa-jasa

lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi

disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan

selalu berkaitan dengan masalah uang sebagai dagangan utamanya (Sudarsono,

2004) dalam Nizar Suwardi (2009).

2.3.4 Produk Bank Syariah

Jenis produk dan fungsi syariah yang tersedia menurut

Sudarsono (2004, 56):

a. Fungsi Pengumpulan (funding) Dana

a. Giro Wadiah adalah titipan dana dari nasabah, seperti

rekening giro pada bank konvensional.

b. Tabungan Mudharabah adalah dana simpanan dari nasabah,

seperti tabungan biasa pada bank konvensional.

c. Deposito investasi Mudharabah Seperti Deposito pada bank

konvensional.

d. Tabungan haji Mudharabah, Tabungan Qurban, Tabungan

Walimah.

b. Fungsi Penyaluran Dana

Selain mengumpulkan dana bank syariah juga berfungsi

sebagai penyaluran dana sesuai dengan akad yang dijalankan

antara lain:

a. Mudharabah yaitu akad kerja sama dua orang atau lebih,

dimana satu pihak menyediakan modal secara penuh dan

Page 17: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

17

pihak lain menjalankan usaha dengan pembagian bagi hasil

sesuai kesepakatan bersama.

b. Bai’Al-Murabahah, yaitu jual beli barang pada harga asal

ditambah dengan keuntungan yang disepakati.

c. Al-qard merupakan pembiayaan sosial yang bertujuan untuk

tolong-menolong yang dananya berasal dari penyisihan

modal bank syariah.

d. Bai’Al-istishna’ merupakan penyediaan dari pihak bank

untuk mensuborderkan barang kepada produsen yang ahli

sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan calon

pembeli.

e. Musyarakah, yaitu akad kerja sama antara bank dengan pihak

lain dalam suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak

menyertakan modal atau amal dengan kesepakatan bahwa

keuntungan dan kerugian akan ditanggung bersama.

c. Jasa-Jasa Lainnya

a. Jasa penerbitan L/C, Jasa transfer, Jasa Inkaso dan bank

Garansi.

b. Menerima Zakat, shadakoh dan infak untuk disalurkan.

2.3.5 Pembiayaan

Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, pembiayaan pada

perbankan syariah didefinisikan sebagai pembiayaan yang berdasarkan prinsip

syariah dalam bentuk kegiatan penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan

dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan

adanya imbalan atau bagi hasil.

Pendefinisian pembiayaan menurut Antonio (2001:160) dalam Nizar

Suwardi (2009) “Pembiayaan yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk

memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang membutuhkan modal”. Antonio

Page 18: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

18

(2001:160) dalam Nizar Suwardi (2009) juga menyatakan bahwa: “Pembiayaan

didominasi oleh pembiayaan berprinsip jual beli yaitu pembiayaan yang

cenderung digunakan oleh nasabah untuk tujuan konsumtif, walaupun tidak

menutup kemungkinan untuk tujuan usaha produktif.

Jadi berdasarkan ketiga teori diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian

pembiayaan adalah penyediaan dana, uang atau tagihan untuk memenuhi

kebutuhan pihak yang membutuhkan modal untuk tujuan usaha produktif dengan

melakukan perjanjian atau kesepakatan terlebih dahulu antara penyedia dana dan

pengguna dana yang wajib melunasi pinjaman tersebut setelah jangka waktu

tertentu.

Menurut Assriwijaya (2007) sifat penggunaan pembiayaan dapat dibagi

menjadi dua hal berikut:

a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk

peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun

investasi.

b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan

untuk memenuhi kebutuhan.

2.3.6 Teknik Penilaian (analisis) Terhadap Permohonan Pembiayaan

Tujuan penilaian terhadap permohonan terhadap pembiayaan adalah

menilai seberapa besar kemampuan dan kesediaan calon debitur mengembalikan

pinjaman yang mereka pinjam sesuai dengan isi perjanjian pembiayaan.

Berdasarkan penelitian ini, Bank dapat memperkirakan tinggi rendahnya resiko

yang akan ditanggung, bila mereka meluluskan pembiayaan yang diminta. Dalam

melakukan evaluasi permintaan pembiayaan, seorang analis pembiayaan akan

Page 19: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

19

meneliti berbagai macam faktor yang diperkirakan akan mempengaruhi

kemampuan dan kesedian calon debitur memenuhi kewajiban mereka terhadap

pihak bank. Bank syariah dalam kabijakan penyaluran pembiayaan harus benar-

benar memperhatikan keamanan dan keselamatan pembiayaan itu., karena

penyaluran pembiayaan lebih mudah daripada penarikan kembali pembiayaan

tersebut. Analisa pembiayaan dapat dilakukan dengan berbagai metode sesuai

dengan kebijakan bank. Menurut Zulkifli (2003:144) dalam Nizar Suwardi (2009),

dalam beberapa kasus sering digunakan metode analisa 5C yang meliputi:

1. Karakter (Character)

2. Kapasitas atau Kemampuan (Capacity)

3. Modal (Capital)

4. Kondisi (Condition)

5. Jaminan (Collateral)

2.3.7 Nisbah Bagi Hasil yang diterima Bank.

Menurut Karim (2006:285) dalam Nizar Suwardi (2009) nisbah

merupakan ratio atau porsi bagi hasil yang akan diterima oleh tiap-tiap pihak yang

melakukan akad kerja sama usaha. Nisbah keuntungan harus dinyatakan dalam

bentuk prosentase antara kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam nominal Rp

tertentu, nisbah keuntungan itu misalnya adalah 50:50, 70:30, atau 60:40. Jadi

nisbah keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan.

Bank syariah menerapakan Nisbah bagi hasil terhadap

produk-produk pembiayaan yang berbasis NUC (Natural

Uncertainty contract), yakni akad bisnis yang tidak memberikan

kepastian pendapatan baik dari segi jumlah maupun waktu, seperti

mudharabah dan musyarakah. Penetapan nisbah bagi hasil

pembiayaan ditentukan dengan mempertimbangkan referensi

tingkat (marjin) keuntungan dan perkiraan tingkat keuntungan

bisnis atau proyek yang dibiayai (Karim 2006:286)dalam Nizar

Suwardi (2009) .

Page 20: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

20

Penetapan nisbah bagi hasil pembiayaan ditentukan dengan

pertimbangan sebagai berikut:

1. Referensi tingkat (marjin) keuntungan

Referensi tingkat (marjin) keuntungan adalah refernsi tingkat

(marjin) keuntungan yang ditetapkan oleh rapat ALCO.

2. Perkiraan tingkat keuntungan bisnis yang dibiayai

Perkiraan tingkat keuntungan bisnis / proyek yang dibiayai

dihitung dengan mempertimbangkan sebagai berikut:

a. Perkiraan penjualan

b. Lama Cash to cash cyle:

c. Perkiraan Biaya- biaya langsung

d. Perkiraan biaya- biaya tidak langsung

e. Delayed factor

2.3.8 Dana Pihak Ketiga (Simpanan)

Pengambilan keputusan penyaluran dana memperhatikan faktor-faktor

informasi internal maupun eksternal bank. Menurut Wibowo (2008:93) dalam

Siswati (2009) informasi internal yang berhubungan dengan penyaluran dana

yang dilakukan salah satunya ádalah besarnya dana pihak ketiga (DPK). Bank

syariah merupakan penghimpun dana pihak yang surplus dana, yaitu pihak yang

mempercayakan uangnya kepada bank untuk disimpan dan dikelola secara hukum

syariah. Sumber-sumber dana bank adalah usa bank dalam rangka membiayai

kegiatan operasinya (Kasmir 2003:35) dalam Siswati (2009). Dana yang dihimpun

tersebut terdiri dari dana pihak pertama (pemodal dan pemegang saham), dana

pihak kedua (dana dari bank dan bukan bank), atau dana dari Bank Indonesia, dan

dana dari pihak ketiga yaitu nasabah (Wibowo 2007:15) dalam Siswati (2009).

Dana pihak ketiga merupakan dana yang dititipkan pada bank. Pada

umumnya motivasi utama orang menitipkan dana pada bank adalah keamanan

dana mereka dan memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya

sewaktu-waktu. (Arifin 2001 :50)dalam Siswati (2009).

Page 21: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

21

Menurut Arifin (2001: 41-42) dalam Siswati (2009), yang termasuk dalam

dana pihak ketiga yaitu giro, tabungan dan deposito. Ketiga macam dana pihak

ketiga tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Giro, giro yang pada bank syariah disebut giro wadiah

umumnya tetap sama dengan giro bank konvensional, dimana

bank tidak membayar apapun kepada pemegangnya, bahkan

tidak mengenakan biaya layanan. Dana giro ini boleh dipakai

bank syariah dalam operasi bagi hasil . pembayaran kembali

nilai nominal giro dijamin sepenuhnya oleh bank dan dilihat

sebagai pinjaman depositor kepada bank. Beberapa ulama

memandang giro sebagai kepercayaan, dimana dana diterima

bank sebagai simpanan untuk keamanan (wadi’ah yad al

dhamanah).

2. Tabungan, tabungan di bank konvensional berbeda dari giro

dimana ada beberapa restriksi seperti berapa dan dan kapan

dapat ditarik. Tabungan biasanya memperoleh hasil pasti (fixed

return). Pada bank bebas bunga, tabungan juga mempunyai sifat

yang sama, kecuali bahwa penabung tidak memperoleh hasil

yang pasti. Menurut para ulama, penabung boleh menerima hasil

yang berfluktuasi sesuai dengan hasil yang diperoleh bank, dan

setuju untuk berbagi resiko dengan bank.

3. Deposito, deposito pada bank konvensional menerima jaminan

pembayaran kembali atas simpanan pokok da hasil (bunga) yang

telah ditetapkan sebelumnya. Pada bank dengan sistem bebas

bunga, deposito diganti dengan simpanan yang memperoleh

bagian dari laba/rugi bank. Oleh karena itu, bank syariah

menyebutnya rekening investasi atau simpanan investasi.

2.3.9 Non Performing Financing (NPF)

Adapun informasi internal lain yang dapat mempengaruhi pengambilan

keputusan penyaluran dana menurut Wibowo (2007 :93) dalam Siswati (2009)

adalah informasi non performing finance atau rasio pembayaran dengan total

pembiayaan. Besarnya pembiayaan bermasalah atau bahkan macet akan

mempengaruhi keputusan bank dalam masalah penyaluran dana.

Page 22: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

22

Penilaian aspek kualitas aset merupakan penilaian terhadap kondisi aset

bank dan kecukupann manajemen risiko kredit. Aspek ini menunjukkan kualitas

aset sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit

dan investasi dana bank pada portafolio yang berbeda. Setiap penanaman dana

bank dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan tingkat

kolektabilitasnya, yaitu apakah lancar, dalam perhatian khusus, kurang lamcar,

diragukan atau macet. Penilaian aspek koalitas aset ditunjukkan dengan rasio-

rasio non performing financing (NPF) yaitu perbandingan pembiayaan yang

bermasalah (kolektifitasnya kurang lancar, diragukan dan macet) dengan total

pembiayaan. Pembiayaan pada bank syariah rawan terhadap risiko yang tidak

hanya dapat merugikan bank tetapi juga berakibat kepada masyarakat penyimpan

dan pengguna dana.

Pembiayaan yang bermasalah (non performing finance) bank syariah

dikarenakan kesulitan-kesulitan keuangan (Arifin, 2001:222 ) dalam Siswati

(2009). Penyebab kesulitan keuangan preusan nasabah dibagi dalam dua faktor

yaitu faktor internal dan factor eksternal. Faktor internal yaitu factor yang berasal

dari dalam perusahaan itu sendiri. Faktor yang paling dominan, nasabah

mengalami kesulitan keuangan yang menyebabkan terjadinya non performing

finance yaitu faktor manajerial. Segí faktor manajerial dapat dilihat beberapa hal

seperti kelemahan dalam kebijakan pembelian dan penjualan, lemahnya

pengawasan biaya dan dan pengeluaran, kebijakan piutang yang kurang tepat,

penempatan yang berlebihan pada aktiva tetap, permodalan yang tidak cukup.

Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berada diluir kekuasaan

Page 23: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

23

manajemen perusahaan. Timbulnya non performing finance pada bank syariah

karena faktir eksternal seperti bencana alam, peperangan, perubahan dalam

kondisi perekonomian dan perdagangan, perubahan-perubahan teknologi dan lain-

lain. (Arifin 2001:222) dalam Siswati (2009).

2.3.10 Sertifikat Wadiah Bank Indonesia

2.3.10.1 Pengertian dan Karakteristik SWBI

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang

diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan

prinsip wadiah. Sementara itu yang dimaksud dengan wadiah yaitu perjanjian

penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak penerima titipan yang dipercaya

untuk menjaga dana tersebut itu (Sudarsono, 2004 :39) dalam Siswati (2009).

Pengaturan mengenai Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) di atur

dalam Peraturan Bank Indonesia No. 2/9/PBI/2000 tanggal 23 Februari 2000 jo.

No. 6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang Perubahan atas PBI No.

2/9/PBI/2000 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia. Berdasarkan peraturan

tersebut yang dimaksud dengan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia adalah

sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka

pendek dengan prinsip wadiah (pasal 1 ayaT 4). Sementara itu yang dimaksud

dengan wadiah yaitu perjanjian penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak

penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut (pasal 1ayat 5).

Selain itu Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia juga mengeluarkan

fatwa yang menguatkan SWBI, yaitu Fatwa DSN No. 36/DSN MUI /X/2002 yang

Page 24: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

24

dikeluarkan tanggal 23 oktober 2002 M atau Sya’ban 1423 Hijriyah. SWBI

merupakan instrument kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi

kesulitan kelebihan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah.

SWBI mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut:

a. Merupakan tanda bukti penitipan dana berjangka pendek,

b. Diterbitkan oleh Bank Indonesia

c. Merupakan instrument kebijakan moneter dan sarana penitipan

dana sementara;

d. Ada bonus atas transaksi penitipan dana.

2.3.10.2 Persyaratan SWBI menurut Fatwa DSN-MUI

Di dalam Fatwa DSN MUI No. 36/ DSN-MUI/X/2002 ditetapkan antara

lain sebagai berikut :

a. Bank Indonesia selaku bank sentral boleh menerbitkan

instrument moneter berdasarkan prinsip syariah yang dinamakan

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yang dapat

dimanfaatkan oleh bank syari’at untuk mengatasi kelebihan

likuiditasnya;

b. Akad yang digunakan untuk instrument SWBI adalah akad

wadi’ah sebagaimana diatur dalam Fatwa DSN No. 01/DSN-

MUI/IV/2000 tentang Tabungan;

c. Dalam SWBI tidak boleh ada imbalan yang diisyaratkan, kecuali

dalam bentuk pemberian (athayah) yang bersifat sukarela dari

pihak Bank Indonesia;

d. SWBI tidak boleh diperjualbelikan.

2.3.11 Kerangka Konseptual Dan Perumusan Hipótesis

2.3.11.1 Kerangka Konseptual

Simpanan atau Dana Pihak Ketiga, Non Performing Finance berpengaruh

terhadap pembiayaan karena semakin banyaknya nasabah melakukan simpanan

maka semakin meningkat pula pembiayaan yang bisa dilakukan oleh bank syariah.

Begitu pula dengan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Semakin tinggi

Page 25: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

25

kenaikan bonus SWBI maka semakin banyak pula dana yang bisa disalurkan oleh

bank syariah (Siswati.2009).

Bonus SWBI berpengaruh negatif terhadap pembiayaan, artinya, bila

bonus SWBI turun maka bank syariah tidak membeli SWBI tetapi tetap

menyalurkan dananya ke masyarakat (Yosi 2009) dalam Siswati (2009).

Berdasarkan, latar belakang, tinjauan teoritis dan penelitian sebelumnya

maka dapat digambarkan model penelitian sebagai berikut:

GAMBAR 1

Model Penelitian

Perumusan Hipotesis

Perumusan hipotesis didasarkan pada penelitian terdahulu dan tinjauan

teoritis yaitu:

H1 : SWBI dan Dana Pihak Ketiga ,Nisbah bagi hasil,NPF berpengaruh secara

simultan terhadap Pembiayaan.

H2 : SWBI , Dana Pihak Ketiga , Non performing Finance dan Nisbah Bagi Hasil

berpengaruh secara parsial terhadap pembiayaan.

SWBI

Simpanan/ DPK

Pembiayaan Nisbah bagi hasil bank

NPF

Page 26: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosisiatif. Penelitian

asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini, maka dapat dibangun suatu teori

yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu

gejala (Sugiyono, 2004:11) dalam Nizar Suwardi (2009). Bentuk hubungan

asosiatif antara variabel ada tiga yaitu: Simetris, kausal dan interaktif/resiprokal.

Hubungan simetris adalah suatu bentuk hubungan karena munculnya bersama-

sama, hubungan kausal adalah hubungan sebab akibat, dan hubungan interaktif

adalah hubungan yang saling mempengaruhi (Sugiyono, 2004:12) dalam Nizar

Suwardi (2009). Hubungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hubungan

kausal. Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab- akibat. Jadi disini

ada variabel independen dan ada variabel dependen.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank Indonesia dengan menggunakan fasilitas

internet melalui website www.bi.go.id. Bank yang di jadikan penelitian adalah

Bank Umum Syariah.

Adapun alasan penentuan lokasi penelitian ini adalah:

Page 27: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

27

1. Bank Indonesia merupakan bank sentral yang mengatur mengawasi

keberadaan perbankan di indonesia

2. Adanya kemudahan akses laporan keuangan bank syariah yang terdaftar di

Bank Indonesia.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/ subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti

untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulan.(Sugiyono, 2004:72) dalam

Nizar Suwardi (2009). Populasi dari penelitian ini adalah Perbankan syariah yang

berada di Indonesia

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh

populasi tersebut. Sugiyono (2004:73) dalam Nizar Suwardi (2009) dan metode

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

purposive sampling.

Menurut Sugiyono (2004:78) dalam Nizar Suwardi (2009), ” purposive

sampling adalah tehnik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kriteria

yang digunakan adalah perusahaan yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Bank Umum syari’ah yang terdaftar di Bank Indonesia

Page 28: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

28

2. Bank Umum syari’ah yang mempublikasikan laporan keuangannya secara

kontinyu selama periode 2005 - 2009

3. Mempunyai kelengkapan data laporan keuangan, yang diantaranya laporan

keadaan SWBI dan DPK, NPF, Nisbah Bagi Hasil serta pembiayaan.

4. Periode berakhirnya laporan keuangan adalah 31 Desember

Tabel 3.1

Hasil Seleksi Sampel

Keterangan Jumlah

1. Bank Umum syari’ah yang terdaftar di Bank

Indonesia

2. Bank Umum syari’ah yang tidak

mempublikasikan laporan keuangan per triwulan

periode 2005- 2009

3. Bank Syari’ah yang datanya tidak lengkap

4. Bank Umum syariah yang periode berakhirnya

laporan keuangan tidak pada 31 Desember

5

(-)

(2)

(-)

Jumlah akhir sampel 3

Jumlah akhir sampel yang memenuhi syarat dalam penelitian ini sebanyak

3 (tiga) bank, dimana dari ketiga bank tersebut data yang digunakan untuk

penelitian ini adalah laporan keuangan Bank Umum Syariah per triwulan periode

2005-2009 dengan jumlah observasinya adalah 60. Adapun data perbulan dan

tahunan tidak termasuk sampel penelitian dengan pertimbangan ketersediaan

data.

3.4. Jenis dan Sumber Data

3.4.1. Jenis Data

Page 29: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

29

1. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka dan dapat di hitung

atau data yang menunjukkan besarnya jumlah atau banyaknya sesuatu

seperti. Dalam penelitian ini data kuantitatif yang di olah berupa

Simpanan, SWBI, Nisbah Bagi Hasil dan Pembiayaan.

2. Data kualitatif yaitu data yang tidak dapat diukur dengan skala numerik

atau tidak berbentuk angka. Data kualitatif merupakan data yang tidak

dapat dihitung dan di ukur dengan angka. Dalam penelitian ini data

kualitatif yang dibutuhkan adalah berupa gambaran umum perusahaan.

3.4.2. Sumber Data

Jika dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data menggunakan

sumber primer dan sumber sekunder. Sumber sekunder merupakan sumber yang

tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang

lain atau dokumen- dokumen ( Sugiyono, 2004:129) dalam Nizar Suwardi (2009).

Peneliti menggunakan data sekunder yang diperoleh peneliti secara tidak langsung

dari catatan dan laporan historis Bank Indonesia . Dalam hal ini berupa data

Simpanan (DPK), NPF, SWBI, dan Pembiayaan yang diambil dari laporan

keuangan Perbankan syariah yang di publikasikan oleh Bank Indonesia dan di

download melalui Website www.bi.go.id

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah

teknik dokumentasi yaitu pengumpulan data melalui data-data, buku-buku atau

dokumen tertulis yang dihasilkan oleh instansi yang berkaitan dengan penelitian

Page 30: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

30

ini. Yaitu dokumen yang publikasikan oleh Bank Indonesia berupa Laporan

Keuangan Bank Umum Syariah.

3.6. Identifikasi dan Klasifikasi Variabel

3.6.1. Identifikasi Variabel

Berdasarkan masalah yang diteliti maka variabel-variabel yang terkait

dengan penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Non Performing Finance (NPF)

2. Nisbah Bagi hasil

3. Dana Pihak Ketiga (DPK)

4. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)

5. Pembiayaan

3.6.2. Klasifikasi Variabel

3.6.2.1. Variabel Independen

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannnya atau timbulnya variabel dependen, dalam

penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah Nisbah Bagi Hasil,

NPF, DPK dan SWBI.

3.6.2.2. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang di

pengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam

penelitain ini yang menjadi variabel dependennya adalah Pembiayaan.

Page 31: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

31

3.7. Definisi Operasional Variabel

1) Non performing Finance (NPF) merupakan rasio risiko usaha yang

membandingkan antara pembiayaan yang bermasalah (kolektibilitasnya

kurang lancar, diragukan dan macet) dengan total pembiayaan. Pembiayaan

bermasalah Non Performing Finance (NPF) = total pembiayaan (Wibowo

2007:33) dalam Siswati (2009).

2) Nisbah Bagi Hasil merupakan ratio atau porsi bagi hasil yang akan

diterima oleh Bank Syariah atas akad pembiayaan yang diukur dengan

jumlah Pendapatan bagi hasil yang di terima Bank

3) Total dana pihak ketiga (DPK) adalah keseluruhan dana yang masuk ke

bank yang berasal dari nasabah, selain pemodal maupun peminjam. Dana ini

terdiri dari wadiah, deposito mudharabah dan tabungan mudharabah

4) Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang

diterbitkan keseluruhan dana yang Bank Indonesia sebagai bukti penitipan

dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah, dalam penelitian ini data

yang digunakan yakni jumlah nilai total Sertifikat Wadiah Bank Indonesia

pada laporan keuangan bank syariah per triwulan periode 2004-2009.

5) Pembiayaan adalah pemberian penyediaan dana, uang atau tagihan untuk

memenuhi kebutuhan pihak yang membutuhkan dana baik untuk kebutuhan

produktif dan konsumtif yang ditunjukkan dengan jumlah pembiayaan

mudharabah, murabahah dan musyarakah, data yang digunakan yaitu jumlah

Page 32: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

32

total pembiayaan dari pembiayaan mudharabah, murabahah dan

musyarakah.

3.8. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi berganda dengan

bantuan program komputer yaitu SPSS (Statistical Package for Social Science).

3.8.1. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mendapatkan model penelitian

yang valid dan dapat digunakan untuk melakukan analisis. Adapun pengujian

terhadap asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan pengujian yang ditujukan untuk menguji

kenormalan distribusi data, yaitu apakah dalam persamaan terdapat data

yang tidak memusat pada median. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji

kolmogorof-Smrinov. Jika signifikansi nilai kolmogorof-Smrinov lebih dari 5

% maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Untuk data

yang tidak berdistribusi normal, dapat dilakukan transformasi data dengan

merubah data menjadi akar kuadrat (Ghozali, 2006:33).

b. Uji Multikolinearitas

Uji ini dilakukan untuk menjamin bahwa antar variabel bebas yang di

kaji tidak mempunyai hubungan yang kuat. Apabila terkena gejala

multikolinerits, maka fungsi akan mengalami hal- hal yaitu: nilai koefisien

determinasi yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris

Page 33: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

33

sangat tinggi, tetapi secara individual variabel- variabel independen banyak

yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

Untuk mengetahui fungsi ini terkena atau tidak gejala

multikolinearitas, dapat dilihat dari tolerance dan lawannya variance

inflation factor (VIF). Penelitian dikatakan bebas multikolineritas jika

VIFnya tidak lebih dari 10 (sepuluh), korelasi antar variabel tidak boleh

lebih dari 1 (satu) dan mempunyai angka toleransi mendekati 1 (satu)

(Ghozali, 2006:92).

c. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode saat

ini (t) dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,

maka dinamakan ada problem autokorelasi.(Ghozali,2006:95) ada tidaknya

autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan uji Run Tes. Uji Run Tes

sebagai bagian dari statistik non- parametrik dapat pula digunakan untuk

menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar

residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual

adalah acak atau random. Jika nilai probabilitas lebih dari signifikasi 5 %

maka dikatakan residual random atau dengan kata lain tidak terjadi

autokorelasi antar nilai residual.(Ghozali,2006:103)

H0 : residual random ( acak)

HA : residual tidak random

Page 34: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

34

d. Uji Heteroskedastisitas

Metode ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pada satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika terjadi perbedaan varians, maka dijumpai

heteroskedastisitas. Penelitian ini menggnakan Uji Glejser untuk mendeteksi

heteroskedastisitas.

Uji Glejser meregresi nilai absolut residual terhadap variabel

dependen. Jika hasil regresi variabel dependen secara statistik tidak

signiikan mempengaruhi variabel independen maka model regresi tidak

mengandung heteroskedastisitas (Ghozali, 2006: 97).

3.8.2. Analisis Regresi Berganda

Untuk melihat pengaruh variabel Independen (x) terhadap variabel

dependen (Y) dalam pengujian hipotesis, maka data dianalisis dengan

menggunakan model regesi seperti dibawah ini:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4

Dimana:

Y = Pembiayaan

a = Konstanta

b1, b2,b3,b4 = Koefisien regresi

X1 = Simpanan /Dana Pihak Ketiga

X2 = SWBI

X3 = Non Performing Finance

X4 = Nisbah Bagi Hasil

e (U) = Kesalahan ( Error)

Page 35: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

35

3.8.3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis pengaruh Mudharabah Mutholaqah dan SWBIl

terhadap Pembiayaan pada Perbankan Syariah di Indonesia , maka dilakukan uji

sebagai berikut:

3.8.3.1. Uji Hipotesis 1 dengan uji F (Uji Simultan)

Uji F digunakan untuk menguji apakah Mudharabah Mutholaqah dan

SWBI berpengaruh secara simultan terhadap pembiayaan. Adapun langkah-

langkah pengujiannya sebagai berikut :

a. Merumuskan Hipotesis statistik

H0 = b1, b2,,b3,b4 = 0, Artinya DPK, SWBI, NPF dan Nisbah Bagi Hasil

tidak berpengaruh secara simultan terhadap

pembiayaan.

Ha : b1, b2, b3,b4 ≠ 0, Artinya DPK, SWBI, NPF dan Nisbah Bagi Hasil

berpengaruh secara simultan terhadap

pembiayaan.

b. Menentukan level of significance (α )

Level of significance (α ) sebesar 5% = 0,05, dengan derajat kebebasan df

numerator= ( k- 1) dan df deenumerator= (n-k)

c. Menentukan F hitung

R2 / ( k -1) (Gujarati dan Zain,2003; 120)

F hitung =

(1 - R2) / (N- k)

keterangan :

Page 36: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

36

F = F hitung

R2

= Koefisien korelasi ganda

K = Jumlah variabel independen

N = Jumlah sampel

d. Menentukan kriteria pengujian

Ho diterima jika Fhitung ≤ F tabel

Ho ditolak jika Fhitung ≥ F tabel

e. Kesimpulan

Jika Ho diterima, berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara

simultan atau bersama-sama antar semua variabel independent (X) terhadap

variabel dependen (Y).

3.8.3.2. Uji Hipotesis 2 dengan uji z( Uji Parsial)

Uji parsial (Uji Z) digunakan untuk mengetahui secara parsial

pengaruh masing-masing variabel independen (Xi) terhadap variabel

dependen (Y). uji ini digunakan untuk menguji hipotesis kedua. Langkah-

langkah dalam pengujian hipotesis ini adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan Hipotesis

H0: b1, b2,b3,b4 = 0, Artinya DPK, SWBI, NPF dan Nisbah Bagi Hasil

tidak berpengaruh secara parsial terhadap

Pembiayaan.

Ha: b1, b2,b 3,b4 ≠ 0, Artinya DPK, SWBI, NPF dan Nisbah Bagi Hasil

berpengaruh secara parsial terhadap Pembiayaan.

b. Menentukan level of significance ( )

Page 37: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

37

Level of significance yang digunakan yaitu 5%. Dimana nilai = 5 %

dan derajat kebebasan df = (n-k)

c. Menentukan kriteria pengujian

Ho diterima jika t(α/2, n-20i)≤ t ≤ t (α/2,n- 2)

Ho ditolak jika t<-t(α/2, n-20i) atau t> ≥ t (α/2,n- 2)

d. Kesimpulan

Jika H0 diterima berarti DPK, SWBI, NPF dan Nisbah Bagi Hasil tidak

berpengaruh secara parsial terhadap Pembiayaan. Dan jika H0 ditolah berarti

DPK, SWBI, NPF dan Nisbah Bagi Hasil berpengaruh secara parsial terhadap

pembiayaan.

Page 38: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

38

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perbankan Syariah Di Indonesia

Bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah Bank

Muamalat Indonesia (BMI). Walaupun perkembangannya agak terlambat bila

dibandingkan negara-negara muslim lainnya, perbankan syariah di indonesia

terus berkembang. Bila pada periode tahun 1992-1998 hanya ada satu unit Bank

Syariah maka pada tahun 2005 jumlah bank syariah di indonesia telah bertambah

menjadi 20 unit, yaitu 3 bank umum syariah dan 17 unit usaha jumlah serta 88

Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).

Berdasarkan data bank Indonesia, prospek perbankan syariah terus

mengalami peningakatan. beradasarkan riset yang dilakukan oleh Karim Busines

Consulting pada tahun 2005 menunjukkan bahwa total aset bank syaraiah di

indonesia mencapai anatara 1,92% sampai 2,31% dari industri perbankan

Nasional, dan di proyeksikan mencapai antara 9,38 % sampai 11,25 ditahun 2009.

Objek penelitian ini adalah perbankan syariah yang terdaftar di Bank

Indonesia. Perbankan syariah yang terdaftar sampai akhir tahun 2009 terdiri 4

Bank Umum Syariah dan 18 Unit usaha syariah, dan 88 Bank Perkreditan Rakyat

Syariah ( BPRS) Berdasarkan kriteria pemilihan sampel akhirnya diperoleh 3

perbankan syariah yang memenuhi kriteria dalam peneltian ini, yang terdiri dari

Bank Mumalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri ( BSM) dan Bank Mega

Syariah Indonesia (BMSI).

Page 39: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

39

Sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk menguji dan

memberikan bukti empiris mengenai pengaruh simpanan, ekuitas dan nisbah bagi

hasil terhadap pembiayaan pada perbankan syariah yang terdaftar di Bank

Indonesia periode 2005-2009.

Bab ini akan menguraikan kondisi masing-masing variabel yang diteliti,

yaitu Pembiayaan, NPF,Nisbah Bagi Hasil, DPK, SWBI.

4.2. Pembahasan

4.2.1 Pembiayaan

Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi

kebutuhan pihak-pihak yang membutuhkan modal berupa pembiayaan

Mudharabah dan Musyarakah.

Tabel 4.1 Data pembiayaan perbankan syariah sampel periode 2005-2009

( Dalam Ribuan Rupiah)

Nama Bank

Tahun

Triwulan

Pembiayaan

Rata-rata

Bank Muamalat 2005 I Rp 2.090.549.000 Rp.3,799,999,200

Indonesia II Rp 2.443.463.000

III Rp 2.633.872.000

IV Rp 2.686.498.000

2006 I Rp 2.658.168.000

II Rp 2.722.620.000

III Rp 2.753.335.000

IV Rp 3.239.853.000

2007 I Rp 2.982.268.000

II Rp 3.237.765.000

III Rp 3.665.255.000

IV Rp 4.190.566.000

2008 I Rp 4.018.495.000

II Rp 4.190.258.000

III Rp 4.519.267.000

IV Rp 5.020.762.000

2009 I Rp 5.341.981.000

Page 40: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

40

II Rp 5.720.784.000

III Rp 5.938.574.000

IV Rp 5.945.651.000

Nama Bank

Tahun

Triwulan

Pembiayaan

Rata-rata

Bank Mandiri Syariah 2005 I Rp 1.484.470.000 Rp. 3.827.288.750

II Rp 1.636.491.000

III Rp 1.608.465.000

IV Rp 1.651.908.000

2006 I Rp 1.868.457.000

II Rp 2.162.414.000

III Rp 2.522.757.000

IV Rp 2.673.308.000

2007 I Rp 2.873.659.000

II Rp 3.459.111.000

III Rp 4.032.665.000

IV Rp 4.312.045.000

2008 I Rp 4.891.739.000

II Rp 5.698.936.000

III Rp 5.889.332.000

IV Rp 5.542.033.000

2009 I Rp 5.544.132.000

II Rp 5.933.722.000

III Rp 6.237.456.000

IV Rp 6.522.675.000

Bank Syariah Mega 2005 I Rp 248.369.000 Rp. 169.848.550

Indonesia II Rp 147.210.000

III Rp 208.609.000

IV Rp 248.369.000

2006 I Rp 245.157.000

II Rp 225.427.000

III Rp 196.345.000

IV Rp 168.634.000

2007 I Rp 142.815.000

II Rp 109.103.000

III Rp 103.198.000

IV Rp 98.559.000

2008 I Rp 137.224.000

II Rp 150.003.000

III Rp 147.053.000

IV Rp 135.521.000

2009 I Rp 125.540.000

II Rp 169.581.000

III Rp 188.604.000

IV Rp 201.650.000

Rata-rata Rp 2.772.452.768

Sumber : Data laporan keuangan publikasi tahun 2005-2009 (diolah) Lampiran 1

Page 41: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

41

Berdasarkan tabel 4.1, data Perbankan sampel periode 2005-2009 dapat

diketahui bahwa bank syariah dengan pembiayaan tertinggi rata-rata selama

kurun waktu 2005 sampai dengan tahun 2009 adalah Bank Mandiri Syariah

(BMS) dengan Pembiayaan rata-rata Rp 3,827,288,750,000. Hal ini berarti bahwa

PT. Bank Mandiri Syariah mengeluarkan pembiayaan rata- rata sebesar Rp

3,827,288,750,000 selama periode 2005 sampai dengan 2009.

Sementara bank syariah dengan pembiayaan rata-rata terendah adalah PT.

Bank Mega Syariah Indonesia dengan pembiayaan rata-rata Rp 169.848.550,000.

Hal ini berarti bahwa PT. Bank Mega Syariah Indonesia mengeluarkan

pembiayaan rata- rata sebesar Rp 169.848.550,000 selama periode 2005 sampai

dengan 2009.

4.2.2 Simpanan

Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank

berdasarkan perjanjian. Simpanan dana yang dimaksud adalah dalam bentuk

simpanan wadiah, Tabungan Mudharabah dan Deposito Mudharabah

Perkembangan simpanan perbankan sampel dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut:

Tabel 4.2. Data Simpanan Perbankan Syariah Sampel Periode 2005-2009

( Dalam Ribuan Rupiah)

Nama Bank

Tahun

Triwulan

Simpanan

Rata-rata

Bank Muamalat 2005 I Rp 5.439.571.000 Rp 8.082.850.650

Indonesia II Rp 5.831.903.000

III Rp 6.354.609.000

IV Rp 6.837.431.000

2006 I Rp 7.069.942.000

II Rp 7.523.357.000

Page 42: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

42

III Rp 7.980.624.000

IV Rp 8.691.328.000

Nama Bank

Tahun

Triwulan

Simpanan

Rata-rata

2007 I Rp 9.134.198.000

II Rp 9.341.601.000

III Rp 9.783.836.000

IV Rp 10.073.953.000

2008 I Rp 3.492.019.000

II Rp 4.448.155.000

III Rp 5.193.350.000

IV Rp 5.725.009.000

2009 I Rp 10.824.597.000

II Rp 12.379.938.000

III Rp 12.177.743.000

IV Rp 13.353.849.000

Bank Mandiri 2005 I Rp 6.370.778.000 Rp 7.583.086.600

Syariah II Rp 6.748.819.000

III Rp 6.246.802.000

IV Rp 7.037.505.000

2006 I Rp 7.039.882.000

II Rp 7.397.275.000

III Rp 7.569.592.000

IV Rp 8.219.273.000

2007 I Rp 8.754.615.000

II Rp 8.851.328.000

III Rp 9.864.933.000

IV Rp 11.105.978.000

2008 I Rp 12.245.787.000

II Rp 14.189.879.000

III Rp 13.786.760.000

IV Rp 14.808.926.000

2009 I Rp 422.194.000

II Rp 338.422.000

III Rp 332.252.000

IV Rp 330.732.000

Bank Syariah Mega 2005 I Rp 301.906.000 Rp. 1.881.619.150

Indonesia II Rp 297.939.000

III Rp 413.128.000

IV Rp 822.228.000

2006 I Rp 697.027.000

II Rp 1.039.837.000

III Rp 1.567.691.000

IV Rp 2.158.103.000

2007 I Rp 2.319.115.000

II Rp 2.060.636.000

Page 43: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

43

III Rp 2.109.038.000

IV Rp 2.169.456.000

Nama Bank

Tahun

Triwulan

Simpanan

Rata-rata

2008 I Rp 1.802.916.000

II Rp 1.883.452.000

III Rp 2.208.250.000

IV Rp 2.626.471.000

2009 I Rp 2.662.761.000

II Rp 3.171.804.000

III Rp 3.373.253.000

IV Rp 3.947.372.000 Sumber : Data laporan keuangan publikasi tahun 2005-2009 (diolah)

Lampiran II

Berdasarkan tabel 4.2. Data simpanan perbankan sampel periode 2005-

2009 dapat diketahui bahwa Bank Syariah dengan simpanan rata-rata tertinggi

selama kurun waktu 2005 sampai dengan tahun 2009 adalah Bank Muamalat

Indonesia dengan rata-rata simpanan Rp 8.082.850.650,000. Hal ini berarti

bahwa simpanan yang dihimpun selama periode 2005 sampai dengan 2009 rata-

rata sebesar Rp. 8.082.850.650,000

Sementara perusahaan dengan simpanan rata-rata terendah adalah Bank

Syariah Mega Indonesia dengan simpanan rata-rata Rp 1.881.619.150,000 . Hal

ini berarti bahwa simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank Syariah Mega

Indonesia adalah sebesar Rp 1.881.619.150 selama periode 2005 sampai dengan

2009.

4.2.3 Sertifikat Wadiah Bank Indonesia

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang

diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan

prinsip wadiah. Sementara itu yang dimaksud dengan wadiah yaitu perjanjian

Page 44: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

44

penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak penerima titipan yang dipercaya

untuk menjaga dana tersebut itu.

Perkembangan SWBI perbankan sampel dapat dilihat pada tabel 4.3.

berikut:

Tabel 4.3. Data Sertifikat wadiah Bank Indonesia Perbankan Syariah

Sampel Periode 2005-2009

( Dalam Ribuan Rupiah)

Nama Bank

Tahun

Triwulan

SWBI

Rata-rata

Bank Muamalat 2005 I Rp 210.000.000 Rp. 683,837,500

Indonesia II Rp 465.000.000

III Rp 265.000.000

IV Rp 662.000.000

2006 I Rp 283.000.000

II Rp 530.000.000

III Rp 624.000.000

IV Rp 915.000.000

2007 I Rp 1.220.000.000

II Rp 855.000.000

III Rp 175.000.000

IV Rp 450.860.000

2008 I Rp 605.000.000

II Rp 170.000.000

III Rp 231.890.000

IV Rp 210.000.000

2009 I Rp 530.000.000

II Rp 1.570.000.000

III Rp 1.357.000.000

IV Rp 2.348.000.000

Bank Mandiri Syariah 2005 I Rp 104.654.000 Rp. 640.149.700

II Rp 40.000.000

III Rp 641.368.000

IV Rp 1.689.026.000

2006 I Rp 684.000.000

II Rp 535.000.000

III Rp 400.000.000

IV Rp 780.000.000

2007 I Rp 1.405.984.000

II Rp 708.000.000

III Rp 784.515.000

Page 45: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

45

IV Rp 670.000.000

2008 I Rp 857.617.000

Nama Bank

Tahun

Triwulan

SWBI

Rata-rata

II Rp 1.007.661.000

III Rp 1.058.761.000

IV Rp 1.208.428.000

2009 I Rp 37.132.000

II Rp 61.949.000

III Rp 64.808.000

IV Rp 64.091.000

Bank Syariah Mega 2005 I Rp 64.920.000 Rp 164.365.300

Indonesia II Rp 68.834.000

III Rp 68.845.000

IV Rp 67.294.000

2006 I Rp 65.643.000

II Rp 86.232.000

III Rp 136.002.000

IV Rp 155.591.000

2007 I Rp 189.290.000

II Rp 220.653.000

III Rp 255.017.000

IV Rp 242.616.000

2008 I Rp 265.899.000

II Rp 276.920.000

III Rp 278.718.000

IV Rp 258.935.000

2009 I Rp 260.897.000

II Rp 20.000.000

III Rp 130.000.000

IV Rp 175.000.000 Sumber : Data laporan keuangan publikasi tahun 2005-2009 (diolah) Lampiran III

Hasil tabel 4.3 menunjukkan data SWBI perusahaan sampel periode 2005-

2009 dapat diketahui bahwa Bank Syariah dengan SWBI rata-rata tertinggi

selama kurun waktu 2005 sampai dengan tahun 2009 adalah Bank Muamalat

Indonesia dengan rata-rata SWBI Rp 683,837,500,000 Hal ini berarti bahwa

SWBI yang dimilki selama periode 2005 sampai dengan 2009 rata-rata sebesar

Rp 683,837,500,000

Page 46: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

46

Sementara bank syariah dengan SWBI rata-rata terendah adalah Bank

Syariah Mega Indonesia dengan SWBI rata-rata Rp164,365,300,000.- Hal ini

berarti bahwa SWBI yang dimiliki oleh Bank Syariah Mega Indonesia adalah

sebesar Rp164,365,300,000,- selama periode 2005 sampai dengan 2009.

4.2.4 Nisbah Bagi Hasil

Nisbah bagi hasil merupakan ratio atau porsi bagi hasil yang akan

diterima oleh Bank Syariah atas akad pembiayaan yang diukur dengan jumlah

Pendapatan bagi hasil yang di terima Bank. Perkembangan nisbah bagi hasil

perusahaan-perusahaan sampel dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut:

Tabel 4.4. Data Nisbah Bagi hasil perbankan sampel priode 2005- 2008

(dalam ribuan)

Nama Bank

Tahun

Triwulan

Nisbah Bagi Hasil

Rata-rata

Bank Muamalat 2005 I Rp 81.384.000 Rp. 339.843.700

Indonesia II Rp 173.656.000

III Rp 277.567.000

IV Rp 390.878.000

2006 I Rp 111.900.000

II Rp 228.471.000

III Rp 343.691.000

IV Rp 499.831.000

2007 I Rp 119.541.000

II Rp 245.200.000

III Rp 385.018.000

IV Rp 545.077.000

2008 I Rp 147.305.000

II Rp 300.375.000

III Rp 460.698.000

IV Rp 655.176.000

2009 I Rp 213.674.000

II Rp 338.817.000

III Rp 562.348.000

IV Rp 716.267.000

Page 47: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

47

Nama Bank

Tahun

Triwulan

Nisbah Bagi Hasil

Rata-rata

Bank Mandiri Syariah 2005 I Rp 41.391.000 Rp. 191.994.650

II Rp 95.031.000

III Rp 152.768.000

IV Rp 73.580.000

2006 I Rp 58.962.000

II Rp 131.386.000

III Rp 213.173.000

IV Rp 310.065.000

2007 I Rp 92.064.000

II Rp 199.911.000

III Rp 319.718.000

IV Rp 464.903.000

2008 I Rp 150.694.000

II Rp 320.870.000

III Rp 510.790.000

IV Rp 703.877.000

2009 I Rp 88.000

II Rp 216.000

III Rp 15.000

IV Rp 391.000

Bank Syariah Mega 2005 I Rp 1.461.000 Rp 15.223.150

Indonesia II Rp 4.723.000

III Rp 11.123.000

IV Rp 20.505.000

2006 I Rp 10.648.000

II Rp 21.047.000

III Rp 30.463.000

IV Rp 38.595.000

2007 I Rp 6.868.000

II Rp 12.823.000

III Rp 17.086.000

IV Rp 21.109.000

2008 I Rp 3.905.000

II Rp 8.693.000

III Rp 15.872.000

IV Rp 20.748.000

2009 I Rp 4.963.000

II Rp 11.121.000

III Rp 17.761.000

IV Rp 24.949.000 Sumber : Data laporan keuangan publikasi tahun 2005-2009 (diolah)

Lampiran IV

Data pada tabel 4.4 memperlihatkan nisbah bagi hasil perbankan syariah

sampel periode 2005-2009 bahwa Bank Syariah dengan nisbah bagi hasil rata-rata

Page 48: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

48

tertinggi selama kurun waktu 2005 sampai dengan tahun 2009 adalah Bank

Muamalat Indonesia dengan rata-rata nisbah bagi hasil Rp 339,843,700,000 . Hal

ini berarti bahwa nisbah bagi hasil yang diperoleh selama periode 2005 sampai

dengan 2009 rata-rata sebesar Rp 339,843,700,000.-

Sementara bank syariah dengan nisbah bagi hasil rata-rata terendah adalah

Bank Syariah Mega Indonesia dengan nisbah bagi hasil rata-rata

Rp15.223.150.000. Hal ini berarti bahwa nisbah bagi hasil yang diperoleh oleh

Bank Syariah Mega Indonesia adalah rata- rata sebesar Rp15,223,150,000 selama

periode 2005 sampai dengan 2009

4.2.5 Non Performing Finance.

NPF adalah jumlah pembiayaan bernasalah yang dialami oleh perusahaan

sampel dari periode 2005-2009. Perkembangan pembiayaan bermasalah pada

perusahaan sampel ditunjukkan pada tabel 4.5. dibawah ini.

Tabel 4.5. Data NPF perbankan sampel priode 2005- 2008

(dalam ribuan)

Nama Bank

Tahun

Triwulan

NPF

Rata-rata

Bank Muamalat 2005 I Rp 44.946.001 Rp. 176.558.600

Indonesia II Rp 77.213.000

III Rp 65.348.000

IV Rp 74.180.000

2006 I Rp 72.545.000

II Rp 104.230.001

III Rp 119.835.000

IV Rp 95.347.000

2007 I Rp 111.236.001

II Rp 160.565.001

III Rp 246.531.001

IV Rp 346.451.000

Page 49: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

49

2008 I Rp 136.588.001

II Rp 216.155.001

III Rp 239.672.001

IV Rp 350.654.000

2009 I Rp 337.381.001

II Rp 222.276.001

Nama Bank

Tahun

Triwulan

NPF

Rata-rata

III Rp 231.896.000

IV Rp 278.123.000 Bank Mandiri Syariah 2005 I Rp 167.462.000 Rp. 302.280.788

II Rp 244.006.000

III Rp 376.089.000

IV Rp 204.665.000

2006 I Rp 292.164.000

II Rp 300.760.000

III Rp 491.216.000

IV Rp 514.584.000

2007 I Rp 610.063.000

II Rp 541.879.000

III Rp 598.542.000

IV Rp 602.654.000

2008 I Rp 45.721.000

II Rp 65.349.000

III Rp 79.453.000

IV Rp 214.421.000

2009 I Rp 23.839.768

II Rp 224.015.000

III Rp 274.138.000

IV Rp 174.595.000 Bank Syariah Mega 2005 I Rp 44.238.000 Rp. 140.265.600

Indonesia II Rp 57.892.000

III Rp 68.483.000

IV Rp 52.986.000

2006 I Rp 52.641.000

II Rp 80.102.000

III Rp 94.678.000

IV Rp 142.365.000

2007 I Rp 81.836.000

II Rp 129.044.000

III Rp 185.553.000

IV Rp 250.671.000

2008 I Rp 67.873.000

II Rp 166.826.000

III Rp 188.627.000

Page 50: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

50

IV Rp 190.671.000

2009 I Rp 306.327.000

II Rp 181.761.000

III Rp 221.658.000

IV Rp 241.080.000 Sumber : Data laporan keuangan publikasi tahun 2005-2009 (diolah) Lampiran V

Dari tabel 4.5. Data NPF perbankan syariah sampel periode 2005-2009

dapat diketahui bahwa Bank Syariah dengan NPF rata-rata tertinggi selama kurun

waktu 2005 sampai dengan tahun 2009 adalah Bank Syariah Mandiri dengan

rata-rata NPF Rp 302.280.788.000 Hal ini berarti bahwa NPF yang diperoleh

selama periode 2005 sampai dengan 2009 rata-rata sebesar Rp 302.280.788.000

Sementara bank syariah dengan NPF rata-rata terendah adalah Bank

Syariah Mega Indonesia dengan NPF rata-rata Rp140.265.600.000. Hal ini berarti

bahwa NPF yang diperoleh oleh Bank Syariah Mega Indonesia adalah rata- rata

sebesar Rp140.265.600.000 selama periode 2005 sampai dengan 2009.

4.3. Analisis Data

4.3.1. Hasil Uji Asumsi Klasik

Sebagaimana dikemukakan pada bab III metode penelitian, bahwa terhadap

data yang akan dianalisis dilakukan Uji asumsi klasik untuk menghasilkan model

persamaan regresi yang terbaik atau dikenal dengan Best Linear Unbiased

Estimator (BLUE). Uji Asumsi klasik yang akan dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi, variabel

bebas dan variabel terikat atau keduanya mempunyai distribusi normal. Dalam

Page 51: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

51

penelitian ini, peneliti menggunakan Uji statistik non-parametrik Kolmogorov

Smirnov (K-S). Hasil penelitian apakah residual terdistribusi normal atau tidak

dapat pada tabel 4.6. berikut:

Tabel 4.6

Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

SQRbiaya SQRsimp SQRswbi SQRnbh SQRnpf

N 60 60 60 60 60

Normal Parameters

a,,b

Mean 4.4605E4 7.0142E4 1.9819E4 1.1021E4 1.3486E4

Std. Deviation 2.48954E4 3.07407E4 1.02512E4 7.86870E3 4.99233E3

Most Extreme Differences

Absolute .210 .114 .165 .145 .096

Positive .210 .079 .165 .145 .096

Negative -.127 -.114 -.074 -.083 -.069

Kolmogorov-Smirnov Z

1.627 .882 1.278 1.122 .747

Asymp. Sig. (2-tailed)

.010 .418 .076 .162 .633

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: Lampiran VI

Berdasarkan hasil pada tabel 4.6. dapat dilihat bahwa besarnya nilai

Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk SQRsimp nilainya 0,882 dengan probabilitas

0,418 jauh diatas α=0,05jadi H0 ditolak = normal. K-S untuk SQRSWBI

menghasilkan K-S 1,278 dengan probabilitas 0,076 jauh di atas α=0,05 jadi data

teridistribusi normal. K-S untuk SQRNBH nilainya 1,122 dengan probabilitas

0,162 jauh diatas α=0,05 jadi data terdistribusi normal. K-S untuk SQRNPF

nilainya 0,747 dengan probabilitas 0,633jauh diatas α=0,05 yang berarti data

terdistribusi normal. K-S untuk SQRpembiayaan nilainya 1,627 dengan

probabilitas 0,010 dibawah α=0,05 sehingga H0 diterima jadi data terdistribusi

tidak normal.

Page 52: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

52

2. Multikolinieritas

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji adanya korelasi antar

variabel independen. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya

multikolinearitas dengan menggunakan nilai VIF (variance inflation factor), nilai

VIF lebih kecil dari angka 10 menunjukkan tidak terdapat gejala multikolinearitas

antar variabel independen. Hasil uji gejala multikolinieritas disajikan pada tabel

4.7 berikut ini.

Tabel 4.7

Hasil Uji Gejala Multikolinieritas

Sumber: Lampiran VII

Berdasarkan hasil tabel 4.7, semua variabel independen yang digunakan

menghasilkan VIF lebih kecil dari 10. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

disimpulkan tidak terdapat gejala multikolinieritas antar variabel independen

dalam model regresi yang digunakan.

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 LNsimp .158 6.337

LNswbi .389 2.572

LNnbh .219 4.565

LNnpf .823 1.215

a. Dependent Variable: LNbiaya

Page 53: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

53

3. Autokorelasi

Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Run- tes, Run test

digunakan untuk melihat apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi.

.

Tabel 4.8

Hasil Uji Gejala Autokorelasi

Runs Test

Unstandardized

Residual

Test Valuea .31471

Cases < Test Value 30

Cases >= Test Value 30

Total Cases 60

Number of Runs 8

Z -5.990

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Median

Sumber: Lampiran VIII

Hasil uji Run Tes pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai tes adalah 31471

dengan probabilitas 0,000 dengan signifikasi 0,05 yang berarti hipotesis nol

ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual tidak random atau terjadi

autokorelasi antar nilai residual.

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

Page 54: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

54

pengamatan yang lain. Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu dengan menggunakan uji Glejser.

Tabel 4.9.

Hasil analisis uji heteroskedastisitas

Sumber: Lampiran VII

Hasil uji heteroskedastisitas pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa tidak ada

variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel

dependen nilai LNbiaya. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya diatas

tingkat kepercayaan 5%, Jadi dapat disimpulkan model regresi tersebut tidak

mengandung adanya heteroskedastisitas.

4.3.1. Analisis Regresi Berganda

Dari hasil analisis regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS

yang dilakukan antara variabel independen dan variabel dependen diperoleh hasil

sebagai berikut:

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 2.734 5.581 .490 .626

LNsimp .674 .384 .509 1.753 .085

LNswbi .263 .251 .194 1.046 .300

LNnbh -.127 .160 -.195 -.789 .434

LNnpf .026 .251 .013 .104 .918

a. Dependent Variable: LNbiaya

Page 55: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

55

Tabel 4.10

Uji regresi Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) 2.734 5.581 .490 .006

LNsimp .674 .384 .509 3.753 .008

LNswbi .263 .251 .194 3.046 .013

LNnbh .127 .160 .195 2.789 .019

LNnpf .026 .251 .013 2.104 .024

a. Dependent Variable: LNbiaya

Sumber: Lampiran IX

Berdasarkan hasil tabel pada 4.10 maka dapat di rumuskan persamaan

regresi sebagai berikut :

Y = 2,734 + 0,674 X1+ 0,263 X2 +0,127 X3 + 0,026X4

Makna dari berbagai variabel tersebut dapat dilakukan interpretasi sebagai

berikut :

1. Nilai b0 = 2,734 Nilai ini merupakan konstanta yang menunjukkan bahwa rata-

rata tingkat pembiayaan pada perbankan syariah di indonesia jika nilai dari

variabel simpanan(X1), SWBI (X2) ,nisbah bagi hasil (X3) dan NPF (X4) di

anggap konstan, maka besarnya jumlah pembiayaan adalah sebesar Rp.

2.734.000.000

2. Nilai b1 = 0,674. Artinya bahwa koefisien regresi dari variabel simpanan (X1)

adalah sebesar 0,674 yang berarti setiap kenaikan 1 rupiah simpanan, maka

tingkat pembiayaan yang di keluarkan oleh perbankan syariah di Indonesia

juga naik sebesar 0,674 rupiah dengan asumsi variabel yang lain tetap.

3. Nilai b2 =0,263. Artinya bahwa koefisien regresi dari variabel SWBI (X2)

Page 56: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

56

adalah sebesar 0,263 yang berarti setiap kenaikan 1 rupiah SWBI, maka

tingkat pembiayaan yang di keluarkan oleh perbankkan syariah di Indonesia

juga meningkat sebesar 0,263 rupiah dengan asumsi variabel yang lain tetap.

4. Nilai b3 = 0,127 Artinya bahwa koefisien regresi dari variabel nisbah bagi

hasil (X3) adalah sebesar 0,127 yang berarti setiap kenaikan 1 persen nisbah

bagi hasil , maka tingkat pembiayaan yang di keluarkan oleh perbankan

syariah di Indonesia juga meningkat sebesar 0,127 rupiah dengan asumsi

variabel yang lain tetap.

5. Nilai b4 = 0,026 Artinya bahwa koefisien regresi dari variabel NPF (X4)

adalah sebesar 0,026 yang berarti setiap kenaikan 1 rupiah maka tingkat

pembiayaan yang di keluarkan oleh perbankan syariah di Indonesia juga

meningkat sebesar 0,026 rupiah dengan asumsi variabel yang lain tetap.

4.3.3 Pengujian Hipotesis

4.3.3.1 Uji Hipotesis 1 dengan uji F ( Uji Simultan)

Untuk membuktikan hipotesis pertama yang menyatakan bahwa terdapat

pengaruh secara simultan antara simpanan (X1), SWBI (X2) , nisbah bagi hasil

(X3) dan NPF (X4) terhadap pembiayaan (Y), maka akan diuraikan dengan uji F

dan uji koefisien determinasi berganda (R2)

Page 57: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

57

1. Uji F

Hasil Uji F yang diperoleh menggunakan program SPSS sebagai berikut :

Tabel 4.11.

UJI F ANOVA

b

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 35.880 4 8.970 5.022 .002a

Residual 98.235 55 1.786

Total 134.116 59

a. Predictors: (Constant), LNnpf, LNnbh, LNswbi, LNsimp

b. Dependent Variable: LNbiaya

Sumber: Lampiran IX

Hasil uji ANOVA atau F test pada tabel 4.11 didapat nilai Fhitung sebesar

5,022 sedangkan Ftabel sebesar 2,54 pada tingkat kepercayaan 0,05. Dengan

demikian Fhitung > Ftabel. Hal ini berarti bahwa variabel simpanan (X1), SWBI (X2),

nisbah bagi hasil (X3),dan NPF (X4) secara bersama-sama berpengaruh terhadap

pembiayaan. Selain membandingkan antara Fhitung dengan Ftabel dapat juga

dilakukan dengan membandingkan nilai Sig. F dengan α = 0,05. Hasil regresi

linear berganda di peroleh nilai Sig. F sebesar 0,000 < 0,05 artinya bahwa

variabel-variabel independen (X) tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen (Y). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis

pertama yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima atau H0 diolak bahwa

terdapat pengaruh secara simultan antara variabel Simpanan (X1), SWBI (X2),dan

Nisbah bagi hasil (X3),NPF (X4) terhadap Pembiayaan (Y) pada Perbankan

syariah di indonesia .

Page 58: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

58

2. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk melihat bermakna tidaknya

pengaruh simpanan, SWBI, nisbah bagi hasil dan NPF terhadap pembiayaan.

Keofesien determinsai adalah besarnya persentasi variasi yang dapat dijelaskan

oleh garis regresi linear berganda. Jadi R2

merupakan ukuran untuk mengetahui

besarnya pengaruh simpanan, ekuitas dan nisbah bagi hasil terhadap pembiayaan

pada perbankan syariah di Indonesia, dengan persamaan yang dihasilkan dari

perhitungan koefisien regresi dari analisis regresi linear berganda menggunakan

program SPSS, sehingga akan menentukan apakah suatu garis linear berganda

Pembiayaan (Y), simpanan (X1), SWBI (X2), nisbah bagi hasil (X3),NPF (X4)

sudah cocok untuk digunakan sebagai pendekatan atas suatu hubungan antar

variabel.

Apabila nilai R2

sama dengan 1 maka pengaruh antara variabel independen

dengan variabel dependen sangat kuat dan apabila mendekati 0 maka pengaruh

tersebut sangat lemah. (Ghozali 2001)

Tabel 4.12. Hasil koefisien determinasi (R2

)

Tabel 4.12.

Uji determinasi Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .719a .517 .503 1.33645

a. Predictors: (Constant), LNnpf, LNnbh, LNswbi, LNsimp

Sumber: Lampiran IX

Hasil perhituangan telihat bahwa Adjusted R2

sebesar 0,503 yang berarti

50,3 % perubahan tingkat pembiayaan dipengaruhi oleh variabel simpanan,

SWBI, Nisbah Bagi hasil dan NPF ,sedangkan sisanya (100% - 50,3% = 49,7%)

Page 59: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

59

dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model yang tidak teramati dalam

penelitian ini.

4.3.3.2. Uji Hipotesis Kedua (uji Parsial)

Untuk membuktikan kebenaran hipotesis kedua yang menyatakan bahwa

simpanan (X1), SWBI (X2),nisbah bagi hasil (X3) dan NPF (X4) berpengaruh

secara parsial terhadap pembiayaan (Y) maka digunakan uji Z. Uji Z dilakukan

dengan membandingkan antara Zhitung dengan Ztabel. Apabila Zhitung > Ztabel maka,

ini berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen, dan apabila Zhitung < Ztabel , hal ini berarti variabel independent

tersebut mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel dependen.

Selain membandingkan antara Zhitung dengan Ztabel dapat juga dilakukan dengan

membandingkan nilai Sig.Z dengan α = 0,05. Jika nilai Sig.Z > α = 0,05, hal ini

berarti variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang tidak signifikan

terhadap variabel dependen, dan apabila Sig.Z < α = 0,05, hal ini berarti variabel

independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen.

Tabel 4.13.

Hasil Uji Z

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) 2.734 5.581 .490 .006

LNsimp .674 .384 .509 3.753 .008

LNswbi .263 .251 .194 3.046 .013

LNnbh .127 .160 .195 2.789 .019

LNnpf .026 .251 .013 2.104 .024

a. Dependent Variable: LNbiaya

Sumber: Lampiran IX

Page 60: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

60

Nilai Zhitung dan Sig.Z masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel 4.13,

sedangkan nilai Ztabel = 1,670 diperoleh pada derajat kepercayaan 95% atau α =

0,05. Hasil analisis uji Z digunakan untuk membuktikan hipotesis kedua pada

masing-masing variabel independen. Hasilnya yakni sebagai berikut:

1. Variabel simpanan (X1) memiliki Zhitung = 3,753 > Z tabel = 1,670 dan

memiliki Sig.Z = 0,008 < 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel independen

simpanan (X1) berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen

Pembiayaan (Y).

2. Variabel SWBI (X2) memiliki Zhitung = 3,046 > Z tabel = 1,670 dan memiliki

Sig.Z = 0,013 < 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel independen ekuitas (X2)

berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen pembiayaan (Y).

3. Variabel nisbah bagi hasil (X3) memiliki Zhitung = 2,738 > Z tabel = 1,670 dan

memiliki Sig.Z = 0,019 < 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel independen

nisbah bagi hasil (X3) berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen

pembiayaan (Y)

4. Variabel NPF (X4) memiliki Zhitung = 2,104 > Z tabel = 1,670 dan memiliki

Sig.Z = 0,024 < 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel independen nisbah bagi

hasil (X4) berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen pembiayaan

(Y)

Berdasarkan hasil uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa simpanan,

SWBI, nisbah bagi hasil dan NPF berpengaruh secara parsial terhadap variabel

pembiayaan. Dengan demikian maka hipotesis kedua yang diajukan dalam

penelitian ini dapat diterima atau Ha diterima.

Page 61: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

61

4.4. Interpretasi Hasil

Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi

kebutuhan pihak-pihak yang membutuhkan modal, Pentingnya pembiayaan

dilakukan adalah terutama untuk sektor riil untuk kelanjutan usaha dan

pertumbuhan usaha yang dijalankan(siswati 2009). pembiayaan dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor dan termasuk dalam variabel penelitian. Dimana Sertifikat

Wadiah Bank Indonesia, Simpanan, Nisbah Bagi Hasil, dan Not Performing

Finance berpengaruh terhadap Pembiayaan. Penelitian ini mendukung penelitian

siswati (2009) bahwa Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, Dana Pihak Ketiga

(Simpanan), dan Not Performing Finance berpengaruh terhadap Pembiayaan.

Analisis secara mendalam telah dilakukan dan didapatkan hasil bahwa untuk

membuktikan hipotesis pertama yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh

secara simultan antara Simpanan, SWBI, Nisbah Bagi Hasil dan NPF terhadap

pembiayaana dapat diuraikan dengan uji F dan nilai R2

. Dari hasil analisis yang

ada maka hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.

Hal ini menunjukkan bahwa simpanan, SWBI, Nisbah Bagi Hasil dan NPF secara

simultan atau bersama- sama mempunyai pengaruh yang siginifikan terhadap

pembiayaan . Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hendaruwati (2005) yang menyatakan simpanan dan nisbah bagi hasil

berpengaruh bersama- sama terhadap pembiayaan yang diberikan oleh bank

syariah.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 2, penelitian ini membuktikan

bahwa : simpanan (X1), SWBI (X2) nisbah bagi hasil (X3),dan NPF (X4)

Page 62: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

62

berpengaruh secara parsial terhadap pembiayaan (Y).

Dari hasil analisis tersebut maka interpretasi hasil yang diberikan sebagai

berikut:

Variabel independen simpanan (X1) berpengaruh secara parsial terhadap

variabel dependen Pembiayaan (Y) sehingga Ha diterima. Hasil ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Hendaruwati (2005), siregar (2005)

dan Purnama (2008) yang menyatakan bahwa simpanan berpengaruh

signifikan terhadap pembiayaan, artinya semakin banyak jumlah simpanan

yang berhasil dihimpun, maka semakin besar pula pembiayaan yang dapat

dikeluarkan oleh perbankan syariah.

Variabel SWBI (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan (Y)

sehingga Ha diterima. Artinya semakin besar bonus SWBI yang dperolehi

oleh perbankan syariah maka semakin besar juga pembiayaan yang dapat

diberikan oleh perbankan syariah di indonesia.

Variabel nisbah bagi hasil (X3) berpengaruh secara signifikan terhadap

pembiayaan (Y) sehingga Ha diterima. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Hendaruwati (2005) yang menyatakan bahwa nisbah bagi

hasil tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan.Hal ini dapat di

jelaskan bahwa semakin besar pendapatan bagi hasil yang diterima, maka

semakin besar pula pembiayaan yang dapat diberikan oleh perbankan syariah

di Indonesia.

Variabel NPF (X4) berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan (Y)

sehingga Ha diterima. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Page 63: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

63

oleh Hendaruwati (2005) yang menyatakan bahwa NPF (X4) berpengaruh

signifikan terhadap pembiayaan. Hal ini dapat di jelaskan bahwa semakin

besar tingkat pembiayaan bermasalah yang dialami, maka semakin kecil pula

pembiayaan yang dapat diberikan oleh perbankan syariah di Indonesia.

Page 64: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

64

BAB V

KESIMPULAN & SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dan olah data diatas maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa Simpanan, SWBI, nisbah bagi hasil dan NPF berpengaruh

secara simultan terhadap pembiayaan yang diberikan pada perbankan syariah di

Indonesia. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hendaruwati (2005) yang menyatakan simpanan, SWBI dan nisbah bagi hasil

berpengaruh bersama-sama terhadap pembiayaan yang diberikan oleh bank

syariah. Sedangkan secara parsial simpanan berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah di Indonesia.

Sedangkan NPF (Non Performing Finance), nisbah bagi hasil, dan bonus SWBI

berpengaruh namun tidak signifikan terhadap pembiayaan yang dilakukan bank

umum syariah di Indonesia.

5.2. S A R A N

Pembiayaan merupakan persoalan yang sangat penting dalam suatu

perbankan, karena semakin lancar pembiayan yang dikeluarkan bank maka

semakin besar pula kemungkinan pendapatan yang diterima, apabila pendapatan

semakin besar maka kelangsungan opersional dari perbankan dapat terjamin.

Untuk penelitian selanjutnya yang meneliti pembiayaan diharapkan dapat

menggunakan faktor-faktor selain yang dipakai pada penelitian ini sebagai

variabel yang dapat mempengaruhi pembiayaan.

Page 65: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

65

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1998. Undang- undang perbankan. Bank Indonesia: Jakarta

Anonim, 2005. Peraturan Perbankan. Bank Indonesia: Jakarta

Assriwijaya, 2007. Pengaruh tingkat suku bunga dan bagi hasil terhadap deposito

mudharabah. Skripsi UGM: Yogyakarta.

Ghozali, Imam, 2001. Aplikasi Multivariat dengan program SPSS. Badan penerbit

Universitas Diponegoro: Semarang

Hendaruwati, 2005. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan pada

bank syariah, dengan studi kasus bank Mandiri Syariah. Skripsi

Universitas Ahmad Dahlan.

Megaputra, Yosi, 2009. Pengaruh Non Performing Financing, Dana Pihak Ketiga

dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia terhadap Pembiayaan Bank Syariah

Di Indonesia (Periode 2003.10- 2007.12), Skripsi. Yogyakarta.

Muhammad, 2005. Manajemen Bank Syari’ah Edisi Revisi. Yogyakarta. UPP

AMP YKPN.

Bustami, Nizar Suwardi, 2009. Pengaruh Simpanan, Ekuitas Dan Nisbah Bagi

Hasil Terhadap Pembiayaan Pada Perbankan Syariah Di Indonesia.

Universitas Mataram.

Purnama, Ardi, 2008. Analisis pengaruh giro, Tabungan dan Deposito terhadap

Kredit yang di berikan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero).Tbk.

Skripsi. Semarang.

Siregar, 2005. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran dana

perbankan syariah di indonesia. Tesis Universitas Sumatra Utara

Siswati, 2009. Analisis pengaruh dana pihak ketiga (DPK) non performing

finance (NPF) dan bonus SWBI terhadap penyaluran dana Bank Syariah

(studi kasus pada PT Bank Syariah Mega Indonesia), Skripsi. Unnes.

Semarang

Page 66: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

66

Suri, datu Asmira, 2007. Pengaruh penyaluran kredit terhadap modal Bank.

Skripsi. Universitas Brawijaya Malang

www.google.co.id

www.bi.go.id

Page 67: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

67

LAMPIRAN I

Data olah SPSS

(dalam ribuan rupiah)

Tabel 4.1 Data pembiayaan perbankan syariah sampel periode 2005-2009

( Dalam Ribuan Rupiah)

Nama Bank Tahun Triwulan pambiayaan Rata-rata

Bank Muamalat Indonesia

2005 I Rp 2.090.549.000

Rp.3,799,999,200

II Rp 2.443.463.000

III Rp 2.633.872.000

IV Rp 2.686.498.000

2006 I Rp 2.658.168.000

II Rp 2.722.620.000

III Rp 2.753.335.000

IV Rp 3.239.853.000

2007 I Rp 2.982.268.000

II Rp 3.237.765.000

III Rp 3.665.255.000

IV Rp 4.190.566.000

2008 I Rp 4.018.495.000

II Rp 4.190.258.000

III Rp 4.519.267.000

IV Rp 5.020.762.000

2009 I Rp 5.341.981.000

II Rp 5.720.784.000

III Rp 5.938.574.000

IV Rp 5.945.651.000

Bank Mandiri Syariah 2005 I Rp 1.484.470.000

II Rp 1.636.491.000

Rp3.827.288.750

III Rp 1.608.465.000

IV Rp 1.651.908.000

2006 I Rp 1.868.457.000

II Rp 2.162.414.000

III Rp 2.522.757.000

IV Rp 2.673.308.000

2007 I Rp 2.873.659.000

II Rp 3.459.111.000

III Rp 4.032.665.000

IV Rp 4.312.045.000

2008 I Rp 4.891.739.000

II Rp 5.698.936.000

III Rp 5.889.332.000

IV Rp 5.542.033.000

2009 I Rp 5.544.132.000

II Rp 5.933.722.000

III Rp 6.237.456.000

IV Rp 6.522.675.000

Page 68: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

68

Bank Syariah Mega 2005 I Rp 248.369.000

Rp 169.848.550

Indonesia II Rp 147.210.000

III Rp 208.609.000

IV Rp 248.369.000

2006 I Rp 245.157.000

II Rp 225.427.000

III Rp 196.345.000

IV Rp 168.634.000

2007 I Rp 142.815.000

II Rp 109.103.000

III Rp 103.198.000

IV Rp 98.559.000

2008 I Rp 137.224.000

II Rp 150.003.000

III Rp 147.053.000

IV Rp 135.521.000

2009 I Rp 125.540.000

II Rp 169.581.000

III Rp 188.604.000

IV Rp 201.650.000

Rata-rata Rp 2.772.452.768

Page 69: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

69

LAMPIRAN II

Tabel 4.2. Data Simpanan Perbankan Syariah Sampel Periode 2005-2009

( Dalam Ribuan Rupiah)

Nama Bank Tahun Triwulan Simpanan Rata-rata Bank Muamalat Indonesia

2005 I Rp 5.439.571.000

Rp 8.082.850.650

II Rp 5.831.903.000

III Rp 6.354.609.000

IV Rp 6.837.431.000

2006 I Rp 7.069.942.000

II Rp 7.523.357.000

III Rp 7.980.624.000

IV Rp 8.691.328.000

2007 I Rp 9.134.198.000

II Rp 9.341.601.000

III Rp 9.783.836.000

IV Rp 10.073.953.000

2008 I Rp 3.492.019.000

II Rp 4.448.155.000

III Rp 5.193.350.000

IV Rp 5.725.009.000

2009 I Rp 10.824.597.000

II Rp 12.379.938.000

III Rp 12.177.743.000

IV Rp 13.353.849.000

Bank Mandiri Syariah 2005 I Rp 6.370.778.000

Rp 7.583.086.600

II Rp 6.748.819.000

III Rp 6.246.802.000

IV Rp 7.037.505.000

2006 I Rp 7.039.882.000

II Rp 7.397.275.000

III Rp 7.569.592.000

IV Rp 8.219.273.000

2007 I Rp 8.754.615.000

II Rp 8.851.328.000

III Rp 9.864.933.000

IV Rp 11.105.978.000

2008 I Rp 12.245.787.000

II Rp 14.189.879.000

Page 70: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

70

III Rp 13.786.760.000

IV Rp 14.808.926.000

2009 I Rp 422.194.000

II Rp 338.422.000

III Rp 332.252.000

IV Rp 330.732.000

Bank Syariah Mega 2005 I Rp 301.906.000

Rp 1.881.619.150

Indonesia II Rp 297.939.000

III Rp 413.128.000

IV Rp 822.228.000

2006 I Rp 697.027.000

II Rp 1.039.837.000

III Rp 1.567.691.000

IV Rp 2.158.103.000

2007 I Rp 2.319.115.000

II Rp 2.060.636.000

III Rp 2.109.038.000

IV Rp 2.169.456.000

2008 I Rp 1.802.916.000

II Rp 1.883.452.000

III Rp 2.208.250.000

IV Rp 2.626.471.000

2009 I Rp 2.662.761.000

II Rp 3.171.804.000

III Rp 3.373.253.000

IV Rp 3.947.372.000

Page 71: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

71

LAMPIRAN III

Tabel 4.3. Data Sertifikat wadiah Bank Indonesia Perbankan Syariah

Sampel Periode 2005-2009

( Dalam Ribuan Rupiah)

Nama Bank Tahun Triwulan SWBI Rata-rata Bank Muamalat Indonesia

2005 I Rp 210.000.000

Rp.683,837,500

II Rp 465.000.000

III Rp 265.000.000

IV Rp 662.000.000

2006 I Rp 283.000.000

II Rp 530.000.000

III Rp 624.000.000

IV Rp 915.000.000

2007 I Rp 1.220.000.000

II Rp 855.000.000

III Rp 175.000.000

IV Rp 450.860.000

2008 I Rp 605.000.000

II Rp 170.000.000

III Rp 231.890.000

IV Rp 210.000.000

2009 I Rp 530.000.000

II Rp 1.570.000.000

III Rp 1.357.000.000

IV Rp 2.348.000.000

Bank Mandiri Syariah 2005 I Rp 104.654.000

Rp. 640.149.700

II Rp 40.000.000

III Rp 641.368.000

IV Rp 1.689.026.000

2006 I Rp 684.000.000

II Rp 535.000.000

III Rp 400.000.000

IV Rp 780.000.000

2007 I Rp 1.405.984.000

II Rp 708.000.000

III Rp 784.515.000

IV Rp 670.000.000

2008 I Rp 857.617.000

II Rp 1.007.661.000

Page 72: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

72

III Rp 1.058.761.000

IV Rp 1.208.428.000

2009 I Rp 37.132.000

II Rp 61.949.000

III Rp 64.808.000

IV Rp 64.091.000

Bank Syariah Mega 2005 I Rp 64.920.000

Rp 164.365.300

Indonesia II Rp 68.834.000

III Rp 68.845.000

IV Rp 67.294.000

2006 I Rp 65.643.000

II Rp 86.232.000

III Rp 136.002.000

IV Rp 155.591.000

2007 I Rp 189.290.000

II Rp 220.653.000

III Rp 255.017.000

IV Rp 242.616.000

2008 I Rp 265.899.000

II Rp 276.920.000

III Rp 278.718.000

IV Rp 258.935.000

2009 I Rp 260.897.000

II Rp 20.000.000

III Rp 130.000.000

IV Rp 175.000.000

Page 73: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

73

LAMPIRAN IV

Tabel 4.4. Data Nisbah Bagi hasil perbankan sampel priode 2005- 2008

(dalam ribuan)

Nama Bank Tahun Triwulan Nisbah bagi hasil Rata-rata Bank Muamalat Indonesia

2005 I Rp 81.384.000

Rp339.843.700

II Rp 173.656.000

III Rp 277.567.000

IV Rp 390.878.000

2006 I Rp 111.900.000

II Rp 228.471.000

III Rp 343.691.000

IV Rp 499.831.000

2007 I Rp 119.541.000

II Rp 245.200.000

III Rp 385.018.000

IV Rp 545.077.000

2008 I Rp 147.305.000

II Rp 300.375.000

III Rp 460.698.000

IV Rp 655.176.000

2009 I Rp 213.674.000

II Rp 338.817.000

III Rp 562.348.000

IV Rp 716.267.000

Bank Mandiri Syariah 2005 I Rp 41.391.000

II Rp 95.031.000

III Rp 152.768.000

IV Rp 73.580.000

2006 I Rp 58.962.000

II Rp 131.386.000

III Rp 213.173.000

IV Rp 310.065.000

2007 I Rp 92.064.000

II Rp 199.911.000 Rp 191.994.650

III Rp 319.718.000

IV Rp 464.903.000

2008 I Rp 150.694.000

II Rp 320.870.000

III Rp 510.790.000

Page 74: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

74

IV Rp 703.877.000

2009 I Rp 88.000

II Rp 216.000

III Rp 15.000

IV Rp 391.000

Bank Syariah Mega 2005 I Rp 1.461.000

Rp 15.223.150

Indonesia II Rp 4.723.000

III Rp 11.123.000

IV Rp 20.505.000

2006 I Rp 10.648.000

II Rp 21.047.000

III Rp 30.463.000

IV Rp 38.595.000

2007 I Rp 6.868.000

II Rp 12.823.000

III Rp 17.086.000

IV Rp 21.109.000

2008 I Rp 3.905.000

II Rp 8.693.000

III Rp 15.872.000

IV Rp 20.748.000

2009 I Rp 4.963.000

II Rp 11.121.000

III Rp 17.761.000

IV Rp 24.949.000

Page 75: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

75

LAMPIRAN V

Tabel 4.5. Data NPF perbankan sampel priode 2005- 2008

(dalam ribuan)

Nama Bank Tahun Triwulan NPF Rata-rata Bank Muamalat Indonesia

2005 I Rp 44.946.001

Rp176.558.600

II Rp 77.213.000

III Rp 65.348.000

IV Rp 74.180.000

2006 I Rp 72.545.000

II Rp 104.230.001

III Rp 119.835.000

IV Rp 95.347.000

2007 I Rp 111.236.001

II Rp 160.565.001

III Rp 246.531.001

IV Rp 346.451.000

2008 I Rp 136.588.001

II Rp 216.155.001

III Rp 239.672.001

IV Rp 350.654.000

2009 I Rp 337.381.001

II Rp 222.276.001

III Rp 231.896.000

IV Rp 278.123.000

Bank Mandiri Syariah 2005 I Rp 167.462.000

II Rp 244.006.000

III Rp 376.089.000

IV Rp 204.665.000

2006 I Rp 292.164.000

II Rp 300.760.000

III Rp 491.216.000

IV Rp 514.584.000

2007 I Rp 610.063.000

II Rp 541.879.000 Rp 302.280.788

III Rp 598.542.000

IV Rp 602.654.000

2008 I Rp 45.721.000

II Rp 65.349.000

III Rp 79.453.000

IV Rp 214.421.000

Page 76: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

76

2009 I Rp 23.839.768

II Rp 224.015.000

III Rp 274.138.000

IV Rp 174.595.000

Bank Syariah Mega 2005 I Rp 44.238.000

Rp 140.265.600

Indonesia II Rp 57.892.000

III Rp 68.483.000

IV Rp 52.986.000

2006 I Rp 52.641.000

II Rp 80.102.000

III Rp 94.678.000

IV Rp 142.365.000

2007 I Rp 81.836.000

II Rp 129.044.000

III Rp 185.553.000

IV Rp 250.671.000

2008 I Rp 67.873.000

II Rp 166.826.000

III Rp 188.627.000

IV Rp 190.671.000

2009 I Rp 306.327.000

II Rp 181.761.000

III Rp 221.658.000

IV Rp 241.080.000

LAMPIRAN VI

Page 77: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

77

UJI NORMALITAS

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pembiayaan Simpanan SWBI

Nisbah Bagi Hasil NPF

N 60 60 60 60 60

Normal Parametersa,,b

Mean 2.5990E9 5.8492E9 4.9612E8 1.8235E8 2.0637E8

Std. Deviation 2.13970E9 4.18290E9 4.87321E8

2.02694E8 1.49950E8

Most Extreme Differences

Absolute .197 .127 .219 .184 .134

Positive .197 .127 .219 .173 .134

Negative -.121 -.092 -.164 -.184 -.123

Kolmogorov-Smirnov Z

1.529 .983 1.697 1.427 1.037

Asymp. Sig. (2-tailed)

.019 .289 .006 .034 .233

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

SQRbiaya SQRsimp SQRswbi SQRnbh SQRnpf

N 60 60 60 60 60

Normal Parameters

a,,b

Mean 4.4605E4 7.0142E4 1.9819E4 1.1021E4 1.3486E4

Std. Deviation 2.48954E4 3.07407E4 1.02512E4 7.86870E3 4.99233E3

Most Extreme Differences

Absolute .210 .114 .165 .145 .096

Positive .210 .079 .165 .145 .096

Negative -.127 -.114 -.074 -.083 -.069

Kolmogorov-Smirnov Z

1.627 .882 1.278 1.122 .747

Asymp. Sig. (2-tailed)

.010 .418 .076 .162 .633

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

LAMPIRAN VII

Page 78: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

78

Uji multikolinearitas dan heterokedasitas

Regression

Heterokedastisitas

Coefficient Correlationsa

Model LNnpf LNnbh LNswbi LNsimp

1 Correlations LNnpf 1.000 .151 -.040 -.267

LNnbh .151 1.000 -.036 -.756

LNswbi -.040 -.036 1.000 -.464

LNsimp -.267 -.756 -.464 1.000

Covariances LNnpf .063 .006 -.003 -.026

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 2.734 5.581 .490 .626

LNsimp .674 .384 .509 1.753 .085

LNswbi .263 .251 .194 1.046 .300

LNnbh -.127 .160 -.195 -.789 .434

LNnpf .026 .251 .013 .104 .918

a. Dependent Variable: LNbiaya

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 LNsimp .158 6.337

LNswbi .389 2.572

LNnbh .219 4.565

LNnpf .823 1.215

a. Dependent Variable: LNbiaya

Page 79: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

79

LNnbh .006 .026 -.001 -.047

LNswbi -.003 -.001 .063 -.045

LNsimp -.026 -.047 -.045 .148

a. Dependent Variable: LNbiaya

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dimensi

on

Eigenvalue Condition Index

1 1 4.987 1.000

2 .010 21.941

3 .001 62.962

4 .001 81.106

5 .000 124.173

a. Dependent Variable: LNbiaya

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dimensi

on

Variance Proportions

(Constant) LNsimp LNswbi LNnbh LNnpf

1 1 .00 .00 .00 .00 .00

2 .02 .00 .00 .24 .02

3 .01 .00 .63 .15 .31

4 .63 .01 .17 .02 .65

5 .35 .98 .20 .59 .02

a. Dependent Variable: LNbiaya

Residuals Statisticsa

Page 80: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

80

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 19.1354 22.0290 20.9529 .77984 60

Std. Predicted Value -2.331 1.380 .000 1.000 60

Standard Error of Predicted

Value

.200 .762 .367 .122 60

Adjusted Predicted Value 18.7112 21.9853 20.9086 .86291 60

Residual -2.34941 3.06768 .00000 1.29035 60

Std. Residual -1.758 2.295 .000 .966 60

Stud. Residual -1.826 2.445 .015 1.025 60

Deleted Residual -2.53364 3.84266 .04432 1.46444 60

Stud. Deleted Residual -1.866 2.566 .018 1.049 60

Mahal. Distance .337 18.210 3.933 3.627 60

Cook's Distance .000 .538 .030 .088 60

Centered Leverage Value .006 .309 .067 .061 60

a. Dependent Variable: LNbiaya

Charts

Page 81: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

81

LAMPIRAN VIII

Page 82: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

82

Uji autokorelasi

Runs Test

Unstandardized

Residual

Test Valuea .31471

Cases < Test Value 30

Cases >= Test Value 30

Total Cases 60

Number of Runs 8

Z -5.990

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Median

LAMPIRAN IX

Page 83: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

83

Analisis regresi

Regression

Variables Entered/Removed

Model Variables Entered

Variables Removed Method

1 NPF, SWBI, Nisbah Bagi Hasil, Simpanan

a

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .658a .433 .392 1.66859E9

a. Predictors: (Constant), NPF, SWBI, Nisbah Bagi Hasil, Simpanan

ANOVA

b

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.170E20 4 2.925E19 10.505 .000a

Residual 1.531E20 55 2.784E18

Total 2.701E20 59

a. Predictors: (Constant), NPF, SWBI, Nisbah Bagi Hasil, Simpanan

b. Dependent Variable: Pembiayaan

Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 9.503E8 4.329E8 2.195 .032

Simpanan .115 .103 .224 1.110 .272

SWBI .138 .689 .031 .201 .842

Nisbah Bagi Hasil 4.659 1.671 .441 2.789 .007

NPF .293 1.537 .021 .191 .850

a. Dependent Variable: Pembiayaan

Page 84: BA B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang

84

Regression

Variables Entered/Removed

Model Variables Entered

Variables Removed Method

1 LNnpf, LNnbh, LNswbi, LNsimp

a

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .719a .517 .503 1.33645

a. Predictors: (Constant), LNnpf, LNnbh, LNswbi, LNsimp

ANOVA

b

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 35.880 4 8.970 5.022 .002a

Residual 98.235 55 1.786

Total 134.116 59

a. Predictors: (Constant), LNnpf, LNnbh, LNswbi, LNsimp

b. Dependent Variable: LNbiaya

Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) 2.734 5.581 .490 .006

LNsimp .674 .384 .509 3.753 .008

LNswbi .263 .251 .194 3.046 .013

LNnbh .127 .160 .195 2.789 .019

LNnpf .026 .251 .013 2.104 .024

a. Dependent Variable: LNbiaya