Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BA B 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi
utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa
pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan
yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi
umat islam sejak zaman Rasulullah saw. Praktik-praktik seperti menerima titipan
harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis,
serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah.
Dengan demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern, yaitu menerima
deposit, menyalurkan dana, melakukan transfer dana telah menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari kehidupan umat islam, bahkan sejak zaman Rasulullah
(Assriwijaya, 2007).
Keberadaan bank syariah dalam sistem perbankan Indonesia berawal dari
hasil lokakarya yang membahas tentang bunga bank dan perbankan di Cisarua
Bogor tanggal 19-22 Agustus 1990. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih
mendalam pada musyawarah nasional (Munas) IV MUI dibentuk kelompok kerja
untuk mendirikan bank syariah di Indonesia.
Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi
gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat
tinggi belakangan ini yang disebabkan oleh inflasi, perbankan
syariah terbebas dari negative spread, karena perbankan islam tidak
berbasis pada bunga uang. Konsep islam menjaga keseimbangan
antara sektor riil dengan sektor moneter, sehingga pertumbuhan
2
pembiayaannya tidak akan lepas dari pertumbuhan sektor riil yang
dibiayainya. Pada saat perekonomian dunia lesu, maka yield yang
diterima oleh perbankan islam menurun, dan pada gilirannya return
yang dibagi hasilkan kepada para penabung juga turun. Sebaliknya,
pada saat perekonomian booming, maka return yang dibagi
hasilkan akan booming pula. Atau dengan kata lain, kinerja
perbankan islam ditentukan oleh kinerja sektor riil, dan bukan
sebaliknya. Bahkan dalam pandangan islam, uang hanyalah sebagai
alat tukar dan bukan merupakan barang dan komoditas. Islam tidak
mengenal time value of money, tetapi islam mengenal economic
value of time. Jadi dengan kata lain , yang berharga menurut
pandangan islam adalah waktu itu sendiri (Arifin, 2001) dalam
Nizar Suwardi (2009).
Bunga atau riba adalah penambahan, perkembangan,
peningkatan dan pembesaran yang diterima pemberi pinjaman dari
peminjam dari jumlah pinjaman pokok sebagai imbalan karena
menangguhkan atau berpisah dari sebagian modalnya selama
periode waktu tertentu. Secara umum riba adalah pengambilan
tambahan yang harus dibayarkan, baik dalam transaksi jual beli
maupun pinjam meminjam yang bertentangan dengan prinsip
syariah (Sudarsono, 2004)dalam Nizar Suwardi (2009).
Konsep mengenai bunga adalah sangat berlawanan dengan konsep yang
ada pada sistem perbankan syariah yang mana perbankan syariah menekankan
pada profit sharing, dengan pengertian bahwa simpanan yang ditabung atau di
depositokan pada bank syariah nantinya akan digunakan untuk pembiayaan ke
sektor riil oleh bank syariah, kemudian hasil atau keuntungan yang didapat akan
di bagi menurut nisbah yang disepakati bersama. Konsekuensi dari sistem
mudharabah adalah adanya untung rugi, jika keuntungan yang didapat besar maka
bagi hasil yang didapat juga besar, tetapi jika merugi maka keduanya menanggung
risiko atas usaha tersebut (Assriwijaya, 2007).
Pada saat menjalankan usahanya bank merupakan pihak yang akan
melakukan pembiayaan dengan menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya dalam berbagai alternatif investasi. Pembiayaan yang di berikan
3
merupakan hal yang sangat positif bagi para kreditor, dimana dapat membantu
dalam menjalankan usahanya. Namun dalam sistem bank konvensional, kreditor
memiliki permasalahan pada penetapan tingkat suku bunga bank. Kehadiran bank
syariah di tengah-tengah masyarakat, menjadi sebuah solusi yang sangat dirasakan
oleh masyarakat guna memenuhi kebutuhan dana untuk membiayai usahanya, hal
ini karena bank syariah merupakan suatu lembaga keuangan syariah yang
berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan berpegang teguh pada
prinsip-prinsip syariah dalam menjalankan fungsi sebagai sarana penyimpanan
dana dan penyaluran dana (pembiayaan).
Pada bank syariah penyaluran dana lebih akrab disebut dengan
pembiayaan, sedangkan pada bank konvensional sering disebut kredit. Menurut
Antonio (2001:160) dalam Nizar Suwardi (2009), pembiayaan adalah salah satu
tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit, sedangkan menurut
Muhammad (2005:53) dalam Nizar Suwardi (2009), pembiayaan merupakan
suatu fasilitas yang diberikan bank syariah kepada masyarakat yang membutuhkan
untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh bank syariah dari
masyarakat yang surplus dana.
Menurut Arifin (2001:53) dalam Nizar Suwardi (2009), portofolio
pembiayaan pada bank komersial menempati porsi terbesar, pada umumnya
sekitar 55 – 60 % dari total aktiva. Tingkat penghasilan dari pembiayaan
merupakan tingkat penghasilan tertinggi bank. Sesuai dengan karakteristik sumber
4
dananya, pada umumnya bank komersial memberikan pembiayaan berjangka
pendek dan menengah, meskipun beberapa jenis pembiayaan dapat diberikan
dengan jangka waktu yang lebih panjang. Tingkat penghasilan dari setiap jenis
pembiayaan juga bervariasi, tergantung pada prinsip pembiayaan yang digunakan
dan sektor usaha yang dibiayai.
Pembiayaan merupakan fungsi penggunaan dana terpenting bagi bank
komersial, dalam hal ini adalah khususnya bank syariah (Arifin, (2001:53)
dalam Nizar suwardi (2009) Oleh karena itu, bank seharusnya memperhatikan
berbagai faktor dan aspek apa saja yang harus dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan terhadap masalah pembiayaan atau penyaluran dana pada
masyarakat.
Menurut Wibowo (2008:101) dalam Siswati (2009) , informasi yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan adalah berupa informasi
akuntansi dan non akuntansi. Informasi akuntansi dapat diperoleh melalui laporan
keuangan bank baik berupa rasio keuangan, rasio keuangan tersebut seperti rasio
profitabilitasnya, rasio pembiayaan bermasalah dan rasio-rasio lainnya. Rasio-
rasio tersebut juga dapat dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan akan
penyaluran dana. Rasio yang sangat terkait erat dengan kegiatan pembiayaan
adalah rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Finance (NPF),
dimana setiap kenaikan pembiayaan yang bermasalah akan menurunkan jumlah
dana yang disalurkan.
Informasi lain yang diperoleh dari laporan keuangan adalah berupa sumber
dana bank. Menurut Dendawijaya (2005:49) dalam Siswati (2009), sumber dana
5
dari pihak ketiga atau dana pihak ketiga (DPK) atau simpanan yang dihimpun
merupakan dana yang terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai
80 - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank). Setiap kenaikan dana pihak
ketiga dapat pula meningkatkan jumlah dana yang disalurkan kepada masyarakat.
Sumber dana yang lain berasal dari kebijakan Bank Indonesia yaitu berupa bonus
atas penempatan dana bank. Menurut Arifin (2001:145) dalam Siswati (2009),
penempatan aktiva dalam bentuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang
termasuk dalam banking book yang ditetapkan resiko sebesar 0% (zero risk),
dimana bonus tersebut dapat dijadikan sumber dana bank untuk meningkatkan
kegiatan penyaluran dana kepada masyarkat.
Menurut Siregar (2005), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pembiayaan yaitu dana pihak ketiga (DPK), bonus Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia (SWBI), dan pembiayaan bermasalah atau non performing financing
(NPF). Dimana dana pihak ketiga merupakan sumber dana bank yang diperoleh
dari masyarakat yang berbentuk giro, tabungan, dan deposito, sedangkan bonus
SWBI adalah sumber dana bank yang diperoleh dari Bank Indonesia atas
penitipan dana wadiah atas kelebihan likuiditas bank yang bersangkutan.
Pembiayaan bermasalah atau NPF merupakan rasio perbandingan pembiayaan
yang bermasalah dengan total penyaluran dana yang disalurkan kepada
masyarakat.
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang
diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan
prinsip wadiah. Sementara itu yang dimaksud dengan wadiah yaitu perjanjian
6
penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak penerima titipan yang dipercaya
untuk menjaga dana tersebut. SWBI merupakan instrument kebijakan moneter
yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan kelebihan likuiditas pada bank yang
beroperasi dengan prinsip syariah. SWBI mempunyai beberapa karakteristik
sebagai berikut yakni; (1). Merupakan tanda bukti penitipan dana berjangka
pendek (2). Diterbitkan oleh Bank Indonesia (3). Merupakan instrument kebijakan
moneter dan sarana penitipan dana sementara (4). Ada bonus atas transaksi
penitipan dana.
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia merupakan piranti pengendalian uang
beredar sesuai dengan prinsip syariah agar pelaksanaan operasi pasar terbuka
berdasarkan prinsip syariah dapat berjalan dengan baik (Sudarsono, 2004:) dalam
Siswati (2009). SWBI dapat dijadikan sarana penitipan dana jangka pendek bagi
bank yang mengalami kelebihan likuiditas. Maka dari itu apabila terjadi kenaikan
bonus SWBI bank yang mengalami kalebihan likuditas akan membeli SWBI
sehingga dapat terselamatkan dari likuidasi dan terus bisa menjalankan fungsinya
dalam memberikan pembiayaan.
Nisbah merupakan ratio atau porsi bagi hasil yang akan diterima oleh tiap-
tiap pihak yang melakukan akad kerja sama usaha, yaitu pemilik dana dan
pengelola dana yang tertuang dalam akad atau perjanjian dan telah ditanda
tangani pada awal sebelum dilaksanakan kerja sama usaha. (Karim, 2004:62)
dalam Nizar Suwardi (2009).
Motivasi peneliti dalam penelitian ini adalah untuk menguji kembali
seberapa besar Simpanan, SWBI, Nisbah Bagi Hasil dan NPF mempengaruhi
7
Pembiayaan pada Bank Umum Syariah, sebagaimana yang telah dipaparkan
dalam penelitian sebelumnya bahwa Simpanan, SWBI, Nisbah Bagi Hasil dan
NPF berpengaruh terhadap Pembiayaan.
Harapan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
baik secara individu maupun secara bersama-sama variabel independen terhadap
variabel dependen, yaitu pengaruh dana pihak ketiga (DPK), non peforming
finance (NPF), nisbah bagi hasil dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang
signifikan terhadap penyaluran dana pada bank syariah di Indonesia baik secara
parsial maupun simultan.
1.2 Perumusan Masalah
Seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang, maka dapat
dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah Simpanan (DPK), non performing finance (NPF), nisbah bagi hasil
dan SWBI berpengaruh secara simultan terhadap Pembiayaan pada Bank
Umum Syariah di Indonesia?
2. Apakah Simpanan (DPK), Non Performing Finance (NPF), nisbah bagi hasil
dan SWBI berpengaruh secara parsial terhadap pembiayaan pada Bank
Umum Syariah di Indonesia?
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah :
8
1. Untuk menguji secara empiris pengaruh Simpanan (DPK), non performing
finance (NPF), Nisbah Bagi Hasil dan SWBI berpengaruh secara simultan
terhadap Pembiayaan pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
2. Untuk menguji secara empiris pengaruh Simpanan (DPK), Non
Performing Finance (NPF), Nisbah Bagi Hasil dan SWBI berpengaruh
secara parsial terhadap pembiayaan pada Bank Umum Syariah di
Indonesia.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Secara akademis untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai
kebulatan Strata (S1) pada fakultas Ekonomi Universitas Mataram
2. Bagi mahasiswa, dapat menerapkan dan menambah pengalaman ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh selama pendidikan di Perguruan Tinggi.
3. Bagi Lembaga Keuangan Syariah, sebagai masukan bagi pihak bank
syariah untuk mengambil langkah-langkah atau kebijakan dalam
pengelolaan usahanya dan dapat memberi informasi tentang pemberian
pembiayaan.
4. Bagi dunia ilmu pengetahuan
a. Dapat menambah wawasan yang luas terhadap pemberian pembiayaan
pada lembaga keuangan bank syariah.
b. Memberi informasi sekaligus pengetahuan kepada masyarakat yang
menghadapi masalah dalam pembiayaan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Hendaruwati (2005), meneliti tentang analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pembiayaan pada Bank Syariah, dengan studi kasus Bank Mandiri
Syariah. Hasil uji simultan (F) menghasilkan bahwa variabel Dana Pihak ketiga
(DPK), Not Performance Financing (NPF) dan Nisbah Bagi Hasil memberikan
pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel dependen yaitu
Pembiayaan. Sedangkan uji parsial (t) hanya variabel Dana Pihak ketiga (DPK)
dan Not Performance Financing (NPF), yang berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap variabel dependen yaitu pembiayaan tetapi variabel bagi hasil
tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap pembiayaan. Hasil koefisien
korelasi parsial didapatkan bahwa Dana Pihak ketiga (DPK) mempunyai pengaruh
yang paling kuat di antara variabel yang lain. Dari hasil Determinasi mendapatkan
nilai Determinasi 0,948 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel
independen yang dimasukkan dalam model regresi yaitu DPK, NPF dan Bagi
hasil dapat menjelaskan bahwa variabel-variabel tersebut dapat mempengaruhi
pembiayaan sebesar 94,8 % sedangkan sisanya 5,2 % dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak diteliti.
10
Menurut Purnama (2008) dalam Nizar Suwardi (2009) semakin banyak
jumlah giro (wadiah), tabungan (mudharabah) dan deposito(mudharabah) yang
berhasil dihimpun, maka semakin besar pula kredit yang diberikan oleh PT. Bank
Rakyat Indonesia (persero).Tbk.
Siswati (2009), hasil penelitannya menyimpulkan bahwa DPK, NPF, dan
Bonus SWBI berpengaruh secara simultan terhadap penyaluran dana yang
dilakukan oleh Bank Syariah Mega Indonesia sebesar 99,2% dan sisanya 0,8%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini. Secara
parsial DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran dana Bank
Syariah Mega Indonesia sebesar 98,65%, sedangkan NPF dan Bonus SWBI tidak
signifikan berpengaruh secara parsial terhadap penyaluran dana yang dilakukan
oleh Bank Syariah Mega Indonesia.
Siregar (2005), hasil penelitiannya menyatakan bahwa, dengan
menggunakan analisis regresi menunjukkan bahwa variabel bonus SWBI
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pembiayaan. Hal ini berarti
bahwa bila bonus SWBI naik maka bank syariah tidak membeli SWBI, tetapi
tetap menyalurkan dana ke masyarakat. Sementara kenaikan DPK akan
menyebabkan naiknya penyaluran dana bank syari’ah dan sebaliknya penyaluran
dana akan turun bila jumlah DPK turun. Variabel NPF ditemukan berpengaruh
negatif dan sigifikan terhadap penyaluran dana, artinya kenaikan NPF akan
menyebabkan penurunan penyaluran dana dan sebaliknya penurunan NPF akan
menyebabkan kenaikan penyaluran dana bank syariah.
11
Yosi (2009), Hasil penelitiannya menyatakan bahwa dengan
menggunakan analisis regresi berganda, penelitiannya menunjukkan bahwa
variabel DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran dana.
Artinya, kenaikan DPK akan menyebabkan naiknya penyaluran dana bank
syariah. Sementara variabel bonus SWBI berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan namun pengaruh tersebut negatif. Artinya, bila bonus SWBI turun
maka bank syariah tidak membeli SWBI tetapi tetap menyalurkan dananya ke
masyarakat. Variabel NPF ditemukan tidak berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan bank syariah.
2.2 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
Dari beberapa penelitian terdahulu, penelitian ini lebih mengacu kepada
penelitian yang dilakukan oleh Megaputra, Anggoro Yosi (2009), meneliti tentang
” Pengaruh Non Performing Financing, Dana Pihak Ketiga dan Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia terhadap Pembiayaan Bank Syariah Di Indonesia. Adapun
persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang di
lakukan oleh Megaputra ( 2005), antara lain:
Persamaan penelitian ini sebagai berikut:
1. Menggunakan Variabel SWBI
2. Menggunakan Perbankan syariah sebagai sampel.
Adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:
1. Penelitian terdahulu menggunakan data periode 2003 - 2007 sedangkan
penelitian sekarang menggunakan data periode 2005- 2009.
12
2. Penelitian terdahulu menggunakan variabel NPF dan simpanan sebagai
salah satu variabel independen sedangkan penelitian sekarang menggunakan
Nisbah Bagi Hasil sebagai salah satu variabel independen, karena Nisbah
Bagi Hasil merupakan salah satu sumber dana bank.
2.3 Tinjauan Teoritis
2.3.1 Pengertian Bank Syariah
Bank Syariah adalah Bank umum yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (UU No. 10 tahun
1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan).
Bank syariah pada awalnya dikembangkan sebagai suatu respon
dari kelompok ekonom dan praktisi perbankan muslim yang
berupaya mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang
menginginkan agar tersedia jasa transaksi keuangan yang
dilaksanakan sejalan dengan moral dan prinsip-prinsip syariah
Islam, utamanya adalan berkaitan dengan pelarangan praktik riba,
kegiatan maisir (spekulasi), dan gharar (ketidakjelasan)
(Assriwijaya, 2007).
Bank syariah di Indonesia pertama kali dibentuk atas hasil
pembahasan Musyawarah Nasional (Munas) IV Majelis Ulama
Indonesia (MUI) yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya, Jakarta,
22-25 Agustus 1990. Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil
kerja tim Perbankan MUI yang disertai dengan Akte pendirian PT
Bank Muamalat Indonesia yang ditandatangani pada tanggal 1
Nopember 1991. Kemudian diikuti dengan kemunculan Undang-
Undang (UU) No.7 tahun 1992 tentang perbankan, dimana
perbankan bagi hasil diakomodasi. Pada tahun 1998 muncul UU
No.10 tahun 1998 tentang perubahan UU No.7 tahun 1992 tentang
perbankan yang mengalami beberapa perubahan yang memberikan
peluang yang lebih besar bagi pengembangan perbankan syariah.
Antonio (2001:229) dalam Nizar Suwardi (2009),
mengemukakan bahwa “pengembangan jaringan perbankan
syariah, terutama ditunjukan untuk menyediakan akses yang lebih
luas kepada masyarakat dalam mendapatkan pelayanan jasa bank
syariah. Selain itu dengan semakin berkembangnya jaringan bank
syariah akan mendukung pembentukan pasar uang antar bank yang
13
sangat penting dalam mekanisme operasional perbankan syariah
sehingga dapat berkembang secara sehat.
Sudarsono (2003:35) dalam Nizar Suwardi (2009), Bank
umum konvensional yang akan membuka kantor cabang syariah
wajib melaksanakan :
a. Pembentukan Unit Usaha Syariah (UUS).
b. Memiliki Dewan Pengawas Syariah yang ditempatkan oleh
Dewan Syariah Nasional (DSN).
c. Menyediakan modal kerja yang disisihkan oleh Bank dalam
suatu rekening tersendiri atas nama UUS yang dapat digunakan
untuk membayar biaya kantor dan lain-lain yang berkaitan
dengan kegiatan operasional maupun non operasional Kantor
Cabang Syariah (KCS).
Menurut Sudarsono (2003:33) dalam Nizar Suwardi (2009)
pengembangan Perbankan syariah mempunyai tujuan antara lain:
1. Memenuhi kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang
tidak dapat menerima konsep bunga.
2. Membuka peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha
berdasarkan prinsip kemitraan
3. Memenuhi kebutuhan akan produk dan jasa perbankan yang
memiliki beberapa keunggulan komparatif berupa peniadaan
pembebanan bunga yang berkesinambungan.
4. Membatasi kegiatan spekulasi yang tidak produktif tetapi
ditunjukkan kepada usaha-usaha yang lebih memperhatikan
unsur moral.
Sebagaimana layaknya suatu bank konvensional, bank
syariah juga melaksanakan kegiatan penghimpunan dan penyaluran
dana (pembiayaan). Salah satu perbedaanya, bank syariah wajib
membuat akad untuk setiap transaksinya, sesuai dengan ketentuan
dalam peraturan bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 tentang
Akad penghimpunan dan penyaluran dana (pembiayaan) bagi bank
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
(Assriwijaya, 2007).
2.3.2 Kegiatan usaha bank syariah
Sudarsono (2003: 61) dalam Nizar Suwardi (2009), menyatakan
bahwa“ Selain mengumpulkan dana bank syariah juga berfungsi sebagai
penyaluran dana sesuai dengan akad yang dijalankan antara lain:
14
1. Mudharabah, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil.
Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara
dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan
seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
Keuntungan usaha mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si
pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan
atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab
atas kerugian tersebut.
2. Musyarakah, pembiayaan berdasarkan prinsip usaha patungan.
Yang termasuk dalam golongan musyarakah adalah bentuk
usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara
bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud. Semua modal disatukan
untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-
sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan
kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik
modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah tidak
booleh melakukan tindakan, seperti:
- menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.
- menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin
pemilik modal lainnya.
- setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaannya atau
digantikan oleh pihak lain.
- setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila;
menarik diri dari perserikatan, meninggal dunia dan menjadi
tidak cakap hukum.
- biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu
proyek harus diketahui bersama, keuntungan dibagi sesuai
dengan porsi kontribusi modal.
- proyek yang dijalankan harus disebutkan dalam akad.
3. Murabahah, jual beli barang dengan memperoleh keuntungan.
Murabahah adalah jual-beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan
nasabah. Dalam murabaha, penjual menyebutkan harga pembelian
barang kepada pembeli, kemudian mensyaratkan atas laba dalam
jumlah tertentu. Pada perjanjian murabahah, bank membiayai
pembelian barang itu dari pemasok, dan kemudian menjualnya
kepada nasabah dengan harga yang ditambahkan keuntungan atau
mark-up. Dengan keata lain, penjualan barang kepada nasabah
dilakukan atas dasar cost-plus profit.
4. Ijarah, pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa.
15
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang itu sendiri. Ijarah berarti lease contract
dimana suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan peralatan
kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang
sudah ditentukan secara pasti sebelumnya (Assriwijaya, 2007).
2.3.3 Prinsip syariah
Adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak
lain untuk penyimpanan dana dan, atau pembiayaan kegiatan usaha,atau kegiatan
lainnya yang sesuai dengan syariah (Assriwijaya, 2007).
Bank syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut (Assriwijaya,
2007):
1. Prinsip Keadilan
Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil
dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara bank
dan nasabah.
2. Prinsip Kemitraan
Bank syariah menempatkan nasabah penyimpanan dana,
nasabah pengguna dana, maupun bank pada kedudukan yang sama
dan sederajat dengan mitra usaha. Hal ini tercermin dalam hak,
kewajiban, resiko dan keuntungan yang berimbang di antara
nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana maupun bank.
Dalam hal ini bank berfungsi sebagai Intermediary Institution lewat
skim-skim pembiayaan yang dimiliknya.
3. Prinsip Keterbukaan
16
Melalui laporan keuangan bank yang terbuka secara
berkesinambungan, nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan dana dan
kualitas manajemen bank..
4. Universalitas
Bank dalam mendukung operasionalnya tidak membeda-bedakan
suku, agama, ras dan golongan agama dalam masyarakat dengan prinsip
islam sebagai rahmatan lil’alamiin.
Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit (Pembiayaan) dan jasa-jasa
lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi
disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan
selalu berkaitan dengan masalah uang sebagai dagangan utamanya (Sudarsono,
2004) dalam Nizar Suwardi (2009).
2.3.4 Produk Bank Syariah
Jenis produk dan fungsi syariah yang tersedia menurut
Sudarsono (2004, 56):
a. Fungsi Pengumpulan (funding) Dana
a. Giro Wadiah adalah titipan dana dari nasabah, seperti
rekening giro pada bank konvensional.
b. Tabungan Mudharabah adalah dana simpanan dari nasabah,
seperti tabungan biasa pada bank konvensional.
c. Deposito investasi Mudharabah Seperti Deposito pada bank
konvensional.
d. Tabungan haji Mudharabah, Tabungan Qurban, Tabungan
Walimah.
b. Fungsi Penyaluran Dana
Selain mengumpulkan dana bank syariah juga berfungsi
sebagai penyaluran dana sesuai dengan akad yang dijalankan
antara lain:
a. Mudharabah yaitu akad kerja sama dua orang atau lebih,
dimana satu pihak menyediakan modal secara penuh dan
17
pihak lain menjalankan usaha dengan pembagian bagi hasil
sesuai kesepakatan bersama.
b. Bai’Al-Murabahah, yaitu jual beli barang pada harga asal
ditambah dengan keuntungan yang disepakati.
c. Al-qard merupakan pembiayaan sosial yang bertujuan untuk
tolong-menolong yang dananya berasal dari penyisihan
modal bank syariah.
d. Bai’Al-istishna’ merupakan penyediaan dari pihak bank
untuk mensuborderkan barang kepada produsen yang ahli
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan calon
pembeli.
e. Musyarakah, yaitu akad kerja sama antara bank dengan pihak
lain dalam suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
menyertakan modal atau amal dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan kerugian akan ditanggung bersama.
c. Jasa-Jasa Lainnya
a. Jasa penerbitan L/C, Jasa transfer, Jasa Inkaso dan bank
Garansi.
b. Menerima Zakat, shadakoh dan infak untuk disalurkan.
2.3.5 Pembiayaan
Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, pembiayaan pada
perbankan syariah didefinisikan sebagai pembiayaan yang berdasarkan prinsip
syariah dalam bentuk kegiatan penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
adanya imbalan atau bagi hasil.
Pendefinisian pembiayaan menurut Antonio (2001:160) dalam Nizar
Suwardi (2009) “Pembiayaan yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk
memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang membutuhkan modal”. Antonio
18
(2001:160) dalam Nizar Suwardi (2009) juga menyatakan bahwa: “Pembiayaan
didominasi oleh pembiayaan berprinsip jual beli yaitu pembiayaan yang
cenderung digunakan oleh nasabah untuk tujuan konsumtif, walaupun tidak
menutup kemungkinan untuk tujuan usaha produktif.
Jadi berdasarkan ketiga teori diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
pembiayaan adalah penyediaan dana, uang atau tagihan untuk memenuhi
kebutuhan pihak yang membutuhkan modal untuk tujuan usaha produktif dengan
melakukan perjanjian atau kesepakatan terlebih dahulu antara penyedia dana dan
pengguna dana yang wajib melunasi pinjaman tersebut setelah jangka waktu
tertentu.
Menurut Assriwijaya (2007) sifat penggunaan pembiayaan dapat dibagi
menjadi dua hal berikut:
a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun
investasi.
b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan
untuk memenuhi kebutuhan.
2.3.6 Teknik Penilaian (analisis) Terhadap Permohonan Pembiayaan
Tujuan penilaian terhadap permohonan terhadap pembiayaan adalah
menilai seberapa besar kemampuan dan kesediaan calon debitur mengembalikan
pinjaman yang mereka pinjam sesuai dengan isi perjanjian pembiayaan.
Berdasarkan penelitian ini, Bank dapat memperkirakan tinggi rendahnya resiko
yang akan ditanggung, bila mereka meluluskan pembiayaan yang diminta. Dalam
melakukan evaluasi permintaan pembiayaan, seorang analis pembiayaan akan
19
meneliti berbagai macam faktor yang diperkirakan akan mempengaruhi
kemampuan dan kesedian calon debitur memenuhi kewajiban mereka terhadap
pihak bank. Bank syariah dalam kabijakan penyaluran pembiayaan harus benar-
benar memperhatikan keamanan dan keselamatan pembiayaan itu., karena
penyaluran pembiayaan lebih mudah daripada penarikan kembali pembiayaan
tersebut. Analisa pembiayaan dapat dilakukan dengan berbagai metode sesuai
dengan kebijakan bank. Menurut Zulkifli (2003:144) dalam Nizar Suwardi (2009),
dalam beberapa kasus sering digunakan metode analisa 5C yang meliputi:
1. Karakter (Character)
2. Kapasitas atau Kemampuan (Capacity)
3. Modal (Capital)
4. Kondisi (Condition)
5. Jaminan (Collateral)
2.3.7 Nisbah Bagi Hasil yang diterima Bank.
Menurut Karim (2006:285) dalam Nizar Suwardi (2009) nisbah
merupakan ratio atau porsi bagi hasil yang akan diterima oleh tiap-tiap pihak yang
melakukan akad kerja sama usaha. Nisbah keuntungan harus dinyatakan dalam
bentuk prosentase antara kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam nominal Rp
tertentu, nisbah keuntungan itu misalnya adalah 50:50, 70:30, atau 60:40. Jadi
nisbah keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan.
Bank syariah menerapakan Nisbah bagi hasil terhadap
produk-produk pembiayaan yang berbasis NUC (Natural
Uncertainty contract), yakni akad bisnis yang tidak memberikan
kepastian pendapatan baik dari segi jumlah maupun waktu, seperti
mudharabah dan musyarakah. Penetapan nisbah bagi hasil
pembiayaan ditentukan dengan mempertimbangkan referensi
tingkat (marjin) keuntungan dan perkiraan tingkat keuntungan
bisnis atau proyek yang dibiayai (Karim 2006:286)dalam Nizar
Suwardi (2009) .
20
Penetapan nisbah bagi hasil pembiayaan ditentukan dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1. Referensi tingkat (marjin) keuntungan
Referensi tingkat (marjin) keuntungan adalah refernsi tingkat
(marjin) keuntungan yang ditetapkan oleh rapat ALCO.
2. Perkiraan tingkat keuntungan bisnis yang dibiayai
Perkiraan tingkat keuntungan bisnis / proyek yang dibiayai
dihitung dengan mempertimbangkan sebagai berikut:
a. Perkiraan penjualan
b. Lama Cash to cash cyle:
c. Perkiraan Biaya- biaya langsung
d. Perkiraan biaya- biaya tidak langsung
e. Delayed factor
2.3.8 Dana Pihak Ketiga (Simpanan)
Pengambilan keputusan penyaluran dana memperhatikan faktor-faktor
informasi internal maupun eksternal bank. Menurut Wibowo (2008:93) dalam
Siswati (2009) informasi internal yang berhubungan dengan penyaluran dana
yang dilakukan salah satunya ádalah besarnya dana pihak ketiga (DPK). Bank
syariah merupakan penghimpun dana pihak yang surplus dana, yaitu pihak yang
mempercayakan uangnya kepada bank untuk disimpan dan dikelola secara hukum
syariah. Sumber-sumber dana bank adalah usa bank dalam rangka membiayai
kegiatan operasinya (Kasmir 2003:35) dalam Siswati (2009). Dana yang dihimpun
tersebut terdiri dari dana pihak pertama (pemodal dan pemegang saham), dana
pihak kedua (dana dari bank dan bukan bank), atau dana dari Bank Indonesia, dan
dana dari pihak ketiga yaitu nasabah (Wibowo 2007:15) dalam Siswati (2009).
Dana pihak ketiga merupakan dana yang dititipkan pada bank. Pada
umumnya motivasi utama orang menitipkan dana pada bank adalah keamanan
dana mereka dan memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya
sewaktu-waktu. (Arifin 2001 :50)dalam Siswati (2009).
21
Menurut Arifin (2001: 41-42) dalam Siswati (2009), yang termasuk dalam
dana pihak ketiga yaitu giro, tabungan dan deposito. Ketiga macam dana pihak
ketiga tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Giro, giro yang pada bank syariah disebut giro wadiah
umumnya tetap sama dengan giro bank konvensional, dimana
bank tidak membayar apapun kepada pemegangnya, bahkan
tidak mengenakan biaya layanan. Dana giro ini boleh dipakai
bank syariah dalam operasi bagi hasil . pembayaran kembali
nilai nominal giro dijamin sepenuhnya oleh bank dan dilihat
sebagai pinjaman depositor kepada bank. Beberapa ulama
memandang giro sebagai kepercayaan, dimana dana diterima
bank sebagai simpanan untuk keamanan (wadi’ah yad al
dhamanah).
2. Tabungan, tabungan di bank konvensional berbeda dari giro
dimana ada beberapa restriksi seperti berapa dan dan kapan
dapat ditarik. Tabungan biasanya memperoleh hasil pasti (fixed
return). Pada bank bebas bunga, tabungan juga mempunyai sifat
yang sama, kecuali bahwa penabung tidak memperoleh hasil
yang pasti. Menurut para ulama, penabung boleh menerima hasil
yang berfluktuasi sesuai dengan hasil yang diperoleh bank, dan
setuju untuk berbagi resiko dengan bank.
3. Deposito, deposito pada bank konvensional menerima jaminan
pembayaran kembali atas simpanan pokok da hasil (bunga) yang
telah ditetapkan sebelumnya. Pada bank dengan sistem bebas
bunga, deposito diganti dengan simpanan yang memperoleh
bagian dari laba/rugi bank. Oleh karena itu, bank syariah
menyebutnya rekening investasi atau simpanan investasi.
2.3.9 Non Performing Financing (NPF)
Adapun informasi internal lain yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan penyaluran dana menurut Wibowo (2007 :93) dalam Siswati (2009)
adalah informasi non performing finance atau rasio pembayaran dengan total
pembiayaan. Besarnya pembiayaan bermasalah atau bahkan macet akan
mempengaruhi keputusan bank dalam masalah penyaluran dana.
22
Penilaian aspek kualitas aset merupakan penilaian terhadap kondisi aset
bank dan kecukupann manajemen risiko kredit. Aspek ini menunjukkan kualitas
aset sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit
dan investasi dana bank pada portafolio yang berbeda. Setiap penanaman dana
bank dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan tingkat
kolektabilitasnya, yaitu apakah lancar, dalam perhatian khusus, kurang lamcar,
diragukan atau macet. Penilaian aspek koalitas aset ditunjukkan dengan rasio-
rasio non performing financing (NPF) yaitu perbandingan pembiayaan yang
bermasalah (kolektifitasnya kurang lancar, diragukan dan macet) dengan total
pembiayaan. Pembiayaan pada bank syariah rawan terhadap risiko yang tidak
hanya dapat merugikan bank tetapi juga berakibat kepada masyarakat penyimpan
dan pengguna dana.
Pembiayaan yang bermasalah (non performing finance) bank syariah
dikarenakan kesulitan-kesulitan keuangan (Arifin, 2001:222 ) dalam Siswati
(2009). Penyebab kesulitan keuangan preusan nasabah dibagi dalam dua faktor
yaitu faktor internal dan factor eksternal. Faktor internal yaitu factor yang berasal
dari dalam perusahaan itu sendiri. Faktor yang paling dominan, nasabah
mengalami kesulitan keuangan yang menyebabkan terjadinya non performing
finance yaitu faktor manajerial. Segí faktor manajerial dapat dilihat beberapa hal
seperti kelemahan dalam kebijakan pembelian dan penjualan, lemahnya
pengawasan biaya dan dan pengeluaran, kebijakan piutang yang kurang tepat,
penempatan yang berlebihan pada aktiva tetap, permodalan yang tidak cukup.
Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berada diluir kekuasaan
23
manajemen perusahaan. Timbulnya non performing finance pada bank syariah
karena faktir eksternal seperti bencana alam, peperangan, perubahan dalam
kondisi perekonomian dan perdagangan, perubahan-perubahan teknologi dan lain-
lain. (Arifin 2001:222) dalam Siswati (2009).
2.3.10 Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
2.3.10.1 Pengertian dan Karakteristik SWBI
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang
diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan
prinsip wadiah. Sementara itu yang dimaksud dengan wadiah yaitu perjanjian
penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak penerima titipan yang dipercaya
untuk menjaga dana tersebut itu (Sudarsono, 2004 :39) dalam Siswati (2009).
Pengaturan mengenai Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) di atur
dalam Peraturan Bank Indonesia No. 2/9/PBI/2000 tanggal 23 Februari 2000 jo.
No. 6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang Perubahan atas PBI No.
2/9/PBI/2000 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia. Berdasarkan peraturan
tersebut yang dimaksud dengan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia adalah
sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka
pendek dengan prinsip wadiah (pasal 1 ayaT 4). Sementara itu yang dimaksud
dengan wadiah yaitu perjanjian penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak
penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut (pasal 1ayat 5).
Selain itu Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia juga mengeluarkan
fatwa yang menguatkan SWBI, yaitu Fatwa DSN No. 36/DSN MUI /X/2002 yang
24
dikeluarkan tanggal 23 oktober 2002 M atau Sya’ban 1423 Hijriyah. SWBI
merupakan instrument kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi
kesulitan kelebihan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah.
SWBI mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut:
a. Merupakan tanda bukti penitipan dana berjangka pendek,
b. Diterbitkan oleh Bank Indonesia
c. Merupakan instrument kebijakan moneter dan sarana penitipan
dana sementara;
d. Ada bonus atas transaksi penitipan dana.
2.3.10.2 Persyaratan SWBI menurut Fatwa DSN-MUI
Di dalam Fatwa DSN MUI No. 36/ DSN-MUI/X/2002 ditetapkan antara
lain sebagai berikut :
a. Bank Indonesia selaku bank sentral boleh menerbitkan
instrument moneter berdasarkan prinsip syariah yang dinamakan
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yang dapat
dimanfaatkan oleh bank syari’at untuk mengatasi kelebihan
likuiditasnya;
b. Akad yang digunakan untuk instrument SWBI adalah akad
wadi’ah sebagaimana diatur dalam Fatwa DSN No. 01/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Tabungan;
c. Dalam SWBI tidak boleh ada imbalan yang diisyaratkan, kecuali
dalam bentuk pemberian (athayah) yang bersifat sukarela dari
pihak Bank Indonesia;
d. SWBI tidak boleh diperjualbelikan.
2.3.11 Kerangka Konseptual Dan Perumusan Hipótesis
2.3.11.1 Kerangka Konseptual
Simpanan atau Dana Pihak Ketiga, Non Performing Finance berpengaruh
terhadap pembiayaan karena semakin banyaknya nasabah melakukan simpanan
maka semakin meningkat pula pembiayaan yang bisa dilakukan oleh bank syariah.
Begitu pula dengan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Semakin tinggi
25
kenaikan bonus SWBI maka semakin banyak pula dana yang bisa disalurkan oleh
bank syariah (Siswati.2009).
Bonus SWBI berpengaruh negatif terhadap pembiayaan, artinya, bila
bonus SWBI turun maka bank syariah tidak membeli SWBI tetapi tetap
menyalurkan dananya ke masyarakat (Yosi 2009) dalam Siswati (2009).
Berdasarkan, latar belakang, tinjauan teoritis dan penelitian sebelumnya
maka dapat digambarkan model penelitian sebagai berikut:
GAMBAR 1
Model Penelitian
Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis didasarkan pada penelitian terdahulu dan tinjauan
teoritis yaitu:
H1 : SWBI dan Dana Pihak Ketiga ,Nisbah bagi hasil,NPF berpengaruh secara
simultan terhadap Pembiayaan.
H2 : SWBI , Dana Pihak Ketiga , Non performing Finance dan Nisbah Bagi Hasil
berpengaruh secara parsial terhadap pembiayaan.
SWBI
Simpanan/ DPK
Pembiayaan Nisbah bagi hasil bank
NPF
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosisiatif. Penelitian
asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini, maka dapat dibangun suatu teori
yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu
gejala (Sugiyono, 2004:11) dalam Nizar Suwardi (2009). Bentuk hubungan
asosiatif antara variabel ada tiga yaitu: Simetris, kausal dan interaktif/resiprokal.
Hubungan simetris adalah suatu bentuk hubungan karena munculnya bersama-
sama, hubungan kausal adalah hubungan sebab akibat, dan hubungan interaktif
adalah hubungan yang saling mempengaruhi (Sugiyono, 2004:12) dalam Nizar
Suwardi (2009). Hubungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hubungan
kausal. Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab- akibat. Jadi disini
ada variabel independen dan ada variabel dependen.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bank Indonesia dengan menggunakan fasilitas
internet melalui website www.bi.go.id. Bank yang di jadikan penelitian adalah
Bank Umum Syariah.
Adapun alasan penentuan lokasi penelitian ini adalah:
27
1. Bank Indonesia merupakan bank sentral yang mengatur mengawasi
keberadaan perbankan di indonesia
2. Adanya kemudahan akses laporan keuangan bank syariah yang terdaftar di
Bank Indonesia.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/ subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti
untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulan.(Sugiyono, 2004:72) dalam
Nizar Suwardi (2009). Populasi dari penelitian ini adalah Perbankan syariah yang
berada di Indonesia
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh
populasi tersebut. Sugiyono (2004:73) dalam Nizar Suwardi (2009) dan metode
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
purposive sampling.
Menurut Sugiyono (2004:78) dalam Nizar Suwardi (2009), ” purposive
sampling adalah tehnik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kriteria
yang digunakan adalah perusahaan yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Bank Umum syari’ah yang terdaftar di Bank Indonesia
28
2. Bank Umum syari’ah yang mempublikasikan laporan keuangannya secara
kontinyu selama periode 2005 - 2009
3. Mempunyai kelengkapan data laporan keuangan, yang diantaranya laporan
keadaan SWBI dan DPK, NPF, Nisbah Bagi Hasil serta pembiayaan.
4. Periode berakhirnya laporan keuangan adalah 31 Desember
Tabel 3.1
Hasil Seleksi Sampel
Keterangan Jumlah
1. Bank Umum syari’ah yang terdaftar di Bank
Indonesia
2. Bank Umum syari’ah yang tidak
mempublikasikan laporan keuangan per triwulan
periode 2005- 2009
3. Bank Syari’ah yang datanya tidak lengkap
4. Bank Umum syariah yang periode berakhirnya
laporan keuangan tidak pada 31 Desember
5
(-)
(2)
(-)
Jumlah akhir sampel 3
Jumlah akhir sampel yang memenuhi syarat dalam penelitian ini sebanyak
3 (tiga) bank, dimana dari ketiga bank tersebut data yang digunakan untuk
penelitian ini adalah laporan keuangan Bank Umum Syariah per triwulan periode
2005-2009 dengan jumlah observasinya adalah 60. Adapun data perbulan dan
tahunan tidak termasuk sampel penelitian dengan pertimbangan ketersediaan
data.
3.4. Jenis dan Sumber Data
3.4.1. Jenis Data
29
1. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka dan dapat di hitung
atau data yang menunjukkan besarnya jumlah atau banyaknya sesuatu
seperti. Dalam penelitian ini data kuantitatif yang di olah berupa
Simpanan, SWBI, Nisbah Bagi Hasil dan Pembiayaan.
2. Data kualitatif yaitu data yang tidak dapat diukur dengan skala numerik
atau tidak berbentuk angka. Data kualitatif merupakan data yang tidak
dapat dihitung dan di ukur dengan angka. Dalam penelitian ini data
kualitatif yang dibutuhkan adalah berupa gambaran umum perusahaan.
3.4.2. Sumber Data
Jika dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data menggunakan
sumber primer dan sumber sekunder. Sumber sekunder merupakan sumber yang
tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang
lain atau dokumen- dokumen ( Sugiyono, 2004:129) dalam Nizar Suwardi (2009).
Peneliti menggunakan data sekunder yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
dari catatan dan laporan historis Bank Indonesia . Dalam hal ini berupa data
Simpanan (DPK), NPF, SWBI, dan Pembiayaan yang diambil dari laporan
keuangan Perbankan syariah yang di publikasikan oleh Bank Indonesia dan di
download melalui Website www.bi.go.id
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah
teknik dokumentasi yaitu pengumpulan data melalui data-data, buku-buku atau
dokumen tertulis yang dihasilkan oleh instansi yang berkaitan dengan penelitian
30
ini. Yaitu dokumen yang publikasikan oleh Bank Indonesia berupa Laporan
Keuangan Bank Umum Syariah.
3.6. Identifikasi dan Klasifikasi Variabel
3.6.1. Identifikasi Variabel
Berdasarkan masalah yang diteliti maka variabel-variabel yang terkait
dengan penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Non Performing Finance (NPF)
2. Nisbah Bagi hasil
3. Dana Pihak Ketiga (DPK)
4. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)
5. Pembiayaan
3.6.2. Klasifikasi Variabel
3.6.2.1. Variabel Independen
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannnya atau timbulnya variabel dependen, dalam
penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah Nisbah Bagi Hasil,
NPF, DPK dan SWBI.
3.6.2.2. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang di
pengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam
penelitain ini yang menjadi variabel dependennya adalah Pembiayaan.
31
3.7. Definisi Operasional Variabel
1) Non performing Finance (NPF) merupakan rasio risiko usaha yang
membandingkan antara pembiayaan yang bermasalah (kolektibilitasnya
kurang lancar, diragukan dan macet) dengan total pembiayaan. Pembiayaan
bermasalah Non Performing Finance (NPF) = total pembiayaan (Wibowo
2007:33) dalam Siswati (2009).
2) Nisbah Bagi Hasil merupakan ratio atau porsi bagi hasil yang akan
diterima oleh Bank Syariah atas akad pembiayaan yang diukur dengan
jumlah Pendapatan bagi hasil yang di terima Bank
3) Total dana pihak ketiga (DPK) adalah keseluruhan dana yang masuk ke
bank yang berasal dari nasabah, selain pemodal maupun peminjam. Dana ini
terdiri dari wadiah, deposito mudharabah dan tabungan mudharabah
4) Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang
diterbitkan keseluruhan dana yang Bank Indonesia sebagai bukti penitipan
dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah, dalam penelitian ini data
yang digunakan yakni jumlah nilai total Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
pada laporan keuangan bank syariah per triwulan periode 2004-2009.
5) Pembiayaan adalah pemberian penyediaan dana, uang atau tagihan untuk
memenuhi kebutuhan pihak yang membutuhkan dana baik untuk kebutuhan
produktif dan konsumtif yang ditunjukkan dengan jumlah pembiayaan
mudharabah, murabahah dan musyarakah, data yang digunakan yaitu jumlah
32
total pembiayaan dari pembiayaan mudharabah, murabahah dan
musyarakah.
3.8. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi berganda dengan
bantuan program komputer yaitu SPSS (Statistical Package for Social Science).
3.8.1. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mendapatkan model penelitian
yang valid dan dapat digunakan untuk melakukan analisis. Adapun pengujian
terhadap asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan pengujian yang ditujukan untuk menguji
kenormalan distribusi data, yaitu apakah dalam persamaan terdapat data
yang tidak memusat pada median. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji
kolmogorof-Smrinov. Jika signifikansi nilai kolmogorof-Smrinov lebih dari 5
% maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Untuk data
yang tidak berdistribusi normal, dapat dilakukan transformasi data dengan
merubah data menjadi akar kuadrat (Ghozali, 2006:33).
b. Uji Multikolinearitas
Uji ini dilakukan untuk menjamin bahwa antar variabel bebas yang di
kaji tidak mempunyai hubungan yang kuat. Apabila terkena gejala
multikolinerits, maka fungsi akan mengalami hal- hal yaitu: nilai koefisien
determinasi yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
33
sangat tinggi, tetapi secara individual variabel- variabel independen banyak
yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
Untuk mengetahui fungsi ini terkena atau tidak gejala
multikolinearitas, dapat dilihat dari tolerance dan lawannya variance
inflation factor (VIF). Penelitian dikatakan bebas multikolineritas jika
VIFnya tidak lebih dari 10 (sepuluh), korelasi antar variabel tidak boleh
lebih dari 1 (satu) dan mempunyai angka toleransi mendekati 1 (satu)
(Ghozali, 2006:92).
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode saat
ini (t) dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi.(Ghozali,2006:95) ada tidaknya
autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan uji Run Tes. Uji Run Tes
sebagai bagian dari statistik non- parametrik dapat pula digunakan untuk
menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar
residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual
adalah acak atau random. Jika nilai probabilitas lebih dari signifikasi 5 %
maka dikatakan residual random atau dengan kata lain tidak terjadi
autokorelasi antar nilai residual.(Ghozali,2006:103)
H0 : residual random ( acak)
HA : residual tidak random
34
d. Uji Heteroskedastisitas
Metode ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pada satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika terjadi perbedaan varians, maka dijumpai
heteroskedastisitas. Penelitian ini menggnakan Uji Glejser untuk mendeteksi
heteroskedastisitas.
Uji Glejser meregresi nilai absolut residual terhadap variabel
dependen. Jika hasil regresi variabel dependen secara statistik tidak
signiikan mempengaruhi variabel independen maka model regresi tidak
mengandung heteroskedastisitas (Ghozali, 2006: 97).
3.8.2. Analisis Regresi Berganda
Untuk melihat pengaruh variabel Independen (x) terhadap variabel
dependen (Y) dalam pengujian hipotesis, maka data dianalisis dengan
menggunakan model regesi seperti dibawah ini:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4
Dimana:
Y = Pembiayaan
a = Konstanta
b1, b2,b3,b4 = Koefisien regresi
X1 = Simpanan /Dana Pihak Ketiga
X2 = SWBI
X3 = Non Performing Finance
X4 = Nisbah Bagi Hasil
e (U) = Kesalahan ( Error)
35
3.8.3. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis pengaruh Mudharabah Mutholaqah dan SWBIl
terhadap Pembiayaan pada Perbankan Syariah di Indonesia , maka dilakukan uji
sebagai berikut:
3.8.3.1. Uji Hipotesis 1 dengan uji F (Uji Simultan)
Uji F digunakan untuk menguji apakah Mudharabah Mutholaqah dan
SWBI berpengaruh secara simultan terhadap pembiayaan. Adapun langkah-
langkah pengujiannya sebagai berikut :
a. Merumuskan Hipotesis statistik
H0 = b1, b2,,b3,b4 = 0, Artinya DPK, SWBI, NPF dan Nisbah Bagi Hasil
tidak berpengaruh secara simultan terhadap
pembiayaan.
Ha : b1, b2, b3,b4 ≠ 0, Artinya DPK, SWBI, NPF dan Nisbah Bagi Hasil
berpengaruh secara simultan terhadap
pembiayaan.
b. Menentukan level of significance (α )
Level of significance (α ) sebesar 5% = 0,05, dengan derajat kebebasan df
numerator= ( k- 1) dan df deenumerator= (n-k)
c. Menentukan F hitung
R2 / ( k -1) (Gujarati dan Zain,2003; 120)
F hitung =
(1 - R2) / (N- k)
keterangan :
36
F = F hitung
R2
= Koefisien korelasi ganda
K = Jumlah variabel independen
N = Jumlah sampel
d. Menentukan kriteria pengujian
Ho diterima jika Fhitung ≤ F tabel
Ho ditolak jika Fhitung ≥ F tabel
e. Kesimpulan
Jika Ho diterima, berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara
simultan atau bersama-sama antar semua variabel independent (X) terhadap
variabel dependen (Y).
3.8.3.2. Uji Hipotesis 2 dengan uji z( Uji Parsial)
Uji parsial (Uji Z) digunakan untuk mengetahui secara parsial
pengaruh masing-masing variabel independen (Xi) terhadap variabel
dependen (Y). uji ini digunakan untuk menguji hipotesis kedua. Langkah-
langkah dalam pengujian hipotesis ini adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan Hipotesis
H0: b1, b2,b3,b4 = 0, Artinya DPK, SWBI, NPF dan Nisbah Bagi Hasil
tidak berpengaruh secara parsial terhadap
Pembiayaan.
Ha: b1, b2,b 3,b4 ≠ 0, Artinya DPK, SWBI, NPF dan Nisbah Bagi Hasil
berpengaruh secara parsial terhadap Pembiayaan.
b. Menentukan level of significance ( )
37
Level of significance yang digunakan yaitu 5%. Dimana nilai = 5 %
dan derajat kebebasan df = (n-k)
c. Menentukan kriteria pengujian
Ho diterima jika t(α/2, n-20i)≤ t ≤ t (α/2,n- 2)
Ho ditolak jika t<-t(α/2, n-20i) atau t> ≥ t (α/2,n- 2)
d. Kesimpulan
Jika H0 diterima berarti DPK, SWBI, NPF dan Nisbah Bagi Hasil tidak
berpengaruh secara parsial terhadap Pembiayaan. Dan jika H0 ditolah berarti
DPK, SWBI, NPF dan Nisbah Bagi Hasil berpengaruh secara parsial terhadap
pembiayaan.
38
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perbankan Syariah Di Indonesia
Bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah Bank
Muamalat Indonesia (BMI). Walaupun perkembangannya agak terlambat bila
dibandingkan negara-negara muslim lainnya, perbankan syariah di indonesia
terus berkembang. Bila pada periode tahun 1992-1998 hanya ada satu unit Bank
Syariah maka pada tahun 2005 jumlah bank syariah di indonesia telah bertambah
menjadi 20 unit, yaitu 3 bank umum syariah dan 17 unit usaha jumlah serta 88
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).
Berdasarkan data bank Indonesia, prospek perbankan syariah terus
mengalami peningakatan. beradasarkan riset yang dilakukan oleh Karim Busines
Consulting pada tahun 2005 menunjukkan bahwa total aset bank syaraiah di
indonesia mencapai anatara 1,92% sampai 2,31% dari industri perbankan
Nasional, dan di proyeksikan mencapai antara 9,38 % sampai 11,25 ditahun 2009.
Objek penelitian ini adalah perbankan syariah yang terdaftar di Bank
Indonesia. Perbankan syariah yang terdaftar sampai akhir tahun 2009 terdiri 4
Bank Umum Syariah dan 18 Unit usaha syariah, dan 88 Bank Perkreditan Rakyat
Syariah ( BPRS) Berdasarkan kriteria pemilihan sampel akhirnya diperoleh 3
perbankan syariah yang memenuhi kriteria dalam peneltian ini, yang terdiri dari
Bank Mumalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri ( BSM) dan Bank Mega
Syariah Indonesia (BMSI).
39
Sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk menguji dan
memberikan bukti empiris mengenai pengaruh simpanan, ekuitas dan nisbah bagi
hasil terhadap pembiayaan pada perbankan syariah yang terdaftar di Bank
Indonesia periode 2005-2009.
Bab ini akan menguraikan kondisi masing-masing variabel yang diteliti,
yaitu Pembiayaan, NPF,Nisbah Bagi Hasil, DPK, SWBI.
4.2. Pembahasan
4.2.1 Pembiayaan
Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang membutuhkan modal berupa pembiayaan
Mudharabah dan Musyarakah.
Tabel 4.1 Data pembiayaan perbankan syariah sampel periode 2005-2009
( Dalam Ribuan Rupiah)
Nama Bank
Tahun
Triwulan
Pembiayaan
Rata-rata
Bank Muamalat 2005 I Rp 2.090.549.000 Rp.3,799,999,200
Indonesia II Rp 2.443.463.000
III Rp 2.633.872.000
IV Rp 2.686.498.000
2006 I Rp 2.658.168.000
II Rp 2.722.620.000
III Rp 2.753.335.000
IV Rp 3.239.853.000
2007 I Rp 2.982.268.000
II Rp 3.237.765.000
III Rp 3.665.255.000
IV Rp 4.190.566.000
2008 I Rp 4.018.495.000
II Rp 4.190.258.000
III Rp 4.519.267.000
IV Rp 5.020.762.000
2009 I Rp 5.341.981.000
40
II Rp 5.720.784.000
III Rp 5.938.574.000
IV Rp 5.945.651.000
Nama Bank
Tahun
Triwulan
Pembiayaan
Rata-rata
Bank Mandiri Syariah 2005 I Rp 1.484.470.000 Rp. 3.827.288.750
II Rp 1.636.491.000
III Rp 1.608.465.000
IV Rp 1.651.908.000
2006 I Rp 1.868.457.000
II Rp 2.162.414.000
III Rp 2.522.757.000
IV Rp 2.673.308.000
2007 I Rp 2.873.659.000
II Rp 3.459.111.000
III Rp 4.032.665.000
IV Rp 4.312.045.000
2008 I Rp 4.891.739.000
II Rp 5.698.936.000
III Rp 5.889.332.000
IV Rp 5.542.033.000
2009 I Rp 5.544.132.000
II Rp 5.933.722.000
III Rp 6.237.456.000
IV Rp 6.522.675.000
Bank Syariah Mega 2005 I Rp 248.369.000 Rp. 169.848.550
Indonesia II Rp 147.210.000
III Rp 208.609.000
IV Rp 248.369.000
2006 I Rp 245.157.000
II Rp 225.427.000
III Rp 196.345.000
IV Rp 168.634.000
2007 I Rp 142.815.000
II Rp 109.103.000
III Rp 103.198.000
IV Rp 98.559.000
2008 I Rp 137.224.000
II Rp 150.003.000
III Rp 147.053.000
IV Rp 135.521.000
2009 I Rp 125.540.000
II Rp 169.581.000
III Rp 188.604.000
IV Rp 201.650.000
Rata-rata Rp 2.772.452.768
Sumber : Data laporan keuangan publikasi tahun 2005-2009 (diolah) Lampiran 1
41
Berdasarkan tabel 4.1, data Perbankan sampel periode 2005-2009 dapat
diketahui bahwa bank syariah dengan pembiayaan tertinggi rata-rata selama
kurun waktu 2005 sampai dengan tahun 2009 adalah Bank Mandiri Syariah
(BMS) dengan Pembiayaan rata-rata Rp 3,827,288,750,000. Hal ini berarti bahwa
PT. Bank Mandiri Syariah mengeluarkan pembiayaan rata- rata sebesar Rp
3,827,288,750,000 selama periode 2005 sampai dengan 2009.
Sementara bank syariah dengan pembiayaan rata-rata terendah adalah PT.
Bank Mega Syariah Indonesia dengan pembiayaan rata-rata Rp 169.848.550,000.
Hal ini berarti bahwa PT. Bank Mega Syariah Indonesia mengeluarkan
pembiayaan rata- rata sebesar Rp 169.848.550,000 selama periode 2005 sampai
dengan 2009.
4.2.2 Simpanan
Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank
berdasarkan perjanjian. Simpanan dana yang dimaksud adalah dalam bentuk
simpanan wadiah, Tabungan Mudharabah dan Deposito Mudharabah
Perkembangan simpanan perbankan sampel dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut:
Tabel 4.2. Data Simpanan Perbankan Syariah Sampel Periode 2005-2009
( Dalam Ribuan Rupiah)
Nama Bank
Tahun
Triwulan
Simpanan
Rata-rata
Bank Muamalat 2005 I Rp 5.439.571.000 Rp 8.082.850.650
Indonesia II Rp 5.831.903.000
III Rp 6.354.609.000
IV Rp 6.837.431.000
2006 I Rp 7.069.942.000
II Rp 7.523.357.000
42
III Rp 7.980.624.000
IV Rp 8.691.328.000
Nama Bank
Tahun
Triwulan
Simpanan
Rata-rata
2007 I Rp 9.134.198.000
II Rp 9.341.601.000
III Rp 9.783.836.000
IV Rp 10.073.953.000
2008 I Rp 3.492.019.000
II Rp 4.448.155.000
III Rp 5.193.350.000
IV Rp 5.725.009.000
2009 I Rp 10.824.597.000
II Rp 12.379.938.000
III Rp 12.177.743.000
IV Rp 13.353.849.000
Bank Mandiri 2005 I Rp 6.370.778.000 Rp 7.583.086.600
Syariah II Rp 6.748.819.000
III Rp 6.246.802.000
IV Rp 7.037.505.000
2006 I Rp 7.039.882.000
II Rp 7.397.275.000
III Rp 7.569.592.000
IV Rp 8.219.273.000
2007 I Rp 8.754.615.000
II Rp 8.851.328.000
III Rp 9.864.933.000
IV Rp 11.105.978.000
2008 I Rp 12.245.787.000
II Rp 14.189.879.000
III Rp 13.786.760.000
IV Rp 14.808.926.000
2009 I Rp 422.194.000
II Rp 338.422.000
III Rp 332.252.000
IV Rp 330.732.000
Bank Syariah Mega 2005 I Rp 301.906.000 Rp. 1.881.619.150
Indonesia II Rp 297.939.000
III Rp 413.128.000
IV Rp 822.228.000
2006 I Rp 697.027.000
II Rp 1.039.837.000
III Rp 1.567.691.000
IV Rp 2.158.103.000
2007 I Rp 2.319.115.000
II Rp 2.060.636.000
43
III Rp 2.109.038.000
IV Rp 2.169.456.000
Nama Bank
Tahun
Triwulan
Simpanan
Rata-rata
2008 I Rp 1.802.916.000
II Rp 1.883.452.000
III Rp 2.208.250.000
IV Rp 2.626.471.000
2009 I Rp 2.662.761.000
II Rp 3.171.804.000
III Rp 3.373.253.000
IV Rp 3.947.372.000 Sumber : Data laporan keuangan publikasi tahun 2005-2009 (diolah)
Lampiran II
Berdasarkan tabel 4.2. Data simpanan perbankan sampel periode 2005-
2009 dapat diketahui bahwa Bank Syariah dengan simpanan rata-rata tertinggi
selama kurun waktu 2005 sampai dengan tahun 2009 adalah Bank Muamalat
Indonesia dengan rata-rata simpanan Rp 8.082.850.650,000. Hal ini berarti
bahwa simpanan yang dihimpun selama periode 2005 sampai dengan 2009 rata-
rata sebesar Rp. 8.082.850.650,000
Sementara perusahaan dengan simpanan rata-rata terendah adalah Bank
Syariah Mega Indonesia dengan simpanan rata-rata Rp 1.881.619.150,000 . Hal
ini berarti bahwa simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank Syariah Mega
Indonesia adalah sebesar Rp 1.881.619.150 selama periode 2005 sampai dengan
2009.
4.2.3 Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang
diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan
prinsip wadiah. Sementara itu yang dimaksud dengan wadiah yaitu perjanjian
44
penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak penerima titipan yang dipercaya
untuk menjaga dana tersebut itu.
Perkembangan SWBI perbankan sampel dapat dilihat pada tabel 4.3.
berikut:
Tabel 4.3. Data Sertifikat wadiah Bank Indonesia Perbankan Syariah
Sampel Periode 2005-2009
( Dalam Ribuan Rupiah)
Nama Bank
Tahun
Triwulan
SWBI
Rata-rata
Bank Muamalat 2005 I Rp 210.000.000 Rp. 683,837,500
Indonesia II Rp 465.000.000
III Rp 265.000.000
IV Rp 662.000.000
2006 I Rp 283.000.000
II Rp 530.000.000
III Rp 624.000.000
IV Rp 915.000.000
2007 I Rp 1.220.000.000
II Rp 855.000.000
III Rp 175.000.000
IV Rp 450.860.000
2008 I Rp 605.000.000
II Rp 170.000.000
III Rp 231.890.000
IV Rp 210.000.000
2009 I Rp 530.000.000
II Rp 1.570.000.000
III Rp 1.357.000.000
IV Rp 2.348.000.000
Bank Mandiri Syariah 2005 I Rp 104.654.000 Rp. 640.149.700
II Rp 40.000.000
III Rp 641.368.000
IV Rp 1.689.026.000
2006 I Rp 684.000.000
II Rp 535.000.000
III Rp 400.000.000
IV Rp 780.000.000
2007 I Rp 1.405.984.000
II Rp 708.000.000
III Rp 784.515.000
45
IV Rp 670.000.000
2008 I Rp 857.617.000
Nama Bank
Tahun
Triwulan
SWBI
Rata-rata
II Rp 1.007.661.000
III Rp 1.058.761.000
IV Rp 1.208.428.000
2009 I Rp 37.132.000
II Rp 61.949.000
III Rp 64.808.000
IV Rp 64.091.000
Bank Syariah Mega 2005 I Rp 64.920.000 Rp 164.365.300
Indonesia II Rp 68.834.000
III Rp 68.845.000
IV Rp 67.294.000
2006 I Rp 65.643.000
II Rp 86.232.000
III Rp 136.002.000
IV Rp 155.591.000
2007 I Rp 189.290.000
II Rp 220.653.000
III Rp 255.017.000
IV Rp 242.616.000
2008 I Rp 265.899.000
II Rp 276.920.000
III Rp 278.718.000
IV Rp 258.935.000
2009 I Rp 260.897.000
II Rp 20.000.000
III Rp 130.000.000
IV Rp 175.000.000 Sumber : Data laporan keuangan publikasi tahun 2005-2009 (diolah) Lampiran III
Hasil tabel 4.3 menunjukkan data SWBI perusahaan sampel periode 2005-
2009 dapat diketahui bahwa Bank Syariah dengan SWBI rata-rata tertinggi
selama kurun waktu 2005 sampai dengan tahun 2009 adalah Bank Muamalat
Indonesia dengan rata-rata SWBI Rp 683,837,500,000 Hal ini berarti bahwa
SWBI yang dimilki selama periode 2005 sampai dengan 2009 rata-rata sebesar
Rp 683,837,500,000
46
Sementara bank syariah dengan SWBI rata-rata terendah adalah Bank
Syariah Mega Indonesia dengan SWBI rata-rata Rp164,365,300,000.- Hal ini
berarti bahwa SWBI yang dimiliki oleh Bank Syariah Mega Indonesia adalah
sebesar Rp164,365,300,000,- selama periode 2005 sampai dengan 2009.
4.2.4 Nisbah Bagi Hasil
Nisbah bagi hasil merupakan ratio atau porsi bagi hasil yang akan
diterima oleh Bank Syariah atas akad pembiayaan yang diukur dengan jumlah
Pendapatan bagi hasil yang di terima Bank. Perkembangan nisbah bagi hasil
perusahaan-perusahaan sampel dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut:
Tabel 4.4. Data Nisbah Bagi hasil perbankan sampel priode 2005- 2008
(dalam ribuan)
Nama Bank
Tahun
Triwulan
Nisbah Bagi Hasil
Rata-rata
Bank Muamalat 2005 I Rp 81.384.000 Rp. 339.843.700
Indonesia II Rp 173.656.000
III Rp 277.567.000
IV Rp 390.878.000
2006 I Rp 111.900.000
II Rp 228.471.000
III Rp 343.691.000
IV Rp 499.831.000
2007 I Rp 119.541.000
II Rp 245.200.000
III Rp 385.018.000
IV Rp 545.077.000
2008 I Rp 147.305.000
II Rp 300.375.000
III Rp 460.698.000
IV Rp 655.176.000
2009 I Rp 213.674.000
II Rp 338.817.000
III Rp 562.348.000
IV Rp 716.267.000
47
Nama Bank
Tahun
Triwulan
Nisbah Bagi Hasil
Rata-rata
Bank Mandiri Syariah 2005 I Rp 41.391.000 Rp. 191.994.650
II Rp 95.031.000
III Rp 152.768.000
IV Rp 73.580.000
2006 I Rp 58.962.000
II Rp 131.386.000
III Rp 213.173.000
IV Rp 310.065.000
2007 I Rp 92.064.000
II Rp 199.911.000
III Rp 319.718.000
IV Rp 464.903.000
2008 I Rp 150.694.000
II Rp 320.870.000
III Rp 510.790.000
IV Rp 703.877.000
2009 I Rp 88.000
II Rp 216.000
III Rp 15.000
IV Rp 391.000
Bank Syariah Mega 2005 I Rp 1.461.000 Rp 15.223.150
Indonesia II Rp 4.723.000
III Rp 11.123.000
IV Rp 20.505.000
2006 I Rp 10.648.000
II Rp 21.047.000
III Rp 30.463.000
IV Rp 38.595.000
2007 I Rp 6.868.000
II Rp 12.823.000
III Rp 17.086.000
IV Rp 21.109.000
2008 I Rp 3.905.000
II Rp 8.693.000
III Rp 15.872.000
IV Rp 20.748.000
2009 I Rp 4.963.000
II Rp 11.121.000
III Rp 17.761.000
IV Rp 24.949.000 Sumber : Data laporan keuangan publikasi tahun 2005-2009 (diolah)
Lampiran IV
Data pada tabel 4.4 memperlihatkan nisbah bagi hasil perbankan syariah
sampel periode 2005-2009 bahwa Bank Syariah dengan nisbah bagi hasil rata-rata
48
tertinggi selama kurun waktu 2005 sampai dengan tahun 2009 adalah Bank
Muamalat Indonesia dengan rata-rata nisbah bagi hasil Rp 339,843,700,000 . Hal
ini berarti bahwa nisbah bagi hasil yang diperoleh selama periode 2005 sampai
dengan 2009 rata-rata sebesar Rp 339,843,700,000.-
Sementara bank syariah dengan nisbah bagi hasil rata-rata terendah adalah
Bank Syariah Mega Indonesia dengan nisbah bagi hasil rata-rata
Rp15.223.150.000. Hal ini berarti bahwa nisbah bagi hasil yang diperoleh oleh
Bank Syariah Mega Indonesia adalah rata- rata sebesar Rp15,223,150,000 selama
periode 2005 sampai dengan 2009
4.2.5 Non Performing Finance.
NPF adalah jumlah pembiayaan bernasalah yang dialami oleh perusahaan
sampel dari periode 2005-2009. Perkembangan pembiayaan bermasalah pada
perusahaan sampel ditunjukkan pada tabel 4.5. dibawah ini.
Tabel 4.5. Data NPF perbankan sampel priode 2005- 2008
(dalam ribuan)
Nama Bank
Tahun
Triwulan
NPF
Rata-rata
Bank Muamalat 2005 I Rp 44.946.001 Rp. 176.558.600
Indonesia II Rp 77.213.000
III Rp 65.348.000
IV Rp 74.180.000
2006 I Rp 72.545.000
II Rp 104.230.001
III Rp 119.835.000
IV Rp 95.347.000
2007 I Rp 111.236.001
II Rp 160.565.001
III Rp 246.531.001
IV Rp 346.451.000
49
2008 I Rp 136.588.001
II Rp 216.155.001
III Rp 239.672.001
IV Rp 350.654.000
2009 I Rp 337.381.001
II Rp 222.276.001
Nama Bank
Tahun
Triwulan
NPF
Rata-rata
III Rp 231.896.000
IV Rp 278.123.000 Bank Mandiri Syariah 2005 I Rp 167.462.000 Rp. 302.280.788
II Rp 244.006.000
III Rp 376.089.000
IV Rp 204.665.000
2006 I Rp 292.164.000
II Rp 300.760.000
III Rp 491.216.000
IV Rp 514.584.000
2007 I Rp 610.063.000
II Rp 541.879.000
III Rp 598.542.000
IV Rp 602.654.000
2008 I Rp 45.721.000
II Rp 65.349.000
III Rp 79.453.000
IV Rp 214.421.000
2009 I Rp 23.839.768
II Rp 224.015.000
III Rp 274.138.000
IV Rp 174.595.000 Bank Syariah Mega 2005 I Rp 44.238.000 Rp. 140.265.600
Indonesia II Rp 57.892.000
III Rp 68.483.000
IV Rp 52.986.000
2006 I Rp 52.641.000
II Rp 80.102.000
III Rp 94.678.000
IV Rp 142.365.000
2007 I Rp 81.836.000
II Rp 129.044.000
III Rp 185.553.000
IV Rp 250.671.000
2008 I Rp 67.873.000
II Rp 166.826.000
III Rp 188.627.000
50
IV Rp 190.671.000
2009 I Rp 306.327.000
II Rp 181.761.000
III Rp 221.658.000
IV Rp 241.080.000 Sumber : Data laporan keuangan publikasi tahun 2005-2009 (diolah) Lampiran V
Dari tabel 4.5. Data NPF perbankan syariah sampel periode 2005-2009
dapat diketahui bahwa Bank Syariah dengan NPF rata-rata tertinggi selama kurun
waktu 2005 sampai dengan tahun 2009 adalah Bank Syariah Mandiri dengan
rata-rata NPF Rp 302.280.788.000 Hal ini berarti bahwa NPF yang diperoleh
selama periode 2005 sampai dengan 2009 rata-rata sebesar Rp 302.280.788.000
Sementara bank syariah dengan NPF rata-rata terendah adalah Bank
Syariah Mega Indonesia dengan NPF rata-rata Rp140.265.600.000. Hal ini berarti
bahwa NPF yang diperoleh oleh Bank Syariah Mega Indonesia adalah rata- rata
sebesar Rp140.265.600.000 selama periode 2005 sampai dengan 2009.
4.3. Analisis Data
4.3.1. Hasil Uji Asumsi Klasik
Sebagaimana dikemukakan pada bab III metode penelitian, bahwa terhadap
data yang akan dianalisis dilakukan Uji asumsi klasik untuk menghasilkan model
persamaan regresi yang terbaik atau dikenal dengan Best Linear Unbiased
Estimator (BLUE). Uji Asumsi klasik yang akan dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi, variabel
bebas dan variabel terikat atau keduanya mempunyai distribusi normal. Dalam
51
penelitian ini, peneliti menggunakan Uji statistik non-parametrik Kolmogorov
Smirnov (K-S). Hasil penelitian apakah residual terdistribusi normal atau tidak
dapat pada tabel 4.6. berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SQRbiaya SQRsimp SQRswbi SQRnbh SQRnpf
N 60 60 60 60 60
Normal Parameters
a,,b
Mean 4.4605E4 7.0142E4 1.9819E4 1.1021E4 1.3486E4
Std. Deviation 2.48954E4 3.07407E4 1.02512E4 7.86870E3 4.99233E3
Most Extreme Differences
Absolute .210 .114 .165 .145 .096
Positive .210 .079 .165 .145 .096
Negative -.127 -.114 -.074 -.083 -.069
Kolmogorov-Smirnov Z
1.627 .882 1.278 1.122 .747
Asymp. Sig. (2-tailed)
.010 .418 .076 .162 .633
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Lampiran VI
Berdasarkan hasil pada tabel 4.6. dapat dilihat bahwa besarnya nilai
Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk SQRsimp nilainya 0,882 dengan probabilitas
0,418 jauh diatas α=0,05jadi H0 ditolak = normal. K-S untuk SQRSWBI
menghasilkan K-S 1,278 dengan probabilitas 0,076 jauh di atas α=0,05 jadi data
teridistribusi normal. K-S untuk SQRNBH nilainya 1,122 dengan probabilitas
0,162 jauh diatas α=0,05 jadi data terdistribusi normal. K-S untuk SQRNPF
nilainya 0,747 dengan probabilitas 0,633jauh diatas α=0,05 yang berarti data
terdistribusi normal. K-S untuk SQRpembiayaan nilainya 1,627 dengan
probabilitas 0,010 dibawah α=0,05 sehingga H0 diterima jadi data terdistribusi
tidak normal.
52
2. Multikolinieritas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji adanya korelasi antar
variabel independen. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya
multikolinearitas dengan menggunakan nilai VIF (variance inflation factor), nilai
VIF lebih kecil dari angka 10 menunjukkan tidak terdapat gejala multikolinearitas
antar variabel independen. Hasil uji gejala multikolinieritas disajikan pada tabel
4.7 berikut ini.
Tabel 4.7
Hasil Uji Gejala Multikolinieritas
Sumber: Lampiran VII
Berdasarkan hasil tabel 4.7, semua variabel independen yang digunakan
menghasilkan VIF lebih kecil dari 10. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
disimpulkan tidak terdapat gejala multikolinieritas antar variabel independen
dalam model regresi yang digunakan.
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 LNsimp .158 6.337
LNswbi .389 2.572
LNnbh .219 4.565
LNnpf .823 1.215
a. Dependent Variable: LNbiaya
53
3. Autokorelasi
Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Run- tes, Run test
digunakan untuk melihat apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi.
.
Tabel 4.8
Hasil Uji Gejala Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea .31471
Cases < Test Value 30
Cases >= Test Value 30
Total Cases 60
Number of Runs 8
Z -5.990
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Median
Sumber: Lampiran VIII
Hasil uji Run Tes pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai tes adalah 31471
dengan probabilitas 0,000 dengan signifikasi 0,05 yang berarti hipotesis nol
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual tidak random atau terjadi
autokorelasi antar nilai residual.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
54
pengamatan yang lain. Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu dengan menggunakan uji Glejser.
Tabel 4.9.
Hasil analisis uji heteroskedastisitas
Sumber: Lampiran VII
Hasil uji heteroskedastisitas pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa tidak ada
variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
dependen nilai LNbiaya. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya diatas
tingkat kepercayaan 5%, Jadi dapat disimpulkan model regresi tersebut tidak
mengandung adanya heteroskedastisitas.
4.3.1. Analisis Regresi Berganda
Dari hasil analisis regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS
yang dilakukan antara variabel independen dan variabel dependen diperoleh hasil
sebagai berikut:
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2.734 5.581 .490 .626
LNsimp .674 .384 .509 1.753 .085
LNswbi .263 .251 .194 1.046 .300
LNnbh -.127 .160 -.195 -.789 .434
LNnpf .026 .251 .013 .104 .918
a. Dependent Variable: LNbiaya
55
Tabel 4.10
Uji regresi Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 2.734 5.581 .490 .006
LNsimp .674 .384 .509 3.753 .008
LNswbi .263 .251 .194 3.046 .013
LNnbh .127 .160 .195 2.789 .019
LNnpf .026 .251 .013 2.104 .024
a. Dependent Variable: LNbiaya
Sumber: Lampiran IX
Berdasarkan hasil tabel pada 4.10 maka dapat di rumuskan persamaan
regresi sebagai berikut :
Y = 2,734 + 0,674 X1+ 0,263 X2 +0,127 X3 + 0,026X4
Makna dari berbagai variabel tersebut dapat dilakukan interpretasi sebagai
berikut :
1. Nilai b0 = 2,734 Nilai ini merupakan konstanta yang menunjukkan bahwa rata-
rata tingkat pembiayaan pada perbankan syariah di indonesia jika nilai dari
variabel simpanan(X1), SWBI (X2) ,nisbah bagi hasil (X3) dan NPF (X4) di
anggap konstan, maka besarnya jumlah pembiayaan adalah sebesar Rp.
2.734.000.000
2. Nilai b1 = 0,674. Artinya bahwa koefisien regresi dari variabel simpanan (X1)
adalah sebesar 0,674 yang berarti setiap kenaikan 1 rupiah simpanan, maka
tingkat pembiayaan yang di keluarkan oleh perbankan syariah di Indonesia
juga naik sebesar 0,674 rupiah dengan asumsi variabel yang lain tetap.
3. Nilai b2 =0,263. Artinya bahwa koefisien regresi dari variabel SWBI (X2)
56
adalah sebesar 0,263 yang berarti setiap kenaikan 1 rupiah SWBI, maka
tingkat pembiayaan yang di keluarkan oleh perbankkan syariah di Indonesia
juga meningkat sebesar 0,263 rupiah dengan asumsi variabel yang lain tetap.
4. Nilai b3 = 0,127 Artinya bahwa koefisien regresi dari variabel nisbah bagi
hasil (X3) adalah sebesar 0,127 yang berarti setiap kenaikan 1 persen nisbah
bagi hasil , maka tingkat pembiayaan yang di keluarkan oleh perbankan
syariah di Indonesia juga meningkat sebesar 0,127 rupiah dengan asumsi
variabel yang lain tetap.
5. Nilai b4 = 0,026 Artinya bahwa koefisien regresi dari variabel NPF (X4)
adalah sebesar 0,026 yang berarti setiap kenaikan 1 rupiah maka tingkat
pembiayaan yang di keluarkan oleh perbankan syariah di Indonesia juga
meningkat sebesar 0,026 rupiah dengan asumsi variabel yang lain tetap.
4.3.3 Pengujian Hipotesis
4.3.3.1 Uji Hipotesis 1 dengan uji F ( Uji Simultan)
Untuk membuktikan hipotesis pertama yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh secara simultan antara simpanan (X1), SWBI (X2) , nisbah bagi hasil
(X3) dan NPF (X4) terhadap pembiayaan (Y), maka akan diuraikan dengan uji F
dan uji koefisien determinasi berganda (R2)
57
1. Uji F
Hasil Uji F yang diperoleh menggunakan program SPSS sebagai berikut :
Tabel 4.11.
UJI F ANOVA
b
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 35.880 4 8.970 5.022 .002a
Residual 98.235 55 1.786
Total 134.116 59
a. Predictors: (Constant), LNnpf, LNnbh, LNswbi, LNsimp
b. Dependent Variable: LNbiaya
Sumber: Lampiran IX
Hasil uji ANOVA atau F test pada tabel 4.11 didapat nilai Fhitung sebesar
5,022 sedangkan Ftabel sebesar 2,54 pada tingkat kepercayaan 0,05. Dengan
demikian Fhitung > Ftabel. Hal ini berarti bahwa variabel simpanan (X1), SWBI (X2),
nisbah bagi hasil (X3),dan NPF (X4) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
pembiayaan. Selain membandingkan antara Fhitung dengan Ftabel dapat juga
dilakukan dengan membandingkan nilai Sig. F dengan α = 0,05. Hasil regresi
linear berganda di peroleh nilai Sig. F sebesar 0,000 < 0,05 artinya bahwa
variabel-variabel independen (X) tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen (Y). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis
pertama yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima atau H0 diolak bahwa
terdapat pengaruh secara simultan antara variabel Simpanan (X1), SWBI (X2),dan
Nisbah bagi hasil (X3),NPF (X4) terhadap Pembiayaan (Y) pada Perbankan
syariah di indonesia .
58
2. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat bermakna tidaknya
pengaruh simpanan, SWBI, nisbah bagi hasil dan NPF terhadap pembiayaan.
Keofesien determinsai adalah besarnya persentasi variasi yang dapat dijelaskan
oleh garis regresi linear berganda. Jadi R2
merupakan ukuran untuk mengetahui
besarnya pengaruh simpanan, ekuitas dan nisbah bagi hasil terhadap pembiayaan
pada perbankan syariah di Indonesia, dengan persamaan yang dihasilkan dari
perhitungan koefisien regresi dari analisis regresi linear berganda menggunakan
program SPSS, sehingga akan menentukan apakah suatu garis linear berganda
Pembiayaan (Y), simpanan (X1), SWBI (X2), nisbah bagi hasil (X3),NPF (X4)
sudah cocok untuk digunakan sebagai pendekatan atas suatu hubungan antar
variabel.
Apabila nilai R2
sama dengan 1 maka pengaruh antara variabel independen
dengan variabel dependen sangat kuat dan apabila mendekati 0 maka pengaruh
tersebut sangat lemah. (Ghozali 2001)
Tabel 4.12. Hasil koefisien determinasi (R2
)
Tabel 4.12.
Uji determinasi Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .719a .517 .503 1.33645
a. Predictors: (Constant), LNnpf, LNnbh, LNswbi, LNsimp
Sumber: Lampiran IX
Hasil perhituangan telihat bahwa Adjusted R2
sebesar 0,503 yang berarti
50,3 % perubahan tingkat pembiayaan dipengaruhi oleh variabel simpanan,
SWBI, Nisbah Bagi hasil dan NPF ,sedangkan sisanya (100% - 50,3% = 49,7%)
59
dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model yang tidak teramati dalam
penelitian ini.
4.3.3.2. Uji Hipotesis Kedua (uji Parsial)
Untuk membuktikan kebenaran hipotesis kedua yang menyatakan bahwa
simpanan (X1), SWBI (X2),nisbah bagi hasil (X3) dan NPF (X4) berpengaruh
secara parsial terhadap pembiayaan (Y) maka digunakan uji Z. Uji Z dilakukan
dengan membandingkan antara Zhitung dengan Ztabel. Apabila Zhitung > Ztabel maka,
ini berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen, dan apabila Zhitung < Ztabel , hal ini berarti variabel independent
tersebut mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel dependen.
Selain membandingkan antara Zhitung dengan Ztabel dapat juga dilakukan dengan
membandingkan nilai Sig.Z dengan α = 0,05. Jika nilai Sig.Z > α = 0,05, hal ini
berarti variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang tidak signifikan
terhadap variabel dependen, dan apabila Sig.Z < α = 0,05, hal ini berarti variabel
independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.
Tabel 4.13.
Hasil Uji Z
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 2.734 5.581 .490 .006
LNsimp .674 .384 .509 3.753 .008
LNswbi .263 .251 .194 3.046 .013
LNnbh .127 .160 .195 2.789 .019
LNnpf .026 .251 .013 2.104 .024
a. Dependent Variable: LNbiaya
Sumber: Lampiran IX
60
Nilai Zhitung dan Sig.Z masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel 4.13,
sedangkan nilai Ztabel = 1,670 diperoleh pada derajat kepercayaan 95% atau α =
0,05. Hasil analisis uji Z digunakan untuk membuktikan hipotesis kedua pada
masing-masing variabel independen. Hasilnya yakni sebagai berikut:
1. Variabel simpanan (X1) memiliki Zhitung = 3,753 > Z tabel = 1,670 dan
memiliki Sig.Z = 0,008 < 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel independen
simpanan (X1) berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen
Pembiayaan (Y).
2. Variabel SWBI (X2) memiliki Zhitung = 3,046 > Z tabel = 1,670 dan memiliki
Sig.Z = 0,013 < 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel independen ekuitas (X2)
berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen pembiayaan (Y).
3. Variabel nisbah bagi hasil (X3) memiliki Zhitung = 2,738 > Z tabel = 1,670 dan
memiliki Sig.Z = 0,019 < 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel independen
nisbah bagi hasil (X3) berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen
pembiayaan (Y)
4. Variabel NPF (X4) memiliki Zhitung = 2,104 > Z tabel = 1,670 dan memiliki
Sig.Z = 0,024 < 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel independen nisbah bagi
hasil (X4) berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen pembiayaan
(Y)
Berdasarkan hasil uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa simpanan,
SWBI, nisbah bagi hasil dan NPF berpengaruh secara parsial terhadap variabel
pembiayaan. Dengan demikian maka hipotesis kedua yang diajukan dalam
penelitian ini dapat diterima atau Ha diterima.
61
4.4. Interpretasi Hasil
Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang membutuhkan modal, Pentingnya pembiayaan
dilakukan adalah terutama untuk sektor riil untuk kelanjutan usaha dan
pertumbuhan usaha yang dijalankan(siswati 2009). pembiayaan dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor dan termasuk dalam variabel penelitian. Dimana Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia, Simpanan, Nisbah Bagi Hasil, dan Not Performing
Finance berpengaruh terhadap Pembiayaan. Penelitian ini mendukung penelitian
siswati (2009) bahwa Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, Dana Pihak Ketiga
(Simpanan), dan Not Performing Finance berpengaruh terhadap Pembiayaan.
Analisis secara mendalam telah dilakukan dan didapatkan hasil bahwa untuk
membuktikan hipotesis pertama yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
secara simultan antara Simpanan, SWBI, Nisbah Bagi Hasil dan NPF terhadap
pembiayaana dapat diuraikan dengan uji F dan nilai R2
. Dari hasil analisis yang
ada maka hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa simpanan, SWBI, Nisbah Bagi Hasil dan NPF secara
simultan atau bersama- sama mempunyai pengaruh yang siginifikan terhadap
pembiayaan . Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hendaruwati (2005) yang menyatakan simpanan dan nisbah bagi hasil
berpengaruh bersama- sama terhadap pembiayaan yang diberikan oleh bank
syariah.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 2, penelitian ini membuktikan
bahwa : simpanan (X1), SWBI (X2) nisbah bagi hasil (X3),dan NPF (X4)
62
berpengaruh secara parsial terhadap pembiayaan (Y).
Dari hasil analisis tersebut maka interpretasi hasil yang diberikan sebagai
berikut:
Variabel independen simpanan (X1) berpengaruh secara parsial terhadap
variabel dependen Pembiayaan (Y) sehingga Ha diterima. Hasil ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hendaruwati (2005), siregar (2005)
dan Purnama (2008) yang menyatakan bahwa simpanan berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan, artinya semakin banyak jumlah simpanan
yang berhasil dihimpun, maka semakin besar pula pembiayaan yang dapat
dikeluarkan oleh perbankan syariah.
Variabel SWBI (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan (Y)
sehingga Ha diterima. Artinya semakin besar bonus SWBI yang dperolehi
oleh perbankan syariah maka semakin besar juga pembiayaan yang dapat
diberikan oleh perbankan syariah di indonesia.
Variabel nisbah bagi hasil (X3) berpengaruh secara signifikan terhadap
pembiayaan (Y) sehingga Ha diterima. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hendaruwati (2005) yang menyatakan bahwa nisbah bagi
hasil tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan.Hal ini dapat di
jelaskan bahwa semakin besar pendapatan bagi hasil yang diterima, maka
semakin besar pula pembiayaan yang dapat diberikan oleh perbankan syariah
di Indonesia.
Variabel NPF (X4) berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan (Y)
sehingga Ha diterima. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
63
oleh Hendaruwati (2005) yang menyatakan bahwa NPF (X4) berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan. Hal ini dapat di jelaskan bahwa semakin
besar tingkat pembiayaan bermasalah yang dialami, maka semakin kecil pula
pembiayaan yang dapat diberikan oleh perbankan syariah di Indonesia.
64
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dan olah data diatas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa Simpanan, SWBI, nisbah bagi hasil dan NPF berpengaruh
secara simultan terhadap pembiayaan yang diberikan pada perbankan syariah di
Indonesia. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hendaruwati (2005) yang menyatakan simpanan, SWBI dan nisbah bagi hasil
berpengaruh bersama-sama terhadap pembiayaan yang diberikan oleh bank
syariah. Sedangkan secara parsial simpanan berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah di Indonesia.
Sedangkan NPF (Non Performing Finance), nisbah bagi hasil, dan bonus SWBI
berpengaruh namun tidak signifikan terhadap pembiayaan yang dilakukan bank
umum syariah di Indonesia.
5.2. S A R A N
Pembiayaan merupakan persoalan yang sangat penting dalam suatu
perbankan, karena semakin lancar pembiayan yang dikeluarkan bank maka
semakin besar pula kemungkinan pendapatan yang diterima, apabila pendapatan
semakin besar maka kelangsungan opersional dari perbankan dapat terjamin.
Untuk penelitian selanjutnya yang meneliti pembiayaan diharapkan dapat
menggunakan faktor-faktor selain yang dipakai pada penelitian ini sebagai
variabel yang dapat mempengaruhi pembiayaan.
65
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1998. Undang- undang perbankan. Bank Indonesia: Jakarta
Anonim, 2005. Peraturan Perbankan. Bank Indonesia: Jakarta
Assriwijaya, 2007. Pengaruh tingkat suku bunga dan bagi hasil terhadap deposito
mudharabah. Skripsi UGM: Yogyakarta.
Ghozali, Imam, 2001. Aplikasi Multivariat dengan program SPSS. Badan penerbit
Universitas Diponegoro: Semarang
Hendaruwati, 2005. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan pada
bank syariah, dengan studi kasus bank Mandiri Syariah. Skripsi
Universitas Ahmad Dahlan.
Megaputra, Yosi, 2009. Pengaruh Non Performing Financing, Dana Pihak Ketiga
dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia terhadap Pembiayaan Bank Syariah
Di Indonesia (Periode 2003.10- 2007.12), Skripsi. Yogyakarta.
Muhammad, 2005. Manajemen Bank Syari’ah Edisi Revisi. Yogyakarta. UPP
AMP YKPN.
Bustami, Nizar Suwardi, 2009. Pengaruh Simpanan, Ekuitas Dan Nisbah Bagi
Hasil Terhadap Pembiayaan Pada Perbankan Syariah Di Indonesia.
Universitas Mataram.
Purnama, Ardi, 2008. Analisis pengaruh giro, Tabungan dan Deposito terhadap
Kredit yang di berikan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero).Tbk.
Skripsi. Semarang.
Siregar, 2005. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran dana
perbankan syariah di indonesia. Tesis Universitas Sumatra Utara
Siswati, 2009. Analisis pengaruh dana pihak ketiga (DPK) non performing
finance (NPF) dan bonus SWBI terhadap penyaluran dana Bank Syariah
(studi kasus pada PT Bank Syariah Mega Indonesia), Skripsi. Unnes.
Semarang
66
Suri, datu Asmira, 2007. Pengaruh penyaluran kredit terhadap modal Bank.
Skripsi. Universitas Brawijaya Malang
www.google.co.id
www.bi.go.id
67
LAMPIRAN I
Data olah SPSS
(dalam ribuan rupiah)
Tabel 4.1 Data pembiayaan perbankan syariah sampel periode 2005-2009
( Dalam Ribuan Rupiah)
Nama Bank Tahun Triwulan pambiayaan Rata-rata
Bank Muamalat Indonesia
2005 I Rp 2.090.549.000
Rp.3,799,999,200
II Rp 2.443.463.000
III Rp 2.633.872.000
IV Rp 2.686.498.000
2006 I Rp 2.658.168.000
II Rp 2.722.620.000
III Rp 2.753.335.000
IV Rp 3.239.853.000
2007 I Rp 2.982.268.000
II Rp 3.237.765.000
III Rp 3.665.255.000
IV Rp 4.190.566.000
2008 I Rp 4.018.495.000
II Rp 4.190.258.000
III Rp 4.519.267.000
IV Rp 5.020.762.000
2009 I Rp 5.341.981.000
II Rp 5.720.784.000
III Rp 5.938.574.000
IV Rp 5.945.651.000
Bank Mandiri Syariah 2005 I Rp 1.484.470.000
II Rp 1.636.491.000
Rp3.827.288.750
III Rp 1.608.465.000
IV Rp 1.651.908.000
2006 I Rp 1.868.457.000
II Rp 2.162.414.000
III Rp 2.522.757.000
IV Rp 2.673.308.000
2007 I Rp 2.873.659.000
II Rp 3.459.111.000
III Rp 4.032.665.000
IV Rp 4.312.045.000
2008 I Rp 4.891.739.000
II Rp 5.698.936.000
III Rp 5.889.332.000
IV Rp 5.542.033.000
2009 I Rp 5.544.132.000
II Rp 5.933.722.000
III Rp 6.237.456.000
IV Rp 6.522.675.000
68
Bank Syariah Mega 2005 I Rp 248.369.000
Rp 169.848.550
Indonesia II Rp 147.210.000
III Rp 208.609.000
IV Rp 248.369.000
2006 I Rp 245.157.000
II Rp 225.427.000
III Rp 196.345.000
IV Rp 168.634.000
2007 I Rp 142.815.000
II Rp 109.103.000
III Rp 103.198.000
IV Rp 98.559.000
2008 I Rp 137.224.000
II Rp 150.003.000
III Rp 147.053.000
IV Rp 135.521.000
2009 I Rp 125.540.000
II Rp 169.581.000
III Rp 188.604.000
IV Rp 201.650.000
Rata-rata Rp 2.772.452.768
69
LAMPIRAN II
Tabel 4.2. Data Simpanan Perbankan Syariah Sampel Periode 2005-2009
( Dalam Ribuan Rupiah)
Nama Bank Tahun Triwulan Simpanan Rata-rata Bank Muamalat Indonesia
2005 I Rp 5.439.571.000
Rp 8.082.850.650
II Rp 5.831.903.000
III Rp 6.354.609.000
IV Rp 6.837.431.000
2006 I Rp 7.069.942.000
II Rp 7.523.357.000
III Rp 7.980.624.000
IV Rp 8.691.328.000
2007 I Rp 9.134.198.000
II Rp 9.341.601.000
III Rp 9.783.836.000
IV Rp 10.073.953.000
2008 I Rp 3.492.019.000
II Rp 4.448.155.000
III Rp 5.193.350.000
IV Rp 5.725.009.000
2009 I Rp 10.824.597.000
II Rp 12.379.938.000
III Rp 12.177.743.000
IV Rp 13.353.849.000
Bank Mandiri Syariah 2005 I Rp 6.370.778.000
Rp 7.583.086.600
II Rp 6.748.819.000
III Rp 6.246.802.000
IV Rp 7.037.505.000
2006 I Rp 7.039.882.000
II Rp 7.397.275.000
III Rp 7.569.592.000
IV Rp 8.219.273.000
2007 I Rp 8.754.615.000
II Rp 8.851.328.000
III Rp 9.864.933.000
IV Rp 11.105.978.000
2008 I Rp 12.245.787.000
II Rp 14.189.879.000
70
III Rp 13.786.760.000
IV Rp 14.808.926.000
2009 I Rp 422.194.000
II Rp 338.422.000
III Rp 332.252.000
IV Rp 330.732.000
Bank Syariah Mega 2005 I Rp 301.906.000
Rp 1.881.619.150
Indonesia II Rp 297.939.000
III Rp 413.128.000
IV Rp 822.228.000
2006 I Rp 697.027.000
II Rp 1.039.837.000
III Rp 1.567.691.000
IV Rp 2.158.103.000
2007 I Rp 2.319.115.000
II Rp 2.060.636.000
III Rp 2.109.038.000
IV Rp 2.169.456.000
2008 I Rp 1.802.916.000
II Rp 1.883.452.000
III Rp 2.208.250.000
IV Rp 2.626.471.000
2009 I Rp 2.662.761.000
II Rp 3.171.804.000
III Rp 3.373.253.000
IV Rp 3.947.372.000
71
LAMPIRAN III
Tabel 4.3. Data Sertifikat wadiah Bank Indonesia Perbankan Syariah
Sampel Periode 2005-2009
( Dalam Ribuan Rupiah)
Nama Bank Tahun Triwulan SWBI Rata-rata Bank Muamalat Indonesia
2005 I Rp 210.000.000
Rp.683,837,500
II Rp 465.000.000
III Rp 265.000.000
IV Rp 662.000.000
2006 I Rp 283.000.000
II Rp 530.000.000
III Rp 624.000.000
IV Rp 915.000.000
2007 I Rp 1.220.000.000
II Rp 855.000.000
III Rp 175.000.000
IV Rp 450.860.000
2008 I Rp 605.000.000
II Rp 170.000.000
III Rp 231.890.000
IV Rp 210.000.000
2009 I Rp 530.000.000
II Rp 1.570.000.000
III Rp 1.357.000.000
IV Rp 2.348.000.000
Bank Mandiri Syariah 2005 I Rp 104.654.000
Rp. 640.149.700
II Rp 40.000.000
III Rp 641.368.000
IV Rp 1.689.026.000
2006 I Rp 684.000.000
II Rp 535.000.000
III Rp 400.000.000
IV Rp 780.000.000
2007 I Rp 1.405.984.000
II Rp 708.000.000
III Rp 784.515.000
IV Rp 670.000.000
2008 I Rp 857.617.000
II Rp 1.007.661.000
72
III Rp 1.058.761.000
IV Rp 1.208.428.000
2009 I Rp 37.132.000
II Rp 61.949.000
III Rp 64.808.000
IV Rp 64.091.000
Bank Syariah Mega 2005 I Rp 64.920.000
Rp 164.365.300
Indonesia II Rp 68.834.000
III Rp 68.845.000
IV Rp 67.294.000
2006 I Rp 65.643.000
II Rp 86.232.000
III Rp 136.002.000
IV Rp 155.591.000
2007 I Rp 189.290.000
II Rp 220.653.000
III Rp 255.017.000
IV Rp 242.616.000
2008 I Rp 265.899.000
II Rp 276.920.000
III Rp 278.718.000
IV Rp 258.935.000
2009 I Rp 260.897.000
II Rp 20.000.000
III Rp 130.000.000
IV Rp 175.000.000
73
LAMPIRAN IV
Tabel 4.4. Data Nisbah Bagi hasil perbankan sampel priode 2005- 2008
(dalam ribuan)
Nama Bank Tahun Triwulan Nisbah bagi hasil Rata-rata Bank Muamalat Indonesia
2005 I Rp 81.384.000
Rp339.843.700
II Rp 173.656.000
III Rp 277.567.000
IV Rp 390.878.000
2006 I Rp 111.900.000
II Rp 228.471.000
III Rp 343.691.000
IV Rp 499.831.000
2007 I Rp 119.541.000
II Rp 245.200.000
III Rp 385.018.000
IV Rp 545.077.000
2008 I Rp 147.305.000
II Rp 300.375.000
III Rp 460.698.000
IV Rp 655.176.000
2009 I Rp 213.674.000
II Rp 338.817.000
III Rp 562.348.000
IV Rp 716.267.000
Bank Mandiri Syariah 2005 I Rp 41.391.000
II Rp 95.031.000
III Rp 152.768.000
IV Rp 73.580.000
2006 I Rp 58.962.000
II Rp 131.386.000
III Rp 213.173.000
IV Rp 310.065.000
2007 I Rp 92.064.000
II Rp 199.911.000 Rp 191.994.650
III Rp 319.718.000
IV Rp 464.903.000
2008 I Rp 150.694.000
II Rp 320.870.000
III Rp 510.790.000
74
IV Rp 703.877.000
2009 I Rp 88.000
II Rp 216.000
III Rp 15.000
IV Rp 391.000
Bank Syariah Mega 2005 I Rp 1.461.000
Rp 15.223.150
Indonesia II Rp 4.723.000
III Rp 11.123.000
IV Rp 20.505.000
2006 I Rp 10.648.000
II Rp 21.047.000
III Rp 30.463.000
IV Rp 38.595.000
2007 I Rp 6.868.000
II Rp 12.823.000
III Rp 17.086.000
IV Rp 21.109.000
2008 I Rp 3.905.000
II Rp 8.693.000
III Rp 15.872.000
IV Rp 20.748.000
2009 I Rp 4.963.000
II Rp 11.121.000
III Rp 17.761.000
IV Rp 24.949.000
75
LAMPIRAN V
Tabel 4.5. Data NPF perbankan sampel priode 2005- 2008
(dalam ribuan)
Nama Bank Tahun Triwulan NPF Rata-rata Bank Muamalat Indonesia
2005 I Rp 44.946.001
Rp176.558.600
II Rp 77.213.000
III Rp 65.348.000
IV Rp 74.180.000
2006 I Rp 72.545.000
II Rp 104.230.001
III Rp 119.835.000
IV Rp 95.347.000
2007 I Rp 111.236.001
II Rp 160.565.001
III Rp 246.531.001
IV Rp 346.451.000
2008 I Rp 136.588.001
II Rp 216.155.001
III Rp 239.672.001
IV Rp 350.654.000
2009 I Rp 337.381.001
II Rp 222.276.001
III Rp 231.896.000
IV Rp 278.123.000
Bank Mandiri Syariah 2005 I Rp 167.462.000
II Rp 244.006.000
III Rp 376.089.000
IV Rp 204.665.000
2006 I Rp 292.164.000
II Rp 300.760.000
III Rp 491.216.000
IV Rp 514.584.000
2007 I Rp 610.063.000
II Rp 541.879.000 Rp 302.280.788
III Rp 598.542.000
IV Rp 602.654.000
2008 I Rp 45.721.000
II Rp 65.349.000
III Rp 79.453.000
IV Rp 214.421.000
76
2009 I Rp 23.839.768
II Rp 224.015.000
III Rp 274.138.000
IV Rp 174.595.000
Bank Syariah Mega 2005 I Rp 44.238.000
Rp 140.265.600
Indonesia II Rp 57.892.000
III Rp 68.483.000
IV Rp 52.986.000
2006 I Rp 52.641.000
II Rp 80.102.000
III Rp 94.678.000
IV Rp 142.365.000
2007 I Rp 81.836.000
II Rp 129.044.000
III Rp 185.553.000
IV Rp 250.671.000
2008 I Rp 67.873.000
II Rp 166.826.000
III Rp 188.627.000
IV Rp 190.671.000
2009 I Rp 306.327.000
II Rp 181.761.000
III Rp 221.658.000
IV Rp 241.080.000
LAMPIRAN VI
77
UJI NORMALITAS
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pembiayaan Simpanan SWBI
Nisbah Bagi Hasil NPF
N 60 60 60 60 60
Normal Parametersa,,b
Mean 2.5990E9 5.8492E9 4.9612E8 1.8235E8 2.0637E8
Std. Deviation 2.13970E9 4.18290E9 4.87321E8
2.02694E8 1.49950E8
Most Extreme Differences
Absolute .197 .127 .219 .184 .134
Positive .197 .127 .219 .173 .134
Negative -.121 -.092 -.164 -.184 -.123
Kolmogorov-Smirnov Z
1.529 .983 1.697 1.427 1.037
Asymp. Sig. (2-tailed)
.019 .289 .006 .034 .233
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SQRbiaya SQRsimp SQRswbi SQRnbh SQRnpf
N 60 60 60 60 60
Normal Parameters
a,,b
Mean 4.4605E4 7.0142E4 1.9819E4 1.1021E4 1.3486E4
Std. Deviation 2.48954E4 3.07407E4 1.02512E4 7.86870E3 4.99233E3
Most Extreme Differences
Absolute .210 .114 .165 .145 .096
Positive .210 .079 .165 .145 .096
Negative -.127 -.114 -.074 -.083 -.069
Kolmogorov-Smirnov Z
1.627 .882 1.278 1.122 .747
Asymp. Sig. (2-tailed)
.010 .418 .076 .162 .633
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
LAMPIRAN VII
78
Uji multikolinearitas dan heterokedasitas
Regression
Heterokedastisitas
Coefficient Correlationsa
Model LNnpf LNnbh LNswbi LNsimp
1 Correlations LNnpf 1.000 .151 -.040 -.267
LNnbh .151 1.000 -.036 -.756
LNswbi -.040 -.036 1.000 -.464
LNsimp -.267 -.756 -.464 1.000
Covariances LNnpf .063 .006 -.003 -.026
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2.734 5.581 .490 .626
LNsimp .674 .384 .509 1.753 .085
LNswbi .263 .251 .194 1.046 .300
LNnbh -.127 .160 -.195 -.789 .434
LNnpf .026 .251 .013 .104 .918
a. Dependent Variable: LNbiaya
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 LNsimp .158 6.337
LNswbi .389 2.572
LNnbh .219 4.565
LNnpf .823 1.215
a. Dependent Variable: LNbiaya
79
LNnbh .006 .026 -.001 -.047
LNswbi -.003 -.001 .063 -.045
LNsimp -.026 -.047 -.045 .148
a. Dependent Variable: LNbiaya
Collinearity Diagnosticsa
Model
Dimensi
on
Eigenvalue Condition Index
1 1 4.987 1.000
2 .010 21.941
3 .001 62.962
4 .001 81.106
5 .000 124.173
a. Dependent Variable: LNbiaya
Collinearity Diagnosticsa
Model
Dimensi
on
Variance Proportions
(Constant) LNsimp LNswbi LNnbh LNnpf
1 1 .00 .00 .00 .00 .00
2 .02 .00 .00 .24 .02
3 .01 .00 .63 .15 .31
4 .63 .01 .17 .02 .65
5 .35 .98 .20 .59 .02
a. Dependent Variable: LNbiaya
Residuals Statisticsa
80
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 19.1354 22.0290 20.9529 .77984 60
Std. Predicted Value -2.331 1.380 .000 1.000 60
Standard Error of Predicted
Value
.200 .762 .367 .122 60
Adjusted Predicted Value 18.7112 21.9853 20.9086 .86291 60
Residual -2.34941 3.06768 .00000 1.29035 60
Std. Residual -1.758 2.295 .000 .966 60
Stud. Residual -1.826 2.445 .015 1.025 60
Deleted Residual -2.53364 3.84266 .04432 1.46444 60
Stud. Deleted Residual -1.866 2.566 .018 1.049 60
Mahal. Distance .337 18.210 3.933 3.627 60
Cook's Distance .000 .538 .030 .088 60
Centered Leverage Value .006 .309 .067 .061 60
a. Dependent Variable: LNbiaya
Charts
81
LAMPIRAN VIII
82
Uji autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea .31471
Cases < Test Value 30
Cases >= Test Value 30
Total Cases 60
Number of Runs 8
Z -5.990
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Median
LAMPIRAN IX
83
Analisis regresi
Regression
Variables Entered/Removed
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 NPF, SWBI, Nisbah Bagi Hasil, Simpanan
a
. Enter
a. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .658a .433 .392 1.66859E9
a. Predictors: (Constant), NPF, SWBI, Nisbah Bagi Hasil, Simpanan
ANOVA
b
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.170E20 4 2.925E19 10.505 .000a
Residual 1.531E20 55 2.784E18
Total 2.701E20 59
a. Predictors: (Constant), NPF, SWBI, Nisbah Bagi Hasil, Simpanan
b. Dependent Variable: Pembiayaan
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 9.503E8 4.329E8 2.195 .032
Simpanan .115 .103 .224 1.110 .272
SWBI .138 .689 .031 .201 .842
Nisbah Bagi Hasil 4.659 1.671 .441 2.789 .007
NPF .293 1.537 .021 .191 .850
a. Dependent Variable: Pembiayaan
84
Regression
Variables Entered/Removed
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 LNnpf, LNnbh, LNswbi, LNsimp
a
. Enter
a. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .719a .517 .503 1.33645
a. Predictors: (Constant), LNnpf, LNnbh, LNswbi, LNsimp
ANOVA
b
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 35.880 4 8.970 5.022 .002a
Residual 98.235 55 1.786
Total 134.116 59
a. Predictors: (Constant), LNnpf, LNnbh, LNswbi, LNsimp
b. Dependent Variable: LNbiaya
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 2.734 5.581 .490 .006
LNsimp .674 .384 .509 3.753 .008
LNswbi .263 .251 .194 3.046 .013
LNnbh .127 .160 .195 2.789 .019
LNnpf .026 .251 .013 2.104 .024
a. Dependent Variable: LNbiaya